BAB IV HASIL PERDEBATAN SOEKARNO DENGAN ULAMA A. Proses Perdebatan Sidang BPUPKI Digelar Sebanyak Dua Kali.Sidang Pertama, Digel

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

BAB IV HASIL PERDEBATAN SOEKARNO DENGAN ULAMA A. Proses Perdebatan Sidang BPUPKI Digelar Sebanyak Dua Kali.Sidang Pertama, Digel BAB IV HASIL PERDEBATAN SOEKARNO DENGAN ULAMA A. Proses Perdebatan Sidang BPUPKI digelar sebanyak dua kali.Sidang pertama, digelar pada 29Mei hingga 1 Juni 1945.Sedangkan sidang kedua digelar pada 10 Juli hingga 17 Juli1945.Sedangkan pada 2 Juni hingga 9 Juli 1945, adalah masa reses sidang BPUPKI.Namun pada masa reses itu digelar sidang tidak resmi oleh beberapa anggota BPUPKIyang juga merangkap sebagai anggota Tyoo Sangi In dan ditambah dengan anggotaBPUPKI yang tinggal di Jakarta, yang tidak menjadi anggota Tyoo Sangi In, untukmembahas hal-hal yang dianggap mendesak pada saat itu. Sidang pertama BPUPKI pada 29 Mei hingga 1 Juni 1945 mengagendakanpembahasan tentang dasar negara. Anggota BPUPKI yang menyampaikan pidatonyapada sidang pertama ini adalah Muhammad Yamin, Margono, Sosrodiningrat,Soemitro, Wiranatakoesoema, Woerjaningrat, Soerio, Soesanto, Soedirman, Dasaad,Roeseno dan Aris, namun hingga saat ini catatan pidato yang sudah ditemukan hanyalah pidato dari Muhammad Yamin Sosro Diningrat Soemitro Wiranatakoesoema, Woerjaningrat, Soerio, Soesanto, Soedirman, Dasaad, Roesenodan Aris, sedangkan pidato Margono belum ditemukan.1 Pada sidang hari pertama, perbedaan pendapat dan perdebatan belum terjadibegitu tajam.Ada beberapa hal yang disampaikan oleh para anggota BPUPKI padasidang hari pertama.Muhammad Yamin menyampaikan pidato tentang kelengkapannegara yang dibutuhkan oleh Indonesia sebagai sebuah negara merdeka nantinya.Pada sidang BPUPKI hari pertama itu, Muhammad Yamin juga menyampaikantentang konsep-konsep negara kebangsaan, tujuan kemerdekaan, ketuhanan, sertakonsep pembentukan negara yang sangat detail.Berbeda dengan Muhammad Yamin yang memaparkan banyak konsep,sedangkan Sosrodiningrat lebih menekankan tentang pentingnya persatuan jikaIndonesia ingin kemerdekaan.Sementara itu, Soemitro dan Wiranatakoesoema lebihmenekankan bahwa kemerdekaan secepat-cepatnya sebagai hal yang paling penting,selain itu Soemitro juga mengatakan bahwa kalangan pribumi harus secepatnyamendapatkan jabatan di pemerintahan. Begitupun dengan tokoh-tokoh lain, 1George S. Kanahele, The Japanese Occupation of Indonesia: (Prelude to Independence, CornellUniversity Press, Ithaca N. Y., 1967)., hlm.47. lebihbanyak menyampaikan tentang pentingnya persatuan rakyat Indonesia sebagaipersiapan awal menuju kemerdekaan. Sedangkan Das’ad, dalam pidatonya,mewacanakan tentang negara yang berdasarkan agama,Sejak saat itu, wacana tentang negara yang berdasarkan agama dan dasar negara Islammulai berkembang pada sidang-sidang BPUPKI, hingga akhirnya menjadi perdebatanyang tajam sejak sidang hari kedua BPUPKI pada 30 Mei. Usulan Dasa’ad inimendapatkan dukungan dari tokoh kalangan Islam yang lainnya.2 Ide tentang dasar negara Islam yang disampaikan oleh Dasa’ad dan A. RachimPratalykrama mendapat tentangan dari anggota sidang BPUPKI yang lainnya, salahsatunya adalah Abdul Kadir. Menurutnya, hal yang terpenting bagi masyarakatIndonesia adalah persatuan, sedangkan agama Islam, setelah Indonesia merdekadengan sendirinya akan menjadi agama yang penting karena memiliki jumlahpenganut yang lebih banyak.3 Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya pada Pendahuluan, perdebatantentang dasar negara yang berkembang pada sidang BPUPKI, pada dasarnyamenyangkut dua konsep, yaitu dasar negara Kebangsaan dan dasar negara Islam.Dasar negara Kebangsaan ini diusung oleh tokoh-tokoh seperti Soekarno, MohammadHatta, Muhammad Yamin, Soepomo, dan lain-lain. Sedangkan untuk kalanganIslam direpresentasikan antara lain oleh Wachid Hasjim, Ki Bagoes Hadikoesoemodan Kahar Muzakkir yang berlatar belakang pesantren.4 Perbedaan pandangan tentang hubungan antara agama dan negara bukanlahhal baru dalam sejarah Indonesia, juga bukan baru terjadi pada sidang BPUPKI.Antara Sokarno dan Muhammad Natsir pernah terjadi perseteruan dalam memandanghubungan antara agama dan negara. Sukarno berpendapat bahwa agama adalahpersoalan manusia secara pribadi, dan baginya penilaian terakhir bukan terletak padaajaran agama, tapi pada akal.Tidak mengherankan Soekarno memiliki pendapatseperti itu, karena semuanya bermula pada pemikiran Soekarno bahwa semua ajaranIslam, termasuk di dalamnya Al-Quran dan Al-Hadits, haruslah diinterpretasikansecara moderen.Pada intinya Soekarno mengajak kepada umat Islam Indonesiauntuk berpikir merdeka, bertafsir merdeka, berijtihad merdeka dengan 2Asia Raya, 1 Maret 2605. 3 Asia Raya, 29 April 2605. 4 Asia Raya, 29 mei 2605. hanyaberpedoman pada satu hal, yaitu jiwa yang Islam.5 Pendapat Soekarno ini kemudian mendapat tentangan dari Muhammad Natsir.Sejalan dengan tokoh-tokoh Islam yang lain, Muhammad Natsir pun berpendapatbahwa Islam adalah ajaran yang melingkupi semua aspek kehidupan dan bahwaIslamlah yang harus dijadikan ukuran terakhir, bukan akal, seperti yangdiungkapkan oleh Soekarno. Begitulah perbedaan pendapat yang terjadi antara Soekarno dan Natsir, padatahun 1940. Perbedaan pendapat yang sama pun terjadi pada sidang BPUPKI.Kalangan kebangsaan ingin mewujudkan Indonesia dengan dasar negara Kebangsaanyang memisahkan antara ranah negara dengan agama, hal ini didasarkan padaargumentasi budaya, bahwa negara yang akan didirikin hendaklah sesuai denganbudaya dan identitas bangsa Indonesia, seperti pidato yang disampaikan olehSoepomo pada sidang BPUPKI tanggal 31 Mei,Konsep yang disampaikan oleh Soepomo itu kemudian dikenal dengan konsep dasarnegara integralistik. Selain itu, dalam pidatonya Soepomo pun secara tegas menola usulan dasar negara Islam.6 Selain Soepomo, Mohammad Hatta pun megemukakan bahwa urusan negaraharus dipisahkan dari urusan agama. Soepomo menyinggung pendapat MohammadHatta itu dalam pidatonya,”Oleh anggota yang terhormat tuan Mohammad Hatta telah diuraikandengan panjang lebar, bahwa dalam negara persatuan di Indonesiahendaknya urusan negara dipisahkan dari urusan agama.7 Mohammad Hatta menekankan bahwa antara negara dan agama haruslahdipisahkan.Pernyataan Mohammad Hatta dan Sopemom tersebut ini mendapattanggapan yang beragam dari berbagai kalangan, baik itu kalangan Islam, maupundari kalangan kebangsaan.Pernyataan-pernyataan dari kalangan Kebangsaan itulangsung mendapat tanggapan dari Ki Bagoes Hadikoesoemo.Ia mencobameluruskan pendapat yang dirasakan tidak benar tentang ajaran Islam, selain itu KiBagoes Hadikusoemo juga memberikan dukungannya tentang dasar negara Islamuntuk digunakan oleh Indonesia yang akan merdeka nanti. Perbedaan pendapat dalam memandang ajaran Islam ini sangat mungkinterjadi karena pemahaman orang terhadap ajaran Islam yang tidak sama anatara yangsatu dengan yang lain. Ada kalangan yang memahami hubungan antara Islam dengansegala aspek kehidupan harus 5 Asia Raya, 29 April 2605. 6Deliar Noer, Partai Islam di Pentas Nasional, ( hlm. 35. 7 Ahmad Syafi’I Ma’arif, op. cit., hlm 102. dalam bentuknya yang legal dan formal. Sedangkan dipihak lain ada kalangan yang melihat totalitas Islam dalam dimensinya yang lebihsubstantif, isi daripada bentuk menjadi acuan utama dalam kehidupan sosialkemasyarakatan.8 Sidang BPUPKI terus berlanjut dan berjalan dengan berbagai ide danpandangan tentang dasar negara yang mewarnainya.Soekarno sendiri barumenyampaikan pidatonya pada 1 Juni 1945.Dalam pidatonya, Soekarnomenyampaikan dukungannya terhadap dasar negara kebangsaan.”Kita hendak mendirikan suatu negara ’semua buat semua’.Bukanbuat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan maupun golongan yang kaya, tetapi semua buat semua, Kita mendirikan satu Negara Kebangsaan Indonesia. Saya minta, saudara Ki Bagoes Hadikoesoemo dan saudara-saudara Islam lain:maafkan saya memakai perkataan, ”kebangsaan” ini! Saya pun orangIslam. Tetapi saya minta kepada saudara-saudara, janganlah saudara-saudara salah paham jikalau saya katakan bahwa dasar pertama buatIndonesia ialah dasar kebangsaan.9 Pidato yang disampaikan oleh Soekarno adalah suatu upaya untuk mengatasipertentangan antara kelompok yang menginginkan negara sekuler dalam artimemisahkan dengan tegas hubungan antara agama dan negara, yang berhadapandengan kalangan Islam yang menginginkan negara Islam.“Untuk pihak Islam, inilah tempat yang terbaik untuk memeliharaagama. Kita, sayapun adalah orang Islam maaf beribu-ribu maafkeisalaman saya jauh belum sempurna tetapi, kalau saudar-saudaramembuka saya punya dada, dan melihat saya punya hati, tuan-tuanakan dapati tidak lain tidak bukan hati Islam. Dan hati Islam BungKarno ini, ingin membela Islam dalam mufakat, dalampermusyawaratan. Dengan cara mufakat, kita perbaiki segala hal jugakeselamatan agama, yaitu dengan jalan pembicaraaan ataupermusyawaratan di dalam Badan Perwakilan Rakyat.Jikalau memang kita rakyat Islam, marilah kita bekerja sehebat-hebatnya agar supaya sebagian yang terbesar daripada kursi-kursiBadan Perwakilan Rakyat yang kita adakan, diduduki oleh utusan-utusan Islam, jikalau memang Islam di sini agama yang hidupberkobar- kobar di dalam kalangan rakyat, marilah kita pemimpin-pemimpin menggerakkan segenap rakyat itu agar supaya mengerahkansebanyak mungkin utusan-utusan Islam ke dalam Badan Perwakilanini Dengan sendirinya hukum-hukum yang keluar dari BadanPerwakilan Rakyat itu hukum Islam pula Maka Saya berkata,baru jikalau demikian, hiduplah Islam Indonesia, dan bukan IslamIslam yang hanya diatas bibir saja. Kita berkata 90 % daripada kitaberagama Islam, 8 Ahmad Mansur Suryanegara, API Sejarah 2, (Bandung : PT Grafindo Media Pratama 2010), hlm. 370. 9Ibid., hlm. 372. tetapi lihatlah di dalam sidang ini berapa persen yangmemberikan suaranya kepada Islam? Maaf seribu maaf, saya tanya halitu! Bagi saya hal itu adalah satu bukti, bahwa Islam belum
Recommended publications
  • The Islamic Traditions of Cirebon
    the islamic traditions of cirebon Ibadat and adat among javanese muslims A. G. Muhaimin Department of Anthropology Division of Society and Environment Research School of Pacific and Asian Studies July 1995 Published by ANU E Press The Australian National University Canberra ACT 0200, Australia Email: [email protected] Web: http://epress.anu.edu.au National Library of Australia Cataloguing-in-Publication entry Muhaimin, Abdul Ghoffir. The Islamic traditions of Cirebon : ibadat and adat among Javanese muslims. Bibliography. ISBN 1 920942 30 0 (pbk.) ISBN 1 920942 31 9 (online) 1. Islam - Indonesia - Cirebon - Rituals. 2. Muslims - Indonesia - Cirebon. 3. Rites and ceremonies - Indonesia - Cirebon. I. Title. 297.5095982 All rights reserved. No part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system or transmitted in any form or by any means, electronic, mechanical, photocopying or otherwise, without the prior permission of the publisher. Cover design by Teresa Prowse Printed by University Printing Services, ANU This edition © 2006 ANU E Press the islamic traditions of cirebon Ibadat and adat among javanese muslims Islam in Southeast Asia Series Theses at The Australian National University are assessed by external examiners and students are expected to take into account the advice of their examiners before they submit to the University Library the final versions of their theses. For this series, this final version of the thesis has been used as the basis for publication, taking into account other changes that the author may have decided to undertake. In some cases, a few minor editorial revisions have made to the work. The acknowledgements in each of these publications provide information on the supervisors of the thesis and those who contributed to its development.
    [Show full text]
  • Transplantation of Foreign Law Into Indonesian Copyright Law: the Victory of Capitalism Ideology on Pancasila Ideology
    Journal of Intellectual Property Rights Vol 20, July 2015, pp 230-249 Transplantation of Foreign Law into Indonesian Copyright Law: The Victory of Capitalism Ideology on Pancasila Ideology O K Saidin† Department of Private Law, Law Faculty, University of North Sumatera, Medan, Indonesia Received: 07 May 2015; accepted: 29 June 2015 The Journey of Indonesian history has 350 years experience under the imperialism of Netherland and Japan until the era of post-independence which was still under the shadow of the developed countries. The Indonesia became more and more dependable on the foreign countries which brought influence to its political choice in regulating the Copyright Law in the following days. Indonesian copyright protection model which economic goal firstly based on the country’s Pancasila philosophy, evidently must subject to the will of the era that move towards liberal-capitalist. This era is no longer taking side to Indonesian independence goal to realize law and economic development based on Pancasila, especially the first, fourth, and fifth sila (Principle). The goal of law and economic development in Indonesia, regulated under the paradigm of democratic economy is to realize prosperous and equitable society based on Indonesian religious culture principle that can no longer be realized. Pancasila as the basis in forming legal norms in Indonesia functioned as the grundnorm which means that all the legal norms must be convenient and not to contradict the principles of the basic state philosophy of Pancasila. But the battle of foreign ideology in legal political choice through transplantation policy, did not manage to give the victory to Pancasila as the country’s ideology, but to give the victory to the foreign capitalistic ideology instead.
    [Show full text]
  • Teuku Mohammad Hasan (Sumatra), Soetardjo Kartohadikoesoemo (Jawa Barat), R
    GUBERNUR PERTAMA DI INDONESIA GUBERNUR PERTAMA DI INDONESIA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA GUBERNUR PERTAMA DI INDONESIA PENGARAH Hilmar Farid (Direktur Jenderal Kebudayaan) Triana Wulandari (Direktur Sejarah) NARASUMBER Suharja, Mohammad Iskandar, Mirwan Andan EDITOR Mukhlis PaEni, Kasijanto Sastrodinomo PEMBACA UTAMA Anhar Gonggong, Susanto Zuhdi, Triana Wulandari PENULIS Andi Lili Evita, Helen, Hendi Johari, I Gusti Agung Ayu Ratih Linda Sunarti, Martin Sitompul, Raisa Kamila, Taufik Ahmad SEKRETARIAT DAN PRODUKSI Tirmizi, Isak Purba, Bariyo, Haryanto Maemunah, Dwi Artiningsih Budi Harjo Sayoga, Esti Warastika, Martina Safitry, Dirga Fawakih TATA LETAK DAN GRAFIS Rawan Kurniawan, M Abduh Husain PENERBIT: Direktorat Sejarah Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jalan Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Tlp/Fax: 021-572504 2017 ISBN: 978-602-1289-72-3 SAMBUTAN Direktur Sejarah Dalam sejarah perjalanan bangsa, Indonesia telah melahirkan banyak tokoh yang kiprah dan pemikirannya tetap hidup, menginspirasi dan relevan hingga kini. Mereka adalah para tokoh yang dengan gigih berjuang menegakkan kedaulatan bangsa. Kisah perjuangan mereka penting untuk dicatat dan diabadikan sebagai bahan inspirasi generasi bangsa kini, dan akan datang, agar generasi bangsa yang tumbuh kelak tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter. Oleh karena itu, dalam upaya mengabadikan nilai-nilai inspiratif para tokoh pahlawan tersebut Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan kegiatan penulisan sejarah pahlawan nasional. Kisah pahlawan nasional secara umum telah banyak ditulis. Namun penulisan kisah pahlawan nasional kali ini akan menekankan peranan tokoh gubernur pertama Republik Indonesia yang menjabat pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia. Para tokoh tersebut adalah Teuku Mohammad Hasan (Sumatra), Soetardjo Kartohadikoesoemo (Jawa Barat), R. Pandji Soeroso (Jawa Tengah), R.
    [Show full text]
  • Bab Ii Kondisi Bangsa Indonesia Sebelum Sidang Bpupki A
    BAB II KONDISI BANGSA INDONESIA SEBELUM SIDANG BPUPKI A.Masa Sebelum Sidang BPUPKI Setiap negara memiliki konstitusi. Demikian halnya bangsa Indonesia sebagai suatu negara juga memiliki konstitusi, yaitu Undang-Undang Dasar 1945. Pembentukan atau perumusan Undang-Undang Dasar 1945 ini menjadi konstitusi Indonesia melalui beberapa tahap.Pembuatan konstitusi ini diawali dengan proses perumusan Pancasila. Pancasila adalah dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pancasila berasal dari kata panca yang berarti lima, dan sila yang berarti dasar. Jadi, Pancasila memiliki arti lima dasar. Maksudnya, Pancasila memuat lima hal pokok yang diwujudkan dalam kelima silanya.1 Menjelang kemerdekaan Indonesia, tokoh-tokoh pendiri bangsa merumuskan dasar negara untuk pijakan dalam penyelenggaraan negara. Awal kelahiran Pancasila dimulai pada saat penjajahan Jepang di Indonesia hampir berakhir.Jepang yang mulai terdesak saat Perang Pasifik menjanjikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Untuk memenuhi janji tersebut, maka dibentuklah Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tanggal 28 Mei 1945. Badan ini beranggotakan 63 orang dan diketuai oleh dr. Radjiman Widyodiningrat. BPUPKI bertugas untuk mempersiapkan dan merumuskan hal-hal mengenai tata pemerintahan Indonesia jika merdeka. Untuk memperlancar tugasnya, BPUPKI membentuk beberapa panitia kerja, di antaranya sebagai berikut: 1. Panitia sembilan yang diketuai oleh Ir. Sukarno. Tugas panitia ini adalah merumuskan naskah rancangan pembukaan undang-undang dasar. 2. Panitia perancang UUD, juga diketuai oleh Ir. Sukarno. Di dalam panitia tersebut dibentuk lagi panitia kecil yang diketuai Prof. Dr. Supomo. 3. Panitia Ekonomi dan Keuangan yang diketuai Drs. Moh. Hatta. 4. Panitia Pembela Tanah Air, yang diketuai Abikusno Tjokrosuyoso. BPUPKI mengadakan sidang sebanyak dua kali. Sidang pertama BPUPKI terselenggara pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1945.
    [Show full text]
  • Pemikiran Soekarno Dalam Perumusan Pancasila
    PEMIKIRAN SOEKARNO DALAM PERUMUSAN PANCASILA Paisol Burlian Guru Besar Ilmu Hukum Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Raden FatahPalembang Email : [email protected] Abstrak Dalam proses perumusan Pancasila dilakukan melalui beberapa tahapan persidangan, banyak tokoh yang dimasukkan di dalamnya seperti Muh. Yamin, Soepomo, dan Soekarno. Namun dari ketiga tokoh tersebut, hanya pemikiran Soekarno yang mendapat apresiasi dari peserta secara aklamasi dan pancasila yang dianggap sebagai keunggulan pemikiran Soekarno menjadi sesuatu yang berbeda dalam tatanan dan terminologi. Padahal sebelum Soekarno berpidato pada tanggal 1 Juni 1945, Muh. Yamin dan Soepomo sebelumnya pernah berpidato dan memiliki kemiripan satu sama lain. Penelitian ini menggunakan jenis fenomenologi kualitatif dengan studi pustaka, dengan menganalisis secara detail pada beberapa literatur yang relevan. Dengan menggunakan teori dekonstruksi milik Jacques Derrida dengan konsep trace, difference, recontruction, dan iterability. Sedangkan sumber data diambil dari sumber data primer dan sekunder. Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Rumusan Pancasila Soekarno terdiri dari lima prinsip sebagai berikut; 1) Pemikiran nasionalisme, Soekarno bermaksud untuk membangkitkan jiwa nasionalisme di kalangan masyarakat Indonesia agar dapat berdiri tegak. 2) Pemikiran internasionalisme, Soekarno bermaksud mengaitkan erat antara pemikiran internasionalisme dengan nasionalisme. 3) Pemikiran demokrasi, dengan demikian
    [Show full text]
  • SETTING HISTORY STRAIGHT? INDONESIAN HISTORIOGRAPHY in the NEW ORDER a Thesis Presented to the Faculty of the Center for Inte
    SETTING HISTORY STRAIGHT? INDONESIAN HISTORIOGRAPHY IN THE NEW ORDER A thesis presented to the faculty of the Center for International Studies of Ohio University In partial fulfillment of the requirements for the degree Master of Arts Sony Karsono August 2005 This thesis entitled SETTING HISTORY STRAIGHT? INDONESIAN HISTORIOGRAPHY IN THE NEW ORDER by Sony Karsono has been approved for the Department of Southeast Asian Studies and the Center for International Studies by William H. Frederick Associate Professor of History Josep Rota Director of International Studies KARSONO, SONY. M.A. August 2005. International Studies Setting History Straight? Indonesian Historiography in the New Order (274 pp.) Director of Thesis: William H. Frederick This thesis discusses one central problem: What happened to Indonesian historiography in the New Order (1966-98)? To analyze the problem, the author studies the connections between the major themes in his intellectual autobiography and those in the metahistory of the regime. Proceeding in chronological and thematic manner, the thesis comes in three parts. Part One presents the author’s intellectual autobiography, which illustrates how, as a member of the generation of people who grew up in the New Order, he came into contact with history. Part Two examines the genealogy of and the major issues at stake in the post-New Order controversy over the rectification of history. Part Three ends with several concluding observations. First, the historiographical engineering that the New Order committed was not effective. Second, the regime created the tools for people to criticize itself, which shows that it misunderstood its own society. Third, Indonesian contemporary culture is such that people abhor the idea that there is no single truth.
    [Show full text]
  • Perdebatan Tentang Dasar Negara Pada Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (Bpupk) 29 Mei—17 Juli 1945
    PERDEBATAN TENTANG DASAR NEGARA PADA SIDANG BADAN PENYELIDIK USAHA-USAHA PERSIAPAN KEMERDEKAAN (BPUPK) 29 MEI—17 JULI 1945 WIDY ROSSANI RAHAYU NPM 0702040354 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA 2008 Perdebatan dasar..., Widy Rossani Rahayu, FIB UI, 2008 1 PERDEBATAN TENTANG DASAR NEGARA PADA SIDANG BADAN PENYELIDIK USAHA-USAHA PERSIAPAN KEMERDEKAAN (BPUPK) 29 MEI–17 JULI 1945 Skripsi diajukan untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Humaniora Oleh WIDY ROSSANI RAHAYU NPM 0702040354 Program Studi Ilmu Sejarah FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA 2008 Perdebatan dasar..., Widy Rossani Rahayu, FIB UI, 2008 2 KATA PENGANTAR Puji serta syukur tiada terkira penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang sungguh hanya karena rahmat dan kasih sayang-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini ditengah berbagai kendala yang dihadapi. Ucapan terima kasih dan salam takzim penulis haturkan kepada kedua orang tua, yang telah dengan sabar tetap mendukung putrinya, walaupun putrinya ini sempat melalaikan amanah yang diberikan dalam menyelesaikan masa studinya. Semoga Allah membalas dengan balasan yang jauh lebih baik. Kepada bapak Abdurrakhman M. Hum selaku pembimbing, yang tetap sabar membimbing penulis dan memberikan semangat di saat penulis mendapatkan kendala dalam penulisan. Kepada Ibu Dwi Mulyatari M. A., sebagai pembaca yang telah memberikan banyak saran untuk penulis, sehingga kekurangan-kekurangan dalam penulisan dapat diperbaiki. Kepada Ibu Siswantari M. Hum selaku koordinator skripsi dan bapak Muhammad Iskandar M. Hum selaku ketua Program Studi Sejarah yang juga telah memberikan banyak saran untuk penulisan skripsi ini. Kepada seluruh pengajar Program Studi Sejarah, penulis ucapakan terima kasih untuk bimbingan dan ilmu-ilmu yang telah diberikan. Kepada Bapak RM. A. B.
    [Show full text]
  • Comparison Between the Position of Adopted Children in Islamic Law Inheritance Based on Islamic Law Compilation (KHI) with the Book of Civil Law
    Comparison Between The Position Of Adopted Children... (Agil Aladdin) Volume 6 Issue 3, September 2019 Comparison Between The Position Of Adopted Children In Islamic Law Inheritance Based On Islamic Law Compilation (KHI) With The Book Of Civil Law Agil Aladdin1 and Akhmad Khisni2 Abstract. This research aims to knowing position adopted child in Islamic Law Compilation with the Book of Civil Law; and Similarities and Differences position adopted children in inheritance of Islamic Law Compilation with the Book of Civil Law; This research method using normative juridical research with comparative approach (comparative). The results were obtained conclusions from Islamic Law Compilation in terms of inheritance, uninterrupted lineage adopted children with biological parents, who turned just the responsibility of the biological parents to the adoptive parents. The adopted child does not become heir of adopted parents. In Gazette No. 129 Of 1917. In Article 5 through Article 15. The position adopted child found in Article 12 to equate a child with a legitimate child of the marriage of the lift. According to the Civil Law for the adopted child the same as for biological children. While in KHI adopted children get as much as 1/3 of the estate left by his adoptive parents (Article 209 KHI) exception has been assigned the consent of all the heirs. Keywords: Heritage; Adopted; Testament. 1. Introduction In a marriage between husband and wife are expected to get a good descent and is a beacon of hope for both parents. The presence of children is a form of continuity of a family and the offspring as an investment in the future, but a marriage will be is not yet complete when the couple no children.
    [Show full text]
  • Islamic Values Have Easily Existed Side by Side with Hdigenous Hdonesian Values, and Some
    TWE MODERNIZATION OF THE PESANTREN'S EDUCATIONAL SYSTEM TO MEET THE NEEDS OF INDONESIAN COMMUNITIES by Suprayetno Wagiman A thesis submitted to the Faculty of Graduate Studies and Research 'in partial fuifiilment of the requirements . for the degree of Master of Arts Institute of Xslamic Studies McGU University July 1997 8 Suprayetno Wagiman National Library Bibliothèque nationale l*l of Canada du Canada Acquisitions and Acquisitions et Bibliographie Services services bibliographiques 395 Wellington Street 395, nie Wellington Ottawa ON KIA ON4 Ottawa ON Kt A ON4 Canada Canada Your hle Votre relerence Our h& Notre réUrence The author has granted a non- L'auteur a accordé une licence non exclusive licence allowing the exclusive permettant à la National Library of Canada to Bibliothèque nationale du Canada de reproduce, loan, distribute or sell reproduire, prêter, distribuer ou copies of this thesis in microform, vendre des copies de cette thèse sous paper or electronic formats. la forme de microfiche/^, de reproduction sur papier ou sur format électronique. The author retains ownership of the L'auteur conserve la propriété du copyright in this thesis. Neither the droit d'auteur qui protège cette thèse. thesis nor substantid extracts fiom it Ni la thèse ni des extraits substantiels may be printed or otherwise de celle-ci ne doivent être imprimés reproduced without the author's ou autrement reproduits sans son permission. autorisation. ABSTRACT Au thor : Suprayetno Wagiman Title : The Modemization of The Pesantren's Educational System to Meet the Needs of Indonesian Communities. Department: hstitute of Lslamic Studies, McGill University Degree : Master of Arts. Indonesian archipelago facilitateci its dissemination throughout this region.
    [Show full text]
  • Relation Between Pancasila and Islamic Values on Religious Freedom
    Al-Ulum Volume 14 Number 2 December 2014 Page 325-342 RELATION BETWEEN PANCASILA AND ISLAMIC VALUES ON RELIGIOUS FREEDOM Sulasman & Eki Kania Dewi State Islamic University of Sunan Gunung Djati Bandung ([email protected]) Abstrak The discourse of religious harmony and freedom is still a current study and much studied through various approaches, including in the perspective of history, sociology, and culture. In Indonesia, normatively, the practices of religious harmony and freedom are referred to both Islamic religion and Pancasila values. The two normative references are positioned in line. Thus, even for the people, Pancasila has a spirit of Islam, because the framers of Pancasila (and Konstitution UUD 1945) are Moslem like Muhammad Yamin and Sukarno. Consciously or not, the Islamic teaching viewed by those framers of Pancasila absorbed into the values of Pancasila. Therefore, it is fair enough that Pancasila and Islam have harmony and conformity, including the concepts of religious harmony and freedom. Wacana kerukunan dan kebebasan beragama masih menjadi kajian aktual dan banyak dikaji melalui berbagai pendekatan, diantaranya dalam perspektif sejarah, sosiologi, dan budaya. Di Indonesia, secara normatif, praktik kerukunan dan kebebasan beragama mengacu pada nilai agama Islam dan Pancasila sekaligus. Kedua acuan normative tersebut diposisikan sejalan. Bahkan bagi sebagian kalangan Pancasila memiliki ruh ajaran Islam, karena para perumus Pancasila (dan UUD 1945) adalah umat Islam, seperti Muhammad Yamin dan Soekarno. Disadari atau tidak, ajaran Islam yang dipersepsi para perumus Pancasila tersebut meresap kedalam Pancasila. Oleh karena itu, wajar apabila antara Pancasila dan Islam memiliki keselarasan dan kesesuaian, termasuk dalam hal konsep kerukunan dan kebebasan beragama.
    [Show full text]
  • Validation of the Perceived Neighborhood Environment Questionnaire for Diabetes Mellitus Type 2 Patients
    http://jer.sciedupress.com Journal of Epidemiological Research 2018, Vol. 4, No. 2 ORIGINAL ARTICLES Validation of the Perceived Neighborhood Environment Questionnaire for diabetes mellitus type 2 patients Dyah A Perwitasari∗1, Imaniar N Faridah1, Bustanul Arifin2, Laras Novitasari1, Eva Niamuzisilawati3, Ikrimah N Utami3 1Faculty of Pharmacy, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Indonesia 2Banggai Hospital, Banggai Laut, Central Sulawesi, Indonesia 3Endocrine Metabolic Diabetes Division, Dr. Moewardi Hospital, Surakarta, Central Java, Indonesia Received: May 6, 2018 Accepted: June 20, 2018 Online Published: June 26, 2018 DOI: 10.5430/jer.v4n2p28 URL: https://doi.org/10.5430/jer.v4n2p28 ABSTRACT The success of diabetes mellitus type 2 (DMT2) therapy does not solely depend on laboratory test results, but is also influenced by the patients’ quality of life (QoL). Patients’ QoL is affected by numerous factors, including distress and their home environment. This study aims to acquire a valid and reliable instrument concerning neighborhood conditions felt by DMT2 subjects. The research applied a cross-sectional design with adult DMT2 patients at the Local General Hospital Moewardi Solo. The Perceived Neighborhood Environment Questionnaire (PNEQ) was translated from English to Indonesian with the procedure of forward- backward translation. Statistical analyses were conducted to determine reliability, discriminant, convergent and known-group validity. The three domains of PNEQ have low reliability (Cronbach’s alpha <0.7), while three questions have not met convergent validity and only one question has not attained discriminant validity. The PNEQ can be used on the Indonesian people with further explanations on questions that have not achieved reliability and validity. Key Words: DM type 2, PNEQ, validation, Indonesia 1.I NTRODUCTION The QoL in DMT2 patients encompasses a very broad do- The population of diabetes mellitus type 2 (DMT2) patients main, but our study focuses on their distress and neighbor- continues to rise over time.
    [Show full text]
  • BAB III BIOGRAFI HAJI AGUS SALIM A. Latar Belakang Kehidupan Haji
    BAB III BIOGRAFI HAJI AGUS SALIM Bab tiga, berisi pemaparan tentang biografi Haji Agus Salim. Pembahasan dalam bab ini penulis awali dengan latar belakang kehidupan Haji Agus salim kemudian bagaimana peran dan perjuangan Haji Agus Salim sebelum dan susudah proklamasi kemerdekaan Indonesia, serta pemikiran Haji Agus Salim tentang Islam dan negara. Berbicara mengenai Agus Salim, maka kita akan berkenalan dengan sosok begawan serba bisa yang menempatkan diri sebagai pionir dalam banyak hal. Agus Salim adalah seorang pemimpin, pejuang, jurnalis, ulama, guru, politisi, negarawan, diplomat, ahli pidato, pujangga, serta seorang pemikir. Sejak kecil, Agus Salim sudah terkenal cerdas luar biasa. Bayangkan saja, ia menjadi lulusan terbaik HBS se-Hindia Belanda. Kecerdasan Agus Salim semasa muda bahkan sudah terkenal di seantero Hindia Belanda. Gaya eksentrik yang melekat pada diri Agus Salim ternyata juga terlihat dalam pola kependidikannya. Agus Salim adalah orang yang pintar dari sisi akademis dan penganut Islam yang taat, namun ia juga seorang moderat yang tidak melihat segala sesuatu dari sudut yang sempit. A. Latar Belakang Kehidupan Haji Agus Salim Haji Agus Salim lahir dengan nama kecil Mashudul Haq (berarti pembela kebenaran) adalah putra dari Sutan Mohammad Salim dan Siti Zainab. Sang ayah terkesan oleh nama Masyudul Haq, tokoh utama buku yang sedang dia baca. Ketika Mohammad Salim sedang di surau beberapa hari kemudian, datang kabar gembira. Istrinya, Siti Zainab, baru saja melahirkan seorang bayi laki-laki. Maka dinamakanlah bayi itu Masyudul Haq46. Ia dilahirkan pada tanggal 8 Oktober 1884 di Koto Gadang, Kabupaten Agam (Bukittinggi), 46TEMPO, “Agus Salim, Diplomat Jenaka Penopang Republik”, (Jakarta: PT. Gramedia, 2013), Hlm. 119. 47 48 Sumatera Barat.
    [Show full text]