
Mukhlis Anton Nugroho, Kondisi Kritis Keaslian Laras Slendro Banyumas VOLUME 03, No. 01, November 2016: 69-80 KONDISI KRITIS KEASLIAN LARAS SLENDRO BANYUMAS Mukhlis Anton Nugroho Alamat: Gunden, Rt 07/04, Waru, Kebakkramat, Karanganyar [email protected] ABSTRACT Slendro is one kind of tuning music system exists in Banyumas. The characteristic of Slendro Banyumas is different from the existed Slendro in Surakarta, to Banyuwangi Slendro, Sundanese Salendro, ect. Slendro’s character is able to be detected from the interval pattern between of its tones. This is appropriate to the theoretical concept about laras that explain “one of the musical atmosphere defi ned by the tuning system which focuses on the jangkah pattern (interval) for its tones in one cycle”. This article aims to show about the condition of Slendro Banyumas, nowadays, it is experiencing a shift due to the infl uence of the other tones. Slendro Banyumas threaten its authenticity. Keywords: authenticity, infl uence, Slendro. ABSTRAK Slendro adalah salah satu jenis sistem pelarasan yang hidup di Banyumas. Karaktersistik Laras Slendro Banyumas mempunyai ciri khas yang berbeda dari Laras Slendro yang lainnya seperti Slendro Surakarta, Slendro Banyuwangi, Salendro Sunda, dsb. Karakteristik Laras Slendro bisa dideteksi dari pola jangkah antar nada pada laras tersebut. Hal ini sesuai dengan konsep teoretik tentang laras yang menjelaskan bahwa “salah satu atmosfi r musikal ditentukan oleh sistem pelarasannya yang berinti pada pola jangkah nada-nada dalam satu siklus”. Tulisan ini ingin menunjukkan kondisi Laras Slendro Banyumas pada waktu ini yang mengalami pergeseran karena pengaruh dari laras yang lainnya. Laras Slendro Banyumas terancam keasliannya. Kata kunci: keaslian, Laras Slendro, pengaruh. PENGANTAR dari beberapa unsur yaitu nada, jumlah Laras merupakan sebuah sistem nada, dan jarak antar nada inilah yang urutan nada dari nada terendah ke terbingkai dalam istilah laras. Laras nada tinggi atau sebaliknya. Nada- biasanya juga diartikan sebuah tangga nada yang ada di dalam laras memiliki nada. Sebagai contoh biasanya di musik jumlah tertentu sesuai dengan aturan Barat muncul istilah tangga nada mayor, budaya yang berlaku di kehidupan atau tangga nada minor. musik tersebut. Jarak antar nada pada Istilah laras lebih sering digunakan urutan di dalam laras juga memiliki pada gamelan di beberapa daerah di aturan-aturan tersendiri. Gabungan Nusantara. Seperti pada gamelan yang 69 Jurnal Kajian Seni, Vol. 03, No. 01, November 2016: 69-80 Sistem pelarasan: c – d – e – f – g – a – b – c (diatonis mayor) ada di Surakarta terdapat beberapa laras, Jarak nadanya 200 200 100 200 200 200 100 (cent) salah satunya adalah Laras Slendro. (jauh-jauh-dekat-jauh-jauh-jauh-dekat) bandingkan dengan: Laras Slendro menurut Hastanto adalah Sistem pelarasan: a – b – c – d – e – f – g – a (diatonis minor) Jarak nadanya 200 100 200 200 100 200 200 (cent) sebuah laras dengan jumlah nada (jauh-dekat-jauh-jauh-dekat-jauh-jauh) lima buah dan jangkahi antara nada satu dengan lainnya hampir sama Pola jangkah atau jarak nadanya (Hastanto, 2012: 119). Di Nusantara berbeda maka rasa musikalnyapun terdapat beberapa daerah budaya yang berbeda, diatonis mayor ada yang masuk dalam keluarga Laras Slendro mengatakan mempunyai rasa maskulin seperti Surakarta, Yogyakarta, Madura, dan diatonis minor mempunyai rasa Pasundan, Bali, Banjar, Banyuwangi, feminin. Demikian pula di dalam Laras dan lain sebagainya. Selain itu pada Slendro dan Laras Pelog di dalam gamelan objek penelitian ini yaitu daerah budaya Nusantara; Banyumas juga termasuk keluarga Laras Sistem Pelarasan: 1 – 2 – 3 – 5 – 6 – 1 (Laras Slendro) Slendro. Jarak nadanya – hampir sama rata – bandingkan dengan: Sistem Pelarasan: 1 - 2 -- 3 -- 5 - 6 -- 1 (Laras Pelog) Laras Slendro yang sudah disebutkan Jarak nadanya dekat jauh jauh dekat jauh di atas dapat dideteksi dari pola jangkah antar nada dan jumlah nada dalam satu Pola jangkah berbeda maka rasa siklusnya. Di dalam sistem pelarasan, musikalnyapun berbeda, Laras Slendro pola jangkah antar nada merupakan hal ada yang mengatakan mempunyai rasa yang sangat penting untuk mendeteksi maskulin dan Laras Pelog mempunyai pelarasan yang ada apa musik tersebut. rasa feminim (Hastanto, 2009: 16). Untuk mengetahui pola jangkah terlebih Melihat pemaparan ini dapat disimpulkan dahulu harus mengidentifi kasi urutan bahwa untuk menganalisis larasan— dan jumlah nada dalam satu siklus, dalam hal ini Laras Slendro—yang ada kemudian mengukur frekuensi masing- pada gamelan, maka perlu mengetahui masing nada. Setelah frekuensi tiap nada frekuensi setiap nada yang kemudian ditemukan akhirnya bisa mengetahui digunakan untuk mencari pola jangkah jarak-jarak nada secara berurutan, dan yang ada pada Laras Slendro tersebut. pola jangkah yang ada pada pelarasan Pola jangkah antar nada-nada tersebut. Wujud dari pola jangkah ini pada Laras Slendro ini membentuk yang akhirnya membentuk rasa musikal karakteristik Laras Slendro yang berbeda- tertentu pada sistem pelarasan. beda di setiap daerah budaya. Pada Hastanto juga menjelaskan dalam penelitian Hastanto bersama timnya tulisannya terkait wujud pola jangkah dalam Penelitian Tim Pascasarjana yang yang akhirnya membetuk rasa musikal berjudul “Redefi nisi Laras Slendro” (Tahap tertentu. Di dalam penjelasannya, Pertama) menditeksi ada 5 jenis Laras Hastanto mencontohkan sebagai Slendro di Jawa dan sekitarnya yaitu berikut. Slendro Surakarta, Sunda, dan Madura (satu jenis), Slendro Banyuwangi, Slendro 70 Mukhlis Anton Nugroho, Kondisi Kritis Keaslian Laras Slendro Banyumas Gender wayang Bali, Slendro Banjar, dan selesai dilaras dan kemudian digunakan Slendro Palembang (Hastanto, 2015:95- untuk mengiringi sajian gending dan 96). vokal Banyumasan, maka karakter Secara empirik dalam dunia Banyumasan akan muncul dan pesinden karawitanii mengisyratkan bahwa di merasa lebih leluasa bermain cengkokiv Banyumas juga mempunyai Laras Slendro Banyumasan. Hal ini berbeda ketika jenis tersendiri. Indikasi pernyataan ini sistem pelarasan Calung Banyumas adalah munculnya permasalahan pada disesuaikan dengan sistem pelarasan pelarasan Calung Banyumas, apabila Slendro pada Gamelan Surakarta, yang laras Calung tidak sesuai dengan Slendro akan terjadi adalah pesinden Banyumas Banyumas, maka Calung tersebut kurang akan kesulitan memasukkan vokal gaya pas untuk mengiringi vokal tembang Banyumasan. Ini kemungkinan ada Banyumas. Seperti yang dipaparkan oleh pengaruh dari nada yang ada di dalam Darnoiii sebagai berikut. embatv tersebut. Ketika nada yang ada di dalam embat tersebut berbeda ...Ketika orang Banyumas membuat dengan kebiasaan vokal Banyumasan, larasan yang mengacu pada sistem yang jangkah nadanya juga berbeda pelarasan gamelan Surakarta, vokalis akan kesulitan dalam memasukkan dengan gamelan Surakarta, maka ruang gaya-gaya vokal Banyumas. Orang berekspresi untuk mengeluarkan gaya Banyumas akan lebih nyaman Banyumasan menjadi tidak leluasa. Hal bernyanyi ketika sistem pelarasan ini mengindikasikan bahwa Banyumas Calung berdasarkan atas vokal gending-gending Banyumasan. mempunyai karakteristik laras Slendro Sehingga bisa dikatakan vokal yang berbeda. gending-gending Banyumasan Indikasi yang menunjukkan menjadi referensi dan acuan dalam perbedaan karakteristik laras Slendro menentukan sistem pelarasan Calung (Wawancara Darno, 14 Mei Banyumas dengan Slendro di daerah 2015). lain yang sudah dijelaskan di atas, diperkuat oleh anggapan dari Kusino Mencermati pemaparan hasil seorang pelaras Calung Banyumas yang wawancara Darno terkait proses pelarasan berpendapat bahwa Slendrone Solo kaleh Calung Banyumas, dapat dikatakan Banyumas nggih benten. Banyumas nggih bahwa orang Banyumas menciptakan gadhah Slendro piyambak, mawi ngelaras pelarasan Calung berdasarkan nembang nggih kados Slendro Banyumas kemawon gending Banyumasan dan kemudian (Wawancara Kusino, 03 Februari 2016). mulai menentukan nada pertama Maksud dari pemaparan tersebut, bahwa (babon), dilanjutkan ke nada-nada Slendro Surakarta berbeda dengan berikutnya. Hasil dari metode proses Slendro Banyumas. Banyumas memiliki pelarasan tersebut berpengaruh dengan laras Slendro sendiri, sehingga apabila vokal ketika disajikan dalam kemasan melaras juga disamakan dengan Slendro pertunjukan. Ketika Calung sudah Banyumas. 71 Jurnal Kajian Seni, Vol. 03, No. 01, November 2016: 69-80 Berkaca pada pemaparan seniman oleh letak geografi s dan situasi daerah Banyumas di atas dapat disimpulkan di tempat kesenian itu tumbuh dan bahwa karakteristik Slendro Banyumas berkembang (Hastanto dan Kuwat, 1999: berbeda dengan Slendro di daerah 34). budaya yang lainnya seperti Slendro W. Pudji Priyanto dalam penelitiannya Surakarta. Alhasil keaslian dari Laras ‘Makna Indhang dalam Kesenian Ebeg Slendro Banyumas tersebut harus dijaga. & Lengger di Banyumas’ menuliskan Namun, kenyataannya Laras Slendro tentang sejarah budaya Banyumas di Banyumas mengalami pergeseran sebagai berikut. akibat pengaruh dari laras musik yang lainnya. Berpijak pada ‘konsep teoretik Banyumas sebagai salah satu bagian wilayah propinsi Jawa Tengah, tentang laras’, pada tulisan ini akan memiliki berbagai macam budaya, menunjukkan pergeseran yang terjadi adat istiadat, dialek, makanan pada Laras Slendro Banyumas dengan tradisional dan kesenian yang beberapa analisis seperti analisis sejarah menarik, hal tersebut dikarenakan letak geografis Banyumas yang dan analisis pola jangkah Laras Slendro berada pada perbatasan dua etnis Banyumas sesuai dengan konsep teoretik yang berbeda yaitu masyarakat tentang laras.
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages12 Page
-
File Size-