Konsep Mancapat-Mancalima Dalam Struktur Kota Kerajaan Mataram Islam 107

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Konsep Mancapat-Mancalima Dalam Struktur Kota Kerajaan Mataram Islam 107 Junianto, Konsep Mancapat-Mancalima dalam Struktur Kota Kerajaan Mataram Islam 107 KONSEP MANCAPAT-MANCALIMA DALAM STRUKTUR KOTA KERAJAAN MATARAM ISLAM Periode Kerajaan Pajang Sampai Dengan Surakarta Junianto Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Merdeka Malang [email protected] ABSTRAK Unsur-unsur kota tradisional di Jawa pada masa kerajaan Mataram Islam, antara lain berupa Keraton, Alun-alun, Masjid, Pasar dan sejumlah permukiman Abdi-dalem. Susunan unsur-unsur kota tersebut, didasari keyakinan kosmologi Jawa yang bersumber dari kepercayaan Hindu-Budha. Kerajaan Mataram Islam bermula di Pajang dan berakhir di Surakarta dan Yogyakarta. Perpindahan kota kerajaan Mataram Islam mulai dari Pajang, Kotagede, Plered, Kartasura, hingga Surakarta, menunjukkan gejala pergeserah struktur kotanya. Kajian ini bertujuan mengidentifikasi pergeseran atau perubahan struktur kota kerajaan Mataram Islam, dalam implementasi konsep mancapat-mancalima. Gambaran struktur kota kerajaan Mataram islam, dilakukan dengan metode deskriptif-ideographik, melalui analisis dokumen peta atau denah dan keterangan sejarah. Penggunaan metode ini, dimaksudkan untuk menggambarkan makna struktur atau susunan unsur-unsur kota kerajaan Mataram Islam, yang menjadi struktur kota awal. Identifikasi konsep mancapat-mancalima yang menjadi ciri kota Jawa, cukup signifikan sebagai struktur kota awal dalam menelusur perkembangan kota sekarang. Kata Kunci: konsep struktur kota tradisional, mancapat, kota surakarta ABSTRACT The elements of a traditional city in Java during the Islamic Mataram kingdom, including the Palace, Alun-alun, Mosque, Market and a number of Abdi-dalem settlements. The composition of the elements of the city, is based on Javanese cosmological beliefs originating from Hindu-Buddhist beliefs. The Islamic Mataram Kingdom began in Pajang and ended in Surakarta and Yogyakarta. The movement of the Islamic Mataram royal city starting from Pajang, Kotagede, Plered, Kartasura, to Surakarta, showed symptoms of a shift in the structure of the city. This study aims to identify shifts or changes in the structure of the Islamic Mataram royal city, in the implementation of the mancapat-mancalima concept. The description of the structure of the Islamic city of Mataram, carried out with a descriptive-ideographic method, through analysis of map documents or floor plans and historical information. The use of this method, is intended to illustrate the 108 MINTAKAT Jurnal Arsitektur, Volume 20 Nomor 2, September 2019, 107-131, p-ISSN 1411-7193|e-ISSN 2654-4059 meaning of the structure or arrangement of elements of the Islamic Mataram royal city, which became the initial city structure. The identification of the mancapat-mancalima concept that characterizes the city of Java is quite significant as the initial city structure in tracking the city's current development. Keywords: traditional city structure concept, mancapat, Surakarta city PENDAHULUAN Kerajaan Mataram Islam, berdiri setelah kerajaan bentuk’ yang sangat kuat terhadap pola struktur Demak berakhir. Pusat kerajaan tersebut berawal di kota. Penelusuran struktur kota awal (tradisional) Pajang, yang berada di wilayah sebelah barat Kota bertujuan mendapatkan identitas “kota Jawa” dan Surakarta. Seiring pergantian penguasa, pusat unsur-unsurnya, yang signifikan berpengaruh dalam kerajaan berpindah-pindah, mulai dari Pajang, pola transformasinya. Kotagede, Plered, Kartasura, hingga berpindah di Pemahaman masyarakat tentang “kota”, berbeda Surakarta. Jejak perpindahan pusat kerajaan antara yang satu dengan lainnya, juga dari kurun Mataram Islam tersebut, menunjukkan unsur-unsur waktu satu dengan lainnya. Dalam masyarakat Jawa kota yang sama, berupa Keraton, Alun-alun, Masjid, tradisional misalnya, pemahaman ‘kota’ Pasar, rumah-rumah bangsawan dan permukikan diabstraksikan dengan sebutan kutha, yakni suatu abdi-dalem. lingkungan berpagar bata atau tembok. Lingkungan Sistem kekuasaan raja di Jawa, memiliki bentuk yang di dalam tembok tersebut, merupakan tempat tinggal bercorak sakral, dalam konsepsi wahyu atau dikenal pimpinan ‘negara’ atau wilayah, para pejabat, serta dengan “Dewa – Raja” (Santoso, 1984). Berlatar para abdi (pegawai). Pemahaman kutha tersebut, legitimasi sakral tersebut, konsepsi kota-kota yang kemudian mengalami perubahan, seiring munculnya tumbuh dari sebuah pusat kerajaan, niscaya simbol-simbol pengganti unsur-unsur fisik. berlandaskan konsepsi religius-budaya. Keraton dan Pengertian kutha, selanjutnya diartikan sebagai raja dalam hal pranata kehidupan masyarakatnya, papan padunungan atau tempat pimpinan ‘negara’ berperan menjadi pusat kebudayaan. Kekuasaan raja atau wilayah, tanpa harus dibatasi tembok. bersifat mutlak dan tidak mengenal institusi hukum Penggambaran kota, juga bisa dilihat secara yang independen. Seiring berjalannya pemerintahan morfologis. Morfologi kota merupakan pendekatan Keraton dan kehidupan masyarakat kota dengan secara fisik, dengan mengkaitkan latar sejarah puncak kekuasaan raja, terbangunlah pola struktur pembentukan unsur-unsur kota tersebut. Sebagai kota, yang berciri khas unik (Junianto, 2017:27). artefak, kota memiliki bentuk fisik yang berlatar Sistem kekuasaan raja tersebut, mempunyai ‘daya ungkapan peradaban-kebudayaan masyarakat Junianto, Konsep Mancapat-Mancalima dalam Struktur Kota Kerajaan Mataram Islam 109 penghuninya. Dari jejak pusat-pusat kerajaan Jawa, tidak bisa lepas dengan pusat-pusat kerajaan Mataram Islam, kota Surakarta berbeda jaman Mataram Islam lainnya. Namun demikian, pusat- dengan sebelumnya. Pajang, Kotagede, Plered dan pusat kerajaan Mataram Islam pra-kolonial, Kartasura, merupakan kota-kota kerajaan Mataram sebenarnya lebih besar dilatarbelakangi oleh Islam pra-kolonial. Kota Surakarta berdiri pada masa kebudayaan pra-Islam. kolonial Hindia Belanda, tumbuh berkembang Pusat-pusat kerajaan Mataram Islam yang menjadi dalam kolase aneka budaya, sangat menarik untuk fokus penelitian ini, berawal dari perpindahan dikaji perbandingan struktur kotanya dengan Pajang, Keraton Pajang ke Kotagede, sekitar tahun 1587. Kotagede, Plered maupun Kartasura. Kota-kota bekas pusat kerajaan tersebut, secara Perkembangan kota Surakarta, niscaya berbeda keseluruhan mempunyai ciri yang sama sebagai kota dengan pusat kerajaan Mataram Islam lainnya. kerajaan Islam. Ciri yang umum adalah adanya Alun- Penelitian kota-kota bersejarah, seperti halnya jejak alun dengan Masjid di sebelah baratnya, serta pusat kerajaan Mataram Islam, perlu dilakukan, Keraton. Walaupun mengikuti pola kota kerajaan mengingat peran kerajaan tersebut dalam budaya Mataram Islam secara umum, namun pada Jawa dan pranata kehidupan tradisional. Hal tersebut kenyataan terdapat perbedaan satu dengan lainnya. juga karena perkembangan kota semakin pesat, Perbedaan tersebut terjadi dan dilatarbelakangi oleh khususnya di kota Surakarta dan Kotagede. struktur sosial masyarakatnya yang berbeda. Pada Perkembangan kota sebuah keniscayaan, sebagai kasus kota Surakarta, telah banyak pengaruh dari upaya pemenuhan penciptaan ruang kehidupan yang fasilitas pemerintah Hindia Belanda. Pengaruh lebih baik. Disisi lain, pemahaman sejarah awal budaya pra-Islam di Kotagede, juga menunjukkan pembentukan kota sangatlah penting, sebagai titik pola bentuk struktur kota yang berbeda dengan kota tolak perencanaan masa datang. lainnya. Rapoport (dalam Catanese, 1986) merumuskan kesimpulan umum, bahwa kota selalu Kerajaan Mataram Islam merupakan jejak yang mempunyai struktur dan bentuk. Perbedaan satu sangat penting di Jawa, mengingat semasa dengan lainnya, hanyalah pada sifat penataan, hirarki kejayaannya pernah menguasai sebagian besar dan morfologinya. wilayah Indonesia saat ini, Selain itu, kurun waktu pemerintahan yang sangat lama, menanamkan Implementasi konsep mancapat-mancalima dalam budaya yang cukup kuat. Surakarta merupakan salah struktur kota kerajaan Mataram Islam, terpancang satu kota kerajaan Mataram Islam, yang tumbuh pada sejarahnya dan dalam latar budayanya berkembang bersamaan dengan kolonial Hindia (Murtiyoso, 1993). Kajian terhadap implementasi Belanda. Penelusuran konsep kosmologi mancapat- konsep ini dan maknanya, sangat penting bagi upaya mancalima di kota Surakarta, yang berlatar spiritual pemahaman karakter kota-kota bersejarah tersebut. 110 MINTAKAT Jurnal Arsitektur, Volume 20 Nomor 2, September 2019, 107-131, p-ISSN 1411-7193|e-ISSN 2654-4059 Dengan mengetahui struktur kota awal terbentuknya tersebut membentuk suatu lingkaran, sekaligus suatu kota, akan menentukan arah perkembangan menjadi ciri kota Surakarta. kota tersebut kemudian hari. Kolase unsur-unsur Kosmologi keraton Surakarta, secara imajiner kota dalam strukturnya, dapat dibaca sebagai latar berupa lingkaran-lingkaran, dengan pusatnya adalah budaya dan dalam konteks unsur-unsur kota keraton (Behrend, 1982). Lingkaran-lingkaran tersebut. Berdasarkan hal tersebut, terdapat tersebut secara konsentrik menunjukkan tingkatan permasalahan yang menarik untuk dikaji, yaitu : area yang hirarkis. Keraton dianggap sebagai pusat pertama, struktur kota kerajaan Mataram Islam, ‘dunia’ atau makrokosmos. Bangsal Prabayasa tersusun dari unsur-unsur apa saja (?); kedua, apa sebagai tempat kedudukan raja, berbentuk bangunan makna konsep mancapat-mancalima dalam struktur Joglo, melambangkan Meru, dan raja dianggap kota tersebut (?). sebagai titisan dewa berperan menjaga KOTA KERAJAAN MATARAM ISLAM keseimbangan alam. Konsep tersebut sejaran Fenomena sebuah kota, terlebih berlatar sejarah dengan kajian Santoso (1984) perihal tata ruang kerajaan
Recommended publications
  • Jawa Tengah Daerah Istimewa Yogyakarta
    110?0'0"E 110?12'0"E 110?24'0"E 110?36'0"E 110?48'0"E 111?0'0"E WINDUSARI SECANG SIMO KARANGMALANG Mt. Merbabu BabadanNOGOSARI Tempuredj KALIWUNGU PLUPUH KALIWIRO KALIANGKRIK Magelang JAWA TENGAH AMPEL SAMBI KALIJAMBE SAPURAN BANDONGAN TEGALREJO MASARAN SRAGEN PAKIS GONDANGREJO KEDAWUNG WONOSOBO MAGELANG SELATAN Banjumari SELO Ranousari CEPOGO NGEMPLAK Djambangan CANDIMULYO SAWANGAN BOYOLALIBojolali KEBAKKRAMAT KEPIL KAJORAN Gatakan Mt. Merapi COLOMADUBANJARSARI WADASLINTANG BANYUDONO KERJO MARTOYUDAN DUKUN TERAS JEBRES TEMPURAN BOYOLALI Kartosuro MOJOGEDANG MAGELANGMUNTILAN KARTASURA MUSUK MOJOSONGO LAWEYAN Surakarta TASIKMADU BRUNO Broena SRUMBUNG SAWIT JATEN PASAR KLIWON KARANGANYAR GATAK SALAMAN Balaboedoer Srumbung TULUNG SERENGAN PITURUH MOJOLABAN BENER MUNGKID KARANGANYAR Bener KEMALANG POLANHARJO KARANGPANDAN 7?36'0"S 7?36'0"S SALAM WONOSARI BAKI GROGOL GEBANG BOROBUDUR TURI CANGKRINGAN Bandjarsari DELANGGU Pablengan JATINOM MATESIH KEMIRI Bedojo Pangkalan POLOKARTO NGLUWAR KARANGANOM PAKEM SUKOHARJO JUMANTONO TEMPEL KARANGNONGKONGAWEN JUWIRING Kemiri LOANO Kaliredjo Bangsri Koeangsan MANISRENGGO CEPER BENDOSARI KALIBAWANGSAMIGALUH SLEMAN KLATEN SLEMAN PEDAN SUKOHARJO Purworedjo Purworejo NGAGLIK NGEMPLAK KEBONARUM Klaten KARANGDOWO JUMAPOLO PURWOREJOBAYAN Sleman PURWOREJO JOGONALAN KALIKOTES KUTOARJO KALIGESING SEYEGAN TAWANGSARI Belang MINGGIR PRAMBANANKLATEN SELATAN TRUCUK BUTUH MLATI NGUTER NANGGULAN KALASAN KLATEN TENGAH Cawas Karangasem JATIPURO Purworejo Kutu Kalasan BANYU URIP Naggulan CAWAS GODEAN DEPOK WEDI MOYUDAN JETIS
    [Show full text]
  • Perspectives of Research for Intangible Cultural Heritage
    束 9mm Proceedings ISBN : 978-4-9909775-1-1 of the International Researchers Forum: Perspectives Research for Intangible Cultural Heritage towards a Sustainable Society Proceedings of International Researchers Forum: Perspectives of Research for Intangible Cultural Heritage towards a Sustainable Society 17-18 December 2019 Tokyo Japan Organised by International Research Centre for Intangible Cultural Heritage in the Asia-Pacific Region (IRCI), National Institutes for Cultural Heritage Agency for Cultural Affairs, Japan Co-organised by Tokyo National Research Institute for Cultural Properties, National Institutes for Cultural Heritage IRCI Proceedings of International Researchers Forum: Perspectives of Research for Intangible Cultural Heritage towards a Sustainable Society 17-18 December 2019 Tokyo Japan Organised by International Research Centre for Intangible Cultural Heritage in the Asia-Pacific Region (IRCI), National Institutes for Cultural Heritage Agency for Cultural Affairs, Japan Co-organised by Tokyo National Research Institute for Cultural Properties, National Institutes for Cultural Heritage Published by International Research Centre for Intangible Cultural Heritage in the Asia-Pacific Region (IRCI), National Institutes for Cultural Heritage 2 cho, Mozusekiun-cho, Sakai-ku, Sakai City, Osaka 590-0802, Japan Tel: +81 – 72 – 275 – 8050 Email: [email protected] Website: https://www.irci.jp © International Research Centre for Intangible Cultural Heritage in the Asia-Pacific Region (IRCI) Published on 10 March 2020 Preface The International Researchers Forum: Perspectives of Research for Intangible Cultural Heritage towards a Sustainable Society was organised by the International Research Centre for Intangible Cultural Heritage in the Asia-Pacific Region (IRCI) in cooperation with the Agency for Cultural Affairs of Japan and the Tokyo National Research Institute for Cultural Properties on 17–18 December 2019.
    [Show full text]
  • The Islamic Traditions of Cirebon
    the islamic traditions of cirebon Ibadat and adat among javanese muslims A. G. Muhaimin Department of Anthropology Division of Society and Environment Research School of Pacific and Asian Studies July 1995 Published by ANU E Press The Australian National University Canberra ACT 0200, Australia Email: [email protected] Web: http://epress.anu.edu.au National Library of Australia Cataloguing-in-Publication entry Muhaimin, Abdul Ghoffir. The Islamic traditions of Cirebon : ibadat and adat among Javanese muslims. Bibliography. ISBN 1 920942 30 0 (pbk.) ISBN 1 920942 31 9 (online) 1. Islam - Indonesia - Cirebon - Rituals. 2. Muslims - Indonesia - Cirebon. 3. Rites and ceremonies - Indonesia - Cirebon. I. Title. 297.5095982 All rights reserved. No part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system or transmitted in any form or by any means, electronic, mechanical, photocopying or otherwise, without the prior permission of the publisher. Cover design by Teresa Prowse Printed by University Printing Services, ANU This edition © 2006 ANU E Press the islamic traditions of cirebon Ibadat and adat among javanese muslims Islam in Southeast Asia Series Theses at The Australian National University are assessed by external examiners and students are expected to take into account the advice of their examiners before they submit to the University Library the final versions of their theses. For this series, this final version of the thesis has been used as the basis for publication, taking into account other changes that the author may have decided to undertake. In some cases, a few minor editorial revisions have made to the work. The acknowledgements in each of these publications provide information on the supervisors of the thesis and those who contributed to its development.
    [Show full text]
  • Perlindungan Hak Cipta Atas Motif Batik Sebagai Warisan Budaya Bangsa (Studi Terhadap Karya Seni Batik Tradisional Kraton Surakarta)
    View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by Diponegoro University Institutional Repository PERLINDUNGAN HAK CIPTA ATAS MOTIF BATIK SEBAGAI WARISAN BUDAYA BANGSA (STUDI TERHADAP KARYA SENI BATIK TRADISIONAL KRATON SURAKARTA) TESIS Disusun Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Program Magister Ilmu Hukum Oleh : Rindia Fanny Kusumaningtyas, SH B4A 007 100 Pembimbing : Dr. BUDI SANTOSO, S.H., MS PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2009 HALAMAN PENGESAHAN PERLINDUNGAN HAK CIPTA ATAS MOTIF BATIK SEBAGAI WARISAN BUDAYA BANGSA (STUDI TERHADAP KARYA SENI BATIK TRADISIONAL KRATON SURAKARTA) TESIS Diajukan untuk memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar Magister Ilmu Hukum pada Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Oleh : Rindia Fanny Kusumaningtyas, SH NIM. B4A 007 100 Tesis dengan judul di atas telah disahkan dan disetujui untuk diperbanyak Mengetahui, Pembimbing Ketua Program Magister Ilmu Hukum Dr. Budi Santoso, S.H., MS Prof. Dr. Paulus Hadisuprapto, S.H., MH NIP. 131 631 876 NIP. 130 531 702 HALAMAN PENGUJIAN PERLINDUNGAN HAK CIPTA ATAS MOTIF BATIK SEBAGAI WARISAN BUDAYA BANGSA (STUDI TERHADAP KARYA SENI BATIK TRADISIONAL KRATON SURAKARTA) Disusun Oleh : RINDIA FANNY KUSUMANINGTYAS, SH NIM. B4A 007 100 Dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 25 Maret 2009 Tesis ini telah diterima sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Hukum Mengetahui, Pembimbing Ketua Program Magister Ilmu Hukum Dr. Budi Santoso, S.H., MS Prof. Dr. Paulus Hadisuprapto, S.H., MH NIP. 131 631 876 NIP. 130 531 702 KATA PENGANTAR Puji Syukur Kehadiratan Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan karunia-Nya penulis bisa menyelesaikan tesis yang sederhana ini dengan judul ”Perlindungan Hak Cipta Atas Motif Batik Sebagai Warisan Budaya Bangsa (Studi Terhadap Karya Seni Batik Tradisional Kraton Surakarta)”.
    [Show full text]
  • REVITALIZATION MODEL of ETHNIC SETTLEMENT to PRESERVE CULTURAL HERITAGE and SUPPORT TOURISM in SURAKARTA by Dra
    qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq REVITALIZATION MODEL OF ETHNIC SETTLEMENT TO wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiPRESERVE CULTURAL HERITAGE AND SUPPORT TOURISM IN SURAKARTA opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfgby Dra. Sariyatun, M.Pd, M.Hum. hjklzxcvbnmqwerLecturer at History Educationtyuiopasdfghjklzxc Department [Jurusan Pendidikan Sejarah] –Faculty of Educational Sciences, Sebelas Maret University [FKIP-UNS] vbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq [email protected] wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui[2009] opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg hjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc vbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg hjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbn mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwert yuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopas dfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklz REVITALIZATION MODEL OF ETHNIC SETTLEMENT TO PRESERVE CULTURAL HERITAGE AND SUPPORT TOURISM IN SURAKARTA by Dra. Sariyatun, M.Pd, M.Hum Lecturer at History Education Department [Jurusan Pendidikan Sejarah] –Faculty of Educational Sciences, Sebelas Maret University [FKIP-UNS] [email protected] ABSTRACT The main aim of this research is to formulate a revitalizing model of ethnic settlement through interpretation to preserve cultural heritage and support community-based tourism in Surakarta. It is a qualitative research which uses primary and secondary sources. The research data is gathered by in-depth interviews, guided group discussion,
    [Show full text]
  • Download the Full Article In
    DUNIA MELAYU-INDONESIA DOC 04 1.4 NEGARA, WILAYAH, PENGUASA DAN PERANTARA Gambar 1. ‘Prajurit Jawa’, William Daniell, sekitar 1817. Surat dari Pangeran Puger yang sedang dalam pelarian kepada Pemerintahan Agung, 5 Mei 1704 DAFTAR ISI 1 Pengantar 2 2 Transkripsi dari teks bahasa Belanda 5 3 Terjemahan bahasa Indonesia 8 4 Kolofon 11 5 Gambar folio 12 HARTA KARUN. KHAZANAHHARTA SEJARAH INDONESIA DARI ASIA-EROPA ARSIP DAN DI JAKARTA VOC www.sejarah-nusantara.anri.go.id DUNIA MELAYU-INDONESIA 2 DOC 04 1.4 NEGARA, WILAYAH, PENGUASA DAN PERANTARA 1 Pengantar M.C. Ricklefs, “Surat Pangeran Puger yang adalah Puger. sedang dalam pelarian kepada Pemerintah- Puger juga melarikan diri ke arah barat menja- an Agung, 5 Mei 1704”. Dalam: Harta Karun. uhi keraton yang telah jatuh ke tangan musuh, Khazanah Sejarah Indonesia dan Asia-Europa dan kemudian memproklamasikan dirinya seba- dari arsip VOC di Jakarta, dokumen 4. Jakarta: gai raja. Dalam sejumlah dokumen sejarah Jawa, Arsip Nasional Republik Indonesia, 2013. dia diberi berbagai gelar kerajaan seperti Senapati Ingalaga Sayidin Panatagama, dan disapa dengan OLEH M.C. RICKLEFS sebutan Panembahan. Dalam sejumlah surat di Pangeran Puger adalah salah satu dari putra-putra masa itu, beliau menggunakan gelar Susuhunan. Susuhunan Amangkurat I (memerintah 1646-77) Bersama dengan dua saudaranya, pangeran Marta- dan adik dari Susuhunan Amangkurat II (meme- sana (yang kemudian juga memakai berbagai gelar rintah 1677-1703); maka dari itu, ketika surat ini kerajaan) dan pangeran Singasari, Puger balik ditulis, beliau adalah paman dari penguasa muda lagi ke Mataram dan merebut kembali keraton Amangkurat III (memerintah 1703-8) yang baru tua, paling lambat di pertengahan bulan Oktober saja naik tahta menyusul kematian ayahandanya.
    [Show full text]
  • Preliminary Damageandloss Assessment
    The 15th Meeting of The Consultative Group on Indonesia Jakarta, June 14, 2006 Preliminary Damage and Loss Assessment Yogyakarta and Central Java Natural Disaster A joint report of BAPPENAS, the Provincial and Local Governments of D.I. Yogyakarta, the Provincial and Local Governments of Central Java, and international partners, June 2006 MAGELANG (KOTA) BOYOLALI MAGELANG PURWOREJO SLEMAN KLATEN SUKOHARJO YOGYAKARTA (KOTA) KULON PROGO BANTUL WONOGIRI GUNUNG KIDUL The 15th Meeting of The Consultative Group on Indonesia Jakarta, June 14, 2006 Preliminary Damage and Loss Assessment Yogyakarta and Central Java Natural Disaster A Joint Report from BAPPENAS, the Provincial and Local Governments of D.I.Yogyakarta, the Provincial and Local Governments of Central Java, and international partners, June 2006 i FOREWORD The May 27, 2006 earthquake struck Yogyakarta and Central Java. Yogyakarta is a center for Javanese traditional arts and culture, the ancient temples of Borobudur and Prambanan, and is home to a royal family whose lineage goes back to the Mataram era in the 16th century. It is also a center of Indonesian higher education. Striking in the early morning hours, the earthquake took over 5,700 lives, injured between 40,000 and 60,000 more, and robbed hundreds of thousands of their homes and livelihoods. As if the devastation of the earthquake were not enough, the disaster may not be over. The increase in Mount Merapi’s volcanic activity, which began in March 2006, is producing lava flows, toxic gases, and clouds of ash, prompting the evacuation of tens of thousands of people. This report presents a preliminary assessment of the damage and losses caused by the earthquake.
    [Show full text]
  • Statistical Mobility Pattern of Solo-Yogyakarta Commuter Workers by Prambanan Express Train
    INTERNATIONAL JOURNAL OF SCIENTIFIC & TECHNOLOGY RESEARCH VOLUME 8, ISSUE 09, SEPTEMBER 2019 ISSN 2277-8616 Statistical Mobility Pattern Of Solo-Yogyakarta Commuter Workers By Prambanan Express Train Priyono, Choirul Amin, Umrotun, Afiotria Intan Wulansari, Suliadi Sufahani Abstract: This research was done in two cities; Solo and Yogyakarta which is connected by Prambanan Express (Prameks) Train. The objectives of this research are as follows: (1) Reviewing the characteristic of Solo-Yogyakarta Prameks Train users, (2) Reviewing the mobility pattern of Solo-Yogyakarta Prameks Train users. The character of workers that are being reviewed are based on age, education background, job status, income, and the number of family dependents, while the worker‘s mobility pattern that will be studied are: the usage intensity of the Prameks, transportation modes used to go to the departure station and work office, departure and arrival station, the worker‘s reason in choosing the departure and arrival station, origin and destination area of the worker. Questionnaire is used as a survey method in this study. Purposive Proportional Quota Sampling is also used as the sampling technique to gathered samples. Respondent are limited to 100 workers and divided into two categories; 50 men and 50 women and assumed capable to represent the workers‘ characteristic. The research results show that the workers are still in a productive age that are dominated by 21-25-year-old worker, bachelor degree as the highest education level, permanent employees with salary around 3-6 million Rupiah per month, and do not have any family dependent. Most of respondent‘s origin area are Laweyan, Kartosuro, and Banjarsari district, where the locations are closer to the Purwosari and Solobalapan station.
    [Show full text]
  • Terrorism in Indonesia: Noordin’S Networks
    TERRORISM IN INDONESIA: NOORDIN’S NETWORKS Asia Report N°114 – 5 May 2006 TABLE OF CONTENTS EXECUTIVE SUMMARY ...................................................................................................... i I. INTRODUCTION .......................................................................................................... 1 II. THE MARRIOTT BOMBING NETWORKS ............................................................. 2 A. THE LUQMANUL HAKIEM SCHOOL........................................................................................2 B. THE LEFTOVER EXPLOSIVES .................................................................................................3 C. THE NGRUKI LINKS...............................................................................................................3 D. THE FINAL TEAM ..................................................................................................................4 III. THE AUSTRALIAN EMBASSY BOMBING ............................................................. 5 A. THE EAST JAVA NETWORK ....................................................................................................5 B. THE JI SCHOOL NETWORK IN CENTRAL JAVA .......................................................................7 C. THE NETWORK THUS FAR.....................................................................................................9 D. FAMILY AND BUSINESS IN WEST JAVA..................................................................................9 E. MOBILISING THE NETWORK
    [Show full text]
  • Battle of Gegodog
    Battle of Gegodog Main article: Battle of Gegodog. included his former protégé Trunajaya.[28] In the few months after the victory in Gegodog, the rebels quickly took Javanese northern trading towns from Surabaya westward to Cirebon, including the towns of Kudus and Demak.[28] The towns fell easily, partly because their fortifications had been destroyed due to their conquest by Sultan Agung about 50 years earlier.[28] Only Jepara managed to. The Battle of Gegodog took place in 13 October 1676 during the Trunajaya rebellion, and resulted in the victory of the rebel forces over the Mataram army led by the Crown Prince Pangeran Adipati Anom. Gegodog is located in the northeastern coast of Java, east of Tuban. Battle of Gegodog. H. Battle of Halmstad. L. Lancaster raid. O. Battle of Öland. P. Battle of Palermo. Siege of Philippsburg (1676). R. Revolt of the Three Feudatories. Russo-Turkish War (1676â“1681). S. The Battle of Gegodog (also spelled Battle of Gogodog) took place in 13 October 1676 during the Trunajaya rebellion, and resulted in the victory of the rebel forces over the Mataram army led by the Crown Prince Pangeran Adipati Anom. Gegodog is located in the northeastern coast of Java, east of Tuban. The crown prince expected a sham battle from Trunajaya, his former protégé. However, Trunajaya offered a real fight which resulted in a decisive victory over the much larger royal army. For the 1945 battle commemorated as Heroes' day in Indonesia, see Battle of Surabaya. Battle of SurabayaPart o. at the Battle of Gegodog.[4][5] The rebels continued to win victories and gain territories in the following month, taking most of the northern coast of Java as far west as Cirebon.[5] Facing the imminent collapse of his authority, the Mataram King Amangkurat I sought help from the VOC in Batavia.[6] On 20 January 1677, Admiral Cornelis Speelman, recently named.
    [Show full text]
  • Out of a Crocodile's Mouth, Enter a Tiger's Snout
    Out of A Crocodile’s Mouth, Enter A Tiger’s Snout: Kingship in Cirebon and the Dutch East India Company’s Intervention in the Late Seventeenth Century M.A. Thesis Satrio Dwicahyo Supervisor: Dr. Lennart Bes Table of Contents Table of Contents.................................................................................................................................................... 1 List of Pictures, Maps, and Tables .......................................................................................................................... 2 Introduction ............................................................................................................................................................ 3 Cirebon as A Sovereign ..................................................................................................................................... 4 Cirebon between Major Powers ........................................................................................................................ 8 Research Question ........................................................................................................................................... 11 Previous Related Studies ................................................................................................................................. 12 Sources and Challenges .................................................................................................................................. 14 Structure of the Study.....................................................................................................................................
    [Show full text]
  • Data Organisasi Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Se Jawa Tengah
    DATA ORGANISASI PENGHAYAT KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA SE JAWA TENGAH ALAMAT SEKRETARIAT, TELP/HP PENANGGUNG JUMLAH NO NAMA ORGANISASI NAMA PENGURUS JAWAB/PENGURUS ANGGOTA 1 KOTA SEMARANG : 1 Manengku Jl. Mahesa Mukti I/A 10 RT 001 RW 003 Pedurungan Semarang HP K : Ki Akso Prabu WA 081280007737/0818291152 2,000 2 PERSADA Jl. Srinindito VII RT 003 RW 001 Ngemplak, Simongan, Semarang K : Arifin Telp. 024 70401946 HP 085740971223 500 3 Tri Tunggal Bayu Jl. Mugas Dalam XIII/7 Semarang HP 087832826171 K : R. Moelyono, SM. BA 21 4 Ngudi Utomo Jl. Gayamsari V/126 K : Riyanto Prasetyo 160 Jl. Purwosari RT 02/RW XIII Tambakrejo, Gayamsari K : Samiono 60 5 PARABA Jl. Sendang Utara 4/11 Semarang Telp. 024 6709945 HP P : Slamet Siswadi 081325737303 150 6 AKU Jl. Potrosari Tengah 10 RT 04 RW 01 Srondol Kulon Semarang Telp. K : Bambang Hudi, SH, M. Hum 024 3551597 HP 081228535599 25 7 Paguyuban Noormanto Jl. Graha Sendang Mulyo Blok JJ 1/14 Klipang Semarang HP. K : Antonius Budiarto 081325481772 7,989 8 Aliran Kebatinan Perjalanan Ngesrep Barat IV 30 RT 001 RW 009 Semarang HP. 0816249664, K : Rochmat dan Suwahyo 08156556481, 08157713617 2,000 9 Badan Keluarga Kebatinan Wisnu Jl. Gajah Raya 54 Gayamsari Semarang Telp. 024 6708455 HP K : Radi 087832736392 304 10 Perjalanan Tri Luhur Jl. Demangbanyu 136 RT 02 RW 05 Mlatibaru, Semarang Timur S : Djoko Sutowo Telp. 024 8446514 150 11 Paguyuban Sumarah Jl. Lemah Gempal II/775 Semarang Telp. 024 8662726 K : Ny. Singgih & Sulamto 70 12 Paguyuban Warga Theosofi Indonesia Jl.
    [Show full text]