Jurnal Teknik Lingkungan Volume 20 Nomor 2, Oktober 2014 (Hal 152-161)

PERHITUNGAN PENURUNAN BEBAN EMISI PENCEMARAN UDARA DARI PEMBANGUNAN JALUR TOL JORR W2 DI DKI

REDUCTION OF AIR EMISSION FROM JORR W2 HIGHWAY DEVELOPMENT IN JAKARTA

1* 2 3 Lailatus Siami, Asep Sofyan dan Russ Bona Frazila 1,2 Program Magister Teknik Lingkungan 3 Program Studi Magister Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung Jl Ganesha 10 Bandung 40132 *[email protected], [email protected], [email protected]

Abstrak: Sebagai pusat urbanisasi, mobilitas barang dan manusia di Kota Jakarta memiliki rutinitas transportasi yang padat setiap hari. Hal ini ditandai dengan adanya orientasi mobilitas manusia dari perumahan di sekeliling Jakarta (Jabodetabek) menuju tempat kerja di Kota Jakarta. Dengan pertumbuhan jumlah kendaraan sebesar ±8% per tahun, sektor transportasi memiliki dampak berupa kemacetan dan pencemaran udara. Dari penelitian sebelumnya (Darmanto, 2012) sektor dominan dalam penyumbang emisi CO dan PM10 adalah sektor transportasi sebesar 78,85% dan 99,94%. Sehingga, diperlukan penanganan khusus pada sektor transportasi. Pendekatan pada jaringan jalan yang kompleks di Jakarta dilakukan dengan menggunakan model jaringan jalan. Sehingga didapatkan volume kendaraan tiap ruas jalan untuk dihitung beban emisinya. Berdasarkan hasil representasi dari model jaringan jalan, ruas jalan dengan volume tertinggi berada di jalan tol Cawang dan jalan utama pada jalan Ciputat Raya. Hasil dari inventarisasi emisi pada ruas jalan berbeda – beda pada tiap jenis polutan. Hal ini dipengaruhi oleh proporsi jenis kendaraan yang ikut menentukan faktor emisi. 70,68% beban emisi didominasi oleh polutan CO sebesar 973.734,26 ton/tahun. Sistem transportasi di Jakarta disusun dalam pola transportasi makro (PTM). Dan pada RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah), terdapat beberapa rencana prioritas untuk pembangunan transportasi. Salah satunya adalah pembangunan tol dalam kota maupun tol luar kota. Pada studi ini, skenario yang dipilih adalah pembangunan jalur tol JORR W2 (Jakarta Outer Ring Road West 2). Jalur tol ini Di daerah Kebon Jeruk – Ulujami yang juga dijadikan akses bus. Dari skenario ini, didapatkan penurunan beban emisi sebesar 2% untuk polutan NOx; 1,6% untuk polutan NO2; 0,4% untuk polutan CO; 0,8% untuk polutan PM10 dan 0,1% untuk polutan VOC.

Kata kunci: Sektor transportasi, model jaringan jalan, RPJMD, JORR W2, penurunan emisi

Abstract : As the center of urbanitation for goods and human, Jakarta surely have a dense of mass transportation everyday. It is showed by the mobile of human from the surround (Jabodetabek) to workplace in Jakarta. By the 2011, the rate of vehicle number is ±8% each year. It is a common that transportation sector has a traffic congestion and traffic air pollution impact. Previous study (Darmanto, 2012) showed the dominant sector of highest emission of CO and PM10 from transportation sector as 78,8 % and 99,4%. So it will be necessary to take particular handling from transportation sector. The approach of complex road networking uses road networking model. So that, flow of vehicle in every road derived to be calculated in emission inventory. Based on emission inventory of road segmentation, Cawang road highway has the highest number for number of vehicle. And so does Ciputat Raya road. The result of emission inventory for each road is different for each parameter. Due to the proportion of vehicle which determine the factor emission. 70,68% CO as the highest emission is 973.734,26 ton/year. Transportation system in Jakarta conduct in Jakarta’s macro transportation (JMT) master plan. And in RPJMD (Mid-term action), there are some specific priority of transportation action. It is highway road development inner and outside of Jakarta. In this study, scenario will be do in development of Jakarta Outer Ring Road West 2(JORR W2). And the suitable scenario highway development in Kebun Jeruk – Ulujami for bus accesable.

152

Based on the scenario, reduction of NOx emission is 2%; 1,6% for NO2 emission; 0,4% for CO emission; 0,8% for PM10 emission and 0,1% for VOC emission.

Key words: Transportation sector, traffic networking model, Mid-term action, JORR W2, emission reduction

PENDAHULUAN Jakarta merupakan kota terpadat di Indonesia dengan jumlah penduduk berkisar 10,1 juta, tingkat kepadatan sekitar 13 ribu jiwa/ km2 dan jumlah rumah tangga sekitar 2,5 juta (BPS, 2012). Sampai saat ini Kota Jakarta masih menjadi pusat urbanisasi dan tercatat sampai dengan tahun 2010, kebutuhan akan perjalanan di DKI Jakarta hampir mencapai 22 juta perjalanan/hari. Pada kendaraan bermotor pun juga terlihat tingginya jumlah perjalanan setiap hari, yaitu berkisar 15 juta perjalanan/hari. Dalam waktu sekitar 10 tahun telah terjadi peningkatan rata-rata perjalanan di wilayah Jabodetabek sebesar 50% (Susantono, 2013). Jika tidak ada langkah efektif dan efisien, Jakarta diprediksi akan mengalami kemacetan total pada tahun 2014 (Widodo, 2012). Dalam 5 tahun terakhir, pertumbuhan jumlah kendaran mencapai ±8% per tahun. Dengan kondisi seperti itu, kemacetan merupakan hal yang tidak bisa dihindari dan diperkirakan biaya kemacetan mencapai Rp 45,2 triliun/tahun yang meliputi biaya untuk BBM, operasional kendaraan, time value, economic value dan pencemaran udara. Dalam Nisrina (2012), disebutkan total emisi dari sektor trasportasi wilayah Jabodetabek untuk pencemar PM10 sebesar 29.188,18 ton/tahun. Konsukuensi dari kemajuan Kota Jakarta adalah timbulnya permasalah lingkungan dimana salah satunya adalah menurunnya kulitas udara. Untuk memantau kulitas udara, lima buah stasiun pemantau kualitas udara (SPKU) disediakan di DKI Jakarta yaitu di Bunderan HI (DKI 1), Kelapa gading (DKI 2), 3 (DKI 3), Lubang Buaya (DKI 4) dan di GOR Cendrawasih (JAF 4). Berdasarkan data SPKU di stasiun DKI 4 dan JAF 4 tahun 2012, konsentrasi harian PM10 beberapa kali melebihi baku mutu. Di stasiun DKI 2 dan DKI 3 tahun 2012, konsentrasi harian O3 beberapa kali melebihi baku mutu. Untuk inventarisasi emisi dari sektor transportasi, diperlukan pendekatan dengan menghitung data kendaraan dalam sistem jaringan transportasi yang kompleks. Salah satu pendekatan tersebut adalah dengan menggunakan model jaringan jalan, suatu model yang dapat merepresentasikan sistem jaringan dan kegiatan pada jalan. Dalam sistem kendaraan, daerah diwakili dengan zona. Sedangkan persimpangan diwakili dengan node dan jalan yang menghubungkan antar persimpangan diwakili dengan link. Pada model jaringan jalan dibutuhkan data jaringan jalan dan matriks asal – tujuan (MAT) sehingga didapatkan flow kendaraan tiap ruas jalan. Dengan adanya volume kendaraan pada ruas jalan, maka dapat diestimasi emisi kendaraan tiap ruas jalan. Dan pada tahun 2012, perlu dilakukan inventarisasi emisi kembali. Diperlukan penanganan khusus yang bersifat win – win solution, dimana kebutuhan masyarakat atas ketersediaan transportasi tetap terpenuhi. Dan dampak negatif dari transportasi berupa penurunan kualitas udara dapat dikurangi. Dengan adanya penanganan transportasi pada studi ini diharapkan dapat memperbaiki kualitas udara Kota Jakarta.

METODOLOGI Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Pada penelitian ini akan dilakukan inventarisasi emisi sektor transportasi pada segmen jalan Kota Jakarta dengan parameter yang dikaji meliputi NO2, CO, PM10, dan O3 (prekursornya CO, NOx dan VOC).

Jurnal Teknik Lingkungan Vol. . 20 No. 2  Lailatus Siami, dkk .153 Jaringan jalan Matriks Asal – Jabodetabek Tujuan (MAT)

Model Jaringan Jalan

Skenario Matriks Volume Emisi spasial Peta traffic Perbaikan Penanganan Kendaraan dari traffic di DKI Jakarta Transportasi transportasi dan DKI Jakarta DKI Jakarta Lokal kualitas udara

Skenario Perbaikan Transportasi DKI Jakarta

Simulasi Skenario Perbaikan Transportasi DKI

Skenario Terpilih

Kesimpulan

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian dan Wilayah Penelitian

Perhitungan inventarisasi emisi segmen jalan, menggunakan persamaan berikut (EMEP/European Environment Agency, 2013) :

E i, k,T = Nk× LA,T × e i, k (Persamaan 1)

Ei, k, T merupakan emisi polutan i[g] yang dihasilkan pada waktu T. Nk adalah jumlah kendaraan jenis k yang beroperasi. L a,T adalah Panjang jalan di lokasi a [km] pada waktu T. Dan e i, k merupakan faktor emisi [g/km] untuk polutan i, dengan jenis kendaraan k, pada waktu T. Faktor emisi yang digunakan dalam inventarisasi emisi pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Rekapitulasi Faktor Emisi

Parameter Jenis Faktor Emisi Parameter Jenis Faktor Emisi No. No. Polutan Kendaraan (g/km) Polutan Kendaraan (g/km) 1. NO2 Mobil 1,91 4. NOx Mobil 1,8336 Sepeda Sepeda 0,056 0,0576 Motor Motor Bus 16,5 Bus 15,84 Minibus 10,1 Minibus 8,989 Truk 4,7 Truk 4,183 2. CO Mobil 37,3 5. VOC Mobil 2,77 Sepeda Sepeda 14,7 8,18 Motor Motor Bus 5,71 Bus 1,99 Minibus 2,71 Minibus 0,706 Truk 1,85 Truk 1,07 3. PM10 Mobil 0,0022 Sepeda 0,176 Motor Bus 0,909 Minibus 0,479 Truk 0,333 Sumber: EMEP- Corinair, 2013

154 Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 20 No. 2  Lailatus Siami, dkk.

Skenario yang disusun berupa rencana penanganan transportasi yang didasarkan pada matriks penanganan transportasi terhadap kualitas udara. Setelah terpilih satu skenario, maka dilakukan running ulang pada model jaringan jalan untuk mendapatkan kondisi traffic setelah penangan. Kemudian didapatkan pemetaaan traffic dan pemetaan beban emisi persegemen jalan dan spasial di Kota Jakarta.

HASIL DAN PEMBAHASAN Estimasi MAT dengan Data Jaringan Untuk menentukan jumlah kendaraan pada ruas jalan maka digunakan model jaringan jalan. Dan pada model jaringan jalan ini dibutuhkan data matriks asal-tujuan (MAT) dan jaringan jalan DKI Jakarta. Pada Tabel 2 dapat dilihat hasil estimasi MAT tahun 2012 dan hasil simulasi dari pembebanan jalan berupa volume kendaraan pada tiap link.

Tabel 2. Sebagian MAT 2012 hasil estimasi (kanan) dan Sebagian Hasil Simulasi Jalan DKI Jakarta dengan model jaringan jalan (kiri)

Zona 211 212 …. 510 511 Simulation/buffer Volume Kend. 211 0 405 …. 2 14981 (smp/hr) 212 410 0 …. 2 5464 A node B node Total Fixed …… …… ….. …. …… …… C 211 50091 29205,32 0 C 211 32685,9 0 510 2 2 …. 0 50091 511 16102 5778 …. 235 379468 C 212 50090 10674,41 0 50090 C 212 11669,4 0 C 213 50045 13760,91 0 ………. ………. ………. ………. ………. ………. ………. ………. 90137 41448 6280,28 0 90138 50160 4541,73 0 90139 90130 2323,14 0

Pada hasil pembebanan jaringan jalan, dapat dilihat bahwa volume kendaraan tinggi mengikuti jalan tol dalam kota dan Jakarta Outer Ring Road (JORR). Hal ini sejalan dengan hasil studi Arifin (2012) bahwa beberapa kemacetan sering terlihat pada pusat kota dan jalan tol tiap pagi dan sore hari. Bahkan kemacetan pada area terjadinya penyempitan jalan pada tol dalam kota seperti persimpangan Cawang dan Tomang merupakan fenomena sehari – hari.

Jurnal Teknik Lingkungan Vol. . 20 No. 2  Lailatus Siami, dkk .155

(a)

(b) (c) (d) Gambar 2. (a) Pembenanan Jaringan Jalan Jabodetabek Tahun 2012, (b) Pembenanan Jaringan Jalan Jakarta Tahun 2012, (c) Peta traffic Kota Jakarta Tahun 2012, dan (d) proporsi kendaraan Kota Jakarta Tahun 2012

Proporsi kendaraan yang mendominasi jalan tol di DKI Jakarta adalah mobil, sedangkan pada jalan utama sepeda motor yang mendominasi. Hal inilah yang menjadi penyebab utama kemacetan (Ferdiansyah, 2009). Prosentase kendaraan yang melintas di ruas jalan utama untuk mobil 32%, sepeda motor sebesar 62%, bus sebesar 1,15%, minibus sebesar 1,67 % dan truk sebesar 2,67%. Pada jalan tol, prosentase kendaraan yang melintas untuk mobil sebesar 47,5%, bus sebesar 16,6%, dan truk sebesar 35,34%.

Beban Emisi Jaringan Jalan Kendaraan bermotor merupakan sumber polusi udara di kota metropolitan di dunia (Guo et al., 2007; Mukerjee et al., 2004 in Liu et al, 2014). Dan menghasilkan beberapa polutan tinggi yaitu carbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), volatil organic compounds (VOCs), dan particulat matter (PM). Secara keseluruhan, emisi dari segmentasi jalan di DKI Jakarta sebesar 65938,48 ton/tahun untuk polutan NOx. Polutan NO2 sebesar 67143,85 ton/tahun. Polutan CO sebesar 973734,26 ton/tahun. Polutan PM10 sebesar 6811,34 ton/tahun. Dan polutan VOC sebesar 264007,14 ton/tahun. Beban emisi tertinggi adalah CO sebanyak 70,68% dari total semua jenis polutan.

Hasil Inventarisasi Emisi di Jakarta

4.79% NOx 19.16% NO2 4.87% 0.49% CO

PM10

70.68% VOC

(a) (b) NOx (c) NO2

156 Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 20 No. 2  Lailatus Siami, dkk.

(d) CO (e) PM10 (f) VOC

Gambar 3. Proporsi Beban Emisi berdasarkan Jenis Polutan di Kota Jakarta Tahun 2012 dan Beban Emisi pada Jaringan Jalan Kota Jakarta Tahun 2012

Emisi polutan NOx tertinggi pada jalan tol, terletak di ruas tol Gatot Subroto dengan emisi sebesar 2130933,46 ton/tahun. Sedangkan emisi polutan NOx tertinggi pada jalan utama, terletak di ruas jalan Ciputat Raya dengan emisi sebesar 643168,95 ton/tahun. Demikian juga dengan emisi polutan NO2 tertinggi juga terletak di ruas tol Gatot Subroto dengan emisi sebesar 1748201,56 ton/tahun. Sedangkan emisi polutan NO2 tertinggi pada jalan utama, terletak di pada ruas Ciputat Raya dengan emisi sebesar 715453,55 ton/tahun. Untuk emisi NOx dan emisi NO2 emisi tertinggi berada pada jalan tol, meskipun pada jalan utama jenis kendaraan lebih variatif. Hal ini dikarenakan jumlah kendaraan berjenis truk yang melintas di jalan tol lebih banyak dari pada jumlah kendaraan yang melintas di jalan utama. Selain itu, panjang jalan pada ruas jalan tol dengan emisi tertinggi lebih panjang daripada ruas jalan utama. Emisi polutan CO tertinggi pada jalan utama, terletak di ruas jalan Ciputat Raya dengan emisi sebesar 13431221,1 ton/tahun. Emisi polutan CO tertinggi pada jalan tol, terletak di ruas tol Gatot Subroto dengan emisi sebesar 6363728,01 ton/tahun. Emisi CO tertinggi berada pada jalan utama, hal ini disebabkan jumlah kendaraan berjenis sepeda motor yang menjadi kontributor utama emisi CO di jalan utama. Emisi polutan PM10 tertinggi pada jalan tol, terletak di ruas tol Gatot Subroto dengan emisi sebesar 88813,22 ton/tahun. Emisi polutan PM10 tertinggi pada jalan utama, terletak di ruas jalan Ciputat Raya dengan emisi sebesar 86860,2 ton/tahun. Emisi polutan VOC tertinggi pada jalan tol, terletak di ruas tol Gatot Subroto dengan emisi sebesar 48915,79 ton/tahun. Emisi polutan VOC tertinggi pada jalan utama, terletak di ruas jalan Ciputat Raya dengan emisi sebesar 17953,2 ton/tahun. Emisi PM10 dan VOC, emisi tertinggi berada pada jalan tol, meskipun pada jalan utama jenis kendaraan lebih variatif. Hal ini dikarenakan jumlah kendaraan berjenis truk yang melintas di jalan tol lebih banyak dari pada jumlah kendaraan yang melintas di jalan utama. Selain itu, panjang jalan pada ruas jalan tol dengan emisi tertinggi lebih panjang daripada ruas jalan utama.

Beban Emisi spasial grid 1x1km Beban emisi spasial dari Kecamatan Cengkareng dan Grogol cenderung lebih besar untuk semua jenis polutan. Hal ini dikarenakan pada dua kecamatan tersebut terdapat Jalan Daan Mogot yang memiliki volume kendaraan yang padat. Seperti dapat dilihat pada gambar 4 di bawah ini. Dibandingkan dengan jalan utama lain di Jakarta, Jalan Daan Mogot adalah salah satu jalan arteri dengan dengan kecepatan di bawah 10km/jam (Putranto, 2010). Dimana kecepatan mobil di Jakarta rata – rata 30km/jam. Hal ini menunjukkan kecepatan berkendara paling rendah.

Jurnal Teknik Lingkungan Vol. . 20 No. 2  Lailatus Siami, dkk .157

(a) NOx (b) NO2 (c) CO

(d) PM10 (e) VOC

Gambar 4. Beban Emisi Spasial di Kota Jakarta Tahun 2012

Hasil Skenario Matriks Penanganan Transportasi disusun dari RPJMD (Rencana Jangka Pendek Menengah) Kota Jakarta Tahun 2012 – 2017. Rekapitulasi tiga skenario terpilih dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Pemilihan Skenario

Skenario Peralihan Biaya Letak pada Memicu Kontrol /penurunan (USD/km) beban emisi pertumbuhan paska volume jumlah kendaraan konstruksi kendaraan Skenario 1 14% 0,5 – 2,5 Juta Dekat beban Tidak Mudah (elevated emisi sedang BRT) Skenario 2 40% 535,09 – Dekat beban Ya Mudah (Jalur Tol) 1.354,09 Juta emisi tinggi Skenario 3 44% - Dekat beban Tidak Sulit (ERP) emisi tinggi Sumber : kompilasi berbagai sumber

158 Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 20 No. 2  Lailatus Siami, dkk.

Berdasarkan lima variabel di atas skenario yang terpilih pada perencanaan penanganan transportasi DKI Jakarta adalah skenario 2. Pengembangan jalan untuk memenuhi mobilitas kendaraan pribadi telah memicu peningkatan rata – rata kepemilikan kendaraan (Mochtar M et al, 2006). Peralihan kendaraan pribadi kepada angkutan massal dapat mengurangi volume kendaraan dan memicu penurunan perilaku berkendara pada masyarakat (Han, 2010). Sehingga, untuk menghindari pertumbuhan kendaraan, maka pada jalur tol Ulujami – Kebun Jeruk ini direncanakan dilewati angkutan massal bus. Pengoperasian bus dapat mengurangi polutan primer dan sekunder. Peralihan moda kendaraan dari mobil dan motor ini memungkinkan perubahan rasio VOC/NOx di atmosfer (Nugroho, 2010). Berdasarkan beban emisi spasial setelah dilakukan skenario terpilih, Kecamatan Cengkareng dan Grogol masih menjadi beban emisi dengan kecenderungan tinggi untuk semua jenis polutan. Seperti dapat dilihat pada gambar 5 di bawah ini.

(a) NOx (b) NO2 (c) CO

(d) PM10 (e) VOC

Gambar 5. Beban Emisi Spasial Hasil Skenario di Kota Jakarta

Jurnal Teknik Lingkungan Vol. . 20 No. 2  Lailatus Siami, dkk .159 KESIMPULAN Berdasarkan hasil inventarisasi emisi dari sektor tranportasi pada segmen jalan di DKI Jakarta, beban emisi sebesar 65938.48 ton/tahun untuk polutan NOx. Polutan NO2 sebesar 67143,85 ton/tahun. Polutan CO sebesar 973734,26 ton/tahun. Polutan PM10 sebesar 6811,34 ton/tahun. Dan polutan VOC sebesar 264007.14 ton/tahun. Beban emisi tertinggi adalah CO sebanyak 70,68% dari total semua jenis polutan. Skenario terpilih adalah pembungunan tol JORR W2 (Jakarta Outer Ring Road West–2) yang bisa digunakan untuk akses jalur bus. Dari skenario 2, didapatkan penurunan beban emisi sebesar 2% untuk polutan NOx; 1,6% untuk polutan NO2; 0,4% untuk polutan CO; 0,8% untuk polutan PM10 dan untuk 0,1 % VOC.

DAFTAR PUSTAKA Alvinsyah Z.A. Impact on The Existing Corridor due to Implementation of New Public Transport Corridor (Case Study: Jakarta BRT Systems). The Eastern Asia Society for Transportation Studies 2005; 6: 467 – 479 Arifin Z.N. 2012. Route Choice Modeling Based On Gps Tracking Data: The Case Of Jakarta. Dissertation Badan Lingkungan Hidup Kota Jakarta 2012, diakses pada 4 february 2012, Badan Pusat Statistik, 2011. Jakarta Dalam Angka 2011. Jakarta. Both AF, Westerdahl D, Fruin S, Haryanto B, Marshall JD. Exposure to Carbon Monoxide, Fine Particle Mass, and Ultrafine Particle Number in Jakarta, Indonesia: Effect of Commute Mode. Science of the Total Environment 2013; 443: 965–972. Darmanto, N. 2012. Analisis Distribusi Pencemar Udara SO2, NO2, CO, PM10, dan O3 di Jakarta dengan WRF-Chem, Tesis ITB. Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta, 2012. Dinas Perhubungan Dalam Angka Tahun 2012. Jakarta Departemen Pekerjaan Umum, 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), Direktorat Jenderal Bina Marga, Indonesia. European Environment Agency, 2013. EMEP/EEA air pollutant emission inventory guidebook 2013. Technical Guidance to Prepare National Emission Inventories EEA Technical Report No 12/2013. ISSN 1725-2237. Ferdiansyah R. Kemungkinan Peralihan Penggunaan Moda Angkutan Pribadi ke Moda Angkutan Umum Perjalanan – Jakarta, 2009; 20: 3 Foo, T.S. An Advanced Demand Management Instrument in Urban Transport: Electronic Road Pricing in Singapore. Cities 2000; 17 (1): 31–49. Han, S.S. Managing Motorization in Sustainable Transport Planning: The Singapore Experience. Journal of Transport Geography 2010; 18: 314–321 J. Schneider, W. Spangl, L. Moosmann, C. Nagl. 2007. Representativeness and Classification of Air Quality Monitoring Stations. Leihitu, D.D.J., Analisa Perbandingan Perhitungan Kapasitas Metode MKJI 1997 dengan Perhitungan Kapasitas Menggunakan Metode Greenshields, Greenberg dan Underwood Jurnal Penelitian Dosen Fakultas Teknik Universitas Darwan Ali 2012; Vol 1 Lestari, P. 2006. Pengembangan Profil Sumber (Source Profile) Pada Kendaraan Bermotor. SIDA Research Project Report Liu, WT, Chen SP, Chang CC, Yang, CFO, Liao, WC, Su, YC, Wu, YC, Wang, CH, Wang, JL, Assessment of Carbon Monoxide (CO) Adjusted Non-Methane Hydrocarbon (NMHC) Emissions of a Motor Fleet - A long Tunnel Study. Atmospheric Environment 2014; 89: 403–414 Mochtar MZ, Hino Y. Principal Issues to Improve the Urban Transport Problems in Jakarta. 2006; 4; 31–38

160 Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 20 No. 2  Lailatus Siami, dkk.

Nugroho, S.B., Fujiwara A., Zhang J. The influence of BRT on The Ambient PM10 Concentration at Roadside Sites of Trans Jakarta Corridors. Procedia Environmental Sciences 2010; 2: 914–924 Nur, Y., Lestari, P., Uttari, I., 2010. Inventori Emisi Gas Rumah Kaca (CO2 dan CH4) Dari Sektor Transportasi di DKI Jakarta Berdasarkan Konsumsi Bahan Bakar Onursal, B., Gautam, S., 1997. Vehicular Air Pollution: Experiences from Seven Latin American Urban Centers, World Bank Technical Paper No: 373. The International Bank of Recontruction and development, Washington DC, USA. Pant P, Harrison R.M., Estimation of The Contribution of Road Traffic Emissions to Particulate Matter Concentrations From Field Measurements: A review 1, Atmospheric Environment, 2013, 77: 78–97 Prayudyanto, M.N., Tamin, O.Z., Driejana, R., umami, D., Will Jakarta Road Pricing Reduce Fuel Consumption and Emission. The Eastern Asia Society for Transportation Studies, Vol.9, 2013 Putranto, L.S., 2010. Evaluation of Space Mean Speeds Of Road Links Surronding New Developments in Jakarta. The Seventh Asia Pacific Conference on Transportation and the Environment. 3 – 5 June 2010 Rencana Pendek Jangka Menengah Daerah DKI Jakarta 2012 – 1017, 2012. SATURN – Simulation Assignment of Traffic in Urban Road network Manual – version 11.2 2013 Sofyan, A., Kitada, T., and Kurata, G. Difference of Sea Breeze in Jakarta Between Dry and Wet Seasons: Implication in NO2 and SO2 Distributions in Jakarta. Journal of Global Environment Engineering, 2007; 12: 63-85 Susilo YO, Joewono TB, Santosa W, Parikesit D. 2007. A Reflection of Motorization and Public Metropolitan Area Widodo CE, Kidokoro T, Implementing Transit-Oriented Development (TOD) in A Developing City: Residents’ Perception on TOD in Jakarta, Indonesia AESOP 26th Annual Congress. 11-15 July 2012. METU, Ankara Sunggiardi R, Putranto LS, Motorcycle Potential Problems In Jakarta. Jurnal Transportasi 2009; 9 (2): 117-126

Jurnal Teknik Lingkungan Vol. . 20 No. 2  Lailatus Siami, dkk .161