ANALISIS TARIF BUS RAPID TRANSIT (BRT) TRANS SARBAGITA BERDASARKAN BOK, ATP DAN WTP PENDAHULUAN Pertumbuhan Dan Perkembangan
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 16, No. 1, Januari 2012 ANALISIS TARIF BUS RAPID TRANSIT (BRT) TRANS SARBAGITA BERDASARKAN BOK, ATP DAN WTP I Wayan Suweda 1 dan Kadek Arisena Wikarma 2 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana 2) Program Pascasarjana Bidang Transportasi, Jurusan Teknik Sipil, Unud Abstrak: Analisis kelayakan ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan peneta- pan tarif resmi Bus Rapid Transit (BRT) SARBAGITA terhadap Biaya Operasi Kendaraan (BOK) dari Operator /Penyedia Jasa dan dari segi Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) masyarakat pengguna sarana transportasi itu sen- diri. Survai data sekunder mengenai biaya operasional kendaraan (BOK) didapat- kan dari Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi sebagai Pengelola Bus Rapid Transit (BRT) SARBAGITA. Sedangkan, data primer dengan metode survai on board melalui penyebaran kuisioner untuk mendapatkan data Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) masyarakat pengguna. Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa dengan Load Facto r 80% Biaya Operasional Kendaraan (BOK) bus SARBAGITA adalah sebesar Rp. 2.500,- per penumpang. Sedangkan dari sisi pemakai jasa berdasarkan Ability to Pay (ATP) diperoleh Rp. 1.800,- per penumpang dan Willingness to Pay (WTP) sebesar Rp. 2.500,- per penumpang. Penetapan tarif resmi saat ini sebesar Rp. 3.500,- per penumpang masih relatif ting- gi dan rata-rata diluar jangkauan masyarakat. Kata Kunci: Bus Rapid Transit (BRT), Biaya Operasi Kendaraan (BOK), Ability to pay (ATP), Willingness to Pay (WTP) TARIFF ANALYSIS OF BUS RAPID TRANSIT (BRT) TRANS SARBAGITA BASED ON VOC, ATP AND WTP Abstract : Tariff analysis was conducted to determine the characteristics of the feasibility of establishing the official tariff of Bus Rapid Transit (BRT) SARBAGITA in terms of Operator’ Vehicle Operating Costs (VOC) and in terms of Users’ Ability To Pay (ATP) and Willingness To Pay (WTP). Secondary data on vehicle operating costs (VOC) was obtained from The Office of Transportation, Communication and Information as a manager of Bus Rapid Transit (BRT) SARBAGITA. Primary data is by conducting survey on board with questionnaires to get the data of Ability To Pay (ATP) and the Willingness To Pay (WTP) of users as a representative community. Based on the results of analysis it was found that with Load Factor of 80% Vehicle Operating Costs (VOC) of BRT SARBAGITA is Rp. 2.500, - per passenger. On the other hand, based on Users’ Ability to Pay (ATP) was obtained Rp. 1,800, - per passenger and the Willingness to Pay (WTP) is Rp. 2.500, - per passenger. Determination of the current official rate of Rp. 3,500, - per passenger is relatively still high and on an average beyond the reach of society. Keywords : Bus Rapid Transit (BRT), Vehicle Operating Cost (VOC), Ability To Pay (ATP), Willingness To Pay (WTP) PENDAHULUAN kasi pemenuhan kebutuhan kehidupan. Disamping itu jumlah penduduk yang se- Pertumbuhan dan perkembangan kota nantiasa bertambah padat juga memiliki atau wilayah berimplikasi pada meluasnya kontribusi yang besar bagi peningkatan kawasan terbangun dan menyebarnya lo- kebutuhan. Dengan semakin meningkat 11 Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 16, No. 1, Januari 2012 dan menyebarnya kebutuhan kehidupan tersebut dipilih sebab jumlah penduduk- penduduk, maka akan bertambah pula per- nya melebihi kapasitas penduduk kota bia- mintaan perjalanan untuk melayani pe- sa dan kini telah mencapai 1 juta jiwa atau ningkatan aktivitas pergerakan orang dan masuk dalam wilayah penduduk metropo- barang dalam suatu wilayah atau kota. litan. Hal ini mau tidak mau untuk efi- Aktivitas pergerakan ini mutlak memerlu- siensi sistem transportasinya harus dilaya- kan sarana dan prasarana transportasi ni angkutan umum massal. Pengembangan yang memadai baik secara kualitas mau- angkutan umum massal yang dipilih yaitu pun kuantitas. berupa Bus Rapid Transit (BRT) yang kini Berdasarkan data yang dikeluarkan dikenal dengan Bus SARBAGITA. oleh Dinas Perhubungan Kota Denpasar Disisi lain, penetapan tarif resmi Bus tahun 2009, tingkat penggunaan sepeda Rapid Transit (BRT) SARBAGITA oleh motor telah mencapai 70% dari jumlah pemerintah merupakan sesuatu yang ber- volume kendaraan di jalan atau jaringan pengaruh langsung terhadap daya guna jalan kota. Hal ini seringkali menyebab- masyarakat, khususnya para pemakai. Jika kan kesemrawutan tatanan dan pola lalu penetapan tarif terlalu tinggi dibandingkan lintas yang ada di jalan raya pada umum- dengan kemampuan masyarakat, otomatis nya. Selain dilihat dari aspek teknis, peng- konsumen tidak akan mau beralih moda gunaan sepeda motor atau angkutan pri- transportasi dari kendaraan pribadi menja- badi lainnya juga dapat berpengaruh ter- di moda transportasi umum. Untuk itu di- hadap lingkungan, ekonomi, psikologi pe- perlukan peninjauan terhadap tarif yang ngendara, dan sistem keamanan dan ke- telah ditetapkan, baik berdasarkan Biaya nyamanan di jalan raya. Operasional Kendaraan (BOK) , Willing- Pemerintah Provinsi Bali berupaya un- ness to Pay (WTP) maupun Ability to Pay tuk menekan semua pengaruh-pengaruh (ATP) masyarakat. negatif yang ditimbulkan dari penggunaan Menganalisis tarif Bus Rapid Transit angkutan pribadi tersebut, khususnya se- (BRT) Sarbagita yang telah diberlakukan peda motor dengan mengalihkan pergera- secara resmi, berdasarkan Biaya Operasi kan orang ke dalam wadah yang lebih be- Kendaraan (BOK) Penyedia Jasa dan Abi- sar (angkutan umum massal). Pengalihan lity To Pay (ATP), Willingness To Pay ini mengambil konsep-konsep transporta- (WTP) masyarakat pengguna (Users ). si, dimana transportasi merupakan upaya untuk memindahkan pergerakan orang/ba- MATERI DAN METODE rang dan bukan perpindahan kendaraan. Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan Tata Guna Lahan (TGL) dan Trans- Kota Denpasar tahun 2009, juga diketahui portasi Wilayah Sarbagita bahwa jumlah penggunaan angkutan Secara geografis, letak kota Denpasar umum di Bali sangat kecil yakni dibawah sangatlah strategis karena diapit oleh ob- 2,1% dari total perjalanan. Sedangkan, yek-obyek wisata ternama seperti Sanur, Bank Dunia menetapkan angka 70% seba- Kuta, Nusa Dua, Petitenget, Tanah Lot gai ukuran efisiensi sistem transportasi dan Uluwatu serta pusat-pusat kesenian umum di perkotaan. Berdasarkan perban- kawasan Ubud yang merupakan sentra- dingan angka tersebut sangat jelas bahwa sentra utama Kawasan Pariwisata di Bali. prospek pengembangan angkutan umum Selain itu Denpasar sebagai ibu kota Pro- di Bali masih sangat besar. vinsi Bali juga menjadi orientasi aktivitas Wilayah yang menjadi percontohan pemerintahan, pendidikan dan perdaga- pengembangan angkutan umum massal di ngan. Penyebaran lokasi-lokasi kantor- Bali yaitu wilayah padat penduduk SAR- kantor Pemerintahan (Provinsi dan Kota BAGITA yang terdiri dari Kota Denpasar, Denpasar), kawasan perumahan dan ob- Badung, Gianyar dan Tabanan. Daerah yek-obyek wisata memunculkan fenome- 12 Analisis Tarif Bus Rapid Transit (BRT) ………........…............................ Seweda dan Wikarma na pergerakan ulang-alik atau sering di- gangan yang tidak terjangkau oleh pe- sebut KOMUTER. Fenomena ini muncul layanan angkutan umum. terutama pada lintasan-lintasan antar ka- - Hal lain yang turut memperburuk si- wasan perumahan dan tempat-tempat ker- tuasi adalah semakin mudahnya ma- ja dengan volume perjalanan yang cukup syarakat memiliki kendaraan pribadi besar, khususnya pada waktu-waktu sibuk khususnya sepeda motor dengan ber- pagi dan sore hari, serta seringkali juga macam-macam kemudahan kepemili- pada malam hari. kan kendaraan. Dampaknya yang langsung dirasakan Dengan kondisi ini, sampai saat ini, ma- adalah munculnya kemacetan-kemacetan syarakat cenderung tidak memilih angku- yang terjadi pada hampir di semua jari- tan umum yang ada, karena memang tidak ngan jalan-jalan utama perkotaan. Mere- dapat diandalkan dan akan beralih meng- baknya kemacetan ini menyebabkan pe- gunakan kendaraan pribadi, sehingga pada ningkatan waktu perjalanan, pemborosan akhirnya akan menambah beban perjala- energi serta pencemaran udara yang se- nan di masa-masa mendatang. lanjutnya dapat menyebabkan degradasi produktivitas masyarakat dan kualitas Pengembangan Angkutan Umum lingkungan serta stress yang berlebihan. TRANS SARBAGITA Namun, pemerintah tidak bisa begitu saja Melihat kondisi di atas dan memper- melakukan pengaturan yang bersifat pem- hatikan faktor-faktor pemicunya, maka di- batasan penggunaan kendaraan pribadi. perlukan adanya terobosan kebijakan un- Apalagi bila pemerintah tidak menyiapkan tuk menciptakan efisiensi pergerakan me- pilihan (alternatif) kepada masyarakat be- lalui pengembangan angkutan umum mas- rupa angkutan umum yang baik (aman, sal berbasis “perpindahan penumpang bu- nyaman, mudah, tepat waktu, menjangkau kan kendaraan” yang mampu menarik mi- pusat-pusat kegiatan dan ekonomis/ter- nat pengguna jalan. Pengembangan ang- jangkau). kutan umum ini telah termuat dan menjadi Gambaran kondisi sistem transportasi bagian yang diamanatkan dalam Peraturan kedepan, nampaknya kemacetan akan su- Daerah Provinsi Bali Nomor 6 Tahun sah untuk ditekan apabila tidak segera di- 2009 tentang Rencana Pembangunan carikan solusinya., hal ini dipicu oleh fak- Jangka Panjang Daerah Provinsi Bali Ta- tor-faktor seperti: hun 2005-2025 dan juga dalam Peraturan - Tidak seimbangnya antara pertumbu- Daerah Bali Nomor 16 Tahun 2009 ten- han kendaraan bermotor dan panjang tang Rencana Tata Ruang Wilayah Pro- ruas jalan yaitu 12,42% berbanding vinsi Bali Tahun 2009-2029 yang imple- 2,28% per-tahun, sehingga