Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Tipe

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Tipe LAMPIRAN 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah : SD N Ketitang Wetan 01 Pati Mata Pelajaran : IPS Kelas/Semester : V / I Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit (1 X pertemuan) A. Standar Kompetensi : 1. Kemampuan mendeskripsikan kejayaan masa lalu, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa, serta kegiatan ekonomi di Indonesia B. Kompetensi Dasar 1.4 Siswa dapat menghargai keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia. C. Indikator . Menyimak materi keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia . Menjawab pertanyaan keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia . Mencari pertanyaan keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia . Mencari pasangan materi keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia . Membuat kesimpulan materi keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia D. Tujuan Pembelajaran . Secara individual, siswa menyimak materi keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia . Secara individual, siswa menjawab pertanyaan keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia . Secara individual, siswa mencari pertanyaan keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia . Setelah menemukan jawabannya, siswa mencari pasangan materi keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia . Secara berpasangan, siswa membuat kesimpulan materi keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia E. Materi Ajar . Keragaman suku bangsa di Indonesia. Keragaman budaya di Indonesia (ragam bahasa daerah, ragam rumah adat, ragam pakaian adat, dan tarian adat). F. Model Pembelajaran dan Metode Pembelajaran Model pembelajaran make a match dengan metode pembelajaran ceramah, latihan dan diskusi G. Langkah-langkah Pembelajaran . Kegiatan awal - Apresepsi dengan menyanyi Satu Nusa Satu Bangsa - Siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran . Kegiatan Inti: - Siswa menyimak materi keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia (Penilaian Menyimak) - Setiap siswa mendapatkan satu buah kartu, ada yang kartu soal dan ada yang kartu jawaban (Penilaian Mendapat Kartu atau Tidak). - Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan atau mencari soal dari kartunya (Penilaian Memikirkan atau Tidak) (elaborasi) - Siswa mencari pasangan yang cocok dengan kartunya (Penilaian Mendapat Pasangan) - Kegiatan dilakukan secara berulang-ulang dengan cara siswa tidak boleh mendapatkan kartu yang sama setiap pengulangan kegiatan. - Kegiatan dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar siswa memahami materi. - Siswa berpasangan - Siswa membuat kesimpulan - Siswa dan guru melakukan konfirmasi . Kegiatan Penutup - Siswa mengerjakan evaluasi tentang keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia (penilaian hasil) . H. Sumber Belajar . Buku Pelajaran IPS untuk Sekolah Dasar Kelas 5 . I. Prosedur Penilaian : Penilaian proses belajar dan penilaian hasil belajar Teknik penilaian : Teknik unjuk kerja dan teknik tes Instrumen unjuk kerja : Observasi berbentuk lembar pengamatan. Instrumen tes : butir-butir soal Pati, 30 Oktober 2013 Materi : Keragaman suku dan budaya di Indonesia (ragam bahasa daerah, ragam rumah adat, ragam pakaian adat, dan tarian adat) Keragaman Suku Bangsa di Indonesia Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa. Ada Suku Jawa, Suku Sunda, Suku Badui, Suku Minangkabau, Suku Bugis serta masih banyak suku-suku lainnya. Terbentuknya suku-suku bangsa ini dipengaruhi oleh perbedaan kondisi lingkungan yang mereka tempati. Mereka tersebar di ribuan pulau dan terpisah oleh batas alam, seperti hutan, sungai, laut, dan lembah. Perbedaan tersebut memengaruhi keadaan sosial, adat istiadat, dan budaya penduduk setempat. Akhir-nya, terbentuklah kelompok penduduk yang memiliki adat istiadat dan budaya khas. Kelompok-kelompok tersebut dikenal sebagai suku bangsa. Termasuk suku bangsa manakah asalmu? Suku bangsa. Kamu akan belajar macam-macam suku bangsa yang ada ditanah air kita. Setelah itu, kamu akan belajar bagaimana harus bersikap dalam keragaman suku bangsa. A. Persebaran Daerah Asal Suku Bangsa di Indonesia Suku bangsa adalah kesatuan sosial yang dapat dibedakan dari kesatuan sosial lain berdasarkan kesadaran akan identitas perbedaan kebudayaan, khususnya bahasa. Suku-suku bangsa di Indonesia tersebar dari Sabang sampai Merauke. Persebaran ini dipengaruhi oleh faktor geografis. Misalnya perdagangan laut danperpindahan penduduk sejak zaman dahulu. Tiap suku bangsa bertempat tinggal di daerah tertentu di Indonesia. Menurut para ahli, jumlah suku bangsa di Indonesia terdapat lebih dari 300 suku bangsa. Dalam suatu provinsi ada yang dihuni beberapa suku bangsa. Suku bangsa mempunyai ciri-ciri mendasar tertentu. Ciri-ciri itu biasanya berkaitan dengan asal-usul dan kebudayaan. Ada beberapa ciri yang dapat digunakan untuk mengenal suatu suku bangsa, yaitu: ciri fisik, bahasa, adat istiadat, dan kesenian yang sama. Contoh ciri fisik, antara lain warna kulit, rambut, wa-jah, dan bentuk badan. Ciri-ciri inilah yang membedakan satu suku bangsa dengan suku bangsa lainnya. Lalu apa yang menyebabkan terjadinya keragaman suku bangsa di Indonesia? Keragaman suku bangsa di Indonesia antara lain disebabkan oleh: 1. perbedaan ras asal, 2. perbedaan lingkungan geografis, 3. perbedaan latar belakang sejarah, 4. perkembangan daerah, 5. perbedaan agama atau kepercayaan, dan 6. kemampuan adaptasi atau menyesuaikan diri. Dari faktor-faktor di atas, faktor lingkungan geografis dan kemampuan adaptasi atau menyesuaikan diri sangat berpengaruh. Faktor lingkungan geografis yang menyebabkan keanekaragaman suku bangsa antara lain sebagai berikut. 1. Negara kita berbentuk kepulauan. Penduduk yang tinggal di satu pulau terpisah dengan penduduk yang tinggal di pulau lain. Penduduk tiap pulau mengembangkan kebiasaan dan adat sendiri. Dalam waktu yang cukup lama akan berkembang menjadi kebudayaan yang berbeda. 2. Perbedaan bentuk muka bumi, seperti daerah pantai, dataran rendah, dan pegunungan. Penduduk beradaptasi dengan kondisi geografis alamnya. Adaptasi itu dapat terwujud dalam bentuk perubahan tingkah laku maupun perubahan ciri fisik. Penduduk yang tinggal di daerah pegunungan misalnya, akan berkomunikasi dengan suara yang keras supaya dapat didengar tetangganya. Penduduk yang tinggal di daerah pantai atau di daerah perairan akan mengembangkan keahlian menangkap ikan, dan sebagainya. Perubahan keadaan alam dan proses adaptasi inilah yang menyebabkan adanya keanekaragaman suku bangsa di Indonesia. Besar kecilnya suku bangsa yang ada di Indonesia tidak merata. Suku bangsa yang jumlah anggotanya cukup besar, antara lain suku bangsa Jawa, Sunda, Madura, Melayu, Bugis, Makassar, Minangkabau, Bali, dan Batak. Biasanya suatu suku bangsa tinggal di wilayah tertentu dalam suatu provinsi di negara kita. Namun tidak selalu demikian. Orang Jawa, orang Batak, orang Bugis, dan orang Minang misalnya, banyak yang merantau ke wilayah lain. Tahukah kamu suku bangsa apa saja yang berasal dari tiap-tiap provinsi yang ada di Indonesia itu? No Nama Propinsi Nama Suku 1 Nangroe Aceh Darussalam Aceh Aceh, Gayo, Alas, Kluet, Singkil 2 Sumatera Utara Melayu, Batak, Nias, Maya 3 Sumatera Barat Minangkabau, Melayu, Mentawai 4 Riau Melayu, Akit, Talang Mamak 5 Bangka Belitung Melayu 6 Jambi Melayu, Kubu, Batin, Kerinci 7 Bengkulu Melayu, Rejang, Pekal, Enggano 8 Sumatra Selatan Melayu, Kikimkomering, Kubu 9 Lampung Pubian, Sungkai, Sepucih 10 Banten Sunda, Badui 11 DKI Jakarta Betawi 12 Jawa Barat Sunda 13 Jawa Tengah Jawa, Samin, Karimun, Kangean 14 D.I. Yogyakarta Jawa 15 Jawa Timur Jawa, Tengger, Madura 16 Bali Bali 17 Nusa Tenggara Barat Sasak, Mbojo, Dompu, Tarlawi 18 Nusa Tenggara Timur Sumba, Flores, Alor, Roti, Bima 19 Kalimantan Barat Melayu, Dayak, Kayau, Skadau 20 Kalimantan Tengah Melayu, Dayak, Kapuas, Ngaju 21 Kalimantan Timur Melayu, Dayak, Ngaju, Punan 22 Kalimantan Selatan Banjar, Dayak, Dusun, Laut 23 Sulawesi Utara Minahasa, Sangir, Talaud 24 Gorontalo Gorontalo 25 Sulawesi Tengah Toraja, Tomini, Toli-Toli, Kulawi 26 Sulawesi Selatan Makassar, Toraja, Bugis 27 Sulawesi Tenggara Buton, Mekongga, Kabaina 28 Maluku Tanimbar, Ambon, Seram, Saparua, Aru, Kisar, Ternate 29 Papua Barat Salawati, Bintuni, Bacanca 30 Papua Tengah Yapen, Biak, Mamika, Numfor 31 Papua Timur Sentani, Asmat, Dani, Senggi B. Sikap Menghormati Keragaman Suku Bangsa Setiap suku bangsa pasti mencintai adat istiadatnya masing-masing. Adat istiadat tersebut akan tetap dijunjung di mana pun mereka berada. Termasuk mereka yang berada di perantauan. Sebagai bangsa yang majemuk, kita harus saling menghargai perbedaan tersebut. Menghormati keragaman suku bangsa merupakan salah satu cara menjaga persatuan dan kesatuan. Menghormati keragaman suku bangsa harus diwujudkan dalam kehidupan sehari- hari. Contohnya dengan mengembangkan sikap-sikap berikut. a. Menghargai adat istiadat dan budaya warga yang berbeda b. Menciptakan kerukunan dalam masyarakat yang majemuk seperti kerukunan dalam sebuah keluarga. c. Memupuk semangat tolong-menolong antarsesama warga. d. Membiasakan bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah. e. Mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi dan golongan. 1. Bahasa Daerah di Indonesia Bahasa daerah apa yang kamu gunakan? Apakah teman atau tetanggamu mampu berbahasa daerah yang berbeda denganmu? Tahukah kamu, bahwa Indonesia memiliki ratusan bahasa daerah. Dalam satu provinsi bahkan terdapat beberapa bahasa daerah. Inilah kekayaan bangsa Indonesia. Untuk menjaga kelestariannya, kamu perlu menguasai bahasa daerahmu. Bahasa daerah apa yang paling banyak digunakan oleh penduduk Indonesia? Bahasa daerah yang banyak digunakan adalah bahasa Jawa, sebab sebagian
Recommended publications
  • Mata Sebagai Sumber Ide Penciptaan Motif Dalam Busana Modern
    E-ISSN : 2685-2780 P-ISSN : 2685-4260 MATA SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN MOTIF DALAM BUSANA MODERN Volume 2, Nomor 1 Putri Utami Mukti Januari 2020, (1-8) Pascasarjana ISI Yogyakarta Institut Seni Indonesia Yogyakarta e-mail : [email protected] ABSTRAK Mata adalah jendela jiwa dan jendela dunia ke dalam kehidupan, dengan semua peristiwa dapat dilihat dan dihargai itu memiliki bentuk estetika, filosofis konten dan nilai yang tinggi bagi kehidupan, maka dari itu menjadi penting untuk menyampaikan mata lewat media yang mudah diterima oleh masyarakat. Salah satu media yang dapat mewakili seluruh isi mata adalah seni kriya tekstil, karena memiliki turunan berupa busana yang menjadi kebutuhan utama bagi kehidupan manusia. Busana tidak hanya berfungsi sebagai pelindung tubuh tetapi bisa menjadi media komunikasi untuk menyampaikan pesan estetis. Mata akan digunakan sebagai sumber ide penciptaan motif dan diterapkan pada busana modern untuk menyampaikan konten makna dan filosofis yang terkandung di dalamnya dengan menggunakan pendekatan estetika dan ergonomi. Kata kunci: Mata, busana, kriya tekstil ABSTRACT The eyes are the Windows of the soul and the world's window into life, with all the events can be seen and appreciated it has a form of aesthetic, philosophical content and high value for life, therefore becomes essential to convey the eyes through the media that is easily accepted by the society. One of the media that can represent the entire contents of the eye is the art of textile craft, because it has a derivative form of clothing that became the main needs for human life. The clothes not only serves as a protector of the body but it can be a medium of communication to convey messages aesthetically.
    [Show full text]
  • International Choral Bulletin Is the Official Journal of the IFCM
    2011-2 ICB_ICB New 5/04/11 17:49 Page1 ISSN 0896 – 0968 Volume XXX, Number 2 – 2nd Quarter, 2011 ICB International CIhoCral BulBletin First IFCM International Choral Composition Competition A Great Success! Results and Interview Inside Dossier Choral Music in Malaysia, Indonesia, Singapore and Macau 2011-2 ICB_ICB New 5/04/11 17:49 Page2 International Federation for Choral Music The International Choral Bulletin is the official journal of the IFCM. It is issued to members four times a year. Managing Editor Banners Dr Andrea Angelini by Dolf Rabus on pages 22, 66 & 68 Via Pascoli 23/g 47900 Rimini, Italy Template Design Tel: +39-347-2573878 - Fax: +39-2-700425984 Marty Maxwell E-mail: [email protected] Skype: theconductor Printed by Imprimerie Paul Daxhelet, B 4280 Avin, Belgium Editor Emerita Jutta Tagger The views expressed by the authors are not necessarily those of IFCM. Editorial Team Michael J. Anderson, Philip Brunelle, Submitting Material Theodora Pavlovitch, Fred Sjöberg, Leon Shiu-wai Tong "When submitting documents to be considered for publication, please provide articles by CD or Email. Regular Collaborators The following electronic file formats are accepted: Text, Mag. Graham Lack – Consultant Editor RTF or Microsoft Word (version 97 or higher). ([email protected] ) Images must be in GIF, EPS, TIFF or JPEG format and be at Dr. Marian E. Dolan - Repertoire least 350dpi. Articles may be submitted in one or more of ([email protected] ) these languages: English, French, German, Spanish." Dr. Cristian Grases - World of Children’s and Youth Choirs ( [email protected] ) Reprints Nadine Robin - Advertisement & Events Articles may be reproduced for non-commercial purposes ([email protected] ) once permission has been granted by the managing Dr.
    [Show full text]
  • Intellectual Property Center, 28 Upper Mckinley Rd. Mckinley Hill Town Center, Fort Bonifacio, Taguig City 1634, Philippines Tel
    Intellectual Property Center, 28 Upper McKinley Rd. McKinley Hill Town Center, Fort Bonifacio, Taguig City 1634, Philippines Tel. No. 238-6300 Website: http://www.ipophil.gov.ph e-mail: [email protected] Publication Date: 02 March 2021 1 ALLOWED MARKS PUBLISHED FOR OPPOSITION .................................................................................................... 2 1.1 ALLOWED NATIONAL MARKS ............................................................................................................................................. 2 Intellectual Property Center, 28 Upper McKinley Rd. McKinley Hill Town Center, Fort Bonifacio, Taguig City 1634, Philippines Tel. No. 238-6300 Website: http://www.ipophil.gov.ph e-mail: [email protected] Publication Date: 02 March 2021 1 ALLOWED MARKS PUBLISHED FOR OPPOSITION 1.1 Allowed national marks Application No. Filing Date Mark Applicant Nice class(es) Number 1 March SOYA SARAP Central Luzon State University 1 4/2018/00003811 29 and30 2018 HEALTHY DELIGHTS [PH] 11 April DOORTECH Ambassador International, Inc. 2 4/2019/00006040 7 and37 2019 SYSTEMS [PH] 22 April 3 4/2019/00006471 LAO BAN Hong Qingcheng [PH] 30 2019 4 4/2019/00011267 1 July 2019 KEMIN Kemin Industries, Inc. [US] 1; 5; 29 and31 The Chewy Restaurant Group, 5 4/2019/00011522 4 July 2019 CRAZY ACRES 29 and43 Inc. [PH] 12 July 6 4/2019/00012325 ECOLOOP Dell Inc. [US] 9 and18 2019 18 July Cscor Global Intertrade Corp. / 7 4/2019/00012631 CALIFORNIA STYLE 3 2019 Lin Y. Tan [PH] HEIHEI 15 August Bounty Agro Ventures, Inc. 8 4/2019/00014445 GOT YOUR CHICKEN 35 and43 2019 [PH] MATE! MR. ELMER SANGALANG 23 October MIGUEL operating as 9 4/2019/00018512 LIVESOUND 9 2019 SOUNDLIGHT ENTERPRISES [PH] 11 Discovery Hospitality 10 4/2019/00019642 November DISCOVERY SAMAL 43 Corporation [PH] 2019 29 11 4/2019/00020847 November LODI STOVE Aldrich D.
    [Show full text]
  • Case Study of Kubrosiswo Cultural Art Commodification
    Harmonia: Journal of Arts Research and Education 18 (1) (2018), 1-12 p-ISSN 2541-1683|e-ISSN 2541-2426 Available online at http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/harmonia DOI: 10.15294/harmonia.v18i1.11363 Traditional Art Strategy in Responding Capitalization: Case Study of Kubrosiswo Cultural Art Commodification Agus Maladi Irianto, Arido Laksono, Hermintoyo Faculty of Humanities, Universitas Diponegoro, Indonesia Received: November 6, 2017. Revised: April 23, 2018. Accepted: June 10, 2018 Abstract The aim of this study is to describe traditional art capitalization as the cultural identity of a so- ciety and a strategy of the society which supports traditional art in developing cultural comodi- fication in line with the demands of the tourism industry. The paper is based on field research presenting a case study of the existence of Kubrosiswo traditional art from Magelang Regency, Central Java, Indonesia which develops the cultural comodification as a strategy to respond to the economic capitalization demands, especially the emergence of the tourism industry which appeared in this globalization era. One alternative strategy which is developed in this research is by making a documentary film. The documentary film is one of the strategies to present the real- ity based on the description in the field, and it is also expected to create awareness in recognizing and comprehending the knowledge of Kubrosiswo traditional art. Keywords: Art Capitalization; Cultural Commodification; Kubrosiswo; Documentary Film How to Cite: Irianto, A. M., Laksono, A., & Hermintoyo. (2018). Traditional Art Strategy in Responding Capitalization: Case Study of Kubrosiswo Cultural Art Commodification. Harmonia: Journal of Arts Research And Education, 18(1), 1-12.
    [Show full text]
  • Motif Ragam Hias Kupiah Aceh
    Jurnal Ilmiah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Drama, Tari dan Musik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah Volume 1, Nomor2:147-154 Mei 2016 MOTIF RAGAM HIAS KUPIAH ACEH T Ikkin Nurmuttaqin1*, Ismawan1, Cut Zuriana1 1 Program Studi Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah Kuala ABSTRAK Penelitian ini berjudul “Motif Ragam Hias Kupiah Aceh”. Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah apa saja macam-macam jenis kupiah Aceh dan motif ragam hias yang terdapat pada kupiah Aceh. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan macam-macam jenis kupiah Aceh dan mendeskripsikan motif ragam hias yang terdapat pada kupiah Aceh. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa macam-macam jenis kupiah Aceh terdapat pada koleksi Museum Aceh adalah kupiah Puteh, kupiah Teureuboih, kupiah Ija Tjam, kupiah Gayo Lues, kupiah Aceh Tengah-Bener Meriah, kupiah Beludru Hitam dan kupiah Beludru Motif Aceh). Motif-motif yang ada pada kupiah Aceh tersebut adalah sebagai berikut: Motif Bungong Kundo, Motif Bungong Renue Leue, , Motif Bungong Sise Meuriah, Motif Bungong Johang, Motif Bungong Pucuk Rebung, Motif Buah Delima dan Awan, Motif Putekh Tali, Motif Gelombang, Motif Cecengkuk Anak, Motif Lempang Ketang, Motif Emun Berangkat, Motif Tei Kukor, Motif Putar Tali, Motif Bintang dan Motif Gesek. Kata Kunci: motif ragam hias kupiah Aceh, motif Aceh PENDAHULUAN Aceh adalah sebuah provinsi di Indonesia. Aceh terletak di ujung utara pulau Sumatra dan merupakan provinsi paling barat di Indonesia.
    [Show full text]
  • Kajian Seni Vol 2 No 1 Rev.Indd
    Jurnal Kajian Seni, Vol. 02, No. 01, November 2015: 78-94 VOLUME 02, No. 01, November 2015: 78-94 KAJIAN TEKSTUAL THE DRUPADI TRILOGY KARYA ANANDA SUKARLAN Nirai Nathalia Deasy Kristiana Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada [email protected] Abstract The Drupadi Trilogy is Ananda Sukarlan’s music composition based on the story about Drupadi from Mahabharata. Aside from using the narrative literature, Sukarlan also used the music elements from Balinese gamelan in his art music composition. Therefore, by using the theory of Tripartition (Jean-Jacques Nattiez) and the theory of music interrelation (Philip V. Bohlman), The Drupadi Trilogy was analyzed textually to explain the occurrence of elements of Balinese gamelan music in the composition, the connection and correlation between the composition with other elements, and the purpose behind their connection and correlation. Keywords: The Drupadi Trilogy, Ananda Sukarlan, textual analyzes, Bali gamelan, art music Abstrak The Drupadi Trilogy adalah komposisi musik karya Ananda Sukarlan yang diambil dari kisah Drupadi dari Mahabharata. Selain menggunakan sumber naratif yang berasal dari karya sastra, Ananda juga menggunakan elemen-elemen musik tradisional yaitu gamelan Bali, dan mengolahnya dengan menggunakan teknik komposisi musik seni Barat. Kajian tekstual mengenai karya tersebut didasarkan pada teori Tripartisi oleh Jean-Jacques Nattiez dan teori interrelasi musik oleh Philip V. Bohlman, untuk mengetahui adaptasi bentuk musik tradisi di dalamnya, penggambaran koneksi dan korelasi antara karya tersebut dengan karya lain yang mempengaruhinya, dan tujuan yang melatarbelakangi koneksi dan korelasi tersebut. Kata kunci: The Drupadi Trilogy, Ananda Sukarlan, kajian tekstual, gamelan Bali, musik seni 78 Nirai Nathalia Deasy Kristiana, Kajian Tekstual The Drupadi Trilogy Karya Ananda Sukarlan PENGANTAR yang berjudul The 5 Lovers of Drupadi.
    [Show full text]
  • Keakuratan Metode K-Means Clustering Dalam Pengelompokan Lagu Daerah Berdasarkan Pulau Asal Di Indonesia
    PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI KEAKURATAN METODE K-MEANS CLUSTERING DALAM PENGELOMPOKAN LAGU DAERAH BERDASARKAN PULAU ASAL DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika Oleh Theodorus Cahyo Adi Nugroho 105314109 PROGRAM STUDI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 i PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI THE ACCURACY OF K-MEANS CLUSTERING METHOD TO CLUSTERING FOLK SONGS BASED ISLAND IN INDONESIA A THESIS Presented as Partial Fulfillment of Requirements To Obtain Sarjana Komputer Degree In Informatics Engineering Department By Theodorus Cahyo Adi Nugroho 105314109 INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM INFORMATICS ENGINEERING DEPARTMENT FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA 2015 ii PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI iii PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI iv PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI HALAMAN PERSEMBAHAN This thesis belongs to : My Lord Jesus Christ, thank you so much for everything that He given to me until now… My parent, thank you so much for all supports and guiding me… My friends, thank you so much for all supports… v PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PERNYATAAN
    [Show full text]
  • Habitus of Culture: Retaining Batik's Identity Amidst the Modernization
    Habitus of Culture: Retaining Batik’s Identity amidst the Modernization Kamsidjo Budi Utomo. Ebnan Syarif, Universitas Negeri Semarang [email protected] Abstract Amidst the rapid modernization, Batik is now considered old-fashioned and less favored; as an icon of traditional textile art, Batik has been inferior in keeping up with current demands of a so-called “modern” society. The quick-spreading fad of kekinian (or „trendy‟, „hype‟) has been more familiar to the younger generation. This phenomenon calls for a critical outlook on the “metaphysics of presence” that lays its foundation on the principle of aesthetics. To this growing lifestyle, perfections in life are achieved by expediency and pragmatism. Contrary to that, batik offers traditionalistic, symbolic approach of representing meaning; therefore, it becomes less popular compared to the recent trends. This study, however, sees the relevance of raising the discourse of batik in the midst of recent trends by approaching it from the lens of cultural pluralism that highlights its emphasis on a nation‟s “character”. However, in lieu of mere attempt of “reviving” the relevance of batik, this study aims further to discuss batik‟s true nature and the development of its existence throughout the advancement of culture and science. Keywords : Batik Education, Habitus of Culture, Philosophy of Batik 1. Batik’s motifs There has been much debate over the history of batik: its origins, motifs, and dyeing techniques. People all over the world, from Latin America, up to India and Indonesia‟s neighbor, Malaysia, has been claiming about their respective cultures to be the birthplace of batik as one of the oldest fabric tie-dyeing techniques.
    [Show full text]
  • Batik, a Beautiful Cultural Heritage That Preserve Culture and Support Economic Development in Indonesia”
    “BATIK, A BEAUTIFUL CULTURAL HERITAGE THAT PRESERVE CULTURE AND SUPPORT ECONOMIC DEVELOPMENT IN INDONESIA” Evi Steelyana Accounting Departement, Faculty of Economics and Communication, BINUS University Jln. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480 [email protected] ABSTRACT Batik is an icon nation for Indonesia. Batik has awarded as cultural heritage from UNESCO on October 2nd, 2009and it is significantly affected to batik industry afterward.The raising of batik industry caused some multiplier effects to economics and socio cultural in Indonesia. In many areas of industry, banking role has always beenthe man behind the scene. Banking role in Indonesia also gives some encouragement and be part of batik industry development. Many national event has been created by some banks to encourage SME in batik industry to market their product internationally. This paper will give a simple explanation how banking industry and batik industry get along together in Indonesia, especially in financial sector to enhance economics development and to preserve a nation culture.Research methodology in this paper is quantitative method. This paper will give a simple analysis through comparative analysis based on export value from batik industry, domestic use of batik,batik industry development and microcredit or loan from banking industry to SME in batik industry.Many people wearing batik to show how they do appreciate and belong to a culture.Batik also gives other spirit of nationalism which represent in Batik Nationalis.The role of batik in international diplomacy and in the world level gives significant meaning for batik as a commodity which preserve Indonesian culture. In a piece of batik cloth, embodied socio-cultural and economic values that maintain the dignity of a nation.
    [Show full text]
  • Contesting Sartorial Hierarchies
    Contesting Sartorial Hierarchies From Ethnic Stereotypes to National Dress , Raden Moehamad Enoch, a junior engineer at the Department of Public Works, patiently waited in line to purchase a I second-class train ticket at the Bandung railway station. Dressed in a Euro- pean suit, Enoch exemplied his generation of young Javanese who enjoyed a Western education, were uent in Dutch, and had roots in the lower aristoc- racy but worked in nontraditional professions. When it was his turn, Enoch approached the window and, in Dutch, kindly requested a train ticket to Madiun, his hometown. e European ticket o cer, clearly annoyed, replied to Enoch in Malay and told him to wait. When he then immediately accepted a European patron at his window, Enoch stepped up to another o cer at the counter for third-class tickets, only to be denied service once more. On Enoch’s inquiry as to why he was not served at either window, the ticket o cer yelled at him—this time in Dutch—and told him unmistakably to either shut up or su er the consequences. Enoch refused to back down, which provoked the ticket o cer into bellowing: “You are a native, and thus need to buy your ticket at the window for natives.” Instead, the proud Enoch demanded to speak to the sta- tion chief. When the chief arrived, he was forced to acknowledge Enoch’s right to purchase his ticket at any window he pleased—a right that was previously limited to Europeans. On the train to Madiun, Enoch described the episode in a letter to Advisor for Native A airs G.
    [Show full text]
  • 563 Ceklek'an Sebagai Garap Gerak Dalam Kepenarian
    TEROB VOLUME VI NOMOR 2 APRIL 2016 CEKLEK’AN SEBAGAI GARAP GERAK DALAM KEPENARIAN CAKIL GAYA SURAKARTA Agung Wening Titis Purwati Silvester Pamardi, Abstrak Tulisan ini berjudul ”Ceklek’an Sebagai Garap Gerak Kepenarian Cakil Gaya Surakarta” bertujuan untuk mereformulasikan pemikiran penari Jawa tentang fenomena ceklek’an dalam gerak Cakil. Fenomena estetik ini dibangun dari beberapa gejala yang timbul tentang bagaimana ide atau gagasan sehingga menjadi garap gerak dalam kepenarian Cakil gaya Surakarta. Kemampuan kepenarian seorang penari Cakil ditentukan oleh keterampilannya dalam penguaan permainan ceklek’an. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, yaitu menghimpun data melalui observasi dan wawancara, kemudian dianalisis dan hasilnya dijelaskan secara deskriptif. di samping itu data akan dilihat dari pengalaman secara ketubuhan (embodiment). Kata Kunci: Cakil, ceklek’an, dan gaya Surakarta. Abstract This study entitled “Ceklek’an as movement work in Surakarta-Style Cakil Dancing” aimed to formulate Javanese dancer’s thinking about ceklek’an phenomenon in Cakil movement. This esthetic phenomenon built on some symptoms arising concerning how idea became movement work in Surakarta-style Cakil dancing. A Cakil dancer’s dancing ability was determined by his/her skill in mastering ceklek’an performance. This research employed qualitative method with phenomenological approach, by collecting data through observation and interview and then analyzing the result descriptively; in addition data would be seen from embodiment experience. Keywords: Cakil, ceklek’an, and Surakarta style Pengantar Jacques Maritian dan George Santayana Zaman akan terus mengalami dalam Sudarso mengatakan bahwa art is the perubahan, hal ini kemudian memacu creation of beauty (Sudarso, 2006: 54). Seni proses berfikir dan kreatif para pencipta merupakan ruang penciptaan yang berkaitan seni untuk selalu menghasilkan karya-karya erat dengan kajian tentang keindahan, baru.
    [Show full text]
  • Bab Ix Membuat Poster
    BAB IX MEMBUAT POSTER A. Pengertian Poster Poster merupakan media publikasi yang terdiri atas tulisan , gambar ataupun kombinasi keduanya dan mempunyai tujuan untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat. Isi pesan yang disampaikan menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Poster biasanya dipasang di tempat – tempat strategis seperti sekolah , mall, kantor, pasar dan tempat tempat keramaian yang mudah dilihat masyarakat. Poster sering juga digunakan untuk mempromosikan pertujukan film, tari, musik dan teater, disamping itu juga digunakan untuk mengkampanyekan seperti kesehatan dan lingkungan hidup. B. Konsep Membuat Poster Poster merupakan sebuah karya seni yang memuat komposisi huruf dan gambar. Poster dibuat dengan ukuran besar dan kecil serta media yang dipergunakannya. Dalam pembuatan poster harus dibuat menarik, pewarnaanya, pemilihan jenis huruf dan tata letak penulisannya perlu diperhatikan dengan serius karena itulah unsur unsur terpenting dalam sebuah poster .Poster mempunyai fungsi untuk menyampaikan pesan secara singkat dengan menggunakan kata dan gambar, untuk itu dalam membuat poster ada kesatuan yang utuh antara gambar dan kata yang ditulis. Pada poster kata hendaknya ditulis sesingkat mungkin tetapi memiliki pesan kuat dan jelas. C. Syarat Membuat Poster Untuk membuat poster dibutuhkan beberapa syarat yang baik dalambentuk gambar maupun kata – kata, langkah – langkah yang harus dilalui dalam menggambar poster adalah sebagai berikut. 1. Menentukan Topik dan Tujuan Penentuan tema berdasarkan pesan yang akan disampaikan, berdasarkan tema tersebut kemudian mulai kita pikirkan bentuk visualisasinya dan kata yang dipergunakan untuk memperkuat gambar tersebut. 2. Membuat Kalimat Singkat dan Mudah Diingat Susunan kalimat poster harus singkat, padat, jelas dan berisi karena poster berfungsi mengirim pesan kepada masyarakat cepat. Melalui bahasa dan gambar orang senantiasa ingat terhadap pesan yang disampaikan dan tertarik untuk melakukan sesuatu.
    [Show full text]