ISLAM, TRADISI DAN MODERNITAS DALAM PERKAWINAN MASYARAKAT SASAK WETU TELU (Studi Komunitas Wetu Telu Di Bayan)
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
ISLAM, TRADISI DAN MODERNITAS DALAM PERKAWINAN MASYARAKAT SASAK WETU TELU (Studi Komunitas Wetu Telu di Bayan) Oleh : AKHMAD MASRURI YASIN 07231393 TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Untuk memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Magister Studi Islam YOGYAKARTA 2010 PERNYATAAN KEASLIAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Akhmad Masruri Yasin, S.HI NIM : 07.231.393 Jenjang : Magister Program Studi : Hukum Islam Konsentrasi : Hukum Keluarga Menyatakan bahwa Naskah Tesis ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya sendiri kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk atau dikutip dari sumbernya. Yogyakarta, 20 Pebruari 2010 Saya yang menyatakan, AkhmadU Masruri Yasin, S.H.I NIM. 07.231.393 ii Abstrak Pertemuan Islam, tradisi dan modernitas dalam banyak hal seringkali mengundang perdebatan panjang dan menyisakan banyak persoalan. Hal ini dipengaruhi oleh sebab konstruksi dan karakteristik masing-masing dari ketiga entitas tersebut berbeda, sehingga sangat sulit untuk tidak mengatakan "tidak mungkin" mempertemukan ketiganya dalam satu pelaminan secara damai. Studi ini berusaha mengungkap bagaimana relasi ketiga entitas tersebut dalam praktik perkawinan masyarakat Sasak wetu telu. Masyarakat Sasak wetu telu merupakan komunitas yang sampai hari ini mengaku beragama Islam dan menerapkan tradisi leluhur secara ketat, juga pada batas-batas tertentu menerima modernitas sebagai bagian tak terpisahkan dalam kehidupan mereka. Fokus utama studi ini adalah apakah interkasi Islam, tradisi dan modernitas mengalami ketegangan atau konflik satu sama lain dalam praktek perkawinan masyarakat Sasak wetu telu dan bagaimana mereka mempertemukan ketiga kekuatan tersebut.? Tujuan studi ini ialah mendeskripsikan dan memahami dialektika yang terjadi antara Islam, tradisi dan modernitas dalam praktek perkawinan masyarakat Sasak wetu telu. Untuk mengkonstruk jawaban dari pertanyaan di atas, teori yang dibangun adalah teori perubahan sosio-kultural, yang dirangkai dengan teori interkasi dan juga teori budaya akuluirasi dan inkulturasi. Studi ini menggunakan pendekatan fenomenologi dengan teknik epoche dan eiditik, atau etic dan emic. Metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi langsung, wawancara mendalam, dan pembacaan dokumen. Dengen metode dan pendekatan tersebut, penelitian ini menemukan bahwa pertama, dari sudut pandang literal-formal, interaksi dialektis antara Islam, tradisi dan modernitas dalam perkawinan masyarakat Sasak wetu telu mengalami ketegangan-ketegangan (tension) atau konflik satu dengan yang lain. Konflik ini terlihat jelas terutama ketika mempertemukan idiom-idiom adat dengan idiom- idiom agama (baca; Islam) serta idiom modernisme. Misalnya antara idiom merariq (melarikan diri) dengan khitbah (lamaran), ajikrama dengan mahar, metikah buak lekuq dengan akad pernikahan. Namun kalau dilihat dari sudut pandang substansi-filosofis, relasi antara ketiga entitas tersebut dalam praktik perkawinan masyarakat Sasak wetu telu, pada dasarnya tidak mengalami pertentangan atau konflik satu sama lain. Ketiga entitas tersebut dapat bertemu dan berdampingan secara damai dalam satu pelaminan yakni perkawinan Sasak wetu telu. Terjadi dialog yang bersifat kritis-interaktif dan akomodatif-akulturatif antara ketiga kekuatan tersebut, sehingga menghasilkan sebuah rumusan ideal atau local genius yang kemudian disebut dengan adatluwirgama. Kedua, untuk mempertemukan tiga kekuatan tersebut dalam praktek perkawinan (merarik), masyarakat Sasak wetu telu berusaha menempatkan ketiganya pada posisi yang tepat dan mengakomodasinya secara proforsional. Cara ini kemudian menciptakan sebuah equilibrium yang pada akhirnya berbuah harmoni dalam kehidupan masyarakat Sasak wetu telu. iii iv Abstrak Pertemuan Islam, tradisi dan modernitas dalam banyak hal seringkali mengundang perdebatan panjang dan menyisakan banyak persoalan. Hal ini dipengaruhi oleh sebab konstruksi dan karakteristik masing-masing dari ketiga entitas tersebut berbeda, sehingga sangat sulit untuk tidak mengatakan "tidak mungkin" mempertemukan ketiganya dalam satu pelaminan secara damai. Studi ini berusaha mengungkap bagaimana relasi ketiga entitas tersebut dalam praktik perkawinan masyarakat Sasak wetu telu. Masyarakat Sasak wetu telu merupakan komunitas yang sampai hari ini mengaku beragama Islam dan menerapkan tradisi leluhur secara ketat, juga pada batas-batas tertentu menerima modernitas sebagai bagian tak terpisahkan dalam kehidupan mereka. Fokus utama studi ini adalah apakah interkasi Islam, tradisi dan modernitas mengalami ketegangan atau konflik satu sama lain dalam praktek perkawinan masyarakat Sasak wetu telu dan bagaimana mereka mempertemukan ketiga kekuatan tersebut.? Tujuan studi ini ialah mendeskripsikan dan memahami dialektika yang terjadi antara Islam, tradisi dan modernitas dalam praktek perkawinan masyarakat Sasak wetu telu. Untuk mengkonstruk jawaban dari pertanyaan di atas, teori yang dibangun adalah teori perubahan sosio-kultural, yang dirangkai dengan teori interakasi dan juga teori budaya akulturasi dan inkulturasi. Studi ini menggunakan pendekatan fenomenologi dengan teknik epoche dan eiditik, atau etic dan emic. Metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi langsung, wawancara mendalam, dan pembacaan dokumen. Dengan metode dan pendekatan tersebut, penelitian ini menyimpulkan bahwa, dari sudut pandang formal (normatif), interaksi yang terjadi antara Islam, tradisi dan modernitas pada praktek perkawinan masyarakat Sasak wetu telu mengalami mengalami pertentangan atau konflik satu dengan yang lain. Konflik ini terlihat jelas terutama ketika mempertemukan idiom-idiom adat dengan idiom- idiom agama (baca; Islam) serta idiom modernisme. Misalnya antara idiom merariq (melarikan diri) dengan khitbah (lamaran), ajikrama dengan mahar, metikah buak lekuq dengan akad pernikahan. Namun kalau dilihat dari sudut pandang substansi-filosofis, relasi antara ketiga entitas tersebut dalam praktik perkawinan masyarakat Sasak wetu telu, pada dasarnya tidak mengalami pertentangan atau konflik satu sama lain. Tiga entitas tersebut dapat bertemu dan berdampingan secara damai dalam satu pelaminan yakni perkawinan Sasak wetu telu. Terjadi dialog yang bersifat kritis-interaktif dan akomodatif-akulturatif antara ketiga kekuatan tersebut, sehingga menghasilkan sebuah rumusan ideal atau local genius yang kemudian disebut dengan adatluwirgama. Untuk mempertemukan tiga kekuatan tersebut dalam praktek perkawinan (merarik), masyarakat Sasak wetu telu berusaha menempatkan ketiganya pada posisi yang tepat dan mengakomodasinya secara proforsional. Cara ini kemudian menciptakan sebuah equilibrium yang pada akhirnya berbuah harmoni dalam kehidupan masyarakat Sasak wetu telu. vi vi PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam penelitian ini menggunakan pedoman transliterasi dari keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 158 tahun 1987 dan no. 0543 b/U/1987. Secara garis besar uraiannya adalah sebagai berikut: 1. Konsonan Tunggal Huruf0B Arab Nama1B Huruf2B Latin Keterangan3B alif5B Tidak6B dilambangkan Tidak7B dilambangkan B 4ﺍ Ba>‘9B B10B -11B B 8ﺏ 13B 14B 15B - B 12 Ta>' Tﺕ 17B 18B 19B (B 16 s\a> s\ s (dengan titik di atasﺙ 21B 22B 23B - B 20 ji>m Jﺝ 25B 26B 27B (B 24 h{a>‘ h} h (dengan titik di bawahﺡ 29B 30B 31B - B 28 kha>>' Khﺥ 33B 34B 35B - B 32 da>l Dﺩ 37B 38B 39B (B 36 z\a>l Z| z (dengan titik di atasﺫ 41B 42B 43B - B 40 Ra>‘ Rﺭ 45B 46B 47B - B 44 zai Zﺯ 49B 50B 51B - B 48 si>n Sﺱ 53B 54B 55B - B 52 syi>n Syﺵ 57B 58B 59B (B 56 s}a>d S} s} (dengan titik di bawahﺹ 61B 62B 63B (B 60 d{a>d D{ d} (dengan titik di bawahﺽ 65B 66B 67B (B 64 t}a>'> t} t} (dengan titik di bawahﻁ 69B 70B 71B (B 68 z}a>' Z} z} (dengan titik di bawahﻅ 73B 74B 75B B 72 ‘ain ‘ koma terbalikﻉ 77B 78B 79B - B 76 gain Gﻍ 81B 82B 83B - B 80 Fa>‘ Fﻑ 85B 86B 87B - B 84 Qa>f Qﻕ 89B 90B 91B - B 88 Ka>f Kﻙ 93B 94B 95B - B 92 la>m Lﻝ 97B 98B 99B - B 96 mi>m Mﻡ 101B 102B 103B - B 100 Nu>n Nﻥ 105B 106B 107B - B 104 wa>wu Wﻭ 109B 110B 111B - B 108 Ha>’ Hﻫـ apostrof115B (tetapi tidak 113B 114B -B 112 hamzah ’ dilambangkan apabila terﺀ letak di awal kata) 117B 118B 119B - B 116 ya>' Yﻱ 2. Vokal Vokal bahasa Arab seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan rangkap atau diftong. a. Vokal Tunggal Vokal tunggal bahasa Arab lambangnya berupa tanda atau harkat, transliterasinya sebagai berikut: Tanda Nama Huruf Latin Nama Fathah a a َ◌ Kasrah i i ِ◌ D{ammah u u ُ◌ Contoh: yaz\habu - ﻳﺬﻫﺐ kataba - ﻛﺘﺐ z\ukira - ﺫﻛﺮ su’ila- ﺳﺌﻞ b. Vokal Rangkap Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harkat dan huruf, transliterasinya sebagai berikut: Tanda Nama Huruf Latin Nama Fath}ah dan ya ai a dan i َ ﻯ Fath}ah dan wawu au a dan u َ ﻭ Contoh: haula -ﻫﻮﻝ kaifa -ﻛﻴﻒ 3. Maddah Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda: Tanda Nama Huruf Latin Nama Fath}ah dan alif atau alif \ a> a dengan garis َ ﺍ َ ﻯ di atas Maksu>rah Kasrah dan ya i@ i dengan garis di ﻯ atas d}ammah dan wawu u> u dengan garis di atas ُ◌ ﻭ Contoh: qi>la - ﻗﻴﻞ qa>la - ﻗﺎﻝ - rama> - yaqu>lu ﻳﻘﻮﻝ ﺭﻣﻰ 4. Ta’ Marbu>t}ah Transliterasi untuk ta’ marbut}ah ada dua: a. Ta Marbu>t}ah hidup Ta’ marbu>t}ah yang hidup atau yang mendapat harkat fath}ah, kasrah dan d}ammah, transliterasinya adalah (t). b. Ta’ Marbu>t}ah mati Ta’ marbu>t}ah yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya adalah (h) T{alh}ah -ﻃﻠﺤﺔ :Contoh c. Kalau pada kata yang terakhir dengan