Politik Hukum Pertanahan Pasca Undang-Undang

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Politik Hukum Pertanahan Pasca Undang-Undang POLITIK HUKUM PERTANAHAN PASCA UNDANG-UNDANG NOMER 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Studi Terhadap Sultan Ground dan Paku Alaman Ground) T E S I S OLEH : NAMA.MHS : SUGIARTO, SH NO.POKOK.MHS : 14912107 BKU : HTN-HAN PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2017 i ii iii Halaman Motto Suro Diro Joyo Ningrat Lebur Dining Pangastuti “Manusia dapat dimatikan, manusia dapat di musnahkan akan tetapi manusia tidak dapat dihancurkan selagi ia masih Setia dengan Hatinya (Ber-SH) (Falsafah PSHT) BERBARENG BERGERAK MEREBUT KEDAULATAN WUJUDKAN DEMOKRASI TUNTASKAN REVOLUSI BERSATU KITA MENGGEMPUR BERCERAI KITA MENGHIMPUN” (Jargon Sekolah Bersama) iv HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan segenap kasih dan ketulusan maka, tesis ini saya persembahkan teruntuk; 1. Pa‟e dan mamak ku yang mengajarkanku untuk “bersikap”, beliau berpesan „Nak, jangan pernah sombong pada siapa saja karena kamu hanyalah anak seorang petani‟. 2. Keluarga besar Mbah Kriyo Diharjo ( kakek), Mbah karinem (Nenek) orangtuanya dari ibu ku Warni dan Mbah slamet (kakek)., Alm. Mbah janem (nenek) orangtuanya dari ayah ku Kamin. Terima Kasih atas ketulusanya merawatku dari kecil,terima kasih atas kasih sayang yang tiada batas), untuk Pa‟de Kardi,Mbokde Sariyem,Fery,Kiki,Ahmad harus kuliah ya…,Bibik Narsih,lek Paimin,Maryati,Apri,agus, Mang Duki, Bik Ufi,Ayu,Adi Bik Munirah,Lek Darman,Desi,Bayu dan Mang Komari,Bik Tina,Nisa, Mang basori (kadus),Bik Sri,Tegar yang telah sedia membantu kuliahku hingga aku jadi sarjana. 3. Untuk kakang, (Ago‟),Mbak Isti dan Mbak Yu (Sulastri),Kang Isman dan Vika,Arsenio,Fahri yang imut jangan nakal ya… (maaf ya q selalu nyusahin). 4. Untuk Linda, mantan pacar ku yang baik makasih atas semua bantuan mu selama ini. 5. Kawan-Kawan JKR (Jaringan Kedaulatan Rakyat),Ipoel,opet,lena,Upik,Cakra, Fathul, Iyan,Endik,Eka, Rasminto, Manda, Fadli. 6. Kawan-Kawan yang di PPLP Kulon Progo “Bertani atau Mati”, PERMAHI”Tetap Semangat”,KPA,ARC,LFSY,SMI,FMN,PMII,GMNI, HMI DIPO, HMI MPO, WTT,ARMP,PAKU BANGSA,PKPM Watu Kodok , 7. Untuk keluarga besar Magister Hukum UII Angkatan 33 semoga semua sukses selalu dan terimaksih atas kerja bersamanya saat aku menjabat ketua angkatan 8. Untuk keluarga besar LBH-Yogyakarta semoga tetap konsisten sebagai Pengabdi Bantuan Hukum Stuktural 9. Untuk keluarga besar LKBH-PANDAWA, semoga tetap konsisten sebagai Pengabdi Bantuan Hukum untuk keadilan rakyat. v vi KATA PENGANTAR Assalamu‟alaikum Wr. Wb Alhamdulillah, penulis tiada hentinya memanjatkan rasa bahagia dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga pada akhirnya penulis mampu menyelesaikan tugas penyusunan Tesis ini dengan judul “ POLITIK HUKUM PERTANAHAN PASCA UNDANG-UNDANG NOMER 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Studi Terhadap Sultan Ground dan Paku Alaman Ground)” dengan baik dan tepat waktu. Kebahagiaan dan kepuasan batin, tiada terkira rasanya telah selesai menyusun tesis ini. Dalam masa-masa akhir studi Pascasarjana Magister Hukum ini, penulis terus berusaha sepenuh hati dan pemikiran kritis untuk menyajikan hasil terbaik dan menyumbangkan wacana keilmuan bagi berbagai pihak. Namun, dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati penulis memaklumi bahwa tesis ini tidak lepas dari kesalahan dan kekeliruan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak agar penulis mampu memperbaiki kesalahan dan kekeliruan tersebut. Guna merangkai karya terbaik, penulis banyak sekali mendapatkan do‟a, semangat dan uluran tangan dari berbagai pihak karena bukan sekedar tidak biasa yang ingin penulis capai. Lebih dari itu, ternyata penulis menemukan banyak sekali arti belajar dari mereka. Oleh karena itu, tepatlah kiranya pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang mendalam kepada: vii viii DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 1 B. Pokok Permasalahan ............................................................................................ 15 C. Tujuan Penelitian ................................................................................................. 15 D. Tinjauan Pustaka atau Orisinalitas Penelitian ..................................................... 16 E. Kerangka Teori .................................................................................................... 20 F. Metode Penelitian................................................................................................. 61 G. Sistematika Penulisan .......................................................................................... 71 BAB II PERKEMBANGAN POLITIK HUKUM HAK MENGUASAI TANAH DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ............................................................... 72 A. Politik Hukum ..................................................................................................... 72 B. Negeri Dalam Kontrak Perjanjian ....................................................................... 73 1. Perjanjian 1749 (Paku Buwono II – Kompeni) .............................................. 73 2. Perjanjian Gianti 1755 (Hamengku Buwono I – Kompeni) ........................... 76 3. Perjanjian 1812 (Hamengku Buwono III – Inggris) ....................................... 81 4. Perjanjian 1813 (Pemerintah Inggris – Paku Alam I).................................... 85 5. Perjanjian 1940 (Pemerintah Hindia Belanda - Hamengku Buwono IX) ...... 88 6. Domein Verklaring.......................................................................................... 94 C. Politik Hukum Hak Menguasai Tanah oleh Raja .............................................. 103 D. Politik Hukum Hak Menguasai Tanah Oleh Negara ........................................ 110 1. Undang-Undang Dasar 1945......................................................................... 110 2. Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 (UUPA) ....................... 112 3. TAP MPR Nomor IX Tahun 2001 tentang Pembaruan Agraria ................... 116 BAB III KEDUDUKAN DAERAH ISTIMEWA DALAM UNDANG-UNDANG DAN KEPEMILIKAN SERTA PENGUASAAN TANAH SG/PAG DI DIY ............... 120 A. Kedudukan Daerah Istimewa Yogyakarta ......................................................... 120 1. Terbentuknya Daerah Istimewa Yogyakarta ................................................ 120 2. Amanat 5 September 1945 ............................................................................ 131 B. Kepemilikan dan Penguasaan Tanah Dengan Status Sultan Ground (SG) dan Pakualaman Ground (PAG) ............................................................................... 149 1. Asal-usul Tanah SG dan PAG ...................................................................... 149 ix a. Asal-usul Tanah SG ................................................................................. 149 b. Asal-usul Tanah PAG .............................................................................. 154 2. Status Badan Hukum SG dan PAG ............................................................... 158 3. Lembaga Pertanahan Kasultanan dan Kadipaten .......................................... 163 4. Hak Pakai Tanah SG dan PAG ..................................................................... 166 a. Pengajuan Hak Pakai Tanah SG/PAG ..................................................... 167 b. Hak dan Kewajiban Penerima Hak Pakai ................................................. 169 c. Pemindahtanganan Hak Pakai 208 ........................................................... 170 d. Peningkatan Menjadi Hak Milik .............................................................. 172 5. Pengelolahan dan Pemanfaatan Tanah SG dan PAG .................................... 174 6. Bukti Kepemilikan dan Penguasaan Tanah SG dan PAG ............................ 180 C. Perspektif Masyarakat Terhadap Tanah SG dan PAG ...................................... 187 1. Sebelum Pemberlakuan UUK ....................................................................... 187 2. Setelah Adanya Undang-Undang Keistimewaan .......................................... 191 BAB IV PELAKSANAAN POLITIK HUKUM PERTANAHAN DI DIY PASCA UNDANG-UNDANG KEISTIMEWAAN ............................................................ 193 A. Analisis Landasan Konstitusi Masalah Agraria dan Politik Pertanahan di DIY .... 193 1. Analisis UUK yang bertentangan dengan Pasal 18A-B UUD RI 1945 ........ 196 2. Analisis UUK yang bertentangan dengan pasal 28 H UUD RI 1945 ........... 204 3. Analisis UUK yang bertentangan dengan pasal 33 ayat 2 & 3 UUD RI 1945............................................................................................................... 215 a. Kedudukan UU No. 5 Tahun 1960 (UUPA) dan UU No. 23 Tahun 2014 Dalam Kewenangan Daerah Istimewa di Bidang Pertanahan ................ 227 b. Singkronisasi Peraturan Perundang-Undangan Dalam Kewenangan Daerah Istimewa di Bidang Pertanahan .................................................. 236 B. Hubungan Kelembagaan Yang Berkaitan Dengan Urusan Pemerintahan Bidang Pertanahan ............................................................................................. 242 a. Desentralisasi asimetris dalam urusan pemerintahan di bidang pertanahan ................................................................................................ 242 b. Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah D.I. Yogyakarta
Recommended publications
  • POLITIK KOLONIAL DAN PERKEMBANGAN SENI TARI DI PURO PAKUALAMAN PADA MASA PEMERINTAHAN PAKU ALAM IV (1864-1878) Oleh : HY
    POLITIK KOLONIAL DAN PERKEMBANGAN SENI TARI DI PURO PAKUALAMAN PADA MASA PEMERINTAHAN PAKU ALAM IV (1864-1878) Oleh : HY. Agus Murdiyastomo ABSTRAK Pusat budaya di Yogyakarta selama ini yang lebih banyak diketahui oleh masyarakat adalah Kraton Kasultanan Yogyakarta, tetapi sesungguhnya selain Kraton Kasutanan masih terdapat pusat budaya yang lain yaitu Pura Paku Alaman. Di Kadipaten telah terlahir tokoh-tokoh yang sangat memperhatikan kelestarian budaya Jawa khususnya seni tari tradisi. Salah satunya adalah Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Paku Alam IV, yang pada masa ia berkuasa, budaya Barat yang dibawa oleh kaum kolonialis melanda daerah jajahan. Hadirnya budaya asing tentu sulit untuk ditolak. Namun demikian denga piawainya KGPAA Paku Alam IV, justru mengadopsi budaya Barat, tetapi ditampilkan dengan rasa dan estetika Jawa, dalam bentuk tari klasik. Sehingga pada masanya lahir repertoar tari baru yang memperkaya seni tari tradisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap perkembangan seni tari di Pura Pakualaman pada masa pemerintahan KGPAA Paku Alam IV, dan hal-hal apa yang melatarbelakangi penciptaannya. Dalam rangka mewujudkan rekonstruksi ini dilakukan dengan metode sejarah kritis, yang tahapannya meliputi Pertama, Heuristik, atau pencarian dan pengumpulan sumber data sejarah, yang dalam hal ini dilakukan di BPAD DIY, dan di Perpustakaan Pura Pakualaman. Di kedua lembaga tersebut tersimpan arsip tentang Paku Alaman, dan juga naskah- naskah yang berkaitan dengan penciptaan tari. Kedua, Kritik, atau pengujian terhadap sumber-sumber yang terkumpul, sumber yang telah terkumpul diuji dari segi fisik untuk memperoleh otentisitas, kemudian membandingkan informasi yang termuat dengan informasi dari sumber yang berbeda, untuk memperoleh keterpercayaan atau kredibilitas. Ketiga, Interpretasi yaitu informasi yang ada dikaji untuk diangkat fakta-fakta sejarahnya, yang kemudian dirangkai menjadi sebuah kisah sejarah.
    [Show full text]
  • Edisi 6 / 2018 Buletin Pelestarian Warisan Budaya Dan Cagar Budaya MAYANGKARA Edisi 6 / 2018
    ISSN 2502-1567 Buletin Pelestarian Warisan Budaya dan Cagar Budaya MAYANGKARA Edisi 6 / 2018 Buletin Pelestarian Warisan Budaya dan Cagar Budaya MAYANGKARA Edisi 6 / 2018 Sampul Depan: Gedhong Purwaretna, Pura Pakualaman Rubrik Uneg-uneg Redaktur KORI: rubrik pembuka berisi informasi mengenai sejarah dan penjelasan tema buletin edisi kali ini. SUSUNAN REDAKSI PENDHAPA: tajuk utama dalam buletin. PENANGGUNG JAWAB: Drs. Umar Priyono, M. Pd. PLATARAN: rubrik ringan yang berisi perjalanan ataupun informasi situs warisan budaya di berbagai tempat, khususnya Salam Budaya, di DIY. PEMIMPIN REDAKSI: Dian Lakshmi Pratiwi, S.S.,, M.A PRINGGITAN: rubrik berisi kajian maupun penelitian yang membahas mengenai tema Buletin Mayangkara edisi kali ini. Perkembangan pembangunan modern yang terjadi di Yogyakarta khususnya di Kawasan REDAKTUR: EMPU: rubrik wawancara interaktif dengan tokoh-tokoh yang Cagar Budaya Pakualaman membawa berbagai dampak salah satunya identitas kawasan yang Aris Wityanto, S.IP berpengaruh dalam pelestarian warisan budaya dan cagar tergerus. Oleh sebab itu, sebagai salah satu Kawasan Cagar Budaya yang diprioritaskan oleh budaya. pemerintah, perlu adanya langkah khusus dalam mempertahankan karakter Kawasan Cagar EDITOR: PAWARTOS: rubrik berisi berita-berita pelestarian warisan Joy Jatmiko Abdi, S.S. budaya dan cagar budaya. Budaya Pakualaman sebagai salah satu bentuk pelestarian kota heritage. Anglir Bawono, S.S. PAGELARAN: rubrik mengenai kegiatan masyarakat dalam Edisi ke 6 buletin Mayangkara akan membahas lebih dalam mengenai Pelestarian Warisan upaya pelestarian terhadap warisan budaya dan cagar budaya REPORTER: di Kotabaru. Budaya dan Cagar Budaya serta nilai-nilai penting yang terkandung di dalam Kawasan Cagar Ria Retno Wulansari, S.S Budaya Pakualaman. Pembaca akan menemukan rubrik-rubrik yang menambah wawasan SRAWUNG: rubrik berisi serba-serbi mengenai warisan budaya FOTOGRAFER: dan cagar budaya.
    [Show full text]
  • European Journal of Education Studies HYBRIDITY of BEKSAN FLORET PURA PAKUALAMAN YOGYAKARTA
    European Journal of Education Studies ISSN: 2501 - 1111 ISSN-L: 2501 - 1111 Available on-line at: www.oapub.org/edu doi: 10.5281/zenodo.3877516 Volume 7 │ Issue 5 │ 2020 HYBRIDITY OF BEKSAN FLORET PURA PAKUALAMAN YOGYAKARTA: POSTCOLONIAL STUDY Feri Catur Harjanta1i, Kuswarsantyo2 1Magister Student of Art Education Study Program, Graduate Program of Yogyakarta State University, Yogyakarta, Indonesia 2Lecturer of Art Education Study Program, Graduate Program of Yogyakarta State University, Yogyakarta, Indonesia Abstract: During the British colonial era, there was an important momentum in the city of Yogyakarta. The important moment was the birth of a kingdom called Pura Pakualaman or Pakualaman Palace where Prince Notokusumo was known as Sri Paku Alam I. He could not be separated from the political contract between the British government and Sri Sultan Hamengku Buwono II. During the reign of Sri Paduka Paku Alam IV, he was very close to the Dutch government so that most of the art of dance at that time was influenced by Dutch culture. The artworks of Sri Paku Alam IV include Srimpi Nadheg Putri, Beksan Floret, Beksan Sabel, Beksan Inum and Beksan Penthul Tembem. The object of this research was Beksan Floret. Meanwhile the method used in this study was a qualitative method with a post-colonial approach. In this study, a theory from Homi K Bhabha which explains hybridity was used. Post-colonial representations have several characteristics, including power relations, identity, ambivalence, and mimicry. Based on the results of post-colonial representation, it can be further elaborated as follows: (1). Beksan Floret reflects a split identity, (2) There is a power relation, which is legitimate, emancipatory, hierarchical and dominative, (3) Mimikri Beksan Floret itself gives birth to ideas about dynamic, creative and independent especially in costume and choreography, (4).
    [Show full text]
  • Bab 2 Tata Pemerintahan Kerajaan Mataram │ 13
    SAMBUTAN Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut baik terbitnya buku Sejarah Pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebuah buku yang secara lengkap membahas sejarah tata kelola pemerintahan di DIY yang jejaknya merentang sejak masa Mataram Islam hingga saat ini. Melalui buku ini kita bisa melihat bahwa tata kelola pemerintahan di DIY meskipun selalu berubah mengikuti perkembangan zaman, namun dalam proses perubahannya tidak pernah meninggalkan nilai, norma, dan budaya yang mengakar di Yogyakarta. Penjelasan kronologi sejarah dalam buku ini memberikan kita pemahaman bahwa perubahan tata kelola pemerintahan di DIY dari masa ke masa bukanlah perubahan yang revolusioner namun merupakan suatu perubahan yang lebih bersifat transformatif. Membaca buku ini, kita juga bisa melihat bahwa tata pemerintahan di DIY merupakan perpaduan antara birokrasi modern dan institusi tradisional (Kasultanan dan Kadipaten). Perpaduan tersebut merupakan konsekuensi dari status keistimewaan DIY yang diperoleh sejak lama dan semakin diperkuat dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY. Menelisik akar kesejarahan di DIY dan falsafah yang menyertainya memberikan kita gambaran tentang berbagai macam aspek yang menjadi fondasi tata pemerintahan di DIY. Beberapa aspek dasar tata pemerintahan tersebut antara lain demokrasi, kerakyatan, ke-bhineka-tunggal-ika-an, efektivitas pemerintahan, dan pendayagunaan kearifan lokal. Secara struktur, kelima aspek dasar tersebut dalam perjalanannya senantiasa mengalami perubahan namun dengan tetap mempertahankan prinsip nilai, norma, dan budaya yang ada di DIY. Buku sejarah pemerintahan ini disusun dalam kerangka untuk memahami dinamika perubahan dan keberlanjutan tata pemerintahan DIY dalam lintasan sejarah sampai dengan situasi kontemporer. Maka dengan demikian diharapkan baik aparatur pemerintahan maupun masyarakat luas dapat memahami lebih dalam bagaimana hubungan antara sejarah, keraton, kadipaten, Negara, dan masyarakat di DIY dalam pusaran perubahan tata kelola pemerintahan.
    [Show full text]
  • Paramita Januari 2014
    Paramita Vol. 25, No. 1 - Januari 2015 PAKU ALAM V: SANG ARISTO-MODERNIS DARI TIMUR Sudibyo Jurusan Sastra Nusantara, FIB, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta [email protected] ABSTRACT ABSTRAK This paper recites Paku Alam V figures as an Tulisan ini mengkaji sosok Paku Alam V sebagai ambiguity subject and a cultural paradox. He subjek ambiguitas dan paradoks kebudayaan. Ia lived in a kingdom economic crisis and a rapid hidup di tengah krisis ekonomi kerajaan dan arus flow of changes in politics, economy, laws, and perubahan yang deras di bidang politik, ekonomi, lifestyle aspects which is caused by other colonial hukum dan gaya hidup yang dihembuskan oleh social elements. The analysis focuses on psycho- kekuasaan dan elemen-elemen masyarakat ko- logical, religious, and cultural aspects which lonial lainnya. Analisis difokuskan pada aspek- form his personality. To achieve the goal, it uses aspek psikologis, religious, dan kultural yang post colonialism concerning in contact zone, membentuk pribadinya. Untuk mencapai tujuan textual studies and historical context. The textu- itu, digunakan teori poskolonialisme tentang al studies are used to explain the role moderniza- zona kontak dan kajian teks serta konteks sejarah. tion in genealogy, consistence, and Paku Alam V Kajian teks digunakan untuk menjelaskan peran mind revolution. The historical context is used to modernisasi dalam genealogi, konsistensi, dan explain the historical background, especially re- evolusi atau revolusi pemikiran P.A. V. Konteks lated to zeitgeist, when Paku Alam V implement- sejarah digunakan untuk menjelaskan latar ed his ideas. belakang sejarah, khususnya yang berkaitan dengan zeitgeist saat P.A. V mengimplementasi- Keywords: aristocrat, paradox, text, context.
    [Show full text]
  • Abstrak Kadipaten Pakualaman Memiliki Keunggulan Dalam Bidang Pendidikan, Kasusastraan,Dan Kesenian. Identitas Khas Ini Tidak La
    Sejarah Lahirnya Pesantren Berdasarkan Naskah Babad Cirebon Koleksi PNRI Bilih manggih galagah arum ambêtipun, punika dipun dhêkahana, awit panggenan punika badhe dados nagari, sarta gêmah raharja. Radèn Patah lajêng lumampah anjog ing wana agêng, amanggih galagah wangi ambêtipun. Wana punika anama ing Bintara, ing ngriku Radèn Patah adhêdhêkah, botên antawis lami kathah têtiyang dhatêng, sami tumut gêgriya ing ngriku, sarta sami ambabadi wana, angadêgakên masjid, sangsaya kathah têtiyang dhatêng,Abstrak sami anggêguru dhatêng Radèn Patah. Kadipaten Pakualaman memiliki keunggulan dalam bidang(Kembali pendidikan, pada kasusastraan,dan cerita Raden Patah: kesenian. beliau Identitas masih khastinggal ini tidak la[berguru]in berkat di kegigihanPangeranAmpel Denta, lalu Natakusumadinikahkan dengan yang bukancucu saja sebagaisulung pemimpin Sunan Ampel dalam halbernama politik pemerintahan,tetapijugaNyai Ageng Maloka. berperanRaden sebagai Patah pujangga lalu memohon yang pertama petunjuk dan dan paling arahan utama dimana dari Kadipatenharus Pakualaman bertempat (Dewantara,tinggal dan 1994:289).membangun Ideologi permukiman ajaran Sěstradibaru adalah (adhêdh halêkah utama) dengan yang amanmenjadi dan pokok damai. pembangunan Sang Sunan karakterkemudian mulia di memberiKadipaten petunjuk: Pakualaman. Kalau Adanya Raden visi Patah dan maumisi ajaran diberiSěstradi petunjuk, ini menjadikan maka yangsebagian harus besar ia karyalakukan sastra adalah yang lahir diberjalan Kadipaten lurus Pakualaman ke arah barat. bergenre Kalau piwulang sudah menemukan dan sedikit sekali pohonkarya sastragelagah yang yang mendokumen berbau harum,tasikan maka seni itulah pertunjukan. tempat Berdasarkanidealnya. tahapan Karena kerja berawal inventarisasi dari tempat naskah, itulah karyadiharapkan-karya sastra akanbergenre menjadi seni kota pertunjukan yang ramai hanya dan sejahtera.ditemukan Raden pada Patah masa kepemimpinankemudian Sampeyan menuruti nasehatDalěm Pakugurunya Alam itu. IV,Membuka yakni naskahhutan Kyai Sěstradilarasbesar di sana, dandi daerah Langěn Bintara.
    [Show full text]
  • Praktik Deskripsi Dan Klasifikasi Khazanah Arsip Paku Alam V (1878-1900) Di Puro Pakualaman Yogyakarta
    DIPLOMATIKA: JURNAL KEARSIPAN TERAPAN 2020, VOL. 3, NO. 2, 110 - 125 Praktik Deskripsi dan Klasifikasi Khazanah Arsip Paku Alam V (1878-1900) di Puro Pakualaman Yogyakarta Iskarohma binti Nurhamidyah 1, Yofa Pradhani Nabillah 2, Lillyana Mulya3 123 Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada ABSTRACT Submitted: 09/06/2020 Received: 09/08/2020 Description and classification are the core of archives management activities. These two stages are often studied in order to understand archives in the context of their creation and to construct ideal retrieval *Correspondence: tools. However, the study of arrangement and description of local Iskarohma binti archives is still limited. For this reason, this paper intends to explain the Nurhamidyah arrangement and description of Paku Alam V archives in Puro Pakualaman. This research, which using qualitative descriptive methods, [email protected] analyzed the main data obtained from participatory observation in the process of organizing the Paku Alam V archive, especially the classification and description stages. The conclusion of this study, namely the KEYWORDS: classification and description of the Paku Alam V archives, shows that the classification Pakualaman government has two administrative structures which form the basis of archival grouping. In addition, archival descriptions written in description local languages indicate that access to this information is still limited to local researchers or those who understand Javanese source languages, as a language of the majority of Paku Alam V archives. Moreover, knowledge Archives of the classification system and description above can be a guide to read the archives in its history as a formal communication medium for the Paku Alam V zelfbestuur government in Yogyakarta.
    [Show full text]
  • 22 BAB II PAKUALAMAN TAHUN 1892-1942 A. Keadaan Geografis
    BAB II PAKUALAMAN TAHUN 1892-1942 A. Keadaan Geografis Pakualaman Kadipaten Pakualaman adalah salah satu dari empat Kerajaan Jawa (Praja Kejawen), yang keempat kerajaan itu sama-sama berasal dari sebuah kerajaan yang pernah berjaya di hampir seluruh pulau Jawa dan sebagian di pulau Kalimantan, yaitu Mataram Islam.1 Mataram yang didirikan oleh Panembahan Senopati (1575-1601) mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613-1645). Pada masa pemerintahan Paku Buwono II (1727-1749), Mataram berhasil dikuasai VOC2 (Belanda). Tahun 1743, Belanda telah menguasai daerah- daerah pelayaran dan perdagangan yang semula dikuasai Mataram, selain itu sistem pemerintahan Mataram seperti pengangkatan dan pemberhentian pepatih dalem dan para bupati dikendalikan oleh Belanda. Sejak 11 Desember 1749, Mataram tidak lagi berdaulat secara de jure dan de facto karena Pakubuwono II menyerahkan kedaulatannya kepada Belanda.3 Meruntuhkan kerajaan Mataram ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan. Seorang pangeran bernama Mangkubumi tidak terima dengan penyerahan 1 Ilmi Albilahdiyah, Puro Pakualaman Selayang Pandang, (Yogyakarta : DEPDIKBUD, 1984), hlm. 22 2VOC merupakan kepanjangan dari Vereenigde Oost-Indische Compagnie, yang merupakan suatu kongsi dagang yang keberadaannya sangat berpengaruh dalam perekonomian masyarakat Indonesia. 3 Ilmi Albilahdiyah, op, cit. hlm. 25 22 23 kedaulatan dan sikap lemah Paku Buwono II itu. Tanggal 19 Mei 1746, Pangeran Mangkubumi meninggalkan istana bersama 3 pangeran lainnya yaitu Pangeran Wijil,
    [Show full text]
  • The Traditional Court Dances of Pura Pakualaman Facing the Era of Globalisationi
    32 KUPAS SENI: Jurnal Seni dan Pendidikan Seni ISSN 2289-4640/ eISSN 0127-9688/ Vol. 5 (2017) / (32-37) The Traditional Court Dances of Pura Pakualaman Facing the Era of Globalisationi Agnes Maria Hermien Kusmayati Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta [email protected] Abstract The study discusses the traditional dances of Pura Pakualaman in the last two decades, by approaching qualitatively, with an intention of the facing the era of globalisation. Pura Pakualaman is one of the palaces in Java located in the Yogyakarta special region. In this palace, various dances are performed by men and women. Dances with gamelan are practiced in the afternoon every Monday and Thursday. There is no practice and performance during the fasting month. A dance is always performed in the coronation of Prince Paku Alam. Court dances are performed at least twice a year, i.e. on the birthday of Prince Paku Alam and during the Idul Fitri reception. Sometimes the dances are performed on the birthday celebration of Prophet Muhammad, during the wedding ceremonies of Pakualaman family members, and to entertain special guests in the palace. Although many modern and contemporary dances are rapidly developing outside the palace, the traditional court dances of Pura Pakualaman still continue to be performed. They do not ‘give up’ or ‘lose’ when challenged by modern and contemporary dances that utilise various technologies in their performances. Today, many young people still practice and perform the Pura Pakualaman dances. Keywords: court dances, learning strategy, developing, sustainability INTRODUCTION As the common order of a palace, the life of Pura Pakualaman Palace involves various dances.
    [Show full text]