ARTIKEL PENELITIAN

GAMBARAN NILAI GIZI MAKANAN YANG DIKONSUMSI OLEH REMAJA OBESITAS DI SEKOLAH Ulfa Raudha Dr. Zahtamal, S.KM, M.Kes Yanti Ernalia, Dietisen, M.Ph [email protected] ABSTRACT Obesity currently more occurs in adolescence. The purpose of this study was to determinate the content of carbohydrates, protein, fat, energy content and energy intake in obese students at the school. This is a descriptive quantitative study. The sample was food that often consumed by obese students in caffetaria at SMA N 4 Pekanbaru. The result of this study was carbohydrate content for , sandwich, goreng, , and were lower than Tabel Komposisi Pangan (TKPI). The protein content for sandwich, nasi goreng, bakso goreng, and batagor were higher than TKPI, the protein content for pisang goreng was lower than TKPI. The fat content for pisang goreng, sandwich, nasi goreng, and batagor were higher than TKPI, the fat content for bakso goreng was lower than TKPI. The highest energy intake of obese students in the school was 1.334,7 kcal (62,8% AKG) and the lowest was 597,3 kcal (28,1% AKG). One of the recommendation is to balance the composition of carbohydrates, protein, and fat in a food serving.

Keywords: Carbohydrates content, protein, fat, energy content, energy intake. PENDAHULUAN

Secara fisiologis, obesitas tahun 2013.2,3 Sedangkan angka kejadian didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan obesitas untuk Provinsi Riau pada anak usia akumulasi lemak yang tidak normal atau 16-18 tahun juga mengalami peningkatan berlebihan di jaringan adiposa sehingga dari 1% pada tahun 2010 menjadi 3,1% depat mengganggu kesehatan.1 Berdasarkan pada tahun 2013, dan prevalensi obesitas Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun sentral sebesar 27,0%.4 Prevalensi obesitas 2013, terjadi peningkatan angka kejadian sentral tertinggi ditemukan di kota obesitas pada anak usia 16-18 tahun dari Pekanbaru yaitu sebesar 35,3% dan terendah 1,4% pada tahun 2010 menjadi 7,3% pada di Rokan Hulu sebesar 14,8%.4

JOM FK Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 1

Obesitas tidak hanya ditemukan pada Zat gizi makro adalah zat gizi yang penduduk dewasa, tetapi juga pada anak- dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang anak dan remaja.5 Istilah remaja atau besar yang berfungsi untuk menghasilkan adolescence yang berarti —tumbuh“ atau energi untuk tubuh. Zat gizi makro meliputi —tumbuh menjadi dewasa“. Masa remaja karbohidrat, protein, dan lemak.10 Zat gizi diartikan sebagai masa perkembangan mikro adalah zat gizi yang sangat transisi antara masa anak dan masa dewasa dibutuhkan oleh tubuh meskipun dalam yang mencakup perubahan biologis, jumlah yang sedikit. Fungsi utama zat gizi kognitif, dan sosial-emosional.6 Masa remaja mikro yaitu untuk memungkinkan terjadinya dimulai kira-kira usia 10-13 tahun dan reaksi kimia didalam tubuh. Zat gizi mikro berakhir antara usia 18-22 tahun. ini meliputi vitamin dan mineral.10 Remaja membutuhkan asupan zat Penyebab obesitas sangat kompleks. gizi yang lebih besar daripada masa anak- Sebagian besar obesitas disebabkan oleh anak, namun kenyataannya remaja karena interaksi antara faktor genetik dan cenderung melakukan perilaku makan yang faktor lingkungan, antara lain aktifitas fisik salah, yaitu zat gizi yang dikonsumsi tidak perilaku makan, sosial ekonomi, dan sesuai dengan kebutuhan atau rekomendasi neurogenik.11 Salah satu faktor penyebab diet yang dianjurkan.7,8 Ketidakseimbangan obesitas adalah perilaku makan yang tidak antara asupan dengan kebutuhan diet akan baik. Perilaku makan yang tidak baik menimbulkan masalah gizi, baik masalah disebabkan oleh beberapa sebab diantaranya gizi kurang maupun gizi lebih yang lingkungan dan sosial. Hal ini terbukti kemudian akan berdampak pada kejadian dengan meningkatnya prevalensi obesitas obesitas.8 Zat gizi makanan merupakan dinegara maju. Perilaku makan yang tidak ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk baik pada masa kanak-kanak sehingga melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan terjadi kelebihan nutrisi juga memiliki energi, membangun dan memelihara kontribusi dalam obesitas. jaringan, serta mengatur proses-proses Faktor-faktor yang berpengaruh dari kehidupan.9 pola makan terhadap obesitas adalah Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan kuantitas, porsi makan, kepadatan energi oleh tubuh, zat gizi dikelompokkan menjadi dari makanan yang dimakan, frekuensi dua, yaitu zat gizi makro dan zat gizi mikro. makan, dan jenis makanan. Hasil penelitian

JOM FK Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 2

Yamin dkk menunjukkan bahwa terdapat penelitian ini adalah semua makanan yang hubungan yang bermakna antara asupan dijual di kantin SMA Negeri 4 Pekanbaru. energi terhadap kejadian obesitas.12 Sampel penelitian adalah makanan yang Remaja, terutama anak sekolah sering dikonsumsi oleh siswa obesitas menghabiskan sebagian besar waktunya di (berdasarkan IMT). Sampel makanan dipilih sekolah yaitu dari pagi sampai sore. sebanyak tujuh jenis makanan olahan. Kegiatan sarapan pagi dan makan siang Variabel penelitian ini adalah dilakukan di sekolah. Kantin atau warung makanan, kadar karbohidrat, kadar protein, sekolah merupakan salah satu tempat jajan dan kadar lemak. Makanan adalah bahan anak sekolah yang menyediakan makanan selain obat yang mengandung zat-zat gizi jajanan, camilan dan minuman sebagai dan atau unsur-unsur/ikatan kimia yang pengganti makan pagi dan makan siang di dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh dan rumah.13 Kantin sekolah mempunyai berguna bila dimasukkan ke dalam tubuh. peranan yang penting dalam mewujudkan Kadar karbohidrat adalah kandungan pesan-pesan kesehatan dan dapat karbohidrat yang terikat secara fisik dalam menentukan perilaku makan siswa melalui bahan makanan jajanan di SMA Negeri 4 penyediaan makanan jajanan di sekolah.13 Pekanbaru yang dihitung menggunakan Berdasarkan uraian dan studi rumus dari Metode Luff-Schoorl. Kadar pendahuluan di atas, peneliti ingin protein adalah kandungan protein sebagai melakukan penelitian tentang gambaran nilai zat pembangun yang terikat secara fisik gizi makanan yang dikonsumsi oleh remaja dalam bahan makanan jajanan di SMA obesitas di kantin sekolah. Negeri 4 Pekanbaru yang dihitung menggunakan rumus dari Metode Mikro METODE PENELITIAN Kjeldahl. Kadar lemak adalah kandungan Jenis penelitian yang digunakan lemak sebagai sumber tenaga yang terikat adalah deskriptif kuantitatif untuk secara fisik dalam bahan makanan jajanan di menggambarkan kandungan nilai gizi SMA Negeri 4 Pekanbaru yang dihitung makanan yang dikonsumsi oleh remaja menggunakan rumus dari Metode Ekstraksi obesitas di sekolah. Penelitian ini Soxhlet. dilaksanakan di SMA Negeri 4 Pekanbaru Data penelitian berasal dari sampel pada bulan Desember 2016. Populasi pada makanan yamg dipilih oleh siswa obesitas di

JOM FK Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 3 sekolah. Sampel diambil sebanyak 1 porsi Pada penelitian ini sampel makanan dari tiap jenis makanan. Data tersebut yang diteliti adalah sebanyak tujuh jenis dianalisis di Laboratorium Analisa Hasil makanan olahan yang dijual di beberapa Pertanian Fakultas Pertanian Universitas kantin di SMA Negeri 4 Pekanbaru. Riau sehingga didapatkan nilai gizi Berdasarkan angket yang telah diisi oleh 23 (karbohidrat, lemak, dan protein). siswa obesitas menurut IMT (>23,0) tentang Data yang diperoleh dari hasil uji jenis makanan yang sering dikonsumsi, laboratorium dihitung dengan menggunakan didapatkan sampel terdiri dari sayur, rumus yang bertujuan untuk mengetahui pisang goreng, sandwich, bakso goreng, nilai zat gizi dari masing-masing sampel. empek-empek, nasi goreng, dan batagor. Pengolahan data dilakukan secara manual 4.1. Analisis kadar karbohidrat dan komputerisasi dengan program Microsoft Word dan Microsoft Excel yang Berdasarkan hasil analisis yang telah disajikan dalam bentuk tabulasi dan data dilakukan, kadar karbohidrat dari tujuh narasi. makanan yang sering dikonsumsi siswa obesitas di SMA Negeri 4 Pekanbaru dapat HASIL PENELITIAN dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Kadar karbohidrat makanan yang sering dikonsumsi oleh siswa obesitas di kantin SMA Negeri 4 Pekanbaru No Jenis makanan Berat Kadar Kadar Persentase sampel 1 karbohidrat karbohidrat per per porsi porsi (g) per 5 g (g) porsi (g) (%) 1 Lontong sayur 262,5 0,56 29,4 19,6 2 Pisang goreng 41,7 0,53 4,4 17,6 3 Sandwich 94,4 0,35 6,6 13,3 4 Bakso goreng 35,8 0,14 1,0 4,0 5 Empek-empek 192,3 0,42 16,1 14,1 6 Nasi goreng 248,4 0,51 25,3 17,3 7 Batagor 245,8 0,39 19,1 15,2

Dari tabel di atas dapat diketahui makanan yang sering dikonsumsi oleh siswa bahwa kadar karbohidrat tertinggi dari obesitas di SMA Negeri 4 Pekanbaru adalah

JOM FK Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 4 lontong sayur 29,4g (19,6%) dan kadar goreng 1,0g (4,0%). karbohidrat yang terendah adalah bakso 4.2. Analisis kadar protein yang sering dikonsumsi siswa obesitas di SMA Negeri 4 Pekanbaru dapat dilihat pada Berdasarkan hasil analisis yang telah Tabel 4.3. dilakukan, kadar protein dari tujuh makanan Tabel 4.3. Kadar protein makanan yang sering dikonsumsi oleh siswa obesitas di kantin SMA Negeri 4 Pekanbaru No Jenis makanan Berat Kadar Kadar Persentase per sampel 1 protein per protein per porsi porsi (g) 1 g (g) porsi (g) (%) 1 Lontong sayur 262,5 0,12 31,5 21,1 2 Pisang goreng 41,7 0,01 0,4 1,6 3 Sandwich 94,4 0,14 13,2 26,6 4 Bakso goreng 35,8 0,34 12,1 49,2 5 Empek-empek 192,3 0,25 48,1 42,2 6 Nasi goreng 248,4 0,08 19,8 13,5 7 Batagor 245,8 0,13 31,9 25,4 4.3. Analisis kadar lemak Dari tabel di atas dapat diketahui Berdasarkan hasil analisis yang telah bahwa kadar protein tertinggi dari makanan dilakukan, kadar lemak dari tujuh makanan yang sering dikonsumsi oleh siswa obesitas yang sering dikonsumsi siswa obesitas di di SMA Negeri 4 Pekanbaru adalah empek- SMA Negeri 4 Pekanbaru dapat dilihat pada empek 48,1g (42,2%) dan kadar protein Tabel 4.4. yang terendah adalah pisang goreng 0,4g

(1,6%).

JOM FK Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 5

Tabel 4.4. Kadar lemak makanan yang sering dikonsumsi oleh siswa obesitas di kantin SMA Negeri 4 Pekanbaru No Jenis makanan Berat Kadar Kadar Persentase per sampel 1 lemak per lemak per porsi porsi (g) 2 g (g) porsi (g) (%) 1 Lontong sayur 262,5 0,30 39,3 59,2 2 Pisang goreng 41,7 0,40 8,3 74,7 3 Sandwich 94,4 0,28 13,2 60,0 4 Bakso goreng 35,8 0,29 5,1 46,6 5 Empek-empek 192,3 0,23 22,1 43,6 6 Nasi goreng 248,4 0,36 44,7 69,0 7 Batagor 245,8 0,27 33,1 59,3

Dari tabel di atas dapat diketahui (62,8% AKG), dan terendah yaitu 597,3 bahwa kadar lemak tertinggi dari makanan kkal (28,1% AKG). yang sering dikonsumsi oleh siswa obesitas PEMBAHASAN di SMA Negeri 4 Pekanbaru adalah nasi goreng 44,7g (69,0%) dan kadar lemak 5.1. Kadar karbohidrat terendah adalah bakso goreng 5,1g (46,6%). Berdasarkan Tabel Komposisi 4.4. Asupan zat gizi makro dan energi Pangan Indonesia, kadar karbohidrat dari siswa obesitas per hari di sekolah beberapa makanan seperti sandwich adalah

Berdasarkan angket yang telah 17,1g, bakso goreng 23,1g, nasi goreng dikumpulkan, selanjutnya peneliti dapat 15,1g, pisang goreng 3,8g, dan batagor 14 menghitung asupan zat gizi makro 24,4g. Sementara berdasarkan hasil (karbohidrat, protein, dan lemak) serta penelitian kadar karbohidrat pada satu porsi asupan energi pada siswa melalui makanan sandwich adalah 6,6g, bakso goreng 1,0g, yang diteliti. alah satu contoh, dari hasil nasi goreng 25,3g, pisang goreng 4,4g, dan penelitian dapat diketahui bahwa asupan batagor 19,1g. Dengan demikian kadar energi tertinggi didapatkan oleh salah satu karbohidrat dari makanan sandwich, bakso siswa perempuan yaitu sebesar 1.334,7 kkal goreng, dan batagor lebih rendah daripada yang tertera pada Tabel Komposisi Pangan

JOM FK Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 6

Indonesia. Sementara kadar karbohidrat Karbohidrat merupakan sumber makanan nasi goreng dan pisang goreng energi utama.9 Jika konsumsinya tidak didapatkan lebih tinggi daripada yang tertera memenuhi kebutuhan, maka dapat pada Tabel Komposisi Pangan Indonesia. menimbulkan beberapa gejala, diantaranya Penyebab perbedaan karbohidrat fatigue, dehidrasi, mual, nafsu makan pada setiap makanan disebabkan karena berkurang, dan tekanan darah kadang- perbandingan bahan dan proses pengolahan kadang turun dengan mendadak sewaktu yang berbeda.15 bangkit dari posisi berbaring (hipotensi Hasil analisis karbohidrat pada ortostatik).18 Asupan karbohidrat yang lontong sayur yang dijual di SMA Negeri 4 adekuat penting untuk mempertahankan Pekanbaru didapatkan sebesar 29,4g dan cadangan glikogen yang dibutuhkan untuk empek-empek 16,1g (14,1%). Berdasarkan aktivitas fisik jangka panjang.18 hasil penelitian lain menyebutkan bahwa 5.2. Kadar protein kadar karbohidrat pada lontong sayur adalah 50,3g.16 Sementara empek-empek pada hasil Berdasarkan Tabel Komposisi penelitian lain didapatkan karbohidrat Pangan Indonesia, kadar protein dari dengan persentase berkisar antara 22,64%- beberapa makanan seperti sandwich adalah 39,05%.17 Perbedaan nilai karbohidrat pada 11,9g, bakso goreng 10,3g, nasi goreng 1,6g, kedua makanan ini dapat terjadi karena pisang goreng 1,4g, dan batagor 7,5g.14 variasi di dalam satu porsi yang berbeda Sementara berdasarkan hasil penelitian sehingga komposisi zat gizi pun akhirnya kadar karbohidrat pada satu porsi sandwich berbeda.15 adalah 13,2g, bakso goreng 12,1g, nasi Berdasarkan hasil penelitian, goreng 19,8g, pisang goreng 0,4g dan sumbangan energi dari asupan karbohidrat batagor adalah 31,9g. Dengan demikian, pada beberapa makanan tersebut didapatkan kadar protein pada sandwich, bakso goreng, makanan lontong sayur menyumbang energi nasi goreng, dan batagor didapatkan lebih sebesar 117,6 kkal, pisang goreng 17,6 kkal, tinggi daripada yang tertera pada Tabel sandwich 26,4 kkal, bakso goreng Komposisi Pangan Indonesia. Sementara menyumbang energi 4 kkal, empek-empek untuk makanan pisang goreng didapatkan 64,6 kkal, nasi goreng 101,3 kkal, dan kadar protein yang lebih rendah. batagor 76,6 kkal.

JOM FK Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 7

Hasil analisis protein pada lontong menyebabkan peningkatan keseimbangan sayur yang dijual di SMA Negeri 4 protein kearah positif yang kemudian Pekanbaru didapatkan sebesar 31,5g dan menyebabkan peningkatan sintesis protein. empek-empek 48,1g (42,2%). Berdasarkan Peningkatan sintesis protein secara perlahan hasil penelitian lain menyebutkan bahwa akan menyebabkan hipertrofi otot yang pada kadar protein pada lontong sayur adalah akhirnya akan berpengaruh pada kekuatan 14,9g.16 Sementara empek-empek pada hasil otot.19 Asupan protein yang cukup berkaitan penelitian lain didapatkan protein dengan dengan gizi normal yaitu memperkecil risiko persentase berkisar antara 0,04%-2,02%.17 terjadinya kekurangan energi kronis yang Dari hasil analisis protein pada dua makanan berhubungan dengan Lingkar Lengan Atas ini didapatkan hasil yang lebih tinggi. (LiLA).20 Kemungkinan penyebab tingginya kadar 5.3. Kadar lemak protein pada lontong sayur yaitu karena terdapatnya kuah kacang di dalam satu porsi Berdasarkan Tabel Komposisi lontong sayur dan pada empek-empek Pangan Indonesia, kadar lemak dari kemungkinan kandungan telur dan ikan di beberapa makanan seperti sandwich adalah dalamnya yang lebih banyak sehingga 11,9g, bakso goreng 6,3g, nasi goreng 1,6g, menyebabkan kadar proteinnya menjadi pisang goreng 1,4g, dan batagor 3,8g.14 tinggi. Sementara berdasarkan hasil penelitian Berdasarkan hasil penelitian, kadar karbohidrat pada satu porsi sandwich sumbangan energi dari asupan protein pada adalah 13,2g, bakso goreng 5,1g, nasi beberapa makanan tersebut didapatkan goreng 44,7g, pisang goreng 8,3g dan makanan lontong sayur menyumbang energi batagor adalah 33,1g. Dengan demikian, sebesar 126 kkal, pisang goreng 1,6 kkal, kadar lemak pada bakso goreng dari hasil sandwich 52,8 kkal, bakso goreng analisis didapatkan lebih rendah daripada menyumbang energi 97,3 kkal, empek- yang tertera pada Tabel Komposisi Pangan empek 384,6 kkal, nasi goreng 79,4 kkal, Indonesia. Sementara untuk makanan dan batagor 255,6 kkal. sandwich, nasi goreng, pisang goreng, dan Asupan protein mempengaruhi batagor didapatkan kadar lemak yang lebih massa otot melalui perubahan sintesis tinggi. protein. Dengan diet tinggi protein

JOM FK Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 8

Hasil analisis penelitian lain lain menyatakan bahwa pemberian diet memperlihatkan minyak dari makanan tinggi lemak dalam jangka waktu tertentu gorengan berpengaruh sangat nyata terhadap berpengaruh terhadap perubahan berat tingkat penyerapan minyak dari makanan badan.23 Berdasarkan tesis penelitian gorengan.21 Hasil uji lanjut menunjukkan mengenai asupan lemak pada remaja usia bahwa penyerapan minyak berbeda pada 16-18 tahun, dinyatakan bahwa dari 8 tiap makanan gorengan. Hal ini disebabkan variabel risiko terjadinya obesitas, variabel karena perbedaan kadar lemak asli dari yang paling dominan yang berhubungan bahan makanan tersebut, hal ini sesuai dengan kejadian obesitas pada remaja usia dengan pendapat Febriansyah yang 16-18 tahun adalah variabel asupan lemak.24 menyatakan bahwa semakin besar kadar Berdasarkan data diatas, sumbangan minyak pada produk, maka semakin banyak energi dari asupan lemak pada beberapa jumlah minyak yang diserap.22 makanan tersebut didapatkan makanan Hasil analisis lemak pada lontong lontong sayur menyumbang energi sebesar sayur yang dijual di SMA Negeri 4 354,3 kkal, pisang goreng 75 kkal, sandwich Pekanbaru didapatkan sebesar 39,3g dan 118,9 kkal, bakso goreng menyumbang empek-empek 22,1g (43,6%). Berdasarkan energi 46,7 kkal, empek-empek 199 kkal, hasil penelitian lain menyebutkan bahwa nasi goreng 402,4 kkal, dan batagor 298,6 kadar protein pada lontong sayur adalah kkal. 40,0g.16 Sementara empek-empek pada hasil 5.4. Asupan energi siswa obesitas per penelitian lain didapatkan protein dengan hari di sekolah persentase berkisar antara 1,01%-5,80%.17 Hasil analisis lemak pada empek-empek Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan hasil yang lebih tinggi. didapatkan data kontribusi energi pada tujuh Dari tujuh makanan yang diteliti, makanan yang sering dikonsumsi oleh siswa pisang goreng memiliki kadar lemak yang obesitas di SMA Negeri 4 Pekanbaru. Salah lebih tinggi daripada kadar karbohidrat dan satu siswa perempuan memperoleh energi protein dalam satu potongnya, yaitu sebesar paling tinggi dengan total kalori yang 74,7%. Sebanyak 47,8% dari siswa obesitas didapatkannya dari empat makanan yaitu sering mengkonsumsi pisang goreng dan sandwich, bakso goreng, empek-empek, dan rata-rata sebanyak 2-3 potong. Penelitian nasi goreng ketika ia berada di sekolah yaitu

JOM FK Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 9

1.334,7 kkal. Jika dibandingkan dengan asupan protein dan asupan lemak siswi asupan energi untuk remaja perempuan usia tersebut dari empat makanan yang sering ia 16-18 tahun berdasarkan Angka Kecukupan konsumsi di sekolah telah melebihi asupan Gizi (AKG) yaitu 2.125 kkal per hari,25 yang dianjurkan per hari. kalori yang didapatkan oleh siswi tersebut di Hasil penelitian lain menunjukkan sekolah telah memenuhi sekitar 62,8% dari bahwa rata-rata asupan energi, protein, total asupan energi per hari. Jika dari lemak, dan karbohidrat pada kelompok sekolah saja siswi tersebut telah memenuhi kasus obesitas lebih tinggi jika dibandingkan setengah kebutuhan energinya, kemudian dengan kelompok kontrol (tidak obesitas). ditambah dengan asupan makanan di dalam Hal ini menunjukkan bahwa ternyata pada sekolah (makanan lain yang tidak diteliti) kasus obesitas memang mengkonsumsi zat dan di luar sekolah (rumah, dan lain-lain) gizi yang berlebih dibandingkan dengan maka akan memungkinkan asupan kalori yang tidak obes.23 Hal ini juga sesuai dengan siswa tersebut melebihi dari 2.125 kkal. penelitian lain yang menyatakan bahwa anak Apabila dilihat dari asupan zat gizi yang obes memiliki asupan zat gizi yang makro dari keempat makanan diatas, maka berlebih dibandingkan dengan yang tidak siswa perempuan tersebut mendapatkan obes.26 asupan karbohidrat sebanyak 49g, protein Sebuah penelitian menunjukkan 93,2g, dan lemak 85,1g jika ia bahwa makanan jajanan dapat mengkonsumsi keempat makanan tersebut di menyumbangkan energi sebesar 30% dari hari yang sama. Berdasarkan AKG zat gizi total asupan energi per hari.27 Berdasarkan makro yang dianjurkan untuk remaja hasil penelitian, jika siswa obesitas perempuan usia 16-18 tahun yaitu asupan mengkonsumsi makanan yang sering mereka karbohidrat adalah sebesar 292 gram per konsumsi dalam satu hari yang sama, maka hari, asupan protein 59 gram per hari, dan asupan energi yang didapatkan yaitu sekitar asupan lemak 71 gram per hari.25 Jika 22,4%-62,8%. Hal ini mendukung dibandingkan, maka siswi tersebut hanya pernyataan sebelumnya yang menyatakan memenuhi asupan karbohidrat 16% dari bahwa makanan jajanan berkontribusi cukup AKG, mengkonsumsi protein 157% dari besar pada asupan energi per hari. Hasil AKG, dan mengkonsumsi lemak 119% dari analisis hubungan persentase energi AKG. Berdasarkan hal tersebut, maka makanan jajanan dengan kejadian obesitas

JOM FK Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 10 menunjukkan bahwa konsumsi makanan lontong sayur, empek-empek, jajanan tinggi energi dapat menyebabkan beruturut-turut kadar proteinnya obesitas. Konsumsi makanan jajanan dengan adalah 31,5g dan 48,1g. energi ≥30% dari asupan energi per hari 3. Kadar lemak pada jenis makanan memiliki risiko 3,24 kali untuk menjadi pisang goreng, sandwich, nasi obesitas.27 goreng, dan batagor berturut- turut adalah 8,3g, 13,2g, 44,7g, SIMPULAN DAN SARAN dan 33,1g, dan lebih tinggi dari Berdasarkan penelitian, maka dapat TKPI. Kadar lemak bakso goreng disimpulkan: adalah 5,1g dan lebih rendah dari 1. Kadar karbohidrat pada jenis TKPI. Makanan jenis lontong makanan pisang goreng, sayur dan empek-empek kadar sandwich, bakso goreng, adalah 39,3g dan 22,1g. goreng, dan batagor berturut- 4. Asupan energi siswa obesitas di turut adalah 4,4g, 6,6g, 1,0g, sekolah dari makanan yang 25,3g, dan 19,1g. Semua jenis diteliti yang tertinggi adalah makanan ini belum sesuai dengan sebesar 1.334,7 kkal (62,8% Tabel Komposisi Pangan AKG), dan terendah yaitu 597,3 Indonesia (TKPI). Kadar kkal (28,1% AKG). karbohidrat dari lontong sayur dan empek-empek adalah 29,4g Berdasarkan penelitian ini, maka dan 16,1g. peneliti memberi saran kepada beberapa 2. Kadar protein pada jenis pihak sebagai berikut: makanan sandwich, bakso 1. Kepada pihak sekolah goreng, nasi goreng, dan batagor diharapkan: berturut-turut adalah 13,2g, - dapat menginformasikan 12,1g, 19,8g, dan 31,9g dan lebih hasil penelitian kepada pihak tinggi dari TKPI. Makanan jenis kantin untuk pisang goreng kadar proteinnya menyeimbangkan komposisi adalah 0,4g dan lebih rendah dari gizi dari ketujuh makanan ini. TKPI. Sedangkan makanan jenis

JOM FK Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 11

- Melakukan pengawasan dan (Riskesdas 2013). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik edukasi tentang gizi makanan Indonesia; 2013. kepada pihak kantin. - Bekerja sama dengan 3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar Puskesmas yang berada (Riskesdas 2010). Jakarta: diwilayah kerja SMA 4 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2010. Negeri Pekanbaru mengenai

penyediaan makanan bergizi. 4. Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan 2. Kepada siswa obesitas Dasar Provinsi Riau, Riskesdas 2013. Vol 7; 2013. diharapkan mengurangi

asupan makanan yang tinggi 5. Adriani M, B Wijatmadi. Pengantar lemak dan makanan yang gizi masyarakat. Yogyakarta: Kencana; 2012. h.114-115,126. menyumbang energi yang tinggi,

serta menyeimbangkan asupan 6. Santrock J. W. Adolescence makanan dengan mengkonsumsi (Perkembangan Remaja) Edisi ke-6. sayuran dan buah-buahan melalui Jakarta: Erlangga. 2003.

penyuluhan.

3. Kepada peneliti lain, dapat 7. Proverawati, A. Obesitas dan gangguan perilaku makan pada menjadi bahan dasar untuk remaja. Yogyakarta: Muha Medika; melakukan penelitian lain 2010.

mengenai gizi makanan di 8. Sulistyoningsih, H. Gizi untuk sekolah. kesehatan ibu dan anak. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2011. DAFTAR PUSTAKA

1. Sugondo, S. Obesitas. In: Sudoyo, 9. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu AW., Setiyohadi, B., Alwi, I., Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Simadibrata, MK., Setiati, S., Utama; 2006. editors. Buku Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3. 5th ed. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas 10. Prinsip dasar ilmu gizi (cari Kedokteran Universitas Indonesia; dipustaka). 2009.p.1973-83. 11. Guyton, AC. Hall JE. Buku ajar 2. Badan Penelitian dan Pengembangan fisiologi kedokteran edisi 11. Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar Jakarta: EGC. 2007. JOM FK Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 12

21. Paramita Andi RA. Studi kualitas 12. Yamin B, Mayulu N, Rottie J. minyak makanan gorengan pada Hubungan asupan energi dengan penggunaan minyak goreng kejadian obesitas pada siswa sekolah berulang. [Skripsi]. 2012. dasar di Kota Manado. [Skripsi]; 2013. 22. Febriansyah R. Mempelajari pengaruh penggunaan berulang dan 13. Direktorat Jenderal Pendidikan aplikasi adsorben terhadap kualitas Dasar Kementerian Pendidikan minyak dan tingkat penyerapan Nasional. Menuju kantin sehat di minyak. [Skripsi]. 2007. Sekolah. Jakarta. 2011. 23. Kharismawati R. Hubungan tingkat 14. Persatuan Ahli Gizi Indonesia. Tabel asupan energi, protein, lemak, Komposisi Pangan Indonesia. karbohidrat, dan serat dengan status Jakarta: PT. Gramedia. 2009. obesitas pada siswa SD. [Skripsi]. 2010. 15. Sihombing G. Komposisi zat gizi dan mutu berbagai makanan jajanan 24. Fentiana N. Asupan lemak sebagai ditinjau dari penggunaan bahan faktor dominan terjadinya obesitas makanan (food additive). Jakarta. pada remaja (16-18 tahun) di 2007. Indonesia tahun 2010 (Data RISKESDAS 2010). [Tesis]. 2012. 16. Sugiarto EG. Perbandingan antara indeks dan beban glikemik dan lontong sayur. [Skripsi]. 2015 25. Hadiyani M, Widyaningrum I, Wibiayu A. InfoPOM; Mengenal

Angka Kecukupan Gizi (AKG) bagi 17. Dwijaya O, Lestari S, Hanggita S. bangsa Indonesia. [Artikel]. Vol 15 Karakteristik mutu kimia No 4; 2014. dan cemaran logam berat (Pb dan

Cd) di Kota Palembang. Jurnal 26. Indayati S. Faktor risiko kejadian Teknologi Hasil Perikanan. 2015. obesitas pada anak umur 10-12 4(1): 57-66. tahun. [Skripsi]. 2008.

18. Hutagalung H. Karbohidrat. USU: 27. Aninditya IK. Peran zat gizi makro Digital Library. 2004. dalam makanan jajanan di

lingkungan sekolah terhadap 19. Stuart M Philips, Luc J.C Van Loon. kejadian obesitas pada anak. Dietary protein for athletes: From [Skripsi]. 2011. requirements to optimum adaptation. Journal of sports sciences. 2011.

20. Guyton, AC. Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran edisi 11. Jakarta: EGC. 2007.

JOM FK Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 13