Laporan Kunjungan Kerja Komisi Vi Dpr Ri Ke Provinsi Maluku
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE PROVINSI MALUKU Reses Masa Persidangan V Tahun Sidang 2017 - 2018 30 Juli - 3 Agustus 2018 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 2018 LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE PROVINSI MALUKU Reses Masa Persidangan V Tahun Sidang 2017 - 2018 30 Juli - 3 Agustus 2018 I. PENDAHULUAN A. Dasar Kunjungan Kerja Pasal 98 ayat (4) huruf f Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD sebagaimana telah mengalami perubahan pertama dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2018. Surat Tugas Nomor: ST/28/Kom.VI/DPR RI/VII/2018 tentang Penugasan Anggota Komisi VI DPR RI untuk melakukan Kunjungan Kerja Pada Reses Masa Persidangan V Tahun Sidang 2017 - 2018 ke Provinsi Maluku. B. Ruang Lingkup Laporan ini dimaksudkan untuk menyampaikan pokok-pokok permasalahan dan tantangan yang dihadapi sebagai hasil temuan Komisi VI DPR RI yang menyangkut bidang tugasnya selama Kunjungan Kerja ke Provinsi Maluku. Kunjungan Kerja ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu fungsi Dewan untuk melakukan pengawasan sebagaimana diatur dalam Peraturan DPR RI tentang Tata Tertib dengan tujuan sebagai bahan masukan bagi Pemerintah untuk ditindaklanjuti sesuai ketentuan yang berlaku. Sasaran Kunjungan Kerja Komisi VI DPR RI ini dititikberatkan pada pengawasan terhadap kebijakan pemerintah yang telah dilaksanakan serta rencana/program pembangunan yang akan dilakukan, terutama terkait dengan bidang Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil dan 1 Menengah (UKM), BUMN, investasi, perlindungan konsumen, dan persaingan usaha. Adapun objek yang dikunjungi dan dibahas meliputi: 1. Pemerintah Daerah Provinsi Maluku, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan UKM, serta Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Maluku. 2. PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. 3. PT Hutama Karya (Persero). 4. PT Semen Tonasa. 5. PT Pertamina (Persero). 6. PT PLN (Persero). 7. PT Pelindo IV (Persero). 8. PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero). 9. PT ASDP Indonesia Ferry (Persero). 10. Perum Bulog. 11. Peninjauan Mitra Binaan PT Permodalan Nasional Madani (Persero). C. Susunan Anggota Tim Kunjungan Kerja Komisi VI DPR RI (Terlampir) II. HASIL KUNJUNGAN KERJA A. Pemerintah Provinsi Maluku, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan UKM, serta Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Maluku. 1. Deskripsi Umum, Potensi, dan Perkembangan Ekonomi Provinsi Maluku Dari sudut pandang geografi dan demografi, Provinsi Maluku dicerminkan sebagai salah satu wilayah kepulauan yang teridiri dari 1.340 buah pulau besar dan kecil, dengan luas 712.479,69 Km2, terdiri dari lautan 92,4% dan daratan 7,6%, dengan total panjang garis pantainya 10.630 km. Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil tahun 2017, jumlah penduduk Maluku adalah 1.842.933 jiwa, yang tersebar di 9 (sembilan) kabupaten dan 2 (dua) kota, 118 kecamatan, dan 1.198 desa/kelurahan. Kondisi geografis dengan luas laut yang begitu besar mengindikasikan betapa Provinsi Maluku memiliki potensi sumber daya laut yang cukup besar, yang dapat digunakan untuk merespons berbagai tantangan dan 2 menjawab masalah pembangunan yang dihadapi guna mencapai tujuan bersama. Tantangan daerah tersebut antara lain: 1) Wilayah perairan yang luas, serta letaknya pada persimpangan jalur perdagangan internasional menggambarkan keterbukaan wilayah Maluku untuk dipergunakan oleh pihak lain atau negara lain guna kepentingan pemanfaatan sumber daya alam yang ada di dalamnya maupun guna kepentingan konektivitas melalui perairan Maluku. 2) Karakteristik kepulauan turut berperan dalam membentuk masyarakat Maluku yang memiliki tingkat keragaman sosial relatif tinggi dan cenderung terisolasi satu terhadap yang lainnya. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi pemerintah daerah terutama dalam upaya mendekatkan jarak sosial dan merekatkan hubungan- hubungan sosial dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan sosial kemasyarakatan dan mengurangi kesenjangan sosial di wilayah Maluku. 3) Selain keterisolasian secara fisik maupun sosial, maka sebagai wilayah kepulauan, Maluku dihadapkan pula dengan mahalnya sarana dan prasarana transportasi yang berdampak pada rendahnya tingkat interaksi antarwilayah, padahal sebagai wilayah kepulauan, ketergantungan antarsatu wilayah dengan wilayah lainnya sangat tinggi. Di satu sisi, kondisi ini terlihat dari jauhnya jarak serta relatif rendahnya frekuensi interaksi antara kabupaten dengan pusat-pusat aktivitas ekonomi, dan di sisi lain, tampak pula dari berbagai komoditas di Provinsi Maluku yang belum cukup mampu membangkitkan interaksi yang lebih intensif dengan pusat-pusat aktivitas ekonomi lainnya. 4) Tantangan lain yang dihadapi akibat keterisolasian dan terbatasnya lahan darat dari pulau-pulau yang relatif berukuran kecil adalah keterbatasan skala usaha dan diversifikasi usaha karena tidak didukung oleh lahan atau hinterland yang tersedia serta akses dari dan menuju pusat ekonomi. Akibatnya, produksi cenderung terbatas, homogen, in-efisien, berbiaya tinggi, dan rentan untuk berlanjut. 5) Pada masa yang akan datang, pulau-pulau kecil dengan wilayah- wilayah pesisir dan sumber daya alamnya akan mengalami tekanan yang semakin besar seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang sangat cepat. Pertumbuhan penduduk di satu sisi menuntut akan pemenuhan sumber daya pulau-pulau kecil dalam rangka 3 kelangsungan hidup dan pelaksanaan pembangunan. Di sisi lain, kapasitas daya dukung pulau kecil yang terbatas menjadi kendala dalam menyediakan sumber daya yang ada untuk mendukung pembangunan secara bekelanjutan. 6) Selain itu, tantangan lainnya adalah keterbatasan sumber daya pendanaan pembangunan baik yang berasal dari luar maupun dalam daerah. Kecilnya luas wilayah daratan dan jumlah penduduk menyebabkan alokasi bantuan pembangunan dari Pemerintah Pusat relatif masih kecil dibandingkan dengan kebutuhan untuk melayani semua lapisan masyarakat yang tersebar di berbagai pulau. Untuk mengatasi masalah ini, Pemerintah Provinsi Maluku bersama-sama seluruh lapisan masyarakat secara simultan memperjuangkan perubahan nomenklatur berupa Provinsi Kepulauan, dengan harapan laut di antara pulau dapat dipertimbangkan sebagai “daratan” mengingat laut tersebut kenyataannya telah menjadi daratan yang menjembatani aktivitas antarpulau. Demikian halnya dengan gagasan Maluku sebagai “Lumbung Ikan Nasional” yang masih terus diperjuangkan. Sementara sumber-sumber pendanaan pembangunan dari dalam terutama Pendapatan Asli Daerah, dapat dikatakan masih sangat kecil sehingga belum berkontribusi signifikan bagi upaya mendukung percepatan pembangunan nasional di Maluku. 7) Demikian pula dengan keberagaman suku/sub-suku dan agama sebagai implikasi dari wilayah kepulauan dan keterbukaan wilayah itu sendiri. Dalam rangka mempersatukan berbagai perbedaan latar belakang kelompok-kelompok masyarakat di Maluku, maka pemerintah daerah bersama-sama dengan institusi-institusi sosial kemasyarakatan secara terus-menerus mengupayakan suatu spirit kebersamaan yang dikemas dalam satu identitas bersama lintas perbedaan yang kita sebut sebagai “identitas ke-Maluku-an”. Satu identitas bersama yang mengakomodasi perbedaan-perbedaan identitas asal dalam kesederajatan. Provinsi Maluku sangat kaya akan potensi sumber daya alam dengan potensi unggulan meliputi perikanan dan kelautan, perkebunan, pariwisata, energi, dan pertambangan. 4 Bidang perikanan, potensi produksi perikanan Maluku mencapai 3.055 juta ton/tahun dan memberikan kontribusi sebesar 30,76 persen terhadap produksi nasional. Sementara itu produksi perikanan tangkap saat ini baru mencapai 504.367 ton. Sedangkan potensi budi daya laut mencapai 495.300 ha. Potensi perikanan ini belum dimanfaatkan secara optimal terutama pada industri pengolahan perikanan yang diharapkan bisa menjadi peluang investasi di Maluku. Bidang Perkebunan, Provinsi Maluku memiliki potensi rempah pala dan cengkeh yang dapat dikembangkan sebagai bahan baku industri farmasi, bahan pangan, serta industri penting lainnya. Sejarah mencatat bahwa kekayaan rempah Maluku telah terkenal sejak zaman penjajah, di mana Pulau Banda merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi pala yang hingga kini sebagian pohon yang berumur ratusan tahun tersebut masih ada. Bahkan potensi pala di Banda telah memainkan peranan penting pada perdagangan internasional. Pada masa VOC, Belanda pernah menukarkan Pulau Run Banda dengan Pulau Manhatan Amerika yang diberi Nama New Amsterdam yang hingga kini dengan dengan Kota New York. Bidang pariwisata, Maluku memiliki 12 destinasi potensial pariwisata yang telah dikembangkan yang meliputi pariwisata sejarah, budaya, bahari, dan wisata alam yang tersebar di Maluku. Pulau Banda merupakan salah satu potensi wisata Maluku yang terkenal. Potensi wisata Pulau Banda sangat lengkap untuk kegiatan pariwisata antara lain wisata sejarah, wisata budaya, wisata bahari, serta wisata alam. Bidang Pertambangan dan Energi, potensi bahan galian (tambang) yang potensial seperti emas, tembaga, nikel, batu gamping, dan belerang. Sedangkan potensi energi meliputi minyak bumi, panas bumi, arus laut, dan sumberdaya air untuk pembangkit tenaga listrik. Potensi minyak dan gas bumi, terdapat 16 cekungan. Sampai saat ini baru 1 cekungan yang beroperasi yakni cekungan Bula. Sedangkan 3 cekungan telah dieksplorasi salah satu diantaranya cekungan selaru atau Blok Masela dengan potensi 10.05 triliun kaki kubik. Kondisi makro ekonomi Provinsi Maluku relatif