LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE PROVINSI MALUKU

Reses Masa Persidangan V Tahun Sidang 2017 - 2018 30 Juli - 3 Agustus 2018

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK 2018

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE PROVINSI MALUKU

Reses Masa Persidangan V Tahun Sidang 2017 - 2018 30 Juli - 3 Agustus 2018

I. PENDAHULUAN

A. Dasar Kunjungan Kerja

 Pasal 98 ayat (4) huruf f Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD sebagaimana telah mengalami perubahan pertama dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2018.

 Surat Tugas Nomor: ST/28/Kom.VI/DPR RI/VII/2018 tentang Penugasan Anggota Komisi VI DPR RI untuk melakukan Kunjungan Kerja Pada Reses Masa Persidangan V Tahun Sidang 2017 - 2018 ke Provinsi Maluku.

B. Ruang Lingkup

Laporan ini dimaksudkan untuk menyampaikan pokok-pokok permasalahan dan tantangan yang dihadapi sebagai hasil temuan Komisi VI DPR RI yang menyangkut bidang tugasnya selama Kunjungan Kerja ke Provinsi Maluku. Kunjungan Kerja ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu fungsi Dewan untuk melakukan pengawasan sebagaimana diatur dalam Peraturan DPR RI tentang Tata Tertib dengan tujuan sebagai bahan masukan bagi Pemerintah untuk ditindaklanjuti sesuai ketentuan yang berlaku. Sasaran Kunjungan Kerja Komisi VI DPR RI ini dititikberatkan pada pengawasan terhadap kebijakan pemerintah yang telah dilaksanakan serta rencana/program pembangunan yang akan dilakukan, terutama terkait dengan bidang Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil dan

1 Menengah (UKM), BUMN, investasi, perlindungan konsumen, dan persaingan usaha.

Adapun objek yang dikunjungi dan dibahas meliputi: 1. Pemerintah Daerah Provinsi Maluku, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan UKM, serta Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Maluku. 2. PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. 3. PT Hutama Karya (Persero). 4. PT Semen Tonasa. 5. PT Pertamina (Persero). 6. PT PLN (Persero). 7. PT Pelindo IV (Persero). 8. PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero). 9. PT ASDP Indonesia Ferry (Persero). 10. Perum Bulog. 11. Peninjauan Mitra Binaan PT Permodalan Nasional Madani (Persero).

C. Susunan Anggota Tim Kunjungan Kerja Komisi VI DPR RI (Terlampir)

II. HASIL KUNJUNGAN KERJA A. Pemerintah Provinsi Maluku, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan UKM, serta Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Maluku. 1. Deskripsi Umum, Potensi, dan Perkembangan Ekonomi Provinsi Maluku

Dari sudut pandang geografi dan demografi, Provinsi Maluku dicerminkan sebagai salah satu wilayah kepulauan yang teridiri dari 1.340 buah pulau besar dan kecil, dengan luas 712.479,69 Km2, terdiri dari lautan 92,4% dan daratan 7,6%, dengan total panjang garis pantainya 10.630 km. Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil tahun 2017, jumlah penduduk Maluku adalah 1.842.933 jiwa, yang tersebar di 9 (sembilan) kabupaten dan 2 (dua) kota, 118 kecamatan, dan 1.198 desa/kelurahan.

Kondisi geografis dengan luas laut yang begitu besar mengindikasikan betapa Provinsi Maluku memiliki potensi sumber daya laut yang cukup besar, yang dapat digunakan untuk merespons berbagai tantangan dan

2 menjawab masalah pembangunan yang dihadapi guna mencapai tujuan bersama. Tantangan daerah tersebut antara lain:

1) Wilayah perairan yang luas, serta letaknya pada persimpangan jalur perdagangan internasional menggambarkan keterbukaan wilayah Maluku untuk dipergunakan oleh pihak lain atau negara lain guna kepentingan pemanfaatan sumber daya alam yang ada di dalamnya maupun guna kepentingan konektivitas melalui perairan Maluku.

2) Karakteristik kepulauan turut berperan dalam membentuk masyarakat Maluku yang memiliki tingkat keragaman sosial relatif tinggi dan cenderung terisolasi satu terhadap yang lainnya. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi pemerintah daerah terutama dalam upaya mendekatkan jarak sosial dan merekatkan hubungan- hubungan sosial dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan sosial kemasyarakatan dan mengurangi kesenjangan sosial di wilayah Maluku. 3) Selain keterisolasian secara fisik maupun sosial, maka sebagai wilayah kepulauan, Maluku dihadapkan pula dengan mahalnya sarana dan prasarana transportasi yang berdampak pada rendahnya tingkat interaksi antarwilayah, padahal sebagai wilayah kepulauan, ketergantungan antarsatu wilayah dengan wilayah lainnya sangat tinggi. Di satu sisi, kondisi ini terlihat dari jauhnya jarak serta relatif rendahnya frekuensi interaksi antara kabupaten dengan pusat-pusat aktivitas ekonomi, dan di sisi lain, tampak pula dari berbagai komoditas di Provinsi Maluku yang belum cukup mampu membangkitkan interaksi yang lebih intensif dengan pusat-pusat aktivitas ekonomi lainnya.

4) Tantangan lain yang dihadapi akibat keterisolasian dan terbatasnya lahan darat dari pulau-pulau yang relatif berukuran kecil adalah keterbatasan skala usaha dan diversifikasi usaha karena tidak didukung oleh lahan atau hinterland yang tersedia serta akses dari dan menuju pusat ekonomi. Akibatnya, produksi cenderung terbatas, homogen, in-efisien, berbiaya tinggi, dan rentan untuk berlanjut. 5) Pada masa yang akan datang, pulau-pulau kecil dengan wilayah- wilayah pesisir dan sumber daya alamnya akan mengalami tekanan yang semakin besar seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang sangat cepat. Pertumbuhan penduduk di satu sisi menuntut akan pemenuhan sumber daya pulau-pulau kecil dalam rangka

3 kelangsungan hidup dan pelaksanaan pembangunan. Di sisi lain, kapasitas daya dukung pulau kecil yang terbatas menjadi kendala dalam menyediakan sumber daya yang ada untuk mendukung pembangunan secara bekelanjutan. 6) Selain itu, tantangan lainnya adalah keterbatasan sumber daya pendanaan pembangunan baik yang berasal dari luar maupun dalam daerah. Kecilnya luas wilayah daratan dan jumlah penduduk menyebabkan alokasi bantuan pembangunan dari Pemerintah Pusat relatif masih kecil dibandingkan dengan kebutuhan untuk melayani semua lapisan masyarakat yang tersebar di berbagai pulau. Untuk mengatasi masalah ini, Pemerintah Provinsi Maluku bersama-sama seluruh lapisan masyarakat secara simultan memperjuangkan perubahan nomenklatur berupa Provinsi Kepulauan, dengan harapan laut di antara pulau dapat dipertimbangkan sebagai “daratan” mengingat laut tersebut kenyataannya telah menjadi daratan yang menjembatani aktivitas antarpulau. Demikian halnya dengan gagasan Maluku sebagai “Lumbung Ikan Nasional” yang masih terus diperjuangkan. Sementara sumber-sumber pendanaan pembangunan dari dalam terutama Pendapatan Asli Daerah, dapat dikatakan masih sangat kecil sehingga belum berkontribusi signifikan bagi upaya mendukung percepatan pembangunan nasional di Maluku.

7) Demikian pula dengan keberagaman suku/sub-suku dan agama sebagai implikasi dari wilayah kepulauan dan keterbukaan wilayah itu sendiri. Dalam rangka mempersatukan berbagai perbedaan latar belakang kelompok-kelompok masyarakat di Maluku, maka pemerintah daerah bersama-sama dengan institusi-institusi sosial kemasyarakatan secara terus-menerus mengupayakan suatu spirit kebersamaan yang dikemas dalam satu identitas bersama lintas perbedaan yang kita sebut sebagai “identitas ke-Maluku-an”. Satu identitas bersama yang mengakomodasi perbedaan-perbedaan identitas asal dalam kesederajatan.

Provinsi Maluku sangat kaya akan potensi sumber daya alam dengan potensi unggulan meliputi perikanan dan kelautan, perkebunan, pariwisata, energi, dan pertambangan.

4 Bidang perikanan, potensi produksi perikanan Maluku mencapai 3.055 juta ton/tahun dan memberikan kontribusi sebesar 30,76 persen terhadap produksi nasional. Sementara itu produksi perikanan tangkap saat ini baru mencapai 504.367 ton. Sedangkan potensi budi daya laut mencapai 495.300 ha. Potensi perikanan ini belum dimanfaatkan secara optimal terutama pada industri pengolahan perikanan yang diharapkan bisa menjadi peluang investasi di Maluku.

Bidang Perkebunan, Provinsi Maluku memiliki potensi rempah pala dan cengkeh yang dapat dikembangkan sebagai bahan baku industri farmasi, bahan pangan, serta industri penting lainnya. Sejarah mencatat bahwa kekayaan rempah Maluku telah terkenal sejak zaman penjajah, di mana Pulau Banda merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi pala yang hingga kini sebagian pohon yang berumur ratusan tahun tersebut masih ada. Bahkan potensi pala di Banda telah memainkan peranan penting pada perdagangan internasional. Pada masa VOC, Belanda pernah menukarkan Pulau Run Banda dengan Pulau Manhatan Amerika yang diberi Nama New Amsterdam yang hingga kini dengan dengan Kota New York. Bidang pariwisata, Maluku memiliki 12 destinasi potensial pariwisata yang telah dikembangkan yang meliputi pariwisata sejarah, budaya, bahari, dan wisata alam yang tersebar di Maluku. Pulau Banda merupakan salah satu potensi wisata Maluku yang terkenal. Potensi wisata Pulau Banda sangat lengkap untuk kegiatan pariwisata antara lain wisata sejarah, wisata budaya, wisata bahari, serta wisata alam. Bidang Pertambangan dan Energi, potensi bahan galian (tambang) yang potensial seperti emas, tembaga, nikel, batu gamping, dan belerang. Sedangkan potensi energi meliputi minyak bumi, panas bumi, arus laut, dan sumberdaya air untuk pembangkit tenaga listrik. Potensi minyak dan gas bumi, terdapat 16 cekungan. Sampai saat ini baru 1 cekungan yang beroperasi yakni cekungan Bula. Sedangkan 3 cekungan telah dieksplorasi salah satu diantaranya cekungan selaru atau Blok Masela dengan potensi 10.05 triliun kaki kubik. Kondisi makro ekonomi Provinsi Maluku relatif stabil dengan pertumbuhan ekonomi Maluku pada Tahun 2016 mencapai 5,76 persen dan naik menjadi 5,81 persen pada tahun 2017. Capaian pertumbuhan ekonomi Maluku dari tahun 2017 lebih tinggi dari rata-rata nasional yang mencapai 5,07 persen.

5 Distribusi pertumbuhan ekonomi Maluku Tahun 2017 terbesar yakni sektor pertanian, administrasi pemerintahan, serta perdagangan besar dan eceran. Sedangkan dari aspek pengeluaran didominasi oleh ketegori Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB). Untuk meningkatkan pertumbuhan maka momentum pertumbuhan pada kategori lapangan usaha dan pengeluaran tetap dijaga bahkan terus ditingkatkan guna memacu pertumbuhan ekonomi. Selain itu, untuk memacu pertumbuhan ekonomi maka sektor-sektor ekonomi produktif antara lain pertanian, perikanan, pariwisata, serta energi dan pertambangan terus ditingkatkan produktivitasnya yang memberikan dampak bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi Maluku. Sementara itu PDRB perkapita Maluku tahun 2017 mengalami peningkatan sebesar 22,85 juta rupiah atau melampaui target RPJMD sebesar 20,72 juta rupiah. Sejalan dengan itu, peningkatan konektivitas darat, laut, dan udara, peningkatan infrastruktur dasar yang meliputi air bersih, listrik, dan telekomunikasi mendapat perhatian dari pemerintah pusat guna mempercepat pembangunan di Provinsi Maluku. Pemerintah Provinsi Maluku juga telah menyiapkan langkah nyata bagi percepatan pembangunan ekonomi daerah antara lain: 1) Mempercepat ekspor langsung komoditas unggulan dari Ambon. PT Pelindo IV (Persero) telah memfasilitasi kehadiran PT Sucofindo (Persero) saat ini telah berada di Ambon untuk mempermudah aktivitas ekspor langsung dari Ambon. 2) Membuka konektivitas Gerbang Selatan Indonesia sebagai alternatif pintu masuk pariwisata Indonesia, dalam hal ini Provinsi Maluku telah merintis pembukaan jalur penerbangan Darwin (Australia) – Saumlaki (Maluku Tenggara Barat). 3) Dalam rangka mendukung sektor pariwisata, Pemerintah Provinsi Maluku pada tahun 2017 akan mengusulkan Pulau Banda sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Banda. 4) Dalam upaya pengelolaan potensi Gas Blok Masela, Bappenas sesuai perintah Presiden telah menyiapkan rencana pengembangan wilayah terpadu melalui penyiapan infrastruktur dan konektivitas antarwilayah. Oleh karena itu, pengelolaan Blok Masela sebagai potensi ekonomi nasional perlu memperhatikan kesejahteraan Masyarakat Maluku. Terkait itu, pemerintah daerah juga telah

6 menyiapkan SDM dengan memberikan beasiswa bagi putra-putri Maluku di Universitas Padjajaran Bandung. 5) Untuk meningkatkan rasio elektrifikasi serta akses masyarakat bagi energi listrik, sesuai dengan Rencana Umum Energi Nasional di mana perlu memanfaatkan energi baru dan terbarukan maka perlu dikembangkan sumber energi listrik yang potensial di Maluku antara lain: energi panas bumi, pembangkit listrik tenaga air, energi listrik arus laut, serta dalam jangka panjang dapat dikembangkan ocean thremal energy conversion (OTEC) di laut Banda. 6) Pembangunan ekonomi Maluku diarahkan pada pembangunan ekonomi maritim yang meliputi perikanan, pariwisata bahari, dan perhubungan. Oleh karena itu, industri pendukung maritim yakni pengembangan industri galangan kapal (docking) harusnya dikembangkan di Maluku. Saat ini Provinsi Maluku memiliki BUMD Dok Wayame, tapi sarana dan prasarananya belum gunakan peralatan modern. Saat ini Pemerintah Provinsi Maluku berencana membangun Pelabuhan Ekspor Perikanan Terpadu di Way – Tulehu (Maluku Tengah), yang akan dilakukan oleh PT Pelindo II (Persero). Pendekatan pembangunan yang dilakukan Provinsi Maluku selain dengan pendekatan sektoral atau komoditas, juga menggunakan pendekatan pembangunan berbasis Gugus Pulau yang terbagi dalam 12 Gugus Pulau yang bertujuan untuk: 1) Menjadi wilayah mandiri dan mampu memenuhi kebutuhan utama wilayahnya. 2) Mengembangkan potensi yang dimiliki secara berkelanjutan. 3) Mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumber daya. 4) Memadukan pembangunan antarsektor melalui proses pemanfaatan ruang dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan yang berkelanjutan. 5) Memudahkan hubungan antarpulau dengan sistem klaster sehingga masyarakat mendapat semua fasilitas sosial dan ekonomi. 6) Mengurangi/menghindari potensi konflik kepentingan antarwilayah. Kebijakan Pemerintah Provinsi Maluku dalam pengembangan ekonomi daerah diarahkan pada: 1) Penciptaan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, inklusif, dan berkelanjutan.

7 2) Transformasi struktur ekonomi yang didukung oleh pengelolaan SDA yang lebih baik serta pengembangan iptek dan inovasi. 3) Mengurangi kesenjangan antarwilayah dengan melakukan percepatan pembangunan infrastruktur dan konektivitas khususnya pada daerah perbatasan antarnegara dan daerah tertinggal. 4) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 5) Kemudahan investasi.

Pemerintah Provinsi Maluku mengharapkan dukungan dan perhatian dari DPR RI untuk peningkatan pembangunan di Provinsi Maluku khususnya dalam hal: 1) Pembangunan pelabuhan ekspor perikanan dan container terpadu di Tulehu-Wai di mana untuk studi kelayakannya telah disusun oleh PT Witteveen Bos Indonesia. 2) Pembangunan kawasan ekonomi khusus (KEK) pariwisata di Kepulauan Banda. 3) Mendorong kebijakan nasional yang tertuang dalam RPJMN 2020- 2024 yang menetapkan Provinsi Maluku sebagai destinasi nasional. 4) Membangkitkan kembali kejayaan rempah Maluku, sehingga diperlukan regulasi untuk mendukung hal yang dimaksud. 5) Mendorong dan mewujudkan Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional (LIN). 2. Bidang Perindustrian dan Perdagangan

Program unggulan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Maluku terdiri dari: 1) Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah. 2) Program Peningkatan Teknologi Industri. 3) Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan. 4) Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor. 5) Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri. Sementara untuk produk unggulan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Maluku berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian No. 122 Tahun 2011 tentang pengembangan industri unggulan provinsi Maluku yaitu pengolahan hasil laut dan minyak atsiri. Sampai tahun 2016, kontribusi langsung sektor perdagangan terhadap APBD Provinsi Maluku adalah melalui retribusi tera dan tera ulang yang menjadi kewenangan Provinsi. Namun, sejak tahun 2017 dengan diberlakukannya UU No 23 tahun 2014 maka kewenangan tersebut

8 sudah dilimpahkan kepada Kabupaten/Kota. Dengan demikian, tidak ada kontribusi dari sektor perdagangan terhadap APBD Provinsi Maluku.

Untuk Kabupaten/Kota, kontribusi langsung sektor perdagangan terhadap APBD Kabupaten/Kota adalah melalui retribusi pengelolaan pasar rakyat dan retribusi pengelolaan pasar rakyat dan retribusi tera dan tera ulang. Kontribusi Sektor industri terhadap PDRB Provinsi Maluku tahun 2017 yaitu sebesar 4,5%. Sedangkan Kontribusi sektor perdagangan yaitu sebesar 26,2%. Penyerapan tenaga kerja di sektor industri dan perdagangan di Provinsi Maluku sampai dengan Tahun 2017 yaitu sebesar 13.533 orang.

Permasalahan yang dihadapi dalam mendukung sektor industri dan perdagangan di Provinsi Maluku yaitu: 1) Lemahnya daya saing produk industri kecil dan menengah di pasaran. 2) Industri kecil dan menengah yang berkembang sebagian besar masih menggunakan teknologi yang sangat sederhana. Strategi yang dilakukan Pemerintah Provinsi Maluku dalam menghadapi MEA diawali dengan sosialisasi MEA kepada IKM, kemudian dilanjutkan dengan pendampingan desain (mokeup) sehingga IKM memiliki kualitas dan memiliki daya saing yang baik terhadap industri dalam negeri maupun luar negeri. Sampai saat ini belum ada realisasi ekspor dari produk IKM karena keterbatasan kemampuan produksi dan manajemen usaha. Dalam rangka peningkatan promosi terhadap komoditi unggulan daerah (hasil perikanan dan minyak atsiri) baik pada tingkat daerah, nasional, maupun internasional maka pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Maluku melaksanakan kegiatan Pameran Dalam dan Luar Negeri. Informasi mengenai nilai investasi dan jenis program bantuan yang telah disalurkan oleh Pemerintah melalui kementerian terkait kepada Pemerintah Daerah Provinsi Maluku selama 5 tahun terakhir yaitu: 1) Nilai investasi Tahun 2013 s/d 2017 sebesar: Rp101.976.283.000,- 2) Lokasi penerima bantuan tersebar di 11 Kabupaten/Kota di Maluku. 3) Realisasi pelaksanaan kegiatan: 100% dan memberi manfaat serta membuka kesempatan kerja bagi masyarakat.

9 4) Kendala yang dihadapi yaitu:  Lahan untuk pembangunan pasar.  Kemauan pedagang untuk relokasi ke lokasi pasar yang baru. 5) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah yaitu:  Status lahan diprioritaskan sebagai syarat utama.  Sosialisasi secara rutin kepada para pedagang. 3. Bidang Koperasi dan UKM

Perkembangan Koperasi dan UMKM 5 Tahun terakhir di Provinsi Maluku menunjukkan perkembangan sebagai berikut: Tahun Jumlah (unit) 2013 2014 2015 2016 2017 Koperasi 3.095 3.158 3.190 3.359 3.263

Tahun Jumlah (unit) 2013 2014 2015 2016 2017 U. Mikro 26.525 31.442 31.442 31.462 61.732 U. Kecil 4.279 4.410 4.410 4.888 4.910 U. Menengah 384 418 418 457 457 Jumlah 31.188 36.270 36.270 36.777 67.099

Terdapat beberapa masalah dan kendala yang dihadapi dalam program program terkait dengan Koperasi dan UKM di Provinsi Maluku yaitu: 1) Pertumbuhan Koperasi yang ada belum disertai dengan kualitas kelembagaan serta SDM pengurus dan pengelola yang memadai. 2) Kemampuan pemupukan modal dari Koperasi masih rendah dikalangan Koperasi. 3) Sebagai provinsi kepulauan dengan wilayah pulau dan laut mengakibatkan akses terhadap program-program yang ada, baik dari pemerintah maupun fasilitasi pada perbankan belum dapat dimanfaatkan secara maksimal karena ketentuan dan jangka waktu yang terbatas. 4) Dengan berkembangnya teknologi dan informasi melalui sistem online sangat membantu, namun akses bagi pelaksanaan program tersebut dengan kondisi wilayah kepulauan mengakibatkan konektivitas menjadi terbatas, termasuk jaringan telekomunikasi, apalagi pada wilayah terluar, terdepan, dan tertinggal. Memperhatikan permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan Koperasi dan UKM di Provinsi Maluku, maka Rencana Strategis Pembangunan Bidang Koperasi dan UKM diarahkan pada:

10 1) Peningkatan kualitas Koperasi melalui penataan kelembagaan Koperasi terutama Koperasi aktif, serta mengevaluasi Koperasi melalui pengawasan terhadap Koperasi yang tidak aktif. 2) Peningkatan kualitas pengurus dan pengelola serta para pelaku usaha melalui Bimtek pengembangan usaha maupun kegiatan pelatihan yang dilaksanakan. Program Peningkatan Kualitas SDM yang memanfaatkan Dana Fungsi Pendidikan agar dapat diberikan ke daerah untuk membantu peningkatan kualitas para pelaku usaha dalam bentuk DAK. 3) Memanfaatkan fasilitasi pembiayaan yang disediakan oleh Pemerintah maupun perbankan, terutama literasi ke perbankan terhadap berbagai program pembiayaan untuk menopang kegiatan usaha maupun pemanfaatan bantuan pemerintah berupa penyediaan sarana prasarana yang dibutuhkan bagi Koperasi maupun UKM, seperti pembangunan Pasar Tradisional dan Penataan PKL. 4) Penumbuhan wirausaha baru melalui program Wirausaha Pemula perlu didorong guna memberi kesempatan kepada masyarakat untuk berusaha sekaligus menciptakan peluang dan kesempatan berusaha sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah, menekan tingkat kemiskinan, dan pengangguran. Program Pembiayaan merupakan salah satu upaya yang dilakukan bagi pemberdayaan Koperasi dan UKM. Untuk Provinsi Maluku, program pembiayaan yang diberikan dilakukan melalui Unit Pelaksana Teknis Dinas Pengelola Dana Bergulir yang disingkat UPTD PDB yang didirikan pada tahun 2009. Sejak didirikan, UPTD PDB mendapatkan kucuran dana APBD sebesar Rp3.765.000.000 dan disalurkan kepada 44 Koperasi dan UKM. Dana tersebut telah dikembalikan sebesar Rp2.332.163.000 dan dalam pergulirannya telah menerapkan sistem Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dengan rincian perguliran yang dapat dilaporkan sebagai berikut:

Tahun Jumlah UMKM Jumlah Dana 2011 38 UMKM Rp106.500.000,- 2012 46 UMKM Rp125.000.000,- 2013 8 KUMKM Rp460.000.000,- 2014 22 KUMKM Rp860.000.000,- 2016 20 KUMKM Rp1.115.000.000,- 2017 16 KUMKM Rp1.680.000.000,- Total 150 KUMKM Rp4.346.500.000,-

11 Sampai dengan tahun 2017, perguliran dana yang telah dilunasi sebanyak Rp873.500.000 dari 31 KUMKM, sedangkan sisanya masih dalam tahap proses pengembalian. Bunga pinjaman yang diberikan adalah sebesar 4% per tahun dari nilai pinjaman dan dipergunakan untuk operasional. Sedangkan yang bersumber dari Pemerintah Pusat melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir Pusat yang berada di bawah Kementerian Koperasi dan UKM telah disalurkan kepada 12 KUMKM dengan dana sebesar Rp 8.70.000.000. Perkembangan tersebut yaitu yang telah dilunasi sebanyak Rp2.500.000.000 oleh 5 KUMKM dan masih dalam tahap proses pengembalian dari 7 KUMKM sebanyak Rp6.070.000.000. MEA menghendaki adanya pergerakan barang dan jasa secara bebas di kawasan ASEAN. Tentunya hal ini merupakan peluang bisnis yang sangat baik karena produk-produk UKM asal Maluku dapat dikenal masyarakat luas. Selain itu, akan ada produk-produk baru yang muncul baik dari dalam maupun luar Maluku yang akan memicu pertumbuhan pusat-pusat ekonomi baru dan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Namun disisi lain, MEA menjadi tantangan tersendiri bagi para pelaku UKM di Maluku karena dituntut untuk memiliki mutu produk yang mampu memiliki daya saing yang tinggi serta kompetitif. Selain itu, tantangannya adalah apakah produk-produk barang dan jasa yang dihasilkan di Maluku mampu bersaing secara berkelanjutan dan beradaptasi dengan praktik bisnis terbaik. Guna mendukung para pelaku UKM di Provinsi Maluku dalam menghadapi MEA maka Pemerintah melakukan berbagai upaya strategis yaitu: 1) Peningkatan kualitas SDM dan kualitas produk KUMKM bagi para pelaku UMKM berupa pendidikan dan pelatihan teknis baik yang bersifat vocational maupun Manajerial. 2) Penyediaan akses pembiayaan berupa penyaluran dana bergulir, bantuan modal usaha bagi wirausaha pemula, maupun sumber pembiayaan lainnya. 3) Fasilitasi produk-produk UMKM melalui pameran dan promosi. 4) Penguatan kelembagaan usaha. 5) Peningkatan kemudahan, kepastian, dan perlindungan usaha.

12 4. Bidang Penanaman Modal

Upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam mencapai target investasi yang telah ditetapkan antara lain: 1) Menjaga stabilitas keamanan untuk selalu kondusif. 2) Melakukan kegiatan-kegiatan promosi pada even-even nasional maupun internasional. 3) Meningkatkan konektivitas antarwilayah dengan membuka serta meningkatkan jaringan-jalan baik jalan kabupaten, jalan provinsi, dan jalan nasional, serta meningkatkan jaringan telekomunikasi dan infrastruktur pendukung lainnya. 4) Melakukan kerja sama dengan para investor dalam negeri maupun luar negeri. 5) Mempermudah proses perizinan dengan mekanisme Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) melalui sistem online singel submission (OSS), sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 91 tahun 2017 tentang Percepatan Berusaha, dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan berusaha Terintegrasi secara Elektronik. Kendala dan permasalahan investasi di Provinsi Maluku antara lain: 1) Kondisi geografis daerah Maluku yang terdiri dari pulau-pulau yang berjumlah kurang lebih 1.412 buah pulau sehingga mengakibatkan ekonomi biaya tinggi bagi investor. 2) Terbatasnya lahan untuk investasi disebabkan karena kepemilikan lahan merupakan hak ulayat penduduk yang menyebabkan terhambatnya kegiatan investasi di Maluku. 3) Terbatasnya infrastruktur berupa konektivitas jalan di darat maupun laut yang menghubungkan satu daerah dengan daerah lainnya. 4) Terbatasnya jaringan telekomunikasi di Maluku. 5) Terbatasnya energi listrik yang sangat dibutuhkan bagi investor. 6) Masih rendahnya sumber daya manusia yang mendukung investasi di Maluku. Target, Realisasi, dan Besaran Investasi di Provinsi maluku selama 5 tahun terakhir dilaporkan sebagai berikut. Target Investasi MDN/PMA Realisasi Investasi MDN/PMA Tahun (Rp miliar) (Rp miliar) 2013 - 506,5 2014 600,0 152,0 2015 800,0 1.029,9 2016 900,0 1.396,9 2017 900,0 2.891,1

13 Jumlah investor PMDN/PMA di Provinsi Maluku.

No. Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 Jumlah Investor 1. 3 3 4 9 10 PMDN Jumlah Investor 2. 31 38 31 31 29 PMA Jumlah Investror 3. 34 41 35 40 39 PMDN/PMA 4. % PMDN 8,8 7,3 11,7 22,5 25,6 5. % PMA 91,2 92,7 88,6 77,5 74,4 Informasi terkait pelaksanaan Pelayanan Perizinan Terpadu (P2T). Sesuai Peraturan Gubernur Provinsi Maluku Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pelimpahan Kewenangan Penerbitan dan Penandatanganan Perizinan dan Nonperizinan Dalam Rangka Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) telah diberikan kewenangan oleh Gubernur Maluku untuk menyelenggarakan pelayanan sebanyak 79 izin dan 17 nonizin untuk semua sektor. Secara umum dapat digambarkan bahwa pelayanan perizinan di sektor perikanan lebih banyak menarik pelaku usaha untuk berusaha di Provinsi Maluku, khususnya untuk Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi yaitu untuk Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) dan Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI) untuk kapal yang ukuran maksimal 30 GT.

Untuk permohonan izin sektor-sektor lainnya masih sangat terbatas seperti Izin Prinsip Penanaman Modal (Pendaftaran Penanaman Modal), Izin Pemungutan Hasil Hutan Kayu dan Bukan Kayu, Izin Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik, dan Izin Usaha Jasa Penunjang Transportasi dan lain-lain.

Selama pelaksanaan proses pelayanan perizinan dan nonperizinan yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi, pelayanan pada DPMPTSP sudah berjalan dengan baik. Namun dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik, pelayanan perizinan harus mengintegrasikan sistem pelayanan perizinan dengan sistem terbaru (Online Single Submission-OSS), maka DPMPTSP mengalami beberapa kendala, yaitu OSS belum sepenuhnya dapat memproses perizinan yang dilayani PTSP sehingga perlu upaya peningkatan kapasitas sumber daya aparatur serta sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung pelayanan perizinan pada DPMPTSP .

14 Rekomendasi 1. Komisi VI DPR RI akan mendorong pemerintah melalui kementerian terkait untuk mengembangkan industri perikanan di Provinsi Maluku, mengingat besarnya potensi produksi perikanan Maluku yang memberikan kontribusi sebesar 30 persen terhadap produksi perikanan nasional. 2. Komisi VI DPR RI akan mendorong BUMN-BUMN khususnya yang beroperasi di wilayah Maluku untuk lebih memaksimalkan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan bagi kepentingan perkembangan Provinsi Maluku. B. Badan Usaha Milik Negara. Pertemuan dengan PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk., PT Hutama Karya (Persero), dan PT Semen Tonasa. 1. PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk.

PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. atau PTPP didirikan dengan nama NV Pembangunan Perumahan berdasarkan Akta Notaris No. 48 tanggal 26 Agustus 1953. Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 63 tahun 1961, NV Pembangunan Perumahan diubah menjadi PN (Perusahaan Negara) Pembangunan Perumahan. Pada saat awal didirikan, PTPP telah dipercaya untuk membangun rumah bagi para petugas PT Semen Gresik, anak perusahaan dari BAPINDO di Gresik. Seiring dengan peningkatan kepercayaan, PTPP menerima tugas untuk membangun proyek-proyek besar yang berhubungan dengan kompensasi perang Pemerintah Jepang yang dibayarkan kepada Republik Indonesia, yaitu: Hotel Indonesia, Bali Beach Hotel, Ambarukmo Palace Hotel, dan Samudera Beach Hotel.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 39 tahun 1971, PN Pembangunan Perumahan berubah statusnya menjadi PTPP yang dikuatkan dengan Akta No. 78 tanggal 15 Maret 1973. Seiring dengan Peraturan Pemerintah tentang Perubahan Struktur Kepemilikan Saham Negara, maka pada tanggal 9 Februari 2010 perseroan telah memenuhi kewajiban pencatatan di PT Bursa Efek Indonesia (BEI). Sejak tanggal tersebut, saham PTPP secara resmi telah tercatat dan dapat diperdagangkan di BEI.

Perseroan dipercaya untuk mengerjakan berbagai proyek infrastruktur di Indonesia di antaranya New Tanjung Priok dengan nilai kontrak Rp8,2 triliun, salah satu mega proyek PTPP pada tahun 2012. Selain itu,

15 Perseroan juga menangani pembangunan 7 (tujuh) bandar udara selama tahun tersebut. Perusahaan melakukan berbagai aksi korporasi baik finansial maupun operasional, seperti proses obligasi yang dilakukan pada penghujung tahun 2012. Pada tahun 2011-2012, PTPP memiliki beberapa proyek di Provinsi Maluku, namun tahun 2013-2017, PTPP tidak memiliki proyek di Maluku. Proyek PTPP di Provinsi Maluku seperti yang terlihat pada tabel berikut. No. Nama Proyek Masa konstruksi 1. Maluku City Mall Ambon 2012 2. IAIN Ambon Tahap II 2012 3. Gedung Pendidikan IAIN Ambon 2011 Pada tahun 2018, tepatnya di bulan Juli, PTPP kembali diamanahkan untuk melaksanakan proyek pembangunan RS UPT Vertikal Ambon, dengan skema joint Operation (JO) dengan PT Hutama Karya. Dan pada tanggal 25 Juli 2018, JO PTPP-HK melakukan groundbreaking yang disaksikan oleh Menteri Kesehatan Nila Moeloek. Permasalahan dan kendala yang dihadapi oleh PTPP dalam merealisasikan pembangunan infrastruktur di Provinsi Maluku yaitu belum terciptanya iklim investasi yang baik yang disebabkan oleh:  Minat dan daya beli yang masih rendah.  Keberadaan infrastruktur yang masih sangat kurang.  Pertumbuhan ekonomi. Pemerintah Pusat maupun pemerintah daerah diharapkan dapat memberikan support atau dukungan untuk program pembangunan prioritas sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh Provinsi Maluku. Saat ini, PTPP belum memiliki Program Kemitraan dan Bina Lingkungan di Provinsi Maluku. Namun untuk wilayah Indonesia Timur, PTPP telah melakukan sejumlah Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, khususnya di Provinsi Papua seperti yang terlihat pada tabel berikut.

No. Tahun Uraian Jumlah Dana Pembangunan Pasar Phara Papua sinergi BUMN 1. 2016 Rp500.000.000,- CSR Karya, Asuransi, dan Pegadaian. Pembangunan Pasar 2. 2017 Mama Papua sinergi Rp300.000.000,- CSR dengan 23 BUMN. Tujuh BUMN kembangkan Bina 3. 2017 Rp166.880.000,- ekowisata birdwatching. Lingkungan

16 2. PT Hutama Karya (Persero)

PT Hutama Karya (Persero) atau Hutama Karya awalnya merupakan perusahaan swasta Hindia Belanda ‘Hollandsche Beton Maatshapiij’ yang dinasionalisasi pada tahun 1961 berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 61/1961 Tanggal 29 Maret 1961 dengan nama PN Hutama Karya.

Status perusahaan berubah menjadi Perusahaan Terbatas berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 1971 juncto Akta Perusahaan Terbatas No. 74 tanggal 15 Maret 1973, juncto Akta Perubahan No. 48 tanggal 8 Agustus 1973. Milestone perusahaan atau Hutama Karya. Tahun 1961: Pendirian PN Hutama Karya. Tahun 1970-1990: Menjadi pionir teknologi beton pre-stressed dan penemu teknologi Sosrobahu. Tahun 1990-2010: Menjadi pionir untuk jembatan bentang panjang dan mulai memasuki pasar high-rise building. Tahun 2010: Mendirikan anak perusahaan di bidang properti (HK Realtindo) dan di bidang manufaktur (Hakaaston). Tahun 2014-2015: Mendirikan anak usaha HK Infrastruktur dan mendapat penugasan pembangunan Jalan Tol Trans-Sumatera. Tahun 2016: Transformasi perusahaan konstruksi menjadi perusahaan pengembang infrastruktur dan operator jalan tol. Daftar Tender yang diikuti dan dimenangkan Hutama Karya dalam 5 tahun terakhir di Provinsi Maluku.

No Nama Paket Spesifikasi Lokasi Tahun Nilai Kontrak . Pekerjaan Pembangunan T/L 70 Pembangunan 1. kV Waai Passo transmisi Ambon 2014 Rp39.613.200.000 Sirimau Ambon Listrik Pembangunan Pembangunan 2. Bendungan Way Apu, Maluku 2017 Rp709.392.016.900 bendungan Kab. (Paket 02) Pembangunan Pembangunan 3. Rumah Sakit Ambon Maluku 2018 Rp85.474.822.448 rumah sakit (JO) Total Rp834.480.039.348 Permasalahan dan kendala yang dihadapi Hutama Karya, serta penyelesaian yang dilakukan dalam mengembangkan usaha di wilayahProvinsi Maluku yaitu:

17 Permasalahan dan Kendala:  Permasalahan sosial ekonomi, akibat kawasan hutan lindung dikuasai oleh masyarakat adat.  Ijin pinjam pakai kawasan hutan belum terbit dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.  Permasalahan desain Bendungan Way Apu yang belum tersertifikasi.  SPL belum diterbitkan. Penyelesaian:  Pembahasan permasalahan lahan akan dilakukan oleh pihak BWS dengan Pemda provinsi dan kabupaten.  Sosialisasi dengan masyarakat adat. Selama 5 tahun terakhir mulai tahun 2013 s/d 2018, belum terdapat realisasi penyaluran dana Program Kemitraan maupun Bina Lingkungan yang dilakukan oleh Hutama Karya untuk wilayah Provinsi Maluku. Namun kedepannya, Hutama Karya akan melakukan penyaluran dana Bina Lingkungan melalui proyek Bendungan Way Apu dan Proyek Pembangunan Rumah Sakit Ambon. 3. PT Semen Tonasa

PT Semen Tonasa adalah produsen semen terbesar di Kawasan Timur Indonesia yang menempati lahan seluas 715 hektar di Desa Biringere, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, sekitar 68 kilometer dari kota . Perseroan yang memiliki kapasitas terpasang 5.980.000 ton semen per tahun ini, mempunyai empat unit pabrik, yaitu Pabrik Tonasa II, III, IV, dan V. Keempat unit pabrik tersebut menggunakan proses kering dengan kapasitas masing-masing 590.000 ton semen pertahun untuk Unit II dan III, 2.300.000 ton semen per tahun untuk Unit IV, serta 2.500.000 ton semen untuk Unit V. Lokasi pabrik yang berada di Sulawesi Selatan merupakan daerah strategis untuk mengisi kebutuhan semen di daerah Indonesia Bagian Timur. Dengan didukung oleh jaringan distribusi yang tersebar dan diperkuat oleh sembilan unit pengantongan semen yang melengkapi sarana distribusi penjualan, telah menjadikan perseroan sebagai pemasok terbesar di kawasan tersebut. unit pengantongan semen berlokasi di , Banjarmasin, Bitung, , Ambon, dan Mamuju dengan kapasitas masing-masing 300.000 ton semen per tahun, serta di Makassar, Bali, dan Samarinda dengan kapasitas masing-masing 600.000 ton semen per tahun.

18 Pendapatan utama perseroan adalah hasil penjualan Semen Portland (OPC), Semen non OPC yaitu Tipe Komposit (PCC), tersebar di wilayah Sulawesi, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Sejak 15 September 1995 Perseroan terkonsolidasi dengan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. yang sebelumnya bernama PT Semen Gresik (Persero) Tbk. dan sekarang menjadi perusahaan induk dari Perseroan. Lebih dari dua dekade, perseroan dalam menjalankan bisnisnya didukung oleh perusahaan afiliasi yang berlokasi di sekitar perusahaan dengan bidang bisnis yang saling berhubungan dengan bisnis utama perseroan. Dukungan bisnis tersebut yaitu dibidang transportasi darat dan laut, tenaga kerja bongkar muat angkutan semen, pengelola pensiun karyawan perusahaan, serta bidang konstruksi beton dan jasa bengkel. Kondisi Market dan Market Share Perusahaan Semen di Kawasan Timur Indonesia

Market Share Perusahaan Semen di Provinsi Maluku (s/d Semester I 2018)

19 Rekomendasi

Rekomendasi hasil pertemuan Komisi VI DPR RI dengan PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk., PT Hutama Karya (Persero), dan PT Semen Tonasa adalah sebagai berikut: 1. Komisi VI DPR RI meminta kepada PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. untuk memberikan rincian data anggaran Program Bina Lingkungan Pasar Mama-Mama di Papua senilai Rp42,467 miliar, termasuk 23 BUMN apa saja yang ikut bersinergi dalam pembangunan Pasar Mama-Mama tersebut. Ditengarai, pembiayaan pembangunan Pasar Mama-Mama di Papua bersumber dari APBN. 2. Komisi VI DPR RI segera mengundang kembali PT Pembangunan Perumahan (Persero) untuk dilakukan pendalaman terkait dengan pembiayaan pembangunan Pasar Mama-Mama di Papua. 3. Komisi VI DPR RI akan segera melakukan pleno untuk pendalaman terkait dengan kompetisi atau persaingan usaha semen di Indonesia, di mana terindikasi adanya persaingan usaha yang tidak sehat dari kompetitor semen asing, dalam hal ini PT Conch Cement Indonesia. Pertemuan dengan PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero). 4. PT Pertamina (Persero)

PT Pertamina (Persero) atau biasa disebut Pertamina merupakan perusahaan milik negara yang bergerak di bidang energi meliputi minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan. Sejak didirikan pada 10 Desember 1957, Pertamina menyelenggarakan usaha minyak dan gas bumi di sektor hulu hingga hilir. Bisnis sektor hulu Pertamina yang dilaksanakan di beberapa wilayah di Indonesia dan luar negeri meliputi kegiatan di bidang-bidang eksplorasi, produksi, serta transmisi minyak dan gas. Untuk mendukung kegiatan eksplorasi dan produksi tersebut, Pertamina juga menekuni bisnis jasa teknologi dan pengeboran, serta aktivitas lainnya yang terdiri atas pengembangan energi panas bumi dan Coal Bed Methane (CBM). Dalam pengusahaan migas baik di dalam dan luar negeri, Pertamina beroperasi baik secara independen maupun melalui beberapa pola kerja sama dengan mitra kerja yaitu Kerja Sama Operasi (KSO), Joint Operation Body (JOB), Technical Assistance Contract (TAC), Indonesia Participating/Pertamina Participating Interest (IP/PPI), dan Badan Operasi Bersama (BOB).

20 Sektor hilir Pertamina meliputi kegiatan pengolahan minyak mentah, pemasaran dan niaga produk hasil minyak, gas dan petrokimia, dan bisnis perkapalan terkait untuk pendistribusian produk perusahaan. Penyaluran Premium Nasional Penyaluran harian Premium secara nasional menunjukkan peningkatan signifikan dari periode Maret hingga Juni yang meningkat sebesar 12% dengan volume dari 22.933 KL per hari (Maret) menjadi 32.213 KL per hari (Juni). Lebih jelasnya seperti yang ditampilkan pada gambar berikut.

Pertamina MOR VIII

Provinsi Maluku berada di wilayah kerja Pertamina Marketing Operation Region VIII (MOR VIII) yang juga meliputi Provinsi Papua, Papua Barat, dan Maluku Utara. Pertamina MOR VIII memiliki 21 Terminal BBM dan 11 DPPU untuk memenuhi kebutuhan di keempat provinsi tersebut. 7 TBBM dan 2 DPPU berada di Maluku.

21 Ketahanan Stock BBM di Provinsi Maluku (s/d 31 Juli 2018) Stock (KL) DOT (KL) CD (Hari) Avtur 11.244 78 144 Premium 25.805 399 65 Kerosene 11.549 335 34 Solar 55.928 951 59 Pertamax 3.501 85 41 Pertalite 791 66 12 Untuk di Kota Ambon terdapat 1 TBBM yaitu TBBM Wayame yang informasi kapasitas, volume, dan coverage days-nya seperti yang tertera di tabel berikut.

Solar/Dexlite/ Pertamax/ TBBM Wayame Avtur Premium Kerosene Biosolar Pertalite Kapasitas Timbun 28.857 35.771 19.632 65.222 14.135 Volume Penyaluran 578 399 335 1.051 151 Harian Coverage Days 50 89 58 62 93 Target BBM satu harga di Provinsi Maluku

Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Telah Pembangunan Paralel Pembangunan Paralel Target Target Target Operasi Perijinan Pemda Perijinan Pemda 1 1 2 2 3 3

Kendala Penyaluran BBM di Provinsi Maluku, yaitu: 1) Cuaca buruk, jalan berlumpur, dan longsor. Pendistribusian BBM ke Kabupaten Maluku Barat Daya dan Pulau Banda terdapat kendala apabila terjadi cuaca ekstrem (yang biasanya terjadi pada antara bulan April - Agustus). Sehingga mengakibatkan pengiriman BBM tertunda selama beberapa hari. 2) Kapal pengangkut tertahan oleh cuaca. Kapal pengangkut Minyak Tanah dari TBBM Saumlaki menuju ke Kabupaten Maluku Tenggara Barat antara bulan Mei - Agustus terkadang mengalami penundaan pengiriman dikarenakan cuaca yang ekstrem.

Upaya penanggulangan yang dilakukan yaitu: 1) Pengiriman BBM untuk kebutuhan 15 – 20 hari. 2) Penyediaan tanki pendam di lembaga penyalur untuk kebutuhan 1 bulan. 3) Pengiriman sekaligus untuk kebutuhan 1 bulan dan pengirimannya sebelum cuaca ekstrem terjadi. 4) Alih suplai dari TBBM yang cuacanya relatif baik.

22 5. PT PLN (Persero)

PT PLN (Persero) atau PLN Wilayah Maluku dan Maluku Utara yang disebut dengan PLN MMU merupakan salah satu unit wilayah dari PLN di mana kegiatan bisnisnya mencakup Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara. Adapun bidang usaha PLN MMU meliputi usaha tenaga listrik yang terdiri dari pembangkitan, distribusi tenaga listrik, perencanaan dan pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik, serta pengembangan penyediaan tenaga listrik dan layanan penjualan tenaga listrik kepada pelanggan / masyarakat. Dalam melakukan kegiatan tersebut, PLN MMU mempunyai 8 (delapan) unit pelaksana yaitu PLN Area Ambon, PLN Area , PLN Area , PLN Area Masohi, PLN Area Sofifi, PLN Sektor Pembangkitan Maluku, UPKK Maluku, dan UPKK Maluku Utara. Gambaran umum kelistrikan Provinsi Maluku

Jumlah pelanggan rumah tangga yang dilayani sampai dengan bulan Juni 2018 di Provinsi maluku sebanyak 297.544 pelanggan dengan rincian seperti yang tertera dalam tabel berikut.

Golongan daya Listrik Jumlah pelanggan R-1 450 VA 125.327 pelanggan R-1 900 VA 25.235 pelanggan R-1M 900 VA 84.311 pelanggan R-1 1300-2200 VA 54.826 pelanggan R-2 3500-6600 VA 2.223 pelanggan R-3 7700-197 kVA 447 pelanggan

23 Upaya yang dilakukan PLN MMU untuk daerah yang belum terlistriki yaitu: 1) Dengan melaksanakan pembangunan perluasan jaringan di pembangkit yang sudah ada. 2) Pembangunan gardu baru untuk jaringan yang sudah ada. 3) Pembangunan PLTD/Lisdes. Kendala yang dihadapi PLN MMU di Provinsi Maluku dalam penambahan jumlah pelanggan yaitu: 1) Pelanggan tidak mampu membayar biaya instalasi dan biaya penyambungan. 2) Instalatir dan masalah SLO. 3) Calon pelanggan belum masuk dalam daftar TNP2K. Percepatan listrik pedesaan di provinsi maluku

Tantangan yang dihadapi PLN MMU dalam melistriki desa di Provinsi Maluku yaitu: 1) Lokasi desa semakin jauh, sulit, dan terpencar. 2) Lahan kerja bebatuan keras. 3) Belum ada infrastruktur: akses jalan, jaringan telekomunikasi data, transportasi, dan pelabuhan. 4) Jaringan dan PLTD yang beroperasi belum optimal meng-cover jumlah pelanggan tersambung dari potensi jumlah pelanggan. 5) Kemampuan ekonomi masyarakat sangat rendah untuk membayar biaya penyambungan dan instalasi. 6) Tidak ada perwakilan AKLI dan atau Konsuil di lokasi desa, yang menyebabkan biaya instalasi menjadi mahal. 7) Kontraktor lokal pelaksana pekerjaan terbatas, tidak ada peminat dari kontraktor luar Maluku dan Maluku Utara.

24 Rekomendasi

Rekomendasi hasil pertemuan Komisi VI DPR RI dengan PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero) adalah sebagai berikut: 1. Komisi VI DPR RI meminta kepada PT Pertamina (Persero) untuk segera memberikan jawaban tertulis secara detail terkait dengan alokasi dan realisasi premium, baik itu premium jenis bahan bakar khusus penugasan (JBKP) maupun premium jenis bahan bakar umum (JBU), di Jawa, Madura, dan Bali (Jamali) dan non-Jamali untuk tahun 2015 dan 2016; serta Harga Pokok Produksi dari Premium, Pertalite, dan Pertamax. 2. Komisi VI DPR RI akan segera melakukan pleno intern untuk pendalaman terkait dengan alokasi (kuota) dan realisasi premium secara nasional. 3. Komisi VI DPR RI meminta kepada PT PLN (Persero) untuk memberikan data secara detail terkait desa-desa yang sudah terdapat jaringan transmisi listrik di Provinsi Maluku, namun masyarakat tidak mampu membayar biaya pemasangan atau penyambungan.

Pertemuan dengan PT Pelindo IV (Persero), PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero), dan PT ASDP Indonesia Ferry (Persero).

1. PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero)

PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) atau Pelindo IV, didirikan pada tahun 1991 berdasarkan PP No 59 tahun 1991 tanggal 19 Oktober 1991 yang bergerak di bidang penyelenggaraan dan pengusahaan jasa kepelabuhanan. Pelindo IV beroperasi di 25 cabang yang tersebar dari Kalimatan, Sulawesi, Maluku, Ambon, Ternate, hingga Papua dan Papua Barat. Bidang usaha yang digeluti Pelindo IV yaitu:  Pelayanan kapal.  Pelayanan barang.  Pengusahaan alat.  Pelayanan B/M terminal konvensional.  Pelayanan terminal petikemas.  Pengusahaan tanah, bangunan, dan lainnya.  Kerja sama pengoperasian

25 Pelindo IV di wilayah Provinsi Maluku Pelindo IV berupaya meningkatkan muatan barang melalui program direct call yang telah dilaksanakan di Pelabuhan Ambon untuk meningkatkan nilai tambah bagi perdagangan di Provinsi Maluku. Pelindo IV juga berupaya meningkatkan status pelabuhan konvensional di Ambon menjadi Terminal Petikemas dengan membangun fasilitas dan modernisasi peralatan pelabuhan.

Kinerja keuangan Pelabuhan Ambon di wilayah Provinsi Maluku menunjukan tren positif dengan peningkatan pendapatan, pengendalian biaya, dan peningkatan keuntungan perusahaan minimal 10% setiap tahunnya.

Pengembangan bisnis Pelindo IV di Provinsi maluku yaitu: 1) Pengembangan Terminal Petikemas Ambon yang bertaraf international di pelabuhan eksisting yang dilengkapi dengan peralatan pelabuhan yang lebih modern di wilayah Maluku. 2) Anak Perusahaan PT Pelindo 4 (Persero) mendukung kegiatan PBM dan maintenance peralatan di pelabuhan wilayah Maluku. 3) Program PMN di Provinsi Maluku berupa pekerjaan restrengthening dermaga 200 m’ dan Reklamasi CY seluas 6000 m2 mencapai progress fisik 97,43%. Master Plan Pelabuhan Ambon untuk pekerjaan restrengthening dermaga dan Reklamasi (Program PMN)

26 Kendala yang dihadapi yaitu: 1) Kedalaman kolam Pelabuhan Ambon belum dilakukan pengerukan yang menjadi tanggung jawab pemerintah. 2) Biaya TKBM di Ambon yang tinggi meskipun status pelabuhan telah menjadi Terminal Petikemas. Upaya yang dilakukan Pelindo IV dalam mendukung Program Tol Laut yaitu: 1) Program Tol Laut direalisasikan di Pelabuhan Ambon melalui pelaksanaan pengembangan fasilitas pelabuhan Ambon eksisting dengan pembangunan CY dan perkuatan dermaga sehingga mampu melayani kegiatan bongkar muat Petikemas. 2) Peralatan pelabuhan yang ada dimodernisasi sehingga Terminal Petikemas Ambon menjadi bertaraf Internasional yang dapat melayani kapal-kapal besar. Mekanisme pola kerja sama yang dilaksanakan oleh Pelindo IV dengan pihak lain baik antar sesama BUMN maupun dengan Pemerintah Daerah Provinsi Maluku yaitu dengan bagi hasil (revenue sharing) maupun sewa (lumpsum) untuk mengembangkan pelabuhan baru dan pengoperasian peralatan pelabuhan. Proses sebelum dilaksanakan kerja sama adalah dengan Nota kesepahaman serta pembentukan tim bersama dan kajian kerja sama.

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan pelindo IV di Provinsi Maluku yaitu:  Program Kemitraan meliputi sektor industri (rumah tangga dan skala kecil), sektor perdagangan (kios, toko kecil, dan warung), sektor pertanian (pembelian bibit dan pupuk petani, serta alat pertaniannya), sektor peternakan (ternak unggas dan petelur), sektor perikanan (pembelian alat tangkap dan modal bagi nelayan), sektor jasa (usaha perbengkelan, penjahit, salon, dan lainnya), dan sektor lainnya (koperasi).  Program Bina Lingkungan, objek dan jenis bantuannya untuk bencana alam, pendidikan dan pelatihan, kesehatan, prasarana dan sarana umum, sarana ibadah, pelestarian alam, bantuan sosial pengentasan kemiskinan, bantuan pemasaran dan promosi, serta diklat mitra binaan.

27 2. PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero)

PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) atau Pelni adalah perusahaan pelayaran nasional yang menyediakan jasa transportasi laut yang meliputi jasa angkutan penumpang dan muatan barang antarpulau. Saat ini perusahaan mengoperasikan 26 kapal penumpang, 51 kapal perintis, 9 kapal barang tol laut, dan 2 kapal ternak.

Wilayah geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau dan dikelilingi lautan menyebabkan Pelni mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam memperkuat konektivitas dengan menghubungkan pulau-pulau di Indonesia. Pelni dalam melaksanakan tanggung jawabnya tidak hanya terbatas melayani rute komersial, tetapi juga melayani pelayaran dengan rute pulau-pulau kecil terluar. Saat ini kapal Pelni menyinggahi 95 pelabuhan kapal penumpang dan lebih dari 300 pelabuhan kapal perintis dengan 46 kantor cabang dan dilayani di 400 travel agen di seluruh Indonesia. Pelni wilayah Provinsi Maluku. Pelni menargetkan pendapatan sebesar Rp115,84 miliar dari operasional di wilayah Provinsi Maluku dengan rincian:  Penumpang dari kapal penumpang dan perintis: Rp76,04 miliar.  Barang dari kapal penumpang, perintis, dan tol laut: Rp21,46 miliar.  Pengelolaan aset cabang, keagenan, dan wisata: Rp2,34 miliar.  Aktivitas Trading: Rp16 miliar. Kendala yang dihadapi Pelni dalam pelayaran penumpang di Provinsi Maluku yaitu: 1) Beberapa terminal penumpang, khususnya di wilayah timur belum tersedia fasilitas untuk embarkasi dan debarkasi penumpang. 2) Sebagian besar pelabuhan memiliki lebih dari satu akses pintu ke dermaga, sehingga memungkinkan penumpang masuk tanpa melalui boarding. 3) Penumpang last minute di Pelabuhan.

Upaya yang dilakukan Pelni untuk mengatasi kendala yang ada adalah berkoordinasi dengan pihak Pelni cabang, Pelindo III, KSOP, dan Pemda serta instansi terkait. Progres Penyertaan Modal Negara (PMN) Pelni 1) Dasar Hukum: PP nomor 111 Tahun 2015 dengan nilai PMN sebesar Rp.500.000.000.000,-

28 2) Tujuan Pemberian PMN: Penambahan armada, terutama dalam hal angkutan barang guna mendukung program Pemerintah dalam mengembangkan sektor maritim dan membangun tol laut sehingga menunjang sistem logistik nasional. 3) Realisasi penggunaan dana PMN per 30 Juni 2018: Rp309.624.520.273,- ekuivalen 62%. 4) Status pemanfaatan dana PMN:  Dana PMN sebesar Rp500 Miliar digunakan untuk pembelian 6 (enam) unit kapal kontainer bukan baru guna mendukung Program Tol Laut.  Dari 6 (enam) unit kapal kontainer bukan baru tersebut, per 30 Juni 2018 telah terealisasi 5 (lima) unit kapal kontainer bukan baru atau ekuivalen 83,33%.  Sedangkan 1 (satu) unit kapal kontainer bukan baru yang belum terealisasi (kapal ke-6), per 30 Juni 2018 dalam tahap evaluasi dokumen penawaran. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Pelni  Sumber dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Pelni saat ini masih sangat terbatas.  Sumber dana Program Kemitraan tahun 2018 berasal dari aktivitas Program Kemitraan dan pengembaliannya serta tambahan dana dari BUMN Pembina dengan total saldo penerimaan per 30 Juni 2018 sebesar Rp1.921 juta, sedangkan total penyaluran dan pembinaan sebesar Rp1.195 juta.  Sumber dana Program Bina Lingkungan tahun 2018 berasal dari anggaran yang diperhitungkan sebagai biaya pada BUMN Pembina dengan total penyaluran bantuan sebesar Rp61 juta. Belum tercapainya anggaran Bina lingkungan tahun 2018 yaitu sebesar Rp1.502 juta sesuai RKA PKBL 2018 dikarenakan masih menunggu kegiatan BUMN Hadir untuk Negeri 2018 (RAB dan penentuan Pelni sebagai PIC/Co-PIC) dan proses sinergi BUMN untuk pelaksanaan Revitalisasi Terumbu Karang dengan Pelindo IV.  Penyaluran dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dalam 5 (lima) tahun terakhir belum menyentuh ke wilayah Maluku dan sekitarnya karena masih dititikberatkan di wilayah Indonesia bagian barat dengan tujuan untuk memudahkan proses monitoring dan penagihan.

29  Sesuai RKA Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Tahun 2018, Program Kemitraan Pelni difokuskan pada sektor perikanan dengan mekanisme penyaluran kerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan.  Sedangkan Program Bina Lingkungan di tahun 2018 lebih dititikberatkan pada kegiatan BUMN Hadir untuk Negeri 2018 dan Revitalisasi terumbu Karang dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan rasa persatuan serta peduli kelestarian lingkungan. 3. PT ASDP Indonesia Ferry (Persero)

Peran utama dari PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) atau ASDP yaitu: 1. Korporasi Negara, yaitu memberi keuntungan dan deviden melalui Jasa angkutan penyeberangan dan Jasa pelabuhan. 2. Infrastruktur Negara, yaitu menyediakan jaringan transportasi publik antarpulau (daerah yang sudah dan sedang berkembang). 3. Agen Pembangunan, yaitu menyediakan jaringan transportasi publik bagi wilayah pulau terpencil (jauh) dan terluar (perbatasan) guna mempercepat pembangunan dan membuka isolasi geografis. Sementara peran pendukungnya yaitu: 1. Penunjang Kedaulatan NKRI, yaitu menyediakan jaringan transportasi untuk keperluan sosial-politik negara dan pertahanan nasional melalui kunjungan reguler di pulau. 2. Penunjang bantuan Tanggap Darurat, yaitu menyediakan angkutan dengan kapasitas besar, cepat, murah, dan handal ke seluruh pelosok nusantara untuk kondisi darurat nasional. ASDP memiliki 29 Kantor cabang dengan jumlah pelabuhan sebanyak 35 unit (pelabuhan komersial 18 unit dan pelabuhan perintis 17 unit), kapal sebanyak 140 unit (kapal komersial 74 unit dan kapal perintis 66 unit), serta melayani 202 rute (43 rute komersial dan 159 rute perintis). ASDP Wilayah Maluku ASDP cabang Ambon mengoperasikan 5 pelabuhan yaitu Pelabuhan Hunimua, Pelabuhan Waipirit, Pelabuhan Galala, Pelabuhan Namlea, dan Pelabuhan Poka, serta mengoperasikan 9 kapal dan total melayani 8 lintasan. Sementara ASDP cabang Tual mengoperasikan 3 kapal dan melayani 18 lintasan. Peta operasional penyeberangan ASDP di Provinsi Maluku seperti terlihat pada gambar berikut.

30

Kendala dan permasalahan penyeberangan di Provinsi Maluku. 1) Cabang Ambon  Lintasan. Kondisi musim angin timur dan barat (cuaca buruk) di mana hal tersebut sangat mengganggu operasional kapal di Lintasan Galala – Namlea.  Lintasan. Lintasan Umeputih – Wailey (khususnya di Wailey) belum memiliki dermaga sehingga kapal harus melakukan embarkasi/debarkasi dengan cara beaching.  Pelabuhan. Belum adanya fasilitas dermaga plengsengan untuk sandarnya KMP Danau Rana di Kayeli sehingga masih menggunakan Pelabuhan Perikanan milik Pemda Kabupaten Buru. 2) Cabang Tual  Lintasan. Cuaca ekstrem yang berkepanjangan dan tidak menentu pada bulan tertentu yang mengakibatkan kapal tidak beroperasi dan trip operasi tidak tercapai.  Lintasan. Kapal Ro-Ro sebagian besar masih sandar di dermaga umum sehingga menjadi tidak optimal (tergantung pasang surut).  Pelabuhan. Dermaga di Pelabuhan Penyeberangan yang disinggahi sebagian besar rusak sehingga mengganggu operasional kapal, seperti Pelabuhan Penyeberangan Tual.  Pelabuhan. Masih bercampur dengan Kapal Layar Motor (KLM) sehingga mengganggu olah gerak kapal ferry.  Pelabuhan. Sterilisasi pelabuhan tidak optimal (terbuka bebas).  Kapal. Kurangnya kesadaran masyarakat sehingga fasilitas di beberapa kapal sering dirusak (corat-coret dinding dan kursi penumpang, lemari life jacket sering dirusak, dan lain sebagainya).

31 Program Kemitraan ASDP di wilayah Maluku yaitu:  Tani Ternak Tirta Arum (sektor peternakan) di Waipirit, Ambon, Tahun 2015, sebesar Rp50.000.000,-.  Koperasi Namlea, Ambon (sektor perdagangan) Tahun 2017, sebesar Rp200.000.000,-. Program Bina Lingkungan ASDP di wilayah Maluku yaitu:  Kegiatan Diklat BUMN Mengajar (sektor pendidikan/pelatihan) Tahun 2016, sebesar Rp15.000.000,-.  Bantuan Sarana Ibadah Tahun 2016 kepada Masjid Nurul Huda sebesar Rp35.000.000,- dan Gereja Damai Jemaat sebesar Rp35.000.000,-.  Bantuan Sosial Tahun 2016 berupa Perahu Nelayan seharga Rp185.625.000,- dan Lampu Nelayan sebesar Rp33.750.000,-.  Bantuan Sosial Tahun 2017 berupa Sembako Murah Program BUMN Hadir Untuk Negeri, sebesar Rp45.000.000,-.  Sektor Pelestarian Alam Tahun 2017 berupa Kegiatan Penanaman Pohon, sebesar Rp10.000.000,-. Rekomendasi Rekomendasi hasil pertemuan Komisi VI DPR RI dengan PT Pelindo IV (Persero), PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero), dan PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) adalah sebagai berikut: 1) Komisi VI DPR RI mendorong PT Pelindo IV (Persero), PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero), dan PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) untuk segera melakukan digitalisasi dalam proses penjualan tiket untuk meningkatkan efisiensi. 2) Komisi VI DPR RI akan mendorong Pemerintah melalui kementerian terkait bahwa perlu adanya keberpihakan kepada BUMN-BUMN yang melakukan penugasan Pemerintah untuk membuka jalur-jalur perintis. 3) Komisi VI DPR RI akan mendorong Pemerintah melalui BUMN untuk meningkatkan konektivitas khususnya di provinsi-provinsi yang bercirikan kepulauan, dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas pelabuhan dan kapal.

32 4. Pertemuan dengan Perum Bulog. Perum Bulog

Bulog adalah perusahaan umum milik negara yang bergerak di bidang logistik pangan. Ruang lingkup bisnis perusahaan meliputi usaha logistik/pergudangan, survei dan pemberantasan hama, penyediaan karung plastik, usaha angkutan, perdagangan komoditi pangan, dan usaha eceran. Sebagai perusahaan yang tetap mengemban tugas publik dari pemerintah, Bulog tetap melakukan kegiatan menjaga Harga Dasar Pembelian untuk gabah, stabilisasi harga khususnya harga pokok, menyalurkan Raskin/Rastra, dan pengelolaan stok pangan. Perum Bulog mendapatkan penambahan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp3 triliun dalam APBN-P Tahun Anggaran 2015 dan sebesar Rp2 triliun dalam APBN-P Tahun Anggaran 2016. Penambahan PMN ini dilakukan untuk memperkuat struktur permodalan dan meningkatkan kapasitas usaha Perum Bulog dalam rangka stabilisasi harga, penyerapan/pembelian gabah/beras petani dalam negeri, dan penyaluran beras bersubsidi. Perum Bulog Divisi Regional Maluku dan Maluku Utara Perum Bulog Divre Maluku dan Maluku Utara membawahi 2 (dua) Subdivre yaitu Subdivre Ternate dan Subdivre Tual, serta mempunyai 15 (lima belas) unit Gudang dengan kapasitas 37.700 ton yang tersebar di wilayah provinsi Maluku dan Maluku Utara dengan jumlah personil sebanyak 86 (delapan puluh enam) orang. Gudang Unit Kerja / Subdivre Personil Unit Kapasitas Divre Ambon 8 20.500 49 Subdivre Ternate 4 12.200 22 Subdivre Tual 3 5.000 15 Total 15 37.700 86 Posisi stock persediaan Perum Bulog Divre Maluku dan Maluku Utara per 30 juli 2018 terlihat pada tabel berikut. Persediaan Ketahanan Divre / Ratas No. Stock Subdivre LUR / BLN Stock PSO PDP Total (Bulan) Divre Maluku & 1. 3.577.783 4.000.000 7.577.783 1.200.000 6 Malut Subdivre 2. 1.295.059 1.000.000 2.295.059 1.087.000 2 Ternate 3. Subdivre Tual 1.119.796 - 1.119.796 733.000 2 Total 5.992.638 5.000.000 10.992.638 3.020.000 4

33 Realisasi pengadaan beras Perum Bulog Divre Maluku dan Maluku Utara

Tahun Target (kg) Realisasi (kg) (%) 2014 3.000.000 815.000 27,2% 2015 5.000.000 640.095 12,8% 2016 3.012.060 1.050.030 34,9% 2017 10.340.000 728.500 7% 2018 1.500.000 59.000 4,6% *) Pengadaan tahun 2018 masih berjalan. HP beras Perum Bulog Divre Maluku dan Maluku Utara Harga Tertinggi di Tahun Harga Beras (Rp) Tahun berjalan (Rp) 2014 7.500 7.500 2015 7.630 8.000 2016 8.200 10.000 2017 8.375 8.500 2018 9.200 11.000 Kendala pengadaan yang dihadapi Perum Bulog Divre Maluku dan Maluku Utara yaitu:  Harga di tingkat petani/penggilingan selalu di atas HPP pembelian Bulog.  Kebanyakan petani di Pulau Buru lebih memilih manambang emas di Gunung Botak daripada menggarap lahan sawahnya.  Pola tanam yang tidak serentak, tidak adanya panen raya.  Sarana pasca panen yang masih sangat sederhana.  Masyarakat Maluku hanya memahami bercocok tanam dalam bentuk berkebun atau berladang, bukan menggarap sawah.

Pemanfaatan Cadangan Beras pemerintah (CBP) di Maluku dan Maluku Utara No. Bulan Operasi Pasar Bencana Total 1. Januari 509 - 509 2. Februari 610 - 610 3. Maret 1.239 - 1.239 4. April 95 1 96 5. Mei 332 102 434 6. Juni 239 4 243 7. Juli 575 - 575 Jumlah 3.516 107 3.706

34 Rekomendasi

Rekomendasi hasil pertemuan Komisi VI DPR RI dengan Perum Bulog adalah sebagai berikut: 1) Komisi VI DPR RI menghimbau kepada Perum Bulog agar meminta dalam bentuk tertulis setiap penugasan yang diberikan Pemerintah kepada Perum Bulog. 2) Komisi VI DPR RI segera mengundang kembali Perum Bulog untuk dilakukan pendalaman mengenai kerja sama antara Perum Bulog dengan PT Dharmapala Usaha Sukses yang memproduksi gula rafinasi, khususnya terkait dengan sejak kapan kerja sama pembelian gula dilakukan dan berapa banyak jumlah gula yang dibeli. 3) Komisi VI DPR RI mengapresiasi pengadaan beras saset 200 gram (beras kemasan mini) yang dilakukan Perum Bulog dalam rangka pelayanan kepada masyarakat agar bisa mendapatkan beras dengan mudah.

III. PENUTUP

Demikianlah laporan Kunjungan Kerja Komisi VI DPR RI ke Provinsi Maluku pada Reses Masa Persidangan V Tahun Sidang 2017 - 2018.

Jakarta, Agustus 2018 Ketua Tim,

Ttd.

Ir. H. Azam Azman Natawijana A - 430

35