Paramita Januari 2014
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Paramita Vol. 25, No. 1 - Januari 2015 PAKU ALAM V: SANG ARISTO-MODERNIS DARI TIMUR Sudibyo Jurusan Sastra Nusantara, FIB, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta [email protected] ABSTRACT ABSTRAK This paper recites Paku Alam V figures as an Tulisan ini mengkaji sosok Paku Alam V sebagai ambiguity subject and a cultural paradox. He subjek ambiguitas dan paradoks kebudayaan. Ia lived in a kingdom economic crisis and a rapid hidup di tengah krisis ekonomi kerajaan dan arus flow of changes in politics, economy, laws, and perubahan yang deras di bidang politik, ekonomi, lifestyle aspects which is caused by other colonial hukum dan gaya hidup yang dihembuskan oleh social elements. The analysis focuses on psycho- kekuasaan dan elemen-elemen masyarakat ko- logical, religious, and cultural aspects which lonial lainnya. Analisis difokuskan pada aspek- form his personality. To achieve the goal, it uses aspek psikologis, religious, dan kultural yang post colonialism concerning in contact zone, membentuk pribadinya. Untuk mencapai tujuan textual studies and historical context. The textu- itu, digunakan teori poskolonialisme tentang al studies are used to explain the role moderniza- zona kontak dan kajian teks serta konteks sejarah. tion in genealogy, consistence, and Paku Alam V Kajian teks digunakan untuk menjelaskan peran mind revolution. The historical context is used to modernisasi dalam genealogi, konsistensi, dan explain the historical background, especially re- evolusi atau revolusi pemikiran P.A. V. Konteks lated to zeitgeist, when Paku Alam V implement- sejarah digunakan untuk menjelaskan latar ed his ideas. belakang sejarah, khususnya yang berkaitan dengan zeitgeist saat P.A. V mengimplementasi- Keywords: aristocrat, paradox, text, context. kan gagasan-gagasannya. Kata kunci: aristrokat, modernis, paradoks, teks, konteks PENDAHULUAN mengawini Resminingdyah, Sosroami- joyo dipromosikan di istana sebagai bu- B.R.M. Noto Wiloyo, nama kecil pati patih (Cakrasumarta dan Himadig- dari Paku Alam V (P.A. V), yang setelah daya, 1987: 31). dewasa bergelar P.A. Suryo Dilogo ada- Ketika Resminingdyah dikeluar- lah putra ke-14 dari enam belas putra kan dari istana, Noto Wiloyo masih K.G.P.A. Paku Alam II. Ia lahir dari sa- remaja. Tanggung jawab pengasuh- lah seorang istri P.A. II yang berasal dari annya dibebankan pada kepatihan dan kalangan biasa, bernama Resmining- pada waktu itu patih masih memiliki dyah. Setelah melahirkan anak pertama, hak mendapatkan lahan untuk Noto Wiloyo, dengan alasan yang tidak menopang keberadaannya yang disebut jelas, Resmingdyah dikeluarkan dari dengan siti narawita. Hasil dari budi- istana dan dikawinkan dengan Rio Bu- daya lahan itu digunakan untuk me- pati Pangreh Praja Brosot, Raden Rio melihara anak-anak kerabat istana yang Sosroamijoyo. Tidak lama setelah memerlukan pengasuhan. Pada waktu Paramita118 Vol. 25 No. 1 - Januari 2015 [ISSN: 0854-0039, E-ISSN: 2407-5825] Hlm. 118—134. Paku Alam V … — Sudibyo Noto Wiloyo berada di lingkungan pengasingan ia sama sekali tidak kepatihan, terdapat kerabat lain yang menerima tegur sapa dari mereka. Akan tinggal di tempat itu. Noto Wiloyo tetapi, karena dorongan itu sangat kuat kemudian menjadi anggota legiun ia memutuskan untuk mengunjungi sa- Pakualaman. nak saudaranya di istana Pakualaman. Pada suatu ketika, R.M. Noto Sembari menentukan salah seorang Wiloyo mendapatkan murka dari dari saudaranya yang akan dikunjungi, ia ayahandanya, P.A. II. Noto Wiloyo di- bertekad jika kunjungannya itu diang- usir dari istana Pakualaman dan dia- gap sebagai dosa baru ia rela untuk singkan di Desa Bugel, Adikarta di meninggalkan istana Pakualaman untuk bawah pengawasan pejabat pangreh pra- selama-lamanya. ja di wilayah itu. Sama dengan ibunda- Perjalanannya kembali ke istana nya, alasan pengucilan Noto Wiloyo ju- Pakualaman menuntunnya ke rumah ga tidak banyak diketahui orang. B.R.M. Ario Sasraningrat (kelak P.A. III). Di tempat pengasingan, Noto Kedatangannya disambut gembira oleh Wiloyo dengan tekun mempelajari ke- Sasraningrat. Di hadapan Sasraningrat, pangrehpraja-an (hal-hal yang berhub- Noto Wiloyo pun menyatakan ungan dengan tata pemerintahan) di tekadnya. Jika kepulangannya tidak bawah tuntunan Panewu Pangreh Praja dikehendaki, ia akan meninggalkan ista- Bugel, Ngabehi Reksodiwiryo. Interaksi na Pakualaman untuk selamanya. Oleh secara intens antar keduanya membuat Sasraningrat ia dihibur dan ditenangkan hubungan mereka menjadi sangat hatinya. Bahkan, kakaknya itu bersedia akrab. Tidak kelihatan bahwa mereka menanggung akibat menerima ke- berasal dari keluarga yang berbeda,satu hadirannya kembali di istana Pakua- dari istana yang lain dari kalangan laman. Oleh Sasraningrat ia ditempat- rakyat biasa. Ketika Reksodiwiryo ber- kan di Sasraningratan dengan tugas henti sebagai panewu pangreh praja Bugel membantu menulis dan menyalin karya karena usia, Noto Wiloyo tampil meng- sastra karena Sasraningrat sendiri gantikan kedudukannya. Dari situlah, menekuni kesusastraan. dia semakin banyak mendapatkan Lama-kelamaan, keberadaan Noto pengetahuan ke-pangrehprajaan-an. Di Wiloyo di Sasraningratan didengar oleh samping ke-pangrehpraja-an, Noto K.P.H. Nataningprang. Untuk itu, Wiloyo juga tertarik menekuni per- Sasraningrat dipanggil oleh Nata- tanian dan pengairan. Ia mengasah kete- ningprang. Nataningprang menanyakan rampilan dalam bidang itu di bawah kebenaran kabar bahwa Noto Wiloyo bimbingan Ngabehi Rekso Prayitno bertempat tinggal di Sasraningratan. sampai memiliki kemampuan yang me- Semuanya diakui oleh Sasraningrat. madai. Pengakuannya menyebabkan kema- Setelah beberapa waktu dalam rahan Nataningprang. Sasaningrat di- pengasingan dan merasakan pende- marahi oleh Nataningprang karena di- ritaan dipisahkan dari keluarga anggap melindungi Noto Wiloyo yang besarnya, Noto Wiloyo memiliki keing- sedang mendapatkan hukuman dari inan yang kuat untuk mengunjungi penguasa yang sedang bertahta. Sasra- keluarga besarnya di Kadipaten ningrat beralasan bahwa meskipun Pakualaman. Ia sempat merasa ragu tengah menjalani hukuman, bagaimana- apakah akan ada salah seorang anggota pun juga Noto Wiloyo adalah putra keluarganya yang berani menyambut Paku Alam yang sedang bertahta se- kehadirannya karena selama dalam hingga layak mendapatkan perlin- 119 Paramita Vol. 25, No. 1 - Januari 2015 dungan. Jawaban yang sama juga menuhi syarat untuk duduk di atas disampaikan kepada ayahandanya, tahta. Putra pertama, Pangeran Paku Alam II ketika Sasraningrat di- Suryaningrat menderita gangguan panggil menghadap. Tanpa ragu-ragu, penglihatan (buta), sedangkan adiknya, Sasraningrat mengemukakan kepada Pengeran Sasraningrat masih terlalu ayahandanya alasan yang sama. Jawab- muda. an yang dilandasi kejujuran dan rasa Pada saat suksesi sesudah wafat cinta terhadap Noto Wiloyo itu dapat P.A. III, berkat jasa ibunya, Gusti Kan- meluluhkan hati Paku Alam II. Noto jeng Ratu Ayu yang memiliki hubungan Wiloyo diampuni kesalahannya dan erat dengan residen, penunjukkan Pang- dikembalikan pada posisinya sebagai eran Adipati Suryo Sasraningrat sebagai anggota Legiun Pakualaman. P.A. IV berjalan dengan mulus. Selama Selama masa pengasingannya di kepemimpinan P.A.A. Suryo Sasraning- Brosot dan Bugel, Noto Wiloyo juga rat, beberapa wilayah Kadipaten Pakua- menjalani kehidupan asketisme laman mengalami kemunduruan dari (Ringkesaning Wewaton, t.t.: 2). Penga- segi finansial dan ketidaksejahteraan. singan Noto Wiloyo mirip dengan yang P.A. IV tidak memiliki kemampuan dialami oleh Pangeran Noto Kusumo yang memadai sebagai penguasa puro. ketika diasingkan oleh Sultan HB II dan Di samping itu, gaya hidup Sang Adipa- berakhir dengan penobatannya sebagai ti yang mewah juga merupakan penye- Paku Alam I. Ada ramalan bahwa Noto bab krisis. Kadipaten Pakualaman dililit Wiloyo akan mengalami hal yang sama utang kepada sejumlah bank Belanda. dengan kakeknya karena mereka Dalam keadaan krisis, P.A.A. Suryo Sas- percaya bahwa Noto Wiloyo telah raningrat tidak mendapatkan dukungan mendapatkan wahyu raja moral dari anak-anak P.A. III karena (Sosrosoedarmo, 1931: 32). Sasraningrat dianggap telah melalaikan Beberapa peristiwa penting yang mereka. Perang dingin antara P.A. IV membukakan peluang bagi Noto dengan para pewaris langsung P.A. III Wiloyo (P.A. Suryo Dilogo) untuk ini turut memperparah keadaan sampai menduduki tahta Kadipaten Pakuala- dengan kepulangan P.A. Sasraningrat man adalah krisis kaderisasi dan bu- pada 24 September 1878 (Vereeniging ruknya kondisi kesehatan Paku Alam Habi Darmo Wargo, 1931: 22—23). yang tengah bertahta. Pertama, K.P.H. Sepeninggal Pangeran Adipati Nataningprang, putra P.A. II dari per- Suryo Sasraningrat (P.A. IV), suksesi di maisuri, Gusti Kanjeng Ratu Ayu yang Praja Pakualaman kembali tersendat diharapkan akan menggantikan ayah- karena almarhum tidak memiliki anak andanya, meninggal sebelum naik tahta. laki-laki. Setelah melalui musyawarah Kedua, tidak lama sesudah itu, pada 23 yang suntuk diputuskan Pangeran Ario Juli 1858 , P.A. II menyusul wafat. Keti- Suryo Dilogo sebagai penerusnya. Pe- ga, B.R.M.A. Sasraningrat yang meng- nunjukkan P.A. Suryo Dilogo dimudah- gantikan ayahnya sebagai K.G.P.A. Ario kan oleh conditio sine qua non di atas. Pe- Suryosasraningrat (P.A. III) hanya enam netapan Paku Alam V ini dikukuhkan tahun duduk di atas tahta karena wafat dengan Gouvernementsbesluit No. 7, pada 17 Oktober 1864. Keempat, K.P.A. tanggal 15 Desember 1878. Gelar beliau Nataningrat, putra K.P.A. Nata- adalah Pangeran Adipati Aria (P.A.A.) ningprang ditetapkan menggantikan Prabu Suryo Dilogo. Sebagian orang