Quick viewing(Text Mode)

Sambasundaan: Penerimaan Masyarakat Seni Muda Bandung Terhadap Sambasunda Dan World Music

Sambasundaan: Penerimaan Masyarakat Seni Muda Bandung Terhadap Sambasunda Dan World Music

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SAMBASUNDAAN: PENERIMAAN MASYARAKAT SENI MUDA BANDUNG TERHADAP SAMBASUNDA DAN

TESIS Untuk memenuhi persyaratan mendapat gelar Magister Humaniora (M. Hum.) Program Magister Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma

Oleh : WAWAN KURNIAWAN 146322003

PROGRAM MAGISTER ILMU RELIGI DAN BUDAYA UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2018

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

TESIS

SAMBASUNDAAN: PENERIMAAN MASYARAKAT SENI MUDA BANDUNG TERHADAP SAMBASUNDA DAN WORLD MUSIC

OLEH: Wawan Kurniawan NIM : 146322003

Telah disetujui oleh

r ~?~j l Dr. Alb. Budi Susanto, S.J ...... Pembimbing I Tanggal 6 Juni 2018

Dr. Y. Tri Subagya Pembimbing I

ii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PENGESAHAN

TESIS

SAMBASUNDAAN: PENERIMAAN MASYARAKAT SENI MUDA BANDUNG TERHADAP SAMBASUNDA DAN WORLD MUSIC

Dipersiapkan dan tertulis oleh: Wawan Kurniawan NIM : 146322003

Telah dipertanggungjawaban di depan panitia penguji Pada tangga13 luli 2018 dan dinyatakan telah memenuhi syarat Susunan Panitia Penguji

Ketua Dr. Y. Tri Subagya

Moderator Dr. Y. Devi Ardhiani

Anggota 1. Dr. G. Bl;ldi Subanar, SJ

2. Dr. Y. Tri Subagya

3. Dr. Alb. Budi Susanto, S.l

I

iii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya, mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bernama Wawan Kurniawan (NIM : 146322003), menyatakan bahwa tesis berjudul: SAMBASUNDAAN: PENERIMAAN MASYARAKAT SENI MUDA BANDUNG TERHADAP SAMBASUNDA DAN WORLD MUSIC merupakan hasil karya dan penelitian saya sendiri. Di dalam tesis ini tidak terdapat karya peneliti lain yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi lain. Pemakaian, peminjaman/pengutipan dari karya peneliti lain di dalam tesis ini saya pergunakan hanya untuk keperluan ilmiah sesuai dengan peraturan yang berlaku, sebagaimana diacu secara tertulis dalam daftar pustaka

Yogyakarta, 8 Juni 2018

Wawan Kurniawan

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

NAMA : WAWAN KURNIAWAN NIM : 146322003

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul :

SAMBASUNDAAN: PENERIMAAN MASYARAKAT SENI MUDA BANDUNG TERHADAP SAMBASUNDA DAN WORLD MUSIC

Saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya dengan sebenernya.

Yogyakarta, 8 Juni 2018

Wawan Kurniawan

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SAMBASUNDAAN: PENERIMAAN MASYARAKAT SENI MUDA BANDUNG TERHADAP SAMBASUNDA DAN WORLD MUSIC

ABSTRAK

World Music adalah istilah yang dipakai untuk memberikan label musik non-Barat. Kehadiran World Music di Bandung menjadikan tren di masyarakat seni muda. Fenomena World Music berpengaruh pada grup musik tradisi yang mulai mengindentifikasikan diri sebagai World Music. Kehadiran World Music menjadi hangat diperbincangkan, dan muncul sebagai identitas baru bagi grup-grup ini. Istilah World Music justru menyedot perhatian grup-grup musik tradisi untuk menamai diri mereka. Hal ini jelas dipertanyakan pada segi ekstra musikal dan intra musikalnya. Istilah World Music bagi masyarakat Seni muda Bandung dikategorikan sebagai musik campuran. Citra Sambasunda sebagai World Music, menarik masyarakat seni muda Bandung untuk mengikuti apa yang dilakukan Sambasunda. Kehadiran Sambasunda dicitrakan sebagai grup populer di dalam World Music. Ia mengidentitaskan sebagai grup World Music, dengan memasuki World music grup ini terkenal di negara Eropa bahkan Asia. Kehadiran Sambasunda di Bandung sebagai kiblat musik bagi masyarakat seni muda Bandung. Mereka meniru apa yang dilakukan oleh Sambasunda, bahkan masyarakat seni muda mengkonsumsi musik Sambasunda secara aktif. Dengan memaknai konsep masyarakat konsumsi oleh Jean Baurdillard sebagai paradigma penelitian ini, akan melihat prilaku konsumsi musik di masyarakat seni muda Bandung. melalui metode wawancara terhadap lima grup musik di Bandung. Peneriman masyarakat seni muda Bandung terhadap World Music menunjukkan dua hal, yaitu adanya citra Sambasunda yang beredar di media, dan adanya dorongan kebutuhan akan popularitas. Melalui penelitian ini dapat disimpulkan kehadiran World Music di tengah masyarakat seni muda Bandung, dicitrakan oleh Sambasunda. Yang pertama mengkonsumsi musik Sambasunda untuk mencari popularitas. Kedua masyarakat seni muda Bandung ini ingin mencari ruang pertunjukan di tengah masyarakat massa.

Kata Kunci: World Music, Sambasunda, Masyarakat seni muda Bandung, Pengikut musik, Indentifikasi.

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SAMBASUNDAAN: COMMUNITY BANDUNG ART COMMUNITY ADDRESS TO SAMBASUNDA AND WORLD MUSIC

ABSTRACT

World Music is a term used to label non-Western music. The presence of World Music in Bandung makes a trend in the young art community. The phenomenon of World Music influenced the traditional music group that began to identify themselves as World Music. The presence of World Music was warmly discussed, and emerged as a new identity for these groups. However, the term World Music just suck the attention of traditional music groups to name themselves. This is clearly questionable on the musical extras and intra-musical aspect. The term World Music for the community Young art Bandung is categorized as a mixed music. image Sambasunda as World Music, attracts the young art community of Bandung to follow what is done Sambasunda. The presence of Sambasunda is imaged as a popular group within World Music. He identified as a group of World Music, by entering World music this group is famous in European countries and even Asia. With the presence of Sambasunda in Bandung make a musical orientation for the young art community of Bandung. They imitate what Sambasunda is doing, even this young artist consume Sambasunda music actively. By interpreting the concept of society of consumption by Jean Baurdillard as the paradigm of this research, will see the behavior of music consumption in the young art community of Bandung. through interview method of five bands in Bandung. The authorization of the young art community of Bandung to World Music shows two things, namely the presence of Sambasunda's image circulating in the media, and the impulse of the need for popularity. Through this research can be concluded the presence of World Music in the art community of young Bandung, imaged by Sambasunda. The first consumes Sambasunda's music in search of popularity. These two young art communities of Bandung want to find a performance space in the mass community.

Keywords: World Music, Sambasunda, Bandung Young Art Society, Music Followers, Indentifikasi

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN MOTTO

MENYELESAIKAN YANG SUDAH DIMULAI

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kata Pengantar

Penulisan tesis ini merupakan sebuah proses yang tidak mudah, bagi penulis yang notabeneya seorang pengrawit atau sebagai pekerja seni yang tiap hari tiap jam berkutat dengan . Penulis tetap yakin meskipun mengerjakannya tidak secepat yang diimpikan, tapi dapat diselesaikan juga.

Dari segi proses penelitian dan proses hidup yang sangat rumit, menjadi kendala dalam proses pembuat tesis ini. Dalam proses yang begitu berat, penulis menghargai dan menjadikan pendewasaan. Dari proses tesis ini, tidak lupa yang sudah memberi waktu dan pikirannya untuk berdiskusi atau mendengarkan keluhan, saya mengucapkan terimakasih telah memberi semangat berpikir. Tidak lupa terima kasih sebesar-besarnya para dosen IRB yang telah membimbing dari awal sampai akhir dengan kerja keras, dan terima kasih komentarnya yang sangat membangun dalam tulisan ini yang sangat hancur. Tidak lupa terima kasih pada pak Nardi, Romo Banar dari komentar retretnya yang di semarang selama dua hari bisa mengkritik habis-habisan dengan konsep tesis saya, hingga tesis ini bisa selesai hanya berkat komentar. Saya yakin komentar sepahit apa pun itu salah satu doa untuk kebaikan.

Tidak lupa mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing, Romo Budi Susanto dan pak Tri Subagya. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada Mba Desi dengan perhatian dan memberi semangat dalam mengerjakan tesis ini. Saya mengucapkan terima kasih kepada kedua ibu bapak kandung saya yang tercinta, saya bangga telah dilahirkan dari keluarga yang biasa-biasa tapi kebiasaan itu menjadikan modal untuk membanggakan kedua orang tua saya. Mungkin dari kerabat dan temen-temen sekian banyak yang memberi dukungan dan doa saya tidak bisa membalas satu-persatu, semoga kebaikan ada semuanya dibalas oleh Alloh Subhanata ala. Dari omongan panjang lebar dari A sampai ke Z proses tesis ini.

Sebagai penutup saya ingin mengucapkan rasa yang mendalam dan anugrah cinta kepada istri saya Cita. Terima kasih telah menemenin dengan kelucuan dari suka mau pun duka. Semoga ke depannya dalam keluarga kecil kita diberi kebahagiaan. Saya ucapkan

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

terima kasih pada anak saya Ristama Arnawa Pramatya yang telah membangunkan tidur setiap pagi dengan tangisannya. Tidak lupa terima kasih pada bapak dan ibu mertua yang telah mengerti kondisi saya dalam mengerjakan tesis ini.

Terima kasih kepada teman-teman angkatan 2014, terutama Mas Ben telah mengarahkan tulisan ini, dan sekaligus pembaca tesis ini. Tidak lupa temen-temen yang lain, Mang Ajay, Mas Bayu, Bang Andreo, Bang Riston, Frans, Mas Cholis, Heri, Mas Abet, Mba Linda, Mas Angga, Mas Topan, Wisnu. saya ucapkan terima kasih sebesar- besarnya atas pengalaman yang diberikannya

1 Oktober 2016

Wawan Kurniawan

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Daftar Gambar

Gambar 1. Album Rytmical ……………………………….. 59 Gambar 2. Album Gebyar Bali Jaipong ……………………………………..… 60 Gambar 3. Album berjudul Sunda-Bali ……………………………………….. 42 Gambar 4. Album Takbir & Sholawat …………………………………..……... 43 Gambar 5. Album Salsa and Salse ……………………………………………... 44 Gambar 6. Album Reggae and Reggoe ………………………………………... 45 Gambar 7. Album Seventh Sense ………………………………………….…... 46 Gambar 8. Album Return to the Geatest ……………………………………..... 47 Gambar 9. Album Sambasunda Quintet ……………………………………….. 48 Gambar 10. Album Taramurag …………………………………….…………... 49 Gambar 11. Pertunjukan musik masyarakat seni muda Bandung. …………….. 87 Gambar 12. Poster acara Matasora World Music Festival 2017 ……………….. 92 Gambar 13. Ismet Ruchimat dan Cholin Bass…………………………...…….. 94 Gambar 13. Poster Trun Music 2017 …………………………………………. 96 Gambar 14. Pertunjukan masyarakat seni muda Bandung ……………………. 96 Gambar 15. Maraknya Hastag World Music dalam media Sosial Instagram …. 98 Gambar 16. Peta jaringan World Music seluruh dunia ……………...... 120 Gambar 17. Perbandingan festival World Music ………………………………. 130

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………...... i PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………………………… ii PENGESAHAN TIM PENGUJI …………………………………………….. iii PERNYATAAN KEASLIAN ………………………………………………... iv PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLKASI KARYA ILMIAH ……….. v ABSTRAK …………………………………………………………………….. vi ABSTRACT …………………………………………………………………... vii MOTO ………………………………………………………………………… viii KATA PENGANTAR ………………………………………………………... ix DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………. xi DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. xii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………...... 1 A. Latar Belakang …………………….……………………………………... 1 B. Tema Penelitian ……………………………………………….…………. 7 C. Rumusan Masalah………………………………………………...... 7 D. Tujuan Penelitian………………………………………………………….. 7 E. Manfaat Penelitian………………………………………………………… 8 F. Tinjauan Pustaka ………………..………………………..………………. 8 1. World Musi……………….…………………..………..….…………… 8 2. Kajian Musik ……………………...……….……………….………… 11 G. Landasan Teori …………………………………………………………… 12 1. Budaya Populer …………………………………………...…..………. 13 2. Masyarakat Konsumsi Musik ………………………………………… 16 H. Metode Penelitian ………………………………………………………… 19 1. Lokasi Penelitian ……………………………………………………... 20 2. Kelompok Sasaran ……………………………………………………. 20 I. Sistematika Penelitian ……………………………………………………. 20

BAB II WORLD MUSIC DAN MUSIK ……………………….… 23 A. Sejarah Kemunculan World Music ……………………………………….. 24 1. World Music di Indonesia…………………………………..…………. 31 2. Festival World Music di Indonesia ……………………………………. 34 B. Perkembangan Seni Pertunjukan Sunda ………………………………….. 38 1. Eranya Mang Kokoan …………………………………………………. 43

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Pop Sunda Nano S. .……………………………………………………. 46 C. Kemunculan Sambasunda ………………………………………………… 50 1. Album Musik Sambasunda ……………………………………………. 55 a. Album Pertama Rytmical Sundanese People ………………………… 55 b. Album Kedua Gebyar Bali Jaipong ………………………………….. 56 c. Album Ketiga Sunda Bali ……………………………………………. 57 d. Album Keempat Takbir dan Sholawat ……………………………….. 58 e. Album Kelima Salasa and Salse ……………………………………... 59 f. Album keenam Reggae and Renggoe ……………………………….. 60 g. Album kedelapan Return to the Geatest …………………………….. 61 h. Album kedelapan Return to the Geatest ……………………………… 62 i. Album kesembilan Sambasunda Quintet …………………………… 63 j. Album kesepuluh Taramurag ………………………………………. 64 2. Menejerial dan Organisasi Musik ……………………………………... 65 D. Kesimpulan …………………………………………………………...... 68

BAB III MASYARAKAT SENI MUDA BANDUNG MELIHAT SAMBASUNDA DAN WORLD MUSIC …………………………………...... 69 A. Pertunjukan Sambasunda ……………………………………………….. 69 1. Kiblat Musik Masyarakat Seni Muda Bandung ……………………… 71 2. Ingin Menjadi Sambasunda ……………………………………...…… 75 3. Sambasunda-an ………………………………………………….…… 82 B. Ruang Pertunjukan Masyarakat Seni Muda Bandung …………………... 84 1. Jasa Kesenian Tradisional ………………………………………...…. 85 2. Matasora World Music ……………………………………..………... 88 3. Music Turn …………………………………………………………... 91 C. Membentuk Grup Musik ………………………………………………… 93 1. ISBI Bandung Ruang Industri Musik ………………………………… 96 2. Band Kampus Tidak Fanatik Sambasunda ………………………...... 99 D. Kesimpulan ……………………………………………………...... 101

BAB IV MENIRU, MENIKMATI, DAN MENGIKUTI: MASYARAKAT SENI MUDA BANDUNG DAN SAMBASUNDA 102 A. Mudah dihafal, Gampang dimainkan, dan Familiar Bagian Dari Proses 102 Kreativitas Sambasunda………………………………………..………... 1. Mudah dihafal, Gampang dimainkan, dan Familiar Bagian Dari Proses 106 Kreativitas Sambasunda……………………………………………… 2. Hariring Kuring ………………………………………….………….. 109

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. ………………………………………………...... 111 B. Berkiblat Pada Wolrd Music Untuk Mencari Kepopuleran ……………. 113 1. Sekedar Tahu World Music …………………...... 116 2. Masyarakat Seni muda Bandung Mencari Musik Indonesia yang Baru…………………………………………………………………... 119 3. World Music Budaya Baru …………………………………………… 121 C. Festival Wolrd Music Sebagai Ruang Musik Tradisi …………………….. 124 1. Kemasan Musik Tradisi ……………………………………………... 127 2. Perilaku Mengonsumsi Musik ………………………………………. 128 3. Maraknya Hastag Sambasunda dan World Music di Instagram………. 132 BAB V PENUTUP ……………………………………………………………… 136 DAFTAR PUSTAKA ………………………..…………...... 138 LAMPIRAN…………………………………………………………………..… 141

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Music adalah istilah yang dipakai untuk memberikan nama produk pada musik non-barat. Istilah World Music sendiri diberikan untuk menghindari istilah etnis bahkan primitif. Kemunculan World Music pada tahun 1987 di London diawali oleh adanya perkumpulan label industri musik. Perkumpulan ini diadakan untuk membicarakan strategi pemasaran musik-musik non-Barat.1 Strategi ini dibutuhkan oleh industri-industri rekaman untuk memberi celah aktivitas bagi musik-musik non-Barat supaya mampu masuk ke dalam dunia industri musik. Ide untuk membentuk World

Music ini menjadi lahan ekonomi bagi sebagian industri rekaman. Aktivitas World

Music mampu menjadi lahan bagi sebagian industri rekaman. Pertunjukan World Music sendiri biasanya diadakan satu tahun sekali, dan diselenggarakan oleh Womad.

Womad ialah singkatan dari World Music and Dance, salah satu organisasi musik dan tari yang didirikan oleh Peter Gabriel tahun 1980-an. Berdirinya organisasi ini mempunyai tujuan untuk mempertemukan dan merayakan berbagai bentuk musik dan tari dari berbagai negara. Sebagai organisasi, Womad menyelenggarakan festival

World Music dan festival World Dance, serta rekaman-rekaman musik di berbagai negara.

1Stobart Henry, Music Studies: World Music (New York: Cambridge University Press, 2009), hal. 97

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

World Music kemudian menjadi label yang dipasarkan oleh Womad. Dengan mengadakan pertunjukan musik yang diwakili oleh setiap negara, Womad menjadi organisasi musik terbesar di Eropa. Keuntungan grup musik yang telah masuk dalam organisasi Womad adalah jelas keuntungan secara materi, karena grup musik tersebut kemudian mampu berpartisipasi dalam acara World Music di berbagai negara.

Fenomena World Music di Indonesia berpengaruh pada grup musik tradisi yang mulai mengidentifikasikan diri sebagai World Music.2 Kehadiran World Music menjadi hangat diperbincangkan, dan muncul sebagai identitas baru bagi grup-grup ini. Namun, istilah World Music justru menyedot perhatian grup-grup musik tradisi untuk menamai diri mereka. Hal ini jelas patut dipertanyakan pada segi ekstra musikal dan intra musikal dari grup-grup tadi.

Definisi tentang World Music sendiri berbeda-beda, bahkan tidak jarang pula saling bertentangan. World Music menyatakan diri mereka sendiri sebagai musik bangsa-bangsa. Pihak lainnya merasakan definisi tersebut terlalu luas sehingga kemudian justru menjadi tidak punya arti. Ada yang mendefinisikannya sebagai musik

2Fenomena ini terlihat dari aktivitas grup musik tradisi yang mengindentikkan diri sebagai World Music dalam penggunaan hashtag di media sosial instagram. Instagram merupakan sebuah media sosial yang bergerak di bidang visual, yang memungkinkan penggunanya berbagi foto maupun video kepada masyarakat umum. Instagram sendiri memberikan banyak kemudahan bagi penggunanya untuk mengeksplorasi media sosial tersebut. Di antaranya adanya fitur filter foto untuk memberikan kesan artistik pada foto yang akan diunggah, dan fitur tagging yang berfungsi untuk menandai seseorang yang mempunyai ikatan hubungan sahabat, pacar dan keluarga pada foto yang akan di unggah. Salah satu fitur lainnya ialah hadirnya fitur hashtag (tanda pagar). Fitur ini sendiri memberikan pengguna untuk mengklasifikasikan foto-foto yang mereka unggah. Contohnya penggunaan hashtag #Sambasunda #World music merupakan sebuah hashtag yang berfungsi untuk mengklasifikasikan foto-foto yang diunggah. Fenomena masyarakat seni muda Bandung ialah penggunaan hashtag dalam media sosial instgram. Penggunaan hashtag ini menimbulkan kejanggalan dalam penggunaannya kaitan foto dan hashtag tidak ada tema yang sama. Contohnya ketika seseorang memainkan suling lalu di foto dan unggah dalam instagram dengan hashtag #Sambasunda#Worldmusic.

2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kombinasi antara gaya musik populer Barat dengan genre musik non-Barat, yang termasuk ke dalamnya musik rakyat (folk music). Bagaimanapun patut diakui bahwa

World Music itu sifatnya cenderung tidak esklusif. Memang di dalamnya mereferensi bentuk-bentuk musik asli dari berbagai negara di dunia, tapi terdapat pula kecenderungan musik-musik modern, serta terdapat pula potongan musik kerakyatan

(Folk) dan potongan gaya musik pop.

Percampuran musik seperti ini pada akhirnya selalu dikategorikan sebagai World

Music. Istilah World Music di Indonesia, tentu saja menyedot perhatian grup musik yang beraliran tradisi yang mulai melabelkan dirinya sebagai World Music. Jadi semacam apa musik tradisi ketika berkiblat pada World Music? Persoalan ini menjadi kegelisahan dan keprihatinan yang peneliti alami. Dalam beberapa kesempatan peneliti bercengkerama dengan para musisi, mereka ternyata juga merasakan yang peneliti rasakan. Ketika musik Indonesia berkiblat pada World Music, bukan hanya melodi, ritme, nada, atau harmoni yang berubah. Akan tetapi, perilaku sosial masyarakat juga mengikuti perubahan dan pergeseran, terutama dalam proses pengidentifikasian diri ke dalam World Music.

World Music di Indonesia dipraktekkan sebagai trend, pasar global, dan juga sebagai daya tarik wisatawan. Acara-acara World Music dalam media cetak selalu dipromosikan secara tersetuktur dan menarik. Pada tahun 2015, di Bali diadakan acara

World Music yang berjudul “Bali World Music Festival, Ajang Musik Etnik Terbesar di

Indonesia”. Kekuatan istilah World Music di Indonesia seperti terbukti mampu menjadi daya tarik wisatawan. Mengutip Metrotv News, “Dalam acara Bali World Music

3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Festival, pemerintah Indonesia yang sebelumnya membidik 10 juta wisatawan macanegara, dengan adanya festival ini bisa naik menjadi 12 juta orang”.3 Pada tahun

2017, di Bandung juga diadakan festival World Music berjudul “Matasora World Music

Festival”. Istilah World Music di Indonesia setiap tahun gencar dipakai dalam festival musik Internasional maupun lokal. Menurut media cetak Pikiran Rakyat, “Festival

World Music ini diharapkan menjadi barometer World Music ditingkat Internasional”.4

Festival World Music di Indonesia pertama kali diadakan pada tahun 2007 dalam acara Bambu World Musik Festival di . Keseluruhan rangkaian acara ini menampilkan berbagai musik bambu di nusantara, dan juga menampilkan musik

Sambasunda. Sambasunda ialah salah satu grup musik tradisi asal Bandung yang berorientasi pada World Music. Pada program siaran televisi RCTI , Sambasunda pun mengidentitaskan diri sebagai World Music. Bahkan Sambasunda pun aktif mengikuti festival World Music di berbagai negara, tentunya dari pengalaman bermusik di negara lain. Sambasunda pun mengadakan festival World Music di Indonesia terutama kota

Jakarta dan Bandung.

Pada tahun 2010, 2011, 2012, dan 2017, Bandung pun mengadakan pertunjukan musik bertemakan World Music. Adanya festival World Music di Bandung entah demi kepentingan pemerintah, atau sebagai ajang berekspresi komunitas musik. Satu hal yang pasti festival musik ini sebagai praktik tiru-meniru antara yang global dan lokal, di

3Dilihat,http://hiburan.metrotvnews.com/read/2015/11/03/187124/bali-world-music-festival-ajang-musik- etnik-terbesar-di (diakses pada tanggal 14 Maret 2016 ) 4Dilihat, http://www.pikiran-rakyat.com/hidup-gaya/2017/07/22/matasora-world-music-festival-meretas- jalan-jadi-barometer-world-music (diakses pada tanggal 23 Juli 2017)

4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mana Womad menjadi salah satunya rujukan festival World Music di Indonesia. Konsep pertunjukan World Music yang diselenggarakan Womad memiliki, kesamaan dengan

Matasora World Music Festival. Kesamaan dilihat dari rangkaian kegiatannya seperti,

Workshop, dan juga pengisi acara di berbagai negara. Peneriman masyarakat terhadap

World Music ini dapat dilihat dengan adanya kelompok-kelompok musik lokal yang mengidentikkan diri sebagai World Music.

Ada dua faktor pendorong bagi grup musik yang mengidentikkan diri dalam

World Music. Pertama, faktor media berpengaruh kuat untuk mencitrakan Sambasunda sebagai World Music pada khalayak umum. Kehadiran Sambasunda di media internet membuat grup musik ini memiliki kedekatan yang lebih di tengah masyarakat. Hal ini ditambah dengan munculnya akun youtube Sambasunda yang aktif mempertunjukkan penampilan musik mereka di berbagai negara. Imaji yang digambarkan Sambasunda dalam youtube memberikan gambaran bahwa Sambasunda adalah grup yang terkenal di dalam World Music. Faktor kedua ialah munculnya grup-grup musik yang berorIentasi pada Sambasunda dan World Music. Dengan tingginya event World Music yang diselenggarakan di tingkat lokal maupun Internasional, “masyarakat muda seni

Bandung” pun mengidamkan untuk bisa menjadi Sambasunda.

Masyarakat muda seni Bandung adalah nama yang diberikan peneliti kepada masyarakat yang aktif mengkonsumsi musik Sambasunda. Kehadiran Sambasunda selama 25 tahun di kota Bandung telah menciptakan grup-grup fans berat seperti masyarakat seni muda Bandung. Masyarakat ini aktif dalam mengonsumsi musik

Sambasunda, baik dalam keadaan apapun. Mereka mampu tidur sembari mendengarkan

5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

musik Sambasunda, makan sembari mendengarkan Sambasunda dan bahkan buang air besar pun sembari mendengarkan musik Sambasunda.5 Istimewahnya musik

Sambasunda di mata masyarakat terlihat melalui penampilan mereka di Eropa. Keliling

Eropa pun bukan hal yang aneh. Mereka bahkan menjadi salah satu perwakilan

Indonesia dalam peta World Music. Grup musik atau musisi Indonesia yang telah mengikuti Sambasunda dalam orientasinya World Music adalah I Wayan Bagus,

Krakatau, Malire, Dwiki Darmawan.

Keinginan peneliti untuk melakukan penelitian ini berangkat dari rasa yang timbul dari fenomena World Music di Bandung. Waktu sekolah dulu, percampuran musik tradisi dengan musik Barat disebut kolaborasi. Di tahun belakangan ini, istilah musik kolaborasi ataupun musik tradisional menjadi hilang tergantikan dengan istilah

World Music. Imaji World Music dalam berbagai media sosial berkembang sebagai identitas baru. Bahkan dalam benak penggemar World Music di Bandung, imaji World

Music direpresentasikan dengan mencontoh musik-musik Sambasunda dan dirayakan melalui bentuk-bentuk ekspresi seperti peniruan musik Sambasunda, pengidentifikasian diri sebagai bagian dari World Music, munculnya grup-grup musik baru yang beraliran sama, publikasi yang konstan dalam media, serta rekaman musik-musik sejenis. Hal ini dapat diartikan bahwa penelitian ini ditujukan untuk mencari tanda-tanda dari jawaban responden yang mencerminkan konteks Masyarakat seni muda Bandung dalam mengidentifikasikan Sambasunda dan World Music

5Wawancara dengan Diki Dolimpong, dilakukan pada tanggal 7 Juni 2016.

6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Tema Penelitian

Tema penelitian yang diangkat ialah “penerimaan masyarakat seni muda

Bandung terhadap Sambasunda dan World Music dalam mengkonsumsi musik dan memilih acuan musik” dengan melalui kajian terhadap pembacaan musik masyarakat seni muda Bandung.

C. Rumusan Masalah

1. Imaji seperti apakah yang ada dalam World Music?

2. Bagaimana Sambasunda membentuk Imaji World Music terhadap masyarakat seni

muda Bandung?

3. Bagaimana masyarakat seni muda Bandung bernegosiasi dengan World Music?

D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini mencari konteks masyarakat seni muda Bandung dalam konsumsi, produksi, dan distribusi musik, yaitu:

1. Mencari bentuk pengetahuan tentang World Music yang memungkinkan terjadi

pembentukan imaji World Music kepada masyarakat seni muda Bandung.

2. Mencari konteks hubungan Sambasunda dengan masyarakat seni muda Bandung

yang memungkinkan terjadinya kedekatan masyarakat seni muda Bandung dan

Sambasunda.

3. Menguraikan permasalahan konsumsi musik dan kedekatan masyarakat seni muda

Bandung terhadap Sambasunda dan World Music.

7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan pengetahuan tentang fenomena

yang terjadi, dalam hal World Music. Dengan karya ini bisa melengkapi karya-karya

kajian empiris yang berkaitan dengan Sambasunda, World Music, dan masyarakat seni

muda Bandung. Mengenai masyarakat seni muda Bandung saya pandang sebagai

fenomena global yang muncul akibat media. Konteks global di sini saya pandang dua

sisi, karena masyarakat seni muda Bandung menerima konteks global atas citra World

Music Sambasunda di media sosial. Masyarakat seni muda Bandung ini mengkonsumsi

musik Sambasunda atas penerimaan terhadap fenomena global.

F. Tinjauan Pustaka

Beberapa penelitian memiliki keserupaan mengenai topik, pembahasan, dan

fenomena World Music. Penelitian terdahulu dilakukan oleh beberapa peneliti dengan

tema yang serupa untuk digunakan sebagai perbandingan dan mendukung penelitian ini.

Dalam tinjauan pustaka ini peneliti membagi dua kategori yaitu: penelitian mengenai

World Music dan kajian musik.

1. World Music

John Connell (2003). Sound Tracks Populer Music, identity and Place: Dalam

tulisan yang berjudul “New Worlds Music from the Margins?”Tulisan ini menceritakan

bagaimana fenomena musik terpinggirkan memasuki dunia Barat ditandai kemunculan

World Music. Kemunculan World Music sebagai gerakan orang-orang seluruh benua

membuat jalur aliran budaya antara lokal dan global. Gerakan yang dimaksud ialah

8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bagaimana pemasaran produk budaya (termasuk distribusi dan wisata) mempunyai koneksi global. Dengan adanya tren global World Music grup musik lokal mempunyai distribusi musik, secara luas.World Music membuat musik menjadi agen mobilitas dan ekspresi budaya yang mampu terhubung secara permanen ketempat yang lain. Musik yang dianggap marginal mampu terhubung dengan pusat produksi musik, serta musik marginal mampu berpindah dari negara berkembang ke negara maju untuk memenuhi kebutuhan suara baru.

Dalam tulisan “New World Music from the Margins,” Connell menjelaskan bagaimana musik marginal berkembang di negara Barat, dengan melihat perkembangan musik India dan Amerika. Ravi Shankar adalah satu contoh musisi India yang diamati oleh Connell untuk melihat gerakan musik marginal. Ravi Shankar merupakan salah satu musisi India yang terkenal sebagai World Music dan meraih kesuksesan internasional. Shankar tumbuh di Eropa untuk belajar musik klasik, dan pada tahun

1940 ia mengamati bagaimana musik India bisa diterima ke khalayak asing. Modal berbahasa Inggris yang lancar, Shankar mempromosikan secara luas serta berkeliling

Amerika serikat untuk mementaskan musik India. Bagi Shankar, promosi seperti itu memungkinkan dirinya dan musik India menjadi lebih dikenal di Eropa. Keberhasilan

Shankar dalam membuka jalan meraih kesuksesan musik lokal di Barat tersebut membuka kesempatan bagi musik lokal untuk sukses di Barat dengan gaya baru yang yang berbeda akhirnya dikenal sebagai Wolrd Music. Sejalan dengan pembahasan mengenai kemunculan Wolrd Music, dalam tulisan ini membantu untuk menjelaskan mengenai gerakan musik lokal dalam kepopuleran.

9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Viet Erlamann (1990). The Aesthetics of the Global Imagination: Reflection on

World Music in the 1990: Tulisan ini, memberikan gambaran tentang World Music dalam istilah estetik global. Dalam tulisan Erlamann, mempunyai dua pokok pembahasan: 1. Kehadiran World Music sebagai gerakan musik global, 2. Bagaimana peranan ideologi industri musik menghadirkan estetik baru. Menurut Erlamann gerakan musik global dan tren World Music dipandang sebagai ideologi industri rekaman.

Erlamann melihat konsep World Music sebagai ikatan perbedaan musik dari berbagai wilayah. Analisis Elamann menyebutkan bahwa ikatan ini menujukan konsep bermusik dan usaha percampuran musik dari berbagai wilayah menjadi satu, dengan mengambil istilah Erlamann bahwa hasil dari percampuran tersebut dapat disebut dengan “estetik baru”.

Henry Stobart (2009). WORLD MUSIC: Kehadiran istilah World Music pada awal digunakannya, mengandung unsur-unsur politis. Pada tahun 1987 di salah satu pub di kota London, berkumpullah beberapa label industri musik. Mereka berkumpul untuk membicarakan strategi pemasaran musik-musik non-Barat, seperti musik-musik Afrika, dan Amerika Latin.Maka, istilah World Music dipakai untuk memberi label produk pada musik tersebut. Istilah World Music sendiri diberikan untuk menghindari istilah etnis, non-Barat, bahkan ‘primitif’. Selain itu, pada tahun 1980an, salah satu program pendidikan di Amerika Serikat, menggunakan istilah World Music untuk model studi yang memaparkan fenomena musik di luar musik Barat, yang belum banyak dikenal.

Pada perkembangannya, dua hal tersebut memiliki efek negatif. Yang pertama diranah industri musik, membuat musik-musik pada etnis tertentu menjadi

10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tereksploitasi, dan World Music sendiri menjadi lahan bisnis bagi kaum-kaum perusahaan rekaman. Yang kedua pada ranah studi keilmuan, World Music mengalami pergeseran dari konsep awal “World Music”. Pada awalnya konsep World Music menjelaskan tentang musik tradisi, musik pada etnis tertentu, dan musik pada adat tertentu. Sedangkan pada perkembangnya, para ilmuan mencoba membuat kategori- kategori dari musik etnis tertentu, dan mencoba membuat istilah-istilah aliran musik dengan sewenang-wenang (sebagai contoh, Cuban hip-hop, Brazilian Death Metal, dan lain-lain). Hal tersebut dikarenakan para ilmuan menyoroti tentang hal-hal lain, seperti musik-musik populer, migrasi penduduk, dan globalisasi. Dengan melihat kemunculan

World Music ini, membantuk untuk menjelaskan mengenai istilah World Music.

1. Kajian Musik

Penelitian tentang Sambasunda, dalam sudut komunikasi telah diteliti oleh Yupi

Sundari. Penelitian ini berjudul “Strategi Komunikasi Kelompok Sambasunda Dalam

Mengembangkan Musik Tradisional Sunda” (2008). Penelitian ini melihat kreativitas

Sambasunda dan kepopuleran musik Sambasunda yang diakui oleh dunia. Pengakuan dunia dan kepopuleran musik ditempatkan di penelitian sebagai strategi komunikasi melalui musik. Penelitian ini membahas lima poin yaitu: 1). Kredibilitas Sambasunda dalam mengembangkan musik tradisional Sunda, 2). Konstruksi realitas musik tradisional Sunda dari kelompok Sambasunda, 3). Penggunaan media instrumen yang digunakan oleh kelompok Sambasunda, 4). Pemahaman Sambasunda terhadap audiensnya, dan 5). Bagaimana Sambasunda melibatkan unsur budaya yang beragam dalam musik yang diciptakan.

11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dalam tulisan Wallach (2008). Modern Noise, Fluid Genres, Populer in

Indonesia. Penelitian ini dilakukan oleh Jeremy Wallach di beberapa kota di Indonesia, yang bertepatan pada saat gejolak politik dan krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia

1997-2001. Dalam buku ini menghasikan sebuah penemuan tentang proses musik pop

Indonesia terbentuk pada zaman Orde Baru. Proses pembentukan musik pop di

Indonesia ini melihat bagaimana musik pop bisa bertahan di tengah pemerintahan Orde

Baru. Dari pembahasan dalam buku ini juga ditemukan bagaimana musik pop Indonesia disukai kalangan kelas menengah atas anak muda, sedangkan musik lain seperti dangdut disukai oleh kelas menengah bawah. Dalam buku ini dibahas mengenai adanya kategori musik lain yang berkembang diantara musik tradisional (local music), musik daerah

(regional music), dan musik pop dunia (global music). Sejalan dengan pembahasan mengenai musik Pop Indonesia dalam tulisan ini membantu untuk menjelaskan mengenai istilah musik hybrid sejalan dengan pembahasan yang sedang saya teliti.

G. Kerangka Teori

1. Budaya Populer

Untuk membicarakan mengenai budaya populer dan cara membaca budaya populer tersebut, tentunya penelitian ini tidak bisa lepas dari definisi budaya populer. Dalam An

Introduction to Theories of Populer Culture, Dominic Strinati menulis.

“The Socil Significance of populer culture in the modern era can be charted by the way it has been identified with mass culture. The coming of the mass media and the

12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

increasing commercialisation of culture and leisure gave rise to issues, interests and debates which are still are with us today”.6 Budaya populer sering dijuluki “budaya Massa”. Istilah tersebut mengacu pada budaya yang direndahkan, diremehkan, dangkal, dibuat-buat, dan seragam.7 Kehadiran budaya populer menurut Strinati dikarenakan adanya media massa. Kehadiran media massa mempunyai kepentingan untuk mengkomersialisasikan budaya dan hiburan. Serta kemunculan budaya populer dikaitkan dengan kemunculan ekonomi pasar. Para ahli lain berpendapat bahwa budaya massa selalu ada berdekatan di tengah-tengah kita.

Budaya populer di zaman modern dapat dipetakan dengan cara mengidentifikasi budaya massa. Kemunculan media massa telah meningkatkan komersialisasi budaya dan memunculkan permasalahan, isu, dan perdebatan yang masih sampai ada sekarang.

Gagasan budaya massa pada 1920-1930-an, dipandang sebagai awal munculnya tema- tema dan prespetif budaya populer. Perdebatan yang dimaksud bukanlah perdebatan munculnya budaya massa, namun lebih jauh Strinati menjelaskan bahwa kemunculan budaya massa berkaitan dengan adanya kebangkitan pasar ekonomi sebagaimana yang telah dituliskan oleh Pascal dan Montaige.

Para ahli berpendapat bahwa budaya massa selalu bersama kita, sehingga dapat dibayangkan sebagai fungsi roti dan sirkus (bread and circuses) pada zaman budaya populer Romawi. Gagasan budaya populer menurut Wiliam adalah bahwa budaya populer dibuat oleh orang untuk diri mereka sendiri, sering bersinggungan dengan masa

6 Dominic Strinati, An Introduction to Theories of populer Culture, (London: Routledge, 2004), hal, 1. 7Ariel Heryanto, Budaya Populer di Indonesia, (Yogyakarta: Jalasutra, 2012), hal, 6.

13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

lalu sebagai budaya rakyat, tapi juga penting untuk menekankan adanya unsur budaya modern. Perkembangan gagasan budaya populer dikaitkan dengan argumen tentang makna dan interpretasi, secara khusus memiliki tiga pembahasan teori budaya. Pertama adalah mengenai siapa yang menentukan budaya populer. Pembahasan kedua, mengenai pengaruh komersialisasi dan industrialisasi pada budaya populer. Ketiga, pembahasan mengenai ideologi peran budaya populer. Ketiga konsep ini sejak lama menjadi perbincangan dalam kajian budaya populer, namun persoalan yang sistematis dan penting dalam berbagai perdebatan persoalan budaya massa mulai berkembang pesat

1920-an ke atas. Pada 1920-an dan 1930-an hal yang penting dalam kajian dan evaluasi budaya populer adalah munculnya sinema, radio, produksi massal dan konsumsi kebudayaan, dan bangkitnya fasisme dan kematangan demokrasi liberal di sejumlah negara Barat.8

Pada kenyataannya, kebudayaan hampir tidak terbatas untuk direproduksi.

Pengembangan teknik produksi industri menimbulkan permasalahan dalam gagasan tradisional mengenai peran budaya dan seni di masyarakat (Benjamin: 1973). Strinati berbicara mengenai teknik produksi dalam budaya dan seni seperti.

Cultural products such as films were not, of course, mass produced in the same way as motor cars. However, the introduction of mass production techniques into the making of films, and the mass consumption afforded by cinemas, meant they could be regarded as commercial products, this meant that cultural products, such as cinema, could not be authentic and genuine works of art. Equally, they could not be ‘folk’ culture because they no longer came from the ‘people’, and therefore could not reflect or satisfy their experiences and interests.9

8Ariel heryanto, Budaya Populer di Indonesia, (Yogyakarta: Jalasutra, 2012), hal, 8. 9Dominic Strinati, An Introduction to Theories of populer Culture, (London: Routledge, 2004), hal, 3.

14

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Persoalan teknik produksi massal dalam seni, dan produk yang dikonsumsi secara massal dalam jumlah yang besar, produk tersebut kemudian dianggap sebagai produk komersial saja. Produk budaya seperti film tidak bisa menjadi karya seni karena tidak lagi memiliki karya seni autentik, tapi tidak bisa dikatakan sebagai seni rakyat atau

“folk” karena produksi budaya seperti film tidak diciptakan oleh masyarakat pendukungnya dan tidak mencerminkan atau memuaskan pengalaman minat masyarakat pendukungnya.

Kehadiran sinema dan radio dapat dikatakan sebagai kemunculan media massa modern. Kemunculan media massa menimbulkan kekhawatiran akan budaya komersialisasi, media-media tersebut dimanfaatkan oleh rezim politik untuk kepentingan propaganda massa. Keberadaan media massa sangat efektif dalam mencapai orang dalam jumlah besar dengan sistem politik terpusat dan totaliter.

Masyarakat totaliter, beserta demokrasi liberal, telah dipandang sebagai jenis-jenis masyarakat massa. Menurut Strinati konsep masyarakat massa telah melahirkan salah satu perspektif penting dalam peranan media massa dan budaya massa di dalam masyarakat kapitalis modern.

Yang menjadi fokus penelitian dalam buku ini adalah budaya populer sebagaimana kita alami sekarang, yaitu pengalaman yang lahir karena budaya konsumsi dan juga yang didukung teknologi informasi baru. Dalam keterangan St. Sunardi di Esai Rakyat,

Kerakyatan, dan Populer, beliau membicaran budaya populer yang muncul karena faktor pendukungnya. Budaya populer ini dapat dijelaskan dalam tiga ciri yaitu.Seni tradisi yang muncul dan bertahan karena kehendak bangsa rakyat (dengan tradisinya),

15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Seni kerakyatan karena kehendak bangsa (dengan ideologi kerakyatannya), seni populer lahir dan bertahan karena kehendak media (dengan idelogi kapitalisme).10

Fenomena budaya populer sekiranya dapat membantu untuk melihat produksi dari budaya itu sendiri. Kehadiran budaya populer dirasakan mempengaruhi produksi musik dan citra grup musik kerakyatan ketika berhadapan dengan produksi massal.

Sebagaimana Sambasunda dicitrakan lembaga atas sebagai produk budaya populer

World Music, kehadiran World Music juga memberi dampak terhadap Sambasunda sebagai produk World Music yang populer di masyarakat massal. Hal ini menandakan bahwa kepopuleran Sambasunda bisa dilihat dalam produksi citra World Music juga.

Kehadiran Sambasunda di Bandung dapat dirasakan sebagai perkembangan musik populer. Ketika Sambasunda menjadi pusat perhatian musik anak muda Bandung, dengan kedekatan musik Sambasunda dengan masyarakat seni muda Bandung, musik masyarakat seni muda Bandung pun berkembang menjadi seragam dengan musik

Sambasunda. Seperti yang diungkapkan di atas bahwa dalam budaya populer selalu terdapat ciri adanya budaya seragam.

2. Masyarakat Konsumsi

Penelitian ini menempatkan fenomena masyarakat seni muda Bandung dalam tiga dimensi, yaitu: budaya populer (World Music), industri budaya (Sambasunda) dan konsumen budaya (Masyarakat Seni Muda Bandung). Terkait dengan ketiga ciri ini tersebut, peneliti selanjutnya memakai sejumlah konsep dan teori sebagai alat bantu

10 St. Sunardi, Vodka dan Birahi Seorang Nabi Esai-Esai Seni dan Estetika, (Yogyakarta: Jalasutra, 2012), hal, 322.

16

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sebagaimana dikembangkan oleh para teoritisi kajian budaya. Kerangka konseptual atau teori dimaksudkan selanjutnya diuraikan dalam penjelasan berikut.

Jean Baudrillard dalam, The Consumer Society sama sekali tidak mempertimbangkan persoalan konsumsi musik. Seluruh teori tentang masyarakat konsumsi berangkat dari asumsi bahwa konsumsi sebagaimana berlangsung dalam masyarakat modern identik dengan konsumsi atas barang dan nilai kebaruan.

Penelusuran gagasan Baudrillard tentang masyarakat konsumsi akan mengantarkan kita pada pengakuannya tentang kekuatan komoditas dalam mempengaruhi arah dan proses pembentukan masyarakat. Melalui sudut pandang konsumsi Baudrillard melihat aspek pergerakan objek-objek konsumsi atau bentuk- bentuk komoditas dan implikasi secara sosial, psikologi, dan kultural.

Melalui teori masyarakat konsumsi Jean Baudrillard, menggambarkan berbagai tren atau kecenderungan yang muncul dalam masyarakat kontemporer. Masyarakat ini telah sedemikian rupa dibentuk oleh kekuatan pasar. Masyarakat konsumen oleh Jean

Baudrillard diilustrasikan sebagai sebuah masyarakat yang di dalamnya mengalami

“general hysteria” yaitu sebuah suasana melintas yang senantiasa menghabitus, mengiringi anggota-anggota untuk secara terus menerus mengonsumsi.11 Kajian teori konsumen ini akan dipakai untuk menggambarkan tren atau kecenderungan masyarakat seni muda Bandung, dalam mengonsumsi musik Sambasunda. Berkaitan dengan kecenderungan ini, masyarakat seni muda Bandung cenderung mengkonsumi musik

11 Jean Baurdrillard, The Consumer Society : Myths and Structure, (London: Sage Publication, 1998), hal, 45.

17

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Sambasunda untuk diproduksikan ulang. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha melihat masyarakat seni muda Bandung dalam mengikuti musik Sambasunda sebagai tindakan konsumsi dan sekaligus pengikut Sambasunda.

Persoalan masyarakat konsumsi adalah proses komodifikasi atau perubahan nilai sebuah objek konsumsi lewat proses produksi. Proses ini menempatkan objek konsumsi atau bentuk komoditas memiliki nilai fungsi (sign function). Dalam pengertian ini, suatu konsumsi atau bentuk komoditas memiliki kegunaan (function) dan nilai tukar, dan memiliki nilai tanda (sign). Dengan demikian, proses komodifikasi atau produksi setiap objek konsumsi atau bentuk komoditas pada dasarnya untuk menaikkan nilai guna dan nilai tukar, juga untuk menaikkan nilai tanda. Dalam konteks konsumsi, setiap objek konsumsi atau bentuk komoditas digunakan tidak saja karena fungsinya dan nilai tukarnya melainkan juga nilai tandanya. Contoh, saat seseorang mengkonsumi suatu objek konsumsi atau bentuk komoditas tertentu, ia tidak saja mengkonsumsi nilai kegunaannya tetapi nilai tanda. Nilai tanda ini memiliki peran yang cukup penting, karena ia dipergunakan untuk menjawab kebutuhan dasar.

Dalam Consumer Society, Baurdrillard menjelaskan bagaimana masyarakat mengkonsumsi suatu kebutuhan. Bagi, Baurdrillard mengkonsumsi sesuatu bukan hanya menandakan adanya kebutuhan komoditas saja yang harus dipenuhi, namun juga menunjukkan adanya kebutuhan lain yang muncul yaitu kode. Baurdrillard melihat bahwa masyarakat konsumsi (Consumer Society) tidaklah lagi membicarakan kebutuhan akan sesuatu, tetapi justru membicarakan suatu nilai barang itu untuk bisa bicara pada sosial. Baudrillard juga memberi kesadaran bahwa kita memang tidak sekedar membeli

18

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

barang, tetapi juga membeli tanda yang menyimbolkan diri kita, dan menunjukkan di

dalam kelompok mana kita berada. Bahkan mengkonsumsi juga bisa dinilai sebagai cara

kita berkomunikasi satu sama lain.12 Bagi, Boudrillard, konsumsi ditempatkan sebagai

sebuah bahasa, yang juga memiliki penanda dan tanda.

H. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode wawancara dan penelusuran literatur.

Wawancara ini dilakukan kepada masyarakat seni muda Bandung, baik itu grup musik maupun komunitas musik yang ada di Bandung. Pengambilan data juga dilakukan melalui literatur yang berkaitan dengan Sambasunda dan World Music untuk menemukan terjadinya istilah tersebut. Sehingga secara runtut metodenya terdiri dari data primer dan sekunder di antaranya:

Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara bersama masyarakat seni muda Bandung .Masyarakat seni muda Bandung ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu mahasiswa seni dan masyarakat seni. Untuk membantu dalam pengumpulan data wawancara, peneliti juga mengamati gejolak masyarakat muda seni Bandung dalam media sosial Instagram, Facebook dan Youtube. Pengumpulan data dalam media sosial dilakukan untuk membantu melihat gejolak masyarakat atas Sambasunda dan World

Music yang dipraktikkan lewat musik yang diunggah melalui Instagram, Facebook dan

Youtube. Pengambilan narasumber pun dibatasi hanya pada lima orang masyarakat seni muda Bandung, dan dalam lingkup Bandung saja.

12 Baudrillard Jean, The Consumer Society Myths and Structure, (London: SAGE Publications), hal, 6.

19

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Data sekunder didapatkan melalui penelusuran literatur yang membahas mengenai

World Music. Dalam hal ini literatur yang digunakan berupa buku, majalah, artikel, koran, dan juga karya tulis ilmiah yang memiliki keserupaan dengan tema mengenai

World Music.

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kampus Institut Seni Budaya Indonesia Bandung dan

sekitar kota Bandung. Pertimbangan pemilihan lokasi tersebut karena Sambasunda dan

masyarakat seni muda Bandung di wilayah ini. Selain itu, ISBI Bandung pun menjadi

pusat perkembangan seni di Jawa Barat. Bahkan fenomena World Music di ISBI

Bandung dan kota Bandung ramai diperbincangkan dan dipratikkan sebagai festival

World Music. Selain itu, konteks masyarakat seni muda Bandung dalam mengkonsumsi

musik Sambasunda, salah satu pengalaman peneliti dalam mengkiblat musik.

2. Kelompok Sasaran

Kelompok sasaran dalam penelitian ini para pelaku musik di Bandung yang

tergabung dalam grup-grup musik di lingkungan kampus ISBI Bandung, yang secara

khusus grup musik yang berorentasi pada Sambasunda dan World Music.

I. Sistematika Penulisan

Dalam tesis ini membahas lima bab, dari masing-masing bab akan memuat

penjelasan gagasan dan penjelasan. Bab pertama akan ditempatka sebagai penjelasan

atas fenomena dan kegelisahan peneliti. Secara formal peneliti ini diterapkan beberapa

tahap di antaranya: Latar belakang, Tema Penelitian, Rumusan Masalah, Tujuan

20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjuan Pustaka, Kerangka Teori, Metode Penelitian dan sistematik penulisan.

Bab kedua ini akan menjelaskan tentang persoalan kemunculan istilah World

Music. Salah satu kasusnya ialah grup musik Sambasunda asal Bandung Jawa Barat.

Kemunculan World Music di Indonesia tentunya menjadi perdebatan dalam istilah

World Music. Sebagaimana World music di Indonesia diartikan sebagai musik campuran. Masyarakat seni muda pun melihat istilah World Music sebagai musik campuran yang dicontohkan oleh Sambasunda. Kehadiran Sambasunda di Bandung ini, mencitrakan dirinya pada masyarakat seni muda Bandung sebagai World Music.

Dengan mencitrakan lewat media, Sambasunda pun populer dalam istilah World Music.

Bab tiga ini menelusuri gerakan masyarakat seni muda dalam mengidentifikasi diri pada Sambasunda dan World Music. Kehadiran World Music di Bandung menjadikan masyarakat seni muda Bandung berorentasi pada World Music. Dengan mengikuti musik Sambasunda mereka mengidentitaskan dirinya sebagai World Music.

Dengan mengkiblat Sambasunda perilaku musik masyarakat seni muda Bandung hampir sama dengan Sambasunda.

Pada keempat adalah bab analisis. Bab ini akan dibagi menjadi tiga bagian.

Bagian pertama berisi analisa terhadap aspek musik Sambasunda dan proses kreativitasnya. Bagian kedua berisi analisis terhadap proses produksi musik dan distribusi musik. Bagian ketiga berisi analisa terhadap kecenderungan masyarakat seni muda Bandung dalam mengkonsumsi musik Sambasunda.

21

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Bab Kelima merupakan kesimpulan dari penelitian. Bab kesimpulan ini berisi jawaban dari empat rumusan permasalahan yang diangkat, dan menarik jawaban dari keempatnya untuk menjawab pertanyaan utama penelitian ini. Pada dasarnya, kesimpulan ini akan berangkat dari jawaban rumusan masalah yang utama, karena pencarian semua data atau analisis sebelumnya digunakan untuk mencari jawaban dari topic permasalahan tersebut.

22

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II WORLD MUSIC DAN MUSIK INDONESIA

Bab ini menggambarkan sejarah kemunculan World Music, dengan melihat kemunculan World Music dikonteks negara-negara Barat. Kemunculan istilah World

Music di Barat diawali sebagai usaha pengelompokan musik non-Barat. Melihat konteks

Indonesia, istilah World Music digunakan sebagai genre musik campuran. Dengan kehadiran World Music di Indonesia, festival musik bertema World Music pun merebak di Indonesia. Seiring maraknya Festival World Music di Indonesia, grup-grup musik etnis yang berorentasi pada World Music pun bermunculan, terutama diawali oleh kehadiran Festival World Music pertama tahun 2007 bernama Bambu World Music

Fetival. Pada perkembangannya, festival World Music meluas ke kota Bali, Surakarta,

Lampung, Jakarta, Riau, dan Bandung. Bahkan pada saat ini, kota Bandung giat mengadakan event tahun bertema World Music. Tidak disadari maraknya festival World

Music di kota Bandung memunculkan grup-grup musik tradisi yang berorientasi terhadap World Music.

Kemunculan Sambasunda di Bandung mencitrakan dirinya sebagai World Music.

Sambasunda salah satu grup yang muncul tahun 90an, dan masih aktif berkarya musik dan pementasan di luar negeri. Terkenalnya Sambasunda di luar negeri menyebabkan banyak grup-grup musik etnis mengikuti Sambasunda. Sambasunda di mata masyarakat seni muda Bandung dianggap sebagai orientasi, dan juga sebagai kiblat musik mereka.

Tidak disadari kehadiran Sambasunda di Bandung menjadi kiblat musik masyarakat seni muda Bandung.

23

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

A. Sejarah Kemunculan World Music

Apakah semua musik merupakan World Music? Apakah musik memiliki tempat? Apakah World Music dapat dipetakan?

Kemunculan World Music dipersoalkan dengan penggunaan istilah World dalam

Bahasa Indonesia yang berarti dunia. Dunia adalah nama umum untuk menyebutkan keseluruhan peradaban manusia, kondisi manusia secara umum di seluruh Bumi.

Apakah World Music untuk menyebutkan keseluruhan musik yang ada di dunia, bahkan semua musik merupakan World Music. Kesenian Jatilan, Campursari, Calung, apakah merupakan World Music? Kalau merujuk pada istilah World. Bukan peneliti saja yang merasakan kegelisah dengan hal ini. Henry Stobart juga mempertanyakan hal yang sama. Stobart mempertanyakan kenapa The Rolling Stone, Mozart tidak masuk istilah

World Music. Mungkin ini disebabkan musik mereka bukan berasal dari bumi.

13 Ini, menjelaskan kemunculan dan perkembangan World Music dipertanyakan.

Sejarah kemunculan World Music mempunyai beberapa versi dari peneliti terdahulu. Peneliti Veit Erlaman dalam tulisan The Aesthetics of the Global

Imagination: Reflections on World Music in the 1990, pada tahun 1980 menyebutkan istilah World Music muncul untuk musik campuran (Hibrid), seperti karya musik Paul

Simon dan Morris Kante.14 Tahun 1987 Henry Stobart dalam tulisan World Music menyebutkan kemunculan World Music sebagai label industri musik non Barat.15Awal

13HenryStobart, Music Studies: World Music, (New York: Cambridge University Press, 2009), hlm, 98. 14 Esai Viet Erlamann. The Aesthetics of the Global Imagination: Reflections on World Music in the 1990. hal, 467. 15Henry Stobart, Music Studies: World Music (New York: Cambridge University Press, 2009), hlm, 97.

24

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kemunculan World Music dari tulisan ini tidak bisa dijadikan titik pijak sebagai kemunculan World Music. Melihat data-data yang ada kemudian, World Music ini dipetakan menjadi tiga bagian: 1). Kemunculan World Music, 2). Industri World Music,

3). Fenomena World Music.

Wacana kemunculan World Music tahun 1960an, berkat pemikiran peneliti etnomusikologi Robert E. Brown.16 Munculnya World Music di tahun ini, semacam gambaran umum belum sampai kepada sebutan atau pun istilahnya. Sebagai peneliti ia aktif di sebuah organisasi musik yang didirikannya dengan nama Center for World

Music. Organisasi Center for World Music adalah awal istilah World Music. Tujuan organisasi ini adalah memberikan pemahaman tentang musik dunia dan seni pertunjukan melalui lokakarya, konser, dan kuliah. Selain tujuan untuk memahami musik diluar kontek wilayahnya, organisasi ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran budaya dan musik non-Barat.

Penelitian musik diberbagai negara telah dilakukan oleh Robert E Brown, dengan mengunjungi wilayah-wilayah Asia tenggara untuk mendokumentasikan musik tradisi termasuk musik Indonesia. Robert E. Brown juga sempat datang ke Indonesia untuk mendokumentasi rekaman gamelan Gending Ketawang Puspawarna, Gending

Bonang Babar Layar,Gending Ela-ela Kalibeber dan Ayak-ayakan Kaloran di pendapa

Mangkunegara Surakarta.17 Metode penelitian etnomusikologi memunculkan embrio

World Music. Sebab penelitiannya itu, Robert E Brown mempunyai data-data musik

16 Herry Dim, “World Music Bagi Bandung”, dalam Pikiran Rakyat, 10 November 2010, hlm, 3. 17 Dilihat https://www.discogs.com/Unknown-Artist-Javanese-Court-Gamelan-Volume- II/release/7512410 (diakses pada tanggal 27 Mei 2017).

24

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dari berbagai negara. Dengan ini, kemunculan World Music juga tidak bisa lepas dari pengaruh etnomusikologi.

Perkembangan etnomusikologi ditandai dengan munculnya istilah Comparative

Musicology tahun 1880an. Sebagai studi formal, Comparative Musicology berfokus pada penelitian musik-musik di luar Barat. Pada saat kehadirannya, Comparative

Musicology memandang musik di luar Barat dianggap musik pra-sejarah.18 Comparative

Musicology dapat ditelusuri dalam karya Guido Adler yang menuliskan outline tentang studi musik secara ilmiah tahun 1885an. Outline ini membicarakan bahwa studi ilmiah musik dapat dibagi menjadi dua, yaitu studi sejarah dan studi sistematiknya. Studi sistematik ini, diuraikan menjadi tiga wilayah teori, estetika, pedagogi, dan musikologi.

Guido Adler memilih istilah musikologi, yaitu Comparative Musicology. Tugasnya ini melakukan melakukan studi perbandingan terhadap produk musik yang dihasilkan oleh rakyat dari masyarakat yang berbeda daerah dan wilayah. Tujuan Music Comparative ini adalah untuk pengkelompokan dan membagi musik berdasarkan perbedaan karakter musiknya.

Ditandai dengan hadirnya Comparative Musicology, penelitian musik di zaman itu berkembang dengan munculnya ilmu musik dan sains. Comparative Musicology tidak hanya berfokus pada pengelompokan musik, namun ia konsen melihat perbandingan secara intramusikal dan ekstramusikal. Perbandingan tangga nada salah satu praktik Comparative Musicology yang mengunakan alat Gramofon (1877).19

18 Rahayu Supanggah, Etnomusikologi (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995), hlm, 44. 19 Ibid., hlm, 5.

25

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gramofon ialah hasil penemuan seorang ahli fisika dan fenetik yang menciptakan sistem pengukuran terhadap jarak nada (interval) yang terdapat di antara nada-nada.

Gramofon digunakan untuk mengetahui getaran bunyi yang dihasilkan oleh alat musik.

Seperti instrumen saron pada gamelan, alat itu menggukur nada slendro dari 6 ke nada 5 mempunyai jarak interval 240 cent dan dibandingkan dengan nada pelog yang mempunyai perbedaan interval.20

Analisis musik pada zaman itu menjadi daya tarik filsuf di luar disiplin musik.

Carl Stump (1885) ialah seorang filsuf ilmu pengetahuan alam yang bereksperimen dengan musik. Antropolog Franz Boas pada mulanya adalah sarjana ilmu fisika dan geografi, namun banyak karyanya mewarnai disiplin musik. Perkembangan musik di waktu itu, ditandai dengan kemajuan teknologi Gramofon alat untuk mengukur nada.

Pada tahun 1890an teknologi fonograp digunakan untuk merekam musik. Dengan majunya teknologi rekaman musik, peneliti musik giat melakukan pendokumentasian musik diberbagai daerah. Walter Fewkes dalam sejarah musik dianggap sebagai orang pertama yang merekam musik Indian Passamuquoddy di Maine.21 Ia kemudian melakukan rekman musik di Zni di New Mexico. Hasil rekaman ini dilihat sebagai penemuan pertama di bidang rekaman musik.

Pada 1901, berdiri Universitas Musical Etnografi Commission di Moscow yang dipengaruhi oleh Walter Fewkes. Universitas ini memusatkan perhatian pada rekaman musik dan pentranskripsian. Lagu-lagu rakyat,musik tradisional Rusia, danmusik negara

20 Iwan Natapradja, Sekar Gending, (Bandung: Karya Cipta Lestari, 2003), hlm, 20. 21Rahayu Supanggah, Etnomusikologi (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995), hlm, 6.

26

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

lain menjadi kajiannya. Perekaman musik dilakukan di Ukraina, Georgia, dan ditengah- tengah bangsa Mongolia. Dokumentasi musik hasil penelitian terdahulu dikumpulkan untuk disimpan di Polandia. Penyimpanan hasil rekaman ini dikembangkan untuk kepentingan pendokumentasian musik.

Dokumentasi musik menjadi sumber pengetahuan bagi musikologi. Rekaman musik diberbagai daerah dinotasikan untuk dipelajari. Bersumber pada catatan notasi musik, para musikolog mempelajari musik dengan pendekatan historis terhadap musik

Barat. Kekurangan dari pendekatan musikologi ini adalah, kurangnya pendekatan konteks musik ditengah masyarakat.

Pada perkembangannya, etnomusikologi, didefinisikan sebagai studi tentang musik di dalam masyarakat dan budaya. Dengan ini istilah etnomusikologi dan musikologi memiliki perbedaan. Sebagaimana musikologi sendiri selalu identik dengan studi tentang musik Barat, dan etnomusikologi sendiri identik dengan kajian musik non-

Barat.

Istilah etnomusikologi mulai menjadi sorotan dari karya Jaap Kunst, dalam bukunya yang berjudul Musicologica: a Study of the Nature of Ethnomusicology, its

Problem, Methods, and Representative Personalities 1950an.22 Dalam tulisannya Jaap

Kust mempunyai pandangan bahwa etnomusikologi tidak tepat untuk digunakan dalam penelitian musik, hal yang tidak diinginkan oleh Jaap Kust dalam tulisan ini bahwa musik tidak bisa dimasukin oleh metode lain. Dengan kata lain Jaap Kust ingin

22Rahayu Supanggah, Etnomusikologi,(Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995), hlm, 1.

27

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

memurnikan ilmu musik yang berdiri sendiri dan tidak berdampingan dengan metode fieldwork yang dikembangan oleh antropologi. Pendapat Jaap Kust metode penelitian musik non Barat lebih tepat digunakan Comparative Musicology.

Perkembangan fonograf ke tape recorder tahun 1950an merupakan komersialisasi musik non-Barat. Koleksi musik dijual belikan secara komersil lewat museum Fur Volkerkunde di Berlin Barat. The Sound Of Africa ialah nama album yang terdiri 210 rekaman musik. Piringan hitam berisikan musik dan nyanyian Afrika bagian timur dan selatan dijual belikan.23

Seperti diungkapkan di atas bahwa kemunculan World Music adalah salah satu metode pengelompokan musik non-Barat oleh etnomusikolog. Perkembangan etnomusikologi dan perkembangan tape recorder menjadi titik temu embrio pengkelompokkan musik itu muncul. Tahun 1987 muncul pemikiran bisnis musik untuk memasarkan musik non-Barat, seperti musik Afrika, Amerika Latin. Beberapa label industri musik berkumpul di satu pub di kota London. Mereka berkumpul untuk membicarakan strategi pemasaran musik non-Barat. Istilah World Music sendiri diberikan untuk menghindari istilah etnis, non-Barat, atau bahkan primitif.24 Selain itu, istilah World Music pada tahun 1980an digunakan sebagai program pendidikan di

Amerika Serikat. Penggunaan istilah World Music untuk studi ini ditunjukan,untuk memaparkan fenomena musik di luar Barat, yang belum banyak dikenal.

23Rahayu Supanggah, Etnomusikology, (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995), hlm, 12. 24Henry Stobart, Music Studies: World Music, (New York: Cambridge University Press, 2009), hlm, 98.

28

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pada perkembangannya, dua hal tersebut memiliki efek negatif. Yang pertama, di ranah industri musik, hal tersebut membuat musik-musik pada etnis tertentu menjadi tereksploitasi, dan World Music sendiri menjadi lahan bisnis bagi perusahaan rekaman.

Pada ranah pendidikan studi keilmuan, World Music mengalami pergeseran dari konsep awal World Music. Pada awalnya konsep World Music menjelaskan tentang musik tradisi, musik pada etnis tertentu, dan bahkan musik pada adat tertentu. Sedangkan pada perkembangnya para intelektual musik mencoba membuat kategori-kategori dari musik etnis tertentu, dan mencoba membuat istilah-istilah aliran musik dengan sewenang- wenang sebagai contoh adalah, Cuban hip-hop, Brazilian, Death Metal dan lain-lain.

Kehadiran industri rekaman mengarahkan musik lokal kearah campuran.

Dengan mencampurkan alat musik dan pola ritme dari berbagai daerah, musik ini menjadi bercorak World Music. Misalnya musik Jazz, ketika musik tersebut diubah dengan penambahan ritme lokal dan instrumentasi, Jazz ini kemudian mempunyai corak

World Music.25 Sebagaimana yang dikatakan Timoty Brenan dalam World Music Does no Exist, bahwa Industri rekaman mengarahkannya ke musik campuran. Proses ini sebagai model musik baru atau yang dikatakan Veit Erlaman sebagai musik estetika baru.26 Tidak disadari makna World Music kemudian bergeser pada wilayah percampuran musik, bukan lagi sekedar pengelompokkan musik.

Percampuran musik Barat dan Timur bukan pertemuan budaya lagi. Bagi Suka

Hardjana, percampuran ini sebagai fenomena budaya global yang dimiliki kita

25 Esai, Timoty Brenan dalam “World Music Does no Exist”. hlm, 48. 26 Esai Viet Erlamann. “The Aesthetics of the Global Imagination: Reflections on World Music in the 1990.” hlm, 484.

29

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bersama.27 Tentunya rasa memiliki budaya bersama ini, batasan-batasan pertemuan budaya melebur dalam musik. Percampuran budaya ini, tentunya bisa dilihat dalam dua sisi. Pertama posisi masyarakat Barat melihat budaya Timur, dan kedua Timur melihat budaya Barat. lebih jauhnya praktik ini dikatakan Suka Hardjana sebagai “demam eksostisme suara-suara dari Timur”. Bahkan Suka Hardjana pun menjelaskan bagaimana demam eksotisme suara-suara dari timur.

Pada abad ke-20an maestro Biolinis Yehudi Menuhin yang menjadi orang nomor satu musik Barat melakukan kolaborasi global mengejutkan dengan pemain nomor satu musik India Ravi Shankar. Pembauran virtuoso antara instrumen biola dengan sitar dan tabla itu mengejutkan dunia, sekaligus menjadi model dan tren baru pendekatan budaya Barat-Timur.28

Fenomena ini adalah bentuk budaya yang dimiliki bersama. Tidak hanya Ravi

Shankar saja yang memiliki musik India, akan tetapi Biolinis Yehudi pun memilikinya.

Dengan percampuran musik Barat dan Timur tentunya masing-masing musisi ini mempunyai rasa memiliki budaya keduanya. Bahkan Biolinis Yehudi pun berkoraborsi dengan Ravi Shankar mempunyai rasa ketertarikan dengan musik India. Tidak hanya

Biolinis pun yang mempunyai “demam eksostisme dari timur” masyarakat Barat pun mempunyai hal sama. Bahkan sampai di ikuti oleh kelompok-kelompok band legendaris, seperti The Beatles, Rolling Stone, Bon Jovi, dan kelompok-kelompok musik Jazz, Rock, pop dan sebagainya.29

27Suka Hardjana, ESTETIKA MUSIK SEBUAH PENGANTAR, (Yogyakarta: Art Music Today, 2018), hlm, 159. 28Ibid., hlm. 158. 29Ibid., hlm. 159.

30

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. World Music di Indonesia

Menurut saya World Music itu campuran musik, yang dimasukkan pada pola permainan musik tradisi, contohnya musik Sunda dimasukan beat Salsa, Regge atau Samba nah disini yang dimaksud percampurannya.30

Keberadaan World Music di Indonesia tidak ada sejarah yang jelas dari peneliti musik terdahulu. Tapi, embrio World Music di Indonesia tidak disadari telah muncul sejak abad ke 20an. Di abad ini musik Indonesia dalam pencarian identitasnya, dengan melakukan pertukaran Composer Indonesia dan Belanda. Composer yang terlibat dalam pertukaran ini adalah, RM. Soewardi Soerjaningrat, R.M. Soejo Poetro, R.

Atmadarsana, R. Soehardjo dan R. Machjar Angga Koesoemadinata. Composer

Belanda, termasuk Nyonya Hoffman, Dirk Shafer, Emeil Hullebroeck, Bernad Van Den

Sigtenhorst, Henk Bading, Fred Belloni, Constant Van De Wall, dan Paul Seelig.

Kehadiran Composer Belanda di Indonesia pada saat itu menebus kehidupan elite lokal melalui musik Eropa nya. Dalam konteks pendidikan hal ini mempengaruhi munculnya sekolah kejuruan Kweekschool.

Kweekschool ialah sekolah menengah kejuruan yang muncul awal abad ke-

20an. Sekolah ini muncul sebagai lembaga sosial yang mampu menghasilkan kaum pribumi sebagai Composer dan intelektual. Kemunculan sekolah ini dilihat sebagai awal

Composer Indonesia mulai terlibat dalam pencarian ekspresi musik dan estetika gaya modern. Abad ini menunjukkan lahirnya orang Indonesia yang mengenal musik seni.

30 Wawancara dengan Nendar, dilakukan pada tanggal 7 Juni 2016.

31

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

“Composer R.M Soewardi Soerjanngrat lebih dikenal dengan nama Ki Hadjar Dewantara. Ki Hadjar Dewanatar ialah salah satu Composer musik dan sekaligus alumni sekolah Kweekschool. Pada tahun 1916, Ki Hadjar Dewantara membuat sebuah karya musik untuk dimainkan instrumen biola sopran dan piano. Karya musik ini disebut Kinanthie Sandoong, musik ini terinspirasi dari bentuk Syair Macapat dengan nama yang sama. Ki Hadjar Dewantara dalam membuat musik ini memiliki kesamaan dalam praktik musik Barat. Kinanthie Sandoong mempunyai keunikan tersendiri dimana musik Barat dan gamelan Jawa saling mempengaruhi. Bentuk musikal Kinanthie Sandoong tidak mirip dengan musikal gamelan. Penggunaan instrumen piano menggantikan fungsi Gender dalam gamelan, sebagaimana instrumen gender ini sebagai pengiring vokal. Disini, penggunaan instrumen piano mempunyai fungsi yang sama dengan gender untuk mengiring vokal dan mengantar jalannya nada-nada serta permainan piano ini dikuatkan dengan improvisasinya. Keunikan musik inikonsep harmoni tri accord, sebagaimana konsep ini tidak ada dalam permainan gamelan, makanya Ki Hadjar Dewantara pada waktu itu Composer yang mengubah konsep gendhing tradisional menjadi model komposisi seni musik Barat”.31

World Music di Indonesia dikaitkan dengan percampuran musik. Jika konteks percampuran musik dinilai sebagai World Music, sebagaimana yang telah dipraktikan

Ki Hadjar Dewantara dan Kinanti Sandoong, Embrio World Music telah muncul pada tahun 1916an. Musik-musik tradisi baru dikateggorikan sebagai World Music, bahkan festival kesenian digantikan oleh World Music. Dalam pengamatan di lapangan, bahwa istilah World Music ini mampu menggeserkan istilah tradisi. Istilah tradisi bagi pemerintah Yogyakarta mungkin menjadi kebanggaan sampai-sampai di Kabupaten

Gunungkidul mempunyai slogan Ngawuri-wuri Tradisi, bahkan sampai sekarang pemerintah Yogyakarta giat mengadakan Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) sebagai perayaan tradisi. Akan tetapi, bagi pemerintah Jawa Barat istilah tradisi mulai digantikan dengan istilah Global.

31Esai,R. Franki S. Notosudirdjo dalam “Musical Modernism In The Twentieth Century,” hlm, 130.

32

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

“Menteri Pariwisata Arief Yahya berharap festival ini dikelola dengan standar internasional dan dikemas dengan profesional. Selain itu juga, memperkuat identitas kota Bandung sebagai kota kreatif dan kebanggaan warga di masa yang akan datang. Yang membedakan Matasora World Music ini lebih menampilkan unsur lokal dan tradisi, berbeda dengan festival yang selama ini ada dengan menampilkan konsep pop”.32

Festival World Music di Indonesia sebagai perayaan musik tradisi. Perayaan musik ini memberi celah bagi musik tradisi untuk populer. Dengan kehadiran World

Music ini, semakin banyak lahan pertunjukan. Festival ini menjadikan lahan baru dalam pertunjukan Wolrd Music. Bahkan Wolrd Music sebagai lahan pertunjukan global.

Sebagaimana Wolrd Music memunyai jaringan diberbagai negara.

Fenomena percampuran musik ini, bagian dari cara mempertemukan kedua budaya. Pada abad 20an menunjukkan lahirnya orang Indonesia yang mengenal musik seni (musik Barat). Abad ini juga awal perjumpaan musik Timur dengan Barat. Dengan munculnya Ki Hadjar Dewantara dan Kinanti Sandoong tentunya masyarakat Indonesia telah melihat musik Barat. Sebagaimana, dikatakan Suka Hardjana percampuran ini sebagai “demam eksotisme suara-suara”.

Demam eksotisme tentunya berbeda pandangan composer di Indonesia dengan

Barat. Saya melihat dalam World Music ini bagian dari pandangan terhadap musik luar.

Bagaimana composer Indonesia ini memandang musik Samba, Jazz, Latin, dan Rock, dengan rasa ke Indonesiannya. Tentunya suara-suara Kinanti Sandoong, Sambasunda mapun Jazz Jawa tidaklah sama dengan suara-suara aslinya. Bagi, Suka Hardjana World

Music ini telah mendobrak batasan-batasan budaya yang dulu telah menjadi pemisah

32Dilihat http://www.pikiran-rakyat.com/hidup-gaya/2017/07/22/matasora-world-music-festival-meretas- jalan-jadi-barometer-world-music (diakses pada tanggal 23 Juli 2017)

33

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

antara pergaulan manusia, kini telah berubah menjadi batasan-batasan imajiner yang lebih nyata dan dapat dirasakan dalam karya musik yang berorientasi pada World

Music.33

2. Festival World Music di Indonesia

Menurut Alessandro Falassi dalam buku Time Out of Time, festival ialah sebuah peristiwa budaya yang beragam, pesta atau upacara suatu komonitas yang berkenaan dengan ritus lingkungan, mata pencaharian, syukuran, atau keagamaan.34 Bahkan festival ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu festival yang berkaitan dengan upacara ritual keagamaan, dan festival yang berkaitan dengan kegembiraan. Fenomenanya, festival saat ini lebih berkaitan dengan kegembiraan dan mata pencaharian. Bagaimana tidak, setiap festival diselenggarakan menjual keunikan untuk magnet bagi para penonton. Dengan meriahnya festival ini, tentunya memperoleh keuntungan financial.

Bahkan pada praktiknya sebuah festival sering dikaitkan dengan industri pariwisata.

Kehadiran festival bagi pemerintah suatu keuntungan untuk meningkatkan ekonomi. Dengan adanya keuntungan yang dihasilkan dalam festival ini, pemerintah pun tidak diambil pusing dalam permodalan. Bahkan pemerintah pun rela memberikan dorongan secara materi asalkan industri pariwisata maju dan bisa mendatangkan wisatawan macanegara untuk mengunjungi Indonesia. Tidak heran juga festival besar sering diadakan di tempat-tempat pariwisata dan kota-kota besar seperti Bali, Lampung,

Jakarta dan Bandung.

33Suka Hardjana, Estetika Musik Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: Art Music Today, 2018), hal, 158. 34Joko Aswoyo, “Festival Lima Gunung Di Magelang”, dalam Greget Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Seni, Vol. VIII No. 1/februari 2010, hlm, 247.

34

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Penyelenggaraan festival musik, bagi pemerintah sebagai media promosi budaya.

Pada umumnya pemerintah mengadakan festival musik untuk membidik wisatawan.

Bahkan diadakannya festival musik ini bisa mendatangkan sepuluh juta wisatawan macanegara.35 Kehadiran wisatawan ini hanya ingin mengunjungi tempat wisata dan menikmati pertunjukan musik. Tentunya kehadiran festival ini sebagai sarana hiburan dan untuk mempromusikan budaya Indonesia.

Tren festival musik di Indonesia selalu menggunakan istilah internasional. Seperti festival gamelan Internasional, World Dance, dan festival Topeng Internasional. Bahkan fenomena istilah ini pun digunakan dalam musik, seperti festival World Music. Festival

World Music akhir-akhir ini menjadi trend dikalangan musisi. Bahkan kota Bandung pun mengadakan Matasora World Music Festival. Festival Matasora World Music ini, tidak hanya sebatas trend. Lebih jauhnya bertujuan untuk meningkatkan budaya masyarakat dunia serta menumbuhkan industri pariwisata Indonesia.36 Tidak kalah dengan kota Bandung, Lampung mengadakan festival yang serupa bernamakan Bokor

World Music. Hal semacam ini bisa kita lihat dari banyak festival musik di Indonesia mereka berlomba-lomba mencari keunikan, dan bagi pemerintah festival ini sebagai keuntungan untuk menarik wisatawan berbagai daerah.

35Dilihat, http://hiburan.metrotvnews.com/read/2015/11/03/187124/bali-world-music-festival-ajang- musik-etnik-terbesar-di (diakses pada tanggal 15 Maret 2016).

35

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pada tahun 2010 di kota Bandung sempat gempar oleh festival World Music.

Munculnya festival yang bertemakan World Music dalam waktu satu tahu bisa diadakan tiga event yang diselenggarakan. Event yang bertemakan World Music di Bandung antaranya Bambu Nusantara World Music Festival, Bandung World Jazz Festival, dan

Monju West World Music Festival, dan Mata Sora World Music Festival.

Bermunculannya festival World Music di Bandung, menyebabkan banyaknya kelompok musik anak muda yang mengidentifikasikan diri pada World Music. Bandung menjadi berbeda dari kota-kota yang lain baik tren budaya, fashion dan musik selalu mengarah ke Internasional. Seperti Max M. Richter melihat perkembangan musik

Indonesia.

In Yogyakarta musicians tend to focus on social concerns through mixing poetic lyrics with traditional musical forms. Bandung leads in national and international fashion and trens.37

Adanya festival World Music di Bandung menjelaskan kota ini terdepan dalam budaya anak muda, sehingga tren budaya di masyarakat Bandung menyebar ke berbagai wilayah Indonesia. Merebaknya World Music di Bandung sempat memunculkan kecemasan di masyarakat. Setidaknya dapat dibaca dari pemberitaan media massa.

Pikiran rakyat 10 November 2010 mengangkat fenomena World Music. Dari judul liputan “World Music bagi Bandung,” liputan ini menggambarkan adanya kecemasan bagi masyarakat Bandung. Kecemasan ini mempertanyakan asal-usul istilah World

Music. Setidaknya tulisan ini mempertanyakan apakah World Music bermanfaat bagi masyarakat Bandung ataupun tidak. Akan tetapi selama ini, festival World Music gencar

37 Max M. Richter, Musical Worlds in Yogyakarta, (Australian: KITLV Press, 2012), hlm, 10.

36

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mengadakan acara. Bagaimana World Music ini telah menjadi agenda tahunan perayaan musik dunia.

Awal keberadaan festival World Music di Indonesia pada tahun 2007 dalam acara Bambu World Music Festival. Pada tahun 2007 kemunculan istilah World Music dalam festival musik Indonesia. ini diselenggarakan oleh Republic of Entertainment, serta didukung oleh Departemen Budaya dan Pariwisata Republik Indonesia yang sekaligus memperingati HUT RI 62.38 Festival Bambu World Music dimeriahkan oleh grup musik asal Indonesia seperti: Krakatau, Sambasunda, Discus, Andiens, I Gusti

Kompyang Raka dan Swarawati.

Selang dua tahun, Monumen Juang West Java World Music Festival diadakan pada tahun 2010. Media cetak pikiran Rakyat, mempublikasikan festival musik yang bertema, Monumen Juang West Java World Music Festival. Festival ini dilaksanakan di

Kota Bandung yang diikuti oleh 60 Grup musik yang beraliran musik Bambu, seperti

Angklung, Calung, Kerinding, Cetik Lampung dan Suling. Dalam acara ini dimeriahkan oleh grup musik Balawan, Sambasunda serta negara , Singapura, dan

Norwegia. Menurut sekretaris Kota Bandung Edi Siswandi mengatakan festival ini menjadikan alat untuk mempromosikan industri kreatif di Bandung. Sementara Wakil

Gubernur Dede Yusuf mengatakan festival World Music merupakan kegiatan untuk mengenalkan alat musik tradisional Indonesia.

38Dilihat, http://www.wartajazz.com/news/2010/11/09/monju-west-java-world-music-festival-akan- digelar-di-bandung(diakses pada tanggal 15 Maret 2016).

37

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Perkembangan Seni Pertunjukan Sunda

Secara garis besar, seni pertunjukan di Indonesia terbagi ke dalam tiga perkembangan. Pertama tradisi-tradisi yang hidup, kedua seni modern, dan ketiga periode masa kini.39 Bagi, Claire Holt dalam buku melacak jejak perkembangan seni di

Indonesia, bahwa untuk melihat perkembang seni pertunjukan dapat di lihat dalam bentuk periode ini. Perkembangan seni pertunjukan Sunda diawali dengan tradisi-tradisi yang berkembang di tengah masyarakat. Dengan hadirnya gamelan kuno, yaitu goong renteng (gamelan renteng). Diperkirakan goog renteng ini dikenal masyarakat Sunda pada masa Hindu-Budha, setidaknya pada abad ke-16 masehi.40 Hal ini keberadaan goong renteng lebih tua dari pada gamelan salendro/pelog yang diperkirakan impor dari

Jawa pada abad ke 17 masehi. Ketika itu Jawa Barat berada di bawah kekuasaan kerajaan mataram (Islam) periode pemerintahan Agung.

Istilah goong identik dengan gamelan, sedangkan kata renteng (berderetan) adalah bahasa Sunda yang bermakna penempatan penclon yang diletakan secara sejajar. Maka istilah goong renteng adalah gamelan berupa bonang yang diletakkan secara berderetan.

Namun posisi peletakan bonangnya berbeda dari gemelan slendro/pelog Jawa atau pun gamelan salendro/pelog Sunda yang diletakan dengan dua deretan. Sedangkan goong renteng mempunyai kesamaan dengan bonang gamelan degung, reyong Bali, dan talepong di Minangkabau.

39 Claire Holt, Melacak perkembangan seni pertunjukan di Indonesia, (Bandung : Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, 2000), hlm, xxx. 40 Mariko Sasaki, Laras Pada Karawitan Sunda, (Bandung: Past Upi, 2007), hlm, 113.

38

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Goong renteng secara fisik mirip dengan gamelan degung, sehingga ada yang menduga bahwa gamelan degung merupakan perkembangan dari gong renteng. Goong renteng merupakan gamelan yang digunakan di kalangan masyarakat pedesaan. Bagi

Jaap Kust, bahwa gamelan renteng pada masa lalu, muncul di kalangan masyarakat agraris Sunda.41 Bahkan goong renteng ini ditabuh pada saat panen padi. Menurut

Mariko sasaki dalam buku laras pada karawitan Sunda, menjelaskan mengenai fungsi goong renteng.

Gamelan gong renteng dimainka pada saat panen padi, selama masyarakat sedang memetik padi goong renteng ditabuh di saung (sebuah gubuk untuk istirahat yang ada di tengah sawah). Setelah padi dibawa kerumah, disimpan di dalam lumbung (goah), kemudian pada malamnya diadakan upacara ritual (selamatan atau syukuran) yang disebut netepan pare, dan pada saat itu juga goong renteng ditabuh sebagai pengiring upacara.42 Fungsi gamelan goong renteng sebenarnya belum diketahui pasti. Tapi melihat data di lapangan fungsi goong renteng sebagai sarana hiburan masyarakat pedesaan dan sekaligus awal kemunculan gamelan di Sunda. Secara fisik, goong renteng mempunyai kemiripan dengan gamelan degung. Tetapi, dalam hal usia goong renteng dianggap lebih tua keberadannya dari pada gamelan degung.

Ada beberapa seni pertunjukan di wilayah Sunda yang masih populer. Antara lain gamelan degung, , dan tembang sunda. Akan tetapi, dalam penjelasan perkembangan seni pertunjukan ini. dengan melihat awal kemunculan gamelan di

Sunda. Dengan melihat gamelan goong renteng ini bisa melihat perkembangan musik karawitan masa lalu dan masa kini. Dengan ini pada tradisi-tradisi yang hidup,

41 Mariko Sasaki, Laras Pada Karawitan Sunda, (Bandung: Past Upi, 2007), hlm, 61. 42 Ibid., hlm, 51.

39

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menjelaskan tiga kesenian antara lain: goong renteng, dan gamelan degung. Kedua kesenian ini diambil untuk gambaran musik karawitan masa lalu.

Gamelan degung merupakan gamelan khas Sunda, sekaligus pada saat ini salah satu genre pokok dalam kesenian Sunda. Kemunculan gamelan degung di wilayah

Sunda masih mempertanyakan di mana munculnya dan siapa penciptanya. Sampai saat ini belum ada keterangan jelas. Namun pastinya gamelan degung ini merupakan perkembangan dari goong renteng.

Awal perkembangan gamelan degung diperkirakan sekitar akhir abad ke-18 dan abad ke-19 Masehi. Perkembangan gamelan degung dapat dilihat pada waktu penjajahan Belanda. Pada pemerintahan Belanda ini, kaum diangkat sebagai bupati untuk memerintah penduduk pribumi. Pada masa itu juga gamelan degung berkembang di wilayah bangsawan, dan hanya dipergunakan dalam lingkungan kabupaten. Pada zaman penjajahan Belanda sekitar 1920-an, di kabupaten Bandung mempunyai lima perangkat gamelan degung. Selain itu terdapat juga di kabupaten- kabupaten lainnya. Misalnya tujuh perangkat di kabupaten Sumedang, lima perangkat di kabupaten Cianjur, dan dua perangkat di kabupaten Tasikmalaya.

Perkembangan instrumen gamelan degung hanya terdiri dari bonang, saron, jenglong, dan goong. Jumlah instrumen gamelan degung ini sangat mirip dengan stuktur instrumen goong renteng, sehingga ada yang berpendapat bahwa gamelan degung perkembangan dari goong renteng. Akan tetapi lambat laun gamelan degung mulai berkembang dengan penambahan instrument dan bentuk pertunjukannya. Pertunjukan

40

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

gamelan degung disajikan secara instrumental tanpa vocal, dan repertoar lagunya juga masih sangat terbatas, lagu yang tercatat pada waktu itu adalah antara lain Galatik

Mangut dan Ayun Ambing.

Kemundian perkembangan gamelan degung lambat laun mulai menyebar di luar kabupaten. Bahkan masyarakat umum pun mulai mengembangkan gamelan degung.

Sehingga gamelan degung waktu itu berkembang pesat, dan mulai muncul repertoar lagu baru. Sejak tahun 1920-an, sebagai usaha untuk mengembangkan gamelan degung, seorang seniman yaitu Mang Idi mulai menambahkan instrumen suling dan sebagai salah satu instrumen gamelan degung. Bahkan Mang Idi dan seniman-seniman lainnya mengarang lagu baru. Lagu-lagu yang diciptakan pada saat itu disebut sebagai lagu klasik.

Namun perkembang gamelan degung, pada masa penjajahan Jepang sempat berhenti. Pada tahun 1956-an sebagai usaha untuk membangkitkan kembali, acara gamelan degung mulai disiarkan di RRI Jawa Barat secara rutin oleh Entjar Tjarmedi.43

Dan pada saat itu juga gamelan degung mulai di masuknya vokal ke dalam gamelan degung. Lagu gamelan degung yang dilengkapi nyayian disebut degung kawih dan gamelan degung instrumental disebut gamelan klasik.

Karawitan Sunda berkembangan di masyarakat bawah (seni kerakyatan).

Sehingga keseniannya perkembang tidak seragan, baik istilah, maupun permainannya tidak seragam. Berbeda dengan karawitan Jawa terdapat keraton berkuasa, dan keraton

43 Mariko Sasaki, Laras Pada Karawitan Sunda, (Bandung: Past Upi, 2007), hlm, 64.

41

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pun merupakan sentra kebudayaan. Menurut Mariko sasaki dalam buku laras pada karawitan Sunda, menjelaskan mengenai Karawitan Sunda dan Jawa.

Karawitan Jawa dan Karawitan Sunda masing-masing memiliki ciri khas tersendiri. Perkembangan karawitan di Jawa terdapat keraton berkuasa. Keraton ini berabad-abad merupakan sentra keudayaan. Adanya sentra kebudayaan maupun sumber rujukan kebudayaan. Oleh karena adanya sentra kebudayaan, karawitan Jawa merujuk pada keraton. Adanya sentra kebudayaan, melihat gamelan Jawa dari segi unsur musikalitasnya yaitu teori, istilahnya, maupun cara permainannya, terdapat kesamaan. Teori dan istilahnya pun oleh para seniman gamelan Jawa di mana pun sama, baik di kalangan keraton mapun di masyarakat umum dan kalangan akademis. Selain itu, pada gamelan Jawa permainan vokal (sinden) maupun instrumen melodis seperti rebab, gender, atau gambang, diatur oleh cengkok. Cengkok merupakan semcam kaidah atau aturan yang harus di patuhi dalam memainkan instrumen melodi ini. Walapun setiap seniman mempunyai cengkok yang berbeda akan tetapi mempunyai kesamaan.44

Tetapi di samping itu, masih terdapat salah satu faktor lain yang barangkali khas untuk budaya Sunda. Seperti sudah dikatakan di atas, budaya Sunda sangat diwarnai oleh unsur musik rakyat (folklor) yang bersifat hiburan, sebab secara perkembangan karawitannya tidak seragam. Bahkan perkembangan gamelan degung pun tidak seragam dalam bentuk permainannya. Tidak adanya sentra kebudayaan juga, pertunjukan Sunda berkembang pesat dan mempunyai ciri khas berbeda dari berbagai wilayah di Jawa

Barat. Selain itu, pada kesenian pun berkembang pesat berkat tokoh-tokoh seni terdahulu. Tidak adanya sentra budaya masyarakat mempunyai kebebesan dalam menciptakan, merubah, mencampurkan musiknya demi menciptakan musik baru.

Seperti yang telah dilakukan oleh Mang koko dengan wanda anyarnya (kreasi baru).

44Ibid., hlm, 114.

42

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Eranya Mang Kokoan

Sekitar tahun 1950an disebutkan sebagai eranya Mang kokoan. Koko koswara atau Mang koko pada jamannya dikenal sebagai tokoh karawitan Sunda. Dengan gaya dan ciri khasnya dalam bermusik, Mang koko menidentitaskan musiknya sebagai

Wanda Anyar (Kreasi Baru).45 Karya-karya Mang koko pada waktu itu banyak menggunakan instrumen gamelan pelog dan kacapi. Bahkan dalam karyanya pun banyak terpengaruhi oleh konsep gamelan Jawa, dapat dilihat dalam karyanya.

Dalam kegiatan berkesenian merupakan hobi utama Mang koko, selalu melakukan dan tidak pernah berhenti berkarya baik berada di Bandung maupun di daerah kelahiranya Tasik. Mang koko kembali ke Bandung sejak tahun 1950an, dan bekerja di jawatan penerangan provinsi Jawa Barat. Melalui lembaga ini Mang koko semakin dikenal masyarakat Bandung, dengan aktivitasnya dalam berkesenian. Bahkan karyanya pun banyak menarik perhatian publik, setelah ia mengajar di KOKAR (Konservatori

Karawitan) nama Mang koko semakin besar dan terkenal di mata masyarakat Jawa

Barat.

Tahun 1961 Mang koko mengajar di SMKI Bandung, bahkan selama 6 tahun hingga pensiun ia menjadi direkturnya. Ketika Mang koko memimpin KOKAR, pada tahun 1971an mendirikan ASKI (akademi seni karawitan Indonesia). Pada tahun 1974 yaitu setelah pensiun dari KOKAR, Mang koko diangkat menjadi dosen luar biasa dan sebagai ketua jurusan karwitan ASTI Bandung.

45Tardi Ruswandi, “Kreativitas Mang Koko Dalam Karawitan Sunda”, Disertasi untuk mencapai gelar Doktor Universitas Padjadjaran, Bandung, 2016, 93.

43

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Melalui pendidikan seni formal inilah, Mang koko berharap agar ke depannya para seniman harus bergelar sarjana, bukan bergelar “Mang” seperti dirinya.

Berdasarkan jenis karya-karyanya, Mang koko memunyai karya karawitan Sunda. Sekar

Jenaka, lagu-lagu kawih, gamelan wanda anyar, kacapian, etude kacapi, dan drama suara atau gending karesmen.46 Dalam hal kreativitas, Mang koko dapat dikatakan pelopornya. Hal ini disebabkan karena Mang koko banyak menularkan konsep kreativitas kepada seniman generasi berikutnya, dalam arti karya Mang koko dijadikan pijakan oleh para seniman generasi penerus. Bahkan ketika membuat karya baru karawitan mereka meniru Mang koko. Hal itu, Mang koko menjadi figur seniman.

Mang koko termasuk salah seorang seniman yang produktif dalam membuat lagu.

Seluruh ciptannya tidak kurang dari 398 buah, baik vokal maupun instrumental. Ada beberapa yang mendorong Mang koko untuk membuat karya, diantaranya adalah respon terhadap siatuasi lingkungan, ingin mendidik generasi penerus, dan hasrat mengekspresikan rasa estetis secara murni.

Eksplorasi Mang koko dalam keterampilan berolah vokal di antaranya: membuat lagu sederhana untuk tingkat usia sekolah dasar dan menengah, membuat lagu yang melodinya sulit untuk tingkat dewasa dan orang tua, membuat lagu berdialog, dan membuat paduan suara. Karya Mang koko tidak hanya merespon di wilayah pendidikan saja. akan tetapi eksplorasi karyanya banyak di diperngaruhi oleh respon lingkungan sosial.

46Dieter Mack, Sejarah Musik Jilid 4, (Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi, 2009 ), hlm, 540.

44

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Membuat karya atas respon terhadap situasi lingkungan. Karya Mang koko adanya dorongan respon terhadap situasi lingkungan. Lewat karya vokalnya ini dengan memperhatikan isi lirik situasi sosial, politik pada waktu itu. Dalam situasi sosial, ketika gerakan koperasi baru gencar disosialisasian oleh pemerintah, Mang koko pun membuat lagu dengan judul koperasi.47 Lagu ini dibuat bertempatan dengan hari koperasi sekitar tahun 1953.

Mang koko mengakui bahwa lirik koperasi yang dibuatnya tidak berdasarkan kepada pengetahuan berkoperasi. Tetapi, lirik lagu ini sebatas pegetahuan berkoprasi yang dimilikinya untuk merespon fenomena ini. Untuk mengetahui karya Mang koko dalam respon sosial, dapat dilihat pada lirik lagu di bawah ini:

Lirik Koperasi Lirik Indonesia

Koperasi-koperasi Koperasi-koperasi Reugreug pageuh Berpegang teguh Jujur lembar pangurusna Jujur banyak pengurusnya Sempurna organisasi Sampurna organisasi

Seperti diketahui bersama, tokoh pembaru dalam karawitan Sunda yang sangat besar pengaruhnya akan karawitan Sunda adalah Mang koko. Komposisi lagu, teknik iringan, pembawaan lagunya bertema kritik sosial, dan mempunyai suatu gaya tersendiri. Mang koko dalam berkarya tidak hanya sosial, ia pun pernah membuat inovasi baru dalam lagu anak-anak, kemudian dalam lagu-lagu remaja dengan lirik dari sastrawan Sunda, drama swara dan terkhir qasidahan. Selain itu, Mang koko membuat

47 Tardi Ruswandi, “Kreativitas Mang Koko Dalam Karawitan Sunda”, Disertasi untuk mencapai gelar Doktor Universitas Padjadjaran, Bandung, 2016, 99.

45

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

metude pembelajaran kacapi kawih, yang disusunya pada waktu bertugas di koservatori karawitan (SMKI).

Pertunjukan seni modern, ditandai adanya perkembangan karawitan oleh tokoh- tokoh. Tokoh yang melakukan perubahan seni pertunjukan Sunda diawali oleh upaya

Rd. Machyar Angga Kusumadinata. Ia menguraikan keilmuan karawitan Sunda dan penulisan sistem tangga nada (notasi damininatila). Bahkan tangga nada ini digunakan di pendidikan seni di Bandung seperti ISBI Bandung dan SMKI Bandung. Setelah itu, muncul beberapa tokoh karawitan yang lainya, yang sampai saat ini dikenal dimasyarakat seperti: Mang koko dengan genre musiknya wanda anyar atau disebut kreasi baru. Dengan munculnya karya Mang koko di Jawa Barat, banyak seniman akademis mulai mengikuti alurnya seperti Nano S dengan genre karawitan pop Sunda.

2. Pop Sunda Nano S.

Kehadiran gamelan degung di Jawa Barat pada waktu itu peminatnya relative sedikit. Nano pun mencoba merubah aturan degung sebagai karawitan tradisi menjadi

“degung kreasi”.48 Dengan cara pengolahan ini, peminat sedikit bertambah dari jenis tradisi yang bersifat agung bergeser pada jenis hiburan. Dengan populernya degung kreasi ini, Nano S, pun mencoba berkarya dalam genre pop Sunda. Sebagaimana ditemui pada penggunan laras pop Sunda berlaraskan degung. Dengan demikian penggunan laras degung pada jenis pop Sunda ini sudah memberikan pengaruh bagi gamelan degung. Bahkan memunculkan genre baru yang mengadaptasi dari degung yang disebut genre pop Sunda.

48 Dieter Mack, Musik Populer,(Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama Yogyakarta, 1995), hlm, 140.

46

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pop Sunda itu musik pop yang berbahasa Sunda. 49 Berbicara tentang pop Sunda berarti kita berbicara musik Sunda yang dikemas secara lain. Artinya, membicarakan musik karawitan yang tradisi tidak baku. Selain perubahan dalam intra musikalnya, Pop

Sunda juga mempunyai misi untuk mengkomunikasikan karawitan pada jenjang yang lebih luas.50 Walaupun memang bahwa karawitan dalam pop Sunda sudah tidak utuh lagi malahan lebih mengarah pada dang-dut.

Bahasa Sunda dan teks nyayiannya adalah faktor penting untuk ke Sundaan.

Seperti yang didefinisikan bahwa pop Sunda ialah musik populer Sunda. Sejak 1990an musik populer yang diproduksi di Jawa Barat semakin banyak menggunakan unsur musik dari luar Jawa Barat dan luar Indoneisia. Bahkan Nano S, pun dalam pembuat pop Sunda sengaja memasukan unsur-unsur musik diluar Sunda. Seperti nada pun menggunakan sistem tangga nada diatonis, serta instrument yang digunakan seperti cello, terompet, gitar listrik, dan keyboard synthe sizer atau dari instrument dari bagian lain di Asia, Afrika, atau Amerika Selatan digunakan dalam pop Sunda ini. Sedangkan tuning pelog dari gamelan degung digunakan sebagai peralihan musik dari populer ke suasana Sunda. Suasana Sunda ini diwakili oleh nada pada gamelan Sunda dan digunakannya instrument lainnya seperti kendang dan suling.

Musik populer dapat diklasifikasikan menurut penggunaan instrumennya, materi nada, dan karakteristik musik lainnya. Untuk bahan nada yang digunakan selalu aspek yang sangat penting; itu bisa menjadi salah satu sistem pentatonik Sunda

49 Indra Ridwan, The Art Of Arranger in Pop Sunda, Sundanede Popular Music Of West Java, Indonesia, Disertasi untuk mencapai Doktor of Philosophy pada University of Pittsbuargh, Amerika Serikat, hlm, 12. 50 Ibid., hlm, 142.

47

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(pelog/degung/madenda/salendro) musik pop di Jawa Barat bisa memanfaatkan bahasa

Sunda yang menggunakan instrument Barat.

Kehadiran Nano S, sebagai pelopor musik pop Sunda, sebagaimana idenya mencapurkan musik populer yang berbahasa Sunda. Kepopuleran pop Sunda ini ditandai dengan lagu-lagu karya Nano S, yang berjudul kalangkang, dan lagu cinta ketok migic. Cinta ketok migic ialah jenis lagu pop Sunda yang terkenal pada tahun

1989-199an oleh artis dangdut Evi Tamala. Dalam lagu ini terbukti adanya unsur-unsur dang-dut maupun laras degungnya. Jika dilihat bentuk musiknya ini termasuk jenis musik hiburan. Serta ciri khas lagu Nano S, dalam karyanya mempunyai beberapa ciri diantaranya: diketahui banyak orang, mudah dicerna dan dipahami banyak orang. Dari karya inilah Nano S, terkenal sebagai pencipta musik pop Sunda. Bahkan Nano S, pun menceritakan pengalamannya soal materi yang dihasilkan dari karawitan dan pop

Sunda.

Untuk materi saya tidak munafik, bahwa melalui jalur pop Sunda, uang lebih besar dari pada saya menggarap tradisi. Harga lagu menjadi naik, pendekatan dengan produser lebih berkembang. Maksudnya, banyak produser kaset yang datang meminta untuk direkam. Hubungan dengan para penyanyipun lebih terbuka, terutama penyanyi pop Indonesia yang berasal dari Jawa Barat. Para pejabat pun kelihatannya menjadi lebih mengenal nama saya di pop Sunda dari pada ketika saya menggarap karawitan. Dan kebanggan lain, orang di luar Sunda pun mulai mengenal nama saya. begitu pula pencipta lagu di Indonesia yang lainnya. Kesempatan ini saya pergunakan pula untuk tetap berkreasi melalui jalur karawitan, baik dalam degung mapun dalam kacapi. Pada awalnya cukup seimbang. Tetapi lambat laun saya rasakan sendiri bahwa rekaman karawitan makin hari makin menyepi dan menepi. Promosi pop Sunda jauh lebih gencar media televise TVRI Bandung sangat kurang mengangkat promosi lagu

48

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

karawitan. Produser jelas-jelas bisnis, seperti tidak mau berspekulasi untuk merekam degung, jaipongan yang pernah berjaya tahuan depalan puluhan.51

Kehadiran pop Sunda tentunya menjadi lahan materi baru bagi seniman karawitan.

Bahkan seniman karawitan pun mengikuti arah Nano S, yang berkarya lewat pop Sunda.

Banyak orang karawitan yang berpikir bahwa dunia pop Sunda, sepertinya sangat menggiurkan. Masalah materi, popularitas, publiksi, sponsor, valume pementasan dan lingkungannya, sepertinya lebih terbuka. Biasanya acara karawitan selalu ditempatkan lebih awal karena yang menjadi klimaksnya adalah musik.52 Dengan hadirnya pop

Sunda ini setiap acara tidak ada perselisihan antara musik dan karawitan. Tapi, pop

Sunda ini menyatukan pemain musik dan pemain karawitan.

Urutan perkembang karawitan di Sunda menjadi tiga generasi, karawitan klasik, dan kreasi baru (wanda anyaran), dan pop Sunda. Hadirnya pop Sunda ini perkembangan karawitan Sunda tidak berhenti begitu saja. Tetapi perkembangnya, ditandai dengan tokoh-tokoh lainnya yang mengembangkan karawitan Sunda dengan suasana berbeda dan mempunyai ciri khasnnya. Tapi, proses pembuatan musiknya masih tetap berpijak pada karawitan Sunda, dengan laras karawitan Sunda, dan instrument Sunda.

51 Dieter Mack, Musik Populer,(Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama Yogyakarta, 1995), hlm, 143. 52 Ibid.

49

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Kemunculan Sambasunda

Sambasunda awalnya adalah nama lagu yang dirilis oleh CBMW pada tahun

1997. Kelompok musik yang berasal dari Bandung Jawa Barat ini kemudian dikenal dengan nama Sambasuda. Sejarah awal kemunculan Sambasunda berawal dari obrolan

Ismet Ruchimat dengan sepuluh orang sesama mahasiswa Akademi Seni Tari Indonesia

Bandung (ASRI). Obrolan ini, tentang bagaimana ke depannya mahasiswa seni bisa hidup layak sebagai pekerja seni. Pada tahun 90an musik Sunda kurang diminati oleh generasi muda. Tantangan Ismet dengan kawan-kawan adalah memikirkan bagaimana musik Sunda ini bisa diminati oleh generasi muda. Penyebab generasi muda kurang meminati musik Sunda dikarenakan musik monoton dan pakem dengan aturan tradisi.

Tradisi Sunda pada tahun itu kental dengan aturan sehingga seniman yang mencoba keluar dari tradisi atau aturan dianggap sebagai menggubah Tetekon.53 Bahkan masyarakat mengkritik keras seniman Sunda yang menggubah aturan tradisi. Seperti halnya seniman Sunda Nano S. tahun 1944 dikritik berbagai pihak karena dia sering menggarap dalam idiom musik populer, misalnya lagu pop Sunda Cinta Ketuk Magic.54

Munculnya embrio Sambasunda dilihat sebagai ketegangan sosial. Di satu sisi

Ismet ingin musik Sunda diterima generasi muda, namun sisi negatifnya adalah Ismet dan kawan-kawannya dicap sebagai perusak aturan. Ismet dan kawan-kawan membentuk grup Prawa untuk mencari solusi dari permasalahan ekonomi dan sosial budaya. Kemunculan grup Prawa di Bandung tidak lepas sebagai representasi

53Tetekon adalah bahasa ungkapan sehari-hari senimana sunda melihat hasil karya musik sunda yang keluar dari seniman lain yang merubah aturan tradisi. 54 Dieter Mack, Sejarah Musik Jilid 4. (Yogyakarta: Pusat Liturgi Yogyakarta, 2009), hal, 540.

50

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mengubah aturan tradisi. Prawa ialah cika bakal Sambasunda yang merupakan ide perbincangan Ismet dan teman-teman-nya semasa mahasiswa ASTI tahun 1992. Dengan musikalitas dan pengetahuan yang dimiliki, kelompok Prawa membentuk musik Sunda menjadi berbeda dari tradisi Sunda.

Karya musik Prawa berpijak pada tradisi secara konsep. Praktik dan hasil musiknya tidak sama dengan tradisi Sunda. Eksplorasi Gamelan Degung dengan musik populer Barat salah satu terobosan baru pada tahun 1992 di Bandung. Percampuran

Gamelan Degung yang mengiringi accord lagu I Will Always Love You dan Endless

Love. Di tahun ini juga grup musik yang mengeksplorasi musik Sunda dengan musik lain belum banyak diminati. Peminat musik campuran ditahun itu juga masih hanya kalangan-kalangan tertentu seperti mahasiswa seni dan pencinta seni.

Tahun 1997an Prawa telah berdiri lima tahun, di tahun ini juga mereka mengubah nama menjadi CBMW. CBMW ialah perubahan nama dan sekaligus perubahan konsep musik Sambasunda. Dalam perubahan konsep musik CBMW, menambahkan alat musik non Gamelan dan membuat tangga nada pelog baru 8 nada.

Pelog ialah sebutan tangga nada pada Gamelan Jawa, Bali, dan Sunda.

Nada pelog Gamelan Sunda pada umumya menggunakan lima tangga nada yaitu: nada 1 (Da), 2 (Mi), 3 (Na), 4 (Ti), 5 (La). Pada penambahan pelog delapan nada ini menyelipkan tangga nada diantara nada ketiga, nada keempat dan kelima. Perubahan nada ini untuk mencampurkan Gamelan dengan angklung, sebagaimana nada angklung ialah nada diatonic sehingga dibutuhkan nada tambahan dalam nada pelog Gamelan.

51

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Perubahan konsep nada ini, CBMW mengeluarkan album baru berjudul Rhythmical in

Sudanese People. Album ini menurut Ismet ada lagu yang disukai dari segi melodi, ritme, harmoninya. yang berjudul Sambasunda. Lagu Sambasunda di album Rhythmical in Sudanese People menjadi andalan dan inspirasi untuk berganti nama menjadi

Sambasunda tahun 1998.

Mendengar kata Samba pasti berpikir musik Latin, ritme percussion dan nyanyian menjadi bayangan musik Samba. Apalagi mendengar kata Sambasunda, membayangkan musik Samba dikolaborasi dengan Sunda itu menjadi bayangan ketika orang belum mengenal Sambasunda. Makna Samba menurut Ismet Ruchimat merujuk pada anak-anak muda yang penuh semangat kreatif, sedangkan Sunda diambil dari nama etnis di wilayah Jawa Barat sebagaimana Sambasunda didirikan.

Mempersoalkan Sambasunda dan musiknya menjadi perbincangan, antara hubungan genre Samba dan musik Sunda. Apakah musik Sambasunda berorientasi musik Samba? Pertanyaan ini sering dilontarkan ketika peneliti berdiskusi dengan teman-teman mempersoalkan kata Samba. Musik Sambasunda sepenuhnya tidak terlalu

Sunda dan tidak terlalu Samba, yang menarik justru istilah Sambasunda itu sendiri menjadi daya tarik.

Kehadiran Sambasunda di Bandung berfungsi sebagai tempat anak muda kreatif.

Tidak mengherankan Sambasunda telah mempunyai puluhan personil. Bahkan

Sambasunda pada tahu 2011an membentuk grup Sambasunda Junior. Tujuannya terbentuk Sambasunda Junior adalah sebagai genersi penerus Sambasunda. Personil

52

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Sambasunda Junior ialah anak-anak dari Sambasunda senior. Upaya Sambasunda membentuk Sambasunda Junior untuk menarik kalangan muda. Salah satu bentuk praktik Sambasunda di masyarakat muda dengan istilah musik kolaborasi. Sambasunda selalu membawakan musik kolaborasi antara Sunda dengan etnis lain seperti Bali, Jawa, dan . Dengan mencampur beberapa etnis. Sambasunda menghasilkan gaya baru yang beda dari etnis keduanya, seperti halnya album Bali-Jaipong tahun 2000.

Bali-Jaipongan ialah album kedua Sambasunda yang mencampurkan Sunda dan

Bali. Percampuran ini memasukan pola permainan kendang jaipong dengan Gamelan

Gong Gebyar. Menurut Ismet Ruchimat ide mencampurkan musik Bali dan Sunda sebagai tujuan agar masyarakat Sunda terbuka pola pikirnya dengan musik diluar budayanya.55 Pada tahun 2000an album Bali-jaipong pernah populer di masyarakat

Sunda dan Bali. Bahkan berdampak pada kesenian Joged Bung-bung asal Bali yang menggunakan instrumen kendang Sunda. penggunaan kendang Sunda untuk memasukan pola ritme jaipong. Masuknya kendang Sunda pada kesenian Bali, dampaknya pada penjualan kendang Sunda ke daerah Bali meningkat drastis dari tahun

2000an sampai sekarang.

Terkenalnya musik Sambasunda di beberapa daerah menyebabkan, adanya masyarakat seni muda mengikut musik Sambasunda. Pengaruh musik Sambasunda bagi masyarakat seni muda Bandung adanya satu kesamaan rasa, baik ritme, melodi dan harmoni yang mewakili selera anak muda. Sambasunda menarik minat anak muda dengan melakukan musik kolaborasi. Kolaborasi menjadi ciri khas Sambasunda, bahkan

55Wawancara dengan Ismet Ruchiat, dilakukan pada tanggal 8 Maret 2018.

53

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pada album kelima yang berjudul Salsa and Salse tahun 2001an sedikit bergeser dominan ke Barat. Penggunaan alat musik Gitar Bass, Gitar Akustik, Flute, Timbalis, dan Biola yang lebih dominan.

Tahun 2008an adalah terkenalnya lagu Jaleuleuja di album Salsa and Salse.

Tidak mengherankan pada dibangku pendidikan semua teman-teman mengoleksi lagu

Sambasunda. Bahkan setiap event yang diadakan di sekolahan banyak siswa yang mementaskan musik Sambasunda. Populernya musik Sambasunda di tengah pendidikan menjadi kekhawatiran tersendiri bagi guru-guru. Bahkan aktivitas siswa meniru musik

Sambasunda menjadi permasalahan yang besar bagi guru SMKI. Bagi siswa yang melakukan kolaborasi akan dihina oleh guru yang kental tradisi, bahkan sebutan seniman rongsokan menjadi ejekannya.

Merebaknya Sambasunda sempat memunculkan kecemasan di masyarakat.

Indikasi tersebut setidaknya dapat dilihat penolakan dari lingkungan pendidikan seni.

Ideologi pendidikan dan Sambasunda mempunyai perbedaan. Pendidikan membangun siswa untuk mengenal tradisi dan menjaga tradisi supaya tidak punah. Sebaliknya

Sambasunda memandang tradisi dirubah dikemas supaya bisa diterima masyarakat sekarang.

Penerimaan musik Sambasunda dulu dan sekarang menjadi berbeda. Dulu

Sambasunda dihina sebagai perusak tradisi tetapi sekarang kecemasan itu hilang karena melihat terkenalnya di masyarakat luas. Melihat fenomena seniman yang mengejek

Sambasunda, menjadi terbalik mengikuti musik Sambasunda. Musik Sambasunda

54

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sekarang ini dirayakan berbeda dalam lingkup pendidikan, Sambasunda menjadi acuan sebagai mengembangkan kesenian bambu. Kesenian bambu yaitu mencangkup instrumen yang terbuat dari Bambu misalnya angklung. Hadirnya jurusan Musik Bambu di ISBI Bandung menjadi berbeda pandangan masyarakat terhadap Sambasunda. Yang dulu di kengkang oleh aturan pendidikan sekarang dirayakan dalam pendidikan. Bahkan

ISBI Bandung pun mempunyai rencana akan mendirikan kaprodi baru yang bernama

World Music. Sebagaimana wacana ini diharapkan mahasiswa mempelajari musik- musik diberbagai negara dan akan mengundang ahli-ahli musik diberbagai negara untuk meberikan materinya.

1. Album Musik Sambasunda

a. Album pertama Rytmical Sundanese People

Gambar 1. Album pertama yang berjudul Rytmical Sundanese People (Repro kaset Rytmical Sundanese People tahun 1998, koleksi pribadi)

55

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pada tahun 1998an Sambasunda meriliris album pertama bernama Sambasunda.

Pada saat munculnya album ini, Sambasunda masih bernama CBMW. Dengan ke populeran album ini di masyarakat Sambasunda menganti nama dengan Sambasunda.

Album Sambasunda terdiri dari tujuh lagu diantaranya; a. Sambasunda (intrumental) b.

Munding Dorakala (intrumental) c. Tamaburo (intrumental) d. Lost Two Tigers

(Instrumental) e. Berekis (intrumental) f. Babah Ngawih (intrumental) g. Kaligata

Goragarago (intrumental) h. Dikantun Tugas (Intrumental) i. Sumimaula (intrumental). b. Album kedua Gebyar Bali Jaipong

Gambar 2. Sambasunda pada Album kedua yang berjudul Gebyar Bali Jaipong (Repro kaset Gebyar Bali Jaipong Sambasunda tahun 2000, koleksi pribadi)

Album Gebyar Bali Jaipong yang dirilis pada tahun 2000an. Album ini di tahun

2000an, menjadi perbincangan dikalangan seniman mempersoalkan percampuran gamelan Bali dan karawitan Sunda. Dalam album ini lagu menjadi ikon

Sambasunda. Bahkan lagu ini banyak ditiru oleh kalangan mahasiswa seni. Tapi,

56

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dikalangan seniman dan non-akademis belum bisa menerima hal yang baru dalam

Sambasunda. Seniman non-akdemis masih berpijak aturan tradisi, sebagai mana pada umumnya Jaipongan diiringi oleh laras Slendro. Tapi Sambasunda pada album ini menggunakaan larasan pelog gamelan gong gebyar. Dalam album ini mempunyai lagu diantaranya; a. Bajidor Kahot, b. Kembang Boled, c. Waled, d. Sinyur, e. Kembang

Gadung, f. Medley Tabeuh riweuh: Waru Doyong. c. Album ketiga Sunda Bali

Gambar 3 Sambasunda pada Album ketiga yang berjudul Sunda-Bali (Repro kaset Sunda- Bali Sambasunda tahun 2000, koleksi pribadi)

Diawali dengan album Bali Jaipong, Sambasunda menjadi terkenal di

Masyarkat. Tahun 2000an adalah awal penerimaan masyarakat terhadap Sambasunda.

Pada tahun itu juga saluran TVRI mementaskan Sambasunda dalam programnya. Dalam program TVRI ini Sambasunda menampilkan lagu-lagunya dari album sebelumnya seperti album Sambasunda, Bali Jaipong, dan Sunda Bali.

57

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dalam album ini menjadi daya tarik ialah lagu Melenium Ritual. Dalam lagu ini, yang menjadi bayang-bayang ialah permainan biola dan suling yang dominan.

Musik ini minimalis dengan hanya permainan instrumen Gansa, jegogan. Suling, dan biola. Tapi unsur ritualnya bisa dirasakan dan unsur kebaruannya juga timbul dalam permainan biola. Secara sekilas sejarah lagu ini diciptakan oleh Ismet Ruchimat.

Diciptakannya lagu ini pada tahun 1997an di Norwegia, sehingga lagu ini seringkali dipentaskan dalam gaya musik Sunda dan nuasa etnik Scandik.

Dalam album ini Sambasunda mengeluarkan tujuh lagu. Ketujuh lagu ini berformat musik instrumental, diantaranya; a. Dikantun tugas, b. Tutunggulan,c.

Kembang Bung, d. Lutung Bingung, e. Millenium Ritual, f. Mr. Magic Skin of Drums, g. One shift with ziner. d. Album keempat Takbir dan Sholawat

Gambar 4. Sambasunda pada Album keempat yang berjudul Takbir & Sholawat (Repro kaset Takbir & Sholawat Sambasunda tahun 2000, koleksi Pribadi)

58

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tahun 2000an Sambasunda telah merrilis tiga album dalam satu tahun. Dalam album Tabir & Sholawat Sambasunda menyajikan pertunjukan. Dalam album ini

Sambasunda memperlihatkan bahwa karya musik memasuki semua lapisan masyarakat di Bandung. dengan album Takbir & Sholawat Sambasunda membawakan gaya musik

Sunda, dan perpaduan gaya Afrika di permainan Jimbe. Dalam album ini, Sambasunda mengeluarkan lagu yang bejudul; a. Dzikir , b. Aqidah, c. Tasbih, d. Takbir, e. Taubat, e. Addinulana, g. Shalawat Badar, h. Malongan. e. Album kelima Salasa and Salse

Gambar 5. Sambasunda pada Album kelima yang berjudul Salsa and Salse (Repro kaset Salsa and Salse Sambasunda tahun 2000, koleksi pribadi)

Dalam album kelima, Sambasunda ini semakin eksis dengan mengeksplorasi bambu. Dalam hal ini, Ismet Ruchimat menciptakan gamelan degung dengan bahan dasar bambu (gamelan bambu). Terutama instrumen gamelan yang berbentuk bilah, seperti Saron dan Peking berjumlah 9 buah saron. Namun dalam garapannya, termasuk

59

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

penambahan instrumen lain seperti Gitar Bass, Biola, Djembe, Bangsing, Trompet

Sunda, Suling, Angklung, Konga, Kendang.

Album yang berjudul Salsa and Salse ini, hampir seluruh lagunya kental dengan gaya irama Latin, namun nuansa Sunda tetap terasa dalam seluruh garapan lagunya.

Dengan jumlah instrumen yang lebih banyak dibandingkan album-album sebelumnya.

Proses pembuatan album ini pun, merupakan kerja besar yang melibatkan tidak kurang dari 35 pendukung. Album ini menguarkan lagu antaranya; a. Team risk (instrumental), b. Bentolsoca (instrumental), c. Jaleuleu (vokal), d. Solali (instrumental), e. Tarabalaka

(intrumental), f. Kool’n Trunk (intrumetal), g. Sisidueun (intrumental), h. Jaleuleu instrumental. f. Album keenam Reggae and Renggoe

Gambar 6. Sambasunda pada Album keenam yang berjudul Reggae and Reggoe (Repro kaset Reggae and Reggoe Sambasunda tahun 2003, koleksi pribadi)

60

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pada bulan mei 2003, Sambasunda mengeluarkan album Reggae and Reggoe yang diliris oleh Gema Nada Pertiwi. Album ini berisi kumpulan musik Sambasunda saat melakukan tour musim panas ke Eropa pada tahun 2003. Album ini kembali menunjukkan karakter Sambasunda yang mempunai ciri khas dengan instrumen angklunya. Pada album-album sebelumnya lagu Sambasunda didominasi oleh instrumental, namun pada album ini vokal lebih mendominasi. lagu-lagunya antara lain: a. Bersama (vokal), b. Nuasa Biru (vokal), c. Tarajal (Vokal) (sama dengan jaleuleuja), d. Life Is Full (Vokal Bahasa Inggris), e. Cintanya Cinta (vokal), f. Janari Kecil ( Vokal) g. Album ketujuh Seventh Sense

Gambar 7. Sambasunda pada Album ketujuh yang berjudul Seventh Sense (Repro kaset Seventh Sense Sambasunda tahun 2004, koleksi pribadi)

Pada 2004an Sambasunda merilis album baru Seventh Sense. Dalam album ini, lagu Tontolang jadi primadona. Lagu Tongtolang adalah salah satu lagu dolanan anak sehingga mampu, menjadi primadona dikalangan masyarakat muda karena sering mendengarkan dan memperaktikan dalam sehari-hari. Lagu ini meskipun sering

61

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

didengar, tapi Sambasunda mengaransemen ulang. Dalam aransemen barunya,

Sambasunda menambahkan melodi baru, merubah tempo menjadi cepat. Penambahan yang paling menonjol ialah pola Samba, ritme Samba ini tidak disadari telah menjadi ciri khas Sambasunda. Dari album pertama sampai album ini, Sambasunda memasukan ritme Samba. Dalam album ini, Sambasunda mengluarkan lagu; a. Tongtolang

(vokal),b. The Circle of love (intrumental), c. The Miracle of Fingers (intrumental), d.

Sweet Dancing (intrumental). h. Album kedelapan Return to the Geatest

Gambar 8. Sambasunda pada Album kedelapan yang berjudul Return to the Geatest (Repro kaset Seventh Sense Sambasunda tahun 2004, koleksi pribadi)

Dalam album Return to the Geatest, Sambasunda mengeluarkan ulang lagu-lagu pada album selanjutnya. Jaleuleu pada album ini telah dirilis pada album Salsa and

Salse. Yang menjadi daya tarik pada album ini, ialah lagu Berekis. Lagu Berekis secara musik mempunyai kerumitan tersendiri, selain melodi padat, tempo cepat, dan melodi

62

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

rumit. Tidak mengherankan pada lagu ini, sering digunakan oleh penari-penari kontemporer untuk mengeksporasi tubuh. Bahkan fenomenanya lagu ini di Bandung, salah televisi lokal dalam latar musiknya menggunakan lagu Berekis.

Dalam album ini merilis tujuh lagu antaranya;a. Jalueleu (vokal), Babah

Ngawih (Instrumental), Dikantun Tugas (intrumental), b. Aqidah (intrumental), c.

Bajidor Kahot (vokal), d. Malongan (intrumental), e. Berekis (Intrumental) dipake musik di STV, f. Medley Tabeuh Riweuh: Waru Doyong/ Bambung hideung (Vokal). i. Album ke Sembilan Sambasunda Quintet

Gambar 9. Album kesembilan yang berjudul Sambasunda Quintet (Repro kaset Sambasunda Quintettahun 2014, koleksi pribadi)

Dalam album Sambasunda Quintet ini, Sambasunda merilis lima lagu; a. Bulan

Sapasi, b. Balagejat Nak Bambung Hideung, c. Kembang Tanjung, d. Jemplang Naek

Kukupu, e. Jaleuleu ja. Pembawaan musik Sambasunda dalam album ini cukup berbeda.

Dari awal album Sambasunda memasukan instrumen lebih dari sepuluh bahkan pada

63

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

album Reggae and Reggoe memakai 35 pemusik. Ciri khas bermusik Sambasunda, banyaknya jumlah pemainnya, tidak heran pertunjukan musik Sambasunda terasa megah. Tapi kebalikan pada album ini, Sambasunda melibatkan pemusik 5 orang.

Diantaranya; kendang, Suling, Kecapi, Biola, dan Vokal. j. Album ke sepuluh Taramurag

Gambar 10. Album pertama yang berjudul Taramurag (Repro kaset Taramurag tahun 2017, koleksi pribadi)

Taramurag ialah nama lagu dan nama konser Sambasunda untuk merayakan ulang tahun ke 25. Pada tanggal 24 Febuari 2017 diadakan, pertunjukan Sambasunda dalam rangka kiprahnya bermusik selama 25 tahun berdiri. Dengan tema Taramurag

(jarang jatuh), judul pertunjukan ini tidak disadari merujuk pada karya musik

Sambasunda di Bandung.

Musik Sambasunda selama 25 tahun ini, tidak henti-hentinya populer di masyarakat. Bahkan selama ini, tetap eksis bermusik dan karyanya sebagai panutan dikalangan masyarakat seni muda Bandung. dalam album ini, Sambasunda merilis

64

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sepuluh lagu antaranya, a. Tarakaroris (instrumental), b. Victory (instrumental), c.

Pantun (Vokal), d. Taramurag (instrumental), e. Di Negara Deungeun (Vokal),f. Kinanti

(vokal), g Tarakakino (Instrumental), h. Bulan Sapasi (Vokal), i. Dipikiran (vokal), j.

Paris van Java (Vokal).

2. Menejerial dan Organisasi Musik

Kapa Production, ialah manajemen artis yang dipimpin oleh Katerina Pavlakis di

Inggris. Kapa Production memiliki, tugas untuk mempromosikan kreasi-kreasi musik terbaru dari penjuru dunia. Selain mempromosikan musik, Kapa memperkenalkan seniman-seniman inovatif dan kreatif kepada audies ke negara-negara di Eropa, dan

Asia.

Selain sebagai menejemen Sambasunda, Kapa bertanggung jawab produksi pertunjukan Sambasunda. Kapa production selain membawahi grup–grup musik dari seluruh penjuru dunia dengan mempromosikan kreasi-kreasi musik barunya, serta memperkenalkan seniman-seniman yang kreatif dan inovatif kepada masyarakat di

Eropa, Amerika, Asia dan Australia. Sambasunda bergabung dengan Kapa Production sekaligus salah satu perwakilan musik Indonesia. kegiatan-kegiatan yang dikelola oleh

Kapa Production selalu dalam link Womad dan Womex.

65

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 11. Web Kapa production untuk mempromosikan Sambasunda (Tahun 2017, koleksi pribadi) World Music Expo lebih dikenal dengan Womex. Merupakan organisasi ajang pertemuan para musisi, perusahan rekaman, penyelenggara festival musik yang terlibat dalam World Music. Womex dan Womad mempunyai kesamaan sebagai organisasi musik. Kehadiran Womex pada tahun 1994an di Berlin, menjadi jaringan pertunjukan

World Music. Womex mempunyai jaringan musik di berbagai negara. Jaringan musik diberbagai negara ini, melibatkan 2500 perwakilan yang terlibat dalam WOMEX.

Womad ialah Singkat dari World of Music and Arts Dance. Organisasi musik dan tari ini didirikan oleh Peter Gabriel pada tahun 1980an. Sebagai organisasi seni,

Womad mengadakan festival berbagai jenis musik, dan tari berbagai budaya dari negara-negara di seluruh dunia. Setiap tahun Womad menyelenggarakan Festival World

Music and Dance diberbagai negara, meskipun organisasi ini bertempat tinggal di

Inggris akan tetapi event yang diadakannya berpindah-pindah negara. Bahkan festival

66

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ini sekaligus sebagai kampanye terhadap masyarakat luas tentang kesadaran suatu masyarakat multikultural.

Festival pertama yang diselenggarakan pertama Womad di Shepton Mallett,

Inggris pada tahun 1982, dan berhasil memperkenalkan seniman-seniman berbakat kepada audies Internasional. Festival ini memberikan wawasan kebudayaan berbeda melalui musik yang ditampilkan. Sejak festival di Inggris pada tahun 1982, Womad telah menyelengrakan 160 kegiatan di 27 negara dan pulau-pulau yang berbeda. Inggris,

Denmark, Canada, Australia, New Zealand, Singra, Pulau Canary dan Sisilia adalah negara-negara yang pernah menyelenggarakan festival ini. Womad biasanya diadakan sepanjang akhir pekan dengan menampilkan pertunjukan musik pada dua atau tiga panggung yang berbeda secara serempak. Kegiatan yang sering menarik perhatian audies ialah diadakannya workshop.

“Dalam kegiatan Womad mencakup tiga hal yang menjadi program kerjanya: The Growth of Music: workshop memperkenalkan musisi asli tradisi, menampilkan dan mengeksplorasi nilai tradisi melalui kontek budaya, Cultural Collaborations: membuat musik baru yang berbeda dengan menggabungkan musisi-musisi dari budaya dan latar belakang musik yang berbeda. Voice of the Ancestors: Seniman dari negara berbagai wilayah berbagi cerita pengalaman dalam dialog, diskusi dan pertunjukan musik”56 Womad ini merupakan sebuah organisasi yang mewadahi seniman-seniman dunia untuk berkumpul, sehingga seniman dunia berkesempatan untuk memperluas pergaulan dan saling bertukar budaya untuk dipelajari dan kemudian diperkenalkan

56Yupi Sundari. “Strategi Komunikasi Kelompok Sambasunda Dalam Mengembangkan Musik Tradisional Sunda”. Tesis untuk mencapai derajat Sarjana S-2 pada Program Studi Komunikasi, Universitas Padjadjaran, Bandung 2008, 40.

67

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kepada audiens seluas-luasnya. Dengan mengadakan festival World Music, Womad telah berhasil memperkenalkan budaya asing di kalangan Barat.

D. Kesimpulan

Kemunculan istilah World Music di Indonesia menjadi tren anak muda. Dalam konteks Indonesia, istilah World Music digunakan sebagai genre musik. Seiring maraknya festival World Music di Indonesia grup-grup musik etnis berorientasi pada

World Music. Orientasi World Music ini dicitrakan lewat percampuran musik.

Percampuran musik pada era sekarang bukan istilah musik kolaborasi lagi. Jika World

Music sebagai musik kolaborasi, lantas selama ini Ki Hadjar Dewantara dan Kinanthie

Sandoong bermusik dalam jalur apa.

Kehadiran istilah World Music di Indonesia bukan berkembang dalam ke ilmuan musik. Tapi muncul World Music ini, berkembang dalam ranah kebutuhan pasar.

Maraknya festival World Music yang diadakan berbagai negara termasuk Indonesia.

Mereka mengikuti festival itu, dan menidentitaskan sebagai World Music.

Selanjutnya, akan dijelaskan bagaimana sebuah fenomena World Music yang berkembang di Bandung. Dengan melihat gelaja sosial masyarakat, mereka mengidentifikasikan dirinya terhadap Sambasunda dan World Music. Serta bagaimana prilaku masyarakat seni ini dalam mengindifikasikannya.

68

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III MASYARAKAT SENI MUDA BANDUNG MELIHAT SAMBASUNDA DAN WORLD MUSIC

Fenomena World Music di Indonesia tidak disadari muncul dengan dibawa oleh grup Sambasunda. Dengan mengadakan festival World Music di Bandung, Sambasunda membawa pengaruh World Music terhadap masyarakat seni muda Bandung. Dengan maraknya event World Music di Indonesia, masyarakat seni muda Bandung kemudian mengidentifikasikan diri seperti World Music lewat karya-karya musik Sambasunda, dan dalam perkembangannya musik-musik masyarakat seni muda Bandung mempunyai kesamaan dengan Sambasunda. Kesamaan tersebut terletak pada penggunaan instrumen, melodi, pembawaan musiknya, dan bentuk musiknya.

A. Pertunjukan Sambasunda

Pada tanggal 24 Febuari 2017 perayaan ulang tahunnya yang ke25, Sambasunda menggelar konser Taramurag di gedung Sunan Ambu Institut Seni Budaya. Sebelum memasuki ruangan pertujukan gedung Sunan Ambu, sesungguhnya, sedikit teringat dengan masa sekolah. Tiap akhir semester, dan teman-teman selalu menonton pertunjukan musik di kampus ISBI. Bahkan setiap pertunjukan Sambasunda, selalu hadir untuk melihatnya. Tapi sekarang ada hal yang berbeda ketika melihat

Sambasunda, apakah sekarang saya menonton sebagai peneliti ataukah Sambasunda yang berbeda permain musiknya. Padahal personil tetap sama dari dulu sampai sekarang, walaupun tidak seperti dulu lagi.

Bagaimana tidak berbeda, baru kali ini Sambasunda mementaskan pertunjukan musik yang berbeda dengan Sambasunda yang dulu. Terus terang saya cukup takjub

69

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

melihat pertunjukan Sambasunda. Bahkan respon penonton berbeda dengan

Sambasunda yang dulu. Penonton sekarang lebih diposisikan elegan. Penonton datang ke tempat pertunjukan dan duduk melihat pertunjukan Sambasunda, akhirnya tepuk tangan dan pulang kerumah. Ada hal yang berbeda dari perilaku penonton sekarang.

Apakah sekarang Sambasunda menempatkan diri sebagai artis. Ataukah Sambasunda sekarang menempatkan sebagai orang tua yang mendidik anaknya dengan perilaku disiplin dalam estetika pertunjukan.

Dulu pada tahun 2006-an adalah awal perjumpaan saya dengan Sambasunda.

Melihat pementasan Sambasunda sesuatu hal yang baru, baik setting instrumen, kostum, gaya bermusik, semuanya berbeda dari yang saya pahami tentang tradisi karawitan

Sunda. Yang paling menarik dalam pertunjukan Sambasunda ialah joged bersama.

Bahkan, teriakan-teriakan dari penonton menjadi ciri khas anak muda. Dari ini lah,

Sambasunda jadi perbincangan senior dan dosen-dosen mereka. Bahkan pandangan dosen waktu itu negatif terhadap Sambasunda.

Fenomen Sambsunda, berdampak di lingkungan sekolah saya. Semua perilaku

Sambasunda diikuti, penggunaan instrumen, gaya kostum, gaya bermusik, dan bahkan meniru musiknya sendiri. Fenomena Sambasunda di lingkungan sekolah, menyebabkan kegelisahan bagi guru-guru SMKI yang notabene kuat akar tradisinya. Larangan diterapkan kepada siswa SMKI supaya tidak boleh menggunakan alat musik modern seperti Bass, Biola. Larangan pun berdampak pada alat musik tradisi yang dirubah menjadi nada diatonis.

70

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Kiblat Musik Masyarakat Seni Muda Bandung

Kiblat ialah arah yang dituju seorang Muslim mendirikan Sholat. Arah Barat menjadi kiblat umat Muslim di Indonesia untuk mendirikan sholat. Jika seorang Muslim berkiblat untuk ibadah ke arah Kabah, bagaimana arah kiblat musik di Indonesia?

Inggris menjadi kiblat musik di seluruh dunia, dan musisi Indonesia juga menyepakati

Inggris sebagai kiblat musik dunia. Seperti yang diungkapkan Sandhy Sundoro berikutnya.

“Ia mengaku senang bisa tampil di Inggris yang menjadikan kiblat musik dunia dan juga melahirkan kelompok musik legendaris seperti The Beatles, dan Bee Geas. Sandy Sundoro mengakui tampil di Inggris merupakan hal yang luar biasa baginya karena banyak musik dunia seperti The Beatles dan Roling stone yang lahir di Inggris”.57

Tidak hanya Sandhy Sundoro saja, yang mengakui Inggris sebagai kiblat musik dunia, Ismet Ruchimat juga mempunyai pendapat yang serupa. Ketika menanyakan kiblat World Music, Ismet Ruchimat mengatakan:

“Memang perkembangan World Music diberbagai negara muncul, seperti Jerman, Amerika, dan Inggris. Tapi dari negara-negara semua ini mempunyai tujuan masing-masing dan ranah masih-masih. Tapi kalau menurut saya, orientasi World Music selalu ke negara Inggris. Saya melihat kota Inggris mempunyai aura yang luar biasa, dari multikultur dan penerimaan masyarakatnya yang terbuka. Contohnya ketika Sambasunda pentas di Inggris dengan membawakan musik tradisi Sunda masyarakat ini malah antusias terhadap musik Sambasunda”.58

Kehadiran istilah World Music atau musik dunia berarti adanya, kiblat ke negara

Barat. Perkembangan World Music di dunia menunjukkan, perkembangan tiga wilayah

57 Dilihat, https://tirto.id/sandhy-sandoro-mulai-debut-di-london-cx3R (diakses pada hari 26 Maret 2018). 58 Wawancara dengan Ismet Ruchiat, dilakukan pada tanggal 8 Maret 2018.

71

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Jerman, Inggris, dan Amerika. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa perkembangan World Music ditandai dengan berkumpulnya industri musik di pub kota

London. Berkumpulnya para penggiat industri rekaman ini bertujuan, untuk memasarkan musik tradisi dan penggantian istilah tradisi dengan istilah World Music.

Jika Ismet dan Sambasunda mengkiblatkan World Music di Inggris. Melihat datanya bahwa Inggris subur dengan acara-acara musik bergensi seperti Womad dan kegiatan

World Music lainya. Bahkan manejemen Sambasunda berkedudukan di Inggris.

Dengan orentasi World Music nya, musik yang dihasilkan Sambasunda berbeda dengan musik Sunda. Baik itu melodinya, ataukah penambahan instrumen baru yang berasal dari negara lain. Pengaruh terbesar dari musik Sambasunda bagi Masyarakat muda yaitu musiknya. Musik Sambasunda selalu dirujuk dan ditiru. Tidak mengherankan juga apabila, musik Sambasunda sebagai kiblat musik Sunda di

Bandung.

“Kalau sekelas mahasiswa di Bandung yang paling dikiblat yaitu Sambasunda”.59

Ungkapan ini merupakan kutipan dari seorang narasumber ketika ditanyai mengenai karya Sambasunda. Dorongan kebutuhan dari konsumen, mau tidak mau masyarakat ini berkiblat pada musik Sambasunda. Persaingan grup dengan grup yang lain, ketika satu grup tidak bisa membawakan lagu Sambasunda maka akan dianggap ketinggalan jaman.

Hal ini menandakan masyarakat seni muda berkiblat pada Sambasunda, yang dianggap lebih maju, lebih kreatif, lebih modern dan musiknya familiar.

59Wawancara dengan Diki Dolimpong, dilakukan pada tanggal 7 Juni 2016.

72

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Yang menjadi pertanyaan selama ini, kenapa masyarakat seni muda Bandung tidak membuat musik baru? Pertanyaan ini sekaligus mewakili kegelisahan Ismet

Ruchimat sebagai pendiri Sambasunda. Padahal, ini diungkap dengan melihat kenyataan bahwa masyarakat seni muda Bandung mayoritas seniman akademis, yang mempunyai pengalaman dan ilmu komposisi musik. Ketika ditanya mengapa Sambasunda dikiblat masyarakat seni muda Bandung, Ismet Ruchimat menyatakan.

“Di satu sisi saya bangga dan senang ketika musik Sambasunda dipakai dimana- mana. Bahkan di acara weding musik Sambasunda sering dipakai untuk mengisi acaranya. Memang musik Sambasunda diterima semua kalangan tua dan muda, pantas juga sebagai kiblat musik di Bandung karena mungkin faktor kebutuhan.Tapi di satu sisi pendidikan sangat ironis, kalau saya berbicara seniman saya bangga musik diterima, kalau berbicara seorang pengajar atau guru saya ironis. Masa setingkat mahasiswa seni tidak bisa mencari musik yang baru atau membuat musik”60

Ada kekhawatiran disini, tentang perkembangan musik di Bandung. Kekhawatiran ini, ia jelaskan mengenai masyarakat seni muda yang berkiblat ke Sambasunda. Ia senang musik Sambasunda diterima di kalangan masyarakat, tapi sisi lainya ia ironis melihat anak muda hilang percaya diri dalam membuat musik. Bahkan perkembangan saat ini, musik di Bandung tidak lepas dengan cap Masyarakat “Musikna Ciga

Sambasunda” (musiknya kaya Sambasunda). Cap negatif masyarakat ini ditunjukkan, terhadap pelaku musik di Bandung. Ini menjelaskan bahwa masyarakat ini tidak bisa membedakan musik Sambasunda dan musik lainnya.

Urang modol hariringan Sambasunda, dina motor bari hariringan Sambasunda. Rek kumaha teu kapangaruhan ku Sambasunda. Sok coba urang ngadangekeun Sambasunda di sakola SMKI, ayana geus sapuluh tahun urang ngadenge keun Sambasunda. Nya pasti musik urang rek dikumaha- kumaha ge pasti urang jiga Sambasunda. Nya kahiji Sambasunda terkenal lah

60Wawancara dengan Ismet Ruchiat, dilakukan pada tanggal 8 Maret 2018

73

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

di Jawa Barat bahkan diluar negeri ge terkenal, saha anu teu kenal ka Sambasunda. Terus musikna gampang di hapal, sakali ngadenge keun urang bisa hapal. Nya pantes lamun sakelas mahasiswa kabeh osok ngibalat ka Sambasunda. Nya eta Sambasunda ceuk urang tea terkenal.61

Saya buang air besar menyanyikan Sambasunda, lagi mengendarai motor sambil menyanyikan Sambasunda. Mau gimana gak terpengaruhi oleh Sambasunda. Ya coba saya awal mendengarkan Sambasunda dari SMKI, sekarang sudah sepuluh tahun mendengarkan Sambasunda. Ya pasti musik saya mau di gimana-gimana juga pasti mirip Sambasunda. Yang kesatu Sambasunda terkenal lah di Jawa Barat bahkan luar negeri juga terkenal, siapa yang tidak kenal Sambasunda, terus musiknya gampang dihafal sekali mendengarkan saya bisa hafal. Ya pantasan kalau sekelas mahasiswa semua suka mengkiblatkan Sambasunda. Ya itu Sambasunda kata saya juga terkenal.

Sambasunda bagi masyarakat seni muda Bandung mempunyai ikatan tersendiri.

Mereka dikonstruksi oleh musik Sambasunda, tidak disadari hubungan ini timbul dengan alami mempunyai rasa kedekatan. Rasa kedekatan ini, dalam contoh kasus narasumber di atas tanpa bahwa semakin dekatnya ia dengan Sambasunda, maka dia tidak bisa membedakan dirinya dan Sambasunda. Bahkan karya musiknya mirip dengan

Sambasunda. Padahal menurut Diki, mereka tidak sepenuhnya berniat menyamakan dengan Sambasunda, tapi orang lain mengatakan bahwa musiknya mirip Sambasunda.

61Wawancara dengan Diki Dolimpong, dilakukan pada tanggal 7 Juni 2016.

74

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Ingin Menjadi Sambasunda

Gimana Caranya kalo ingin masuk jadi anggota Sambasunda apa saja syaratnya?62 Wah pengen belajar ke Sambasunda euy…ada yang tahu alamatnya ga?63 Gimana ya caranya supaya bisa gabung di Sambasunda tuh?Pengen sekali pentas ke luar negeri ngeliatin kesenian kita.64

Pada tahun 2010an mulai bergabung grup Sambasunda Fans Club di facebook.

Grup ini bergerak, sebagai wadah bagi pengemar musik Sambasunda, dan informasi acara pementasan Sambasunda. Awal masuk grup ini, saya dikagetkan dengan kiriman pesan di grup yang memuji Sambasunda, mendoakan Sambasunda, menanyakan kapan pentas lagi. Dan yang paling membuat kaget adalah adanya seseorang yang menanyakan bagaimana caranya masuk grup Sambasunda. Bahkan, ada kiriman pesan ingin masuk grup Sambasunda hanya karena penanya tersebut ingin ikut pentas keluar negeri.

Pelaku seni sekarang banyak yang berorientasi pada seniman yang bisa go-

Internasional. Pelaku seni yang sudah mampu melakukan pementasan di luar negeriakan dilihat memiliki derajat dan pengalaman lebih tinggi dari yang lain. Eksistensi

Sambasunda di kancah Internasional tidak diragukan lagi. Dalam satu bulan

Sambasunda bisa mengikuti sedikitnya empat kali pertunjukan musik bergensi.65

Perbedaan Sambasunda dan musik lainya, menurut Ismet grup Sambasunda tidak pernah menerima tawaran dari Kedutan Besar Republik Indonesia. Penolakan ini, dilakukan berdasar keinginan untuk bisa, mencari jalan baru untuk bisa terkenal secara luas di luar negeri.

62Kiriman komentar dalam grup fans Sambasunda di Facebook, 14 febuari 2010. 63 Kiriman komentar Muhamad Diks Septapa fans Sambasunda di Facebook, 14 febuari 2010. 64 Kiriman Kunaepi Aang dalam fans Sambasunda di Facebook, 18 desember 2012. 65 Lihat jadwal pertunjukan Sambasunda dalam KAPA

75

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Yang jadi pertanyaan kemudian, apakah masyarakat ingin menjadi Sambasunda, atau kah ingin pentas keluar negeri? Untuk kebanyakan mahasiswa seni, keluar negeri adalah salah satu cita-cita mereka. Tidak sedikit seniman muda memburu event-event musik di negara-negara Asia bahkan Eropa. Ketika jadi mahasiswa seni, kalau mereka belum pernah pentas musik di luar negeri maka mereka akan dianggap hina. Bahkan tidak sedikit mahasiswa seni demi meraih cita-citanya keluar negeri menjadi mahasiswa penjilat dosen. Tujuannya biar bisa dibawa keluar negeri. Dengan melihat konteks

Sambasunda yang hampir tiap bulan pementasan keluar negeri, siapa yang tidak mau menjadi Sambasunda. Cita-cita menjadi personil Sambasunda di Bandung, menjadi dambaan bagi mahasiswa seni. Ketika ditanya mengapa ingin masuk Sambasunda,

Nendar mengatakan:

“Ketika mengikuti grup Sambasunda saya mempunyai kebanggaan dan mempunyai nama dimasyarakat pemain Sambasunda. Semenjak SMKI saya sangat senang dengan musik Sambasunda.Lagu-lagu Sambasunda saya pelajari, sangking fans beratnya pada waktu SMKI saya tiap hari mendengarkan musik Sambasunda. Ada lagu baru Sambasunda langsung saya pelajari, gak ada hentinya mengikuti perkembangan musik Sambasunda. Tapi Sekarang Alhamdulilah saya, pernah proses dengan Sambasunda. Siapa yang gak mau diajak Sambasunda, pasti semua seneng! Yang dulu saya impikan sebagai pemain Sambasunda eh ternyata saya jadi pemain Sambasunda. Saking senengnya Saya diajak Sambasunda, tidak memikirkan materi atau bayaran, yang penting bisa jadi anggota Sambasunda. Dari proses dengan Sambasunda, saya bisa keluar negeri dua kali, Norwegia, dan Belanda”.66

Ia bahkan menambahkan dengan menceritakan pengalaman keluar negeri bersama

Sambasunda. Pengalaman mengikuti Sambasunda akhirnya mampu, menjadi kebanggaan Nendar sebagai pemain Sambasunda. Tidak dipungkiri, Nendar dipandang

66Wawancara dengan Nendar, dilakukan pada tanggal 7 Juni 2016.

76

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

oleh masyarakat lain sebagai artis. Dari pengalamannya ia bercerita bahwa, semenjak masuk Sambasunda, orang-orang menjadi segan kepadanya. Bahkan masyarakat lain malu mengajak Nendar untuk pentas musik. Menurutnya, ketika mereka mengajak

Nendar maka mereka akan malu dengan kemampuan bermusiknya karena alasanya pemain Sambasunda yang dipandang lebih tinggi derajatnya.

Keinginan menjadi anggota Sambasunda tidak dirasakan oleh Nendar saja.

Banyak mahasiswa seni berorentasi musik Sambasunda, bahkan musik yang dimainkannya mempunyai kesamaan dengan Sambasunda. Kesamaan itu, disengaja atau tidak bisa dirasakan oleh pendengar bahwa musik itu sama dengan Sambasunda.

Kesamaan musik Sambasunda dengan masyarakatnya dapat dilihat, salah satu indikatornya yaitu dengan mereka mengikuti Sambasunda. Apa yang diikutinya?

Kepuasan apa yang di dapatkan ketika mengikuti Sambasunda, dan apa tujuannya?

Segala bentuk yang disajikan oleh Sambasunda kemudian, diikuti oleh masyarakatnya.

Mereka menambahkan instrumen baru, melodi, dan membuat bentuk musiknya yang selalu berorentasi ke Sambasunda. Ketika menanyakan kenapa selalu mengikuti

Sambasunda, Ipin mengatakan:

“Mengikuti Sambasunda itu, mungkin salah satu faktornya terkenal di Bandung. contohnya gini, Sambasunda memakai alat musik timbalis asal latin. Semua grup yang ada di Bandung menggunakan timbalis. Sambasunda memakai biola, semua grup memakai biola”.67

Ketika ditanya apa yang diikuti dari Sambasunda, Ipin mengatakan: “Yang diikuti dari Sambasunda, pasti musiknya, dan segala tren yang muncul dari Sambasunda pasti

67Wawancara dengan Ipin, dilakukan pada tanggal 7 Maret 2018.

77

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

diikuti oleh juniornya”. Ketika ditanya apa kepuasan dan tujuannya mengikuti

Sambasunda, Ipin dan Nendar mengatakan hal yang serupa. “Kepuasannya terletak dari musik Sambasunda yang enak dan ketika dimainkan merasa puas dengan musiknya dan penonton gampang menerima”. Ipin mengatakan tujuannya mengikuti Sambasunda,

“sebenarnya tidak ada tujuannya hanya mendengarkan musik saja, lama-lama terinspirasi membuat grup serupa dengan Sambasunda dan akhirnya grup itu bisa diterima masyarakat.”

Populernya Sambasunda di Bandung ditandai dengan munculnya kelompok- kelompok musik lain yang terinspirasi oleh Sambasunda. Genre musik yang dibawakan grup ini tidak lepas dengan tradisi Sunda. Musik Sunda dikemas sedemikian rupa untuk membedakan diri dengan musik tradisi Sunda. Kemasan ini tidak jauh dengan penambahan alat-alat musik modern, seperti; Biola, Flute, Gitar Bass, Sexsofon, dan

Timbalis. Dengan menambahkan alat-alat musik modern ini, tidak dipungkiri grup-grup ini mengindetitaskan dirinya sebagai World Music.

Kehadiran World Music di Bandung menjadi perbincangan dan daya tarik anak muda. Kelompok anak muda ramai-ramai mengidentitaskan dirinya sebagai kelompok musik yang beroientasi World Music. Sebelum terkenalnya World Music di Bandung, jauh-jauh hari Sambasunda telah mengidentitaskan dirinya sebagai grup musik pertama yang berorientasi World Music di Indonesia. Istilah World Music bagi anak muda

78

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

akhirnya dipandang musik kolaborasi, antara musik Sunda dengan musik lainnya seperti; Irlandia, Arabia, dan musik Barat pada umumnya.68

Ketika melihat data di lapangan, istilah World Music sering kali di praktekan sebagai jembatan seniman untuk bisa go-Internasional. Ada pembayangan di masyarakat bahwa grup yang berorientasi World Music bisa terkenal dan pentas di luar negeri. Bayangan ini telah membayangi grup-grup musik di Bandung. Bahkan karena fenomena World Music ini, Bandung membuat event bertemakan World Music.

Tujuannya hanya ingin mewadahi musik-musik yang kurang diperhatikan oleh masyarakat dan mewadahi grup-grup musik tradisi.69

Citra Sambasunda sebagai World Music, telah melekat dalam pandangan masyarakat seni muda. Masyarakat seni muda memandang kepopuleran Sambasunda karena World Music. Tidak heran pada perkembangannya saat ini, masyarakat seni muda mengindentifikasikan diri pada World Music. Pada praktiknya, musik

Sambasunda dicontohkan sebagai World Music, dan itu menyebabkan banyaknya grup musik di Bandung mempunyai kesamaan dalam musiknya.

Segala cara telah ditempuh untuk mengikuti jejak Sambasunda. Mencari kepopularan dengan identitas World Music telah dilakukan, akan tetapi tidak semua orang bisa semulus Sambasunda. Kepopuleran Sambasunda dalam World Music seperti adalah berkat perjuangan manajemen musik Kappa Production. Kappa Production ialah manajemen Sambasunda, yang mengurus segala kebutuhan pementasan Sambasunda

68Wawancara dengan Rendi Parahyena, dilakukan pada tanggal 6 Maret 2018. 69Wawancara dengan Ismet Ruchimat, dilakukan pada tanggal 8 Maret 2018.

79

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

diluar negeri. Berkat Kappa Production juga, Sambasunda bisa masuk dalam festival

World Music.70 Hal ini juga, menyebabkan masyarakat seni muda mencari jalan untuk mengikuti arah Sambasunda. Mereka mengikuti Sambasunda untuk mencari kepuasan sebagai seniman go-Internasional.

Masyarakat seni muda, masih menganggap pementasan musik diluar negeri bisa diadalkan sebagai mata pencarian. Mereka membayangkan bahwa pementasan diluar negeri mendapat bayaran besar. Akan tetapi, ketika melihat data pengalaman Nendar pergi keluar negeri, kenyataannya berbeda dengan yang dibayangkan. Ketika keluar negeri, fasilitas dan kebutuhan bisa terpenuhi baik penginapan dan makanan. Selama diluar negeri, mereka bisa mempunyai pengalaman yang besar, dan juga bisa kenalan dengan orang luar negeri. Namun, secara materi ternyata tidak mampu terpenuhi.

“Tetapi secara materi kurang memuaskan. Keluar negeri dalam dua minggu mendapatkan uang dua juta. Tetapi kalau kita berpijak pada zaman sekarang keluar negeri berpikiran jalan-jalan saja. Emang dulu saya mencari nama di masyarakat dan ingin keluar negeri hanya jalan-jalan. Sekarang saya berorentasi pada uang aja, ketika kita di Indonesia pentas musik dalam tujuah hari bisa lebih kalau dibandingkan dengan keluar negeri’.71

Namun, Nendar justru lama kelaman mempersoalkan materi yang dihasilkan.

Awal ia memasuki Sambasunda memang dengan alasan untuk mencari pengalaman keluar negeri, akan tetapi pada akhirnya mencari kepuasan materi. Untungnya pasar pertunjukan di Bandung, lebih tinggi dari daerah kota-kota lainnya. Pertunjukan di

Bandung tidak terpaku event pemerintah, atau event perusahan swasta. Event seni

70Ibid, Ismet Ruchimat. 71Wawancara dengan Nendar, dilakukan pada tanggal 7 Juni 2016.

80

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pertunjukan di Bandung salah satunya, didominasi oleh hiburan pernikahan. Bahkan menurut Agus Firman dalam satu hari bisa pentas tiga kali atau bahkan lebih.

“Biasanya pentas pertama pagi jam 7an acara upacara adat untuk nyambut pengantin. Acara ini kalau gak molor bisa sampai jam 10an. Terus kadang ada juga jam 12an upacara adat lagi di hotel. Kalau acara di hotelkan 2 jam beres. Terus kalau ada Ngeuyeuk seureuh (Siraman) Jam 4 sorean sampai jam 5an. Ya paling banyak pemusik satu hari bisa pentas tiga kali.”72

Ketika mempersoalkan materi atau bayaran, bayangan atas mahasiswa yang mampu pentas di luar negeri pasti mendapat bayaran yang besar. Dalam data wawancara, Nendar sebagai pelaku seni yang sering pentas keluar negeri ternyata mempunyai kegelisahan atas bayaran yang kecil. Jadi, solusi Nendar sekarang ini justru dengan memilih pentas di Bandung untuk mencari materi. Akan tetapi kalau yang dicari adalah hiburan, kesempatan keluar negeri menawarkan kesempatan untuk bisa jalan- jalan tersebut.73 Melihat data wawancara Agus Firman, memang Nendar terlihat lebih nyaman dalam mencari materi uang di Bandung. Jika di hitung rata-rata, sekali pementasan pun ia mampu mencapai angka sekitar tiga ratus ribu rupiah dalam satu acara. Dalam seminggu ia mempunyai empat jadwal manggung, dan dalam sebulan

Nendar mendapatkan upah bayaran mencapai empat juta delapan ratus.

72Wawancara dengan Agus Firman, dilakukan tanggal 4 Juni 2016. 73Wawancara dengan Nendar, dilakukan pada tanggal 7 Juni 2016.

81

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Sambasunda-an

A wawan urang Sambasundaan!74 Eta maen biolana ciga Sambasundakeun!75

Sepanjang proses musik, kata Sambasunda-an sudah terbiasa terdengar ditelinga saya. Makna Sambasunda-an pun pada perkembangannya bisa diartikan sebagai

“mengikuti musik Sambasunda”. Awalnya mendengar kata Sambasunda-an hal biasa.

Akan tetapi, lambat laun hal tersebut menjadi kegelisahan tersendiri, bahkan kata

Sambasunda-an ini mampu memunculkan genre musik Sunda yang baru.

Perkembangan musik Sunda ditandai oleh Mang Koko Koswara. Sebagai tokoh pembaruhan Karawitan Sunda. Mang Koko membuat genre musik baru yang disebut

Wanda Anyar (gaya baru). Selama hidupnya Mang Koko berkarya musik Sunda, bahkan lagu-lagunya sampai sekarang masih bertahan. Dengan memimpin KOKAR tahun 1966

(Konservatori Karawitan), karya Mang Koko dikenalkan pada siswa-siswanya. Dari sini lah banyak seniman-seniman yang muncul dipengaruhi oleh karya Mang Koko seperti

Nano Suranto.

Nano Suranto, atau Nano S, adalah salah satu seniman Sunda. karya-karyanya tidak bisa lepas dari adanya Gamelan Degung. Lagu Kalangkang, dan Cinta Ketok

Magic adalah salah satu karyanya. Meskipun karya musiknya sempat dihina oleh kalangan seniman tradisi, tetapi karyanya dikenal sampai sekarang. Dengan gaya-gaya pop Sunda, karya musik Nano Suratno membuat gempar dimasanya. Pop Sunda adalah salah satu genre baru yang muncul berkat pemikiran Nano Suranto.

74A wawan urang Sambasundaan jika diartikan seseorang mengajak memainkan musik seperti Sambasunda. Ungkapan ini, tidak disadari muncul saat proses latihan atau pementasan. 75 Itu main biolanya kaya Sambasunda

82

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kedua tokoh ini memunculkan gaya musik yang berbeda. Baik Mang Koko,

Wanda Anyar dan Nano S, dengan pop Sunda. Tapi kehadiran Sambasunda di tengah masyarkat Bandung tidak mempunyai ikatan tehadap kedua tokoh karawitan ini. Ketika ditanya mengapa Sambasunda berbeda dengan musik Mang Koko dan Nano S, Ismet

Ruchimat menyatakan.

“Perkembangan musik pada waktu itu tidak lepas dari gaya Mang Kokoan dan Pak Nano S. Nah sebenarnya kehadiran Sambasunda di Bandung tidak sejalur dengan perkembangan musik tokoh-tokoh terdahulu. Tapi Sambasunda bikin jalur yang berbeda dari yang lain. Memang Sambasunda secara musikal tidak lepas dengan tradisi Sunda.Contohnya melodi-melodinya banyak yang terinspirasi dari Tembang Cianjuran. Sedangkan Mang Koko saya melihat konsepnya ke Gamelan Jawa”76

Pada perkembangan musik Sunda saat ini, Sambasunda yang dinilai sebagai patokan. Kata Sambasunda-an pun bisa dikatakan sebagai ungkapan mengikuti

Sambasunda, baik dari intra musikalnya dan ekstramusikalnya.

Gambar 12. Pertunjukan musik masyarakat seni muda Bandung dalam acara pernikahan, dengan alat menggunakan musik Suling, kendang, biola, kacapi, timbalis. Sumber: Koleksi pribadi

76Wawancara dengan Ismet Ruchiat, dilakukan pada tanggal 8 Maret 2018.

83

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Disini bisa terlihat bahwa Sambasunda bukan hanya merujuk pada alat musik apa saja yang mainkan, tetapi dari segi format instrument pun mereka mengikuti apa yang dimainkan oleh sambasunda. Seperti halnya Sambasunda penggunaan Timbalis, Biola dan lain-lain pun mereka mengikuti Sambasunda. Bahkan pada saat ini, hampir pemain musik tidak duduk lesehan seperti yang kita bayangkan pada permainan gamelan.

Kebiasan menggunakan kursi pun menjadi ciri khas dan harga jual, karena mereka menganggap memakai kursi lebih modern dan seperti pemain musik modern.

Musiknya yang dipertunjukan pun sudah memasukkan unsur-unsur musik populer. Mereka membawakan dang-dut, pop Barat, dan pop Indonesia tergantung permintaannya. Bahkan yang terasa di dalam musiknya, ada unsur yang dipaksakan, misalnya sinden membawakan lagu pop, dan pemusik mengiringi apa adanya. Yang menonjol dalam perminannya hanyalah kendang dan timbalis saja.

B. Ruang Pertunjukan Masyarakat Seni Muda Bandung

Pertunjukan ialah pengungkapan aktivitas yang diluar keseharian.77 Di dalam pertunjukan ada sebuah aktivitas pengungkapan yang meminta keterlibatan, kenikmatan pengalaman yang ditingkatkan, serta mengundang respon. Bermunculnya ruang seni atau Art Space untuk kenikmatan anak muda menjadi salah satu tanda akan kebutuhan ini. Dengan beragamnya karya seni yang tercipta, maka ruang seni sebagai wadah nongkrong yang lagi nge-hits.

Ruang seni ini digunakan sebagai ajang bentuk ekspresi dari anak muda. Ruang seni tidak berpatok pada suatu panggung yang telah di desain.Akan tetapi ruang seni ini

77Lono Simatupang, Pagelaran Sebuah Mozaik Penelitian Seni-Budaya. (Yogyakarta: Jalasutra), 6.

84

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

diadakan sebagai tempat untuk mengekspresikan dirinya. Tidak dipungkiri juga, ada ruang pertunjukan sebagai lahan untuk mencari materi, dan ada juga ruang pertunjukan sebagai ekspresi. Di Bandung, ruang pertunjukan anak muda, tidak berpatok pada acara yang diselenggarakan pemerintah. Ruang pertunjukan ini, muncul dari kebutuhan dan gaya anak muda Bandung itu sendiri.

1. Jasa Kesenian Tradisional

Jasa kesenian tradisional dikenal juga dengan grup seni yang bekerja dibidang komersial. Akhir-akhir ini, masyarakat seni muda Bandung disibukkan dengan pekerjaan seni. Muncul media sosial Instagram pelaku seni ramai mempromosikan grupnya. Kebutuhan akanseni tradisional di Bandung tidak disangka memunculkan grup-grup baru untuk melayani kebutuhan jasa kesenian.

Tingginya kebutuhan jasa kesenian menyebabkan, grup musik ramai mempromosikan jasa kesenian dengan dana bermacam-macam berdasarkan paketnya.

Salah satu fenomena dari jasa kesenian ini adalah usaha menjual seni untuk pasar pernikahan. Salah satu contohnya adalah, Inten Dewangga yang merupakan salah satu dalam grup (lingkung seni) asal Bandung. Ia menjual produk kesenian tradisi dengan pengemasan iklan dengan baik, baik harganya yang beranekaragam dan juga bisa terjangkau semua kalangan untuk semua kalangan masyarakat.78

Jasa dan harga upacara adat perkawinan / pernikahan Sunda lengkap :

Pemandu Seserahan Siraman & Nyeuyeuk Seureuh (diiringi musik kacapi Suling) Sawer, buka pintu, huap lingkung setelah akad nikah. Upacara penyambutan pengantin dengan musik gamelan dan diiringi penari, pembawa payung, dan lengser. Tarian hiburan: tari Topeng, Merak, Jaipongan. Untuk

78Dilihat dari,http://www.intendewangga.com/profile.html. (diakses pada tanggal 27 April 2017).

85

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

musik dalam resepsi pernikahan: musik elektune, Gamelan Degung, Kacapi Suling. Untuk biyaya musik elektune harga hemat Rp. 3.000.000 dan harga standar Rp. 4.500.000.Gamelan Degung harga hemat Rp. 4.000.000 dan harga Standar Rp. 5.500.0000. Kacapi Suling harga hemat Rp. 3.000.000 harga standar Rp. 4.500.000.Upacara adat Sunda lengser versi musik gamelan degung harga hemat Rp. 7000.000 dan harga standar Rp. 9.500.000. Upacara adat Sunda lengser versi kacapi suling harga hemat Rp. 6.000.000 dan harga standar Rp. 8.500.000.

Rincian di atas ini merupakan salah satu promosi, grup kesenian Inten Dewangga.

Grup semacam ini, akhir-akhir ini hadir dan ramai mempromosikan dirinya dengan menjual jasa kesenian. Yang paling menarik untuk dibicarakan saat ini, adalah jasa kesenian upacara adat. Upacara adat ialah upacara menyambut pengantin laki-laki dengan penari wanita empat, pembawa payung, dan Lengser (pemeran kake-kake), yang diiringi musik gamelan maupun kecapi suling.

Keunikan upacara adat ini, terletak pada leulucon Lengser. Peranan Lengser dalam upacara adat ialah supaya orang yang mengatur jalannya acara tersebut dapat dibarengi dengan lelucon. Kepopuleran upacara adat ini kemudian menjadi kebiasaan bagi yang merayakan pernikahan. Sampai-sampai ada omongan “kalau hajat ga pake upacara adat kurang afdol”.79 Derasnya kebutuhan masyarakat akan hiburan seperti ini menjadi berkah bagi seniman.

Tingginya kebutuhan akan musik Sunda ini membuat para pelakunya kian hari kian bertambah. Banyak grup terbentuk dengan para pelakunya profesional dan tidak dipungkiri juga banyak bermunculan grup amatir. Demi mencukupi kebutuhan upacara adat, mau tidak mau manajemen jasa kesenian mengajak masyarakat seni muda untuk bergabung.

79Wawancara dengan Agus Firman, dilakukan tanggal 4 Juni 2016.

86

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Sebagian besar pemain musik upacara adat akhirnya diisi oleh anak muda. Harga jual anak muda dalam upacara adat ini lebih menjual dalam kemasan musiknya. Ada anggapan bahwa anak muda lebih bisa mengikuti kemauan sang pemilik hajat, dan tidak terbentur dengan pakem. Sehingga peranan anak muda ini membawa warna baru dan perubahan musik dalam upacara adat.

Tidak disangka upacara adat ini telah menjadi perkerjaan masyarakat seni muda.

Mereka bekerja setiap hari, bahkan setiap satu hari mereka bisa menerima permintaan tampil sebanyak tiga kali. Penerimaan job bagi sebagian besar pelaku seni adalah sebuah kebahagian, atau merupakan hobi yang dibayar. Dari situ mereka mendapatkan rejeki, sekaligus bertambahnya pengalaman. Banyak omongan diantara teman pemusik yang menyebutkan, bahwa kerja bermain musik itu menyenangkan, tidak membutuhkan pikiran yang banyak. Pokoknya senang. Dan duit juga lumayan.80

Ada beberapa perkiraan klasifikasi acara berdasarkan materi. Ada acara yang besar nilainya, acara menegah, dan ada juga acara kecil, serta juga acara persaudaraan yang disebut acara Sambatan.Acara Sambatan ini setidaknya pemain musik tidak menerima upah berupa uang, kecuali makan, rokok, bahkan terkadang hanya salaman sembari mengucapkan “terima kasih sudah membantu acara ini jangan kapok ya”.Tapi melihat data di lapangan, acara Sambatan ini sudah jarang ditemui, dan pemain musik pun sudah tidak mau menerimanya. Bahkan ketika meminta tolong sesama teman pun, mereka menolak dengan alasan mempunyai acara lain. Kegelisahan ini menjadi perhatian bagi lembaga pendidikan seni, karena mereka khawatir dengan mahasiswa

80 Wawancara dengan Nendar, dilakukan pada tanggal 7 Juni 2016.

87

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

seni yang berorientasi pada acara. Tidak dirasakan juga, masyarakat muda ini berorientasi pada materi, dan justru menghilangkan proses seni.

2. Matasora World Music Festival

Matasora World Music Festival (MWMF) adalah salah satu event istimewa bagi masyarakat seni muda Bandung. Para pengisi event ini adalah grup-grup yang mendambakan untuk bisa mengisi di festival ini. Semua pengisi acara ini pun adalah grup-grup pilihan dan mempunyai orientasi musik World Music.

Gambar 12. Salah satu poster acara MatasoraWorld Music Festival 2017 Sumber: Koleksi pribadi

Menariknya event Matasora ini adalah kebiasaannya dalam mengadakan dua agenda, workshop musik dan pementasan musik. Memang festival ini dirancang untuk meningkatkan pengetahuan musik dan dialog multikutural, sebagaimana dalam acara ini hampir kebanyakan pengisinya dari berbagai negara. Ketika membawa nama World

Music, maka yang dibayangkan adalah adanya musik dari berbagai negara. Jadi, dalam

88

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

acara ini dimeriahkan oleh: Colin bass (Inggris), Electric Fields (Autralia), Patrick Shaw

Inversen (Norwegia).

Matasora festival ini menjadi agenda pemerintah dalam 100 kegiatan festival yang diselenggarakan di berbagai daerah.Acara ini diadakan sebagai program kementrian pariwisata untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. Dengan mengadakan festival berbagai daerah ini, pemerintah berharap bisa mendatangkan 15 juta wisatawan mancanegara dan menggerakan 263 juta wisatawan nusantara tahun ini. Festival

Matasora pun diharapkan dapat menjadi pemersatu hubungan keberagaman budaya di seluruh dunia, serta sebagai karya memperkuat identitas kota Bandung sebagai kota kreatif.81

Yang menarik adalah adanya judul berita dalam media elektronik yang mengatakan, “Colin Bass dan Sambasunda reuni batin di Matasora World Music festival”.82 Judul tulisan dalam media elektronik ini memperjelaskan adanya ikatan persaudaraan kedua musisi ini. Colin Bass musisi asal Inggris ini tidak disangka pada tahun 90an pernah terkenal di Indonesia dengan lagunya Denpasar Moon. Lagu-lagunya sampai sekarang masih menarik untuk didengar contohnya, lagu Bandung, yang diciptakan Colin Bass yang pemusiknya Ismet Ruchimat. Yang menjadi ciri khas Colin

Bass dalam pembawaan lagunya ialah adanya usaha, percampuran bahasa Indonesia dan

Ingris. Bahkan pada waktu event Matasora ini, ada teriakkan dari penonton yang

81Dilihat dari, https://travel.detik.com/travel-tips/d-3702146/7-tips-liburan-ke-joglosemar, (diakses pada tanggal 27 Mei 2017). 82Dilihat dari, http://sorotindonesia.com/colin-bass-dan -sambasunda-reuni-batin-di-matasora, (diakses pada tanggal 27 Mei 2017).

89

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

meminta dibawakan lagu Denpansar Moon. Akhirnya pada event Matasora Colin Bass pun kembali menyanyikan lagu itu.

Gambar 13. Ismet Ruchimat dan Cholin Bass ketika berdiskusi setelah jumpa pers Sumber: Koleksi pribadi

Hubungan persahabat Ismet dan Colin Bass terjalin baik, satu sama lain. Dengan memberi dorongan untuk memajukan grup musik masing-masing dengan memberikan informasi event musik. Jalinan hubunganini bisa dirasakan setiap event World Music di

Bandung dengan hadirnya Colin Bass menjadi Bintang tamu dari tahun ke tahun, dan

Colin Bass pun melakukan hal yang sama, yaitu dengan membawa Sambasunda ke event yang ada di luar negeri. Jika ditanya peranan Colin Bass dalam Sambasunda,

Ismet menyatakan.

Kalau Saya tidak kenal dengan Colin Bass, mungkin saya dan Sambasunda tidak terkenal di luar negeri. Pertama yang membawa pentas Sambasunda keluar negeri itu kan Colin Bass. Pokoknya itu Colin mempunyai jasa paling besar dalam promosi Sambasunda ini. Sampai sekarang Colin terus berkomunikasi dengan baik, sehingga persaudaraan kita tidak hanya di atas panggungakan tetapi di luar panggung pun terus terjalin.83

83Wawancara dengan Ismet Ruchiat, dilakukan pada tanggal 8 Maret 2018.

90

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kehadiran Matasora pun, Ismet menganggapnya sebagai reuni musisi-musisi luar dengan musisi Indonesia. Harapannya, dalam event ini para musisi bisa bertukar pikiran dengan sesama musisi lokal dan global. Bagi grup musik anak muda, kesempatan seperti ini bisa memberikan bekal dan pengalaman yang berharga. Acara ini juga, dimeriahkan oleh musisi lokal seperti: Sambasunda, Kuaetnika, Balaruna, Shiri Sriram,

Trah, Rubah Di Selatan, Persahabatan Project, Saratus Persen, dan Parahyena.

3. Turn Music

Turn music ialah wadah pertunjukan bagi masyarakat seni muda Bandung. Acaran ini untuk mementaskan karyanya yang belum dipublikasikan. Sebagai upaya media promosi dan bertukar pikiran, Music Turn diharapkan mampu menjadi ajang bagi masyarakat seni muda untuk bisa mempertanggung jawabkan karya musiknya. Acara ini sekaligus upaya untuk menjawab kebingungan para pelaku seni akan nasib karya-karya mereka.84Fenomena “punya karya tapi tidak tahuharus dikemanakan supaya dikenal publik banyak terjadi pada kelompok-kelompok musikindependen hari ini”, sehingga kebanyakan dari mereka kebingungan atas nasib dari karya yang sudah mereka garap sedemikian rupa.

84 Dilihat dari, https://www.djarumcoklat.com/article/turn-music-pelita-di-abstraknya-nasib-karya-para- musisi-indie (diakses pada tanggal 27 Agustus 2017).

91

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 13. Salah satu poster Trun Music 2017 Sumber: koleksi pribadi

Ketika mereka sudah membuat karya dan direkam, mereka biasa memunculkan pertanyaan: “karya ini mau dikemanakan selanjutnya?”,“terus bagaimana caranya agar orang bisa mendengar?” Menyikapi kegelihasan yang dirasakan oleh sesama grup musik, mereka pun mencoba membuat acara yang dapat mewadahi karya masyarakat seni muda. Dengan konsep pertunjukan dan sharing session bertanjuk Turn Music– bring your to other listeners. Acara ini diadakan di kampus ISBI Bandung.

Gambar 14. Pertunjukan masyarakat seni muda Bandung dalam acara Turn Music Sumber: Koleksi pribadi

92

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kampus ISBI Bandung ialah kampus seni dan tempatnys band-band atau grup musik etnis berkembang. Kebanyakan grup musik dilingkungan kampus ISBI Bandung, menjadi kebingungan berkaitan masa depan karya musik mereka,85 karena masyarakat seni muda ini mempunyai karya musik yang hanya di simpan dalam leptop dan hanya diperdengarkan oleh teman-teman terdekat.

Bagi Rendy Parahyana, kampus ISBI Bandung adalah tempat kelompok- kelompok musik berpotensi dan akibatnya banyak sekali grup-grup musik bermunculan.86Dengan melihat perkembangan kampus seni yang ada di Indonesia, kampus ISBI Bandung mejadi berbeda dari kampus seni yang lain. Selain kampus ini terkenal dengan munculnya grup Sambasunda, personil Sambasunda pun hampir semuanya alumni ISBI Bandung, dan pendirinya pun sekarang menjabat sebagai pengajar di kampus itu. Tidak aneh apabila akhirnya kampus disebut sebagai “ISBI

Bandung ruang Industri Musik” karena hampir semua pengajar mempunyai grup musik dan semua mahasiswanya mempunyai grup musik.

C. Membentuk Grup Musik

Usaha membentuk grup musik pun kemudian menjadi suatu tren masyarakat seni muda Bandung. Hampir semua masyarakat seni muda mempunyai grup musik. Mereka membentuk grup untuk menyalurkan ide-ide berkarya dan tidak dipungkiri juga mencari materi. Ketika ditanya mengapa di kampus ISBI banyak grup musik, Dicki Dolimpong menyatakan.

85Wawancara dengan Rendi Parahyena, dilakukan pada tanggal 6 Maret 2018. 86Wawancara dengan Rendi Parahyena, dilakukan pada tanggal 6 Maret 2018.

93

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kalau saya lihat, di kampus ISBI Bandung memang banyak grup musik.Dan pasti setiap angkatan mahasiswa mempunyai grup musik. Coba hitung aja grup musik dari angkatan junior sampai angkatan sunior banyak sekali. Dan setiap kelas pasti ada grup musik. Memang banyak grup kalau dihitung lebih dari 50an, tapi kalau yang aktif berkarya dan tetap solid mungkin seengahnya.87

Melihat fenomena musik di kampus ISBI Bandung, hal yang menarik di sini adalah alasan merebaknya grup musik di lingkungan kampus ISBI itu. Mereka membuat grup sebagai ajang ekspresi untuk menunjukkan bahwa mereka aktif dalam berkarya.

Akan tetapi dari pengalaman saya, dalam ranah apresiasi musik, di ISBI Bandung muncul banyak kekhawatiranatas arah musik fenomena tersebut. Memang mahasiswa

ISBI eksis dalam media televisi, dan tidak jarang mahasiswanya menjadi pemusik di televisi swasta ternama seperti Trans TV, Trans 7, dan Indosiar. Yang menjadi kekhawatiran beberapa orang saat ini adalah, kenapa musiknya hampir sama kaya

Sambasuda? Apakah Sambasunda berpengaruh terhadap karya musik mereka? Atau juga masyarakat seni muda ini mencontoh Sambasunda? Ketika ditanya dengan permasalahan ini, Dicki Dolimpong menyatakan.

Memang hampir grup musik yang ada di kampus ISBI, merujuk pada Sambasunda. Meskipun dia tidak mengakui bahwa dia merujuk Sambasunda.Ya kita bisa lihat bahwa Sambasunda seniman besar karya musiknya tidak dihitung lagi.Setiap yang dilakukan pasti grup-grup yang lain mengikuti Sambasunda. Contohnya sekarang lagi rame dengan instrumen timbalis. Semua grup pakai timbalis. Pengaruh musik Sambasunda menurut saya besar, tapi kebanyakan orang tidak mengakui karya Sambasunda. Saya melihat kalangan pengajar di ISBI Bandung mempunyai masalah. Yang satu memilih tradisi dan mengabungkan tradisi dan yang satu lagi tradisi sebagai basis perkembangan. Jadi pantas juga setingkat mahasiswa merujuk Sambasunda karena musiknya juga tidak terlalu tradisi.88

87 Wawancara dengan Diki Dolimpong, dilakukan pada tanggal 7 Juni 2016. 88Wawancara dengan Diki Dolimpong, dilakukan pada tanggal 7 Juni 2016.

94

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Mereka melihat Sambasunda sebagai senior dalam bermusik, dan tidak dipungkiri juga mereka membuat grup musik dengan melihat pada Sambasunda. Mereka ingin menjadi Sambasunda, yang sukses, dan anggotanya sanggup masih bertahan sampai sekarang. Bahkan menurut Ismet Ruchimat, “banyak masyarakat seni muda menanyakan bagaimana caranya biar sama seperti Sambasunda, yang solid dan terkenal”. Bagi Ismet pertanyaan tentang musik dan proses berkarya sering muncul dalam acara-acara seminar.89Bahkan grup-grup musik di Bandung sering mengirim CD musik dan video untuk diberi masukan pada karya.

Keberadaan grup musik di ISBI Bandung tidak disangka mempunyai jumlah yang sangat besar. Meskipun mereka ada yang sudah menjadi alumni, mereka masih aktif di

ISBI Bandung untuk terus berproses. Ketika ditanya ada berapa grup di ISBI Bandung,

Dicki menyatakan;

1. PMJ 14. Malire 2. Ethoprogesif 15. Pertapan 3. Tarawangsa Welas 16. Mata Sora ansambel 4. Lakonan 17. Discoehnic 5. Idea Percusion 18. Parahyana 6. Ka Awang-awang 19. Sun 7. Sukat musik 20. Pabrik bambu 8. Bambu 212 21. The rajah 9. Satira 22. Sora senja 10. Tresbag 23. Keroncong delapa 11. Trasncepost 24. Selaras 12. Pasukan perang 25. Biramata 13. Balaruna 26. Sanggita

Hasil pengamatan dilapangan, jumlah grup sebanyak ini dihitung dengan melihat grup-grup yang aktif dalam pertunjukan di kampus ISBI saja. Hampir semua grup ini

89Wawancara dengan Ismet Ruchiat, dilakukan pada tanggal 8 Maret 2018.

95

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

berorentasi pada musik campuran (kolaborasi), mereka mencampurkan musik Sunda dan Barat. Sebagaimana yang sudah dibahas pada bab II bahwa World Music dicirikan sebagai musik campuran.

1. ISBI Bandung Ruang Industri Musik

Ketika narasumber ditanya mengenai jumlah grup musik di ISBI Bandung, mereka semua kebingungan. Akan tetapi,ketika mereka ditanya mengenai grup musik senior? Mereka menjawab dengan cepat, Sambasunda, Malire, PMJ (Pasukan Mang

Jaja), dan Zitermania. Narasumber ini kebingungan bukan berarti tidak tahu dengan munculnya grup musik di lingkungan ISBI Bandunga, akan tetapi kebingungan dikarenakan, banyaknya grup musik yang berkembang di kampus ISBI. Ketika ditanya mengapa grup musik di kampus ISBI banyak bermunculan, Diki Dolimpong mengatakan:

“Kalau menurut saya, mungkin juga melihat para seniornya seperti Sambasunda. Soalnya di kampus ISBI setiap angkatan mempunyai grup musik masing- masing. Malahan satu kelas bisa satu grup musik bahkan lebih”.90

Mengenai maraknya grup musik di kampus ISBI ini, saya juga merasakannya.

Setiap ada kegiatan kampus, grup-grup musik mulai muncul untuk mengisi acara tersebut. Bahkan ada juga grup musik yang hanya sekali pentas bubar, namun adajuga grup musikyang sampai saat ini masih jalan. Fenomena yang terjadi di ISBI Bandung ini pun cukup berbeda dengan fenomena yang terjadi di perguruan tinggi seni yang lain.

Nama-nama perguruan tingi seni di Indonesia diantaranya: ISI Yogyakarta, ISI

Surakarta, ISI Denpasar, ISI Padang Panjang. IKJ. ISBI Bandung berbeda dari

90Wawancara dengan Diki Dolimpong, dilakukan pada tanggal 7 Juni 2016.

96

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

perguruan tinggi lainya karena, ISBI Bandung adalah salah satu perguruan tinggi yang mengikuti kebijakan pemerintah untuk mengganti nama perguruan tingginya menjadi

Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI). Pada saat kebijakan pemerintah tersebut dikeluarkan setiap kampus melakukan unjuk rasa menolak kebijakan pemerintah. ISI

Yogyakarta pernah gempar dengan unjuk rasa tolak ISBI, bahkan setiap tembok ditempelkan tulisan penolakan penggantian nama. Tapi, berbeda dengan situasi di kampus STSI saat itu, kampus ini justru tenang untuk mempersiapkan pergantian nama menjadi ISBI.

Perggantian nama STSI ke ISBI Bandung menyebabkan adanya banyak hal yang berubah. Prodi baru bermunculan, seperti prodi Bambu, Antropologi musik, dan munculnya magister seni pertunjukan. Penambahan nama budaya dalam sekolah seni menjadi beban berat, dimana mahasiswa ISBI selain belajar seni secara praktek dan teori juga diwajib belajar budaya dan memahami budaya. Penambahan budaya ini, otomatis menyebabkan perubahan mata kuliah, dan memasukan unsur-unsur materi budaya. Sebagaimana yang saya pahami dulu di ISI Yogyakarta, mata kuliah budaya kurang menonjol, karena sumber daya dosen yang kurang memenuhi. Sedangkan di

ISBI dosen-dosen ini selain mengajar praktik musik juga diharuskan mengajar teori budaya. ISBI Bandung yang telah memasukkan unsur budaya dalam namanya jelas lebih dituntut untuk bisa memenuhi sumber daya dosen dalam bidang budaya.

Kampus merupakan ruang pembelajaran. Setiap siswa dapat memaknainya sebagai sarana labotarium pendidikan. Akan tetapi, pada perkembangnya, setiap kampus memiliki konsep tertentu dalam praktiknya. Misalnya; kampus sebagai ruang

97

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pendidikan, kampus merupakan ruang kritis, dan sebagainya. Akibatnya, produksi pemaknaan kampus tidak hanya berasal dari kata pendidikan tapi juga dari istilah rumah kedua.

Segala kegiatan mahasiswa ditempatkan di kampus. Tidak mengherankan bahwa mahasiswa selalu ramai dalam melakukan proses latihan dan berkarya selama 24 jam di kampus seni ini. Berbicara makna kampus, bagi mahasisawa ISBI Bandung jauh berbeda dari aspek pendidikan. Di kampus ini saya dikagetkan dengan adanya istilah kampus terminal. Seperti sudah dijelaskan di atas bahwa kampus ruang belajar atau labotarium pendidikan, namun ini berbeda dengan yang terjadi di ISBI Bandung yang dicap sebagai kampus terminal. Ketika ditanya kenapa dicap kampus terminal, Ipin mengatakan:

“Iya disini tuh cuman untuk ngumpul pemain musik untuk pentas.Jadi gini kalau mahasiswa yang pentas musik biasanya ngumpulnya di kampus tunggu mobil jemput yang di sediakan WO atau EO-nya. Wah duh saking banyaknya mobil yang jemput tidak terhitung banyaknya, ada bis, ada mobil elf, dan avanza pasti mobil-mobil ini ngetem di kampus ISBI untuk jemput pemainnya. Tidak heran kampus ini disebut terminal ya itu mobil-mobil yang jemput pemain musik ngetem di kampus. Bisanya mulai rame mobil-mobil ini dari subuh jam 4, dan pagi sampai malam rame terus. Apalagi hari sabtu sore tambah rame lagi. Biasanya kalau pentas di luar kota pemusik dan penari suka tidur di lokasi nah biasanya berangkatnya sabtu sore atau malaman.”91

Ia bahkan menambahkan cerita seberapa jengkelnya ketika mobil-mobil dan motor memenuhi lingkungan kampus. Kejengkelan ini tidak hanya diarahkn pada permasalahan kendaraan saja, tapi juga ditunjukan pada tingkah laku mahasiswa ISBI yang mempunyai kebiasaan nabeuh. Nabeuh ialah acara atau event, biasanya kata nabeuh lebih popular di mahasiswa ISBI Bandung untuk menyebutkan acara hajatan

91Wawancara dengan Ipin Malire, dilakukan pada tanggal 8 Maret 2008.

98

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

atau suatu event. Ismet juga merasaan kegelisahan hal yang sama ketika mahasiswa

ISBI Bandung terlalu mementingkan nabeuh.

“Sebenarnya kalau nabeuh atau acara baik kalau ada tempatnya. Tapi permasalahnya nabeuh di hajata tiap hari mau mencari apa? Saya sebenernya mahasiswa seni hanya berorientasi nabeuh di hajatan.Yang paling menyayangkan ialah setiap nabeuh selalu membawakan musik-musik Sambasunda. Nah disini permasalahnya tingkat mahasiswa seni tidak ada rasa kreativitas untuk membuat musik sendiri”92

Sebutan kampus terminal dikalangan mahasiswa menjadi kegelisaha Ismet selaku dosen. Munculnya sebutan kampus terminal tidak disadari mahasiswa ISBI yang berorentasi pada ekonomi seni. Orientasi ini menjelaskan produksi seni dilingkungan kampus ISBI Bandung tidak bisa lepas dari pasar konsumen. Terjadinya hal ini, tidak bisa dipungkiri orientasi mahasiswa ISBI lebih hal ekonomi seni, dan ini juga yang mengakibatkan meningkatnya kecenderungan untuk membentuk grup musik, merekam musik, dan aktif dunia sosial mempublikasikan musiknya. Tidak sedikit juga, mahasiswa di lingkungan kampus ISBI Bandung melakukan segala hal untuk mendapatkan materi dengan meniru musik Sambasunda.

2. Band Kampus Tidak Fanatik Sambasunda

“Saya anak band tapi tidak sefanatik dengan anak tradisi.”93 Merupakan kutipan dari seorang narasumber ketika ditanyai mengenai Sambasunda dan karyanya. Ada polemik mengenai masyarakat seni muda Bandung yang mempertanyakan kembali kediriannya dalam memaknai pengikut Sambasunda. Kehadiran Sambasunda tentunya mempengaruhi munculannya anak muda berorentasi pada Sambasunda. Sebuah cerita

92Wawancara dengan Rendi Parahyena, dilakukan pada tanggal 6 Maret 2018. 93Wawancara dengan Rendi Parahyena, dilakukan pada tanggal 6 Maret 2018.

99

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menunjukan pengalaman-pengalaman mereka setelah perjumpaan musik Sambasunda dengan dirinya.

Munculnya Band di masyarakat seni muda Bandung menjadi sebuah perlawanan.

Mereka melawan apa yang dilakukan masyarakat seni muda dalam mengindentifikasikan diri pada Sambasunda dan World Music. Bahkan mereka membuat orientasi musik Folk Music. Kehadiran grup musik Folk Music ini menjadi suatu bentuk perlawanan atas World Music. Melihat fenomena World Music di lingkungan masyarakat seni muda Bandung begitu di gandrungi. Tapi anak Band ini tidak melihat Sambasunda sebagai bintang mau seniornya. Ketika ditanya mengapa tidak mengikuti Sambasunda sebagai World Music, Rendy mengatakan.

Kalau saya mah, lihat Sambasunda ya biasa aja karena kalau di Band itu tidak ada senior ataupun kiblat musik. Ya kalau saya sama teman-teman ya main musik ya main musik aja tidak pernah mengikuti orang. Apa lagi ngikuti World Music buat apa ngikuti juga. Saya juga bisa membuat genre baru dari band saya.

Kehadiran anak band tentunya mempunyai pandangan berbeda. Mereka menganggap bahwa anak band bisa berdiri sendiri dalam bermusik. Percaya diri ini, dilihat dalam karya musik anak band tidak mempunyai kesamaan dengan masyarakat seni muda pada umumnya. Mereka mencari perbedaan dari arus musik di lingkungan

ISBI Bandung.Bahkan band ini menjadi gerakan perlawanan atas musik-musik masyarakat seni muda dan Sambasunda.

100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. Kesimpulan

Paparan yang telah disampaikan sepanjang bab ini, ada satu hal yang dapat dilihat. Pertama, pengalaman masyarakat seni muda berhadapan dengan Sambasunda.

Sebagaimana kedekatan ini masyarakat seni muda Bandung telah terbentuk ingatannya akan musik Sambasunda. Ingatan mengenai musik Sambasunda justru menjadi pengetahuan untuk menciptakan musik. Citra Sambasunda sebagai World Music membentuk masyarakat seni muda Bandung untuk mengikuti Sambasunda. Dengan hadirnya Sambasunda, Masyarakat seni muda Bandung pun mempunyai keinginan seperti Sambasunda yang populer dalam World Music. Dengan meniru Sambasunda, masyarakat seni muda Bandung ini bisa terkenal dalam World Music. Bahkan masyarakat seni muda ini meniru musik Sambasunda secara terang-terangan secara umum.

101

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV MENIRU, MENIKMATI, DAN MENGIKUTI: MASYARAKAT SENI MUDA BANDUNG DAN SAMBASUNDA

Kemunculan masyarakat seni muda Bandung menjadi sudut pandang untuk bisa mengetahui lebih jauh apa yang melatar belakangi maraknya sebagai penggemar Sambasunda. Posisi Sambasunda di masyarakat seni muda Bandung sebagai rujukan, inspirasi, dan kiblat musik. Dengan posisi Sambasunda sebagai kiblat, terkadang masyarakat seni muda Bandung ini meniru apa yang dilakukan oleh Sambasunda. Terkadang praktik masyarakat seni muda ini terlihat tidak kreatif dalam pemembuat musik, dan terkesanhanya meniru musik Sambasunda.

Bahkan pada saat ini, perkembangan musik di Bandung hampir sama dengan apa yang dimainkan oleh Sambsunda.

Pandangan masyarakat seni muda Bandung mengenai Sambasunda paling tidak mempengaruhi proses bermusik. Masyarakat seni muda ini memimpikan apa yang dirasakan oleh Sambasunda. Mereka menginginkan identitas sebagai grup musik lokal yang terkenal, dan mereka menginginkan kenikmatan sebagai seniman go-Internasional.

A. Mudah Dihafal, Gampang Dimainkan, dan Familiar Bagian Dari Proses Kreativitas Sambasunda

Awal kemunculan Sambasunda ialah untuk mencari solusi. Pada waktu

90an musik Sunda kurang diminati oleh generasi muda. Kurang diminatinya musik Sunda pada waktu itu dikarenakan munculnya kejenuhan, tidak ada perubahan, dan adanya kesan terlalu rumit. Kehadirannya sebagai grup musik mempunyai ambisi untuk populer di masyarakat umum. Kepopuleran ini dengan

102

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tujuan mencari perhatian anak muda, dan memberikan pemahaman bahwa musik tradisi juga bisa menghidupi dan populer di masyarakat.

Karena kurangnya respon musik Sunda dimata masyarakat, Sambasunda mencoba memberikan musik yang mudah dihafal, gampang dimainkan, dan familiar. Strategi yang digunakan Sambasunda, bukannya dilakukan dalam aspek intramusikal saja. Lebih jauh lagi Sambasunda telah memikirkan bagaimana proses kreativitas musik ini bisa terkenal di masyarakat luas. Langkah awalnya,

Sambasunda memproduksi musik dan disebarkan secara massal. Meskipun penyebaran musiknya tidak melalui penjualan kaset atau CD, namun hanya dari tangan ke tangan melalui Copy Paste data.

Untuk mencapai penyebaran musik secara merata dikalangan masyarakat seni muda Bandung. Sambasunda memasuki industri rekaman, hingga akhirnya

Sambasunda telah mempunyai sepuluh album lagu. Yang paling banyak dalam

Sambasunda, ialah lagu-lagu lepas, dimana lagu ini tidak mempunyai album.

Untuk mempopulerakan dirinya, Sambasunda giat mempromosikan diri di media sosial, baik media Youtube, grup Facebook, Instagram dan media Tv lokal.

TV lokal menjadi arena promosi musik Sambasunda di Jawa Barat. Dengan menggunakan Tv lokal ini, Sambasunda populer di kalangan masyarakat seni muda Bandung. Pada tahun 2000an Sambasunda pernah mempertunjukan musiknya di TVRI Jawa Barat, dengan mementaskan lagu Bajidor Kahot.

Kemunculan Sambasunda tahun 90an memberikan perkembangan pada musik

Sunda. Tidak hanya perubahan dalam musik Sunda, perubahan ekonomi pun juga

103

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dirasakan oleh anggota Sambasunda. Semenjak berdirinya Sambasunda sampai sekarang, kehidupan para anggotanya telah berubah secara status sosial, sebagaimana nama Sambasunda juga telah diikonkan sebagai bintang.

Kemunculan budaya populer sebagai budaya massa.94 Budaya massa atau masyarakat massa merujuk pada proses industrialisasi dan urbanisasi. Perubahan secara radikal dalam industrialisasi ialah munculnya produksi industri berskala besar. Ketika seni berhadapan dengan industrialisasi dan urbanisasi, hasil seninya itu sendiri pun mengalami perubahan. Dengan menempatkan Sambasunda sebagai agen produksi, mau tidak mau Sambasunda tunduk dengan kebutuhan pasar, sehingga karya musik Sambasunda identik dengan mudah dihafal, gampang dimainkan, dan familiar. Jika dilihat tiga aspek ini, Sambasunda sudah mempunyai tujuan dan cara supaya musik mereka bisa dikonsumsi secara ringan oleh masyarakat biasa.

Adanya industrialisasi dalam musik menyebabkan perubahan secara menyeluruh. Perubahan ini, ditandai dengan suatu proses perubahan sosial ekonomi yang mengubah sistem pencaharian masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Pola perubahan masyarakat agraris ke masyarakat industri ditandai juga perubahan dalam “seni kerakyatan” ke “industri seni”, dan ini bisa dilihat dalam kepopuleran Sambasunda. Industri seni berubah dan melebur dalam kebutuhan masyarakat massa. Bagi, Strinati kebudayaan nyaris dapat diproduksi

94 Strinati Dominic, Populer Culture, Terj. Abdul Muchid, (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2009), hal. 29

104

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

secara massal disebabkan perkembangan teknik-teknik produksi industri.95 Teknik produksi budaya populer diera sekarang bisa dilihat dalam penyebaran musik melalu media internet.

Internet telah membuat revolusi dunia musik yang tidak pernah diduga sebelumnya. Internet atau interconnection-networking ialah sistem global dari seluruh jaringan kompunter yang saling terhubung menggunakan standar internet.

Melalui internet distribusi musik dilakukan dengan cara mengunakan data-data elektronik. Data musik dengan format MP3 dan Vidio ini dimungkinkan untuk disebarluaskan keseluruh dunia. Dengan begitu orang di seluruh dunia mampu mengkonsumsi musik secara gratis.

Penyebaran musik melalui internet pada saat ini merupakan modernitas dalam konsep separation of time and space. Tindakan mengungah musik tidak lagi dikenkang oleh ruang dan waktu, yang artinya jutaan orang dapat mendistribusikan musik pada waktu yang bersaman meskipun terpisah ruang dan waktu. Bagi, Giddens batasan ruang waktu tidak ada batasnya diera internet.

Sebagai contoh, album rekaman yang baru hari ini diliris di Amerika dapat langsung diunggah melalui internet dan pada saat itu pula album rekaman tersebut data langsung diunduh di seluruh dunia.96

95Strinati Dominic, Populer Culture, Terj. Abdul Muchid. (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2009), hlm. 29 96 Giddens, Anthony, Modernity And Identity: Self And Society in the Modern Age. (Cambridge: Blackwell Publisher, 1993), hlm. 16.

105

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Hariring Kuring

Lagu Hariring Kuring adalah satu lagu klasik yang diaransemen ulang oleh

Sambasunda. Kemunculan Sambasunda juga, berdampak pada pengembangan lagu-lagu yang hampir punah. Lagu ini dikemas dengan warna baru, melodi baru, serta bentuk pembawaan emosi anak muda, sehingga lagu yang diaransemen oleh

Sambasunda ini lebih mudah diterima masyarakat muda. Seperti hal nya

Jaluelueja, lagu ini awalnya adalah lagu mainan anak. Dalam perkembangannya lagu anak ini diterima juga oleh kalangan dewasa, sehingga karya Sambasunda ini dapat dilihat selalu berhasil memberikan memori masa lalu dengan kemasan masa kini. Seperi halnya lagu Hariring Kuring yang mempunyai kesamaan memberikan pesan masa lalu yang dikemas masa kini.

Hariring Kuring (nyanyian sendiri) ialah lagu pop Sunda era tahun 90an.

Kehadiran lagu ini di masyarakat sangat familiar dieranya. Karya ini menggunakan beberapa instrumen antara lain, gitar, suling, angklung, bass, konga, biola, dan kendang. Karya ini dibentuk dari adopsi dari genre musik populer (pop,

Jazz dll), yang sebagaimana mungkin dimasukan dalam karya ini, misalnya pola- pola ritme kendang yang sebenarnya diadopsi dari pola Latin. Selain itu, hal yang menarik lain yang bisa dilihat, terutama terdapat dalam penggunaan melodi tutti yang dimain oleh Biola. Dalam karawitan Sunda nada semacam itu belum ada.

Walaupun demikian ditijau dari karakter melodinya, sumber-sumber materi itu sebenarnya dapat ditemukan, seperti misalnya pada bagian melodi angklung berikut ini.

106

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Melodi ini menggunakan laras madenda. Melodi ini sebenarnya berangkat dari motif-motif melodi yang sering digunakan pada instrumen kecapi tembang, dimana di instrumen ini banyak melodi yang merupakan improvisasi dari permainannya. Akan tetapi pada lagu ini, improvisasi melodi dibakukan agar dapat dimainkan secara bersamaan. Konsep penciptaan melodi seperti itu merupakan hal yang mendasar pada keseluruhan materi karya Hariring Kuring.

Bentuk melodi ini sebenernya dapat dikembangkan dan dapat dijadikan sebagai tema atau bibit yang selanjutnya dapat dikembangkan. Akan tetapi, melodi ini, diciptakan hanya sebagai ornamen pada iringan lagu. Dari kesederhanaannya melodi ini sangat terasa sederhana, semua elemen-elemen melodi telah dipahami serta mudah ditebak arahnya kemana. Akhirnya, bagian demi bagian karya ini, seperti berjalan begitu saja tanpa ada kaitannya. Jika diurutkan bagian-bagian musik ini antara lain.

107

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

a. Intro mulai masuknya permainan gitar dan suling.

b. Masuknya melodi pengembangan dari intro dengan tutti percusi.

c. Masuknya lagu bagian A, A, dan B, B, dan C,C.

d. Melodi pengembang dari bagian C di jadikan intro tengah.

e. Masuk lagu bagian B, B.

f. Penutup menggunakan melodi intro dengan tempo yang sama.

Karya Sambasunda ini, tidak memasuki melodi-melodi yang rumit seperti dalam lagu Berekis. Karya ini memberikan melodi-melodi sederhana dan pengulangan lagu ditonjolkan sampai terngiang-ngiang di telinga. Yang menjadi ciri khas Sambasunda, dari semua karyanya yaitu dengan adanya melodi peralihannya, dari ritem Latin ke ritme Sunda. Salah satu Contohnya dapat melihat pada melodi berikut:

Melodi peralihan menjadi ciri khas dalam Sambasunda. Hampir semua karya Sambasunda mempunyai melodi peralihan yang enak dirasakan. Sampai perpaduan musiknya pun enak dirasakan pada melodi peralihannya. Seperti melodi yang di atas ini, adalah salah satu contoh melodi peralihan dari irama

108

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Latin ke Sunda. Peralihan ini dirasakan dengan pola kendang Sundanya. Inilah ciri khas Sambasunda dalam bermusik dimana dalam karyanya memberi kejutan- kejutan pada pendengar musik ini dapat memberikan rasa penasaran untuk menebak-nebak apa yang akan ditampilkan melodi setelah peralihan berikutnya.

2. Taramurag

Taramurag ialah salah satu lagu Sambasunda yang akhir tahun ini ramai di perbincangkan. Taramurag ialah artinya jarang jatuh, dan segelintir seniman

Bandung mengasumsikan arti Taramurag sebagai kesombongan dari

Sambasunda. Jika dikaitkan dengan Sambasunda, Taramurag seolah-olah ingin menunjukkan bahwaSambasunda tidak pernah jatuh populeritasnya di Jawa Barat.

Ismet Ruchimat menerangkan bahwa bukan makna itu yang sebenarnya ingin disampaikan. Taramurag dibawakan ketika pementasan di Eropa, pada saat pembuatan musik dan ketika hampir jadi, lagu ini belum dikasih nama, dan tiba- tiba alat musik Ismet Ruchimat jatuh kebawah. Dengan spontannya Ismet langsung berbicara Taramurag (jarang Jatuh), dan akhirnya dinamai lagu itu

Taramurag.

Tingkatan musik Sambasunda dari yang rumit, biasa, dan gampang telah di garap. Menurut saya Taramurag menampilkan melodi yang mempunyai tingkatan yang paling rumit. Bahkan melodi-melodinya padat tiada jeda dan istirahat bagi pemain. Dalam karya ini seolah-olah Sambasunda ingin menunjukan bahwa disini

Sambasunda diidentitaskan sebagai tradisi yang ngepop. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka bisa mmengerjakan musik rumit atau dikatakan

109

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

musik seni.97 Musik rumit sering dikaitkan dengan musik seni, dan kerumitan ini bisa menjadi kebanggan seorang pemain apabila bisa memainkan karya yang rumit ini. Dalam satu kasus data wawancara dengan Ipin, terlihat seperti berikut:.

Ipin ketika semester awal pernah mengikuti Sambasunda, dan memainkan karya musik Sambasunda. Ketika itu dia bangga bisa ikut dengan Sambasunda. Akan tetapi lama kelaman permainanya kendangnya meningkat, sehingga dia diajak oleh grup Malire. Malire salah satu grup musik di Bandung, dengan membawakan aliran musik seni, atau lebih populernya musik kontemporer. Dalam pengalaman Ipin memain lagu Sambasunda, Ipin mengomentari bahwa musik Sambasunda gampang dimainkan dan sudah pasti hitungannya 4/8 tidak ada perubahan dalam ritmenya. Mungkin juga musiknya gampang dimainkan karena ritmenya tidak berubah dan melodi-melodinya juga mungkin biasa sehingga gampang dimainkan juga. Tapi ketika pas masuk di grup Malire ada perubahan dalam musikal. Malire lebih memikirkan melodinya, pembawaanya juga rumit perlu latihan yang kerja keras untuk membawakan karya Malire. Ini yang dikatakan musik seni itu segi kerumitan dimikirkan dan tidak memikirkan pasar mana dan untuk siapa. Jadi karya Malire kebanyakan untuk meningkatkan skills saya dalam bermusik. Pernah saya ketika itu ikut lagi Sambasunda, dan temen-temen di kampusmengomentari saya. katanya kenapa kamu ikut Sambasunda, kan skills kamu di Malire udah bagus, nanti kalau kamu di Sambasunda skillskamu bisa turun lagi.98

Karya Sambasunda, bagi masyarakat seni muda Bandung dipandang mudah dihafal, gampang dimainkan, dan familiar. Banyak orang-orang berasumsi bahwa, Sambasunda musik populer. Musiknya itu-itu aja, melodinya itu–itu aja.

Ini menunjukkan permasalahan bahwa meskipun musik Sambasunda dihina dan diremehkan kebanyakan orang, tetapi musik Sambasunda tetap digunakan untuk mencari uang. Dalam data wawancara, Ipin juga mengomentari: “memang musik malire itu musik seni, tapi kalau pentas di wedding dan event-event lainya menggunakan musik Sambasunda”.99 Disini terlihat bahwa, ada kegelisahan yang

97 Mack Dieter, Musik Kontemporer& Persoalan Interkultural, (Yogyakarta: ARTI), hlm, 23. 98 Wawancara dengan Ipin Malire, dilakukan pada tanggal 7 Maret 2008. 99Wawancara dengan Ipin Malire, dilakukan pada tanggal 7 Maret 2008.

110

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mendalam yang dirasakan oleh Ipin. Ipin memperlihatkan adanya keinginan untuk mempertahankan idealis dalam bermusik, akan tetapi dalam idealis itu tidak menghasilkan materi, sehingga mau tidak mau Ipin juga mengikuti kebutuhan pasar dengan memainkan Sambasunda.

Sebenarnya jika dilihat dari sudut pandang musik tradisi, Sambasunda dalam karya musiknya justru menghidupkan karya musik yang telah mati. Jika orang berkata bahwa musik Sambasunda familiar. lagu-lagu familiar karena lagu- lagunya itu pernah kita dengar. Contohnya adalah, lagu Jaleuleuja yang merupakan salah satu lagu anak kemudian diaransemen ulang supaya semua umur bisa menyukai lagu itu. Ketika industri budaya populer menjadi jenuh, maka unsur-unsur karya-karya lama dihidupkan kembali dengan berbagai nilai tambah, baik teknologi hingga estetika serta peran barunnya.100 Penambahan unsur-unsur musik lainnya, itu menjadi ciri khas Sambasunda. Seperti dalam karya Taramurag ini, unsur-unsur melodinya ditambah oleh unsur musik timur tengah, Sunda, dan pada bagian akhir mereka menambahkan unsur Rock.

3. Pantun

Perasaan sang Composer bisa dilihat dalam karyanya. Sebagaimana dalam karya Pantun ini, pendengar bisa merasakan seorang Ismet Ruchimat dalam emosinya. Ini yang dikatakan Djohan, yaitu bahwa musik adalah produk pikiran yang diungkapkan101. Bagaimana manusia merasakan musik? Apa sebenarnya yang dikomunkasikan musik dan bagaimana terjadinya?102.

100 Nugroho Garing, Seni merayu masa (Jakarta: Kompas Media Nusantara), hlm, 30. 101 Djohan, Salim, Psikologi Musik (Yogyakarta: Best Publisher), hlm, 29. 102 Ibid.

111

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dalam pengalaman mendengarkan musik, perbincangan akan masuk secara musikal sebagaimana diungkapkan disini. Pepohanan disertai kabut, dan munculnya suara permainan rebana yang sederhana terus diulang-ulang sampai masuknya vokal. Rebana ini memainkan dengan pola-pola sederhana untuk membawa kekuataan syair lagunya. Suara rebana, lahan demi lahan mulai menipis terus menipis dan akhinya pola permainan rebana jadi suatu sound untuk syairnya. Kekuatan melodi mulai muncul dengan saron dan suling, sehingga mengambarkan satu kesatuan dengan pola permainan rebananya. Dalam bagian awal, permainan gitar muncul sebagai latar untuk mengisi kekosongan melodinya.

Munculnya vokal gitar lebih dominan dan melodi saron kemudian sebagai pengisi suasana.

Menariknya karya ini terlihat dalam format instrumen yang minimalis. Ciri khas Sambasunda adalah dengan selalu memasukkan intrumen musik yang jumlahnya banyak. Bahkan dalam satu pertunjukan Sambasunda membutuhkan 25 personil. Tapi pada karya ini dibuat seminimalis mungkin, personilnya hingga melodinya yang tidak rumit. Secara musikal musik ini mempunyai pesan dari sang komposer. Gema musik ini, menimbulkan musik yang sakral. Sehingga kekuatan vokal pun mendukung musik ini sebagai musik religi. Ketika ditanya apakah umur mempengaruhi karya. Ismet mengatakan “memang dari segi umur mempengaruhinya”. Dalam kehadiran Pantun ini, bisa dilihat bahwa faktor umur sang Composer mempengaruhi karyanya lebih bernuasa religi.

112

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Karya Pantun ini, bertolak belakang pada suatu bentuk melodi rumit, serta keunikan ritmis yang bersifat “ritme silangan” pun tidak digunakan.103 Ritme silangan diartikan dengan suatu bentuk melodi yang sama, tetapi aksen-aksen ritmis yang tidak sama. Kesan polimetrik dalam lagu-lagu ini tidak begitu menonjol, akan tetapi melodi dibuat sederhana dengan mengikuti arah lagu ini dan juga jatuhnya melodinya. Segi melodi sederhana ini, membuat terngiang-ngiang karena pengulangan melodinya yang terus diulang membuat orang bisa terbawa suasana.

B. Berkiblat Pada Wolrd Music Untuk Mencari Kepopuleran

Selama ini, masyarakat sering mengkonsumsi budaya baru untuk mencari kepopuleran. Bentuk konsumsi ini dalam artian adalah usaha mencari daya tarik atau membedakan dirinya dengan yang lain. Konsumsi musik Sambasunda dilakukanbukan sekedar hanya untuk kebutuhan hiburan semata, tetapi tindakan konsumsi musik ini juga dilakukan, untuk mencari kepuasan atau kode tertentu.

Bagi Baurdillard konsumsi bukan saja dilihat sebagai kebutuhan komoditas, akan tetapi juga dilihat sebagai kebutuhan pengakuan di masyarakat.

Bentuk pengakuan ini menandakan hasrat, masyarakat seni muda Bandung untuk masuk jaringan musik global atau World Music. Jaringan World Music tersebar ke berbagai negara, baik Eropa maupun Asia. Akan tetapi, masyarakat seni muda Bandung tetap berkiblat pada jaringan World Music Eropa. Dengan modal musik Sunda yang dikolaborasikan dengan musik-musik etnis lainnya, mereka merasa mempunyai bekal untuk memasuki pasar musik global.

103 Mack Dieter, Sejarah Musik Jilid IV (Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi), hlm, 20.

113

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dengan melihat fenomena Sambasunda yang populer di pasar musik global, terlihat bahwa mereka sering dijadikan contoh dan ditiru musiknya sebagai rujukan musik yang dicitrakan sebagai World Music. Seorang narasumber mengatakan bahwa “mengikuti Sambasunda itu karena faktor terkenal”.104Ipin seorang mahasiswa seni pernah membuat grup yang serupa dengan Sambasunda dan akhirnya grup itu terkenal.105 Menurut Ipin, karena berkiblat pada

Sambasunda itulah ia memiliki kesempatan untuk terkenal.

Dalam Consumer Society, Baurdrillard menjelaskan bagaimana masyarakat mengkonsumsi suatu kebutuhan. Bagi, Baurdrillard mengkonsumsi sesuatu bukan hanya menandakan adanya kebutuhan komoditas saja yang harus dipenuhi, namun juga menunjukkan adanya kebutuhan komoditas saja yang harus dipenuhi, namun juga menunjukkan adanya kebutuhan lain yang muncul yaitu kode. Baurdrillard melihat bahwa masyarakat konsumsi (Consumer Society) tidaklah lagi membicarakan kebutuhan akan sesuatu, tetapi justru membicarakan suatu nilai barang itu untuk bisa bicara pada sosial. Baudrillard juga memberi kesadaran bahwa kita memang tidak sekedar membeli barang, tetapi juga membeli tanda yang menyimbolkan diri kita, dan menunjukkan di dalam kelompok mana kita berada. Bahkan mengkonsumsi juga bisa dinilai sebagai cara kita berkomunikasi satu sama lain.106 Bagi, Baudrillard, konsumsi ditempatkan sebagai sebuah bahasa, yang juga memiliki penanda dan tanda.

104Wawancara dengan Ipin Malire, dilakukan pada tanggal 7 Maret 2008. 105Ibid, Ipin Malire. 106 Baudrillard Jean, The Consumer Society Myths and Structure, (London: SAGE Publications), hlm, 6.

114

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tanda (sign) menjadi salah satu elemen penting dalam masyarakat konsumen saat ini. Masyarakat sekarang ini telah menjadi konsumsi tanda.

Tindakan konsumsi suatu barang dan jasa tidak lagi berdasarkan pada kegunaanya melainkan lebih mengutamakan pada tanda dan simbol yang melekat pada barang dan jasa itu sendiri. Masyarakat pun pada akhinya hanya mengkonsumsi citra yang melekat pada barang tersebut. Bukan lagi pada kegunaanya sehingga masyarakat sebagai konsumen tidak pernah merasa puas dan akan memicu terjadinya konsumsi secara terus menerus. Kehidupan sehari-hari setiap individu dapat terlihat dari kegiatan konsumsinya, barang dan jasa yang dibeli dari citraan- citraan yang diberikan diproduk tersebut. Hal ini dapat mempengaruhi perubahan gaya hidup seseorang.

Perubahan gaya hidup masyarakat seni muda Bandung dalam mengkonsumsi musik Sambasunda berpengaruh juga pada perubahan gaya sosial.

Bagaimana fenomena masyarakat seni muda Bandung ini dalam mengkonsumsi musik Sambasunda seperti terlihat pada perbincangan narasumber berikutnya:

“Masyarakat seni muda Bandung mengonsumsi musik Sambasunda, mereka mengkonsumsi bukan kebutuhan akan hiburan akan tetapi mereka mengonsumsi musik Sambasunda untuk membedakan diri dengan musik Sunda. Mereka meniru musik Sambasunda ingin terkenal, terkenal di luar negeri, tren budaya saat ini”.

Jika masyarakat seni muda Bandung mengkonsumsi musik Sambasunda ingin terkenal lantas apa prilakunya? Dalam data di lapangan, mengkonsumsi musik Sambasunda bisa diartikan sebagai kiblat musik. Mereka meniru musiknya, gaya bermusiknya, serta pementasannya, dengan membuat grup-grup musik serupa dengan Sambasunda.

115

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 16. Peta jaringan World Music seluruh dunia dan Sambasunda perwakilan Indonesia Sumber: Koleksi pribadi

Kepopuleran Sambasunda selalu dicitrakan dalam media. Media mencitrakan Sambasunda dengan istilah World Music. Bahkan dalam situs Womex

(World MusicExspo) Sambasunda merupakan satu perwakilan World Music di

Indonesia. Seperti gambar di atas, titik-titik ungu merupakan tanda grup musik yang ada di berbagai negara.

1. Sekedar Tahu World Music

Dari beberapa diskusi dengan sesama orang musik, nampak bahwa belum ada kegelisahan yang mendalam persoalan musik yang berangkat dari fenomena ini. Anna salah seorang penggiat Keroncong, membicarakan masalah ini dengan sudut pandang persoalan Keroncong. Anna kebinggungan tentang Keroncong pakem dan bukan Keroncong pakem. Menurut dia semua Keroncong hampir sama tidak ada perbedaan. Kebingungan ini bukanlah kebingungan ketika membicarakan persoalan batas-batas musik. Namun mengenai batas-batas musik, antara istilah musik dan gaya bermusik.

116

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Apa bedanya World Music dan bukan World Music? Dari data di lapangan, dan wawancara dengan masyarakat seni muda Bandung untuk mempertanyakan apa itu World Music. “Nendar mengatakan bahwa, World Music itu campuran musik, yang dimasukkan pada pola permainan musik tradisi, contohnya musik

Sunda dimasukan Beat Salsa, Regge atau Samba disini yang dimaksud percampurannya”.107Pemahaman akan World Music bagi masyarakat seni muda, selalu mengistilahkan sebagai musik campuran.

“Selama ini kami masih tetap konsisten pada jalur World Music.”108Tahun

2008an, pertama kali mendengar istilah World Music. Bertanya-tanya pada diri sendiri apa itu World Music? Ketika itu masih sekolah di SMKI kelass atu.Tahun

2000an gemparnya nama Sambasunda. Hampir setiap bulan ada pertunjukan grup musik Sambasunda, apakah itu pertunjukan live di kampus ISBI Bandung ataukah siaran televisi lokal Jawa Barat. Sambasunda salah satu grup pertama yang berani menindentitaskan dirinya sebagai World Music.

World Music menjadi tren ditengah-tengah masyarakat muda, karena ia mengambil mode musik yang telah menjadi tren global. Mereka bahkan menunjukkan usaha untuk menciptakan musik yang unik dan berbeda dari asalnya. Namun, sayangnya tidak ada sesuatu yang benar-benar baru atau orisinil, yang ada hanyalah proses saling pinjam budaya. Dulu bentuk musikal melahirkan genre musik, sekarang justru istilah musik yang menciptakan genre musik.

Maksudnya, saat ini ada kecenderungan bahwa sebuah penamaan aliran musik ditentukan dari fenomena atas suatu istilah, bukan dari penampilan musiknya.

107Wawancara dengan Nendar, dilakukan pada tanggal 7 Juni 2016. 108 Pernyataan Ismet Ruchimat pada siaraan seputaran Indonesia pagi TV RCTI, 2000

117

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

World Music menjadi istilah yang populer bagi anak muda, meskipun yang bersangkutan tidak tahu betul apa itu World Music. Mereka sebagian besar hanya bisa menjawab World Music itu adalah musik kolaborasi.Pada saat ini trentersebut sudah dijadikan sebagai komoditi. Trenini diciptakan, dibentuk oleh industri musik dan media massa, sehingga musik yang tadinya merupakan bunyi yang dihayati, sekarang telah menjadi sebuah tren dikalangan anak muda. Seoalah-olah masyarakat seni muda Bandung ini hanya mengkonsumsi melalui iklan.

Memang iklan itu memancing kita untuk bersaing, dan iklan juga memberitahu kita pada saat yang sama: beli ini, untuk tidak seperti yang lainnya.109Akan tetapi orang juga memiliki alasan untuk membeli suatu barang ketika semua orang juga menggunakannya. Penggunaan istilah World Music awalnya hanya untuk memilai suatu kelompok yang membawakan musik yang seperti musik yang lain,namun lama-kelamaan masyakat seni muda Bandung pun melihat World Music sebagai budaya populer. Kemunculan World Music, sebagai bentuk seni pun tertanam dalam ekonomi dan budaya.110

Ekonomi dan budaya memang menjadi perhatian saat ini. Pelaku seni berpikir untuk mencari kepuasan ekspresi lewat budaya yang menghasikan materi.

Persoalan materi ini selalu saja mengenai, bagaimana musik bisa terjual, dan bagimana hal tersebut bisa menghasilkan pendapatan. Yang terjadi, fenomena

World Music ini kemudian digambarkan sebagai lahan mata pencaharian baru, sebagaimana yang telah dicitrakan oleh Sambasunda. Pada wilayah ini,

109Bahan Bacaan Kuliah Kajian Budaya Paradigma, Isu, dan Pendekatannya, Dalam Pembahasan Teori Konsumsi dan Tata Ruang,(Yogyakarta: Program Magister Ilmu Religi dan Budaya Universtas Sanata Dharma), hlm, 11. 110Vannini Phillip, “The Meanings of a Star: Interpreting Music Fans’ Reviews”(Washington: Washington State University), hlm, 48.

118

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

masyarakat seni muda Bandung ingin menempatkan dirinya dalam posisi orang berpemahaman “musik sebagai profesi”.111 Bagi, Suka Hardjana yang dimaksud dengan “musik sebagai profesi”, ialah musik sebagai pekerjaan sehari-hari dan telah salah satu bidang kehidupan sehari-hari.

2. Masyarakat Seni Muda Bandung Mencari Musik Indonesia yang Baru

Karya seni bisa menjadi cermin suatu bangsa.112

Perkembangan musik di Indonesia saat ini ternyata belum dapat memberikan gambaran peningkatan kemajuan dalam musik. Banyak pelaku musik masih berkutat dalam persoalan istilah musik dan fenomena istilah musik itu sendiri. Persoalan istilah musik di Indonesia seperti ini masih menjadi sorotan para kritikus musik karena, kehadirannya istilah baru yang melekat dalam orientasi penciptaan musik. Mereka memakai istilah baru sebagai embel-embel musik, padahal kenyataannya musik dan istilah belum ada mengalami perubahan.

Apakah masyarakat seni muda Bandung masih mencari musik Indonesia yang baru, seperti kehadiran musik kontemporer.

Kehadiran musik kontemporer di Indonesia dipandang sebagai gerakan musik anak muda. Mereka menggunakan istilah kontemporer untuk membebaskan diri pada penciptaan musik. Dengan mengatasnamakan kontemporer, mereka sesuka hatinya dalam berkarya, bahkan kemudian istilah kontemporer masuk dalam lingkungan mahasiswa seni. Fenomena kontemporer ini setidaknya berubah-ubah dalam memaknai asal dan orisinalitasnya. Pemahaman akan kontemporer di Indonesia selalu diidentikkan dengan sesuatu yang tidak berkaitan

111Harjdana Suka, Esai & Kritik Musik (Yogyakarta: Galangpress), hlm, 3. 112 Ibid., hlm, 9.

119

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dengan tradisi sama sekali.113 Kontemporer, bagi Diter Mack, harus bisa dipahami artinya,yaitu bahwa arti musik kontemporer dilihat dari unsur-unsur budaya luar ditransfer kepada suatu jenis karya di Barat. Pemahaman pada istilah kontemporer dan fenomenanya sempat menjadi bahan diskusi. Para pemikir musik pun mencari arti kontemporer dalam konteks Indonesia. Bagi Diter Mack, kontemporer

Indonesia lebih tepat dengan istilah “musik Indonesia yang baru”. Kritikus Suka

Hardja pun memberikan istilah “musik masa kini”.114

Sebaliknya pada saat ini, fenomena World Music justru menjadi perdebatan.

Pada awal perkembangnya World Music dikenali sebagai label musik tradisi, dan label ini belum menjurus ke arah terbentuknya musikalitas baru dipasangkan label itu kepada musik itu sendiri. Tujuan palabelan ini hanyalah untuk mempermudah bagi para industri musik untuk memasarkan musiknya. Akan tetapi pada perkembanganya, istila World Music di Indonesia bukan hanya menjadi sekedar label, namun lebih jauhnya masyarakat seni muda justru melihatnya sebagai gaya musik. Fenomena batasan antara musik dan unsur musik saat ini menarik untuk istilah-istilah musik itu sendiri:

Unsur Musik Istilah Musik Musik tradisi dicampur dengan musik Barat Musik kolaborasi Musik tradisi yang dirubah pembawaan pertunjukannya Musik kreasi Musik tradisi Jawa di campur dengan musik non Jawa Musik etnik nusantara Musik populer dimasukan unsur-unsur etnis Folk music Musik dengan bentuk melodi berbeda dari unsur musik Musik alternative yang lain

113Mack Dieter, Musik Kontemporer & Persoalan Interkultural, (Yogyakarta: ARTI), hlm, 35. 114 Ibid., hlm, 23.

120

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Musik berbagai genre di gabungkan Musik baru Musik yang keluar dari pakem tradisi Musik kontemporer Musik tradisi dicampur dengan musik-musik berbagai World Music wilayah

Proses perpaduan yang sudah cukup ngetrend di Barat terutama dengan istilah World Music (Dieter Mack menggaris bawahi istilah World Music ini dengan menggartikannya sebagai jenis-jenis musik etnis seluruh dunia).115 Akan tetapi perkembangan World Music di Indonesia menjadi menarik ialah karena ia justru direpresentasikan sebagai musik campuran.

3. World Music Budaya Baru

Masyarakat kini dihadapkan pada kenyataan mengenai objek komoditas yang berlimpah. Kemajuan teknologi yang sudah modern, serta keramahan iklan salah - satu faktornya. Objek yang dikonsumsi masyarakat postmodern menurut

Buardillard bukan lagi berbicara objek yang murni memiliki nilai guna atau pun nilai tukar, melainkan objek yang memiliki nilai tanda. Masyarakat postmodern cenderung berada dalam sistem simulakra yang penuh dengan permainan citra

(tanda) dan pengefetifannya pada komoditas yang ada. Bagi, Buardillard konsumsi merupakan bahasa yang otentik, budaya baru, ketika konsumsi murni diubah menjadi sarana ekspresi individu dan kolektif.116

Konsumsi secara tidak langsung menimbulkan budaya baru. Sebagaimana konsumsi menghasilkan produksi, yang disebut Baudrillard ialah “konsumsi buah

115 Mack Dieter, Musik Kontemporer& Persoalan Interkultural (Yogyakarta: ARTI), hlm, 26 116 Bahan Bacaan Kuliah Kajian Budaya Paradigma, Isu, dan Pendekatannya,Dalam Pembahasan Teori Konsumsi dan Tata Ruang,(Yogyakarta: Program Magister Ilmu Religi dan Budaya Universtas Sanata Dharma), hlm, 12.

121

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

hasil dari produksi.117 Praktik mengkonsumsi adalah urutan makna, seperti bahasa.118Dalam mengkonsumsi individu mengkomunikasi bahasa (langue) dan wicara (parole). Bahasa ialah pranata sosial dan sistem nilai, sebagaimana bahasa merupakan ciptaan masyarakat secara bersama.119 Sedangkan wicara (parole) ialah bagaimana individu mengolah dengan bahasa individunya. Dalam penjelasan langue dan parole Baurdilaard, menjelaskan mobil dan desain mobilnya: sebagai langue Baurdilaard menjelaskan desain mobil, sedangkan parole pembeli dapat memilih mobil jenis apa atau warna apa. Selain itu, bagaimana/untuk apa mobil itu dipakai. Contohnya: mobil Avanza di Jogja sebagai kenderan pejabat akan tapi di Jakarta jadi angkot.

Munculnya World Music bagi Masyarakat muda sebagai budaya baru.

Mereka membuat wicara dengan bahasa individunya. Sebagaimana dilihat musiknya mengarah pada musik populer. Dengan suatu kecenderungan ke arah perpaduan secara terang-terangan terhadap berbagai macam aliran dan genre musik secara langsung dan sadar. Kemunculan budaya populer pun sebagai hasil makna dan praktik audies sendiri. salah satu kunci munculnya budaya populer yaitu hasil praktik konsumsi yang aktif. Peraktik penciptaan musik masyarakat

117 Bahan Bacaan Kuliah Kajian Budaya Paradigma, Isu, dan Pendekatannya,Dalam Pembahasan Teori Konsumsi dan Tata Ruang,(Yogyakarta: Program Magister Ilmu Religi dan Budaya Universtas Sanata Dharma), hlm, 41. 118Baudrillard Jean, The Consumer Society Myths and Structure, (London: SAGE Publications), hlm, 79. 119St Sunardi, Semiotika Nevativa (Yogyakara: Buku Baik Yogyakarta, 2004), hlm, 59.

122

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

seni muda Bandung dilihat sebuah atom soliter. Atom soliter bagi Strinati ialah manusia massa yang tidak bisa dibedakan dari ribuan maupun jutaan atom. 120

Musik dan masyarakatnya sampai saat ini selalu menarik untuk diperbincangkan. Kehadiran musik di tengah masyarakat sering disebut sebagai

Klangenan yang bersifat hiburan, alias kebutuhan setelah faktor primer dan sekunder terpenuhi. Mendengarkan- Memaknai- mengkodekan salah satu cara mengkonsumsi musik masyarakat seni muda. Konsumsi adalah cara kita berbicara dan berkomunikasi satu sama lain. Begitu kita berpikir tentang konsumsi sebagai bahasa, kami bebas untuk menggunakan seluruh perangkat yang berasal dari linguistik struktural termasuk tanda, penanda, tanda dan kode.121World Music, misalnya, dalam perkembangannya dibahasakan sebagai musik baru. Dengan kehadiran World Music ditengah-tengah masyarakat seni muda, tentu saja berbeda dengan pemahaman World Music lainnya. Adanya fenomena World Music ini, tentunya salah satu munculnya komersialisasi terhadap musik dalam budaya populer.

Kebudayaan pop terutama diproduksi secara komersial. Tidak ada alasan untuk berpikir bahwa tampaknya ia akan berubah dimasa akan datang. Namun, dinyatakan bahwa audiens pop menciptakan makna mereka sendiri. Melalui teks kebudayaan pop dan melahirkan kompentinsi kultural dan sumber daya diskursif mereka sendiri. Kebudayaan pop dipandang sebagai makna dan paraktik yang dihasilkan oleh audiens pop pada saat konsumsi. Kemunculan budaya pop dilihat

120Strinati Dominic, Populer Culture, Terj. Abdul Muchid, (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2009), hlm, 40. 121Baudrillard Jean, The Consumer Society Myths and Structure, (London: SAGE Publications), hlm, 6.

123

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dua sisi mempunyai arah yang berbeda: 1. Munculnya budaya populer sebagai

“budaya baru”, 2. Hilangnya percaya diri.

C. Festival Wolrd Music Sebagai Ruang Musik Tradisi

Festival World Musik sesungguhnya adalah dunia penggabungan kerinduan sensasi lokal dengan sensasi global. Festival World Music dalam berusaha menciptakan suasana layaknya berada dalam perpustakaan musik dunia. Dengan mempertunjukan musik yang“terpinggirkan” festival ini memberikan ruang pada musik tradisi untuk dikenalkan pada masyarakat umum. Menurut Ismet Ruchimat,

“pengalaman saya dalam pertunjukan musik, saya bangga bisa pentas musik diluar negeri sepanggung dengan musisi kelas dunia dalam acara World

Music.”122 Dalam festival musik diluar negeri, mereka memberikan ruang pada musik tradisi untuk diperkenalkan. Bagi Ismet, strategi ini dinilai cukup berhasil untuk mempromosikan musik-musik tradisi.

Kehadiran festival World Music memberikan ruang pada musik tradisi, sehingga diharapakan festival World Music bisa merawat, mengembangkan, dan terus mengilhami musik tradisi. Dalam diskusi World Music, Rahayu Supanggah berpendapat:

Kita mengartikan tradisi secara fisik. Kalau kesenian mau awet, harus diubah, harus disesuaikan dengan zaman, mengikuti zaman. Bagaiman mengubah? Sangat banyak caranya. Salah satunya megubah fungsi. Misal tadinya tari bedoyo untuk raja, lali diubah fungsinya ketika saat ini sudah tidak ada raja di Solo, direformasi, dan direkreasi. Setiap seni ada yang bisa diubah dan tidak, artinya ada yang sudah jadi pakem-pakem tertentu yang memang tidak bisa diubah kearena sudah identitasnya.123

122 Wawancara dengan Ismet Ruchiat, dilakukan pada tanggal 8 Maret 2018. 123 Dilihat, http://hiburan.metrotvnews.com/read/2015/09/04/165810/ini-yang-diperlukan-untuk- melestarikan-musik-tradisional (diakses pada tanggal 27 April 2017).

124

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

World Music, bagi Supanggah, dinilai sebagai media untuk melestarikan musik tradisi. Dengan kemajuan zaman ini, musik tradisi harus disesuaikan dengan fenomenanya. Menurut Supanggah, pelestarian ini butuh keterlibatan putra daerah. Pelestarikan ini bisa dilihat dalam usaha I Balawan, memadukan unsur musik modern dengan gamelan Bali. Seniman ini berhasil membuktikan bahwa musik tradisional mampu dikemas menarik, sehingga memiliki nilai jual dan daya saing untuk memberikan manfaat bagi para musisi tradisional sendiri. Sebaliknya Rahayu Supanggah, melihat pelestarian dan World

Music sebagai tindakan musik silang.

Pelestarian musik pada umumnya sering dititik beratkan pada percampuran musik. Musik campuran bagi Suka Hardjana disebut sebagai musik silang. “Musik silang ialah percampuran atau tiruan musik Barat. Tetapi tiruan ini menjadi negatif persoalan tiruannya. Bahwa pada umumnya musik di Indonesia meniru musik hiburan populer.” Bahkan percampuran musik ini, menjadi kegelisahan tersendiri peneliti, yang melihat percampuran musik terasa dipaksakan dengan fenomena sekarang. Misalnya fenomena yang sama dapat dilihat dalam, Wayang

Hip-hop, Funklung (Funk Calung), dan Jaipong Disco. Dari semua fenomena musik tradisi ini, mereka semua bertujuan untuk sekedar mencari ruang pertunjukan ditengah masyarakat luas. Bahkan festival World Musik pun hadir sebagai sarana ruang pertunjukan bagi musik terpinggirkan.

Di tahun 2007-an, sekiranya menjadi awal adanya festival musik yang bertemakan Wolrd Music. Bambu Wolrd Music Festival salah satunya ialah pertunjukan musik yang diselenggarakan oleh kementrian budaya dan pariwisata.

125

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Munculnya fenomena World Music bisa ditandai dengan munculnya kecenderungan musik berorientasi World Music, dan juga diadakanya Bambu

Wolrd Music sebagai proyek pemerintah untuk menciptakan lahan perunjukan musik tradisi. Dari tahun 2007-an sekiranya World Music telah masuki dalam jajaran event musik di Indonesia. Adanya event ini membuat musik-musik lokal bisa lebih bisa bersaing dengan musik nasional atau pun musisi internasional.

Daya tarik festival World Music bukan saja bagi pelaku seni. Kehadiran festival ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat umum untuk mengunjungi festival tersebut, dan ini terlihat seperti ketika diadakan festival

West Java World Music 2011, “panitia menargetkan bisa mendatangkan penonton minimal 5 ribu perhari”.124Kehadiran event World Music bagi Bandung khususnya dapat dilihat sebagai perayaan musik global. Sebagaimana event World

Music di Bandung pun menjadi agenda tahunan.

Gambar 17. Perbandingan festival World Music di Norwegia dan Festival Matasora World Music Festival di Bandung Sumber: Koleksi pribadi

124Dilhat, http://www.abahiwan.com/featured/west-java-world-music-ethnic-festival-2011/ (diakses pada tanggal 27 April 2017)

126

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Penampilan musik dari musisi dunia menjadi daya tarik tersendiri bagi penonton. Bahkan kemasan pertunjukan pun hampir serupa dengan kemasan

World Music di negara lain, dengan konsep lesehan di lapangan rumput yang membuat penonton lebih nyaman dengan suasana.

1. Kemasan Musik Tradisi

“Saya World Music maka saya populer”. Munculnya tren World Music akhirnya dijadikan sebagai kemasan baru musik tradisi. Kemasan musik adalah salah satu cara agar menarik dan mudah dikenali sebagai identitas khas diantara serangkaian produk musik lainnya. Kemasan pada dasarnya dapat dilihat sebagai bungkus produk, namun yang tetap memiliki fungsi hampir mirip dengan konsep komunikasi persuasif untuk mempengaruhi sasaran untuk membeli. Bahkan tidak mengherankan kemasan pun dibuat semenarik mungkin sehingga menarik pembelinya.

Kemasan musik pada saat ini dipasarkan untuk mencari ruang pertunjukan.

Pengemasan musik menghadirkan banyak ide yang dirancang dan disesuaikan dengan konsumen yang disasarnya. Produk musik masyarakat seni muda, ialah musik yang sangat mementingkan segi kemasan di tengah persaingan musik populer. Mereka mengemas musik dengan berbagai cara dengan memasukan berbagai instrumen. Dengan adanya istilah World Music, kemasan musik masyarakat seni muda menjadi menarik dan menjadikannya sebuah tren masyarakat muda.

Tren World Music ini diciptakan, dan dibentuk oleh industri musik, dan media massa. Sehingga, musik yang tadinya berbicara bunyi, sekarang terlihat

127

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menjadi gerakan ekonomi. Gerakan ekonomi ini dapat, dilihat dalam kemasan musik dan perilaku musik dalam berorientasi World Music. Persoalan seni

(budaya) dan ekonomi banyak dibicarakan dalam kajian budaya populer. Strinati, berpendapat bahwa ketika seni berbaur dengan ekonomi, ia tidak lagi mempunyai

“aura” karena seni itu tidak lagi datang dari orang kebanyakan.125 Begitu yang terjadi pada juga kemunculan World Music, karena tidak bisa juga dikatakan sebagai musik kerakyatan.

Industrialisasi adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi yang mengubah sistem mata pencaharian masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Bagi, Strinati, industrialisasi dan urbanisasi berfungsi menciptakan masyarakat massa untuk di “atomisasi”. Atomisaisi ialah rutuhnya organisasi- organisasi perantara yang disebabkan oleh indutrialisasi dan urbanisasi. Contoh dari organisasi ini adalah: desa, keluarga, dan pusat keagamaan. Atomisasi bisa juga dilihat sebagai sebuah masyarakat yang tidak memiliki hubungan satu sama lain. Masyarakat ini dipahami secara murni dan begitu saja sebagai atom-atom yang terisolasi. Adanya industrialisasi dan urbanisasi, mempengaruhi pola masyarakat terhadap budayanya, sebagaimana budaya runtuh oleh industrialisasi dan urbanisasi.

2. Perilaku Mengonsumsi Musik

Perilaku konsumsi merupakan proses, tindakan, dan hubungan sosial yang dilakukan oleh individu, kelompok, dan organisasi. Dalam menggunakan suatu produk, jasa atau lainnya sebagai suatu akibat dari pengalamannya dengan

125Strinati Dominic, Populer Culture, Terj. Abdul Muchid, (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2009), hlm, 35.

128

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

produk, pelayanan, dan sumber lainnya. Perilaku konsumen ini didefinisikan sebagai aktivitas mandiri (profession liberale).126 Sementara sebaliknya, dalam produksi tampaknya cukup terencana, setidaknya dalam mengkonsumsi masih menginginkan apa yang tidak dimiliki orang lain.

Konsep mengenai masyarakat konsumsi dapat dibagi menjadi tiga bentuk yaitu, nilai fungsi (sign function), nilai tanda, (sign value), dan citra media

(advertising). Nilai guna merupakan fungsi dari suatu komoditas yang dikonsumsi. Nilai tanda merupakan suatu simbol yang melekat pada suatu komoditas tertentu. Citra media merupakan ruang yang menciptakan realitas baru sehingga membentuk sebuah hiperealitas. Bagi Baudrillard, hiperealitas menghapuskan perbedaan antara yang nyata (real) dan yang imajiner.127 hipperrelitas menciptakan satu kondisi yang di dalamnya terdapat kepalsuan yang berbaur dengan keaslian: masa lalu yang berbaur masa kini, tanda melebur dengan realitas.

Ketegori-kategori kebenaran, kepalsuan, keaslian, isu, realitas seakan-akan tidak berlaku lagi dalam dunia seperti itu, sehingga membentuk kesadaran diri

(selfconsciousness) yang pada dasarnya palsu.128Citra media menggunakan realitas untuk membentuk realitas baru yang sebenarnya tidak terlalu berhubungan. Namun, karena citra media ditayangkan secara berulang-ulang,

126Bahan Bacaan Kuliah Kajian Budaya Paradigma, Isu, dan Pendekatannya,Dalam Pembahasan Teori Konsumsi dan Tata Ruang,(Yogyakarta: Program Magister Ilmu Religi dan Budaya Universtas Sanata Dharma), hlm, 11. 127 Lecht, Jhon.50 Filsuf Kontemporer Dari Strukturalisme sampai Postmodernitas (diterjemahkan dari Fifty Key Contemporary Thinkers oleh A. Gunawan Admirator). (Yogyakarta: Kanisius), hlm, 357. 128 Sembiring, Masyarakat Konsumer Dalam Optik Filosofis. dari Http://www.doctoc.co/docs/115503475/KARYA-BUKU-AMSTRONG-SEMBIRING- BERJUDUL-MASYARAKAT-KONSUMER-DALAM-OPTIK-FILOSOFIS(diakses pada tanggal 27 April 2017)

129

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

realitas yang tidak berkaitan tadi yang ada dalam media iklan diterima sebagai realitas yang sesungguhnya.

Iklan yang menawarkan perawatan tubuh seperti sabun, shampo, parfum, kosmetik, dan lain-lain, sudah tidak asinglagi bahwa iklan-iklan tersebut menggunakan figur wanita-wanita cantik. Dengan menampilkan kecantikan mereka sebagai model dalam iklan tersebut, yang bercirikan sesosok wanita berkulit putih, memiliki tubuh yang langsing, tinggi, dan berambut hitam panjang, citraan-citraan seperti itulah yang menciptakan realitas-realitas baru. Realitas yang baru tersebut menggambarkan bahwa seorang wanita yang menggunakan suatu produk kecantikanyang sama dengan iklan tersebut akan, membayangkan dirinya akan secantik dan seputih model iklan tersebut. Bahkan realitas tersebut mampu memberikan mimpi untuk membentuk citra wanita yang cantik dan sempurna jika dirinya memiliki ciri-ciri seperti yang disebutkan tadi.

Citra menyembunyikan dan memberikan gambaran yang salah, karena membuat kita tidak berpikir lagi bahwa sebenarnya citraan tersebut merupakan bagian dari realitas. Akan tetapi citra yang digambarkan iklan bukan lah bagian dari realitas. Dengan kata lain, iklan-iklan kecantikan yang ditampilkan dengan model-model yang terlihat sempurna merupakan realitas buatan. Tampil sempurna merupakan realitas buatan yang tampil sebagai realitas baru, yang lebih real dari realitas yang sebenarnya. Sebagai konsekuensinya, realitas nyata menjadi kehilangan daya tarik dan dianggap bukan sebagai realitas.

Hal ini menunjukan bahwa konsumsi bergeser dari nilai guna ke nilai tanda yang menghasilkan suatu simulasi. Nilai guna dalam masyarakat seni muda ini

130

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

meliputi fungsi dari komoditas-komoditas yang digunakan dalam menunjang membuat musik. Nilai tanda merupakan penandaan yang melekat pada suatu komoditas yang digunakan oleh masyarakat seni muda. Simulasi merupakan percobaan pergeseran makna dari nilai guna ke nilai tanda yang menghasilkan simulakra yang berisikan realitas semu. Hal ini yang membuat masyarakat seni muda tidak bisa terlepas dari kegiatan konsumsi.

Baudrillard memperkenalkan keadaaan masyarakat modern saat ini dengan masyarakat simulakra. Simulakra, yaitu masyarakat yang kehidupannya tertangkap dalam dominasi model-model semua media massa dan informasi digital yang memiliki asal-usul atau referensi di dalam realitas nyata. Hal ini menghasilkan ilusi, fantasi menjadi nyata dan real. Inilah yang dikenal dengan realitas simulacrum dalam perspektif teori simulasi Baudrillard. Simulasi ini menggambarkan sebuah tujuan tentang dunia yang ditransformasikan melaui imajinasi-imajinasi, sebuah penawaran akan dunia yang lebih menakjubkan, lebih membahagiakan, dan lebih segala-galanya dari pada dunia sebenarnya. 129

Konsumsi produk media semakin mendorong untuk mengonsumsi barang itu. Seperti yang Baudrillard jelaskan, jika kita mengkonsumsi produk sebagai produk, kita mengkonsumsi melalui iklan.130Dengan demikian, masyarakat seni muda mengkonsumsi musik Sambasunda karena adanya citraan yang digambarkan oleh media. Proses itu digambarkan dengan tawaran percampuran musik tradisi dengan musik etnis lain sehingga membuat mereka bisa diterima

129Ratna Noviani. Jalan Tengah Memahami Iklan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), hal, 63. 130Bahan Bacaan Kuliah Kajian Budaya Paradigma, Isu, dan Pendekatannya, Dalam Pembahasan Teori Konsumsi dan Tata Ruang, (Yogyakarta: Program Magister Ilmu Religi dan Budaya Universtas Sanata Dharma), hlm, 10.

131

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

masyarakat luas, dan dengan memaki embel-embel World Music maka mereka bisa pentas keluar negeri dan bisa terkenal di luar negeri. Sebaliknya, mereka yang lebih optimistik atas budaya media mengatakan bahwa dalam kegiatan mengkonsumsi hasil upaya media, seseorang bukanlah merupakan konsumsi pasif melainkan aktif.131

3. Maraknya Hastag Sambasunda dan World Music di Instagaram

Perkembangan teknologi akhir-akhir ini sangat berkembang pesat, mulai dari teknologi informasi seperti internet, ataupun telepon seluler yang terus menerus dipasarkan oleh para produsen produk tersebut. Perkembangan teknologi ponsel sedemikian cepatnya dan menghasilkan berbagai macam ponsel. Pomsel yang selalu berganti dengan menghadirkan brand baru membuat masyarakat modern merasa tertinggal jika tidak membeli dan memiliki ponsel dengan model terbaru.

Berkembangnya ponsel dengan berbagai filtur dan aplikasinya menandakan, berkembangnya juga kebutuhan ekspresi dalam media sosial. Keadaan seperti ini lah, yang pada akhirnya mendorong masyarakat menjadi semakin konsumtif oleh penggunaan ponsel. Jika kita mempunyai media sosial, hampir dapat dipastikanbahwa kita juga mempunyai ponsel yang memadai untuk media sosial itu. Fungsi media sosial sekarang ditempatkan sebagai ajang komunikasi bahasa, tanda dan kode, untuk membicaran kita dalam kelompok yang mana.

Peran media sosial juga sangat mempengaruhi perubahan gaya hidup masyarakat. Melalui media sosial sebuah produk diperkenalkan kepada masyarakat dengan bahasa sangat persuasif agar masyarakat membeli produk

131 St Sunardi, Semiotika Negativa (Yogyakara: Buku Baik Yogyakarta, 2004), hlm, 62.

132

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tersebut. Daya tarik iklan atau media sosial tidak disadari mempunyai daya tarik yang sangat kuat untuk mengajak dan mengonsumsi. Contohnya, kita pergi kerumah makan untuk membeli makanan dan memotretnya. Photo diupload diberi ulasan pada makan itu “enak dimakan untuk mahasiswa dan pas untuk kantong mahasiswa”. Dari ulasan ini, ada usaha untuk mengajak orang lain juga untuk mengkonsumsi.

Media sosial ini sendiri dapat dikatakan sebagai new media. Keberadaannya kini sudah dapat disetarakan dengan media-media konvesional lainnya. Instagram misalnya mampu memberikan banyak kemudahan bagi para penggunanya untuk mengeksplorasi keberadaan media sosial tersebut. Sebutlah fitur filter foto guna memberikan kesan artistik pada foto yang akan diunggahnya, hingga fitur tagging yang berfungsi untuk menandai seseorang dan dalam kasus ini ialah akun istagram orang tersebut pada sebuah foto yang memang berkaitan dengan tersebut. Salah satu fitur lainnya adalah hadirnya fitur Hastag (tanda #). Fitur ini sendiri memungkinkan pengguna untuk mengklasifikasikan foto-foto yang mereka unggah serta mencari klasifikasi tersebut.

Penggunaan Hastag akhir-akhir ini ramai diperbincangan, dengan munculnya

#gantipresiden. Dunia media massa sekarang sudah mampu menjadi semacam gerakan masyarakat baru dengan segala fiturnya. Media massa memberikan ruang kehendaknya apa yang diinginkannya. Fenomana Hastag (tanda #) menyediakan kebebasan untuk mengelompokkan diri pada kelompok mana kita mau berdiri.

Begitu juga yang terjadi di dalam perkembangan musik di media sosial Instagram.

133

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Hastag #Worldmusic merupakan hastag berfungsi mengklasifikasikan grup musik yang berorentasi pada World Music. Hastag #Sambasunda merupakan sebuah hastag yang berfungsi untuk mengklsifiksikan penggemar, pendengar musik Sambasunda, atau juga menunjukan musik Sunda. ini menunjukan bahwa tren grup musik tradisi dengan menggunakan istilah #World Music cenderung di-

Barcode-kan.132 Bagi Sunardi, Barcode ibarat dagangan yang diberi tanda supaya dapat dijual dengan cepat. Barcode memang mempermudah pelayanan, kontrol barang, dan sebagainya. Bahkan Barcode juga berkaitan dengan stok, atau ketersedian barang untuk dijual. Media saat ini hanya menyediakan ruang pertemuan, ruang komunikasi, dan ruang ekspresi, namun pada kenyataanya juga menyediakan ruang ekonomi.

Gambar 15. Maraknya Hastag World Music dalam media Sosial Instagram Sumber: Koleksi pribadi

132 Sunardi St, Vodka dan Birahi Seorang Nabi Esai-Esai Seni dan Estetika, (Yogyakarta : Jalasutra), hlm, 187.

134

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Penggunan #worldmusic bukan sekedar menandakan perbedaan antara musik lokal dan musik global, tapi juga simbol gerakan politik kebudayaan. Alat musik yang berbeda menandakan model genre musik berbeda pula. Selain bentuk musik, instrumen, dan gaya berpakaian, yang jelas terlihat sebagai wujud identifikasi ialah gaya bentuk musik.

Dalam Youth culture, gaya pakaian, dandanan rambut, aksesoris, selera musik, atau aktivitas-aktivitas dilakukan sebagai perayaan identitas dan kepribadian diri.133 Kepribadian oleh masyarakat seni muda Bandung melalui fenomena musik ini. Ia menciptakan kepribadian yang unik dan belum pernah digunakan oleh orang lain. Fenomena World Music ini, di harapkan menunjukkan ekspresi kepribadian yang unik dan belum pernah digunakan. Namun, sayangnya tidak ada sesuatu yang benar-benar baru dalam arti orisinal. Alih-alih menciptakan hal yang baru, tetapi ada proses saling pinjam budaya yang sudah lazim terlihat dikalangan anak muda.

133 Nugroho Boy, “Se-Rambut Tak Se-Musik: Mimikri dalam Musik dan Musisi Indonesia Hari ini”. DalamBudiawan, ed, Abivalensi Post-kolonialisme Membedah Musi Sampai Agama di Indonesia (Yogyakarta: Jalasutra), hlm, 5.

135

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada tahun 2007an istilah World Music mulai dikenal dan berkembang di beberapa kota di Indonesia. Kehadirannya ditandai dengan grup musik berorientasi pada

World Music. Dengan hadirnya istilah World Music, tentunya didorong oleh citra

Sambasunda dan maraknya festival Wolrd Music di Indonesia. Kemunculan World

Music tentunya menjadi fenomena. Kehadiran World Music di Bandung tentunya menjadi tren dikalangan anak muda. Masyarakat muda melihat World Musik apa yang dicitrakan oleh Sambasunda. Mereka meniru, sebisa-bisanya, dan kelompok

Sambasunda yang menjadi patron mereka, baik dalam permainan musik, lagu maupun performance di atas panggung. Mereka berusaha mencari informasi apa saja yang berkaitan dengan Sambasunda yang merek kiblatkan.

World Music sempat menjadi perbincangan pada anak-anak muda. Semakin fenomen dari tahun ke tahun; semakin banyak dirayakan lewat mendia sosial. Media sosial semakin canggih, semakin mumpuni, memungkinkan perkembangan World

Music ini jadi tren di kota-kota besar. Begitu juga di kota Bandung, sejak tahun 2010an geliat Wolrd Music di Bandung mulai memuncak dan semakin fenomena. Semakin banyaknya kelompok-kelompok musik tradisi yang mengindentifikasi pada World

Music.

Kehadiran World Music di Bandung berpengaruh kepada masyarakat seni muda

Bandung. World Wusic ini, menjadi hangat diperbincangkan, dan muncul sebagai

136

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

identitas baru bagi musik tradisi. Namun, istilah Wolrd Music menyedot perhatian yang dipraktikan musik campuran. Percampuran musik seperti ini pada akhirnya selalu dikategorikan sebagai World Music. Fenoemena World Music di masyarakat seni muda

Bandung berpengaruh pada musik tradisi yang mulai mengidentifikasi diri sebagai

World Music.

B. World Music dan Identitas Baru

Faktor pendorong bagi grup musik yang mengidentifikasi diri dalam World

Music. Adanya media yang mencitrakan Sambasunda sebagai World Music. Faktor kedua munculnya grup musik berorientasi pada Sambasunda dan World Music, masyarakat seni muda ini mencari ruang di tengah masyarakat massa. Bagi Strinati, masyarakat massa merujuk pada proses industrialisasi dan urbanisasi. Dalam industrialisasi ialah munculnya produksi industri berskala besar. Ketika seni berhadapan dengan industrialisasi dan urbanisasi, hasil seninya itu sendiri pun mengalami perubahan.113 Industrialisasi menjadi faktor perubahan pada musik tradisi, dengan hadirnya World Music tentu membawa proses itu. Perubahan yang bisa dilihat dalam masyarakat seni muda Bandung, ialah perubahan identitas musik. Sebagaimana istilah

World Music memunculkan genre musik campuran. Genre musik ini, bagi masyarakat seni muda Bandung sebagai identitas baru. Adanya identitas baru dalam musik tradisi sebagai bentuk gerakan mencari ruang di masyarakat massa. Sebagaimana masyarakat seni muda, mempunyai anggap,“Saya World Music maka saya populer”.

113 Strinati Dominic, Populer Culture, Terj. Abdul Muchid, (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2009), hlm. 29

137

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, Giddens.1993. Modernity And Identity: Self And Society in the Modern Age. Cambridge: Blackwell Publisher. Budiawan. 2010. Abivalensi Post-Kolonial Membedah Musik sampai Agama di Indonesia. Dalam tulisan Boy Nugroho Se-Rambut Tak Se-musik: Mimikri dalam Musik Pop Indonesia Hari ini. Yogyakarta: Jalasutra Connell, John. 2003. Sound Tracks Popular Music, identity and Place. USA: First published. Claire Holt, Claire. 2000. Melacak perkembangan seni pertunjukan di Indonesia, Bandung : Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Heryanto, Ariel.2012. Budaya Populer di Indonesia. Yogyakarta: Jalasutra. Jean, Baudrillard. The Consumer Society Myths and Structure. London: SAGE Publications. Mack, Dieter. 2009. Sejarah Musik Jilid 4. Yogyakarta: Pusat Liturgi Yogyakarta ______. 2004. Musik Kontemporer & Persoalan Interkultural. Yogyakarta: ARTI. ______. 1995. Apresiasi Musik Populer. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama Natapradja, Iwan. 2003. Sekar Ginding. Bandung: Karya Cipta Lestari. Noviani, Ratna 2012. Jalan Tengah Memahami Iklan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nugroho, Garin. 2005. Seni Merayu Masa. Jakarta: Buku Kompas Richter, Max M .2012. Musical Worlds in Yogyakarta. Australian: KITLV Press. Noviani, Ratna 2007. Jalan Tengah Memahami Iklan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Strinati, Dominic. 2009. Popular Culture. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA. Strinati, Dominic. 2004. An Introduction to Theories of Populer Culture. London: Routledge. Supanggah, Rahayu. 1995. Etnomusikologi. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya Yogyakarta. Salim, Djohan. 2009. Psikologi Musik. Yogyakarta: Best Publisher. Suku Hardjana. 2004. Esai dan Kritk Musik. Galang Press: Yogyakarta

138

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Setiawan, Erie. 2014. Memahami Musik & Rupa-Rupa Ilmunya. Yogyakarta: Art Music Today. Sunardi, St. 2004. Semiotika Negativa. Yogyakarta: Bukubaik ______.2012. Vodka dan Birahi Seorang Nabi Esai-Esai Seni dan Estetika. Yogyakarta: Jalasutra. Simatupang, Lono.2013. Pergelaran Sebuah Mozaik Penelitian Seni-Budaya. Yogyakarta: Jalasutra. Suka Hardjana. 2018. ESTETIKA MUSIK SEBUAH PENGANTAR, Yogyakarta: Art Music Today. Stobart, Henry. 2009. Music Studies: World Music, New York: Cambridge University Press. Sasaki, Mariko. 2007. Laras Pada Karawitan Sunda, Bandung: Past Upi. Wallach, Jeremy. 2008. Modern Noise, Fluid Genres, Popular Music in Indonesia, 1997-2001, London: The University of Wisconsin Press.

SUMBER ARTIKEL Aswoyo, Joko. 2010. “Festival Lima Gunung Di Magelang”, dalam Greget Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Seni, Vol. VIII No. Brenan, Timoty. 1990. “World Music Does No Exist” Westport, Conn.: Greenwood Press Publishers. Indra Ridwan, Indra. 2017. The Art Of Arranger in Pop Sunda, Sundanede Popular Music Of West Java, Indonesia, Disertasi untuk mencapai Doktor of Philosophy pada University of Pittsbuargh, Amerika Serikat. Erlamann, Viet. 1996. The Aesthetics of the Global Imagination: Reflections on World Music in the 1990s. The University of Chicago Notosudirdjo, R. Franki S. 2014. Musical Modernism In The Twenteith Century. JSTOR Phillip, Vannini. 2004. “The Meanings of a Star: Interpreting Music Fans’ Reviews” Washington State University. Reader mata kuliah Kajian Budaya oleh St. Sunardi, Ilmu Religi dan Budaya, Universitas Sanata Dharma 2015.

139

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tardi Ruswandi, 2016.“Kreativitas Mang Koko Dalam Karawitan Sunda”, Disertasi untuk mencapai gelar Doktor Universitas Padjadjaran, Bandung. Yupi Sundari, 2008 “Strategi Komunikasi Kelompok Sambasunda Dalam Mengembangkan Musik Tradisional Sunda”. Unpad ,Bandung Vannini Phillip, “The Meanings of a Star: Interpreting Music Fans’ Reviews”. Washington: Washington State University. Herry Dim. 2010. “World Music Bagi Bandung”, dalam Pikiran Rakyat. R. Franki S. Notosudirdjo dalam “Musical Modernism In The Twentieth Century,”.

SUMBER INTERNET http://hiburan.metrotvnews.com/read/2015/11/03/187124/bali-world-music-festival- ajang-musik-etnik-terbesar-di (diakses pada tanggal 14 Maret 2016 ) http://www.pikiran-rakyat.com/hidup-gaya/2017/07/22/matasora-world-music-festival- meretas-jalan-jadi-barometer-world-music (diakses pada tanggal 23 Juli 2017) http://www.wartajazz.com/news/2010/11/09/monju-west-java-world-music-festival- akan-digelar-di-bandung (diakses pada tanggal 15 Maret 2016). http://www.wartajazz.com/news/2007/08/10/nantikan-discus-di-festival-bambu- nusantara-2007 (diakses pada tanggal 14 Maret 2016 ). https://www.discogs.com/Unknown-Artist-Javanese-Court-Gamelan-Volume- II/release/7512410 (diakses pada tanggal 14 Maret 2016 ). https://www.discogs.com/Unknown-Artist-Javanese-Court-Gamelan-Volume- II/release/7512410 (diakses pada tanggal 27 Mei 2017). http://www.pikiran-rakyat.com/hidup-gaya/2017/07/22/matasora-world-music-festival- meretas-jalan-jadi-barometer-world-music http://www.wartajazz.com/news/2010/11/09/monju-west-java-world-music-festival- akan-digelar-di-bandung(diakses pada tanggal 15 Maret 2016). Http://www.doctoc.co/docs/115503475/KARYA-BUKU-AMSTRONG-SEMBIRING- BERJUDUL-MASYARAKAT-KONSUMER-DALAM-OPTIK-FILOSOFIS (diakses pada tanggal 27 April 2017)

140

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN

1. Pengalaman Pertunjukan Sambasunda

 Multi Cultural Festival of Asian Music. Sri Langka 1998.

 Roskilde Music Festival, Denmark, 2001.

 Rodollstad Music Festival, Jerman, 2001.

 Bersama Asian Music Cicuit AMC pertunjukan di Inggris, Hngaria, Austria, dan

Belgia.

 Nanning Internasional Festival of Folk Songs, Nanning, Guangi, RRC, 2002.

 Pasar malam besar, Den Haag, Belanda, 2003.

 Roots Festival, Amsterdam, Belanda, 2003.

 Rodolstadt Tanz & Folk Festival, Rodolstadt, Jerman, 2003.

 Sommerset House, London, Inggris, 2003.

 Sfinfk Festival, Antwerp, Belgia, 2003.

 Womad,Inggris , 2003

 Migration music fetival, Tiapei, Taiwan, 2003.

 Asian Music Festival, Chiayi, Taiwan, 2004.

 Womex Voice Festival , Tiapei, Taiwan, 2003.

 Rainforest Music Festival, Kuching, Sarawak, Malaysia, 2004.

 Tour Eropa dalam rangka launching album ‘Rahwana’s Cry’, 2006. Yang

mengadakan pertunjukan di antaranya;

 Lammer Tree Festival, Inggris.

 Sud’d Arles, Arles, Perancis.

141

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

 Les Escales, St. Nazaire, Perancis.

 Drugba Godba, Ljubljana, Slovenia.

 Music Meeting, Nijmegen, Belanda.

 Rhythm Sticks Festival, Queen Elizabeth Hall, London, Inggris.

 Glaat & Verkehrt Festival, Krems, Perancis.

 Les Orintales, Saint Florent, Perancis

 Montreal Internasional Jazz Festival, Montreal, 2007.

 Sun Festival, London, 2007.

 Lula lounge Bar, Toronto, 2007.

 Heeling Garden Festival, Hawaai, 2007.

 Concert of Colors, Detroit, 2006.

 Chicago Milenium Park, Chicago, 2007.

 Seoul Drum Festival, Korea, 2008.

 Shibuya O-EAST, Tokyo, 2008.

 Pasar Malam Besar, Den Haag, 2008.

 Tropentheater, Amsterdam, 2010.

 Bleckkirche, Gelsenkirchen, 2010.

 KulturzentrumGrend, Essen. 2010.

 Teo Otto Theater, Remscheid, 2010.

 Union Chapel, London, 2012

 OCM, Oxford, 2012

 Band on the Wall , Manchester, 2012.

 The Junction, Cambridge, 2012.

142

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

 Colston Hall, Bristol, 2012.

2. Pertunjukan Sambasunda di Dalam Negeri

 Program Langlang Budaya TVRI Bandung, 2000.

 Indomusik Expo 2000, Jakarta, 2000.

 Konser ‘Ex Undis Sol’ Bandung, 2000.

 Pusat kebudayaan Perancis (CCF), Bandung, 2000 dan 2002.

 Rumah Nusantara Bandung, 2001.

 Taman Budaya Provinsi Jawa Barat, 2002.

 Pembukaan Asia Africa Culture Center (AACC), Jakarta, 2002.

 Wayng Golek Ajen, Indosiar, Jakarta, 2002.

 Sawengi di Tatar Sunda, Jakarta, 2002.

 Festival Gendang Serumpun Melayu Se-asean, Pekan Baru, Riau, 2002.

 Malam Anugerah Musik Indonesia, Jakarta, 2002.

 Mad Quarter, Bumi Samgkuriang, Bandung, 2004.

 Jakarta Cirle Rhythm of Percussion, Jakarta, 2004.

 Old and New, Bandung, 2004.

 Peringatan 50 tahun Konfersi Asia Afrika, Bandung, 2005.

 Perismian d’Palm Café, Berkolaborasi dengan Yuni Shara, dan Denada, Bandung, 2005.

 Pentas Pasar Seni ITB, Bandung, 2006.

 Festival Musik Bambu, Jakarta, 2007.

143

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Daftar Festival World Music di Indonesia

Nama Pengisi Acara Tempat Tanggal Penyelenggara Acara Bambo Krakatau dan Sambasunda Pekan 16-17 Departemen World raya Agustus Budaya dan Music Jakarta 2007 Pariwisata festival kemayor 2007 an Monju Colin Bass (Inggris), Jenny Monume 19-20 West Java Weisgerber (Jerman), Sarah and n Juang Novemb Pemprov Jabar World Maika Gomez (Spayol), Kamal Bandung er Musallam (Dubai), dan Ron dan Ismet Music Ruchimat festival Reeves, Warogus (Australia- 2010 Indonesia). Pengisi musik dalam negeri : Balawan dan Bantuan Etnik Fusion, Krakatau, Sambasunda, Dwiki Dharmawan dan Barry Likumahua, Vicky Sianipar, serta musisi lainnya. Bahkan penyanyi pop sunda asal Jabar Darso. West Java Andy Hiroshi Suzuki (Jerman), Monume 16-17 Pemprov Jabar World Patrick ShawIyersen n Juang Juli 2011 dan Direktur Music (Norwegia), Zakaria Kone Bandung Pariwisata dan festival (Burkina Faso, Afrika), Mohar Ismet 2011 dan Ramli (Malaysia), Rune Ruchimat (Nurwegia). Dalam negeri, Balawan dan Bantuan Ethnic Fusion (Bali), Bandanaira (Jakarta), Maribeth dan Band (Jakarta dan Manila), serta Dwiki Darmawan dan WPE (Jakarta). Suang Angklung Udjo, Nawawi Ensamble, Ronggerng Amen, dan Sambasunda Junior.

Bambu Rafly Wasaja, Agam Hamzah, Sabuga 1-2 Kementrian Nusantara Al di Meola Bertrio Gitar, ITB Oktober Kebudayaan World Saat Syah ‘’Scatman 2011 dan Pariwisata

144

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Music John, Dwiki Dharmawan, Adi Festival Prasojo, Bintang indriyanto, 2011 Sambasunda, Ozenk Percussion, Balawan, Gamelan Mastro Project, Punklung, dan Sarasvati West Java Saratuspersen (Indonesia), Cihampela 15 Pemprov World Mohram (malaysia), Djakali s Bandung Desember Jabar Music kone (burkina faso), Srey 2012 Festival channty & julien poulsen 2012 cambodian space project (cambodia & australia), Chung yufeng (Taiwan), Warogus (Indonesia), Sambasunda Junior (Indonesia), Glamour (Indonesia), Lampung (Indonesia),| Pa Robot (Indonesia) Bali World Ayu Laksmi “Svara Semesta” Taman 25-26 Direktorat Music dan Balawan mewakili Budaya November Pembinaan Festival Indonesia. Bali 2013 Seni dan 2013 Perfilaman dan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta Ayu Laksmi, Debu, Gondang Jakarta 14-15 Pemerintah Wolrd Batak, Sparkalize 9Amerika pasar seni Desember Jakarta Music Serikat), Anello Capuano and Ancol 2013 Festival Samsara (Italia) 2013 Bokor Tengku rahimah (Riau), Jart Riau 7 Januari Pemerintah Wolrd Hassan (Malaysia), Hary 2015 Riau Music Tolendo (Jakarta). (2015)

145

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Bali Wolrd World Peace Trio, Eastmani, Arma Desember 5 Kementrian Music 2015 Dwiki Dharmawan, Pasar Musem & & 6, 2015. Pariwisata dan Klewer Project, /Asaf Sirkis, Resort Dwiki Yaron Stavinicolas Meier, Ubud on Dharmawan Gamelan Jegog, Dewa Budhanakamal, Nasse Salameh, Balawan Bantuan Etnic, Ivan Nestroman, Planet Bambo, Bona Alit, Ayu Laksmi dan Svara Semesta, Lisa Ruing, Grand Angklung SAU, Sasando. Bokor Bonsuono (Riau), Blacan 19, 20, Pemerintah Wolrd (Riau),Sagu Band (Riau), 21November Riau Music 2016 Minangpentagong (Sumber), 2016 Ghahmuhy (Malaysia), sepeda Tak berlampu (Riau), Riau Ritme Chambers (Riau), CWRWIA (Riau), Persahabatan Project (Prancis), Steev Kidwald (Rumania), Et Labara Poni (Jawa Barat), sande (Riau). Mata Sora Colin Bass (Inggris), Electric Bandung 22-23 Juli Kementrian Wolrd Fields (Australia), Fade to 2017 Pariwisata dan Music Blue (Taiwan), Sambasunda Ismet Festival (Indonesia), Ramkhamaeng Ruchimat 2017 University (Thailand), Grance Sahertian (Indonesia), Cakravala Mandala Dvipantara (Indonesia, Parahyena (Indonesia), Littelelute (Indonesia), Gilles Saissi&Persahabatan Project Franch&Indonesia, Rubah Di Selatan (Indonesia), Kuetnika (Indonesia), Patrick Shawn (Norwegia), Littelute (Indonesia), Balaruna (Indonesia), Cakravan Mandala Dvipantara (Indonesia), Saratuspersen (Indonesia), Trah (Indonesia).

146

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Mata Sora Angklung Saund udjo, Ruang Bandung 22 Juli 2018 Kementrian Wolrd Kolaborasa, Klab Jazz, Pariwisata dan Music Jazzuality, Ethno Progresif, Ismet Festival Doel Sumbang, Sambasunda, Ruchimat 2018

147