POLITIK ANGGARAN : PROSES PENYUSUNAN APBD KOTA PEMATNGSIANTAR PADA TAHUN 2015

Disusun oleh : Franky S Saragih 110906032

Dosen pembimbing : Drs. Tony P Situmorang,M.Si

DEPARTEMEN ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018

Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FRANKI SUHENDRA SARAGIH (110906032) Proses Penyusunan APBD Kota Pematangsiantar Pada Tahun 2015. Rincian isi skripsi, 82 halaman, 5 tabel, 17 buku, 3 undang-undang, 3 situs internet, 2 wawancara ABSTRAK Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Pematangsiantar tahun anggaran 2015 sebelum disahkan tentunya melewati tahapan yang panjang. Proses penyusunan APBD tahun 2015 dilakukan dengan melibatkan pemerintah kota pematangsiantar dan DPRD. Hal ini dilakukan agar setiap instansi terkait dapat melakukan negosiasi kebijakan dengan tujuan yang sama yaitu memenuhi kepentingan masyarakat kota Pematangsiantar.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggambarkan secara jelas proses dan situasi yang penulis temukan dilapangan berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan dan hasil wawancara. Semua data data yang ditemukan akan dikombinaskan untuk mengetahui bagaimana proses penyusunan APBD kota Pematangsiantar pada tahun 2015.

Hasil penelitian ini menemukan bahwa proses penyusunan APBD kota Pematangsiantar pada tahun 2015 dimulai dengan tahap pertama yaitu penyusunan RKPD, penyusunan KUA dan PPAS, penyusunan RKA , perancangan Ranperda tentang APBD hingga APBD tahun 2015 tersebut disahkan didalam Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar .

Kata kunci : Anggaran Pendapatan Belanja Daerah, Pematangsiantar, pemerintah kota, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Universitas Sumatera Utara UNIVERSITY OF NORTHERN FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE

FRANKI SUHENDRA SARAGIH (110906032)

The Process of City Budgetting Pematangsiantar In Year 2015.

Details of thesis content, 82 pages, 5 tables, 17 books, 3 laws, 3 internet sites, 2 interviews

Regional Budget Expenditure (APBD) Pematangsiantar City fiscal year 2015 before being passed certainly passed a long stage. The process of drafting the APBD in 2015 is done by involving pematangsiantar city government and DPRD. This is done so that each related institution can negotiate the policy with the same goal that is to meet the interests of society Pematangsiantar city.

This research uses descriptive qualitative method by describing clearly the process and situation that the author find in the field based on data collected and interview results. All data data found will be combined to find out how the process of preparing APBD Pematangsiantar city in 2015

The results of this study found that the process of preparing APBD Pematangsiantar city in 2015 starts with the first phase of RKPD preparation, preparation of KUA and PPAS, RKA drafting, Ranperda design until the budget in 2015 was ratified in the Regional Regulation Pematangsiantar City.

Keywords: Regional Budget, Pematangsiantar, city government, Regional House of Representatives

Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karuniaNya yang diberikan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini serta telah menuntun saya dan memberikan kemudahan selama ini dalam penyelesaian skripsi yang berjudul “Proses Penyusunan APBD Kota

Pematang Siantar Pada Tahun 2015”. Skipsi ini berisi hasil penelitian penulis terhadap proses penyusunan APBD Kota Pematang Siantar pada tahun 2015.

Terkhusus kepada orang tua saya St. Japen Saragih dan Lusianna

Damanik, terimakasih atas pengorbanan, kasih sayang dan doanya kepada saya selama perkuliahan terutama selama penyelesaian skripsi ini, aku mengasihi kalian. Kepada kakak dan abang saya terimakasih juga atas dukungan dan doanya selama proses perkuliahan, dan seluruh keluarga yang tidak saya sebutkan satu persatu terimakasih atas dukungannya, dukungan dan pengorbanan kalian sangat penting.

Penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr.Muryanto Amin. S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik

2. Bapak Warjio, Ph.D selaku Ketua Departemen Ilmu Politik FISIP USU

3. Bapak Drs. Tony P Situmorang, M.Si selaku dosen pembimbing yang

telah meluangkan banyak waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan

serta pemikiran, selama proses penulisan skripsi ini hingga selesai.

Universitas Sumatera Utara 4. Seluruh Dosen dan Staff Pengajar Departemen Ilmu Politik FISIP USU

5. Kepada Bapak Mahadin Sitanggang, S.H selaku Sekretaris Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah kota Pematangsiantar sebagai narasumber yang

telah banyak memberikan pengetahuan dan informasi

6. Kepada Ibu Rosion Julietta Hutauruk, S.E selaku Kabid Anggaran Badan

Pengelola Keuangan Daerah Kota Pematangsiantar sebagai narasumber.

7. Kepada Agnes Herna Rajagukguk, STr.Keb. yang telah banyak

memberikan dukungan dan semangat.

8. Kepada seluruh kawan seperjuangan bersama keluarga besar Martipul

yaitu Christian, Wempi, Hans, Ardi, Yosef, Joshua, Nesyandri, Dhani,

Delpri, Hadi, Bismar, terima kasih selama ini telah menjadi teman yang

baik. Begitu juga kepada teman-teman saya Aster, , Robert, dan Ridho

aku mengasihi kalian.

Penulis meminta maaf atas kekurangan yang tidak disengaja apabila terdapat kesalahan dalam penulisan maupun gagasan yang tidak bisa dimengerti. Penulis juga memohon maaf apabila terdapat kekurangan baik secara penulisan maupun substansi dari skripsi ini. Demikian semoga hasil skripsi ini memberikan banyak manfaat dan menambah pengetahuan dari pembacanya.

Medan, 22 Desember 2017

( Franky Suhendra Saragih )

Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…………………………………………….. i BAB I PENDAHULUAN……………………………….. 1

1.1. Latar Belakang ...... 1 1.2. Rumusan Masalah ...... 15 1.3. Batasan Masalah ...... 15 1.4. Tujuan Penelitian ...... 15 1.5. Manfaat Penelitian ...... 15 1.6. Kerangka Teori ...... 16 1.6.1. Teori Politik Anggaran……………………… 16 1.6.2. Konsep Politik Pembangunan...... 20 1.7.Metodologi Penelitian ...... 23 1.7.1. Metode Penelitian………………………….... 24 1.7.2. Jenis Penelitian ...... 24 1.7.3. Lokasi Penelitian…………………………….. 25 1.7.4. Teknik Pengumpulan Data ...... 25 1.7.5. Teknik Analisis Data ...... 26 1.9.Sistematika Penulisan ...... 26

BAB II SEJARAH DAN STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN KOTA PEMATANG SIANTAR ………………………...…………………..……..…..28 2.1. Sejarah Kota Pematangsiantar…………………………………….…………...28 2.2. Tugas, Fungsi Dan Struktur Organisasi Pemerintah Kota Pematang Siantar …………………………………...…………..35 2.3. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Sekretariat DPRD Kota Pematangsiantar …………………………………………………39

Universitas Sumatera Utara BAB III POLITIK ANGGARAN: PROSES PENYUSUNAN APBD KOTA PEMATANGSIANTAR PADA TAHUN 2015 …………44 3.1. Sinkronisasi kebijakan pemerintah pusat dan daerah …………………44 3.2. Prinsip Dan Kebijakan Dalam Penyusunan APBD …………………...48

3.3. Proses penyusunan APBD Kota Pematangsiantar Pada Tahun 2015…..54

3.1.1. Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) ….57

3.1.2. Penyampaian Rancangan, Evaluasi Serta Penetapan KUA

dan PPAS Oleh TAPD, Kepala Daerah Dan DPRD ……....59

3.1.3. Penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA-SKPD)

dan Rancangan APBD …………………………..………….66

3.1.4. Penyampaian RANPERDA, Evaluasi Serta Penetapan

Peraturan Daerah Tentang APBD Bersama Walikota

Dan DPRD ………………………………………………..…70

BAB IV PENUTUP …………………….………………………...... 77

4.1 Kesimpulan Dan Saran ……………………………………………………77

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Politik anggaran merupakan proses saling mempengaruhi di antara berbagai pihak yang berkepentingan dalam menentukan skala prioritas dan mempengaruhi kebijakan alokasi anggaran karena terbatasnya sumber dana publik yang tersedia. Politik angaran juga merupakan penegasan kekuasaan atau kekuatan politik di antara berbagai pihak yang terlibat dalam penentuan kebijakan maupun alokasi anggaran.

Dilihat dari konsep dan prakteknya, proses penyusunan anggaran terdiri dari dua hal, yaitu perencanaan dan penganggaran. Serta dari sifatnya, perencanaan dan penganggaran di pemerintahan daerah dilaksanakan secara terintegrasi dengan berlandaskan pada konsep penggunaan sumber daya/dana yang ada untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. Anggaran disusun sesuai dengan kebutuhan pembangunan dan pelayanan yang ada di daerah, yang telah direncanakan sebelumnya sebelum tahun anggaran berjalan. Untuk mendapatkan anggaran dari perencanaan yang telah tersusun tersebut, daerah banyak berharap dari kebijakan pemerintahan pusat, sehingga disinilah mmuncul peranan pemerintahan pusat dalam politik anggaran.

Politik anggaran sudah diterapkan dari era pemerintahan terdahulu, pada masa orde baru misalnya, seperti yang diungkapkan oleh Thontowi, bahwa seringkali daerah yang bukan pendukung partai penguasa tidak bakal disentuh

Universitas Sumatera Utara pembangunan, jadi jika suatu daerah ingin maju pemimpin-pemimpin daerah tersebut harus tergabung dalam partai politik penguasa yang dapat melanggengkan kekuasaan kelompok tertentu. Sedangkan pada masa reformasi saat ini politik anggaran menjadi tarik menarik antara kepentingan kelompok elite politik, politik anggaran lebih berorientasi terhadap kepentingan pribadi dan golongan bukan untuk mengatasi problem masyarakat. Pada saat ini sering kali politik anggaran justru menguras keuangan untuk biaya birokrasi dan administrasi sehingga output nya bukan untuk mengatasi masalah, melainkan hanya agar para pelaksananya dapat melakukan kegiatan dan dapat memetik keuntungan ekonomi.

Politik anggaran harus dikendalikan oleh tujuan yang akan dicapai.

Dengan kata lain harus ada keterkaitan antara keuangan negara dengan arah kebijakan sebagaimana tertuang rencana pemerintah. Politik anggaran harus menjadi alat mencapai tujuan pembangunan daerah. Konsekuensi dari politik anggaran ini adalah pemerintah didorong melakukan perubahan secara mendasar di level birokrasi. Seluruh satuan kerja perangkat daerah perlu didorong untuk meningkatkan penerimaan dan melakukan efisiensi dan efektivitas pengeluaran di daerah.

Sebagaimana politik anggaran adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan daerah maka dibutuhkan kewenangan dan keahlian yang cukup dari pemerintah daerah untuk melakukannya. Hal ini juga berkaitan dengan system otonomi daerah yang tertulis pada undang undang no.32 tahun 2004 dan telah diubah menjadi undang undang no.12 tahun 2008 tentang pemerintahan daerah dimana

Universitas Sumatera Utara ditekankan pada prinsip keadilan, demokrasi, pemerataan, keistimewaan, kekhususan memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah, serta partisipasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik . Prinsip prinsip tersebut telah membuka peluang dan kesempatan yang luas kepada daerah otonomi untuk melaksanakan kewenangannya secara mandiri, luas, nyata dan bertanggung jawab dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari upaya dalam mencapai suatu pemerintahan yang baik (good governance).

Berbicara mengenai pembuatan kebijakan, maka pendekatan fungsionalisme yang berkaitan dengan persoalan pembuatan kebijakan, David

Easton menyatakan bahwa politik itu adalah alokasi nilai nilai1, dan dalam konsep politik nilai-nilai itu adalah kekuasaan. Kekuasaan untuk mengalokasikan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang hendak ditujukan untuk kebaikan bersama, kepentingan umum dan kesejahteraan sosial. Hal ini berarti merupakan suatu kesempatan dalam membangun struktur pemerintahan yang sesuai dengan kebutuhan daerah, membangun sistem dan pola karir politik, mengembangkan sistem manajemen pemerintahan yang partisipatif, efektif dan responsif terhadap kepentingan masyarakat luas yang berasas pada pertanggung jawaban publik. Alokasi nilai-nilai tersebut tentunya akan diarahkan secara langsung dalam menyelesaikan fenomena-fenomena fisik dan sosial dalam

1 Miriam Budiardjo. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Politik. : Gramedia Pustaka Utama. Hal. 12.

Universitas Sumatera Utara kehidupan bermasyarakat atau bernegara seperti yang akan kita rinci nantinya dalam politik anggaran.

Dalam mengelola sumber daya yang ada menjadi penghasilan output jangka panjang yang dikalkulasikan dalam setahun anggaran tidaklah mudah.

Upaya-upaya yang strategis harus dilakukan untuk meningkatkan pendapatan dan meningkatkan nilai-nilai yang nantinya akan didistribusikan. Hal ini juga terkhusus bagi politik anggaran di daerah atau secara langsung berkaitan dengan masalah mengatur dan mengurus daerah otonomi sejak di rumuskannya konsep otonomi daerah. Masing-masing daerah berupaya memanfaatkan sumber sumbernya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta upaya tambahan lainnya. Jadi diharapkan dengan diberlakukannya prinsip otonomi daerah tersebut maka bentuk kegiatan yang bertujuan untuk megembangkan potensi dan kemajuan daerah dapat lebih efektif, terlebih dengan dilakasanakan nya musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) sebagai sebagai forum multi pihak dari berbagai pemangku kepentingan untuk menyerap aspirasi masyarakat.

Pemerintah Daerah telah menetapkan kegiatan Musyawarah Rencana

Pembangunan Daerah atau Musrenbang sebagai sarana untuk melibatkan masyarakat dalam perencanaan pembangunan di daerah, sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional, setiap daerah harus melaksanakan Musyawarah

Perencanaan Pembangunan (Musrenbang). Musyawarah Perencanaan

Universitas Sumatera Utara Pembangunan (Musrenbang) adalah forum antar pelaku dalam rangka penyusunan rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah.

Musrenbang sendiri dilakukan berpedoman kepada Surat Edaran Bersama antara

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua BAPPENAS dan Menteri

Dalam Negeri Nomor : 1354/M.PPN/03/2004 dan 050/744/SJ Tentang Pedoman

Pelaksanaan Forum Musrenbang dan Perencanaan Partisipatif Daerah. Dalam pedoman tersebut dijelaskan bahwa Musyawarah Perencanaan Pembangunan

(Musrenbang) dimulai dari Musrenbang tingkat Desa/Kelurahan, Musrenbang

Kecamatan, Musrenbang Kabupaten/Kota dan Musrenbang Provinsi. Hal ini kemudian diikuti oleh keluarnya Peraturan Menteri Dalam Negeri

(PERMENDAGRI) No. 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah

No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan

Evaluasi pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.2

Pada dasarnya musrenbang merupakan forum pembangunan multi-pihak yang dilakukan secara terbuka untuk dan menentukan prioritas kebijakan pembangunan masyarakat. Kegiatan ini berfungsi sebagai proses negosiasi, rekonsiliasi, dan harmonisasi perbedaan antara pemerintah dan pemangku kepentingan non pemerintah, sekaligus mencapai konsensus bersama mengenai prioritas kegiatan pembangunan berikut anggarannya,disamping itu, forum ini mengandung nilai peningkatan peran serta dan partisipasi masyarakat yang lebih optimal dalam proses perumusan kebijakan pembangunan mulai dari proses

2 Permendagri No. 54 Tahun 2010.

Universitas Sumatera Utara perencanaan, implementasi dan pengawasan secara internal dan eksternal organisasi. Dalam konteks demokrasi nilai-nilai inilah yang menjadi penguhubung antara masyarakat dengan pemerintah. Artinya aspirasi masyarakat yang menjadi sumber utama dalam dasar perumusan kebijakan, sementara pemerintah adalah pembuat kebijakan, sementara Musrenbang adalah wadah penyalur aspirasi masyarakat. Namum dalam melakukan hal tersebut diatas adalah bukanlah perkara yang mudah. Secara teori tujuan dan fungsi dari musrenbang itu sendiri adalah sangat baik. Selain itu juga merupakan implementasi dari prinsip demokrasi itu sendiri.

Tetapi yang kerap kali menjadi masalah adalah bagaimana prakteknya dilapangan. Bagaimana proses yang mereka lakukan, sejauh mana masyarakat dilibatkan, serta apakah forum itu sendiri benar benar mengedepankan aspirasi dan kepentingan masyarakat. Dengan kata lain adalah sudah sejauh mana efektifitas dari musrenbang itu sendiri sehingga mempengaruhi proses selanjutnya , yaitu bagaimana hasil tersebut dimasukkan kedalam APBD. Serta bagaimana pemerintah melakukan penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja

Daerah (APBD).

Adapun fakta yang kerap kali ditemukan dilapangan adalah proses demokrasi yang terjadi di forum musrenbang tidak terjadi sesuai dengan yang diharapkan. Musyawarah yang seharusnya menjadi pesta demokrasi masyarakat yang mendasar justru dimanfaatkan untuk kepentingan para pemangku kepentingan yang ingin meraup keuntungan. Di lain sisi Musyawarah

Universitas Sumatera Utara Perencanaan Pembangunan adalah merupakan proses negosiasi dan saling memengaruhi kepentingan yang nantinya akan di tentukan dalam kebijakan yang mana yang harus dilakukan. Namun hal ini lah yang menjadi pintu masuk bagi oknum oknum yang ingin menyelipkan kepentingan pribadi pada proses tersebut sehingga yang harusnya menjadi prioritas utama masyarakat lambat laun akan tersisihkan.

Inilah yang mendasari mengapa hasil musrenbang itu sendiri belum tentu merupakan mewakili suara kepentingan masyarakat. Dan itu adalah masalah yag mendasar. Kalau hal ini sudah terjadi maka kepentingan kepentingan yang tadi akan terus berkembang dan digodok kembali pada setiap tingkatan musrenbang itu sendiri, sehingga muncul persepsi akan memengaruhi proses penyusunan anggaran pendapatan belanja daerah itu sendiri. Sebagaimana yang kita tahu bahwa APBD merupakan fundasi pemerintah dalam melakukan segala bentuk kebijakan baik pembangunan dalam satu tahun anggaran. Maka sering kali kita temukan bahwa ketidaksesuaian antara kebijakan anggaran yang dilakukan pemerintah dengan kepentingan masyarakat, yang disebabkan oleh tidak baiknya proses negosiasi yang dimulai pada tahap yang mendasar salah satunya adalah musrenbang itu sendiri.

Hal ini yang akan menimbulkan pertanyaan ditengah tengah masyarakat tentang bagaimana sebenarnya proses penyusunan APBD. Selain itu juga belum ada keterbukaan informasi dan sosialisasi dari pemerintah kepada masyarakat dalam hal ini, sehingga masyarakat kerap kali kesulitan dalam mengakses

Universitas Sumatera Utara informasi yang berkaitan dengan anggaran pendapatan dan belanja daerah

(APBD).

Dengan demikian akan sangat tidak baik apabila proses penyusunan

APBD itu sendiri dilakukan oleh pemerintah tanpa kita ketahui bagaimana proses negosiasi di dalamnya. Ditambah lagi output yang dihasilkan tidak sesuai dengan harapan masyarakat. Suksesnya pengelolaan dan pengalokasian nilai-nilai serta anggaran adalah sangat mempengaruhi kualitas dan aspek-aspek kehidupan publik dan orang banyak. Untuk melakukan penyesuaian dan melihat aspek yang dibutuhkan dalam suatu pembangunan guna mewujudkan kemajuan daerah, maka dibutuhkan suatu perumusan dasar yang jelas mengenai anggaran politik daerah per tahunnya. Namun, yang menarik disini ialah bahwa perumusan penetapan

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah bukan hanya dilaksanakan oleh pihak legislatif melainkan juga bersama dengan Pemerintah Daerah. Hal ini dibutuhkan untuk menyelarasakan fungsi pelaksanaan kebijakan serta pengawasan antara kedua lembaga.

Terkait dengan politik anggaran berdasarkan pendekatan fungsionalisme yang berkaitan dengan persoalan pembuatan kebijakan, maka David Easton menyatakan bahwa politik itu adalah alokasi nilai-nilai. Ia menjelaskan politik itu adalah alokasi nilai-nilai, dan dalam konsep politik nilai-nilai itu adalah kekuasaan. Kekuasaan untuk mengalokasikan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang hendak ditujukan untuk kebaikan bersama, kepentingan umum dan kesejahteraan sosial. Alokasi nilai-nilai tersebut tentunya akan

Universitas Sumatera Utara diarahkan secara langsung dalam menyelesaikan fenomena-fenomena fisik dan sosial dalam kehidupan bermasyarakat atau bernegara seperti yang akan kita rinci nantinya dalam politik anggaran.

Anggaran dapat diinterpretasikan sebagai paket pernyataan perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang. Di dalam tampilannya, anggaran selalu menyertakan data penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang. Kebanyakan organisasi sektor publik melakukan pembedaan krusial antara tambahan modal dan penerimaan, serta tambahan pendapatan dan pengeluaran.3 Dampaknya adalah pemisahan penyusunan anggaran tahunan dan anggaran modal tahunan.

Adapun jenis anggaran sektor publik adalah:

a. Anggaran Negara dan Daerah APBN/APBD

b. Rencana Kegiatan dan Anggaran Perusahaan (RKAP), yaitu anggaran

usaha setiap BUMN/BUMD serta badan hukum publik atau gabungan

publik-swasta.

Proses penyusunan anggaran umumnya disesuaikan dengan peraturan lembaga yang lebih tinggi. Sejalan dengan pemberlakuan Undang-Undang No. 22

Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 25 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerahyang kemudian

3 Indra Bastian. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga. Hal. 163.

Universitas Sumatera Utara direvisi menjadi UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU

No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Daerah, lahirlah tiga paket perundang-undangan, yaitu UU No. 17/ 2003 tentang

Keuangan Negara, UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No.

15/2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan

Negara dan UU Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang telah membuat perubahan mendasar dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pengaturan keuangan, khususnya Perencanaan dan Anggaran Pemerintah Daerah dan Pusat.

APBD yang merupakan pondasi Pemerintah Daerah dalam membuat kebijakan-kebijakan dan pedoman dalam jalannya pemerintahan daerah, maka penetapan dan pengesahan APBD yang tepat waktu merupakan hal penting. Hal ini tidak terlepas membantu terutama untuk mempercepat proses pembangunan di daerah melalui pelaksanaan program-program pemerintah dalam tahun anggaran.

Selain itu, penetapan APBD yang tepat waktu juga akan menghindari suhu politik yang memanas di daerah, sehingga akan mengundang investor untuk berinvestasi di daerah tersebut karena iklim investasi yang kondusif.

Berbicara megenai penetapan APBD, terdapat perbedaan yang mendasar dalam penetapan APBD antara sebelum dan sesudah otonomi daerah. Pada sebelum otonomi daerah, penetapan APBD cenderung berstruktur sentralisasi yang didasarkan pada keputusan pihak-pihak tertentu (Kepala Daerah atau

Sekretaris Daerah), masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) kurang berperan dalam proses penyusunan anggaran.

Universitas Sumatera Utara Anggaran sangat diperlukan dalam pengelolaan sumber daya untuk mencapai kinerja yang diharapkan, sedangkan setelah otonomi penetapan APBD bersifat desentralisasi. Desentralisasi disini ialah bahwa dalam penetapan APBD harus berdasarkan partisipasi, kejelasan sasaran anggaran, dan struktur yang terdesentralisasi.

Secara fungsional APBD juga merupakan alat untuk mencegah informasi asimetri dan perilaku disfungsional dari Pemerintah Daerah, serta merupakan proses akuntabilitas publik.4 Disamping itu, anggaran merupakan kontrak politik antara Pemerintah Daerah dengan DPRD untuk masa yang akan datang. Pada dasarnya APBD adalah pondasi Pemerintah Daerah dalam membuat kebijakan- kebijakan dan pedoman dalam jalannya pemerintahan daerah, sebab setiap kebijakan yang dilakukan adalah memerlukan kesiapan anggaran.

APBD kota pematang Siantar ditetapkan pada tanggal 22 Desember 2014.

Dalam APBD kota Pematang Siantar terdapat nilai belanja tertampung sebesar Rp

1.000.350.083.504 (Rp 1 triliun). Sementara Pendapatan Daerah ditetapkan sebesar Rp 934.370.240.016 (Rp 934,3 miliar). Belanja modal atau belanja langsung (belanja untuk kepentingan pembangunan yang menyentuh langsung ke masyarakat) sebesar Rp 305.130.299.553,19 atau hanya sekitar 11 persen.

Sedangkan belanja tidak langsung sebesar Rp 583.924.151.244 (Rp 583,9 miliar).

Dari jumlah belanja tidak langsung tersebut, biaya untuk belanja pegawai sebesar Rp 655.204.482.797 (Rp 655,2 miliar) atau sekitar 67 persen. Berdasarkan

4Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Andi.Hal.124

Universitas Sumatera Utara persetujuan DPRD, belanja untuk Dinas Pendidikan sebesar Rp 433 miliar, Rp 57 miliar untuk Dinas Kesehatan, Rp 92 miliar untuk RSUD Djasamen Saragih, Rp

47 miliar untuk Dinas Bina Marga dan Pengairan, Rp 4,9 miliar untuk Kantor

Pencegahan dan Pemadam Kebakaran, Rp 39 miliar untuk Dinas Tarukim, Rp 6,4

Miliar untuk Bappeda, Rp 13,4 miliar untuk Dishubkominfo, Rp 13,7 miliar untuk

Dinas Kebersihan, Rp 7,8 miliar untuk Badan Lingkungan Hidup, Rp 3,8 miliar untuk Disdukcapil, Rp 6,9 miliar di Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB, Rp

6,1 miliar di Dinsosnaker, Rp 4,9 miliar di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Rp 3,2 miliar di Badan Penanaman Modal dan Promosi Daerah,

Rp 4,1 miliar di Disporabudpar, Rp 3,4 miliar di Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat, Rp 4,1 miliar di Satpol PP, Rp 5,3 miliar di Kantor

DPRD, Rp 676 juta di KDH, Rp 32, 8 miliar di Sekretariat Daerah, Rp 13,3 miliar di Sekretariat DPRD, Rp 87,3 miliar di Dinas PPKAD, Rp 4,2 miliar di

Inspektorat, Rp 1,9 miliar di BPPT, Rp 4,7 miliar di BKD, Rp 3,7 miliar di

BPBD, Rp 3,4 miliar di Kantor Ketahanan Pangan, Rp 4,5 miliar di Badan

Pemberdayaan Masyarakat, Rp 3,4 miliar di Badan Penelitian Pengembangan dan

Statistik, dan Rp 1,2 miliar di Kantor Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi.5

Sedangkan belanja untuk urusan lain di Dinas Pertanian dan Peternakan tetap Rp 12,1 miliar, dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Rp 5,2 miliar.

Untuk kantor-kantor camat, yakni Rp 8,9 miliar di Kantor Camat Siantar Barat,

Rp 7,4 miliar di Kantor Camat Siantar Timur, Rp 8,3 miliar di Kantor Camat

5http://medan.tribunnews.com/2014/12/22/apbd-siantar-2015-rp-1-triliun diakses pada tanggal 23 oktober pukul 18.18 Wib

Universitas Sumatera Utara Siantar Utara, Rp 6,2 miliar di Kantor Camat Siantar Selatan, Rp 7,3 miliar di

Kantor Camat Siantar Martoba, Rp 6,8 di Kantor Camat Siantar Marihat, Rp 5,5 di Kantor Camat Siantar Sitalasari, dan Rp 5,3 miliar di Kantor Camat Siantar

Simarimbun.6

Dari besaran APBD tersebut, tampak bahwa belanja modal (untuk kepentingan pembangunan) masih kecil, jauh dibanding belanja pegawai. Belanja modal hanya Rp 305 miliar atau sekitar 11 persen dibandingkan biaya pegawai yang hanya 65 %. Hal ini jelas sangat timpang dalam perumusan APBD di tahun

2015 dan memunculkan pertanyan besar, bagaimana pembangunan kota Pematang

Siantar dapat merata dan menyeluruh dengan pembagian anggaran demikian ?

Dampaknya saat ini pembangungan di kota Pematang Siantar yang belum menunjukan pertumbuhan yang signifkan dan jalan ditempat seperti tata ruang kota, Jalan dan pembangunan infrasturktur. Peneliti tertarik dengan kota siantar karena melihat bahwa kota siantar adalah sebuah kota yang rukun, serta dipenuh dengan berbagai etnis masyarakat.alangkah baiknya jika hal tersebut diikuti dengan perkembangan dan pembangunan kota tersebut yang sesuai. Selain itu kota siantar juga termasuk besar dan luas, tetapi berbicara mengenai pemerataan pembangunan kota siantar belum seperti yang kita harapkan. Terbukti dengan beberapa kecamatan yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah, dan pusat perkotaan yang hanya terletak di dua titik yaitu di sekitar jalan sutomo dan jalan merdeka. Dan ini sudah merupakan keadaan yang terus menerus sejak lama. Itu

6 Ibid,

Universitas Sumatera Utara pun masih mencerminkan ketidakteraturan. Jadi tidak seimbang dengan kota siantar yang besar dan luas jika pusat kota hanya terletak pada dua titik tersebut.

Itulah yang juga mendasari mngapa peneliti tertarik untuk melihat bagaimana pemerintah daerah dan DPRD dalam menyusun APBD, karena permasalahan yang ada adalah permasalahan yang sudah sangat lama serta sudah menjadi rahasia publik. Pemerintah beberapa periode sebelumnya juga tidak pernah menyentuh permasalahan diatas. Serta adanya factor factor lain dalam proses penyusunan APBD, sehingga APBD yang ditetapkan cenderung terpengaruh oleh pihak pihak lain yang seolah olah ingin bekerja sama dengan pemerintah daerah sembari mencari keuntungan pribadi. Kemudian fenomena tersebut juga dinilai tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat kota Pematang Siantar yang mayoritas bukan pegawai pemerintah. Dengan anggaran yang sangat minim di bidang pembangunan maka masyarakat juga terkena imbasnya, contohnya pembangunan irigasi untuk petani di pinggiran kota Pematang Siantar seperti di daerah Siantar

Marihat, Siantar Simarimbun dan kecamatan Siantar Sitalasari yang bertahun tahu tidak mendapat perhatian.

Sehingga berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti dan menganalisis bagaimana sebenarnya proses penyusunan APBD kota Pematang

Siantar tahun 2015, serta bagaimana mereka dalam menentukan skala prioritas dalam penetapan APBD tersebut.

Universitas Sumatera Utara 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut penulis merumuskan masalah penelitian yaitu bagaimana proses penyusunan APBD kota Pematang Siantar pada tahun 2015?

1.3 Batasan Masalah

Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana proses penyusunan APBD kota Pematang Siantar tahun 2015?

2. Siapa saja yang dilibatkan dalam proses penyusunan APBD kota

Pematang Siantar pada tahun 2015?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengkaji dan menganalisis bagaimana proses penyusunan APBD

kota Pematang Siantar pada tahun 2015?

2. Untuk menganalisis siapa saja yang dilibatkan dalam penyusunan APBD

kota Pematang Siantar tahun 2015?

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini adalah salah satu sarana untuk mengembangkan kompetensi

penulis khususnya dalam hal penulisan karya ilmiah serta menjadi salah

Universitas Sumatera Utara satu syarat untuk menyelesaikan program studi sarjana strata satu (S1)

departemen ilmu politik Universitas Sumatera Utara.

2. Secara teoritis, penelitian ini merupakan kajian ilmu politik yangs

diharapkan mampu memberikan kontribusi pemikiran mengenai politik

anggaran dan peran pemerintahan daerah dalam proses penyusunan APBD

serta memberi solusi terhadap permasalahan masyarakat khususnya kota

Pematang Siantar.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau

membangun bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah ruang

ilmu pengetahuan dalam Ilmu politik, dan menjadi referensi/kepustakaan

bagi Departemen Ilmu Politik FISIP USU.

1.6 Kerangka Teori

1. Teori Politik Anggaran

Anggaran merupakan salah satu aspek yang paling penting dalam suatu perencanaan pembangunan. Ketika suatu rancangan pembangunan telah dirumuskan maka perlu dilakukan peneyesuain terhadap anggaran yang akan ditetapkan. Hal ini dilakukan karena anggaran berperan penting sebagai pembiayaan dari rancangan pembangunan yang telah ditetapkan . Anggaran dapat diinterpretasikan sebagai paket pernyataan perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang.

Universitas Sumatera Utara Di dalam tampilannya, anggaran selalu menyertakan data penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang. Maka dari itu penyusunan APBD merupakan bagian dari politik anggaran, karena dalam APBD berisikan nota pendapatan , pengeluaran serta belanja daerah yang digunakan untuk melayani masyarakat sekaligus sebagai lembar pertanggung jawaban kepada publik dalam suatu periode. Kebanyakan organisasi sektor publik melakukan pembedaan krusial antara tambahan modal dan penerimaan, serta tambahan pendapatan dan pengeluaran7. Dampaknya adalah pemisahan penyusunan anggaran tahunan dan anggaran modal tahunan.

Jenis anggaran sektor publik adalah:

a. Anggaran Negara dan Daerah APBN/APBD

b. Rencana Kegiatan dan Anggaran Perusahaan (RKAP), yaitu anggaran

usaha setiap BUMN/BUMD serta badan hukum publik atau gabungan

publik-swasta.

Proses penyusunan anggaran umumnya disesuaikan dengan peraturan lembaga yang lebih tinggi. Sejalan dengan pemberlakuan Undang-Undang No. 22

Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 25 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerahyang kemudian direvisi menjadi UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU

No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Daerah, lahirlah tiga paket perundang-undangan, yaitu UU No. 17/ 2003 tentang

7 Indra Bastian. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga. Hal. 163

Universitas Sumatera Utara Keuangan Negara, UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No.

15/2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan

Negara dan UU Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang telah membuat perubahan mendasar dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pengaturan keuangan, khususnya Perencanaan dan Anggaran Pemerintah Daerah dan Pusat.

Anggaran memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja;

2. Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan di

masa mendatang;

3. Anggaran sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan

berbagai unit kerja dan mekanisme kerja antara atasan dan bawahan;

4. Anggaran sebagai alat pengendalian unit kerja;

5. Anggaran sebagai alat motivasi dan persuasi tindakan efektif dan efisien

dalam pencapaian visi organisasi;

6. Anggaran merupakan instrumen politik;

7. Anggaran merupakan instrumen kebijakan fiskal.

Anggaran selalu dikaitkan dengan akuntabilitas legislatif. Konflik penentuan dan pemungutan pajak sangat berpengaruh terhadap kapabilitas legislatif untuk mengendalikan pengeluaran. Pada praktiknya, pihak legislatif akan meminta daftar tahunan tentang pengeluaran dan pendapatan sekaligus dengan tujuan aktivitasnya. Jadi, karakter anggaran adalah keseragaman8.

8 Ibid, HaL 164

Universitas Sumatera Utara Keseluruhan transaksi pemerintahan, keteraturan penyerahan rancangan anggaran per tahunannya, akurasi dan prakiraan pendapatan serta pengeluaran yang didasari oleh persetujuan/konsensus dan terpublikasi.Proses penyusunan maupun pengesahan anggaran dapat dipublikasikan ke masyarakat. Proses akhir penyusunan anggaran merupakan hasil persetujuan politik,termasuk item pengeluaran harus disetujui para legislator.

Politik bisa terlibat dalam segala urusan kenegaraan, termasuk didalamnya urusan finansial publik, baik itu dalam perencanaan, pelaksanaan hingga tahap evaluasi. Teori politik keuangan negara yang baik adalah relatif tergantung ideologi suatu negara,artinya teori politik keuangan negara yang baik bagi suatu negara belum tentu baik bagi negara lain. Aktivitas politik dalam anggaran tergantung pada derajat demokrasi, yang memberi keleluasaan/kebebasan aktivitas politik dalam suatu negara.

Politik anggaran adalah penetapan berbagai kebijakan tentang proses anggaran yang mencakupi berbagai pertanyaan bagaimana pemerintah membiayai kegiatannya; bagaimana uang publik didapatkan, dikelola dan disdistribusikan; siapa yang diuntungkan dan dirugikan; peluang-peluang apa saja yang tersedia baik untuk penyimpangan negatif maupun untuk meningkatkan pelayanan publik.9. Menurut Noer Fauzi & R Yando Zakaria bahwa politik anggaran adalah proses saling mempengaruhi di antara berbagai pihak yang berkepentingan dalam menentukan skala prioritas pembangunan akibat terbatasnya sumber dana publik

9 Irene S. Rubin. 2006. The Politics of Public Budgetting. Washington: CQ Press. Hal. 1.

Universitas Sumatera Utara yang tersedia. Selain itu, pengertian politik anggaran juga dikatakan sebagai proses mempengaruhi kebijakan alokasi anggaran yang dilakukan oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan anggaran. Dengan kata lain, merupakan proses penegasan kekuasan atau kekuatan politik di antara berbagai pihak yang terlibat dalam penentuan kebijakan maupun alokasi anggaran10.

Berdasarkan beberapa pandangan terhadap politik anggaran tersebut menunjukkan adanya proses adu kekuatan dan kepentingan dalam proses penganggaran, sehingga nantinya menghasilkan keputusan politik yang intinya adalah apakah dapat berpihak kepada rakyat ataukah tidak. Dengan adanya pengendalian menjadikan kontrol sangat diperlukan agar hasil keputusan penganggaran tetaplah pada jalur yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat serta kemajuan bangsa dan negara.

2. Konsep Politik Pembangunan

Konsep pembangunan banyak dipahami sebagai sebuah tahap demi tahap menuju “ modernitas “. Modernitas itu tercermin dalam bentuk kemajuan teknologi dan ekonomi seperti yang dilakukan oleh negara-negara industri maju.

Konsep pembangunan sebagai sebuah bentuk modernitas dan adopsi dari “ pengalaman Barat” melalui Revolusi Industri. Sedangkan konsep pembangunan di

Dunia Ketiga dipahami sebagi perbaikan umum dalam standard hidup.

10 Noer Fauzi dan R. Yando Zakaria. 2000. Mensiasati Otonomi Daerah. Jakarta: Konsorsium Pembaruan Agraria. Hal. 223.

Universitas Sumatera Utara Pembangunan juga dipahami sebagai sarana memperkuat negara, terutama melalui proses industrialisasi yang mengikuti pola yang beragam dari suatu negara-ke negara lainnya. Dalam pembangunan peran pemerintah menjadi subjek utama yang memperlakukan rakyat sebagai objek, penerima dan bahkan partisipasi pembangunan.

Dalam pembahasan mengenai paradigma yang mencari jalan ke arah pembangunan yang berkeadilan perlu diketengahkan teori pembangunan yang berpusat pada rakyat. Paradigma ini memberi peran kepada individu bukan sebagai obyek, melainkan sebagai pelaku yang menetapkan tujuan, mengendalikan, mengendalikan sumber daya, dan mengarahkan proses yang mempengaruhi kehidupannya. Pembangunan yang berpusat pada rakyat menghargai dan mempertimbangkan prakarsa rakyat dan kekhususan setempat.

Menurut Todaro, pembangunan adalah sebuah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi, perrtumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan. Pembangunan juga diartikan sebagai suatu proses perubahan sosial dengan partisipasi yang luas dalam suatu masyarakat yang dimaksudkan untuk mencapai kemajuan sosial dan material ( termasuk bertambah besarnya keadilan, kebebasan dan kualitas yang dihargai) untuk mayoritas rakyat melalui kontrol yang lebih besar yang mereka peroleh terhadap lingkungan mereka. Dengan demikian konsep politik dan konsep pembangunan memiliki arti dan

Universitas Sumatera Utara implementasi tersendiri. Jika kemudian konsep ini digabungkan maka akan menjadi sebuah konsep baru yang disebut dengan Politik Pembangunan. Politik pembangunan adalah suatu terminologi yang merupakan gabungan antara konsep politik dan pembangunan.

Politik pembangunan umumnya akan terkait dengan grand desain atau grand strategi ( cara, arah) sebuah bangsa dalam mewujudkan visi, misi, dan program-program pembangunan yang akan ditempuhnya. Dalam strategi atau desain tersebut harus jelas fokus dan tujuan utamanya. Negara Indonesia fokus politik pembangunan yang harus diwujudkan, tentu tidak boleh terlepas kaitannya dengan tujuan negara sebagaimana yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945.

Penetapan fokus semacam ini, tentu merupakan sebuah upaya untuk melakukan

“pensiasatan” terhadap terjelmanya suatu kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat agar sejalan dengan cita-cita bangsa dan tujuan negara itu sendiri.

Dengan demikian secara singkat dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan “politik pembangunan” adalah sebuah upaya, langkah atau strategi yang dilaksanakan oleh suatu bangsa guna mewujudkan cita-cita yang ingin diraihnya, sesuai dengan nilai-nilai idealisme, nasionalisme dan patriotisme yang dikandungnya.

Politik pembangunan sebagai sebuah pedoman dalam pembangunan nasional memerlukan keterpaduan tata nilai, struktur, dan proses. Keterpaduan tersebut merupakan himpunan usaha untuk mencapai efisiensi, daya guna, dan hasil guna sebesar mungkin dalam penggunaan sumber dana dan daya nasional

Universitas Sumatera Utara guna mewujudkan tujuan nasional. Karena itu sangat memerlukan sistem manajemen nasional. Sistem manajemen nasional berfungsi memadukan penyelenggaraan siklus kegiatan perumusan, pelaksanaan, dan pengendalian pelaksanaan kebijaksanaan. Sistem manajemen nasional memadukan seluruh upaya manajerial yang melibatkan pengambilan keputusan berkewenangan dalam rangka penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan ketertiban sosial, politik, dan administrasi.

Dengan demikian politik pembangunan merupakan political choice dan didalamnya terkandung strategi. Dapat disimpulkan politik pembangunan bukan saja mengenai cara atau strategi yang hendak dicapai dalam pembangunan tetapi juga pemikiran atau pemikiran yang termaktub dalam pembangunan dari strategi dan cara yang dijalankan itu11. Pembangunan sebagaimana disebut Moeljarto yang dikutip Warjio, bahwa pembangunan tidak boleh tidak berbuatan nilai; artinya, pembangunan ingin mewujudkan tipe masyarakat yang lebih baik.

1.7 Metodologi Penelitian

Dalam kehidupan kita sehari-hari tentunya kita akan melihat dan menemukan sederetan fakta, angka, sudut pandang dan dinamika dalam peristiwa sosial dan politik yang tentunya hal tersebut memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri untuk di kaji, dijawab, dikembangkan dan digiring kedalam bentuk yang tidak rumit melalui teorisasi. Konstruksi teknik dan instrumen yang baik dan

11 Warjio, Ph.D. Politik Pembangunan Islam, Pemikiran dan Implementasi. Medan: Perdana Publishing, 2013. Hal 70-71

Universitas Sumatera Utara benar akan mampu menghimpun data secara objektif, lengkap dan dapat dianalisa untuk memecahkan suatu permasalahan.12

1.7.1 Metode Penelitian

Berangkat dari uraian serta penjelasan tujuan penelitian maupun kerangka teori diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Alasan peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif ialah dikarenakan peneliti memiliki tujuan dalam memecahkan masalah yang ada berdasarkan fakta dan data-data yang ada dengan memberikan gambaran yang lebih detail, faktual dan tersistematis fokus masalah yang diteliti berdasarkan penilaian sikap atau pendapat dari individu, organisasi, keadaan ataupun prosedur yang dikumpulkan melalui daftar pertanyaan dalam survey, wawancara, ataupun observasi.13

1.7.2. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif yang bersifat analisis terhadap permasalahan yang kemudian disinkronisasikan dengan teori yang digunakan dalam penelitian14. Peneliti memilih jenis pendekatan kualitatif sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tulisan,dan tingkah laku yang didapat dari yang diamati15. Bogdan dan Taylor mengatakan ”metodologi kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang

12 Rianto Adi. 2004. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit. Hal. 3. 13 Bambang Prasetyo dkk. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. hal. 42. 14 Lisa Harrison. 2009. Metodologi Penelitian Politik. Jakarta: Kencana. Hal. 89. 15 Hadari Nawawi. 1994. Metode Penelitian Bidang Sosial. : UGM prss. Hal 203.

Universitas Sumatera Utara menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati16. Dengan kata lain, peneliti berusaha untuk mengungkapkan fakta sesuai dengan kenyataan yang ada tanpa melakukan intervensi terhadap kondisi yang terjadi dengan membuat gambaran dan hubungan antara fenomena yang diselidiki.

1.7.3 Lokasi Penelitian Adapun yang menjadi lokasi penelitian ini yaitu di Kota Pematang Siantar.

Adapun yang menjadi focus penelitian ini adalah lembaga pemerintahan yang terkait dalam proses penyusunan APBD kota Pematang Siantar, yaitu Pemerintah

Kota beserta DPRD kota Pematangsiantar.

1.7.4.Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan, penulis melakukan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan data sekunder17.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu :

a. Teknik Wawancara

Pada hakikatnya, penelitian dimulai dari permasalahan penelitian

sebagai suatu tahap analisis. Salah satu teknik pengumpulan data ialah

wawancara, yaitu mendapatkan informasi dengan cara bertanya

langsung kepada informan. Adapun yang menjadi narasumber dalam

peneltian ini adalah :

1. Walikota Pematang Siantar

16 Lexy J. Moleong. 1994. Metodologi Penelitian Kualitatif. : PT. Remaja Rosdakarya. Hal. 3. 17 Muhammad Idrus. 2009. Metode Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Erlangga. Hal. 105.

Universitas Sumatera Utara 2. DPRD kota Pematang Siantar b. Data Sekunder yang diperoleh dari Undang-undang, Buku- buku,Jurnal, tabloid, literatur serta majalah terkait .

1.7.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan Penulis dalam penelitian ini adalah

Menggunakan analisis kualitatif , yang menekankan analisis pada sebuah proses pengambilan kesimpulan secara induktif dan deduktif serta analisis pada fenomena yang sedang diamati dengan metode ilmiah. Dalam mengkaji bagaimana proses penyusunan APBD kota Pematang Siantar menggunakan teori politik pembangunan dan politik anggaran. Kolaborasi dari teori tersebut diharapkan mampu menganalisis secara konkret bagaimana Pemerintah Daerah beserta DPRD menentukan penyusunan anggaran yang tentunya berkaitan dengan pembangunan di kota Pematang Siantar.

1.8 Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas dan terperinci, serta mempermudah isi dari skripsi ini, maka penulis membagi penulisan skripsi ini dalam empat bab. Adapun susuna sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN Bab Satu ini akan menguraikan dan membahas latar belakang masalah, pokok permasalahan yang akan dibahas dan tujuan mengapa diadakan penelitian ini dan metode penelitian serta kerangka teori yang akan menjadi landasan pembahasan

Universitas Sumatera Utara masalah, dalam hal ini adalah proses penyusunan APBD kota Pematang Siantar tahun 2015. BAB II : PROFIL KOTA PEMATANG SIANTAR SERTA TUPOKSI PEMERINTAH KOTA DAN DPRD KOTA PEMATANG SIANTAR Bab ini memuat gambaran lokasi penelitian berupa profil kota Pematang Siantar, sejarah, visi dan misi, tugas pokok, fungsi dan struktur organisasi Pemerintah

Kota Pematang Siantar beserta DPRD kota Pematangsiantar.

BAB III : POLITIK ANGGARAN : PROSES PENYUSUNAN APBD KOTA PEMATANG SIANTAR TAHUN 2015 Dalam bab ini, menguraikan secara garis besar hasil penelitian sekaligus memperlihatkan adanya fakta yang dihasilkan dari penelitian mengenai proses penyusunan APBD Kota Pematang Siantar tahun 2015.

BAB IV : PENUTUP Dalam bab terakhir ini, hal yang akan dibahas adalah kesimpulan dari hasil penelitian yang juga akan menjawab pertanyaan terhadap penelitian yang dilakukan. Kemudian akan berisikan saran-saran yang diharapkan memberi manfaat bagi lembaga yang terkait dan juga kepada penulis.

Universitas Sumatera Utara BAB II SEJARAH DAN STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN KOTA

PEMATANG SIANTAR

2.1. Sejarah Kota Pematang Siantar

Kota Pematang Siantar adalah salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara, dan kota yang wilayahnya terluas kedua di Provinsi tersebut setelah kota Medan.

Karena letak Pematangsiantar yang strategis, kota ini dilintasi oleh Jalan Raya

Lintas Sumatera. Kota ini memiliki luas wilayah 79,97 km2 dan berpenduduk sebanyak 240.787 jiwa (2010). Kota Pematangsiantar yang hanya berjarak 128 km dari Medan dan 50 km dari sering menjadi kota perlintasan bagi wisatawan yang hendak ke Danau Toba. Sebagai kota penunjang pariwisata di daerah sekitarnya, kota ini memiliki 8 hotel berbintang, 10 hotel melati dan

268 restoran.

Pematang Siantar pada awalnya adalah pusat pemerintahan Kerajaan

Siantar yang berlokasi di Pulau Holing (Pematang Kelurahan Simalungun). Pada waktu itu kerajaan siantar dipimpin oleh seorang raja keturunan asli suku simalungun yaitu Raja Sang Na Waluh Damanik. Tuan Sang Nawaluh Damanik merupakan orang yang memegang kekuasaan sebagai raja pada tahun 1906. Pada saat pemerintahan raja Sang Na Ualuh, sekitar Pulau Holing kemudian berkembang menjadi perkampungan tempat tinggal penduduk diantaranya

Kampung Suhi Haluan, Siantar Bayu, Suhi Kahean, Pantoan, Suhi Bah Bosar, dan

Universitas Sumatera Utara Tomuan. . Daerah-daerah tersebut kemudian menjadi daerah hukum Kota

Pematangsiantar yaitu:18

1. Pulau Holing menjadi Kampung Pematang

2. Siantar Bayu menjadi Kampung Pusat Kota

3. Suhi Kahean menjadi Kampung Sipinggol-pinggol, Kampung

Melayu, Martoba, Sukadame, dan Bane.

4. Suhi Bah Bosar menjadi Kampung Kristen, Karo, Tomuan,

Pantoan, Toba dan Martimbang.

Setelah itu belanda kemudian datang ke wilayah Pematangsiantar dengan maksud berdagang rempah rempah. Hingga lambat laun mereka berhasil menguasai wilayah tersebut. Namun sesudah masuknya Belanda Raja Sang Na

Ualuh Damanik kemudian ditangkap dan dibuang ke Bengkalis pada tahun 1906, sejak saat itu Pematang Siantar sejak tahun 1907 menjadi pusat kedudukan kontrolir Belanda dan pada 1 Juli 1917 belanda mengubahnya menjadi Gementee

( Kota Praja ). Pematang siantar pada waktu itu adalah pusat perkebunan dan pemerintahan dua daerah, yaitu Karo dan Simalungun.

Setelah belanda berhasil menguasai wilayah Pematangsiantar Jepang kemudian datang ke Indonesia dengan tujuan yang sama yaitu melakukan perdagangan rempah rempah. Hingga kemudian masuk ke wilayah

Pematangsiantar yang saat itu dikuasai oleh belanda. Hal ini menyebabkan

18Erond Damanik. 2016.Kerajaan Siantar dari Pulau Holang ke Kota Pematang Siantar. Ihutan Bolon Hasadaon Damanik Boru Pakon Panogolan Siantar-Simalungun. Medan. Hal183.

Universitas Sumatera Utara pertempuran yang berakhir dengan kekalahan belanda. Sesuudah Belanda dikalahkan Jepang dan jepang menguasai Indonesia termasuk Pematangsiantar,

Gemeente Pematangsiantar dihapuskan oleh jepang dan diubah menjadi Siantar

Estate dan. Jepang kemudian menduduki kota Pematangsiantar selama beberapa tahun sampai pada kekalahan jepang dan jepang berhasil diusir dari wilayah

Pematangsiantar.

Namun setelah Proklamasi Kemerdekaan Pematangsiantar kembali menjadi daerah Otonomi berdasarkan UU No.22/1948 status gemeente menjadi kota kabupaten simalungun dan Walikota di rangkap oleh Bupati Simalungun sampai 1957 di bawah pimpinan Tuan Madja Poerba, keturunan raja Purba sampai akhirnya dikudeta oleh Urbanus Pardede seorang gembong PKI aktor intelektual pembantaian raja-raja Simalungun tahun 1946.

Kemudian pada tahun 1957 berdasarkan UU No1/1957 berubah menjadi

Kota Praja penuh dan dengan keluarnya UU No.18.1965 berubah menjadi

Kotamadya dan dengan keluarnya UU N0.5/1974 Tentang pokok-pokok pemerintah di daerah berubah menjadi daerah tingkat II Pematangsiantar sampai sekarang. Setelah itu pada tahun 1958 terjadi pengalihan sebagian wilayah

Kaabupaten Simalungun ke dalam kota Pematangsiantar dengan diterbitkannya

Peraturan Pemerintah RI nomor 15 tahun 1986 tentang Perubahan Batas Wilayah

Kotamadya Daerah Tingkat II Pematangsiantar dan Kabupaten Daerah Tingkat II

Simalungun.

Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.35 Tahun 1981 Kota Daerah

Tingkat II Pematangsiantar terbagi atas empat wilayah kecamatan yang terdiri atas

29 Desa/Kelurahan dengan luas wilayah 12,48 km² yang peresmiannya dilaksanakan oleh Gubernur Sumatera Utara pada tanggal 17 Maret 1982.

Kecamatan-kecamatan tersebut yaitu: Kecamatan Siantar Barat,

Kecamatan Siantar Timur, Kecamatan Siantar Utara, dan Kecamatan Siantar

Selatan.

Sedangkan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 1986 tanggal

10 Maret 1986 Kota Daerah Tingkat II Pematangsiantar diperluas menjadi 6 wilayah kecamatan, di mana 9 desa/Kelurahan dari wilayah Kabupaten

Simalungun masuk menjadi wilayah Kota Pematangsiantar, sehingga Kota

Pematangsiantar terdiri dari 38 desa/kelurahan dengan luas wilayah menjadi

70,230 km². Kecamatan-kecamatan tersebut yaitu: Kecamatan Siantar Barat,

Kecamatan Siantar Timur, Kecamatan Siantar Utara, Kecamatan Siantar Selatan,

Kecamatan Siantar Marihat, Kecamatan Siantar Martoba

Selanjutnya, pada tanggal 23 Mei 1994, dikeluarkan kesepakatan bersama

Penyesuaian Batas Wilayah Administrasi antara Kota Pematangsiantar dan Kabupaten Simalungun. Adapun hasil kesepakatan tersebut adalah wilayah

Kota Pematangsiantar menjadi seluas 79,9706 km². Pada tahun 2007, diterbitkan 5

Peraturan Daerah tentang pemekaran wilayah administrasi Kota Pematangsiantar yaitu:

Universitas Sumatera Utara 1. Peraturan Daerah No.3 tahun 2007 tentang Pembentukan

Kecamatan Siantar Sitalasari

2. Peraturan Daerah No.6 Tahun 2007 tentang Pembentukan

Kecamatan Siantar Marimbun

3. Peraturan Daerah No.7 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kelurahan Bah

Sorma

4. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2007 tentang Pembentukan

Kelurahan Tanjung Tongah, Nagapitu dan Tanjung Pinggir

5. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2007 tentang Pembentukan

Kelurahan Parhorasan Nauli, Sukamakmur, Marihat Jaya, Tong

Marimbun, Mekar Nauli dan Nagahuta Timur.19

Dengan demikian jumlah Kecamatan di Kota Pematangsiantar ada sebanyak delapan kecamatan dengan jumlah kelurahan sebanyak lima puluh tiga Kelurahan.

Kota Pematangsiantar terletak pada garis 2° 53’ 20” - 3° 01’ 00” Lintang

Utara dan 99° 1’00” - 99° 6’ 35” Bujur Timur, berada di tengah–tengah wilayah Kabupaten Simalungun. Luas daratan Kota Pematangsiantar adalah 79,971

Km² terletak 400-500 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan luas wilayah menurut kecamatan, kecamatan yang terluas adalah kecamatan Siantar Sitalasari dengan luas wilayah 22,723 km² atau sama dengan 28,41% dari total luas wilayah Kota

Pematangsiantar.

19 http://pematangsiantarkota.go.id/statis-124/sejarah-kota-pematangsiantar.html

Universitas Sumatera Utara Kota Pematangsiantar terdiri dari 8 kecamatan yaitu: No. Luas Ratio Jumlah Kecamatan Km² terhadap desa/kelu total (%) rahan 1 Siantar Barat 3,20 4,01 8

2 Siantar Marihat 7,82 9,78 7

3 Siantar Simarimbun 18,06 22,52 6

4 Siantar Martoba 18,02 22,54 7

5 Siantar Selatan 2,02 2,53 6

6 Siantar Sitalasari 22,72 28,41 5

7 Siantar Timur 4,52 5,65 7 8 Siantar Utara 3,65 4,56 7

Jumlah 79,9 100 53 7 Sumber:www.pemkosiantar.go.id Sekarang ini dikota Pematangsiantar terdapat beberapa sekolah dan perguruan tinggi seperti yang ada pada tabel dibawah ini ;

Nama Jumlah

UNIVERSITAS 20

SMA/SMK 75

SMP 40

SD 52

TK 63

Total 250

Universitas Sumatera Utara Di kota ini juga terdapat museum Simalungun peninggalan raja-raja

Simalungun dulu yang didirikan pada tahun 1938 yang berisi koleksi peninggalan sejarah dan budaya Simalungun. Museum ini dikelola oleh Yayasan Museum

Simalungun, dan berlokasi di Jalan Jend.Sudirman. Sejak pasca kemerdekaan hingga sekarang, kota siantar ini telah 23 kali berganti kepala daerah. Masing- masing adalah : Maja Purba ( 1945 ), Muhammad Kasim ( 1946-1947), Forensius

Lumbantobing ( 1950-1952), Maja Purba ( 1952-1956 ), HP Situmorang menjabat saat Maja Purba di Ampera, Farel Pasaribu ( 1954-1956). Mereka ini merangkap sebagai Bupati Simalungun. Setelah pemisahan dari Kabupaten

Simalungun, Walikota pertama adalah OKH Salamuddin ( 1956-1957 ), dilanjutkan Jamaluddin Tambunan ( 1957-1959 ), Rakoetta Sembiring ( 1960-

1964 ), Abner Situmorang ( 1964 ) , Pandak Tarigan ( 1965 ), Zainuddin Hasan (

1965 ), Tarif Siregar ( 1965-1966) , Drs Malatua Pardede ( 1966-1968), Laurimba

Saragih ( 1968-1974 ), Sanggup Kateran ( 1974-1979), MJT Sihotang ( 1979-

1984), Djabanten Damanik ( 1984-1989), Zulkifli Haarahap ( 1989-1994), Abu

Hanifah ( 1994-1999), Marsal Hutagalung ( Pelaksana Walikota mulai Juni 1999-

Jaanuari 2000), Makmur Saleh Pasaribu ( Pelaksana Walikota Januari-Juni 2000) . pada tahun 2005 berlangsung pemilihan kepala daerah pertama secara langsung oleh rakyat Siantar di Pematang siaantar dan terpilih Walikota/Wali Walikota , RE

Siahaan/Imal Raya Harahap, untuk periode ( 2005-2010). Dan terakhir pada saaat buku ini diselesaikan , Pematang Siantar dipimpin oleh pemenang pilkada

Universitas Sumatera Utara pasangan Hulman Sitorus dan Koni Ismail Siregar menjadi Walikota/Wakil

Waliota Pematang Siantar periode 2010-2015.20

2.2. Tugas, Fungsi Dan Struktur Organisasi Pemerintah Kota Pematang

Siantar

Pemerintah Kota Pematang Siantar dipimpin oleh seorang walikota

Pematang Siantar dan wakil walikota. Yang mana masa jabatannya dalam satu periode adalah lima tahun dan dapat dipilih kembali pada periode berikutnya melalui pilkada, dan hanya dapat dipilih selama dua periode. Adapun tugas-tugas walikota dan wakil walikota secara ringkas adalah:

1. Memimpin jalannya pemerintahan kota pematang siantar 2. Membuat kebijakan-kebijakan

Walikota dan wakil walikota melimpahi sebagian wewenangnya kepada

Sekretariat Daerah (Sekda) untuk menjalankan tugas-tugas kepala daerah dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan dinas daerah dan lembaga teknis daerah. Adapun tugas – tugas Sekda diantaranya adalah Penyusunan kebijakan pemerintah daerah, Pengkoordinasian pelaksanaan tugas dinas daerah dan lembaga teknis daerah, Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pemerintah daerah, dan Pembinaan administrasi dan aparatur pemerintah daerah

Tugas-tugas Sekda dibantu oleh para asisten kepala dinas dan kepala badan di lingkungan kota Pematangsiantar, yang terdiri dari tiga asisten, tiga belas dinas,

20Ibid.hal188.

Universitas Sumatera Utara sepuluh badan, dua kantor, Satuan Polisi Pamong Praja, Inspektorat, RSUD, sekretariat DPRD dengan rincian sebagai berikut :

1) Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat

Untuk asisten pemerintahan dan kesejahteraan rakyat membawahi 4 bagian

yaitu:

a) Bagian Administrasi Pemerintahan Umum, b) Bagian Adnibistrasi Kesejahteraan Rakyat, c) Bagian Administrasi Kemasyarakatan, dan d) Bagian Humas dan Prokoler.

2) Asisten Administrasi Perekonomian Pembangunan

Untuk asisten administrasi perekonomian pembangunan membawahi 2 bagian yaitu;

a) Bagian Administrasi Perekonomian, dan b) Bagian Administrasi Pembangunan.

3) Asisten Administrasi Umum

Untuk asisten administrasi umum membawahi 4 bagian yaitu:

a) Bagian Hukum dan Perundang-undangan b) Bagian Organisasi, Tata Laksana, dan Administrasi Pengangkatan Aparat, c) Bagian Administrasi Keuangan dan Asset d) Bagian Administrasi Umum dan Perlengkapan.21

21 http://pematangsiantarkota.go.id/statis-9/struktur-organisasi.html

Universitas Sumatera Utara 4) Dinas-dinas Dinas-dinas yang terbagi oleh: a) Dinas Pendidikan, b) Dinas Kesehatan, c) Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, d)

Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika, e) Dinas Pekerjaan Umum, f)

Dinas Koperasi dan Usaha Mikrokecil dan Menengah, g) Dinas Pemuda,

Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata, h) Dinas Pendapatan, Pengelolaan

Keuangan dan Asset Daerah, i) Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, j)

Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan, k) Dinas Perikanan dan Peternakan, l) Dinas Pertambangan dan Energi, m) Dinas Perindustrian dan Perdagangan,

5) Badan-badan

Untuk Badan terbagi oleh: a) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; b) Badan Kesatuan Bangsa, politik dan Perlindungan Masyarakat, c) Badan Lingkungan Hidup, d) Badan Ketahanan

Pangan dan Penyuluhan, e) Badan Penelitian Pengembangan dan Statistik, f)

Badan Pemberdayaan Masyarakat, g) Badan Pemberdayaan Perempuan dan

Keluarga Berencana, h) Badan Investasi dan Penanaman Modal Daerah, i) Badan

Pelayanan Perizinan Terpadu, j) Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan ,

(6 Kantor Satuan Polisi Pamong Praja, 7) Kantor Perpustakaan, Arsip dan

Dokumentasi, 8) Inspektorat, 9) Rumah Sakit Umum Daerah dr. Djasamen

Saragih, 10) Sekretariat DPRD. Diatas adalah Struktur Organisasi Pemerintah

Kota Pematangsiantar yang berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2011

Universitas Sumatera Utara tentang Susunan Organisasi dan tata kerja Sekretariat Daerah, Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah dan Staf ahli Walikota kota Pematangsiantar.22

22 Peraturan Daerah KotaPematangsiantar Nomor 3 Tahun 2011.

Universitas Sumatera Utara 2.3. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Sekretariat Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Kota Pematang Siantar

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah sebagaimana yang dimaksud dengan undang-undang nomor 17 tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat,

Dewan Perwakilan Daerah dan Perwakilan Rakyat Daerah, dan undang –undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah pengganti undang-undang nomor 2 tahun 2014 tentang perubahan atas undang undang nomor 23 tahun 2014.

DPRD kota Pematangsiantar merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah Kota

Pematangsiantar yang mempunyai fungsi, yaitu pembentukan Perda, Anggaran dan Pengawasan.

Adapun yang menjadi tugas dan wewenang DPRD Kota Pematangsiantar yaitu :

1. Membentuk Perda kota bersama Walikota Pematangsiantar

2. Membahas dan memberikan persetujuan rancangan peraturan

daerah mengenai APBD yang diajukan oleh Walikota

3. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah

dan APBD kota Pematangsiantar

Universitas Sumatera Utara 4. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Walikota kepada

Menteri melalui Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat untuk

mendapatkan pengesahan pengangkatan dan pemberhentian

5. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah

daerah kota pematangsiantar terhadap rencana perjanjian

internasional di daerah

6. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama internasional

yang dilakuka oleh pemerintah daerah kota pematangsiantar.

7. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban Walikota

Pematangsiantar dalam penyelengaraan pemerintah kota

Pematangsiantar.

8. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama dengan

daerah lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat

dan Daerah.

9. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam

ketentuan peraturan perundangan-undangan.

Anggota DPRD adalah mereka yang telah memenuhi pesyaratan tetentu dan telah diresmikan keangotaanya melalui pengambilan sumpah atau janji berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku.23 Fungsi DPRD adalah legislasi, anggaran, dan pengawasan yang dijalankan dalam kerangka representasi rakyat. DPRD sebagai lembaga legislatif merupakan lembaga perimbangan

23 Deddi supridi bratakusuma ph.d.Dadang Solihin M.A.2004.Otonomi penyelenggaraan pemerintah daerah..Jakarta:Gramedia PustakaUtama

Universitas Sumatera Utara terhadap kekuasaan eksekutif yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah provinsi. DPRD provinsi terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan umum.

FUNGSI DPRD

FUNGSI FUNGSI FUNGSI

PEMBENTUKAN PENGANGGARAN PENGAWASAN PERDA

KELEMBAGAAN

Gambar 2. Bagan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Secara umum fungsi utama legislatif adalah terkait dengan kebijakan publik yang mewakili kepentingan masyarakat dan kewenangan atau kekuaasaan itu tentunya bervariasi antara sistem politik yang satu dengan yang lainnya. Dan kewenangan itu salah satunya meliputi pengawasan terhadap eksekutif, melaukan penyelidikan mengubah, memilih dan memberikan pandangan perundang undangan yang berkaitan dengan kepentingan publik.24

24 ,Hassel Nogi S Tangkilisan.2005 Manajemen public.Jakarta: grasindo.

Universitas Sumatera Utara Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sangatlah berperan penting dalam

proses penyusunan APBD ini, karena selain terlibat dalam politik anggaran daerah

DPRD juga berperan dalam melakukan pengawasan terhadap pemerintah daerah

(eksekutif)

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Sekretaris DPRD Mahadin Sitanggang, SH 196108121981011001 Pembina Tk I(IV/b)

Bagian Umum Bagian Keuangan Bagian Hukum Bagian Risalah dan Persidangan Ruskini Purba Wanden Siboro,SH 196404011986112001 196212311982031074 Heppy Purba. S.H Kornel Sitanggang SH

Sub Bagian Tata Usaha Sub Bagian Anggaran Sub Bagian Hukum dan Sub Bagian Risalah Susi Arlina Suhani ,SP Perundang Undangan Rumiris H 1966806171989032002 197704162007012002 Doharni Bunga Raya Sihombing, S.IP Sijabat, SH,M.Hum 198008112010012021 197701192006042003 Sub Bagian Rumah Tangga Sub Bagian dan Perlengkapan Perbendaharaan Sub Bagian Fasilitas Isum Parlan Sihaloho Imlek P Sinaga ,SE Sub Bagian Humas dan Rapat 196510071991031002 197802082006041003 Dokumentasi Irwansyah Risma Roida 196310151985031004

Sub Bagian Protokol dan Sub Bagian Pelaporan dan 1964082211986022002Nap itupulu Sub Bagian perjalanan dinas Pendataan Santo Simanjuntak SH Junita kemil, S.Sos Persidangan Berliana Lbn Tobing 197705052009012001 Sub Bagian Eksaminasi t 196660708198903200 Antoni Pandapotan 3 Panjaitan, S.Sos 197004042005021001

Gambar 3. Bagan struktur organisasi Sekretariat Dewan Perwkilan Rakyat Daerah kota Pematangsiantar

Universitas Sumatera Utara Dalam proses penyusunan anggaran pendapatan belanja daerah pemerintah daerah beserta dewan perwakilan rakyat daerah bekerja sama untuk menghasilkan rancangan anggaran yang tepat. Hal ini dilakukan agar seluruh anggaran yang telah ditetapkan dapat dipergunakan secara tepat sasaran yaitu untuk kepentingan masyarakat. Jika hal tersebut telah tercapai maka maka tugas fungsi dan wewenang aparatur pemerintah terkait bisa dikatakan berjalan dengan sesuai harapan masyarkat, namun sebaliknya jika kedua lembaga tersebut gagal menghasilkan kebijakan anggaran yang tepat maka akan menimbulkan pertanyaan ditengah tengah masyarakat tentang bagaimana sebenarnya proses penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah itu sendiri.

Universitas Sumatera Utara BAB III POLITIK ANGGARAN : PROSES PEMBUATAN APBD KOTA PEMATANG SIANTAR PADA TAHUN 2015

3.1. Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Daerah Dengan Kebijakan Pemerintah Pusat

Dalam hal pembuatan APBD pada tahun 2015 pemerintah daerah beserta

DPRD harus bersinergi secara efektif untuk menghasilkan rancangan/fondasi kegiatan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah. Setiap bentuk kegiatan yang dirumuskan haruslah memerhatikan aspek aspek kebijakan publik yang bersifat prioritas. Sehingga setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah yang dimasukkan dalam APBD dapat langsung menyentuh kepentingan masyarakat luas. Sebelum membahas tentang proses pembuatan APBD kota Pematangsiantar pada tahun 2015, berikut adalah beberapa uraian pedoman dalam penyusunan

APBD pada tahun 2015.

Untuk pembuatan APBD tahun 2015 pemerintah kota Pematangsiantar mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 37

Tahun 2014 Tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah Tahun Anggaran 2015.25 Selain itu ada lagi yang menjadi pedoman bagi pemerintah daerah tersendiri dalam melaksanakan strategi pemerintahan, dimana pemerintah di harapkan mampu untuk mensinergikan kebijakan pemerintah daerah dengan pemerintah pusat. Dalam peraturan presiden nomor 43 tahun 2014

25 Peraturan menteri dalam negeri No.37 tahun 2014

Universitas Sumatera Utara tentang rencana kerja pemerintah tahun 2015 dijelaskan bahwa tema rencana kerja pemerintah (RKP) tahun 2015 adalah Melanjutkan reformasi bagi percepatan pembangunan ekonomi yang berkeadilan.26

Berdasarkan tema tersebut di atas ,dalam RKP tahun 2015 dan Peraturan

Menteri dalam negeri nomor 27 tahun 2014 tentang pengadilan, pengendalian dan evaluasi rencana kerja pemerintah daerah tahu tahun 2015 terdapat 9 (Sembilan) bidang pembangunan sesuai undang undang nomor 17 tahun 2007 tentang rencana pembangunan jangka panjang nasional 2005-2025, dengan isu-isu strategis pada masing-masing bidang yang dintaranya adalah;

1. Bidang sosial budaya dan kehidupan beragama yang meliputi:

pengendalian jumlah penduduk, reformasi pembangunan kesehatan,

reformasi pembangunan pendidikan dan sinergi percepatan.

2. Bidang Ekonomi meliputi : tranformasi sektor industry dalam arti luas,

peningkatan daya saing tenaga kerja, peningkatan daya saing UMKM

dan koperasi, peningkatan efisiensi sistem logistik dan distribusi.

3. Bidang ilmu pengetahuann dan teknologi yang meliputi: peningkatan

kapasitas ilmu pengetahuan dan teknologi.

4. Bidang sarana dan prasarana yang meliputi: peningkatan ketahanan

air, penguatan konektivitas nasional, peningkatan ketersediaan

infrastruktur pelayanan dasar.

5. Di bidang politik yaitu: konsolidasi demokrasi

26 Pedoman penyusunan anggaran pendapatan belanja daerah tahun anggaran 2015.hal.2

Universitas Sumatera Utara 6. Bidang pertahanan dan keamanan yaitu, peningkatan ketertiban dan

keamanan dalam negeri

7. Bidang hukum dan aparatur yang meliputi: reformasi birokrasi dan

peningkatan kapasitas kelembagaan publik serta, pencegahan dan

pemberantasan korupsi

8. Bidang wilayah dan tata ruang yang meliputi: pembangunan daerah

tertinggal dan perbatasan, pengelolaan resiko bencana dan sinergi

pembangunan pedesaan.

Adapun sinkronisasi ini dilakukan dengan tujuan mempercepat pencapaian tujuan pembangunan nasional dan daerah, karena anggaran yang dikeluarkan pemerintah untuk pembangunan harus menunjukkan hasil yang nyata bagi masyarakat. Proses sinkronisasi yang dimaksud adalah menentukan garis kesesuaian antara kegiatan-kegiatan yang tertuang didalam anggaran daerah dengan kegiatan yang tertuang didalam APBN

Untuk itu pemerintah provinsi dan pemerintah kota harus mendukung tercapainya sasaran dan bidang bidang pembangunan nasional tersebut sesuai dengan potensi dan kondisi masing masing daerah, mengingat keberhasilan pencapaian dan sasaran dan bidang-bidang pembangunan nasional dimaksud sangat tergantung pada sinkronisasi kebijakan antara pemerintah provinsi dengan pemerintah pusat dan antara pemerintah kabupaten/kota dengan pemerintah provinsi yang kemudian dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah

(RKPD).

Universitas Sumatera Utara Sinkronisasi kebijakan pemerintah daerah dan pemerintah lebih lanjut dituangkan dalam Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan rancangan

Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) yang disepakati antara pemerintah daerah dengan DPRD sebagai dasar dalam penyusunan Rancangan

Peraturan Daerah tentang APBD tahun anggaran 2015.27 KUA dan PPAS pemerintah provinsi tahun anggaran 2015 berpedoman pada RKPD provinsi tahun

2015 yang telah di sinkronisasikan dengan RKP tahun 2015, sedangkan KUA dan

PPAS pemerintah kabupaten/kota berpedoman pada RKPD kabupaten/kota tahun

2015 yang telah disinkronisasikan dengan RKP tahun 2015 dan RKPD provinsi tahun 2015.

Hasil sinkronisasi kebijakan tersebut dicantumkan pada PPAS sesuai

Peraturan Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan

Peraturan Menteri Dalam Negeri No.21 Tahun 2011 tentang perubahan kedua tentang Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah.

Dalam hal pembuatan APBD 2015 pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota harus berupaya mendukung pertumbuhan pembangunan nasional sesuai dengan potensi dan kondisi daerahnya masing masing, selain itu keberhasilan akan target yang ditujukan tadi juga tidak terlepas dari sinkronisasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah provinsi serta pemerintah

27 Ibid hal. 3

Universitas Sumatera Utara kabupaten/kota dengan provinsi yang kemudian akan dituangkan dalam Rencana

Kerja Pemerintah Daerah.

3.2. Prinsip Dan Kebijakan Dalam Penyusunan APBD

Dalam pembuatan APBD tahun 2015 pemerintah daerah beserta tim anggaran harus mempunyai acuan dan prinsip yang jelas serta berdasarkan hukum dan perundang undangan yang berlaku. Hal ini menjadi penting karena Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah adalah fundasi dalam setiap program kegiatan pemerintah dalam satu tahun, sehingga diwajibkan sesuai dengan prinsip tersebut dalam rangka tercapainya kinerja pemerintah daerah yang efektif. Penyusunan

APBD Tahun Anggaran 2015 didasarkan prinsip sebagai berikut:

a. Sesuai dengan kebutuhan penyelengaraan pemerintah daerah berdasarkan

urusan dan kewenangannya;

b. Tepat waktu, sesuai dengan tahapan dan jadwal yang telah ditetapkan

dalam peraturan perundang undangan;

c. Transparan, untuk memudahkan masyarakat mengetahui dan mendapatkan

akses informasi seluas luasnya tentang APBD;

d. Partisipatif, dengan melibatkan masyarakat;

e. Memperhatikan asas keadilan dan kepatutan; dan

f. Tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan yang lebih

tinggi dan peraturan daerah lainnya.

Universitas Sumatera Utara Sedangkan kebijakan yang perlu mendapat perhatian pemerintah daerah dalam penyusunan APBD Tahun Anggaran 2015 terkait dengan pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah adalah sebagai berikut:

1. Pendapatan daerah

Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran

2015 merupakan perkiraan yang terukur secara rasional dan memiliki

kepastiaan serta dasar hokum penerimaanya.

a. Pendapatan Asli Daerah

Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari PAD

diantaranya adalah:

• Peraturan daerah tentang pajak dan retribusi daerah yang

berpedoman pada undang undang No.28 Tahun 2009 dan

Peraturan Pemerintah No.97 Tahun 2012 yang mengatur

retribusi pengendalian lalu lintas dan retribusi perpanjangan

izin tenaga kerja asing.

• Pendapatan yang bersumber dari pajak kendaraan bermotor

paling sedikit 10% termasuk yang dibagihasilkan pada

kabupaten/kota, yang dialokasikan untuk pemeliharaan

jalan dan peningkatan transformasi umum.

• Pendapatan yang bersumber dari Pajak Rokok, baik bagian

provinsi maupun kabupaten/kota, dialokasikan paling

Universitas Sumatera Utara sedikit 50% untuk mendanai pelayanan kesehatan

masyarakat.

• Penganggaran hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan dengan memperhatikan rasionalitas dengan

memperhitungkan nilai kekayaan daerah yang dipisahkan

dan memperhatikan perolehan manfaat ekonomi.

• Penganggaran lain lain PAD yang sah , yang diantaranya

adalah pendapatan hasil pengelolaan dana bergulir sebagai

salah satu bentuk investasu jangka panjang. b. Dana perimbangan

Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari dana

perimbangan memperhatikan hal hal sebagai berikut:

• Penganggaran Dana Bagi Hasil, pendapatan DBH-Pajak

yang terdiri atas DBH-Pajak Bumi dan Bangunan, Cukai

hasil tembakau serta Pendapatan Dana Bagi Hasil Sumber

Daya Alam yang meliputi DBH-Kehutanan, Pertambangan

Umum, Perikanan, Minyak dan Gas Bumi.

• Penganggaran Dana Alokasi Umum, DAU dialokasikan

sesuai peraturan Presiden tentang Dana Alokasi Umum

Daerah Provinsi, Kabupaten/kota tahun anggaran 2015.

Dan apabila peraturan presiden , surat edaran menteri

Universitas Sumatera Utara keuangan belum juga diterbitkan maka penganggaran DAU

tersebut berdasarkan alokasi tahun anggaran 2014.

• Penganggaran dana alokasi khusus (DAK), DAK

dianggarakan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan

tentang alokasi DAK tahun 2015. Jika peraturannya belum

ditetapkan maka peganggarannya didasarkan pada Surat

edaran kementerian keuangan setelah rancangan undang

undang tentang APBN Tahun 2015 disetujui bersama

pemerintah dan DPR-RI.

c. Lain lain pendapatan daerah yang sah, penganggaran ini

diantaranya adalah penganggaran dana Bantuan Operasional

Sekolah sesuai dengan peraturan menteri keuangan, penganggaran

tunjangan profesi guru serta penganggaran Dana otonomi Khusus.

2. Belanja Daerah

Belanja daerah harus digunakan untuk pelaksanaan urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi dan

pemerintah kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan

pilihan yang berdasarkan peraturan perundang-undangan. Belanja

penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan

meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi

kewajiban daerah.

Universitas Sumatera Utara Pelaksanaan urusan wajib dimaksud berdasarkan standar pelayanan minimal (SPM) yang telah ditetapkan. Pemerintah daerah menetapakan target capaian kinerja setiap belanja, baik dalam konteks daerah, satuan kerja perangkat daerah, maupun program dan kegiatan, yang bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran dan memperjelas efektifitas dan efisiensi penggunaan anggaran. Program dan kegiatan harus memberikan informasi yang jelas dan terukur serta memiliki korelasi langsung dengan keluaran yang diharapakan dari program dan kegiatan dimaksud ditinjau dari aspek indicator, tolak ukur dan target kinerjanya. Untuk belanja daerah terdiri dari belanja tidak langsung, dan belanja langsung.

• Belanja tidak langsung, penganggaran belanja tidak

langsung memperhatikan hal yang diantaranya belanja

pegawai, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah dan

bantuan sosial, belanja bagi hasil pajak, belanja bantuan

keuangan serta belanja tidak terduga.

• Belanja langsung, penganggaran belanja langsung dalam

rangka melaksanakan program dan kegiatan pemerintah

daerah memperhatikan hal yang diantaranya adalah,

penganggaran belanja langsung dalam APBD dgunakan

untuk urusan pemerintah daerah. Penganggaran belanja

langsung dituangkan dalam bentuk kegiatan yang

Universitas Sumatera Utara manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat

dalam rangka peningkatan pelayanan publik, belanja

pegawai, belanja barang dan jasa, belanja modal serta

surplus/defisit APBD.

3. Pembiayaan daerah, yang meliputi:

• Penerimaan pembiayaan, penganggaran sisa lebih

perhitungan anggaran tahun sebelumnya (silpa) yang

didasarkan pada perhitungan yang cermat dan rasional,

Dalam menetapkan anggaran penerimaan pembiayaan

yang bersumber dari pencairan dana cadangan,

penerimaan kembali dana bergulir dianggarkan dalam

APBD pada akun pembiayaan daerah, Pemerintah

provinsi dan kabupaten/kota dapat melakukan pinjaman

daerah berdasarkan peraturan perundang undangan

• Pengeluaran pembiayaan, dalam rangka pemberdayaan

msyarakat pemerintah daerah dapat menganggarkan

investasi jangka panjang non permanen dalam bentuk dana

bergulir, penyertaan modal pemerintah daerah pada badan

usaha milik Negara/daerah yang ditetapkan dalam

perundang undangan.

• Sisa lebih pembiayaan ( SILPA ) tahu berjalan, dalam hal

perhitungan penyusunan rancangan APBD menghasilkan

Universitas Sumatera Utara silpa tahun berjalan positif, pemerintah daerah harus

memanfaatkannya untuk penambahan program dan

kegiatan prioritas yang dibutuhkan. Dalam hal perhitungan

silpa tahun berjalan negatif, pemerintah daerah melakukan

bahkan penghapusan pengeluaran pembiayaan yang bukan

merupakan prioritas utama.

Demikianlah bagaimana prinsip dan kebijakan yang menjadi perhatian

pemerintah dalam pembuatan APBD tahun 2015. Hal tersebut diatas menjadi

penting karena dalam pembuatan APBD pemerintah daerah beserta tim anggaran

harus berupaya memanfaatkan dana tersedia yang sifatnya terbatas untuk

kepentingan masyarakat luas. Serta dengan mengikuti seluruh aturan yang sudah

ditetapkan dalam rangka menciptaka suatu pola pemerintahan yang baik,

transparan serta memihak kepada rakyat.

3.3. Proses penyusunan APBD Kota Pematangsiantar Pada Tahun 2015

Sebelum membahas mengenai proses pembuatan APBD perlu diketahui

bahwa penetapan APBD itu sendiri harus tepat waktu yaitu paling lambat tanggal

31 Desember 2014 sebagaimana diatur dalam pasal 116 ayat 2 Permedagri No.13

Tahun 2006 yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.21

Tahun 2011. Hal ini menjadi penting untuk mendorong percepatan pertumbuhan

pembangunan oleh pemerintah daerah melalui program program yang

dilaksanakan dalam satu tahun anggaran.

Universitas Sumatera Utara Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah daerah harus memenuhi jadwal proses penyusunan APBD mulai dari penyusunan dan penyampaian rancangan

KUA dan PPAS yang telah disepakati bersama akan menjadi dasar bagi pemerintah daerah untuk menyusun, menyampaikan dan membahas rancangan

APBD Tahun Anggaran 2015 antara pemerintah daerah dengan DPRD sampai dengan tercapainya persetujuan bersama antara keduanya tentang rancangan peraturan daerah (Ranperda) tentang APBD, paling lambat tanggal 30 November

2014 sebagaimana diatur dalam Permedagri No.21 Tahun 2011. Berikut adalah tahapan dalam pembuatan APBD:

PROSES PENYUSUNAN APBD Bagan 3.1.

1. Penyusunan RKPD

2. Penyampaian Rancangan KUA dan PPAS oleh ketua TAPD kepada kepala daerah

3. Penyampaian rancangan KUA dan PPAS oleh Kepala Daerah kepada DPRD

4. Kesepatan antara kepala daerah dan DPRD atas rancangan KUA dan PPAS

5. Penerbitan Surat Edaran kepala daerah perihal pedoman penyusunan RKA-SKPD dan RKA-PPKD

6. Penyusunan dan pembahasan RKA-SKPD dan RKA-PPKD serta penyusunan Ranperda APBD

7. Penyampaian rancangan Perda tentang APBD kepada DPRD

Universitas Sumatera Utara

PROSES PENYUSUNAN APBD

Bagan 3.2. 8. pengambilan persetujuan bersama DPRD dan Kepala Daerah

9. menyampaikan rancangan perda tentang APBD dan rancangan perkada tentang penjabaran APBD kepada kepala daerah untuk dievaluasi

10. Hasil evaluasi RANPERDA APBD dan Rancangan Perkada tentang penjabaran APBD

11. Penyempurnaan RANPERDA APBD dengan hasil evaluasi yang ditetapkan dengan keputusan pimpinan DPRD tentang penyempurnaan rancangan perda tentang APBD

12. penyampaian keputusan DPRD tentang penyempurnaan RANPERDA APBD kepada kepala daerah

13. penetapan Perda tentang APBD dan perkada tentang penjabaran APBD sesuai dengan hasil evaluasi

14. penyampaian perda tentang APBD dan Perkada tentang penjabaran APBD kepada kepala daerah

Beberapa tahapan diatas adalah langkah yang ditempuh pemerintah kota

Pematangsiantar bersama tim anggaran dalam rangka menyusun APBD tahun anggaran 2015. Untuk merumuskan APBD yang tepat pemerintah daerah harus terlebih dahulu melakukan penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah

(RKPD), dimana didalam RKPD ini akan diituangkan kebijakan kebijakan yang bersifat luas dengan memperhatikan sinkronisasi dengan pemerintah atasan.

Prinsip, kebijakan serta teknis penyusunan APBD serta hal hal khusus lainnya dituangkan dalam perundang-undangan yang berlaku serta menjadi pedoman

Universitas Sumatera Utara pemerintah kota pematangsiantar dalam membuat APBD kota Pematangsiantar tahun 2015. Berikut adalah pembahasan dari masing masing tahapan tersebut diatas;

3.1.5. Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

Pada tahap ini pemerintah kota Pematangsiantar akan merumuskan rencana kerja yang akan dilakukan dengan mengagendakan kebijakan kebijakan yang bersifat umum. Tentunya rencana yang dihasilkan akan disinkronisasikan dengan

RKP-Nasional dimana didalamnya juga terdapat rancangan otonomi dan pengembangan daerah. RKPD adalah dokumen yang disusun sendiri oleh kepala daerah yang berisikan seluruh rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam satu tahun anggaran.

Dalam penyusunan RKPD ini pemerintah kota Pematangsiantar juga dibantu oleh Badan Perencanaan Pengembangan Daerah (BAPPEDA) dimana badan ini merupakan pihak yang berperan penting dengan urusan pembangunan dan pengembangan daerah, sekaligus sebagai penanggung jawab atas tim yang menyusun RKPD. Hal ini juga tertuang pada Permedagri 54 Tahun 2010 yang berisikan tentang peraturan pemerintah dalam melaksanakan penyusunan, pengendalian serta evaluasi dalam pelaksanaan perencanaan pengembangan daerah28. Maka dari itu pada tahap penyusunan RKPD ini akan lebih tepat rancangan yang dihasilkan dengan pengikut sertaan Bappeda itu sendiri.

28 Permendagri 54 Tahun 2010

Universitas Sumatera Utara Pada umumnya dokumen perencanaan ini berisikan kepentingan kepentingan masyarakat yang bersifat umum. Hal ini dikarenakan RKPD adalah suatu formulasi dasar program yang sekaligus menampung aspirasi dari masyarakat luas yang berasal dari musyawarah warga. Ini juga lah yang mendasari mengapa proses pembuatan APBD kota Pematangsiantar tersebut harus melakukan musrenbang sebagai dasar. Proses penyerapan aspirasi masyarakat tersebut dilakukan melalui Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) yang dilaksanakan jauh hari sebelum waktu penyusunan Rencana Kerja Pemerintah

Daerah (RKPD).29

Adapun musrenbang merupakan forum multi pihak yang sifatnya terbuka yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam rangka menampung aspirasi masyarakat secara langsung serta dikomunikasikan lagi dengan pemerintah , atau dengan kata lain musrenbang merupakan kesempatan bagi beberapa pihak untuk melakukan negosiasi kepentingan masing masing.30 Inilah yang mendasari mengapa musrenbang tersebut ikut serta dalam memengaruhi proses penyusunan

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

Proses penyusunan program kerja oleh pemerintah kota Pematangsiantar dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku, dimana RKPD yang dihasilkan harus mengacu pada RKP Nasional agar tercipta suatu perencanaan pengembangan daerah secara serentak dan massif. Begitu juga dengan pemerintah

29 Hasil wawancara dengan Sekwan DPRD kota Pematangsiantar 30Nurcholis hanif. 2009. Perencanaan partisipatif pemerintah daerah,Jakarta.Grasindo,hal 128

Universitas Sumatera Utara provinsi harus melakukan penyesuaian terlebih dahulu dengan pemerintah pusat, sehingga akan terbentuk suatu pola hubungan komunikasi antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota dengan harapan percepatan pertumbuhan dan pembangunan dalam skala nasional serta turut serta meminimalisir ketimpangan pembangunan antara pemerintah pusat dan daerah.

3.1.6. Penyampaian Rancangan, Evaluasi Serta Penetapan KUA dan

PPAS Oleh TAPD, Kepala Daerah Dan DPRD

Setelah rancangan RKPD dievaluasi bersama dengan DPRD kota

Pematangsiantar maka rancangan tersebut akan disepakati hingga dokumen tersebut akan dijadikan pedoman untuk tahap berikutnya yaitu penyusunan KUA.

KUA (Kebijakan Umum Anggaran) APBD Pematangsiantar Tahun Anggaran

2015 merupakan pedoman dalam menyusun (Prioritas Plafon Anggaran

Sementara) PPAS yang mempedomani RKPD 2015 dan rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) kota Pematangsiantar tahun 2010-2015.

Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) APBD Tahun Anggaran 2015 dilakukan melalui pengelolaan dan penatausahaan keuangan daerah yang semakin baik.

Penyusunan KUA APBD kota Pematangsiantar 2015 berpedoman pada

Peraturan Pemerintah No.58 Tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah yang dalam pelaksanaanya berpedoman kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri

13 Tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah serta Permedagri

Universitas Sumatera Utara 37 Tahun 2014 tentang pedoman penyusunan APBD tahun 2015. KUA APBD kota Pematangsiantar memuat kondisi ekonomi makro daerah pematngsiantar, asumsi penyusunan APBD, kebijakan belanja, pembiayaan dan pendapatan daerah.31

Dalam pembahasan KUA APBD kota Pematangsiantar dapat disepakati bahwa angka angka yang disajikan masih dalam pagu sementara, untuk penyesuaian atas dinamika dan proyeksi angka angka ataupun dana transfer nantinya akan disesuaikan kembali melalui peraturan yang berlaku.

Pada dasarnya KUA kota Pematangsiantar merupakan suatu rancangan program yang berisikan kebijakan secara luas dan umum, serta tidak bersifat detail dan terperinci. Hal ini sesuai dengan ketentuan Permedagri No.13 Tahun

2006 dan terakhir kali diperbaharui dengan Permendagri No.21 Tahun 2011.

Adapun beberapa kebijakan yang terdapat pada Kebijakan Umum Anggaran

(KUA) kota Pematangsiantar tahun 2015 diantaranya adalah:

1. Kerangka ekonomi makro daerah, yang meliputi perkembangan

indikator ekonomi makro kota Pematang siantar tahun sebelumnya

2. Rencana target ekonomi makro kota Pematangsiantar tahun 2015

3. Asumsi asumsi dasar dalam penyusunan Rancangan Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah kota Pematangsiantar tahun 2015

4. Kebijakan pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah

31 Kebijakan umum anggaran APBD kota pematangsiantar tahun anggaran 2015,hal 2

Universitas Sumatera Utara 5. Surplus dan defisit anggaran yang berisikan selisih antara pendapatan

dan belanja daerah yang bertujuan untuk memproyeksikan rancangan

anggaran pendapatan dan belanja daerah tahun 2015.

Adapun tujuan penyusunan dari Kebijakan Umum Anggaran kota

Pematangsiantar (KUA) Tahun Anggaran 2015 adalah menyediakan dokumen perencanaan anggaran tahunan yang memuat gambaran kondisi ekonomi makro daerah, sebagai pedoman dalam penyusunan PPAS , memberikan arah bagi pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan agar berhasil, mengoptimalkan pelaksanaan APBD, serta meningkatkan koordinasi antara eksekutif dan legislatif dalam memantapkan penyusunan perencanaan pembangunan dan pengalokasian anggaran yang transparan dan akuntabel. Untuk penyusunan KUA itu sendiri diatur dalam Undang Undang No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dimana yang terakhir diperbaharui adalah Undang Undang No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

Sedangkan penyusunan Prioritas Plafon Anggaran Sementara APBD kota

Pematangsiantar adalah untuk menindak lanjuti dokumen perencanaan yang tertuang dalam RKPD dan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Kota

Pematangsiantar tahun anggaran 2015. Untuk menjabarkan kembali Kebijakan

Umum Anggaran (KUA) maka pemrintah bersama tim anggaran menyusun rancangan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) yang menggambarkan program dan kegiatan yang akan dibiayai dari Anggaran Pendapatan Belanja

Daerah kota Pematangsiantar Tahun Anggaran 2015. Secara bertahap seleksi

Universitas Sumatera Utara usulan kegiatan dari SKPD akan terus ditingkatkan kualitasnya. Pada saat penyusunan PPAS ini oleh pemerintah kota Pematangsiantar, akan terjadi proses eavaluasi yang dilakukan oleh DPRD kota Pematangsiantar dalam rangka menjamin prioritas setiap kegiatan yang direncanakan oleh pemerintah

Penentuan Prioritas Plafon Anggaran Sementara tersebut dilandaskan pada pencapaian target sebagaimana yang telah ditetapkan dalam RPJMD kota

Pematangsiantar tahun 2010-2015, dan dalam rangka mengatasi dan menyelesaikan persoalan bersama yaitu Pro poor, Pro job dan Pro growth serta

Pro environment yang menjadi kewenangan daerah dan seiring dengan program prioritas pembangunan Sumatera Utara dan Prioritas Pembangunan Nasional.32

Penyusunan rencana penganggaran merupakan proses penyusunan program, kegiatan beserta rencana pendanaannya yang secara sistematis menunjukkan alokasi sumberdaya manusia, materil dan sumberdaya lainnya.

Pemerintah kota Pematangsiantar dalam melaksanakan rencana anggaran telah menetapkan sistem Anggaran Berbasis Kinerja (ABK) yang merupkan instrument atau alat pengukur dan pertanggung jawaban atas kinerja pemerintah.

Guna untuk mendapatkan program kegiatan dalam prioritas dan plafon anggaran sementara sebagaimana yang diharapkan maka dilaksanakan tahapan sebagai berikut:

a. Menetukan urusan wajib dan urusan pilihan untuk menunjang prioritas,

b. Menetukan program kegiatan yang mendukung pencapaian target kinerja,

32 Prioritas dan plafon anggaran sementara (PPAS) APBD kota pematangsiantar T.A. 2015.hal 3

Universitas Sumatera Utara c. Menetukan program kegiatan yang menunjang pencapaian program

prioritas berdasarkan RENJA atau usulan program kegiatan SKPD,

d. Menyusun plafon anggaran sementara untuk masing masing program

kegiatan berdasarkan hasil kinerja yang diraih dan sesuai dengan

kemampuan keuangan daerah,

e. Mengidentifikasi program yang memiliki utilitas tinggi dan memiliki

multiplayer effect yang terkait dengan pencapaian prioritas pembangunan,

serta mengidentifikasi program kegiatan dalam rangka penyediaan fasilitas

umum dan sosial serta fasilitas yang mampu untuk mendorong

pertumbuhan ekonomi.

Dengan demikian tahapan sebagaimana diatas diharapkan penetuan prioritas dan plafon anggaran sementara APBD kota Pematangsiantar Tahun Anggaran 2015 dapat memenuhi beberapa kriteria dalam pengelolaan keuangan daerah seperti azas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat yang dijabarkan oleh

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk dilaksanakan dan mencapai target yang diinginkan.

Sebagaimana tertuang dalam lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri

No.37 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun 2015, substansi

PPAS lebih mengarah kepada pembangunan daerah yang dikaitkan dengan sasaran yang ingin dicapai termasuk program prioritas dari SKPD terkait. PPAS juga menggambarkan pagu anggaran sementara dari masing masing SKPD berdasarkan program dan kegiatan prioritas dalam RKPD. Maka dari itu PPAS

Universitas Sumatera Utara APBD kota Pematangsiantar yang disusun oleh pemerintah kota terdapat anggaran sementara untuk masing masing SKPD sekota Pematangsiantar serta rincian kegiatan-kegiatan mengarah kepembangunan walaupun masih dalam skala kecil. Selajutnya pagu sementara tersebut lah yang nantinya menjadi dasar pagu defenitif setelah rancangan peraturan daerah tentang APBD ditetapakan bersama antara kepala daerah dan DPRD, hingga rancangan tentang Perda tentang APBD tersebut disahkan oleh kepala daerah menjadi Peraturan Daerah tentang APBD.

Terkait dengan perkembangan pembangunan, kota pematang siantar dalam proses pembuatan APBD tahun anggaran 2015 telah membuat rancangan PPAS yang memuat perihal prioritas dalam pengembangan pelayanan masyarakat, termasuk didalamnya pengembangan fasilitas umum. Hal ini sangat sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang sangat menginginkan pembenahan pada sektor tersebut. Hal hal yang termasuk didalamnya salah satuya adalah perbaikan jalan umum di beberapa tempat ataupun kecamatan, perbaikan saluran irigasi air pertanian, pengadaan penerangan lampu jalan, jembatan antar desa serta perbaikan fasilitas umum lainnya.

Namun melihat berbagai rancangan kegiatan tersebut diatas adalah bahwa rata rata hanyalah kegiatan yang bersifat mikro, kita tidak melihat adanya upanya dalam melakukan suatu kebijakan yang bersifat makro untuk perubahan kota pematangsiantar menjadi lebih berkembang. Selanjutnya terkait dengan rancangan kegiatan yang besifat mikro diatas adalah maka akan memunculkan satu pertanyaan lagi yaitu, bagaimanakah realisasinya ? sebab fakta yang kerap kali

Universitas Sumatera Utara kita temukan adalah berbeda dengan rancangan kegiatan itu sendiri yang telah tertuang pada dokumen perencanaan.

Untuk menjamin konsistensi dan percepatan pembahasan rancangan

KUA/KUPA dan PPAS/PPAS Perubahan kepala daerah harus menyampaikan rancangan keduanya tersebut kepada DPRD kota Pematangsiantar dalam waktu yang bersamaan, maka kepala daerah dan DPRD akan melakukan pembahasan hingga terbentuknya kesepakatan atas rancangan tersebut dalam waktu yang bersamaan. Ini dilakukan agar tercipta keterpaduan substansi antara KUA dan

PPAS/Perubahan dalam penyusunan rancangan APBD kota Pematangsiantar secara efektif.

Secara sistematis tujuan penyusunan Prioritas Plafon Anggaran Sementara tersebut adalah sebagai dasar untuk langkah selanjutnya, yaitu dalam penyusunan

Rencana Kerja Anggaran (RKA) dan rancangan APBD kota Pematangsiantar tahun anggaran 2015. Serta sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan

Pemerintah No.58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 1 ayat 47 menerangkan bahwa secara garis besar penyusunan PPAS adalah susunan dan penetapan prioritas program dan pembangunan serta pengalokasian plafon anggaran sementara berdasarkan RKPD serta penjabaran kebijakan umum anggaran. Selain itu tahapan ini juga akan menjadi pedoman dalam langkah selanjutnya yaitu penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA) serta rancangan

APBD 2015.

Universitas Sumatera Utara 3.1.7. Penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA-SKPD) dan

Rancangan APBD

Setelah KUA dan PPAS telah disepakati bersama oleh tim anggaran maka langkah selanjutnya adalah proses penyusunan RKA (Rencana Kerja Anggaran).

Adapun Rencana Kerja Anggaran (RKA-SKPD) merupakan tahapan dimana pihak pemerintah kota Pematangsiantar akan menyusun dokumen yang berisikan tentang rincian pendapatan, belanja tidak langsung SKPD ( gaji dan tunjangan pegawai ), rincian anggaran belanja langsung menurut program dan kegiatan

SKPD, sedangkan RKA-PPKD merupakan rencana anggaran yang berisikan tentang rincian pendapatan yang berasal dari dana perimbangan serta lain lain pendapatan daerah yang sah, belanja tidak langsung yang diantaranya adalah belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja tidak terduga serta berisikan penerimaan dan pengeluaran pembiayaan.

Pada penyusunan RKA tersebut hingga sampai dihasilkannya DPA

(Dokumen Pelaksanaan Anggaran) pemerintah kota melakukannya tanpa adanya campur tangan dari pihak DPRD. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang berlaku dimana pada saat pembahasan APBD telah sampai pada tahap rincian kegiatan serta jenis belanja (Satuan Tiga) adalah merupakan ranah eksekutif dalam hal ini adalah pemerintah kota Pematangsiantar. Batasan ini kemudian dipertegas sesuai putusan Mahkamah Konstitusi No: 35/PUU-XI/2013 yang membatalkan kewenangan DPR dalam pembahasan APBN secara rinci hingga tingkat kegiatan dan belanja satuan (Satuan Tiga) serta kewenangan dalam pembintangan anggaran

Universitas Sumatera Utara dan memperhatikan hasil sidang kabinet paripurna tanggal 4 juni 2014, sekretaris kabinet menegaskan bahwa para pejabat pemerintah daerah di wajibkan untuk

Mematuhi dan melaksanakan dengan penuh disiplin dan tanggung jawab dalam melaksanakan putusan Mahkamah Konstitusi No: 35/PUU-XI/2013 dalam melaksanakan pembahasan APBD dengan DPRD.

Inilah yang mendasari mengapa pada saat pembahasan RKA ini sampai pada dihasilkannya Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) masing masing

SKPD pemerintah kota pematangsiantar melakukannya tanpa adanya campur tangan dari DPRD, tetapi pada saat untuk mendapatkan persetujuan bersama baru akan melibatkan DPRD kota Pematangsiantar. Adapun Dokumen Pelaksanaan

Anggaran (DPA) APBD kota pematangsiantar merupakan dokumen per SKPD yang sebagian berisikan rincian kegiatan dan jenis belanja ( satuan tiga) yang akan dilaksanakan oleh SKPD terkait.

Sebagaimana dengan yang dijelaskan sebelumnya bahwa RKA ini juga akan ikut serta dalam mempengaruhi langkah selanjutnya, dimana Rencana Kerja

Anggaran (RKA) SKPD ini akan digodok kembali sehingga nantinya akan menghasilkan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA).33 Dimana DPA ini adalah merupakan bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan pemerintah untuk masing- masing SKPD dan harus dipertanggungjawabkan dikarenakan DPA ini adalah

33 Hasil wawancara dengan Kabid anggaran Badan Pengelola Keuangan Daerah kota Pematangsiantar

Universitas Sumatera Utara kegiatan yang diminta oleh masing masing SKPD untuk disetujui bersama DPRD maka sifatnya adalah harus dipertanggungjawabkan melalui program kerja.

Kemudian dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) tersebutlah yang nantinya disatukan secara keseluruhan serta akan dijadikan pedoman dalam membuat Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) kota

Pematangsiantar Tahun Anggaran 2015. DPA yang sudah disusun akan dijadikan acuan dalam penetuan RANPERDA APBD/Perubahan serta Peraturan Kepala

Daerah tentang penjabaran APBD/Perubahan. Pada tahapan ini seluruh rencana kegiatan yang akan dilakukan diupayakan untuk lebih terperinci dimana pada setiap belanja langsung akan diikut sertakan lokasi kegiatannya begitu juga dengan kegiatan yang dana nya bersumber dari Dana Bagi Hasil , Dana Hibah serta pinjaman daerah juga harus di sertakan sumbernya dengan jelas. Semua hal tersebut diatur dalam penjelasan dari Peraturan Kepala Daerah.

Sebelum Rencana Kerja Anggaran (RKA) disusun tim anggaran pemerintah daerah (TAPD) terlebih dahulu melakukan persiapan yaitu membuat surat edaran dari kepala daerah (Walikota) yang berisikan pedoman. Tujuannya adalah agar setiap SKPD mengerti pedoman dalam menyusun Rencana Kerja

Anggaran SKPD, hingga setiap instansi terkait akan melakukan penyusunan

RKA-SKPD sesuai dengan rencana kerja masing masing.

Adapun pembahasan tentang RKA-SKPD dilakukan oleh Tim Anggaran

Pemerintah Daerah (TAPD) yang meliputi Sekretaris Daerah kota

Universitas Sumatera Utara Pematangsiantar (Sekda) sebagai ketua TAPD, Ketua Bappeda sebagai wakil serta Pihak Keuangan Daerah sebagai sekretaris. Merekalah yang melakukan pembahasan kembali bersama dengan Kepala SKPD hingga tercapainya kesepakatan. Selanjutnya setelah Rencana Kerja Anggaran yang sudah disetujui bersama tim anggaran akan akan ditindaklanjuti oleh Badan Keuangan hingga dipersiapakan untuk menjadi Rancangan Peraturan Daerah yang mengatur tentang

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) kota Pematangsiantar Tahun

Anggaran 2015.34

Kemudian setelah rancangan APBD disepakati oleh tim anggaran maka selanjutnya diserahkan oleh Sekda selaku ketua tim anggaran kepada walikota

Pematangsiantar untuk dibahas lebih lanjut. Maka kepala daerah beserta tim anggaran akan melakukan pembahasan bersama dengan DPRD (Badan Anggaran) dalam rangka mencapai kesepakatan/persetujuan tentang Rancangan Peraturan

Daerah (Ranperda) kota Pematangsiantar tetang APBD Tahun Anggaran 2015 menjadi Peraturan Daerah (Perda) kota Pematangsiantar tentang APBD Tahun

Anggaran 2015 serta Peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran APBD tersebut.

Selain itu pada tahapan ini badan anggaran DPRD akan melakukan evaluasi atas apa apa saja kegiatan yang akan dilakukan oleh pemerintah kota disertai dengan pandangan dari masing masing fraksi.35 Hal ini dilakukan dengan tujuan meminta penjelasan yang bersifat konkrit, alasan serta pertanggung

34 Hasil wawancara dengan Kabid Anggaran Badan Pengelola Keuangan Daerah Pematangsiantar 35 Hasil wawancara dengan Kabag Umum DPRD kota Pematangsiantar

Universitas Sumatera Utara jawaban atas rancangan nota kegiatan yang akan disetujui bersama tersebut. Hal ini sejalan dengan tugas dan fungsi yang diemban oleh DPRD kota

Pematangsiantar yaitu melaukan pengawasan terhadap kinerja pemerintah kota.

3.1.8. Penyampaian RANPERDA, Evaluasi Serta Penetapan

Peraturan Daerah Tentang APBD Bersama Walikota Dan

DPRD

Setelah melewati tahapan diatas maka langkah selanjutnya adalah penyampaian RANPERDA tentang APBD tersebut oleh Walikota

Pematangsiantar kepada DPRD kota Pematangsiantar. Proses pembahasan rancangan peraturan daerah ini dilakukan pada penghujung tahun 2014 melalui sidang paripurna.36

Raperda ini disusun oleh pejabat pengelola keuangan daerah yang untuk selanjutnya disampaikan kepada kepala daerah. Suatu hal penting yang harus diperhatikan adalah bahwa sebelum disampaikan dan dibahas dengan DPRD,

Raperda tersebut harus disosialisasikan terlebih dahulu kepada masyarakat yang bersifat memberikan informasi tentang hak dan kewajiban pemerintah daerah serta masyarakat dalam pelaksanaan APBD pada tahun anggaran yang direncanakan.

Penyebarluasan dan sosialisasi tentang Raperda APBD ini dilaksanakan oleh Sekretaris Daerah (sekda) kota Pematangsiantar selaku koordinator pengelola keuangan daerah. Menurut ketentuan dari Pasal 104 Permendagri No. 13 Tahun

36 Hasil wawancara dengan kabid anggaran badan pengelola keuangan daerah kota Pematangsiantar

Universitas Sumatera Utara 2006, Raperda beserta lampiran-lampirannya yang telah disusun dan disosialisasikan kepada masyarakat untuk selanjutnya disampaikan oleh kepala daerah kepada DPRD paling lambat pada minggu pertama bulan Oktober tahun anggaran sebelumnya dari tahun anggaran yang direncanakan untuk mendapatkan persetujuan bersama. Pengambilan keputusan bersama ini harus sudah terlaksana paling lama 1 (satu) bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dimulai.

Atas dasar persetujuan bersama tersebut, kepala daerah menyiapkan rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD yang harus disertai dengan nota keuangan. Raperda APBD tersebut antara lain memuat rencana pengeluaran yang telah disepakati bersama.37 Raperda APBD ini baru dapat dilaksanakan oleh pemerintahan kota setelah mendapat pengesahan dari Gubernur terkait.38

Selanjutnya menurut Pasal 108 ayat (2) Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, apabila dalam waktu 30 (tiga puluh hari) setelah penyampaian Raperda APBD

Gubernur tidak mengesahkan raperda tersebut, maka kepala daerah (Walikota) berhak menetapkan Raperda tersebut menjadi Peraturan Kepala Daerah

Setelah kepala daerah menyampaikan ranperda tentang APBD tersebut maka setiap fraksi DPRD akan menyapaikan pandangan umum mereka terhadap ranperda APBD tersebut tepat 2 (dua) hari setelahnya, yang kemudian pandangan tiap fraksi tersebut akan ditanggapi kembali oleh walikota Pematangsiantar dalam

2 (dua ) hari berikutnya. Setelah tahap tersebut satu hari setelahnya DPRD kota

37 https://misbakhulmunir1922.wordpress.com/2013/05/27/tahap-perencanaan-apbd/ 38 Hasil wawancara dengan Sekwan DPRD kota Pematangsiantar.

Universitas Sumatera Utara Pematangsiantar akan melakukan rapat gabungan komisi untuk membahas kembali ranperda tentang APBD 2015 tersebut tanpa mengikutsertakan pihak pemerintah kota Pematangsiantar.

Selanjutnya pada pertengahan bulan desember 2014 diadakan kembali rapat gabungan antara badan anggaran DPRD kota Pematangsiantar dengan tim anggaran dari pemerintah kota untuk membahas kembali ranperda APBD kota

Pematangsiantar tahun anggaran 2015 yang diadakan selama 2 (dua) hari. Tujuan diadakannya rapat tersebut adalah agar DPRD memeriksa, memastikan dan menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setiap kegiatan yang akan dimasukkan kedalam APBD sebelum dilakukan pengesahan. Setelah diadakan rapat pembahasan ranperda tetang APBD selama 2 hari maka satu setelahnya

DPRD kota Pematangsiantar akan kembali melakukan rapat gabungan komisi tentang ranperda APBD tersebut untuk terakhir kalinya tanpa melibatkan tim anggaran ataupun pemerintah kota.

Setelah langkah tersebut maka 2 hari setelahnya tepatnya pada hari senin

22 desember 2014 diadakan penutupan rapat paripurna oleh DPRD kota

Pematangsiantar sekaligus sebagai hari dimana APBD Kota Pematangsiantar

Tahun Anggaran 2015 disetujui. Pada kesempatan ini DPRD akan menyampaikan hasil rapat gabungan komisi tentang APBD 2015 sembari meminta persetujuan dari anggota secara lisan oleh pimpinan rapat paripurna, diikuti dengan pembacaan keputusan dewan tentang APBD tersebut. Serta yang terakhir adalah penyampaian pendapat akhir Walikota Pematangsiantar yang sekaligus sebagai

Universitas Sumatera Utara pidato penutupan rapat paripurna DPRD tentang APBD kota Pematangsiantar tahun anggaran 2015.

Raperda APBD pemerintahan kota Pematangsiantar yang telah disetujui dan rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh Walikota harus disampaikan kepada Gubernur untuk di-evaluasi dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja. Evaluasi ini bertujuan demi tercapainya keserasian antara kebijakan daerah dan kebijakan nasional, keserasian antara kepentingan publik dan kepentingan aparatur, serta untuk meneliti sejauh mana APBD kota tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan yang lebih tinggi dan/atau peraturan daerah lainnya.

Hasil evaluasi ini sudah harus dituangkan dalam keputusan gubernur dan disampaikan kepada walikota paling lama 15 (lima belas ) hari kerja terhitung sejak diterimanaya Raperda APBD tersebut. Tahapan terakhir adalah menetapkan raperda APBD dan rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD yang telah dievaluasi tersebut menjadi Peraturan Daerah tentang APBD dan

Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD paling lambat tanggal 31

Desember tahun anggaran sebelumnya. Setelah itu Perda dan Peraturan Kepala

Daerah tentang penjabaran APBD ini disampaikan oleh Walikota kepada

Gubernur Sumatera Utara paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah tanggal ditetapkan.

Universitas Sumatera Utara Namun terkait dengan proses evaluasi yang beberapa kali dilakukan bersama antara pemerintah daerah bersama dprd terdapat kelemahan dari aturan yang diberlakukan pada proses pembuatan APBD kota Pematangsiantar. Dimana pada saat pihak DPRD melakukan evaluasi dan memberikan pandangan terhadap rancangan kegiatan yang akan dilakukan pemerintah daerah tidak terjadi komunikasi dua arah antara keduanya.39 Hal ini telah terjadi sejak tahap awal penyusunan RKPD,KUA ,PPAS, serta tahap tahap selanjutnya. Masing masing pihak akan melakukan evaluasi secara terpisah disertai tenggang waktu beberapa hari. Dalam hal ini proses evauasi akan lebih efektif jika dapat dilakukan komunikasi dua arah secara langsung.

APBD kota Pematangsiantar ditetapkan pada tanggal 22 Desember 2014 berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 11 Tahun 2014 serta Peraturan

Walikota No.7 Tahun 2015 sebagai perubahan atas Peraturan Walikota No.30

Tahun 2014 tentang penjabaran Anggaran Pendapatan Belanja Daerah kota

Pematangsiantar Tahun Anggaran 2015. Dalam APBD kota Pematang Siantar terdapat nilai belanja tertampung sebesar Rp 1.000.350.083.504 (Rp 1 triliun).

Sementara Pendapatan Daerah ditetapkan sebesar Rp 934.370.240.016 (Rp 934,3 miliar). Belanja modal atau belanja langsung (belanja untuk kepentingan pembangunan yang menyentuh langsung ke masyarakat) sebesar Rp

305.130.299.553,19 atau hanya sekitar 11 persen. Sedangkan belanja tidak langsung sebesar Rp 583.924.151.244 (Rp 583,9 miliar).

39 Hasil wawancara dengan Sekretaris DPRD kota Pematangsiantar

Universitas Sumatera Utara Dari jumlah belanja tidak langsung tersebut, biaya untuk belanja pegawai mencapai sekitar 65 %. Dari besaran APBD tersebut, tampak bahwa belanja modal (untuk kepentingan pembangunan) masih kecil, jauh dibanding belanja pegawai. Belanja modal hanya Rp 305 miliar atau sekitar 11 persen dibandingkan biaya pegawai yang mencapai 65%.%. Hal ini merupakan problem yang belum terpecahkan sampai saat ini dimana biaya belanja pegawai menyedot anggaran dengan jumlah yang besar. 40 Hal ini kemudian diperparah dengan terbatasnya sumber pendapatan daerah kota yang berpengaruh pada keuangan daerah sehingga pemerintah kerap kali kesulitan dalam melakukan pembangunan.41 Hal tersebut merupakan salah satu penyebab kuarang maksimalnya pembangungan di kota

Pematang Siantar yang belum menunjukan pertumbuhan yang signifkan dan jalan ditempat seperti tata ruang kota, jalan dan pembangunan infrasturktur.

Selain permasalahan diatas persoalan konsistensi dan realisasi adalah yang menjadi hambatan serius dalam melakukan pembangunan kota pematangsiantar.

Berdasarkan data wawancara yang peneliti temukan sangat banyak dari rencana kegiatan yang tertuang dalam APBD tersebut belum tercapai pada tahun 2015, dan yang paling banyak diantaranya adalah bidang ifrastruktur. Kegiatan tersebut justru dilaksanakan pada tahun anggaran selanjutnya. Kurangnya pengawasan dari lembaga terkait merupakan salah satu hal yang memberi ruang dalam hal tersebut.

DPRD kota pematangsiantar sebagai perwakilan masih rakyat kurang efektif dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja pemerintah kota dapat dibuktikan

40 Hasil wawancara dengan Sekretaris DPRD kota Pematangsiantar 41 Hasil wawancara dengan Kabid Anggaran Badan Pengelola Keuangan Daerah Pematangsiantar

Universitas Sumatera Utara dengan tidak tercapainya sasaran dan tujuan, hal ini disebabkan oleh DPRD lebih cenderung melakukan pengawasan pada saat proses penyusunan APBD nya saja.42 Sedangkan pengawasan berkelanjutan terhadap implementasi dari APBD itu sendiri masih sangat kurang efektif.

Sebaiknya untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan didalam APBD pemerintah kota, DPRD, harus bekerja sama secara baik dalam melakukan tugasnya masing masing. Selain itu peran masyarakat juga tidak kalah pentingnya dalam hal ini. Masyarakat harus melibatkan diri dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja pemerintah kota dan instansi terkait lainnya. Jika ketiga elemen penting ini tidak melakukan perannya dengan baik maka setiap rancangan kegiatan terlebih pembangunan yang dilakukan tidak akan tercapai dengan maksimal, namun sebaliknya jika ketiga elemen tersebut yaitu Pemerintah Kota ,

DPRD, dan Masyarakat dapat bekerja sama serta melakukan tugas dan kewajibannya secara maksimal maka secara bertahap perkembangan dan pembangunan kota Pematangsiantar akan segera terwujud.

42 Hasil wawancara dengan Kabag Umum DPRD kota Pematangsiantar

Universitas Sumatera Utara BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Tujuan dari penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) kota Pematangsiantar pada dasarnya adalah untuk menciptakan suatu formulasi kebijakan anggaran yang dapat menyentuh langsung kepentingan masyarakat luas.

Untuk itu dibutuhkan kesesuaian atas kebijakan pemerintah daerah dengan kepentingan masyarakat agar sumber dana yang sifatnya terbatas dapat digunakan secara efektif. Untuk itu Pemerintah Kota Pematangsiantar bersama dengan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) berupaya untuk merumuskan angaran daerah melalui proses yang ditentukan dan serta tahapan yang sistematis dengan tetap memasukkan setiap kebutuhan masyarakat sebagai bahan pertimbangan yang tentunya melalui skala prioritas.

Sebelum melakukan proses penyusunan APBD tersebut pemerintah kota bersama instansi terkait terlebih dahulu melakukan musrenbang (rembuk warga) sebagai tahap awal yang tentunya berhubungan satu sama lain. Tujuannya adalah untuk menampung aspirasi masyarakat secara langsung dalam forum komunikasi terbuka. Maka nantinya hasil dari forum inilah yang diharapkan mewakili kekuatan suara masyarakat secara langsung pada pembuatan anngaran daerah tersebut. Dalam proses pembuatan APBD kota Pematangsiantar tahun anggaran

2015 tim anggaran bersama pihak terkait sebenarnya telah melakukannya sesuai dengan prosedur yang ditentukan. Dimana pembuatan APBD ini diawali dengan

Universitas Sumatera Utara penyusunan RKPD, KUA, PPAS, RKA, RANPERDA serta Penetapan APBD itu sendiri dalam Peraturan Daerah (PERDA) Kota Pematangsiantar. Langkah langkah tersebut adalah proses yang dilalui oleh mereka yang termasuk dalam tim anggaran yang sekaligus terlibat dalam pembuatan APBD tesebut. Berdasarkan data data yang peneliti temukan dilapangan setiap tahapan dalam pembuatan

APBD tersebut sebenarnya adalah dengan menimbang kepentingan masyarakat.

Rencana kerja dalam rincian yang luas serta bersifat umum tertuang dalam dokumen RKPD baik juga KUA (Kebijakan Umum Anggaran).

Sedangkan pada tahapan berikutnya adalah merupakan proses perincian kegiatan ataupun kebijakan berdasarkan skala prioritas, adapun tujuannya adalah untuk menyaring dan memilah kebijakan apa yang paling dibutuhkan masyarakat saat ini. Hal ini akan terus berlanjut pada tahapana diatasnya dengan tujuan semakin mempertajam rancangan kerja tersebut. Setelah itu maka akan dapat disimpulkan apa apa saja kegiatan yang perlu dimasukkan kedalam APBD.

Pada proses pembuatan APBD Kota Pematangsiantar tahun 2015 sebenarnya peneliti menemukan banyak kegiatan kegiatan yang ditujukan untuk masyarakat, seperti yang sudah tertuang diKUA dan PPAS yang diantaranya adalah perbaikan jalan, jembatan, irigasi pertanian serta hal hal lainnya. Namun yang menarik disini adalah bahwa setiap rencana kerja tersebut adalah persoalan yang bersifat mikro, sangat jarang ditemukan program program yang bersifat makro. Terlebih lagi persoalan realisasinya adalah merupakan hal yang berbeda.

Fakta yang kerap kali terjadi di banyak daerah adalah tingkat realiasasinya yang rendah. Maka dari itu berkaitan dengan hal tersebut sangat dibutuhkan adanya

Universitas Sumatera Utara pengawasan yang ketat dari pihak tertentu. Sebagaimana mana salah satu fungsi dari DPRD adalah aspek pengawasan, dan dalam hal ini DPRD kota pematangsiantar masih sangat kurang dalam melakukan tugasnya. Dimana seharusnya merekalah yang menjadi wakil rakyat dalam mengawasi kinerja pemerintah daerah agar sesuai dengan yang diharapakan. Sedangkan menurut pengamatan peneliti bahwa sangat banyak dari kegiatan diatas adalah tidak tercapai pada tahun anggaran tersebut.

Jika situasi tersebut dikaitkan dengan proses pembangunan maka dapat dikatakan tingkat pembangunan dan perkembangan kota Pematangsiantar pada tahun 2015 masih rendah, dikarenakan setiap rancangan kegiatan/kebijakan yang dilakukan pada umumnya masih bersifat mikro. Meskipun pada dasarnya perlu kita ketahui bahwa untuk melakukan kebijakan pembangunan dalam skala besar tentunya harus didorong dengan kekuatan anggaran yang besar juga. Jika hal ini tidak terpenuhi maka akan sangat sulit dalam membuat perubahan seperti yang kita harapakan.

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kota Pematangsiantar pada tahun

2015 telah ditetapkan dengan nilai lebih kurang 1 (satu) tryliun. Jumlah tersebut jauh lebih besar dari hasil pendapatan daerah secara keseluruhan, dimana seperti yang kita ketahui bahwa salah satu sumber APBD adalah pendapatan daerah.

Berdasarkan fakta tersebut kita ketahui bahwa sumber dana yang tersedia lebih sedikit dari jumlah belanja yang dibutuhkan pemerintah. Berdasarkan hasil penelitian mengenai proses pembuatan APBD kota Pematangsiantar tahun

Universitas Sumatera Utara anggaran 2015 maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yang diantaranya adalah sebagai berikut;

1. Proses pembuatan APBD kota Pematangsiantar pada tahun 2015

dilakukan dengan berpedoman pada aturan yang yang berlaku yaitu

berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia

Nomor 37 Tahun 2014 Tentang Pedoman Penyusunan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggran 2015.

2. Setiap tahapan dalam proses pembuatan APBD (RKPD, KUA , PPAS,

RKA,RANPERDA serta Penetapan PERDA) dilakukan dengan

memasukkan kepentingan msyarakat sebagai bahan pertimbangan,

namun masalah realisasinya adalah permasalahan yang berbeda .

berdasarkan fakta yang ditemukan dilapangan bahwa pada tahun 2015

banyak dari kegiatan yang tertuang dalam APBD kota Pematangsiantar

masih belum tercapai.

3. Anggaran yang ditetapkan pada tahun 2015 berjumlah lebih besar dari

jumlah pendapatan daerah kota Pematangsiantar yang berarti sumber

dana APBD kota Pematangsiantar pada tahun 2015 masih sangat

terbatas. Ini merupakan salah satu penyebab bagaimana lambatnya

pembangunan yang dilakukan pemerintah daerah dikarenakan

sedikitnya sumber dana yang tersedia.

4. Dari besaran anggaran yang ditetapkan oleh pemerintah pada tahun

2015 lebih banyak dipakai (65%) diantaranya untuk kepentingan

pemerintahan termasuk gaji pegawai negeri sipil yang ada di kota

Universitas Sumatera Utara Pematangsiantar. Berdasarkan data yang ditemukan bahwa pada tahun

2014 jumlah PNS dikota Pematangsiantar sudah mencapai sekita 6000

(enam ribu) lebih, hal ini merupakan salah satu faktor yang menyedot

banyak anggran daerah. Untuk kepentingan gaji pegawai saja

pemerintah sudah menghabiskan anggaran lebih kurang dari 65% atau

sekitar 655 milliar, sedangkan sisanya adalah untuk kepentingan

masyarakat termasuk pembangunan.

5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dalam melakukan fungsi

pengawasan terhadap kinerja pemerintah kota dan APBD tahun

anggaran 2015 masih belum maksimal. Hal ini terlihat dengan hasil

kinerja pemerintah daerah yang tidak maksimal serta tidak adanya

tindakan dari DPRD. Pengawasan yang dilkukan oleh DPRD tidak

lebih pada saat proses pembuatan APBD nya saja, sedangkan

pengawasan yang berkelanjutan atas kinerja masih kurang.

6. Pemerintah Kota Pematangsiantar dalam melakukan proses

pengelolaan APBD masih sangat tidak transparan. Hal ini terbukti

dengan sulitnya masyarakat dalam mengakses informasi terkait tentang

APBD tersebut. Hal ini dinilai tidak sesuai dengan prinsip

pemerintahan modern yang bersifat terbuka jujur dan adil terhadap

masyarakat.

Proses pembangunan yang ada dikota pematangsiantar tidak terlepas dari bagaiamana proses pembuatan APBD yang dilakukan oleh pemerintah kota bersama dprd. Hal ini menjadi penting kare pada proses tersebut akan terjadi suatu

Universitas Sumatera Utara bentuk negosiasi kebijakan yang berdasarkan skala prioritas. Setiap kegiatan yang dirasa perlu sebisa mungkin akan dituangkan didalam APBD. Sehingga inilah yang nantinya akan direalisasikan untuk memenuhi kepentingan masyarakat.sedangkan untuk realisasinya sendiri diharapakan pengawasan dari semua pihak baik dari pemerintah (DPRD) dan masyarakat, dan juga komukasi politik yang terjadi antar instansi terkait.

Namun selain itu untuk mewujudkan semua kepentingan masyarakat baik yang bersifat dan kepentingan makro juga dibutuhkan dengan kekuatan anggaran yang cukup. Jika anggaran yang tetapkan dengan jumlah yang tidak mencukupi maka kecil kemungkinan suatu daerah akan bangun dan berkembang sesuai yang kita harapkan. Karena setiap bentuk kegiatan pemerintah yang dituangkan kedalam APBD tentunya harus didanai memiliki nilai. Dengan jumlah APBD yang cukup niscaya kota Pematangsiantar akan lebih maju dan berkembang terlebih pada aspek pembangunannya.

Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Adi, Rianto. 2004. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit..

Budiardjo, Meriam. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta:

Erlangga.

Damanik, Erond. 2016. Kerajaan Siantar dari Pulau Holang ke Kota Pematang

Siantar. Ihutan Bolon Hasadaon Damanik Boru Pakon Panogolan Siantar-

Simalungun. Medan:

Fauzi, Noer dan R. Yando Zakaria. 2000. Mensiasati Otonomi Daerah. Jakarta:

Konsorsium Pembaruan Agraria.

Hanif, Nurcholis. 2009. Perencanaan Partisipatif Pemerintah Daerah. Jakarta :

Grasindo.

Harrison, Lisa. 2009. Metodologi Penelitian Politik. Jakarta: Kencana.

Hassel Nogi S Tangkilisan.2005 Manajemen public.Jakarta: grasindo.

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif dan

Kuantitatif. Yogyakarta: Erlangga.

Johannes, Lexy Moleong. 1994. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Andi

Universitas Sumatera Utara Moh Taqiuddin, Julmansyah 2003. Politik Anggaran Daerah. : Pustaka

Konsepsi Nusa.Nawawi, Hadari. 1994. Metode Penelitian Bidang Sosial.

Yogyakarta: UGM press.

Prasetyo, Bambang dkk. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi.

Jakarta: Raja Grafindo Persada. hal. 42.

Rubin, S Irene . 2006. The Politics of Public Budgetting. Washington: CQ Press.

Supridi, Dedi bratakusuma ph.d.dan Dadang Solihin M.A.2004.Otonomi penyelenggaraan pemerintah daerah..Jakarta:Gramedia PustakaUtama

Warjio, Ph.D. 2013. Politik Pembangunan Islam, Pemikiran dan Implementasi.

Medan: Perdana Publishing.

Universitas Sumatera Utara Sumber Lain :

Permendagri No. 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No.8 tahun 2008 tentang tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan daerah.

Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar Nomor 3 Tahun 2011. Tentang susunan organisasi sekretariat daerah, dewan perwakilan rakyat daerah beserta staf ahli walikota pematangsiantar

Peraturan Menteri Dalam Negeri No.37 tahun 2014 tentang tata cara penyusunan anggaran pendapatan belanja daerah Tahun Anggaran 2015

Kebijakan umum anggaran (KUA) APBD kota pematangsiantar tahun anggaran 2015,hal 2 Prioritas dan plafon anggaran sementara (PPAS) APBD kota pematangsiantar T.A.2015.hal 3

Sumber Internet :

http://www.pematangsiantarkota.go.id/Profil-kotamdya-pematang-siantar.html diakses pada tanggal 1 April 2017 pada pukul 16.27 Wib.

http://medan.tribunnews.com/2014/12/22/apbd-siantar-2015-rp-1-triliun diakses pada tanggal 1 April pukul 18.18 Wib https://misbakhulmunir1922.wordpress.com/2013/05/27/tahap-perencanaan-apbd/

Diakses pada tanggal 3 desember 2017 pukul 21.00

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara