Stasiun Kereta Api Trans Sulawsidi Bitung Mutasi Genetika Dan Embriogenesis Dalam Arsitektur

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Stasiun Kereta Api Trans Sulawsidi Bitung Mutasi Genetika Dan Embriogenesis Dalam Arsitektur STASIUN KERETA API TRANS SULAWSIDI BITUNG MUTASI GENETIKA DAN EMBRIOGENESIS DALAM ARSITEKTUR Nandar Ladry Lainus1 DeddyErdiono2 Alvin J. Tinangon3 ABSTRAK Perkeretaapian sebagai salah satu moda transportasi angkutan darat, merupakan salah satu element dalam perkembangan transportasi massal di Indonesia. Seiring dengan perkembangan tersebut, proses modernisasi dan pengembangan sarana prasarana harus terus ditingkatkan baik dari segi kualitas pelayanan maupun kuantitas bangunan stasiun. Untuk itu perlu direncanakan pembangunan sebuah Stasiun Kereta Api yang ada di Sulawesi Utara. Stasiun Kereta Api Trans Sulawesi di Bitung mempunyai tu uan untuk memfasilitasi pelayanan umum dalam hal transportasi dan uga mewadahi perpindahan moda transportasi di Sulawesi Utara. Ob ek rancangan ini merupakan hasil dari penelitian tentang metode dari beberapa faktor-faktor dalam studi kasus yang coba ditelusuri oleh perancang, yang kemudian di hadirkan dengan tema Mutasi Genetika dan Embriogenesis dalam Arsitektur.Perancangan proyek tugas akhir ini meliputi perancangan pola dan kondisi tapak serta bentukan massa bangunan. Pembangunan Stasiun Kereta Api Trans-Sulawesi merupakan mega proyek pemerintah yang telah resmi akan dibangunan di pulau Sulawesi. Peran dari pemerintah sangat membantu dalam proses perancangan karena dalam proses perancangan ini, perancang sangat membutuhkan data-data yang akurat untuk menun ang perancangan proyek tugas akhir ini. Tema Mutasi Genetika dan Embriogenesis dalam Arsitekturakanmenyebabkan ter adinya sebuah perkawinan antara dua fungsi, yang kemudian dimasukan dalam Indikator rekayasa ruang. Pada tahap berikutnya hasil perkawinan fungsi tersebut dimasukan di dalam sebuah proses embriogenesis, proses ini memungkinkan ter adinya sebuah pertumbuhan dan perkembangan fungsi secara—alami“ dan bertahap yang disebut dengan proses Embriogenesis dalam Arsitektur. Kata kunci : Stasiun Kereta Api, Mutasi Genetika, Embriogenesis. PENDAHULUAN Api Trans-Sulawesi merupakan se uah mega proyek yang tepat pada hari Selasa tanggal 12 Agustus 2014 secara resmi telah dilaksanakan peletakan atu pertama atau groundbreaking pem angunan rel Kereta Api Trans-Sulawesi oleh Menteri Koordinator Perekonomian Chairul Tanjung dan mentri perhu ungan E. E Mangindaan. Kereta Api Trans-Sulawesi telah dimasukan dalam proyek Masterplan Percepatan dan Perluasan Pem angunan Ekonomi Indonesia ,MP3EI-. Pem angunan Kereta Api ,KA- Trans Sulawesi tahap I Makassar-Parepare senilai ..60 triliun sepanjang 143 km yang juga merupakan agian awal dari pengem angan perkeretaapian Trans- Sulawesi yang ditargetkan sepanjang 1.200km yang rencananya1 setelah Makassar-Parepare rampung1 proyek ini akan dilanjutkan dengan tahap-tahap erikutnya hingga Kota Manado ,Sulawesi 2tara-.Jalur kereta api ini akan di angun dengan le ar jalan rel 1.430 mm dan kecepatan maksimal prasarana kereta api yakni 200 km3jam. Pem angunan Proyek kereta api trans Sulawesi ini rencenannya akan selesai pada 0 tahun kedepan1 dengan total iaya keseluruhan estimasinya mencapai Rp. 100 triliun1 iaya pem angunan mega proyek ini erasal dari AP5N. Maksud dan tujuan dari perancangan Stasiun Kereta Api Trans-Sulawesi di 5itung yaitu menghadirkan suatu o jek rancangan yang erjudul Stasiun Kereta Api Trans Sulawesi dengan menggunakan konsep tematik Mutasi Genetika dan Embriogenesis alam Arsitektur. Dengan menggunakan tema di atas memungkinkan perancangan dapat mengga ungkan dua sistem angunan menjadi se uah sistem yang erjalan dengan efektif. Perumusan masalah dalam merancang Stasiun Kereta Api Trans Sulawesi di Bitung : 1. Konsep tematik Mutasi Genetika dan Embriogenesis Dalam Arsitektur memungkinkan perancang untuk dapat mengga ungkan angunan komersial Mall kedalam fungsi angunan utama1 sehingga masyarakat juga dapat dimanjakan dengan fasilitas-fasilitas angunan komersial Mall terse ut. 1 Mahasiswa Program Studi S1 Arsitektur 2niversitas Sam Ratulangi Manado 2 Staf Dosen Pengajar Jurusan Arsitektur 2niversitas Sam Ratulangi Manado ,Dosen Pem im ing 1- 3 Staf Dosen Pengajar Jurusan Arsitektur 2niversitas Sam Ratulangi Manado,Dosen Pem im ing 2- 96 2. Jalur sirkulasi masusia dan arang akan dipisah sehingga tidak akan terjadi crossing antara kedua sistem sirkulasi angunan terse ut. METODE PERANCANGAN Pendekatan tipologi o jek dari segi tipologi fungsi tipologi geometri dan tipologi langgam udaya sangat dipengaruhi oleh tema perancangan. Pada dasarnya fokus dari Mutasi 7enetik dan Em riogenesis di dalam Arsitektur adalah se uah studi tematik tentang ruang1 entuk dan gaya,style- angunan. Tema ini ertujuan untuk mengem angkan ketiga aspek tipologi terse ut sehingga melahirkan se uah karakter angunan yang aru dengan makna yang enar- enar er eda. Dalam kegiatan perancangan Stasiun Kereta Api di 5itung menggunakan metode perkawinan dua fungsi dari se uah tipologi angunan. Metode perkwinan dua fungsi angunan ini dengan tujuan untuk mencapai se uah fungsi1 kemudian fungsi akanmem entuk sistem. Rekayasa entuk akan ditangani oleh proses em riogenesis dalam arsitektur. KAJIAN PERANCANGAN 1. Deskripsi Objek Per nc ng n Secara etimologis pengertian Kereta Api Trans-Sulawesi di 5itung adalah se uah tempat agi para calon penumpang kereta api yang ingin menggunakan jasa kereta api Kereta Api Trans-Sulawesi di 5itung. 2. Prospek d n Fisibilit s Objek R nc ng n .Prospek Objek R nc ng n 8 jek ini mampu menjadi tempat yang mewadahi kegiatan transportasi massal untuk mengangkut manusia dan arang yang direncanakan di pulau Sulawesi.Dengan pendekatan tematik Mutasi Genetika dan Embriogenesis alam Arsitekturterciptanya o jek arsitektural yang memilki makna dalam pola ruang serta entukan dan menghasilkan angunan yang unik dan tidak monoton sehingga ukan hanya melayani masyarakat dengan layanan transportasi kereta api melainkan dapat juga dapat melayani masyarakat dengan disediakannya fasilitas Mall di dalam stasiun kereta api terse ut. b. Fisibilit s Objek R nc ng n Stasiun Kereta Api Trans-Sulawesi di 5itung ini isa dianalogikan se agai perpanjangan tangan dari perpindahan moda transportasi untuk sistem pendistri usian arang1 sistem logistik dan angkutan penumpang dari pela uhan 5itung keseluruh penjuru pulau Sulawesi. 3. K ji n Tem Per nc ng n . Asosi si Logis Tem d n Objek R nc ng n Mutasi 7enetika dalam arsitektur memungkinkan perancang untuk melakukan perkawinan dalam fungsi angunan1 ruang dan entuk dalam arsitektur sehingga desain yang dihaslikan merupakan ga ungan dari dua sistem angunan yang er eda namun mempunyai asosiasi logis satu sama lain. Dalam perancangan ini perancang mengam il angunan komersial Mall untuk digam ungkan dengan o jek utama yaitu Stasiun Kereta Api Modern. Ada enam point yang menjadi kerterikatan antara tema dan o jek perancangan1 yaitu 9 7am ar 1. Asosiasi Logis a. Perpindahan,Shift- Perpindahan diartikan se agai pertukaran peran atau tugas dalam menjalankan fungsi utama1 dalam hal ini pertukaran moda transportasi dari laut ke darat. b. Peru ahan : PemalihanSistem atau Sistem Struktur. Pertukaran peran dan tugas menye a kan pemalihan atau peru ahan sistem struktur transportasi pada dua sektor yang er eda1 dalam hal ini sector laut dan darat. c.Pergerakan,Move- Kedua sistem transportasi ini ergerak dalam suatu rute atau pola tertentu untuk menjalankan fungsi dan perananannya masing-masing1 dalam hal ini rute laut dan rute darat. d. Pengem angan,Development-. 97 Terjadi pengem angan aki at dampak yang terjadi dari kom inasi dua sistem tasportasi ini1 dalam hal ini perkem angan terjadi pada pulau Sulawesi. e.Terus-Menerus,Continuous-. Perpindahan1 peru ahan1 pergerakan dan pengem angan adalah er-sifat terus menerus dan tidak pernah erhenti. f. Fungsi,Function-Vital. Fungsi ini terkait dengan peranan utama dari Stasiun KeretaApi Trans-Sulawesi yaitu distri usi ahan logistik dan angkutan penumpang. b. Etimologis Tem , Mut si adalah peru ahan yang terjadi pada ahan genetik ,DNA maupun-RNA-1 aik pada taraf urutan gen ,dise ut mutasi titik- maupun pada taraf kromosom. , Genetik adalah ,kata serapan dari ahasa 5elanda: genetica1 adaptasi dari ahasa Inggris: genetics1 di entuk dari kata ahasa Yunani: ?@AAB1genno yang erarti CmelahirkanC- adalah ca ang iologi yang mempelajari pewarisan sifat pada organisme maupun su organisme. , Ap itu embriogenesis. Secara terpisah em riogenesis terdiri dari dua kata yaitu Em rio dan 7enesis1 , Embrio , ahasa Yunani: @DEFGHA- adalah se uah eukariota diploid multisel dalam tahap paling awal dari perkem angan ,Lusa Rochmawati1 2011-. , Genesis yang erarti9 terjadinya sesuatu9 atau awal mula dari sesuatu ,K55I-. Jadi isa disimpulkan ahwa em riogenesis merupakan suatu proses atau tahapan atau perkem angan paling awal yang terjadi didalam kehidupan manusia. Jadi secara garis esar Embriogenesis adalah perkem angan se uah em rio akan melewati fase-fase pertum uhan dan perlahan-lahan meru ah entuknya hingga mencapai suatu entuk yang sempurna atau menjadi seorang manusia1 proses pem entukan dan perkem angan em rio inilah yang kemudian dise ut dengan proses em riogenesis. *Mutasi Genetika dan Embriogenesis Dalam Arsitektur* yaitu IperkawinanJ antara dua fungsi1 Stasiun Kereta Api se agai fungsi utama dan fungsi kedua yaitu Mall. Didalam kedua angunan ini yaitu Stasiun Kereta Api dan Mall mem awa suatu sifat-sifat terwariskan atau cetak iru yang dise ut dengan 7en yang tersusun dari kode-kode DNA pada angunan. Mutasi 7enetika dalam arsitektur 7am ar 2. Perkawinan Fungsi. menye a kan terjadinya suatu evolusi entuk yang erarti peru ahan pada sifat-sifat terwariskan yang dihasilkan dari
Recommended publications
  • POTENTIALS and INVESTMENT OPPORTUNITIES GOVERNOR VICE GOVERNOR OLLY DONDOKAMBEY, SE Drs
    GOVERNMENT OF NORTH SULAWESI PROVINCE POTENTIALS AND INVESTMENT OPPORTUNITIES GOVERNOR VICE GOVERNOR OLLY DONDOKAMBEY, SE Drs. S. O. KANDOW NORTH SULAWESI IN THE WORLD MAP GENERAL INFORMATION 1. Geography The Province of North Sulawesi is located in Northern Peninsula of Sulawesi Island, and constitutes one of the three (3) Provinces in Indonesia which located in Northern part of Khatulistiwa Line (equator line), Two other Provinces are; South Sulawesi Province and Aceh Province. On the geographical position perspective, North Sulawesi Province is located between 0.300 – 4.300 North Latitude and 1210-1270 East Longitude. Barang ALKI I ALKI II ALKI III 2. Territory Length and Division 15,272.44 km2 area is spacious, has 4 cities and 11 regancies. Most of the land area consists of mountains, hills and valleys. Height from sea level is varied 0 - > 1,000 meters. Barang Bukit Doa, Tomohon 3. Climate North Sulawesi is a tropical area that is affected by the wind muzon. In November to April the West wind blows that brought rain on the north coast , while in May to October there is a change of dry southerly winds. The average rainfall ranges from 2000-3000 mm per year, and the number of rainy days between 90-139 days. Temperatures range from 20 0C - 32 0C. Barang Mount Lokon , Tomohon Pulau Bunaken 4. Demography Total population of 2.54725 million people, scattered in the regancy/city as follows : REGANCIES/CITIES POPULATION KOTA MANADO 484.744 KOTA BITUNG 223.980 KOTA TOMOHON 97.775 KOTA KOTAMOBAGU 123.623 KAB. MINAHASA UTARA 222.062 KAB.
    [Show full text]
  • PROFIL PARIWISATA PESISIR KABUPATEN MINAHASA, KOTA MANADO Dan KOTA BITUNG, SULAWESI UTARA
    PROFIL PARIWISATA PESISIR KABUPATEN MINAHASA, KOTA MANADO dan KOTA BITUNG, SULAWESI UTARA Tim Peneliti PPLH & Sumberdaya Alam UNSRAT untuk ATLAS Sumberdaya Wilayah Pesisir Minahasa – Manado – Bitung Ir. Pankie N. L. Pangemanan, MSi, Ir. Joudie Luntungan, MSi, Dra. J. Waworuntu SH, MSi, Ir. Henneke Pangkey, MSc, PhD TE-02/08-I CRC/URI CRMP Phone : (62-21) 7209596 Ratu Plaza Building 18th Floor Fax : (62-21) 7207844 Jl. Jend. Sudirman No. 9 E-mail : [email protected] Jakarta Selatan 10270, Indonesia www.pesisir.or.id PROFIL PARIWISATA PESISIR KABUPATEN MINAHASA, KOTA MANADO dan KOTA BITUNG, SULAWESI UTARA Oleh: Tim Peneliti PPLH & Sumberdaya Alam UNSRAT untuk ATLAS Sumberdaya Wilayah Pesisir Minahasa – Manado – Bitung Ir. Pankie N. L. Pangemanan, MSi, Ir. Joudie Luntungan, MSi, Dra. J. Waworuntuk SH, MSi, Ir. Henneke Pangkey, MSc, PhD Persiapan dan pencetakan dokumen ini didanai oleh Proyek Pesisir/CRMP sebagai bagian dari Program Pengelolaan Sumberdaya Alam (NRM) USAID-BAPPENAS dan USAID-CRC/URI Program Pengelolaan Sumberdaya Pesisir (CRMP). Keterangan lebih lengkap mengenai publikasi Proyek Pesisir dapat diperoleh di www.pesisir.or.id Keterangan lebih lengkap mengenai publikasi Program NRM dapat diperoleh di www.nrm.or.id Keterangan lebih lengkap mengenai publikasi Coastal Resources Center dapat diperoleh di www.crc.uri.edu Dicetak di: Jakarta, Indonesia Kutipan: Tim Peneliti PPLH & Sumberdaya Alam UNSRAT untuk ATLAS Sumberdaya Wilayah Pesisir Minahasa – Manado – Bitung, (2002), Profil Pariwisata Pesisir Kabupaten Minahasa, Kota Manado Dan Kota Bitung, Sulawesi Utara, Laporan Teknis Proyek Pesisir, TE-02/08-I, Coastal Resources Center, University Of Rhode Island, Jakarta, Indonesia, 19 halaman KATA PENGANTAR Salah satu potensi unggulan Provinsi Sulawesi Utara adalah sektor Pariwisata.
    [Show full text]
  • Studi Kasus: Kota Manado, Kota Bitung, Kota Tomohon, Dan Kota Kotamobagu)
    Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume 14 Nomor 1, Januari 2018 : 241 - 246 KAJIAN BATAS PENGARUH KOTA TERHADAP WILAYAH SEKITARNYA (STUDI KASUS: KOTA MANADO, KOTA BITUNG, KOTA TOMOHON, DAN KOTA KOTAMOBAGU) Anna Maria Watung Supit O. Esry H. Laoh Melissa L. G. Tarore ABSTRACT This study aims to find out how far the limits of city influence on the surrounding area (case study: Manado City, Bitung City, Tomohon City, and Kotamobagu City). The data used in this research is secondary data. The variables measured in this study include population (soul) and distance (km). In this research the analysis used is Breaking Point. The study took place from October to April starting from preparation, data collection, to the production of research results. The location of the research was conducted in Manado City. The results showed that the development of City Region (BWK) of Manado City, Bitung, Tomohon, and Kotamobagu, has different influence limits. BWK Manado City Center has a stronger boundary of influence over Airmadidi, Tondano Utara, Bitung and Amurang areas. BWK Bitung City Center has stronger limits of influence, especially on Kauditan and Airmadidi areas. While the area of Manado has lower influence limits. The limits of influence of BWK Tomohon City Center have a stronger boundary effect on North Tondano and Sonder areas. While the area of Manado has lower influence limits. Similarly, the Influence Limits of BWK Kotamobagu City Center has a stronger influence limit on the Amurang and Tutuyan areas. Then the relationship of the four cities shows that Manado City has more influence than Bitung, Tomohon and Kotamobagu.
    [Show full text]
  • Maksimalisasi Pencapaian Targ Melalui Implementasi Fam Di
    MAKSIMALISASI PENCAPAIAN TARGET PS MELALUI IMPLEMENTASI FAM DI WITEL SULUT MALUT by ALDA APRILIA ARUNGTASIK / 830045 (Asman WOC) FATMAWATY / 810010 (Asman Fulfillment) BACKGROUND CAKUPAN LAYANAN WITEL SULUT MALUT PROP. MALUKU UTARA PROP. SULAWESI UTARA Witel Sulut Malut terdiri atas 3 Kandatel yaitu Kandatel Bitung, Kandatel Kotamobagu dan Luas Wilayah 14.979 km2 ; Kandatel Ternate serta didukung oleh 26 STO Luas Wilayah 145.819,1 km²; Terdiri dari 11 Kab & 4 Kota ; Terdiri dari 8 Kab & 2 Kota ; Juml Penduduk 2,412 juta ; a. Manado c. Kandatel Kotamobagu : Juml. Penduduk 1,162 juta ; a.1 STO Manado Centrum (MOC) c.1 STO Kotamobagu (KTG) House Hold 240.062 House Hold 611.314 a.2 STO Bahu (BAH) c.2 STO Amurang (AMR) a.3 STO Paniki (PIK) c.3 STO Tutuyan (TUT) a.4 STO Airmadidi (AMD) c.4. STO Lolak b. Kandatel Bitung : d. Kandatel Ternate : b.1 STO Bitung (BIT) d.1 STO Ternate (TNT) b.2 STO Kauditan (KAU) d.2 STO Soasio (SSI) b.3 STO Tondano (TDN) d.3 STO Jailolo (JLL) b.4 STO Tomohon (TMH) d.4 STO Labuha (LBH) b.5 STO Langowan (LAN) d.5 STO Tobelo (TOB) b.6 STO Beo (BEO) d.6 STO Sanana (SNN) b.7 STO Tahuna (THN) d.7 STO Mangole (MGL) b.8 STO Tagulandang (TAG) d.8 STO Morotai (MTA) b.9 STO Hulusiau (HLS) d.9 STO Galela (GLL) NAMA KAB / KOTA IBUKOTA KAB. BOLAANG MONGONDOW LOLAK KAB. BOLAANG MONGONDOW SELATAN BOLANG UKI KAB. BOLAANG MONGONDOW TIMUR TUTUYAN NAMA KAB / KOTA IBUKOTA KAB.
    [Show full text]
  • Labor Conditions in the Tuna Sector of Bitung, Indonesia Annex I
    Labor Conditions in the Tuna Sector B I T U N G , I N D O N E S I A The USAID Oceans and Fisheries Partnership (USAID Oceans) 2018 Release Date: December 2018 Contract Number: AID-486-C-15-00001 Contract Period: May 15, 2015 to May 13, 2020 Submitted by: Verité Telephone: +1 413 253 9227 Email: Allison Arbib, [email protected] Website: www.verite.com This document was produced by Verité for the USAID Oceans and Fisheries Partnership, a United States Agency for International Development/Regional Development Mission for Asia (USAID/RDMA) Activity. Contents Executive Summary .................................................................................................... 4 Methodology ....................................................................................................... 7 1.1 Research Objectives and Background ..................................................................................... 7 1.2 Research Phases ........................................................................................................................... 7 1.3 Research Design and Sampling .................................................................................................. 8 1.4 Analytic Framework .................................................................................................................. 10 1.5 Limitations .................................................................................................................................... 11 1.6 Informed Consent and Confidentiality .................................................................................
    [Show full text]
  • Capacities in Facing Natural Hazards: a Small Island Perspective
    Int J Disaster Risk Sci (2014) 5:247–264 www.ijdrs.com DOI 10.1007/s13753-014-0031-4 www.springer.com/13753 ARTICLE Capacities in Facing Natural Hazards: A Small Island Perspective Mercy M. F. Rampengan • Agni Klintuni Boedhihartono • Lisa Law • J. C. Gaillard • Jeffrey Sayer Published online: 13 December 2014 Ó The Author(s) 2014. This article is published with open access at Springerlink.com Abstract Isolated communities on small islands are often Keywords Human and social characterized as vulnerable and marginalized. We studied resources Á Indonesia Á Livelihood diversity Á Natural the recent history of Laingpatehi, a village on Ruang Island hazards Á Remote marginal communities Á Small islands off the north coast of Sulawesi, Indonesia to show that the marginalization-vulnerability nexus can be offset by capacity and social cohesion to enable sustainable liveli- hoods. The island has been impacted by volcanic eruptions, 1 Introduction earthquakes, and competition for marine resources from mainland-based fishermen. The community has shown a Vulnerability to multiple hazards is thought to be a char- remarkable ability to cope and prosper in the face of a acteristic of small, remote island communities (Lewis series of external hazards. We used a sustainable liveli- 2009). Their small size and isolation allegedly expose them hoods approach to identify the assets that enabled the vil- to a wide range of internal and external hazards. Several lagers to cope. Strong social cohesion was central to the studies have documented impacts of disasters on Small ability to organize the community and confront hazards. A Island Developing States (SIDS) (Briguglio 1995;Me´heux diversified livelihood strategy drawing on the small island et al.
    [Show full text]
  • 2.1.26 Indonesia North Sulawesi Port of Bitung
    2.1.26 Indonesia North Sulawesi Port of Bitung Port Overview Port Picture Description and Contacts of Key Companies Port Performance Discharge Rates and Terminal Handling Charges Berthing Specifications General Cargo Handling Berths Port Handling Equipment Container Facilities Customs Guidance Terminal Information MULTIPURPOSE TERMINAL GRAIN AND BULK HANDLING MAIN STORAGE TERMINAL Stevedoring Hinterland Information Port Security Port Overview The port of Bitung is located in Bitung City, about 40 km East of Manado City. There are two ports in Bitung City managed by Pelindo IV North Sulawesi; co nventional port and container port. The conventional port segment consists of LCT berth, passenger berth, and container berth, while the container port is specially for container handling activities. Port of Bitung is functioning as the East International Gate port in North Sulawesi that is visited and anchored by passenger ships between major cities in Indonesia and internationally. Goods supplied to North Sulawesi mainly come from Makassar and Surabaya by sea transport through Conventional Port of Bitung and are then distributed to Manado City, other districts and Islands. Port website: https://inaport4.co.id/branch/read/1/22 https://inaport4.co.id/ Key port information can also be found at: http://www.maritime-database.com Port Location and Contact Country Indonesia Province or District North Sulawesi Province Nearest Town or City Bitung City with Distance from Port 1 km Port's Complete Name Port of Bitung Latitude 01°26’00” S Longitude 125°11’00”E Managing Company or Port Authority PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Pelabuhan Bitung Management Contact Person Makmur Syam Operation Manager Container Port Bitung M.
    [Show full text]
  • Tuna Fishing Ground Modeling Based on Geographic Information System in Bitung Sea Waters
    View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by International Institute for Science, Technology and Education (IISTE): E-Journals Journal of Environment and Earth Science www.iiste.org ISSN 2224-3216 (Paper) ISSN 2225-0948 (Online) Vol.8, No.11, 2018 Tuna Fishing Ground Modeling Based on Geographic Information System in Bitung Sea Waters Joyce Christian Kumaat 1* Mercy M.F. Rampengan 2 1.Faculty of Social Science, Universitas Negeri Manado, Kampus UNIMA di Tondano, Indonesia 2.Faculty of Mathematics and Natural Science, Universitas Negeri Manado, Kampus UNIMA di Tondano, Indonesia Abstract Fishing Ground in the ocean is an area targeted fishing. Predicted zone of Tuna fish caught should by detecting the distribution of chlorophyll-a and sea surface temperature distribution from Aqua MODIS image. This study aims to predict the local zone tuna fishing in the sea around the city of Bitung based on the distribution of chlorophyll-a and sea surface temperature by using satellite image Aqua MODIS data level-3. A series of research activities conducted in stages are: image collection, image cutting by the desired area, image extraction, data interpolation, map overlay, and the last is the map layout. The result of sea surface temperature (SST) and chlorophyll-a concentration in the ocean waters of Bitung and surrounding areas shows the chlorophyll-a, and sea surface temperature varies each season. The highest chlorophyll-a distribution is in the second transitional season in September and the lowest in the west season in December. The most top sea surface temperature distribution is in the eastern seasons in June and the lowest in the east of seasons in August.
    [Show full text]
  • LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 69/Kpts/HK
    LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 69/Kpts/HK.310/8/2001 TANGGAL : 1 AGUSTUS 2001 TENTANG : TEMPAT-TEMPAT PEMASUKAN DAN PENGELUARAN MEDIA PEMBAWA ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN KARANTINA I. Tempat-tempat Pemasukan (Impor) Media Pembawa Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia. A. Bandar Udara: 1. Polonia - Medan 13. Sepinggan – Balikpapan 2. Tabing - Padang 14. Supadio - Pontianak 3. Hang Nadim – Batam 15. Juwata – Tarakan 4. St Mahmud Badaruddin II - palembang 16. Sam ratulangi – Menado 5. Halim Perdana Kusuma – Jakarta 17. Hasanuddin – Makassar 6. Soekarno-Hatta – Cengkareng 18. Patimura – Ambon 7. Husein Sastranegara – Bandung 19. Frans Kaisiepo – Biak 8. Adi Sumarmo – Solo 20. Tembaga Pura – Timika 9. Juanda – Surabaya 21. Sentani – Jayapura 10. Ngurah Rai – Denpasar 22. St Iskandar Muda -Banda Aceh 11. Selaparang – Mataram 23. St Syarif Kasim II – Pekanbaru 12. EI Tari - Kupang 24. Kijang – Tanjung Pinang B. Pelabuhan Laut dan Pelabuahn Sungai : 1. Malahayati/Krueng Raya-Banda Aceh 31. 2. Sabang – Sabang 32. Waingapu - Waingapu 3. Lhokseumawe – Lhokseumawe 33. Pontianak- Pontianak 4. Meulaboh – Meulaboh 34. Banjarmasin – Banjarmasin 5. Sinabang – Sinabang 35. Balikpapan – Balikpapan 6. Tj Balai Asahan – Tj Balai Asahan 36. Lingkas- Tarakan 7. Belawan – Medan 37. Samarinda – Samarinda 8. Sibolga – Sibolga 38. Nunukan – Nunukan 9. Teluk Bayur – Padang 39. Sebatik – Sebatik 10. Dumai – Bengkalis 40. Bontang – Bontang 11. Pekanbaru – Pekanbaru 41. Makassar – Makassar 12. Tanjung Pinang – Tanjung Pinang 42. Malili – Ujung Pandang 13. Batu Ampar – Batam 43. Pare – Pare 14. Sekupang – Batam 44. Nusantara – Kendari 15. Tj Balai Karimun-Tj Balai Karimun 45. Pantoloan –Pantoloan 16. Lagoi – Lagoi 46. Ambon – Ambon 17. Panjang – Bandar Lampung 47.
    [Show full text]
  • North Sulawesi Province Soekarno Bridge in Manado Orth Sulawesi Is Located on Minahasa, the Northern Peninsula of the Island of Sulawesi
    PROVINCE OVERVIEW INDONESIA INDUSTRIAL ESTATES DIRECTORY 2018-2019 North Sulawesi Province Soekarno bridge in Manado orth Sulawesi is located on Minahasa, the northern peninsula of the island of Sulawesi. Its natural Basic Data borders are the Celebes Sea to the north, the Molucca NSea to the east and south; while in the west, there is the province of Gorontalo. North Sulawesi moreover includes Capital: Manado the Talaud and Sangihe groups of islands in the Celebes Sea. The capital is Manado City, near the northeastern Major Cities: tip of the province’s mainland. Administratively, North • Bitung : 269.368 inhabitants Sulawesi is divided into eleven regencies and four cities. • Kotamobagu : 116.180 inhabitants In developing the province, the government has set • Tomohon : 95.011 inhabitants the vision of “realizing North Sulawesi as a self-sufficient 2 economy with a sovereign government and culture”. This Size of Province: 15.273 km vision is planned to be achieved by enhancing economic Population: independence, strengthening the agricultural sector and (1) Province : 2.412.118 inhabitants use of maritime resources, and encouraging the industry (2) Province Capital : 473.499 inhabitants and services sector. Under the National Medium Term Development Salary (2018): Plan of 2015-2019, the central government has planned The provincial monthly minimum wage : to create a Special Economic Zone (SEZ) in Bitung, as a USD 209,21. designated center of fishery, coconut processing, and pharmaceuticals. The infrastructures along the site, such as toll road, water distribution network, enhancement of electricity capacity, will also be further developed to Educational Attainment accommodate the needs of potential investors.
    [Show full text]
  • Bitung, North Sulawesi, Indonesia
    Policy Review for APEC Low-Carbon Model Town Phase 5 Final Report Bitung, North Sulawesi, Indonesia June 2016 Report for the APEC Energy Working Group APEC Low-Carbon Model Town (LCMT) Phase 5 - Study Group B Policy Review: Bitung, Indonesia APEC Project: APEC Low-Carbon Model Town (LCMT) Project Phase 5: EWG 06 2014A Produced by Asia Pacific Energy Research Centre Inui Building, Kachidoki, 1-13-1, Kachidoki, Chuo-ku, Tokyo, 104-0054, Japan Phone: (81) 3-5144-8551 E-mail: [email protected] Website: http://aperc.ieej.or.jp/ For Asia-Pacific Economic Cooperation Secretariat 35 Heng Mui Keng Terrace Singapore 119616 Tel: (65) 68919 600 Fax: (65) 68919 690 Email: [email protected] Website: www.apec.org © 2016 APEC Secretariat APEC#216-RE-01.11 i APEC Low-Carbon Model Town (LCMT) Phase 5 - Study Group B Policy Review: Bitung, Indonesia TABLE OF CONTENTS PREFACE ........................................................................................................................................................................................................ iii EXECUTIVE SUMMARY....................................................................................................................................................................... iv RECOMMENDATIONS ..........................................................................................................................................................................1 PART I: BACKGROUND INFORMATION ................................................................................................................................8
    [Show full text]
  • PEMODELAN KECELAKAAN SEPEDA MOTOR PADA RUAS JALAN DI KOTA ATAMBUA Margareth E
    Jurnal Teknik Sipil Vol. III, No. 2, September 2014 PEMODELAN KECELAKAAN SEPEDA MOTOR PADA RUAS JALAN DI KOTA ATAMBUA Margareth E. Bolla ([email protected] ) Dosen pada Jurusan Teknik Sipil, FST Undana Tri Mardiyati W. Sir ([email protected] ) Dosen pada Jurusan Teknik Sipil, FST Undana Christofel N. Bara ([email protected] ) Penamat dari Jurusan Teknik Sipil, FST Undana ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan sepeda motor di Kota Atambua melalui pemodelan. Pemodelan menggunakan metode Generalized Linear Method dengan standar signifikansi sebesar 95%. Berdasarkan hasil pengolahan data hasil survei lalulintas dan survei kendaraan menggunakan program GenStat diperoleh persamaan pemodelan kecelakaan MCA = 0.002902 exp [-0.986 LbLajur – 0.674 LbBahu Jalan + 0.1761 Kecepatan] . Hasil pemodelan menunjukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan sepeda motor adalah Total Lebar Ruas Jalan dengan koefisien sebesar -0.986, Total Lebar Bahu Jalan dengan koefisien sebesar -0.674, dan 85-Percentile Kecepatan Kendaraan dengan koefisien sebesar 0.1761. Analisa Deskriptif menunjukan bahwa kecelakaan sepeda motor sering terjadi pada pengendara dengan jenis kelamin laki-laki dengan jumlah kasus terbanyak sebesar 40 kasus, dengan rentang usia pengendara 18-25 tahun, yaitu 17 kasus. Kecelakaan sering terjadi pada pengendara dengan profesi swasta, yaitu sebesar 17 kasus dan paling sering terjadi pada rentang waktu pukul 12.00-17.59 yaitu sebanyak 7 kasus. Dari kriteria tipe tabrakan, kecelakaan sering terjadi dengan tipe Tabrak Pejalan Kaki, yaitu terjadi sebanyak 5 kasus dengan tingkat keparahan terbanyak Luka Berat, yaitu sebanyak 14 kasus. Kata kunci: Pemodelan Kecelakaan, Generalized Linear Models ABSTRACT This study aims to describe and analyze the factors that affect motorcycle accident through modeling.
    [Show full text]