SEMINAR NASIONAL ASPI 2018 PROSIDING Asosiasi Sekolah Perencanaan (ASPI)

PERENCANAAN WILAYAH, KOTA, DAN DESA TERINTEGRASI YANG BERKELANJUTAN, BERIMBANG, DAN INKLUSIF IPB International Convention Center (IICC) , 28 Agustus 2018

ASPI Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia P4W - LPPM IPB Universitas Pakuan

IPB International Convention Center Bogor, 28 Agustus 2018

Prosiding

Seminar Nasional ASPI 2018

“Perencanaan Wilayah, Kota, dan Desa Terintegrasi yang berkelanjutan, Berimbang dan Inklusif”

Penerbit P4W LPPM IPB

Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 i Kredit

Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 “Perencanaan Wilayah, Kota, dan Desa Terintegrasi yang berkelanjutan, Berimbang dan Inklusif”

P4W LPPM IPB, Bogor, Indonesia

Editor Dr. Andrea Emma Pravitasari Dr. Ernan Rustiadi Dr. Janthy Trilusianty Hidayat Dr. Didit Okta Pribadi

Copy Editor Alfin Murtadho, S.P.

Reviewer Dr. Ernan Rustiadi Dr. Andrea Emma Pravitasari Dr. Janthy Trilusianty Hidayat Dr. Didit Okta Pribadi Dr. Candraningratri Ekaputri Widodo Arief Rahman, S.Si, M.Si Setyardi Pratika Mulya, S.P., M.Si.

Layout dan Cover Design Muhammad Nurdin, S.Kom. Tiffany Ramadianti, A.Md.

E-ISBN : 978-602-72009-3-7

Cetakan pertama, Januari 2019

Prosiding. Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 “Perencanaan Wilayah, Kota, dan Desa Terintegrasi yang berkelanjutan, Berimbang dan Inklusif” Bogor, P4W LPPM IPB, 2019 x + 700 halaman: x cm

ii Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 Steering Committee - Dr. Ernan Rustiadi - Dr. Janthy Trilusianti Hidayat - Prof. Akhmad Fauzi - Dr. Khursatul Munibah - Prof. Widiatmaka

Organizing Committee Ketua Panitia : Dr. Andrea Emma Pravitasari Wakil Ketua : Dr. Didit Okta Pribadi Bendahara : Mia Ermyanyla, S.P., M.Si Nusrat Nadhwatunnaja, S.P. Erlin Herlina, S.E. Kesekretariatan : Nur Etika Karyati, S.P. Alfin Murtadho, S.P. Muhammad Nurdin, S.Kom. Yanti Jayanti, S.P. Yurta Farida, S.E. Hardini Nikamasari, S.P. Tiffany Ramadianti, A.Md. Prosiding & Program Book : Afan Ray Mahardika, S.T. Siti Wulandari, S.P. Kreshna Yudichandra, S.P. Acara : Setyardi Pratika Mulya, S.P., M.Si. Arief Rahman, M.Si. Ulul Hidayah, S.T. Dinda Luthfiani Tjahjanto, S.E. Agus Ramadhan, S.P. Logistik & Akomodasi : Khairul Anam, S.P. Ridha M. Ichsan, S.T., M.Si. Pubdekdok : Khalid Saifullah, M.Si. LO : Zahra Kartika, S.P. Rista Ardy Priatama, S.P. Luthfia Nursetya Fuadina, S.P. Yuni Prihayati, M.Si. Dr. Mujio Sukirman Field Excursion : F. S. Putri Cantika, S.P. Thomas Oni Veriasa, S.E.

Penerbit Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor (IPB)

Sekretariat Kampus IPB Baranangsiang Jalan Raya Pajajaran Bogor 16127, Jawa Barat, Indonesia Tlp/Fax: +62-251-8359072

Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 iii

Daftar Isi

Kredit...... ii Sambutan dari Ketua ASPI ...... iv Daftar Isi ...... v

1. Keterkaitan Desa-Kota 1

Potensi Alpukat sebagai Alternatif Olahan Kuliner dalam Upaya Pengembangan Desa Wisata Sakerta ...... 3 Fransiska Dessy Putri H.1*, Aggy Lestari Dwi P.1, & B. S. Rahayu Purwanti2 Analisis Daya Saing Perekonomian Antar Wilayah di Kecamatan Prambanan berdasarkan Aspek Sosial, Pendidikan, dan Kesehatan Tahun 2018 ...... 14 Hayatun Nupus1*, Candra Andi Wardoyo1, Ismi Latifah1, Soni Setiawan 1, Araa Reda Astara1, Fatin Naufal M1, & Dahroni1 Infrastruktur dan Keterhubungan Desa-Kota (Studi Kasus: Desa Bokor dan Desa Sendaur di Pulau Rangsang, Kabupaten Kepulauan Meranti) ...... 23 Wulansari1*, Arief Budiman1, Maria Febriana Bewu Mbele1 & Sonny Yuliar1 Pola Perjalanan Berangkat Bekerja Menggunakan Layanan Transjakarta ...... 32 Yudi Susandi1*, Danang Priatmodjo1 & Eduard Tjahjadi1

2. Perencanaan Kawasan Pertanian dan Pembangunan Perdesaaan 49

Pengembangan Kawasan Agropolitan Kabupaten Lombok Utara ...... 51 Ar Rohman Taufiq Hidayat1*, Muchammad Rosulinanda1 & Ade Atmi1 Pengembangan Pusat Pelayanan sebagai Pusat Pengolahan Komoditas Unggulan Buah Naga Berdasarkan Faktor yang Mempengaruhi di Kabupaten Banyuwangi ...... 68 Ayu Sri Lestari1* & Eko Budi Santoso1 Pengembangan Kecamatan Waelata Kabupaten Buru Provinsi Maluku Sebagai Wilayah Pemekaran Melalui Potensi Unggulan ...... 81 Dwi Setiowati1* & Indarti Komala Dewi1 Kontinuitas Desa Wisata Lingkungan Sukunan ...... 89 Fikrani F. Asha1* & Lysna Eka Agustina1 Penataan Ruang yang Berkearifan Lokal untuk Pengembangan Wisata Pedesaan ...... 97 Harne Julianti Tou1*, Melinda Noer 2, Helmi2 & Sari Lenggogeni3 Pembangunan Perdesaan Kawasan Perbatasan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Kendal ...... 105 Holi Bina Wijaya1*, Artiningsih1, Wiwandari Handayani1 & Herlina Kurniawati1* Perencanaan Sinergitas Sistem Kawasan Agropolitan Berkelanjutan di Kawasan Hortipark Tastura Desa Karang Sidemen Kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah...... 115 Indah Cahyaning Sari1*, Nurul Falah Pakaya1 & Bunga Adelia1 Adopsi Teknologi Pada Petani Dalam Upaya Adaptasi Perubahan Iklim (Studi Kasus Pertanian Cerdas Iklim di Kabupaten Sumba Timur) ...... 137 John P. Talan1*, Andhika Riyadi2 & Sonny Yuliar3

Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 v Transformasi Kampung Wisata Berbasis Lingkungan Studi Kasus Kampung Sukunan Kabupaten Sleman ...... 150 M. Ilham1*, Budi Kamulyan2 & Yori Herwangi2 Peranan Nilai-Nilai Religius dalam Penguatan Institusi Ekonomi Masyarakat Perdesaan (Kajian dengan Pendekatan Teori Jaringan Aktor) ...... 164 Sri Lestari1*, G Andhika Riyadi1, Ari Nurfadilah1 & Sonny Yuliar1 Pembangunan Daerah Kabupaten Berbasis Komoditi Pajale (Padi, Jagung, Kedelai) di Provinsi Sumatera Barat ...... 175 Syahrial1* & Welly Herman1 Review Perencanaan Kawasan Pertanian Agropolitan Rupanandur Kabupaten Pamekasan ...... 184 Luh Putu Suciati1*, Rudi Wibowo1, Yuli Wibowo2, Elida Novita3 Pengembangan Industri Prospektif Pengolahan Ikan Tangkap di Kawasan Minapolitan Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek ...... 201 Oky Dwi Aryanti1 & Sardjito1

3. Infrastruktur Hijau dan Perencanaan Kawasan Hutan 217

Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Jember dalam Upaya Menuju Infrastruktur Hijau Kota ...... 219 Dewi Junita Koesoemawati1*& Hari Sulistiyowati2 Transformasi Kampung Hijau di Kota (Studi Kasus di Kampung Bratang Binangun dan Kampung Genteng Candirejo) ...... 227 Febrian Indra Warman1*, Achmad Djunaedi2 & Doddy Aditya Iskandar2 Kualitas Ruang Terbuka Hijau Publik di Kota | (Studi Kasus Lapangan Merah dan Pasar Seni, Lapangan Kalpataru dan Embung Sukarame/Taman Kota) ...... 236 Fitri Yanti1*, Citra Persada2 & Agus Setiawan3

Daya Serap Vegetasi Alun-Alun Kota Batu terhadap Co2 Aktifitas Transportasi ...... 244 Kartika Eka Sari1*, Dita Nia Ambarsari1 & Chairul Maulidi1 Perencanaan Jalur Pengguna Sepeda di Universitas Jember ...... 255 Nunung Nuring Hayati1, Ahmad Hasanuddin2 & Nur Fahmi Anshori3

4. Pertanian Perkotaan 261

Perencanaan Pengembangan Kawasan Minapolitan di Kabupaten Gianyar, Bali ...... 263 I Ketut Arnawa1*, I Ketut Sumantra1 & Gst.Ag.Gde Eka Martiningsih1 Dampak Pola Pemilikan dan Pengusahaan Lahan Pertanian terhadap Kesejahteraan Petani di Pusat Kawasan Wisata, Kota ...... 272 Nyoman Utari Vipriyanti1* & Yohanes Jandi1

5. Perencanaan Inklusif dan Berkeadilan 279

Proses Pengembangan Wilayah Melalui Pendidikan Vokasi Sebagai Hasil Kerja Sama dengan Djarum Foundation Di Kabupaten Kudus ...... 281 Tri Rindang Astuti1*, Achmad Djunaedi2 & Doddy Aditya Iskandar2

vi Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 Potensi Pengembangan Kampung Wisata Kreatif di Kampung SAE Cibiru, Kota Dalam Upaya Mewujudkan Kampung Kota Yang Berkelanjutan ...... 291 Asep Nurul Ajiid Mustofa1*, Iwan Kustiwan2 Re-orientasi Pemerintahan Propinsi Kepulauan Riau Menuju Pembangunan Kemaritiman yang Inklusif...... 318 Deti rahmawati* Difa Kusumadewi1 Sonny Yuliar1 Karakteristik Rumah Tangga Berpenghasilan Rendah Dalam Memilih Rumah Di Kabupaten Bogor, Kabupaten , dan Kabupaten ...... 335 Diva Teguh Respati1, Komara Djaja2 Model Ekslusifitas Perumahan Real Estate Masyarakat Perkotaan (Studi Kasus Pada Kota ) ...... 345 Mimi Arifin1*, A. Rachman Rasyid1, Wiwik W. Osman1 Hubungan Social Bounding dengan Tindakan Kolektif Gabungan Kelompok Tani dalam Upaya Membangun Perencanaan Inklusif Perdesaan (Lokasi Studi: Kabupaten Karawang) ...... 352 Selfa Septiani Aulia1*, Tubagus Furqon Sofhani2 Kajian Perencanaan Infrastruktur Persampahan dengan Masifikasi Komposter dan Gerakan Pilah Sampah (Studi Kasus Kecamatan Seberang Ulu 2, ) ...... 363 Sitti Sarifa Kartika Kinasih1*, Yuwono Aries1 Evaluasi Penyediaan Taman Tematik Kalbu Palem sebagai Ruang Terbuka Publik di Kota Bandung ...... 379 Alby Avrialzi1*, Retno Widodo D. Pramono2

6. Mitigasi Bencana dan Perubahan Iklim 389

Penampungan Air Hujan, Pemanfaatan, dan Pengaruhnya terhadap Genangan di Kawasan Permukiman Kota ...... 391 Agustiah Wulandari1*, Yudi Purnomo1 Dampak Urbanisasi terhadap Iklim Perkotaan di Jabodetabek ...... 403 Lady Hafidaty Rahma Kautsar1*, Eko Kusratmoko2, & Chotib3 Perubahan Konstruksi Rumah sebagai Bentuk Adaptasi Masyarakat Pasca Bencana Gempa Bumi Juni 2013 di Desa Medana, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara, NTB...... 408 Laylan Jauhari1*, R. Rijanta1, Doddy Aditya Iskandar1 Keragaman Bentuk Adaptasi Masyarakat Pantai Ampenan Kota Ketika Terjadi Bencana Rob ...... 417 Lysna Eka Agustina1, R. Rijanta1, Doddy Aditya Iskandar1 Upaya Mitigasi Guna Mengurangi Dampak Perubahan Iklim Pada Kelompok Masyarakat Miskin di Wilayah Pesisir Kota ...... 426 Mohammad Muktiali1 Mengurug dan Meninggikan Rumah sebagai Strategi Adaptasi Utama Masyarakat Selama 23 Tahun Menghadapi Rob di Kawasan Tambak Lorok, Semarang Utara ...... 432 Nadhila Shabrina1*, Agam Marsoyo1, & Deva Fosterharoldas1 Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Pengetahuan Bencana Gempa Bumi dan Erupsi (Studi Kasus di Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten) ...... 441 Ruis Udin1, Intan Purnamasari1, Dizy Hana Tri Cahyani1, Rhizki Yulia Anjarsari1, Hanifah Kusumaningrum1, Erfin Dwi Fitria Handayani1

Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 vii Mitigasi Perubahan Iklim Melalui Perencanaan Pengembangan Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan dan Sekitarnya ...... 457 Siti Badriyah Rushayati1*, Rachmad Hermawan1 Analisa Valuasi Ekonomi terhadap Pengelolaan Bantaran Sungai Ciliwung di Kampung Melayu dan Bukit Duri ...... 466 Catur Dyah Novita1*, Budi Kamulyan2, Yori Herwangi2

7. Daya Dukung, Resiliensi Kota dan Desa 479

Daya Dukung Wilayah Pengembangan Perumahan dan Kawasan Pemukiman Kota Provinsi Banten ...... 481 Ernamaiyanti1, Tiar Pandapotan Purba2, Topan Himawan3 & Nur Irfan Asyari4 Ketangguhan Identitas terhadap Perkembangan DIY ...... 487 Hana Afifah1* Pengaruah Sektor Pariwisata terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Kecamatan Prambanan ...... 496 Maryadi1*, David Ramadhan1, Mohammad Anggit Setiawan1, Henny Novita Sari1, Ihda Nur Rohmah P S1, Tri Setyaningsih1 Ketangguhan Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Penanganan Permukiman Kumuh ...... 510 Satrya Wirawan1, Bakti Setiawan1*, Retno Widodo Dwi Pramono1 Hubungan Kualitas Lingkungan Permukiman dan Tingkat Kesehatan Masyarakat di Permukiman Kumuh Bantaran Sungai Winongo, Kota Yogyakarta...... 524 Veronika Adyani E.W1*, M. Sani Roychansyah2, & Ahmad Sarwadi2

8. Perubahan Penggunaan Lahan dan Degradasi Lingkungan 537

Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Koefisien Limpasan Permukaan di DAS Bone Tanjore, Kota Makassar ...... 539 Amar Ma’ruf Zarkawi1*, Sumartini1, & Faricha Kurniadhini1 Penggunaan Lahan di Wilayah Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kaim II ...... 550 Apriyan Dinata1, Annisa Rachmi1 Partisipasi Stakeholder dalam Penataan dan Pengembangan Situs Geoheritage Tebing Breksi Kawasan Cagar Budaya Candi Ijo ...... 562 Rista Lentera Ghaniyy W.M 1, Retno Widodo D. Pramono 2, Achmad Djunaedi3 Perubahan penggunaan lahan dan faktor-faktor penentu keinginan petani untuk mempertahankan lahan sawahnya di Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat, Indonesia ...... 575 Santun R.P. Sitorus1*, Grahan Sugeng Aprilian2

9. Smart City and Smart Village 589

Karakterisasi Kampung Kota Surabaya Melalui Pengembangan Purwarupa Kecerdasan Buatan: Smartkampung ...... 591 Dian Rahmawati1*, Haryo Sulistyarso1, Dewi A. Paramasatya1, Rohmawati1

viii Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 10. Pengelolaan Sektor Informal Perkotaan 603

Analisa Tingkat Kesiapan Pengembangan Kampung Tematik di Kota ...... 605 Deni Agus Setyono1 Pola Distribusi Spasial Minimarket di Wilayah Peri Urban (Studi Kasus Kawasan Sukaraden Kecamatan Cibinong Kab. Bogor) ...... 612 Janthy Trilusianthy Hidayat1* dan Noordin Fadholie1 Pemilihan Alternatif Pengelolaan Kawasan Wisata “Payung” Kota Batu Berdasarkan Stakeholder ...... 620 Nindya Sari1*, Ayu Puspa Kartika1, Dian Dinanti1 Interaksi Sektor Formal dan Informal pada Kawasan Perdagangan dan Jasa di Kota Pekanbaru (Studi Kasus: Jalan Kaharuddin Nasution) ...... 633 Puji Astuti1*, Wika Susmita1 Dinamika Pengembangan Kawasan Perdagangan Kota Baubau, Provinsi Tenggara ...... 645 Setyardi Pratika Mulya1,2*, Mujio Sukir2, Abdul Jamaludin2

11. Penerapan SDG's dan NUA dalam Pendidikan Perencanaan 657

Evaluasi Relevansi Implementasi Program Penanganan Permukiman Kumuh di Kota Semarang ...... 659 Akhiatul Akbar1*, Deva F. Swasto1, Agam Marsoyo1 Pengelolaan Rumah Susun Sewa di DKI (Kasus: Rumah Susun Sewa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di Kota Jakarta Barat) ...... 669 Aphrodita Puspateja1*, Deva Fosterharoldas Swasto1, Agam Marsoyo1 Peran Pendidikan Perencanaan Terhadap Penerapan SDG’s dan New Urban Agenda di Kota Mataram ...... 682 Ima Rahmawati Sushanti1*, Sarah Ariani2 PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PENDAPATAN DIKECAMATAN PRAMBANAN KABUPATEN KLATEN ...... 689 Iqbal Ghozy Murtadlo1*, Seika Saputri1, Ilham Yoga Pramono1, Diyah Ayu Wulan1, Abdul Aziiz Rayh Gilang1, Arum Dwi Anggraini1 Prospek Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh Berkelanjutan Di Kawasan Pesisir Bandarharjo Kota Semarang ...... 702 Mario Rama1*, Bakti Setiawan1, Retno Widodo1

Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 ix Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018

10. Pengelolaan Sektor Informal Perkotaan Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018

Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 603 Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018

Dinamika Pengembangan Kawasan Perdagangan Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara

Setyardi Pratika Mulya1,2*, Mujio Sukir2, Abdul Jamaludin2

1Divisi Perencanaan Pengembangan Wilayah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB; 2Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W), LPPM IPB;

*Penulis korespondensi. e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Kota Baubau sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN), dengan wilayah pelayanan Sulawesi Tenggara Kepulauan dan beberapa daerah di Kawasan Timur Indonesia. Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Baubau 2014-2034, Kota Baubau dibagi menjadi 7 (tujuh) Bagian Wilayah Kota (BWK) yaitu wilayah yang secara geografis berada dalam satu pusat pelayanan pusat kegiatan sekunder. Kondisi ini menunjukkan bahwa Kota Baubau telah memiliki perencanaan awal dan riil di lapangan memiliki potensi sebagai kawasan perdagangan. Kendati demikian, Kota Baubau yang terkenal menjadi pusat pertumbuhan di sektor perdagangan, dalam beberapa hal masih belum optimal perencanaan dan pengelolaannya, khususnya dalam penyediaan sarana prasarana pendukung. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis hirarki (fasilitas perdagangan) di Provinsi Sulawesi Tenggara, Kota Baubau hanya menduduki hirarki 2. Kondisi ini menjadi tugas pemerintah daerah dalam memperbaiki perencanaan kawasan perdagangan di wilayahnya. Dalam menunjang hal ini, berbagai data dan pendekatan analisis akan disajikan dalam penelitian awal ini. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi lokasi potensial pengembangan kawasan perdagangan, pewilayahan dan hirarki wilayah berdasarkan fasilitas (perdagangan) serta menentukan prioritas pengembangan lahan untuk kawasan perdagangan. Selanjutnya, hasil analisis ini dapat digunakan sebagai bahan penyusunan perencanaan kawasan perdagangan yang lebih komprehensif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Sistem Informasi Geogafis (SIG), analisis skalogram, analisis matriks dan tabulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan potensial menurut penggunaan lahan dan kebijakan RTRW, adalah seluas 4.201 hektar yang tersebar pada 8 kecamatan. Kecamatan yang memiliki jumlah dan jenis fasilitas paling banyak, adalah Kecamatan Wolio, sehingga berhirarki 1. Sementara itu, arahan kawasan prioritas pengembangan perdagangan terluas adalah pada wilayah dengan hirarki 3 dan dapat direncanakan sebagai kawasan pengembangan baru seluas 2.385 hektar. Pengembangan kawasan perdagangan disesuaikan dengan potensi dan keberadaan sumberdaya di masing-masing wilayah. Keyword: kawasan, perdagangan, Kota Baubau

PENDAHULUAN

Kota Baubau sebagai salah satu daerah otonomi di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), memiliki peran strategis dalam interkoneksi antar wilayah kota dalam Provinsi Sultra ataupun hubungan antara Wilayah Timur dan Barat Indonesia. Begitupula perannya dalam distirbusi barang dari pabrikan atau dari pusat-pusat distribusi ke daerah-daerah hinterland-nya cukup dominan, yang ditunjang oleh ketersediaan sarana dan prasarana wilayah yang cukup memadai, seperti keberadaan Pelabuhan Murhum untuk penumpang dan pelabuhan peti kemas, Bandara Betoambari yang menghubungkan Kota Baubau dengan pusat kegiatan nasional (PKN) lainnya seperti Kota Baubau-

Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 645 , Kota Baubau-Makassar, Kota Baubau-Wakatobi, serta Terminal Transit BBM di Sulaa untuk menjamin suplai dan stok BBM di sebagian wilayah Indonesia Bagian Timur. Dengan segala potensi yang dimiliki, melalui Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Sulawesi Tenggara Tahun 2014-2034, Kota Baubau ditetapkan menjadi salah satu kawasan strategis perdagangan di Provinsi Sultra. Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang mempunyai pengaruh ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan yang sangat penting dalam lingkup provinsi, sehingga penataan ruangnya diarahkan mendukung aspek strategis tersebut (Undang Undang No.26 tahun 2007). Hal ini terlihat pada tahun 2015, kontribusi PDRB Kota Baubau terhadap Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 7,5%, dan berada diurutan keempat setelah Kota Kendari (15,7%), Kolaka (14,5%), dan Konawe Selatan (9%) (BPS, 2016). Nilai perdagangan antar pulau hasil bumi dan laut terbesar pada tahun 2016 adalah komoditas perikanan dengan nilai kurang lebih 685 milliar rupiah, dan diikuti komoditas kehutanan dengan 470 miliar rupiah (BPS, 2017). Kondisi tersebut menunjukkan Kota Baubau memiliki sumberdaya wilayah yang melimpah khususnya di sektor kelautan dan berpotensi sangat besar sebagai kawasan perdagangan yang maju di masa yang akan datang. Namun demikian, pengembangan kawasan tetap harus disesuaikan dengan kondisi, potensi, dan isu permasalahan di kawasan bersangkutan (Dewang et al, 2012), serta perlu didukung oleh keberadaan dan kelengkapan sarana-prasarana penunjang perdagangan yang memadai. Dalam rangka mendukung Kota Baubau sebagai Kawasan Strategis Perdagangan Provinsi, pemerintah Kota Baubau melakukan berbagai upaya strategis agar dapat mendukung kebijakan tersebut. Pengembangan kawasan perdagangan tidak lepas dari ketersediaan lahannya, baik ditinjau dari penggunaan lahan maupun alokasi ruang (dalam RTRW). Hal ini selaras dengan pendapat Arifia et al (2017), yang menyatakan bahwa perkembangan kegiatan perdagangan dan jasa mempengaruhi perubahan penggunaan lahan serta membutuhkan perencanaan penggunaan lahan dan kebijakan (Ozuduru, B,H, and J, M, Guldmann, 2013). Secara ideal, alokasi ruang untuk perdagangan, harus mempertimbangkan berbagai hal, baik ditinjau dari ekologi, social, ekonomi, maupun legalitas. Namun demikian, sebagai perencanaan awal dapat dilakukan analisis berdasarkan ketersediaan lahan menurut kondisi eksisting, penggunaan lahan dan alokasi dalam pola ruang RTRW seperti dilakukan dalam penelitian ini. Temuan dalam penelitian ini merupakan hasil awal dalam pengembangan kawasan perdagangan secara komprehensif dan berkelanjutan. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi lokasi potensial pengembangan kawasan perdagangan, menentukan hirarki wilayah berdasarkan fasilitas (perdagangan), dan menentukan wilayah prioritas pengembangan sarana prasarana perdagangan.

METODOLOGI

Lokasi studi. Secara geografis Kota Baubau terletak di bagian Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara dengan posisi koordinat 0,50 15’ - 050 32’ Lintang Selatan dan 1220 32’ - 1220 48’ Bujur Timur. Terletak di Pulau , dengan Pelabuhan Utama di Selat Buton menghadap Utara. Di kawasan selat inilah aktivitas lalu lintas perairan baik nasional, regional maupun lokal sangat intensif. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2001, batas-batas administrasi Kota Baubau adalah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kapuntori, Kabupaten Buton Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pasarwajo, Kabupaten Buton, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Batauga, Kabupaten Buton, dan Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Buton. Wilayah daratan Kota Baubau sebagian besar terdapat di daratan Pulau Buton yang memanjang di Selat Buton dan terdapat 1 (satu) pulau yaitu Pulau Makassar (Puma). Luas wilayah Kota Baubau

646 Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 adalah sekitar 221,00 km2 atau 0,58% luas daratan Provinsi Sulawesi Tenggara (BPS, 2017). Peta administrasi Kota Baubau (lokasi penelitian) sesuai disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta Administrasi Kota Baubau

Metode. Tahapan penelitian ini adalah pengumpulan data sekunder, observasi di lapangan, analisis, dan penulisan paper. Pengumpulan data sekunder dilakukan bersamaan dengan observasi di lapangan. Pengambilan data dilakukan ke berbagai instansi pemerintah, diantaranya Bappeda Kota Baubau, Dinas Penataan Ruang, Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas I Baubau Kementerian Perhubungan. Selain itu, juga berdiskusi dengan masyarakat di lokasi studi (Gambar 2).

Gambar 2. Proses pengambilan data dan diskusi dengan berbagai stakeholder terkait

Data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya data spasial batas administrasi dari Dinas Tata Ruang, dokumen dan peta RTRW Kota Baubau, data potensi desa BPS, data fasilitas perdagangan dan lain sebagainya. Sementara itu, pendekatan analisis yang digunakan antara lain:

Analisis Deskriptif Analisis untuk menentukan kebutuhan sarana prasarana mendukung pengembangan kawasan perdagangan Kota Baubau terbagi menjadi beberapa sub bab. Diantaranya disajikan ulasan tentang kondisi eksisiting beberapa fasilitas perdagangan di masing-masing kecamatan, kawasan potensial pengembangan berdasarkan kebijakan, dan lain sebagainya. Uraian berbagai kondisi eksisting serta hasil analisis sesuai disajikan pada bab hasil dan pembahasan.

Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 647 Analisis Penentuan Kawasan Potensial Berdasarkan Kebijakan dan Penggunaan Lahan Untuk melihat luas kawasan yang potensial untuk pengembangan kawasan perdagangan berikut alokasi ruang yang dapat dimanfaatkan, maka berdasarka data dan peta status kawasan hutan dan RTRW dapat diidentifikasi wilayah-wilayah yang berpotensi. Potensi yang dimaksudkan disini adalah wilayah yang secara status kawasan hutan merupakan areal penggunaan lain (APL) dan menurut RTRW sebagai kawasan-kawasan yang direncanakan/dapat dimanfaatkan sebagai kawasan perdagangan. Peta status kawasan hutan dan peta pola ruang RTRW Kota Baubau diperoleh dari Bappeda Kota Baubau, sedangkan peta penggunaan lahan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Ketiga kriteria tersebut dapat diuraikan secara detil pada Tabel 1. Tabel 1. Kriteria Penentuan Lokasi Potensial untuk Pengembangan Kawasan Perdagangan Kriteria Nomenklatur Status Kawasan Hutan Areal Penggunaan Lain (APL) Pola Ruang RTRW Kawasan Perdagangan dan Jasa Kawasan Perkantoran Perumahan Kawasan Pariwisata Kawasan Pelabuhan Kawasan Industri Perikanan Kawasan Pergudangan Penggunaan Lahan Semak Belukar Permukiman/Lahan Terbangun Tanah Terbuka Rumput Semak Belukar Rawa

Analisis Skalogram Analisis skalogram digunakan untuk mengetahui hirarki wilayah dalam penelitian ini adalah wilayah kecamatan berdasarkan jumlah dan jenis fasilitas yang terkait perdagangan dan jasa. Variabel yang digunakan untuk analisis skalogram ini berjumlah 26 (dua puluh enam) variabel, yaitu: jumlah industri dari kulit (tas, sepatu, sandal dll), jumlah industri dari kayu (meubel dll), jumlah industri dari logam mulia atau bahan logam (perabot dan perhiasan dll), jumlah Industri anyaman (peralatan dari rotan/bambu, rumput, mendong, pandan dll), jumlah industri industri gerabah/keramik/batu (genteng, batu bata, porselein, tegel, keramik dll), jumlah industri dari kain/tenun (kerajinan, konveksi dll), jumlah industri makanan dan minuman (pengolahan dan pengawetan daging, ikan, buah, sayur, miunyak, susu dll), industri lainnya, jarak ke pertokoan terdekat, jumlah pasar dengan bangunan permanen, jumlah pasar dengan bangunan semi permanen, jarak ke pasar dengan bangunan permanen/semi permanen terdekat, jumlah pasar tanpa bangunan (pasar terapung, kaget dll), jumlah minimarket, jumlah toko/warung kelontong, jumlah warung/kedai makanan dan minuman, jumlah restoran/rumah makan, jumlah hotel, jumlah Penginapan: hostel/motel/losmen/wisma, jumlah KUD, jumlah Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan Rakyat, jumlah Koperasi Simpan Pinjam, jumlah koperasi lainnya, jumlah Bank Umum Pemerintah, jumlah Bank Umum Swasta, dan jumlah Bank Perkreditan Rakyat. Tahapan analisis skalogram (Rustiadi et al, 2009) adalah 1). Mempersiapkan data sesuai variable yang diinginkan dalam bentuk tabel, 2). Menghitung indeks fasilitas per 1000 penduduk, 3). Menghitung bobot indeks penciri, 4). Pembakuan indeks, 5). Penentuan indeks perkembangan kecamatan, dan 6) penentuan hirarki kecamatan.

648 Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018

Analisis Kebutuhan Sarana Prasarana Sarana perdagangan dan niaga ini tidak selalu berdiri sendiri dan terpisah dengan bangunan sarana yang lain. Dasar penyediaan selain berdasarkan jumlah penduduk yang akan dilayaninya, juga mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Tentunya hal ini dapat terkait dengan bentukan grup bangunan / blok yang nantinya terbentuk sesuai konteks lingkungannya. Sedangkan penempatan penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu, Dalam penelitian ini perhitungan kebutuhan sarana prasarana menurut skala pelayanan SNI 03-1733-2004 (BSN, 2004). Penggolongan jenis sarana perdagangan dan niaga menurut BSN diuraikan sebagai berikut: a) toko/warung (skala pelayanan unit RT ≈ 250 penduduk), yang menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari; b) pertokoan (skala pelayanan 6.000 penduduk), yang menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari yang lebih lengkap dan pelayanan jasa seperti wartel, fotocopy, dan sebagainya; c) pusat pertokoan dan atau pasar lingkungan (skala pelayanan unit kelurahan ≈ 30.000 penduduk), yang menjual keperluan sehari-hari termasuk sayur, daging, ikan, buah-buahan, beras, tepung, bahan-bahan pakaian, pakaian, barang-barang kelontong, alatalat pendidikan, alat-alat rumah tangga, serta pelayanan jasa seperti warnet, wartel dan sebagainya; d) pusat perbelanjaan dan niaga (skala pelayanan unit kecamatan ≈ 120.000 penduduk), yang selain menjual kebutuhan sehari-hari, pakaian, barang kelontong, elektronik, juga untuk pelayanan jasa perbengkelan, reparasi, unit-unit produksi yang tidak menimbulkan polusi, tempat hiburan serta kegiatan niaga lainnya seperti kantor-kantor, bank, industri kecil dan lain-lain.

Analisis Penentuan Prioritas Berdasarkan Matriks Analisis penentuan prioritas pengembangan kawasan perdagangan ini berdasarkan matrik antara RTRW, penggunaan lahan dan hirarki (Tabel 2). Dalam matriks, variabel hirarki menjadi variabel yang menunjukkan prioritas pengembangan kawasan, karena diasumsikan bahwa wilayah dengan hirarki 1 memiliki kesiapan fasilitas perdagangan lebih baik dibandingkan hirarki 2 dan 3, begitu juga sebaliknya. Tabel 2. Matriks Prioritas Pengembangan Kawasan Perdagangan

Penggunaan Lahan RTRW Semak Tanah Semak Hirarki Rumput Permukiman Belukar Terbuka Belukar Rawa Kawasan Perdagangan dan Jasa P1-KPB P1-KP H1 Kawasan Pergudangan P2-KPB P2-KP H2 Kawasan Pariwisata P3-KPB P3-KP H3 Kawasan Perkantoran P1-KPB H1 Perumahan P2-KPB H2 NP Kawasan Pelabuhan P3-KPB H3 Kawasan Industri Perikanan Keterangan: P1= Prioritas pertama, P2=Prioritas kedua, P3=Prioritas ketiga; KPB=Kawasan Perdagangan Baru, KP=Kawasan Perdagangan di Area Permukiman, NP= Tidak diutamakan,

Dilihat dari penggunaan lahan pada kawasan yang dapat/direncanakan sebagai kawasan perdagangan, penggunaan lahan yang berpotensi besar untuk dijadikan kawasan pengembangan

Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 649 perdagangan adalah semak belukar, tanah terbuka, rumput, dan semak belukar rawa yang dapat dikembangkan menjadi kawasan pengembangan baru (KPB). Sementara itu, kawasan yang berupa permukiman, namun direncanakan sebagai kawasan perdagangan, akan diarahkan menjadi kawasan perdagangan yang dapat disinergikan di areal permukiman (KP). Penggunaan permukiman dengan alokasi RTRW sebagai kawasan perkantoran, perumahan, kawasan pelabuhan, kawasan industri perikanan tidak utamakan (NP), karena areal permukiman umumnya telah menjadi hak milik, dan memiliki peruntukan eksisting yang telah ada (sudah berjalan sampai saat ini). Selain itu, wilayah NP sedang direncanakan rencana detilnya oleh pemerintah daerah untuk pengembangannya, karena dominan berada pada wilayah perkotaan.

Analisis Sistem Informasi Geografi Analisis SIG dalam penelitian ini digunakan untuk melakukan penyajian dalam bentuk spasial atau peta, beberapa data maupun hasil analisis diantaranya data fasilitas, data hasil analisis lokasi potensial dan hasil analisis hirarki. Tools yang digunakan diantaranya berupa overlay, join table dan layout peta.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Fasilitas Perdagangan Eksisting di Kota Baubau Kota Baubau merupakan salah satu kota di Provinsi Sulawesi Tenggara selain Kota Kendari yang memiliki fungsi perkotaan dan pusat pertumbuhan bagi wilayah sekitarnya. Berbagai prasarana perdagangan terbangun dan beroperasi di Kota Baubau. Kondisi ini menjadi modal dasar dalam pembangunan kawasan perdagangan. Beberapa kendaraan alat angkut di wilayah ini sesuai disajikan pada Gambar 3. Selain itu, Kota Baubau adalah daerah penghubung (connecting area) antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dengan Kawasan Timur Indonesia (KTI). Daerah yang termasuk hinterlandnya adalah Kabupaten Buton, Kabupaten Muna, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Bombana, Kabupaten Buton Tengah dan Kabupaten Buton Selatan. Kota Baubau berperan sebagai daerah akumulator hasil produksi dan distributor kebutuhan daerah tersebut (termasuk dari daerah hinterland-nya). Kota Baubau yang berada pada Selat Baubau dan merupakan jalur pintu masuk laut sebelah Tenggara dari wilayah Laut Teluk Bone berada pada pergeseran titik episentrum ekonomi kelautan kawasan pasifik sebagai masa depan bagi pertumbuhan Kawasan Timur Indonesia. Posisi geografis yang stategis ini juga menjadikan Baubau memiliki peranan penting dalam jalur pelayaran nasional dan berkembang sebagai pusat aktivitas penduduk terutama di sektor perdagangan dan jasa (Bappeda, 2014). Sebagai kawasan dengan fungsi strategis seperti disebutkan diatas, Kota Baubau telah memiliki berbagai modal sarana-prasarana perdagangan, baik yang sudah ada sejak zaman dulu (Pelabuhan Murhum), maupun sarana-prasarana yang baru dibangun. Berbagai fasilitas yang ada saat ini seperti pergudangan dan lain sebagainya sesuai disajikan pada Gambar 4.

Gambar 3. Kendaraan Pengangkutan di Kota Baubau

650 Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018

Berdasarkan data BPS (2014), diketahui jumlah warung, pertokoan, pasar, dan industri di Kota Baubau cukup bervariasi di masing-masing kecamatan. Total unit untuk 5 jenis fasilitas perdagangan ini adalah 7ribu-an unit yang tersebar di 8 kecamatan. Fasilitas terbanyak adalah toko/warung (2.499 unit) dan kemudian diikuti industri (2.008 unit). Sehubungan Kota Baubau termasuk kawasan perkotaan, maka fokus pengembangan aktivitas memang lebih cenderung kepada jasa dan perdagangan. Jumlah dan jenis fasilitas perdagangan per masing-masing kecamatan sesuai disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah fasilitas perdagangan masing-masing kecamatan di Kota Baubau Industri Pasar Jumlah Toko/Warung Restoran Pertokoan Kecamatan Jumlah unit Batupoaro 495 1 439 440 2 1,377 Betoambari 283 - 186 186 - 655 Bungi 224 - 135 135 - 494 Kokalukuna 445 2 378 380 1 1,206 Lea-Lea 200 3 89 92 - 384 Murhum 182 - 320 320 1 823 Sorawolio 91 1 127 128 - 347 Wolio 88 3 825 828 8 1,752 Jumlah 2,008 10 2,499 2,509 12 7,038 Sumber: BPS, 2014 (potensi desa)

a b c

d e f

a

Gambar 4. Fasilitas Perdagangan di Kota Baubau a,b,c). Kawasan Pergudangan Pelabuhan, d). Pasar Tradisional, e). Supermarket Lippo Plaza, f). Pertokoan

Analisis Areal Potensial untuk Pengembangan Kawasan Perdagangan Menurut Regulasi Menurut Bappeda (2014), Kota Baubau sebagai pintu gerbang Sulawesi Tenggara dari dan ke Kawasan Barat maupun Kawasan Timur Indonesia ditetapkan sebagai kawasan strategis propinsi dari sudut kepentingan ekonomi yang diprioritaskan sebagai kawasan berbasis pada pengembangan perdagangan yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tenggara dan daerah hiterlandnya. Kawasan strategis propinsi yang ada di Kota Baubau adalah kawasan sekitar pelabuhan Murhum dan pelabuhan Jembatan Batu yang ada di kelurahan Wale Kecamatan Wolio dan kawasan Lakologou di Kecamatan Kokalukuna.

Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 651 Sesuai dengan arahan kebijakan tersebut, maka dianalisis areal potensial untuk pengembangan kawasan perdagangan. Dalam analisis ini, ditentukan areal yang potensial untuk pengembangan kawasan perdagangan berdasarkan penggunaan lahan dan arahan kebijakan (sesuai RTRW dan status kawasan hutan). Lahan berupa semak belukar, lahan terbuka, rumput memiliki peluang besar dapat dialokasikan sebagai kawasan perdagangan. Begitu juga dengan penggunaan lahan pemukiman, namun dengan rencana pemanfaatan untuk kawasan perdagangan yang terbatas. Menurut kriteria yang telah ditentukan pada Tabel 1, maka selanjutnya dilakukan analisis Sistem Informasi Geografi (SIG), sehingga diperoleh sesuai Gambar 4a. Berdasarkan hasil analisis, luas kawasan potensial untuk pengembangan kawasan perdagangan seluas 7.561 hektar yang tersebar di masing-masing kecamatan. Kecamatan yang memiliki luas potensial untuk pengembangan perdagangan adalah Kecamatan Batoambari (33%), kemudian diikuti Kecamatan Wolio (16%). Distribusi spasial berikut luas lahan potensial di masing-masing kecamatan sesuai disajikan pada Gambar 5a dan 5b dan Tabel 4 dan 5. Tabel 4. Sebaran per kecamatan luas kawasan perdagangan potensial Gb 5a Gb 5b No Kecamatan ha % ha % 1 Kec. Batupoaro 194.69 2.57 168,30 4,01 2 Kec. Betoambari 2,556.38 33.81 1.908,05 45,43 3 Kec. Bungi 1,085.32 14.35 286,98 6,83 4 Kec. Kokalukuna 865.64 11.45 593,24 14,12 5 Kec. Lea-Lea 391.41 5.18 173,84 4,14 6 Kec. Murhum 424.57 5.61 302,97 7,21 7 Kec. Sorawolio 788.38 10.43 327,00 7,78 8 Kec. Wolio 1,255.08 16.60 440,17 10,48 Jumlah 7,561.47 100.00 4.201,04 100.00

Tabel 5. Penggunaan lahan kawasan potensial berdasarkan penggunaan lahan (Gb 5b) No Penggunaan Lahan Luas (ha) % 1 Semak Belukar 863,60 20,56 2 Semak Belukar Rawa 7,94 0,19 3 Tanah Terbuka 167,55 3,99 4 Rumput 2.259,87 53,79 5 Tubuh Air 0,58 0,01 6 Permukiman 901,49 21,46 Jumlah 4.201,04 100,00

652 Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018

(a) (b) Gambar 5. (a) Kawasan Perdagangan Potensial Menurut Kebijakan (RTRW dan Status Kawasan Hutan); (b). Kawasan Potensial Berdasarkan Penggunaan Lahan

Hirarki Kecamatan Berdasarkan Aksesibilitas dan Fasilitas Perdagangan Analisis hirarki wilayah ini menggunakan skalogram berbobot. Berdasarkan hasil analisis diketahui kecamatan-kecamatan di Kota Baubau terbagi menjadi 3 hirarki, yaitu hirarki 1 adalah Kecamatan Wolio, hirarki 2 adalah Kecamatan Kokalukuna, Batupoaro, dan Bangi, dan hirarki 3 adalah Kecamatan Lea-lea, Sorowalio, Murhum, dan Batoambari. Hirarki 1 adalah wilayah-wilayah yang memiliki jumlah dan jenis fasilitas perdagangan yang lebih banyak dibandingkan hirarki lainnya, sedangkan hirarki 2 adalah wilayah yang memiliki jumlah dan jenis fasilitas perdagangan yang lebih banyak dari hirarki 3 dan lebih sedikit dari hirarki1, dan begitu juga untuk hirarki 3. Kecamatan Wolio berada pada wilayah yang berhirarki 1, karena distribusi fasilitas berdasarkan data potensi desa menunjukkan banyak fasilitas eksisting (pasar, warung, pertokoan dan lain sebagainya) yang terbangun di wilayah ini cukup banyak. Dengan demikian, agar wilayah dengan fasilitas perdagangan yang terbatas dan lokasinya jauh dari wilayah hirarki 1, maka perlu dibangun fasilitas perdagangan serupa agar dapat menjadi pusat pertumbuhan baru. Hal ini selaras dengan Muazir (2018), yang menyatakan bahwa pusat kawasan pasar atau wilayah/fungsi perdagangan yang dihubungkan dari daerah lain memerlukan jaringan infrastruktur. Kondisi ini sesuai dengan konsep central place theory untuk pengembangan lokasi ritel dan daerah perdagangan (Ertekin et al, 2008). Sebaran hirarki menurut kecamatan sesuai disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Hirarki Wilayah (Kecamatan) di Kota Baubau

Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 653 Analisis Kebutuhan Sarana dan Prasarana Perdagangan Berdasarkan standar diatas, maka dapat dianalisis kebutuhan masing-masing wilayah (kecamatan) di Kota Baubau terkait fasilitas perdagangan. Data perhitungan sesuai disajikan pada Tabel 6. Seperti telah diuraikan pada bab sebelumnya, took/warung terbanyak adalah di Kecamatan Batupoaro 439 unit, sementara itu kebutuhan toko/warung berdasarkan jumlah penduduk hanya 75 unit, sehingga terdapat kelebihan 364 unit, begitu juga untuk kecamatan-kecamatan yang lainnya. Tabel 6. Perhitungan Kondisi Eksisting dan Kebutuhan Toko/Warung dan Pertokoan Menurut Data BPS (2014)

Toko/Warung Pertokoan Pasar Jumlah Kebutuhan2) Kebutuhan2) Kebutuhan4) Kecamatan Penduduk Eksisting1) Eksisting1) Eksisting1) tiap 250 jiwa Selisih3) tiap 6000 jiwa Selisih3) tiap 30.000 jiwa Selisih3) - jiwa - - unit - - unit - - unit - BATUPOARO 18,844 439 75 364 2 3 -1 1 1 0 BETOAMBARI 22,275 186 89 97 0 4 -4 - 1 -1 BUNGI 29,941 135 120 15 0 5 -5 - 1 -1 KOKALUKUNA 43,782 378 175 203 1 7 -6 2 2 0 LEA-LEA 19,342 89 77 12 0 3 -3 3 1 2 MURHUM 8,195 320 33 287 1 1 0 - 1 -1 SORAWOLIO 8,210 127 33 94 0 1 -1 1 1 0 WOLIO 7,682 825 31 794 8 1 7 3 1 2 1) BPS (2014) - Potensi Desa 2) SNI 03-1733-1989 3) Selisih = eksisting dikurangi kebutuhan ( + berlebih; - kurang) 4) Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001)

Sementara itu, untuk pertokoan/minimarket di Kota Baubau masih minim di masing-masing kecamatan. Terlihat bahwa hampir seluruh kecamatan masih kekurangan minimarket, dan hanya Kecamatan Wolio yang memiliki pertokoaan yang berlebih. Potensi pengembangan pertokoan masih terbuka lebar apabila dilihat dari pertimbangan jumlah penduduk ini. Namun demikian, peran minimarket di Kota Baubau tersubstitusi dengan keberadaan warung/toko-toko yang lebih kecil, hal ini dilihat dari jumlahnya yang berlebih cukup banyak di masing-masing kecamatan. Selain itu, keberadaan warung/toko (non minimarket) berdampak baik karena dapat mendorong perekonomian lokal. Untuk skala perdagangan yang lebih besar komplek pertokoan dan pusat perbelanjaan lainnya juga masih cukup terbuka peluang untuk investasi (pembangunan). Hal ini terlihat dari masih minimnya jumlah komplek pertokoan yang ada di wilayah ini. Namun demikian, saat ini sudah terbangun 1 komplek pertokoan/perbelanjaan besar di Kota Baubau yaitu LIPPO (Hypermart). Kedepan regulasi pengembangan kawasan perdagangan harus disiapkan, agar keseimbangan perekonomian lokal yang sudah ada saat ini tidak berpengaruh signifikan dengan keberadaan pertokoan besar (supermarket dan sejenisnya).

Pengembangan Kawasan Perdagangan Kota Baubau Konsep pengembangan kawasan, minimal harus mempertimbangkan berbagai 4 aspek, diantaranya fisik, sosial, ekonomi, dan legalitas. Dalam penelitian ini akan disajikan rencana pengembangan kawasan perdagangan berdasarkan dari aspek ketersediaan fasilitas dan legalitas (kebijakan/RTRW). Jadi, pengembangan kawasan dalam analisis ini, akan memberikan prioritas yang tinggi (diutamakan) pada areal yang telah memiliki jumlah dan jenis fasilitas perdagangan paling banyak dan lengkap serta pada lahan-lahan yang telah tersedia untuk pengembangan kawasan perdagangan. Wilayah dengan jumlah dan jenis fasilitas yang memadai dapat lebih cepat berkembang dibandiungkan wilayah yang belum/minim fasilitas. Lahan yang tersedia maksudnya adalah lahan yang potensial berdasarkan penggunaan lahan dan RTRW, yang disimbolkan KPB untuk kawasan perdagangan baru (sesuai Tabel 1, bagian penggunaan lahan), serta KP untuk kawasan perdagangan yang berada di kawasan permukiman. Simbol NP menunjukkan penggunaan lahan permukiman

654 Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 dengan alokasi pola ruangnya untuk kawasan perkantoran, perumahan, dan kawasan pelabuhan dan industri perikanan. Sehubungan lahan tersebut berupa permukiman, maka diperlukan informasi lebih detil terkait hal tersebut, sehingga dalam penelitian ini dimasukkan pada areal yang tidak diutamakan. Secara teknis, analisis ini akan menggabungkan informasi dari peta hirarki dan peta potensial pengembangan kawasan perdagangan. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh luas wilayah dengan kode P3-KPB terluas, yaitu seluas 2.385 hektar atau 56% dari luas wilayah Kota Baubau. P3-KPB artinya adalah wilayah dengan jumlah dan jenis fasilitas yang masih sedikit (hirarki 3), dan akan diperuntukkan untuk kawasan perdagangan baru (KPB). Hasil analisis selengkapnya sesuai disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Prioritas Pengembangan Kawasan Perdagangan No Pengembangan Ha % 1 P1-KPB 198.23 4.72 2 P2-KPB 715.65 17.04 3 P3-KPB 2385.67 56.79 4 P1-KP 18.34 0.44 5 P2-KP 29.17 0.69 6 P3-KP 11.69 0.28 7 NP 842.29 20.05

Jumlah 4201.04 100.00 Gambar 7. Prioritas Pengembangan Kawasan Perdagangan

KESIMPULAN

Kota Baubau memiliki potensi wilayah untuk menjadi pusat pengembangan perdagangan di wilayah regional maupun nasional. Berbagai fasilitas perdagangan sudah tersedia di wilayah ini, namun masih belum merata, dan cenderung terpusat di wilayah pesisir. Selain sebagai pusat perdagangan regional maupun nasional, Kota Baubau juga harus mendapatkan dampak dari perkembangan perdagangan regional dalam mendorong perkembangan wilayahnya sendiri maupun wilayah disekitarnya (hinterland-nya). Lahan potensial menurut penggunaan lahan dan kebijakan RTRW, seluas 4.201 hektar yang tersebar pada 8 kecamatan. Kecamatan yang memiliki jumlah dan jenis fasilitas paling banyak, adalah Kecamatan Wolio, sehingga berhirarki 1. Sementara itu, arahan kawasan prioritas pengembangan perdagangan terluas adalah pada wilayah dengan hirarki 3 dan dapat direncanakan sebagai kawasan pengembangan baru seluas 2.385 hektar. Tantangan selanjunya adalah pemerataan pembangunan fasilitas perdagangan yang belum merata, hal ini terlihat dari areal yang tersedia (paling luas) berada pada wilayah yang berhirarki 3.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Bappeda Kota Baubau atas kesempatannya melakukan kegiatan sekaligus penelitian di wilayah tersebut. Selain itu, penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Ir. Ernan Rustiadi dan P4W atas dukungan data (podes), untuk digunakan dalam penelitian ini.

Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 655 DAFTAR PUSTAKA

Arifia, D., Soedwiwahjono, R., & Utomo, P. (2017). Pengaruh Perkembangan Kegiatan Perdagangan dan Jasa Terhadap Perubahan Penggunaan Lahan di Kawasan Solo Baru. Arsitektura, 15 (1), 1-9. Bappeda (2014). Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Baubau 2014-2034. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Kota Baubau. BPS (2017). Baubau Dalam Angka 2017. Badan Pusat Statistik Kabupaten/Kota. Kota Baubau. BPS (2016). Provinsi Sulawesi Tenggara Dalam Angka 2016. Badan Pusat Statistik Provinsi. Sulawesi Tenggara BPS (2014). Potensi Desa. Badan Pusat Statistik. Jakarta BSN (2004). Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan. SNI 03-1733-2004. Badan Standardisasi Nasional. Dewang, N., & Irawan, A. K. (2012). Strategi Pengembangan Kawasan Jasa dan Perdagangan di Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan: Studi Kasus Jalan Pamulang Raya, Kelurahan Pamulang Barat. Jurnal Planesa, 3 (2), 76-82. Ertekin, O. V., Dokmeci, T., Unlukara, E., & Ozus. (2008). Spatial Distribution of Shopping Malls and Analysis of Their Trade Areas in Istanbul. European Planning Studies, 16 (1), 143-155. Muazir, S. (2018). Urban Network in Trade and Tourism City. Case Study: Pontianak City, Indonesia. Journal of Regional and City Planning, 29 (1), 45-56. Ozuduru, B. H. & Guldmann, J. M. (2013). Retail location and Urban Resilience: Toward a New Framework for Retail Policy. Surveys and Perspectives Integrating Environment and Society (S.A.P.I.EN.S,) 6 (1), 1-13. Rustiadi, E., Saefulhakim, S., & Panuju, D. R. (2009).Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Cresspent Press dan Yayasan Obor Indonesia.

656 Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 PROSIDING SEMINAR NASIONAL ASPI 2018 Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI)

Diselenggarakan Oleh:

ASPI Universitas Pakuan Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia P4W - LPPM IPB

Disponsori Oleh:

DITSL - IPB PT. Barn Cita Laksana MAPIN FAPERTA - IPB