YATAGARASU (GAGAK BERKAKI TIGA) SEBAGAI OBJEK PEMUJAAN PADA KUIL KUMANO HONGU TAISHA DI PREFEKTUR WAKAYAMA

WAKAYAMA DE NO KUMANO HONGU TAISHA SHINTO NI SHUUHAI NO TAISHOU TO SHITE NO YATAGARASU

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana dalam bidang Ilmu Budaya Sastra Jepang

Oleh:

ARIN RIFKA ANNISA

140708053

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas segala anugerah dan karunia dari Tuhan

Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul

―YATAGARASU (GAGAK BERKAKI TIGA) SEBAGAI OBJEK

PEMUJAAN PADA KUIL SHINTO KUMANO HONGU TAISHA DI

PREFEKTUR WAKAYAMA”.

Dalam skripsi ini penulis membahas hal-hal yang berhubungan dengan yatagarasu (gagak berkaki tiga) sebagai objek pemujaan pada kuil shinto kumano hongu taisha. Namun, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis serta bahan literatur, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Maka dari itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan dukungan dari semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Maka sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara, yang telah membantu peulis dalam

menyediakan sarana dan fasilitas belajar selam masa perkuliahan.

2. Bapak Prof. Hamzon Situmorang,M.S,Ph.D., selaku ketua Jurusan Sastra

Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, yang dengan

tulus ikhlas membimbing, memeriksa dan memberikan saran-saran serta

arahan dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3. Bapak Mhd. Pujiono.,M.Hum.,Ph.D., selaku Dosen Pembimbing, yang

telah banyak megorbankan waktu dan tenaga dalam memberikan

masukan-masukan dan bimbingan serta pengarahan dalam penyusunan

skripsi ini.

4. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang

telah dengan sabar memberikan ilmu yag demikian selama masa

perkuliahan.

5. Seluruh Staf Pegawai Jurusan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis selama duduk

dibangku perkuliaham

6. Penulis mengucapkan terima kasih khususnya kepada kedua orangtua

tersayang, ibunda Elizar dan ayahanda Azril, yang senantiasa membantu

banyak hal dengan mencurahkan perhatian baik spiritual maupun material

selama penulis menuntut ilmu hingga penyusunan skripsi ini. Kepada

adik-adik tersayang Riza Avianita, Muhammad Fachri, Hendizar Baher

dan Azka Ramadhan yang sudah membantu menghibur penulis selama

masa pengerjaan skripsi.Seluruh keluarga besar dan khususnya Almh.

Nenek, Nuraini, yang telah membantu penulis berupa dukungan saat

penulis mengerjakan skripsi ini di malam hari.

7. Seluruh teman-teman tersayang: Henny Ardiani Siregar (Heng), Vanni

Almunawaroh Fatonah (Mun), Masria Elisabet, Nurjannah Rangkuti

(Jang), Teguh Setiawan (Tegoeh), Dewinta (Dew), Putri Hira Aulia

(Puput), Nabila Anastasya (Bibil), Ade Maylina, Firda Ayudhia (Nini),

Indra Puspa Ayu (Joen), Samsijar (Ija), Lheedearson (Son) yang selama ini

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA telah menemani dan banyak berbagi pengalaman dengan penulis sejak

zaman sekolah dan dalam perguruan tinggi. Penulis berharap jalinan

pertemanan ini dapat terus terjalin hingga akhir hayat kelak.

8. Seluruh teman-teman di Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera Utara Stambuk 2014.

Semoga budi baik saudara/i dibalas oleh Allah SWT. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca yang ingin menambah pengetahuan tentang Yatagarasu dan juga Kuil Shinto.

Medan, 4 Februari 2019

Penulis

Arin Rifka Annisa NIM 140708053

v

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...... i

DAFTAR ISI ...... iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ...... 1

1.2 Rumusan Masalah ...... 5

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan...... 6

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ...... 7

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 10

1.6 Metode Penelitian ...... 10

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KUIL SHINTO

KUMANO HONGU TAISHA DAN YATAGARASU

(GAGAK BERKAKITIGA)

2.1 Shinto ...... 12

2.2 Kuil Shinto ...... 14

2.3 Kuil Kumano Hongu Taisha ...... 16

2.4 Yatagarasu (Gagak Berkaki Tiga) ...... 20

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2.4.1Yatagarasu Menurut Kojiki ...... 20

2.4.2Yatagarasu Menurut Nihon Shoki ...... 24

2.4.3 Mitos Yatagarasu (gagak berkaki tiga) di Jepang ..... 27

2.4.4 Yatagarasu (Gagak Berkaki Tiga) Sebagai Simbol

AsosiasiSepakbola Jepang ...... 30

2.4.5 Gagak berkaki tiga di China ...... 31

2.4.6 Gagak berkaki tiga di Korea ...... 32

BAB IIIYATAGARASU(GAGAK BERKAKI TIGA) SEBAGAI

OBJEK PEMUJAAN PADA KUIL SHINTO KUMANO

HONGU TAISHA DI PREFEKTUR WAKAYAMA

3.1 Asal Usul Yatagarasu (gagak berkaki tiga) ...... 33

3.1.1 Asal Usul ...... 33

3.1.2 Arti Nama ...... 34

3.2 Makna Yatagarasu (gagak berkaki tiga) ...... 35

3.2.1 Makna Yatagarasu sebagai Simbol pada Kuil

Kumano Hongu Taisha ...... 35

3.2.2 Makna Yatagarasu sebagai Simbol Benda ...... 38

3.2.3 Makna Yatagarasu sebagai Simbol Sepak Bola

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jepang ...... 38

3.2.4 Yatagarasu sebagai Simbol Ground Self

Defense Force (JGSDF) ...... 39

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan ...... 40

4.2 Saran ...... 42

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ABSTRAK

viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas.

Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio- budaya ini tersebar, dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.

(https://id.wikipedia.org/).

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Menurut Ki

Hajar Dewantara (dalam Isma Tantawi (2016:59)) kebudayaan adalah buah budi manusia dalam hidup bermasyarakat dan menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dengan cara belajar. Jadi, kebudayaan dapat didefinisikan adalah segala daya-upaya manuia untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik kebutuhan rohani maupun jasmani.

Menelusuri Jepang, Jepang adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur.

Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik Rakyat Tiongkok, Korea, dan Rusia. Jepang terdiri dari

1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 6.852 pulau dan menjadikannya sebagai negara kepulauan. Pulau-pulau utama dari utara ke selatan adalah Hokkaido, Honshu (pulau terbesar), Shikoku, dan Kyushu.

Penduduk Jepang berjumlah 127 juta orang dan berada pada urutan ke 10 dari daftar negara menurut jumlah penduduk terbanyak di dunia

Jepang dikenal sebagai negara yang menganut kepercayaan Shinto. Shinto

(secara harfiah bermakna ―jalan/jalur dewa‖) adalah sebuah kepercayaan yang berasal dari Jepang. Kepercayaan ini menyembah matahari dan percaya bahwa kaisar Jepang adalah keturunan langsung dari Dewa Matahari atau

Omikami. Dalam kepercayaan Shinto yang merupakan perpaduan antara paham serba jiwa (animisme) dengan pemujaan terhadap gejala-gejala alam mempercayai bahwasannya semua benda baik yang hidup maupun yang mati dianggap memiliki ruh atau spirit, bahkan kadang-kadang dianggap pula berkemampuan untuk bicara, semua ruh atau spirit itu dianggap memiliki daya kekuasaan yang berpengaruh terhadap kehidupan mereka (penganut Shinto), daya-daya kekuasaan tersebut mereka puja dan disebut dengan ―‖ (Dewa).

Kuil juga hal yang sangat melekat pada negara Jepang. Lebih dikenal sebagai kuil Shinto. Kuil Shinto (jinja) adalah bangunan tempat penyembahan dewa-dewa dalam kepercayaan Shinto. Shinto adaalah kepercayaan yang melekat dengan Jepang yang merumuskan penyembahan dewa-dewa dari alam, mitologi, cerita rakyat, dan fakta sejarah serta arwah para leluhur. Nama dari kuil Shinto biasanya diikuti dengan kata Jingu, Jinja, dan Taisha.

Banyak kuil yang menyembah binatang sebagai dewa, Shunjitsu jinja/ menyembah rusa, Nishie jinja/ menyembah monyet, jinja/ menyembah

2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA merpati, Kumano jinja/ menyembah burung gagak, Ookuroten jinja/ menyembah tikus, Benzoiten jinja/ menyembah ular. Tetapi yang paling banyak disembah adalah inari jinja menurut Hasekura di seluruh Jepang ada sejumlah 32.000 buah jinja yang menyembah inari. Oleh karena itu inari adalah merupakan dewa peringkat pertama yang berpusat di (Situmorang, Hamzon, 2017:140).

Kuil Kumano adalah salah satu kuil yang menyembah binatang, yaitu burung gagak. Kuil Kumano adalah kuil Shinto yang mengabadikan tiga gunung

Kumano: Hongu, Shingu, dan Nachi. Ada lebih dari 3000 kuil Kumano di Jepang, dan masing-masing telah menerima dewa nya dari kuil Kumano yang lain melalui sebuah proses propagasi yang disebut bunrei atau kanjou.

Titik asli dari kultus Kumano adalah kompleks kuil Kumano Sanzan dari

Prefektur Wakayama, yang meliputi (Shingu,

Wakayama), Kumano Hongu Taisha (Tanabe, Wakayama), dan Kumano Nachi

Taisha (, Wakayama).

Wakayama adalah ibu kota Prefektur Wakayama, Jepang. Kota ini terletak di sebelah selatan wilayah Kinki. Pada zaman , kota ini merupakan ibu kota istana Domain Kishuu yang diperintah keluarga Tokugawa Kishuu. Kota

Wakayama merupakan kota utama di Prefektur Wakayama. Luas kota sekitar 4% dari keseluruhan luas prefektur dan ditinggali oleh 40% dari total penduduk prefektur. Kota ini telah ditetapkan sebagai salah satu kota utama di Jepang.

Salah satu kuil dari Kumano Sanzan ialah kuil Kumano Hongu Taisha.

Kumano Hongu Taisha adalah kuil Shinto yang terletak di Tanabe, Prefektur

Wakayama, jauh di dalam pegunungan terjal Semenanjung Kii, Jepang.

3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Pada awalnya Kuil Kumano Hongu Taisha berlokasi di Oyunohara, sebuah gerbang di titik pertemuan antara Sungai Kumano-gawa dan Sungai Otonashi- gawa, kuil ini dipindahkan ke lokasinya yang sekarang karena banjir bandang yang terjadi pada 1889. Gerbang Oyunohara menandakan lokasi terdahulunya.

Legenda berkisah suatu malam para roh yang berbentuk tiga bulan turun ke bumi dan masuk ke dalam pohon tarbantin besar di Oyunohara. Para penduduk kemudian membangun kuil untuk menghormati roh tersebut, termasuk Torii sebagai batas wilayah manusia dan roh.

Setiap tanggal 13-15 April, diadakan festival Musim Semi, dimana para roh Kumano akan dibawa berkeliling (dengan ) dari Kuil Kumano Hongu ke Oyunohara melalui Yunomine Onsen. Para peziarah akan bergabung dalam parade besar ini karena festival ini menjadi puncak perjalanan ziarah Kumano

Kodo.

Pada Kuil ini terdapat patung Ketsumimiko-O-kami, yaitu tempat untuk orang-orang berdoa. Patung Ketsumimiko-O-kami sudah berusia ratusan tahun yang dibuat dari kayu pohon torreya. Patung ini masuk sebagai kekayaan nasional

Jepang.

Selain patung Ketsumimiko-O-kami, terdapat juga sepasang di kedua sisi di depan bangunan. Batu patung seperti singa yang berfungsi untuk membersihkan roh jahat dari tempat suci.

Pada kuil ini juga terdapat gambar serta patung seekor gagak berkaki tiga.

Gagak berkaki tiga umumnya dikatakan sebagai inkarnasi matahari di Asia Timur.

4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Itu muncul dalam dongeng Cina dan lukisan dinding makam Korea kuno.

Yatagarasu, utusan para dewa Kumano dicetak pada jimat dan diberikan di

Jyuyosho (tempat pemberian) dan bendera kuil ini, dan tiga kakiknya dikatakan berarti surga, bumi dan umat manusia. Ini juga digunakan sebagai simbol tanda

Asosiasi Sepak Bola Jepang.

Dengan penjelasan pada latar belakang tersebut, maka penulis memilih judul skripsi “Gagak Berkaki Tiga (Yatagarasu) Sebagai Objek Pemujaan pada Kuil Shinto Kumano Hongu Taisha di Prefektur Wakayama”

1.2 Rumusan Masalah

Mitos dan cerita mengenai burung gagak ada banyak sekali. Misalnya

Gagak dipercaya sebagai pertanda buruk atau pembawa kematian bagi orang- orang yang percaya akan mitos tersebut. Namun burung gagak berkaki tiga dipercaya sebagai utusan dari dewi matahari Amaterasu sebagai pemandu seorang kaisar Jepang yang tersesat.

Tiga adalah angka ajaib dalam agama di seluruh dunia. Jepang yang menganut kepercayaan Shinto, memiliki 3 sebagai lambang. Ayah-Ibu-

Anak mewakili esensi dari kehidupan. Masa lalu-masa sekarang-masa depan telah tercantum dalam otak manusia. Memulai-pertengahan-akhir adalah jalan kita melihat hal-hal dan bagaimana kita melihat dunia dalam istilah naratif. Surga- bumi-manusia adalah bagaimana seorang Taoists mempertimbangkan alam semesta. Itu seperti pikiran yang mempunya tiga sifat, dan burung berkaki tiga

5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA akan mencerminkan itu. (http://www.greenshinto.com/wp/2011/07/25/yatagarasu- the-three-legged-crow/).

Sebuah Asosiasi Sepak Bola Jepang menggunakan Yatagarasu sebagai lambang di kiri dada. Yatagarasu, lambang yang digunakan JFA (Japan Football

Association) dalam mitologi dikenal sebagai burung gagak hitam berkaki tiga.

Melalui Yatagarasu, JFA yang menjadi anggota Konfederasi Sepak Bola Asia

(AFC) tahun 1954, ingin menyampaikan pesan kepada dunia bahwa tim nasional

Jepang merupakan utusan Dewi Matahari. Selain itu, lambang Yatagarasu juga diberikan kepada klub sepakbola di Jepang yang berhasil menjuarai Piala Kaisar.

(https://penshawar.wordpress.com/2013/07/16/burung-pada-asosiasi-sepakbola/).

Untuk mengetahui makna simbolik dan mitos-mitos dari gagak berkaki tiga ―Yatagarasu‖, maka penulis membuat permasalahan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana asal-usul kepercayaan gagak berkaki tiga

(Yatagarasu)?

2. Bagaimana makna dari gagak berkaki tiga (Yatagarasu)?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Berdasarkan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penulis perlu membatasi masalah. Sehingga masalah yang akan dibahas lebih terfokus agar tidak menyulitkan pembaca dalam memahami pokok permasalahan yang dibahas.

6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dalam penulisan skripsi ini, pembahasan akan difokuskan pada Makna

Simbolik Yatagarasu dalam agama dan mitos. Agar pembahasan ini memiliki tingkat akurasi analisis dan data yang lengkap, maka pada BAB II akan dijelaskan juga mengenai Yatagarasu (gagak berkaki tiga).

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1.4.1 Tinjauan Pustaka

Untuk melihat penelitian yang sama seperti yang akan dibuat oleh penulis, maka ada beberapa judul skripsi yang pernah dibuat sebelumnya dan dapat dijadikan pedoman dalam kajian pustaka di dalam skripsi ini. Penelitian tersebut dilakukan oleh Arya Kadek(2013) dengan judul ―Kajian Makna Simbolik Bunga

Mandarava Di Kuil Hosei-Ji Jakarta Selatan‖. Dalam skripsi tersebut diteliti menggunakan teori simbol dan penulis menyimpulkan bahwa bunga Mandarava dikaitkan dengan ajaran Niciren Syoyu, maka bunga mandarava memiliki makna yaitu dengan adanya bunga mandarava bisa mengungkapkan kekuatan Gohonzon dan bisa mengatasi kesulitan dari iblis serta Sang Buddha benar-benar ada disitu.

Selain itu Hutahean Ulfa Mayasari (2014) dengan judul ―Makna

Simbolik Torii (Pintu Gerbang) Pada Kuil Shinto Itsukushima‖. Dalam skripsi tersebut, penulis menggunakan teori semiotik yang kemudian disimpulkan bahwa

Torii adalah elemen paling utama di kuil shinto karena sifatnya sebagai pembuka ritual dan berfungsi sebagai peralihan antara ruang profan dan sakral.

7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1.4.2 Kerangka Teori

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori sejarah. Sejarah sebagai kisah atau ceritera merupakan makna yang subyektif, yakni peristiwa masa lalu yang telah menjadi pengetahuan manusia; sedangkan peristiwa sejarah dikatakan sebagai suatu kenyataan obyektif sebab masih di luar pengetahuan manusia.

Berdasarkan pengertian terakhir, peristiwa sejarah itu mencakup segala hal yang dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan, dan dialami oleh manusia

(Kuntowijoyo, 1995:17 (dalam Abdurrahman Dudung (1999:1))). Dengan begitu lapangan sejarah adalah meliputi segala pengalaman manusia, sehingga lukisan sejarah merupakan pengungkapan fakta mengenai apa, siapa, kapan, dimana, dan bagaimana sesuatu telah terjadi.

Selain itu, penulis juga menggunakan teori semiotik. Menurut Pradopo

(2001:7), semiotik adalah ilmu tanda-tanda yang menganggap bahwa fenomena sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda yang mempunyai arti. Tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan dan gagasan. Tanda dan lambang akan menghasilkan arti.

Dalam hal ini penulis menganalisis makna simbolik dalam kehidupan masyarakat Jepang terutama yatagarasu yang kemudian dihubungkan dengan pendekatan semiotika untuk menjabarkan tanda-tanda dan kandungan arti yang terdapat pada simbol gagak berkaki tiga (yatagarasu).

Setiap gambar/simbol pada benda-benda yang muncul di tempat-tempat suci pada umumnya memiliki makna simbolik tersendiri. Menurut Daliman

8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (2001:13) secara epistemologis kata Simbol berasal dari kata Yunani ‖Symbolon‖ yang berartitanda pengenal, lencana, atau semboyan. Penjelasan tersebut diperkuat oleh SaidAbdul Aziz (2004:4) bahwa, Kata simbol berasal dari kata Yunani, yaitu

Symbolos yang berartitanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang. Jadi, simbol adalah tanda yang diwujudkan sebagai bentuk visual bagi sesuatu makna tertentu, yang abstrak,yang bersifat komunikatif bagi masyarakat tertentu, namun tidak bagi masyarakat tersebut atau kecuali untuk beberapa simbol yang universal dan telah dipergunakan secara meluas dikalangan masyarakat lain.

Setiap simbol memiliki makna. Bloomfield (dalam Wahab Abdul,

1995:40) mengemukakan bahwa makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas-batas unsur-unsur penting situasi dimana penutur mengujarnya.

Selain dari ketiga teori diatas, penulis juga menggunakan teori budaya.

Menurut Koentjaraningrat (dalam Tantawi Isma (2016:59)), kebudayaan adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar. Jadi, kebudayaan dapat didefinisikan adalah segala daya-upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik kebutuhan rohani maupun jasmani.

9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.5.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan asal-usul gagak berkaki tiga (Yatagarasu).

2. Untuk mendeskripsikan makna dari gagak berkaki tiga (Yatagarasu).

1.5.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca mengenai

makna simbolik dan mitos yang berkaitan dengan gagak berkaki tiga.

2. Dapat dijadikan sumber pengetahuan tentang gagak berkaki tiga.

1.6 Metode Penelitian

Dalam penelitian, sangat diperlukan adanya metode penelitian sebagai penunjang dalam penulisan. Dalam penulisan proposal ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dan metode penelitian sejarah.

Metode penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami

10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya dengan tujuan mengumpulkan data yang banyak (Nasution, 1996:5). Metode penelitian sejarah mnurut Gilbert J. Garraghan, 1957:33 (dalam Abdurrahman Dudung (1999:43)) adalah seperangkat aturan dan prinsip sistematis untuk mengumpulkan sumber- sumber sejarah secara efektif, menilainya secara kritis, ddan mengajukan sintesis dari hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk tertulis.

Teknik pengumpulan data menggunakan metode kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan membaca dan mengumpulkan data yang berkaitan dengan topik permasalahan. Sumber-sumber kepustakaan tersebut bersumber dari buku, hasil-hasil penelitian (skripsi), artikel-artikel dan sumber-sumber lainnya yang terdapat di internet.

Cara mengumpulkan data, penulis menggunakan teknik studi dokumentasi.

Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak ditujukan langsung kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti dapat berupa buku, catatan harian, artefak, klipping, website dan lain-lain.

Perpustakaan yang menjadi sumber bahan bacaan adalah : Perpustakaan

Umum Universitas Sumatera Utara, Perpustakaan Jurusan Sastra Jepang

Universitas Sumatera Utara, Perpustakaan Konsulat Jenderal Jepang di Medan,

Perpustakaan Daerah Sumatera Utaradan sumber literatur lainnya yang mendukung penelitian ini.

11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP KUIL SHINTO KUMANO HONGU

TAISHA DAN YATAGARASU (GAGAK BERKAKI TIGA)

2.1 Shinto

Shintomerupakan kombinasi dari dua buah huruf Cina (神道 Shen-tao),

Shin ( 神 ) berarti dewa dan Dao ( 道 ) berarti jalan. Secara harfiah, Shinto mempunyai arti jalan dewa. Nama Shinto ditetapkan pada abad keenam untuk membedakan Kami-no-michi, jalan para dewa bangsa Jepang, dengan Butsudo, jalan Buddha atau jalan para dewa dalam Konfusius, yang kedua agama tersebut merupakan agama pendatang. Dalam literatur lain disebutkan bahwa nama Shinto berasal dari perubahan bunyi kata Tien-Tao yang berarti Jalan-Langit. Dasar ini disamakan dengan nama aliran Zen di Jepang yang berasal dari kata Chan di daerah asalnya.

Shinto adalah sebuah kata yang dipakai untuk mewakili kepercayaan tradisional orang Jepang terhadap dewa dan roh. Ajaran Shinto juga menjadi pedoman bagi orang Jepang dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya. Shinto adalah kepercayaan asli orang Jepang. Sebelum diberi nama, Shinto sudah menjadikultus masyarakat Jepang sebagai kegiatan ritual sehari-hari sebagai bagian darihidup mereka. Mulai tumbuh kesadaran masyarakat Jepang untuk mempelajaritradisi dan sejarah mereka sendiri.Shinto adalah agama bumi yang muncul di Jepang sejak sebelum masehi.Ajarannya berupa penyembahan roh-roh,

12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA animisme, kemudian berkembang pada penghormatan kepada leluhur, pemimpin, pahlawan, hingga penyembahan kaisar. Semangat patriotik yang muncul dari penyembahan ini disebut dengan Bushido. Namun sejak abad kesembilan hingga sembilan belas, dalam waktu satu milenium itu Shinto mendapat pengaruh yang begitu besar dari agama Buddha.

Agama Shinto tidak memberikan ketentuan apapun terhadap pemeluknya.

Tidak ada ajaran, kitab suci, seorang utusan, bahkan tata cara doa. Semua itu baru ada seiring berjalannya waktu. Dengan cara yang sangat sederhana, bangsa Jepang kuno menganggap bahwa semua benda memiliki ruh atau spirit (kami). Kami bisaberarti tunggal atau jamak.

(https://www.academia.edu/10159866/Jurnal_Agama_Dunia_Shinto_Agama_End emik_dari_Jepang).

Di antara beberapa agama yang dianut orang Jepang, Shintoisme adalah yang tertua dan dapat dianggap sebagai agama pribumi orang Jepang. Berbeda dengan agama Buddha, Konfusianisme, Katolik, Protestan, dan Islam, yang masuk kemudian pada masa prasejarah akhir, dan pada masa sejarah; agama

Shinto tidak diketahui kapan mulai muncul. Menurut Harumi Befu (1981: 95-96), walaupun mempunyai satu nama, agama ini sebenarnya merupakan gabungan kepercayaan ―primitif‖ yang sukar untuk digolongkan menjadi satu agama, bahkan sebagai satu sistem kepercayaan. Oleh karenanya agama ini lebih tepat dianggap sebagai suatu gabungan dari kepercayaan ―primitif‖ dan praktek-praktek yang berkaitan dengan jiwa-jiwa, roh-roh, hantu-hantu dan sebagainya

(Danandjaja James (1997:164)).

13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2.2 Kuil Shinto

Kuil Shinto ( 神社 jinja) adalah struktur permanen dari kayu yang dibangun untuk pemujaan berdasarkan kepercayaan Shinto. Tidak semua kuil

Shinto adalah bangunan permanen, sejumlah kuil memiliki jadwal pembangunan kembali. Bangunan di Ise Jingū misalnya, dibangun kembali setiap 20 tahun.[1]

Pada zaman kuno, walaupun tidak didirikan bangunan, tempat-tempat pemujaan Shinto tetap disebut jinja (kuil Shinto). Pada masa itu, kekuatan alam yang ditakuti seperti gunung (gunung berapi), air terjun, batu karang, dan hutan merupakan objek pemujaan. Kuil Shinto berbentuk bangunan seperti dikenal sekarang, diperkirakan berasal dari bangunan pemujaan yang dibuat permanen setelah didiami para Kami(dewa) yang pindah dari goshintai (objek pemujaan).

Kuil Shinto tidak memiliki aula untuk beribadat, dan bukan tempat untuk mendengarkan ceramah atau menyebarluaskan agama. Pada zaman sekarang, kuil

Shinto dipakai untuk upacara pernikahan tradisional Jepang.

Menurut Almanak Agama (Shūkyō Nenkan) tahun 1992 yang diterbitkan

Biro Kebudayaan Jepang, anggota Asosiasi Kuil Shinto terdiri dari 79.173 kuil berbentuk yayasan keagamaan. Asosiasi ini juga dijadikan tempat bernaung 38 organisasi keagamaan, 9 badan keagamaan, 20.336 instruktur keagamaan, dan

82.631.196 penganut Shinto.

Dalam bahasa Indonesia, jinja diterjemahkan sebagai kuil Shinto, sementara tera (寺) diterjemahkan sebagai kuil Buddha. Nama kuil umumnya diambil dari nama tempat yang menjadi lokasi kuil, misalnya: Kuil Yasaka, Kuil

14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Kasuga, dan Ise Jingū di Ise, Prefektur Mie. Selain itu, penamaan kuil dapat diambil dari nama Kami (kuil Sumiyoshi, kuil Hachiman, Tenmangū), nama

Ujigami (kuil Shitori), sebutan untuk Kami (Heian Jingū, Kuil Yaegaki), nama yang menunjukkan penggolongan kuil (Shōkonsha, Soreisha), atau jumlah Kami yang dipuja (Kuil Rokusho, Kuil Yohashira).

Kedudukan kuil tercermin dari nama kuil yang menyandang nama taisha

(kuil agung) atau jingū (kuil kekaisaran). Hingga zaman Edo hanya ada dua kuil yang disebut taisha, yakni Izumo Taisha dan Kumano Taisha yang keduanya berada di Prefektur Shimane. Dari zaman Meiji hingga 1945, kuil yang menyandang nama taisha hanyalah Izumo Taisha. Sebagian dari kuil yang dulunya termasuk kelas kanpei taisha, kakuhei taisha, dan kanpeichūsha, seusai

Perang Dunia II, kuil-kuil tersebut menyandang nama taisha. Kuil yang menyandang nama jingū adalah kuil yang memuliakan Kaisar Jepang dan leluhur keluarga kekaisaran, seperti Meiji Jingū.

Sebelum tahun 1945, kuil harus meminta izin pemerintah sebelum dapat menyandang nama taisha atau jingū. Setelah Jepang menganut kebijakan pemisahan negara dan agama, kuil-kuil bebas menentukan sendiri namanya. Kuil- kuil lain yang menyandang nama jingū, misalnya Hokkaidō Jingū (dulu: Kuil

Hokkaido) dan Jingū (Prefektur Hyogo).

Selain Izumo Taisha dan Kumano Taisha, kuil-kuil yang menyandang nama taisha: Keta Taisha (Prefektur Ishikawa), Suwa Taisha (Prefektur Nagano),

Nangū Taisha (Prefektur Gifu), , Fujisan Hongu Sengen Taisha

(Prefektur Shizuoka), Tado Taisha (Prefektur Mie), , Taga Taisha,

15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Takebe Taisha (Prefektur Shiga), , Fushimi Inari Taisha

(Prefektur Kyoto), Sumiyoshi Taisha (Prefektur Osaka), Kasuga Taisha, Tatsuta

Taisha, Hirose Taisha (Prefektur ), Kumano Hongū Taisha, Kumano

Hayatama Taisha, (Prefektur Wakayama), Munakata

Taisha, Kōra Taisha (Prefekur Shizuoka).

(https://id.wikipedia.org/wiki/Kuil_Shinto).

Banyak kuil yang menyembah binatang sebagai dewa, Shunjitsu jinja/ menyembah rusa, Nishie jinja/ menyembah monyet, Hachiman jinja/ menyembah merpati, Kumano jinja/ menyembah burung gagak, Ookuroten jinja/ menyembah tikus, Benzoiten jinja/ menyembah ular. Tetapi yang paling banyak disembah adalah inari jinja menurut Hasekura di seluruh Jepang ada sejumlah 32.000 buah jinja yang menyembah inari. Oleh karena itu inari adalah merupakan dewa peringkat pertama yang berpusat di Kyoto (Situmorang, Hamzon, 2017:140).

Kuil Kumano adalah salah satu kuil yang menyembah binatang, yaitu burung gagak. Kuil Kumano adalah kuil Shinto yang mengabadikan tiga gunung

Kumano: Hongu, Shingu, dan Nachi. Ada lebih dari 3000 kuil Kumano di Jepang, dan masing-masing telah menerima dewa nya dari kuil Kumano yang lain melalui sebuah proses propagasi yang disebut bunrei atau kanjou.

2.3 Kuil Kumano Hongu Taisha

Kuil Kumano Hongu Taisha terdapat di Prefektur Wakayama. Kuil itu juga dinamai sebagai ―Kumano Juunisho ‖, yang mengabadikan 12 dewa

16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA yang dipimpin oleh Ketsumimiko no o kami. Kuil Kumano Hongu Taisha adalah markas lebih dari 3.000 kuil Kumano di seluruh Jepang. Kuil Kumano Hongu

Taisha sebagai kuil utama, bersama dengan Kumano Nachi Taisha dan Kumano

Hayatama Taisha dinamakan Kumano Miyama (tiga kuil utama), yang juga terdaftar sebagai Warisan Dunia UNESCO World Heritage.

Jalan ziarah ke Kumano Hongu Taisha disebut Kumno Kodo. Jalan tersebut memiliki beberapa rute tetapi semuanya menciptakan suasana misterius karena jalan yang berlumut dan pohon tinggi yang berderet. Terdapat 158 tangga batu yang menuju ke bangunan utama Kuil Kumano Taisha, dengan melewati

Soumon (gerbang utama) dan akan terlihat bangunan kuil dengan atap yang terbuat dari Hiwadabuki. Bangunan dengan suasana resmi itu merupakan Aset

Budaya Penting Nasional yang menarik banyak pengunjung untuk beribadah.

Jalan ziarah itu sangat terkenal sejak zaman dahulu.

(https://www.japanhoppers.com/id/kansai/shirahama_tanabe/kanko/1802/)

Dikatakan bahwa dewa tinggal di hutan di Jepang. Prefektur Wakayama yang ditutupi dengan pegunungan indah terletak di sebelah tenggara semenanjung

Kii, perkiraan pusat pulau utama Honshu di Jepang. Pegunungan Kiwahatenashi mengalir melalui bagian selatan semenanjung, menampilkan 3.600 pegunungan

Kumano. Melalui lembah-lembah dari gunung banyak sungai termasuk Sungai

Kumano , Sungai Otonashi, dan Sungai Iwata mengalir ke Samudera Pasifik.

Kumano Hongu Taisha di abadikan di Oyunohara di sebuah gumuk pasir di pertemuan ketiga sungai ini pada zaman kuno. Dari periode Nara hingga periode Heian awal, daerah Kumano telah menjadi tempat suci dari tiga agama:

17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Shinto, agama Buddha esoterik yang diperkenalkan dari China atau Korea ke

Jepang dan agama Shugendo (agama dimana kekuatan superntural diyakini diterima melalui praktik pertapa). Sebagai konsekuensinya, dewa-dewa Kumano yang berasal dari penyembahan alam datang untuk bercampur dengan Buddha

Buddisme. Pada periode Heian akhir, sebagai hasil dari campuran tersebut menjadi kuat, Ketsumimiko-no-Okami diidentifikasi dengan Buddha Amida

(Amitabuha), dan keduanya diyakini menjanjikan untuk menyelamatkan orang- orang dalam kehidupan ini serta kehidupan masa depan.

Sebagai hasil dari seluruh bangsawan termasuk kaisar yang turun tahta dan pengikut mereka dari ibukota Kyoto menyembah Kumano Sanzan atau tiga tempat suci agung Kumano: Kumano Hongu Taisha, Kumano Nachi Taisha diabadikan di Nachi-Katsu‘ura-chi dan Kumano Hayatama Taisha diabadikan di

Shingu-shi saat ini. Untuk mengunjungi tempat-tempat suci ini peziarah menggunakan jalan kuno Kumano, yang dipagari dengan 99 Oji (kuil kecil), perjalanan 300 km dari Kyote ke Kumano.

Pada periode Kamakura, orang-orang dari berbagai strata termasuk mengunjungi dan menyembah dengan penuh semangat tiga tempat pemujaan utama dari seluruh negeri. Garis-garis peziarah dikenal sebagai ―ari-no- kumano-mode‖ (secara harfiah, ‗garis-garis semut membuat jalan ke Kumano‘).

Lebih dari 3.000 kuil Kumano yang ada di seluruh negeri didirikan oleh Kumano- oshi (para misionaris iman Kumano), Kumano sendatsu (pendeta laki-laki yang menyebarkan) dan Kumano-bikuni (yang menyebarkan perempuan) pada masa itu.

Ippen (1239-1289), pendiri Sekte Jishu Kamakura-Busshism terbangung secara spiritual, menerima ramalan dari dewa-dewa Kumani yang harus dia khotbahkan

18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA terlepas dari perbedaan orang yang setia atau yang tidak beriman, dan yang murni atau yang tidak suci.

Di tengah-tengah periode Edo, kuil-kuil utama dibangun seperti yang diihat saat ini. Sayangnya banjir besar Sungai Kumano pada periode Meiji menghanyutkan sebagian besar kuil dengan hasil bahwa Kami-yon-sha dari kuil utama dipindahkan untuk diabadikan di bukir sebelah barat, sementara para dewa

Naka-yon-sha dan Shimo-yon-sha masih diabadikan bersama di kuil batu kecil di

Oyunohara. Di sana ditemukan Torii besar 34 meter yang tinggi dan terbesar di

Jepang pada tahun 2003. Itu diukir dengan Yatagarasu untuk melambangkan harmoni abadi di antara dewa, alam dan umat manusia.

Yatagarasu (seekor gagak berkaki tiga) umumnya dikatakan sebagai inkarnasi matahari di Asia Timur, misalnya itu muncul dalam dongeng Cina dan lukisan dinding makam Korea kuno. Yatagarasu, utusan para dewa Kumano dicetak pada jimat diberikan di Jyuyosho dan bendera kuil ini, dan tiga kakinya dikatakan berarti surga, bumi dan umat manusia.

(http://www.hongutaisha.jp/english/)

Berbagai macam festival dilakukan di setiap kuil sepanjang tahun.

Festival-festival penting yang disebut Rei-tai-sai diadakan pada hari-hari tertentu setiap tahun. Salah satunya yang diadakan di Kumano Hongu Taisha pada 13-15

April adalah festival musim semi untuk menghidupkan kembali dewa-dewa dan berdoa untuk panen padi yang baik. Pada tanggal 13 April, di acara Yunobori, para pendeta Shinto pertama-tama memurnikan diri di mata air panas dan di acara

Miyawatari mereka datang di sekitar kuil sambil memukul drum Jepang. Pada

19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA tanggal 15 April festival mencapai puncaknya di festival dan festival

Togyo-Mikoshi (kuil portabel) dan bunga buatan dibawa oleh pemuda, pendeta

Shinto, bikru Shugendo yang memimpin kehidupan pertapa di ladang dan gunung, dan kemudian tarian sakral dan Otane (transplantasi beras) – acara didedikasikan oleh mereka, dan akhirnya Goma (kartu kayu tempat orang menulis keinginan mereka) dibakar oleh biksu Shugendo di Oyunohara.

2.4 Yatagarasu (Gagak Berkaki Tiga)

2.4.1 Yatagarasu Menurut Kojiki

Kojiki adalah buku sejarah Jepang yang tertua dan menurut kata pengantar yang ada di dalamnya dipersembahkan Oho no Asomiyasumaro (Ō no Yasumaro) pada tahun 712 (tahun ke-5 zaman Wadō). Buku ini berisi berbagai catatan peristiwa, mulai dari penciptaan langit dan bumi (Ametsuchi) dan berakhir pada zaman Kaisar Suiko, termasuk di dalamnya cerita-cerita dari mitologi dan legendna. Selain itu, Kojiki juga berisi banyak syair (kayō).

Yatagarasu (gagak berkaki tiga) disebut di dalam Kojiki. Cerita

Yatagarasu secara garis besar bercerita tentang burung besar gagak berkaki tiga yang membimbing seorang Kaisar pertama Jepang, Kaisar Jimmu yang sedang tersesat. Di bawah ini adalah kutipan teks cerita dari Kojiki tentang Yatagarasu dalam bahasa Jepang modern hasil terjemahan Suzuki Miekichi:

―そのうちに、高皇産霊神は、雲の上から伊波礼毘古命に向

かって、「大空の神のお子よ、ここから奥へはけっしてはいっては

20

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA いけませんよ。この向こうには荒らくれた神たちがどっさりいます。

今これから私が八咫烏をさしくだすから、そのからすの飛んで行く

方 へついておいでなさい」とおさとしになりました。

まもなくおおせのとおり、そのからすがおりて来ました。命はそ

のからすがつれて行くとおりに、あとについてお進みになりますと、

やがて大和の吉野河の河口へお着きになりました。そうするとそこ

に や な を か け て 魚 をとっているものがおりました。

「おまえはだれだ」とおたずねになり ま す と 、

「私はこの国の神で、名は贄持の子と申します」とお答え申しまし

た。

それから、なお進んでおいでになりますと、今度はおしりにしっ

ぽのついている人間が、井戸の中から出て来ました。そしてその井

戸 が ぴ か ぴ か 光 り ま し た 。

「おまえは何者か」とおたずねになりますと、

「私はこの国の神で井冰鹿と申すものでございます」とお答えいた

しました。

命はそれらの者を、いちいちお供におつれになって、そこから山

の中を分けていらっしゃいますと、またしっぽのある人にお会いに

な り ま し た 。 こ の 者 は 岩 をおし分 けて出 て 来 た の で し た 。

「おまえはだれか」とお 聞 き に な り ま す と 、

「わたしはこの国の神で、名は石押分の子と申します、[#「申し

ます、」はママ]ただいま、大空の神のご子孫がおいでになると承

21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA りまして、お供に加えていただきにあがりましたのでございます」

と申しあげました。命は、そこから、いよいよ険しい深い山を踏み

分けて、大和の宇陀というところへおでましになりました。

この宇陀には、兄宇迦斯、弟宇迦斯というきょうだいの荒くれ者

がおりました。命はその二人のところへ八咫烏を使いにお出しにな

って、

「今、大空の神のご子孫がおこしになった。おまえたちはご奉公申

しあげるか」とお聞かせになりました。

Terjemahan dalam bahasa Inggris oleh Basil Hall Chamberlain (1919):

―Then His Augustness the Great-High-Integrating-Deity again commanded and taught, saying: "August son of the Heavenly Deity! make no progress hence into the interior. The savage Deities are very numerous. I will now send from Heaven a crow eight feet [long]. So that crow eight feet [long] shall guide thee. Thou must make thy progress following after it as it goes." So on [His

Augustness Kamu-yamato-ihare-biko] making his progress following after the crow eight feet [long] in obedience to the Deity's instructions, he reached the lower course of the Yeshinu river, where there was a person catching fish in a weir. Then the august child of the Heavenly Deity asked, saying: "Who art thou?"

He replied, saying: "I am Earthly Deity and am called by the name of Nihe- motsu no Ko.". On [His Augustness Kamu-yamato-ihare-biko] making his progress thence, a person with a tail came out of a well. The well shone. Then

22

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA [His Augustness] asked: "Who art thou?" He replied, saying: "I am an Earthly

Deity, and my name is Wi-hika." This is the ancestor of the Headmen of

Yeshinu). On his forthwith entering the mountains, His Augustness Kamu- yamato-ihare-biko again met a person with a tail. This person came forth pushing the cliffs apart. Then [His Augustness Kamu-yamato-ihare-biko] asked: "Who art thou?" He replied, saying; "I am an Earthly Deity, and my name is Iha-oshi-waku no Ko. I heard [just] now that the august son of the Heavenly Deity was making his progress. So it is for that that I have come to meet thee." (This is the ancestor of the Territorial Owners of Yeshinu). Thence [His Augustness Kamu-yamato- ihare-biko] penetrated over on foot to Uda. So they say: "The Ugachi of Uda.‖

Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

―Kemudian Yang Mulia yang Agung-Tinggi-Integrasi-Dewa dan diperintahkan dan diajarkan, mengatakan: ―Anak Yang Mulia dari Dewa Surgawi!

Tidak membuat kemajuan karena ke pedalaman. Dewa liar ada banyak sekali.

Saya sekarang akan mengirimkan dari Surga seekor gagak yang panjangnya delapan kaki. Sehingga gagak yang panjangnya delapan kaki akan membimbingmu. Engkau harus membuat kemajuan mengikutimu setelah itu berjalan.‖ Jadi pada [Yang Mulia Kamu-yamato-ihare-biko] membuat kemajuan setelah gagak yang panjangnya delapan kaki taat pada perintah Dewa, dia mencapai hilir sungai Yeshinu, dimana ada seseorang yang menangkap ikan di sebuah bendungan. Kemudian anak Yang Mulia dari Dewa Surgawi bertanya, ia mengatakan: ―Siapa kamu?‖ Dia memnjawab, berkata ―Aku seorang Dewa Bumi

23

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dan dipanggil dengan nama Nihe-motsu no Ko.‖. Untuk membuat kemajuannya[Yang Mulia Kamu yamato-ihare-biko], seseorang dengan ekor keluar dari sebuah sumur. Sumurnya bersinar. Kemudian [Yang Mulia] bertanya:

Siapa kamu?‖ Dia menjawab, berkata: ―Aku seorang Dewa Bumi, dan namaku

Wi-hika‖. Disaat dia memasuki gunung, Yang Mulia Kamu yamato-ihare-biku bertemu lagi dengan seseorang dengan ekor. Orang ini datang mendorong tebing- tebing. Kemudian [Yang Mulia Kamu yamato-ihare-biko] bertanya: ―Siapa kamu?‖

Dia menjawab, mengatakan; ―Aku seorang Dewa Bumi, dan namaku Iha-oshi- waku no Ko. Aku mendengar baru saja anak Yang Mulia dari Dewa Surgawi telah membuat kemajuannya. Jadi untuk itu aku datang menemuimu. Dari situ [Yang

Mulia Kamu-yamato-ihare-biko] ditembus dengan berjalan kaki menuju Uda.

Lalu mereka berkata: ―Ugachi dari Uda‖

Keterangan:

1. Kamu-yamato-ihare-biko adalah Kaisar Jimmu.

2. Uda dari Ugachi, arti kalimatnya adalah: ―Karena itu nama Ugachi dari

Uda.‖ Ugachi menandakan ―untuk menebus.‖

2.4.2 Yatagarasu Menurut Nihon Shoki

Nihon Shoki adalah buku sejarah Jepang yang berasal dari zaman Nara.

Buku ini merupakan buku sejarah resmi yang tertua mengenai Jepang dan masih ada hingga sekarang. Nihon Shoki juga disebut Nihongi (日本紀). Berikut adalah kutipan isi teks bahasa Jepang dari Nihon Shoki yang didapat melalui

24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (http://nihonshoki.wikidot.com/scroll-3-jimmu) yang menyebut tentang Yatagaraasu

(gagak berkaki tiga):

―既而皇師欲趣中洲而山中嶮絕,無復可行之路,乃棲遑不知其所

跋涉.時夜夢,天照大神訓于天皇曰:「朕今遣頭八咫烏,宜以為鄉導者.」

果有頭八咫烏,自空翔降.天皇曰:「此烏之來,自適祥夢.大哉,赫矣!我皇

祖 天 照 大 神 , 欲 以 助 成 基 業 乎 ! 」

是時大伴氏之遠祖-日臣命,帥大來目,督將元戎,蹈山啟行,乃尋烏所向,

仰視而追之.遂達于菟田下縣.因號其所至之處曰-菟田穿邑.穿邑,此云

うかちのむら.于時敕譽日臣命曰:「汝忠而且勇,加有能導之功.是以改

汝名為-道臣.」

既而皇師欲趣中洲。而山中嶮絶。無復可行之路。乃棲遑不知

其所跋渉。時夜夢。天照大神訓于天皇曰。朕今遣頭八咫烏。宜以為

郷導者。果有頭八咫烏。自空翔降。天皇曰。此烏之来、自叶祥夢。

大哉、赫矣。我皇祖天照大神。欲以助成基業乎。是時。大伴氏之遠

祖日臣命、帥大来目、督将元戎。蹈山啓行。乃尋烏所向、仰視而追

之。遂達于菟田下県。因号其所至之処。曰菟田穿邑。〈 穿邑。此

云于介知能務羅。 〉于時勅誉日臣命曰。汝忠而且勇。加能有導之

功。是以改汝名為道臣。―

25

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Terjemahan dalam bahasa Inggris:

―Accordingly the Emperor led the army and wanted to enter the central land. However, the mountains were steep, and the lack of a road made it difficult to proceed or go back. So they were in a state of disorder, and did not know where to step. That night, the Emperor had a dream and was instructed by the great goddess Amaterasu, who said ―I will send you Yatagarasu, and he should guide you through the land.‖ Then Yatagarasu flew down from the sky.

The Emperor said, ―This crow‘s coming is just like in my dream.

Wonderful! My ancestor the great goddess Amaterasu wants to help me in building this realm.‖ Then, the distant ancestor of the Otomo, Hi no Omi no

Mikoto, led their great coming and directed the army, treading the mountains and making the route clear, seeking and heading towards the crow, watching and pursuing it. So they came to the district of Uda no Shimotsu. Their coming caused this place to be renamed the village of Uda no Ukachi. (This is read Ukachi no

Mura, 于介知能務羅). Then the Emperor praised Hi no Omi no Mikoto, saying,

―You are loyal and brave, thereby you could guide us successfully. Henceforth you will be called Michi no Omi.‖

Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

―Dengn demikian Kaisar memimpin tentara dan ingin memasuki tanah pusat. Namun, gunung-gunung curam, dan kurangnya jalan membuat sulit untuk melanjutkan ataupun kembali. Jadi mereka dalam keadaan kacau, dan tidak tahu

26

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ke mana harus melangkah. Malam itu, Kaisar bermimpi dan diinstruksikan oleh dewi agung Amaterasu, yang berkata, ―Aku akan mengirimimu Yatagarasu, dan dia akan membimbingmu melewati daratan.‖ Kemudian Yatagarasu terbang turun dari langit.

Sang Kaisar berkata, ―Suara gagak ini seperti dalam mimpis saya. Hebat!

Leluhur saya, dewi agung Amaterasu ingin membantu saya dalam membangun dunia ini.‖ Kemudian, leluhur Otomo yang jauh, Hi no Omi no Mikoto, memimpin kedatangan besar mereka dan memimpin pasukan, menapaki pegunungan dan membuat rute yang jelas, mencari dan menuju ke arah burung gagak. Mengawasi dan mengejarnya. Jadi mereka datang ke distrik Uda no

Shimotsu. Kedatangan mereka menyebabkan tempat ini berganti nama menjadi desa Uda no Ukachi (Ukachi no Mura, 于介知能務羅). Kemudian Kaisar memuji

Hi no Omi no Mikoto, berkata, ―Anda setia dan berani, dengan demikian Anda dapat membimbing kami dengan sukses. Mulai sekarang anda akan dipanggil

Michi no Omi.‖

2.4.3 Mitos Yatagarasu (Gagak Berkaki Tiga)

Yatagarasu adalah tokoh penting dalam sejarah mitos Jepang. Menurut

Kojiki, sejarah tertulis tertua di Jepang, Yatagarasu adalah inkarnasi dewa Kamo

Taketsunumi—hari ini diabadikan di kuil Shimogamo di Kyoto. Sebagai

Yatagarasu, ia memimpin Jimmu, kaisar pertama Jepang melalui pegunungan untuk membangun negaranya.

27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Klan Jimmu berasal dari Kyushu, di Prefektue Miyazaki saat ini. Dia dan saudara-saudaranya memimpin migrasi ke arah timur dari sepanjang Laut

Pedalaman Seto, mencari tanah air yang lebih baik, dan menundukkan berbagai suku yang mereka temui di sepanjang jalan. Mereka menderita banyak kesulitan.

Ketika mereka mencapai Naniwa (kini Osaka), kakak Jimmu, Itsuse, pemimpin ekspedisi, tewas dalam pertempuran. Jimmu menyadari bahwa mereka telah kalah karena mereka berperang menghadap ke timur, bertempur melawan matahari. Dia memimpin pasukannya di sekitar semenanjung Kii, ke Kumano (Prefektur Mie saat ini), dan mulai bertolak ke barat. Ekspedisinya hilang di pegunungan

Kumano. Melihat ini, Amaterasu, dewi matahari, dan Takamimusubi, salah satu dewa pencipta, memerintahkan Kamo Taketsunumi untuk bertindak sebagai pemandu bagi Jimmu. Kamo Taketsunumi mengambil bentuk gagak raksasa, dan terbang ke sisi Jimmu untuk menunjukkan jalannya. Dengan Yatagarasu memimpin jalan, Jimmu mampu menavigasi pegunungan Kumano dan mencapai

Yamato (di Prefektur Nara saat ini), dimana ia akan menemukan ibukotanya dan menjadi kaisar pertama di Jepang.

Menurut legenda, kakek buyut Jimmu, Nanigi, adalah cucu Amaterasu.

Dengan demikian, Jimmu, dan seluruh garis kekaisaran Jepang adalah keturunan langsung dari dewi matahari. Yatagarasu, sebagai panduan untuk Jimmu, memainkan gulungan kecil dengan dampak yang sangat besar pada masa depan dinasti kekaisaran. (http://yokai.com/yatagarasu/)

Menurut Jepang kuno Kojiki dan Nihon Shoki, gagak besar ini dikirim dari surga sebagai panduan untuk Kaisar Jimmu pada perjalanannya. Berdasarkan

28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kisah ini, penampakan burung besar secara tradisional telah ditafsirkan oleh

Jepang sebagai bukti campur tangan ilahi dalam urusan manusia.

Menurut sumber kuil Kamomioya: Kuil Kamomioya terletak di hilir

Sungai Kamogama dan oleh karena itu disebut Kuil Shimogamo yang populer, atau ―Kuil Hilir Kamo‖.

Terdapat kuil lain yang disebut ―Kuil Kamigamo‖ atau Kuil Hulu Kamo di

Hulu (atas). Dua tempat suci. Keduanya disebut ―Kamo sha‖ (Kuil Kamo).

Mereka terkait erat. Asal usul kuil tidak diketahui secara pasti tetapi dikatakan bahwa pada zaman kuno, ada kuil sederhana yang didedikasikan untuk dewa pelindung klan Kamo. Juga dikatakan bahwa orang-orang klan Kamo adalah inkarnasi dari Yatagarasu (burung gagak berkaki tiga). Setelah ibu kota dipindahkan ke Kyoto, kuil ini bersama dengan Kuil Kamigamo menjadi kuil dewa pelingdung ibu kota.

(https://heritageofjapan.wordpress.com/2011/08/22/yatagarasu-the-three-legged- crow-and-its-possible-origins/)

Beberapa festival penting (matsuri) untuk menghormati Yatagarasu diadakan di kuil dan tempat suci Kumano. Dari Ensiklopedia Shinto, Universitas

Kokugakuin, karakteristik burung gagak delapan rentang lebih menonjol daripada tiga kaki di kuil-kuil ini.

29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2.4.4 Yatagarasu (Gagak Berkaki Tiga) Sebagai Simbol Asosiasi Sepakbola

Jepang

Asosiasi Sepakbola Jepang (Japan Football Association (JFA)) didirikan pada tahun 1921 sebagai Asosiasi Sepakbola Jepang Besar (大日本蹴球協会

Dai-Nippon Shūkyū Kyōkai), dan tergabung dalam FIFA pada tahun 1921. Tahun

1945, nama organisasi ini diubah menjadi Asosiasi Sepakbola Jepang (日本蹴球

協会 Nihon Shūkyū Kyōkai); penamaan Jepang diubah menjadi judul saat ini pada tahun 1975. Penamaan ini menggunakan kata umum sakkā (サッカー), yang diambil dari kata ―soccer‖, bukan kata Jepang yang lebih kuno shūkyū (蹴球; secara harfiah "kick-ball"). Kata sakkā memperoleh kepopularitasannya selama paska Perang Dunia II oleh penduduk Sekutu atas Jepang. Secara umum, penamaan asosiasi ini diterjemahkan menjadi ―Japan Football Association‖ dalam bahasa inggris, meskipun ―Japan Soccer Association‖ jug dapat digunakan.

Lambang JFA diambil dari Yatagarasu, sebuah mitologi seekor burung gagak berkaki tiga yang diarahkan oleh Jimmu untuk menjaga kuil Kumano.

Yatagarasu juga sebagai utusan Shinto tertinggi Amaterasu, dewi matahari. JFA mengatur roda kompetisi J-League, merupakan tempat bernaungnya dua ribu klub dengan jumlah pemain terdaftar sekitar satu juta lebih. Kesebelasan Jepang dijuluki ―Blue Samurai‖ karena kostum yang digunakannya berupa kaus biru- celana putih-kaus kaki biru dengan lambang Yatagarasu di kiri dada. Melalui

Yatagarasu, JFA yang menjadi anggota Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) tahun 1954, ingin menyampaikan pesan kepada dunia bahwa tim nasional Jepang

30

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA merupakan utusan Dewi Matahari. Selain itu, lambang Yatagarasu juga diberikan kepada klub sepakbola di Jepang yang berhasil menjuarai Piala Kaisar.

Lambang burung gagak diusulkan oleh Tairei Uchino dan sesama direktur dan dirancang oleh pematung Jitsuzo Hinago. Untuk mengingat ulang tahun JFA yang ke-90, maka diputuskan untuk menandai dengan koleksi tiga hal: sebuah buku yang akan dibagikan kepada perwakilan dari 208 asosiasi sepakbola di seluruh dunia, Piala FA yang diluncurkan kembali, serta lukisan peringatan khusus dari Yatagarasu, gagak berkaki tiga yang merupakan simbol dari JFA.

Lambang burung gagak berkaki tiga yang diadopsi JFA pada tahun 1931 aslinya berasal dari pengetahuan Uchino sendiri. Seperti yang telah disebut di “Huainanzi” dan di banyak China Klasik lainnya, itu telah lama dipercaya di China bahwa seekor burung

(gagak) tinggal didalam matahari, dan itu dikatakan bahwa ini yang membawa Uchino berpikir tentang desain gagak berkaki tiga. Rancangan eksentrik ini, lambang besar adalah warisan dari pelajaran China klasik.

2.4.5 Gagak Berkaki Tiga di China

Dalam mitologi dan budaya China, gagak berkaki tiga disebut sanzuwu

(三足烏: sān zú wū) dan hadir di banyak mitos. Itu juga disebutkan di Shan Hai

Jing (catatan mengenai geografi dan mitologi China kuno sebelum Dinasti Qin (3-

2 SM). Penggambaran burung gagak berkaki tiga yang paing awal muncul dalam tembikar Neolitik dari budaya Yangshao. Sanzuwu juga merupakan dari Dua

Belas Medali yang digunakan dalam dekorasi pakaian kekaisaran formal di China

31

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kuno. Sebuah lukisan sutra dari Han Barat digali di situs arkeologi Mawangsui juga menggambarkan sanzuwu bertengger di pohon.

Penggambaran dan mitos paling populer dari sanzuwu adalah burung gagak matahari yang disebut Yangwu (陽烏: yángwū) atau lebih sering disebut sebagai Jinwu (金烏: jīnwū) atau ―burung gagak emas‖. Meskipun digambarkan sebagai gagak, biasanya berwarna merah dan bukan hitam.

2.4.6 Gagak Berkaki Tiga di Korea

Dalam mitologi Korea, gagak berkaki tiga dikenal sebagai Samjogo

(삼족오). Selama periode kerajaan Goguryeo, Samjogo dianggap sebagai simbol matahari. Orang-orang Goguryeo kuno mengira bahwa burung gagak berkaki tiga hidup dibawah matahari sementara kura-kura di bulan. Samjogo adalah simbol kekuasaan yang sangat dihormati, dianggap lebih unggul dari naga dan bonghwang (burung mitologi) Korea. Meskipun Samjogo dianggap sebagai simbol Goguryeo, ia juga ditemukan dalam dinasti Goryeo dan Joseon.

Di Korea modern, Samjogo masih ditemukan terutama di drama seperti

Jumong. Gagak berkaki tiga adalah salah satu dari beberapa simbol yang dipertimbangkan untuk menggantikan bonghwang dalam segel negara Korea ketika revisinya dianggap pada tahun 2008. Samjogo juga muncul di lambang

Jeonbuk Hyundai Motors FC saat ini. Ada beberapa perusahaan Korea yang menggunakan Samjogo sebagai logo perusahaan mereka.

32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB III

YATAGARASU (GAGAK BERKAKI TIGA) SEBAGAI OBJEK

PEMUJAAN PADA KUIL SHINTO KUMANO HONGU TAISHA DI

PREFEKTUR WAKAYAMA

3.1 Asal Usul Yatagarasu (Gagak Berkaki Tiga)

3.1.1 Asal Usul

Burung gagak berkaki tiga adalah makhluk yang muncul di banyak legenda tradisional dari Asia Tengah, Asia Timur, Mesir dan Afrika Utara. Di

Jepang, burung gagak telah menjadi simbol matahari sejak zaman kuno.

Dikatakan juga sebagai keturunan dari Amaterasu, Dewi Matahari. Hal tersebut ditemukan dalam cerita klasik Jepang, Kojiki dan Nihon Shoki. Gagak berkaki tiga telah lama digunakan dalam simbolisme agama dan astrologi di seluruh China dan Jepang, khususnya di antara mereka yang terlibat dengan penyembahan matahari.

Meskipun tidak ada deskripsi dalam catatan sejarah kuno yang menyatakan bahwa Yatagarasu secara khusus berkaki tiga, burung gagak telah digambarkan seperti itu di berbagai lokasi kuil yang memujanya, salah satunya seperti Kuil Kumano Hongu Taisha. Pada kuil tersebut, Yatagarasu dapat ditemukan di berbagai tempat dalam bentuk apapun, contohnya Yatagarasu dijadikan sebagai (jimat). Jimat tersebut digunakan untuk berbagai alasan seperti menangkal kejahatan, untuk kesehatan keselamatan lalu lintas, dll.

33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Pada saat memasuki pintu gerbang kuil, dapat juga ditemukan spanduk yang bergambar Yatagarasu. Selain itu, terdapat juga patung Yatagarasu yang dapat ditemukan di sekitar Kuil Kumano Hongu Taisha.

3.1.2 Arti Nama

Nama Yatagarasu berarti ‗gagak delapan rentang‘. Satu ‗rentang‘ kira-kira

18 cm. Awalnya Yatagarasu digambarkan dengan dua kaki, tetapi pada 930 CE

(Common Era), mitos China tentang burung gagak berkaki tiga digabung menjadi kisah Yatagarasu. Sejak itu pula Yatagarasu dan gagak berkaki tiga telah identik satu sama lain. Beberapa sekolah agama di Jepang menyamakan Yatagarasu dengan Tengu-karasu dan menganggapnya sebagai makhluk besar dengan tiada rasa takut.

Gagak berkaki tiga telah lama digunakan dalam simbolisme agama dan astrologi di seluruh China dan Jepang, khususnya di antara mereka yang terlibat dengan penyembahan matahari dan onmyodo. Tiga kaki burung melambangkan surga, bumi, dan umat manusia semua berasal dari matahari yang sama, dan seperti saudara satu sama lain. Mereka juga dikatakan mewakili tiga kebajikan para dewa: kebijaksanaan, kebajikan, dan keberanian. Tiga kaki itu juga bisa mewakili tiga klan kuat Kumano kuno—Ui, Suzuki, dan Enomoto— yang menggunakan gagak berkaki tiga sebagai lambang klan mereka.

(http://yokai.com/yatagarasu/)

34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3.2 Makna Yatagarasu (Gagak Berkaki Tiga)

3.2.1 Makna Yatagarasu (Gagak Berkaki Tiga) sebagai Simbol pada Kuil

Kumano Hongu Taisha

Yatagarasu telah banyak dijadikan sebagai simbol, salah satunya adalah sebagai simbol pada Kuil Kumano Hongu Taisha. Tidak ada yang tahu pasti mengenai makna dari ‗kaki tiga‘ tersebut. Namun, seorang Imam Kumano mengakui bahwa tidak ada yang benar-benar tahu mengenai mengapa tiga kaki, tetepai mengatakan bahwa tiga kaki tersebut mungkin mewakili tiga klan kuno yang mendominasi sejarah Kumano yaitu: Ui, Suzuki dan Enomoto, serta tiga kebajikan utama para dewa yaitu: chi (kebijaksanaan), jin (kebajikan) dan yuu

(keberanian). Kemudian, ketiga kaki itu mungkin berarti surga, bumi dan umat manusia. Kemungkinan-kemungkinan tersebut menjadikan Yatagarasu dijadikan sebagai objek pemujaan dengan dijadikannya sebagai simbol atau lambang.

Beberapa festival penting (matsuri) untuk menghormati Yatagarasu diadakan di kuil dan tempat suci Kumano. Dari Ensiklopedia Shinto, Universitas

Kokugakuin, karakteristik burung gagak delapan rentang lebih menonjol daripada tiga kaki di kuil-kuil ini.

―Sebuah Ritual terjadi pada malam tanggal 7 Januari di kuil utama

(honmiya) dari Kumano Taisha di kota Hongu, kabupaten Higashimuro, Prefektur

Wakayama. Pada malam itu, segel (hoin) dicap pada jimat (shinpu) dari Goo dari

Kumano. Juga disebut Hoin shinji. Hoin terbuat dari batang pohon pinus yang digunakan untuk dekorasi Tahun Baru. Setelah membaca doa (), kertas dicetak dengan pola gagak delapan rentang sayap (yatagarasu) yang ditawarkan di

35

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA altar (shinzen). Setelah dimurnikan oleh api, hoin dicap tiga kali pada pilar di sisi kiri shinzen. Hoin kemudian ditawarkan kepada imam kepala (guji) dan dia memasukkannya ke beberapa kertas Jepang () sebanyak tiga kali. Imam

Shinto lainnya juga memberi stempel onshinpu. Setelah masing-masing klan menerima kertas yang dicap dengan hoin. Dipercaya bahwa ritual ini didasarkan pada kisah bahwa, pada saat ekspedisi Timur Kaisar Jimmu, seekor gagak besar delapan rentang menuntunnya menuju kemenangan‖.

Berdasarkan dari Jean Herbert pada Shinto: At the Fountainhead of Japan, di Hongu taisha pada 7 Januari menurut kalender lunar, adalah Hoinshinji.

Gambar Yatagarasu, yang disebut go-o-no-shinpu (gyu-o), yang kedua sisinya telah dimurnikan oleh obor pinus yang diterangi dengan api murni dan ditahan di atas bak air murni, disajikan ke kuil oleh seorang pendeta. Dipercaya secara luas bahwa jika seseorang membakar gyu-o dan menelan abu, maka peryataan yang dia buat pasti benar, karena jika tidak mereka akan memuntahkan darah atau bahkan mati. Praktik yang disebutkan di atas untuk membakar gyu-o mirip dengan praktik taoist China dan masih banyak dipraktekkan di komunitas Tionghoa perantauan di luar Tiongkok.

Di kuil Nachi, pada tanggal 1 Januari, pada pagi buta, air dibawa dari kasing, oleh seorang pendeta yang mengenakan Yatagarasu-bo, topi hitam yang mewakili gagak. Salah satu norito yang dinyanyikan selama upacara di depan kuil sangat estorik dan melantun dengan suara rendah dan hanya diketahui oleh para imam. Shinpu yang dibuat pada kesempatan ini digunakan sebagai daya tarik untuk persalinan yang aman saat melahirkan, atau terjebak di sawah untuk mencegah kerusakan pada tanaman oleh serangga, tetapi di masa lalu mereka

36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA sebagian besar digunakan untuk menulis kontrak, tidak ada saksi yang diperlukan untuk kontrak tertulis di belakang shinpu.

Mengingat pentingnya sejarah Kumano sebagai pusat pengembangan kepercayaan Jepang, kemunculan Yatagarasu di wilayah Kumano membuktikan sentralitasnya dan memengaruhi sekte esoterik shugendo dan kultus gunung yamabushi. Beberapa sekolah agama menyamakan Yatagarasu dengan Tengu- karasu dan menganggapnya sebagai tuan besar dalam ketiadaan rasa takut.

Yatagarasu juga dipuja di beberapa kuil di bawah namanya sendiri: Tobe- sha, massha dari kuil Kamomioya. Dia dipuja sangat luas dengan nama Kamo-no- taketsu-numi-no-mikoto. Kuil Yatagarasu (anak kuil Kumano Hongu Taisha), kuil

Kakehiko (massha dekat Nishi-go-hoden dari kuil Kumano Nachi , yang mungkin didirikan pada abad keempat), tiga kuil Yatagarasu lainnya di Yamato, kuil pusat

Mitsu-no-yashiro (sessha kuil Kamomioya) dan dengan Tama-yori-hime) kuil

Mikage, sessha lain dari kuil yang sama. Di Kashiwara jingu, Yatagarasu adalah utusan. –Sumber: Shinto, Fountainhead Jepang oleh Jean Herbert.

Berikut beberapa kuil yang memuja Yatagarasu: Tiga kuil Kumano

(Hongu Taisha, Nachi Taisha, Hayatama Taisha), kuil Kamomioya, kuil

Kamigamo, kuil Yatagarasu (anak kuil Kumano Hongu Taisha), kuil Abe Oji, kuil

Kakehiko, kuil pusat Mitsu no Yashirodan kuil Mikage.

37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3.2.2 Makna Yatagarasu (Gagak Berkaki Tiga) sebagai Simbol Benda

Pada kuil ini terdapat tiga simbol yatagarasu berupa benda, yaitu:

1. Jimat (Lihat pada lampiran 1)

Pada kuil Kumano, terdapat Omamori (jimat) yang bergambar burung gagak berkaki tiga Jimat tersebut digunakan untuk berbagai alasan seperti menangkal kejahatan, untuk kesehatan, keselamatan lalu lintas, dan lain-lainl.

Dengan adanya jimat tersebut, para pengunjung kuil percaya bahwa hidupnya akan aman bila memiliki jimat.

2. Spanduk (Lihat pada lampiran 2)

Yatagarasu yang tercetak dalam spanduk bermakna bahwa kuil tersebut merupakan kuil yang memuja burung gagak.

3. Patung (Lihat pada lampiran 3)

Simbol yatagarasu berupa patung bermakna bahwa kuil tersebut merupakan asal muasal yatagarasu. Kuil yang menyembah burung gagak berkaki tiga.

3.2.3 Makna Yatagarasu (Gagak Berkaki Tiga) sebagai Simbol Sepak Bola

Jepang

Asosiasi Sepak Bola Jepang yang didirikan pada tahun 1921 mengambil

Yatagarasu sebagai simbol mereka. Lambang tersebut diusulkan oleh Tairei

Uchino dan secara resmi diadopsi pada tahun 1931. Di China telah lama dipercaya

38

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA bahwa seekor burung gagal tinggal didalam matahari. Oleh karena itu, dijadikannya sebagai simbol sepak bola dengan tujuan untuk memberitahukan kepada dunia bahwa tim nasional Jepang merupakan utusan Amaterasu, Dewi

Matahari. Tiga kaki bermakna bahwa yatagarasu dapat menuntun mereka pada kemenangan. (Lihat pada lampiran 4)

3.2.4 Yatagarasu (Gagak Berkaki Tiga) sebagai Simbol Kekuatan

Pertahanan Diri Jepang (JGSDF (Japan Ground Self Defense Force))

Kekuatan Pertahanan Diri Jepang (JGSDF (Japan Ground Self Defense

Force) menggunakan Yatagarasu sebagai simbol mereka. SDF (Self Defense

Force) bertugas untuk membela Jepang dan melindungi Kaisar Jepang. Bahkan dibawah Konstitusi baru, SDF memiliki sebuah tradisi dari seorang tentara untuk melindung Kaisar.

SDF menggunakan yatagarasu sebagai simbol berdasarkan mitos yang terdapat didalam cerita Kojiki. Tertulis bahwa Amaterasu mengutus seekor burung gagak berkaki tiga untuk membimbing Kaisar Jimmu. Berdasarkan cerita tersebut, simbol SDF dapat disimpulakan bahwasannya mereka (orang-orang yang bekerja dibawah nama SDF) diutus oleh dewi matahari Amaterasu untuk melindungi Kaisar Jepang saat ini. (Lampiran 5)

39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Disini penulis akan menyimpulkan beberapa hal yang telah dibicarakan pada pembahasan sebelumnya, antara lain:

1. Masyarakat Jepang menganut kepercayaan Shinto dimana kepercayaan tersebut ajarannya berupa penyembahan roh-roh, dewa-dewa dan kemudian berkembang pada penghormatan kepada leluhur, pemimpin, pahlawan, hingga penyembahan kaisar.

2. Kuil Shinto disebut Jinja. Penamaan kuil umumnya diambil dari nama tempat yang menjadi lokasi kuil. Kedudukan kuil tercermin dari nama kuil yang menyandang nama taisha (kuil agung) atau jingu (kuil kekaisaran).

3. Di Jepang, terdapat beberapa kuil yang menyembah binatang sebagai dewa,

Shunjitsu jinja/ menyembah rusa, Nishie jinja/ menyembah monyet, Hachiman jinja/ menyembah merpati, Kumano jinja/ menyembah burung gagak, Ookuroten jinja/ menyembah tikus, Benzoiten jinja/ menyembah ular.

4. Kuil Kumano adalah salah satu kuil yang menyembah binatang, yaitu burung gagak. Salah satunya ialah kuil Kuman Hongu Taisha yang terletak di Prefektur

Wakayama Jepang.

40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5. Yatagarasu adalah sebutan dari dewa burung gagak yang disembah oleh kuil

Kumano Hongu Taisha. Yatagarasu secara harfiah berarti burung gagak delapan rentang, masing-masing panjangnya 18cm. Namun secara umum, Yatagarasu lebih dikenal luas sebagi gagak berkaki tiga.

6. Yatagarasu disebut didalam cerita klasik Jepang yaitu Kojiki dan Nihon Shoki.

Secara garis besar disitu diceritakan bahwa dewi Matahari, Amaterasu, mengutus

Yatagarasu (gagak berkaki tiga) kepada Kaisar Jimmu (kamu yamato-ihare-biko) untuk membimbingnya melewati daratan.

7. Ketiga kaki dikatakan berarti surga, bumi dan umat manusia yang dimana semuanya berasal dari matahari yang sama dan saling berhubungan satu sama lain.

Mereka juga dikatakan mewakili tiga kebajikan para dewa: kebijaksanaan, kebajikan, dan keberanian. Selain itu juga bisa mewakili tiga klan kuat Kumano kuno: Ui, Suzuki, dan Enomoto yang menggunakan gagak berkaki tiga sebagai lambang klan mereka.

8. Yatagarasu telah banyak diabadikan diberbagai kuil khususnya kuil Kumano

Hongu Taisha. Masyarakat Jepang percaya Yatagarasu ialah utusan dari dewi

Matahari, Amaterasu. Sebagai bentuk rasa percaya mereka, Yatagarasu dijadikan sebagai simbol Asosiasi Sepakbola Jepang. Dengan dijadikannya lambang, mereka ingin menyampaikan kepada dunia bahwa tim nasional Jepang merupakan utusan Dewi Matahari.

41

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.2 Saran

Saran yang dapat penulis kemukakan dari permasalahan diatas adalah:

1. Sebelum melakukan penelitian sebaiknya pengumpulan data dilakukan beberapa bulan sebelum menentukan topik pembahasan sehingga dapat ditentukan poin-poin yang akan dibahas.

2. Kepercayaan terhadap mitos dalam penulisan ini tergantung kepada kepercayaan pembaca. Benar atau tidak benarnya penulis tidak memaksa untuk mempercayainya. Oleh karena itu penulis menyarankan agar lebih banyak mencari tahu mengenai kebenarannya.

3. Kelengkapan data mengenai pembahasan ―Yatagarsu sebagi objek pemujaan‖ ini sangatlah perlu untuk tujuan dilakukan penelitian yang kelak akan dilakukan oleh orang yang ingin mendalami mengenai Yatagarasu dengan masalah yang terkait agar lebih akurat serta tidak lupa mengumpulkan data baik berupa buku maupun dari internet sehingga menunjang kelengkapan data.

42

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR PUSTAKA

Arya, Kadek.2013. Kajian Makna Simbolik Bunga Mandarava di Kuil Hosei-Ji

Jakarata Selatan. Jurusan Pendidikan Seni Kerajinan. Fakultas Bahasa

dan Seni. Universitas Negri Yogyakarta

Daliman, A.2001. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ombak

Danandjaja, James.1997. Folklor Jepang dilihat dari kacamata Indonesia.

Jakarta: Pustaka Utama Grafiti

Hutahean, Ulfa Mayasari.2014. Makna Simbolik Torii (Pintu Gerbang) Pada

Kuil Shinto Itsukushima. Departemen Sastra Jepang. Fakultas Ilmu

Budaya. Universitas Sumatera Utara

Nasution, S. 1996. Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito

Pradopo, Rahmat Joko,2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta : Hanin

Dita

Tantawi, Isma.2015. Bahasa Indonesia Akademik. Bandung: Citapustaka Media

Tantawi, Isma.2016. Masyarakat dan Kebudayaan Indonesia. Medan: Yayasan

Al-Hayat

Wahab, Abdul. 1995. Pengajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: Airlangga

University Press

43

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Sumber Website: http://www.wikiwand.com/id/Nihon_Shoki http://nihonshoki.wikidot.com/scroll-3-jimmu http://www.wikiwand.com/id/Kojiki https://www.aozora.gr.jp/cards/000107/files/1530_54106.html http://www.sacred-texts.com/shi/kj/kj053.htm https://id.wikipedia.org/ https://www.academia.edu/10159866/Jurnal_Agama_Dunia_Shinto_Agama_Ende mik_dari_Jepang https://www.japanhoppers.com/id/kansai/shirahama_tanabe/kanko/1802/ http://www.hongutaisha.jp/english/ https://heritageofjapan.wordpress.com/2011/08/22/yatagarasu-the-three-legged- crow-and-its-possible-origins/ http://yokai.com/yatagarasu/ http://berita-mania.blogspot.co.id/2011/03/yatagarasu-gagak-kaki-tiga- simbol.html https://www.jfa.or.jp/eng/history/index.html http://archive.footballjapan.co.uk/user/scripts/user/person_en.php?person_id=3

44

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA http://www.greenshinto.com/wp/2011/07/25/yatagarasu-the-three-legged-crow/ https://penshawar.wordpress.com/2013/07/16/burung-pada-asosiasi-sepakbola/ http://nicejapan.co.nz/education/yatagarasu-the-3-legged-crow/ https://www.infojepang.net/item/kuil-kumano-hongu-taisha/comment-page-1/ https://www.jfa.or.jp/eng/history/index.html https://omamorifromjapan.blogspot.com/2011/09/kumano-and-nachi-amulets.html http://www7a.biglobe.ne.jp/~mkun/nazo/3legs.htm

45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LAMPIRAN

Lampiran 1:

Pada kuil Kumano, terdapat Omamori (jimat) yang bergambar burung gagak berkaki tiga Jimat tersebut digunakan untuk berbagai alasan seperti menangkal kejahatan, untuk kesehatan, keselamatan lalu lintas, dan lain-lainl.

46

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dengan adanya jimat tersebut, para pengunjung kuil percaya bahwa hidupnya akan aman bila memiliki jimat.

Sumber: https://omamorifromjapan.blogspot.com/2011/09/kumano-and-nachi- amulets.html

Lampiran 2:

Yatagarasu yang tercetak dalam spanduk bermakna bahwa kuil tersebut merupakan kuil yang memuja burung gagak. Sumber: Wikipedia

47

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Lampiran 3:

Simbol yatagarasu berupa patung bermakna bahwa kuil tersebut merupakan asal muasal yatagarasu. Kuil yang menyembah burung gagak berkaki tiga. Sumber: http://www.greenshinto.com/wp/2011/07/25/yatagarasu-the-three- legged-crow/

Lampiran 4:

Lambang yatagarasu yang terdapat pada kaos resmi tim sepak bola jepang.

Sumber: Google Images

48

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Lampiran 5:

Kekuatan Pertahanan Diri Jepang (JGSDF (Japan Ground Self Defense

Force) menggunakan Yatagarasu sebagai simbol mereka. SDF (Self Defense

Force) bertugas untuk membela Jepang dan melindungi Kaisar Jepang. Bahkan dibawah Konstitusi baru, SDF memiliki sebuah tradisi dari seorang tentara untuk melindung Kaisar. Sumber: http://www7a.biglobe.ne.jp/~mkun/nazo/3legs.htm

49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Lampiran Lain-lain:

Patung Kaisar Jimmu dengan seekor gagak. Diduga sebagai pendiri garis kekaisaran.

Sumber: http://www.greenshinto.com/wp/page/82/

Kuil Kumano Hongu Taisha.

Sumber: http://www.budgettrouble.com/2010/06/something-about-three-legged- crow-and.html

50

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Yatagarasu dapat dilihat terpampang di berbagai bendera dan suvenir yang terkait dengan Kumano.

Sumber: https://soranews24.com/2015/10/06/all-about-the-kumano-kodo-the- world-heritage-sites-of-the-kii-peninsula%E3%80%90pics-video%E3%80%91/

51

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ABSTRAK

YATAGARASU (GAGAK BERKAKI TIGA) SEBAGAI OBJEK

PEMUJAAN PADA KUIL SHINTO KUMANO HONGU TAISHA DI

PREFEKTUR WAKAYAMA

Jepang dikenal sebagai negara yang menganut kepercayaan Shinto. Shinto

(secara harfiah bermakna ―jalan/jalur dewa‖) adalah sebuah kepercayaan yang berasal dari Jepang. Kepercayaan ini menyembah matahari dan percaya bahwa kaisar Jepang adalah keturunan langsung dari Dewa Matahari atau Amaterasu

Omikami.

Kuil juga hal yang sangat melekat pada negara Jepang. Lebih dikenal sebagai kuil Shinto. Kuil Shinto (jinja) adalah bangunan tempat penyembahan dewa-dewa dalam kepercayaan Shinto. Shinto adalah kepercayaan yang melekat dengan Jepang yang merumuskan penyembahan dewa-dewa dari alam, mitologi, cerita rakyat, dan fakta sejarah serta arwah para leluhur. Nama dari kuil Shinto biasanya diikuti dengan kata Jingu, Jinja, dan Taisha.

Banyak kuil yang menyembah binatang sebagai dewa, Shunjitsu jinja/ menyembah rusa, Nishie jinja/ menyembah monyet, Hachiman jinja/ menyembah merpati, Kumano jinja/ menyembah burung gagak, Ookuroten jinja/ menyembah tikus, Benzoiten jinja/ menyembah ular.

Kuil Kumano adalah salah satu kuil yang menyembah binatang, yaitu burung gagak. Kuil Kumano adalah kuil Shinto yang mengabadikan tiga gunung

Kumano: Hongu, Shingu, dan Nachi. Ada lebih dari 3000 kuil Kumano di Jepang,

52

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dan masing-masing telah menerima dewa nya dari kuil Kumano yang lain melalui sebuah proses propagasi yang disebut bunrei atau kanjou.

Kuil Kumano Hongu Taisha terdapat di Prefektur Wakayama. Kuil itu juga dinamai sebagai ―Kumano Juunisho Gongen‖, yang mengabadikan 12 dewa yang dipimpin oleh Ketsumimiko no o kami. Kuil Kumano Hongu Taisha adalah markas lebih dari 3.000 kuil Kumano di seluruh Jepang. Kuil Kumano Hongu

Taisha sebagai kuil utama, bersama dengan Kumano Nachi Taisha dan Kumano

Hayatama Taisha dinamakan Kumano Miyama (tiga kuil utama), yang juga terdaftar sebagai Warisan Dunia UNESCO World Heritage.

Pada kuil ini terdapat gambar serta patung seekor gagak berkaki tiga.

Gagak berkaki tiga umumnya dikatakan sebagai inkarnasi matahari di Asia Timur.

Itu muncul dalam dongeng Cina dan lukisan dinding makam Korea kuno.

Yatagarasu, utusan para dewa Kumano dicetak pada jimat dan diberikan di

Jyuyosho (tempat pemberian) dan bendera kuil ini, dan tiga kakiknya dikatakan berarti surga, bumi dan umat manusia. Ini juga digunakan sebagai simbol tanda

Asosiasi Sepak Bola Jepang.

Burung gagak berkaki tiga adalah makhluk yang muncul di banyak legenda tradisional dari Asia Tengah, Asia Timur, Mesir dan Afrika Utara. Di

Jepang, burung gagak telah menjadi simbol matahari sejak zaman kuno.

Dikatakan juga sebagai keturunan dari Amaterasu, Dewi Matahari. Hal tersebut ditemukan dalam cerita klasik Jepang, Kojiki dan Nihon Shoki. Gagak berkaki tiga telah lama digunakan dalam simbolisme agama dan astrologi di seluruh China

53

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dan Jepang, khususnya di antara mereka yang terlibat dengan penyembahan matahari.

Meskipun tidak ada deskripsi dalam catatan sejarah kuno yang menyatakan bahwa Yatagarasu secara khusus berkaki tiga, burung gagak telah digambarkan seperti itu di berbagai lokasi kuil yang memujanya, salah satunya seperti Kuil Kumano Hongu Taisha. Pada kuil tersebut, Yatagarasu dapat ditemukan di berbagai tempat dalam bentuk apapun, contohnya Yatagarasu dijadikan sebagai Omamori (jimat). Jimat tersebut digunakan untuk berbagai alasan seperti menangkal kejahatan, untuk kesehatan keselamatan lalu lintas, dll.

Pada saat memasuki pintu gerbang kuil, dapat juga ditemukan spanduk yang bergambar Yatagarasu. Selain itu, terdapat juga patung Yatagarasu yang dapat ditemukan di sekitar Kuil Kumano Hongu Taisha.

Nama Yatagarasu berarti ‗gagak delapan rentang‘. Satu ‗rentang‘ kira-kira

18 cm. Awalnya Yatagarasu digambarkan dengan dua kaki, tetapi pada 930 CE

(Common Era), mitos China tentang burung gagak berkaki tiga digabung menjadi kisah Yatagarasu. Sejak itu pula Yatagarasu dan gagak berkaki tiga telah identik satu sama lain. Beberapa sekolah agama di Jepang menyamakan Yatagarasu dengan Tengu-karasu dan menganggapnya sebagai makhluk besar dengan tiada rasa takut.

Yatagarasu telah banyak dijadikan sebagai simbol, salah satunya adalah sebagai simbol pada Kuil Kumano Hongu Taisha. Tidak ada yang tahu pasti mengenai makna dari ‗kaki tiga‘ tersebut. Namun, seorang Imam Kumano mengakui bahwa tidak ada yang benar-benar tahu mengenai mengapa tiga kaki,

54

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA tetepai mengatakan bahwa tiga kaki tersebut mungkin mewakili tiga klan kuno yang mendominasi sejarah Kumano yaitu: Ui, Suzuki dan Enomoto, serta tiga kebajikan utama para dewa yaitu: chi (kebijaksanaan), jin (kebajikan) dan yuu

(keberanian). Kemudian, ketiga kaki itu mungkin berarti surga, bumi dan umat manusia. Kemungkinan-kemungkinan tersebut menjadikan Yatagarasu dijadikan sebagai objek pemujaan dengan dijadikannya sebagai simbol atau lambang.

55

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 要旨

和歌山県での熊野本宮大社神道に崇拝の対象としての八咫烏

日本は神道の信仰に従う国として知られている。神道(文字通り

「神の道/道」)は日本あらの生まれた信仰である。この信仰は太陽を崇拝

で、日本の皇帝は太陽の神または天照大神の直接の子孫であると信じてい

た。

神社も非常に日本の国に愛着である。神社としてもっと知られている。神

道(神社)は神道の信仰で神々を礼拝所の建物である。神道は、自然、神

話、民俗学、そして歴史的事実や先祖の霊から神を崇拝することを定式化

する日本愛着の信仰である。神社の名前の普通は、通常、神宮,大社とい

う言葉が続いている。

多くの神社は動物を神々としての崇拝で、しゅんじつ神社/崇拝鹿、

にしえ神社/崇拝猿、はちまん神社/崇拝鳩、くまの神社/崇拝カラス、お

おくろてん神社/崇拝鼠、べんぞいてん神社/崇拝ヘビである。

熊野神社は動物を崇拝する神社の一つである。熊野神社は本宮、早

玉、那智の 3 つの熊野の山々を献身する神社である。日本には 3000 を超

える熊野神社があり、そしてそれぞれは別の熊野神社から分霊か勘定と呼

ばれる伝播プロセスを通しあれの神を受けた。

熊野本宮大社は和歌山県にある。その神社もけつみみこの大神によ

ってよばれる 12 の神を祀った「熊野じゅにしょ権現」として命名された。

56

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 熊野本宮大社は、日本中に 3000 以上の熊野神社がである。本殿としての

熊野本宮大社で、熊野那智大社と熊野早玉大社とともに、熊野美山(三大

社)と呼ばれるユネスコの世界遺産にも登録されている。

この神社には八咫烏の写真と彫像がある。それは古代のかんこくの

墓の中国のおとぎ話と中国の神話に現れる。八咫烏は神々の使者されて、

護符に印刷され、授与ところにもらって、この神社の旗、そして 3 本の足

は天で、地球そして人類を意味すると言われている。これは日本サッカ亜

―協会のサインとしても使われている。

八咫烏は中央アジア、東アジア、エジプトおよび北アフリカからの

多くの伝統的な伝説に登場する生き物である。 日本では、八咫烏は古代

から太陽の象徴であった。 そしてまたは、太陽の女神アマテラスの子孫

であるとも言われている。これは日本の古典的な物語,コジキと日本紀に

見られる。八咫烏は、中国と日本の全ての所で、特に太陽の崇拝に関わる

人々の間で、宗教的な象徴と占全術で長い間使われてきた。 八咫烏は特

に三本足だと呼ばれている古代史の記録には記載されていないが、八咫烏

はそのように崇拝神社の様々な場所でそのように記載されている。 その

一つは熊野本宮大社である。 神社では、様々な場所でどな形でも八咫烏

を見つけることができ、例えば、八咫烏はお守りとしてさくられている。

お守りは悪ことを追い払うことで、健康のこと、交通の安全のためなど、

さまざまな目的で使用されている。神社の門に入る時に、八咫烏の絵が描

57

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA かれたバナーもあり、また、熊野本宮大社周辺には八幡八咫烏の像も持っ

ている。

八咫烏という名前は「18 スパンカラス」 を意味して、それは1つ

の「範囲」は約 18cm である。 最初は八咫烏は 2 本の足で描かれていたが、

西暦 930 年(―般的な時代)に、三本足のカラスについての中国の神話が

八咫烏の物語統合されたおとである。それ以来は八咫烏と三本足のカラス

は同じものであった。日本の宗教学校のいくつには、怖くない大きいもの

としての「たたがらす」と「天狗からす」を同―視しているものもある。

八咫烏は象徴として使われてきたが、その一つは熊野本宮大社の象

徴である。誰もが「3 の足」の意味について確信を持って知らない。打が、

イマーム・クマのは、なぜ 3 フィートなのか、誰にもわからないと確認し

ていたが、3本の足は熊野の歴史を支配した 3 つの古代の氏族、すなわち

Ui(うい)、Suzuki(すずき)、Enomoto(えのもと)、そして神 3 つの

主な美徳、chi(ち)、 jin(じん)、 yuu(ゆう)を表しているとよば

れていた。そして、それは 3 本のあし天で、たぶん地球と人類を意味する

かもしれなくて、これらの可能性はそれをシンボルかエンブレムすること

によって、八咫烏を崇拝の対象にする。

58

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA