Pendidikan Karakter Bangsa Dalam Novel

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Pendidikan Karakter Bangsa Dalam Novel PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DALAM NOVEL ( Studi tentang Pesan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Bangsa Menggunakan Pendekatan Semiologi Komunikasi dalam Novel Nonfiksi “Habibie dan Ainun” Karya B.J. Habibie dan “Belahan Jiwa” Karya Rosihan Anwar ) Sri Herwindya Baskara Wijaya, S.Sos., M.Si. Drs. Mursito BM, SU. Mahfud Anshori, S.Sos., M.Si. Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract Every member of society has a specific media to deliver the aspiration, inspiration and their other messages. Messages such as communication symbols have certain meanings based on context. This research is a study of the messages contained in the novel "Habibie dan Ainun" by the former President of the Republic of Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie and novel "Belahan Jiwa" by legendary Indonesian journalist, Rosihan Anwar. The novel itself is a medium of communication in the community. Through the novel, novelists are positioned as the communicator – delivering a purposeful message to the public (communicant). Based on the description, the issues raised in this research was dissecting the nation character education messages related to those two novels. In answering the problem, the researcher used semiology communication method. For nonverbal messages on the novel "Habibie dan Ainun" contains a message about the values of the nation character education; religious, tolerance, spirit of nationalism, patriotism, an avid reading, friendship/ communicative, love peace, responsibility, hard work, and democratic. While in the novel "Belahan Jiwa" by Rosihan Anwar, the results of the analysis found some messages contained by the nation character education, such as; religiosity, friendship, social awareness, patriotism, tolerance, achievement, responsibility, avid in reading. Key words: Messages, signs, semiology communication, nation character education Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Manusia selalu memiliki keinginan, obsesi atau harapan yang ingin direalisasikan sebagai cara untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Selain itu, ia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan manusia lain. Manusia juga sebagai makhluk budaya yang dibekali dengan daya cipta, rasa, serta karsa sehingga mampu menghasilkan karya- karya (Kartinawati, 2003). Diantara karya anak bangsa yang perlu diapresiasi adalah novel berjudul “Habibie dan Ainun” karya mantan Presiden RepubIik Indonesia, Prof. Dr. Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie dan novel berjudul “Belahan Jiwa” karya legendaris tokoh pers Indonesia, Rosihan Anwar. Kita patut mengapresiasi kehadiran dua novel tersebut terlebih ditulis orang-orang yang menjadi tokoh nasional dan internasional. Tidak banyak tokoh-tokoh public figure yang diakui ketokohannya sekaligus kepakarannya yang menelurkan kisah perjalanan hidupnya dalam wujud novel berjenis nonfiksi (kisah nyata). Bacharuddin Jusuf Habibie lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Beliau merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo. Habibie yang menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 ini dikaruniai dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal. Di Indonesia, Habibie 20 tahun menjabat Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT, memimpin 10 perusahaan BUMN Industri Strategis, dipilih MPR menjadi Wakil Presiden RI, dan disumpah oleh Ketua Mahkamah Agung menjadi Presiden RI menggantikan Soeharto. Soeharto menyerahkan jabatan presiden itu kepada Habibie berdasarkan Pasal 8 UUD 1945. Sampai akhirnya Habibie dipaksa pula lengser akibat referendum Timor Timur yang memilih biasa, kembali pula hijrah bermukim ke Jerman (http://kolom- biografi.blogspot.com/2009/01/biografi-bj-habibie.html) Rosihan Anwar lahir di Kubang Nan Dua, Kabupaten Solo, Sumatera Barat, 10 Mei 1922 sebagai anak keempat pasangan Demang Anwar gelar Maharadja Soetan-Siti Safiah. Menikah dengan Siti Zuraida binti Mohamad Sanawi pada 25 April 1947 dan dari perkawinannya yang sudah 63 tahun itu mempunyai tiga putera, enam cucu, dan dua cicit. Zuraida R. Anwar (Ida) tutup usia pada hari Minggu, 5 September 2010 dalam usia 87 tahun. Bekerja selama sebagian besar kehidupannya yaitu sudah 67 tahun di bidang kewartawanan, menjadi pemimpin redaksi surat kabar Pedoman, majalah Siasat, juga sebagai kolumnis dan koresponden sejumlah penerbitan di luar negeri. Mendapat penghargaan dan tanda kehormatan Bintang Mahaputera Utama (III) – 1973, Bintang Rizal Filipina – 1977, Bintang Aljazair – 2005, doctor honoris causa Univeritas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta – 2006. Penulis meninggal dunia pada Kamis, 14 April 2011 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata (Ibid.). Makalah ini ingin membahas soal pesan nilai-nilai karakter bangsa dalam novel tersebut. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan tinjauan latar belakang masalah di atas, penelitian akan menganalisis secara lebih mendalam pesan-pesan tentang nilai-nilai pendidikan karakter bangsa dalam novel “Habibie dan Ainun” karya mantan Presiden Republik Indonesia, B.J. Habibie dan “Belahan Jiwa” karya tokoh pers Indonesia, Rosihan Anwar. Maka, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Pesan-pesan tentang nilai-nilai pendidikan karakter bangsa apakah yang ada dalam novel nonfiksi “Habibie dan Ainun” karya B.J. Habibie dan “Belahan Jiwa” karya Rosihan Anwar” ?” 3. Tujuan Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: “Untuk mengetahui pesan-pesan tentang nilai-nilai pendidikan karakter bangsa yang ada dalam novel nonfiksi “Habibie dan Ainun” karya B.J. Habibie dan “Belahan Jiwa” karya Rosihan Anwar”. Kajian Pustaka A. Pendidikan Karakter Bangsa Pembangunan karakter bangsa sendiri dimaknai sebagai upaya kolektif-sistemik suatu negara kebangsaan untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang dan negaranya sesuai dengan dasar dan ideologi, konstitusi, haluan negara, serta potensi kolektifnya dalam konteks kehidupan nasional, regional, dan global yang berkeadaban. Semuanya itu untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, berbudi luhur, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ipteks yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Pembangunan karakter bangsa itu dilakukan secara koheren melalui proses sosialisasi, pendidikan dan pembelajaran, pemberdayaan, pembudayaan, dan kerja sama seluruh komponen bangsa dan Negara (http://karakterbangsa.net/Latest/pengertian.html) Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia (http://mandikdasmen.kemdiknas.go.id/web/pages/urgensi.html). UU No 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 2 menyebutkan: “Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945.” Pasal 3 UU yang sama menyebutkan: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” b. Novel Novel merupakan salah satu produk karya sastra yang hingga saat ini banyak mendapatkan tempat di hati masyarakat, baik untuk dikaji maupun untuk dikonsumsi. Dengan beragam jenis dan isinya, novel hadir di ranah publik mengisi ruang-ruang kehidupan dengan aneka persepsi dan pesannya. Bahkan bisa dibilang novel bisa sebagai produk sastra yang paling banyak diakses masyarakat. Mengenai definisi novel, kata novel berasal dari bahasa Itali novella yang secara harfiah berarti sebuah barang baru yang kecil dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa (http://eprints.uns.ac.id/66/1/170031611201009521.pdf). Novel merupakan media komunikasi, melalui media novel itulah pengarang mengkomunikasikan sebuah pesan. Sementara, kegiatan komunikasi tidak dapat dipisahkan dengan proses pembentukan makna (http://www.skripsi-indonesia.com/skripsi/analisis-semiologi- komunikasi-sebagai-tafsir-pesan/). Sebenarnya sebagai media massa cetak berbentuk fisik, novel digemari karena mampu tampil secara individu, personal serta isi pesannya sangat spesifik dan mendalam. Isi pesan dalam novel saat ini begitu banyak menyajikan gambaran suatu realitas sosial saat ini. Ditinjau dari penjelasan diatas, maka sebuah karya sastra berbentuk buku yang dibuat oleh penulis atau pengarang yaitu novel, dapat digolongkan sebagai sebuah media massa seperti media cetak yang dapat memberikan kehidupan dan informasi bagi pembacanya. Novel juga memiliki fungsi untuk menghibur dan persuasif (mempengaruhi) pembacanya. Selain itu novel juga banyak digunakan untuk keperluan studi, pengetahuan, hobi atau media hiburan dengan penyajian mendalam yang sangat jarang ditemukan pada media lain (http://www.skripsi-indonesia.com/skripsi/analisis-semiologi-komunikasi-sebagai-tafsir-
Recommended publications
  • Transformational Communication and the 'New Asia'
    AMIC 22ND INTERNATIONAL CONFERENCE 4TH-7TH JULY, 2013 Melia Purosani Hotel, Yogyakarta, Indonesia in partnership with the Department of Communication, Faculty of Social and Political Sciences Universitas Gadjah Mada Transformational communication and the ‘New Asia’ CONFERENCE PROGRAMME Day 1 (Thursday) 4th July 2013 1200 Registration of Participants (tables outside Melia Ballroom) 1400 Inaugural Session, welcome remarks and keynote address Venue: Ballroom Chair: Assoc. Prof. Martin Hadlow Secretary-General, AMIC, Singapore Speakers: Dr. Ang Peng Hwa Chairman, AMIC, Singapore Welcome address Dr. Pratikno Rector, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Special Message Hon. Roy Suryo Notodiprodjo Minister of Youth and Sports, Indonesia Keynote Address Hon. Tifatul Sembiring Minister of Information and Communication, Indonesia 1500 – 1530 Coffee break 1530 – 1700 AMIC DISTINGUISHED FORUM Transformation of Indonesian media: challenges and opportunities Venue: Ballroom Chair: Dr. Ang Peng Hwa, Chairman, AMIC, Singapore Mr. Ishadi S.K., Founder and Commissioner, Trans TV Indonesia Ms. Rosarita Niken Widiastuti, President, Radio Republik Indonesia Mr. Jakob Oetama, President, Kompas Gramedia Group, Indonesia Mr. Edward Ying, Director of Planning & Transformation, PT Telkomsel Indonesia Dr. Kuskridho Ambardi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 1900 – 2100 Gala Dinner and AMIC Asia Communication Awards 2013 Venue: Ballroom End of Day 1 Day 2 (Friday) 5th July 2013 0800-0900 Registration of Participants 0900-1030 UNESCO EMERITUS DIALOGUE Development
    [Show full text]
  • Who Owns the Broadcasting Television Network Business in Indonesia?
    Network Intelligence Studies Volume VI, Issue 11 (1/2018) Rendra WIDYATAMA Károly Ihrig Doctoral School of Management and Business University of Debrecen, Hungary Communication Department University of Ahmad Dahlan, Indonesia Case WHO OWNS THE BROADCASTING Study TELEVISION NETWORK BUSINESS IN INDONESIA? Keywords Regulation, Parent TV Station, Private TV station, Business orientation, TV broadcasting network JEL Classification D22; L21; L51; L82 Abstract Broadcasting TV occupies a significant position in the community. Therefore, all the countries in the world give attention to TV broadcasting business. In Indonesia, the government requires TV stations to broadcast locally, except through networking. In this state, there are 763 private TV companies broadcasting free to air. Of these, some companies have many TV stations and build various broadcasting networks. In this article, the author reveals the substantial TV stations that control the market, based on literature studies. From the data analysis, there are 14 substantial free to network broadcast private TV broadcasters but owns by eight companies; these include the MNC Group, EMTEK, Viva Media Asia, CTCorp, Media Indonesia, Rajawali Corpora, and Indigo Multimedia. All TV stations are from Jakarta, which broadcasts in 22 to 32 Indonesian provinces. 11 Network Intelligence Studies Volume VI, Issue 11 (1/2018) METHODOLOGY INTRODUCTION The author uses the Broadcasting Act 32 of 2002 on In modern society, TV occupies a significant broadcasting and the Government Decree 50 of 2005 position. All shareholders have an interest in this on the implementation of free to air private TV as a medium. Governments have an interest in TV parameter of substantial TV network. According to because it has political effects (Sakr, 2012), while the regulation, the government requires local TV business people have an interest because they can stations to broadcast locally, except through the benefit from the TV business (Baumann and broadcasting network.
    [Show full text]
  • Fajar Historia Jurnal Ilmu Sejarah Dan Pendidikan Sejarah Pemikiran Kebangsaan Jakob Oetama Pada Surat Kabar Kompas 1970-2001
    Fajar Historia Jurnal Ilmu Sejarah dan Pendidikan https://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/fhs/index ISSN: 2549-5585 (online), Vol. 5 No. 1 Juni 2021, hal 89-102 Sejarah Pemikiran Kebangsaan Jakob Oetama Pada Surat Kabar Kompas 1970-2001 Annida Allim Nusaibah1*, Abrar2, Sri Martini3 1 Universitas Negeri Jakarta; [email protected] 2 Universitas Negeri Jakarta; [email protected] 3 Universitas Negeri Jakarta; [email protected] *Korespondensi Dikirim: 03-06-2021; Diterima: 16-07-2021; Diterbitkan: 19-07-2021 Abstract: Nationality is needed by every Indonesian as one of the efforts to continue maintaining the unity and integrity of the nation. One of the national press figures who seriously think about the issue of nationality is Jakob Oetama. One of the ways Jakob Oetama channeled national ideology was through the press media named the Kompas. The purpose of this study was to find out how Jakob Oetama ideology about nationality in Kompas newspaper. The period is from 1970 to 2001. The research method uses historical research methods consisting of four stages; heuristics, verification, interpretation and historiography. The results showed that Jakob Oetama's national ideology in the first Kompas daily newspaper was Bhinneka Tunggal Ika and national ideology, national integration and disintegration, religious issues, knowing the homeland, and the principle of transcendental humanism. Keyword: ideology; Jakob Oetama; nasionality Abstrak: Pemahaman kebangsaan sangat diperlukan oleh setiap rakyat Indonesia sebagai salah satu upaya untuk terus mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa. Salah satu tokoh pers nasional yang serius memikirkan persoalan tentang kebangsaan adalah Jakob Oetama. Cara Jakob Oetama menyalurkan pemikiran kebangsaan salah satunya yaitu lewat media pers yang diberi nama surat kabar Kompas.
    [Show full text]
  • Bab Ii Deskripsi Pt. Sirkulasi Kompas Gramedia
    BAB II DESKRIPSI PT. SIRKULASI KOMPAS GRAMEDIA A. Sekilas Perkembangan Kompas Gramedia A.1. Kompas Gramedia Kompas Gramedia (KG) merupakan sebuah perusahaan inti yang membawahi sirkulasi kompas gramedia dan beberapa unit bisnis di Indonesia yang bekerja sama secara langsung dengan Kompas Gramedia. Beranjak dari sejarahnya, Kompas Gramedia sebagai salah satu perusahaan yang terkemuka di Indonesia memiliki peristiwa-peristiwa penting yang menjadi tonggak perjalanan dari sejak berdiri sampai perkembangannya saat ini. Pada tanggal 17 Agustus 1963 terbitlah majalah bulanan intisari oleh Petrus Kanisius dan Jakob Oetama bersama J. Adisubrata dan Irawati SH. Majalah bulanan intisari bertujuan memberikan bacaan untuk membuka cakrawala bagi masyarakat Indonesia. pada saat itu, intisari terbit dengan tampilan hitam putih, tanpa sampul berukuran 14 x 17,5 cm dengan tebal halaman 128 halaman dan majalah ini mendapat sambutan baik dari pembaca dan mencapai oplah 11.000 eksemplar. Pada perkembangan industri printing di masa kini yang bersaing dengan waktu dan teknologi, Kompas Gramedia siap menerima tuntutan dan tantangan dunia sebagai penyedia jasa informasi dengan menyediakan berbagai sarana media seperti surat kabar, majalah, tabloid, 46 buku, radio, media on-line, televisi, karingan toko buku, dan sarana pendidikan. Kompas Gramedia juga hadir di usaha lain seperti jaringan hotel, jaringan percetakan, tempat pameran, kegiatan kebudayaan, pelaksana acara, properti, dan manufaktur (pabrik tissue dan popok). Semua itu menyatu dalam sebuah jaringan media komunikasi terpadu yang pada saat ini sedang melakukan transformasi bisnis berdasarkan nilai-nilai yang diwariskan para pendirinya yang dimanifestasikan dalam KG Values, yaitu 5C : Caring, Credible, Competent, Competitive, Customer Delight untuk menggapai visi dan misi : “Menjadi perusahaan yang terbesar, terbaik, terpadu, dan tersebar di Asia Tenggara melalui usaha berbasis pengetahuan yang menciptakan masyarakat terdidik, tercerahkan, menghargai kebhinekaan dan adil sejahtera”.
    [Show full text]
  • Jacob Oetama
    www.rajaebookgratis.com JACOB OETAMA Jakob Oetama, Pemimpin Umum Harian Kompas dan Chief Executive Kelompok Kompas-Gramedia, melampiaskan keharuannya pada saat Universitas Gadjah Mada, Kamis, 17 April 2003, secara resmi memberinya anugerah kehormatan berupa gelar Doktor Honoris Causa di bidang komunikasi. Dia adalah salah satu raksasa jurnalis di negeri ini yang menawarkan jurnalisme damai dan berhasil membuka horizon pers yang benar-benar modern, bertanggung jawab, non-partisan, dan memiliki perspektif jauh ke depan. Bulir air mata perlahan menetes di pipi tuanya yang mengeriput. Suaranya yang semula berat dan membahana di seisi ruangan, kontan berubah serak dan parau. Laki- laki tua yang siang itu berdiri di podium terhormat, tak lagi kuasa menahan rasa haru yang luar biasa. Dia menangis. Jakob Oetama, laki-laki tua itu, Pemimpin Umum Harian Kompas dan Chief Executive Kelompok Kompas-Gramedia, melampiaskan keharuannya. Pada saat Universitas Gadjah Mada, Kamis, 17 April 2003, secara resmi memberinya anugerah kehormatan berupa gelar Doktor Honoris Causa di bidang komunikasi. Dalam pidato promosi untuk memperoleh gelar doktor honoris causa (HC) itu, ia mengemukakan bahwa pencarian makna berita serta penyajian makna berita semakin merupakan pekerjaan rumah dan tantangan media massa saat ini dan di masa depan. http://rajaebookgratis.wordpress.com 1 www.rajaebookgratis.com Jurnalisme dengan pemaknaan itulah yang diperlukan bangsa sebagai penunjuk jalan bagi penyelesaian persoalan-persoalan genting bangsa ini. Jakob Oetama adalah penerima doktor honoris causa ke- 18-yang dianugerahkan UGM-setelah pekan lalu gelar yang sama dianugerahkan UGM kepada Kepala Negara Brunei Darussalam Sultan Hassanal Bolkiah. Promotor Prof Dr Moeljarto Tjokrowinoto dalam penilaiannya menyatakan, jasa dan karya Jakob Oetama dalam bidang jurnalisme pada hakikatnya merefleksikan jasa dan karyanya yang luar biasa dalam bidang kemasyarakatan dan kebudayaan.
    [Show full text]
  • Title Pages Acknowledgements Contents
    Cover Page The handle http://hdl.handle.net/1887/68274 holds various files of this Leiden University dissertation. Author: Wijayanto, W. Title: Between fear and power : Kompas, Indonesia's most influential daily newspaper, 1965-2010 Issue Date: 2019-01-17 Note: The cover photograph is taken from the book Syukur Tiada Akhir, Jejak Langkah Jakob Oetama [Endless gratitude, Footsteps of Jakob Oetama], written by Kompas senior journalist St. Sularto (2011). The photo appeared on page 622 of the book, with the following caption: “[Jakob Oetama] receiving the Bintang Mahaputera Utama (Star of the Great Son) from the Indonesian government. The Star was awarded by President Suharto at the presidential palace on May 21, 1973.” ii Between Fear and Power: Kompas, Indonesia’s Most Influential Daily Newspaper, 1965-2015 PROEFSCHRIFT ter verkrijging van de graad van Doctor aan de Universiteit Leiden op gezag van Rector Magnificus prof. mr. C.J.J.M. Stolker volgens besluit van het College voor Promoties te verdedigen op donderdag 17 januari 2019 klokke 16.15 door Wijayanto geboren te Demak (Indonesië) in 1983 iii Promotor: Prof. dr. D.E.F. Henley (Universiteit Leiden) Copromotor: Dr. W. Berenschot (Koninklijk Instituut voor Taal-, Land –en Volkenkunde) Promotiecommissie : Prof. dr. A.W. Bedner (Universiteit Leiden) Dr. D. Dhakidae (Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial) Prof. dr. T. Hanitzsch (Ludwig-Maximilians-Universität München) Dr. R. Saptari (Universiteit Leiden) Prof. dr. H. Schulte Nordholt (Universiteit Leiden) iv Acknowledgements I would like to express my gratitude to my supervisors: Professor David Henley and Dr. Ward Berenschot, for their instrumental role in guiding me at every stage of my research project.
    [Show full text]
  • Pembisuan Perempuan Dalam Film Habibie Dan Ainun Rahmi Nuraini
    Pembisuan Perempuan dalam Film Habibie dan Ainun Rahmi Nuraini Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Komunikasi FISIP UNDIP Angkatan V Email : [email protected] Abstract : Writing books and filming Habibie and Ainun an attempt of men to remember and bring back women as objects, which makes the male as the subject. Unconsciousness women as objects of male desire in the film Ainun Habibie and this can be understood by analyzing feminist psychoanalysis (biological and psychological differences) with Muted Group Theory approach to the elements which appear in the book and movie. To dem- onstrate the silencing efforts of men over women, the film was analyzed by the method of semiotics Barthes, through 5 code meaning, denotative and connotative meanings. Signs that were examined in this regard in- clude visual elements (space, color, shape, texture) and non-visual (sound, writing, and verbal). Keywords : unconsciousness, film, wife, psychology Abstraksi : Penulisan buku dan pembuatan film Habibie dan Ainun merupakan upaya laki-laki untuk mengingat dan menghadirkan kembali sosok perempuan sebagai objek, yang menjadikan laki-laki sebagai subjek. Pem- bisuan perempuan sebagai objek hasrat laki-laki dalam film Habibie dan Ainun ini dapat dipahami den- gan melakukan analisis feminis psikoanalisis (perbedaan biologis dan psikologis) dengan pendekatan Muted Group Theory pada elemen yang muncul dalam buku maupun film. Untuk menunjukkan upaya pembungkaman laki-laki atas perempuan, film ini dianalisis dengan metode semiotika Barthes, melalui 5 kode pemaknaan, makna denotatif dan konotatif. Tanda yang dikaji dalam hal ini meliputi elemen visual (ruang, warna, bentuk, tekstur) dan non visual (bunyi, tulisan, dan verbal). Kata Kunci : pembisuan, film, istri,psikologi Pendahuluan Sebuah penelitian dilakukan oleh konsultan Awalnya, perempuan dianggap masih sangat manajemen internasional, Accenture, pada 4.00 terikat dengan aturan tradisional, yaitu lebih banyak eksekutif dari organisasi menengah dari 33 negara mengurus keluarga di rumah dan mengurangi ak- di dunia.
    [Show full text]
  • Ilmu Komunikas
    rssN r693-3029 Terakreditasi ts IURIIAL S( 0nrern,rr ir. 2it,01r?TliIr,t:1,]!J ILMU KOMUNIKAS Eksplorasilurnalisme Kuning Di Indonesia 0.q Itan AualuddinYusuf MediaAnd S0cial Transformation ln Indonesia tU p-,,,t, EksistensiDan Peran nadio Komunitas Dalam Menduk!lng ProsesDemokratisasi Dan PemberdayaanMasyarakal Isbandi WacanaMedia Dalam Kasus Bom Bali PerlarunganWacana Harian Republika Dan Harian KonrFan DalamKasus Bom Bali Deui Ntaiauti KaiiUlang Komunikasi Sosial Dan Pembangunan Di Negara Belkembang ( XasusTranstornasi Sosial Di lndonesia) .So1;iSornrtr',tt Framingthe Cocacolanization: Subverlisementsof Solidarity Movement for Palestlnlanas the ChallengingDiscourse D. Durutrha Sasanghu PornografiDan Slrategi l(leatif Periklanan Basuki AutismeDan Kelerbatasan Komunikasi ( Studi(asus: Metode P€nyampa'an Pesan DalamTerapiAnak Autis 0i SLBPsmbina Yogyaka{a) Suciati Media and Social Transformation in Indonesia Prayudi' Tumbangnyapemnintalun Orde Batu tidtk bisaWas ilai perufl sertaindustri meilia ; Indonesia.walaupuft rnendapatt?*atun yans IuM biasadai pmleifilahafi yaflg miLiteristik, :aiuangan kalanganmedia untuk bebasdai tekananpemennhh telah menunclllkttl bent k- .n1tuk pe auman tefiadap rcjim yang be*uasa. Tulisan ini men8analisispnktek nedia, &lsrs yapers, ili eraOrile BN1/dml traasisi lldol@sit dalafi konkks kultunl danpolitik, serta tpgaifi afla pefi ,nanber*.an konhibu$i bagib rtnslotmasisosial di Indonesit. l,eyrLvrd:prds, NeurO a, transition Inilonesb lntloduction This media and democracy The rclation between media and relation has raised question about how to democracy is inseparable. What is understand the pmctice of media during debatableis exacdy how media conkibute and after the fall of New Ord€r regime and to the process of democrary or how ihe hansition Indonesia. This article examines process of democracy within a country tbi!,ic€lle throuSh tt* .'ilt*ii-La shapes the media.
    [Show full text]
  • 1708-06Detik-Detik-Indonesia
    Bacharuddin Jusuf Habibie Detik-Detik yang Menentukan Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi THC Mandiri Detik-Detik yang Menentukan Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi Penulis: Bacharuddin Jusuf Habibie Desain Kulit: Anom Hamzah Layout: M. Ilyas Thaha Foto kulit: Harian Umum Republika/Sekneg Cetakan Pertama September 2006 Cetakan Kedua September 2006 Diterbitkan oleh: THC Mandiri Jl Kemang Selatan No. 98 Jakarta 12560 - Indonesia Tel: 6221 7817211, Fax: 6221 7817212 www.habibiecenter.or.id, E-mail: [email protected] Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Detik-Detik yang Menentukan: Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi / Bacharuddin Jusuf Habibie. -- Jakarta, THC Mandiri, 2006. 549 hlm. ; 15 x 21 cm ISBN: 979-99386-6-X 1. Demokrasi. 321.8 Hak Cipta dilindungi Undang-undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, baik secara elektronik maupun mekanik, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari Penerbit. Daftar Isi Pengantar i Prolog 1 Menjelang bab 1 Pengunduran Diri Pak Harto 31 bab 2 100 Hari Pertama Menghadapi Masalah Multikompleks dan Multidimensi 69 bab 3 Antara 100 Hari Pertama dan 100 Hari Terakhir, Sebelum Pemilihan Presiden ke-4 RI 159 bab 4 Seratus Hari Sebelum Pemilihan Presiden ke-4 RI 301 Epilog 447 Lampiran 510 Akronim 523 Glosari 529 Indeks 536 Biodata 546 Pengantar Sejumlah buku sudah terbit dan mengungkapkan sejarah politik kontemporer Indonesia, khusus masa lahirnya reformasi yang ditandai dengan mundurnya Presiden Soeharto dari gelanggang politik di Indonesia. Buku-buku tersebut —beberapa di antaranya ditulis oleh pelaku sejarah— telah membantu kita menelaah sejarah perpolitikan di Indonesia, dalam sebuah kurun waktu tertentu.
    [Show full text]
  • SHARI'a CONTESTED: Public Opinions in Kompasand Republika2000-2004'
    SHARI’A CONTESTED: Public opinions in Kom pas an d R epublika 2000-2004' ByLinaKushidayati A b stra k s Formalisasi syariab di beberapa kota di Indonesia telah memicuperdebatan terbuka terutama di media, Dalam surat kabar Indonesia, banyakpendapat telah ditulis denganpro- kontra oleh berbagaipibak mengenai formalisasi syariab. Artikel ini mengarudisispendapat yang diterbitkan di Kompas dan Republika selama 2000-2004. Ada 44 artikel diperoleh dari kedua sw at kabar tersebut Perdebatan tentangformalisasi di Indonesia adalab antara Islam liberal dan Islam fundamental. Jumlab artikel mengenaiformalisasi syariab muncul di dua sw at kabar berbeda. Sebagian besar artikel di Republika memberikanpendapat dari parapendukungformalisasi, dan hanya seperempat dari mereka yang menentang pelaksanaan syariab. A rtikel di Kompas hampir seimbangdalam halproporsinya. Delapan artikel menunjukkanpersetujuan pelaksanaan syariab, sedangkan artikel sebelas menunjuk- kan ketidaksepakatan. s* * U?. OX# oJs* 4-x j 1 y Cj'yOjljl <j o 44 iJl-Lft 01 .2004j 2000 j»lp Oh L« o j j JljOJi U* cJljJrl Jk? 01 use US"* .iyj}\ oj_to U u44iEiS** 0)1 *Evl jail y o/8 celoUr*}/lj oV iall c-JLij oJj -i' j e - k u^j i j j t u l l oVEdl «l4l (j ii'I s IS iil_js lj & -kis j> £- (j io 4 b jk-Jl (j^ o'b/Lail j\ X P p i jJ > ^JuJl jd oJbjil o ^>Mj aJL^- yS"*l y>' 0*tj j>r Uj ( S ‘t^ r iU*J . jb * C^~ * »Jr~p s-ko"b/LL* ^Lc i)E» iSUL. Keywords: Syariat, Formalisasi, Kompas, Republika * This is a short version of MA thesis submitted to the Islamic Studies Programme, the Faculty of Arts, Leiden University, the Netherlands in 2008 * Lina Kushidayati earned her MA from Leiden University, The Netherlands in 2008.
    [Show full text]
  • The Influence of Mass Media in Political Change in Indonesia
    THE INFLUENCE OF MASS MEDIA IN POLITICAL CHANGE IN INDONESIA Mukrimin Abstraksi Artikel ini memetakan perkembangan media massa di Indonesia. Analisa difokuskan pada peran media massa dalam menentukan proses politik di Indonesia. Argumen yang dibangun dalam tulisan adalah media massa mengalami perubahan yang cukup signifikan, akan tetapi media buNanlah ”pemain utama‘ dalam perubahan politiN itu. Namun, media massa memberikan Nontribusi penting pada perkembangan politik di Indonesia. Key word: mass media, politics, political change, Indonesia. A. PENDAHULUAN The mass media, both printed and electronic, is sometimes described as pillar of democracy. In the post- Suharto regime, the mass media in Indonesia have undergone a profound, even radical change. From being largely repressed, censored, and psychologically battered, it became relatively unrestrained and free. This paper, however, does not investigate in ”inside‘ the media industry itself, rather it is attempted to evaluate the contribution of the mass media on political change in Indonesia. In this paper, the writer will focus on answering these questions: (a) what are the roles of the mass media on political behavior? (b) to what extent the media were/are contributing factor in Indonesian political change? The first part of the essay provides a general discussion of ,ndonesia‘s mass media landscape. The historical development of mass media is outlined in some details. In the second part, how the mass media influence the political change in Indonesia - is described. Finally, this essay will be ended in a conclusion and a projection of the general election 2009 in a very brief description in Indonesia. B. PEMBAHASAN B.1. INDONES,A‘S MASS 0EDIA Indonesia has been undergoing a remarkable change in terms of social, political, and cultural over the last three decades.
    [Show full text]
  • Prospek & Tantangan 21 Tahun Uu Pers
    VOL. 09 SEPTEMBER 2020 DEWANPERS ETIKAMENJAGA DAN MELINDUNGI KEMERDEKAAN PERS DEWAN PERS MEMBIAYAI QUO VADIS MENGENANG TOKOH UJI KOMPETENSI INDEPENDENSI PERS MULTIDIMENSI 1.700 WARTAWAN 21 TAHUN UU 40/99 JAKOB OETAMA 21 TAHUN UU PERS PROSPEK & dewanpers @officialdewanpers Dewan Pers @officialdewanpers dewanpers Dewan TANTANGAN FOTO COVER: DOK. BANTEN POS Berita Dewan Pers ETIKA: Pers Berita Dewan LAPORAN UTAMA TANTANGAN 21 TAHUN UU PERS etelah 21 tahun usia Undang-Undang No 40 Tahun Oleh: ASEP SETIAWAN 1999 Tentang Pers tantangan dalam implementasin- Anggota Dewan Pers/Ketua Komisi ya semakin luas dan semakin beragam. Tantangan Pemberdayaan Organisasi dari luar misalnya adanya potensi menggerogoti we- wenang dari UU Pers dengan munculnya beberapa undang-undang baru dan sejalan dengan beragam- nya produk pers di platform digital. Tantangan dari dalam munculnya berbagai sikap kurang professio- nal dari kalangan jurnalis seperti tidak mau berhim- pun dalam organisasi wartawan. SDemikian salah satu benang merah diskusi 21 Tahun UU Pers No 40 Tahun 1990 yang diselenggarakan oleh Dewan Pers hari Rabu (23/09) melalui diskusi virtual di platform Zoom. Forum diskusi dibuka Ketua Dewan Pers Mohammad Nuh dengan pembicara Ketua Komisi 1 DPR Meutia Hafid, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Atal Depari, Pemim pin Redaksi IDN Times Uni Lubis dan Ketua Lembaga Bantuan Hukum Pers Ade Wahyudin. Ketua Dewan Pers Mohammad Nuh dalam pembukaan diskusi men jelaskan setiap tahun Dewan Pers melakukan survei Indeks Kemer- dekaan Pers dan tahun ini menunjukkan angka rata-rata di tingkat provinsi mencapai 77,67 yang berarti pers dalam kategori cukup bebas. “Kita harus terus berikhtiar untuk meningkatkan kualitas Kemer- dekaan Pers.
    [Show full text]