BAB IV HASIL PERDEBATAN SOEKARNO DENGAN ULAMA A. Proses Perdebatan Sidang BPUPKI Digelar Sebanyak Dua Kali.Sidang Pertama, Digel
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BAB IV HASIL PERDEBATAN SOEKARNO DENGAN ULAMA A. Proses Perdebatan Sidang BPUPKI digelar sebanyak dua kali.Sidang pertama, digelar pada 29Mei hingga 1 Juni 1945.Sedangkan sidang kedua digelar pada 10 Juli hingga 17 Juli1945.Sedangkan pada 2 Juni hingga 9 Juli 1945, adalah masa reses sidang BPUPKI.Namun pada masa reses itu digelar sidang tidak resmi oleh beberapa anggota BPUPKIyang juga merangkap sebagai anggota Tyoo Sangi In dan ditambah dengan anggotaBPUPKI yang tinggal di Jakarta, yang tidak menjadi anggota Tyoo Sangi In, untukmembahas hal-hal yang dianggap mendesak pada saat itu. Sidang pertama BPUPKI pada 29 Mei hingga 1 Juni 1945 mengagendakanpembahasan tentang dasar negara. Anggota BPUPKI yang menyampaikan pidatonyapada sidang pertama ini adalah Muhammad Yamin, Margono, Sosrodiningrat,Soemitro, Wiranatakoesoema, Woerjaningrat, Soerio, Soesanto, Soedirman, Dasaad,Roeseno dan Aris, namun hingga saat ini catatan pidato yang sudah ditemukan hanyalah pidato dari Muhammad Yamin Sosro Diningrat Soemitro Wiranatakoesoema, Woerjaningrat, Soerio, Soesanto, Soedirman, Dasaad, Roesenodan Aris, sedangkan pidato Margono belum ditemukan.1 Pada sidang hari pertama, perbedaan pendapat dan perdebatan belum terjadibegitu tajam.Ada beberapa hal yang disampaikan oleh para anggota BPUPKI padasidang hari pertama.Muhammad Yamin menyampaikan pidato tentang kelengkapannegara yang dibutuhkan oleh Indonesia sebagai sebuah negara merdeka nantinya.Pada sidang BPUPKI hari pertama itu, Muhammad Yamin juga menyampaikantentang konsep-konsep negara kebangsaan, tujuan kemerdekaan, ketuhanan, sertakonsep pembentukan negara yang sangat detail.Berbeda dengan Muhammad Yamin yang memaparkan banyak konsep,sedangkan Sosrodiningrat lebih menekankan tentang pentingnya persatuan jikaIndonesia ingin kemerdekaan.Sementara itu, Soemitro dan Wiranatakoesoema lebihmenekankan bahwa kemerdekaan secepat-cepatnya sebagai hal yang paling penting,selain itu Soemitro juga mengatakan bahwa kalangan pribumi harus secepatnyamendapatkan jabatan di pemerintahan. Begitupun dengan tokoh-tokoh lain, 1George S. Kanahele, The Japanese Occupation of Indonesia: (Prelude to Independence, CornellUniversity Press, Ithaca N. Y., 1967)., hlm.47. lebihbanyak menyampaikan tentang pentingnya persatuan rakyat Indonesia sebagaipersiapan awal menuju kemerdekaan. Sedangkan Das’ad, dalam pidatonya,mewacanakan tentang negara yang berdasarkan agama,Sejak saat itu, wacana tentang negara yang berdasarkan agama dan dasar negara Islammulai berkembang pada sidang-sidang BPUPKI, hingga akhirnya menjadi perdebatanyang tajam sejak sidang hari kedua BPUPKI pada 30 Mei. Usulan Dasa’ad inimendapatkan dukungan dari tokoh kalangan Islam yang lainnya.2 Ide tentang dasar negara Islam yang disampaikan oleh Dasa’ad dan A. RachimPratalykrama mendapat tentangan dari anggota sidang BPUPKI yang lainnya, salahsatunya adalah Abdul Kadir. Menurutnya, hal yang terpenting bagi masyarakatIndonesia adalah persatuan, sedangkan agama Islam, setelah Indonesia merdekadengan sendirinya akan menjadi agama yang penting karena memiliki jumlahpenganut yang lebih banyak.3 Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya pada Pendahuluan, perdebatantentang dasar negara yang berkembang pada sidang BPUPKI, pada dasarnyamenyangkut dua konsep, yaitu dasar negara Kebangsaan dan dasar negara Islam.Dasar negara Kebangsaan ini diusung oleh tokoh-tokoh seperti Soekarno, MohammadHatta, Muhammad Yamin, Soepomo, dan lain-lain. Sedangkan untuk kalanganIslam direpresentasikan antara lain oleh Wachid Hasjim, Ki Bagoes Hadikoesoemodan Kahar Muzakkir yang berlatar belakang pesantren.4 Perbedaan pandangan tentang hubungan antara agama dan negara bukanlahhal baru dalam sejarah Indonesia, juga bukan baru terjadi pada sidang BPUPKI.Antara Sokarno dan Muhammad Natsir pernah terjadi perseteruan dalam memandanghubungan antara agama dan negara. Sukarno berpendapat bahwa agama adalahpersoalan manusia secara pribadi, dan baginya penilaian terakhir bukan terletak padaajaran agama, tapi pada akal.Tidak mengherankan Soekarno memiliki pendapatseperti itu, karena semuanya bermula pada pemikiran Soekarno bahwa semua ajaranIslam, termasuk di dalamnya Al-Quran dan Al-Hadits, haruslah diinterpretasikansecara moderen.Pada intinya Soekarno mengajak kepada umat Islam Indonesiauntuk berpikir merdeka, bertafsir merdeka, berijtihad merdeka dengan 2Asia Raya, 1 Maret 2605. 3 Asia Raya, 29 April 2605. 4 Asia Raya, 29 mei 2605. hanyaberpedoman pada satu hal, yaitu jiwa yang Islam.5 Pendapat Soekarno ini kemudian mendapat tentangan dari Muhammad Natsir.Sejalan dengan tokoh-tokoh Islam yang lain, Muhammad Natsir pun berpendapatbahwa Islam adalah ajaran yang melingkupi semua aspek kehidupan dan bahwaIslamlah yang harus dijadikan ukuran terakhir, bukan akal, seperti yangdiungkapkan oleh Soekarno. Begitulah perbedaan pendapat yang terjadi antara Soekarno dan Natsir, padatahun 1940. Perbedaan pendapat yang sama pun terjadi pada sidang BPUPKI.Kalangan kebangsaan ingin mewujudkan Indonesia dengan dasar negara Kebangsaanyang memisahkan antara ranah negara dengan agama, hal ini didasarkan padaargumentasi budaya, bahwa negara yang akan didirikin hendaklah sesuai denganbudaya dan identitas bangsa Indonesia, seperti pidato yang disampaikan olehSoepomo pada sidang BPUPKI tanggal 31 Mei,Konsep yang disampaikan oleh Soepomo itu kemudian dikenal dengan konsep dasarnegara integralistik. Selain itu, dalam pidatonya Soepomo pun secara tegas menola usulan dasar negara Islam.6 Selain Soepomo, Mohammad Hatta pun megemukakan bahwa urusan negaraharus dipisahkan dari urusan agama. Soepomo menyinggung pendapat MohammadHatta itu dalam pidatonya,”Oleh anggota yang terhormat tuan Mohammad Hatta telah diuraikandengan panjang lebar, bahwa dalam negara persatuan di Indonesiahendaknya urusan negara dipisahkan dari urusan agama.7 Mohammad Hatta menekankan bahwa antara negara dan agama haruslahdipisahkan.Pernyataan Mohammad Hatta dan Sopemom tersebut ini mendapattanggapan yang beragam dari berbagai kalangan, baik itu kalangan Islam, maupundari kalangan kebangsaan.Pernyataan-pernyataan dari kalangan Kebangsaan itulangsung mendapat tanggapan dari Ki Bagoes Hadikoesoemo.Ia mencobameluruskan pendapat yang dirasakan tidak benar tentang ajaran Islam, selain itu KiBagoes Hadikusoemo juga memberikan dukungannya tentang dasar negara Islamuntuk digunakan oleh Indonesia yang akan merdeka nanti. Perbedaan pendapat dalam memandang ajaran Islam ini sangat mungkinterjadi karena pemahaman orang terhadap ajaran Islam yang tidak sama anatara yangsatu dengan yang lain. Ada kalangan yang memahami hubungan antara Islam dengansegala aspek kehidupan harus 5 Asia Raya, 29 April 2605. 6Deliar Noer, Partai Islam di Pentas Nasional, ( hlm. 35. 7 Ahmad Syafi’I Ma’arif, op. cit., hlm 102. dalam bentuknya yang legal dan formal. Sedangkan dipihak lain ada kalangan yang melihat totalitas Islam dalam dimensinya yang lebihsubstantif, isi daripada bentuk menjadi acuan utama dalam kehidupan sosialkemasyarakatan.8 Sidang BPUPKI terus berlanjut dan berjalan dengan berbagai ide danpandangan tentang dasar negara yang mewarnainya.Soekarno sendiri barumenyampaikan pidatonya pada 1 Juni 1945.Dalam pidatonya, Soekarnomenyampaikan dukungannya terhadap dasar negara kebangsaan.”Kita hendak mendirikan suatu negara ’semua buat semua’.Bukanbuat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan maupun golongan yang kaya, tetapi semua buat semua, Kita mendirikan satu Negara Kebangsaan Indonesia. Saya minta, saudara Ki Bagoes Hadikoesoemo dan saudara-saudara Islam lain:maafkan saya memakai perkataan, ”kebangsaan” ini! Saya pun orangIslam. Tetapi saya minta kepada saudara-saudara, janganlah saudara-saudara salah paham jikalau saya katakan bahwa dasar pertama buatIndonesia ialah dasar kebangsaan.9 Pidato yang disampaikan oleh Soekarno adalah suatu upaya untuk mengatasipertentangan antara kelompok yang menginginkan negara sekuler dalam artimemisahkan dengan tegas hubungan antara agama dan negara, yang berhadapandengan kalangan Islam yang menginginkan negara Islam.“Untuk pihak Islam, inilah tempat yang terbaik untuk memeliharaagama. Kita, sayapun adalah orang Islam maaf beribu-ribu maafkeisalaman saya jauh belum sempurna tetapi, kalau saudar-saudaramembuka saya punya dada, dan melihat saya punya hati, tuan-tuanakan dapati tidak lain tidak bukan hati Islam. Dan hati Islam BungKarno ini, ingin membela Islam dalam mufakat, dalampermusyawaratan. Dengan cara mufakat, kita perbaiki segala hal jugakeselamatan agama, yaitu dengan jalan pembicaraaan ataupermusyawaratan di dalam Badan Perwakilan Rakyat.Jikalau memang kita rakyat Islam, marilah kita bekerja sehebat-hebatnya agar supaya sebagian yang terbesar daripada kursi-kursiBadan Perwakilan Rakyat yang kita adakan, diduduki oleh utusan-utusan Islam, jikalau memang Islam di sini agama yang hidupberkobar- kobar di dalam kalangan rakyat, marilah kita pemimpin-pemimpin menggerakkan segenap rakyat itu agar supaya mengerahkansebanyak mungkin utusan-utusan Islam ke dalam Badan Perwakilanini Dengan sendirinya hukum-hukum yang keluar dari BadanPerwakilan Rakyat itu hukum Islam pula Maka Saya berkata,baru jikalau demikian, hiduplah Islam Indonesia, dan bukan IslamIslam yang hanya diatas bibir saja. Kita berkata 90 % daripada kitaberagama Islam, 8 Ahmad Mansur Suryanegara, API Sejarah 2, (Bandung : PT Grafindo Media Pratama 2010), hlm. 370. 9Ibid., hlm. 372. tetapi lihatlah di dalam sidang ini berapa persen yangmemberikan suaranya kepada Islam? Maaf seribu maaf, saya tanya halitu! Bagi saya hal itu adalah satu bukti, bahwa Islam belum