Paramita Vol. 25, No. 1 - Januari 2015 : SANG ARISTO-MODERNIS DARI TIMUR

Sudibyo Jurusan Sastra Nusantara, FIB, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta [email protected]

ABSTRACT ABSTRAK

This paper recites Paku Alam V figures as an Tulisan ini mengkaji sosok Paku Alam V sebagai ambiguity subject and a cultural paradox. He subjek ambiguitas dan paradoks kebudayaan. Ia lived in a kingdom economic crisis and a rapid hidup di tengah krisis ekonomi kerajaan dan arus flow of changes in politics, economy, laws, and perubahan yang deras di bidang politik, ekonomi, lifestyle aspects which is caused by other colonial hukum dan gaya hidup yang dihembuskan oleh social elements. The analysis focuses on psycho- kekuasaan dan elemen-elemen masyarakat ko- logical, religious, and cultural aspects which lonial lainnya. Analisis difokuskan pada aspek- form his personality. To achieve the goal, it uses aspek psikologis, religious, dan kultural yang post colonialism concerning in contact zone, membentuk pribadinya. Untuk mencapai tujuan textual studies and historical context. The textu- itu, digunakan teori poskolonialisme tentang al studies are used to explain the role moderniza- zona kontak dan kajian teks serta konteks sejarah. tion in genealogy, consistence, and Paku Alam V Kajian teks digunakan untuk menjelaskan peran mind revolution. The historical context is used to modernisasi dalam genealogi, konsistensi, dan explain the historical background, especially re- evolusi atau revolusi pemikiran P.A. V. Konteks lated to zeitgeist, when Paku Alam V implement- sejarah digunakan untuk menjelaskan latar ed his ideas. belakang sejarah, khususnya yang berkaitan dengan zeitgeist saat P.A. V mengimplementasi- Keywords: aristocrat, paradox, text, context. kan gagasan-gagasannya.

Kata kunci: aristrokat, modernis, paradoks, teks, konteks

PENDAHULUAN mengawini Resminingdyah, Sosroami- joyo dipromosikan di istana sebagai bu- B.R.M. Noto Wiloyo, nama kecil pati patih (Cakrasumarta dan Himadig- dari Paku Alam V (P.A. V), yang setelah daya, 1987: 31). dewasa bergelar P.A. Suryo Dilogo ada- Ketika Resminingdyah dikeluar- lah putra ke-14 dari enam belas putra kan dari istana, Noto Wiloyo masih K.G.P.A. Paku Alam II. Ia lahir dari sa- remaja. Tanggung jawab pengasuh- lah seorang istri P.A. II yang berasal dari annya dibebankan pada kepatihan dan kalangan biasa, bernama Resmining- pada waktu itu patih masih memiliki dyah. Setelah melahirkan anak pertama, hak mendapatkan lahan untuk Noto Wiloyo, dengan alasan yang tidak menopang keberadaannya yang disebut jelas, Resmingdyah dikeluarkan dari dengan siti narawita. Hasil dari budi- istana dan dikawinkan dengan Rio Bu- daya lahan itu digunakan untuk me- pati Pangreh Praja Brosot, Raden Rio melihara anak-anak kerabat istana yang Sosroamijoyo. Tidak lama setelah memerlukan pengasuhan. Pada waktu

Paramita118 Vol. 25 No. 1 - Januari 2015 [ISSN: 0854-0039, E-ISSN: 2407-5825] Hlm. 118—134.

Paku Alam V … — Sudibyo

Noto Wiloyo berada di lingkungan pengasingan ia sama sekali tidak kepatihan, terdapat kerabat lain yang menerima tegur sapa dari mereka. Akan tinggal di tempat itu. Noto Wiloyo tetapi, karena dorongan itu sangat kuat kemudian menjadi anggota legiun ia memutuskan untuk mengunjungi sa- . nak saudaranya di istana Pakualaman. Pada suatu ketika, R.M. Noto Sembari menentukan salah seorang Wiloyo mendapatkan murka dari dari saudaranya yang akan dikunjungi, ia ayahandanya, P.A. II. Noto Wiloyo di- bertekad jika kunjungannya itu diang- usir dari istana Pakualaman dan dia- gap sebagai dosa baru ia rela untuk singkan di Desa Bugel, Adikarta di meninggalkan istana Pakualaman untuk bawah pengawasan pejabat pangreh pra- selama-lamanya. ja di wilayah itu. Sama dengan ibunda- Perjalanannya kembali ke istana nya, alasan pengucilan Noto Wiloyo ju- Pakualaman menuntunnya ke rumah ga tidak banyak diketahui orang. B.R.M. Ario Sasraningrat (kelak P.A. III). Di tempat pengasingan, Noto Kedatangannya disambut gembira oleh Wiloyo dengan tekun mempelajari ke- Sasraningrat. Di hadapan Sasraningrat, pangrehpraja-an (hal-hal yang berhub- Noto Wiloyo pun menyatakan ungan dengan tata pemerintahan) di tekadnya. Jika kepulangannya tidak bawah tuntunan Panewu Pangreh Praja dikehendaki, ia akan meninggalkan ista- Bugel, Ngabehi Reksodiwiryo. Interaksi na Pakualaman untuk selamanya. Oleh secara intens antar keduanya membuat Sasraningrat ia dihibur dan ditenangkan hubungan mereka menjadi sangat hatinya. Bahkan, kakaknya itu bersedia akrab. Tidak kelihatan bahwa mereka menanggung akibat menerima ke- berasal dari keluarga yang berbeda,satu hadirannya kembali di istana Pakua- dari istana yang lain dari kalangan laman. Oleh Sasraningrat ia ditempat- rakyat biasa. Ketika Reksodiwiryo ber- kan di Sasraningratan dengan tugas henti sebagai panewu pangreh praja Bugel membantu menulis dan menyalin karya karena usia, Noto Wiloyo tampil meng- sastra karena Sasraningrat sendiri gantikan kedudukannya. Dari situlah, menekuni kesusastraan. dia semakin banyak mendapatkan Lama-kelamaan, keberadaan Noto pengetahuan ke-pangrehprajaan-an. Di Wiloyo di Sasraningratan didengar oleh samping ke-pangrehpraja-an, Noto K.P.H. Nataningprang. Untuk itu, Wiloyo juga tertarik menekuni per- Sasraningrat dipanggil oleh Nata- tanian dan pengairan. Ia mengasah kete- ningprang. Nataningprang menanyakan rampilan dalam bidang itu di bawah kebenaran kabar bahwa Noto Wiloyo bimbingan Ngabehi Rekso Prayitno bertempat tinggal di Sasraningratan. sampai memiliki kemampuan yang me- Semuanya diakui oleh Sasraningrat. madai. Pengakuannya menyebabkan kema- Setelah beberapa waktu dalam rahan Nataningprang. Sasaningrat di- pengasingan dan merasakan pende- marahi oleh Nataningprang karena di- ritaan dipisahkan dari keluarga anggap melindungi Noto Wiloyo yang besarnya, Noto Wiloyo memiliki keing- sedang mendapatkan hukuman dari inan yang kuat untuk mengunjungi penguasa yang sedang bertahta. Sasra- keluarga besarnya di Kadipaten ningrat beralasan bahwa meskipun Pakualaman. Ia sempat merasa ragu tengah menjalani hukuman, bagaimana- apakah akan ada salah seorang anggota pun juga Noto Wiloyo adalah putra keluarganya yang berani menyambut Paku Alam yang sedang bertahta se- kehadirannya karena selama dalam hingga layak mendapatkan perlin-

119 Paramita Vol. 25, No. 1 - Januari 2015 dungan. Jawaban yang sama juga menuhi syarat untuk duduk di atas disampaikan kepada ayahandanya, tahta. Putra pertama, Pangeran Paku Alam II ketika Sasraningrat di- Suryaningrat menderita gangguan panggil menghadap. Tanpa ragu-ragu, penglihatan (buta), sedangkan adiknya, Sasraningrat mengemukakan kepada Pengeran Sasraningrat masih terlalu ayahandanya alasan yang sama. Jawab- muda. an yang dilandasi kejujuran dan rasa Pada saat suksesi sesudah wafat cinta terhadap Noto Wiloyo itu dapat P.A. III, berkat jasa ibunya, Gusti Kan- meluluhkan hati Paku Alam II. Noto jeng Ratu Ayu yang memiliki hubungan Wiloyo diampuni kesalahannya dan erat dengan residen, penunjukkan Pang- dikembalikan pada posisinya sebagai eran Adipati Suryo Sasraningrat sebagai anggota Legiun Pakualaman. P.A. IV berjalan dengan mulus. Selama Selama masa pengasingannya di kepemimpinan P.A.A. Suryo Sasraning- Brosot dan Bugel, Noto Wiloyo juga rat, beberapa wilayah Kadipaten Pakua- menjalani kehidupan asketisme laman mengalami kemunduruan dari (Ringkesaning Wewaton, t.t.: 2). Penga- segi finansial dan ketidaksejahteraan. singan Noto Wiloyo mirip dengan yang P.A. IV tidak memiliki kemampuan dialami oleh Pangeran Noto Kusumo yang memadai sebagai penguasa puro. ketika diasingkan oleh Sultan HB II dan Di samping itu, gaya hidup Sang Adipa- berakhir dengan penobatannya sebagai ti yang mewah juga merupakan penye- . Ada ramalan bahwa Noto bab krisis. Kadipaten Pakualaman dililit Wiloyo akan mengalami hal yang sama utang kepada sejumlah bank Belanda. dengan kakeknya karena mereka Dalam keadaan krisis, P.A.A. Suryo Sas- percaya bahwa Noto Wiloyo telah raningrat tidak mendapatkan dukungan mendapatkan wahyu raja moral dari anak-anak P.A. III karena (Sosrosoedarmo, 1931: 32). Sasraningrat dianggap telah melalaikan Beberapa peristiwa penting yang mereka. Perang dingin antara P.A. IV membukakan peluang bagi Noto dengan para pewaris langsung P.A. III Wiloyo (P.A. Suryo Dilogo) untuk ini turut memperparah keadaan sampai menduduki tahta Kadipaten Pakuala- dengan kepulangan P.A. Sasraningrat man adalah krisis kaderisasi dan bu- pada 24 September 1878 (Vereeniging ruknya kondisi kesehatan Paku Alam Habi Darmo Wargo, 1931: 22—23). yang tengah bertahta. Pertama, K.P.H. Sepeninggal Pangeran Adipati Nataningprang, putra P.A. II dari per- Suryo Sasraningrat (P.A. IV), suksesi di maisuri, Gusti Kanjeng Ratu Ayu yang Praja Pakualaman kembali tersendat diharapkan akan menggantikan ayah- karena almarhum tidak memiliki anak andanya, meninggal sebelum naik tahta. laki-laki. Setelah melalui musyawarah Kedua, tidak lama sesudah itu, pada 23 yang suntuk diputuskan Pangeran Ario Juli 1858 , P.A. II menyusul wafat. Keti- Suryo Dilogo sebagai penerusnya. Pe- ga, B.R.M.A. Sasraningrat yang meng- nunjukkan P.A. Suryo Dilogo dimudah- gantikan ayahnya sebagai K.G.P.A. Ario kan oleh conditio sine qua non di atas. Pe- Suryosasraningrat (P.A. III) hanya enam netapan Paku Alam V ini dikukuhkan tahun duduk di atas tahta karena wafat dengan Gouvernementsbesluit No. 7, pada 17 Oktober 1864. Keempat, K.P.A. tanggal 15 Desember 1878. Gelar beliau Nataningrat, putra K.P.A. Nata- adalah Pangeran Adipati Aria (P.A.A.) ningprang ditetapkan menggantikan Prabu Suryo Dilogo. Sebagian orang pamannya sebagai P.A. IV karena kedua yang tidak mengetahui kapasitas Suryo putra P.A. III dari permaisuri tidak me- Dilogo merasakan keanehan dengan

120 Paku Alam V … — Sudibyo penobatan ini. Mereka menunjukkan (Vrijmetselarij) memiliki kedekatan sikap a priori dan menyebarkan desas- dengan kehidupan istana. Kedekatan itu desus. Akan tetapi, harian De Locomo- antara lain dibuktikan dengan kebia- tief pada edisi 27 September 1878 me- saan tukar-menukar hadiah, kehadiran nunjukkan optimisme dengan penoba- mereka dalam permainan kartu yang tan P.A.A. Prabu Suryo Dilogo dan diselenggarakan di istana, dan se- tidak ragu-ragu mengomentari penoba- baliknya pihak keraton memfasilitasi tan P.A.A. Prabu Suryo Dilogo itu den- Tarikat Mason Bebas dengan sebuah gan pujian “the Right man in the right bangunan milik keraton yang kemudian place”. dijadikan sebagai pusat kegiatan Mason Bebas Loji Mataram. Tidak hanya itu, para penghuni istana kemudian tercatat BERPIKIR MALAMPAUI ZAMAN sebagai anggota aktif dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan Tarikat Mason Bebas P.A.A. Suryo Dilogo naik tahta (Bosma and Raben, 2008: 118—119). pada saat pemerintah kolonial Belanda Apabila para pemilik perkebunan memberlakukan liberalisasi di bidang menyewa tanah lungguh untuk kepen- ekonomi. Salah satu implementasinya tingan peningkatan produksi komodi- muncul perkebunan-perkebunan swasta tas ekspor dan pada gilirannya pening- yang besar (Lombard, 1996: 53 dan Fur- katan kemakmuran, tidak demikian hal- nivall, 2009: 187—188). Para pekebun nya yang terjadi pada para bangsawan mengupayakan komoditas ekspor untuk pemiliknya. Mereka menghabiskan pasar dunia, seperti gula, kopi, temba- uang sewa untuk kepentingan- kau, dan nila. Didorong oleh per- kepentingan konsumtif dengan dalih mintaan yang semakian besar akan ko- memelihara martabat mereka sebagai moditas itu, para pemilik perkebunan bangsawan. Dalam hal ini kepentingan besar semakin bersemangat menyewa para pemilik modal bersambut dengan tanah dari para pemilik tanah. kebutuhan para bangsawan dan kondisi Di wilayah kerajaan terutama di ini menyuburkan praktik penyewaan Yogyakarta dan Surakarta penyewaan tanah (Houben, 2002: 607—608). Karena tanah tidak hanya terbatas pada tanah gaya hidup bangsawan cenderung me- milik perorangan, tetapi juga merambah wah dan tidak dapat mengatur neraca ke tanah lungguh. Banyak tanah lungguh keuangan, sebagian besar dari mereka di Yogyakarta dan Surakarta yang dise- terjebak dalam utang kepada para wa oleh para pengusaha perkebunan kapitalis China dan juga bank-bank besar. Tak terkecuali para bangsawan pemerintah risisa. Keadaan ini dengan Kadipaten Pakualaman. Mereka mere- sendirinya berdampak pada lakan tanah lungguh-nya disewa oleh perekonomian kadipaten. para tuan tanah untuk membiayai ke- Pada saat P.A.A. Prabu Suryo Di- hidupan mereka. Tindakan penyewaan logo naik tahta keadaan finansial Kadi- tanah merupakan andalan para bang- paten Pakulaman sedang berada pada sawan untuk menopang gaya hidup titik nadir. Dapat dikatakan bahwa raja mereka. baru ini mendapatkan warisan tata kelo- Para pekebun memiliki akses ke la finansial yang carut marut. Sebab dari istana karena mereka merupakan elite kedaan carut marut itu adalah utang masyarakat kolonial pada waktu. Di kadipaten kepada pemerintah kolonial Yogyakarta, sebagian dari mereka yang Belanda dan Internationale Bank notabene anggota Tarikat Mason Bebas (Rotterdamsche Scheepvaart Maatschappij).

121 Paramita Vol. 25, No. 1 - Januari 2015

Untuk itu, P.A. V melakukan penghe- ratu Belanda atau kunjungan K.G.P.A. matan bahkan tidak segan-segan Paku Alam-Sultan Hamengku Buwono menggunakan penghasilan pribadinya ke kantor keresidenan. Pertelingkahan untuk membiayai pengeluaran- itu biasanya dipicu oleh olok-olok dan pengeluaran kadipaten. Dampaknya ejek-mengejek terhadap masing-masing adalah kinerja sehari-hari Kadipaten junjungan mereka. Kerabat Pakualaman Pakualaman menjadi sangat bersahaja mengolok-olok Sultan dengan sebutan dan sangat terbatas. “dhimas Sultan”, sedangkan kerabat Di pihak lain kerabat Pakualaman Kesultanan menyebut Paku Alam masih menjunjung tinggi privilese/hak- dengan “paman atau kakek Paku Alam.” hak istimewa mereka sebagai anggota Sebutan itu berasal dari genealogi keluarga aristokrat. Mereka menikmati Sultan dan Paku Alam dalam silsilah penghormatan lahiriah yang diberikan dinasti Kesultanan Yogyakarta. Paku oleh warga kadipaten. Sehubungan Alam V adalah anak dari cucu (buyut) dengan itu, atribut yang menandai Sultan Hamengku Buwono I. posisi mereka berupa payung masih Pertikaian paling memprihatinkan ditonjolkan. Kerabat Pakualaman baik terjadi ketika salah seorang kerabat tua maupun muda masih selalu keraton dengan sengaja memutus dipayungi jika mereka keluar dari barisan Legiun Pakualaman yang tempat tinggal mereka sehingga tampak tengah menyambut kedatangan seperti sebuah perarakan atau karnaval. gubernur jenderal. Ia dianiaya oleh Mereka mudah sekali tersinggung komandan legiun, R.M. Koesoemo jika bertemu dengan orang-orang Pranoto, salah satu kerabat Pakualaman kebanyakan yang tidak memberikan yang dikenal temperamental dan penghormatan. Tidak jarang terjadi emosional. Korban mengalami luka tindakan kekerasan terhadap mereka parah dan nyaris meninggal. yang tidak melakukan penghormatan. Penganiayaan itu menimbulkan konflik Untungnya, orang-orang yang terbuka antara kerabat Pakulaman dan mendapatkan perlakuan tidak Kesultanan. Untuk meredakan menyenangkan itu karena didorong ketegangan, pemerintah kolonial oleh rasa hormat dan cinta kepada para terpaksa turun tangan mendamaikan bangsawan tidak pernah melakukan pihak-pihak yang bertikai (Ringkesaning perlawanan. Yang sering terjadi adalah Wawaton, t.t.: 13). para korban itulah yang justru meminta Psikologi kerabat Pakualaman maaf. seperti itulah yang harus dihadapi Keadaan itu tidak terasa menjadi P.A.A. Suryo Dilogo ketika naik tahta. beban bagi mereka. Di manapun berada Para bangsawan yang terbiasa hidup mereka selalu menuntut berlakunya hak berkecukupan dan menikmati banyak -hak istimewa. Tidak jarang terjadi privilese di bawah P.A. IV merasa perseteruan antara kerabat Pakualaman tidak puas dengan kebijakan dan Kesultanan karena kedua belah penghematan itu. Akan tetapi, Suryo pihak menuntut berlakunya hak-hak Dilogo bergeming. Semua ketidakpu- mereka. Bahkan, tidak hanya berupa asan itu justru dijadikan cambuk untuk pertengkaran mulut kadang-kadang di menata perekonomian Kadipaten Pa- antara mereka juga terjadi perkelahian kualaman ke arah yang lebih baik secara fisik. Peristiwa itu terjadi pada (Ringkesaning Wawaton, t.t.: 12) kemeriahan penyambutan gubernur Raja terpilih ini menyatakan siap jenderal Hindia Belanda, ulang tahun untuk menaati peraturan dan melanjut-

122 Paku Alam V … — Sudibyo kan apa yang telah dirintis oleh penda- Belanda. P.A. V juga mengupayakan hulunya. Peraturan itu berkaitan hiburan untuk prajurit legiun setelah dengan polisi, peradilan, dan pe- mereka suntuk berlatih setiap hari. Di langgran hukum dengan menempatkan pelataran timur Puro Pakualaman acap- seorang asisten residen di wilayahnya. kali diselenggarakan pertunjukan Selain itu, juga dimandatkan untuk pe- janggrung, sejenis tayub untuk menghi- meliharan jalan, jembatan, dan pening- bur mereka. Jika pentas janggrung di- katan dinas wajib penduduk bumiputra adakan para anggota legiun larut dalam di tanah-tanah sewaan yang disewa oleh kegembiraan. Istri para anggota legiun orang-orang Eropa. Namun, di antara tidak berkeberatan suaminya menari kewajiban-kewajiban yang harus dipe- dengan para penari janggrung. Mereka nuhi oleh raja baru itu ialah pemulihan mendukung suami mereka dengan ber- keamanan dan ketertiban untuk kepen- tindak sebagai penggembira. Bahkan, tingan gubernemen. Sebagaimana mereka juga dengan senang hati turut dikemukakan di atas, di pundak raja menyiapkan penampilan para suami baru ini juga terpikul beban utang kepa- mereka (Ringkesaning Wawaton, t.t.: 17). da pemerintah kolonial dan bank swasta Sebagaimana diketahui legiun sebesar 100.000 gulden yang harus sege- Pakualaman adalah bagian integral dari ra dilunasi. Apabila kewajiban itu dapat sistem keamanan Kadipaten Pakua- ditunaikan dengan baik, gelar Paku laman yang didirikan pada saat Alam dan pangkat kolonel akan segera Pangeran Notokusumo naik tahta. dianugerahkan (Vereeniging Habi Dar- Pendirian legiun merupakan bagian dari mo Wargo, 1931: 24). kontrak politik yang ditandatangani- Dalam jangka waktu empat tahun pada 17 Maret 1813 oleh Pangeran No- raja baru itu dapat menunaikan kewaji- tokusumo (P.A. I) dan John Crawfurd bannya. Pada 20 Maret 1883 P.A.A. (residen Yogyakarta) mewakili Prabu Suryo Dilogo resmi menyandang Pemerintah Inggris. Dalam kontrak gelar Paku Alam V dengan pangkat ko- yang terdiri atas 9 pasal itu antara lain lonel. Di samping itu, Paku Alam V juga disepakati bahwa Inggris akan dianugerahi medali Ridderkruis van den melindungi Paku Alam dan keluarga- (Orde van) Nederlandschen Leeuw (Salib nya (pasal 1). Jika Paku Alam tetap Kesatria dari Ordo Singa Belanda). menunjukkan iktikad baik dan setia Sayangnya, pada 1892 korps bersenjata kepada Inggris, yang bersangkutan akan yang pada 1870 dimekarkan menjadi mendapatkan tunjangan bulanan yang separo batalion infanteri dan kompeni berlaku seumur hidup sebesar 750 real kavaleri dihapuskan antara lain karena dan akan mendapatkan tanah yang be- dalam Perang Aceh tidak dapat berpe- rasal dari tanah Sultan Hamengku ran secara optimal. Tidak dapat di- Buwono II seluas 4.000 cacah. Tanah itu mungkiri demiliterisasi ini dapat diwariskan kepada anak lelaki mengecewakan P.A. V dan dari tertua Paku Alam (Pasal 2). Kadipaten beberapa segi mengurangi kewibawaan Pakualaman akan membangun pasukan istana Pakualaman. kavaleri (dragonders) sebanyak 100 Pada dasarnya P.A. V menaruh prajurit (Pasal 5). Prajurit itu diberi sera- perhatian besar terhadap eksistensi legi- gam dan dipersenjatai oleh Inggris. Se- un. Pengeluaran sehari-hari anggota le- mentara itu, Paku Alam I diminta untuk giun berasal dari kas Kadipaten menyiapkan kuda dan segenap per- Pakualaman, walaupun gaji para opsir lengkapannya (Pasal 6). Paku Alam juga masih berasal dari Pemerintah Kolonial diminta untuk menanggung logistik pa-

123 Paramita Vol. 25, No. 1 - Januari 2015 ra prajurit dan gaji untuk mereka ber- prajurit yang berlatih dengan berse- dasarkan pangkat mereka. Sersan mangat. Kampung-kampung di sekitar mendapatkan gaji bulanan 3 real; kopral puro juga terasa sepi (Ringkesaning 2,5 real; prajurit biasa 2 real ( Pasal 7). Wewaton, t.t.: 20). Para prajurit itu dilatih oleh seorang op- Gerbang utama sekarang tidak sir Inggris dan Paku Alam tidak mem- lagi dijaga oleh anggota legiun, tetapi iliki hak untuk memecat para prajurit hanya penjaga yang membawa tombak. tersebut sebelum mendapatkan izin dari Itupun tidak berlangsung lama. Para Pemerintah kolonial Inggris (Pasal 8) prajurit yang tidak bergabung dengan (Bundels, 1932: 1—4; Poerwokoesoemo, NIL ditawari menjadi abdi dalem punaka- 1985: 150; Poerwokoesoemo: 1987: 4—5). wan. Prajurit yang berasal dari unsur Pembubaran Legiun Pakualaman kerabat adipati diposisikan sebagai pen- sama sekali tidak dibayangkan oleh pa- jaga keamanan dengan mendapatkan ra anggota legiun. Mereka mendapatkan belanja seadanya dari kadipaten. Se- perintah dari komandan legiun untuk mentara itu, para opsir didudukkan se- membawa senjata dengan segenap per- bagai abdi dalem dengan pangkat lengkapannya ke Puro Pakualaman ka- wedana (Ringkesaning Wawaton, t.t.: 20). rena akan diganti dengan senjata dan Bagi sang raja kebijakan itu juga perlengkapan yang baru. Para anggota tidak menyenangkan. Namun, dia tidak legiun datang ke puro dengan suka cita. mau larut dalam kesedihan dan meng- Namun, mereka mendadak berubah ungkapkan kekecewaannya secara ter- menjadi sedih karena mereka baru buka. Yang dilakukannya justru sebali- mengetahui bahwa pada saat itu legiun knya yaitu meningkatkan kinerja polisi dibubarkan. Para anggota legiun terse- dan pengadilan. Praktik-praktik penye- but ditawari untuk bergabung dengan lundupan dan penyelewengan diatasi Tentara Hindia Belanda (Nederland In- dengan kekuatan. Paku Alam V terus- dische Leger). Akan tetapi, tidak semua menerus dijiwai oleh semangat untuk prajurit dapat memanfaatkan kesem- memajukan negerinya dibantu oleh pu- patan itu. Hanya prajurit muda yang tera sulungnya, PA Ario Notokusumo masih sehat dan gagahlah yang dapat (Vereeniging Habi Darmo Wargo, 1931: memenuhi tawaran itu. Sebagian yang 25). lain, terutama yang sudah tidak muda Menurut para saksi mata yang lagi terpaksa menerima nasib. Semua hidup sezaman dengannya, Paku Alam opsir sepakat tidak memanfaatkan pelu- V dikenal memiliki kepribadian yang ang menjadi anggota NIL. Mereka me- menyenangkan dengan tatakrama yang milih mengundurkan diri dari dinas ke- santun serta memiliki banyak sahabat. tentaraan. Mereka tetap diizinkan Seorang yang memiliki pemikiran maju, mengenakan seragam legiun sesuai ramah, dan energik. Di hadapan se- dengan pangkatnya masing-masing jika jumlah keluarga besarnya, dia dapat diperlukan. Kepada para opsir itu menunjukkan kehalusan budinya. Di kemudian diberikan sejumlah kompen- tengah-tengah rakyatnya dia berpenam- sasi (Ringkesaning Wawaton, t.t.: 20). pilan elegan dan sangat menyadari posi- Suasana Puro Pakualaman setelah sinya sebagai raja (VereenigingHabi Dar- pembubaran legiun sunyi dan lengang. mo Wargo, 1931: 25). Sementara itu, di Biasanya terdengar bunyi tambur yang kalangan peneliti kebudayaan Jawa dipalu dengan bersemangat dan berkebangsaan Belanda ia dikenang terompet yang melengking dengan ga- sebagai tuan rumah yang sangat baik gah. Di samping itu, tidak terlihat lagi (Stibbe, Wintgens en Uhlenbeck, 1919:

124 Paku Alam V … — Sudibyo

17) anaknya, termasuk anak-anak pe- Berbeda dengan kebanyakan kera- rempuannya menempuh pendidikan bat kerajaan yang lain, Paku Alam V Barat, bahkan sampai ke negeri Belanda tidak berwatak konservatif. Dia menun- (Niel, 2009: 79). Misalnya, Notodirojo jukkan sikap dan pemikiran modern, merupakan pangeran Jawa pertama sangat terpelajar, serta berpikir jauh le- yang menempuh pendidikan HBS. Dia bih maju daripada orang-orang seza- menjadi pendukung utama gagasan- mannya. Hal itu ditunjukkannya deng- gagasan dr. Wahidin Sudirohusodo dan an memanfaatkan kesempatan untuk menjadi ketua Budi Utomo pada perio- memajukan pendidikan anak-anaknya de kepengurusan kedua pada 1911— ke negeri Belanda. Dengan demikian, 1914. Di Kadipaten Pakualaman Notodi- meskipun Kadipaten Pakualaman meru- rojo menjadi anggota Dewan Pengelola pakan swapraja yang termuda dari em- (Raad van Beheer) dan sebagai pangeran- pat swapraja penerus Kerajaan Mata- bupati yang selalu mencurahkan tena- ram, kadipaten ini merupakan yang per- ganya untuk kepentingan bangsa dan tama memanfaatkan kesempatan itu negaranya. (Vereeniging Habi Darmo Wargo, 1931: Anak keempat, Pangeran Kusumo 25; Scherer, 1985: 85; Poeze, 1986: 37— Yudo yang sejak usia kanak-kanak me- 38). nempuh pendidikan di negeri Belanda P.A. V sadar bahwa kejayaan ma- (ELS dan HBS di Nijmegen dan maha- sa lalu telah usai. Hak-hak istimewa siswa Fakultas Kedokteran di Amster- yang dimiliki oleh para bangsawan dam) menjadi anggota Dewan Hindia sudah saatnya digantikan oleh prestasi. Belanda (Raad van Nederlandsch-Indië). Sehubungan dengan itu, generasi baru Pangeran yang intelek dan rendah hati Kadipaten Pakualaman harus siap ber- ini memulai kariernya sebagai calon lomba dengan yang lain untuk mengha- kontrolir (adspirant controleur) pada Pe- dapi era baru. P.A. V berkeyakinan merintahan dalam Negeri bahwa barang siapa tidak mau menye- (Binnenlandsch Bestuur), kemudian men- suaikan diri dengan tuntutan zaman dia jadi kontrolir, administrator, dan dipro- akan mengalami kejatuhan. Dipandu mosikan sebagai bupati Ponorogo sela- oleh keyakinan seperti itu P.A. V dan ma 12 tahun. Dia juga menjadi anggota anak-anaknya menyadari urgensi pendi- Dewan Rakyat (Volksraad) sejak orga- dikan Barat. Meskipun ia tidak berbica- nisasi ini berdiri pada 1918 sampai den- ra dalam bahasa Belanda, hal itu tidak gan 1929. Pada periode persidangan menghalanginya untuk bergaul dengan yang kedua dan ketiga, dia menjadi orang-orang Eropa di Yogyakarta ketua pengganti, sedangkan pada perio- (Tirtokoesoemo, 1931: 14). Kadang- de terakhir dia menjadi wakil ketua para kadang ia tidak keberatan untuk tampil utusan. Jabatan ini merupakan prestasi di kalangan orang-orang Eropa di Yog- yang paling tinggi yang dapat dicapai yakarta dengan dibantu oleh seorang oleh seorang bumiputra yang dipero- penerjemah sebagaimana dilakukan lehnya karena pendidikan yang ditem- oleh pendahulunya di Kadipaten Pakua- puhnya di Negeri Belanda dan pengab- laman (lihat Bosma and Raben, 2008: diannya yang terus-menerus selama dua 116). puluh enam tahun kepada pemerintah Dengan dukungan Paku Alam (Vereeniging Habi Darmo Wargo, 1931: Studie Fond (Dana Studi Paku Alam) dan 27; Nagazumi, 1989: 35—36; bantuan serta insentif dari Vrijmetselarij Djojohadikusumo, t.t.: 59—62). Paku Alam V mengizinkan semua Anak ke-9 Paku Alam V, R.A. Su-

125 Paramita Vol. 25, No. 1 - Januari 2015 miyati yang kemudian menjadi R.A.A. Melalui ekspresi estetis itu, jiwa Barat Ario Purbahadikusumo, istri bupati Ku- dan Timur akan lebih mudah dikomu- toarjo (wilayah Kabupaten Purworejo) nikasikan. Suryoputro banyak mempu- dikenal di kalangan bumiputra dan Ero- blikasikan gagasan-gagasanya tentang pa karena keahliannya dalam bidang teori musik, terutama mengenalkan mu- sastra dan musik Jawa. Sementara itu, sik Jawa dengan notasi musik Barat di anak perempuannya yang lain, anak ke- media massa Belanda, Nederlandsch-Indië 10, R.A. Miryam berkeinginan mem- Oud en Nieuw (NION). Artikel- peroleh akta middelbaar onderwijs (MO) artikelnya dalam lima tahun pertama di negeri Belanda. Sayangnya, pendi- penerbitan NION menunjukkan bahwa dikan persiapan yang diperolehnya di ia melakukan kajian yang mendalam Yogyakarta tidak memenuhi persyarat- dan menguasai dengan baik musik Ti- an yang ditetapkan. Sebagai gantinya, ia mur dan Barat (Poeze, 2008: 105). mengikuti kursus bahasa Inggris baik di Bersama dengan kerabat Pakua- Belanda maupun Inggris. Ia pernah dite- laman yang lain, R.M. Suwardi Surya- rima oleh Ratu Wilhelmina dan Ratu ningrat, R.M. Noto Soeroto, dan putra Emma ketika tinggal di Belanda serta patih Kesultanan Yogyakarta, R.M. Raja George V dan permaisuri ketika Yojana, Suryoputro mendirikan Langen- belajar bahasa Inggirs di Inggris. Di ka- Driyo, perkumpulan musik dan tari langan masyarakat Batavia –Koninkelijk Jawa. Perkumpulan itu memperoleh Bataviaasch Genootschaap van Kunsten en dukungan dan simpati dari para Wetenscappen (Perhimpunan Masyarakat pendukung paham etis dalam majalah Batavia untuk Kesenian dan Ilmu Nederlandsch –Indië Oud en Nieuw dan Pengetahuan) – putri keraton ini juga organisasi Oost en West serta masyarakat merupakan sosok yang mencolok kare- seniman Belanda yang mendapatkan na pengetahuannya yang luas mengenai inspirasi dari kebudayaan dan kesenian bahasa. Dalam sebuah suratnya yang Jawa. Pada 1916 misalnya, di dikirimkan dari London 30 Juni 1923 Schouwburg (gedung pertunjukkan) di kepada redaksi majalah Oedaya, Mirjam Den Haag, Oost en West bekerja sama menginginkan kaum perempuan, teru- dengan Langen-Driyo tama perempuan Indonesia mempunyai menyelenggarakan pertunjukkan amal kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk korban bencana banjir di Hindia- terutama dalam mengakses media mas- Belanda. Kostum dan dekorasi untuk sa (Oedaya, No. 10, Januari 1924; Vereeni- acara itu ditata oleh seorang seniman ging Habi Darmo Wargo, 1931: 27; Belanda, sedangkan para penarinya Poeze, 2008: 166). Mirjam meninggal adalah Soewardi, Soerjopoetro, Noto dunia dalam kesendiriannya di Den Soeroto, dan Jodjana. Ratu Wilhelmina, Haag pada 1972 dalam usia 72 tahun. tamu kehormatan dalam cara itu merasa Putra yang ke-11, R.M. Suryoputro puas terhadap terhadap pertunjukkan dikirim untuk belajar teknik sipil di tari dan musik yang digelar oleh salah Delft. Akan tetapi, Perang Dunia I seorang tawanan politik yang menuntut mengubah secara total cita-citanya kemerdekaan itu (lihat juga Poeze, 1986: (Oedaya, V, No. 9 : 141). Dalam perkem- 109). bangannya Suryoputro lebih banyak Dalam surat kabar Wendingen menekuni bidang kesenian, terutama (Perubahan) pada 1919, Suwardi musik dan tari. Ia berpandangan bahwa menjelaskan arti politis pertunjukkan jiwa bangsa dapat dikenal dengan baik tari Jawa bagi masyarakat Belanda. melalui karya seni musik nasionalnya. Pertunjukkan Langen-Driyo ingin

126 Paku Alam V … — Sudibyo membuka mata masyarakat Belanda bahwa krisis finansial di Kadipaten bahwa bangsa Hindia-Belanda adalah Pakualaman belum sepenuhnya dapat sebuah bangsa yang memiliki hak untuk diatasi. menentukan nasibnya sendiri. Dalam Dalam Voordrachten en Mede- edisi yang sama Suryoputro juga deelingen van Indische Vereeniging mengungkapkan bahwa pertunjukkan (Ceramah dan Informasi Perhimpunan itu dimaksudkan untuk menunjukkan Hindia) Abendanon (via Poeze, 2000: kepada masyarakat Eropa Barat 152) mengenang Notowiroyo sebagai keindahan kebudayaan Jawa. Di seorang pemuda yang memiliki seman- samping itu, dia berharap bahwa gat tinggi untuk menuntut ilmu bagi pertunjukan tersebut dapat menarik kemajuan bangsanya. Pilihannya pada perhatian masyarakat luas terhadap bidang ekonomi menunjukkan ia sadar suatu masyarakat (Hindia Belanda) bahwa pengetahuan tentang yang sudah dalam waktu yang lama perekonomian dan perdagangan dunia mengalami depresi moral (Waaldijk en merupakan pilar penting bagi kema- Susan Legêne, 2009: 187—211) juan. Meskipun cita-citanya tidak Putranya yang lain, putra ke-12, tercapai ia telah member teladan ten- R.M. Notowiroyo dikirim untuk belajar tang keberanian dan keteguhan untuk di sekolah dagang di Amsterdam. menuntut ilmu yang berguna bagi Namun, penyakit TBC menghancurkan negaranya. pertahanan tubuhnya. Meskipun Kedekatan P.A. V dengan Tarikat pengobatan secara medis telah Mason Bebas terjalin sejak P.A. V masih dilakukan bahkan yang bersangkutan menyandang nama P.A. Suryo Dilogo. diberi kesempatan tetirah di sebuah Pada 1871, ia dikukuhkan sebagai sanatorium di sebuah dataran tinggi di anggota kehormatan tarikat itu di Loji Swiss, nyawa Notowiroyo tidak dapat ( lodge) Mataram, Yogyakarta. diselamatkan. Notowiroyo Bergabungnya P.A. V dengan Tarikat menghembuskan nafas terakhir di Mason Bebas merupakan prestasi dan tempat itu (Poeze, 2008: 152). sekaligus prestise bagi tarikat tersebut. Kematian Notowiroyo sangat Ia merupakan anggota keluarga mengenaskan. Selama empat hari kerajaan Jawa pertama yang jenazahnya tidak terurus karena tidak menyatakan diri bergabung dengan ada satu pihakpun yang bersedia tarikat tersebut. Keanggotaan PA bertanggung jawab.Diduga wali No- diharapkan menjadi magnet bagi towiroyo tidak berbuat apapun karena keluarga bangsawan Jawa yang lain tidak mendapatkan kiriman biaya peng- untuk menjadi anggota. Anak-anak P.A. urusan jenazah dari keluarga Pakuala- V kemudian juga tercatat sebagai man. Kematian Notowiroyo menjadi anggota Tarikat Mason Bebas, seperti berita besar di kalangan perhimpunan P.A. Notokusumo (P.A. VI), P.A. mahasiswa Indonesia di Belanda, Notodirojo, P.A. Kusumoyudo, dan khususnya di Leiden. Akhirnya, mereka bahkan cucunya P.A. VII (Stevens, 2004: melaporkan kejadian tragis itu kepada 29—30). Abendanon yang kemudian menuju Alasan tentang kesediaan para Swiss untuk mengurus administrasi penguasa Kadipaten Pakualaman kematian Notowiroyo. Dengan bantu- bergabung dengan Tarikat Mason Bebas aan Abendanon, jenazah Notowiroyo tidak pernah terungkap dengan jelas. dikuburkan di Swiss (Rivai, 2000 : 7 ). Akan tetapi, kemungkinan besar mereka Kematian Notowiroyo menunjukkan tertarik kepada anggaran dasar tarikat

127 Paramita Vol. 25, No. 1 - Januari 2015 yang menempatkan kesetaraan dan memiliki kedudukan seperti polisi. Para pluralisme sebagai tujuan yang penting. jagalatri atau jagawesti ini memiliki ke- Dalam pasal 2 ayat 4 disebutkan bahwa wenangan memenjarakan orang-orang tarikat mengakui: (1) nilai kepribadian yang telah diputus bersalah. Pengadilan manusia; (2) hak setiap orang untuk Pakualaman juga memiliki kewenangan mencari kebenaran secara mandiri; (3) menjatuhkan hukuman mati. Dengan persamaan dalam wujud semua demikian, dari segi kewenangan, penga- manusia (Stevens, 2004: 6). dilan ini tidak berbeda dengan pengadi- Kemungkinan mereka juga tertarik pada lan Landraad pada waktu itu upacaran dan ritual serta humanisme (Ringkesaning Wawaton, t.t.: 8). yang ditonjolkan dalam pertemuan- pertemuan tarikat sebagaimana yang dirasakan oleh R.M.A.A. Poerba TATA PAMONG PADA MASA P.A. V Hadiningrat, mantan bupati Semarang dan Salatiga (Hadiningrat, 1927: 134— Paku Alam V merupakan peng- 143; Veur, 2012: 83—84). uasa Kadipaten Pakualaman yang per- Dalam pemerintahan sehari-hari tama melakukan pembagian kekuasaan Paku Alam V di ibukota kerajaan diban- secara terstruktur. Sebagai pemimpin tu oleh seorang patih yang membawahi karismatis--meminjam istilah Max We- seorang kliwon patih dan mantri jurutu- ber—yang sudah sejak lahir memiliki lis serta beberapa orang jurutulis. Untuk kualitas individual yang menduduk- pemeliharaan keamanan patih dibantu kannya berbeda dengan orang ke- oleh polisi kota meliputi polisi panekar banyakan dan dianggap dikaruniai berjumlah empat di Gunungketur, Ja- kekuatan supranatural serta adimanusi- galan, Purwanggan, dan kepatihan. Para awi untuk memimpin sebuah dinasti polisi ini dibantu oleh kebayan kam- ( Pugh and Hickson, 2007: 4; Winkler, pong terdiri atas tokoh-tokoh yang dise- 2010: 32), kesediaan Paku Alam V untuk gani di kalangan masyarakat setempat. berbagi kekuasaan merupakan tindakan Sementara itu, di luar ibukota, dalam yang terpuji. Baginya, kekuasaan bukan hal ini di wilayah Adikarto (sekarang sesuatu yang tidak terbagi dan harus masuk wilayah Kabupaten Kulonprogo) terus-menerus dipertahankan kekera- pemerintahan sehari-hari dijalankan matan serta keutuhannya. Kekuasaan oleh seorang rio bupati yang dibantu dapat dibagi dan didelegasikan kepada oleh dua orang panewu pangreh praja orang-orang yang dipercayainya. (di Pandowan dan Sogan) dan empat Kemungkinan besar sifat ini juga ter- orang mantri polisi yang kedudukan- bentuk berkat pergaulannya yang luas nya setara asisten wedana di Bendung- dengan para pengikut vrijmetselarij, an, Wates, Sindutan, dan Karangwuni semacam teologi pembebasan yang (Ringkesaning Wawaton, t.t.: 8). sangat menekankan kesetaraan dan me- Untuk persoalan hukum, Pengadi- nolak pembedaan manusia berdasarkan lan Darah Dalem (Raad Kasentanan) dan ras, bangsa, dan agama dengan tujuan pengadilan umum bertugas menangani berpartisipasi secara aktif dalam proses dan memutus perkara. Kewenangan itu pembangunan negara dan bangsa secara dijalankan oleh Jaksa Agung Hukum harmonis (Surjomihardjo, 2008: 47—49). Pakualaman (Jaksa Ageng Pradata Pa- Paku Alam V tahu bahwa kualitas kualaman) dibantu oleh dua orang wa- kepemimpinan antara lain ditentukan kil jaksa, beberapa orang juru tulis dan oleh penegakan hukum, pendelegasian enam orang jagalatri atau jagawesti yang wewenang, dan pembagian kekuasaan.

128 Paku Alam V … — Sudibyo

Gambar 1. Pembagian Tata Pamong Paku Alam V (Sumber: Sudibyo, 2012: 20)

Paku Alam V memadukan gaya kepe- paikan kepada penguasa puro. Dengan mimpinan tradisional dan modern. Hal demikian, tanggung jawab atas keuang- ini terjadi karena Paku Alam V terbuka an sepenuhnya juga berada di tangan terhadap perubahan dan mampu mem- penguasa puro. baca tanda-tanda zaman yang pada ma- Reformasi birokrasi dan keuangan sa itu, yaitu pada peralihan abad ke-19 yang dilakukan oleh Kadipaten Pakua- ke abad ke-20 sudah menunjukkan fajar laman terutama di wilayah Adikarto perubahan. tidak dapat dilepaskan dari jasa K.P.H. Meskipun dari sisi birokrasi Noto Dirojo. Putra ke-5 sang adipati ini Kadipaten Pakualaman mengalami ditugasi ayahandanya untuk mengurusi kemajuan, dari sisi lain, yaitu segi finan- soal-soal keuangan. Bagi Noto Dirojo sial, kadipaten belum memiliki meskipun merupakan suatu kehorma- pengaturan yang baik. Sumber-sumber tan tugas itu merupakan tugas yang pendapatan yang seharusnya dapat di- tidak ringan karena menuntut tanggung peroleh dari pajak belum dioptimalkan, jawab yang sangat berat. Pada waktu misalnya pajak penghasilan (inkomsten itu, keadaan kas Kadipaten Pakualaman belasting), pajak upah (loon belasting), dalam keadaan yang sangat tidak meng- pajak bumi dan bangunan (verponding gembirakan karena defisit keuangan belasting), dan pajak tontonan warisan pendahulu ayahnya (vermakkelijkheid belasting). Yang sudah (Dewantara, 1994: 351). Situasi itu, mela- diberlakukan adalah pajak tanah milik lui surat, disampaikan oleh K.P.H. Noto kadipaten dan pajak pekerjaan yang Dirojo kepada anak-anaknya yang se- tidak dapat diandalkan sebagai pengha- dang menempuh pendidikan di negeri silan kadipaten ((Ringkesaning Wawaton, Belanda. t.t.: 9). Karena kadipaten belum me- Oh, anak-anakku. Kalian pasti tak manfaatkan secara maksimal sumber- bisa membayangkan seperti apa sumber keuangan, tidak ada badan keadaannya ketika aku mulai bertu- gas di kadipaten. Bahkan sebagian khusus yang bertugas mengurusi pema- besar kebutuhan pokok kami tak sukan finansial. Sehubungan dengan punya. Bayangkan, ketika eyang ka- itu, semua pemasukan langsung disam- 129 Paramita Vol. 25, No. 1 - Januari 2015

lian ingin mengadakan resepsi atau langsung kepada warga yang membu- pesta…kami selalu harus meminjam tuhkannya.Karena itu, perjanjian- kursi, lampu, gelas dan sebaginya, perjanjian yang sudah dibuat dan meru- dari sana-sini agar dapat menjamu gikan rakyat banyak, sesudah habis ma- tamu. (Djajadiningrat-Nieuwenhuis, sa berlakunya tidak dilanjutkan lagi. 2000: 31). Tanah-tanah yang diperoleh kem-

bali oleh kadipaten dengan kebijakan itu Dalam waktu singkat K.P.H. Noto kemudian diberikan kepada rakyat Dirojo mempelajari sebab-sebab krisis yang memerlukannya dengan sistem keuangan yang melanda Kadipaten Pa- bagi hasil. Hal ini mendatangkan kesu- kualaman yang ternyata diakibatkan litan bagi sang pangeran karena dia ha- oleh ketidakseimbangan neraca keu- rus menyelaraskan kepentingan pabrik angan karena jumlah pengeluaran jauh gula yang telah memiliki konsesi atas melebihi pemasukan. Kondisi ini me- tanah-tanah itu dan kepentingan rakyat. nyebabkan kadipaten terjerat utang- Akan tetapi, karena tugas itu dilakukan utang dalam jumlah besar (f.100.000) dengan niat luhur untuk memperbaiki dengan bunga tinggi (15%--30%). Untuk keadaan, tugas tersebut dapat di- itu, sebagai administrator lulusan HBS laksanakan dengan baik. Jakarta dan Semarang , secara berkala

K.P.H. Noto Dirojo merasa perlu untuk mendatangi dan memeriksa sendiri pe- HARI-HARI TERAKHIR PAKU kerjaan-pekerjaan bawahannya untuk ALAM V mengetahui apakah uang yang dikeluar- kan benar-benar digunakan secara ber- Satu dasawarsa sebelum wafat, tanggung jawab. Kebijakan pangeran P.A. V mulai memperhatikan muda yang sangat tegas dan tanpa kom- kepentingan pribadinya yang tera- promi ini mendatangkan ketidaksukaan baikan. Untuk menghibur hati, ia di kalangan pegawai istana dan ba- membangun tempat pesiar di muara wahannya. Akan tetapi, dia bergeming Sungai Bogowonto dengan cara sampai berhasil mencapai tujuannya, membuat sudetan berupa sungai kecil yaitu keseimbangan neraca keuangan ke arah Barat. Tempat itu dinamainya kadipaten. Di samping itu, juga dila- Pasir Mendit. Ia sangat menyukai kukan penghematan besar-besaran tempat pesiar di tepi laut selatan yang sehingga pada 1889 semua utang kecua- kontemplatif itu. Dari situ terdengar li utang kepada Pemerintah Kolonial dengan jelas kesiur angin dan deburan Hindia Belanda telah terbayar ombak yang menyapu pantai. Lagipula, (Dewantara, 1994: 352; Djajadiningrat- tempat yang terpencil dari wilayah Nieuwenhuis, 2000: 31). sekitarnya itu hening dan senyap. Paku Melihat keberhasilan K.P.H. Noto Alam V sangat betah berada di tempat Dirojo menata keuangan kadipaten, Pa- itu. Jika sudah berada di tempat itu, ku Alam V kembali menugasinya untuk berbulan-bulan ia tidak pulang ke istana menyelesaikan persoalan-persoalan Pakualaman. Ia lebih suka menetap di keagrariaan di daerah Adikarto yang Pesanggrahan Glagah. Hal lain yang pada waktu itu belum tertata dengan diakukannya adalah menyiapkan lahan baik. Dia segera menerbitkan peraturan pemakaman di puncak Bukit Girigondo sewa-menyewa dan perpajakan. Oleh dengan dibantu kerabat yang pangeran ini diputuskan bahwa penye- menyertainya (Wawaton, t.t.: 28). waan tanah tidak dilakukan melalui pe- Pada saat-saat pulang ke Puro rantaraan kepala-kepala distrik, tetapi

130 Paku Alam V … — Sudibyo

Pakualaman, ia memerintahkan para Wawaton, t.t.: 28; Kusmayati, 2012: 88). seniman istana untuk menggelar latihan Setelah perluasan kompleks puro wayang orang dengan lakon selesai, Paku Alam V kembali Gondowerdoyo. Gondowerdoyo adalah membangun tempat pesiar di Bugel lakon wayang orang ciptaan Sultan dengan diawasinya sendiri. Untuk Hamengku Buwono I. Lakon ini sementara, pergelaran sendratari berkisah tentang “pencarian ayah” yang Banjaransari dihentikan. Namun, jika ia dilakukan dua anak Arjuna, pulang ke Puro Pakualaman pergelaran Gondowardoyo dan Gondokusumo itu kembali diadakan. Peristiwa itu yang lahir dari dua ibu yang berbeda terjadi beberapa kali sampai akhirnya (Soedarsono, 1984: 347). Tampaknya, pada suatu ketika Paku Alam V pulang lakon ini merupakan representasi masa dari tempat peristirahatannya dalam lalu Paku Alam V ketika dipisahkan keadaan sakit. Paku Alam menderita dari kehidupan istana. Oleh karena itu, sakit karena abses di rongga telinganya. meskipun latihan dilakukan dengan Berbagai macam pengobatan untuk sangat baik, lakon tersebut tidak pernah penyembuhan baik berupa pengobatan dipertontonkan untuk umum karena tradisonal maupun pengobatan secara keinginannya adalah hanya untuk medis dilakukan, tetapi semakin hari menghibur hati. Demikian pula halnya sakitnya tidak kunjung sembuh dengan latihan Surasarani yang berasal malahan semakin parah. Akhirnya pada dari Babad Segaluh, repertoir sendratari hari Sabtu tanggal 6 November 1900, itu juga tidak untuk dipergelarkan Paku Alam V wafat. Jenazahnya kepada masyarakat umum. kemudian dimakamkan di makam Paku Alam V juga memperluas Girigondo dengan menggunakan kereta kompleks Puro Pakualaman ke arah api khusus. Pada waktu itu makam Utara. Banyak pekarangan yang Girigondo masih berupa gundukan digunakan untuk perluasan itu. Sebagai bukit belum tampak sebagai kompleks gantinya, para pemilik lahan diberi pemakaman raja-raja (Ringkesaning lahan pengganti milik Pakualaman atau Wawaton, t.t.: 29; De Nieuwe kompensasi berupa uang. Di sela-sela Vorstenlanden, 1 maart 1901). perluasan kompleks puro, dilakukan latihan berbagai jenis tarian. Namun, yang mendapatkan perhatian khusus SIMPULAN adalah penciptaan sendratari Banjaransari dengan peraga 40 penari Meskipun secara resmi tidak yang mayoritas berjenis kelamin pernah diketahui melakukan upaya- perempuan dan masih kanak-kanak. upaya untuk meningkatkan kecerdasan Mereka adalah anak-anak abdi dalem intelektual, Paku Alam V adalah salah yang dididik secara khusus di satu dari sedikit aristokrat Jawa yang lingkungan Puro Pakualaman di bawah memilik kemampuan membaca tanda- pengawasan para selir Paku Alam V. tanda zaman. Ia berhasil membangun Sendratari Banjaransari di samping kebanggaan baru kaum bangsawan dinikmati oleh kalangan dalam puro Jawa, tidak dari darah biru yang juga dipertontonkan untuk umum. mengalir dalam urat nadinya, tetapi dari Setiap menyaksikan pergelaran prestasi yang dicapainya. Pintu masuk Banjaransari, Paku Alam V merasa untuk meraih prestasi itu adalah sangat terhibur. Sendratari itu juga pendidikan Barat. Meskipun tidak sangat disukai masyarakat (Ringkesaning terdidik di arena itu, dengan sekuat

131 Paramita Vol. 25, No. 1 - Januari 2015 tenaga ia mendorong anggota pemerataan karena hanya akan keluarganya untuk menempuh mengurangi hak-hak istimewanya. pendidikan Barat karena ia memiliki Namun, P.A. V yang sudah mempelajari kesadaran bahwa pendidikan Barat humanisme dan kesetaraan antarsesama dapat mengubah tatanan batin anggota ras manusia dalam lingkaran Tarikat keluarga besarnya untuk menjadi lebih Mason Bebas (vrijmetselarij) dengan cendekia. segala risiko menerima tantangan Dengan pendidikan modern modernisasi dan melepaskan sebagian setidak-tidaknya dua hal akan dapat dari hak-hak istimewanya. Aristo- dicapai. Pertama, untuk jangka waktu Modernis ini wafat dengan tidak tertentu konflik kepentingan di antara meninggalkan warisan kekayaan anak keturunannya karena kepada anak keturunannya. Sebagai menginginkan tahta akan dapat gantinya, ia meninggalkan anak diredakan. Kedua, melalui pendidikan keturunan yang siap mengabdi pada terutama melalui keahlian yang berbagai kepentingan kemanusiaan, diperoleh akan dapat ditingkatkan taraf seperti birokrat, teknokrat, pendidik, hidup keluarga besarnya mengingat dan budayawan. Kadipaten Pakualaman adalah kadipaten termiskin jika dibandingkan dengan tiga swapraja yang sudah ada UCAPAN TERIMA KASIH sebelumnya. Oleh karena itu, hanya melalui pendidikan Barat yang Tulisan ini merupakan bagian dari membukan jejaring antara kerabat penelitian berjudul Westernisasi dan Pa- Pakualaman dan berbagai profesi, radoks Kebudayaan yang dilakukan bersa- kerabat Pakualaman akan dapat ma dengan Sri Margana, Sri Ratna Sak- berkiprah dalam berbagai bidang timulya, Mutiah Amini, dan Baha’udin pengabdian yang pada gilirannya akan yang dibiayai oleh Unit Penelitian meningkatkan kesejahteraan anggota Fakultas Ilmu Budaya UGM pada Ta- keluarga besarnya. Semua itu berpotensi hun Anggaran 2013. mendukung keberadaan Kadipaten Pakualaman di tengah-tengah masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Kesediaannya menerima kehadiran zaman baru yang dengan Bosma, Ulbe and Remco Raben. 2008. Being sendirinya mengurangi hak-hak “Dutch” In the Indies: A History of istimewanya sebagai seorang Creolisation and Empire, 1500—1920. bangsawan menunjukkan dedikasinya Singapore: NUS Press. kepada kemajuan anggota keluarga Cakrasumarta dan Panji Himadigdaya. 1987. besarnya. Dengan demikian, Paku Alam Silsilah Keluarga Paku Alam Sejak Paku V berhasil tampil sebagai sosok aristo- Alam I sampai Paku Alam VIII. modernis, dua karakter yang pada Yogyakarta: Yayasan Notokusumo. waktu itu sulit disandingkan. Paku Conger, J.A. and R.N. Kanungo.(Eds.) Alam V sekaligus juga merupakan 1998.Charismatic Leadership in Organi- zations.Thousand Oaks: Sage Publica- sosok yang paradoks. Pada umumnya tions. bangsawan menunjung tinggi Bundels met Gegevens BG IV No. 8 aristokrasi dan privilesenya. Untuk itu, Toenggoelwoeloeng-Ommegang, Ont. ia tidak tertarik dengan ide-ide Van R. Soedjana Titakoesoema (sic), modernisasi tentang kesetaraan dan Yogyakarta 1932. Mikrofilm No.

132 Paku Alam V … — Sudibyo

692/73 koleksi KITLV. paten Pakualaman. Yogyakarta: Gadjah De Locomotief. 27 September 1878. Mada University Press. De Nieuwe Vorstenlanden. “Prins Pakoe ------. 1987. Peranan Beberapa Tokoh Wanita di Alam.” Vrijdag, 1 maart XXX-E Puro Pakualaman. Yogyakarta: Yaya- Jaargang 1901, No. 5. san Ilmu Pengetahuan dan Kebuda- Dewantara, Ki Hadjar. 1994. “PA Noto- yaan Panunggalan (Lembaga Javano- dirodjo dan Sumbangannya dalam logi). Kebangkitan Bangsa Jawa”. Tim Pen- Poeze, Harrry A., Cees van Dijk en Inge van erbitan Buku Khusus Ajaran Ki der Meulen. 1986. In het Land van de Hadjar Dewantara. 1994. Karya Ki Overheerser I: Indonesiërs in Nederland Hadjar Dewantara: Kebudayaan. Yogya- 1600—1950. Dordrecht-Cinnaminson: karta: Majelis Luhur Persatuan Taman Foris Publications. Siswa. Pratt, Mary Louise. 1992. Imperial Eyes: Trav- Djajadiningrat-Nieuwenhuis, Madelon. el Writing and Transculturation. Lon- 2000. “Noto Soeroto: Aristo-Demokrat don: Routledge. Tanpa Pendukung”. Jurnal Kebudayaan Pugh, Derek S. and David J. Hickson. 2007. Kalam, No. 16, 2000. Great Writers on Organizations: The Djojohadikusumo, Margono. t.t. Kenang- Third Omnibus Edition. Hampshire- Kenangan dari Tiga Zaman: Satu Kisah Burlington: Ashagate. Kekeluargaan Tertulis. Jakarta: Indira. Rivai, Abdul. 2000. Student Indonesia di Ero- Furnivall, J.S. 2009. Hindia Belanda: Studi ten- pa. Jakarta: KPG-IKAPI-The Ford tang Ekonomi Majemuk. Diterjemahkan Foundation. oleh Samsudin Berlian. Jakarta: Free- dom Institute. Said, Edward. 2003 . Orientalism. (25 th Hadiningrat, R.M.A.A. Poerba. 1927. Wat Ik Anniversary Edition with a New als Javaan voor Geest en Gemoed in de Preface by the Author). New York: Vrijmetselarij Heb Gevonden. Den Vintage Books. Haag: W.P. Van Stockum & Zoon. Sudibyo. 2012. “Tata Pamong”. Saktimulya, Kusmayati, A.M. Hermin. 2012. “Kesenian: S.R., Sudibyo, dan B. Sumardiyanto. Seni Tari”. Saktimulya, S.R., Sudibyo, (Eds.). Warnasari Sistem Budaya dan B. Sumardiyanto. (Eds.). Kadipaten Pakualaman. Yogyakarta: Warnasari Sistem Budaya Kadipaten Perpustakaan Pakualaman-Eka Tjipta Pakualaman. Yogyakarta: Perpustakaan Foundation-Trah Pakualaman Pakualaman-Eka Tjipta Foundation- Hudyana. Trah Pakualaman Hudyana. Scherer, Savitri Prastiti. 1985. Keselarasan dan Lombard, Denys. 1996. Nusa Jawa Silang Bu- Kejanggalan: Pemikiran_pemikiran Na- daya: Warisan Kerajaan-kerajaan Konsen- sionalis Jawa Awal Abad XX. Diter- tris. Jilid 3. Jakarta: Gramedia Pustaka jemahkan oleh Jiman S. Rumbo. Jakar- Utama. ta: SinarHarapan. Nagazumi, Akira. 1989. Bangkitnya Nasiona- Soedarsono. 1984. Wayang Wong: The State lisme Indonesia: Budi Utomo 1908— Ritual Dance Drama in The Court of 1918. Jakarta: Grafiti. Yogyakarta. Yogyakarta: Gadjah Mada Niel, Robert van. 2009. Munculnya Elite University Press. Modern Indonesia. Diterjemahkan oleh Sosrosoedarmo, R.M.P. 1931. ”Biographie Zahara Deliar Noer. Jakarta: Pustaka van Zijne Hoogheid PAA. Pakoe Jaya. Alam VII” in Gedenkschrift Uitegeven Oedaya, No. 10, Januari 1924. “ Het Oordel ter Gelegenheid van het 25-Jarig Bestuurs van een Javaansche Prinses over Ons -Jubileum van Zijne Hoogheid PAA. Blad.” Paku Alam VII Hoofd van het Paku Oedaya, V, No. 9, September 1928. “ In Alamsche Huis 1906-1931. Djokja: Van Memoriam Rd. Ms. Ario Buning. Soerjopoetro.” Stevens, Th. 2004. Tarikat Mason Bebas dan Poerwokoesoemo, Soedarisman. 1985. Kadi- Masyarakat Hindia Belanda dan

133 Paramita Vol. 25, No. 1 - Januari 2015

Indonesia 1706—1962. Diterjemahkan ter Gelegenheid van het 25-Jarig Bestuurs oleh Perides Katoppo. Jakarta: Sinar -Jubileum van Zijne Hoogheid PAA. Pa- Harapan. koe Alam VII Hoofd van het Pakoe Stibbe, D.G., W.C.B. Wintgens en E.M. Alamsche Huis 1906-1931. Batavia: Al- Uhlenbeck (Reds.). 1919. “Pakoe brecht & Co. Alam V.” Encyclopaedie van Veur, Paul W. van der. 2012. Freemasonry di Nederlandsch-Indië, Derde Deel, N- Indonesia: Jaringan Zionis Tertua yang Soema. ‘S-Gravenhage-Leiden: Mengendalikan Nusantara. Diter- Martinus Nijhoff-E.J. Brill (Tweede jemahkan oleh Jagat Purbawati. Druk). Jakarta: Ufuk Press. Surjomihardjo, Abdurrachman. 2008. Kota Waaldijk, Berteke en Susan Lagêne. 2009. Yogyakarta Tempo Doeloe: Sejarah Sosial ”Ethische Politiek in Nederland: Cul- 1880—1930. turele Burgerschap tussen Overheers- Tanpa Pengarang. Tt. Ringkesaning Wewaton ing, Opvoeding en Afscheid.” (Patokan-Punten). Koleksi Perpusta- Bloembergen, Marieke en Remco kaan Pura Pakualaman. Raben.(eds). 2009. Het Koloniale Tirtokoesoemo, Sudjono R. 1931. Beschavingsoffensief: Wegen naar het “Jeugdherinneringen”. in Nieuwe Indië 1890-1950. Leiden Gedenkschrift Uitegeven ter Gelegenheid KITLV: Uitgeverij. van het 25-Jarig Bestuurs-Jubileum van Winkler, Ingo. 2010. Contemporary Leadership Zijne Hoogheid PAA. Paku Alam VII Theories: Enhancing the Understanding Hoofd van het Paku Alamsche Huis 1906- of the Complexity, Subejectivity and Dy- 1931. Djokja: Van Buning. namic of Leadership. Berlin-Heidelberg: Vereeniging Habi Darmo Wargo. 1931. Ve- Springer-Verlag. reeniging Habi Darmo Wargo Uitegeven

134