JURNAL Kebijakan Pembangunan Volume 15 Nomor 1 Juni: 105-118 p-ISSN 2085-6091 | e-ISSN 2715-6656 No. Akreditasi: 36/E/KPT/2019

LITERACY HUB (L-HUB): STUDI STRATEGI LITERASI PEMERINTAH DAERAH (STUDI KASUS DI KOTA BAUBAU)

LITERACY HUB (L-HUB): STUDY OF LOCAL GOVERNMENT LITERACY STRATEGIES (CASE STUDY IN THE CITY OF BAUBAU)

Herie Saksono Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri, Jl. Kramat Raya No. 132, Senen – , . e-mail: [email protected]

Diserahkan: 19/04/2020; Diperbaiki: 22/05/2020; Disetujui: 29/05/2020

Abstrak Literasi masih menjadi problematika di beberapa daerah. Perkembangan zaman telah merubah spektrum literasi, sehingga literasi tidak sekedar kemampuan membaca, menulis, dan berhitung. Hasil pengukuran berbagai institusi internasional membuktikan betapa terpuruknya kondisi literasi. Literasi harus dikelola secara kolaboratif antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat. Budaya literasi pun dikembangkan pemangku kepentingannya. Kajian ini bertujuan mendeskripsikan kondisi literasi di daerah, menghadirkan Pemerintah dan Pemerintah Daerah menginisiasi extraordinary agenda literasi, dan memberi pemahaman kepada masyarakat tentang ketersediaan ruang aktualisasi budaya literasi. Pendekatan kualitatif deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan literasi di daerah dengan metode studi kasus di Kota Baubau. Data primer diperoleh dari wawancara mendalam, sedangkan data sekunder didapatkan melalui data/informasi dan dokumen serta penelusuran internet. Disimpulkan bahwa literasi perlu ditata kembali, Pemerintah dan pemerintah daerah hadir melalui extraordinary agenda literasi, dan menyediakan ruang aktualisasi literasi. Direkomendasikan agar Pemerintah Kota Baubau menginisiasi Literacy Hub (L-Hub) sebagai akselerator pengembangan budaya literasi dengan mengedepankan peran aktif dan kolaborasi antarelemen masyarakat. Selain itu, diciptakan iklim kondusif yang mendukung ekosistem literasi dan pembiasaan berliterasi sebagai gaya hidup demi terciptanya generasi literat yang memercepat terwujudnya kota literasi. Kata Kunci: Literacy Hub, Literasi, dan Pemerintah Daerah.

Abstract In some regions, literacy still a problem. The times have changed the spectrum of literacy so that literacy is not merely the ability to read, write, and count. The measurement results of various international institutions prove how worse the condition of literacy. Literacy must be managed collaboratively between the Government, Local Government, and the community. Literacy culture was developed by its stakeholders. This study aims to describe the condition of literacy in the region, presenting the Government and Local Governments to initiate an extraordinary literacy agenda and to give an understanding to the public about the availability of literacy culture actualization space. A descriptive qualitative approach is used to describe literacy in the regions with the case study method in the City of Baubau. Primary data were obtained from in-depth interviews, while secondary data were obtained through data/information and documents and internet searches. It was concluded that literacy needs to be reorganized, the Government and regional governments are present through the extraordinary literacy agenda, and provide space for literacy actualization. It is recommended that the City Government of Baubau initiate a Literacy Hub (L-Hub) as an accelerator in the development of literacy culture by promoting an active role and collaboration among community elements. Also, a conducive

105 JURNAL Kebijakan Pembangunan Volume 15 Nomor 1 Juni: 105-118

climate was created that supports the literacy ecosystem and literacy habit as a lifestyle for the creation of a literate generation that accelerates the realization of a literacy city. Keywords: Literacy Hub, Literacy, and Local Government.

PENDAHULUAN Indonesia memiliki wilayah regulasi/kebijakan, formulasi strategi administrasi pemerintahan 34 provinsi, 416 kemajuan pembangunan daerah, kabupaten (termasuk 1 Kabupaten peningkatan kualitas kehidupan, dan Administrasi Kepulauan Seribu), dan 98 kota penyelenggaraan pembangunan manusia di (termasuk 5 Wilayah Kota Administrasi di pusat-daerah. Provinsi DKI Jakarta). Saat ini Pertanyaan kritisnya, mengapa kita penyelenggaraan otonomi daerah didasarkan masih terbelit problema literasi? Hasil atas Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun pengukuran tingkat literasi yang 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam diselenggarakan beberapa lembaga Lampiran UU Pemerintahan Daerah diatur internasional membuktikan semakin secara khusus tentang Pembagian Urusan lemahnya keberaksaraan di Indonesia. Pemerintahan Konkuren Antara Pemerintah Beberapa pemberitaan yang terkait dengan Pusat dan Daerah Provinsi dan Daerah kualitas literasi, antara lain: 1) Tingkat Kabupaten/Kota. Maknanya, urusan literasi penduduk Indonesia kelompok usia pemerintahan konkuren adalah urusan 15-24 tahun 99,67%, kelompok usia 15-65 pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah tahun 95,38%, dan penduduk yang berusia Pusat dengan 34 Daerah Provinsi dan 415 65 tahun ke atas sebesar 70,06%. Sementara Daerah Kabupaten dan/atau 93 Daerah Kota itu, penduduk yang masih buta huruf (Pasal 9 ayat (3) UU No. 23 Tahun 2014). (illiterate) pada kelompok usia 15-24 tahun Dalam upaya mengakselerasi sebanyak 147.590 orang, penduduk buta terselenggaranya budaya literasi, kepada huruf berusia 15 tahun ke atas secara pemerintah daerah dibagikan urusan keseluruhan berjumlah 8.723.298 orang pemerintahan bidang perpustakaan. Secara (Institute for Statistics, UNESCO 2016); 2) lebih rinci diuraikan pada Sub Urusan Hasil Tes OECD Programme for Pembinaan Perpustakaan, dimana kepada International Student Assessment (PISA) daerah provinsi diberikan kegiatan 2015 sebagai agenda 3 (tiga) tahunan literasi pengelolaan perpustakaan dan pembudayaan matematika, membaca, dan sains gemar membaca tingkat daerah provinsi, menempatkan Indonesia di peringkat ke-62 sedangkan kepada daerah kabupaten/kota dari 70 negara yang disurvei. Efeknya, diberikan kegiatan pengelolaan perpustakaan Indonesia masuk dalam jajaran negara dan pembudayaan gemar membaca pada berkualitas sains terendah dengan skor 403, tingkatan daerah kabupaten/kota. membaca dengan skor 397, dan matematika Urusan pemerintahan Bidang dengan skor 386 (OECD 2018); dan 3) Perpustakaan merupakan urusan Tingkat melek huruf (literacy rate) hanya pemerintahan wajib yang tidak berkaitan sebesar 93,0% pada akhir tahun 2018 yang dengan pelayanan dasar (Pasal 12 ayat (2) menempatkan Indonesia di urutan ke-106 huruf q UU No. 23 Tahun 2014). Artinya dari 197 negara (Burton 2018). daerah memiliki kewenangan mengelola Hingga saat ini, Indonesia masih urusan pemerintahan bidang perpustakaan, mengalami permasalahan buta huruf. Bila khususnya melalui kegiatan pembudayaan dicermati persentase penduduk buta huruf gemar membaca. Harapannya, semakin menurut provinsi di Indonesia seolah intensif pembudayaan gemar membaca di jumlahnya relatif kecil. Namun bila wilayah provinsi dan kabupaten/ kota akan diakumulasi dari setiap provinsi semakin menumbuhkan budaya literasi dan jelas bahwa jumlah penduduk buta huruf memercepat terciptanya generasi literat. mencapai 40.985.926 orang (BPS 2018) Berkembangnya budaya literasi bermanfaat sebagaimana disajikan pada Tabel 1. sebagai acuan bagi penataan

106 Literacy Hub (L-Hub): Studi Strategi Literasi Pemerintah Daerah (Studi Kasus di Kota Baubau) (Herie Saksono)

Tabel 1. Persentase Penduduk Buta Huruf di Provinsi Tenggara Tahun 2013-2017 Jumlah Persentasi Penduduk Buta Huruf (PBH) CAGR Indonesia Penduduk & 2013 2014 2015 2016 2017 (%) 2017 Kelompok Usia Jumlah Penduduk 2.360.611 2.448.081 2.499.540 2.551.008 2.602.389 2,47 261.890.900 Usia > 15 Tahun 07,39 0,28 0,27 0,26 0,26 -56,69 04,50 Usia 15-44 Tahun 02,05 0,09 01,37 01,19 01,14 -13,64 0,07 Usia > 45 Tahun 21,38 17,10 17,07 0,72 16,41 -6,40 11,08 Total Persentase 30,82 17,47 18,71 2,17 17,81 -12,81 15,65 Jumlah PBH 727.540 427.680 467.664 55.357 463.485 -10,66 40.985.926 Sumber: Persentase Penduduk Buta Huruf di Indonesia. BPS. Data diolah 2018. Provinsi Sulawesi Tenggara Dalam Angka 2018. BPS Prov. Sulra. Data diolah 2018. Keterangan: CAGR = Compound Annual Growth Rate (Laju Pertumbuhan Majemuk Tahunan). Tabel 1 menginformasikan adanya teknologi, pengertian literasi pun mengalami persoalan krusial di Provinsi Sulawesi pengembangan dan semakin komprehensif. Tenggara, yakni penduduk buta huruf. Apriani (2016) menegaskan bahwa definisi Dalam kurun waktu 2013-2017, terjadi literasi dari masa lalu tidak dapat penurunan persentase penduduk yang mengakomodasi cara-cara baru dalam mengalami buta huruf. Namun, persentase membuat makna, seperti mencari informasi penduduk buta huruf di Provinsi Sulawesi di berbagai modalitas, berpartisipasi dalam Tenggara mencapai 17,81% dan berada di konferensi audio-visual, menanggapi email, atas angka rata-rata nasional (15,65%). Pada lingkungan virtual, atau membuat situs web tahun 2017, persentase kelompok penduduk pribadi, blog, atau wiki. Pembaca tidak lagi usia > 15 tahun yang mengalami buta huruf terbatas pada hanya decoding dan lebih kecil jumlahnya dibandingkan angka memahami kata yang dicetak. Mereka perlu rata-rata nasional, yakni hanya 0,26%. merespons dan mengkritik teks dan Ironisnya, pada kelompok penduduk berusia memahami informasi dari sumber yang diantara 15-44 tahun, persentasenya mereka dapatkan. mencapai 01,14% atau lebih besar daripada Mengacu perspektif budaya literasi, angka rata-rata nasional (0,07%). Begitu pula Haryanti (2014) memberi makna budaya halnya dengan kelompok penduduk berusia > literasi sembari menegaskan pentingnya 45 tahun yang mencapai 16,41% dari jumlah budaya literasi. Literasi adalah penduduk, lebih tinggi dari angka rata-rata keberaksaraan, yaitu kemampuan menulis nasional 11,08%. Menurut Gilbert, et al. dan membaca, budaya literasi dimaksudkan (2018) dalam A National Literacy Trust untuk melakukan kebiasaan berfikir yang Research Report 2018, melek huruf yang diikuti oleh sebuah proses membaca, menulis rendah terkait dengan ketidaksetaraan dalam yang pada akhirnya apa yang dilakukan kesehatan mental, kesejahteraan ekonomi, dalam sebuah proses kegiatan tersebut akan kehidupan keluarga, keterlibatan masyarakat menciptakan karya. Menteri Riset, dan kejahatan. Persentase penduduk buta Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, huruf di Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar Mohamad Nasir memperluas pengertian 17,81% dari total penduduk yang mencapai literasi sebagaimana diungkap dalam The 2.602.389 orang. Hingga akhir tahun 2017 Education World Forum 2018: Global masih terdapat 463.485 orang buta huruf Summit for Education Minister di London, yang tersebar di kabupaten/kota se-Provinsi 22-24 Januari 2018. Beliau menyatakan Sulawesi Tenggara. bahwa literasi lama yang mengandalkan Istilah literasi pada umumnya baca, tulis, dan matematika harus diperkuat mengacu pada kemampuan atau dengan mempersiapkan literasi baru dalam keterampilan membaca dan menulis. bidang pendidikan tinggi. Dalam rangka Artinya, seorang yang literat adalah orang mempersiapkan sumberdaya manusia yang yang telah menguasai keterampilan kompeten pada masa depan, 3 (tiga) literasi membaca dan menulis dalam bahasa (Gustini baru harus segera diterapkan, yakni: literasi et al. 2016). Seiring pesatnya kemajuan data (data literation), literasi teknologi

107 JURNAL Kebijakan Pembangunan Volume 15 Nomor 1 Juni: 105-118

(technology literation), dan literasi manusia penetrasi pasar, dan penumbuhan motivasi (human literation). Literasi data adalah literasi. kemampuan untuk membaca, menganalisis, Manajemen literasi adalah proses dan menggunakan informasi dari data besar mengelola penulisan sebagai pengetahuan, (big data) dalam dunia digital. Literasi keterampilan, dan kebutuhan untuk teknologi adalah kemampuan untuk membangkitkan niat, aktualisasi diri, dan memahami sistem mekanika dan teknologi mengolah data/informasi agar tercipta dalam dunia kerja, seperti coding, artificial perubahan dan karya futuristik. Karenanya, intelligent (AI), dan prinsip teknik rekayasa kemampuan membaca dan menulis menjadi (engineering principles). Adapun literasi sangat penting untuk menciptakan filosofi manusia (SDM) adalah dalam bidang kehidupan dalam perspektif masa depan. kemanusiaan, komunikasi, dan desain Dalam perspektif evolusi kebudayaan, (rancangan) yang perlu dikuasai oleh semua khususnya mengenai perubahan budaya dan lulusan sarjana di Indonesia. Dalam konteks perubahan masyarakat, Inglehart (2018) literasi manusia, strategi yang harus menyatakan bahwa budaya adalah diterapkan kepada generasi penerus adalah seperangkat norma dan keterampilan yang mereka harus mampu berinteraksi dengan kondusif untuk bertahan hidup di lingkungan baik, tidak kaku, dapat melakukan tertentu, yang merupakan strategi bertahan pendekatan kemanusiaan dengan hidup bagi masyarakat. Amaliah (2010) melaksanakan komunikasi yang baik, mengartikan budaya adalah pikiran, akal berbobot, dan juga harus menguasai desain budi, hasil adat-istiadat sesuatu yang sudah kreatif dan inovatif. menjadi kebiasaan yang sukar diubah. Adapun mengenai manajemen literasi Buruknya tingkat literasi memerlukan tidak banyak literatur yang membahasnya. pembenahan. Definisi iterasi dalam kajian ini Brauer dalam Webinars (2010) yang adalah upaya pemenuhan kebutuhan manusia dipublikasikan oleh Roth, SWITCH (2015) berupa konsumsi baca, tulis, berhitung, dan menyatakan “literacy management stands pemenuhan standar kehidupan lainnya agar for an emerging professional field at the seseorang lebih terampil, kreatif, inovatif, intersection of literacy research, pedagogy of berpengetahuan, dan berkarakter, sehingga reading and writing, instructional design, mampu beradaptasi dan menghasilkan and institutional development. The demand sumberdaya terbarukan demi kemajuan for literacy managers is growing rapidly due hidupnya. Kondisi tingkat literasi to a profound transition from the so-called mengindikasikan belum adanya roadmap information age to the so-called knowledge pengembangan budaya literasi yang disusun age”. Sementara Katrin Girgensohn dalam Pemerintah bersama pemda. Berdasarkan Brauer (2010) menyatakan “literacy fenomena tersebut, kajian ini hendak management in my profession means to mengungkap dinamika dan problema literasi educate peer writing tutors in the writing di Provinsi Sulawesi Tenggara, khususnya center”. Pengertian tersebut dapat dimaknai Kota Baubau. Melalui pembenahan bahwa manajemen literasi mengelola aspek manajemen literasi secara komprehensif administrasi, teknik-operasional, dan diharapkan tercipta solusi pengembangan manajerial. Secara administratif, dikreasikan budaya literasi. ekosistem literasi melalui regulasi/kebijakan METODE PENELITIAN untuk memperkokoh tata kelola literasi. Secara teknis-operasional, didorong Kajian ini menggunakan metode terciptanya iklim kondusif berliterasi melalui kualitatif-deskriptif dengan pendekatan studi pendampingan penulis dan pembaca dengan kasus. Ruang lingkup kajian difokuskan memanfaatkan mitra kerja dan jejaring kepada dinamika dan problematika literasi (networked). Secara manajerial, aktivitasnya (melek huruf) dan/atau iliterasi (buta huruf) difokuskan pada pembangunan manusia, di Kota Baubau. Data primer diperoleh penganggaran, pengelolaan metode/strategi, diskusi/wawancara mendalam dilakukan optimasi sarana-prasarana, peralatan, terhadap narasumber baik secara langsung perlengkapan, dan fasilitas pendukungnya, ataupun dilanjutkan secara elektronik/online.

108 Literacy Hub (L-Hub): Studi Strategi Literasi Pemerintah Daerah (Studi Kasus di Kota Baubau) (Herie Saksono)

Data sekunder berupa literatur, dokumentasi, Sultan IV, Fase Sultan Buton XXVI, dan regulasi/kebijakan yang dikumpulkan Fase Sulton Buton XXIX, dan Fase Sultan melalui penelusuran internet (data Falihi 1937-1960. Selain itu, pada masa Sultan browsing). Analisis data dilakukan melalui 3 Buton IV (1597-1631), terjadi perubahan yang tahap, yakni: i) reduksi data; ii) penyajian signifikan dalam tradisi dan sistem sosial data; dan iii) penarikan budaya masyarakat Buton yang ditandai kesimpulan/verifikasi. Pembahasannya dengan lahirnya Undang-Undang Martabat diperkuat beberapa konsep/teori tentang Tujuh Kesultanan Buton (Purwanto 2018); c) literasi, manajemen, dan budaya. Kota Baubau terletak di satu pulau tersendiri, yakni Pulau Buton yang terpisah dari daratan HASIL DAN PEMBAHASAN utama Provinsi Sulawesi Tenggara; d) Kota Kondisi Kewilayahan Terkini Baubau merupakan daerah otonom Pemilihan Kota Baubau sebagai studi berdasarkan UU Nomor 13 Tahun 2001 kasus didasari pertimbangan antara lain: a) tentang pembentukan Kota Bau-Bau pada secara historis, Kota Baubau merupakan eks tanggal 21 Juni 2001; dan e) Kota Baubau Kerajaan Buton yang memiliki budaya literasi merupakan wilayah kepulauan yang tinggi. (masa Pemerintahan Kerajaan sejak pembangunannya harus berorientasi inovasi, tahun 1332 sampai pertengahan abad ke-16 partisipasi masyarakat, optimalisasi dan masa Pemerintahan Kesultanan sejak sumberdaya di sekitarnya, dan penggunaan masuknya agama Islam di Kerajaan Buton teknologi yang berbasis budaya dan kearifan pada 948 H (1542 Masehi) (Hidayatun 2010); lokal. (Saksono 2013). b) Kota Baubau memiliki kekayaan budaya Kondisi yang disorot dan berimplikasi dan mewarisi nilai-nilai kesejarahan melalui terhadap literasi adalah fasilitas pendidikan aksara, aneka manuskrip, naskah-naskah, berupa sekolah, khususnya pendidikan dasar pustaka, dan peraturan pemerintahan serta dan menengah. Eksistensi sekolah sebagai adat istiadat sebagaimana hasil studi Ilyas fasilitas pendidikan dengan berbagai (2018) yang mendeskripsikan 6 (enam) fase aktivitasnya berkontribusi terhadap perkembangan tulis-menulis pada masa keberhasilan pengelolaan literasi di Kota pemerintahan Kerajaan Wolio hingga Baubau. Data fasilitas Pendidikan menurut bertransformasi menjadi Kesultanan Buton: kecamatan di Kota Baubau disajikan dalam Fase Raja Wolio V, Fase Raja Wolio VI, Fase Tabel 2. Tabel 2. Data Fasilitas Pendidikan Menurut Kecamatan Di Kota Baubau Tahun 2017 Jumlah Sekolah Menurut Tingkatan/Sederajat*) Kecamatan Orbitasi Jumlah No RA/ SMA/ (Kelurahan) (Km) TK SD MI SMP MTs MA Sekolah BA SMK 1. Betoambari (5) 1,5 TAD TAD 8 1 2 TAD 4 1 16 2. Murhum (5) 4,5 TAD TAD 9 2 6 TAD 6 1 24 3. Batupoaro (6) 6,2 TAD TAD 10 - - TAD - - 10 4. Wolio (7) 6,4 TAD TAD 13 2 5 TAD 3 1 24 5. Kokalukuna (6) 13,3 TAD TAD 10 1 2 TAD 1 - 14 6. Sorawolio (4) 18,7 TAD TAD 5 1 2 TAD 2 1 11 7. Bungi (5) 19,0 TAD TAD 5 1 4 TAD 2 1 13 8. Lea-lea (5) 23,6 TAD TAD 7 3 2 TAD 1 1 14 ∑ Kota Baubau (43) 69 26 67 11 23 9 19 6 230 Sumber: Kota Bau Bau Dalam Angka (KBDA) 2018, BPS Kota Bau Bau. Data diolah 2018. Catatan: *) TK = Taman Kanak-kanak; RA = Raudhatul Athfal/Bustanul Athfal; SD = Sekolah Dasar; MI = Madrasah Ibtidaiyah; SMP = Sekolah Menengah Pertama; MTs = Madrasah Tsanawiyah; SMA/SMK = Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan; MA = Madrasah Aliyah; TAD = Tidak Ada Data.

109 JURNAL Kebijakan Pembangunan Volume 15 Nomor 1 Juni: 105-118

Kota Baubau memiliki luas wilayah Education (pendidikan dan pengetahuan); 249,99 km2 yang terbagi atas 43 kelurahan (2) Enjoyment (kegembiraan/kenikmatan); dalam 8 kecamatan. Setiap kecamatan (3) Enlightenment (pencerahan); (4) terdapat fasilitas pendidikan mulai Enrichment (pengayaan); dan (5) TK/RA/BA, SD/MI, SMP/MTs, dan Entertaintment (hiburan). Pada era milenial, SMA/SMK/MA, kecuali di Kecamatan pengembangan literasi didasarkan metode Batupoaro yang tidak memiliki fasilitas termutakhir sesuai perkembangan zaman pendidikan MI, SMP, dan SMA/SMK/MA. agar mampu menghadirkan kegembiraan Kecamatan Kokalukuna pun belum memiliki masyarakat ketika berliterasi. Literasi fasilitas pendidikan MA. Secara orbitasi, ditengarai mampu memberikan pencerahan Kecamatan Lea-lea terletak paling jauh dari dan penerangan terhadap suatu ibukota Kota Baubau di Kelurahan Lipu kejadian/peristiwa yang telah, sedang, dan Kecamatan Betoambari. Hingga akhir 2017 akan terjadi. Kontinuitas berliterasi akan telah tersedia 230 sekolah di Kota Baubau. membentuk individu yang lebih intelek, Tentunya tidak termasuk sekolah edukatif, kreatif, dan inovatif. Terbukanya TK/RA/BA, dan MTs yang belum terdata akses pekerjaan akan mereduksi (TAD). pengangguran terbuka, bahkan merubah Kesungguhan membangun budaya status sosial dan meningkatkan literasi berdampak terhadap peningkatan 5E kesejahteraan. Kondisi edukasi penduduk (The Five E’s). Kelima E tersebut, yakni: (1) berumur 15 tahun ke atas di Kota Baubau ditampilkan pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan/Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu Di Kota Baubau Tahun 2017 Angkatan Kerja Bukan Pendidikan Tertinggi yang No. Angkatan Jumlah Ditamatkan *) Bekerja (%) PT (%) Jumlah Kerja 1. Tidak/Belum & Tamat SD 13.471 95,61 618 4,39 14.089 3.017 17.106 2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) 6.747 98,05 134 1,95 6.881 9.415 16.296 3. Sekolah Menengah Atas (SMA) 14.770 90,31 1.584 9,69 16.354 11.765 28.119 4. Sekolah Menengah Atas Kejuruan 5.693 86,86 865 13,20 6.554 3.259 9.813 5. Diploma I/II/III 4.385 98,36 73 1,64 4.458 1.428 5.886 6. Universitas 20.477 92,28 1.713 7,72 22.190 1.467 23.657 JUMLAH 65.543 92,93 4.987 7,07 70.530 35.438 105.968 Sumber: Kota Baubau Dalam Angka (KBDA) 2018, BPS Kota Baubau. Data Diolah 2018. Keterangan: (%) = persentase dari angkatan kerja yang bekerja & pengangguran terbuka; PT = Pengangguran Terbuka. Hingga akhir 2017, angkatan kerja di SMP, SMA, dan SMK sebanyak 3.201 orang Kota Baubau didominasi penduduk berusia atau 64,19% dari jumlah pengangguran 15 tahun ke atas dengan kategori terbuka di Kota Baubau yang mencapai Tidak/Belum dan Tamat SD. Jumlahnya 4.987 orang. Angkatan kerja penyandang mencapai 14.089 orang atau 19,98% dari status diploma hanya 4.385 orang atau total angkatan kerja sebanyak 70.530 orang. 6,69%, sedangkan yang berpendidikan Begitu pula dominasi serapan tenaga kerja sarjana mencapai 20.477 orang atau 31,24% adalah mereka yang berstatus Tidak/Belum dari jumlah angkatan kerja yang bekerja. dan Tamat SD, SMP, SMA, dan SMK Deskripsi keadaan angkatan kerja sejumlah 40.681 orang atau 57,68% dari tersebut menggugah kesadaran kolektif jumlah angkatan kerja. Keadaan ini semakin untuk segera membudayakan literasi melalui diperburuk dengan adanya pengangguran penataan kembali tata kelola literasi di Kota terbuka yang didominasi penduduk berlatar Baubau. Literasi menuntut keterlibatan dan pendidikan Tidak/Belum dan Tamat SD, andil berbagai pihak, terutama sekolah,

110 Literacy Hub (L-Hub): Studi Strategi Literasi Pemerintah Daerah (Studi Kasus di Kota Baubau) (Herie Saksono)

keluarga, dan masyarakat. Penataan Dinamika Literasi Dalam manajemen literasi pemda menjadi suatu Regulasi/Kebijakan keniscayaan yang mampu mendorong dan Kepedulian Pemerintah terhadap mengakselerasi kesiapan SDM. Bonus literasi terefleksi dari regulasi/kebijakan demografi di setiap daerah harus segera yang menjadi dasar penyelenggaraan literasi. diadaptasi agar mampu mengelola Revolusi Regulasi/kebijakan tersebut meliputi: Industri 4.0 beserta dampaknya. Manajemen Undang-Undang (UU), Peraturan literasi dilakukan secara kolaboratif melalui Pemerintah (PP), Peraturan Presiden pelibatan lembaga/institusi pendidikan (Perpres), Keputusan Presiden (Keppres), (sekolah dan perguruan tinggi) baik negeri Peraturan Menteri Dalam Negeri (PMDN), maupun swasta termasuk para pemangku dan Peraturan Menteri Pendidikan dan kepentingan literasi. Tujuannya Kebudayaan (PMPK). Tidak semua membudayakan literasi, membentuk habitus regulasi/kebijakan menyebutkan secara literasi, menghasilkan generasi literat yang eksplisit kata literasi apalagi berintegritas, dan mewujudkan masyarakat mencantumkannya sebagai norma, standar, mandiri dan sejahtera. Pengelolaan literasi prosedur, dan kriteria (NSPK). Hal ini secara professional yang diawali dari terlihat dari penggunaan/penyebutan kata masing-masing pemda akan berakumulasi “literasi/pengembangan budaya literasi” atau menjadi keberhasilan literasi Indonesia. kata “membaca/kegemaran membaca” yang diadopsi regulasi/kebijakan sebagaimana sampel regulasi/kebijakan yang disajikan

Tabel 4.

Tabel 4. Regulasi/Kebijakan Sebagai Dasar Hukum Penyelenggaraan Literasi Ketentuan Regulasi NSPK dan/atau Mandatori Penyelenggaraan Literasi Pengaturan UU No. a. sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan Konsideran 20 Tahun 2003 kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan Menimbang tentang Sistem efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan Pendidikan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan Nasional global, sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan; b. pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya Pasal 4 ayat (5) membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. UU No. Pemerintah berkewajiban: menggalakkan promosi gemar Pasal 4 43 Tahun 2007 membaca dan memanfaatkan perpustakaan. tentang Pembudayaan kegemaran membaca pada keluarga Pasal 7 ayat (1) huruf e Perpustakaan sebagaimana difasilitasi oleh Pemerintah dan pemerintah daerah melalui buku murah dan berkualitas. Pembudayaan kegemaran membaca pada satuan pendidikan Pasal 8 huruf d dilakukan dengan mengembangkan dan memanfaatkan perpustakaan sebagai proses pembelajaran. Pembudayaan kegemaran membaca pada masyarakat Pasal 48 ayat dilakukan melalui penyediaan sarana perpustakaan di tempat- Pasal 50 tempat umum yang mudah dijangkau, murah, dan bermutu; serta Penjelasan penyediaan sarana perpustakaan di tempat-tempat umum (kantor, Pasal 48 ayat (4) ruang tunggu, terminal, bandara, rumah sakit, pasar, mall). UU No. Pegawai ASN yang menduduki jabatan kepala Perangkat Daerah Pasal 233 23 Tahun 2014 harus melaksanakan Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang tentang Perpustakaan melalui program Pembudayaan gemar membaca. Pemerintahan Daerah UU Nomor Buku sebagai salah satu sarana membangun dan meningkatkan Konsideran 3 Tahun 2017 budaya literasi masyarakat Indonesia perlu mendapatkan Menimbang huruf b tentang Sistem perhatian khusus guna mendorong masyarakat berperan dalam Perbukuan tingkat global; Literasi adalah kemampuan untuk memaknai informasi secara Pasal 1 Angka 4

111 JURNAL Kebijakan Pembangunan Volume 15 Nomor 1 Juni: 105-118

Ketentuan Regulasi NSPK dan/atau Mandatori Penyelenggaraan Literasi Pengaturan kritis sehingga setiap orang dapat mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Penyelenggaraan Sistem Perbukuan bertujuan: Pasal 4 huruf c menumbuhkembangkan budaya literasi seluruh warga negara Indonesia. Pemerintah (setiap jenjang) berwenang Menetapkan kebijakan Pasal 35 ayat (1) huruf pengembangan budaya literasi. b’ Pasal 38 huruf ; Masyarakat berperan aktif dalam membangun dan Pasal 40 huruf c. mengembangkan budaya literasi melalui Sistem Perbukuan Pasal 68 ayat (1) PMDN No. Kepala daerah bertugas melaksanakan: Pasal 2 40 Tahun 2007 a. Pelestarian dan pengutamaan penggunaan bahasa Negara di tentang daerah; Pedoman Bagi b. Pelestarian dan pengembangan bahasa daerah sebagai unsur Kepala Daerah kekayaan budaya dan sebagai sumber utama pembentuk Dalam kosakata bahasa Indonesia; Pelestarian dan c. Sosialisasi penggunaan bahasa Negara sebagai bahasa pengantar Pengembangan dalam kegiatan pendidikan/belajar mengajar, forum pertemuan Bahasa Negara resmi pemerintah dan pemerintahan daerah, surat menyurat dan Bahasa resmi/kedinasan, dan dalam kegiatan lembaga/badan usaha Daerah swasta serta organisasi kemasyarakatan di daerah; d. Sosialisasi penggunaan bahasa daerah dalam kegiatan pelestarian dan pengembangan seni budaya di daerah. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3 kepala daerah: a. Melakukan koordinasi antarlembaga dalam pengutamaan penggunaan bahasa Negara atas bahasa-bahasa lainnya pada berbagai forum resmi di daerah. b. Menerbitkan petunjuk kepada seluruh aparatur di daerah dalam menerbitkan penggunaan bahasa di ruang publik, termasuk papan nama instansi/lembaga/badan usaha/badan sosial, petunjuk jalan dan iklan, dengan pengutamaan penggunaan bahasa negara. c. Memberikan fasilitas untuk pelestarian & pengembangan bahasa Negara dan bahasa daerah. d. Bekerja sama dengan instansi vertikal di daerah yang tugasnya melakukan pengkajian, pengembangan, dan pembinaan kebahasaan. Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dapat Pasal 4 melibatkan potensi masyarakat yang terhimpun dalam organisasi kemasyarakatan, badan usaha swasta, badan usaha milik daerah/ Negara, dan/atau lembaga non pemerintah. PMDN No. “Literasi” menjadi salah satu “Bukti Keterampilan” untuk Lampiran: 108 Tahun mendemonstrasikan kompetensi dalam Standar Kompetensi IV. Standar 2017 tentang Pemerintahan. Kompetensi Kompetensi Pemerintahan Pemerintahan PMPK No. a. sebagai dampak kemajuan iptek dan seni, penggunaan bahasa Konsideran 50 Tahun 2015 Indonesia dalam beragam ranah pemakaian, baik secara lisan Menimbang tentang maupun tulisan semakin luas; Pedoman b. untuk memantapkan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa Umum Ejaan Negara, perlu menyempurnakan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Bahasa Indonesia; Indonesia Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) dipergunakan Pasal 1 ayat (1) bagi instansi pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam penggunaan Bahasa Indonesia secara baik dan benar. Sumber: Berbagai Sumber Data diolah 2018.

112 Literacy Hub (L-Hub): Studi Strategi Literasi Pemerintah Daerah (Studi Kasus di Kota Baubau) (Herie Saksono)

Berdasarkan penelusuran data, hanya menyusun/mengimplementasikan kebijakan ada 1 (satu) peraturan perundang-undangan pengembangan budaya literasi di wilayah yang secara tegas dan lugas mengatur tentang provinsi. literasi. Penyebutan kata literasi juga Kewenangan pemda Kabupaten/Kota diungkapkan secara eksplisit sebagaimana mengelola literasi diatur Pasal 40 huruf c, tertera pada UU Nomor 3 Tahun 2017 yaitu: memfasilitasi pengembangan budaya tentang Sistem Perbukuan. Bila mencermati literasi. Kata “memfasilitasi” diartikan Konsideran Menimbang khususnya pada keikutsertaan langsung dalam huruf b, tertera kata-kata “membangun dan penyelenggaraan aktivitas literasi. meningkatkan budaya literasi”. Penggalan Tujuannya pemberdayaan, penguatan kalimat tersebut digunakan sebagai salah kapasitas, bimbingan teknis kepada satu pertimbangan dalam menyusun UU pemangku kepentingan literasi, ASN, dan tentang Sistem Perbukuan. Demikian pula masyarakat agar memiliki keterampilan dan ketentuan Pasal 1 angka 4 yang menuliskan mampu berkontribusi nyata untuk pengertian literasi. Literasi adalah pengembangan budaya literasi. Kewenangan kemampuan untuk memaknai informasi ini menyatakan bahwa pemda secara kritis, sehingga setiap orang dapat kabupaten/kota memiliki mandat mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi merumuskan kebijakan, merencanakan sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas program/kegiatan, menetapkan alokasi hidupnya. Pasal 4 huruf c, mengatur tujuan anggaran, mengembangkan budaya literasi penyelenggaraan Sistem Perbukuan, salah secara kolaboratif, dan melakukan satunya ialah menumbuhkembangkan pendampingan, monitoring, dan evaluasi atas budaya literasi seluruh warga negara pengembangan budaya literasi secara Indonesia. berkala. Prakondisi penguatan literasi harus Partisipasi masyarakat di bidang didukung regulasi/kebijakan yang literasi ditegaskan dalam Pasal 68 ayat (1), berkualitas (Saksono 2016). Demikian pula bahwa masyarakat berperan aktif dalam eksistensi literasi yang didukung UU Sistem membangun dan mengembangkan budaya Perbukuan. Pengaturannya berupa: literasi melalui Sistem Perbukuan. Peran kewenangan, siapa melakukan apa (who does aktif masyarakat dapat berupa penyampaian what), termasuk peran yang dapat dilakukan aspirasi, turut menyelenggarakan aneka oleh setiap pihak. Kewenangan Pemerintah aktivitas literasi, menjadi pegiat literasi, Pusat diatur dalam Pasal 35 ayat (1) huruf b, berkontribusi dalam forum konsultasi publik yaitu: menetapkan kebijakan pengembangan penyusunan perda tentang literasi, dan budaya literasi. Hal ini menandaskan memastikan terselenggaranya kewenangan Pemerintah lebih difokuskan pengembangan budaya literasi. Berperan perannya sebagai regulator pada tataran aktif adalah pernyataan sikap yang didasari kebijakan secara makro termasuk instrumen prinsip sukarela, komitmen, niat tulus, dan pelaksanaannya agar dapat mengakselerasi kesungguhan, serta tidak sekedar formalitas pengembangan budaya literasi di Indonesia. dalam penyampaian kebutuhan dan Berbeda dengan kewenangan kepentingannya berliterasi. Literasi Pemerintah. Kewenangan Pemerintah melancarkan siklus manajemen Provinsi yang dipimpin Gubernur adalah pengetahuan, sehingga terjadi penciptaan, mengembangkan budaya literasi pendistribusian, penggunaan, dan sebagaimana diatur dalam Pasal 38 huruf d. pengelolaan ilmu, pengetahuan, dan Selain berstatus kepala daerah, Gubernur teknologi secara tepat, benar, dan adalah Wakil Pemerintah Pusat (GWPP) di berkesinambungan. Masyarakat dalam hal daerah, terutama dalam hal pembinaan dan ini adalah mereka yang menerima manfaat pengawasan penyelenggaraan pemerintahan literasi termasuk para pihak yang daerah. Eksistensi Gubernur memposisikan berkepentingan. pemda provinsi sebagai perumus kebijakan messo dengan kewenangan

113 JURNAL Kebijakan Pembangunan Volume 15 Nomor 1 Juni: 105-118

Literacy Hub (L-hub) sebagai Strategi Kehadirannya mampu menciptakan Keaksaraan Pemda profesionalisme, generasi literat, dan kompetensi personal. Pasca pelembagaan L- Orientasi pengembangan budaya Hub beroperasi mapan (established), barulah literasi dapat diarahkan untuk mewujudkan L-Hub menjalin kemitraan dengan pemda “Kota Literasi”. Kota Literasi merupakan untuk mengembangkan budaya literasi. Tata city branding yang mampu meningkatkan kelola dan pengembangan jejaring L-Hub kepariwisataan daerah (Saksono 2018). menjadi tanggung jawab seluruh anggotanya Pengelolaannya mensyaratkan kolaborasi secara kolektif untuk merawat, antara pemda dengan berbagai pihak yang mengembangkan, dan menjamin peduli literasi. Setidaknya terdapat 2 (dua) keberlanjutannya. Keanggotaan L-Hub agenda utama dalam investasi literasi. Pemda bersifat kolektif-kolegial dengan kemitraan sebagai regulator wajib untuk: 1) sukarela. Anggota L-Hub adalah pemangku memformulasikan regulasi/kebijakan berupa kepentingan literasi, yakni: 1) literat; 2) para perda dan/atau perkada untuk penguatan dan pegiat literasi; 3) komunitas literasi; 4) pengembangan budaya literasi; 2) jurnalis media cetak/elektronik; 5) peneliti; mengalokasikan anggaran program/kegiatan 6) praktisi; 7) pustakawan; 8) guru/ dosen; 9) pengembangan budaya literasi; 3) siswa/mahasiswa;10) budayawan/sastrawan; membentuk Tim Literasi Daerah (TLD); 4) 11) pengarang/penulis buku; 12) lembaga meningkatkan kapasitas pengawas sekolah, swadaya masyarakat (LSM); 13) pengelola kepala sekolah, guru, dan tenaga Taman Bacaan Masyarakat (TBM); 14) kependidikan lainnya melalui pendidikan penerbit/distributor buku dan organisasi dan pelatihan critical thinking, problems perbukuan; 15) Pemerintah, pemerintah solving, dan development of innovation- daerah, dan pemerintah desa; 16) based literacy culture; 5) menggagas Waktu kreator/inovator; dan 17) masyarakat yang Membaca bagi masyarakat di malam hari dan memiliki habbit membaca buku dan selaku bagi siswa selama 30 menit per hari sebelum penerima manfaat literasi. memulai aktivitasnya di sekolah; 6) Kedua agenda tersebut adalah meningkatkan keterampilan membaca dan extraordinary strategy pengembangan memotivasi siswa agar menyemarakkan budaya literasi di daerah. Kolaborasi budaya membaca; 7) menetapkan Sekolah antarperangkat daerah Kota Baubau menjadi Model Literasi setiap jenjang pendidikan kunci sukses pengembangan budaya literasi. (sesuai kewenangan penyelenggaraan Kolaborator perangkat daerah dimaksud pendidikan); 8) mendorong penyelenggaraan adalah: a) Dinas Pendidikan dan maupun penyebarluasan TBM; dan 9) Kebudayaan; b) Dinas Perpustakaan dan melakukan kerjasama dan kolaborasi dengan Kearsipan Daerah; c) Dinas Komunikasi dan penerbit buku (book publisher), institusi/ Informatika; d) Badan Penelitian dan lembaga donor yang senantiasa berbagi Pengembangan Daerah; dan e) Badan bahan bacaan dan/atau mendonasikan buku Perencanaan Pembangunan Daerah. secara berkala. Kolaborasi internal pemda idealnya diikuti Selanjutnya adalah memapankan dengan membangun jejaring (networked) pelembagaan Literacy Hub (L-Hub) sebagai literasi melalui kemitraan strategis. Para institusi pemikir. Wadah ini merupakan pusat mitra strategis literasi antara lain: perguruan literasi terintegrasi habitus literasi yang tinggi, lembaga pendidikan dan pelatihan, dibentuk untuk kepentingan literasi di era lembaga penelitian dan pengembangan digital. Sebagai habitus literasi, L-Hub masyarakat, lembaga donor, dan lain-lain. merupakan sarana pertemuan online/offline Beberapa perguruan tinggi yang memiliki yang memadukan gaya hidup, norma, etika, kampus di Kota Baubau diantaranya: a) struktur, dan kultur individual maupun sosial. Universitas Dayanu Ikhsanuddin Saksono (2019) menegaskan bahwa pada era (Unidayan); b) Sekolah Tinggi Agama Islam digital, kehadiran institusi pemikir menjadi (STAI) YPIQ Baubau; c) Universitas poros transformasi kelembagaan daerah Muhammadiyah Buton (UMB) Kota menuju perangkat daerah modern-futuristik Baubau; d) Akademi Manajemen

114 Literacy Hub (L-Hub): Studi Strategi Literasi Pemerintah Daerah (Studi Kasus di Kota Baubau) (Herie Saksono)

Informatika dan Komputer (AMIK) Milan kemanfaatan yang tinggi. Dharma Baubau; e) Sekolah Tinggi Ilmu Kota Baubau yang terletak di Kesehatan (STIKES IST) Buton; (f) Kawasan Timur Indonesia (KTI) tidak Politeknik Baubau; g) Sekolah Tinggi Ilmu menghalangi dinamika berliterasi di daerah. Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Kehadiran internet dan gawai (gadget) Pelita Nusantara Buton; dan h) Universitas berhasil menggeser peran sejumlah media Terbuka (UT) Baubau. literasi. Melalui internet dan gawai, Selain perguruan tinggi, terdapat pula penyelenggaraan literasi menjadi lebih beberapa lembaga pendidikan dan pelatihan mudah, dinamis, dan semakin praktis. Begitu nonformal. Salah satu diantaranya adalah pula kehadiran literacy hub dan cloud Sekolah Jelajah Dunia (SJD) yang didirikan literacy yang merubah paradigma berliterasi. Suhardiyanto pada Oktober 2018 di Kota Cloud literacy adalah aplikasi Baubau. SJD adalah sekolah nonformal pembelajaran yang memiliki beragam berbasis komunitas. Materi pembelajaran konten, tersedia untuk berbagai jenjang SJD terkait dengan motivasi diri siswa, pendidikan, dan dapat diakses dan diunduh meningkatkan kemampuan imajinasi, dengan mudah melalui gawai. Cloud melatih menulis untuk mengabadikan literacy merupakan tata kelola literasi gagasan dan sebagai sarana berbagi perasaan, futuristik yang bergantung kepada internet, cara belajar sehat dan bahagia, kuliah gratis saling terkoneksi-berinteraksi dengan di luar negeri, care and share, donasi ilmu, seluruh pemangku kepentingan literasi. Taman Baca Milenial (terdaftar di Cloud literacy mengelola jasa konsultasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan), online sebagai solusi problema literasi, pendidikan dan kehidupan, pengenalan menyediakan beragam buku digital, matematika, konselor keluarga, kelas video memberi pelatihan dan praktek peningkatan call di bidang arsitek dan kreativitas, kelas keterampilan berliterasi, dan membangun telekonferensi, lomba masak bersama mama, komunikasi antarsekolah/perguruan tinggi, mengelola emosi, apresiasi Hari Ibu, dan antarsiswa/mahasiswa, antarguru//dosen, pengenalan budaya, serta berbagai aktivitas dan antarpegiat literasi yang terintegrasi literasi lainnya. dalam big data. Ketika tiba saatnya, pemda Secara umum, Program Jelajah Kota Baubau dapat melakukan penilaian Literasi berhasil membuat perubahan mandiri (self-assessment), mempersiapkan fundamental terhadap diri siswa. Siswa kota literasi, dan mendeklarasikan Kota menjadi lebih aktif dan bersemangat belajar, Baubau sebagai Kota Literasi. tidak monoton dan kaku, serta aktivitas kelas SIMPULAN DAN REKOMENDASI dapat diikuti kapan saja dan dimana saja sepanjang para siswanya menggenggam Simpulan gawai. Proses pembelajaran menjadi lebih Literasi sebagai tradisi, gaya hidup, nyaman, memiliki nilai estetis dan dan budaya masyarakat adalah keniscayaan menyenangkan (entertain) serta sepanjang bila diinisiasi awal oleh Pemerintah masa (all the time) karena setiap aktivitas bersama-sama seluruh pemda dengan pembelajaran senantiasa diliput, direkam & mengedepankan partisipasi masyarakat. disimpan (recorded), dan dipublikasikan Pengembangan budaya literasi menuntut melalui berbagai media sosial. Inilah yang kolaborasi antarpemangku kepentingan dimaknai sebagai literasi milenial (millennial dalam suatu gerakan literasi secara literacy). Kehadiran SJD menjadi salah satu kolektif, terstruktur, dan massif di seluruh solusi untuk menyosialisasikan literasi. Indonesia demi terciptanya budaya literasi Sosialisasi literasi penting untuk dan tercapainya tujuan literasi. menggerakkan motivasi internal masyarakat, Penataan kembali manajemen dimana konten disajikan melalui media literasi berimplikasi terhadap percepatan secara holistik baik berupa audio, visual, dan pengembangan budaya literasi, sehingga kinestetik dengan melibatkan kehadiran mampu menciptakan generasi literat yang teknologi yang menarik, etis, mudah kreatif, inovatif, produktif, berintegritas, dijangkau, dan memiliki nilai serta

115 JURNAL Kebijakan Pembangunan Volume 15 Nomor 1 Juni: 105-118

dan adaptif terhadap perubahan UCAPAN TERIMA KASIH lingkungannya. Pengembangan budaya Penulis mengucapkan terima kasih literasi menjadi semakin optimal ketika kepada para narasumber atas pemikiran setiap pemda memiliki regulasi/kebijakan dan fasilitasinya, khususnya bapak Mustafa yang mengatur tata kelola dan budaya Zain, Kepala Badan Penelitian dan literasi. Literacy Hub sebagai media Pengembangan Daerah (BPPD) Kota komunikasi antarpemangku kepentingan Baubau, ibu Aini Abdul, Founder Ransel literasi berperan strategis meningkatkan Buku Kota , bapak kualitas literasi dan penciptaan generasi Suhardiyanto (Anton), Founder Sekolah literat yang bermanfaat memajukan Jelajah Dunia (SJD) Kota Baubau, dan pembangunan dan daya saing daerah serta bapak La Ode Muhammad Ishaq Anshari peningkatan kesejahteraan. (Iwan), Founder Baubau Creative Forum Rekomendasi (BBCF). Pemerintah Provinsi Sulawesi DAFTAR PUSTAKA Tenggara dapat melakukan pembinaan Amaliah, Siti. 2010. “Hubungan Sanitasi melalui formulasi peraturan daerah tentang Lingkungan dan Faktor Budaya Budaya Literasi serta menstimulasi minat Dengan Kejadian Diare Pada baca masyarakat melalui penggunaan Anak Balita Di Desa Toriyo sistem aplikasi berliterasi yang dapat Kecamatan Bendosari Kabupaten diunduh gratis dari perangkat telepon Sukoharjo”. Prosiding Seminar pintar. Seiring dengan itu, Pemerintah Kota Nasional Unimus 2010. Diakses Baubau menyusun kebijakan tentang pada tanggal 22 Desember 2018. Budaya Literasi, mewajibkan membaca http://jurnal.unimus.ac.id. 91-97. buku literatur (non teks pelajaran) demi kukuhnya budaya literasi, menggagas Antoro, Billy. 2017. Gerakan Literasi “Pojok Baca” (Reading Corner) dan/atau Sekolah: Dari Pucuk Hingga “Perpustakaan Kelas” (Classroom Library) Akar - Sebuah Refleksi. Cetakan pada semua jenjang Pendidikan, 1. Jakarta: Direktorat Jenderal menyelenggarakan pameran buku/bedah Pendidikan Dasar dan Menengah buku/bercerita (story telling) secara Kementerian Pendidikan dan berkala, menginisiasi perpustakaan digital Kebudayaan. di Perpustakaan Daerah dan Perpustakaan Apriani, Eka. 2016. “A New Literacy: The Sekolah, menghimbau TBM melakukan Role of Technology to Develop “Registrasi Taman Bacaan Masyarakat” ke Student’s Character”. Ta’dib alamat ([email protected]) Journal of Islami Education. Vol. untuk mendapat bantuan pengembangan 21 (No 1): 59-72. literasi/Donasi Buku dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Apurines, Muh. Ide. 2018. “Praktik mengadakan Lomba Karya Tulis Ilmiah Pemerintahan Pada Kesultanan bagi guru/siswa melalui kerjasama dengan Buton Tahun 1540-1960 koran lokal dan memberi penghargaan Masehi”. Jurnal TAPIs (awards) berupa Piagam/Sertifikat dan (Teropong Aspirasi Politik Dana Stimulan, disertai publikasi Islam). Vol. 14 (No. 02): 20-47. karyanya. Para pemerhati, pegiat, Badan Pusat Statistik. 2018. “Statistik pemangku kepentingan literasi, dan Indonesia – Statistical Yearbook masyarakat agar secara mutualistis of Indonesia 2018”. Badan Pusat mendorong perubahan mindset dan culture Statistik (BPS). Jakarta: CV. set, sehingga literasi benar-benar menjadi Dharmaputra. gaya hidup (lifestyle) masyarakat urban di Kota Baubau. BPS Provinsi Sulawesi Tenggara. 2018. “Provinsi Sulawesi Tenggara Dalam Angka – Sulawesi

116 Literacy Hub (L-Hub): Studi Strategi Literasi Pemerintah Daerah (Studi Kasus di Kota Baubau) (Herie Saksono)

Tenggara Province in Figures BPS Kota Baubau. 2016. “Kota Baubau 2018”. Badan Pusat Statistik Dalam Angka – Baubau (BPS) Provinsi Sulawesi Municipality in Figures 2016”. Tenggara: . Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Baubau. Baubau: UD. Syahid. BPS Provinsi Sulawesi Tenggara. 2017. “Provinsi Sulawesi Tenggara BPS Kota Baubau. 2015. “Kota Baubau Dalam Angka – Sulawesi Dalam Angka – Baubau Tenggara Province in Figures Municipality in Figures 2015”. 2017”. Badan Pusat Statistik Baubau: UD. Syahid. (BPS) Provinsi Sulawesi BPS Kota Baubau. 2014. “Kota Baubau Tenggara: Kendari. Dalam Angka – Baubau BPS Provinsi Sulawesi Tenggara. 2016. Municipality in Figures 2014”. “Provinsi Sulawesi Tenggara Baubau: UD. Syahid. Dalam Angka – Sulawesi BPS Kota Baubau. 2013. “Kota Baubau Tenggara Province in Figures Dalam Angka – Baubau 2016”. Badan Pusat Statistik Municipality in Figures 2013”. (BPS) Provinsi Sulawesi Baubau: UD. Syahid. Tenggara: Kendari. Bouyardane, Nadja. 2018. “Literacy BPS Provinsi Sulawesi Tenggara. 2015. Management – Unternehmen “Provinsi Sulawesi Tenggara Brauchen Schreibkompetenz”. Dalam Angka – Sulawesi Business-Schreibkurse. Diakses Tenggara Province in Figures pada tanggal 22 Desember 2018. 2015”. Badan Pusat Statistik https://www.business- (BPS) Provinsi Sulawesi schreibkurse.de/literacy- Tenggara: Kendari. management-unternehmen- BPS Provinsi Sulawesi Tenggara. 2014. brauchen-schreibkompetenz/ “Provinsi Sulawesi Tenggara Burton, James. 2018. “List of Countries By Dalam Angka – Sulawesi Literacy Rate”. Diakses pada Tenggara Province in Figures tanggal 22 Desember 2018. 2014”. Badan Pusat Statistik https://www.worldatlas.com/arti (BPS) Provinsi Sulawesi cles/the-highest-literacy-rates-in- Tenggara: Kendari. the-world.html, BPS Provinsi Sulawesi Tenggara. 2013. Gilbert, Lisa., Anne Teravainen, Christina “Provinsi Sulawesi Tenggara Clark, and Sophia Shaw. 2018. Dalam Angka – Sulawesi “Literacy and Life Expectancy: Tenggara Province in Figures An Evidence Review Exploring 2013”. Badan Pusat Statistik the Link Between Literacy and (BPS) Provinsi Sulawesi Life Expectancy in England Tenggara: Kendari. Through Health and BPS Kota Baubau. 2018. “Kota Baubau Socioeconomic Factors”. Dalam Angka – Baubau February 2018. Diakses pada Municipality in Figures 2018”. tanggal 18 Maret 2019. Badan Pusat Statistik (BPS) Kota www.literacytrust.org.uk. Baubau: Baubau. Gustini, Neng., Dede Rohaniawati, dan BPS Kota Baubau. 2017. “Kota Baubau Anugrah Imani. 2016. “Budaya Dalam Angka – Baubau Literasi (Model Pengembangan Municipality in Figures 2017”. Budaya Baca Tulis Berbasis Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kecerdasan Majemuk Melalui Baubau. Baubau: UD. Syahid.

117 JURNAL Kebijakan Pembangunan Volume 15 Nomor 1 Juni: 105-118

Tutor Sebaya)”. Edisi I. Cetakan Romadhianti, Rona. 2018. “Menembus 1. : Deepublish. Cakrawala Dengan Kunci “L”. Prosiding Pekan Seminar Hidayatun, Maria I., Liliany Sigit SA., Nasional (Pesona) 2018. 67-71. Altrerosye Asri, dan Rully Damayanti. 2010. “Dari Buton Saksono, Herie. 2012. “Ekonomi Kreatif: dan Untuk Buton: Malige Talenta Baru Pemicu Daya Saing Budaya Buton”. Usulan Program Daerah”. Jurnal Bina Praja. Vol. 4 Pengembangan dan Pemanfaatan (No. 2): 93-104. Benteng Istana Buton, : Saksono, Herie. 2013. “Ekonomi Biru: Tim Jurusan Arsitektur Fakultas Solusi Pembangunan Daerah Teknik Sipil dan Perencanaan Berciri Kepulauan – Studi Kasus Universitas Kristen (FTSP UK) Kabupaten Kepulauan Anambas”. Petra Surabaya. Jurnal Bina Praja. Vol. 5 (No. 1): Ilyas, Husnul Fahimah. 2018. “Sepenggal 1-12. Warisan Tertulis Di Negeri Saksono, Herie. 2016. “Wajah Baru Buton”. Jurnal Pusaka. Vol. 5 Otonomi Daerah: Status Kinerja (No. 1): 125-139. versus Kondisi Realistis di Inglehart, Ronald F. 2018. “Cultural Wilayah Pemerintah Daerah Evolution: People’s Motivations Provinsi Kalimantan Selatan”. Are Changing, and Reshaping Jurnal Kebijakan Pembangunan. the World”. First Published. Vol. 11 (No. 2): 133-148. United Kingdom: Cambridge Saksono, Herie. 2019. “Badan Penelitian University Press. dan Pengembangan Daerah Noor, Juliansyah. 2013. “Penelitian Ilmu Sebagai Think Tanks dan Manajemen: Tinjauan Filosofis Akselerator Perubahan Peradaban dan Praktis”. Edisi Pertama. di Era Digital”. Jurnal Kebijakan Cetakan Ke-1. Jakarta: Penerbit Pembangunan. Vol. 14 (No. 1): 1- Kencana Prenada Media Group. 18. Organisation for Economic Co-operation Sidauruk, Rosmawaty., dan Herie Saksono. and Development (OECD). 2018. 2018. “Ekonomi Kreatif Sebagai “PISA 2015 – PISA Results in Basis City Branding Menuju Focus”. OECD. Kepariwisataan Terintegrasi Di Kawasan Danau Toba”. Inovasi. Purwanto, Muhammad Roy., Sularno, dan Vol. 15 (No. 1): 83-104. DOI: Eva Fadhilah. 2018. “Akulturasi https://doi.org/10.33626/inovasi.v Antara Budaya Lokal, Fiqh, dan 15i2.95 Tasawuf Dalam Pembentukan Undang-Undang Martabat Tujuh Tim Visi Yustisia. 2015. “Undang-Undang Kesultanan Buton”. Prosiding Nomor 23 Tahun 2014 tentang Seminar Nasional Seri 8. Pemerintahan Daerah dan Mewujudkan Masyarakat Perubahannya”. Cetakan 1. Madani dan Lestari. Diseminasi Jakarta: PT. Visimedia Pustaka. Hasil-hasil Penelitian. 202-214. UNESCO Institute for Statistics. 2016. Diakses pada tanggal 15 Januari “Education and Literacy. Browse 2019. by Country – Indonesia”. Diakses https://dspace.uii.ac.id/handle/12 pada tanggal 22 Desember 2018. 3456789/11448 https://en.unesco.org/countries/i ndonesia

118