Dinamika Transisi Komunitas Wetu Telu Dalam Keyakinan Pelaksanaan Syari’At Islam
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
[Vol. 34 No. 2 Juli 2019] [JATISWARA] DINAMIKA TRANSISI KOMUNITAS WETU TELU DALAM KEYAKINAN PELAKSANAAN SYARI’AT ISLAM Sri Hariati Fakultas Hukum Universitas Mataram Lombok, NTB, Indonesia Email: [email protected] Abstrak Tujuan yang ingin dicapai adalah Untuk mengetahui keberadaan komunitas Wetu Telu dan mengetahui bagaimana dinamika transisi komunitas Wetu Telu dalam pelaksanaan keyakinan syar’at Islam. Di Dusun sangiang Desa kumbang Kecamatan masbagik Lombok timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian empiris dengan subyek penelitian antara lain, tokoh adat Wetu Telu, tokoh agama Wetu Telu dan masyarakat Wetu Telu serta tokoh agama, tokoh masyarkat wetu lima dan aparatur desa seperti kadus, kepala desa. Komunitas Wetu Telu yang ada di Dusun Sangiang Desa Kumbang Masbagik saat ini masih dalam proses verifikasi ke pelaksanaan syari’at Islam, keberadaan mereka sangat minoritas tapi sebagian mampu bertahan di atas masifnya proses verifikasi oleh para pendakwah. Mereka dalam melaksanakan adat istiadat tidak seperti dulu karna seiring dengan perkembangan zaman dengan majunya pendidikan dan banyaknya sarjana- sarjana sehingga mereka melaksanakan ibadah dan tradisi-tradisi tertentu dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi. Kata Kunci: syari’at islam;wetu telu A. PENDAHULUAN penduduk Lombok bisa dikatagorikan sebagai penganut Wetu Telu, sebagian dari mereka Kata Sasak selalu dinasabkan pada suku sudah tercerahkan dengan adanya purifikasi Sasak, sebuah suku, yang menghuni pulau agama yang dibawa oleh tokoh agama masing- Lombok, sekaligus merupakan penduduk masing. Mereka yang beragama Hindu, asli pulau ini. Dewasa ini pulau Lombok tren beranggapan bahwa mereka merupakan orang Sasak tidak hanya dikonotasikan pada agama yang benar,demikaian pula halnya penduduk asli Lombok tetapi migran maupun dengan pengikut agama yang lain, seperti warga yang lahir di daerah percampuran Islam dan Budha, yang beranggapan bahwa antara suku Sasak dengan suku yang lainpun agama yang dianutnya adalah agama yang disebut sebagai orang Sasak. Sedangkan benar menurut keyakinan keagamaannya.1 kata Sasak yang dimaksud dalam tulisan ini Biasanya kelompok-kelompok penganut terlepas dari sekat-sekat, tensitas, maupun Wetu Telu menempati daerah-daerah terpencil kultur, adalah mereka yang masih berpegang dan primitif, sementara kelompok-kelompok pada ritual dan adat istiadat serta kepercayaan lain yang merasa diri sudah tercerahkan Wetu Telu, tanpa melihat apakah ia penduduk kebanyakan menempati tempat yang umum asli (indigienus) maupun pendatang yang lebih ramai dan lebih mudah di jangkau oleh notabenenya berdarah campuran (non- jalur transportasi. Mereka ini kelompok- indegienus). Sasak merupakan penduduk asli dan 1Islam Sasak: Pola keberagaman komunitas Islam Lokal kelompok etnis mayoritas, populasinya lebih di Lombok.webcache.googleusercontent.com.diakses tang- dari 90% penduduk Lombok. Tidak semua gal 2019-03-21. DOI : https://doi.org/10.29303/jatiswara.v34i2.207 [JATISWARA] [Vol. 34 No. 2 Juli 2019] kelompok penganut Wetu Telu yang sering sekali menonjolkan beberapa pengaruh komunitasnya kecil dan dalam masa transisi dan doktrin-doktrin dari berbagai dan keyakinan pelaksanaaan syariat Islam ( waktu beberapa tradisi pendahulunya (budaya lokal, lima). Hindu dan Islam ) yang sebelumnya pernah Agama Islam adalah agama yang berkembang di Lombok . dianut oleh mayoritas masyarakat Sasak, Adanya defereansasi ritual dan tata cara- dengan jumlah penganut mencapai 90%, cara peribdatan, dengan di dukung oleh adat adapun pengaruh Islam di Lombok dapat istiadat yang lebih eksklusif, serta tradisi dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu: statis warisan leluhur yang mewarnai pola- 1. Golongan Islam waktu lima (Islamic ortodox pola keagamaan penganut Wetu Telu Sasak seck), yaitu golongan yang mengikuti Islam serta belum adanya upaya sistematis pernak- sesuai dengan ajaran dan ketentuan al-qur’an pernik tersebut dalam satu konsep. dan al-hadits. Perlu juga penulis kemukakan varian 2. Golongan Wetu Telu, yaitu golongan yang Wetu Telu dalam menentukan permulaan dalam praktik kehidupan sehari-hari masih bulan Ramadhan (puasa). Terdapat perbedaan berpegang teguh pada tradisi nenek moyang pendapat dikalangan varian Islam Wetu Telu serta adat istiadat yang diwariskan secara yang terbagi dalam tiga kelompok, yaitu: turun temurun. Pelaksanaan ibadahnya a. Kelompok pertama, kelompok yang hanya dilakukan oleh kiayi, penghulu dan berpegang pada penanggalan yang disebut tokoh-tokoh adat mereka 2 aboge (reboage), permulaan puasa jatuh Sebelum memeluk agama Islam dikalangan mereka pada tanggal satu bulan masyarakat Sasak percaya terhadap roh ramadhan. dan kekuatan-kekuatan gaib (animisme b. Kelompok kedua, kelompok yang dan dinamisme). Mereka percaya bahwa berpegang pada penanggalan kamis pahing, tidak saja dalam benda hidup terdapat suatu permulaan puasa kalangan ini jatuh pada benda halus, nyawa, arwah atau semangat tanggal dua bulan Ramadhan. tetapi pada tanaman seperti pohon-pohon c. Kelempok ketiga, kelompok yang yang besar yang sudah berusia puluhan berpegang pada penanggalan jum’at pon, bahkan ratusan tahun, benda-benda mati permulaan puasa dikalangan mereka seperti gunung, sungai,lembah, bukit juga senantiasa jatuh pada tanggal tiga bulan terhadap beragam senjata seperti keris, Ramadhan. tombak (jongkat: Sasak), ikat pinggang atau Perlu di kemukakan masing-masing sabuk, cincin, akik dan sejenisnya diyakini kelompok varian Wetu Telu yang berbeda kyai memiliki kekuatan, roh dan semangat yang atau penghulunya dalam mengaktualisasikan selalu mengelilingi manusia baik di rumah ajaran Islam tersebut, sebagai berikut: maupun di luar rumah. Keyakinan-keyakinan 1. Di Bayan dan Tanjung (Lombok Barat), masa lalu ini, hingga saat ini masih dipegang hanya melaksanakan shalat jum’at dan dan dipertahankan oleh penganut Wetu Telu shalat jenazah, shalat idul fitri, idul adha dan hingga dalam mempersonifikasikan ajaran berpuasa mulai pada tanggal dua Ramadhan. dan doktrin-doktrin keagamaan berdasarkan 2. Di wilayah Pujut (Lombok Tengah), dan tata cara dan penerapannya dengan penganut sekitarnya hanya melaksanakan shalat agama yang lazim dijumpai di berbagai lima waktu sehari semalam termasuk kalangan. shalat jum’at shalat idul fitri,idul adha dan Penganut Wetu Telu, dalam shalat jenazah. Mereka memulai puasa mempersentasikan ajaran-ajaran keagamaan pada tanggal satu Ramadhan, dibandingkan dengan wilayah lainnya, kondisi Islam Wetu 2Meneropong strategi kebudayaan melalui kesadaran historis. 2018 “islam wetu telu” jurnal filsafat.ISSN 2528- Telu di desa tersebut masih kuat sampai saat 6811. ini. 172 Sri Hariati | Dinamika Transisi Komunitas... [Vol. 34 No. 2 Juli 2019] [JATISWARA] 3. Di wilayah Rambitan (Lombok Tengah), memesuki agama Islam sesungguhnya telah Sepit (Lombok Timur) dan sekitarnya hanya jelas jalan yang benar daripada jalan yang melaksanakn shalat magrib dan isya selama salah karena itu barang siapa yang ingkar bulan Ramadhan, dan shalat subuh pada pagi thogut (setan), dan beriman kepada tali yang hari raya (id), kemudian melaksanakan shalat amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah 4 jum’at, shalat sunnat tarawih dan shalat maha mendengar lagi maha mengetahui. jenazah. Kelompok-kelompok Wetu Telu masih 4. Di wilayah Pengadangan (Lombok Timur) tersebar di seantero pulau Lombok. Diatas dan sekitarnya hanya melaksanakan shalat penulis memberikan gambaran lokasi lima waktu sehari semalam selama giliran (wilayah) komunitas Wetu Telu yang masih merebotnya (penjaga masjid) selama tujuh eksis hingga sekarang, Desa Sembalun hari setelah itu mereka hanya melaksanakan Lombok Timur, Desa Bayan Lombok Barat, shalat jum’at, shalat jenazah dan shalat Desa Lembuak Lombok Barat. tarawih pada bulan ramadhan. Adapun komunitas Wetu Telu yang 5. Di wilayah Sembalun (Lombok Timur) dan basis komunitasnya kecil dan eksistensi sekitarnya hanya melaksanakan shalat ashar generasinya mulai redup terdapat dibeberapa pada hari kamis, shalat zuhur pada hari jum’at daerah, salah satunya di Dusun sangiang Desa dan shalat subuh pada hari raya (id).3 kumbang Kecamatan masbagik lombok timur. Ajaran penganut Wetu Telu mayoritasnya Ritual-ritual adat dan keberadaan pemangku, memegang prinsip-prinsip sebagai berikut : kyai dan tokoh adatnya masih eksis sampai 1. Taat kepada tuhan yang Maha Esa sekarang. 2. Taat kepada pemerintah Exsitensi penerapan ajaran wektu telu 3. Taat kepada kedua orang tua, dalam arti di Dusun sangiang memang diakui mulai yang sangat luas, mereka sangat kuat berkurang namun beberapa diantara mereka memegang prinsip-prinsip ini dan tidak masih berpegang teguh pada perinsip-perinsip berani melanggarnya apalagi menyangkut ajaran-ajaran Islam Wetu Telu itu tercermin penaliq yaitu suatu hal yang mereka anggap dari perilaku adat-istiadat, pola hidup tabu. tradisional yang kental melekat dikeseharian Islam sebagai agama yang dibawa oleh mereka. Pelaksanan ibadah sebagi exsistensi nabi besar Muhammad SAW, sejak lima ajaran Islam Wetu Telu masih terlihat. belas abad yang silam telah berkembang dan Kelompok Islam Wetu Telu ini berkiblat pada tersebar keseluruh penjuru dunia. Agama pelaksanan Islam Wetu Telu pada umumnya, yang bersifat universal ini sesuai dengan dalam komunitas ini yang melaksanakan solat firman Allah SWT dalam al-qur’an surat lima waktu sehari semalam serta ajuran solat al-Anbiya :107 yaitu : “ Dan tidaklah kami jumat hanya dilakukan oleh kiyai nya saja. mengutus (Muhammad SAW) melainkan Aktivitas-aktivitas berikutnya adalah, menjadi rahmat semesta alam”. Untuk