SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI TEBU RAKYAT INTENSIFIKASI DI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT

OLEH

SAVIRA CLAUDIA 150501129

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019

1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI TEBU RAKYAT INTENSIFIKASI DI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tebu di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Luas Lahan (X1), Modal (X2), Tenaga Kerja (X3) terhadap Produksi Tebu (Y). Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Deskriptif kuantitatif adalah data yang diperoleh dari sampel populasi penelitian lalu dianalisis sesuai dengan metode statistik yang digunakan lalu di interpretasikan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara dengan jumlah sampel sebesar 50 responden. Metode analisis data dengan menggunakan model regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel luas lahan berpengaruh positif sigifikan terhadap produksi tebu, sedangkan variabel modal dan tenaga kerja berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap produksi tebu.

Kata Kunci : Produksi, Luas lahan, Modal, Tenaga Kerja, Regresi Linear Berganda

i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ABSTRACT

ANALYSIS OF FACTORS THAT INFLUENCE SUGARCANE THE PRODUCTION OF INTENSIFICATED PEOPLE IN STABAT DISTRICT, LANGKAT DISTRICT

This study aims to analyze the factors that affect sugarcane production in Stabat District, . The variables used in this study are Land Area (X1), Capital (X2), Labor (X3) to Cane Production (Y). This type of research is quantitative descriptive. Descriptive quantitative is data obtained from a sample of the study population and then analyzed in accordance with the statistical methods used and then interpreted. The data collection method used is the interview method with a total sample of 50 respondents. Methods of data analysis using multiple linear regression models. The results showed that the land area variable had a significant positive effect on sugarcane production, while the capital and labor variables had a positive but not significant effect on sugarcane production.

Keywords: Production, Land Area, Capital, Labor, Multiple Linear Regression

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penyusunan skripsi yang berjudul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI TEBU RAKYAT INTENSIFIKASI DI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT” ini dapat diselesaikan guna memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi di Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas eknomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat diselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, teristimewa kepada ayahanda Apres Merianto dan Ibunda Anita serta keluarga besar yangmemberikan semangat dan dukungan selama proses perkuliahan dan pengerjaan skripsi ini , pada kesempatan ini patutlah kiranya penulis juga mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP., selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Inggrita Gusti Sari Naution, SE, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Prof. Dr. Syaad Afifuddin, SE, M.Ec selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing penulis, memberikan saran, pengarahan, petunjuk- petunjuk, dan masukan yang sangat berarti dalam penyusunan skripsi ini. 5. Ibu Dr., Dra. Murni Daulay, M.Si dan Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, M.P selaku Dosen Penguji I dan Penguji II yang telah banyak membantu penulis melalui saran dan kritik yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini. 6. Seluruh Dosen, Staf Pengajar, seluruh pegawai dan staf administrasi Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah membagi ilmu pengetahuan dan membantu dalam penyelesaian kelengkapan administrasi. 7. Gambuslicious team , Aisyah, Ketrin, Fitri, Dinda, Ifka, Elsha, Aita, Brina, Vinni, Ainun yang merupakan sahabat seperjuangan dalam menghadapi berbagai kesulitan dan kesenangan selama menjalani perkuliahan di Universitas Sumatera Utara.

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Penulis menyadari di dalam penulisan skripsi terdapat kekurangan, baik dari segi bahasa maupun tulisan. Penulis juga mengharapkan kritik dan sarannya Akhir kata, penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan manfaat. Penulis pun berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan semoga Allah Swt memberi lindungan bagi kita semua. Medan, Penulis

Savira Claudia 150501129

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK ...... i ABSTRACT ...... ii KATA PENGANTAR ...... iii DAFTAR ISI ...... v DAFTAR TABEL ...... vii DAFTAR GAMBAR ...... viii DAFTAR LAMPIRAN ...... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...... 1 1.2. Rumusan Masalah ...... 7 1.3. Tujuan Penelitian ...... 8 1.4. Manfaat Penelitian ...... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Ekonomi Pertanian ...... 9 2.1.1. Masalah Dalam Ekonomi Pertanian ...... 9 2.1.2. Faktor Produksi ...... 9 2.1.3. Faktor Pendukung...... 10 2.1.4. Ekonomi Pertanian Indoenesia Saat Ini...... 10 2.2. Usaha Tani ...... 10 2.3. Asal – Usul Tanaman Tebu ...... 11 2.3.1. Pengertian Tebu ...... 11 2.3.2. Ciri-ciri TanamanTebu ...... 12 2.3.3. Syarat Tumbuh Tanaman Tebu ...... 13 2.3.4. Budidaya Tebu ...... 14 2.3.5. Penggarapan Keprasan Tebu Rakyat ...... 18 2.3.6. Manfaat Tanaman Tebu ...... 19 2.4. TRI (Tebu Rakyat Intensifikasi) ...... 20 2.5. Teori Produksi ...... 20 2.6. Faktor Produksi ...... 21 2.6.1. Faktor Produksi Lahan Pertanian ...... 22 2.6.2. Faktor Produksi Modal ...... 23 2.6.3. Faktor Produksi Tenaga Kerja ...... 24 2.7. Penelitian Terdahulu ...... 25 2.8. Kerangka Konseptual Penelitian ...... 27 2.9. Hipotesis Awal ...... 27

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ...... 28 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ...... 28

v

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3.3 Populasi dan Sampel ...... 28 3.4 Teknik Pengumpulan data ...... 29 3.5 Teknik Analisis Data ...... 29 3.6 Defenisi Operasional...... 29 3.7 Metode Analisis Data ...... 30 3.8 Uji Kualitas Data ...... 30 3.9 Uji Asumsi Klasik ...... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ...... 35 4.1.1 Keadaan Penduduk ...... 36 4.2. Karakteristik Responden ...... 37 4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ...... 37 4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ...... 38 4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...... 38 4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Bertani...... 39 4.2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Luas lahan ...... 40 4.2.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Modal ...... 41 4.2.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Tenaga Kerja ...... 41 4.2.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Produksi ...... 42 4.3 Uji Kualitas Data ...... 43 4.3.1 Hasil Uji Reliabilitas ...... 43 4.4 Uji Asumsi Klasik ...... 43 4.4.1 Hasil Uji Normalitas ...... 43 4.4.2 Hasil Uji Multikolinieritas ...... 44 4.4.3 Hasil Uji Heterokedastisitas ...... 45 4.4.4 Hasil Autokorelasi ...... 46 4.5 Analisis Regresi Linear Berganda ...... 47 4.5.1.Uji Hipotesis Penelitian ...... 48 4.5.1.1.Hasil Uji Statistik t ...... 48 4.5.1.2.Hasil Uji Statistik F ...... 50 4.5.1.3.Uji statistik determinasi (Adjusted R2) ...... 50 4.6 Pembahasan ...... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ...... 54 5.2. Saran ...... 54

DAFTAR PUSTAKA ...... 56 LAMPIRAN

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Produksi Tebu Perkebunan Rakyat Berdasarkan Provinsi di Tahun 2015-2017 ...... 3 1.2 Produksi Tebu Perkebunan Rakyat dan Perkebunan Besar Negara Berdasarkan Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2015...... 5 1.3 Luas Areal, Produksi, Rata-rata Produksi dan Persentase Pertumbuhan Tebu di Kabupaten Langkat Tahun 2012 – 2017 ...... 6 2.1 Penelitian Terdahulu ...... 25 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ...... 37 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ...... 38 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...... 39 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Bertani ...... 39 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan ...... 40 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Modal ...... 41 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Tenaga Kerja ...... 41 4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Produksi ...... 42 4.9 Hasil Uji Reliabilitas ...... 43 4.10 Hasil Uji Normalitas ...... 44 4.11 Hasil Uji Multikolinieritas ...... 45 4.12 Hasil Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson ...... 47 4.13 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ...... 47 4.14 Hasil Uji statistik t ...... 49 4.15 Hasil Uji statistik F...... 50 4.16 Hasil Uji statistik Determinasi ( ) ...... 51

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Perkembangan Luas Areal Perkebunan Tebu Menurut Status Pengusahaan Tahun 2013-2017...... 2 2.1 Kerangka Konseptual ...... 27 4.1 Peta Wilayah Kecamatan Stabat ...... 35 4.2 Hasil Uji Glejser Heterokedastisitas ...... 46

viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR LAMPIRAN

No Judul 1 Kuesioner 2 Hasil Pengolahan Data 3 Data Responden Penelitian 4 Data Variabel Produksi Tebu 5 Tabel Distribusi F 6 Tabel Distribusi T 7 Tabel Distribusi Jawaban Responden 8 Dokumentasi

ix

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tebu dalam bahasa Latin disebut dengan Saccharum officinarum L. Tebu merupakan salah satu komoditi perkebunan yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian di Indonesia. Salah satu sub sektor pertanian yang berperan penting di Indonesia adalah sub sektor perkebunan. Sub sektor perkebunan tersebut salah satunya adalah tanaman tebu yang memiliki arti penting sebagai bahan baku pada industri gula.

Pengembangan tanaman tebu ditujukan untuk menambah pasokan bahan baku pada industri gula dan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani tebu dengan cara partisipasi aktif petani tebu tersebut. Selain itu, industri tebu dapat menyediakan kesempatan kerja bagi masyarakat Indonesia dan merupakan salah satu sumber pendapatan bagi petani tebu. Industri gula tebu diharapkan dapat memberikan dampak terhadap struktur perekonomian wilayah dengan meningkatkan pendapatan daerah (Adiwilagai, 2007).

Produksi tebu nasional dari tahun ke tahun menunjukan adanya fluktuasi.

Faktor penyebab produksi tebu yang berfluktuasi tersebut salah satunya karena adanya perubahan dari lahan yang digunakan dalam budidaya tebu. Perubahan lahan tersebut terjadi karena potensi lahan pada tanaman tebu di Indonesia. Hal ini menunjukkan kondisi geografis Indonesia yang cukup berpotensi untuk menghasilkan tanaman tebu menjadikan Indonesia sebagai negara yang berpotensi sebagai produsen gula terbesar di dunia (Meireni, 2006: 13).

1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2

Perkebunan tebu di Indonesia menurut pengusahaannya dibedakan menjadi

Perkebunan Besar (PB) dan Perkebunan Rakyat (PR). Perkebunan Besar terdiri dari

Perkebunan Besar Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS). Tahun 2016 dan 2017 luas areal tebu PBN maupun PBS mengalami penurunan. Luas areal tebu untuk PBN tahun 2016 seluas 76,98 ribu hektar terjadi penurunan sebesar 3,67 ribu hektar (4,55 persen) dibandingkan tahun 2015. Begitu juga untuk tahun 2017 terhadap 2016 mengalami penurunan sebesar 8,43 ribu hektar (10,95 persen) sehingga luas areal tebu tahun 2017 menjadi 68,55 ribu hektar.

Luas areal tebu untuk PBS tahun 2016 seluas 131,19 ribu hektar, terjadi penurunan sebesar 5,49 ribu hektar (4,02 persen) dibandingkan tahun 2015. Tahun

2017 kembali menurun sebesar 7,44 ribu hektar (5,67 persen) dibandingkan tahun

2016 menjadi 123,75 ribu hektar. Sedangkan untuk luas areal tebu PR tahun 2016 sebesar 239,18 ribu hektar mengalami kenaikan sebesar 690 hektar (0,29 persen) dibandingkan tahun 2015 dan pada tahun 2017 mengalami penurunan sebesar 11,34 ribu hektar (4,74 persen) menjadi seluas 227,85 ribu hektar.

Gambar 1.1 Perkembangan Luas Areal Perkebunan Tebu Menurut Status Pengusahaan Tahun 2013 – 2017 Sumber: Buku Statistik Tebu Indonesia 2017

Perkebunan Besar (PB) dan Perkebunan Rakyat (PR) tebu tersebar di sepuluh provinsi di Indonesia, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3

Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi

Selatan, dan Gorontalo. Dilihat dari luas areal, lima provinsi dengan luas areal tebu terluas pada tahun 2017 yaitu Provinsi Jawa Timur, Lampung, Jawa Tengah,

Sumatera Selatan, dan Jawa Barat.

Tabel 1.1 Produksi Tebu Perkebunan Rakyat Berdasarkan Provinsi di Indonesia Tahun 2015-2017

Produksi (Ton) No Provinsi 2015 2016 2017

1 Sumatera Utara 5.609 5.583 5.634

2 Sumatera Selatan 812 612 812

3 Lampung 72.302 58.601 130.592

4 Jawa Barat 37.164 36.804 38.49

5 DIY 12.171 9.639 12.226

6 Jawa Tengah 226.332 192.714 192.706

7 Jawa Timur 1.076.240 927.576 1.056.574

8 Sulawesi Selatan 5.616 4.616 5.61

9 Gorontalo 4.104 3.914 3.912

Sumber : Buku Statistik Perkebunan Indonesia 2017

Dalam Tabel 1.1 menunjukkan bahwa produksi tebu dari perkebunan rakyat berdasarkan provinsi di Indonesia pada tahun 2015-2017. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa lebih dari separuh produksi tebu dihasilkan oleh petani-petani yang berada di Jawa. Hal ini membuktikan bahwa lahan di Pulau

Jawa sangat potensial untuk ditanami tebu. Provinsi di Indonesia yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4

menyumbang produksi terbanyak tahun 2015 adalah Provinsi Jawa Timur.

Pencapaian produksi tebu perkebunan rakyat di beberapa provinsi di Indonesia pada tahun tersebut mampu menambah pasokan gula sehingga memenuhi permintaan pasar khususnya gula dalam negeri.

Pada masa awal kemerdekaan terdapat ketidakstabilan perekonomian dalam negeri yang berimbas pada industri gula. Produksi gula terus mengalami penurunan selama beberapa tahun berikutnya. Keterpurukan industri gula yang terjadi di Indonesia mendorong Presiden Soeharto untuk meningkatkan produksi pertanian. Sistem pengusahaan tebu diubah oleh Presiden Soeharto melalui

Instruksi Presiden No. 9 Tahun 1975.2 Inpres No. 9 Tahun 1975 ini mengganti sistem pola tanam yang semula menganut sistem glebagan menjadi sistem Tebu

Rakyat Intensifikasi (TRI). Sistem TRI ini yang menjadikan petani sebagai produsen tebu utama dan pabrik gula sebagai mitra usaha petani serta membimbing petani dalam usaha taninya tersebut.

Di Sumatera Utara, program Tebu Rakyat Intensifikasi mulai diterapkan sekitar tahun 1986, yaitu di Kabupaten Langkat dan meluas di Kabupaten Deli

Serdang sekitar tahun 1988. Dalam program ini, pemerintah mengalihkan sistem penyewaan lahan petani menjadi pengusahaan sendiri oleh petani di bawah bimbingan pabrik gula (PG) dan Bank Rakyat Indonesia sebagai institusi bantuan permodalan (dalam bentuk kredit). Kedua kabupaten ini letaknya bersebelahan dan terkenal sebagai daerah perkebunan. Di samping sebagai daerah perkebunan tebu, daerah ini juga merupakan daerah perkebunan karet dan kelapa sawit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5

Tabel 1.2 Produksi Tebu Perkebunan Rakyat dan Perkebunan Besar Negara Berdasarkan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara Tahun 2015

Produksi (Ton) No Kabupaten Perkebunan Rakyat Perkebunan Besar Negara

1 Deli Serdang 1.904 3.304

2 Langkat 3.705 2.994

Sumber : Buku Statistik Tebu Indonesia 2015

Produksi tebu di Sumatera Utara didominasi oleh Kabupaten Deli Serdang dan Langkat, berdasarkan Perkebunan Rakyat dan Perkebunan Besar Negara kedua Kabupaten ini termasuk daerah pemasok gula terbesar di Sumatera Utara.

Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.2 dengan jumlah produksi Perkebunan Rakyat

Kabupaten Deli Serdang yaitu 1.904 ton dan menurut Perkebunan Besar Negara berjumlah 3.304 pada tahun 2015. Begitu juga dengan Kabupaten Langkat yang memiliki hasil produksi tebu terbesar jumlah produksinya yaitu pada Perkebunan

Rakyat sebesar 3.705 ton dibandingkan jumlah produksinya menurut Perkebunan

Besar Negara yaitu 2.994 ton pada tahun 2015.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 6

Tabel 1.3 Luas Areal, Produksi, Rata-rata Produksi dan Persentase pertumbuhan Tebu di Kabupaten Langkat Tahun 2012-2017

Persentase Luas Areal Produksi Rata-rata produksi Tahun Pertumbuhan (Ha) (Ton) (Kg/Ha/Thn) (%) 2012 1.252,8 4.675 4.439 3% 2013 829,1 2.269 2.476 79% 2014 900 3.408 3.795 34% 2015 911 4.092 4.506 15% 2016 1.235 2.835 3.625 24% 2017 962 939 979 2% Sumber : Dinas Perkebunan Sumut, BPS

Berdasarkan Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa produksi tebu pada tahun 2017 dengan luas panen tebu sebesar 962 hektar hanya memproduksi sebanyak 939 ton tebu dengan produktivitas 979,145 ton/ha. Produksi menurun dibandingkan produksi pada periode tahun 2012 dimana produksi tebu tahun 2012 di Kabupaten

Langkat mencapai 4.675, 91 ton.

Penelitian mengenai masalah produksi tebu di Indonesia belum memperoleh perhatian yang cukup. Terutama penelitian yang mengkaji aspek ekonomimya. Pembangunan pertanian merupakan bagian penting dalam pembangunan nasional. Pembangunan pertanian berusaha meningkatkan hasil produksi dan diikuti dengan peningkatan pendapatan petani. Hasil produksi atau komoditi dipengaruhi oleh berbagai hal, yang disebut faktor produksi. Menurut pengertiannya, faktor produksi adalah input yang digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa. Atau jika dikaitkan dengan tanaman, faktor produksi adalah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 7

sarana pengorbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan produk pertanian yang baik.

Kabupaten Langkat terdiri dari 23 Kecamatan, dan salah satu kecamatannya yaitu Kecamatan Stabat yang merupakan daerah penghasil tebu. Usahatani tebu telah lama dikembangkan di kecamatan ini, karena usahatani tebu merupakan komoditas pertanian yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan pendapatan di Kecamatan Stabat ini. Produksi tebu mengalami penurunan disebabkan adanya penggunaan kepada pembangunan perumahan dan pembangunan perkantoran serta pabrik atau alih fungsi lahan. Pengelolaan tanaman perkebunan tebu sebagian besar masih didominasi oleh perkebunan rakyat sehingga hasilnya masih relatif rendah.

Peningkatan produksi pertanian diharapkan mampu meningkatkan pendapatan bagi petani, namun produksi masing-masing petani berbeda-beda karena ada beberapa hal yang mempengaruhinya yaitu, luas lahan, modal, dan tenaga kerja yang digunakan. Ketidakoptimalan penggunaan luas lahan, modal, dan tenaga kerja juga dapat mempengaruhi hasil produksi tebu di Kecamatan

Stabat Kabupaten Langkat. Berdasarkan fenomena dan latar belakang di atas, maka peneliti membuat judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PRODUKSI TEBU RAKYAT INTENSIFIKASI DI

KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah luas lahan berpengaruh terhadap jumlah produksi tebu rakyat

intensifikasi di Kecamatan Stabat?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 8

2. Apakah modal berpengaruh terhadap jumlah produksi tebu rakyat

intensifikasi di Kecamatan Stabat?

3. Apakah tenaga kerja berpengaruh terhadap jumlah produksi tebu rakyat

intensifikasi di Kecamatan Stabat?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis apakah luas lahan berpengaruh terhadap jumlah

produksi tebu rakyat intensifikasi di Kecamatan Stabat.

2. Untuk menganalisis apakah modal berpengaruh terhadap jumlah produksi

tebu rakyat intensifikasi di Kecamatan Stabat.

3. Untuk menganalisis apakah tenaga kerja berpengaruh terhadap jumlah

produksi tebu rakyat intensifikasi di Kecamatan Stabat.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti, untuk menambah wawasan guna mengembangkan dan

menerapkan teori yang telah diperoleh sebelumnya.

2. Bagi Pemerintah, diharapkan agar penelitian ini dapat memberikan

informasi tentang perencanaan peningkatan produksi tebu rakyat

intensifikasi di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

3. Bagi Pihak Lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi

dan referensi bagi pihak yang membutuhkan baik bagi pihak akademis/non

akademi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Ekonomi Pertanian

Teori Ekonomi Pertanian merupakan gabungan ilmu ekonomi dengan ilmu pertanian sebagai umum ilmu yang mempelajari, membahas serta menganalisis pertanian secara ekonomis atau ilmu ekonomi yang diterapkan pada pertanian.

Ekonomi pertanian dibagi dalam empat topik yaitu: Masalah dalam ekonomi pertanian, Faktor produksi, Faktor pendukung, Ekonomi pertanian Indonesia saat ini utama (Daniel, 2002).

2.1.1 Masalah Dalam Ekonomi Pertanian

Masalah utama dalam ekonomi pertanian adalah tenggang waktu yang lama, tekanan penduduk pertanian, pembiayaan pertanian dan pertanian subsisten. Pada sektor pertanian, tenggang waktu dalam proses produksi sangat tergantung pada komoditas yang diusahakan. Pembiayaan pertanian harus tersedia setiap saat, sementara tidak semua petani yang mempunyai lahan sekaligus dapat menyediakan biaya dengan tepat, baik tepat waktu maupun jumlah.

2.1.2 Faktor Produksi

Faktor produksi dalam usaha pertanian mencakup tanah, modal dan tenaga kerja. Tanah merupakan faktor kunci dalam usaha pertanian karena tanah yang menentukan usaha pertanian apa yang dapat diusahakan dilingkungan tersebut.

Selain itu kecukupan modal yang dimiliki petani sangat mempengaruhi keberhasilan usahatani yang akan dijalankan. Kekurangan modal maka akan menghambat jalannya usahatani.

9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 10

2.1.3 Faktor Pendukung

Faktor pendukung dalam kelancaran usaha pertanian antara lain kelembagaan, kemitraan, dan kebijaksanaan. Kelembagaan dalam usaha pertanian dibagi menjadi dua kelembagaan pemerintah dan kelembagaan bukan pemerintah.

Aspek kelembagaan sangat penting tidak hanya dari segi pertanian saja, tetapi juga dari segi ekonomi pertanian sebagai dasar perekonomian negara agraris.

Selain kelembagaan faktor pendukung lain adalah infrastruktur atau kebijakan pertanian, aturan dan kemitraan. Kebijakan pemerintah daerah atau pemerintah setempat juga dibutuhkan untuk mendukung pembangunan pertanian daerah dan pembangunan pertanian nasional.

2.1.4 Ekonomi Pertanian Indonesia Saat Ini

Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Sebagian penduduk Indonesia tinggal di pedesaan serta mereka menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian dan merupakan kontribusi utama sektor pertanian terhadap pembangunan ekonomi. Oleh karena itu produk-produk unggulan hasil pertanian dapat bersaing di pasar domestik maupun internasional.

2.2 Usaha Tani

Usaha Tani adalah ilmu yang mempelajari bagaikan mengalokasikan sumber daya yang dimiliki petani agar berjalan secara efektif dan efisien serta memanfaatkan sumber daya tersebut agar memperoleh keuntungan yang setinggi- tingginya (Soekartawi 2011). Petani indonesia pada umumnya dapat dibagi dalam

3 (tiga) kelompok rumah tangga menurut luas usaha taninya:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 11

a. Usaha tani luas yang memiliki lahan 0,5 Ha atau lebih.

b. petani kecil /marjinal dengan luas lahan rata-rata dibawah 0,5 Ha.

c. petani tuna lahan yang mungkin hanya memiliki sedikit pekarangan

disekitar rumahnya yang sederhana dan kurang sehat.

2.3 Asal-Usul Tanaman Tebu

Tanaman tebu (Saccharum officinarum Linn.) telah dikenal sejak beberapa abad yang lalu oleh bangsa Persia, Cina, India, kemudian menyusul bangsa Eropa.

Pada sekitar tahun 400-an tanaman tebu telah ditemukan tumbuh di Pulau Jawa dan Sumatera, dan dibudidayakan secara komersial oleh imigran Cina. Tebu termasuk dalam tumbuhan yang dapat ditanam di daerah tropis dan subtropis, lebih kurang pada daerah antara 39° LU dan 39° LS.

Di daerah tropis, tanaman tebu dibudidayakan di negara-negara seperti

Thailand, Filipina, Malaysia, India, dan Indonesia. Sedangkan di daerah sub tropis budidaya tebu banyak dijumpai di Amerika Tengah, Amerika Selatan, Australia, dan Hawai. Di Indonesia, sentra perkebunan tebu terutama di daerah Jawa Timur,

Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Lampung,

Sulawesi Selatan, dan Gorontalo.

2.3.1 Pengertian Tebu

Tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu rumput-rumputan. Saccharum officinarum merupakan spesies paling penting dalam genus Saccharum sebab kandungan sukrosanya paling tinggi dan kandungan seratnya paling rendah (Wijayanti, 2008). Nama lokal: Tebu

(Indonesia); tebu, rosan (Jawa); tiwu (Sunda); tebhu (Madura); tebu, isepan (Bali);

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 12

teubee (Aceh); tewu (Nias, Flores); atihu (Ambon); tebu (Lampung). Klasifikasi ilmiah komoditi tebu sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermathophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledone

Ordo : Glumiflorae

Famili : Graminae

Genus : Saccharum

Spesies : Saccharum officinarum L.

2.3.2 Ciri – Ciri Tanaman Tebu

Secara morfologi, tanaman tebu dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu batang, daun, akar, dan bunga, untuk penjelasannya sebagai berikut:

- Tanaman tebu mempunyai sosok yang tinggi kurus, tidak bercabang,

dan tumbuh tegak. Tinggi batangnya dapat mencapai 3-5 m atau lebih.

Kulit batang keras berwarna hijau, kuning, ungu, merah tua, atau

kombinasinya. Pada batang terdapat lapisan lilin yang berwarna putih

keabu-abuan dan umumnya terdapat pada tanaman tebu yang masih

muda.

- Daun tebu merupakan daun tidak lengkap, karena hanya terdiri dari

pelepah dan helaian daun, tanpa tangkai daun. Daun berpangkal pada

buku batang dengan kedudukan yang berseling. Pelepah memeluk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 13

batang, makin ke atas makin sempit. Pada pelepah terdapat bulu-bulu

dan telinga daun. Pertulangan daun sejajar.

- Tebu mempunyai akar serabut yang panjangnya dapat mencapai satu

meter. Sewaktu tanaman masih muda atau berupa bibit, ada 2 macam

akar, yaitu akar setek dan akar tunas. Akar setek/bibit berasal dari setek

batangnya, tidak berumur panjang, dan hanya berfungsi sewaktu

tanaman masih muda. Akar tunas berasal dari tunas, berumur panjang,

dan tetap ada selama tanaman masih tumbuh.

- Bunga tebu merupakan bunga majemuk yang tersusun atas malai

dengan pertumbuhan terbatas. Panjang bunga majemuk 70-90 cm.

Setiap bunga mempunyai tiga daun kelopak, satu daun mahkota, tiga

benang sari, dan dua kepala putik.

2.3.3 Syarat Tumbuh Tanaman Tebu

Tebu dapat tumbuh dari dataran rendah hingga dataran tinggi pada ketinggian 1.400 mdpl, tetapi pada ketinggian mulai +1.200 mdpl pertumbuhan tebu akan lambat. Curah hujan yang optimum untuk tanaman tebu adalah

1.500-2.500 mm per tahun dengan hujan tersebar merata. Produksi yang maksimum dicapai pada kondisi yang memiliki perbedaan curah hujan yang ekstrim antara musim hujan dan musim kemarau. Suhu yang baik untuk tanaman tebu berkisar antara 24°C hingga 30°C, dengan kelembaban nisbi yang dikehendaki adalah 65-70%, dan pH tanah 5,5-7,0. Kecepatan angin yang optimum untuk pertumbuhan tebu kurang dari 10 km/jam, karena angin dengan kecepatan lebih dari 10 km/jam akan merobohkan tanaman tebu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 14

Tekstur tanah yang cocok untuk tanaman tebu adalah tekstur tanah ringan sampai agak berat dengan kemampuan menahan air yang cukup. Kedalaman

(solum) tanah untuk pertumbuhan tanaman tebu minimal 50 cm dengan tidak ada lapisan kedap air. Syarat topografi lahan tebu adalah berlereng panjang, rata, dan melandai. Bentuk permukaan lahan yang baik untuk pertumbuhan tebu adalah datar sampai bergelombang dengan kemiringan lereng 0-8 %.

2.3.4 Budidaya Tebu

Budidaya tanaman tebu untuk tanaman pertama memiliki beberapa tahapan. Tahapan tersebut adalah (Sutardjo, 2002):

1) Perencanaan

Perencanaan tanaman tebu yaitu meliputi jenis tebu yang akan ditanam, bukaan kebun, waktu penanaman, waktu perabukan, dan pemeliharaan tanaman.

Perkiraan letak dapat diketahui dengan adanya denah sementara. Berdasarkan pengolahan tanah, panjang got dan jumlah lubang per hektar dapat diperkirakan.

Got keliling, got mujur, got malang, dan lubang masing-masing ± 200, 150, 1.500, dan 1.500 meter. Perencanaan memungkinkan petani menyelesaikan semua pekerjaan tepat pada waktunya. Perencanaan sangat penting karena menyangkut harapan produksi yang akan didapat.

2) Pembukaan kebun

Pembukaan sebaiknya dimulai dari petak yang paling jauh dari jalan utama. Jangan membuka semua petak sekaligus, sebaiknya diselesaikan per petak.

Sebelum ditanam sebaiknya got-got sudah mencapai ukuran standar yaitu got keliling atau mujur (lebar 60 cm dalam 70 cm) dan got malang (lebar 50 cm

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 15

dalam 60 cm). Buangan tanah got diletakkan di sebelah kiri got. Apabila got diperdalam lagi setelah tanam, maka tanah buangannya diletakkan disebelah kanan got, sehingga masih ada jalan untuk mengontrol tanaman.

3) Siap tanam

Tanah tegal dan tanah-tanah yang berpadas ukuran standar tidak dapat dicapai meskipun stek kedua sudah dikerjakan. Sebagai kasuran tanah di dalam juringan dapat digarpu atau diratakan. Tebalnya kasuran tergantung pada keadaan.

Apabila masih banyak hujan atau tanahnya basah, maka tebalnya ± 10 cm. Musim kemarau yang terik, tebal kasuran ± 15-20 cm dari permukaan tanah aslinya.

Kasuran untuk bibit atau stek tebu harus halus, rata dan dibuat agak tinggi sebelah dengan bagian yang rendah terletak di sebelah yang ada jalan airnya.

4) Tanam

Jenis tebu yang akan ditanam adalah jenis tebu yang hasil produksinya tinggi dan sesuai dengan jenis tanah kebun. Bibit stek harus ditanam berimpitan agar mendapatkan jumlah anakan semaksimal mungkin. Bibit yang dibutuhkan

± 70.000 bibit stek per hektar. Pemeriksaan yang teliti apakah lahan sudah siap ditanam, apakah rumput sudah dibersihkan, dan apakah kasuran sudah cukup tebal dan halus perlu dilakukan sebelum penanaman. Bibit yang akan ditanam harus benar-benar diseleksi di luar kebun. Penyeleksiannya meliputi apakah bibit itu baik, apakah matanya tidak cacat, dan apakah bibit itu berpenyakit atau tidak.

Menanam juringan-juringan harus diairi terlebih dahulu untuk membasahi kasuran, sehingga kasuran hancur dan halus. Cara tanam yaitu tanah kasuran harus diratakan dahulu dan digaris dengan kedalaman ± 5-10 cm. Bibit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 16

dimasukkan kedalam bekas garisan dengan mata bibit menghadap kesamping.

Selanjutnya bibit-bibit tersebut ditimbun dengan tanah. Semua tunas dari bibit rayungan menghadap ke satu arah, kecuali tunas yang berada diakhir juringan menghadap ke arah yang berlawanan.

5) Penyiraman

Penyiraman pada waktu tanam tidak boleh berlebihan. Sebaiknya tidak boleh menanam secara kering, karena bibit tidak bisa melekat di tanah.

6) Penyulaman

Penyulaman sisipan hanya boleh dikerjakan 5-7 hari sesudah tanam, yaitu untuk tanaman rayungan bermata satu. Sulaman ke satu diambil dari tanaman rayungan bermata dua atau dari pembibitan. Sulaman ini dikerjakan pada tanaman berumur tiga minggu dan berdaun 3-4 helai. Cara penyulaman yaitu bibit yang mati dicabut lalu dibuat lubang yang diisi dengan tanah gambur. Setelah tanah disirami, bibit yang baik ditanam dan ditimbun dengan tanah kemudian disiram lagi.

7) Pembumbunan tanah

Tambah tanah biasanya dilakukan ketika tebu berumur 3-4 minggu yaitu tanaman sudah berdaun empat helai. Rumput dibubut dan tanaman disiram sampai kenyang sebelum pembumbunan tanaman. Sesudah pembersihan rumput kemudian dilakukan penyiraman. Tebalnya pembumbunan tidak boleh lebih dari

5-8 cm dan harus rata. Bibit harus tertimbun tanah semua agar tidak cepat mengering jika terkena terik matahari. Pembumbunan yang ke dua dapat dilakukan jika anakan tanaman tebu sudah lengkap dan cukup besar ± 20 cm.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 17

Umur batang tebu yang normal ± 2 bulan. Penyulaman ke dua (terakhir) diusahakan sudah selesai sebelum pembunbunan ke dua dimulai. Pembunbunan ke tiga (bacar) yang baik diberikan di sekitar dan diantara rumpun-rumpun tebu dan sedikit membukit. Sesudah itu semua got harus diperdalam lagi, got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60 cm.

8) Kletek (melepaskan daun kering)

Pengkletekan pertama dilakukan setelah membalik tanah dengan garpu.

Bersamaan dengan pengletekkan, anakan tebu yang diperkirakan tidak akan tumbuh subur sebaikknya dimatikan saja. Pengletekan yang ke dua dilakukan ketika tebu berumur 6-7 bulan. Daun-daun yang dilepaskan adalah daun dari ± 7-9 ruas di atas gulu dan sampai batas daun-daun yang hijau.

9) Penambahan pupuk

Penambahan pupuk sama dengan penambahan bibit di setiap lubang tanaman, semakin tua tanaman tebu maka semakin kurus tanahnya, sehingga mulai menua perlu menambah pupuk Za. Ketentuan standar untuk tebang satu

0,5-1 kw/Ha dan untuk tebang dua 1,5-2 kw/Ha. Perabukan juga diberikan sebelum tanam yaitu dengan pupuk TSP. Kemudian ± 25 hari sesudah tanam setelah selesai penyulaman kesatu diberikan rabuk Za kesatu lalau disiram.

Kebun harus bersih dari rumput-rumputan.Perabukan Za kedua diberikan setelah tanaman berumur ± 1 ½ bulan dan setelah selesai penyulaman kedua. Selesai perabukan semua petak harus disiram dengan hati-hati supaya rabuk tidak mengalir keluar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 18

2.3.5 Penggarapan Keprasan Tebu Rakyat

Sifat tebu keprasan adalah menumbuhkan kembali bekas tebu yang telah ditebang baik bekas tebu giling ataupun tebu bibitan. Dalam budidaya tebu, penanaman dilakukan pada tahun pertama yang dikenal dengan istilah Plant Cane.

Pemeliharaan tanaman keprasan atau yang disebut dengan tanaman ratoon, dilakukan secepat mungkin setelah tanaman tebu ditebang agar tunas yang dikepras masih dalam keadaan segar sehingga pertumbuhan nantinya baik. Sebelum keprasan, dilakukan pembersihan sisa-sisa tanaman. Keprasan dilakukan dengan cara manual menggunakan cangkul. Bentuk hasil keprasan pertama disebut ratoon I dan keprasan pada tahun-tahun berikutnya disebut dengan tanaman tebu ratoon II dan ratoon III. Pemeliharaan tanaman yang penting dalam proses kepras adalah putus akar, tindakan memotong akar tebu lama dengan menggunakan disc bedder dan atau brujul sapi. Manfaat putus akar adalah untuk menggemburkan tanah di barisan tebu, meluruskan arah rumpun keprasan, dan membuat paliran untuk pemupukan (Litbang PG, 2012). Urut-urutan penggarapan tersebut yaitu:

1) Pembersihan kebun dari klaras dan sisa-sisa tebangan dengan cara

membakar sampah (daun kering setelah tebangan).

2) Pengeprasan tunggak/tunggul tebu dengan cangkul yang tajam.

Pengeprasan dilakukan paling lambat satu minggu setelah tebu

ditebang. Pengeprasan tebu dengan bentuk huruf U terbalik, atau

huruf W pada tanaman tebu di sawah, sedangkan cara mengepras di

lahan tegalan adalah mendatar di permukaan tanah.

3) Pembumbunan (tambah tanah) Lima hari atau satu minggu setelah

dikepras, tanaman diairi. Setelah itu dilakukan penggarapan sebagai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 19

bumbun kesatu dan pembersihan Rumput rumputan, selanjutnya

pembumbunan ke dua 2-3 minggu.

4) Pemupukan kesatu dilakukan setelah 7-10 hari setelah keprasan lalu

pemberian air. Jenis pupuk yang biasa digunakan adalah ZA kecuali

pada kebun-kebun percobaan yang menggunakan pupuk majemuk,

misalnya NPK. Jika keadaan memungkinkan tebu rakyat

menggunakan pupuk pelengkap seperti TSP dan KCL. Pemupukan ke

dua dilakukan setelah bumbunan ke dua. Cara pelaksanaannya sama

dengan pemupukan ke satu. Hanya saja pupuk ditaburkan disamping

kiri rumpun tebu.

5) Penggarapan lainnya yaitu meliputi kletek, dan pemeliharaan got.

Penanganan hama penyakit juga diperlukan untuk kelangsungan hidup

tanaman.

2.3.6 Manfaat Tanaman Tebu

Tebu merupakan bahan baku pembuatan gula. Air perasan tebu juga dimanfaatkan sebagai salah satu minuman. Selain itu, tebu memiliki berbagai khasiat kesehatan karena kandungan tebu terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B1, vitamin C. Beberapa khasiat tebu, antara lain dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh, melawan kanker payudara, menguatkan gigi dan gusi, baik untuk penderita diabetes dan menghidrasi tubuh.Selain manfaat bagi kesehatan, ampas tebu atau yang lazim disebut bagas juga dimanfaatkan dan diolah sebagai bahan baku pembuatan papan buatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 20

2.4 TRI (Tebu Rakyat Intensifikasi)

TRI adalah program intensifikasi penanaman tebu dalam rangka menunjang industri gula Indonesia pada masa Orde Baru, yang ditetapkan melalui Intruksi

Presiden No.9 tahun 1975. Tujuan dari program ini adalah untuk: (1) meningkatkan pendapatan para petani; (2) memenuhi kebutuhan gula dalam negeri; (3) mengalihkan sistem sewa menjadi sistem budi daya tebu di lahan sendiri, sehingga para petani menjadi tuan di tanahnya sendiri.

Dulu sebelum program TRI dicanangkan, pabrik-pabrik gula di Pulau Jawa menyewa tanah milik petani untuk ditanami tebu sehingga para petani hanya menerima penghasilan sewa tanah per musim tanam saja, tanpa memperhitungkan hasil produksi.Tingkat sewa saat itu sudah jauh tertinggal inflasi, sehingga jumlah areal untuk disewakan pun berkurang. Keadaan ini dianggap dapat membahayakan perkembangan industri gula nasional di masa yang akan datang.

Lonjakan harga gula di pasar dunia merupakan salah satu penyebab yang mendorong pemerintah Idonesia untuk menetapkan program TRI.

2.5 Teori produksi

Ditinjau dari segi ekonomi pengertian produksi merupakan suatu proses pendayagunaan sumber-sumber yang telah tersedia sehingga memperoleh suatu hasil yang baik kualitas dan kuantitasnya, terkelola dengan baik sehingga merupakan suatu komoditi yang dapat diperdagangkan. Suatu bangsa harus berproduksi untuk menjamin kelangsungan hidupnya.Produksi harus dilakukan dalam keadaan apapun, oleh pemerintah atau swasta. Produksi tentu saja tidak akan dilakukan kalau tidak ada bahan-bahan yang memungkinkan proses produksi itu sendiri untuk melakukan produksi, orang memerlukan tenaga manusia,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 21

sumber-sumber alam, modal dalam segala bentuknya, serta kecakapan. Semua unsur-unsur itu disebut faktor-faktor produksi (factors of productions). Jadi semua unsur yang menopang usaha penciptaan nilai atau usaha memperbesar nilai barang disebut sebagai faktor produksi.

Fungsi produksi merupakan hubungan teknis antara factor produksi (input) dengan hasil produksi (output) (Nuraini, 2013).Fungsi produksi dalam bentuk rumus, yaitu sebagai berikut:

Q = F (K,L,R,T)

Keterangan:

K = kapital atau jumlah modal

L = adalah labour atau tenaga kerja.

R = resouces atau sumber daya alam.

T = teknologi yang digunakan.

Q = adalah jumlah produksi

2.6 Faktor Produksi

Proses produksi harus bisa berjalan bila persyaratan yang dibutuhkan tanaman, ternak, ataupun ikan dapat dipenuhi. Persyaratan ini lebih dikenal dengan nama faktor produksi. Faktor produksi terdiri dari 3 (tiga) komponen, yaitu: tanah, modal, dan tenaga kerja. Masing-masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi tidak akan berjalan, terutama tiga faktor terdahulu, seperti tanah, modal, dan tenaga kerja. Bila hanya tersedia tanah, modal, dan manajemen saja, tentu proses produksi atau usaha tani tidak akan jalan karena

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 22

tidak ada tenaga kerja. Tanpa tenaga kerja, apa yang dapat dilakukan, begitu juga dengan faktor lainnya seperti modal. Kalau tanah tersedia, tenaga kerja ada, tetapi tidak ada modal, apa yang akan ditanam atau dipelihara. Bagaimana cara membeli bibit, pupuk, dan lain-lainnya. Begitu juga kalau hanya ada modal dan tenaga kerja tanpa tanah, jelas usaha tani tidak bisa dilakukan, di mana usaha akan dilakukan atau di mana tanaman akan di tanam. Tampak bahwa ketiga faktor produksi tersebut merupakan sesuatu yang mutlak harus tersedia, yang akan lebih sempurna kalau syarat kecukupan pun dapat dipenuhi.

2.6.1 Faktor Produksi Lahan Pertanian

Lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh faktor produksi komoditas pertanian.Secara umum dikatakan, semakin luas lahan (yang digarap/ditanami) semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut. Ukuran lahan pertanian dapat dinyatakan dengan hektar (ha) . Di pedesaan, petani masih menggunakan ukuran tradisional, misalnya patok dan jengkal. Oleh karena itu, jika peneliti melakukan penelitian tentang luas lahan, dapat dinyatakan melalui proses transformasi dari ukuran luas lahan tradisional ke dalam ukuran yang di nyatakan dalam hektar atau are (Rahmanta, 2014).

Luas penguasaan lahan pertanian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses produksi ataupun usahatani dan usaha pertanian. Dalam usahatani misalnya pemilikan lahan yang lebih luas. Semakin sempit lahan usaha, semakin tidak efisien usahatani yang dilakukan kecuali usahatani dijalankan dengan tertib.

Luas pemilikan atau penguasaan berhubungan dengan efisiensi usahatani.

Penggunaan masukan akan semakin efisien bila luas lahan yang dikuasai semakin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 23

besar. Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha, dan skala usaha ini pada akhirnya akan mempengaruhi efisiensi atau tidaknya usaha pertanian.

Seringkali dijumpai, makin luas lahan yang dipakai sebagai usaha pertanian maka akan semakin tidak efisiensi usaha tersebut. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa luasnya lahan mengakibatkan upaya melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisiensi akan berkurang karena :

1. Lemahnya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi seperti

bibit, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja.

2. Terbatasnya persediaan tenaga kerja di sekitar daerah itu yang pada

akhirnya akan mempengaruhi efisiensi usaha pertanian tersebut.

3. Terbatasnya persediaan modal untuk membiayai usaha pertanian dalam

skala luas tersebut.

Sebaliknya pada luasan lahan yang sempit, upaya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik, penggunaan tenaga kerja tercukupi dan tersedianya modal yang tidak terlalu besar, sehingga usaha seperti ini ada kalamya sering lebih efisien (Rahim.Abd, 2007).

2.6.2 Faktor Produksi Modal

Modal (capital) merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting bagi setiap usaha yang meliputi semua jenis barang yang dibuat untuk menunjang kegiatan produksi barang-barang lain serta jasa-jasa. Modal adalah suatu aktiva dengan umur lebih dari satu tahun yang tidak diperdagangkan dalam kegiatan bisnis sehari-hari (Weston & Copeland (dalam Prawirosoentono, 2007:117).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 24

Astamoen (2005:289) memberikan pengertian modal sebagai ketersediaan uang dalam bentuk uang tunai. Sedangkan menurut Prawirosoentono (2007:118) modal merupakan kekayaan yang dimiliki perusahaan yang dapat menghasilkan keuntungan pada waktu yang akan datang dan dinyatakan dalam nilai uang.

Modal juga bisa dilakukan dengan investasi. Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanaman-penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barangmodal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian(Sukirno, 2010:121).

2.6.3 Faktor Produksi Tenaga Kerja

Tenaga kerja mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan usaha yaitu sebagai faktor produksi yang aktif dalam mengolah dan mengorganisir faktor-faktor produksi lainnya. Penggunaan tenaga kerja akan intensif apabila tenaga kerja dapat memberikan manfaat optimal dalam proses produksi. Tenaga kerja merupakan factor produksi yang penting dalam usaha tani. Penggunaan tenaga kerja akan intensif apabila tenaga kerja dapat memberikan manfaat yang optimal dalam proses produksi. Jasa tenaga kerja yang dipakai dibayarkan dengan upah.

Dalam usaha tani sebagian tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri, yang terdiri dari ayah sebagai kepala keluarga, istri, dan anak-anak petani. Anak-anak petani yang sudah berumur 12 tahun misalnya sudah dapat dijadikan tenaga kerja produktif bagi usaha tani mereka dapat membantu penggarapan sawah.

Tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani merupakan sumbangan keluarga pertanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai dalam uang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 25

Memang usaha tani sekali-kali membayar tenaga kerja tambahan misalnya dalam tahapan penggarapan tanah baik dalam bentuk tenaga langsung. Dalam usaha tani kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan meliputi hampir seluruh proses produksi berlangsung, kegiatan ini meliputi beberapa jenis tahapan pekerjaan, antara lain:

(a) persiapan tanaman, (b) pengadaan sarana produksi pertanian (bibit, pupuk, obat hama/ penyakit yang digunakan sebelum tanam), (c) penanaman, (d) pemeliharaan yang terdiri dari penyiangan, pemupukan, pengobatan, pengaturan air, dan pemeliharaan, (e) panen dan pengangkutan hasil, (f) penjualan. Ukuran tenaga kerja dapat dinyatakan dalam hari orang kerja (HOK) (Hermanto, 1996:

71-72).

2.7 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu menjadi referensi bagi penulisan pada penelitian ini. Beberapa penelitian terdahulu tersebut adalah sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 26

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. Derry Candia Analisis Produksi Tebu Dari hasil penelitian Apriawan, dan Gula Di PT. ini diketahui bahwa Irham, Jangkung Perkebunan Nusantara keuntungan tertinggi Handoyo Mulyo VII (PERSERO). dari produksi gula dan (2015) tetes di Distrik Bungamayang PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) adalah pada pola tanam Ratoon Cane I, diikuti oleh pola tanam Ratoon Cane II, Ratoon Cane III, dan Keuntungan terendah diperoleh pada tanaman Plant Cane. 2. Ratna Tunjungsari Analisis Produksi Tebu Di Hasil penelitian ini (2014) Jawa Tengah menunjukkan luas lahan, pupuk, dan tenaga kerja hasilnya signifikan terhadap jumlah produksi tebu di Jawa Tengah. 3. Tino Pahlevi Analisis Determinan Variabel luas lahan, (2011) Produksi Tebu Pada Pabrik tenaga kerja jumlah Gula Gondang Baru di pupuk, dan jumlah Kabupaten Klaten. bibit berpengaruh terhadap produksi tebu sedangkan variable jenis bibit tidak berpengaruh terhadap produksi tebu. 4. Rizka Radita Analisis Faktor-Faktor Secara simultan semua (2016) Yang Mempengaruhi variable berpengaruh Produksi Tebu Petani di PT. signifikan terhadap Perkebunan Nusantara XI. pengangguran terdidik. Sedangkan secara parsial menunjukkan bahwa variable tingkat kredit dan luas lahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 27

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap produksi tebu Sumber : Dibuat Oleh Peneliti

2.8 Kerangka Konseptual Penelitian

Luas Lahan

(X1)

Modal (X2) Jumlah Produksi Tebu

(Y)

Tenaga Kerja

(X3)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.9 Hipotesis Awal

1. Diduga luas lahan berpengaruh positif terhadap jumlah produksi tebu.

2. Diduga modal berpengaruh positif terhadap jumlah produksi tebu.

3. Diduga tenaga kerja berpengaruh positif terhadap jumlah produksi tebu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka sebagai hasil dari perhitungan dan pengukurannya dalam melihat fenomena yang ada lalu akan dibandingkan dengan teori yang telah ada. Teori yang diajukan sebagai standard untuk menyatakan sesuai atau tidak sebuah gejala terjadi (Idrus,

2009).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada petani tebu di dua Kelurahan yang ada di

Kecamatan Stabat yaitu Kelurahan Kwala Bingai dan Kwala Begumit Kabupaten

Langkat. Dengan memfokuskan pada kelompok tani TRI. Waktu penelitian dilakukan dari bulan Mei 2019 sampai dengan selesai.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani tebu di 2 Kelurahan

Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat yang berjumlah 125 orang. Penetapan ukuran sampel didasarkan atas pertimbangan Roscoe dalam Sugiyono (2011) yang menyatakan ukuran sampel yang layak digunakan dalam penelitian adalah

30 sampai 500 sampel. Jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini sebanyak 50 sampel. Jumlah tersebut telah dapat mewakili seluruh populasi di lokasi penelitian.

2928

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 30

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Peneliti melakukan teknik pengumpulan data dengan cara:

1. Studi Pustaka (dengan buku, jurnal, dan internet)

2. Studi Lapangan (dengan mengedarkan angket dan pengambilan

dokumentasi)

3.5 Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah Analisis regresi linear berganda, yaitu analisis yang mengukur pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengukuran pengaruh ini melibatkan satu variabel bebas

(X) dan variabel terikat (Y). Menurut Gozali (2009) teknis analisis data digunakan untuk menguji hipotesis yang ada dalam penelitian.

Uji penyimpangan asumsi klasik yang digunakan adalah uji Normalitas, Uji

Multikolinieritas, Uji Heterokedasitas dan Autokorelasi. Metode analisis data ini menggunakan bantuan software SPSS dalam pengerjaannya.

3.6 Defenisi Operasional

1. Luas lahan

Luas lahan yang dimaksud adalah luas lahan yang di tanami oleh tanaman tebu dalam satuan hektar (Ha).

2. Modal

Modal yang dimaksud ialah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, biaya ini meliputi pembelian benih, pupuk, dan pestisida, dengan satuan ukur yang

Rupiah (Rp).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 31

3. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang dimaksud adalah jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menggarap usaha tani tebu. Tenaga kerja yang dimaksud antara lain meliputi tenaga kerja untuk menanam, merawat dan memanen dengan satuan yang digunakan Harian Orang kerja ( HOK).

4. Produksi

Produksi yang dimaksud ialah jumlah produksi tebu yang dihasilkan dalam satuan

(Ton).

3.7 Metode Analisis Data

Adapun persamaan model regresi berganda tersebut adalah :

Y=a+b1X1+b2X2+b3X3+e

Dimana :

Y = Jumlah produksi tebu

X1 = Luas Lahan

X2 = Modal

X3 = Tenaga Kerja b1 b2 = Koefisien Regresi e = Error Term ( Kesalahan Pengganggu)

3.8 Uji Kualitas Data

3.8.1 Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas dilakukan untuk melihat apakah alat ukur yang digunakan yaitu kuesioner menunjukkan konsistensi dalam mengukur gejala yang sama.

Pertanyaan yang telah dinyatakan valid dalam uji validitas, maka akan ditentukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 32

reliabilitasnya dengan melihat nilai dari Cronbach’s Alpha. Apabila koefisien cronbach’s alpha lebih dari 0,60 maka instrumen yang digunakan dikatakan reliabel (Ghozali, 2001:133).

3.9 Uji Asumsi Klasik

3.9.1 Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependent dan independent atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah mempunyai distribusi normal atau tidak.

Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.

Sebagai dasar bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti normal. Jika asumsi ini dilanggar maka model regresi dianggap tidak valid dengan jumlah sampel yang ada.

3.9.2 Multikolinieritas

Uji multikolineritas dapat dilakukan dengan melihat tolerance (TO) atau nilai

VIF dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk mengetahui hasil uji dari uji multikolineritas dapat dilihat beberapa cara, yaitu sebagai berikut:

1. Dengan melihat nilai tolerance:

- Nilai toleransinya sendiri lebih besar dari 0,10 maka dapat

disimpulkan tidak terjadi multikolineritas.

- Sedangkan bila nilai tolerancenya lebih kecil dari 0,10 maka

kesimpulan yang didapat adalah terjadi multikolineritas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 33

2. Dengan melihat VIF :

- Jika nilai VIF lebih dari 10, maka kita akan mendapatkan kesimpulan

bahwa data yang kita uji tersebut memiliki multikolineritas.

- Sedangkan jika nilai VIF dibawah 10, maka kita akan mendapat

kesimpulan bahwa data yang kita uji tidak memiliki multikolineritas.

- Rumus : VIF = 1/1-

3.9.3 Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari resudal atau pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas jika berbeda disebut heterokedastisitas. Uji ini pada dasarnya bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dan residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Jika varian dari residual suatu pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan berbeda disebut heterokedastisitas. Model yang baik seharusnya tidak terjadi Heterokedastisitas. Dasar pengambilan pengambilan keputusan Uji Heterokedastisitas yakni:

- Jika nilai signifikan lebih besar dari 0,05, kesimpulannya adalah tidak

terjadi heterokedastisitas.

- Jika nilai signifikan lebih kecil dari 0,05, kesimpulannya adalah terjadi

heterokedastisitas.

3.9.4 Autokorelasi

Persamaan regresi yang baik adalah tidak memiliki masalah autokorelasi. Jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak baik atau tidak layak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 34

dipakai prediksi. Ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi dengan uji Durbin Watson (DW), dengan ketentuan sebagai berikut :

- Terjadi autokorelasi positif jika DW di bawah –2 (DW < -2)

- Tidak terjadi autokorelasi jika DW berada di antara -2 dan +2 atau

-2 < DW

3.10 Uji Hipotesis Penelitian

3.10.1 Uji statistik t

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh suatu variabel independen secara parsial (individual) terhadap variasi variabel dependen. Kriteria pengujiannya adalah:

H1-H3: B1 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.

Kriteria pengambilan keputusannya adalah :

H1-H3 diterima jika thitung > ttabel dan sig < α = 5%

H1-H3 tidak dapat diterima jika thitung< ttabel dan sig > α = 5%

3.10.2 Uji statistik F

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model memunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Apabila F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan menerima Ha.

Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. H0 : β1 , β2 , β3 = 0, Artinya luas lahan, modal dan tenaga kerja tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produksi tebu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 35

2. H1 : β1, β2, β3 = 0, Artinya luas lahan, modal dan tenaga kerja

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produksi tebu.

3.10.3 Uji statistik determinasi ( )

Analisis ini digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh kemampuan presentase variasi luas lahan, modal dan tenaga kerja mampu menjelaskan terhadap produksi tebu di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Apabila R2 sama dengan 0, maka variasi luas lahan, modal dan tenaga kerja tidak menjelaskan sedikit pun terhadap variasi produksi tebu. Sebaiknya apabila R2 sama dengan 1, maka luas lahan, modal dan tenaga kerja menjelaskan 100% variasi keputusan responden.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

Kecamatan Stabat adalah salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten

Langkat. Kecamatan Stabat terletak pada 03 47’ 26” – 04 00’ 00” Lintang utara dan 98 15’ 00’ – 98 25’ 20” Bujur timur. Adapun jarak Ibu Kota kecamatan

Stabat dengan Ibu Kota Kabupaten Langkat 0,5 km, dan jarak Kecamatan Stabat ke Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara lebih kurang 40 km, sementara jarak Ibu

Kota kecamatan Stabat ke desa terjauh yaitu Desa Mangga dengan jarak 12 km. dengan luas wilayah keseluruhan 10.885 Ha (108,85 Km2 ), dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Secanggang

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan dan Selesai

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Wampu dan Hinai

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

Gambar 4.1 Peta Wilayah Kecamatan Stabat Sumber: Dinas Perkebunan Sumut

36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 37

Kecamatan Stabat berada 4 meter diatas permukaan laut dengan suhu maksimum 350 dan suhu minimum 210 , curah hujan pertahun 15 mm.

4.2 Keadaan Penduduk

Terdapat 12 desa/kelurahan di Kecamatan Stabat, sebagai berikut:

1. Desa Banyumas

2. Kelurahan Kwala Bingai

3. Kelurahan Sidomulyo

4. Desa Pantai Gemi

5. Kelurahan Perdamaian

6. Kelurahan Stabat Baru

7. Desa Ara Condong

8. Desa Kwala Begumit

9. Desa Mangga

10. Desa Karang Rejo

11. Kelurahan Dendang

12. Kelurahan Paya Mabar

Jumlah penduduk di Kecamatan Stabat adalah 99.486 jiwa, dengan jumlah penduduk perempuan sebesar 49.309 jiwa dan penduduk laki-laki sebesar 50.177 jiwa serta 21.063 KK yang terdiri dari berbagai suku bangsa antara lain Melayu,

Jawa, Karo, Simalungun, Tapanuli, Madina, Banjar dan etnis Tionghoa. Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kelurahan Perdamaian yaitu sebanyak 16.378 jiwa. Besarnya jumlah penduduk di Kelurahan Perdamaian dikarenakan antara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 38

lain Kelurahan Perdamaian merupakan kelurahan yang banyak lingkungannya dan berada di pinggiran jalan protokol Sumatera-Provinsi NAD.

Urutan kedua kelurahan Kwala Bingai sebanyak 14.161 jiwa dan diikuti

Desa Karang Rejo sebanyak 11.312 jiwa. Sedangkan penduduk paling sedikit berada di Desa Mangga sebanyak 3.312 jiwa. Kelurahan Perdamaian merupakan kelurahan yang paling padat penduduknya dengan kepadatan 3.055 jiwa per Km2 dikarenakan luas wilayah yang dimiliki oleh Kelurahan Perdamaian hanya seluas

3,9 Km2 atau 3,58 persen dari luas Kecamatan Stabat. Desa Kwala Begumit merupakan Desa dengan Kepadatan penduduk terkecil yaitu sebanyak 238 jiwa per Km2 , dengan luas wilayah yaitu 31,47 Km2 atau 28,91 persen dari luas

Kecamatan Stabat.

4.3 Karakteristik Responden

4.3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur dalam penelitian ini dikelompokkan ke dalam 4 kategori yaitu antara 35-40 tahun, 41-50 tahun, 51-56 tahun dan 57- 62 tahun dengan distribusi frekuensi sebagai berikut :

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur No Usia (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 35-40 14 28 2 41-50 23 46 3 51-56 6 12 4 57 - 62 7 14 Jumlah 50 100 Sumber : Diolah Dari Kuesioner

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 39

Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa dari 50 sampel penelitian, 14 responden

(28%,0) berumur antara 35-40 tahun, 23 responden (46%) berumur antara 41-50 tahun, 6 responden (12%) berumur antara 51-56 dan 7 responden (14%) berumur lebih dari 57- 62 tahun. Dengan demikian, mayoritas sampel berumur 41-50 tahun yakni sebanyak 23 responden (46%).

4.3.2 Pendidikan

Pendidikan dalam penelitian ini dikategorikan ke dalam 4 bagian yakni,

SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi dengan frekuensi sebagai berikut :

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan No Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 SD 0 0 2 SMP 20 40 3 SMA 30 60 4 Perguruan Tinggi 0 0 Jumlah 50 100 Sumber : Diolah Dari Kuesioner

Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa 50 sampel penelitian, 20 responden

(40,0%) berpendidikan SMP dan 30 responden (60,0%) berpendidikan SMA.

Dengan demikian, mayoritas sampel petani berpendidikan SMA yakni 30 responden (60%).Kemudian disusul dengan berpendidikan SMP sebanyak 20 responden (40%).

4.3.3 Jenis Kelamin

Jenis kelamin dalam penelitian ini dikelompokkan ke dalam 2 bagian yakni

Laki-Laki dan Perempuan. Dengan frekuensi sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 40

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Laki-laki 36 72

2 Perempuan 14 28

Jumlah 50 100

Sumber : Diolah Dari Kuesioner

Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa dari 50 sampel penelitian, 36 responden

(72%) berjenis kelamin laki-laki dan 14 responden (28%) berjenis kelamin perempuan. Dengan demikian, mayoritas sampel petani berjenis kelamin laki-laki yakni sebanyak 36 responden (72%) kemudian disusul dengan berjenis kelamin perempuan yang berjumlah 14 responden (28%).

4.3.4 Pengalaman Bertani

Pengalaman bertani dalam penelitian ini dihitung berdasarkan jangka waktu lamanya berusahatani dan dikelompokkan ke dalam 2 kategori yakni 3-6 tahun dan 7-10 tahun dengan distribusi frekuensi sebagai berikut:

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Bertani

No Lama Bertani (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 3 - 6 30 60 2 7 - 10 20 40 Jumlah 50 100 Sumber : Diolah Dari Kuesioner

Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa dari 50 sampel penelitian, 30 responden

(60%) lama bertani 3-6 tahun dan 20 responden (40%) lama bertani 7-10 tahun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 41

Dengan demikian, mayoritas sampel petani yang memiliki pengalaman paling lama yakni sebanyak 30 responden (60%).

4.3.5 Luas Lahan

Gambaran tentang luas lahan pertanian petani di Kecamatan Stabat

Kabupaten Langkat, berdasarkan angket masing-masing responden diperoleh hasil seperti yang dirangkum pada tabel berikut:

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan

No Luas Lahan (Ha) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 0,5 – 1,0 13 26 2 1,1 – 1,5 15 30 3 1,6 – 2,0 22 44 Jumlah 50 100 Sumber : Diolah Dari Kuesioner

Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa dari 50 responden penelitian memiliki luas lahan yang beragam. Dalam penelitian ini diketahui bahwa luas lahan yang di tanami tebu dengan luas 0,5 – 1,0 Ha dimiliki sebanyak 13 responden

(26%), sedangkan untuk luas lahan 1,1 – 1,5 Ha sebanyak 15 responden

(30%), kemudian disusul oleh luas lahan 1,6 – 2,0 Ha sebanyak 22 responden

(44%). Dari hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa sebagian besar petani tanaman tebu di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat mempunyai luas lahan yang paling banyak yaitu 1,6 – 2,0Ha dengan frekuensi 22 responden (44%) dan luas lahan yang paling tekecil adalah 0,5 – 1,0 Ha dengan jumlah responden 13 responden (26%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 42

4.3.6 Modal

Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Modal

No Modal (Rp) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 10.000.000 – 15.000.000 16 32

2 16.000.000 – 20.000.000 15 30

3 21.000.000 – 30.000.000 19 38

Jumlah 50 100

Sumber : Diolah Dari Kuesioner

Tabel 4.6 memperlihatkan bahwa dari 50 responden, modal petani di

Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat yang berada antara Rp.10.000.000-

15.000.000 sebanyak 16 responden (32%), untuk modal yang termasuk antara

Rp.16.000.000-20.000.000 terdapat 15 responden (30%), selanjutnya ada 19 responden (38%) yang termasuk bermodal antara Rp.21.000.000-30.000.000.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa petani tebu Kecamatan Stabat

Kabupaten Langkat yang menggunakan modal terbesar yaitu Rp21.000.000 -

30.000.0000 (38%) yakni sebanyak 19 responden.

4.2.7 Tenaga Kerja Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Tenaga Kerja

No Tenaga Kerja Jumlah(Orang) Persentase (%) 1 0 – 2 16 32 2 3 – 5 16 32 3 6 – 8 18 36 Jumlah 50 100 Sumber : Diolah Dari Kuesioner

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 43

Tabel 4.7 memperlihatkan bahwa dari 50 responden, kriteria tenaga kerja yang digunakan petani sangat beragam. Tenaga kerja yang digunakan petani 0-2 orang terdapat 16 responden (32%), dan untuk tenaga kerja yang menggunakan 3-

5 orang jumlah responden sama yaitu terdapat 16 responden (32%), kemudian yang menggunakan tenaga kerja sebanyak 6-8 berjumlah 18 responden (36%).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa petani tebu Kecamatan Stabat

Kabupaten Langkat lebih banyak menggunakan tenaga kerja dengan jumlah 6-8 orang (36%), kemudian disusul dengan penggunaan tenaga kerja 3-5 orang sebanyak 16 responden (32%), dan penggunaan tenaga kerja 0-2 orang sebanyak

16 responden (32%).

4.2.8 Produksi

Tabel 4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Hasil Produksi

No Produksi (Ton) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 1 – 5 21 42 2 6 – 10 14 28 3 11 – 15 15 30 Jumlah 50 100 Sumber : Diolah Dari Kuesioner

Tabel 4.8 memperlihatkan bahwa dari 50 responden, hasil produksi tebu petani Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat terdapat 21 responden (42%) yang produksinya termasuk 1 - 5 ton. Selanjutnya 14 responden (28%) yang produksinya 6 - 10 ton, kemudian untuk hasil produksi 11 - 15 ton terdapat 15 responden (30%). Dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil produksi tebu di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 44

Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat adalah sebesar 1-5 ton dengan jumlah 21 responden (42%).

4.3 Uji Kualitas Data

Analisis data menggunakan metode analisis regresi linear sederhana.

Adapun tahapannya sebagai berikut:

4.3.1 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas harus dilakukan hanya pada pertanyaan yang telah memiliki atau memenuhi uji validitas, Jadi jika tidak memenuhi syarat uji validitas maka tidak perlu diteruskan untuk uji reliabilitas (Noor, 2011).

Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.786 12

Sumber : Diolah Dari Kuesioner

Jika nilai Alpha Cronbach’s lebih besar dari 0,786 maka kuesioner penelitian bersifat reliable. Diketahui bahwa kuesioner bersifat reliable, karena nilai Alpha Cronbach’s 0, 786 lebih besar dari 0,70.

4.4 Hasil Uji Asumsi Klasik

4.4.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variable pengganggu atau residual memiliki distribusi normal, Uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Dalam penelitian ini, uji normalitas terhadap residual dengan menggunakan uji

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 45

Kolmogrov-Smirnov tingkat signifikansi yang digunakan . Dasar pengambilan keputusan adalah melihat angka probabilitas , dengan ketentuan sebagai berikut :

Jika nilai probabilitas > 0,05, maka asumsi normalitas terpenuhi. Jika probabilitas

< 0,05, maka asumsi normalitas tidak terpenuhi.

Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 50

Normal Mean .6435683

Parametersa,b Std. Deviation .38381320

Absolute .353 Most Extreme Positive .353 Differences Negative -.264

Kolmogorov-Smirnov Z 2.494

Asymp. Sig. (2-tailed) .870

Sumber : Diolah Dari Kuesioner

Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.10, diketahui nilai probabilitas atau

Asymp.Sig. (2-tailed) sebesar 0,870. Karena nilai probabilitas , yakni 0,870, lebih besar dibandingkan tingkat signifikansi, yakni 0,05. Hal ini berarti asumsi normalitas terpenuhi.

4.4.2 Uji Multikolinieritas

Untuk memeriksa apakah terjadi multikolinearitas atau tidak dapat dilihat dari nilai variance inflation factor (VIF). Nilai VIF yang lebih dari 10 diindikasi suatu variabel bebas terjadi multikolinearitas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 46

Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolinieritas

Model Collinearity Statistics Toleranc VIF e (Constant) luas lahan .113 8.867 1 jumlah modal .198 9.979 jumlah tenaga kerja .276 3.627 Sumber: Diolah Dari Kuesioner

Berdasarkan Tabel 4.11, nilai VIF dari variabel luas lahan adalah 8,867, nilai VIF dari modal adalah 9,979 dan nilai VIF dari tenaga kerja adalah 3,627.

Karena masing-masing nilai VIF tidak lebih besar dari 10, maka tidak terdapat gejala multikolinearitas yang berat.

4.4.3 Uji Heterokedastisitas

Uji statistik Glejser dipilih karena lebih dapat menjamin keakuratan hasil dibandingkan dengan uji grafik plot yang dapat menimbulkan bias. Uji Glejser dilakukan dengan meregresikan variabel bebas terhadap nilai absolute residualnya terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013). Kriteria yang digunakan untuk menyatakan apakah terjadi heterokedastisitas atau tidak di antara data pengamatan dapat dijelaskan dengan menggunakan koefisien signifikansi. Koefisien signifikansi harus dibandingkan dengan tingkat signifikansi yang ditetapkan sebelumnya (5%). Apabila koefisien signifikansi lebih besar dari tingkat signifikansi yang ditetapkan, maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas (homoskedastisitas). Jika koefisien signifikansi lebih kecil dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 47

tingkat signifikansi yang ditetapkan, maka dapat disimpulkan terjadi heteroskedastisitas.

Gambar 4.2 Hasil Uji Glejser Heterokedastisitas Sumber: Diolah dari Kuesioner

Berdasarkan gambar 4.2, menjelaskan mengenai ada tidaknya gejala heterokedastisitas dengan cara melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED. Grafik scatterplot menunjukkan bahwa data tersebar di atas dan di bawah angka nol (0) pada sumbu Y dan tidak terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data tersebut. Hal ini menjelaskan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model persamaan regresi.

4.4.4 Autokorelasi

Uji Durbin-Watson selanjutnya digunakan untuk menguji autokorelasi.

Nilai Durbin-Watson yang diharapkan adalah di antara -2 dan 2, yakni

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 48

menandakan tidak terjadinya gejala autokorelasi. Tabel 4.12 disajikan hasil dari uji autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin-Watson.

Tabel 4.12 Hasil Uji Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson

Model Summaryb

Model Durbin-Watson

1 1.783

Sumber: Diolah Dari Kuesioner

Berdasarkan hasil uji Durbin-Watson pada Tabel 4.12, diketahui nilai statistik Durbin-Watson adalah 1,783, yakni -2 < 1,783 < 2 (berada di antara -2 dan 2), maka disimpulkan tidak terjadi autokorelasi.

4.5 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel Luas

Lahan (X1), Modal (X2), dan Tenaga Kerja (X3) terhadap produksi petani tebu di

Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan program SPSS. Berdasarkan perhitungan, maka diperoleh hasil:

Tabel 4.13 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Coefficientsa Unstandardized Standardized Model Coefficients Coefficients t Sig. B Std. Error Beta (Constant) .143 .161 .889 .379 luas lahan .428 .201 .434 2.133 .038 1 jumlah modal .285 .222 .280 1.286 .205 jumlah tenaga kerja .217 .136 .208 1.603 .116 Sumber: Diolah Dari Kuesioner

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 49

Sesuai dengan tabel 4.13, maka hasil analisis regresi linear berganda dapat ditulis sebagai berikut:

Y = 0,143+ 0,428 X1 + 0,285 X2 + 0,217X3

Berdasarkan tabel 4.15 diketahui:

1. Koefisien X1 (Luas Lahan) = 0,428

Jika variabel luas lahan mengalami peningkatan sebesar 1%, sementara

modal dan tenaga kerja di anggap tetap maka akan menyebabkan kenaikan

produksi usaha tani tanaman tebu di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat

sebesar 0,428%.

2. Koefisien X2 (Modal) = 0,285

Jika variabel modal mengalami peningkatan sebesar 1 % sementara luas

lahan dan tenaga kerja di anggap tetap maka akan menyebabkan kenaikan

produksi usaha tani tanaman tebu di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat

sebesar 0,285%.

3. Koefisien X3 (Tenaga Kerja) = 0,217

Jika variabel tenaga kerja mengalami peningkatan sebesar 1 % sementara

luas lahan dan modal di anggap tetap maka akan menyebabkan kenaikan

produksi usaha tani tanaman tebu di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat

sebesar 0,217%.

4.5.1 Hasil Uji Hipotesis Penelitian

4.5.1.1 Uji statistik t

Uji parsial di maksudkan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Yaitu untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 50

mengetahui seberapajauh luas lahan (X1), modal (X2), dan tenaga kerja (X3) berpengaruh secara parsial dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.14 Hasil Uji statistik t

Coefficientsa Model Unstandardized Standardized t Sig. Coefficients Coefficients B Std. Error Beta (Constant) .143 .161 .889 .379 luas lahan .428 .201 .434 2.133 .038 1 jumlah modal .285 .222 .280 1.286 .205 jumlah tenaga .217 .136 .208 1.603 .116 kerja a. Dependent Variable: jumlah produksi Sumber : Diolah Dari Kuesioner

Berdasarkan hasil pada Tabel 4.14, diketahui:

Nilai untuk variabel luas lahan adalah 2,133. Pada α = 5% = 1.676 sehingga secara parsial variabel luas lahan berpengaruh positif (2,133 >1.676) dan signifikan (0,038 < 0,05) terhadap produksi tebu di Kecamatan Stabat Kabupaten

Langkat.

Nilai untuk variabel Modal adalah 1,286.Pada α = 5% = 1.676 sehingga secara parsial variabel modal tidak berpengaruh (1.286< 1.676) dan signifikan

(0,205>0,05) terhadap produksi tebu di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

Nilai untuk variabel jumlah tenaga kerja adalah 1.603. Pada α = 5% = 1.676 sehingga secara parsial variabel tenaga kerja tidak berpengaruh (1.603 < 1.676)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 51

dan tidak signifikan (0,116>0,05) terhadap produksi tebu di Kecamatan Stabat

Kabupaten Langkat.

4.5.1.2 Uji statistik F

Uji f dilakukan untuk menilai pengaruh variabel independen secara keseluruhan atau bersama-sama terhadap variabel dependen. Dapat dilihat pada α

= 5%, n = 50, k = 3, maka : Derajat pembilang : k-1 = 3-1 = 2 Derajat penyebut : n-k = 50-2 = 46, sehingga diperoleh = 3,190

Tabel 4.15 Hasil Uji Statistik F

ANOVAa Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression 26.462 3 8.821 56.211 .000b

1 Residual 7.218 46 .157 Total 33.680 49 Sumber : Diolah dari Kuesioner

Berdasarkan Tabel 4.15, diketahui nilai Sig. adalah 0,000 dan nilai F hitung = 56,211 Karena Sig. 0,000<0,05 dan F hitung = 56.211 >F table = 3,190

(F Tabel tersaji di lampiran). Jadi dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara luas lahan (X1), modal (X2) dan tenaga kerja (X3) secara bersama terhadap produksi tebu (Y).

4.5.1.3 Uji Koefisien

Besarnya pengaruh luas lahan, modal, dan tenaga kerja terhadap produksi tebu di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat diketahui dari koefisien deteminasi sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 52

Tabel 4.16 Hasil Uji Koefisien Determinasi ( )

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .886a .786 .772 .396

a. Predictors: (Constant), jumlah tenaga kerja, luas lahan, jumlah modal

b. Dependent Variable: jumlah produksi

Sumber : Diolah Dari Kuesioner

Berdasarkan tabel 4.16, diperoleh sebesar 0,786 berati data tersebut menunjukkan bahwa variasi persentase total dalam variabel Y (produksi) tebu yang dijelaskan oleh variabel X (luas lahan, modal, dan tenaga kerja) secara bersama-sama sebesar 78,6 %, sisanya sebesar 21,4 % dipengaruhi oleh faktor- faktor lain.

4.6 Pembahasan

Hasil analisis regresi berganda diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 0,143+ 0,428 X1 + 0,285 X2 + 0,217X3 + e

Melihat koefiesien regresi variabel luas lahan (X1) sebesar 0,143 dan bertanda positif berarti variabel ini mempunyai pengaruh yang searah dengan variabel produksi, untuk variabel modal (X2) koefisien regresi 0,285 dan bertanda positif berarti variabel ini mempunyai pengaruh yang searah dengan produksi.

Untuk variabel tenaga kerja (X3) koefisien regresi sebesar 0,217 dan bertanda positif berarti variabel ini mempunyai pengaruh yang searah dengan produksi.

Untuk pengujian secara bersama-sama (Uji F) luas lahan, modal dan tenaga kerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 53

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil produksi tanaman tebu dengan nilai sebesar 56,211 yang memperoleh nilai signifikan 0,000.

Variabel luas lahan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi petani tebu di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat karena nilai probabilitasnya (0,038< 0,05) dengan hasil uji t sebesar (2,133 > 1,676). Hal ini sesuai dengan penelitian Mubyarto(1989), lahan sebagai salah satu factor produksi yang merupakan pabriknya hasil pertanian yang mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usahatani. Besar kecilnya produksi dari usahatani antara lain dipengaruhi oleh luas sempitnya lahan yang digunakan.

Variabel modal secara parsial berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap produksi tebu di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, ini dibuktikan dari hasil uji t sebesar (1,286 < 1,672) dengan nilai probabilitas (0,205 > 0,05).

Pada penelitian ini terhadap jumlah produksi tebu di Kecamatan Stabat

Kabupaten Langkat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modal tidak berpengaruh terhadap produksi tebu di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, hal ini disebabkan saat ini proses produksi tidak mutlak tergantung pada jumlah modal.Dalam hal ini penggunaan faktor modal tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi tebu, artinya bahwa dengan penggunaan jumlah modal yang banyak maupun sedikit hasilnya bisa seimbang. Pada luas lahan 1 Ha hasil produksinya pun akan sama. Data empiris penelitian ini menunjukkan bahwa rata- rata penggunaan modal berkisar antara Rp.10.000.000 – 15.000.000 dengan rata- rata luas lahan sebesar 1 Ha. Kekurangan modal bisa menyebabkan kurangnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 54

masukan yang diberikan pada proses pertanian sehingga menimbulkan resiko kegagalan atau rendahnya hasil yang diterima.

Variabel tenaga kerja secara parsial berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap produksi tebu di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, hal ini dibuktikan dari hasil uji t sebesar (1,603 < 1,672) dengan nilai probabilitas

0,116 >0,05. Untuk itu, dalam penelitian ini penggunaan faktor tenaga kerja tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi tebu, bahwa dengan penggunaan jumlah tenaga kerja yang banyak maupun sedikit pada luas lahan 1 Ha hasil produksinya pun akan sama. Data empiris dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja berkisar 6 - 8 orang saja.

Disamping itu tingkat usia tenaga kerja itu sendiri relatif sudah tua-tua dan tingkat pendidikan yang rendah sehingga penggunaan faktor tenaga kerja tidak berpengaruh besar, dan apabila penggunaan jumlah tenaga kerja berkurang maka tidak akan berpengaruh terhadap tingkat produksi tebu. Hal ini sesuai dengan penelitian Besse Ani Kasturi (2012) yang menyatakan bahwa banyak ataupun sedikitnya tenaga kerja yang dipekerjakan pada lahan pertanian tidak menjadikan patokan untuk peningkatan produksi padi yang dihasilkan, melainkan mengutamakan keahlian dan keuletan, keuletan para tenaga kerja. Bisa saja lahan yang luas dikerjakan oleh sedikit tenaga kerja tapi mereka memiliki kemampuan yang lebih sehinga dapat mengefisienkan waktu produksi dan dapat pula meningkatkan hasil produksi padi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada variabel luas lahan, modal, dan tenaga kerja terhadap produksi tebu di Kecamatan Stabat Kabupaten

Langkat, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Variabel luas lahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi

tebu di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

2. Variabel modal berpengaruh positif namun tidak signifikan mempengaruhi

produksi tebu di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

3. Variabel tenaga kerja berpengaruh positif namun tidak signifikan

mempengaruhi produksi tebu di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil, pembahasan dan simpulan yang telah dijelaskan, saran yang dapat diajukan sebagai masukan dalam peningkatan dan pengembangan tebu di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat adalah :

1. Sebaiknya, perluasan lahan perlu diperhatikan oleh pemerintah setempat

agar jumlah produksi tebu dapat meningkat dan dapat mengurangi impor

gula dari negara lain.

2. Sebaiknya, angka modal harus diperhatikan juga agar ketika modal

bertambah makan jumlah produksi juga akan meningkat. Perlu adanya

perhatian dari pemerintah setempat dan petani itu sendiri akan

kesadarannya menambah jumlah modal tersebut.

55

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 56

3. Sebaiknya, jumlah tenaga kerja menjadi patokan dalam peningkatan

produksi tebu. Dengan melakukan pelatihan tenaga kerja hal ini dapat

membantu dalam meningkatkan kapasitas dan kualitas sumber daya

manusia. Ini juga berpengaruh terhadap jumlah produksi tebu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR PUSTAKA

Aimi, M, Zuandri. 2016. Analisis Efisiensi Usahatani Tebu.Skripsi: Program Studi Agribisnis. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Assauri, Sofyan. 1998. Manajemen Produksi dan Operasi. Penerbit FE-UI. Jakarta

Candia, Derry, Irham dan Jangkung. 2015.Analisis Produksi Tebu dan Gula di PT.Perkebunan Nusantara VII (PERSERO). Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada

Direktorat Jendral Perkebunan. 2017. Statistik Tebu Indonesia

Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara. 2008. Teknologi Peningkatan Produktivitas Tebu Rakyat dan Pengenalan Varietas Unggul diSumatera Utara. Medan.

Hayami, et all. 1987. Agricultural Marketing and Processing in Upland Java : A Prospectif from a Sunda Village, Bogor.

Henny, Logamarta. 1999.Analisis Usahatani Tebu Laban Kering Serta Analisis Nilai Tambah dan Titik Impas Pabrik Gula. Institut Pertanian Bogor.

Indrawanto C, Purwono, Siswanto, Syakir M, Rumini W. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Tebu. Jakarta: ESKA Media.

Komuditas unggulan hasil perkebunan Indonesia. (diakses pada tanggal Desember 2018). Diperoleh dari: www.agroindustri.id

Pawirosemadi M. 2011. Dasar-dasar Teknologi Budidaya Tebu dan Pengolahan Hasilnya. Sujanto S, editor. Malang (ID): IKIP Malang

Pendahuluan. Diperoleh dari : http://digilib.unila.ac.id

Pertanian dan perkebunan di Indonesia. (diakses pada Desember 2018). Diperoleh dari : https://id.wikipedia.org/wiki/

Rachbini, D.J, dkk. 2011. Strategi Percepatan dan Perluasan Agroindustri. Kementrian Perindustrian Republik Indonesia.

Repository USU

57

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 58

58

Ruri, Uthami. 2011. Analisis Nilai Tambah Tebu Di Pabrik Gula Sei Semayang PT. Perkebunan Nusantara II. Skripsi: Program Studi Agribisnis. Fakultas Pertanian. USU. Medan.

Soekartawi. 1999. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 57 Sudiyono, A. 2004. Pemasaran Pertanian.UMM Press, Malang.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sutardjo. 1996. Budidaya Tanaman Tebu. Bumi Aksara. Jakarta.

Tjokroadikoesoerno dan Baktir, 1984. Ekstrasi Nira Tebu.YPI Sekolah Tinggi Teknologi Industri. Surabaya.

Wahyudi, Prasetyo.2010.Analisis Break Even Point (BEP) Pada Industri Pengolahan Tebu Di Pabrik Gula (PG) Mojo Sragen. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Wijayanti, W. A. 2008. Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum Officinarum L.) di Pabrik Gula Tjoekir Ptpn X Jombang Jawa Timur.Bogor : Institut Pertanian Bogor.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 59

LAMPIRAN 1

KUESIONER

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI TEBU RAKYAT INTENSIFIKASI

(Studi Kasus Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat)

Dengan hormat,

Bersama ini, saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Savira Claudia

NIM : 150501129

Jurusan : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi Pertanian

Adalah mahasiswi program studi S-1 Ekonomi Pembangunan Universitas

Sumatera Utara sedang mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi Produksi Tebu Rakyat Intensifikasi di Kecamatan

Stabat Kabupaten Langkat. ”. Untuk maksud tersebut, saya mohon kepada bapak/ibu , saudara/i untuk mengisi kuesioner ini dengan jujur, lengkap dan tanpa dipengaruhi oleh pihak lain. Kuesioner ini, nantinya akan saya pergunakan untuk keperluan ilmiah, dan saya berjanji untuk menjaga kerahasiaan data ini. Atas kerjasama dan bantuan serta waktu yang bapak/ibu, saudara/i berikan , saya ucapkan terimakasih.

Hormat Saya,

Savira Claudia

NIM : 150501129

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 60

A. IDENTITAS RESPONDEN 1. No : ...... (diisi oleh peneliti)

2. Nama : ......

3. Umur :

35 – 40 Tahun 41 – 50 Tahun

51 - 56 Tahun 57 – 62 Tahun

4. Jenis Kelamin :

Laki-laki

Perempuan

5. Pendidikan :

SD SMP

SMA D3/S1

6. Pengalaman Bertani : Tahun

B. PETUNJUK PENGISIAN 1. Mohon memberi jawaban dengan tanda centang (√) pada jawaban yang menurut anda paling sesuai.

2. Isilah identitas responden dengan data diri anda dengan benar dan lengkap pada tempat yang telah disediakan.

a. Luas Lahan

1. Berapakah luas lahan pertanian Bapak/Ibu yang ditanami tebu ?

( ) 0,5 - 1 Ha ( ) 1,1 – 1,5 Ha ( ) 1,6 - 2 Ha

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 61

2. Bagaimana status kepemilikan tanah ?

( ) Milik sendiri ( ) Tanah sewa ( ) Garap/bagi hasil

3. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengelola lahan yang dimiliki?

( ) Sendiri ( ) Sistem Upah ( ) Bagi Hasil

b. Modal

1. Berapa jumlah modal awal yang Bapak/Ibu keluarkan?

( ) Rp.10.000.000 – Rp.15.000.000 ( ) Rp.16.000.000 – Rp.20.000.000 ( )

Rp.21.000.000 – Rp.30.000.000

2. Darimanakah modal diperoleh untuk mengerjakan lahan tanaman tersebut?

( ) Modal sendiri ( ) Pinjaman Bank ( ) Pinjaman antar petani

3. Berapa jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pembibitan?

( ) Rp.500.000 ( ) Rp.1.000.000 ( )Rp. 1.500.000

c. Tenaga Kerja

1. Berapa orang jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan?

( ) 0 – 2 orang ( ) 3 – 5 orang ( ) 6 – 8 orang

2. Siapa saja orang yang terlibat dalam pengelolaan usahatani tebu Bapak/Ibu?

( ) Keluarga ( ) Lainnya,...... ( ) Luar Keluarga/Orang lain

3. Bagaimana sistem pengupahan tenaga kerja yang Bapak/Ibu lakukan?

( ) Harian ( ) Borongan ( ) ( ) Bulanan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 62

d. Produksi

1. Berapa rata-rata jumlah hasil panen usahatani tanaman tebu yang Bapak/Ibu peroleh dalam sekali panen?

( ) 1 – 5 ton ( ) 6 – 10 ton ( ) 11 – 15 ton

2. Berapa kali panen tanaman tebu dalam 1 musim?

( ) 1 tahun sekali ( ) 1 tahun 2 kali ( ) 1 tahun 3 kali

3. Pada usia berapa tanaman tebu dapat dipanen?

( ) 6 – 12 bulan ( ) 12 – 24 bulan ( ) 24 – 36 bulan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 63

LAMPIRAN 2 HASIL PENGOLAHAN DATA

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 35 - 40 tahun 14 28.0 28.0 28.0 41 - 50 tahun 23 46.0 46.0 74.0 Valid 51 - 56 tahun 6 12.0 12.0 86.0 57 - 62 tahun 7 14.0 14.0 100.0 Total 50 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

SMP 20 40.0 40.0 40.0 Valid SMA 30 60.0 60.0 100.0 Total 50 100.0 100.0

jeniskelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Laki-laki 36 72.0 72.0 72.0 Valid Perempuan 14 28.0 28.0 100.0 Total 50 100.0 100.0

pengalamanbertani

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 3 - 6 tahun 30 60.0 60.0 60.0 Valid 7 - 10 tahun 20 40.0 40.0 100.0 Total 50 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 64

statuskepemilikantanah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid sendiri 50 100.0 100.0 100.0

Perolehanmodal

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid sendiri 50 100.0 100.0 100.0

yangterlibatbertani

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid keluarga 50 100.0 100.0 100.0

berapakalipanen

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid setahun 1 kali 50 100.0 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 65

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items .786 12

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual N 50 Normal Mean .6435683 Parametersa Std. Deviation .38381320 ,b Most Absolute .353 Extreme Positive .353 Differences Negative -.264 Kolmogorov-Smirnov Z 2.494 Asymp. Sig. (2-tailed) .870

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Model Collinearity Statistics Tolerance VIF (Constant) luas lahan .113 8.867 1 jumlah modal .198 9.979 jumlah tenaga kerja .276 3.627

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 66

Model Summaryb

Model Durbin-Watson 1 1.783

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig. Coefficients B Std. Error Beta (Constant) .143 .161 .889 .379 luas lahan .428 .201 .434 2.133 .038

jumlah .285 .222 .280 1.286 .205 1 modal jumlah tenaga .217 .136 .208 1.603 .116 kerja a. Dependent Variable: jumlah produksi

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression 26.462 3 8.821 56.211 .000b 1 Residual 7.218 46 .157 Total 33.680 49

a. Dependent Variable: jumlah produksi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 67

b. Predictors: (Constant), jumlah tenaga kerja, luas lahan, jumlah modal

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .886a .786 .772 .396 a. Predictors: (Constant), jumlah tenaga kerja, luas lahan, jumlah modal b. Dependent Variable: jumlah produksi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 68

LAMPIRAN 3 DATA RESPONDEN PENELITIAN

No Jenis Pengalaman Bertani Sampel Umur ( tahun) Kelamin Pendidikan Terakhir (tahun ) 1 38 Perempuan SMA 4 2 48 Laki -Laki SMA 5 3 45 Laki -Laki SMP 10 4 45 Perempuan SMA 10 5 40 Perempuan SMP 6 6 35 Laki -Laki SMP 10 7 50 Laki -Laki SMP 6 8 45 Laki -Laki SMA 10 9 40 Laki -Laki SMA 10 10 60 Laki -Laki SMP 3 11 45 Laki -Laki SMA 3 12 50 Perempuan SMP 5 13 55 Laki -Laki SMA 10 14 36 Perempuan SMA 3 15 49 Laki -Laki SMA 7 16 50 Laki -Laki SMA 5 17 42 Laki -Laki SMP 7 18 60 Perempuan SMA 5 19 56 Laki -Laki SMP 8 20 39 Perempuan SMA 3 21 40 Laki -Laki SMP 4 22 45 Laki -Laki SMA 5 23 50 Perempuan SMA 4 24 50 Laki -Laki SMA 10 25 44 Laki -Laki SMP 6 26 59 Laki -Laki SMP 8 27 60 Laki -Laki SMP 8 28 47 Laki -Laki SMA 5 29 62 Laki -Laki SMA 10 30 40 Laki -Laki SMP 3 31 37 Perempuan SMA 3 32 50 Laki -Laki SMA 7 33 49 Laki -Laki SMA 6 34 45 Laki -Laki SMA 10 35 56 Laki -Laki SMA 9 36 40 Perempuan SMP 8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 69

37 39 Perempuan SMA 5 38 41 Laki -Laki SMP 5 39 53 Laki -Laki SMA 5 40 61 Laki -Laki SMA 4 41 35 Perempuan SMP 5 42 40 Perempuan SMP 4 43 50 Perempuan SMP 3 44 60 Laki -Laki SMP 5 45 42 Laki -Laki SMA 4 46 60 Laki -Laki SMA 3 47 44 Laki -Laki SMA 10 48 55 Laki -Laki SMP 10 49 43 Laki -Laki SMA 6 50 60 Laki -Laki SMA 10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 70

LAMPIRAN 4 DATA VARIABEL PRODUKSI TEBU

Modal Luas Lahan Tenaga Kerja (Dalam Juta Produksi ( Ton ) Y (Ha) X1 (Orang) X3 NO Rupiah) X2 1 1 15 2 5 2 2 30 8 15 3 1,5 20 5 10 4 1,3 17 4 8 5 0,5 10 0 1 6 1 15 2 5 7 1 15 2 5 8 0,5 10 1 1 9 1,4 19 3 9 10 2 30 8 15 11 1,5 20 5 10 12 2 30 8 15 13 1 15 2 5 14 1 15 2 5 15 2 30 8 15 16 2 30 8 15 17 1,5 20 5 10 18 1,5 20 5 10 19 2 30 8 15 20 0,7 12 1 3 21 1 15 2 5 22 1 15 2 5 23 1 15 2 5 24 2 30 8 15 25 1,5 20 5 10 26 1,7 25 7 12 27 2 30 8 15 28 1,3 18 4 8 29 2 30 8 15 30 0,7 12 1 3 31 0,5 10 1 1 32 1,5 20 5 10 33 1,5 20 5 10 34 2 30 5 15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 71

35 2 35 5 15 36 1,5 20 5 10 37 1,8 25 7 13 38 2 30 8 15 39 2 30 8 15 40 1 15 2 5 41 1,6 15 2 5 42 1,2 21 6 11 43 2 17 4 7 44 1,5 30 8 15 45 0,7 20 5 10 46 2 12 1 3 47 2 30 8 15 48 1,5 30 8 15 49 1,5 20 5 10 50 1 15 2 5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 72

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 73

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 74

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 75

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 76

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN Identitas Responden Pernyataan Responden Variabel Variabel Modal Tenaga Variabel No U JK PT PB Variabel Luas Lahan (X1) (X2) Kerja (X3) Produksi (Y) 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 3 2 3 3 2 1 1 3 3 3 1 2 4 2 1 2 3 3 3 3 3 5 1 2 2 2 2 1 1 1 6 1 2 2 3 3 3 3 3 7 2 1 2 2 2 1 1 1 8 2 1 2 3 3 3 3 3 9 1 1 2 3 3 3 3 3 10 3 1 2 1 2 1 1 1 11 2 1 2 1 2 2 2 2 12 2 2 1 2 2 1 2 1 13 2 1 1 3 3 3 3 3 14 1 2 1 1 2 1 1 1 15 2 1 2 3 3 3 3 3 16 2 1 2 2 2 1 1 1 17 2 1 1 3 2 2 2 3 18 3 2 2 2 2 2 3 3 19 2 1 1 3 3 3 3 3 20 1 2 2 1 1 1 1 1 21 1 1 1 1 1 2 2 1 22 2 1 2 2 1 1 1 1 23 2 2 2 2 1 1 1 1 24 2 1 2 3 3 3 3 3 25 2 1 1 2 2 2 2 2 26 3 1 1 3 3 3 3 3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 77

27 3 1 2 3 3 3 2 3 28 2 1 2 2 2 2 2 2 29 3 1 2 3 3 3 3 2 30 2 1 2 1 1 2 1 1 31 1 2 2 1 1 2 1 1 32 2 1 2 3 2 1 2 1 33 2 1 2 2 2 2 2 2 34 2 1 2 3 3 3 3 3 35 2 1 2 3 3 3 3 3 36 3 1 3 2 3 2 1 2 37 1 2 2 2 2 2 2 3 38 1 2 3 1 3 3 3 3 39 2 1 2 1 2 1 3 2 40 3 1 3 1 1 2 2 1 41 4 1 3 1 2 3 2 1 42 1 2 2 1 3 2 2 1 43 1 2 2 1 2 1 2 2 44 2 2 2 1 3 2 3 3 45 4 1 2 1 1 3 2 2 46 2 1 3 1 1 2 1 1 47 4 1 3 1 1 2 3 2 48 2 1 3 2 2 1 2 1 49 3 1 2 2 3 1 3 2 50 2 1 3 1 2 2 2 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 78

LAMPIRAN DOKUMENTASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 79

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA