Mukhlis Anton Nugroho, Kondisi Kritis Keaslian Laras Banyumas

VOLUME 03, No. 01, November 2016: 69-80

KONDISI KRITIS KEASLIAN LARAS SLENDRO BANYUMAS

Mukhlis Anton Nugroho Alamat: Gunden, Rt 07/04, Waru, Kebakkramat, Karanganyar [email protected]

ABSTRACT Slendro is one kind of tuning music system exists in Banyumas. The characteristic of Slendro Banyumas is different from the existed Slendro in Surakarta, to Banyuwangi Slendro, Sundanese Salendro, ect. Slendro’s character is able to be detected from the interval pattern between of its tones. This is appropriate to the theoretical concept about laras that explain “one of the musical atmosphere defi ned by the tuning system which focuses on the jangkah pattern (interval) for its tones in one cycle”. This article aims to show about the condition of Slendro Banyumas, nowadays, it is experiencing a shift due to the infl uence of the other tones. Slendro Banyumas threaten its authenticity.

Keywords: authenticity, infl uence, Slendro.

ABSTRAK Slendro adalah salah satu jenis sistem pelarasan yang hidup di Banyumas. Karaktersistik Laras Slendro Banyumas mempunyai ciri khas yang berbeda dari Laras Slendro yang lainnya seperti Slendro Surakarta, Slendro Banyuwangi, Salendro Sunda, dsb. Karakteristik Laras Slendro bisa dideteksi dari pola jangkah antar nada pada laras tersebut. Hal ini sesuai dengan konsep teoretik tentang laras yang menjelaskan bahwa “salah satu atmosfi r musikal ditentukan oleh sistem pelarasannya yang berinti pada pola jangkah nada-nada dalam satu siklus”. Tulisan ini ingin menunjukkan kondisi Laras Slendro Banyumas pada waktu ini yang mengalami pergeseran karena pengaruh dari laras yang lainnya. Laras Slendro Banyumas terancam keasliannya.

Kata kunci: keaslian, Laras Slendro, pengaruh.

PENGANTAR dari beberapa unsur yaitu nada, jumlah Laras merupakan sebuah sistem nada, dan jarak antar nada inilah yang urutan nada dari nada terendah ke terbingkai dalam istilah laras. Laras nada tinggi atau sebaliknya. Nada- biasanya juga diartikan sebuah tangga nada yang ada di dalam laras memiliki nada. Sebagai contoh biasanya di musik jumlah tertentu sesuai dengan aturan Barat muncul istilah tangga nada mayor, budaya yang berlaku di kehidupan atau tangga nada minor. musik tersebut. Jarak antar nada pada Istilah laras lebih sering digunakan urutan di dalam laras juga memiliki pada di beberapa daerah di aturan-aturan tersendiri. Gabungan Nusantara. Seperti pada gamelan yang

69 Jurnal Kajian Seni, Vol. 03, No. 01, November 2016: 69-80

Sistem pelarasan: c – d – e – f – g – a – b – c (diatonis mayor) ada di Surakarta terdapat beberapa laras, Jarak nadanya 200 200 100 200 200 200 100 (cent) salah satunya adalah Laras Slendro. (jauh-jauh-dekat-jauh-jauh-jauh-dekat) bandingkan dengan: Laras Slendro menurut Hastanto adalah Sistem pelarasan: a – b – c – d – e – f – g – a (diatonis minor) Jarak nadanya 200 100 200 200 100 200 200 (cent) sebuah laras dengan jumlah nada (jauh-dekat-jauh-jauh-dekat-jauh-jauh) lima buah dan jangkahi antara nada satu dengan lainnya hampir sama Pola jangkah atau jarak nadanya (Hastanto, 2012: 119). Di Nusantara berbeda maka rasa musikalnyapun terdapat beberapa daerah budaya yang berbeda, diatonis mayor ada yang masuk dalam keluarga Laras Slendro mengatakan mempunyai rasa maskulin seperti Surakarta, Yogyakarta, Madura, dan diatonis minor mempunyai rasa Pasundan, Bali, Banjar, Banyuwangi, feminin. Demikian pula di dalam Laras dan lain sebagainya. Selain itu pada Slendro dan Laras di dalam gamelan objek penelitian ini yaitu daerah budaya Nusantara; Banyumas juga termasuk keluarga Laras Sistem Pelarasan: 1 – 2 – 3 – 5 – 6 – 1 (Laras Slendro) Slendro. Jarak nadanya – hampir sama rata – bandingkan dengan: Sistem Pelarasan: 1 - 2 -- 3 -- 5 - 6 -- 1 (Laras Pelog) Laras Slendro yang sudah disebutkan Jarak nadanya dekat jauh jauh dekat jauh di atas dapat dideteksi dari pola jangkah antar nada dan jumlah nada dalam satu Pola jangkah berbeda maka rasa siklusnya. Di dalam sistem pelarasan, musikalnyapun berbeda, Laras Slendro pola jangkah antar nada merupakan hal ada yang mengatakan mempunyai rasa yang sangat penting untuk mendeteksi maskulin dan Laras Pelog mempunyai pelarasan yang ada apa musik tersebut. rasa feminim (Hastanto, 2009: 16). Untuk mengetahui pola jangkah terlebih Melihat pemaparan ini dapat disimpulkan dahulu harus mengidentifi kasi urutan bahwa untuk menganalisis larasan— dan jumlah nada dalam satu siklus, dalam hal ini Laras Slendro—yang ada kemudian mengukur frekuensi masing- pada gamelan, maka perlu mengetahui masing nada. Setelah frekuensi tiap nada frekuensi setiap nada yang kemudian ditemukan akhirnya bisa mengetahui digunakan untuk mencari pola jangkah jarak-jarak nada secara berurutan, dan yang ada pada Laras Slendro tersebut. pola jangkah yang ada pada pelarasan Pola jangkah antar nada-nada tersebut. Wujud dari pola jangkah ini pada Laras Slendro ini membentuk yang akhirnya membentuk rasa musikal karakteristik Laras Slendro yang berbeda- tertentu pada sistem pelarasan. beda di setiap daerah budaya. Pada Hastanto juga menjelaskan dalam penelitian Hastanto bersama timnya tulisannya terkait wujud pola jangkah dalam Penelitian Tim Pascasarjana yang yang akhirnya membetuk rasa musikal berjudul “Redefi nisi Laras Slendro” (Tahap tertentu. Di dalam penjelasannya, Pertama) menditeksi ada 5 jenis Laras Hastanto mencontohkan sebagai Slendro di Jawa dan sekitarnya yaitu berikut. Slendro Surakarta, Sunda, dan Madura (satu jenis), Slendro Banyuwangi, Slendro

70 Mukhlis Anton Nugroho, Kondisi Kritis Keaslian Laras Slendro Banyumas

Gender wayang Bali, Slendro Banjar, dan selesai dilaras dan kemudian digunakan Slendro Palembang (Hastanto, 2015:95- untuk mengiringi sajian gending dan 96). vokal Banyumasan, maka karakter Secara empirik dalam dunia Banyumasan akan muncul dan pesinden karawitanii mengisyratkan bahwa di merasa lebih leluasa bermain cengkokiv Banyumas juga mempunyai Laras Slendro Banyumasan. Hal ini berbeda ketika jenis tersendiri. Indikasi pernyataan ini sistem pelarasan Banyumas adalah munculnya permasalahan pada disesuaikan dengan sistem pelarasan pelarasan Calung Banyumas, apabila Slendro pada Gamelan Surakarta, yang laras Calung tidak sesuai dengan Slendro akan terjadi adalah pesinden Banyumas Banyumas, maka Calung tersebut kurang akan kesulitan memasukkan vokal gaya pas untuk mengiringi vokal tembang Banyumasan. Ini kemungkinan ada Banyumas. Seperti yang dipaparkan oleh pengaruh dari nada yang ada di dalam Darnoiii sebagai berikut. embatv tersebut. Ketika nada yang ada di dalam embat tersebut berbeda ...Ketika orang Banyumas membuat dengan kebiasaan vokal Banyumasan, larasan yang mengacu pada sistem yang jangkah nadanya juga berbeda pelarasan gamelan Surakarta, vokalis akan kesulitan dalam memasukkan dengan gamelan Surakarta, maka ruang gaya-gaya vokal Banyumas. Orang berekspresi untuk mengeluarkan gaya Banyumas akan lebih nyaman Banyumasan menjadi tidak leluasa. Hal bernyanyi ketika sistem pelarasan ini mengindikasikan bahwa Banyumas Calung berdasarkan atas vokal gending-gending Banyumasan. mempunyai karakteristik laras Slendro Sehingga bisa dikatakan vokal yang berbeda. gending-gending Banyumasan Indikasi yang menunjukkan menjadi referensi dan acuan dalam perbedaan karakteristik laras Slendro menentukan sistem pelarasan Calung (Wawancara Darno, 14 Mei Banyumas dengan Slendro di daerah 2015). lain yang sudah dijelaskan di atas, diperkuat oleh anggapan dari Kusino Mencermati pemaparan hasil seorang pelaras Calung Banyumas yang wawancara Darno terkait proses pelarasan berpendapat bahwa Slendrone Solo kaleh Calung Banyumas, dapat dikatakan Banyumas nggih benten. Banyumas nggih bahwa orang Banyumas menciptakan gadhah Slendro piyambak, mawi ngelaras pelarasan Calung berdasarkan nembang nggih kados Slendro Banyumas kemawon gending Banyumasan dan kemudian (Wawancara Kusino, 03 Februari 2016). mulai menentukan nada pertama Maksud dari pemaparan tersebut, bahwa (babon), dilanjutkan ke nada-nada Slendro Surakarta berbeda dengan berikutnya. Hasil dari metode proses Slendro Banyumas. Banyumas memiliki pelarasan tersebut berpengaruh dengan laras Slendro sendiri, sehingga apabila vokal ketika disajikan dalam kemasan melaras juga disamakan dengan Slendro pertunjukan. Ketika Calung sudah Banyumas.

71 Jurnal Kajian Seni, Vol. 03, No. 01, November 2016: 69-80

Berkaca pada pemaparan seniman oleh letak geografi s dan situasi daerah Banyumas di atas dapat disimpulkan di tempat kesenian itu tumbuh dan bahwa karakteristik Slendro Banyumas berkembang (Hastanto dan Kuwat, 1999: berbeda dengan Slendro di daerah 34). budaya yang lainnya seperti Slendro W. Pudji Priyanto dalam penelitiannya Surakarta. Alhasil keaslian dari Laras ‘Makna Indhang dalam Kesenian Ebeg Slendro Banyumas tersebut harus dijaga. & Lengger di Banyumas’ menuliskan Namun, kenyataannya Laras Slendro tentang sejarah budaya Banyumas di Banyumas mengalami pergeseran sebagai berikut. akibat pengaruh dari laras musik yang lainnya. Berpijak pada ‘konsep teoretik Banyumas sebagai salah satu bagian wilayah propinsi Jawa Tengah, tentang laras’, pada tulisan ini akan memiliki berbagai macam budaya, menunjukkan pergeseran yang terjadi adat istiadat, dialek, makanan pada Laras Slendro Banyumas dengan tradisional dan kesenian yang beberapa analisis seperti analisis sejarah menarik, hal tersebut dikarenakan letak geografis Banyumas yang dan analisis pola jangkah Laras Slendro berada pada perbatasan dua etnis Banyumas sesuai dengan konsep teoretik yang berbeda yaitu masyarakat tentang laras. Jawa Barat dengan etnik Sunda. Banyumas terletak jauh dari keraton, baik keraton Yogyakarta PEMBAHASAN Hadiningrat atau Mataram maupun Kehidupan Laras Slendro di keraton Surakarta atau Pajang Banyumas serta Pajajaran Jawa Barat. Banyumas mempunyai musik Banyumas pernah menjadi pusat kekuasaan wilayah yaitu sebuah tradisi yang juga berlaras Slendro. Kadipaten. Kadipaten Banyumas Beberapa musik tradisi yang hidup di sejak didirikan oleh R. Jaka Kaiman Banyumas antara lain adalah Bongkel, atau Adipati Mrapat pada kurang Buncis, Krumpyung, dan Calung. Letak lebih taun 1582 selalu berada dalam bayang-bayang kebesaran wilayah Banyumas secara geografi s, bisa keraton Pajang atau Mataram. Oleh dikatakan merupakan daerah titik temu karena itu, Banyumas tidak pernah antara dua budaya yang besar yaitu menjadi pusat kebudayaan. Budaya budaya Jawa Tengah dan Jawa Barat Banyumas dianggap sebagai budaya pinggiran, budaya desa atau budaya atau budaya Sunda. Letak geografis petani. Logat dialek Banyumasan ini tentunya memengaruhi musik yang yang medhok dan kasar sering ada di Banyumas. Seperti pemaparan dianggap sebagai cermin dari Hastanto dan Kuwat dalam penelitiannya orang pinggiran/desa yang kurang mengerti unggah-ungguh (W. Pudji tentang ‘Kesinambungan Benang Merah Priyanto, - : 2). Bongkel, Buncis, Krumpyung, dan Calung Banyumas’ menjelaskan bahwa Melihat sejarah budaya Banyumas pertumbuhan dan perkembangan suatu yang sering dianggap sebagai budaya bentuk kesenian sangat dipengaruhi pinggiran atau budaya desa, ada benang

72 Mukhlis Anton Nugroho, Kondisi Kritis Keaslian Laras Slendro Banyumas merah dengan kondisi musik pada saat banyak berasal dari Surakarta. Nama- ini khususnya dalam hal Laras Slendro. nama seperti Koeswondo, Hardi Sarsono, Muncul pernyataan dari beberapa Kamaru Samsi, Suhardi RS, Sadino AS, seniman ahli pelaras Calung seperti dan Sardjono, akhirnya oleh pemerintah Kusino, Hadi, dan Sukendar, ketika Banyumas diboyong ke Banyumas untuk ditanya bagaimana larasan Calung, menghidupkan kebudayaan di sana. mereka menjawab ‘larasan (Slendro) seng Orientasi pertama untuk membangun apik ya Solo’ artinya Laras Slendro yang kebudayaan Banyumas justru bukan bagus itu laras seperti yang ada di Solo. budaya Banyumasan karena secara Pernyataan dari seniman pelaras Calung dasar pendidikan mereka berasal dari ini memicu beberapa dugaan dari peneliti ASKI Surakarta. Seniman-seniman seperti, (1) muncul rasa kurang percaya tersebut justru memberi pengaruh pada diri untuk menumbuhkan rasa memiliki skala prioritas kegiatan kebudayaan yang Laras Slendro yang asli Banyumas, (2) lebih terkonsentrasi pada penggarapan muncul rasa kurang percaya diri bahwa kesenian gaya Surakarta seperti wayang meraka juga bisa melaras sesuai dengan kulit, wayang wong, karawitan dan tari kepekaan musikal yang dimilikinya, (3) gaya Surakartavi. ada rasa minder karena musik mereka Penggarapan kesenian gaya musik pinggiran atau musik kerakyatan Surakarta di Banyumas juga bukan yang jauh berbeda dengan musik keraton tanpa alasan. Mengutip pernyataan yang dimiliki oleh Surakarta, dan (4) Suhardi RS pada sebuah blog di website ‘ada indikasi bahwa mereka mempunyai sebagai berikut. ciri khas pelarasan tersendiri yang asli Banyumas’. . . . Suhardi RS. menerangkan bahwa hingga awal dekade tahun 1970-an Sulit sekali pada waktu sekarang beberapa ragam kesenian rakyat di mencari karakter Laras Slendro Banyumas Banyumas dilarang dipentaskan. termasuk pada Calung Banyumas yang Paling tidak ada dua alasan yang masih mempunyai larasan asli Slendro mendasari pelarangan pementasan kesenian rakyat. Pertama, trauma Banyumas. Pengaruh dari Laras Slendro masa lalu. Pada masa revolusi Surakarta yang masuk ke Banyumas banyak di antara kesenian rakyat memberi dampak yang signifi kan terhadap di daerah ini direkrut atau dicurigai keaslian Laras Slendro Banyumas. Hal ini direkrut oleh Lembaga Kesenian Rakyat ( Lekra) yang merupakan bisa dibuktikan dengan melihat jauh ke underbow PKI. Kedua, adanya belakang sejarah musik di Banyumas. penilaian rendah terhadap hal- Sekitar tahun 1970an di Banyumas hal yang berbau “rakyat”. Ragam belum ada seniman yang pandai dalam kesenian tradisional seperti lengger, Calung, ebeg, aplang dan lain-lain artian berpendidikan untuk menjadi dianggap kesenian bermutu rendah tenaga kebudayaan. Pada waktu itu sehingga tidak pantas dikembangkan lulusan perguruan tinggi seni yaitu ASKI atau bahkan dipentaskan di Pendopo vii (Akademi Seni Karawitan ) Kabupaten .

73 Jurnal Kajian Seni, Vol. 03, No. 01, November 2016: 69-80

Pada akhirnya mereka mendirikan dan Jurusan Seni Karawitan. Pada waktu grup Wayang Orang, Kethoprak dan awal berdirinya SMKI Banyumas, karena Karawitan yang diberi nama Wijaya penggagasnya adalah seniman-seniman Kusuma. Para pengrawit dan pemain dari Surakarta maka strategi pendidikan Kethoprak adalah seniman yang asli pun masih mengacu pada ASKI dan Banyumas, namun pelatihnya dari SMKI Surakarta. Hal ini bisa dikatakan Surakarta. Grup Wijaya Kusuma ini bahwa awal berdirinya SMKI Banyumas beberapa kali menang dalam lomba juga memengaruhi Laras Slendro di Kethoprak dan Karawitan tingkat Jawa Banyumas. Tengah bahkan mengalahkan Surakarta Seiring berdirinya SMKI, di beberapa sebagai pusat adanya Karawitan pada daerah mulai bermunculan seniman- waktu itu. Pada masa itu jelas secara seniman kreatif yang mengembangkan tidak langsung telinga masyarakat ragam kesenian tradisional Banyumas. Banyumas mulai terbiasa dengan Slendro Tokoh seni Karawitan pada waktu itu di Surakarta. Rasito seorang seniman di antaranya adalah Rasito, Parta, Kasbi, Banyumas juga memaparkan dalam S. Bono, Kunes, dan Suryati. Selain wawancara sebagai berikut. beberapa tokoh Karawitan, juga ada seorang tokoh Lengger yaitu Kampi . . . Grup Wijaya Kusuma itu yang yang berasal dari daerah Banjarwaru, mendirikan dan melatih ya orang Cilacap. Kampi mengembangkan sajian Solo. Bahkan grup ini sempat berjaya di tahun sekitar 1970- pertunjukan Lengger dengan ekspresi 1980. Karawitan gaya Surakartanya individu yang sangat menonjolkan warna bagus sampai beberapa kali menang sajian Banyumasan, baik melalui ragam lomba tingkat provinsi. Dulu saya gerak tarian, sindhenan, senggakan, mengenal Karawitan gaya Surakarta dulu sejak saya kelas 5 SD tahun gendhing yang disajikan, perangkat 1960 dan belajar Calung juga baru musik Calung yang digunakan, kostum tahun 1980an (Wawancara Rasito, yang dikenakan dan lain-lain. Atas peran 19 Maret 2016). Kampi inilah, pertunjukan Lengger yang hingga awal dekade tahun 1970-an Pengaruh gaya Surakarta ini hampir punah dapat berkembang pesat berlanjut pada didirikannya sekolah seni lagi sebagai pertunjukan rakyat yang yang akrab disebut SMKI Banyumas. sangat digemari oleh berbagai kalangan, Penggagas berdirinya SMKI ini juga baik di kota maupun di desa. Di tangan orang-orang Surakarta termasuk Lengger ini pula, mula-mula pertunjukan Suhardi RS beserta teman-temannya. Lengger direkam dalam bentuk pita kaset Tanggal 11 Maret 1978 Pemerintah yang diedarkan secara meluas di dalam Kabupaten/Dati II Banyumas secara maupun di luar wilayah sebaran budaya resmi mendirikan Sekolah Menengah Banyumasviii. Karawitan Indonesia (SMKI) dengan nama Memasuki tahun 1980an merupakan SMK Pemda Banyumas yang membuka masa di mana kesenian tradisi di Banyumas dua jurusan, yaitu Jurusan Seni Tari

74 Mukhlis Anton Nugroho, Kondisi Kritis Keaslian Laras Slendro Banyumas semakin memuncak termasuk seni musik. tidak menutup kemungkinan mulai Seperti yang dipaparkan oleh Sukendar muncul lagi Laras Slendro yang asli bahwa pada tahun 1980an banyak Banyumas. Hal ini karena pada masa bermunculan grup-grup kesenian seperti itu masyarakat Banyumas mulai bebas Ebeg dan Lengger yang diiringi dengan berkreativitas sehingga bermunculan Calung. Sejauh pengetahuan peneliti, grup-grup kesenian dan masing-masing pada masa tahun 1980 tidak diketahui mempunyai cara dalam berkreativitas. apakah Laras Slendro yang digunakan Kemungkinan lain bisa juga Slendro pada Calung dan kesenian musik lainnya Surakarta masih berbengaruh terhadap masih terpengaruh oleh Slendro Surakarta Slendro Banyumas. Pada masa tahun atau tidak. Hal ini karena memang peneliti 1980an tersebut, peneliti tidak bisa belum menemukan sumber referensi menyimpulkan secara pasti bagaimana baik dari narasumber maupun tulisan, kondisi yang terjadi pada Laras Slendro laporan penelitain, jurnal, atau buku yang Banyumas yang berkembang. Namun, membahas persoalan karakter Slendro peneliti mempunyai asumsi bahwa Banyumas yang asli dan berkembang pada Laras Slendro yang asli Banyumas juga masa tersebut. berkembang pada masa itu. Asumsi Banyak kemungkinan bisa terjadi itu didasarkan atas kondisi di mana pada masa tahun 1980an perihal Laras masyarakat Banyumas mulai bebas Slendro Banyumas yang berkembang. berkreativitas dan belum tentu grup-grup Mengutip dari blog di website yaitu yang bermunculan itu semua mendapat catatan R. Anderson Sutton menulis pengaruh dari Slendro Surakarta. sebagai berikut. Pergeseran Laras Slendro Banyumas . . . R. Anderson Sutton bahkan pada Calung mencatat era tahun 1980-an sebagai, Masalah laras Slendro juga terjadi “... the modern democratic era has at least provided an atmosphere more pada pelarasan salah satu jenis musik condutive to the wide acceptance of Banyumas yaitu Calung. Calung terdiri arts seen by some as “folk”.” (... era dari beberapa instrumen yaitu , demokrasi modern yang memberikan , dendhem, , dan . atmosfer lebih kondusif terhadap penerimaan yang lebih luas bagi Selain sebagai musik pengiring Lengger, ragam kesenian yang dipandang posisi Calung dalam budaya Banyumas sebagai “rakyat” (R. Anderson sangat mempunyai peran. Calung di Sutton,1991:71). Catatan Sutton dalam budaya Banyumas, bisa dikatakan tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa banyak di antara kesenian sebagai salah satu karya puncak musik rakyat Banyumas seperti Calung, Banyumas. Terdapat juga musik selain Lengger dan Ebeg yang pada saat itu Calung seperti Bongkel dan Krumpyung berkembang cukup pesatix. yang cara memainkannya digerakkan seperti . Hastanto berpendapat Perkembangan kesenian Banyumas bahwa Bongkel dan Krumpyung kurang yang pesat pada masa 1980an ini

75 Jurnal Kajian Seni, Vol. 03, No. 01, November 2016: 69-80 bisa mewakili kreativitas orang Banyumas. berdampak pada keaslian Laras Slendro Apabila dilihat dari cara memainkannya, Banyumas yang lambat-laun bisa hilang Calung lebih bisa dimainkan secara dan musnah. cepat dibandingkan dengan Bongkel Sekitar tahun 1997an bisa menjadi dan Krumpyung (wawancara Hastanto, tanda Laras Slendro di Banyumas 26 Juni 2016). Secara persebarannya, mengalami pergeseran akibat pengaruh Calung juga terdapat di hampir semua dari instrumen keyboard. Masuknya kabupaten atau kecamatan di Banyumas. musik Campursari yang juga merubah Seharusnya, Calung menjadi musik sikap dan selera masyarakat Banyumas yang khas dan berlaras Slendro asli pada akhirnya membuat Calung Banyumas. Namun, yang terjadi justru mengikuti perubahan dalam hal Calung mengalami pergeseran laras penggarapan dan larasnya. Perubahan karena pengaruh dari laras yang lain. garapan yang terjadi adalah bergesernya Beberapa sebab bergeserannya sajian gendhing-gendhing Banyumasan Laras Slendro pada Calung Banyumas klasik dan didominasi oleh lagu-lagu salah satunya adalah pengaruh dari Campursari. Hal ini secara langsung Laras Slendro Surakarta. Laras Slendro menuntut adanya perubahan-perubahan Surakarta mempunyai pengaruh yang penggarapan secara musikal termasuk kuat khususnya pada Calung. Hal ini penyesuaian laras pada Calung apabila bisa dilihat dari banyaknya kelompok ingin eksistensinya tetap terjaga. kesenian yang memesan Calung dan Mengutip pernyataan seorang seniman dilaras sesuai dengan gamelan Laras Banyumas yang bernama Kasbi pada Slendro Surakarta. Pada proses penyajian harian Kompasiana sebagai berikut. pertunjukan Lengger di Banyumas terkadang dijumpai ricikan atau instrumen Menurut Kasbi (seniman/pimpinan lengger) desa Nusajati, Cilacap saron yang dikolaborasi dengan Calung berendapat bahwa; sajian lagu- Banyumas untuk mengiringi tari Lengger lagu “pop” (musik Campursari) tersebut. Supaya laras Slendro pada dua adalah suatu sajian yang dirasakan instrumen itu bisa selaras, maka laras sebagai faktor mendangkalnya garap gamelan Calung, karena Calung pada Calung justru disamakan dengan sudah tidak lagi dianggap sebagai laras instrumen saron. medium ungkap yang cerdas, Selain terpengaruh oleh Slendro melainkan telah diperlakukan Surakarta, Calung juga mengalami sebagai barang mati seperti balung (tulang). Dalam kenyataannya Calung pergeseran laras karena pengaruh dari hanya memberi isian bunyi yang instrumen keyboard. Bisa dijumpai juga sebenarnya tidak berarti apa-apa. dalam pertunjukan Lengger terdapat Dalam sajian lagu-lagu campusari instrumen keyboard yang dikolaborasi Calung hanya difungsikan sebagai instrumen , karena garap dengan Calung Banyumas. Larasan yang disajikan hanya berupa teknik- Calung pun disesuaikan dengan teknik mbalung (Wawancara: 29 instrumen keyboard. Hal ini akan Desember 2000)x.

76 Mukhlis Anton Nugroho, Kondisi Kritis Keaslian Laras Slendro Banyumas

Seniman pelaras seperti Kusino, Banyumas berbeda dengan Slendro Sukendar, dan Hadi pun melayani dan Gamelan Surakarta. Menurut Sukendar menerima pesanan pelarasan Calung dalam sebuah wawancara memaparkan sesuai permintaan si pemesan. Kusino persoalan perbedaan laras tersebut sering menerima pesanan Calung yang sebagai berikut. disesuaikan dengan Laras Slendro Surakarta. Kusino cukup meminta si Calung yen disetel koyo laras Slendro Solo kok koyone ora Nyalungi pemesan membawa bilah instrumen (wawancara Sukendar, 24 Oktober saron nada 6 untuk dasar membuat laras 2015). pada Calung. Berbeda dengan Kusino, Sukendar ketika menerima pesanan untuk Maksud dari pemaparan di atas, melaras Calung yang disamakan dengan bahwa Calung ketika dilaras sesuai laras gamelan, Sukendar menggunakan dengan Laras Slendro Surakarta maka instrumen gender sebagai dasar untuk tidak sesuai dengan Calung Banyumas. melaras Calung. Sukendar juga melayani Pemaparan Sukendar tersebut dapat pembuatan Calung yang disesuaikan diasumsikan bahwa terdapat perbedaan dengan instrumen keyboard. pola jangkah pada Slendro Banyumas dan Beberapa alasan mengapa laras Slendro Surakarta. Seperti yang sudah Calung disamakan dengan gamelan atau dijelaskan di atas bahwa pola jangkah instrumen keyboard adalah keperluan antar nada pada sebuah laras menjadi titik eksistensi dan supaya kelompok Calung pembeda pada suatu karakter larasan. tersebut banyak penanggapnya atau Darno dalam sebuah wawancara pemesan jasa kelompok tersebut. Calung juga mengatakan Calung dengan Laras ketika dilaras sama dengan gamelan Slendro Surakarta kurang sesuai untuk Surakarta, maka Calung tersebut bisa mengiringi gending gaya Banyumasan. digunakan untuk menyajikan beberapa Ia memaparkan sebagai berikut. gending-gending gaya Surakarta. Hal ini terkadang juga karena permintaan dari . . . Berdasarkan atas kepekaan penanggap supaya menyajikan gending- seorang penembang gending Banyumas memunculkan anggapan gending gaya Surakarta. Calung ketika dari beberapa ahli penembang dilaras seperti instrumen keyboard bahwa Calung Banyumas yang biasanya untuk menyajikan lagu-lagu menggunakan sistem pelarasan Campursari yang dikolaborasi dengan berdasarkan gamelan Jawa, kurang pas untuk mengiringi gending gaya instrumen keyboard tersebut. Peristiwa Banyumasan (Wawancara Darno, ini tentunya bisa mengancam keaslian 14 Mei 2015). Laras Slendro Banyumas yang menurut beberapa seniman mempunyai ciri khas Kondisi Laras Slendro di beberapa tersendiri. Calung yang dianggap baik oleh seniman- Pada proses wawancara muncul seniman di Banyumas, pola jangkahnya anggapan bahwa Slendro Calung hampir sama seperti Slendro Surakarta.

77 Jurnal Kajian Seni, Vol. 03, No. 01, November 2016: 69-80

Hasil penelitian Hastanto dalam pada Calung tidak keluar dari 200an cent ‘Redefi nisi Laras Slendro’ menjelaskan dan sama seperti jangkah Laras Slendro bahwa Laras Slendro Surakarta memiliki Surakarta. pola jangkah yang hampir sama rata dan tidak keluar dari 200an cent (Hastanto, KESIMPULAN 2015:38). Sama halnya Calung yang Melihat pola jangkah pada Calung di ada di Bayumas juga mempunyai pola atas menunjukkan dengan jelas bahwa jangkah yang hampir sama rata. Berikut pola tersebut mirip dengan pola jangkah ini beberapa Calung Banyumas yang pola Slendro Surakarta. Ini membuktikan jangkahnya seperti Slendro Surakarta. bahwa Laras Slendro Banyumas terancam Melihat jangkah pada tabel di bawah keasliannya. Melihat persebaran dan sangat jelas bahwa jangkah yang terdapat eksistensi Calung yang hampir ada di

Gambang 1 Nada e t y 1 2 3 5 6 ! @ # Frekuensi 344 398 463 529 613 710 807 947 1088 1248 1431 Jangkah 252 261 230 256 253 222 275 240 237 236

Gambang 2 Nada e t y 12356 !@# Frekuensi 348 400 461 529 622 721 820 957 1088 1271 1441 Jangkah 238 246 237 282 255 221 267 222 269 217

Kenong Nada w e t y 1 2 Frekuensi 301 341 397 465 537 621 Jangkah 217 263 271 250 251

Dendhem Nada w e t y q Frekuensi 150 174 205 236 271 Jangkah 249 287 237 241

Berikut Calung yang berada di Purbalingga Gambang 1 Nada e t y 12356 !@# Frekuensi 344 398 450 526 595 697 808 948 1077 1259 1421 Jangkah 252 209 271 211 275 255 275 221 269 209

Gambang 2 Nada e t y 12356 !@# Frekuensi 344 398 453 526 591 690 808 957 1077 1247 1443 Jangkah 250 224 256 202 269 273 292 204 253 252

78 Mukhlis Anton Nugroho, Kondisi Kritis Keaslian Laras Slendro Banyumas

Kenong Nada w e t y 1 2 Frekuensi 306 353 406 460 530 593 Jangkah 245 243 217 242 194

Berikut Calung yang berada di Cilacap Gambang Nada e t y 12356 ! @ # % Frekuensi 329 383 434 505 591 664 772 905 1045 1238 1421 1572 Jangkah 263 216 262 272 201 260 275 249 293 238 174

Kenong Nada 1 2 3 5 6 ! @ Frekuensi 248 281 324 368 428 497 599 Jangkah 216 246 220 261 258 323

Dendhem Nada q w e t y 1 Frekuensi 122 136 161 186 217 249 Jangkah 188 292 249 266 238 setiap daerah di Banyumas, bahkan Surakarta. Hal ini harus menjadi di kabupaten lain seperti Purbalingga, perhatian khusus untuk mencari di mana Cilacap, dan Banjarnegara, menunjukkan letak perbedaan antara karakteristik bahwa Calung adalah musik yang dapat Laras Slendro Banyumas dengan Slendro mewakili budaya Banyumas. Alhasil Surakarta, mengingat keaslian Laras apabila Calung mengalami pergeseran Slendro Banyumas penting untuk dijaga. laras, sudah bisa disimpulkan Laras Berpijak pada kondisi Laras Slendro Slendro Banyumas secara umum Banyumas saat ini, diharapkan ada juga mengalami kondisi kritis dan kepedulian untuk mencari bagaimana terancam keasliannya. Laras Slendro karakteristik Laras Slendro yang asli Surakarta masih memengaruhi pola Banyumas. Setelah keaslian Laras Slendro jangkah pada Calung sebagai musik Banyumas ditemukan, selanjutnya yang khas Banyumas. Selanjutnya, menjaga keaslian laras tersebut sebagai yang perlu menjadi perhatian adalah bentuk identitas musik Banyumas yang pernyataan dari beberapa Seniman yang mempunyai ciri khas tersendiri. memaparkan bahwa Slendro Banyumas berbeda dengan Slendro Surakarta. DAFTAR PUSTAKA Realitanya berbeda antara Hastanto, Sri. Konsep Êmbat dalam pernyataan seniman tersebut dengan Karawitan Jawa. Laporan Penelitian kondisi Calung saat ini yang pola Program Hibah Kompetisi B-Seni jangkahnya mirip dengan Slendro 2009 – 2010, 2009.

79 Jurnal Kajian Seni, Vol. 03, No. 01, November 2016: 69-80

______. Kajian Musik Nusantara – Kusino, pekerjaan seniman, dan pelaras 2. ISI Press Surakarta, 2012. Calung Banyumas, usia 56 tahun, ______. Ngeng & Reng, Persandingan alamat Kemangunan, Purbalingga Sistem Pelarasan Gamelan Ageng Darno, pekerjaan dosen ISI Surakarta, Jawa dan Gong Kebyar. ISI Press jurusan karawitan. Seniman Calung Surakarta, 2012. Banyumas, usia 50 tahun, alamat asal ______. Redefi nisi Laras Slendro. Cilacap. Sekarang tinggal di Perum Laporan Penelitian Tim Pascasarjana kostrat, Palur, Kab. Sukoharjo Institut Seni Indonesia Surakarta, Rasito, pekerjaan seniman Banyumas 2015. dan pengajar karawitan di Universitas Hastanto, Sri dan Kuwat. ‘Kesinambungan California AS, usia 72 tahun, alamat Benang Merah Bongkel, Buncis, Purwokerto Krumpyung Dan Calung Banyumas’. Sigit, pekerjaan peneliti dan seniman Jurnal Sosiohumanika Program Banyumas, usia 33 tahun, alamat Pascasarjana Universitas Gajah Mada Banyumas Yogyakarta, 1999. Wien Pudji P. ‘Estetika Tari Gambyong Endnote: Calung Dalam Kesenian Lengger Di i Jarak nada dalam istilah gamelan Jawa Banyumas’. Jurnal Imaji fakultas ii Karawitan Sama dengan musik, tetapi khusus untuk musik tradisional Jawa. Fisiknya disebut Bahasa dan Seni Universitas Negeri gamelan, musikalnya disebut karawitan Yogyakarta, 2004. iii Seorang seniman dari Banyumas, dan dosen Karawitan di ISI Surakarta Wien Pudji P. Makna Indhang Dalam iv Pola dasar permainan instrumen dan lagu vokal. Kesenian Ebeg & Lengger Di Banyumas. dapat pula berarti gaya v Struktur jangkah pada pelarasan gamelan yang Fakultas Bahasa dan Seni Universitas dapat membangun rasa karakteristik pelarasan Negeri Yogyakarta, 2005. gamelan vi Disarikan dari pernyataan Rasito, Sigit Purwanto dan referesi web dari http://panginyongan. Sumber Internet blogspot.co.id/2008/01/.html tangal 6 november 2016 jam 11.56 WIB http://panginyongan.blogspot. vii Dikutip dari http://panginyongan.blogspot. co.id/2008/01/.html co.id/2008/01/.html tangal 6 november 2016 jam 11.56 WIB http://www.kompasiana.com/ viiiDikutip dari http://panginyongan.blogspot. pringsedhapur/calung-sebagai- co.id/2008/01/.html tangal 6 november 2016 jam 11.56 WIB simbol-budaya-lokal-masyarakat-ban ix Dikutip dari http://panginyongan.blogspot. yumas_54ffb74da33311da6450f969 co.id/2008/01/.html tangal 6 november 2016 jam 11.56 WIB x Dikutip dari http://www.kompasiana.com/ Narasumber pringsedhapur/calung-sebagai- simbol-budaya- lokal-masyarakat-banyumas_54ffb74da33311 Sukendar, pekerjaan seniman, dan pelaras da6450f969 hari Sabtu, 15 Oktober 2016, jam Calung Banyumas, usia 65 tahun, 12.16 WIB. alamat Papringan, Banyumas

80