ANALISIS KONDISI JEMBATAN SEI WAMPU KOTA STABAT KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT

TUGAS AKHIR

Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VIII Program Studi D-4 TPJJ

Oleh:

RICKY ROWENA SITEPU NIM: 1505131012

PROGRAM STUDI TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 2019

PEDOMAN PENGGUNAAN TUGAS AKHIR

Tugas Akhir DIPLOMA IV yang tidak dapat dipublikasikan terdaftar dan tersedia di Perpustakaan Politeknik Negeri Medan, dan terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa hak cipta ada pada pengarang dengan mengikuti aturan HaKI yang berlaku di Politeknik Negeri Medan. Refrensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan atau peringkasan hanya dapat dilakukan seizin pengarang dan harus disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk menyebutkan sumbernya.

Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh Skripsi haruslah seizin Direktur Politkenik Negeri Medan.

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan baik, dan tepat pada waktunya.

Laporan tugas akhir ini yang berjudul “ANALISIS KONDISI JEMBATAN SEI WAMPU KOTA STABAT KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT”, yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas akhir di program studi Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan, Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Medan.

Laporan tugas akhir ini, penulis menghadapi beberapa kendala ataupun kesulitan dalam pengerjaan laporan, namun berkat dari bantuan serta dukungan dari pihak manapun sehingga pengerjaan laporan ini tersusun. Adapun beberapa pihak yang penulis ucapkan banyak terima kasih, yaitu:

1. Bapak M. Syahruddin S.T., M.T., selaku Direktur Politeknik Negeri Medan. 2. Bapak Ir. Samsudin Silaen, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Medan. 3. Bapak Ir. Ependi Napitu, M.T., selaku Kepala Program Studi Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan. 4. Ibu Ernie Shinta Y. Sitanggang, S.T,. M.T selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan masukan dan nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini. 5. Ibu Ir. Hasnita, M.S.C.E. selaku Wali Kelas, Ibu Efri Debby Ekinola Ritonga, S.T., M.T. atas dukungan moril dan semangat. 6. Kepada kedua Orang tuaku yang telah banyak memberikan doa, dukungan semangat baik secara moral maupun materi. 7. Kepada teman – teman seperjuangan TPJJ 8 B angkatan 2015 yang sudah memberikan semangat dukungan atas pengerjaan laporan tugas akhir ini. 8. Kepada adik-adik Saifullah Al Mashul Squad dan terutama Fachmirizal serta Dimas Dava Pratama yang sudah banyak membantu dari segi dukungan serta tindakan dalam pengerjaan laporan ini.

ii

9. Terima kasih khusus Abangda Evan Dermawan dan kak Sri Fuanah, Moeeza Team, Pengurus LPTQ 2018-2019, rekan dan sahabat yang telah membantu dan memberikan semangat kepada penulis sehingga pengerjaan laporan tugas akhir ini terselesaikan.

Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun dan menyelesaikan laporan ini tugas akhir ini. Namun, penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis menerima dengan terbuka segala masukan–masukan, kritik, saran, dan pendapat yang bersifat membangun guna memperbaiki laporan tugas akhir ini.

Akhir kata, penulis memohon maaf kepada Allah SWT, semoga seluruh pihak yang telah banyak memberikan bantuan, dukungan dan doa kepada penulis mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi rekan – rekan kerabat sekalian. Aamin Allahumma Aamiin.

Medan, September 2019 Hormat saya, Penulis

Ricky Rowena Sitepu NIM: 1505131012

iii

DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN ...... i LEMBAR PENGESAHAN ...... ii PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI ...... iii KATA PENGANTAR ...... iv DAFTAR ISI ...... vi DAFTAR GAMBAR ...... xi DAFTAR TABEL...... xiv DAFTAR LAMPIRAN ...... xvi ABTSRAK ...... xvii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...... 1 1.2 Rumusan Masalah ...... 2 1.3 Tujuan Pembahasan...... 2 1.4 Manfaat Skripsi ...... 3 1.5 Lingkup dan Batasan Masalah ...... 3 1.6 Tcknik Pengumpulan Data ...... 3 1.7 Sistematika Penulisan ...... 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum ...... 5 2.2 Pengertian dan klasifikasi jembatan ...... 5 2.3 Pemeriksaan Jembatan ...... 7 2.3.1 Pemeriksaan Inventarisasi...... 7 2.3.2 Pemeriksaan Detail ...... 8 2.3.3 Pemeriksaan Rutin...... 9 2.3.4 Pemeriksaan Khusus...... 9 2.4 Dasar-dasar Prosedur Pemeriksaan ...... 11 2.4.1 Sistem Pemeriksaan Detail ...... 11 2.4.2 Hierarki dan Kode Elemen ...... 11

iv

2.4.3 Kode Kerusakan Elemen ...... 15 2.4.4 Sistem Penilaian Elemen ...... 18 2.4.5 Jenis-jenis Kerusakan Pada Jembatan (Jembatan Rangka)...... 27 2.4.5.1 Kerusakan Pada Beton ...... 27 2.5.5.1.1 Kerusakan 201- kerusakan pada beton...... 27 2.5.5.1.2 Kerusakan 202- Retak ...... 29 2.5.5.1.3 Kerusakan 203- Karat Pada Tulangan ...... 30 2.5.5.1.4 Kerusakan 204- Kerusakan Komponen karena Aus dan Pelapukan...... 31 2.5.5.1.5 Kerusakan 205-pecah atau Hilangnya Sebagian dari Beton...... 31 2.5.5.1.6 Kerusakan 206- Lendutan ...... 31 2.4.5.2 Keruskan Pada Baja...... 31 2.4.5.2.1 Kerusakan 301- Penurunan Mutu dari Cat dan/atau Galvani ...... 31 2.4.5.2.2 Kerusakan 302. Karat ...... 32 2.4.5.2.3 Kerusakan 303- Perubahan Bentuk Pada Komponen ...... 33 2.4.5.2.4 Kerusakan 304- Retak ...... 33 2.4.5.2.5 Kerusakan 308- Sambungan yang Longgar .. 34 2.4.5.3 Kerusakan Pada Kepala Jembatan dan Pilar ...... 34 2.4.5.3.1 Kerusakan 551- Kepala Jembatan dan Pilar Bergerak ...... 34 2.4.5.4 Kerusakan Pada Landasan/Perletakan ...... 36 2.4.5.4.1 Kerusakan 601- Tidak Cukupnya Tempat bergerak ...... 36 2.4.5.4.2 Kerusakan 602- Dudukan Landasan yang Tidak Sempurna ...... 36 2.4.5.4.3 Kerusakan 604- Perpindahan atau Perubahan Bentuk yang Berlebihan ...... 37 2.4.5.4.4 Kerusakan 605- LAndasan yang Cacat (pecah, sobek, Retak) ...... 38

v

2.4.5.5 Kerusakan Pada Pelat Lantai ...... 38 2.4.5.5.1 Kerusakan 702- Lendutan yang Berlebihan .. 38 2.4.5.6 Kerusakan Pada Pipa Drainase, Pipa Cucuran dan Drainase Lantai ...... 38 2.4.5.6.1 Kerusakan 711- Pipa Cucuran dan Drainase lantai yang tersumbat...... 38 2.4.5.6.2 Kerusakan 712- Elemen Hilang atau Tidak Ada ...... 39 2.4.5.7 Kerusakan Pada Lapisan Permukaan ...... 39 2.4.5.7.1 Kerusakan 721- Permukaan yang Licin ...... 39 2.4.5.7.2 Kerusakan 722- Permukaan yang Kasar/berlubang...... 40 2.4.5.7.3 Kerusakan 722- Retak Pada Lapis Permukaan ...... 40 2.4.5.7.4 Kerusakan 723- Lapis Permukaan yang Bergelombang ...... 40 2.4.5.8 Kerusakan Pada Trotoar/Kerb ...... 40 2.4.5.8.1 Kerusakan 731- Kerusakan Trotoar yang Licin...... 40 2.4.5.8.2 Kerusakan 732- Lubang pada Trotoar ...... 40 2.4.5.8.3 Kerusakan 733- Bagian yang Hilang ...... 41 2.4.5.9 Kerusakan Pada Siar Muai/Expantion Joint ...... 41 2.4.5.9.1 Kerusakan 801- Kerusakan pada Siar Muai .. 41 2.4.5.9.2 Kerusakan 802- Kerusakan akibat terisinya joint ...... 41 2.4.5.9.3 Kerusakan 806- Retak Aspal pada Sambungan yang Bergerak...... 42 2.5 Prosedur Pemeriksaan Secara Detail ...... 43 2.5.1 Data Administrasi dan Inventarisasi ...... 43 2.5.2 Kesan Secara Keseluruhan...... 45 2.5.3 Daftar Elemen Rusak...... 45 2.5.4 Lokasi Elemen yang Rusak...... 45

vi

2.5.5 Pemberian Nilai Kondisi ...... 46 2.5.6 Data lain ...... 47 2.5.7 Pemeriksaan Rutin ...... 48 2.5.8 Catatan Kecil dan Sketsa ...... 49 2.6 Pemeriksaan dan Rehabilitas Jembatan...... 49 2.6.1 Pemeliharaan Rutin...... 50 2.6.2 Pemeliharaan Berkala...... 50 2.6.3 Rehabilitasi dan Perbaikan Besar ...... 51 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Skripsi ...... 53 3.2 Lokasi Penelitian ...... 54 3.3 Peralatan dan Material ...... 54 3.4 Tahapan Persiapan...... 55 3.5 Tahapan Pengumpulan Data...... 55 3.5.1 Survey Pendahuluan ...... 55 3.5.2 Survey Pemeriksaan Detail Jembatan Secara Keseluruhan ...... 56 3.6 Tahapan Pemberian Nilai Kondisi ...... 56 BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHAN 4.1 Pengumpulan dan Pengelolaan Data ...... 57 4.1.1 Pelaksanaan Survey ...... 57 4.1.2 Data Administrasi Jembatan...... 57 4.1.3 Data Inventarisasi ...... 58 4.2 Hasil Survey Pemeriksaan Detail ...... 60 4.2.1 Daftar Elemen Rusak dan Lokasi elemen yang rusak ...... 60 4.2.2 Pemberian Nilai Kondisi ...... 61 4.2.3 Pemeliharaan Rutin...... 69 4.3 Pemeliharaan dan Rehabilitasi Jembatan Sei Wampu ...... 71 4.3.1 Perbaikan Retak Beton dengan Grouting...... 72 4.3.2 Penggantian Expantion Joint...... 74

vii

4.3.3 Pengecatan Rangka Baja dan Sandaran...... 77 4.3.4 Penggantian dan Perbaikan LAndasan/Perletakan ...... 80 4.3.5 Pembersihan dan Patching Beton...... 82 4.3.6 Penggantian Besi Siku Trotoar ...... 83 4.3.7 Perbaikan Tembok Sedada yang Rusak...... 84 4.3.8 Pelaksanaan Pembersihan Dalam Pemeliharaan Rutin ...... 85 4.4 Perhitungan Ranvangan Anggaran Biaya (RAB) perbaikan Jembatan ...... 86 4.4.1 Perhitungan Kebutuhan Bahan ...... 86 4.4.2 Analisis Satuan Harga Pekerjaan ...... 89 BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan ...... 94 5.2 Saran ...... 95 DAFTAR PUSTAKA

viii

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Diagram Alir Pemeriksaan ...... 10 Gambar 2.2 kerontokan pada beton ...... 27 Gambar 2.3 Beton Keropos (Honeycombing) ...... 28 Gambar 2.4 Beton yang Berongga/Berbunyi (Drumminess) ...... 28 Gambar 2.5 Retak Struktural akibat momen ...... 30 Gambar 2.6 Retak Struktural akibat gaya lintang ...... 30 Gambar 2.7 Penurunan Mutu dari Cat dan/atau Galvani ...... 32 Gambar 2.8 Sambungan berlapis yang mengemang karena berkarat ...... 32 Gambar 2.9 Titik-titik dimana umumnya terjadi karat pada Jembatan Gelagar Baja ...... 33 Gambar 2.10 Perubahan bentuk Setempat dan Perubahan bentuk secara keseluruhan akibat tumbukan ...... 33 Gambar 2.11 Gelagar baja dengan cover plate dan Retak pada gelagar Melintang ...... 34 Gambar 2.12 Paku Keling, Baut dan Las ...... 34 Gambar 2.13 Pergerakan Akibat penurunan dan rotasi akibat gaya-gaya pada bidang longsor...... 35 Gambar 2.14 Guling akibat gaya berlebihan dan Pergerakan akibat gaya yang Berlebihan ...... 35 Gambar 2.15 Puntir akibat Gerusan ...... 35 Gambar 2.16 Pergerakan pada Dinding Penahan Tanah ...... 36 Gambar 2.17 Landasan yang tertahan ...... 36 Gambar 2.18 Landasan dengan tempat kedudukan yang tidak rata dan Tempat kedudukan landasan yang tidak cukup lebar ...... 37 Gambar 2.19 Gerakan yang berlebihan dari landasan dan Perubahan Bentuk Landasan...... 37 Gambar 2.20 Landasan Karet/Neoprene yang retak dan pecah ...... 38 Gambar 2.21 Lendutan Vertikal dan lendutan ke samping ...... 38

ix

Gambar 2.22 Lubang Pembuangan Air ...... 39 Gambar 2.23 Permukaan yang bergelombang ...... 40 Gambar 2.24 Bagian Trotoar Hilang ...... 41 Gambar 2.25 Siar Muai yang Tidak sama Tinggi ...... 41 Gambar 2.26 Siar Muai terisi ...... 41 Gambar 2.27 Retak aspal pada sambungan lantai ...... 42 Gambar 3.1 Bagan Alir Tugas Skripsi ...... 53 Gambar 3.2 Peta Lokasi Penelitian ...... 54 Gambar 4.1 Retakan lantai meluas pada Bentang 1 ...... 61 Gambar 4.2 Retakan lantai terpisah pada Bentang 1 ...... 62 Gambar 4.3 Retakan lantai meluas pada Bentang 3 ...... 62 Gambar 4.4 Retakan lantai meluas pada pelat lantai yang sudah diperbaiki pada bentang 1 ...... 63 Gambar 4.5 Retak terpisah pada bentang 3 ...... 63 Gambar 4.6 Retak pada aspal karena pergerakan ...... 64 Gambar 4.7 Permukaan aspal bergelombang Pada daerah sambungan B2 ...... 64 Gambar 4.8 Retak pada aspal karena pergerakan pada sambungan lantai...... 65 Gambar 4.9 Retak pada aspal karena pergerakan ...... 65 Gambar 4.10 Perlindungan permukaan rangka hilang (penurun mutu cat) ...... 66 Gambar 4.11 Landasan mengalami perubahan (deformasi) ...... 66 Gambar 4.12 Lantai Trotoar terkelupas/gompal dan besi siku hilang ...... 67 Gambar 4.13 Tembok sedada Al kiri rusak ...... 67 Gambar 4.14 Penumpukan puing-puing atau rintangan disungai Diperlukan pemeliharaan rutin ...... 69 Gambar 4.15 Penumpukan kotoran pada elemen jembatan Diperlukan pemeliharaan rutin ...... 70 Gambar 4.16 Tumbuhan liar pada Al dan A2 Diperlukan pemeliharaan rutin .... 70 Gambar 4.17 Penurunan mutu cat pada sandaran Diperlukan pemeliharaan Rutin ...... 71

x

Gambar 4.18 Bagan Alir Perbaikan Grouting ...... 72 Gambar 4 19 Penggantian Expantion joint ...... 75 Gambar 4.20 Bagan Alir Pengecatan Rangka dan Sandaran ...... 78 Gambar 4.21 Bagan alir Penggantian dan perbaikan Landasan/Perletakan...... 81 Gambar 4.22 Bagan alir Pembersihan dan Patching Beton ...... 82 Gambar 4.23 Bagan alir Penggantian Besi Siku Trotoar ...... 83 Gambar 4.24 Diagram alir penanganan Tembok Sedada ...... 84

xi

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Hierarki Elemen ...... 12 Tabel 2.2 Bahan dan Jenis Kerusakannya ...... 15 Tabel 2.3 Kerusakan Elemen Jembatan ...... 16 Tabel 2.4 Penentuan Nilai Kondisi...... 19 Tabel 2.5 Skala nilai kondisi jembatan ...... 19 Tabel 2.6 Petunjuk untuk menilai struktur dan tingkat kerusakan ...... 20 Tabel 2.7 Verifikasi Data Inventarisasi...... 43 Tabel 2.8 Batasan Fungsional ...... 43 Tabel 2.9 Arus Lalu Lintas...... 43 Tabel 2.10 Jalan Alternatif dan Jalan Memutar ...... 43 Tabel 4.11 Data Banjir Terbesar ...... 43 Tabel 2.12 Tipe Jembatan dan Gambar Konstruksi ...... 43 Tabel 2.13 Laporan Pemerisaan Inventarisasi Jembatan...... 44 Tabel 2.14 Daftar Elemen yang Rusak ...... 45 Tabel 2.15 Lokasi Elemen yang Rusak ...... 45 Tabel 2.16 Pemberian Nilai Kondisi Pada Level 3 ...... 46 Tabel 2.17 Pemberian Nilai Kondisi Pada Level 2...... 47 Tabel 2.18 Pemberian Nilai Kondisi Pada Level 1 ...... 47 Tabel 2.19 Data Lain ...... 47 Tabel 2.20 Pemeliharaan Rutin...... 48 Tabel 2.21 Catatan dan Gambar-Gambar ...... 49 Tabel 4.1 Verifikasi Data Inventarisasi ...... 58 Tabel 4.2 Arus Lalu Lintas ...... 58 Tabel 4.3 Jalan Alternatif dan Jalan Memutar ...... 58 Tabel 4.4 Tipe Jembatan dan Gambar Konstruksi ...... 58 Tabel 4.5 Laporan Pemeriksaan Inventarisasi Jembatan ...... 59 Tabel 4.6 Elemen Rusak dan Lokasi Elemen yang Rusak...... 60 Tabel 4.7 Nilai Kondisi Pelat Lantai pada bentang 1...... 61

xii

Tabel 4.8 Nilai Kondisi Lantai Beton bentang 1...... 62 Tabel 4.9 Nilai Kondisi Lantai Beton bentang 3...... 62 Tabel 4.10 Nilai Kondisi Lantai Beton bentang I ...... 63 Tabel 4.11 Nilai Kondisi Lantai Beton bentang 1 ...... 63 Tabel 4.12 Nilai Kondisi Lantai Beton ...... 64 Tabel 4.13 Nilai Kondisi sambungan lantai bentang 2 ...... 64 Tabel 4.14 Nilai Kondisi Lantai Beton bentang 3 ...... 65 Tabel 4.15 Nilai Kondisi Lantai Beton bentang A2 ...... 65 Tabel 4.16 Nilai Kondisi Rangka jembatan ...... 66 Tabel 4.17 Nilai kodisi landasan ...... 66 Tabel 4.18 Nilai kondisi Trotoar dan besi siku...... 67 Tabel 4.19 Nilai Kondisi Tembok sedada ...... 67 Tabel 4.20 Penilai an kondisi level 3 ...... 68 Tabel 4.21 Penilaian komdisi level 2 ...... 68 Tabel 4.22 Penilaian konndisi level 1 ...... 68 Tabel 4.23 Pemeliharaan rutin...... 69 Tabel 4.24 Saran Perbaikan ...... 71 Tabel 4.25 Luas Permukan Jembatan...... 87 Tabel 4.26 Analisa Harga pembuatan Grouing per m' ...... 89 Tabel 4.27 Analisa Harga Siar muai/Expantion joint...... 89 Tabel 4.28 Analisa Harga Pengecatan Rangka per 1 m ...... 90 Tabel 4.29 Analisa Harga perbaikan landasan/perletakan ...... 90 Tabel 4.30 Analisa Harga Patching beton per m3 ...... 91 Tabel 2.31 Analisa harga pekerjaan perbaikan besi siku ...... 91 Tabel 2.32 Analisa harga pekerjaan perbaikan tembok sedada per m...... 92 Tabel 2.33 Analisa harga pekerjaan pembersihan kotoran rangka atas ...... 92 Tabel 2.34 Analisa harga pekerjaan pembersihan kotoran rangka bawah...... 93 Tabel 4.35 Rencana Anggaran Biaya...... 93

xiii

DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 SHOP DRAWING JEMBATAN SEI WAMPU LAMPIRAN 2 GAMBAR DETAIL HASIL PEMERIKSAAN LAMPIRAN 3 FORMULIR HASIL PEMERIKSAAN DETAIL LAMPIRAN 4 FORMULIR PEMERIKSAAN PENURUNAN PONDASI LAMPIRAN 5 AHSP KOTA MEDAN 2017 LAMPIRAN 6 LEMBARAN ASISTENSI BIMBINGAN

xiv

ABSTRAK ANALISIS KONDISI JEMBATAN SEI WAMPU KOTA STABAT KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT Oleh RICKY ROWENA SITEPU NIM: 1505131012

Jembatan adalah bagian penting dari suatu sistem jaringan jalan karena pengaruhnya yang berarti. Jembatan merupakan struktur yang melintasi sungai atau penghalang lalu lintas lainnya, maka keruntuhan jembatan akan mengurangi atau menahan lalu lintas, yang mana mengakibatkan mengganggu kenyamanan masyarakat berlalu lintas. Tidak dapat dipungkiri bahwa dengan bertambahnya usia jembatan jembatan yang mendekati umur rencananya, semakin tinggi pula kebutuhan akan pemeliharaan rutin, rehabilitas dan penggantiannya. Pemerintah melalui Ditjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum tahun 1993 telah mengembangkan suatu sistem pengelolaan jembatan yang dikenal dengan Sistem Manajemen Jembatan (SMJ) atau Brigde Managerment System (BMS), Sistem ini mencakup Pemeriksaan, rencana dan program, dan perencanaan teknis sampai pada pelaksanaan dan pemeliharaan. Penelitian ini dilakukan pada Jembatan Sei Wampu Kota Stabat Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Penilaian jembatan dilakukan dengan mengumpulkan data-data kerusakan jembatan secara visual dilapangan, guna mengetahui kondisi Exising jembatan secara keseluruhan sesuai dengan formulir pemeriksaan detail jembatan dan menganalisis hasil pemeriksaan untuk mendapatkan usulan penanganan yang tepat sehingga dapat menentukan perkiraan biaya perbaikan jembatan. Hasil Nilai Kondisi Jembatan Sei Wampu Menurut Bridge Manajement System (BMS) adalah dengan nilai kondisi 2. Usulan penanganan berdasarkan analisis pada jembtaan Sei Wampu berupa Rehabilitas sub elemen. Perkiraan biaya perbaikan kerusakan pada jembatan Sie Wampu sebesar Rp. 105.726.393,54.

Kata kunci: Jembatan, Nilai Kondisi, Biaya Perbaikan

xv

ABSTRAK ANALISIS KONDISI JEMBATAN SEI WAMPU KOTA STABAT KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT Oleh RICKY ROWENA SITEPU NIM: 1505131012

Bridges are an important part of a road network system because of their significant influence. The bridge is a structure that crosses rivers or other traffic barriers, so the collapse of the bridge will reduce or hold back traffic, which results in disruption to the convenience of the traffic community. It is undeniable that as the age of bridges nears the age of the plan, the higher the need for routine maintenance, rehabilitation and replacement. The Government through the Directorate General of Highways in the Ministry of Public Works in 1993 has developed a bridge management system known as the Bridge Management System (BMS) or Brigde Management System (BMS). This system covers Inspections, plans and programs, and technical planning to implementation and maintenance. This research was conducted at the Sei Wampu Bridge in Stabat City, Stabat District, . The bridge assessment is done by collecting bridge damage data visually in the field, in order to determine the overall condition of the existing bridge in accordance with the bridge detail inspection form and to analyze the inspection results to obtain an appropriate handling proposal so as to determine the estimated cost of bridge repair. The Result of the Sei Wampu Bridge Condition Value According to the Bridge Management System (BMS) is a condition value of 2. The proposed treatment is based on an analysis of the Sei Wampu bridge in the form of sub-element rehabilitation. The estimated cost of repairing damage to the Sie Wampu Bridge is Rp. 105.726.393,54.

Key words: Bridges, Condition Value, Repair Costs

xvi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jembatan merupakan struktur yang melintasi sungai atau penghalang lalu lintas lainnya, maka keruntuhan jembatan akan mempengaruhi atau menahan lalu lintas, yang mana mengakibatkan terganggunya kenyamanan masyarakat berlalu lintas dan terganggunya hubungan perekonomian. (BMS, Panduan Pemeriksaan Jembatan, bagian 1, 1993)

Tidak dapat dipungkiri bahwa dengan bertambahnya usia jembatan yang mendekati umur rencananya, semakin tinggi pula kebutuhan akan pemeliharaan rutin, rehabilitas dan penggantiannya. Jika digambarkan kinerja suatu jembatan akan menurun seiring dengan pertambahan waktu selama melayani beban lalu lintas diatasnya. (Aktan, 1997)

Jembatan sei wampu merupakan Jembatan yang diresmikan Meteri Pekerjaan Umum RI DR. Ir. Suyono Sosrodarsono Tahun 1987 Silam. jembatan ini menyeberangi Sungai Wampu Kecamatan Stabat sebagai jalur lintas Sumatera. (Medan Bisnis, 2015)

Sedangkan kondisi jembatan, masih menurut (Medan Bisnis, 2015) dinilai sudah sangat mendesak, mengingat kemampuan dan kondisi jembatan sudah mulai rusak.

Hal tesebut dapat dinilai dimana jembatan dirasa bergoyang ketika dilalui. Rangka yang sudah menua, kemudian sering dilakukannya perbaikkan-perbaikkan pada pelat lantai dan lapis perkerasan pada daerah expantion Joint menandakan teridenfikasinya permasalah pada daerah landasan/perletakan jembatan ataupun pondasi jembatan.

Keberlangsungan fungsi jembatan bergantung pada pengelolaan yang dilakukan. Pemerintah melalui Ditjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum tahun 1993 telah mengembangkan suatu sistem pengelolaan jembatan yang dikenal dengan Sistem Manajemen Jembatan (SMJ) atau Brigde Management System (BMS),

1

Sistem ini mencakup Pemeriksaan, rencana dan program, dan perencanaan teknis sampai pada pelaksanaan dan pemeliharaan.

Dengan menggunakan Sistem pengelolan jembatan tersebut, nantinya akan diketahui bagaimana proses pemeriksaan jembatan Sei Wampu, cara/metode perbaikkan jembatan Sei Wampu, juga sebagai pembekalan ilmu untuk diterapkan dilapangan.

Oleh karena itu penulis berniat melakukan melakukan ”Analisis Kondisi Jembatan Sei Wampu Kota Stabat Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat” dengan menggunakan Sistem Manajemen Jembatan (SMJ) atau Bridge Management System (BMS).

1.2 Rumusan Masalah

Bergerak dari latar belakang diatas, maka didapat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Berapakah Nilai Kondisi Jembatan Sei Wampu Kota Stabat Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat? 2. Bagaimanakan Usul Penanganan Struktur Atas Jembatan Sei Wampu Kota Stabat Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat? 3. Bagaimanakan perkiraan biaya perbaikan Kondisi Struktur atas Jembatan Sei Wampu Kota Stabat Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat?

1.3 Tujuan Pembahasan

Tujuan pembahasan Skripsi ini sebagai berikut:

1. Mengetahui Nilai Kondisi Jembatan Sei Wampu Kota Stabat Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. 2. Mengetahui Usul Penanganan Struktur atas Jembatan Sei Wampu Kota Stabat Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. 3. Mengetahui perkiraan biaya perbaikan Kondisi Struktur atas Jembatan Sei Wampu Kota Stabat Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

2

1.4 Manfaat Skripsi

Manfaat Skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui kondisi jembatan dengan mengumpulkan data secara visual dilapangan, mendukung usulan penanganan Struktur Atas jembatan baik rehabilitasi berdasarkan pertimbangan teknis dan ekonomis maupun kelanjutan pekerjaan jembatan baru. 2. Sebagai masukan bagi instansi yang berwenang yaitu Balai Besar Pelaksaan jalan Nasional I dalam mempersiapkan urutan prioritas penanganan perbaikkan jembatan.

1.5 Lingkup dan Batasan Masalah

Penulisan skripsi ini agar dapat terarah dan dilakukan secara efektif perlu adanya batasan. Adapun batasan masalah dari skripsi ini sebagai berikut: 1. Penilaian Kondisi jembatan sei wampu dilaksanakan dengan menggunakan Sistem Penilaian Elemen pada Pemeriksaan Detail. 2. Penilaian kondisi jembatan sei wampu meliputi beberapa komponen sebagai berikut: Stukruktur Bawah meliputi Pondasi, Kepala Jembatan. Dan Struktur Atas meliputi Gelagar dan Rangka Baja, Lapis Perkerasan, Pelat Lantai, Expantion joint, Landasan/perletakan, Sandaran dan Perlengkapan, Drainase. Kondisi tersubut untuk menentukan kondisi secara keseluruhan. 3. Metode Perbaikkan pada Struktur Atas meliputi Gelagar dan Rangka Baja, Lapis Perkerasan, Pelat Lantai, Expantion Joint, Landasan/perletakan, Sandaran dan Perlengkapan, Drainase.

1.6 Teknik Pengumpulan Data dan Pengelolaan

Adapun tahapan atau metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah dimulai dengan pengumpulan data-data lapangan yang dilakukan dengan pengamatan visual kemudian dilanjutkan dengan menganalisis nilai kondisi jembatan. Berikut merupakan standar prosedur terselesaikannya skripsi ini:

1. Melakukan pengumpulan data dari instansi terkait tentang jembatan sei Wampu Kota Stabat, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat, yaitu Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional.

3

2. Melakukan pengumpulan data-data lapangan yang dilakukan dengan pengamatan visual/pemeriksaan secara detail. 3. Metode bimbingan yang dilakukan dengan dosen pembimbing dengan tujuan untuk mendapat pengarahan dan bimbingan dalam penyelesaian masalah skripsi. 4. Melakukan Analisis dari masalah.

1.7 Sistematika Penulisan

Secara garis besar sistematika penulisan skripsi yang akan dilakukan ini terdiri dari lima bab yaitu pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian analisa dan perhitungan , dan penutup dengan sistematika sebagai berikut ini:

1. BAB 1 PENDAHLUAN Bab ini mengemukakan tentang informasi secara umum dari skrip ini yang berkenaan dengan latar belakang, permasalahan, tujuan, manfaat skripsi, batasan-batasan dalam permasalahan, teknik pengumplan dan penelolaan data serta sistematika penulisan.

2. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan tentang teori-teori serta beberapa definisi dan studi literatur yang dijadikan sebagai dasar dalam analisis dan pembahasan masalah yang berhubungan dengan penulisan ini.

3. BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang tahapan skripsi yang dimulai dari tahapan persiapan, pengumpulan dan pengelolaan data, analisis serta perumusan kesimpulan dan saran yang akan diberikan.

4. BAB 4 ANALISA DAN PERHITUNGAN Bab ini berisikan tentang analisa dan perhitungan dari data yang sudah di peroleh sesuai dengan permasalahan yang ditentukan.

5. BAB 5 PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dengan memberikan hasil keluaran skripsi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan serta saran yang dapat ditindak lanjuti terhadap hasil keluaran skripsi ini.

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum

Secara garis besar pemeriksaan jembatan adalah meyakinkan bahwa jembatan berada dalam keadaan aman terhadap pemakaian jalan dan juga untuk mengamankan nilai investasi jembatan itu. Pemeriksaan merupakan suatu proses pengumpulan data pisik dan kondisi secara struktur jembatan. (BMS, Panduan Pemeriksaan Jembatan, bagian 1, 1993)

Pada saat ini sudah dikembangkan Sistem Manajemen Jembatan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga yang berfungsi untuk membuat rencana kegiatan jembatan, pelaksaan dan pemantauan berdasarkan kebijaksanaan secara menyeluruh. Di dalam BMS termasuk didalamnya kegiatan manajemen jembatan mulai dari pemeriksaan, rencana dan program, perencanaan teknis sampai pada pelaksanaan dan pemeliharaan.

Pemeriksaan jembatan adalah salah satu komponen BMS yang terpenting. Hal ini merupakan suatu yang pokok dalam hubungannya antara keadaan jembatan yang ada dengan rencana pemeliharaan atau peningkatan dalam waktu mendatang. (BMS, Panduan Pemeriksaan Jembatan, bagian 1, 1993)

2.2 Pengertian dan Klasifikasi Jembatan

Jembatan adalah terminologi umum untuk konstruksi yang diperuntukkan menjadi sarana penghubung dua daerah yang terpisah oleh sungai, palung, lembah, danau, selat, dan jalan baik untuk transportasi jalan raya, jalan kereta api, orang, binatang maupun transportasi air atau jalan air (Raka dalam Asmadi, 2009).

Sedangkan jembatan menurut (BMS, Panduan Pemeriksaan Jembatan, bagian 1, 1993) adalah jembatan, lintasan basah, lintasan kereta api, lintasan ferry, gorong- gorong, yang memiliki ukuran panjang total atau lebar rentang (dalam hal gorong- gorong) lebih dari 2 meter.

Secara umum jembatan dibagi menjadi 4 bagian utama, yakni struktur bangunan atas (super-structure), struktur bangunan bawah (Sub-structure), jalan pendekat, dan bangunan pengaman (Siswanto, 1999)

5

Struktur bangunan atas adalah bagian-bagian jembatan yang memindahkan beban- beban lantai jembatan kearah perletakan. Struktur atas terdiri dari: Gelagar-gelagar induk, struktur tumpuan atau perletakan, struktur lantai jembatan/kendaraan, pertambahan arah melintang dan arah memanjang. (Siwanto, 1993)

Struktur bangunan bawah menurut Departemen Pekerjaan Umum (Modul Pengantar dan Prinsip Perencanaan Bangunan Bawah/Pondasi Jembatan, 1998) fungsi utama bangunan bawah adalah memikul beban-beban pada bangunan atas dan pada bangunan bawahnya sendiri utnuk disalurkan ke pondasi. Selanjutnya beban-beban tersebut oleh pondasi disalurkan ke tanah. Struktur bawah terdiri dari: Kepala jembatan, kepala jembatan/pilar.

Pemilihan bentuk dan jenis jembatan sangat dipengaruhi oleh kondisi dari lokasi jembatan tersebut. Pemilihan lokasi tergantung medan dari suatu daerah dan tentunya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat di daerah dengan kata lain bentuk dari konstruksi jembatan harus layak dan ekonomis. Jenis jembatan sendiri dapat dibedakan berdasarkan fungsi, lokasi, bahan konstruksi dan tipe strukturnya. Berdasarkan fungsinya, jembatan dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu sebagai berikut:

a. Jembatan jalan raya (highway bridge); b. Jembatan jalan kereta api (railway bridge); c. Jembatan pejalan kaki atau penyeberangan (pedestrian bridge).

Berdasarkan lokasinya, jembatan dapat dibedakan menjadi 5 jenis, yaitu sebagai berikut: a. Jembatan di atas sungai atau danau; b. Jembatan di atas lembah; c. Jembatan di atas jalan yang ada (fly over); d. Jembatan di atas saluran irigasi/drainase (culvert); e. Jembatan di dermaga (jetty).

Berdasarkan bahan konstruksinya, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain: a. Jembatan kayu (log bridge) b. Jembatan beton (concrete bridge) c. Jembatan beton prategang (prestressed concrete bridge)

6

d. Jembatan baja (steel bridge) e. Jembatan komposit (compossite bridge)

Berdasarkan tipe strukturnya, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu: a. Jembatan plat (slab bridge) b. Jembatan plat berongga (voided slab bridge) c. Jembatan gelagar (girder bridge) d. Jembatan rangka (truss bridge) e. Jembatan pelengkung (arch bridge) f. Jembatan gantung (suspension bridge) g. Jembatan kabel (cable stayed bridge) h. Jembatan cantilever (cantilever bridge)

2.3 Pemeriksaan Jembatan

Pemeriksaan jembatan adalah salah satu Komponen BMS yang terpenting. Hal ini merupakan sesuatu yang pokok dalam hubungannya antar keadaan jembatan yang ada dengan rencana pemeliharaan atau peningkatan dalam waktu mendatang. Tujuan dari pemeriksaan jembatan ini adalah untuk meyakinkan bahwa jembatan masih berfungsi secara aman dan perlunya diadakan suatu tindakan tertentuguna pemeliharaan dan dan perbaikan secara berkala. (BMS, Panduan Pemeriksaan Jembatan, bagian 1, 1993)

Masih menurut (BMS, Panduan Pemeriksaan Jembatan, bagian 1, 1993), jenis pemeriksaan yang utama adalah sebagai berikut: a. Pemeriksaan Invetarisasi b. Pemeriksaan Detail c. Pemeriksaan Rutin Sebagai tambahan, Pemeriksaan Khusus juga diaksanakan dalam BMS.

2.3.1 Pemeriksaan Inventarisasi Pemeriksaan inventarisasi dilaksanakan untuk mencatat data administrasi, dimensi, material dan kondisi setiap jembatan dalam sistem manajemen jembatan. Semua jembatan, lintasan kereta api, lintasan bawah, lintasan ferry, dan gorong-gorong yang memiliki panjang dua meter atau lebih harus dicatat. (BMS, Panduan Pemeriksaan Jembatan, bagian 1, 1993)

7

Secara lebih khusus, pemeriksaan inventarisasi dilakukan untuk:

a. Mencatat jembatan dalam Sistem Manajemen Jembatan dengan menggunakan Nomor dan Lokasi Jembatan b. Mengukur dan mencatat dimensi keseluruhan dari jembatan dan setiap bentang c. Menunjukan jenis jembatan atau lintasan, komponen utama dan tanggal atau tahun kontruksi d. Menilai kondisi komponen-komponen utama bangun atas dan bangunan bawah jembatan e. Mencatat batas-bats muatan atau pembatasan fungsional lainnya pada jembatan yang ada f. Menafsirkan dan mencatat pengaruh lebar jembatan yang ada terhadap lalu- lintas g. Mencatat riancian mengenai detour (jalan memutar) yang ada bilamana terjadi penutupan jembatan h. Mencatat data banjir tertinggi yang diketahui, tanggal terjadinya dan sumber informasi Mencatat apakah terdapat gambar jembatan terlaksana dan apakah jembatan merupakan jenis standar.

2.3.2 Pemeriksaan Detail Pemeriksaan detail dilakukan untuk mengetahui kondisi jembatan dan elemennya guna mempersiapkan strategi penangan untuk setiap individual jembatan dan membuat urutan prioritas jembatan sesuai dengan jenis penanganannya. (BMS, Panduan Pemeriksaan Jembatan, bagian 1, 1993). Pemeriksaan secara mendetai dilaksankan untuk menilai secara akuratkondisi suatu jembatan. Semua komponen dan elemen jembatan diperiksa dan kerusakan- kerusakan yang berarti dikenali dan di data. Secara lebih khusus, pemeriksaan secara detail dilakukan untuk: a. Mengenali dan mendata semua kerusakan penting elemen jembatan b. Menilai kondisi elemen dan sekelompok elemen jembatan, dengan secara obyektif menentukan suatu Nilai Kondisi c. Melaporkan apakah Tindakan darurat dibutuhkan dan alasannya d. Melaporkan apakah suatu laporan khusus dibutuhkan dan alasanya

8

e. Melaporkan apakah pemeliharan rutin yang baik sedang berlangsung.

Data dari pemeriksaan detail dimasukkan dalam database BMS, lalu diproses untuk diketahui pemeriksaan setiap jembatan secara keseluruhan yang dapat mengembalikan jembatan tersebut ke suatu kondisi tertentu dan dalam tingkat layak layan. (BMS, Panduan Pemeriksaan Jembatan, bagian 1, 1993).

2.3.3 Pemeriksaan Rutin Pemeriksaan rutin dilakukan setiap tahun sekali untuk memeriksa apakah pemeliharaan rutin dilaksanakan dengan baik atau tidak dan apakah harus dilaksanakan atau tidak tindak darurat atau perbaikan untuk memelihara jembatan supaya tetap dalam kondisi aman dan layak. Pemeriksaan ini dilaksakan diantar pemeriksaan detail.

Pemeriksaan rutin dilaksanakan untuk memastikan bahwa perubahan-perubahan tiba-tiba atau yang tak terduga dalam kondisi jembatan secara keseluruhan yang terjadi antara dua pemeriksaan detail terdeteksi dan dilaporkan dan agar timdakan yang tepat dapat diambil

Secara khusus pemeriksaan rutin dilaksanakan untuk: a. Memastikan bahwa jembatan stabil dana man b. Menentukan apakah pemeriharaan rutin yang efektif sedang dilakukan c. Menentukan apakah dibutuhkan tindakan darurat (BMS, Panduan Pemeriksaan Jembatan, bagian 1, 1993).

2.3.4 Pemeriksaan Khusus Pemeriksaan khusus biasanya dilakukan pada saat melakukan pemeriksaan detail, setelah mendapat saran dari inspektur jembatan disebabkan karena kurangnya data untuk menentukan kondisi jembatan.

Pemeriksaan khusus dilakukan untuk: 1. Menganalisis material atau memantau kinerja komponen-komponen tertentu yang terideteksi memiliki kerusakan atau pergerakan dengan menggunakan peralatan khusus 2. Menjangkau lokasi yang biasanya tidak dapat diperiksa oleh inspektur dengan metode visual atau normal 3. Melengkapi suatu pemeriksaan secara detail.

9

Secara keseluruhan kegiatan pemeriksaan jembatan dapat dilihat pada gambar 2.1 bagan alir pemeriksaan jembatan:

KERANGKA KERJA

JENIS PEMERIKSAAN: TINDAKAN 1. Pemeriksaan Inventarisasi DARURAT 2. Pemeriksaan Detail

3. Pemeriksaan Rutin

4. Pemeriksaan Khusus PERINGKAT BEBAN

BMS MIS BINA MARGA BRIDGE DATABASE MIS IRMS

PERENCANAAN DAN PEMOGRAMAN

PEMERIKSAAN DESAIN DAN BAHAN JEMBATAN JEMBATAN

PERAWATAN BANGUNAN KONSTRUKSI PERBAIKAN Jembatan baru Penggantian

Duplikat/tiruan

PEMANTAUAN

Gambar 2.1 Diagram alir Pemeriksaan Jembatan (BMS) (Sumber: BMS, Panduan Pemeriksaan Jembatan, bagian 1, 1993)

10

4. Dasar-Dasar Prosedur Pemeriksaan

Jembatan terdiri dari sejumlah elemen yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Sifat-sifatnya kompleks, tetapi untuk pemeriksaan elemen dikelompokkan kedalam beberapa komponen sebagai berikut: a. Aliran sungai/tanah timbunan mencakup aliran sungai, tanah timbunan dan bangunan pengaman sungai b. Bangunan bawah mencakup pondasi, kepala jembatan dan pilar c. Bangunan atas mencakup struktur banguan atas, sistem lantai dan lantai kendaraan, expention join, perletakkan/landasan, sandaran dan perlengkapan.

2.4.1 Sistem Pemeriksaan Secara Detail

Dari sistem pemeriksaaan secara detail adalah penilaian kondisi elemen dan kelompok elemen menurut keadaannya dan keseriusan dari kekurangannya/ kelemahannya. Untuk melaksanakan pemeriksaan detail, struktur jembatan dibagi dalam bentuk suatu hierarki elemen jembatan. Hierarki jembatan ini dibagi menjadi 5 level (tingkatan) elemen. Level tertinggi adalah level 1, yaitu jembatan itu sendiri secara keseluruhan, dan level yang paling rendah adalah level 5. Untuk setiap elemen yang memiliki kerusakan yang berarti, 5 nilai ditentukan, yaitu: a. Nilai Struktur b. Nilai Perkembangannya (Volume) c. Nilai Kerusakan d. Nilai Fungsi e. Nilai Pengaruh

2.4.2 Hierarki Dan Kode Elemen Jembatan dianggap memiliki suatu hierarki elemen dalam lima level. Masing- masing level mengandung sujumlah elemen atau kelompok elemen, yang masing- masing mempunyai suatu Kode Elemen dengan empat angka. (BMS, Panduan Pemeriksaan Jembatan, bagian 1, 1993).

Level tertinggi adalah level 1 yaitu jembatan itu sendiri, level ini diberikan kode elemen 1.000 – jembatan

11

Level 2 memiliki 3 elemen sebagai berikut: 2.200 – Aliran Sungai/Timbunan Tanah - aliran sungai dan sekitarnya, termasuk Jalan Pendekatnya 2.300 – Bangunan Bawah - pondasi, kepala jembatan, pilar 2.400 – Bangunan atas - Struktur rangka, lantai dan permukaannya dan elemen lainnya diatas tingkat Permukaan lantai Masing-masing tersebut di atas dibagi lebih lanjut lagi menjadi elemen utama pada level 3, misalnya, elemen 2.300 dibagi lagi sebagai berikut: 3.310 – pondasi - semua pondasi dari semua kepala jembatan dan pilar 3.320 – kepala jembatan/pilar - semua kepala jembatan dan pilar

Elemen-elemen tersebut kemudian dibagi lebih lanjut menjadi kelompok elemen pada Tingkat 4, misalnya: 4.321 – Tiang pancang - semua tiang pancang pada jembatan 4.322 – Dinding/kolom pilar - semua jenis pilar 4.323 – Dinding kepala jembatan - kedua dinding kepala jembatan 4.324 – Dinding sayap - semua dinding sayap, pada kedua kepala jembatan Daftar lengkap kode elemen, disusun berdasarkan level hierarki dapat ditemukan pada tabel 2.1 Tabel 2.1 Hierarki Elemen KODE ELEMEN KODE LEVEL 1 KODE LEVEL 2 KODE LEVEL 3 KODE LEVEL 4 embatan 2.200 Aliran 4.211 Tebung sungai 1.000 J Aliran sungai 3.210 4.212 Aliran Air Utama Sungai /Timbunan 4.213 Daerah Genangan Banjir 4.221 Krib/pengarah arus sungai 4.222 Bronjong dan mattresses 4.223 Talud beton Bangunan 4.224 Pasangan batu kosong 3.220 pengaman 4.225 Turap baja 4.226 Sistem fender 4.227 Diding panahan tanah 4.228 Pengaman dasar sungai 4.231 Timbunan oprit Tanah 4.232 Drainase – timbunan 3.230 Timbunan 4.233 Lapisan perkerasan 4.234 Pelat injak

12

KODE ELEMEN KODE LEVEL 1 KODE LEVEL 2 KODE LEVEL 3 KODE LEVEL 4 4.235 Tanah bertulang 4.311 Tiang pancang

Bangunan 4.312 Pondasi sumuran 2.300 3.310 Pondasi 4.313 Pondasi langsung bawah 4.314 Angker

4.315 Pondasi balok pelengkung 4.321 Kepala tiang Kepala 4.322 Pilar dinding/kolom jembatan/ 4.323 Dinding penahan tanah 3.320 pilar /kepala jembatan dinding

/tembok

4.324 Tembok sayap

4.325 Balok kepala

4.326 Balok penahan gempa

4.327 Penunjang/pengaku 4.328 Penunjang sementara

4.329 Drainase dinding 4.411 Gelagar Bangunan Sistem 4.412 Gelagar melintang 2.400 3.410 4.413 Diafragma atas gelagar 4.414 Sambungan gelagar 4.415 Perkuatan ikatan angin Jembatan 3.420 4.421 Pelat pelat Peleng- 4.431 Bagian pelengkung 3.430 kung 4.432 Dinding tapak pelengkung 4.441 Gelagar balok pelengkung 4.442 Balok pelengkung Balok 4.443 Balok vertika 3.440 peleng- 4.444 Balok melintang kung 4.445 Balok pengaku mendatar 4.446 Sambungan balok Pelengkung 4.451 Panel rangka 4.452 Gelagar penguat 4.453 Rangka pengaku 4.454 Raker – penyokong 4.455 Pin panel/surclip 4.456 Clam 4.461 Batang tepi atas 4.462 Batang tepi bawah 3.450 Rangka 4.463 Batang diagonal 4.464 Batang vertika (rangka) 4.465 Ikatan angin atas (rangka) 4.466 Ikatan angin bawah (rangka) 4.467 Diafragma 4.468 Gelagar melintang transon (rangka) 4.469 Sambungan (rangka)

13

KODE ELEMEN KODE LEVEL 1 KODE LEVEL 2 KODE LEVEL 3 KODE LEVEL 4 4.471 Batang tengah 4.472 Batang diagonal kecil

4.481 Kabel pemikul 4.482 Kabel penggantung 4.483 Kabel penahan ayun 3.480 Sistem 4.484 Kolom pylon 4.485 Pengaku pylon Gantung 4.486 Sadel pylon 4.487 Balok melintang (gantung) 4.488 Ikatan angin bawah (gantung) 4.489 Sambungan (gantung) 4.501 Gelagar memanjang 4.502 Pelat

Sistem 4.503 Gelombang 3.500 4.504 Balok tepi Lantai 4.505 Lapisan permukaan lantai 4.506 Trotoar/kerb 4.507 Pipa cucuran 4.601 Expansion joint baja Expansion 4.602 Expansion joint baja profil 3.610 Joint 4.603 Expansion joint karet 4.604 sambungan 4.621 Tiang sandaran 4.622 Sandaran horisontal 3.620 sandaran 4.623 Penunjang sandaran 4.624 Perapet/tembok sedada 4.701 Batas-batas ukuran 4.711 Rambu-rambu dan tanda- tanda 4.712 Marka jalan 4.713 Papan nama Perlengkap- 4.714 Patung 3.700 an 4.721 Lampu penerangan 4.722 Tiang lampu 4.723 Kabel listrik 4.731 utilitas

3.081 Gorong- gorong persegi 3.082 Gorong- Gorong- 2.800 gororg pipa gorong 3.083 Gorong- gorong pelengkung

14

KODE ELEMEN KODE LEVEL 1 KODE LEVEL 2 KODE LEVEL 3 KODE LEVEL 4 Lintasan 3.091 Ferry basah lintasan dengan 2.900 perkerasan 3.092 Lintasan alam (Sumber: BMS, Panduan pemeriksaan Jembatan, bagian 1, 1993)

2.4.3 Kode Kerusakan

Untuk tujuan mencatat, kerusakan diberi suatu kode kerusakan dengan dengan tiga angka. Kerusakan biasanya berkaitan dengan material atau dengan elemen. Kode kerusakan yang terdapat pada Tabel 2.2 berkaitan dengan material dan dan pada Tabel 2.3 berkaitan dengan elemen.

Terdapat banyak macam kerusakan yang berhubunga langsung dengan jenis material yang dipergunakan untuk membuat komponen jembatan.

Pada tabel 2.2 terdapat jenis kerusakan yang biasanya terjadi pada konstruksi jembatan. Jika mungkin, kerusakan tersebut dihubungkan dengan jenis materialnya. Meskipun demikian apabila terjadi kerusakan pada material disebabkan oleh kerusakan jembatan secara keseluruhan maka untuk ini harus dibuat catatan secara khusus.

Tabel 2.2 Bahan dan Jenis Kerusakannya KODE KERUSAKAN JENIS KERUSAKAN BATU BATA 101 Penurunan mutu Batu atau Bata Keretakan 102 Permukaan pasangan yang menggembung 103 Bagian yang pecah atau hilang BETON 201 Kerontokan beton Beton kropos Beton yang berongga/berbunyi Mutu beton yang jelek Rembesan atau kebocoran ke dalam beton 202 Retak 203 Karat pada besi tulangan 204 Kerusakan komponen karena aus dan pelapukan 205 Pecah atau hilangnya sebagian dari beton 206 Lendutan

15

KODE KERUSAKAN JENIS KERUSAKAN BAJA 301 Penurunan mutu dari cat/ atau galvanis 302 Karat 303 Perubahan bentuk pada komponen 304 Retak 305 Komponen yang rusak atau hilang 306 Elemen yang salah 307 Kabel jembatan yang aus 308 Sambungan yang longgar KAYU 401 Pembusukan dan pelapukan Serangan serangga Pecahnya/retaknya kayu Menyerpihnya papan lantai Cacat pada kayu 402 Hancur atau hilangnya material 403 Menyusutnya kayu 404 Penurunan mutu lapisan pengaman 405 Sambungan yang longgar (Sumber: BMS, Panduan Pemeriksaan Jembatan, bagian 2, 1993)

Kerusakan jembatan yang berhubungan dengan elemen tidak secara langsung berhubungan dengan jenis material jembatan itu tetapi berpengaruh terhadap fungsi jembatan:

Terdapat beberapa kerusakan yang tidak dihubungkan dengan bahan yang dipakai. Kerusakan ini dihubungkan dengan elemennya. Kerusakan ini disusun dalam tabel 2.3 dan digabungkan dalam kelompoknya

Tabel 2.3 Kerusakan Elemen Jembatan KODE KERUSAKAN ELEMEN DAN KERUSAKAN ALIRAN SUNGAI 501 Endapan/lumpur yang berlebihan 502 Sampah yang menumpuk dan terjadi hambatan aliran sungai 503 Pengikisan pada daerah dekat pilar atau kepala jembatan 504 Air sungai macet yang mengakibatkan terjadinya banjir BANGUNAN PENGAMAN 511 Bagian yang hilang atau tidak ada TIMBUNAN 521 Scour 522 Retak/penurunan/penggembungan

16

KODE KERUSAKAN ELEMEN DAN KERUSAKAN TANAH BERTULANG 531 Penggembungan permukaan 532 Retak, rontok, atau pecah dari panel tanah bertulang

ANGKER – Jembatan Gantung & Jembatan kabel 541 Tidak Stabil KEPALA JEMBATAN DAN PILAR 551 Kepala Jembatan atau pilar bergerak LANDASAN PENAHAN GEMPA 561 Elemen longgar atau hilang LANDASAN/PERLETAKAN 601 Tidak cukupnya tempat bergerak 602 Kedudukan sandaran yang tidak sempurna 603 Mortar dasar retak atau rontok 604 Perpindahan yang berlebihan Perubahan (deformasi) yang berlebihan 605 Aus Karena Umur Landasan pecah atau retak Bagian yang rusak atau hilang 606 Bagian yang longgar 607 Kurang pelumasan pada landasan logam PELAT DAN LANTAI 701 Kesalahan sambungan lantai memanjang 702 Lendutan yang berlebihan PIPA DRAINASE DINDING, PIPA CUCURAN DAN DRAINASE LANTAI 711 Pipa cucuran dan drainase lantai yang tersumbat 712 Elemen hilang atau tidak ada LAPISAN PERMUKAAN 721 Permukaan licin 722 Permukaan yang kasar/berlubang Retak pada lapisan permukaan 723 Lapisan permukaan yang bergelombang 724 Lapisan permukaan yang berlebihan TROTOAR/KERB 731 Permukaan trotoar yang licin 732 Lubang pada trotoar 733 Bagian hilang SAMBUNGAN LANTAI 801 Kerusakan sambungan lantai yang tidak sama tinggi 802 Kerusakan akibat terisanya sambungan 803 Bagian yang longgar/lepas ikatannya 805 Bagian yang hilang 806 Retak pada aspal karena pergerakan pada sambungan lantai RAMBUNG-RAMBU LALU-LINTAS DAN MARKA JALAN

17

KODE KERUSAKAN ELEMEN DAN KERUSAKAN Kerusakan atau hilangnya batas-batas ukuran 901 RAMBUNG-RAMBU LALU-LINTAS DAN MARKA JALAN Tulisan tidak nyata/jelas 911 Bagian yang hilang 912 LAMPU, TIANG LAMPU DAN KABEL LISTRIK rusaknya bahan/prnurunan mutu 921 bagaian yang hilang 922 UTILITAS Tidak Berfungsi 931 (Sumber: BMS, Panduan Pemeriksaan Jembatan, bagian 2, 1993)

2.4.4 Sistem Penilaian Elemen

Sistem penilaian elemen menurut (BMS, Panduan pemeriksaan Jembatan, bagian 1, 1993) yang rusak terdiri atas serangkaian pertanyaan yang berjumlah lima mengenai kerusakan yang ada. Pertanyaan-pertanyaan tersebut berkaitan dengan hal-hal berikut:

a. Struktur - Apakah suatu struktur dalam keadaan berbahaya atau tidak

b. Kerusakan - Sampai manakah tingkat kerusakan yang telah dicapai karena kerusakan tersebut. Parah atau ringan

c. Perkembangan (volume)

- Apakah kerusakan tersebut sudah atau belum meluas, artinya kerusakan tersebut terdapat pada kurang atau lebih dari 50% dari panjang , luas dan volume elemen

d. Fungsi - Apakah elemen tersebut masih berfungsi

e. Pengaruh - Apakah elemen yang rusak mempunyai dampak yang serius terhadap elemen yang lain atau arus lalu lintas

Suatu nilai sebesar 1 dan 0 diberikan kepada elemen sesuai dengan setiap kerusakan yang ada, menurut kriteria yang diperhatikan dalam tabel 2.4.

18

Tabel 2.4 Penentuan Nilai Kondisi Nilai Kriteria Nilai Struktur Berbahaya 1 (S) Tidak berbahaya 0 Kerusakan Dicapai sampai kerusakan parah 1 (R) Dicapai sampai kerusakan ringan 0 Perkembangan Meluas- 50% atau lebih mempengaruhi kerusakan 1 (K) Tidak meluas-kurang dari 50% mempengaruhi kerusakan 0 Fungsi Elemen tidak berfungsi 1 (F) Elemen berfungsi 0 Pengaruh Dipengaruhi elemen lain 1 (P) Tidak dipengaruhi elemen lain 0 Nilai Kondisi NK = S + R + K + F + P 0-5 (INKI) Sumber: BMS, Panduan Pemeriksaan Jembatan, bagian 1, 1993

Dalam menggunakan sistem ini, nilai kondisi diberikan pada level 5, level 4, atau level 3. Sedangkan kerusakan yang serius atau berarti akan mendapat nilai kondisi paling sedikit 2.

Yang dimaksud dengan kerusakan yang serius adalah: a. Kerusakan tersebut merugikan dan telah berkembang sampai tingkat yang berat, atau b. Kerusakan tersebut membahayakan dan telah meluas Karusakan tersebut membahayakan, telah berkembang sampai tingkat kerusakan yang berat, dan telah meluas.

Skala nilai kondisi jembatan dapat dilihat pada tabel 2.5 Tabel 2.5 Skala nilai kondisi jembatan Nilai Parameter Kategori Penanganan Indikatif 0-1 Naik sekali-baik Pemeriksaan rutin 2 Rusak ringan Rehabilitasi ringan 3 Rusak berat Rehabilitasi berat 4 Kritis Penggantin 5 Runtuh/tidak berfungsi Penggantian Sumber: panduan rencana dan program IBMS, 1993 Berikut adalah petunjuk untuk menilai struktur dan tingkat kerusakan bahan

19

Tabel 2.6 Petunjuk untuk menilai struktur dan tingkat kerusakan Kerusakan pada elemen batu satuan kode Jenis kerusakan Penyebab Kondisi Kriteria untuk penilaian Kerusakan 101 Penurunan mutu Batu atau Bata Penuaan Batu/bata Berat Benturan Erosi Bahaya Mortar m2 Material buruk ≤ 20 mm Ringan > 20 mm Berat Retak Kegagalan fondasi Pergerakan Mortar Kelebihan muatan Bahaya ≤ 5 mm m2 Vegetasi > 5 mm Getaran 102 Permukaan pasangan yang Kegagalan fondasi > 40 mm Berat Bahaya menggembung Kelebihan muatan Bahaya m2 Ringan

Berat 103 Bagian yang pecah atau hilang Lainnya Bahaya m2

20

Kerusakan pada beton 201 Kerontokan Carbonation Tidak Beton kropos Tumbukan bahaya Reinforment not visible Ringan

Beton yang berongga/berbunyi Insufficient cover Mutu beton jelek Kelebihan muatan m2 atau m3 Kesalahan pekerjaan Reinforcement visible Prestressing force Bahaya Berat Volumatic expantion Visible leaching serangan kimia Berat 202 Retak Overloading ≤ 0,2 mm lebar Ringan Bahaya > 0,2 mm lebar Berat Visible leaching atau seepage carbonation Tidak bahaya Visible leaching atau seepage Berat Penuaan Bahaya m atau m2 Kegagalan fondasi Bahaya Prestressing force Bahaya ≤ 0,4 mm lebar Ringan Shrinkage Tidak bahaya > 0,4 mm lebar Berat Vegetasi Bahaya Volumatic expantion Bahaya 203 Karat pada besi tulangan Lainnya Bahaya ≤ 10% of cross section Ringan m atau m2 > 10% of cross section Berat 204 Kerusakan komponen karena aus Abrasi dan pelapukan Pelapukan ≤ cover layer Serangan kimia Bahaya Ringan m2 atau m3 > cover layer Tumbukan Berat Kesalahan pekerjaan

21

Volumatic expantion 205 Pecah atau hilangnya sebagian Lainnya Bahaya Struktur elemen Berat m2 atau m3 dari beton Non struktur elemen Ringan 206 Lendutan Tumbukan Slab Kegagalan fondasi ≤ 1 in 600 Ringan Kelebihan muatan > 1 in 600 Berat Bahaya m3 Elemen lainnya ≤ 20 mm Ringan > 20 mm Berat Kerusakan pada baja 301 Penurunan mutu dari cat/ atau Pelapukan Bahaya galvanis Retak Tidak bahaya Tidak terlhat dipermukaan Ringan Dampness Bahaya m2 Terlihat dipermukaan Berat Vandalism Tidak bahaya Wearing Bahaya 302 Karat Lainnya Bahaya ≤ 10% dari dimensi Ringan m2 > 10% dari dimensi Berat 303 Perubahan bentuk pada Tumbukan Pada struktur elemen komponen Kegagalan fondasi ≤ 20 mm Ringan m atau Bahaya Meleleh > 20 mm Berat member Kelebihan muatan Pada non struktur elemen Ringan 304 Retak Lainya Bahaya Lainnya Berat m 305 Komponen yang rusak atau Lainya Bahaya Struktur elemen Berat m atau hilang Non struktur elemen Ringan member 306 Elemen yang salah Lainya Bahaya Not undersize Ringan m atau Undersize Berat member 307 Kabel jembatan yang aus Lainya Bahaya ≤ 5% dari kabel Ringan m atau > 5% dari kabel Berat member

22

308 Sambungan yang longgar Lainya Bahaya Lainnya Berat Kerusakan aliran sungai 501 Endapan/lumpur yang berlebihan Water current Bahaya ≤ 20% reduction of waterway Ringan m2 > 20% reduction of waterway Berat 502 Sampah yang menumpuk dan Deposition Bahaya ≤ 20% reduction of waterway Ringan terjadi hambatan aliran sungai > 20% reduction of waterway Berat Atau m3 ≤ 20% tinggi pier Ringan > 20% ttinggi pier Berat 503 Pengikisan pada daerah dekat Water current Bahaya ≤ level fondasi atau 6 kali diameter Ringan pilar atau kepala jembatan pile m2 atau m3 otherwise berat 504 Air sungai macet yang Rainfall inadequate Bahaya ≤ 250 mm Ringan m mengakibatkan terjadinya banjir bridge lenght > 250 mm Berat Kerusakan pada bangunan pengaman 511 Hilangnya material Lainnya Bahaya ≤ 10% Ringan m3 > 10% Berat 521 scour Watercurrent Bahaya No undermissing m3 Undermissing 522 Retak Lainnya Tidak bahaya Ringan m2 atau m3 Penurunan Lainnya Bahaya Permukaan lebih rendah dari Berat atau penggembungan Lainnya Bahaya fondasi atau 6 x dimensi pile pemeriksaan Otherwise Ringan khusus Kerusakan Kepala Jembatan dan Pilar 551 Pergerakan Ovortuning Rotasi  1 in 12 in vertical plane Ringan pemeriksaan Rotation Bahaya Settlement  50 mm no notiviable khusus Settlement transverse Ringan

23

Tilting (sideways) tilting Ringan otherwise Berat Kerusakan landasan penahan gempa 561 Elemen longgar Lainnya Bahaya Lainnya Berat m3 Hilang Lainnya Bahaya Lainnya Berat Kerusakan pada landasan/perletakan 501 Tidak cukupnya tempat bergerak Lainnya Bahaya Lainnya Berat No 502 Kedudukan sandaran yang tidak Lainnya Bahaya ≤ 2 mm jarak Ringan sempurna > 2 mm jarak Berat No > 1/3 dari bedding area Ringan  1/3 dari bedding area Berat 503 Mortar dasar retak atau rontok Lainnya Bahaya ≤ 15% devective Ringan No > 15% devective Berat 504 Perpindahan yang berlebihan Lainnya Bahaya ≤ 30 mm still pssible Ringan Perubahan (deformasi) yang Lainnya Bahaya > 30 mm still possible Berat No berlebihan 505 Aus Karena Umur Lainnya Bahaya ≤ 25% throught section Ringan Landasan pecah atau retak Lainnya Bahaya > 25% throught section Berat Bagian yang rusak atau hilang Lainnya Bahaya ≤ 2 mm lebar Ringan No > 2 mm lebar Berat Lainnya 506 Bagian yang longgar Lainnya Bahaya Lainnya Berat No 507 Kurang pelumasan pada landasan Lubrikasi yang jelek Bahaya Lainnya Berat No logam

24

Kerusakan pada pelat dan lantai 701 Kesalahan sambungan lantai Lainnya Bahaya Lainnya Berat m memanjang 702 Lendutan yang berlebihan Lainnya Bahaya ≤ span/200 Ringan m2 > span/200 Berat Kerusakan pada dinding darinase, pipa cucuran dan drainase lantai 711 Pipa cucuran dan drainase lantai Lainnya Bahaya Lainnya Ringan No yang tersumbat 712 Elemen hilang atau tidak ada Lainnya Bahaya Lainnya Ringan No Kerusakan pada lapisan permukaan 721 Permukaan licin Lainnya Bahaya Skiding on surface Berat m2 No skidding Ringan 722 Berlubang Lainnya Tidak bahaya ≤ 20 mm deep Ringan > 20 mm deep Berat m2 Kasar Lainnya Tidak bahaya ≤ 20 mm deep Ringan > 20 mm deep Berat 723 Bergelombang Lainnya Tidak bahaya ≤ 20 mm deep Ringan m2 > 20 mm deep Berat 724 Berlebihan Lainnya Bahaya ≤ 100 mm tebal Ringan m2 > 100 mm tebal Berat Kerusakan pada Trotoar/kerb 731 Permukaan trotoar yang licin Lainnya Bahaya Skiding on surface Berat m2 No skidding Ringan 732 Lubang pada trotoar Lainnya Tidak bahaya ≤ 20 mm deep Ringan m2 > 20 mm deep Berat 733 Bagian hilang Lainnya Bahaya Lainnya Berat m2

25

kerusakan pada sambungan lantai 801 Kerusakan sambungan lantai Lainnya Tidak bahaya ≤ 30 mm beda tinggi Ringan m yang tidak sama tinggi > 30 mm beda tinggi Berat 802 Kerusakan akibat terisinya Lainnya Bahaya Span  25 mm Ringan sambungan Span >25 mm Berat Jika pavement pada m Joint >25 mm Berat Otherwise Ringan 803 Bagian yang longgar/lepas Lainnya Tidak bahaya ≤ 25% of adhesion lost Ringan ikatannya > 25% of adhesion lost Berat m Bagian yang hilang Bahaya Lainnya Ringan 805 Retak pada aspal karena Lainnya Tidak bahaya Lainnya Berat pergerakan pada sambungan m lantai 806 Kerusakan sambungan lantai Lainnya Bahaya ≤ 15 mm Ringan m yang tidak sama tinggi > 15 mm Berat

26

2.4.5 Jenis Kerusakan Pada Jembatan (Jembatan Rangka) Kerusakan pada jembatan terbagi menjadi 2, kerusakan pada elemen bahan dan kerusakan pada elemen. Sebagai gambaran kerusakan-kerusakan tersebut telah disajikan pada tabel 2.2 dan tabel 2.3.

2.4.5.1 Kerusakan Pada Beton

Kerusakan pada beton terbagi menjadi beberapa kerusakan sebagai berikut:

2.4.5.1.1 Kerusakan 201 – Kerusakan pada Beton

Yang termasuk dalam kerusakan beton dengan kode 201 adalah kerontokan, beton yang berongga, keropos dan mutu beton yang jelek.

a. Kerontokan Yang dimaksudkan dengan kerontokan di sini adalah terlepasnya sebagian betonan dari beton secara keseluruhan. Hal ini dapat terjadi karena terjadinya karat dan pengembangan pada baja tulangan serta kesalahan penanganan.

Kerontokan beton akibat karat pada baja dapat terjadi pada bagian manapun juga yang disebabkan selimut beton yang kurang tebal. Bagian bawah lantai beton, gelagar yang dicor ditempat dan ujung siku-siku kolom dan balok kepala tiang merupakan bagian yang sering mengalami kerusakan jenis ini.

Gambar 2.2 kerontokan pada beton (Sumber: Modul Pemeriksaan detail Jembatan)

b. Beton Keropos (Honeycombing) Beton yang keropos akan terjadi apabila bahan yang halus tidak mengisi rongga-rongga antara agregat yang besar dan baja. Akibatnya beton kehilangan ketahanannya seperti adanya udara dan uap air yang merembes masuk dalam

27

beton dan mengakibatkan karat pada baja tulangan. Demikian juga beton akan menjadi lemah.

Gambar 2.3 Beton Keropos (Honeycombing) (Sumber: Modul Pemeriksaan detail Jembatan)

c. Beton yang Berongga/Berbunyi (Drumminess)

Drumminess adalah suatu istilah yang diberikan untuk mutu beton yang jelek jika waktu anda memukulnya dengan palu beton menjadi berlubang atau berbunyi seperti drum.

Drumminess dapat diakibatkan oleh: 1) Karat yang ada pada besi tulangan mendorong sebagian permukaan beton

2) Perbaikan yang tidak baik bila penambalan yang dilakukan tidak menempel dengan baik pada bahan dasar dan terjadi lapisan yang terpisah

Gambar 2.4 Beton yang Berongga/Berbunyi (Drumminess) (Sumber: Modul Pemeriksaan detail Jembatan) d. Rembesan atau Bocoran Kedalam Beton Rembesan air atau bocoran dalam beton dapat terjadi jika pada beton tersebut sudah terjadi kerusakan. Kerusakan-kerusakan ini mengakibatkan air dapat merembes masuk kedalam komponen.

28

Rembesan dapat dikenali dengan adanya tanda warna pada permukaan beton. Kadang-kadang tanda warna tersebut adalah: 1) Warna hijau karena ditumbuhi lumut 2) Warna putih berkerak atau bahkan membentuk stalaktit berwarna putih, ini menandakan bahwa terdapat larutan kapur dari semen yang merembes keluar (atau terbuang). 3) Adanya daerah yang basah secara terus menerus. (Sumber: Modul Pemeriksaan detail Jembatan)

e. Mutu Beton yang Jelek

Kerusakan ini merupakan kerusakan dimana beton mempunyai kekuatan yang rendah. Jenis kerusakan ini sulit bagi pemeriksa untuk menentukan dan diperlukan alat yang khusus. Dengan alasan apapun, jika timbul keragu-raguan mengenai mutu beton tanpa nampak adanya kerusakan yang lain, hal ini harus diusulkan untuk dilakukan pemeriksaan secara khusus. (Sumber: Modul Pemeriksaan detail Jembatan)

2.4.5.1.2 Kerusakan 202 – Retak Retak pada beton merupakan hal yang umum. Retak dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu : a. Retak struktural b. Retak bukan struktural Untuk mengetahui jenis penanganan/perbaikan yang diperlukan, harus diketahui apakah retak tersebut adalah retak yang bergerak atau tetap.

a. Retak Struktural Retak struktural adalah retak yang paling berbahaya diakibatkan adanya beban yang melebihi beban rencana atau kekuatan potongan. Suatu retak struktural adalah: 1) Terbuka dan melebar ketika beban lalu-lintas lewat di atasnya, lebih sering terjadi di daerah pelat lantai dan gelagar jembatan 2) Terus berkembang seiring dengan berlangsungnya pergerakan dan penurunan, lebih sering terjadi pada bangunan bawah. (Sumber: Modul Pemeriksaan detail Jembatan)

29

Gambar 2.5 Retak Struktural akibat momen

(Sumber: Modul Pemeriksaan detail Jembatan)

Gambar 2.6 Retak Struktural akibat gaya lintang (Sumber: Modul Pemeriksaan detail Jembatan)

b. Retak Non Struktural

Retak non struktural atau retak tak bergerak biasanya terjadi pada bagian permukaan dan umumnya tidak bertambah besar. Beberapa jenis retak ini ada yang berbahaya tetapi dapat tidak berbahaya.

Terdapat beberapa jenis retak non struktural dan akan dijelaskan mengapa keretakan tersebut terjadi:

1) Retak akibat susut 2) Retak permukaan 3) Retak-retak struktur 4) Retak akibat acuan yang bergerak (Sumber: Modul Pemeriksaan detail Jembatan)

2.4.5.1.3 Kerusakan 203 – Karat pada Besi Tulangan Besi tulangan yang berkarat merupakan masalah yang paling besar dalam struktur beton.

30

Karat akan terjadi dengan lebih cepat jika: a. Dalam lingkungan berair asin b. Adanya kerusakan pada beton c. Tidak cukupnya selimut beton (Sumber: Modul Pemeriksaan detail Jembatan) 2.4.5.1.4 Kerusakan 204 - Kerusakan Komponen karena Aus dan Pelapukan Beton dapat aus dan lapuk. Hal tersebut terjadi karena: a. Lalu lintas b. Pengikisan oleh air atau bahan yang larut dalam air c. Proses kimiawi. (Sumber: Modul Pemeriksaan detail Jembatan)

2.4.5.1.5 Kerusakan 205 - Pecah atau Hilangnya Sebagian dari Beton Komponen beton dapat pecah karena tabrakan tanpa sampai memperlihatkan tulangannya. Kerusakan ini bukanlah kerontokan akibat berkaratnya besi tulangan tetapi karena adanya gaya luar. (Sumber: Modul Pemeriksaan detail Jembatan) 2.4.5.1.6 Kerusakan 206 – Lendutan Lendutan dapat terjadi karena perubahan bentuk dari cetakan pada saat pelaksanaan. (Sumber: Modul Pemeriksaan detail Jembatan) 2.4.5.2 Kerusakan Pada Baja Terdapat 5 (lima) permasalahan utama pada jembatan-jembatan baja yang memerlukan pemeriksaan yaitu Penurunan mutu dari cat dan galvanisasi, Karat, Kerusakan pada bagian-bagian baja, Ikatan/sambungan yang longgar, Keretakan. (Sumber: Modul Pemeriksaan detail Jembatan)

2.4.5.2.1 Kerusakan 301 - Penurunan Mutu dari Cat dan/atau Galvani Lapisan pelindung permukaan dapat rusak akibat waktu / umur atau lecet akibat suatu gesekan. Penurunan mutu pada awalnya cepat terlihat dengan timbulnya gelembung pada permukaan. Ini menandakan bahwa karat mulai timbul dibawah lapisan pelindung.

31

Gambar 2.7 Penurunan Mutu dari Cat dan/atau Galvani (Sumber: Modul Pemeriksaan detail Jembatan)

2.4.5.2.2 Kerusakan 302 – Karat Apabila sistem pelindung rusak dan udara serta uap air berhubungan dengan permukaan baja, maka mulai terjadi karat pada bagian tersebut. Karat adalah proses kimia satu arah yang terjadi pada baja. Tempat-tempat yang harus diperiksa untuk karat yaitu: a. Sudut-sudut b. Tumpukan sampah, kotoran, tanah dan lain-lain dapat mengumpulkan dan menjebak kelembaban c. Pada daerah yang diberi pelumas (gemuk) seperti pada perletakan geser, rocker atau perletakan rol d. Pada kabel dan kabel-kabel angker pada jembatan gantung e. Sambungan

Gambar 2.8 sambungan berlapis yang mengemang karena berkarat

32

Gambar 2.9 Titik-titik dimana umumnya terjadi karat pada Jembatan Gelagar Baja (Sumber: Modul Pemeriksaan detail Jembatan)

2.4.5.2.3 Kerusakan 303 - Perubahan Bentuk pada Komponen Tumbukan yang diakibatkan oleh kendaraan atau beban kendaraan atau sampah/kotoran di sungai dapat mengakibatkan kerusakan dan pembengkokan pada komponen jembatan baja.

(a) (b) Gambar 2.10 (a) Perubahan bentuk Setempat (b) Perubahan bentuk secara keseluruhan akibat tumbukan (Sumber: Modul Pemeriksaan detail Jembatan)

2.4.5.2.4 KERUSAKAN 304 – Retak Retak pada komponen baja dapat terjadi karena suatu benturan akibat kecelakaan (tumbukan kendaraan dan lain-lain) atau adanya beban berulang.

33

Retak dapat terjadi pada pada komponen itu sendiri atau pada sambungan seperti pada las.

(a) (b)

Gambar 2.11 (a) Gelagar baja dengan cover plate (b) Retak pada gelagar Melintang (Sumber: Modul Pemeriksaan detail Jembatan)

2.4.5.2.5 kerusakan 308 - Sambungan yang Longgar

Sambungan pada konstruksi baja biasanya ada tiga macam : dengan baut, dengan paku keling dan dengan las.

Gambar 2.12 Paku Keling, Baut dan Las Pada umumnya sambungan yang longgar atau rusak akan ditemukan pada komponen dekat tempat pembebanan. (Sumber: Modul Pemeriksaan detail Jembatan)

2.4.5.3 Kerusakan Pada Kepala Jembatan dan Pilar 2.4.5.3.1 Kerusakan 551 - Kepala Jembatan Atau Pilar Bergerak Kerusakan yang biasa terjadi alkibat pengaruh dari luar disebabkan oleh: a. Bergeser b. Berputar c. Mengguling

34

Kerusakan ini dapat disebabkan oleh: a. gaya yang berlebihan b. gerusan (gerusan) c. penurunan

(a) (b) Gambar 2.13 (a) Pergerakan Akibat penurunan (b) rotasi akibat gaya-gaya pada bidang longsor (Sumber: Modul Pemeriksaan detail Jembatan)

(c) (d) Gambar 2.14 (a) Guling akibat gaya berlebihan (b) Pergerakan akibat gaya yang berlebihan

Gambar 2.15 Puntir akibat Gerusan (Sumber: Modul Pemeriksaan detail Jembatan)

35

Dinding penahan tanah dapat bergerak sama seperti kepala jembatan dan pilar. Penggerakan dapat menimbulkan: a. Guling b. Putaran/rotasi c. Penurunan

Gambar 2.16 Pergerakan pada Dinding Penahan Tanah (Sumber: Modul Pemeriksaan detail Jembatan)

2.4.5.4 Kerusakan Pada Landasan/Perletakan

2.4.5.4.1 Kerusakan 601 - Tidak Cukupnya Tempat Untuk Bergerak

Landasan tidak bisa bergerak apabila terlipat geraknya terbatas. Bila landasan tersebut terbuat dari bahan yang kaku, maka akan menyebabkan kerusakan pada bagian yang lain.

Apabila landasan tersebut tertahan oleh batu, di antara dinding kepala jembatan dan gelagar, maka pada saat terjadi gerakan, maka akan menyebabkan kerontokan pada dinding atau ujung dari gelagar.

Gambar 2.17 Landasan yang tertahan (Sumber: Modul Pemeriksaan detail Jembatan) 2.4.5.4.2 Kerusakan 602 - Kedudukan Landasan yang Tidak Sempurna

Apabila kedudukan dari perletakan tidak sempurna, maka penyebaran beban dari bangunan atas ke bangunan bawah tidak merata. Hal ini akan menimbulkan kerusakan pada perletakan/landasan atau bagian lain.

36

Hal sama bisa terjadi apabila terjadi kesalahan pengukuran. Bisa juga karena pilar bergeser sehingga tidak cukup untuk tempat perletakkan. Bila terjadi kesalahan, maka gelagar akan jatuh.

(a) (b) Gambar 2.18 (a) Landasan dengan tempat kedudukan yang tidak rata (b) Tempat kedudukan landasan yang tidak cukup lebar (Sumber: Modul Pemeriksaan detail Jembatan)

2.4.5.4.3 Kerusakan 604 - Perpindahan atau Perubahan Bentuk yang Berlebihan Landasan akan terlepas dari dudukannya apabila terjadi gerakan yang melebihi batas yang diijinkan. Hal ini akan terjadi apabila sebelumnya posisi dari landasan tidak betul pada waktu pelaksanaan atau terjadi gerakan berlebihan pada landasan, kerusakan ini juga bisa terjadi karena gerakan dari bawah. Sesekali pada landasan karet atau neoprene terjadi perubahan bentuk yang berlebihan. Perubahan bentuk ini dapat terjadi pada waktu pelaksanaan jika penempatan landasan atau gelagar tidak baik. Perubahan bentuk dapat juga terjadi jika jembatan tersebut bergerak setelah jembatan itu selesai.

(a) (b) Gambar 2.19 (a) Gerakan yang berlebihan dari landasan (b) Perubahan Bentuk Landasan (Sumber: Modul Pemeriksaan detail Jembatan)

37

2.4.5.4.4 Kerusakan 605 - Landasan yang Cacat (Pecah, Sobek atau Retak) Jenis kerusakan ini biasanya berhubungan dengan: a. Dasar yang tidak rata b. Material yang jelek c. Penanganan yang buruk

Gambar 2.20 Landasan Karet/Neoprene yang retak dan pecah (Sumber: Modul Pemeriksaan detail Jembatan)

2.4.5.5 Kerusakan Pada Pelat Dan Lantai

2.4.5.5.1 Kerusakan 702 - Lendutan yang Berlebihan Lendutan yang berlebihan dapat terjadi pada arah lateral dan vertikal. Dan Gerakan kesamping yang berlebihan, apabila kendaraan lewat diatasnya. Ini biasanya terjadi pada jalan pendekat yang menikung dan jembatannya tinggi.

(a) (b) Gambar 2.21 (a) Lendutan Vertikal (b) lendutan ke samping (Sumber: Modul Pemeriksaan detail Jembatan) 2.4.5.6 Kerusakan Pada Pipa Drainase, Pipa Cucuran Dan Drainase Lantai

2.4.5.6.1 Kerusakan 711 - Pipa Cucuran dan Drainase Lantai yang Tersumbat

Pipa cucuran atau drainase lantai yang tersumbat dapat menimbulkan:

a. Genangan ini menyebabkan gangguan pada pemakai/kendaraan yang lewat

38

b. Tidak teraturnya aliran air ini akan menyebabkan erosi di sekitar kepala jembatan.

Tekanan yang besar dapat timbul, apabila air terkumpul di belakang dinding penahan tanah. Pipa drainase ditempatkan menembus dinding penahan tanah untuk mengurangi tekanan tersebut. Apabila lubang drainase tertutup/tersumbat maka tekanan air akan menyebabkan dinding penahan tanah runtuh.

Gambar 2.22 Lubang Pembuangan Air (Sumber: Modul Pemeriksaan detail Jembatan) 2.4.5.6.2 Kerusakan 712 – Elemen Hilang atau Tidak Ada

Hilangnya elemen/bagian dari lubang drainase atau pipa cucuran akan mempunyai akibat yang jelek pada jembatan.

Hilangnya pipa cucuran pada bagian bawah akan mengakibatkan kerusakan pada gelagar, karena air akan selalu membasahi gelagar, terutama apabila gelagar terbuat dari baja. (Sumber: Modul Pemeriksaan detail Jembatan) 2.4.5.7 Kerusakan Pada Lapisan Permukaan

Bila lapisan permukaan tidak berada dalam kondisi baik, maka pembebanan pada jembatan akan bertambah dengan beban kejut / tumbukan. 2.4.5.7.1 Kerusakan 721 - Permukaan yang Licin

Bila lapisan permukaan lantai telah menjadi aus atau permukaan menjadi licin, maka akan terjadi kemungkinan selip pada waktu musim hujan.

2.4.5.7.2 Kerusakan 722 - Permukaan yang Kasar/Berlubang

Permukaan yang berlubang akan menimbulkan beban kejut tambahan yang berarti pada jembatan. Hal ini dapat terjadi pada bagian jembatan atau bagian sebelum

39

masuk ke jembatan. Sehingga kendaraan yang sedang melewati jembatan akan terguncang.

2.4.5.7.3 Kerusakan 722 - Retak pada Lapisan Permukaan

Retak biasanya disebabkan oleh:

a. Adanya perbedaan pergerakan pada bagian-bagian elemen jembatan, hal tersebut biasanya sering terjadi di sekitar sambungan lantai. b. Bahan/material lapisan perkerasan yang tidak memenuhi syarat atau akibat terjadinya kesalahan pelaksanaan.

Retak pada lapisan perkerasan adalah tanda awal akan terjadi suatu lubang pada permukaan jalan. Semua jenis retak yang jelas harus dilaporkan.

2.4.5.7.4 Kerusakan 723 - Lapisan Permukaan yang Bergelombang

Permukaan yang bergelombang terjadi jika pada bagian tertentu tertekan dan bagian yang lain terangkat.

Gambar 2.23 Permukaan yang bergelombang \(Sumber: Modul Pemeriksaan detail Jembatan) 2.4.5.8 Kerusakan Pada Trotoar/Kerb

Trotoar atau kerb mempunyai kerusakan yang serupa dengan lapisan permukaan jembatan. Tetapi perbedaan yang utama adalah keamanan bagi pejalan kaki lebih diperhatikan dari pada beban kejut.

2.4.5.8.1 Kerusakan 731 - Permukaan Trotoar Yang Licin 2.4.5.8.2 Kerusakan 732 – Lubang Pada Trotoar

40

2.4.5.8.3 Kerusakan 733 – Bagian Yang Hilang

Gambar 2.24 Bagian Trotoar Hilang (Sumber: Modul Pemeriksaan detail Jembatan) 2.4.5.9 Kerusakan Pada Siar muai/Expantion Joint

2.4.5.9.1 Kerusakan 801 - Kerusakan Pada Siar muai

Siar muai yang tidak rata membuat pengendara tidak nyaman. Hal ini juga mengakibatkan terjadinya beban tambahan akibat kejut pada lantai jembatan dan bangunan atas jika terdapat perbedaan elevasi yang cukup besar.

Gambar 2.25 Siar Muai yang Tidak sama Tinggi (Sumber: Modul Pemeriksaan detail Jembatan) 2.4.5.9.2 Kerusakan 802 - Kerusakan Akibat Terisinya Joint

Sebagian siar muai kemasukan batu sehingga jembatan tidak dapat bergerak. Dalam keadaan seperti ini, kerusakan material dapat bertambah.

Gambar 2.26 Siar Muai terisi (Sumber: Modul Pemeriksaan detail Jembatan)

41

2.4.5.9.3 Kerusakan 806 - Retak Aspal pada Sambungan yang Bergerak

Kadang pada siar muai yang menggunakan pelat baja, akan terjadi retak pada lapisan permukaan aspal. Hal ini bukan kerusakan yang serius, bila pecahnya aspal dan lebar retak > 10 mm atau berlubang.

Gambar 2.27 Retak aspal pada sambungan lantai (Sumber: Modul Pemeriksaan detail Jembatan)

42

2.5 Prosedur Pemeriksaan Secara Detail 2.5.1 Data Administrasi dan Inventarisasi

Identifikasi suatu jembatan harus ditentukan terlebih dahulu untuk memastikan bahwa jembatan tersebut memang dimaksudkan untuk diperiksa. seperti yang terlihat pada tabel 2.13. 1. Verifikasi Data Inventarisasi Tabel 2.7 Verifikasi Data Inventarisasi Apakah data invetarisasi betul? Ya Tidak (lingkari jawaban) Apanila data tidak betul, perbaikan dapat dibuat laporan data inventarisasi dengan tinta merah 2. Data Pelengkap a. Batasan Fungsional Tabel 2.8 Batasan Fungsional Batasan Muai Gandar (ton) Batasan Lain (uraikan)

b. Arus Lalu Lintas Tabel 2.9 Arus Lalu Lintas Lebar jembatan yang ada dan pengaruhnya terhadap Lalu lintas Pilih 1, 2, 1. Longgar (Kendaraan bebas melintas di atas jembatan) atau 3 2. Cukup Lebar (Kendaraan melaju perlahan diatas jembatan)

3. Sempit (kendaraan harus sering berhenti dan antri) c. Jalan Alternatif dan Jalan Memutar Tabel 2.10 Jalan Alternatif dan Jalan Memutar Jika jembatan ditutup untuk lalu lintas apakah ada jalan alternatif Ya Tidak melalui suatu lintasan atau penyeberangan sungai lainnya? (Lingkari jawaban) Jika Ya, berapa jarak yang harus ditempu (km) d. Data Banjir Terbesar Tabel 2.11 Data Banjir Terbesar Muka air terbesar yang diketahui: Pilih + Jika diatas lantai atau –Jika dibawah lantai ( m) Tanggal terjadi banjir terbesar Sumber keterangan dari e. Tipe Jembatan dan Gambar Konstruksi Tabel 2.12 Tipe Jembatan dan Gambar Konstruksi Apakah ada gambar Konstruki setelah jembatan selesai dibangun? Ya Tidak (lingkari Jawaban) Apakah Bangunan Atas merupakan tipe standar? (lingkari Jawaban) Jika Ya, sebutkan tipe standar bangunan atas (Sumber: BMS, Panduan Pemeriksaan Jembatan, bagian 1, 1993)

43

Tabel 2.13 Laporan Pemerisaan Inventarisasi Jembatan Nama Jembatan Nama Jembatan Cabang Tipe Lintasan Jumlah Bentang Pilih JN, KA, S, U Lokasi Jembatan Dari Km Total Panjang Kota Asal Jarak dari kota asal tsb (m) Tanggal Pemeriksaan Nama Pemeriksa NIM Tanggal Pembangunan Sudut (o)

BANGUNAN ATAS BANGUNAN BAWAH

Struktur Kepala jbt atas Lantai Sandaran Pondasi Bangunan Atas pilar

(m) (m)

Bebas

Tipe Asal Tipe Asal Tipe Asal

Bahan Bahan Bahan Bahan Bahan Bahan Bahan

Kondisi Kondisi Kondisi

No. KepalaNo.

Bentang No.

Lebar Lantai

Tinggi Ruang

Kendaraan (m)

Panjang Bentang

Lebar (m) Trotoar A B C F B B F B B F Jembatanatas Pilar D B F E B F

1 P 1 2 I 2 L 3 A 3 R 4 4 Kpl

jbt 2 Catatan:

44

2.5.2 Kesan secara keseluruhan

Menurut BMS, Panduan Pemeriksaan Jembatan, bagian 2, 1993 dalam upaya memperoleh kesan secara keseluruhan dari jembatan, pemeriksa/inspektur harus berjalan di sekeliling dan dibawah jembatan serta mengamati bentuk umum, kondisi secara keseluruhan dan kinerja jembatan lalu-lintas penuh.

2.5.3 Daftar Elemen Rusak

Jembatan diperiksa secara sistematis dan setiap elemen yang rusak dan dicatat ke dalam tabel elemen yang rusak, dapat dilihat pada tabel 2.13. Tabel 2.14 Daftar Elemen yang Rusak Devective elemen Defect Level 5 Level 3-4 Location Code Description Code Description Condition Condition (optional) (optional) A/P/B X Y Z S R K F P NK S R K F P NK

(Sumber: BMS, Panduan Pemeriksaan Jembatan, bagian 1, 1993)

2.5.4 Lokasi Elemen yang Rusak

Lokasi elemen yang rusak ditentukan sesuai dengan Sistem Nomor Elemen. Lokasi elemen yang cacat hanya dicatat untuk elemen yang berada pada penilaian level 5. Tabel 2.15 Lokasi Elemen yang Rusak Defective elemen Defect Location Code Description Code Description (Optional) (Optional) A/P/B X Y Z

(Sumber: BMS, Panduan Pemeriksaan Jembatan, bagian 1, 1993

45

Secara khusus tabel tersebut menampilkan penggunaan lokasi untuk mencatat elemen tunggal, yang memiliki kerusakan yang berdampak pada elemen secara keseluruhan.

2.5.5 Pemberian Nilai Kondisi

Kriteria Penilaian kondisi menggunakan sistem penilaian elemen yang telah diuraikan pada tabel 2.4 Terdapat 3 penilaian pada pemberian nilai level 1. Level 5 2. Level 4 3. Level 3 Serta tabel khusus penilaian level 3, level 2 dan level 1 terdapat pada tabel di bawah ini: Tabel 2.16 Pemberian Nilai Kondisi Pada Level 3 Nilai Kondisi LEVEL 3 (harus mengisi) Code Element S R K F P NK 3.210 Aliran sungai 3.220 Bangunan pengaman 3.230 Tanah timbunan 3.310 Pondasi 3.320 Kepala jembatan/pilar 3.410 Sistem gelagar 3.420 Pelat 3.430 Pelengkung 3.440 Balok pelengkung 3.450 Rangka 3.480 Sistem gantung 3.500 Sistem lantai 3.600 Sambungan lantai 3.610 Perletakan/landasan 3.620 Sandaran 3.700 Perlengkapan 3.800 Gorong-gorong 3.900 Lintasa basah (Sumber: BMS, Panduan Pemeriksaan Jembatan, bagian 1, 1993

46

Tabel 2.17 Pemberian Nilai Kondisi Pada Level 2 Nilai Kondisi LEVEL 2 (harus mengisi) Code Element S R K F P NK 2.200 Aliran sungai/timbunan 2.300 Bangunan bawah 2.400 Bangunan atas 2.800 Gorong- gorong 2.900 Lintasan basah (Sumber: BMS, Panduan Pemeriksaan Jembatan, bagian 1, 1993

Tabel 2.18 Pemberian Nilai Kondisi Pada Level 1 Nilai Kondisi LEVEL 1 (harus mengisi) Code Element S R K F P NK 1.000 Jembatan (Sumber: BMS, Panduan Pemeriksaan Jembatan, bagian 1, 1993

2.5.6 Data lain

Data lain juga harus dicatat berdasarkan setiap elemen yang rusak dan laporan pemerikasaan seperti yang terlihat pada tabel 2.10

Tabel 2.19 Data Lain Gambar Foto Tindakan Pemeriksaan Kuantitas Satuan (Y/T) (Y/T) darurat khusus

(Sumber: BMS, Panduan Pemeriksaan Jembatan, bagian 1, 1993)

a. Sketsa, foto Masukkan Y (Ya) atau T (Tidak) untuk menjawab apakah suatu sketsa telah dibuat atau foto telah diambil dari elemen yang rusak. b. Kuantitas (Jumlah) dan Satuan (Unit) Masukkan Jumlah kerusakan yang ada dan Unit ukuran. Informasi ini berikutnya dapat digunakan untuk memperkirakan biaya perbaikan/ penggantian. c. Tindakan Darurat Bila Pemeriksa menganggap bahwa suatu kerusakan besar, menuntut Tindakan

47

Darurat, hal tersebut harus dicatat dalam kotak yang berkaitan dengan elemen dan kerusakan (masukkan "ya" atau biarkan kosong), dan kemudian dipindahkan ke Bagian "TINDAKAN DARURAT" pada Halaman 1 dari Formulir, tempat alasan untuk Tindakan Darurat dicatat. d. Pemeriksaan Khusus Bila Pemeriksa menganggap bahwa suatu elemen rusak, menuntut suatu Pemeriksaan Khusus, hal tersebut harus dicatat dalam kotak (masukkan "ya" atau biarkan kosong), dan kemudian dipindahkan ke Bagian "PEMERIKSAAN KHUSUS" pada Halaman 1 dari Formulir, tempat alasan untuk Pemeriksaan Khusus dicatat. Jenis Pemeriksaan Khusus: Tabulasi deskripsi ringkas jenis-jenis uji NDT dan Destructive (Sumber: BMS, Panduan Pemeriksaan Jembatan, bagian 1, 1993) 2.5.7 Pemeliharaan Rutin Kerusakan kecil, seperti tumbuhan liar, tersumbatnya lubang cucuran, dan seterusnya tidak perlu dicatat dalam daftar utama elemen yang rusak. Elemen- elemen dengan rusak kecil, seperti apa yang diacu dalam bagian pemeliharaan rutin, biasanya dapat diperbaiki ole tenaga kerja pemeliharaan rutin, dan tidak memerukan perbaikan yang rumit dan rehabilitasi. Bagian pemeliharaan rutin diisi sesuai dengan yang diuraikan dalam tabel 2.11

Tabel 2.20 Pemeliharaan Rutin 1. Apakah ada penumpukan puing atau rintangan di sungai? Ya Tidak 2. Apakah ada penumpukan kotoran pada elemen jembatan? Ya Tidak 3. Apakah ada tumbuhan liar? Ya Tidak 4. Apakah pipa cucuran air di lantai ada yang tersumbat? Ya Tidak 5. Apakah drainage air di daerah timbunaan tidak cukup? Ya Tidak 6. Apakah ada lubang dipermukaan yang bergelombang? Ya Tidak 7. Apakah sandaran perlu di cat? Ya Tidak 8. Apakah plat nomor salah atau hilang? Ya Tidak (Sumber48: BMS, Panduan Pemeriksaan Jembatan, bagian 1, 1993)

48

2.5.8 Catatan Kecil dan Sketsa Catatan kecil dan sketsa dibuat untuk kejelasan sifat, luas, dan lokasi suatu kerusakan. Tabel 2.21 Catatan dan Gambar-Gambar No. Jembatan

(Sumber: BMS, Panduan Pemeriksaan Jembatan, bagian 1, 1993) 2.6 Pemeliharaan dan Rehabilitas Jembatan

Pekerjaan pemeliharaan jembatan mencakup jenis-jenis pekerjaan: 1. Pemeliharaan rutin 2. Pemeliharaan berkala 3. Rehabilitas dan perbaikan besar Pekerjaaan pemeliharaan rutin pada jembatan dibatasi dalam hal pembersihan secara umum dan pembersihan tembuh-tumbuhan, melancarkan aliran di saluran dan perbaikan kerusakan kecil.

Pemeliharaan berkala mencakup pekerjaan pemeliharaan secara berkala seperti pengecatan, perbaikan lapis lantai jembatan dan sebagainya serta perbaikan- perbaikan kecil pada jembatan, bangunan pengaman dan perkuatan struktur jembatan.

49

Rehabilitas dan perbaikan besar yang berate adlah pekerjaan pemeliharaan dalam skala yang lebih besar dan biasanya lebih mengarah pada pekerjaan pengaturan aliran sungai, penggantian dan perbaikan basar pada lantai beton dan perbaikan besar pada bangunan bawah yang mana memerlukan pemasangan turap (cofferdam) serta perbaikan betonan dengan jumlah yang cukup banyak. (Sumber: BMS, Panduan Pemeliharaan dan Rehabilitasi Jembatan, 1993)

2.6.1 Pemeliharaan Rutin Pemeliharaan Rutin pada dasarnya menjaga jembatan dalam keadaan seperti semula dan mencakup beberapa pekerjaan yang berulang. yang secara teknis cukup sederhana. Pemeliharaan rutin harus dimulai pada waktu jembatan selesai dibangun (jembatan masih dalam keadaan baru) dan dilanjutkan seumur jembatan tersebut. Hal ini merupakan suatu pengalokasian dana yang efektif dalam hal pemeliharaan.

Pemeliharaan Rutin Jembatan biasanya dimasukkan dalam pekerjaan Pemeliharaan rutin jalan dan dilaksanakan bersamaan dengan pemeliharaan rutin jalan tersebut.

Lingkup pekerjaan pemeliharaan rutin jembatan adalah sebagai berikut: 1. Pembersihan secara umum 2. Membuang tumbuhan liar dan sampah 3. Pembersihan dan melancarkan drainase 4. Penanganan kerusakan ringan 5. Pengecatan sederhana 6. Pemeliharaan permukaan lantai kendaraan (Sumber: BMS, Panduan Pemeliharaan dan Rehabilitasi Jembatan, 1993)

2.6.2 Pemeliharaan Berkala Pemeliharaan berkala adalah usaha untuk menjaga jembatan tetap dalam kondisi dan daya layan yang baik setelah pembangunan yang mencakup beberapa kegiatan, yaitu: 1. Kegiatan pemeriksaan berkala yang diduga 2. Perbaikan sederhana Kegiatan pemeliharaan berkala yang diduga mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. Pengecatan ulang 2. Penggantian lapisan permukaa

50

3. Penggantian lantai kayu 4. Penggantian kayu jalur roda kendaraan 5. Pembersihan jembatan secara keseluruhan 6. Pemeliharaan perletakan/landasan 7. Penggantian Expansion joint Perbaikan sederhana mencakup hal: 1. Penggantian bagian-bagian kecil dan elemen yang kecil 2. Perbaikan tiang sandaran 3. Perawatan dan bagian-bagian bergerak 4. Perkuatan bagian yang struktural 5. Perbaikan tebing yang longsor dan terkena erosi 6. Perbaikan bangunan pengaman yang sederhana (Sumber: BMS, Panduan Pemeliharaan dan Rehabilitasi Jembatan, 1993)

2.6.3 Rehabilitasi dan Perbaikan Besar Pelaksanaan pekerjaan rehabilitasi dan penanganan besar dilakukan apabila ditemukan kerusakan berat dangan volume yang cukup besar. Jenis dan kerusakan dibagi berdasarkan bahan dan elemen jembatan.

Kerusakan berdasarkan bahan meliputi hal-hal berikut: 1. Bahan pasangan batu/bata 2. Bahan beton 3. Bahan baja 4. Bahan kayu

Kerusakan berdasarkan elemen meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Aliran sungai 2. Bangunan pengaman 3. Timbunan 4. Tanah bertulang 5. Angker-jembatan gantung dan jembatan kabel 6. Kepala jembatan dan pilar 7. Landasan penahan gempa 8. Landasan/perletakan

51

9. Pelat dan lantai 10. Pipa drainase dinding, pipa cucuran dan drainase lantai 11. Lapisan permukaan 12. Trotoar/kerb 13. Sambungan lantai 14. Rambu-rambu lalu-lintas dan marka jalan 15. Rambu-rambu lalu-lintas dan marka jalan 16. Lampu, tiang lampu dan kabel listrik 17. Utilitas (Sumber: BMS, Panduan Pemeliharaan dan Rehabilitasi Jembatan, 1993)

52

BAB 3 METODOLOGI PENELIITIAN

3.1 Bagan Alir Skripsi MULAI

PERMASALAH

IDENTIFIKASI MASALAH

PENGUMPULAN DATA

DATA PRIMER DATA SEKUNDER 1. Survey Pemeriksaan 1. Data Administrasi dan Detail kondisi jembatan Inventarisasi Jembatan

secara keseluruhan 2. Peta Lokasi Jembatan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1. Kesan Secara Keseluruhan

2. Daftar Elemen yang Rusak 3. Lokasi Elemen yang Rusak 4. Pemberian Nilai Kondisi menurut BMS 5. Data Lain

6. Identifikasi perbaikan dan biaya perbaik berdasarkan hasil Analisis dan pembahasan

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dan Saran

Gambar 3.1 Bagan Alir Tugas Skripsi

53

3.2 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada Jembatan Sei Wampu yang terletak pada kecamatan Stabat, Kota Stabat, Kabupaten Langkat. Dimana Jembatan ini merupakan Jalan Lintas Medan – Jl , Stabat Baru, Stabat, kabupaten langkat, Sumatera Utara.

Jembatan Sei Wampu

Gambar 3.2 Peta Lokasi Penelitian

3.3 Peralatan dan Material untuk melakukan pemeriksan membutuhkan peralatan berikut guna malaksanakan pemeriksaan secara detail.

Peralatan dan Material: 1. Alat Tulis (pensil, pulpen, spidol) 2. Kertas untuk menggambar dan mencatat 3. Kalkulator 4. Kamera 5. Pita ukur 2 meter dan 30 meter 6. Lampu Senter 7. Sikat baja 8. Parang 9. Pisau Saku 10. Penggaris 11. Tangga

54

12. Palu 13. Tali 14. Formulir Laporan Pemeriksaan Detail Peralatan Tambahan: 1. Perahu 2. Sepatu Bot Peralatan Keselamatan 1. Rompi dan topi pengaman 2. Tanda/rambu 3. Tali Ikat

3.4 Tahapan Persiapan Sebelum melaksakan suatu pemeriksaan jembatan secara detail, haruslah mengumpulkan bahan-bahan berikut sebagai persiapan 1. Buku Pegangan Pemerikaan Jembatan di Lapangan 2. Pemilihan jembatan 3. Lokasi Studi 4. Peta yang memperlihatkan ruas jalan provinsi 5. Laporan Data Inventarisasi Jembatan

3.5 Tahapan Pengumpulan Data Tahapan pengumpulan data yang dilakukan adalah melakukan pengumpulan data primer. Data Primer merupakan data yang dikumpulkan dan diperoleh melalui survey yang dilakukan langsung di lapangan. Adapun survey yang dilakukan adalah: 1. Survey Pendahuluan 2. Survey Pemeriksaan detail kondisi jembatan secara keseluruhan 3.5.1 Survey Pendahuluan Dilakukannya Survey Pendahuluan ini bertujuan untuk mendapatkan data awal serta situasi jembatan. Pemeriksaan pendahuluan diperiksa berdasarkan urutan berikut: 1. Mengkonfirmasi Lokasi jembatan 2. Pemeriksaan Secara visual 3. Mengambil foto sebagai intrumen pelaporan awal

55

3.5.2 Survey Pemeriksaan Datail Kondisi Jembatan Secara Keseluruhan Setiap Jembatan harus diperiksa berdasarkan urutan berikut ini: 1. Mengkonfirmasi lokasi jembatan dan catat data administrasi pada halaman 1 dari Laporan Pemeriksaan Secara detail, Nama Jembatan, Lokasi, cabang, dan seterusnya 2. Periksa Data Inventarisasi Jembatan pada Laporan Data Inventarisasi 3. Berjalan mengelilingi jembatan dan dapatkan kesan menyeluruh mengenai strukturnya 4. Periksa secara sistematis jembatan yang bersangkutan dari pondasi ke lantai permukaan dan mencatat elemen-elemen dengan kerusakannya, lokasi elemen yang rusak dan nilai kondisi 5. Catat data lain 6. Ambil dari nilai kondisi dari elemen tingkat lebih tinggi sesuai dengan keperluan 7. Mencatat hal-hal apa yang membutuhkan Pemeliharaan Rutin 8. Mencatat hal-hal apa yang membutuhkan Pemeliharaan khusus atau Tindakan Darurat dan alasannya. 9. Mengambil foto guna menjelaskan laporan

3.6 Tahapan Pemberian Nilai Kondisi 1. Melakukan Pengamatan Menyeluruh 2. Memeriksa Dengan Sistematis 3. Melakukan Sistem penilaian Elemen berdasarkan tabel 2.3 4. Menentukan Angka Kondisi dengan menggunakan Sistem Penilaian Elemen.

56

BAB 4 ANALISIS DAN PAMBAHASAN

4.1 Pengumpulan dan Pengelolaan Data

4.1.1 Pelaksaan Survey

Untuk memperoleh data primer maka dilakukan survey kondisi kerusakan jembatan dengan visual yang dilakukan langsung pada Jembatan Sei Wampu yang terletak di kecamatan Stabat, Kota Stabat, Kabupaten Langkat. Dimana Jembatan ini merupakan Jalan Lintas Medan – Jl Banda Aceh, Stabat Baru, Stabat, kabupaten langkat, Sumatera Utara. Langkah-langkah pelaksanaan survey yang dilakukan langsung di lapangan adalah sebagai berikut: 1. Mengkonfirmasi lokasi jembatan dan mencatat data administrasi. 2. Memeriksa Data Inventarisasi Jembatan. 3. Berjalan mengelilingi jembatan untuk mendapatkan kesan menyeluruh mengenai strukturnya. 4. Melakukan pengukuran panjang dan lebar jembatan 5. Memeriksa secara sistematis jembatan yang bersangkutan dari pondasi ke lantai permukaan dan mencatat elemen-elemen dengan kerusakannya, lokasi elemen yang rusak dan nilai kondisi. 6. Mencatat hal-hal apa yang membutuhkan Pemeliharaan Rutin. 7. Mengambil foto guna menjelaskan laporan. 4.1.2 Data Administrasi Jembatan

Adapun data administrasi jembatan Sei Wampu adalah sebagai Berikut: 1. Nama Jembatan : Sei Wampu 2. Nomor Jembatan : 03.003.001.0 3. Nama Ruas : Tanjung Pura – Bts. Kota Stabat 4. Provinsi : Sumatera Utara 5. Koordinate : N 3 45’53.384” E 98 26’53.994”

57

4.1.3 Data Inventarisasi Jembatan

Data Inventarisasi Jembatan dinyatakan sesuai dan betul. Dalam hal ini data inventarisasi meliputi hal berikut: 1. Verifikasi Data Inventarisasi Tabel 4.1 Verifikasi Data Inventarisasi Apakah data invetarisasi betul? Ya Tidak (lingkari jawaban) Apanila data tidak betul, perbaikan dapat dibuat laporan data inventarisasi dengan tinta merah 2. Jenis Lintasan dan Geometrik Jenis lintasan dan Data Geometrik dapat dilihat Pada tabel 4.5

3. Data Pelengkap a. Arus Lalu Lintas Tabel 4.2 Arus Lalu Lintas Lebar jembatan yang ada dan pengaruhnya terhadap Lalu lintas Pilih 1, 2, 1. Longgar (Kendaraan bebas melintas di atas jembatan) atau 3 2. Cukup Lebar (Kendaraan melaju perlahan diatas jembatan) 1 3. Sempit (kendaraan harus sering berhenti dan antri)

b. Jalan Alternatif dan Jalan Memutar Tabel 4.3 Jalan Alternatif dan Jalan Memutar Jika jembatan ditutup untuk lalu lintas apakah ada jalan alternatif Ya Tidak melalui suatu lintasan atau penyeberangan sungai lainnya? (Lingkari jawaban) Jika Ya, berapa jarak yang harus ditempu (km) 30

c. Tipe Jembatan dan Gambar Konstruksi Tabel 4.4 Tipe Jembatan dan Gambar Konstruksi Apakah ada gambar Konstruki setelah jembatan selesai Ya Tidak dibangun? (lingkari Jawaban) Apakah Bangunan Atas merupakan tipe standar? (lingkari Jawaban) Ya Tidak Jika Ya, sebutkan tipe standar bangunan atas RBA

58

Tabel 4.5 Laporan Pemeriksaan Inventarisasi Jembatan Nama Jembatan 0 3 0 0 3 0 0 1 0 Nama Jembatan Cabang Tipe Lintasan JN Jumlah Bentang 3 SEI WAMPU Pilih JN, KA, S, U Lokasi Jembatan Dari Tanjung Pura Km 19 + 900 Total Panjang 176 KOTA STABAT Kota Asal Jarak dari kota asal tsb (m) Tanggal Pemeriksaan Nama Pemeriksa NIM Tanggal Pembangunan Sudut 0 12 Juli 2019 Ricky Rowena Sitepu 1505131012 1987 (o)

BANGUNAN ATAS BANGUNAN BAWAH

Struktur Kepala jbt atas Lantai Sandaran Pondasi Bangunan Atas pilar

han (m) (m)

Bebas

Tipe Asal Tipe Asal Tipe Asal

Bahan Bahan Bahan Bahan Ba Bahan Bahan

Kondisi Kondisi Kondisi

No. KepalaNo.

Bentang No.

Lebar Lantai

Tinggi Ruang

Kendaraan (m)

Panjang Bentang

Lebar (m) Trotoar A B C F B B F B B F Jembatanatas Pilar D B F E B F

1 52 7 1 5 R B A 2 T A 3 B Y 1 P 1 TP T - A T - 2 62.50 7 1 5 R B A 2 T A 2 B Y 1 I 2 TP T - A T - L 3 61.50 7 1 5 R B A 2 T A 3 B Y 1 A 3 TP T - A T - R 4 4 Kpl A T - jbt 2 Catatan:

59

4.2 Hasil Survey Pemeriksaan Detail

Hasil survey Pemeriksaan Detail Jembatan Sei Wampu menunjukan jenis-jenis kerusakan pada Struktur utama jembatan. Struktur utama jembatan terbagi menjadi 2, yaitu Struktur atas dan Struktur bawah. Struktur atas meliputi Gelagar dan Rangka Baja, Lapis Perkerasan, Pelat Lantai, Expantion joint, Landasan/perletakan, Sandaran dan Perlengkapan, Drainase. Dan Struktur bawah meliputi Pondasi, Kepala Jembatan.

4.2.1 Daftar Elemen rusak dan lokasi elemen yang rusak Daftar elemen dan lokasi elemen yang rusak disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 4.6 Elemen Rusak dan Lokasi Elemen yang Rusak Kerusakan elemen Kerusakan Lokasi Deskripsi Dekripsi Kode Kode (Optional) (Optional) A/P/B X Y Z 4.502 Sistem Lantai 202 Retak 2 titik B1 4.502 Sistem Lantai 202 Retak memisah B1 1 4.502 Sistem Lantai 202 Retak 2 titik B1 4.502 Sistem Lantai 202 Retak 3 titik B1 4.502 Sistem Lantai 202 Retak B3 1 3.600 Sambungan Lantai 806 Retak A1 3.600 Sambungan Lantai 806 Bergelombang B2 3.600 Sambungan Lantai 806 Retak B3 3.600 Sambungan Lantai 806 Retak A2 3.450 Rangka Baja 301 Mutu Cat turun 3.610 Landasan/perletakan 606 Deformasi A1 4.506 Trotoar 201 Kerontokan beton B1 Besi siku trotoar 4.506 Trotoar 305 B1 hilang 3.620 Sandaran 205 Tembok Sedada rusak A1 3.620 Sandaran 301 Mutu cat turun 3.210 Aliran sungai 501 Sampah menumpuk P2 A1 3.320 Kepala jembatan/pilar 501 Vegetasi menumpuk A2 P1 3.320 Kepala jembatan/pilar 501 Penumpukan kotoran P2

60

4.2.2 Pemberian Nilai Kondisi

Sistem penilaian elemen menurut (BMS, Panduan pemeriksaan Jembatan, bagian 1, 1993) yang rusak terdiri atas serangkaian pertanyaan yang berjumlah lima mengenai kerusakan yang ada, seperti yang sudah diterangkan pada point 2.5.4. penilaian kondisi elemen disajikan dalam bentuk tabel dan gambar sebagai berikut:

Gambar 4.1 Retakan lantai meluas pada bentang 1

Tabel 4.7 Nilai Kondisi Pelat Lantai pada bentang 1 Kerusakan elemen kerusakan Level 5 Level 3-4 Lokasi Kode Deskripsi Kode Deskripsi Kondisi kondisi (optional) (optional) A/P/B X Y Z S R K F P NK S R K F P NK 4.502 Pelat 202 Retak B1 1 1 0 0 1 3 1 1 0 0 1 4 Lantai

61

Gambar 4.2 Retakan lantai terpisah pada bentang 1

Tabel 4.8 Nilai Kondisi Lantai Beton bentang 1 Kerusakan elemen kerusakan Level 5 Level 3-4 Lokasi Kode Deskripsi Kode Deskripsi Kondisi kondisi (optional) (optional) A/P/B X Y Z S R K F P NK S R K F P NK 4.502 Pelat 202 Retak B1 1 1 1 0 0 1 3 1 1 0 0 1 3 Lantai

Gambar 4.3 Retakan lantai meluas pada bentang 3

Tabel 4.9 Nilai Kondisi Lantai Beton bentang 3

Kerusakan elemen Kerusakan Level 5 Level 3-4 Lokasi Kode Deskripsi Kode Deskripsi Kondisi kondisi (optional) (optional) A/P/B X Y Z S R K F P NK S R K F P NK 4.502 Pelat 202 Retak B3 1 1 0 0 1 3 1 1 0 0 1 3 Lantai

62

Gambar 4.4 Retakan lantai meluas pada pelat lantai yang sudah diperbaiki pada bentang 1

Tabel 4.10 Nilai Kondisi Lantai Beton bentang 1

Kerusakan elemen Kerusakan Level 5 Level 3-4 Lokasi Kode Deskripsi Kode Deskripsi Kondisi Kondisi (optional) (optional) A/P/B X Y Z S R K F P NK S R K F P NK 4.502 Pelat 202 Retak B1 1 1 0 0 1 3 1 1 0 0 1 3 Lantai

Gambar 4.5 Retak terpisah pada bentang 3 Tabel 4.11 Nilai Kondisi Lantai Beton bentang 1 Kerusakan elemen Kerusakan Level 5 Level 3-4 Lokasi Kode Deskripsi kode Deskripsi kondisi Kondisi (optional) (optional) A/P/B X Y Z S R K F P NK S R K F P NK 4.502 Pelat 202 Retak B3 1 1 0 1 3 1 1 0 0 1 3 Lantai

63

Gambar 4.6 Retak pada aspal karena pergerakan pada sambungan lantai Tabel 4.12 Nilai Kondisi Lantai Beton A1 Kerusakan elemen Kerusakan Level 5 Level 3-4 Lokasi Kode Deskripsi kode Deskripsi Kondisi kondisi (optional) (optional) A/P/B X Y Z S R K F P NK S R K F P NK 3.600 Sambungan 806 Aspal A1 1 1 1 1 1 5 Lantai Retak

Gambar 4.7 Permukaan aspal bergelombang Pada daerah sambungan B2

Tabek 4.13 Nilai Kondisi sambungan lantai bentang 2 Kerusakan elemen Kerusakan Level 5 Level 3-4 Lokasi Kode Deskripsi kode Deskripsi Kondisi Kondisi (optional) (optional) A/P/B X Y Z S R K F P NK S R K F P NK 3.600 Sambungan 806 Lapisan B2 1 1 1 1 0 4 permukaan Lantai bergelombang

64

Gambar 4.8 Retak pada aspal karena pergerakan pada sambungan lantai Tabek 4.14 Nilai Kondisi Lantai Beton bentang 3 Kerusakan elemen kerusakan Level 5 Level 3-4 Lokasi Kode Deskripsi kode Deskripsi Kondisi Kondisi (optional) (optional) A/P/B X Y Z S R K F P NK S R K F P NK 3.600 Sambungan 806 Aspal B3 1 1 1 1 1 5 Lantai Retak

Gambar 4.9 Retak pada aspal karena pergerakan Tabel 4.15 Nilai Kondisi Lantai Beton bentang A2 Kerusakan elemen Kerusakan Level 5 Level 3-4 Lokasi Kode Deskripsi kode Deskripsi Kondisi Kondisi (optional) (optional) A/P/B X Y Z S R K F P NK S R K F P NK 3.600 Sambungan 806 Aspal A2 1 1 1 1 1 5 Lantai Retak

65

Gambar 4.10 Perlindungan permukaan rangka hilang (penurun mutu cat)

Tabel 4.16 Nilai Kondisi Rangka jembatan

Kerusakan elemen kerusakan Level 5 Level 3-4 Lokasi Kode Deskripsi Kode Deskripsi Kondisi Kondisi (optional) (optional) A/P/B X Y Z S R K F P NK S R K F P NK 3.450 Rangka 301 Perlindungan 1 1 1 0 0 3 permukaan

Gambar 4.11 Landasan mengalami perubahan (deformasi) Tabel 4.17 Nilai kodisi landasan

Kerusakan elemen kerusakan Level 5 Level 3-4 Lokasi Kode Deskripsi Kode Deskripsi Kondisi Kondisi (optional) (optional) A/P/B X Y Z S R K F P NK S R K F P NK 3.610 Landasan/ 604 Perubahan A1 1 1 1 1 0 1 4 perletakan (deformasi)

66

Gambar 4.12 Lantai Trotoar terkelupas/gompal dan besi siku hilang Tabel 4.18 Nilai kondisi Trotoar dan besi siku Kerusakan elemen kerusakan Level 5 Level 3-4 Lokasi Kode Deskripsi Kode Deskripsi Kondisi Kondisi (optional) (optional) A/P/B X Y Z S R K F P NK S R K F P NK 4.506 Trotoar 201 Kerontokan B1 1 1 1 0 0 0 2 1 1 0 0 0 2 beton 4.506 Trotoar 305 Besi siku B1 2 1 1 0 0 0 2 1 1 0 0 0 2 hilang

Gambar 4.13 Dinding sedada A1 kiri rusak Tabel 4.19 Nilai Kondisi Tembok sedada

Kerusakan elemen Kerusakan Level 5 Level 3-4 Lokasi Kode Deskripsi Kode Deskripsi Kondisi Kondisi (optional) (optional) A/P/B X Y Z S R K F P NK S R K F P NK 3.620 Sandaran 205 Tembok A1 1 1 1 0 1 0 3 1 1 0 1 0 3 sedada Rusak

67

Penilai kondisi pada level 3 digunakan untuk mendapatkan nilai kondisi jembatan pada level 1 dan untuk menentukan strategi pemeliharaan secara keseluruhan untuk jembatan yang bersangkutan.

Tabel 4.20 Penilaian kondisi level 3 Nilai Kondisi LEVEL 3 (harus mengisi) kode Elemen S R K F P NK 3.210 Aliran sungai ------3.220 Bangunan pengaman ------3.230 Tanah timbunan ------3.310 Pondasi 0 0 0 0 0 0 3.320 Kepala jembatan/pilar 0 0 0 0 0 0 3.410 Sistem gelagar 0 0 0 0 0 0 3.420 Pelat ------3.430 Pelengkung ------3.440 Balok pelengkung ------3.450 Rangka 1 1 1 0 0 3 3.480 Sistem gantung ------3.500 Sistem lantai 1 1 1 0 1 4 3.600 Sambungan lantai 1 1 1 1 0 4 3.610 Perletakan/landasan 1 1 1 0 0 3 3.620 Sandaran 1 1 0 1 0 3 3.700 Perlengkapan ------3.800 Gorong-gorong ------3.900 Lintasan basah ------

Tabel 4.21 Penilaian komdisi level 2 Nilai Kondisi LEVEL 2 (harus mengisi) Code Element S R K F P NK 2.200 Aliran sungai/timbunan ------2.300 Bangunan bawah 0 0 0 0 0 0 2.400 Bangunan atas 1 1 0 0 1 3 2.800 Gorong- gorong ------2.900 Lintasan basah ------

TAbel 4.22 Penilaian konndisi level 1 Nilai Kondisi LEVEL 1 (harus mengisi) Code Element S R K F P NK 1.000 Jembatan 1 1 0 0 0 2

68

4.2.3 Pemeliharaan Rutin Elemen-elemen dengan rusak kecil, seperti apa yang diacu dalam bagian pemeliharaan rutin, biasanya dapat diperbaiki oleh tenaga kerja pemeliharaan rutin, dan tidak memerukan perbaikan yang rumit dan rehabilitasi.

Tabel 4.23 Pemeliharaan rutin 1. Apakah ada penumpukan puing atau rintangan di sungai? Ya Tidak 2. Apakah ada penumpukan kotoran pada elemen jembatan? Ya Tidak 3. Apakah ada tumbuhan liar? Ya Tidak 4. Apakah pipa cucuran air di lantai ada yang tersumbat? Ya Tidak 5. Apakah drainase air di daerah timbunaan tidak cukup? Ya Tidak 6. Apakah ada lubang dipermukaan yang bergelombang? Ya Tidak 7. Apakah sandaran perlu di cat? Ya Tidak 8. Apakah plat nomor salah atau hilang? Ya Tidak

Gambar 4.14 Penumpukan puing-puing atau rintangan disungai Diperlukan pemeliharaan rutin

69

Gambar 4.15 Penumpukan kotoran pada elemen jembatan Diperlukan pemeliharaan rutin

Gambar 4.16 Tumbuhan liar pada A1 dan A2 Diperlukan pemeliharaan rutin

70

Gambar 4.17 Penuruan mutu cat pada sandaran Diperlukan pemeliharaan rutin 4.3 Pemeliharaan dan Rehabilitas Jembatan Sei Wampu

Kegiatan Pemeliharaan dan rehabilitasi kerusakan yang terdapat pada Jembatan sei wampu diterangkan di dalam tabel 4.24 Tabel 4.24 Saran Perbaikan Nilai Kode kerusakan Saran Perbaikan Kondisi 202 Retak 2 titik 4 Grouting, pengadaan rambu 202 Retak memisah 3 Grouting, pengadaan rambu 202 Retak 2 titik 4 Grouting, pengadaan rambu 202 Retak 3 titik 4 Grouting, pengadaan rambu 202 Retak memisah 3 Grouting, pengadaan rambu 806 Retak 4 Penggantian Ex. Joint 806 Bergelombang 4 Penggantian Ex. Joint 806 Retak 4 Penggantian Ex. Joint 806 Retak 4 Penggantian Ex. Joint 301 Mutu Cat Rangka turun 3 Pengecatan Rangka Baja 3 Penggantian 606 Deformasi Landasan/perletakan 2 Pembersihan dan patching 201 Kerontokan beton beton 305 Besi siku trotoar hilang 2 Penggantian besi siku trotoar 205 Tembok Sedada rusak 3 Penggantian tembok sedada 301 Mutu cat sandaran turun Pengecatan sandaran 501 Sampah menumpuk Pembersihan sampah 501 Vegetasi menumpuk Pembersihan Vegetasi 501 Penumpukan kotoran Pembersihan kotoran

71

4.3.1 Perbaikan Retak Beton Dengan Grouting Grouting merupakan salah satu cara untuk memperbaiki keretakan yang terjadi pada beton menggunkan bahan dasar berupa Epoxy Resin. Bagan Alir pekerjaan grouting pelat lantai yang retak pada jembatan sei wampu dapat dilihat pada gambar 4.18.

Mulai

Penentuan Lokasi Perbaikan

Tahap I: Persiapan Permukaan 1. Pembersihan

2. Peletakan Alat Penyuntik 3. Penutupan Retakan

Tahap II: Perbaikan Retakan

Tahap III: Penyelesaian Akhir

Pekerjaan diterima

(selesai)

Gambar 4.18 Bagan Alir Perbaikan Grouting

72

Setelah lokasi Perbaikan telah ditentukan dan diberikan tanda, pelaksanaan Grouting dilakukan dengan Tiga (3) Tahap, Yaitu:

1. Tahap I: Persiapan Permukaan

a. Pembersihan

Permukaan yang akan diperbaiki dibersihkan terlebih dahulu dengan mesin gerinda atau sikat kawat sehingga bebas dari kotoran-kotoran seperti minyak, oli dan sejenisnya atau bekas beton yang tidak sempurna selebar 5 cm di sekitar permukaan yang akan dilakukan perbaikan retak, pembersihan ini dilakukan pada sepanjang retakan.

b. Peletakan Alat Penyuntik

Bor pada bagian atas pada lokasi retak untuk menempatkan nepel dengan jarak antar alat penyuntik gravitasi tergantung lebar dan dalamnya retakan, sehingga jumlah alat penyuntik dapat efisien. Dasar alat penyuntik dilekatkan tepat ditengah permukaan yang retak dengan menggunakan bahan penutup (seal) sehingga cairan bahan perekat dapat masuk ke dalam retakan sesuai dengan yang disyaratkan.

c. Penutup Retakan

Setelah dilakukan pembersihan, sepanjang jalur retakan yang ada ditutup dengan menggunakan bahan penutup (sealant) selebar 5 cm dan tebal 3 mm. Setelah Jalur Retakan tertutup semua dengan bahan penutup, dan bahan penutup mengeras, maka dapat dilaksanakan tahap berikut yauti pemasangan alat penyuntik dan dimulai dengan dasar alat penyuntik sampai melekat.

2. Tahap II: Perbaikan retakan

a. Setelah alat penyuntik terpasang, maka dilakukan pencampuran bahan epox.

b. Bahan Epoxy yang telah tercampur (dengan perbandingan sesuai dengan spesifikasi dari pabrik pembuat) tersebut dimasukkan ke dalam alat penyuntik dengan suatu alat yang khusus sampai penuh dalam batas plastic penutup tabung yaitu sampai tabung penyuntik, dan kemudian tahapan

73

tersebut dilakukan terus sampai semua alat penyuntik terisi dengan bahan Epoxy.

c. Pekerjan tersebut terus diawasi, dan dilakukan pemeriksaan padasetiap alat penyuntik, apabila tabung sudah mulai mengempis, maka diisi lagi dengan bahan Epoxy dan seterusnya, sehingga tidak ada lagi tabung yang mengempis.

d. Apabila tabung telah terisi penuh dan tidak ada lagi yang mengempis, maka hal tersebut mengindikasikan bahwa semua retakan sudah terisi penuh, dan bahan epoxy akan mulai mengikat (setting) menjadi keras.proses setting tersebut akan memerlukan waktu sekitar 3 jam.

3. Tahap III: Penyelesaian Akhir Permukaan

a. Penyelesaian akhir dimulai dengan melepaskan alat penyuntik setelah 1 hari selesainya pekerjaan penyuntikan bahan epoxy ke dalam retakan

b. Setelah alat penyuntik dan tabung dilepas dari tempat retakan, kemudian dilakukan perapihan atau perataan permukaan bahan penutup retakan (sealant), sehingga permukaan Struktur menjadi rata.

4.3.2 Penggantian Expantion Joint

Pengantian siar muai (Expantion joint) Jembatan Sei Wampu yang rusak adalah dengan menggunakan Expantion joint jenis Aspaltic Plug. Expantion joint jenis Aspaltic Plug ini mampu menahan struktur atas secara longitudinal, transversal dan rotasi. Bahan Aspaltic Plug juga mampu menahan fleksibel, menahan air, tahan terhadap cuaca, dan dapat menahan beban dinamis kendaraan serta dapat memberikan kenyamanan pada pengguna. Bagan Alir penggantian Expantion joint pada jembatan sei wampu dapat dilihat pada gambar 4.19.

74

Mulai

Pemeriksaan Bitumen Binder Pemeriksaan Agregat

Kesesuaian Mutu Bahan Tidak Ganti bahan dengan Spesifikasi

Ya

Pembuatan Komposisi campuran

Kesesuaian karakteristik Tidak Perbaikan campuran komposisi dengan Spesifikasi campuran

Ya

Penghamparan bahan campuran dan dilanjutkan dengan pemadatan

Perbaikan Sesuai dengan Tidak penambahan Rencana lintasan pemadatan

Ya

Pekerjaan diterima (selesai)

Gambar 4.19 Penggantian Expantion joint

75

Setelah dilakukannya tahapan pembuatan komposisi campuran, dilanjutan dengan tahapan pelaksanaan pekerjaan, yaitu:

a. Pemotongan Lapisan Aspal dan Pembongkaran Garis

Terlebih dahulu aspal yang akan dipotong diberi tanda dengan kapur. Kemudian pemotongan dilakukan dengan menggunakan alat Cutter Concrate yang memiliki mata pisau yang sangat tajam. Pelaksanaan pemotongan dan pembongkaran lapisan aspal direncanakan dengan lebar maksimal 300 mm dan kedalaman 50 mm. Pembongkaran dilakukan dengan menggunakan mesin Jack Hammer. Setelah dilaksanakan pemotongan dan pembongkaran bagian tersebut harus dibersihkan dari kotoran dan sisa-sisa aspal. Pembersihan dilakukan dari debu dan kotoran-kotoran dimaksud agar bitumen dapat menempel pada sisi-sisi lapis permukaan lama sehingga membuat ikatan antara aspal lama dengan aspal baru menjadi sangat kuat juga lentur sehingga dapat emenerima beban yang bekerja secara bersamaan.

b. Pemasangan Tali dan Plat Baja Setelah sambungan yang dibongkar dalam kondisi siap, maka pada bagian celah dalam 30 mm dari bagian dasar dimasukkan tali tambang. Lapisi seluruh sisi yang dibongkar dengan menggunakan asapal bitumen yang berfungsi sebagai pengikat antara bagian aspal lama dengan aspal baru. Pasangkan Plat baja dalam kondisi datar tidak ada beda tinggi antara sisi-sisinya. Ini dimaksudkan agar pada saat menerima beban dari atas plat baja tidak bergerak yang menyebabkan Expantion Joint retak.

c. Pemasangan Agregat Agregat sebelum digelar harus dipanaskan terlebih dahulu sampai suhu 200°C dengan alat pemanas Indirect Heating dimana suhu dapat dikontrol dengan baik dan dapat menghasilkan panas yang merata pada seluruh agregat. Penghamparan lapis pertama setebal 40 mm yang kemudian dicor dengan aspal karet yang sudah dipanaskan dengan cara Indirect heating sampai suhu 200°C

76

Agar aspal karet tersebut dapat berpenetrasi ke dalam semua rongga antar agregat. Setelah penghamparan agregat selesai selanjutnya dipadatkan dengan menggunakan alat kompresor sampai agregat saling mengunci padat.

d. Penghamparan Aspal Bitumen Setelah semua agregat padat, selanjutnya dicor kembali dengan aspal bitumen yang berfungsi sebagai waterproofing agar air tidak masuk ke dalam bagian Agregat.

4.3.3 Pengecatan Rangka Baja dan Sandaran

Pekerjaan pengecatan ini bertujuan untuk mencegah dan melindungi struktur baja terhadap karat. Pengecatan untuk elemen utama jembatan seperti batang tepi atas, diagonal, batang tepi bawah, gelagar melintang atau gelagar pada jembatan baja komposit diberi lapisan pelindung dengan tingkat keawetan sedang dan untuk elemen sekunder seperti sandaran dan/atau pagar pengaman (guardrail) dapat diberi lapisan pelindung dengan tingkat keawetan pendek, masing-masing sesuai dengan kondisi lingkungannya. Bagan Alir pengecatan Rangka Baja dan Sandaram pada jembatan sei wampu dapat dilihat pada gambar 4.20.

77

Mulai

Persiapan Peralatan Minimal

Persiapan Permukaan/Pembersihan

Pengujian Kelembaban

Sesuai Pembersihan Standar acuan Kembali

Pengecatan a. Pencampuran Cat (mixing) b. Pengecatan Cat Dasar c. Lapis kedua dan/atau Lapis akhir

Sesuai Perbaikan Standar acuan Kembali

Pekerjaan Diterima (Selesai)

Gambar 4.20 Bagan Alir Pengecatan Rangka dan Sandaran

78

1. Tahap Persiapan Permukaan/Pembersihan

Bersihkan semua karat, butiran logam, dan lapisan cat yang rusak sampai tingkat kebersihan yang disyaratkan dengan menggunakan amplas, sikat kawat, batu gerinda, scrap dan peralatan manual lainnya. Permukaan logam harus terlihat seperti warna logam dasarnya dan juga harus bebas dari minyak, gemuk, debu, tanah, garam dan pengotor lainnya.

2. Tahap Pengujian Kelembaban Sebelum dilakukan pengecatan pada daerah kering, permukaan (substrat) baja harus diperiksa dan diukur kelembabannya dengan syarat sebagai berikut:

a. Pengukuran kelem baban udara harus dilakukan pada sebelum pengecatan b. dilakukan dan harus harus berada 3°C di atas di atas titik embun (Dewpoint) c. Maksimal kelembaban yang diperkenankan dalam aplikasi pengecatan maksimal 83 % - 85 % d. Apabila kelem baban melebihi batas maksimal maka seluruh kegiatan pengecatan harus dihentikan, kecuali jenis cat yang digunakan adalah moisture tolerant dan atas pertimbangan dari pabrik pembuat.

3. Tahap Pengecatan

a. Pencampuran Cat (Mixing) Pencampuran antara masing-masing komponen harus sesuai dengan petunjuk dan persyaratan dari pabrik pembuat.

b. Pengecatan Cat Dasar 1) Pengecatan cat dasar harus dilaksanakan sesuai dengan petunjuk dan persyaratan dari pabrik pembuat. 2) Cat diaduk hingga tercampur merata 3) Sebelum seluruh permukaan dilakukan Pengecatan harus dimulai dari bagian yang sulit di jangkau dan sempit termasuk sudut-sudut lancip atau runcing. 4) Pelaksanaan pengecatan lapisan dasar menggunakan mesin semprot dan dibantu dengan kw as untuk menjangkau bagian-bagian yang sulit. Khusus untuk aplikasi daerah pasang surut menggunakan sikat bulat (rounded brush).

79

5) Cat yang terdiri atas 2 komponen atau lebih harus dicampur dengan baik sehingga merata sesuai dengan spesifikasi dari pabrik pembuat.

c. Lapisan Kedua dan/atau Lapisan Akhir

1) Pelaksanaan pengecatan lapisan kedua atau akhir dilaksanakan setelah lapisan pertam a atau cat dasar mengering dan m em punyai ketebalan kering sesuai dengan petunjuk dan persyaratan dari pabrik pembuat 2) Pengecatan lapisan ini dilaksanakan dengan cara disemprotkan menggunakan alat khusus, kwas atau roller sampai ketebalan cat sesuai dengan petunjuk dan persyaratan dari pabrik pembuat.

4.3.4 Penggantian dan perbaikan Landasan/Perletakan

Proses penggantian dilakukan dengan cara mengangkat gelagar dan mengganti landasan rusak dengan yang baru. Penahan diperlukan untuk mengangkat sebagian gelagar lainnya disamping gelagar dimana terdapat landasan yang rusak, untuk mendistribusikan beban pada beberapa titik dan dongkrak serta menghindarkan kerusakan terhadap bagian lainnya dari struktur. Bagan Alir penggantian dan perbaikan landasan/perletakan pada jembatan sei wampu dapat dilihat pada gambar 4.21.

80

Mulai

Pengadaan Elastomer

Kuat tekan, Pengujian regangan geser dan material

Tidak Sesuai dengan spesifikasi

Persiapan bahan peralatan

Pengukuran/leveling tumpuan pada abutment

Dudukan Landasan

Pengangkatan Bangunan Atas

Penyetelan landasan elastomer

Landasa yang menunjang lantain beton cor langsung di tempat

Pekerjaan Diterima (Selesai)

Gambar 4.21 Bagan alir Penggantian dan perbaikan Landasan/Perletakan

Landasan (bearing) yang akan diganti harus sesuai dengan Gambar dan ditentukan dengan jelas tentang jenis dan tempat pemasangan pada saat tiba di tempat kerja.

81

Proses pengantian tersebut dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Pengangkatan Bangunan Atas

Bangunan atas yang diangkat dengan dongkrak harus secara simultan dan bersamaan dengan penyetelan keseragam an untuk mendapatkan elevasi yang merata dan bersamaan pada semua bagian elemen bangunan atas yang diangkat dengan menggunakan manifold yang berperan meratakan tekanan pada semua dongkrak secara bersamaan. Apabila tidak dilaksanakan secara bersamaan, perbedaan ketinggian yang diperbolehkan maksimum 4 mm sesuai dengan Gambar

2. Penyetelan Landasan Elastomer

Landasan elastomer dapat diletakkan langsung pada dudukan mortar beton, asalkan berada dalam batas toleransi yang disyaratkan untuk kedataran dan kerataan. Kemudian Jacking down Bangunan atas

4.3.5 Pembersihan dan Patching Beton

Mulai

Pekerjaan Persiapan

Pelaksanaan Penambalan

Pekerjaan Diterima (Selesai)

Gambar 4.22 Bagan alir Pembersihan dan Patching Beton

82

Pekerjaan penambalan ini terdiri dari 2 tahap yaitu pekerjaan persiapan dan pelaksanaan penambalan. 1. Tahap persiapan Pekerjaan persiapan dimulai dengan memberi tanda pada bagian-bagian yang akan ditambal, kemudian dilakukan pembentukan segiempat dengan sudut 45° ke bagian dalam (bagian luar lebih besar dibanding bagian dalam yang akan di patching) menggunakan concrete cutter.

Lakukan chipping pada daerah tersebut dengan menggunakan alat sederhana atau light jack hammer sampai ke permukaan beton yang padat. Kemudian bersihkan permukaan yang telah selesai di chipping, dan pastikan bahwa permukaan tersebut tidak mengandung lapisan oli, debu dan bahan asing lainnya. 2. Tahapan Pelaksanaan Setelah pekerjaan chipping selesai, maka lakukan tahapan pelaksanaan berikutnya: a. Basahi permukaan beton yang akan dipatching sampai kondisi lembab (apabila menggunakan bahan dasar semen). b. Aduk bahan patching dengan baik. c. Aplikasikan adukan material tersebut kemudian ratakan sampai sama dengan permukaan beton lama. d. Lakukan perawatan (curing) pada permukaan patching tersebut selama proses pengeringan dan pengerasan.

4.3.6 Penggantian Besi Siku Trotoar

Mulai

Pekerjaan Persiapan

Pemasangan kembali

Selesai Gambar 4.23 bagan alir Penggantian Besi Siku Trotoar

83

Penggantian besi Siku Trotoar ini terdiri dari 2 tahap yaitu pekerjaan persiapan dan pemasangan kembali.

1. Pekeraan Persiapan Pekerjaan persiapan dimulai dengan mengangkat besi siku yang tersisa dari sambungan. Kemudian mengukur kembali kebutuhan panjang besi siku. Besi siku yang digunkan adalah 50x50x5 mm. pembersihan sudut beton dilakukan guna menghindari dari oli, debu dan bahan asing lainnya.

2. Pemasangan kembali Setelah pembersihan pada beton trotoar, maka lakukan tahap selanjutnya: a. Mempersiapan Epoxy mortar yang sesuai dengan kebutuhan dan sesuai spesifikasi dari pabrik pembuat. b. Lapisi permukaan beton dengan Epoxy mortar c. Pasang kembali baja siku d. Lakukan perawatan (curing) besi siku yang baru sampai proses perekatan besi siku dengan sudut trotoar menempel dengan keras.

4.3.7 Penanganan Tembok sedada yang rusak

Mulai

Pekerjaan Persiapan

Pelaksanaan Penambalan

Pekerjaan Diterima (Selesai)

Gambar 4.24 Diagram alir penanganan Tembok Sedada

Penggantian tembok sedada ini terdiri dari 2 tahap yaitu pekerjaan persiapan dan tahap pelaksanaan.

84

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan ini dilakukan setelah mencari tahu penyebab keretakan pada tembok sedada, kemudian melakukan pembersihan pada retakan untuk menghilangkan sampah ataupun debu.

2. Tahap pelaksanaan

Setelah pembersihan dilakukan, tahap seajutnya adalah: a. Membasahi bagian yang retak sampai dengan kondisi lembab b. Aduk bahan perekat, bahan perekat menggunakan Epoxy c. Tutup bagian retak pada tembok dengan adukan Epoxy. Dan biarkan perekat mengeras dan menyatukan bagian yang retak.

4.3.8 Pelaksanaan Pembersihan Dalam Pemeliharaan Rutin

Kegiatan pemeliharaan rutin yang dilakukan adalah untuk menjamin bahwa penumpukan kotoran tidak menyebabkan kerusakan elemen jembatan atau jembtan secara keseluruhan dikemudian hari.

Kegiatan pembersihan mencakup:

1. Membersihkan tanah, kerikil, pasir dan sebagainya dari tempat-tempat yang seharusnya tidak ada dan mungkin mempunyai pengaruh yang membahayakan, seperti:  Semua drainase lantai  Expantion Joint  Daerah sekitar perletakan/landasan dan expantion joint  Semua komponen rangka yang menahan kotoran dan sampah  Tiang sandaran dan sandarannya  Gelagar melintang  Ikatan angina horizontal  Flens pada gelagar dan diapragma yang berbentuk rangka  Lubang suling-suling di kepala jembatan  Pembersihan sampah-sampah dibagian aliran sungai 2. Pembersihan tumbuhan liar, 3. Membersihkan/mencuci tanda-tanda, papan nama dan sandaran yang dicat.

85

4.4 Perhitungan Rancangan Anggaran Biaya (RAB) Perbaikan Jembatan

4.4.1 Perhitungan Kebutuhan Bahan

1. Grouting a. Retak 2 titik: L = 1,70 + 1,10 = 2,80 m W = 0,5 ~ 1 mm Luas = 0,28 m2 b. Retak Memisah L = 1 m W = 0,5 ~ 1 mm Luas = 0,28 m2 c. Retak 2 titik: L = 1 + 1,20 m W = 1 ~ 2mm Luas = 0,44 m2 d. Retak 3 titik: L = 0,80 + 1,40 + 0,60= 2,80 m W = 0,5 ~ 1 mm Luas = 0,28 m2 e. Retak memisah L = 1 m W = 0,5 ~ 1 mm Luas = 0,10 m2 Luas Total Retak = 0,28 + 0,28 + 0,44 + 0,28 + 0,10

= 1,2 m2

2. Expantion Joint a. Plat Baja Volume Plat Baja = panjang x lebar x tinggi = 7,00 m + 0,10 m + 0,008 = 5,6 m3 x 4 siar maui = 22,30 m3 x bj baja = 22,40 x 7850 kg/ m3 = 175,84 kg

86

b. Tali Tambang p = 7 m Panjang Total = 7 x 4 = 28 m c. Aspal Volume Aspal = Panjang x Lebar x Tinggi x Bj aspal = 7,00 x 0,30 x 0,05 x 2,3 kg/m3 = 0,996 kg 3. Pengecatan a. Luas Penampang Rangka Baja

Tabel 4.25 Luas Permukaan Jembatan Profil Panjang Total Luas Permukaan No Keterangan (Iwf) (m) (m2) 1 392.350.28.34 Bentang atas 491,68 1046,288 2 400.400.18.18 Bentang bawah 352 830,928 3 392.296.13.9 Diagonal 169,68 330,875 4 392.296.8.11 Diagonal 282,8 551,552 5 392.296.7.10 Diagonal 424,2 828,887 6 250.175.7.11 Ikatan angin atas 217 257,362 7 400.200.7.11 End portal 42 66,612 8 740.265. 13.20 Diafragma 360 901,296 9 150.150.14 Ikatan Angin atas 457,436 274,462 10 70.70.7 Ikatan angin atas 228,684 64,031 11 100.100.7 Ikatan angin bawah 636,4 254,56 Total 3662,32 5406,853

b. Kebutuhan Cat Daya sebar cat per 1 liter adalah 12 m2 Kebutuhan cat untuk 2 kali lapis adalah = (5406,853 x 2)/12 = 901,14 Liter Apabila cat dalam satuan kg, maka akan dikalikan dengan angka koefisien 1,4: = 901,14 x 1,4 = 1261,596 kg 4. Landasan/perletakan a. Elastomeric Bearing Pad Ukuran Elastomeric Bearing Pad = panjang x lebar x tinggi = 300 x 300 x 80 mm

87

5. Patching Beton Volume Patching beton = panjang x lebar x tinggi = 10 x 1,00 x 0.03 m = 0,30 m3 6. Besi Siku 50 x 50 x 5 mm Kebutuhan besi = 1 x 10 m = 10 m Berat besi = lebar x tebal x 6 m x 1512 = 0,05 x 0,05 x 6 x 1512 = 22,68 kg Berat per meter = 22,68/6 = 3,78 kg Total kebutuhan besi = berat per meter x panjang kebutuhan = 3,78 kg x 10 m = 37,8 kg 7. Retak dinding sedada Volume retakan = panjang x lebar x tinggi = 0,49 x 0,05 x 1,00 m = 0,245 m3

88

4.4.2 Analisis satuan Satuan Harga Pekerjaan Menggunakan analisis harga satuan 2017 kota medan Tabel 4.26 Analisa Harga Pembuatan Grouting per m3 Harga Satuan Jumlah Harga No Uraian Satuan Koefisien (Rp) (Rp) 1 2 3 4 5 6 A Tenaga Kerja 1 Pekerja O/H 1,176 115.200 135.4752 2 Kepala tukang O/H 0,039 180.000 7.020 3 Mandor O/H 0,039 157.500 6.1425 Jumlah Harga Kerja 148.6377 B Bahan 1 Sikagrout 125 m3 1,920 142.120 272.8704 Jumlah Harga Bahan 272.8704 C Peralatan 1 Concrete injection pump m2 0,0028 375.142 0,999 2 Tabung Penyuntik buah 1,00 266.667 266.667 Jumlah Harga Peralatan 267.666 D Jumlah harga Tenaga Kerja, Bahan, dan Peralatan (A+B+C) 687.1741 E Overhead & Profit 15% x D 103.376 F Harga satu Pekerjaan (D+E) 790.550

Tabel 4.27 Analisa Harga Siar Muai/Expantion Joint Harga Satuan Jumlah Harga No Uraian Satuan Koefisien (Rp) (Rp) 1 2 3 4 5 6 A Tenaga Kerja 1 Pekerja O/H 0,600 115.200 69.120 2 Mandor O/H 0,060 157.500 9.420 Jumlah Harga Kerja 78.540 B Bahan 1 Agregat kasar m3 0,7773 187.600 145.821 2 Agregat halus m3 0,5271 231.449 121.997 3 Filler m3 25,300 1.000 25.300 4 Aspal kg 157,2165 13.640 2,144.43 5 Plat baja kg 4 26.680 106.72 6 Tali m 0,186 14.007 2.605 Jumlah Harga Bahan 2,546.87 C Peralatan 1 Jack hammer Hari 0,05 108.000 5.400 2 Cutting concrete Hari 0,05 108.000 5.400 3 Vibro roller 600 kg Hari 0,05 150.770 7.5385 Jumlah Harga Peralatan 18.3385 D Jumlah harga Tenaga Kerja, Bahan, dan Peralatan (A+B+C) 2,643.75

89

E Overhead & Profit 15% x D 396.562 F Harga satu Pekerjaan (D+E) 3,040.31

Tabel 4.28 Analisa Harga pengecatan rangka per 1 m3 Harga Satuan Jumlah Harga No Uraian Satuan Koefisien (Rp) (Rp) 1 2 3 4 5 6 A Tenaga Kerja 1 Tukang Cat O/H 0,2593 108.000 28.0044 2 Tukang Cat pembantu O/H 0,2593 90.000 23.337 3 Mandor O/H 0,025 157.000 3.925 Jumlah Harga Kerja 55.267 B Bahan 1 Cat Besi Kg 0.1471 12.363 2 Minyak cat Liter 0,0147 0,744 Jumlah Harga Bahan 13.107 C Peralatan Jumlah Harga Peralatan 0 D Jumlah harga Tenaga Kerja, Bahan, dan Peralatan (A+B+C) 68.374 E Overhead & Profit 15% x D 10.256 F Harga satu Pekerjaan (D+E) 78.630

Tabel 4.29 Analisa Harga perbaikan landasan /perletakan Harga Satuan Jumlah Harga No Uraian Satuan Koefisien (Rp) (Rp) 1 2 3 4 5 6 A Tenaga Kerja 1 Pekerja O/H 1.000 115.200 115.200 2 Kepala tukang O/H 0,03 180.000 5.400 3 Mandor O/H 0,03 157.500 4.725 Jumlah Harga Kerja 125.323 B Bahan 1 Elastomeric Bh 1,000 650.000 650.000 Jumlah Harga Bahan 650.000 C Peralatan 1 Jack Hidrulic Bh 0,216 108.000 23.328 Jumlah Harga Peralatan 23.328 D Jumlah harga Tenaga Kerja, Bahan, dan Peralatan (A+B+C) 798.653 E Overhead & Profit 15% x D 119.798 F Harga satu Pekerjaan (D+E) 918.541

90

Tabel 4.30 Analisa Harga patching beton per m3 Harga Satuan Jumlah Harga No Uraian Satuan Koefisien (Rp) (Rp) 1 2 3 4 5 6 A Tenaga Kerja 1 Pekerja O/H 0,600 115.200 69.120 2 Kepala tukang O/H 0,060 180.000 10.900 3 Mandor O/H 0,060 157.500 9.450 Jumlah Harga Kerja 89.370 B Bahan 1 Semen Portland 40 kg 0,02830 63.800 1.805 2 Pasir pasang m3 0,2170 231.449 50.223 Jumlah Harga Bahan 52.029 C Peralatan 1 Concrete injection pump Bh 0,050 108.000 5.400 Jumlah Harga Peralatan 5.400 D Jumlah harga Tenaga Kerja, Bahan, dan Peralatan (A+B+C) 146.799 E Overhead & Profit 15% x D 22.019 F Harga satu Pekerjaan (D+E) 168.819

Tabel 4.31 Analisa Harga pekerjaan perbaikan besi siku Harga Satuan Jumlah Harga No Uraian Satuan Koefisien (Rp) (Rp) 1 2 3 4 5 6 A Tenaga Kerja 1 Pekerja O/H 0,100 115.200 13.500 2 Kepala tukang O/H 0,010 180.000 1.800 Jumlah Harga Kerja 15.300 B Bahan 1 Besi siku 50.50.5 kg 1,00 26.680 26.680 Jumlah Harga Bahan 26.680 C Peralatan 1 Peralatan tambahan Bh 1,00 0 Jumlah Harga Peralatan 0 D Jumlah harga Tenaga Kerja, Bahan, dan Peralatan (A+B+C) 48.98 E Overhead & Profit 15% x D 6.597 F Harga satu Pekerjaan (D+E) 55.557

91

Tabel 4.32 Analisa Harga pekerjaan perbaikan dinding sedada per m3 Harga Satuan Jumlah Harga No Uraian Satuan Koefisien (Rp) (Rp) 1 2 3 4 5 6 A Tenaga Kerja 1 Tukang O/H 1,00 135.000 135.000 2 Kepala tukang O/H 0,100 180.000 18.000 Jumlah Harga Kerja 153.000 B Bahan 1 Semen kg 0,02830 63.800 1.806 2 Pasir pasang m3 0,2170 231.449 50.2244 Jumlah Harga Bahan 52.030 C Peralatan 1 Peralatan tambahan Bh 1,00 0 Jumlah Harga Peralatan 0 D Jumlah harga Tenaga Kerja, Bahan, dan Peralatan (A+B+C) 205.030 E Overhead & Profit 15% x D 30,757 F Harga satu Pekerjaan (D+E) 235.785

Tabel 4.33 Analisa Harga pekerjaan perbaikan kotoran rangka atas Harga Satuan Jumlah Harga No Uraian Satuan Koefisien (Rp) (Rp) 1 2 3 4 5 6 A Tenaga Kerja 1 Pekerja O/H 0,5091 115.200 58.648 2 Mandor O/H 0,0509 157.000 7.9913 Jumlah Harga Kerja 66.639 B Bahan 1 Jumlah Harga Bahan C Peralatan 1 Peralatan tambahan Bh 1,00 0 Jumlah Harga Peralatan D Jumlah harga Tenaga Kerja, Bahan, dan Peralatan (A+B+C) 66.639 E Overhead & Profit 15% x D 9.996 F Harga satu Pekerjaan (D+E) 76.635

92

Tabel 4.34 Analisa Harga pekerjaan perbaikan kotoran rangka bawah Harga Satuan Jumlah Harga No Uraian Satuan Koefisien (Rp) (Rp) 1 2 3 4 5 6 A Tenaga Kerja 1 Pekerja O/H 0.3818 115.200 43.983 2 Mandor O/H 0.0382 157.000 5.997 Jumlah Harga Kerja 49.980 B Bahan 1 Jumlah Harga Bahan 0 C Peralatan 1 Peralatan tambahan Bh 1,00 0 Jumlah Harga Peralatan 0 D Jumlah harga Tenaga Kerja, Bahan, dan Peralatan (A+B+C) 49.980 E Overhead & Profit 15% x D 7.497 F Harga satu Pekerjaan (D+E) 57.477

Tabel 4.35 Rencana Anggaran Biaya Harga Jumlah Harga No Uraian Satuan Volume Satuan (Rp) (Rp) 1 Grouting m2 0,30 790.550 237.165 2 Expantion Joint kg 0,996 3,040.31 3.028.148,76 3 Pengecatan Rangka kg 1261,5 78.630 99.199.293,48 96 4 Landasan/Perletakan m3 1,00 918.541 918.451 5 Patching beton m3 0,30 168.819 50.645,70 6 Besi siku kg 37,8 55.557 2.100.810,6 7 Dinding sedada m3 0,245 235.785 57.767 8 Pembersihan struktur atas m3 1,00 76.635 76.635 9 Pembersihan struktur bawah m3 1,00 57.477 57.477 Jumlah Harga Uraian Pekerjaan 105.726.393,54 Terbilang: Seratus lima juta tujuh ratus dua puluh enam ribu tiga ratus sembilan puluh tiga koma lima puluh empat

93

BAB 5 PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil Analisis Kondisi Jembatan Sei Wampu Kota Stabat Kecamatan Stabat kabuptaen Langkat dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Nilai Kondisi Jembatan Sei Wampu Kota Stabat Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat adalah 2. 2. Usulan Penanganan pada Jembatan Sei Wampu Kota Stabat Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat berupa pekerjaan Grouting, penggantian Expantoin Joint, pengecatan rangka baja, penggantian landasan/perletakan, patching beton, penggantian besi siku, perbaikan dinding sedada, pengecatan sandaran, pembersihan rangka atas dan rangka bawah jembatan. 3. Rancangan Anggaran Biaya (RAB) pada Jembatan Sei Wampu Kota Stabat Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat adalah senilai Rp. 105.726.393,54.

94

5.2 Saran

Untuk Analisis lebih lanjut pada Jembatan Sei Wampu Kota Stabat Kecamatan Stabat kabuptaen Langkat disaran agar:

1. Menggunakan Software IBMS agar nilai jembatan lebih bersifat aktual. 2. Menggunakan Analisa Harga Satuan Pekerjaan terbaru agar Anggaran Biaya (RAB) lebih bersifat aktual.

95

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Bina Marga Departement Pekerjaan Umum Republik , 1993, Panduan Pemeriksaan Jembatan, Jakarta. Direktorat Jenderal Bina Marga Departement Pekerjaan Umum Republik Indonesia, 1993, Panduan Pemeliharaan dan Rehabilitasi Jembatan, Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia, 2018, Spesifikasi Umum Jembatan. Jakarta Dinas Bina Marga. 2017. Analisa Satuan Pekerjaan Edisi 1996. Medan : DBM

96