perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

MODEL PROPAGANDA SOBSI MELALUI KEBUDAYAAN

DAN OLAHRAGA TAHUN 1961–1965

Taraf revolusi nasional , telah menemukan garis persatuan

dibawah pimpinan Soekarno. Garis persatuan tersebut ada teori dan praktek yang

ditarik ke dalam , Manipol dan Ide Nasakom.1 Kekuatan garis tersebut

terbentuk berkat hukum-hukum sejarah dan perkembangan gerakan kemerdekaan

nasional sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu. Persatuan tersebut tercapai dan

dikembangkan terus selama masyarakat Indonesia pandai mematuhi hukum-

hukum, dapat menafsirkan, serta menyesuaikannya dengan perkembangan zaman.

Garis Pancasila, Manipol, dan Ide Nasakom telah didukung oleh front

persatuan revolusioner. Mereka adalah tenaga-tenaga sosial progresif,

berkonsentrasi pada kelas buruh dan tani yang setiap hari semakin mengerti akan

kesadaran dalam gerak masyarakat. Sesuai dengan harapan bahwa

golongan-golongan tersebut menjadi sokoguru revolusi nasional Indonesia dalam

taraf nasional dan demokrasi sebagai pelopor kaum marhaen.

Sifat demokrasi dari revolusi nasional Indonesia tergantung dari

kesanggupan masyarakat untuk memelihara sifat kerakyatan dari setiap gerakan

dibidang politik. Terutama dalam penanggulangan masalah-masalah ekonomi dan

1 Prasaran oleh Sitor Situmorang (Ketua Umum LKN), Garis Bung Karno:Garis Nasakom disektor Kebudayaan, Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia, RA. 22 No. 317, DN SOBSI:commit toBerkas user bulan Juni 1963 tentang KEBORA.

45

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id46

2 usaha-usaha kebudayaan. Pada masa itumasih ada “front” kontra-revolusioner

yang menegaskan secara objektif. Akibat yang terjadi yaitu masyarakat pro-

revolusioner melakukan gerakan persatuan nasional dibidang kebudayaan.

Propaganda kebudayaan kemudian digunakan Sukarno untuk

mempertahankan kekuasaan. Kepribadian nasional selalu didengung-dengungkan

dalam setiap pidatonya untuk menyadarkan rakyat bahaya Imperialisme Barat.

Pemerintah menyatakan bahwa revolusi nasional bukan hanya revolusi yang

bersifat fisik, namun juga revolusi mental.3

Aksi Sukarno dalam kebudayaan tidak lepas dari propaganda politik.

Menurut Dan Nimmo dalam bukunya The New Propaganda: The Dictatorship of

Palaver in Contemporary Politics, propaganda politik adalah usaha yag dilakukan

dengan menonjolkan ide-ide politik, untuk menggerakan masyarakat agar

melakukan apa yang tidak mungkin mereka lakukan.4

Imperialisme Barat tersebut membahayakan kaum buruh di Indonesia.

SOBSI sebagai klas buruh terbesar di Indonesia memiliki “Tata Tertib Sentral

Biro SOBSI” yang salah satu isinya menerangkan bahwa mereka senantiasa siap

5 menghadapi keadaan yang paling berat, termasuk melawan Imperialisme Barat.

Seperti yang tercantum dalam pelaksanaan Plan 3 Tahun SOBSI, yaitu semua

2 Ibid. 3 Dwi Aris Subakti, Pemboikotan Film Amerika oleh PAPFIAS Dalam Rangka Propaganda Politik “Kepribadian Nasional” Tahun 1964, (Surakarta: UNS. skripsi, 2006), hlm. 45. 4 Ibid. 5 Tata Tertib Sentral Biro SOBSI, Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia, RA. 22 No. 48, DNcommit SOBSI: to Berkasuser tanpa tanggal tentang Tugas Sentral Biro SOBSI. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id47

kegiatan badan organisasi dititikberatkan pada mengkombinasikan setiap aksi

6 untuk perluasan hak-hak demokrasi, sosial ekonomi, dan kebudayaan.

A. Plan 3 Tahun SOBSI

Propaganda bukan saja dalam peri kehidupan sehari-hari, tetapi juga dalam

rangka usaha Pemerintah menggalakkan pembangunan untuk masa-masa yang

akan datang. Propaganda merupakan alat persuasi untuk menggerakkan massa.

Propaganda diartikan memberikan penerangan positif yang mendorong aktivitas

massa berdasarkan kebenaran dan tidak membohongi rakyat seperti yang

dilakukan oleh negara diktatorial dalam menjalankan indoktrinasinya.7

Pada 1 Januari 1961 SOBSI mengumumkan rencana tiga tahun yang

ambisius yaitu Plan 3 Tahun Pertama SOBSI, antara lain tindakan pada perluasan

anggota dan Plan pendidikan. Plan 3 Tahun Pertama tersebut merupakan bentuk

kegiatan kongkrit untuk memperbesar tubuh SOBSI serta mempertinggi

kemampuan kader-kader SOBSI yang berarti mempertinggi daya juang kaum

8 buruh Indonesia. Pelaksanaan Plan 3 Tahun Pertama tidak lepas dari kegiatan-

kegiatan semua badan organisasi dengan mengkombinasikan setiap aksi untuk

perluasan hak-hak demokrasi, sosial ekonomi, dan kebudayaan. Dewan Nasional

(DN) SOBSI membuat peraturan di mana terdapat kompetisi-kompetisi antar

6Petundjuk No. 10/E/60, Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia, RA.

22 No. 76, DN SOBSI: Berkas tanggal 24 April 1961 tentang Program Kerdja Pelaksanaan Plan Tiga Tahun SOBSI Untuk Tahun Pertama 1961.

7 Santoso Sastropoetro, PROPAGANDA: Salah Satu Bentuk Komunikasi Massa, (Bandung: Penerbit Alumni, 1983), hlm. 15. 8 Program Kerdja Pelaksanaan Plan Tiga Tahun SOBSI untuk Tahun Pertama 1961, Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia, RA. 22 No. 76, DN SOBSI: Berkas tanggal 24 Aprilcommit 1961 todi user Jakarta Tentang Penyampaian Plan Kebawah dan Menciptakan Syarat-syarat Pelaksanaan Plan 3 Tahun SOBSI. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id48

daerah, antar cabang, dan antar basis satu bidang pekerjaan yang bertujuan

meningkatkan semangat para buruh dalam melaksanakan Plan 3 Tahun Pertama.

Organisasi tersebut kemudian mengadakan “Plan 3 Tahun Pertama SOBSI” yang

dilaksanakan pada tahun 1961–19639. Plan tersebut juga bertujuan sebagai

alternatif dalam memperkuat persatuan nasional untuk melawan imperialisme dan

feodalisme.

Propaganda SOBSI melalui Kebudayaan dan Olahraga tidak lepas dari

Plan 3 Tahun SOBSI. Plan tersebut menitikberatkan 3 mata plan yaitu perluasan

anggota, perluasan pendidikan, dan perluasan pemasukan keuangan. Pada plan

pendidikan terdiri dari:

1. Sekolah guru SOBSI Cabang 2. Sekolah guru SOBSI Daerah 3. Sekolah OB atau KOB yang ditujukan untuk mendidik sebanyak- banyaknya Kepala Kelompok atau aktivis lainnya. 4. Jatah tenaga guru penuh di pusat sampai di OB/KOB 5. Perluasan kursus PBH 6. Perluasan peredaran Brosur 7. Perluasan rombongan koor/kecakapan menyanyi

8. Perluasan Ceramah Manipol dan ceramah lainnya 9. Perluasan rombongan olahraga 10. Pelaksanaan kerja bakti.10

Konsep tersebut adalah satu-satunya program kerja SOBSI yang dimulai

sejak tahun 1961 dan berakhir tahun 1963. Plan 3 Tahun SOBSI adalah Plan yang

9 Organisasi Lebih Baik Kegiatan Kesenian dan Olahraga, Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia, RA. 22 No. 316, DN SOBSI: Berkas Bulan Juni

1963 di Jakarta Tentang Lawan Kebudayaan Imperialis dan Tingkatkan Kebudayaan Kaum Buruh.

10 Tentang Masalah Mata Plan dan Pelaksanaanya, Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia, RA. 22 No. 63, DN SOBSI: Berkas tanggal 9 Juni 1962, Jakarta tentang Pelaksanaancommit Perluasan to user Anggota dan Organisasi. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id49

11 menyeluruh, banyak mencakup segala bidang dan bersifat nasional. Tujuan

program tersebut adalah untuk memperkokoh organisasi SOBSI dan Serikat

Buruh yang tergabung didalamnya serta meningkatkan perluasan persatuan kaum

buruh Indonesia. Tujuan lain dari program tersebut juga mengintensifkan

pengembangan kekuatan progresif dan demokratis di Indonesia, menekan

kedudukan para musuh kaum buruh dan rakyat, yaitu imperialisme dan

feodalisme.12 Plan 3 Tahun ketika dilaksanakan oleh seluruh massa kaum buruh

dan dikooordinasikan serta dipimpin secara intensif.

Fase pertama pelaksanaan Plan 3 Tahun SOBSI telah ditetapkan oleh

Konferensi Nasional Pertama pada tahun 1961, yaitu mencapai 25%. Pelaksanaan

tahapan pertama mempunyai kedudukan dan peranan penting, karena pertama kali

organisasi SOBSI dan Serikat Buruh dijalankan secara umum. Pelaksanaan

tersebut dilakukan baik secara nasional maupun daerah, lokal, ataupun secara

lapangan kerja. Semua tingkat organisasi dituntut untuk melaksanakan tugas

mengkonsolidasi organisasi secara terus-menerus, secara sistematis dan

terpimpin.13 Pelaksanaan Plan 3 Tahun tahapan pertama menyinggung kegiatan-

kegiatan semua badan organisasi dari atas sampai ke bawah, terutama pada

11 Plan adalah salah satu program kerja SOBSI. Plan ini dilaksanakan dalam jangka waktu tiga tahun. Plan Tiga tahun pertama pada tahun 1961-1963 dan plan Tiga tahun kedua pada tahun 1964-1966. Program plan tiga tahunan

SOBSI bertujuan untuk memperbanyak anggota dan memperbaiki kualitas anggota lewat pendidikan di sekolah-sekolah SOBSI. 12 Laksanakan Plan 3 Tahun SOBSI untuk Memenangkan Persatuan atas Perpecahan, Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia, RA. 22 No. 76, DN SOBSI: Berkas tanggal 3 Maret 1961, Jakarta tentang Memperkuat SOBSI

Cabang adalah Kunci Berhasilnya Plan 3 Tahun Organisasi dan Pendidikan. 13 Fase Pertama Pelaksanaan Plan 3 Tahun Pada Pokoknja Telah Tertjapai, Koleksi Arsip Nasionalcommit Republik to user Indonesia, RA. 22 No. 63, DN SOBSI: Berkas tanpa tahun. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id50

kombinasi setiap aksi untuk perluasan hak demokrasi, sosial ekonomi,

14 kebudayaan, dan lain-lain dengan aktivitet pelaksanaan Plan.

Plan 3 Tahun SOBSI tentang Perluasan Anggota/Organisasi dan Plan

Pendidikan dimulai pada bulan Januari 1961. Program tersebut merupakan bentuk

kegiatan kongkrit untuk memperbesar tubuh SOBSI serta mempertinggi

kemampuan kader-kader SOBSI, yang berarti mempertinggi daya juang kaum

buruh Indonesia. Pada tanggal 17 Agustus 1963 Plan 3 Tahun telah dilengkapi

dengan Plan Kebudayaan, yaitu untuk mempertinggi taraf pendidikan umum dan

vaksentral15 bagi semua kader dari tingkat pusat sampai para aktivis di OB.16 Plan

kebudayaan tersebut merupakan terapan dari 3 mata plan terpenting dalam

SOBSI, yaitu mengenai perluasan pendidikan. Dewan Nasional SOBSI pada Plan

3 Tahun SOBSI tentang Kebudayaan dan Olahraga menekankan 4 hal yang harus

dilakukan DD SOBSI dan anggotanya hingga akhir tahun 1963, antara lain:

1. Pada akhir tahun 1963, semua anggota sudah dapat menyanyikan lagu-

lagu: Indonesia Raya, Internasionale, Bendera Merah dan Lagu 1 Mei.

2. Pada akhir tahun 1963, DD SOBSI Jakarta Raya dan SOBSI-SOBSI Cabang di Ibu Kota-Ibu Kota Daswati (Kecamatan) I dan bekas Ibu

14 Petundjuk No.10/E/60, Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia, RA. 22 No. 76, op.cit. 15 Laporan umum DN.SOBSI pada Kongres Nasional ke-III bulan Agustus tahun 1960 di Solo antara lain menyatakan SOBSI telah merupakan satu

vaksentral yang terbesar di Indonesia, sehingga SOBSI juga merupakan vaksentral revolusioner yang terbesar diluar kubu sosialis. Lihat Jadikan Turba

Progaram Harian Semua Badan Pimpinan Organisasi SOBSI Dan SB-SB Anggotanya Untuk Mensukseskan Plan, Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia, RA. 22 No. 160, DN SOBSI: Berkas September 1964, Jakarta. 16 Program Gerakan Akhiran (Gerakan Keuangan Kongres SOBSI Juli- Agustus 1964), Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia, RA. 22 No. 130, DN SOBSI: Berkas tanggal 5 Januaricommit 1964 to, user Jakarta tentang Perhebat Kompetisi Memenuhi Jatah Gerakan Akhiran Plan 3 Tahun Pertama SOBSI. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id51

Kota Karesidenan sudah memiliki regu koor buruh yang jumlah anggotanya minimal 25 orang.

3. Pada akhir tahun 1963, dapat diselenggarakan Konferensi Nasional tentang kegiatan dibidang KEBORA.

4. Pada akhir tahun 1963, DD SOBSI Jakarta Raya dan SOBSI-SOBSI Cabang di Ibu Kota-Ibu Kota Daswati I dan bekas Ibu Kota Karesidenan sudah memiliki tim-tim olahraga, seperti: Bulutangkis, 17 Ping-pong dan Catur.

Konferensi Nasional plan yang diselenggarakan pada tanggal 2-4 April

1964, telah berhasil menyusun Plan 3 Tahun Kedua SOBSI tentang Organisasi,

Pendidikan, dan Kebudayaan. Plan SOBSI dalam rencana tiga tahun tersebut,

mengadakan konferensi nasional tentang kegiatan Kebudayaan dan Olahraga

(KEBORA) baik di tingkat daerah maupun tingkat nasional. SOBSI memiliki

banyak rencana dalam kebudayaan dan olahraga, antara lain adalah pendidikan,

Pemberantasan Buta Huruf (PBH), paduan suara, kesenian, kesusastraan, dan

organisasi olahraga. Kegiatan Plan tersebut dilaksanakan dengan 3M, yaitu

Mudah, Massal, dan Murah. Beberapa kegiatan yang mendapat perhatian dari

segenap pimpinan SOBSI dan Serikat-Serikat Buruh antara lain bidang kesenian,

koor kaum buruh, dan olahraga.

Dalam Edaran Dewan Pimpinan Pusat (DPP) No.05/Ed/Org/1963, tanggal

17 Januari 1963 telah ditetapkan pokok-pokok ketentuan jatah-jatah Plan Tahun

1963. Mengenai Kebora ditentukan tiap Ranting golongan A, B, dan C sudah

memiliki grup Koor dan Cabang Kesenian, dan Ranting golongan A dan B

memiliki 1 Cabang Olahraga.

17Plan 3 Tahun SOBSI (Perluasan Anggota/Organisasi dan Pendidikan SOBSI), Koleksi Arsip Nasional Republikcommit to Indonesia, user RA. 22 No. 76, DN SOBSI: Berkas tanggal 19 April 1961, Jakarta tentang Kebudayaan dan Olahraga. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id52

Pasca Konferensi Plan SOBSI pada April 1963, Dewan Nasional SOBSI

melengkapkan Plan 3 Tahun SOBSI dengan Plan Kebudayaan SOBSI (Edaran

DN SOBSI No.05/A/63, tgl. 25-4-1963) untuk meningkatkan pendidikan umum

kader-kader SB dan meluaskan pendidikan vaksentral menurut kebutuhan SB.

SOBSI mendapat jatah Plan Kebudayaan pada tahun 1963, antara lain:

1. 20% dari anggota DPP Pleno sudah masuk Akademi/Universitas. 20% dari anggota DPP Pleno masuk Universitas Rakyat (UNRA) atau Sekolah Menengah Atas (SMA), 20% dari pemimpin-pemimpin Ranting yang menjadi anggota Dewan Cabang SOBSI masuk Panti Pengetahuan Rakyat (PANPERA) atau Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan 20% dari pimpinan Ranting dan Kepala Seksi masuk Balai Pengetahuan Rakyat (BAPERA) atau sekolah setingkat SMP dan diperuntukkan kepada anggota yang baru memiliki ijasah Sekolah Dasar (SD).18 2. Mengadakan rapat kerja dan kursus petugas-petugas Dewan Perusahaan. 3. Mengadakan rapat kerja ranting-ranting kebun Swasta untuk menetapkan pendidikan vaksentral yang diperlukan. 4. Menyelenggarakan pendidikan bagi pemimpin-pemimpin Koor Ranting.19

18 Prinsip pendidikan dalam sekolah-sekolah SOBSI adalah bahwa sekolah-sekolah SOBSI juga merupakan sekolah politik dan sekolah untuk ilmu

vaksentral, disamping pembelajaran kurukulum formal. Arah dan tujuan pokoknya adalah supaya sekolah-sekolah ini mendidik aktivis organisasi untuk

“tahu aksi,” “tahu organisasi,” “tahu produksi” dan “tahu revolusi”. Dengan menguasai empat pengetahuan tersebut diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai garis aksi SOBSI, pentingnya plan dan ketentuan-ketentuan organisasi,

juga untuk memahami sifat revolusi Indonesia waktu itu dimata SOBSI yang nasional demokratis dan bertujuan menuju sosialisme. Lihat Pengumuman Dan

Petunjuk Tentang pendidikan No. 35/org/IV/64, Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia, RA. 22 No. 324, DN SOBSI: Surat-surat tanggal 22 Juni 1964 – 19 Juli 1964 tentang mendirikan sekolah SOBSI.

19 Dewan Pimpinan Pusat Sarekat Buruh Perkebunan Republik Indonesi, Koleksi Arsip Nasional Republikcommit Indonesia to ,user RA. 22 No. 314 DN SOBSI: Berkas tanggal 29 Mei 1963, Jakarta, tentang Plan Kebudayaan SOBSI. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id53

B. Kegiatan KEBORA Buruh yang Berkepribadian Nasional untuk Melawan Imperialis Amerika Serikat

1. Kebudayaan Buruh Berkepribadian Nasional

Pada tanggal 24-26 Juni 1963 mengenai KEBORA dalam Prasaran oleh

Sitor Situmorang dijelaskan bahwa dalam Manipol, Soekarno menegaskan

kegiatan kebudayaan terpimpin sebagai unsur demokrasi terpimpin.20 Aspirasi

nasional Indonesia dibidang ekonomi senyawa dengan aspirasi nasional

dibidang kebudayaan, yaitu sebagai aspirasi rakyat, mencapai ekonomi dan

kebudayaan yang demokrasi dan nasional, bebas dari dominasi imperialis dan

kolonialis.

Kegiatan yang progresif adalah kegiatan yang mengambil kekuatan dari

revolusi kebudayaan yang berspektif sosialisme. Kegiatan kebudayaan yang

progresif harus bertanggungjawab penuh kepada pemupukan kepemimpinan

politik revolusioner dari masyarakat Indonesia, dan menolak propaganda

imperialis yang menginginkan dominasi atas Indonesia, dengan teori

“kebudayaan terpisah dari politik”, dan “sport terpisah dari politik”.

Indonesia dengan Nasakom diikatkan kepada kepemimpinan Soekarno,

yang sejak semula mereka anggap “komunis”. Hal tersebut sesuai dengan

rumusan yang disetujui oleh markas besarnya di Eropa Barat, yaitu markas

besar dari gerakan yang bernama “Congress for Cultural Freedom (Kongres

21 untuk kebebasan kebudayaan)”.

20 Prasaran oleh Sitor Situmorang (Ketua Umum LKN), Garis Bung Karno:Garis Nasakom disektor Kebudayaan, Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia, RA. 22 No. 317, op.citcommit. to user 21 Ibid. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id54

Gerakan-gerakan kemerdekaan nasional yang menghancurkan

kepentingan-kepentingan negara-negara imperialis Eropa Barat dan Amerika

akan dicap komunis. Mereka tidak perduli apakah kebebasan dan kemerdekaan

juga berlaku untuk bangsa-bangsa terjajah. Kemerdekaan bangsa-bangsa

terjajah mendapat perhatian sepanjang berkaitan langsung dengan bangsa-

bangsa Eropa. Kemerdekaan Asia-Afrika dan Amerika Latin dianggap

ancaman terhadap kemerdekaan kebudayaan. Kebudayaan dikalangan bangsa-

bangsa Asia-Afrika, dianggap harus berlaku universal, sempurna dan bersifat

final.

Kunci pengertian tentang isi sosial revolusi yang terdapat dalam

Manipol dan diperinci dalam Dekon. Isinya mengarah kepada sendi-sendi

pembangunan ekonomi dan kebudayaan sebagai kesatuan, berpusat pada

kemanusiaan dan kebudayaan yang terkandung dalam: Landreform, Undang-

Undang Bagi Hasil, dan Dewan Perusahaan. Atas dasar tersebut semangat dan

jiwa rakyat, puluhan juta menginginkan tanah dan keadilan sosial. Ratusan

buruh bersuara dalam penanggulangan masalah-masalah ekonomi perusahaan.

Masalah-masalah tersebut menimbulkan rasa kemanusiaan, keadilan, dan

bukan perkataan secara abstrak saja.

Munculnya nilai-nilai kebudayaan dalam kaum marhaenis, mengawali

kemunculan ide drama, ide puisi yang hidup, lagu-lagu kehidupan sesuai

pengalaman. Seperti yang dikatakan Aidit dalam pesannya kepada konferensi

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id55

sastra Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) di Medan menganjurkan bahwa:

22 Integrasikanlah dirimu secara total dengan nasib dan perjuangan buruh.

Beberapa soal organisasi untuk mengembangkan persatuan kaum buruh

mengembangkan gerakan buruh muda dalam Serikat Buruh. Buruh Muda

adalah sumber penggerak yang mempunyai kepentingan pendidikan lebih

banyak dibandingkan dengan buruh tua. Buruh muda mempunyai kepentingan

olahraga dan melaksanakan kebudayaan yang lebih intensif.23 SOBSI

merupakan kelas buruh terbesar pada masa Demokrasi Terpimpin dan

pengaruhnya begitu kuat bagi para buruh di seluruh Indonesia.

SOBSI Cabang dan OB mengorganisasi dan memelihara cabang-cabang

kesenian dan kesusastraan di lapangan kerja, dan di daerah-daerah berdasarkan

prinsip 4M (Massal, Mudah, Murah, dan Meninggi) serta merapatkan

kerjasama dengan Lekra dan organisasi Rakyat lainnya.24 Prinsip 4M tersebut

merupakan semboyan dalam rangka mengkonsolidasi pekerjaan SOBSI di

bidang KEBORA. SOBSI menyadari bahwa kegiatan KEBORA yang

dilakukan harus disatu pihak meluas, dan dipihak lain meninggi.25

22 Ibid. 23 Beberapa Soal Organisasi yang perlu dipecahkan untuk Memperkembang Persatuan Kaum Buruh dan Memperkuat SOBSI, Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia, RA. 22 No. 60, DN SOBSI: Berkas tanggal 3 Mei

1956 di Jakarta Tentang Buruh Muda.

24 Kebudayaan, Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia, RA. 22 No. 153, DN SOBSI: Berkas tanggal 3 April 1964 di Jakarta Tentang Organisasi, Pendidikan, dan Kebudayaan. 25 Intensifkan Penggarapan Seni Musik dan Seni Drama Buruh, Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia, RA. 22 No. 326, DN SOBSI: Berkas tanggal 12 Juli 1964, Jakarta tentang seni commitmusik dan to user seni drama buruh. Disampaikan oleh: S.W. Kuncahyo. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id56

Pengkonsolidasian yang dilakukan SOBSI lebih menyempurnakan

kegiatan dalam arti mempertinggi kualitas politik maupun artistiknya. Mereka

lebih mendalami suatu bidang kegiatan dengan riset dan mengembangkan

kritik massa. Dua konfernas telah meletakan garis umum di bidang KEBORA.

Konfernas pertama merumuskan garis–garis SOBSI tentang kegiatan

KEBORA yang dilakukan mulai permasalahan kegiatan, sampai ke prinsip–

prinsip kegiatan yang harus dipatuhi. Konfernas yang kedua sudah

merumuskan Plan kegiatan KEBORA SOBSI yang sudah disempurnakan lagi

oleh konfernas Plan. Masalah kebudayaan dijadikan salah satu mata-plan

titikberat dalam plan 3 tahun SOBSI.

Pada Konfernas KEBORA yang pertama, kegiatan yang dilakukan

adalah menjadikan KEBORA sebagai senjata perjuangan kaum buruh untuk

meningkatkan taraf kebudayaan dan mengganyang kebudayaan imperialis.

Kegiatan KEBORA SOBSI berpedoman “Politik SOBSI sebagai Panglimanya”

26 memihak dan melawan musuh–musuh kaum buruh dan rakyat. Kegiatan

tersebut dilakukan secara revolusioner dan dapat dimengerti oleh kaum buruh

dan rakyat. Tujuannya agar dapat menggugah, membangkitkan dan

memobilisasi mereka untuk merebut kemenangan–kemenangan dalam

perjuangan dengan bentuk nasionalisme dan kerakyatan.

Mengenai 5 mataplan pada Plan 3 Tahun Kedua SOBSI yakni 3 Meluas

dan 2 Meningkat (meluas anggota; meluas pemasukan uang iuran dan

26 Kembangkan Kegiatan KEBORA Buruh Yang Berkepribadian Nasional Untuk Melawan Kebudayaan Imperialis AS , Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia, RA. 22 No. 127, DNcommit SOBSI: to user Berka s tanggal 25 September 1964, Jakarta tentang Melawan kebudayaan Imperialis. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id57

konsolidasi; meluas pendidikan; serta meningkatkan jumlah dan kualitas tenaga

penuh; dan meningkatkan kebudayaan kader, aktivis, dan kaum buruh).

27 Kegiatan KEBORA merupakan jatah perluasan dalam bidang pendidikan.

Menghadapi kegiatan kaum buruh maka kaum reaksi tidak tinggal

diam. Kaum imperialis maupun agen–agennya di dalam negeri, yaitu kaum

komprador, kapitalis birokrat dan tuan tanah feodal, terlebih lagi setelah

usahanya dibidang politik mengalami kegagalan, mereka lebih

mengintensifkan serangannya dibidang kebudayaan. Neo-kolonialisme sebagai

bentuk baru dari kolonialisme yang berkembang terutama sesudah Perang

Dunia ke-II, menjadikan bidang kebudayaan daerah utama operasinya,

terutama di bidang film, lektur, dan musik ngak–ngik–ngok.28 Serangan mereka

bertujuan untuk memperburuk moral kaum buruh dan melumpuhkan semangat

juangnya. Permasalahan utama adalah dibidang film, yaitu film–film imperialis

AS merupakan 90% dari jumlah film–film yang beredar di tanah air. Lektur

mereka masih membanjir, lagu–lagu mereka setiap hari masih merecoki telinga

rakyat. Belum lagi tarian gilanya “Rock n Roll”, twist, dan sebagainya. Setelah

lagu ngak–ngik–ngok imperialis AS mulai diganyang, demikian pula tarian–

tarian gilanya, agen–agennya mengedarkan hal-hal yang semacam, hanya

dengan “Versi Indonesia”. Mereka bukan hanya menjiplak melodi dan irama,

tetapi segala yang negatif dari kebudayaan dekaden imperialis AS mereka

27 Jatah Tahun Pertama, Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia, RA.

22 No. 158, DN SOBSI: Berkas tanggal 15 Juli 1964 di Jakarta Tentang Sukseskan Gerakan Awalan Plan. 28 Intensifkan Penggarapancommit Seni to Musik user dan Seni Drama Buruh, Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia, RA. 22 No. 326, op.cit. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id58

terapkan, terutama pengaruh ideologinya, yang menanamkan individualisme,

avontarisme dan romantisme dangkal yang non-patriotik. Mereka sesuaikan

penyelundupannya itu dengan selera nasional yang kuat dan yang terpadu

dengan selogan “Tegakan Kepribadian Nasional”, dengan menggarap atau

lebih tepat merusak lagu–lagu nasional dan lagu–lagu daerah.

Serangan jahat kaum imperialis dan kaki tangannya, lebih berbahaya

dengan menjalarnya penyakit revosionisme modern dalam tubuh gerakan buruh

Internasional. Mereka tidak hanya menyusut lewat jalur politik tetapi juga

merambas lewat jalur kebudayaan. Berbagai dalih kaum revisionis modern

melucuti semangat revolusioner kaum buruh dan rakyat. Perjuangannya

mengguncang imperialisme dikepalai oleh imperialis AS sebagai musuh nomer

satu dan berbahaya dari kaum buruh/rakyat–rakyat sedunia.

Pendidikan revolusioner yang dilakukan oleh SOBSI dan SB–SB

anggotanya, serta oleh organisasi–organisasi revolusioner lainnya telah

mempertajam kewaspadaan kaum buruh dan membangkitkan perlawanan

mereka. Perlawanan tersebut diantaranya dengan aktivitas KEBORA yang

dilakukan dan dengan tuntutan tentang hak–hak kulturil kaum buruh yang

29 mereka ajukan.

SOBSI mengintensifkan para kadernya dibidang KEBORA, agar

bidang ini lebih terkonsolidasi. Pedoman umum yang sudah dimiliki SOBSI,

yaitu keputusan–keputusan Konfernas kebora ke-I dan ke- II, dan arah

29 Kembangkan Kegiatan KEBORA Buruh Yang Berkepribadian Nasional Untuk Melawan Kebudayaan Imperialiscommit to AS user , Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia, RA. 22 No. 127, op.cit. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id59

umumnya sudah ditunjukkan, yaitu yang termuat dalam Plan 3 tahun kedua

khususnya dibidang kebudayaan. Tidak hanya karena intensifnya kaum reaksi

menggunakan bidang tersebut, tetapi juga karena SOBSI menyadari arti

penting kebudayaa sebagai senjata perjuangan kaum buruh.

Kongres Nasional ke–IV SOBSI yang dilangsungkan di Istana Olahraga

Gelora Bung Karno Jakarta pada tanggal 17 s/d 27 September 1964 mencatat

perkembangan ofensif rakyat dalam mengganyang kebudayaan imperialis. Hal

tersebut dikarenakan semakin menanjaknya semangat anti imperialis AS

dikalangan kaum buruh dan rakyat.30

Kongres bulat sependapat untuk lebih memperhebat ofensif, mengingat

bahwa setelah gagal dalam usahanya dibidang politik dan ekonomi, kaum

imperialis dengan bantuan kakitangannya di dalam negeri serta kaum revisionis

modern, telah mengintensifkan agresinya melalui jalur kebudayaan. Serangan

kaum imperialis dibidang kebudayaan tidak kalah berbahayanya dibandingkan

dengan serangannya dibidang politik, ekonomi maupun militer. Hal ini terbukti

dengan masih cukup banyaknya kaum buruh berikut keluarganya serta

golongan–golongan rakyat lainnya, yang dalam soal politik sudah bersikap

revolusioner dan Manipolis, tetapi dalam soal kebudayaan masih belum

memiliki sikap yang tepat, atau yang secara popular disebut “politik kiri,

kebudayaan kanan”.

Kongres menandaskan supaya kegiatan kebora kaum buruh

dikembangkan dengan slogan “Ada aksi, ada kreasi” dan menitik beratkan

30 Ibid. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id60

kegiatan–kegiatan yang memenuhi 4M, agar lebih cepat menjangkau massa

kaum buruh sekeluarganya, seperti putusan Konfernas Drama dan Musik

31 SOBSI. Hubungan ini Kongres mendukung sepenuhnya putusan–putusan

Konfernas Sastra dan Seni Revolusioner (KSSR) yang berlangsung di Jakarta

pada tanggal 27 Agustus s/d September 1964, karena KSSR telah meletakkan

dasar–dasar yang tepat bagi pekerjaan revolusioner dibidang sastra dan seni,

untuk membina kebudayaan yang berkepribadian nasional seperti yang

ditekankan dalam TAVIP (Tahun Vivero PeriColoso)32, guna lebih baik lagi

mengabdikan sastra dan seni kepada rakyat pekerja, terutama buruh, tani dan

prajurit.

Kongres juga menyerukan kepada segenap kader dan aktivis SOBSI

terutama para petugas KEBORA. Petugas diwajibkan mempelajari dokumen–

dokumen KSSR dan menggunakannya sebagai pedoman dalam

mengembangkan kegiatan KEBORA, khususnya sastra dan seni. Manfaat dari

sastra dan seni yaitu membina kebudayaan yang berkepribadian nasional,

meminggirkan kaum Manikebuis dari segala bidang dan mengganyang

33 kebudayaan imperialis AS serta kebudayaan reaksioner lainnya.

31 Intensifkan Penggarapan Seni Musik dan Seni Drama Buruh, Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia, RA. 22 No. 326, op.cit. 32 Pada tahun 1964: Tahun Vivere Pericoloso (TAVIP), ketika itu PKI memanfaatkan pidato ini agar bangsa Indonesia mempunyai sikap yang lebih revolusioner. Lihat Sekretariat Negara Republik Indonesia, Gerakan 30

September (Pemberontakan Partai Komunis Indonesia: Latar Belakang, Aksi, dan Penumpasannya), (Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 1994), hlm. 39. 33 RA. 22 No. 127 DN commit SOBSI: to Berkasuser tanggal 25 September 1964, Jakarta, tentang Melawan Kebudayaan Imperialisme, op.cit. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id61

2. Olahraga Buruh Berkepribadian Nasional

Ciri pokok dari negara-negara Asia-Afrika atau negara-negara yang

baru merdeka dari genggaman kaum imperialis, ialah penyusunan dan

pembangunan negara baru yang menuju negara kemakmuran. Hal tersebut

untuk menunjukkan situasi sosial dibawah penjajahan bahwa didalam merdeka

kebudayaan jasmani dan rohani, materil dan spiritual juga harus lebih baik. Di

negara-negara baru ini umumnya terjadi kecenderungan percampuran negara

terhadap kegiatan-kegiatan kebudayaan dan sosial, demikian juga terhadap

olahraga. Di negara-negara yang baru lahir dan selesai dengan revolusi fisikn

umumnya gerakan olahraga masih erat hubungannya dengan revolusi.

Secara historis gerakan olahraga Indonesia bukan hanya erat

hubungannya dengan pergerakan nasional, tetapi gerakan olahraga itu sendiri

adalah bentuk dari manifestasi dari nasionalisme Indonesia dibidang sport.34

Pola politik adalah poros di mana roda masyarakat berputar. Selama alam

politik bercorak liberal, demikianlah gerakan olahraga Indonesia bergerak

liberal. Olahraga terpimpin tidak lepas dari Dekrit Presiden mengenai

Demokrasi Terpimpin. Setahun setelah pengesahan Demokrasi Terpimpin,

diadakan pemasangan tiang pancang pertama sadion Asian Games oleh

Presiden Soekarno.

34 Soerjono, Menyesuaikan KOGOR dengan Tuntutan Zamannya, Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia,commit RA. to22 userNo. 319, DN SOBSI: Berkas tanggal 1 Juli 1963 tentang Dalil KOGOR. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id62

Gambar. 2 Pemasangan Tiang Pancang Pertama Stadion Asian Games oleh Presiden Soekarno, Senayan Jakarta Selatan, 8 Februari 1960 Sumber: Arsip Nasional Republik Indonesia

Gambar. 3

Komplek Asian Games, Gelora Bung Karno, Istora Senayan dan Jembatan Semanggi terlihat dari potret udara, 15 Maret 1962

Sumber: Arsip Nasional Republik Indonesia

Gambar dua merupakan dokumen foto dalam kegiatan pemasangan

tiang pancang yang pertama stadion Asian Games di Senayang, Jakarta Selatan

pada 8 Februari 1960. Sedangkan gambar tiga adalah Komplek Asian Games

yang terlihat dari potret udara yang diambil pada 15 Maret 1962.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id63

Olahraga terpimpin di Indonesia dimulai dengan lahirnya KOGOR

(Komando Gerakan Olah Raga) sebagai pelaksanaan Keputusan Presiden

Republik Indonesia No.79 Tahun 1961. Konsederansi dari penetapan itu

mencerminkan kebutuhannya yaitu:

a. Lebih menjamin hasil-hasil perlombaan Asian Games ke-IV di Jakarta. b. Semua kegiatan dan usaha olahraga baik yang tergabung di dalam dan di luar Komite Olympiade Indonesia di bawah pimpinan dan pengawasan Dewan Asian Games Indonesia. c. Organisasi-organisasi olahraga merupakan badan pelaksana teknis sedangkan Komite Olympiade badan pembangtu dewan. d. Segala keperluan, baik yang berupa tenaga maupun yang berupa keuangan dan materiel untuk penyelenggaraan segala kegiatan atau usaha olahraga, diselenggarakan oleh Dewan Asian Games Indonesia. e. Segala penghasilan dan sumber keuangan yang didapat dari kegiatan usaha olahraga, baik secara langsung atau tidak langsung, penggunaannya diatur dan diselenggarakan oleh Dewan Asian Games Indonesia atau menurut ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Dewan. f. Pemasukan, pengedaran dan penggunaan semua jenis alat olahraga dalam wilayah Republik Indonesia terutama yang diperlukan untuk persiapan dan penyelenggaraan Asian Games ke-IV diatur dan diselenggarakan menurut perencanaan dan di bawah Pimpinan serta 35 pengawasan Dewan Asian Games Indonesia.

Pelaksanaan Asian Games diberikan kekuasaan kepada Menteri

Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan selaku Ketua Umum Dewan Asian

Games Indonesia. Kekuasaan sebagai Sekretaris Umum Dewan Asian Games

Indonesia adalah Menteri Penerangan. Kekuasaan sebagai Ketua Biro Team

Indonesia adalah Menteri Pertanian.

35 Soerjono, Menyesuaikan KOGOR dengan Tuntutan Zamannya, Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia,commit RA. to22 userNo. 319, DN SOBSI: Berkas tanggal 1 Juli 1963 tentang Dalil KOGOR. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id64

Penetapan Presiden No.79 tahun 1961 sama sekali tidak menyebut

KOGOR, tetapi sebagai follow up dari Keputusan No. 79 itu lahirlah satu

peraturan yang bernama “Peraturan tentang Pemusatan Kegiatan Olahraga

dalam Pimpinan Dewan Asian Games (No. B. 04/3/61)”. Dalam pendahuluan

peraturan itu bab I ditegaskan bahwa olahraga tidak untuk mensana

ineerporesano saja dan juga tidak untuk berekreasi belaka. Tapi untuk tujuan

yang lebih tinggi, yaitu untuk cita-cita nasional dan revolusi nasional.

KOGOR adalah bentuk terpimpin yang pertama kali di mana negara

mencampuri perkembangan olahraga. Seluruh ketentuan dari keputusan

Presiden No.79, diliputi oleh keadaan objektif. Keadaan objektif tersebut salah

satunya adalah menyinggung keadaan Sentral Organisasi Buruh (SOB).

KOGOR juga memiliki beberapa istilah-istilah militer sepert: Komandan,

Kepala Staf, Staf Komando, dan lain sebagainya. KOGOR tidak bertahan lama

karena masih memiliki unsure liberalism sehingga tidak sesuai dengan

Demokrasi Terpimpin, namun KOGOR sudah berperan penting untuk revolusi

Indonesia. Salah satu peran KOGOR adalah melakukan fungsinya terhadap

Asian Games dalam SOB untuk terselenggaranya Games Of The New

Emerging Forces (GANEFO) dan sebagai pengintegrasian gerakan sport

36 dengan policy pemerintah. Suksesnya GANEFO yang berlangsung di Jakarta

pada November 1963 yang dihadiri oleh negara-negara dan organisasi-

organisasi olahraga The New Emerging Forces (NEFO) , bukan hanya sekedar

peristiwa olahraga, tetapi juga sekaligus peristiwa politik yang penting. Oleh

commit to user 36 Ibid. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id65

karena itu SOBSI tidak hanya mendukung GANEFO tetapi juga membantu

secara aktif terkait dengan penyelenggaraan GANEFO.

C. Peran SOBSI Dalam Mengintensifkan Seni Musik Dan Seni Drama Buruh

Pengkonsolidasian yang dilakukan SOBSI dalam Konfernas KEBORA ke-

II yaitu lebih menyempurnakan kegiatan dalam arti mempertinggi kualitas politik

maupun artistiknya, antara lain lebih mendalami sesuatu bidang kegiatan dengan

riset, dan mengembangkan kritik massa. Bidang kegiatan yang kedua setelah

KEBORA adalah Seni Musik dan Seni Drama. Seni Musik dan Seni Drama

umumnya merata dikalangan kaum buruh disatu pihak, dan dipihak lain karena

kedua bidang itu merupakan media yang paling cepat dalam menggugah dan

membangkitkan kaum buruh baik mereka buta huruf maupun tidak.37

Pengertian Seni Musik dan Seni Drama menurut SOBSI ada dua bagian, yaitu:

1. Menurut bahasa yang digunakan:

a. Seni Musik Nasional atau Seni Drama Nasional menggunakan bahasa Indonesia. b. Seni Musik Daerah atau Seni Drama Daerah menggunakan bahasa

daerah. 2. Menurut Tehnik Penyajiannya: a. Seni Musik klasik atau Seni Drama tradisional menggunakan cara–

cara atau tehnik lama (Klasik/Tradisional). b. Seni Musik Modern atau Seni Drama Modern menggunakan cara– 38 cara atau tehnik baru (modern).

37 RA. 22 No. 127 DN SOBSI: Berkas tanggal 25 September 1964, Jakarta, tentang Melawan Kebudayaancommit Imperialisme, to user op.cit. 38 Ibid. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id66

Konsekuensi dari pembagian menurut cara itu, dapat dikenali Seni Musik

Nasional Klasik, Seni Musik Nasional Modern, Seni Musik Daerah Klasik, Seni

Musik Daerah Modern, Seni Drama Nasional Klasik, Seni Drama Nasional

Modern, Seni Drama Daerah Klasik dan Seni Drama Daerah Modern.

Pada saat itu, SOBSI melakukan penelitian tentang kehidupan dan

perkembangan kegiatan Seni Musik dan Seni Drama dikalangan kaum buruh agar

diketahui jenis–jenis yang digemari oleh kaum buruh, serta kehidupan dan

perspektifnya, untuk kemudian mengembangkan jenis–jenis itu dengan

membuangkan segi yang negatif agar secara lebih efektif dapat dijadikan media

dalam mengagitasi, mendidik dan mengorganisasi massa kaum buruh diwaktu-

waktu yang akan datang.

1. Seni Musik

Berdasarkan laporan–laporan yang diterima saat itu, ternyata kegiatan

Seni Musik ini umumnya merata dikalangan kaum buruh, disegala lapangan

kerja dan di setiap daerah. Seni Musik Daerah masih lebih banyak

dibandingkan dengan Seni Musik Nasional. Seperti di basis–basis Jateng atau

Jawa Timur mereka umumnya memiliki karawitan–karawitan gamelan Jawa,

sedangkan di Jawa Barat gamelan Sunda, yang tidak hanya digemari oleh

kaum buruh tua tetapi juga digemari oleh kaum buruh muda. Mereka latihan

pada malam–malam tertentu, dengan pelatih di antara mereka sendiri yang

mempunyai kepandaian yang lebih tinggi dibandingkan dengan teman–

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id67

temannya, baik tentang cara membunyikan gamelan, maupun tentang

39 menyanyikan lagu–lagu daerah.

Gamelan merupakan alat musik yang sering digunakan para buruh.

Kebanyakan dibelikan oleh pengusaha dari sebagian hasil perjuangan Serikat

Buruh. Biasanya latihan–latihan itu lebih menarik bila ada ciptaan lagu-lagu

baru yang sesuai dengan perjuangan buruh saat itu, diantaranya Panembrama

yang memang flexible karena dapat dirubah–rubah isinya menurut keperluan

dan merupakan nyanyian tradisional. Tidak semata–mata mengulangi lagu–

lagu klasik yang sudah ada, namun juga disertai latihan tari–tarian, terutama

tarian kreasi baru yang juga disesuaikan dengan perjuangan mereka, misalnya

tari “Andjangsana” dan “6:4” .40 Adapun lirik dari tarian Anjangsana, sebagai

berikut:

JOGETAN COKEK MENTIR

ANJANGSANA

-SUJI-

Tari Anjangsana Gawe Rukune Konco

Rakyat Nyatakake Kang Guyub Wilayahe Nyatane Buktine Ora Biso Urip Dewe

Gambar. 4 Lirik “Jogetan Tokek Mentir Anjangsana”.

Sumber: http://youtube.com (diakses pada tanggal 27 September 2013).

39 Ibid. commit to user 40 Ibid. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id68

Lirik dari tarian Anjangsana dimulai dari suara wanita kemudian pria

dan diulang sampai empat kali. Arti dari lirik Tari Anjangsana adalah:

Tari Anjangsana

Menciptakan Kerukunan dalam Pertemanan Rakyat yang Menyatakan Yang Rukun Wilayahnya

Tapi Kenyataannya Membuktikan Tidak Dapat Hidup Sendiri

Gambar. 5 Terjemahan dari lirik “Jogetan Tokek Mentir Anjangsana” Sumber: Penafsiran Pribadi

Lirik dari lagu Anjangsana mencerminkan bahwa rakyat Indonesia cinta

akan kerukunan dan pertemanan. Kerukunan dalam pertemanan pada

pembahasan ini adalah menciptakan kerukunan pada seluruh buruh, karena

tanpa hidup rukun maka pertemanan tidak dapat terjalin sehingga cita-cita

tidak akan tercapai. Cita-cita yang dimaksud adalah melawan imperialisme

dan feodalisme. Anggota buruh yang satu dengan yang lain tidak akan bisa

mencapai kesejahteraan apabila tidak ada kekompakan yang tercermin dalam

kerukunan. Salah satu kegiatan Anjangsana yang dilakukan para buruh seperti

di bawah ini:

Pada saat perajaan dwiwindu SEPDA berlangsung, kegiatan perluasan

anggota ini seojgjanja dapat lebih diintensifkan, sebab pada saat itu ada pidato2 kampanje tentang hasil2 perdjungan SEPDA atau populerisasi peran SEPDA, sehingga bila dipersiapkan dengan baik akan dapat dilakukan

penarikan anggota2 baru jang tidak sedikit, baik setjara langsung dalam rapat commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id69

itu djuga ataupun dengan berandjangsana kerumah-rumah kaum buruh jang bersangkutan setelah rapat berachir.41

Sedangankan tarian 6:4 disebabkan semakin kuatnya front persatuan

kaum tani anti-feodal (organisasi tani revolusioner), eratnya kerjasama

organisasi-organisasi tani seperti tercermin dalam Badan Musyawarah Tani

Front Nasional dan kerjasama wakil-wakil golongan tani dalam berbagai

lembaga negara. Konferensi Nasional Tani PKI yang ke-II pada bulan Juli

1961 telah disimpulkan bahwa “gerakan tani melawan berbagai bentuk

penghisapan tuan tanah dan lintah darat sedang berkembang mulai meluas

diseluruh negeri”. Gerakan tani revolusioner pada waktu itu berporos pada

“Gerakan 6 baik” (2 menurunkan dan 4 menaikkan) di mana termasuk

didalamnya gerakan 1001 untuk meningkatkan hasil produksi bahan makanan.

Gerakan 6 baik ialah gerakan untuk:

1. Menurunkan sewa tanah 2. Menurunkan bunga uang yang dipinjam 3. Menaikkan upah buruh tani

4. Menaikan produksi pertanian 5. Menaikkan tingkat kebudayaan kaum tani 42 6. Menaikkan tingkat kesadaran politik kaum tani

Gerakan 6 baik pada dasarnya juga berlaku bagi kaum nelayan.

Sedangkan gerakan 1001 bukanlah sesuatu yang terpisahkan dari Gerakan 6

baik, karena Gerakan 1001 dilancarkan tidak lain ialah untuk menaikkan hasil

41 Pimpinan Pusat SEPDA Tromolpos 252 Djakarta, Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia, RA. 22 No. 63, DN SOBSI: Berkas tanggal 5 Mei

1963 tentang Gerakan Bulan Perluasan Anggota.

42 Keputusan-keputusan Sidangcommit Pleno to user ke -IV CC-PKI (Untuk demokrasi, persatuan, dan mobilisasi). Harian Rakyat, Senin 30 April 1962, hlm III. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id70

produksi pertanian. Baik Gerakan 6 baik maupun Gerakan 1001 disambut

hangat oleh kaum tani dan telah menimbulkan antusiasme dalam gerakan tani

revolusioner. Sebagai bagian dari Gerakan 6 baik, Gerakan 1001 harus

terusdiperhebat berhubungang dengan krisis pangan dan paceklik yang berat

yang dihadapi oleh rakyat Indonesia pada waktu itu, Gerakan 1001 tidk hanya

harus dikerjakan oleh kaum tani, tetapi juga oleh kaum buruh, kaum miskin

kota, dan lain sebagainya.43

Latihan tari Anjangsana maupun tarian 6:4 diintensifkan pada saat

menghadapi hari-hari peringatan tertentu seperti: 1 Mei, 17 Agustus, Ulang

tahun SOBSI/SB. Kegiatan tersebut hanya dilakukan saat waktu senggang,

karena kesulitan peralatan dan pelatih. Selain itu faktor tekanan ekonomi

sehingga waktu–waktu luang (sore dan malam) sering digunakan oleh kaum

buruh untuk mencari nafkah tambahan, seperti: membecak, bercocok tanam,

jaga malam, dan lain-lain.

Selain karawitan masih ada kegemaran kaum buruh antara lain

menyanyikan lagu–lagu daerah yang tradisional, misalnya pada saat

jagong/menjenguk bayi, seperti: Kidungan Sunda, Mocopat di Jateng dan

Jatim.44 Menyanyikan lagu tersebut merambah dalam resepsi–resepsi, rapat–

rapat umum, dengan diberi isi yang selaras dengan perjuangan kaum buruh

dan rakyat pada saat itu.

43 Ibid. 44 Intensifkan Penggarapancommit Seni to Musik user dan Seni Drama Buruh, Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia, RA. 22 No. 326, op.cit. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id71

Seni Musik Nasional yang saat itu merata adalah “Seni Keroncong”

baik di Jawa maupun dikepulauan lain di luar Jawa, di mana orkes Melayu

Gambus lebih mendaptakan sambutan. Umumnya, peralatan musik diperoleh

oleh SB sebagai hasil perjuangannya kepada pihak pengusaha/majikan, dan

ada pula yang dibuat oleh kaum buruh secara sederhana. Dari kebiasaan

tersebut terselenggaralah Lomba Keroncong yang dilakukan oleh SOBSI dan

cepat mendapat dukungan oleh kaum buruh. Tetapi, Keroncong pada saat itu

umumnya isinya masih negatif. Bagian terbesar lagu–lagunya adalah lagu–

lagu cengeng yang mengisi kepatahan cinta, meratapi kekasih yang pergi,

memuja keelokan gadis di suatu daerah. Hanya beberapa saja yang

menanamkan patriotisme lewat pujaan terhadap sesuatu daerah atau tanah

air.45 Kelemahan lain dari Keroncong adalah keterbatasan kemampuannya

ditinjau dari bentuknya yang ada saat itu, yaitu yang tepatnya hanya untuk

meratap dan memuja sesuatu, tetapi sulit untuk menggambarkan kemarahan

dan semangat revolusioner kaum buruh dan rakyat. Dalam hubungan ini,

seorang penyanyi Keroncong kawakan sejak “Lief Java”, bernama Abdullah,

dalam keterangannya kepada wartawan “Warta Bakti”, saat itu

mengemukakan, bahwa musik Keroncong ada dua aliran, atau lebih tepat gaya

yaitu: Gaya Jakarta yang berirama Forsa atau keras semacam “Jali-Jali”,

“Kemayoran”, dan Gaya Jawa Tengah atau lebih tepat Gaya Solo atau

commit to user 45 Ibid. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id72

Yogyakarta yang mengalami alkulturasi dengan irama-irama gamelan Jawa,

46 yang merayu-rayu seperti kebanyakan lagu Keroncong sekarang.

Abdullah berpendapat bahwa irama Jakarta itu perlu dihidupkan,

sehingga kemampuan Keroncong dapat lebih diperluas. Penyanyi dan

komponis Keroncong terkenal Gesang mengatakan, bahwa Keroncong telah

berkembang, selain keroncong asli kini juga mengalami perpecahan dan

bertambah menjadi lagu–lagu Langgam dan Hiburan. Radio Republik

Indonesia (RRI) menetapkan pula jenis–jenis lagu yang diperlombakan adalah

jenis–jenis langgam dan hiburan sebab lebih sesuai dengan kebutuhan

perjuangan rakyat saat itu.47 Uraian singkat dari berbagai pendapat itu

sebetulnya hanya lebih menguatkan tentang luasnya perspektif keroncong.

Karenanya, disamping perevolusioneran isinya yang harus dilakukan SOBSI

dengan menciptakan lagu-lagu baru, juga bagaimana menggarap segala jenis–

jenisnya itu dan mengembangkannya, sehingga keroncong tidak hanya

terbatas digunakan untuk meratap dan memuja, tetapi juga untuk

mengekpresikan keperluan-keperluan lain dari segala segi kehidupan dan

perjuangan kaum buruh.

Seni Musik Modern lainnya yang digemari oleh para buruh terutama

buruh muda di kota-kota besar, adalah Paduan Suara. Didorong oleh semakin

populernya Paduan Suara saat itu, seperti “Gembira” di Jakarta, “Maju Tak

Gentar” di Medan, dan Paduan Suara–Paduan Suara di kalangan Pemuda

46 Ibid. commit to user 47 Ibid. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id73

terutama Pemuda Rakyat, buruh–buruh muda di kota–kota besar sejak lama

sudah mengorganisasikan Paduan Suara. Ditambah lagi setelah masalah

Paduan Suara itu dijadikan mata plan dalam Plan 3 Tahun yang pertama

SOBSI.

Pengorganisasian Paduan Suara semakin mudah karena memenuhi 4 M,

di mana ada penyanyi tanpa alat musik apapun, Paduan Suara sudah bisa

terselenggara. Umumnya cabang–cabang SOBSI di Ibukota Daswati I dan

bekas Ibukota Karesidenan serta organisasi basis–basis yang besar sudah

mempunyai paduan suara yang beranggota 25 sampai 100 orang, malah

SOBSI Daerah Jakarta Raya sudah memiliki paduan suara yang anggotanya

sekitar 500 orang. Kesulitannya terutama dalam masalah pelatih, sehingga

usaha kualitas belum berjalan dengan baik. Tidak hanya demikian, tetapi

karena yang dinyanyikan tidak kian bertambah dan juga yang sudah sering

dinyanyikan tanpa ada perubahan kualitatif apapun, akhirnya timbul

kebosanan dikalangan anggotanya. Tentang para pelatih, Konfernas KEBORA

ke-II sudah menyimpulkan pentingnya kursus pelatih, yang

penyelenggaraannya dapat dilakukan dengan meminta bantuan Lekra. Dewan

Nasional SOBSI dalam rangka menghadapi Kongres Nasional ke-IV SOBSI

dijatah terorganisasinya paduan suara yang beranggotakan 1000 orang, mulai

mengadakan Kursus Kilat Pelatih.

Pengalaman lain selain lagu–lagu nasional, seperti lagu wajib yang

sudah ditetapkan secara nasional untuk dipelajari, dikembangkannya lagu– commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id74

lagu daerah dan dilatihkannya lagu–lagu nasional klasik yang diaransir untuk

Paduan Suara, seperti yang sudah dilakukan oleh Paduan Suara “Gembira”,

“Maju Tak Gentar”, “Genta Suri”, lebih menanamkan kegemaran kaum buruh

terhadap Paduan Suara. Dalam hubungan ini, diselenggarakanlah kompetisi–

kompetisi di antara daerah-daerah dalam menciptakan lagu–lagu daerah

menggunakan bentuk–bentuk termasuk melodi–melodi yang sudah hidup

dikalangan massa, sehingga massa lebih cepat dan mudah menyanyikannya

sendiri. Pengalaman lain juga menunjukan, bahwa paduan suara lebih

digemari bila disisipi atau dilengkapi dengan sajian seperti tari–tarian,

angklung, orkes seruling, deklamasi (pembacaan sajak disertai lagu dan

gaya)48. Dengan perlengkapan semacam itu, paduan suara akan semakin

gampang menyusup dihati kaum buruh, tidak hanya di kota–kota, tetapi juga

di desa–desa.

Diantara Seni musik yang saat itu lebih mendapatkan pasaran yang luas

dikalangan kaum buruh dan Rakyat adalah Angklung, baik yang meluas di

Jawa Barat dengan menggunakan nada–nada musik internasional maupun

Angklung model Banyuwangi yang menggunakan nada–nada musik daerah

terutama karena Angklung mudah dipelajari, relatif murah, sedangkan lagu–

lagunya yang dimainkan adalah lagu–lagu yang populer dikalangan rakyat,

terutama lagu–lagu daerah dengan aransemen baru. Rombongan Angklung itu

diperluas sebagai pelengkap Paduan Suara yang sudah ada, dengan sekaligus

48 Y. Istiyono Wahyu, Edisicommit Terbaru: to user Kamus Pintar Bahasa Indonesia, (Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group, 2013), hlm. 129. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id75

mengusahakan adanya tenaga–tenaga yang dapat membuat instrument sendiri,

sehingga meringankan beban pembiayaannya. Bersama dengan itu,

dikembangkan pula rombongan Seni Musik yang menggunakan instrument–

instrument tradisional misalnya Reog Dog–Dog Jawa Barat, Reog Ponorogo,

Kuda Lumping, Rombongan Seruling, Rombongan Kentrung. Rombongan

tersebut sudah diperbaiki tehnik permainannya sehingga lebih artistik, agar

lebih mudah memobilisasi dan memberi semangat massa terutama pada saat

aksi massal, rapat–rapat umum, demonstrasi,dan lain-lain.

2. Seni Drama

Pada umumnya basis–basis besar memiliki rombongan drama daerah,

dan kebanyakan drama daerah tradisional, seperti Ketoprak, Ludruk, Wayang

Orang, Dagelan, Topeng, dan Wayang Kulit.49 Sama halnya dengan seni

musik, latihan seni drama pun hanya dilakukan pada saat menghadapi

pementasan untuk peringatan–peringatan tertentu. Lakon–lakon yang mereka

mainkan umumnya lakon–lakon yang sudah ada. Hanya saja Ludruk dan

Dagelan sudah mulai diciptakan lakon–lakon baru sesuai dengan

perkembangan perjuangan saat itu dengan mengambil lakon–lakon yang

dimainkan oleh ludruk profesional seperti ludruk “Marhaen”, dan “Tresna

Enggal”, atau mendramakan cerpen–cerpen revolusioner yang dimuat dalam

Harian Rakyat. Terlebih ada pula karangan para aktivis SB sendiri, yang

umumnya berkisar pada perjuangan kaum buruh dan rakyat. Sedangkan

49 Kembangkan Kegiatan KEBORA Buruh Yang Berkepribadian Nasional Untuk Melawan Kebudayaan Imperialiscommit to AS user , Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia, RA. 22 No. 127, op.cit. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id76

Ketoprak, Wayang Orang, dan Wayang Kulit masih tetap melakonkan lakon–

lakon lama yang sudah ada, hanya mulai disisipkan hal–hal atau persoalan

yang disesuaikan dengan kebutuhan perjuangan saat itu ke dalam dialognya

atau dilakukan interpretasi baru terhadap lakon–lakon lama sehingga dapat

disesuaikan dengan perkembangan Zaman. Lakon “Gatot Kaca Berebut Kikis”

merupakan gambaran untuk perjuangan pembebasan Irian Barat, “Semar

Menggugat” sebagai kiasan gugatan Rakyat, dan lain-lain50. Kesulitan yang

dihadapi terutama pada peralatan, khususnya pakaian, dekorasi dan gamelan

bagi Ketoprak dan Wayang Orang, atau Wayang, layar dan gamelan bagi

Wayang Kulit. Tepat sekali dengan adanya konsentrasi penggarapan pada

jenis–jenis yang relatif paling memenuhi 4 M, diantaranya Ludruk dan

Dagelan, yang bisa dipentaskan secara terbuka dan diminati oleh orang

banyak, tanpa peralatan tehnis yang sulit. Disamping merevolusionerkan

lakon–lakon lama, perlu diciptakan lakon–lakon baru mengenai kehidupan

dan perjuangan saat itu. Hubungan itu dalam usaha–usaha penyingkatan waktu

pewayangan Wayang Kulit yang dilakukan oleh dalang–dalang progresif di

Jawa Tengah sangat diapresiasikan.

Seni Drama Modern, terutama Seni Drama Nasional, umumnya masih

terbatas di kota–kota. Karena kesulitan tehnis, dimana pementasannya

biasanya dilakukan dalam gedung–gedung yang tertutup, maka peminatnya

pun menjadi terbatas. Di SB-SB kegiatan drama itu kebanyakan dilakukan

bersama-sama dengan Lekra. Ini disebabkan karena untuk mementaskan

50 Intensifkan Penggarapancommit Seni to Musik user dan Seni Drama Buruh, Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia, RA. 22 No. 326, op.cit. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id77

51 drama modern diperlukan repertoire dan syarat–syarat tehnis pementasan

lainnya yang relatif lebih berat dibandingkan dengan drama tradisional.

Walaupun sedikit, namun positifnya lakon–lakon yang dipentaskannya adalah

lakon–lakon pilihan revolusioner, yaitu tulisan–tulisan para penulis drama

ternama saat itu, seperti “Batu Merah Lembah Merapi”nya Bachtiar Siagian,

“Lagu Subuhnya”nya Zubir A.A, “Si Kabayan”nya Utuy Tatang Sontani, dan

“Orang-orang Baru Dari Banten”nya Pramudya Anata Tur/Dahlia. Karena

lakon-lakonnya selaras dengan perjuangan saat itu.

Kaum buruh juga dapat memahami Bahasa Indonesia lebih cepat.

Adanya repertoire–repertoire pendek, terutama sesudah meluasnya aksi

sepihak kaum tani, semacam “Hari–hari Terakhir”nya P.H. Muid, “Bebas

Gadai”nya K. Sunarjo, juga “Mereka–mereka yang Berani”nya Team Drama

Dewan Nasional SOBSI, lebih mempercepat perluasan dan perataannya

dikalangan kaum buruh di kota–kota, sebab bagi pemain–pemain amatir,

terutama buruh muda yang kebanyakan tingkat pendidikan masih sangat

terbatas, memperlajari repertoire memerlukan ketekunan luar biasa. Apalagi

ditengah–tengah kesibukan lainnya yang tak dapat mereka tinggalkan. Bagi

kaum buruh terutama diperlukan repertoire–repertoire pendek tentang

kehidupan dan perjuangannya. Ketika itu penulisan tentang kaum tani, juga

51 Persediaan nyanyian, lakon, opera yang dimiliki seseorang atau suatu

kelompok seni yang siap untuk dimainkan, daftar lagu, judul sandiwara, opera, dsb. Yang akan disajikan oleh pemain musik, sanggar penyanyi: Ling. Perbendaharaan bahasa (dialek,commit ragam) to user yang dimiliki oleh seseorang atau masyarakat. Lihat Y. Istiyono Wahyu, op.cit, hlm. 488. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id78

dalam bentuk drama, sudah mulai mengalir. Tetapi, mengenai kehidupan dan

perjuangan kaum buruh masih sangat sedikit.

Tindakan heroik kaum buruh mengambilalih perusahaan–perusahaan

Belanda sewaktu Trikora dulu, dan perusahaan–perusahaan Inggris dalam

rangka pengganyangan „Malaysia”, belum cukup diabadikan dalam karya–

karya sastra dan seni, khususnya dibidang drama. Hal ini merupakan

tantangan yang harus dijawab, atau hutang yang harus dibayar tidak hanya

oleh para seniman, terutama penulis–penulis drama rakyat, tetapi juga oleh

kader–kader/aktivis–aktivis SOBSI dan SB, khususnya petugas–petugas

KEBORA.52 Selain itu untuk lebih mengenalkan Seni Drama Modern kepada

kaum buruh agar dapat menyusup sampai ke pelosok, perlu diusahakan

pementasan Drama Modern berbahasa daerah, dengan menterjemahkan

repertoire–repertoire berbahasa Indonesia yang sudah ada, atau dengan

menciptakan repertoire–repertoire dalam bahasa daerah.

D. Peran SOBSI dalam Aksi Pemboikotan Film–Film Amerika Serikat

Film sebagai bagian dari kebudayaan yang dijadikan media revolusi

Indonesia dalam garis Manipol. Pada tahun 1960 MPRS mengeluarkan ketetapan

yang mengatur bahwa film bukan untuk perdagangan saja, tetapi juga sebagai

53 media pendidikan dan penerangan. Pada bulan Januari 1964 Lembaga Film

52 Kembangkan Kegiatan KEBORA Buruh Yang Berkepribadian Nasional Untuk Melawan Kebudayaan Imperialis AS , Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia, RA. 22 No. 127, op.cit.commit to user 53 Dwi Aris Subakti, op.cit, hlm. 97. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id79

Indonesia, Sarbufis, OISRAA, Front Pemuda, dan Ops Bioskop Jakarta Raja

melancarkan aksi boikot terhadap film-film AS berkenaan dengan ancaman

Armada ke-VII AS. Aksi ini kemudian ditingkatkan menjadi pemboikotan total

terhadap film-film AS atas keputusan bersama 16 Ormas. Semula aksi ini terjadi

di Jakarta, kemudian disusul oleh daerah-daerah lain, baik di Jawa maupun di luar

Jawa. Luasnya komposisi panitia-panitia baik di pusat maupun di daerah yang

tidak hanya didukung oleh organisasi-organisasi Nasakom tetapi juga oleh tokoh-

tokoh terkemuka dibidang ilmu maupun kesenian, bahkan ada yang secara resmi

ditangani langsung oleh Front Nasional. Hal itu merupakan bukti semakin

tingginya semangat rakyat dalam mengganyang Imperialisme AS sebagai musuh

nomor satu dan paling berbahaya bagi rakyat Indonesia.

Pemerintah mengeluarkan Penetapan Presiden No. 1 tahun 1964 pada

tanggal 5 Maret yang mengatur tentang Pembinaan Perfilman. Film pada masa

Demokrasi Terpimpin kemudian menjadi alat yang ampuh dalam usaha

memberantaskan imperialisme. Film Amerika yang masuk melalui American

Motion Picture Association Indonesia (AMPAI), terbukti mendominasi dalam

peredaran film di bioskop-bioskop. Film-film impor yang masuk sejak tahun

1948-1952, sebagai berikut:

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id80

Tabel. 2

Jumlah Produksi Film Indonesia Dibanding Film AMPAI

No Tahun Produksi Film

Indonesia AMPAI

1 1948 3 302

2 1949 8 296

3 1950 23 660

4 1951 40 660

5 1952 50 675

Sumber: Dwi Aris Subakti, “Pemboikotan Film Amerika oleh PAPFIAS Dalam Rangka Propaganda Politik “Kepribadian Nasional” Tahun 1964”, Skripsi, 2006, hlm. 101.

Dominasi tersebut sebenarnya sudah terjadi sejak tahun 1939 di mana

berdasarkan catatan, di Jawa, film AS mencapai 65% dari total film yang diimpor.

Dominasi ini semakin kuat dengan disahkannya perundingan KMB yang

merupakan paksaan bagi Indonesia untuk mengakui dan mengesahkan dominasi

modal besar monopoli Hollywood. Fil-film Hollywood mendominasi melalui

AMPAI. Berdasarkan International Motion Picture Almanac yang terbit tahun

1951-1952. Film AS menguasai 85% dari total screen time quota, sedangkan

sisanya 15% untuk film impor lainnya. Film Indonesia pada waktu itu hanya

mampu beredar di bioskop-bioskop kelas B dan C serta harus bersaing dengan

film India dan Malaysia.

Pada tahun 1951, permasalahan dominasi film impor di Indonesia pada

kalangan progresif di bidang perfilman membentik Serikat Buruh Film

(SARBUFI). SARBUFI kemudiancommit aktif to dalam user melakukan aksi-aksi menentang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id81

dominasi film Asing, khususnya dominasi film AS. Pada tahun 1953, berdasarkan

kongres II, SARBUFIS kemudian menambahkan “Sinemadrama” dalam

namanya,sehingga menjadi Serikat Buruh Film danSinemadrama (SARBUFIS),

namun tetap memfokuskan gerakan pada film.

Sebagai organisasi professional yang didukungoleh kalangan pekerja

teknik film maupun studion, SARBUFIS kemudian tumbuh menjadi organisasi

buruh nasional. SARBUFIS dalam aksinya kemudian bergabung dengan SOBSI.

Penggabungan tersebut karena adanya kesamaan tujuan yaitu menentang setiap

kebijakan yang merugikan buruh dan rakyat Indonesia serta mendukung setiap

bentuk politik yang menguntungkan mereka.

Berlangsungnya pameran Film NEFO dalam rangka menyambut

GANEFO, di mana seluruh gedung bioskop praktis diisi dengan film-film Nefo.

Pameran film tersebut telah memudahkan jalan bagi terselenggaranya Festival

Film Asia Afrika (FFAA) ke-III pada bulan April 1964 yang merupakan awal

gerakan melawan film imperialis Amerika. Seperti juga GANEFO, FFAA ke-III

telah berakhir dengan sukses. GANEFO menggoyahkan dominasi imperialisme

AS dibidang olahraga, FFAA ke-III menggoyahkan sendi-sendi kekuasaan

imperialis AS dibidang perfilman. Lewat FFAA ke-III, rakyat-rakyat Asia Afrika

dengan lantang menyerukan: Stop Film–film imperialis AS, Bina Perfilman

Nasional yang patriotik. Bagi rakyat Indonesia, khususnya bagi artis-artis/pekerja-

pekerja film Indonesia, FFAA ke-III menambahkan keberhasilan lagi karena

Indonesia berhasil meraih penghargaan-penghargaan tertinggi, untuk film

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id82

“Tangan-tangan yang kotor” dan untuk penyutradaraannya yang dilakukan oleh

54 Kolonel Suharjo.

Kongres Nasional ke–IV SOBSI yang dilangsungkan di Istana Olahraga

“Gelora Bung Karno” Senayan Jakarta pada tanggal 17 s/d 27 September 1964

mencatat semakin meratanya aksi pemboikotan film–film AS dan makin

meluasnya dukungan terhadap aksi–aksi tersebut. Hal ini merupakan jawaban

yang tepat dari Rakyat Indonesia terhadap sikap imperialis AS yang membantu

“Malaysia” dan sebaliknya memusuhi Rakyat dan Republik Indonesia yang

belakangan ini dengan lebih mencolok tampak pada diumumkannya Komunike

Bersama Johnson–Tengku. Karenanya Kongres mendukung penuh diteruskannya

bahkan diperhebat dan ditingkatkannya aksi boikot tersebut dengan

memberhentikan peredaran film-film AS dan tidak mengimport film-film AS.55

Kongres sangat menjelaskan dan memprotes tindakan Menteri

Perdagangan Adam Malik yang dengan dalih “AMPAI telah dibubarkan” telah

memerintahkan dihentikannya pemboikotan terhadap film–film AS. Aksi boikot

tersebut bukanlah soal perdagangan, melainkan masalah prinsip yaitu

melaksanakan Dwikora secara konsekuen. Demikian pula kebijaksanaan Menteri

Adam Malik yang menetapkan jatah import film sebesar 60% film–film NEFO

54 Tingkatkan Pemboikotan Film-Film AS, Bubarkan DFI Dan Bentuk Badan Perfilman Nasional Manipolis Poros NASAKOM, Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia, RA. 22 No. 127, DN SOBSI: Berkas tanggal 25 September

1964, Jakarta tentang Pemboikotan Film-Film AS. 55 Tingkatkan Pemboikotan Film-Film AS, Bubarkan DFI Dan Bentuk Badan Perfilman Nasional Manipoliscommit Poros to user NASAKOM, Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia, RA. 22 No. 127, op.cit. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id83

dan 40% film-film OLDEFO, sebab hal ini nyata sekali menjurus kembali ke

liberalisme.

Kongres juga memprotes keras tindakan Dewan Film Indonesia (DFI)

yang dipimpin oleh Kolonel Sukarjo, yang berlawanan dengan TAVIP, memusuhi

aspirasi Rakyat, memusuhi aksi boikot film AS dan bahkan telah memerintahkan

diputarnya kembali film–film AS. Tindakan tersebut lebih membuktikan bahwa

DFI jelas–jelas membantu penyusupan kembali film–film AS. Ini tidak lain

artinya kecuali membantu agresi kulturil imperialis AS, suatu peluang kepada

agresi fisik imperialis AS melalui manuver–maneuver Armada ke–VII nya

diperairan Indonesia dan tindakan–tindakan lainnya.

Kongres mendesak kepada Pemerintah RI untuk segera membubarkan

DFI, meritul Kolonel Sukarjo dan membentuk badan perfilman nasional baru

yang komposisi pimpinannya berporoskan Nasakom dan bersih dari anasir–anasir

Manikebuis dan anasir–anasir pro Taiwan guna manjamin perkembangan

perfilman nasional yang Manipolis dan guna melawan agresi film–film

imperialisme AS. Kongres mendukung segera dilaksanakannya Musyawarah

Besar Panitia-Panitia Aksi Boikot Film AS, seluruh Indonesia dalam bulan

Oktober 1964 di Jakarta.

Kongres menyerukan kepada segenap kaum buruh untuk bersama–sama

para seniman dan pekerja film serta golongan–golongan Rakyat lainnya

memperhebat dan meningkatkan aksi–aksi pemboikotan film–film AS, menurut

peritulan DFI, dan dibentuknya badan perfilman nasional yang Manipolis dan

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id84

56 revolusioner berporoskan NASAKOM. SARBUFIS dan kaum buruh

transportasi yang merupakan organisasi afiliasi dari SOBSI bersama-sama

memboikot film-film AS yang akan dikirim ke seluruh wilayah Indonesia. Aksi

tersebut bukan hanya menghapuskan dominasi film-film AS saat itu saja tetapi

juga untuk waktu jangka panjang. Aksi SOBSI tersebut sekaligus membuka

kemungkinan–kemungkinan yang lebih luas untuk pembinaan film-film nasional,

pengembangan pengusaha film–film nasional, kemajuan artis–artis/pekerja–

pekerja film Indonesia, dan yang paling penting adalah untuk pembinaan

kebudayaan nasional yang berwatak revolusioner dan kerakyatan.

commit to user 56 Ibid.