Mas Jokowi Dan Bang Ahok Janji Jani Mengatasi Kemacetan Jakarta
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
“Mas Jokowi dan Bang Ahok, Janji-Janji Akan Mengatasi Kemacetan Jakarta” Mohamad SM 4. SANGAT MENGENASKAN PERUM PPD (PENGANGKUTAN PENOEMPANG DJAKARTA 1920) "DIBUANG SEPERTI SAMPAH" OLEH PEMERINTAHNYA SENDIRI 37 “Mas Jokowi dan Bang Ahok, Janji-Janji Akan Mengatasi Kemacetan Jakarta” Mohamad SM Mungkin terasa sarkastik kata-kata saya ini bahwa Perusahaan legendaris angkutan umum PPD (PPENGANGKOETAN PENOEMPANG DJAKARTA) ini "dibuang seperti sampah” oleh pemerintahnya sendiri. Tetapi kenyataannya demikian bus-bus PPD ini sudah seperti "mayat hidup" yang berjalan melintasi Gaambar 4.1 Jakarta, inilah kekejaman pemerintah terhadap fasilitas publik angkutan umum yang sudah berdiri sejak tahun tempo doeloe 1920. Di Eropah, angkutan umum seperti PPD ini termasuk PSO (Public Service Obligation), artinya pemerintah wajib menghidupkan dan memberikan jasa pelayanan publik. 38 “Mas Jokowi dan Bang Ahok, Janji-Janji Akan Mengatasi Kemacetan Jakarta” Mohamad SM Seharusnya PPD ini dikembangkan untuk seluruh wilayah JABODETABEK lewat suatu keputusan mandataris majelis permusyawaratan rakyat/ dewan perwakilan rakyat kemudian dibuatkan undang-undangnya tentang otoritas khusus angkutan massal JABOTABEK. Pada saat ini semuanya sudah terlambat dan sangat terlambat ketika bahan bakar minyak sudah menjadi barang mewah, terus pemerintah men-subsidinya dengan devisa negara, kondisi transportasi umum Jabotabek kacau-balau saat ini sama seperti Singapura tahun 1970, kemacetan sangat parah, lantas Mas Jokowi datang untuk membenahinya. SEJARAHANGKUTANPPD(Wikipedia) Berdiri. sejak tahun 1920, Perusahaan Umum Pengangkutan Penumpang Djakarta atau Perum PPD adalah salah satu badan usaha milik negara di bawah pembinaan Departemen Perhubungan yang mengiringi sejarah perjuangan bangsa ini. Cikal bakal Perum PPD yang bentuk badan hukumnya disahkan menjadi Perusahaan Umum (Perum) pada tahun 1981 sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1981 dan disempurnakan menjadi Peraturan Pemerintah No.32 tahun 1984 merupakan penggabungan alat transportasi milik Nederlansch Indische Tram Maatschappij dengan Bataviach Elektrische Tram Maatschappij menjelang tahun 1925 sesuai dengan saran Burgemeester Kota Batavia yang ketika itu dijabat oleh Ir. Voorneman menjadi Bataviache Verkeers Maatchappij (BVMNV). 39 “Mas Jokowi dan Bang Ahok, Janji-Janji Akan Mengatasi Kemacetan Jakarta” Mohamad SM Gambar 4.2 Namun sejaak pendudukan Jepang di Indonesia dari tahun 1942 hingga tahun 1945 BVMNV diubah menjadi Djakarta Shinden Jakarta Tram yang hanya mengoperasikan tram kota saja. Bus-bus kota eks BVMNV digunakan Jepang untuk kepentingan lain. Namun, sehari sesudah bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, sejumlah pegawai Djakarta Shinden yang disponsori Pemuda Menteng 31 mendesak agar penguasa Jepang segera menyerahkan tram pada pemuda. Sejak 20 Agustus 1945, tram diserahkan kepada Pemerintah RI dan dikelola Jawatan Kereta Api bagian tram. Untuk mengutamakan kepentingan umum, BVMNV kemudian dinasionalkan dan dikuasai oleh Menteri 40 “Mas Jokowi dan Bang Ahok, Janji-Janji Akan Mengatasi Kemacetan Jakarta” Mohamad SM Perhubungan berdasarkan Undang-Undang Darurat No.10 tahun 1954. Sebagai tindak lanjut nasionalisasi tersebut, dengan akte notaris Mr. Raden Suwandi No. 76 tanggal 30 Juni 1954 dan No.82 tanggal 21 Desember 1954, BVMNV diubah bentuk hukumnya menjadi Perseroan Terbatas (PT) dengan nama ”Perusahan Pengangkutan Djakarta”. http://isnainibiasa.blogspot.com/2006/07/ppd- nasibmu-kini.html Sunday,July30,2006 PPDNasibmuKini Kembali, hari ini (Senin, 31/7) bis PPD melakukan mogok massal. Sebagai penglaju yang setiap hari menggunakan jaasa PPD, tentu saya sangat dirugikan. Rugi karena terlambat datang ke kantor, rugi karena terlalu lama menunggu dan rugi karena beban ongkos meningkat akibat memakai kendaraan lain lebih dari sekali. Mogok massal PPD kali ini adalah untuk yang kesekian kalinya. Persoalnya yang memicu mogok awak PPD pun dari dulu itu-itu saja. Mulai dari salah urus perusahaan sampai gaji yang belum dibayarkan kepada para awak itu. Mengenaskan memang. Sebab, awak PPD itu rata-rata sudah berkeluarga. Bagaimana mereka bisa membahagiakan 41 “Mas Jokowi dan Bang Ahok, Janji-Janji Akan Mengatasi Kemacetan Jakarta” Mohamad SM keluarganya kalau gaji mereka selama 8 bulan belum dibayarkan. Dampak dari belum dibayarkannya gaji para awak PPD itu sangat luas. Mulai dari terlantarnya anak- anak karyawan PPD yang bersekolah karena belum membayar uang sekolah hingga gugatan para istri yang minta cerai karena sudah lama tidak diberi nafkah lahir. Persoalan PPD kelihatannya memang pelik. Tapi, inti permasalahan itu datangnya dari internal PPD itu sendiri. Yang sering terungkap keluar adalah mismanajeman perusahaan hingga korupsi dikalangan petinggi PPD. Padahal, sejatinya PPD itu perusahaan angkutan besar yang menjadi harapan masyarakat banyak. Bayangkan saja, saat ini mereka mengelola sekitar 350 unit mobil dengan trayek-trayek gemuk. Namun sayangnya, potensi pemasukan yang besar itu dibiarkan menguap karena salah kelola. Belum lagi angkutan 50 persennya tidak layak jalan dan pungli dalam berbagai tingkatannya yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi. Apa yang terjadi dalam tubuh PPD yang dari tahun ke tahun selalu berulang adalah juga gambaran pengelolaan Ibu Kota negara ini. Semrawut dan kurang memberi prioritas pada kepentingan umum. Seharusnya, untuk PPD yang sangat vital itu, pengelolaanya haruslah profesional. Siapa yang berhak mengelolanya? Siapa saja. Bisa Pemda DKI Jakarta, swasta atau siapa saja. Namun, dengan syarat mereka harus punya 42 “Mas Jokowi dan Bang Ahok, Janji-Janji Akan Mengatasi Kemacetan Jakarta” Mohamad SM Gambar 4.3 komitmen terhadap kepentingan umum. PPD pun harus bisa menangguk keuntungan untuk kesejahtaraan karyawannya KENAPA PPD TIDAK MENAUNGI TRANS-JAKARTA, MAYASARI BAKTI, METROMINI, DAN KOPAJA? Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejaarahnya, demikian kata Bung Karno. Angkutan umum PPD itu sejarah bangsa, suatu seejarah perjaalanan perjuangan angkutan umum dari Belanda ke Pemerintah Indonesia di Jakarta. Seharusnya saat ini PPD itu menaungi Trans-Jakarta, Mayasari Bakti, Metromini, Kopaja, dan peleburan Otoritas Bus Publik ini seharusnya terjadi pada awal 1980-an, seperti halnya Singapura yang melebur angkutan bus-nya di tahun 1970-an. Peleburan angkutan metro ini memerlukan keputusan mandataris MPR dan 43 “Mas Jokowi dan Bang Ahok, Janji-Janji Akan Mengatasi Kemacetan Jakarta” Mohamad SM undang-undang, dimana tujuan dasarnya bukan untuk mengatasi kemacetan, tetapi tujuan dasarnya adalah mengurangi konsumsi BBM yang otomatis akan menghapus subsidi BBM secara nasional. Seandainya ada bus shuttle AC dan Non-AC (bus pengumpan versi master-plan DepHub 2020) yang berangkat ke Jakarta-Kota pada jam 5.00 pagi dari terminal shuttle perumahan Pamulang, seandainya pergerakan mobil-mobil pribadi sudah dibatasi dengan sistem ERPdan sistem genap/ganjil, seandainya semua fasilitas Terminal Shuttle sudah dibangun di pusat pemukiman, seandainya Park&Ride sudah dibangun lengkap dengan fasilitas parkir sepeda listrik dan charger-battery-nya, seandainya bus shuttle (based on scheduled time) tersedia di sentra-sentra pemukiman Karawang, Lippo Cikarang, Bumi Serpong Damai, Parung, Cibinong, Jonggol, Ciputat, Depok, Bekasi Barat, Bekasi timur, Tambun, Bekasi Utara, Cibitung, Jababeka, Tiga-Raksa, Batu Ceper, Jatiwung, Karawaci, Gading Serpong, Bintaro, Ciledug, Pamulang, Bogor, seandainya semua bus shuttle tersebut dalam satu atap Otoritas Bus Jabodetabek dengan merk “PPD 1920”. SAYANG SEKALI, PETA GAMBAR 4.3 DIATAS HANYALAH ILUSI MIMPI. Alangkah eloknya jika seorang mandataris MPR mempunyai tekad untuk mengajak rakyatnya blusukan bersama-sama berhemat BBM, mengurangi konsumsi BBM dengan memperbaiki sistem transportasi publik secara 44 “Mas Jokowi dan Bang Ahok, Janji-Janji Akan Mengatasi Kemacetan Jakarta” Mohamad SM nasional, dan mempunyai filosofi target “PELITA dan REPELITA” yang terukur. Jangan seperti awal 2004 ketika bangsa ini menjadi Net Importer BBM, pemerintah seperti tidak mempunyai program dan target yang terukur sehingga kebijakan subsidi BBM yang telah menghabiskan devisa Rp 1000 Trilyun itu seperti untuk memenuhi tuntutan hantu- perampok yang mengancam taruhan jabatan.Akhirnya 10 tahun tidak ada yang diperbuat oleh pemerintah dari tahun 2004-2014. Pemerintah hanya bisa berkata bahwa Jakarta macet itu urusan Gubernur DKI, lupa ingatan bahwa subsidi BBM dan konsumsi gila BBM itu adalah hantu sebenarnya. Kebijakan PSO-Public Service Obligation itu pasti "heavily subsidized", di seluruh dunia pasti kondisinya disubsidi habis-habisan, tetapi dengan suatu target yang terukur, yakni "pengurangan pemakaian mobil pribadi secara drastis atau terencana”. Marilah kita merenungkan kembali kenapa sila ke-5 Pancasila yang ditempatkan pada nomor urutan terakhiritu menekankan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Ingat bahwa kunci kata subsidi itu dapat bermakna ketamakan luar biasa jika kita melihat yang harus disubsidi itu 240 juta penduduk Indonesia, dan akibat bangsa ini mabuk BBM, maka tujuan keadilan sosial yang sebenarnya telah terhempaskan. Daripada kerja sia-sia pemerintah membuang devisa Rp 1400 Trilyun itu, sebenarnya cukup Rp 10 Trilyun dibelanjakan 20.000 unit minibus commuter ATPB AC sekitar Rp 500 juta per unit diserahkan ke PPD atau DAMRI 45 “Mas Jokowi dan Bang Ahok, Janji-Janji Akan Mengatasi Kemacetan Jakarta” Mohamad SM atau METROMINI atau KOPAJA untuk dioperasikan di JABODETABEK. Langkah selanjutnya Kepres/UU harus jalan,