Sambasundaan: Penerimaan Masyarakat Seni Muda Bandung Terhadap Sambasunda Dan World Music

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Sambasundaan: Penerimaan Masyarakat Seni Muda Bandung Terhadap Sambasunda Dan World Music PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI SAMBASUNDAAN: PENERIMAAN MASYARAKAT SENI MUDA BANDUNG TERHADAP SAMBASUNDA DAN WORLD MUSIC TESIS Untuk memenuhi persyaratan mendapat gelar Magister Humaniora (M. Hum.) Program Magister Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma Oleh : WAWAN KURNIAWAN 146322003 PROGRAM MAGISTER ILMU RELIGI DAN BUDAYA UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2018 i PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING TESIS SAMBASUNDAAN: PENERIMAAN MASYARAKAT SENI MUDA BANDUNG TERHADAP SAMBASUNDA DAN WORLD MUSIC OLEH: Wawan Kurniawan NIM : 146322003 Telah disetujui oleh r ~?~j l Dr. Alb. Budi Susanto, S.J ... ............. .. ..... .. .......... Pembimbing I Tanggal 6 Juni 2018 Dr. Y. Tri Subagya Pembimbing I ii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HALAMAN PENGESAHAN TESIS SAMBASUNDAAN: PENERIMAAN MASYARAKAT SENI MUDA BANDUNG TERHADAP SAMBASUNDA DAN WORLD MUSIC Dipersiapkan dan tertulis oleh: Wawan Kurniawan NIM : 146322003 Telah dipertanggungjawaban di depan panitia penguji Pada tangga13 luli 2018 dan dinyatakan telah memenuhi syarat Susunan Panitia Penguji Ketua Dr. Y. Tri Subagya Moderator Dr. Y. Devi Ardhiani Anggota 1. Dr. G. Bl;ldi Subanar, SJ 2. Dr. Y. Tri Subagya 3. Dr. Alb. Budi Susanto, S.l I iii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Dengan ini saya, mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bernama Wawan Kurniawan (NIM : 146322003), menyatakan bahwa tesis berjudul: SAMBASUNDAAN: PENERIMAAN MASYARAKAT SENI MUDA BANDUNG TERHADAP SAMBASUNDA DAN WORLD MUSIC merupakan hasil karya dan penelitian saya sendiri. Di dalam tesis ini tidak terdapat karya peneliti lain yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi lain. Pemakaian, peminjaman/pengutipan dari karya peneliti lain di dalam tesis ini saya pergunakan hanya untuk keperluan ilmiah sesuai dengan peraturan yang berlaku, sebagaimana diacu secara tertulis dalam daftar pustaka Yogyakarta, 8 Juni 2018 Wawan Kurniawan iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. NAMA : WAWAN KURNIAWAN NIM : 146322003 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul : SAMBASUNDAAN: PENERIMAAN MASYARAKAT SENI MUDA BANDUNG TERHADAP SAMBASUNDA DAN WORLD MUSIC Saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya dengan sebenernya. Yogyakarta, 8 Juni 2018 Wawan Kurniawan v PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI SAMBASUNDAAN: PENERIMAAN MASYARAKAT SENI MUDA BANDUNG TERHADAP SAMBASUNDA DAN WORLD MUSIC ABSTRAK World Music adalah istilah yang dipakai untuk memberikan label musik non-Barat. Kehadiran World Music di Bandung menjadikan tren di masyarakat seni muda. Fenomena World Music berpengaruh pada grup musik tradisi yang mulai mengindentifikasikan diri sebagai World Music. Kehadiran World Music menjadi hangat diperbincangkan, dan muncul sebagai identitas baru bagi grup-grup ini. Istilah World Music justru menyedot perhatian grup-grup musik tradisi untuk menamai diri mereka. Hal ini jelas dipertanyakan pada segi ekstra musikal dan intra musikalnya. Istilah World Music bagi masyarakat Seni muda Bandung dikategorikan sebagai musik campuran. Citra Sambasunda sebagai World Music, menarik masyarakat seni muda Bandung untuk mengikuti apa yang dilakukan Sambasunda. Kehadiran Sambasunda dicitrakan sebagai grup populer di dalam World Music. Ia mengidentitaskan sebagai grup World Music, dengan memasuki World music grup ini terkenal di negara Eropa bahkan Asia. Kehadiran Sambasunda di Bandung sebagai kiblat musik bagi masyarakat seni muda Bandung. Mereka meniru apa yang dilakukan oleh Sambasunda, bahkan masyarakat seni muda mengkonsumsi musik Sambasunda secara aktif. Dengan memaknai konsep masyarakat konsumsi oleh Jean Baurdillard sebagai paradigma penelitian ini, akan melihat prilaku konsumsi musik di masyarakat seni muda Bandung. melalui metode wawancara terhadap lima grup musik di Bandung. Peneriman masyarakat seni muda Bandung terhadap World Music menunjukkan dua hal, yaitu adanya citra Sambasunda yang beredar di media, dan adanya dorongan kebutuhan akan popularitas. Melalui penelitian ini dapat disimpulkan kehadiran World Music di tengah masyarakat seni muda Bandung, dicitrakan oleh Sambasunda. Yang pertama mengkonsumsi musik Sambasunda untuk mencari popularitas. Kedua masyarakat seni muda Bandung ini ingin mencari ruang pertunjukan di tengah masyarakat massa. Kata Kunci: World Music, Sambasunda, Masyarakat seni muda Bandung, Pengikut musik, Indentifikasi. vi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI SAMBASUNDAAN: COMMUNITY BANDUNG ART COMMUNITY ADDRESS TO SAMBASUNDA AND WORLD MUSIC ABSTRACT World Music is a term used to label non-Western music. The presence of World Music in Bandung makes a trend in the young art community. The phenomenon of World Music influenced the traditional music group that began to identify themselves as World Music. The presence of World Music was warmly discussed, and emerged as a new identity for these groups. However, the term World Music just suck the attention of traditional music groups to name themselves. This is clearly questionable on the musical extras and intra-musical aspect. The term World Music for the community Young art Bandung is categorized as a mixed music. image Sambasunda as World Music, attracts the young art community of Bandung to follow what is done Sambasunda. The presence of Sambasunda is imaged as a popular group within World Music. He identified as a group of World Music, by entering World music this group is famous in European countries and even Asia. With the presence of Sambasunda in Bandung make a musical orientation for the young art community of Bandung. They imitate what Sambasunda is doing, even this young artist consume Sambasunda music actively. By interpreting the concept of society of consumption by Jean Baurdillard as the paradigm of this research, will see the behavior of music consumption in the young art community of Bandung. through interview method of five bands in Bandung. The authorization of the young art community of Bandung to World Music shows two things, namely the presence of Sambasunda's image circulating in the media, and the impulse of the need for popularity. Through this research can be concluded the presence of World Music in the art community of young Bandung, imaged by Sambasunda. The first consumes Sambasunda's music in search of popularity. These two young art communities of Bandung want to find a performance space in the mass community. Keywords: World Music, Sambasunda, Bandung Young Art Society, Music Followers, Indentifikasi vii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HALAMAN MOTTO MENYELESAIKAN YANG SUDAH DIMULAI viii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Kata Pengantar Penulisan tesis ini merupakan sebuah proses yang tidak mudah, bagi penulis yang notabeneya seorang pengrawit atau sebagai pekerja seni yang tiap hari tiap jam berkutat dengan gamelan. Penulis tetap yakin meskipun mengerjakannya tidak secepat yang diimpikan, tapi dapat diselesaikan juga. Dari segi proses penelitian dan proses hidup yang sangat rumit, menjadi kendala dalam proses pembuat tesis ini. Dalam proses yang begitu berat, penulis menghargai dan menjadikan pendewasaan. Dari proses tesis ini, tidak lupa yang sudah memberi waktu dan pikirannya untuk berdiskusi atau mendengarkan keluhan, saya mengucapkan terimakasih telah memberi semangat berpikir. Tidak lupa terima kasih sebesar-besarnya para dosen IRB yang telah membimbing dari awal sampai akhir dengan kerja keras, dan terima kasih komentarnya yang sangat membangun dalam tulisan ini yang sangat hancur. Tidak lupa terima kasih pada pak Nardi, Romo Banar dari komentar retretnya yang di semarang selama dua hari bisa mengkritik habis-habisan dengan konsep tesis saya, hingga tesis ini bisa selesai hanya berkat komentar. Saya yakin komentar sepahit apa pun itu salah satu doa untuk kebaikan. Tidak lupa mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing, Romo Budi Susanto dan pak Tri Subagya. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada Mba Desi dengan perhatian dan memberi semangat dalam mengerjakan tesis ini. Saya mengucapkan terima kasih kepada kedua ibu bapak kandung saya yang tercinta, saya bangga telah dilahirkan dari keluarga yang biasa-biasa tapi kebiasaan itu menjadikan modal untuk membanggakan kedua orang tua saya. Mungkin dari kerabat dan temen-temen sekian banyak yang memberi dukungan dan doa saya tidak bisa membalas satu-persatu, semoga kebaikan ada semuanya dibalas oleh Alloh Subhanata ala. Dari omongan panjang lebar dari A sampai ke Z proses tesis ini. Sebagai penutup saya ingin mengucapkan rasa yang mendalam dan anugrah cinta kepada istri saya Cita. Terima kasih telah menemenin dengan kelucuan dari suka mau pun duka. Semoga ke depannya dalam keluarga kecil kita diberi kebahagiaan. Saya ucapkan ix PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI terima kasih pada anak saya Ristama Arnawa Pramatya yang telah membangunkan tidur setiap pagi dengan tangisannya. Tidak lupa terima kasih pada bapak dan ibu mertua yang telah mengerti kondisi
Recommended publications
  • Apresiasi Masyarakat Terhadap Kesenian Burok Grup Pandawa Nada Di Desa Kemurang Wetan Kabupaten Brebes
    APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP KESENIAN BUROK GRUP PANDAWA NADA DI DESA KEMURANG WETAN KABUPATEN BREBES SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Seni Musik oleh M. Ricky Juliardi 2503407015 JURUSAN PENDIDIKAN SENI DRAMA, TARI, DAN MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013 ii iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto: Ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu dan bersabarlah (Q.S Yunus: 109) Persembahan: Kupersembahkan skripsi ini untuk orang-orang terkasih yang telah memberi warna dan makna dalam alur kehidupan yang telah terlalui dan yang akan dilalui: Ayahku yang tercinta Joko Irianto, Ibuku yang tersayang Lily Mulyati dan adikku Laras Nur Maulida yang cinta dan kasihnya tak pernah terbatas. Rekan-rekan Mahasiswa Pendidikan Seni Musik Angkatan Tahun 2007. Segenap Dosen Sendratasik Abdul Muklis, Lingling, dan teman-teman kos Tumpuk yang telah membantu dan memberikan inspirasi kepadaku. iv KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Hanya dengan anugerah dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Apresiasi Masyarakat Terhadap Kesenian Burok Grup Pandawa Nada Di Desa Kemurang Wetan Kabupaten Brebes”. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan dan ilmu yang telah diberikan kepada penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka penyusunan skripsi ini, terutama kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberi kesempatan untuk menyelesaikan studi di Pendidikan Sendratasik FBS Universitas Negeri Semarang. 2. Bapak Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
    [Show full text]
  • Rm“ COR ECTED COPY 1991 Spring Commencement North Carolina
    ”rm“ COR ECTED COPY 1991 Spring Commencement North Carolina State University Saturday, May 11 Nineteen Hundred and Ninety-One Degrees Awarded 1990-91 DEGREES CONFERRED Saturday, May 11 Nineteen Hundred and Ninety—One Degrees Awarded 1990—91 This program is prepared for informational purposes only. The appearance ofan individual’s name does not constitute the University’s acknowledgement, certifica— tion,orrepresentationthattheindividualhasfulfilledtherequirements foradegree. Honors listed for May 1991 candidates for degree are tentative in that they are calculated without the final semester grades. TABLE OF CONTENTS Musical Program iv Mr. William C. Friday .................................................... v The Alma Mater vii Exercises of Graduation viii Commencement Ushers ................................................... ix Commencement Marshals ix Faculty Retirements 1990-91 x Time and Location of Distribution of Diplomas ...................... xi ROTC Commissioning Ceremony .......................................... xiii Academic Costume xiv Academic Honors .........................................................xiv Undergraduate Degrees .................................................. 1 Graduate Degrees 46 Master’s Degrees 46 Master of Arts Degrees ............................................... 50 Master of Science Degrees 50 Doctor of Education Degrees 55 Doctor of Philosophy Degrees ......................................... 56 Alumni Distinguished Professors 135 Outstanding Teacher Awards for 1990-91 .................................
    [Show full text]
  • Read Razorcake Issue #27 As A
    t’s never been easy. On average, I put sixty to seventy hours a Yesterday, some of us had helped our friend Chris move, and before we week into Razorcake. Basically, our crew does something that’s moved his stereo, we played the Rhythm Chicken’s new 7”. In the paus- IInot supposed to happen. Our budget is tiny. We operate out of a es between furious Chicken overtures, a guy yelled, “Hooray!” We had small apartment with half of the front room and a bedroom converted adopted our battle call. into a full-time office. We all work our asses off. In the past ten years, That evening, a couple bottles of whiskey later, after great sets by I’ve learned how to fix computers, how to set up networks, how to trou- Giant Haystacks and the Abi Yoyos, after one of our crew projectile bleshoot software. Not because I want to, but because we don’t have the vomited with deft precision and another crewmember suffered a poten- money to hire anybody to do it for us. The stinky underbelly of DIY is tially broken collarbone, This Is My Fist! took to the six-inch stage at finding out that you’ve got to master mundane and difficult things when The Poison Apple in L.A. We yelled and danced so much that stiff peo- you least want to. ple with sourpusses on their faces slunk to the back. We incited under- Co-founder Sean Carswell and I went on a weeklong tour with our aged hipster dancing.
    [Show full text]
  • Phd Thesis Tamara Aberle
    Socially-engaged theatre performances in contemporary Indonesia Tamara Alexandra Aberle Royal Holloway, University of London PhD Thesis 1 Declaration of Authorship I, Tamara Alexandra Aberle, hereby declare that this thesis and the work presented in it is entirely my own. Where I have consulted the work of others, this is always clearly stated. Signed: ______________________ Date: ________________________ 2 Abstract This thesis argues that performances of contemporary theatre in Indonesia are socially- engaged, actively creating, defining and challenging the socio-political environment, and that theatre practitioners are important members of a vibrant civil society who contribute and feel actively committed to democratic processes. Following an initial chapter about the history of modern theatre from the late 19th century until the fall of President Suharto in 1998, the four core chapters centre on four different aspects of contemporary Indonesian socio-politics: historical memory and trauma, violence and human rights, environmentalism, and social transition. Each of these chapters is preceded by an introduction about the wider historical and socio-political context of its respective discourse and is followed by an analysis of selected plays. Chapter 2 focuses on historical trauma and memory, and relates the work of two theatre artists, Papermoon Puppet Theatre and Agus Nur Amal (a.k.a. PM Toh), to processes seeking truth and reconciliation in Indonesia in the post-Suharto era. Chapter 3, on violence and human rights, discusses the works of Ratna Sarumpaet and B. Verry Handayani, with a specific focus on human trafficking, sexual exploitation, and labour migration. Chapter 4 discusses environmentalism on the contemporary stage. It investigates the nature of environmental art festivals in Indonesia, taking Teater Payung Hitam’s 2008 International Water Festival as an example.
    [Show full text]
  • B. Barendregt the Sound of Longing for Homeredefining a Sense of Community Through Minang Popular Music
    B. Barendregt The sound of longing for homeRedefining a sense of community through Minang popular music In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 158 (2002), no: 3, Leiden, 411-450 This PDF-file was downloaded from http://www.kitlv-journals.nl Downloaded from Brill.com09/23/2021 02:24:12PM via free access BART BARENDREGT The Sound of 'Longing for Home' Redefining a Sense of Community through Minang Popular Music Why, yes why, sir, am I singing? Oh, because I am longing, Longing for those who went abroad, Oh rabab, yes rabab, please spread the message To the people far away, so they'll come home quickly (From the popular Minangkabau traditional song 'Rabab'.) 1. Introduction: Changing mediascapes and emerging regional metaphors Traditionally each village federation in Minangkabau had its own repertoire of musical genres, tunes, and melodies, in which local historiography and songs of origin blended and the meta-landscape of alam Minangkabau (the Minangkabau universe) was depicted.1 Today, with the ever-increasing disper- sion of Minangkabau migrants all over Southeast Asia, the conception of the Minangkabau world is no longer restricted to the province of West Sumatra. 1 Earlier versions of this article were presented at the 34th Conference of the International Council of Traditional Music, Nitra, Slovakia, August 1996, and the VA/AVMI (Leiden Uni- versity) symposium on Media Cultures in Indonesia, 2-7 April 2001. Its present form owes much to critical comments received from audiences there. I would like to sincerely thank also my colleagues Suryadi, for his suggestions regarding the translations from the Minangkabau, and Robert Wessing, for his critical scrutiny of my English.
    [Show full text]
  • ANDREA FERRANTE GIANNI DE BERARDINIS Con Una Sconcertante Puntualità Capace Di Superare Ogni Più Rosea Speranza, Arriva MAT2020 Di Aprile
    MAT2020 - Anno II - n°15 - 04/14 CAMEL GLAD TREE SOPHYA BACCINI ANDREA FERRANTE GIANNI DE BERARDINIS Con una sconcertante puntualità capace di superare ogni più rosea speranza, arriva MAT2020 di aprile. Qualche nuova entrata tra i collaboratori occasionali porta una ventata di opinioni fresche, anche se chi le propone ha esperienza da vendere, come il giovane Jacopo Muneratti, che MAT 2020 - MusicArTeam racconta... si addentra nel mondo di Captain Beefheart, e il saggista Innocenzo Alfano, che ci racconta [email protected] l’ultimo libro di Mox Cristadoro, I cento migliori dischi del progressive italiano. Angelo De Negri Ritorna Claudio Milano che descrive l’album di OTEME, mentre Gianmaria Consiglio propone General Manager and Web Designer l’intervista realizzata con Sophya Baccini. Athos Enrile A proposito di botta e risposta, è con grande piacere che ritroviamo un mito televisivo di 1st Vice General Manager and Chief Editor qualche anno fa, più che mai sul campo, Gianni De Berardinis, così come va sottolineato lo Massimo ‘Max’ Pacini scambio di battute con Andrea Ferrante. 2nd Vice General Manager, Chief Editor and Webmaster Marta Benedetti, Paolo ‘Revo’ Revello La sezione live è ridotta, ma di estrema qualità, per effetto del racconto di Alberto Sgarlato Administration del concerto dei Camel, che mantiene comunque viva la sua rubrica mensile. Web Journalists: Innocenzo Alfano, Gianmaria Consiglio, Claudio Milano, Jacopo Muneratti, Tra quelli che non mollano mai possiamo ancora inserire Mauro Selis, titolare del “Prog del Fabrizio Poggi, Gianni Sapia, Mauro Selis, Alberto Sgarlato, Riccardo Storti. Sud America” e della sezione “Psicology”, Riccardo Storti, che rivisita Alberto Radius, Fabri- zio Poggi, titolare dell’angolo blues, e Gianni Sapia che sviscera l’opera prima di Marcello Faranna.
    [Show full text]
  • “Saweran Sebagai Bentuk Interaksi Simbolik Antara
    “SAWERAN SEBAGAI BENTUK INTERAKSI SIMBOLIK ANTARA PEMAIN DAN PENONTON DALAM TARI REOG GONDORIYO PADA KESENIAN BARONGAN SINGO LODRO DI DESA TODANAN KECAMATAN TODANAN KABUPATEN BLORA” SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S1) Oleh: Nama : Selvi Widya A NIM : 2501412154 Program Studi : Pendidikan Seni Tari Jurusan : Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik JURUSAN SENI DRAMA TARI DAN MUSIK (PENDIDIKAN TARI) FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017 i PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi dengan judul “Saweran Sebagai Bentuk Interaksi Simbolik Antara Pemain Dan Penonton Dalam Tari Reog Gondoriyo Pada Kesenian Barongan Singo Lodro Di Desa Todanan Kecamatan Todanan Kabupaten Blora” telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Kripsi Semarang, 11 Agustus 2017 Pembimbing I Pembimbing II Drs. Bintang Hanggoro P. M. Hum.. Restu Lanjari, S.Pd, M.Pd. NIP. 196002081987021001 NIP. 196112171986012001 ii PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Seni Drama, Tari dan Musik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang pada hari : Jumat tanggal : 11 Agustus 2017 Panitia Ujian Skripsi Prof. Dr. Agus Nuryatin, M. Hum. (196008031989011001) Ketua Abdul Rachman, S.Pd.M.Pd (198001202006041002) Sekertaris Dra. Eny Kusumastuti, M.Pd (196804101993032001) Penguji I Restu Lanjari, S.Pd, M.Pd (196112171986012001) Penguji II/Pembimbing II Drs. Bintang Hanggoro P, M. Hum. (196002081987021001) Penguji III/Pembimbing I Prof. Dr. Agus Nuryatin, M. Hum. (196008031989011001) Dekan Fakultas Bahasa dan Seni iii PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi yang berjudul “Saweran Sebagai Bentuk Interaksi Simbolik Antara Pemain Dan Penonton Dalam Tari Reog Gondoriyo Pada Kesenian Barongan Singo Lodro Di Desa Todanan Kecamatan Todanan Kabupaten Blora” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
    [Show full text]
  • Bali: So Many Faces--Short Stories and Other Literary Excerpts in Indonesian. INSTITUTION Western Sydney Univ., Macarthur (Australia)
    DOCUMENT RESUME ED 411 529 CS 215 987 AUTHOR Cork, Vern, Comp. TITLE Bali: So Many Faces--Short Stories and Other Literary Excerpts in Indonesian. INSTITUTION Western Sydney Univ., Macarthur (Australia). Language Acquisition Research Centre.; Australian National Languages and Literacy Inst., Deakin. ISBN ISBN-1-87560-40-7 PUB DATE 1996-00-00 NOTE 200p. PUB TYPE Collected Works General (020) Creative Works (030) LANGUAGE English, Indonesian EDRS PRICE MF01/PC08 Plus Postage. DESCRIPTORS Anthologies; *Audience Awareness; Cultural Background; *Cultural Context; Foreign Countries; *Indonesian; Literary Devices; Non Western Civilization; *Short Stories; *Social Change; Tourism IDENTIFIERS *Bali; *Balinese Literature; Indonesia ABSTRACT This collection of 25 short stories (in Indonesian) by Balinese writers aims to give Bali's writers a wider public. Some of the stories in the collection are distinctly and uniquely Balinese, while others are more universal in their approach and are self-contained. But according to the collection's foreword, in all of the stories, experiences of Bali are presented from the inside, from the other side of the hotels, tour buses, and restaurants of "tourist" Bali. The writers presented come from a range of backgrounds, reflecting the diversity cf Balinese society--different castes, differences between urban and rural baa4xiouncl.s, .and varieties of ethnicity are all important to the multiplicity of voices found in the collection. In addition, the collection draws from backgrounds of journalism, theater, cartoons, poetry, and academia, and from writers who may have been born in other parts of Indonesia but who have lived for decades in Bali and reflect Bali's inseparability from the Indonesian nation.
    [Show full text]
  • Mapping the History of Malaysian Theatre: an Interview with Ghulam-Sarwar Yousof
    ASIATIC, VOLUME 4, NUMBER 2, DECEMBER 2010 Mapping the History of Malaysian Theatre: An Interview with Ghulam-Sarwar Yousof Madiha Ramlan & M.A. Quayum1 International Islamic University Malaysia It seems that a rich variety of traditional theatre forms existed and perhaps continues to exist in Malaysia. Could you provide some elucidation on this? If you are looking for any kind of history or tradition of theatre in Malaysia you won’t get it, because of its relative antiquity and the lack of records. Indirect sources such as hikayat literature fail to mention anything. Hikayat Raja-Raja Pasai mentions Javanese wayang kulit, and Hikayat Patani mentions various music and dance forms, most of which cannot be precisely identified, but there is no mention of theatre. The reason is clear enough. The hikayat generally focuses on events in royal court, while most traditional theatre developed as folk art, with what is known as popular theatre coming in at the end of the 19th century. There has never been any court tradition of theatre in the Malay sultanates. In approaching traditional theatre, my own way has been to first look at the proto- theatre or elementary forms before going on to the more advanced ones. This is a scheme I worked out for traditional Southeast Asian theatre. Could you elaborate on this? Almost all theatre activity in Southeast Asia fits into four categories as follows: Proto-Theatre, Puppet Theatre, Dance Theatre and Opera. In the case of the Philippines, one could identify a separate category for Christian theatre forms. Such forms don’t exist in the rest of the region.
    [Show full text]
  • Mamanda Theatre, the Play of Banjar Culture 163
    162 WacanaWacana,, Vol. 12Vol. No. 12 1 No. (April 1 (April 2010): 2010) 162—180 NINUK KLEDEN-PROBONEGORO, Mamanda theatre, the play of Banjar culture 163 Mamanda theatre, the play of Banjar culture NINUK KLEDEN–PROBONEGORO Abstract This article reveals the dialectic relationship between Teater Mamanda and the living conditions of Banjarese community. When we watch Mamanda, we watch the life and culture of the Banjarese. Without any knowledge of Banjarese society and culture we cannot possibly understand the content of a Mamanda performance as a miniature version of Banjarese society and culture. Three areas where Mamanda is performed have been studied using Paul Ricoeur’s textual theory. There are two kinds of texts, the Mamanda performance (considered as text, that is, social events fixated in the form of a performance), and the narration of the performance itself which is considered a text as well. Keywords Mamanda theatre, texts analysis. Introduction This article rests on my working assumption that there is an affinity between Banjar culture and the Mamanda, namely that Mamanda functions to perform Banjar culture. Therefore, watching and attending performances of Mamanda theatre will improve our understanding of Banjar culture. At the same time, as in Paul Ricoeur’s theory (1982), the two levels of a text - the performer as a text, and the text of the performer - becomes more readable if there is sufficient knowledge and understanding of Banjar culture which is the context where the texts have been produced. The idea about the possible role played by Mamanda for its supporting community originated in my observation of the political situation, particularly of the relation which might exist between government policies and freedom NINUK KLEDEN-PROBONEGORO is a researcher at the Center for the Study of Society and Culture of the Indonesian Institute of Sciences (Pusat Penelitian Masyarakat dan Kebudayaan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, PMB-LIPI).
    [Show full text]
  • Sir Simon Rattle Chefdirigent Und Künstlerischer Leiter Der Berliner Philharmoniker Martin Hoffmann Intendant Der Stiftung
    Sir Simon Rattle Chefdirigent und künstlerischer Leiter der Berliner Philharmoniker Martin Hoffmann Intendant der Stiftung Berliner Philharmoniker KAMMERMUSIKSAAL DIENSTAG 20.10. 20 UHR 1. Konzert der Serie W Abokonzert Unterwegs – Weltmusik im Kammermusiksaal Teil 1: Unterwegs im Land der 17.000 Inseln Gamelan Taman Indah Elsje Plantema Künstlerische Leitung Talago Buni Edy Utama Künstlerische Leitung Katty Salié Moderation für den erkrankten Roger Willemsen Liebe Konzertbesucher, die Akustik in diesem Saal ist so gut, dass auch Nebengeräusche für alle deutlich hörbar sind. Husten beeinträchtigt die Konzentration der Künstler und den Musikgenuss der Zuhörer. Bitte versuchen Sie, Husten und Räuspern während des Konzerts zu vermeiden (Bonbons!) – die Lautstärke lässt sich übrigens durch den Gebrauch eines Taschentuchs erheblich dämpfen. Wir danken Ihnen im Voraus! Ihre Berliner Philharmoniker Fotoaufnahmen, Bild- und Tonaufzeichnungen sind nicht gestattet. Bitte schalten Sie vor dem Konzert Ihre Mobiltelefone aus. Danke! 4 PROGRAMMHEFT 18 · SAISON 2015/2016 PROGRAMM 5 UNTERWEGS – WELTMUSIK IM KAMMERMUSIKSAAL T E I L 1 : PRINZ MANGKUNAGARA IV. UNTERWEGS IM LAND DER 17.000 INSELN (1809 – 1881) Ketawang Langengita Sanft klingende Instrumente wie Rebab (eine zweisaitige Spießgeige), ERSTER TEIL Gender (ein Gamelan-Instrument mit 14 Bronzetasten, die über Bambus- reso natoren gespannt sind), Gambang (der Urtyp unseres heutigen Xylo- GAMELAN TAMAN INDAH fons) und Gesangsstimmen nehmen die Hauptrolle im Ketawang Langengita spielt klassische Gamelan-Musik ein. Es handelt sich um eine Komposition des Prinzen Mangkunagara IV. Dieser residierte am gleichnamigen Hof in Solo, Zentral-Java, und war ein großer Liebhaber der javanischen Künste. Musik, Tanz und Dichtkunst blühten unter seiner Regentschaft (1853 – 1881) im besonderen Maße auf.
    [Show full text]
  • Teatro, Más Noticias, Más Ac- Visión De Artistas Nobeles De Amplia De Cultura Por Aquí
    cultura editorial más s.o.s.cultura Pág. 2 · octubre ‘08 · número 06 Anuncios imposibles S.O.S.Cultura Publicación cultural Edita y dirige: Manolo Gil. Colaboradoran en este número: Javi Padilla · Quique Juan Carlos González Hombre Bala · Daniel Diosdado Manu Benítez · Paco Barroso Antonio Vega · Lara Darío Pérez · San Ateo Bernardo Palomo Dirección postal: Manolo Gil. soscultura Apartado de correos 76 Jerez de la Frontera · Cádiz www.soscultura.com e-mail: [email protected] Imprime: Ingrasa Depósito Legal: CA-527-2008 editorial más s.o.s.cultura Manolo Gil. Editor S.O.S.Cultura Seis meses de historia para ratura,..., más S.O.S.Cultura. Jerez de la Frontera, El Puer- este proyecto que nació Este sexto número de la pu- to de Santa María, Cádiz, San como un reto personal contra blicación sale a la calle con un Fernando, Sevilla, Málaga,..., la idea establecida de cultura nuevo reto, el de seguir cre- lugares donde S.O.S.Cultura por estas tierras... ciendo con ayuda de tod@s encuentra puntos de distribu- Seis meses en los que, con l@s colaboradores que, mes ción. Mes a mes se van su- esfuerzo y algún que otro tras mes, dedican tiempo a mando nuevos lugares intere- dolor de cabeza, se ha ido preparar artículos, entrevistas sados en ofrecer este proyecto conformando una publicación y reportajes que nos mues- a la gente interesada en él. que va tomando consistencia tran una visión de la cultura No puedo esconder mi sa- e identidad propia en cada personal y diferente. tisfacción al comprobar que número y que en esta nueva Se suben a este tren un par S.O.S.Cultura va creciendo edición empieza a dar sus de secciones nuevas: una mes a mes y que tiene tan bue- frutos.
    [Show full text]