Revisi RPIJM Kota Tahun 2013-2017

BAB 2 GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH KOTA PEMATANGSIANTAR

2.1. Kondisi Umum

2.1.1 Profil Geografi

Kota Pematangsiantar secara geografis terletak di bagian tengah Sumatera Utara, terletak pada garis 2° 53’ 20” Lintang Utara (LU) dan 99° 1’ 00” - 99° 6’ 35” Bujur Timur (BT) pada peta bumi dan berada di tengah-tengah kabupaten Simalungun. Letak geografis Kota Pematangsiantar ditunjukkan pada Gambar Peta 2.1.

Wilayah administrasi Kota Pematangsiantar terbagi menjadi 8 kecamatan. Luas wilayah administrasi Kota Pematangsiantar adalah 79,971 km2 (lihat Tabel 2.1 dan Peta 2.2).

2-1

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Pematangsiantar

Persentas Luas Luas No Kecamatan Kelurahan e (Km²) (Km²) (%)

Sukamaju 20,30 Pardamean 8,10 Sukaraja 171,00 Siantar 1 7,825 BP. Nauli 233,52 9,78 Marihat Suka Makmur 36,70 Parhorasan Nauli 30,40 Mekar Nauli 282,48

Simarimbun 612,04 Nagahuta 259,60 Siantar 18,006 Pematang Marihat 162,80 2 22,52 Marimbun Tong Marimbun 379,76 Nagahuta Timur 147,40 Marihat Jaya 239,00 Aek Nauli 27,00 Martimbang 49,50 Kristen 37,50 3 Siantar Selatan 2,020 2,53 Toba 28,00 Karo 33,50 Simalungun 26,50 Sipinggol-pinggol 37,00

Teladan 36,00 Dwikora 25,50 4 Siantar Barat 3,205 Proklamasi 38,50 4,01

Timbang Galung 37,50 Simarito 42,00 Banjar 36,00

Bantan 68,00

Melayu 37,00

4,56 5 Siantar Utara 3,650 Baru 25,00 Sukadame 51,00

Bane 117,00

Sigulang-Gulang 58,00

2-2

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Kebun Sayur 37,50 Tomuan 91,00 Pahlawan 42,00 Siopat Suhu 187,00 6 Siantar Timur 4,520 Merdeka 23,00

Pardomuan 25,50

Asuhan 46,00

Sumber Jaya 222,60 Nagapita 115,55 Pondok Sayur 293,90 Siantar 7 18,022 Tambun Nabolon 383,00 22,45 Martoba Nagapitu 67,25 Tanjung Pinggir 504,50 Tanjung Tongah 215,40 Bah Kapul 356,55 Gurilla 953,30 Siantar 8 Setia Negara 464,00 28,41 Sitalasari 22,723 Bukit Sofa 87,20 Bah Sorma 411,25

Jumlah 79,971 100

Sumber : Kota Pematangsiantar Dalam Angka, 2011.

2-3

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Gambar 2.1 Peta Orientasi Wilayah

Sumber: RTRW Kota Pematangsiantar Tahun 2012 - 2032

2-4

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Gambar 2.2 Batas Administrasi Kota Pematangsiantar

Sumber: RTRW Kota Pematangsiantar 2012 - 2032

2-5

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

2.1.2 Profil Demografi

Penduduk Kota Pematangsiantar pada tahun 2010 mencapai 234.698 jiwa yang tersebar pada 8 (delapan) kecamatan, dimana Kecamatan Siantar Utara merupakan kawasan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak dengan 46.423 jiwa, sementara Kecamatan Siantar Marimbun merupakan kawasan dengan jumlah penduduk terkecil, yaitu 14.642 jiwa. Adapun kepadatan penduduk tertinggi terjadi di Kecamatan Siantar Utara diikuti Siantar Barat dan Siantar Timur yaitu masing-masing 12.719 jiwa/km2, 10.915 jiwa/km2 serta 8.508 jiwa/km2. Hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan perdagangan dan jasa terkonsentrasi di ketiga kecamatan tersebut sedangkan di sisi lain kecamatan-kecamatan yang mengalami kepadatan penduduk sedang dan rendah merupakan area yang didominasi oleh permukiman maupun pertanian. Dari segi jenis kelamin, penduduk berjenis kelamin perempuan di Kota Pematangsiantar pada tahun 2010 berjumlah 120.137 jiwa dan penduduk laki-laki berjumlah 114.561 jiwa (sex ratio sebesar 95,36).

A. Penggunaan Lahan Dari hasil interpretasi foto satelit tersebut diperoleh informasi penggunaan lahan (land-use) Kota Pematangsiantar yang meliputi peta penggunaan lahan dan tabel penggunaan lahan. Hasil interpretasi menunjukkan bahwa terdapat 24 kategori pemanfaatan ruang di Kota Pematangsiantar, yang dibagi dalam 3 kategori yaitu non-urban, urban dan utilitas. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa penggunaan lahan terbesar di Kota Pematangsiantar adalah sebagai berikut: - sawah : 2.750,02 Ha (34,39%), - permukiman : 2.008,16 Ha (25.11%), - kebun sawit : 1.025,39 Ha (12.82%), - kebun campuran : 1.210,10 Ha (15,13%), - penggunaan lahan lainnya : (3.13%), - perdagangan dan jasa : (2.37%), - industri : (1.86%), - pendidikan : (1.07%).

2-6

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Gambar 2.3 Penggunaan Lahan di Kota Pematangsiantar

Sumber : RTRW Kota Pematangsiantar Tahun 2012-2032

Dari angka-angka tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan lahan Kota Pematangsiantar masih didominasi oleh kelompok non urban (pertanian) yang meliputi 63.88% dari total wilayah kota, dimana sawah merupakan komponen terbesar. Sementara penggunaan lahan kelompok urban hanya meliputi 32.36% dari total wilayah kota. Angka-angka tersebut juga menunjukkan bahwa Kota Pematangsiantar tidak memiliki lahan/area dengan kategori ‘kawasan lindung’ yang meliputi hutan primer, hutan sekunder, rawa dan sebagainya.

B. Laju Pertumbuhan Penduduk - Populasi (2011) : 243,053 jiwa - Populasi (2015) : 279,557 jiwa (proyeksi) - Jumlah Kepadatan : 3,148 jiwa/km2 Jenis Kelamin - Laki : 52,23% - Perempuan : 54,90 % - Usia Tengah (median) : 35 tahun - Lulusan Perguruan Tinggi (S1-S3) : 2,37% - Lulusan Pendidikan Dasar (SD-SMA) : 95%

2-7

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

-

Gambar 2.4 Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Jenis Kelamin

75+ 70-74

65-69 60-64 55-59 50-54

45-49 40-44 Lk 35-39 30-34 Pr

25-29 20-24 15-19 10-14 5-9 0-4

,0 10000,0 20000,0 30000,0 40000,0

Sumber : RTRW Kota Pematangsiantar Tahun 2012-2032

Berdasarkan rumus proyeksi yang ada maka jumlah penduduk dan kepadatan penduduk (per kecamatan) dalam proyeksi 5 tahun ke depan dapat ditampilkan pada tabel berikut ini:

2-8

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Tahun 2012-2017

Kepadatan Jumlah Penduduk Luas Penduduk (Jiwa) No Kecamatan Wilayah (Jiwa/km2) (km2) 2012 2017 2012 2017 Siantar 1 Marihat 7.825 18.797 19.135 2.402 2.445 Siantar 2 Marimbun 18.006 12.745 12.267 708 681

Siantar 3 Selatan 2.020 20.952 21.653 10.372 10.720 4 Siantar Barat 3.205 46.525 50.435 14.516 15.736

5 Siantar Utara 3.650 49.305 53.736 13.508 14.722 6 Siantar Timur 4.520 42.254 45.692 9.348 10.109 Siantar 7 Martoba 18.022 26.948 27.077 1.495 1.580

Siantar 8 Sitalasari 22.723 22.127 22.007 974 1.018

Total 79.791 239.654 252.003 2.997 3.151

Sumber : RTRW Kota Pematangsiantar Tahun 2012-2032

C. Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Struktur pendidikan penduduk Kota Pematangsiantar dicirikan dengan besarnya proporsi penduduk tamat SMTA (44,43%), diikuti oleh kelompok penduduk tamat SD (26,34%) dan tamat SMTP (24,26%). Sementara kelompok tamat diploma/sarjana hanya sebesar 2,37% (Tabel 2.3).

2-9

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Tabel 2.3 Penduduk Berumur 10 Tahun ke atas Menurut Tingkat Pendidikan

No. Ijazah Tertinggi Jumlah (Jiwa) Persentase 1 Tidak/belum pernah sekolah 439 0.22 2 Tidak/belum tamat SD 4,751 2.38 3 Tamat SD 52,581 26.34 4 Tamat SMTP 48,429 24.26 5 Tamat SMTA Umum 88,694 44.43 6 Tamat Diploma/Sarjana 4,731 2.37 199,626 100.00 Sumber : Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pematangsiantar, 2008.

Gambar 2.5 Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tidak/belum pernah sekolah Tidak/belum tamat SD

Tamat SD

Tamat SMTP

Tamat SMTA Umum

Tamat Diploma/Sarjana

Sumber : RTRW Kota Pematangsiantar Tahun 2012-2032

Berdasarkan angka tersebut, dapat disimpulkan bahwa penduduk Kota Pematangsiantar pada umumnya memiliki kualitas SDM yang relatif baik, di mana hal ini berimplikasi dengan berbagai hal. Pertama, kondisi ini menunjukkan tingginya kesempatan berkembang dan mengembangkan kegiatan ekonomi baru di mana kedua hal tersebut menunjukkan tingginya potensi pengembangan sektor-sektor perkotaan yang membutuhkan tenaga kerja terdidik.

2-10

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

D. Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Mata Pencarian Pada Tahun 2008, struktur mata pencaharian Kota Pematangsiantar dicirikan dengan dominannya sektor perdagangan dan jasa sebagai sumber mata pencaharian penduduk, yaitu masing-masing 38,76% dan 24,14%. Sementara sektor lainnya masing-masing memiliki proporsi yang relatif rendah, seperti industri (9,41%), pertanian (8,81%), konstruksi (7,97%), angkutan (7,24%) dan keuangan (2,66%). Adapun sektor mata pencaharian terendah adalah pertambangan dan penggalian (0,25%) (Tabel 2.4).

Tabel 2.4 Penduduk Berumur 15 Tahun ke atas yang bekerja menurut Pekerjaan Utama No. Lapangan Usaha Utama Jumlah (Jiwa) Persentase 1 Pertanian 17,587 8.81 2 Pertambangan dan Penggalian 499 0.25 3 Industri 18,785 9.41 4 Listrik, Gas dan Air 1,517 0.76 5 Konstruksi 15,910 7.97 6 Perdagangan 77,375 38.76 7 Angkutan dan Komunikasi 14,453 7.24 8 Keuangan 5,310 2.66 9 Jasa 48,190 24.14 10 Lainnya 0 0.00 Jumlah 199,626 100.00 Sumber : Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pematangsiantar, 2008.

Kondisi ini menunjukkan bahwa sektor-sektor tersier sudah menjadi mata pencaharian sebagian besar penduduk Kota Pematangsiantar (lebih dari 80% penduduk). Sementara sektor primer dan sekunder bersama-sama hanya menyumbang 18% dari total lapangan kerja. Angka tersebut mempertegas data PDRB di mana sektor tersier merupakan sektor terbesar dalam perekonomian kota. Selanjutnya informasi ini juga menjadi pertimbangan dalam kebijakan pengembangan kota di mana penyediaan ruang bagi pengembangan sektor-sektor tersier menjadi prioritas pemerintah kota.

2-11

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

2.1.3 Profil Ekonomi

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Pematangsiantar atas dasar harga berlaku pada tahun 2010 sebesar 4.163.437,74 juta rupiah dengan kontribusi terbesar diberikan oleh sektor perdagangan, Hotel dan Restoran yaitu sebesar 34,02%. Sedangkan sektor yang paling kecil memberikan sumbangan terhadap PDRB adalah sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar 0,02%. PDRB Kota Pematangsiantar atas dasar harga konstan tahun 2000 pada tahun 2010 sebesar 2.038.9241,45 juta rupiah atau naik sekitar 112.625,8 juta rupiah. Sedangkan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku penduduk Kota Pematangsiantar pada tahun 2010 sebesar 17.739.554 rupiah (meningkat sebesar 10,82% dari tahun 2009). Pertanian : 2,72% Listrik, Gas dan Air Bersih : 1,40% Bangunan : 5,05%

Industri Pengolahan `: 22,23% Keuangan :` 13,40% : Pengangkutan dan Komunikasi : 9,24% 5 Jasa-jasa : 11,91% , Perdagangan,hotel,dan restoran : 34,02% 3 Pertambangan dan Penggalian : 0,02% 5

2-12

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

a. Sektor Pertanian Sektor pertanian Kota Pematangsiantar meliputi sub sektor tanaman pangan, tanaman perkebunan, peternakan dan perikanan. Komoditas yang dihasilkan meliputi padi, biji sawit, yang sebagian besar diolah dan dipasarkan melalui sentra-sentra pemasaran di Kota Pematangsiantar.

Secara keseluruhan, sektor pertanian memberikan nilai output 103 miliar rupiah, atau 2,99% dari total PDRB Kota Pematangsiantar. Sektor ini juga menjadi lapangan pekerjaan bagi penduduk sebanyak 17.587 jiwa (8,8% dari total angkatan kerja). Karena itu pengembangan sektor ini cukup strategis baik bagi perekonomian kota maupun mata pencaharian penduduk. Meskipun demikian, sektor pertanian Kota Pematangsiantar memiliki arti penting lain yang membuatnya strategis bagi kebijakan pengembangan Kota Pematangsiantar, yaitu: Sektor pertanian, khususnya sub sektor tanaman pangan, memiliki nilai strategis secara nasional sehingga keberadaannya harus dipertahankan (sesuai dengan UU No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan) demi ketahanan pangan nasional.

Sebagian besar lahan pertanian di Kota Pematangsiantar merupakan sawah beririgasi teknis, sehingga memang sudah diarahkan sebagai salah satu sentra pertanian oleh pemerintah. Dengan demikian, alih fungsi lahan pertanian tersebut menyebabkan konflik terhadap kebijakan pemerintah. Lahan pertanian di Kota Pematangsiantar mencakup area yang luas, yaitu 4.308 Ha (Sumber: Kota Pematangsiantar Dalam Angka, 2009), tersebar di beberapa kecamatan dan umumnya mengambil tempat di sekitar jalur sungai. Hal ini membuat keberadaannya sangat berpotensi untuk sekaligus menjadi ruang terbuka hijau dan melindungi ekosistem sungai dari kegiatan perkotaan.

2-13

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

b. Sektor Industri Sektor industri merupakan sektor penting di Kota Pematangsiantar karena telah menjadi salah satu sektor pendorong pada periode awal perkembangan kota. Secara historis, industri Kota Pematangsiantar dikenal menghasilkan rokok putih dan tepung tapioka yang dipasarkan hingga ke mancanegara. Dewasa ini, terdapat berbagai jenis industri seperti industri makanan, industri tekstil, industri logam, serta meliputi industri besar/sedang dan industri kecil.

Tabel 2.5 Jumlah Unit Industri Besar/Sedang dan Industri Kecil Tahun 2008

Jumlah Industri No. K e l o m p o k I n d u s t r i Besar Kecil 1 Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau 23 164 2 Industri Tekstil, Pakaian Jadi, dan Kulit 10 42 3 Industri Kayu dan Barang-barang Dari Kayu 2 30 4 Industri Kertas Percetakan dan Penerbitan 2 54 Industri Kimia, Minyak Bumi, Batu Bara, Karet 5 dan Plastik 0 42 Ind. Barang Galian Bukan Logam Kecuali Brg 0 0 6 dari Minyak Bumi dan Bt. Bara 7 Industri Logam Dasar 2 0 Industri Barang-Barang dari Logam, Mesin dan 8 Perlengkapannya 0 140 9 Industri Pengolahan lainnya 0 16 Jumlah / Total 41 448 Sumber : Kota Pematangsiantar Dalam Angka, 2009.

Secara keseluruhan, sektor industri memberikan nilai output sebesar 882 miliar rupiah, atau 25,5% dari total PDRB Kota Pematangsiantar. Sektor ini juga menjadi lapangan pekerjaan bagi penduduk sebanyak 18.785 jiwa (9,41% dari total angkatan kerja). Karena itu sektor industri memiliki arti penting bagi Kota Pematangsiantar sehingga menjadi penyumbang PDRB kedua terbesar (setelah sektor perdagangan) di Kota Pematangsiantar merupakan sektor basis sehingga keberadaannya merupakan penentu bagi berbagai sektor/tenaga kerja non basis. Sektor industri Kota Pematangsiantar merupakan bagian dari sistem agro bisnis Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi, di mana berbagai industri seperti pengolahan tepung tapioka, pengolahan jagung dan sebagainya,

2-14

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

merupakan sub sistem pengolahan. Sektor industri merupakan mata pencaharian penduduk yang terdidik. c. Sektor Perdagangan Sektor perdagangan memegang peranan penting dan menjadi sektor dengan pertumbuhan paling pesat selama satu dekade terakhir. Sektor ini pada awalnya digerakkan oleh kegiatan perdagangan grosir maupun retail yang berlokasi di sekitar Pasar Horas dan Pasar Parluasan, namun selanjutnya berkembang sehingga mencakup perdagangan modern, seperti supermarket, rumah makan dengan merk nasional dan internasional. Kegiatan perhotelan juga terlihat mengalami perkembangan dengan lokasi saling berdekatan dengan perdagangan dan rumah makan. Saat ini kegiatan perdagangan, rumah makan dan hotel tersebar di 4 kecamatan pusat kota; Siantar Utara, Siantar Timur, Siantar Selatan dan Siantar Barat. Pada Tahun 2008, sektor perdagangan menghasilkan nilai output sebesar 1,05 triliun rupiah, atau 30,33% dari total PDRB Kota Pematangsiantar sehingga menjadi sektor penyumbang terbesar dalam pembentukan PDRB kota. Sektor perdagangan memiliki arti penting bagi Kota Pematangsiantar yaitu: Sektor ini menjadikan Kota Pematangsiantar sebagai pusat koleksi dan distribusi komoditas pertanian dan industri bagi wilayah dataran tinggi Sumatera Utara terutama Kabupaten Simalungun, Toba Samosir, Samosir, Humbang Hasundutan dan Tapanuli Utara. Sektor ini menjadi mata pencaharian terbesar penduduk Kota Pematangsiantar. Pada Tahun 2008, sektor perdagangan menyerap tenaga kerja sebesar 77.375 jiwa atau 38,76% dari total tenaga kerja. Sektor perdagangan meliputi kegiatan perdagangan kaki lima yang memiliki elastisitas penyerapan tenaga kerja yang tinggi. d. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor keuangan menghasilkan nilai output sebesar 411,1 miliar rupiah, atau 11,89% dari total PDRB Kota Pematangsiantar, sehingga menjadikannya sebagai sektor keempat terbesar dalam pembentukan PDRB. Sektor keuangan merupakan salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan output paling signifikan disamping sektor perdagangan. Perkembangan sektor keuangan merupakan dampak langsung dari pertumbuhan perekonomian kota, sehingga pertumbuhan sektor ini diduga akan terus berlangsung.

2-15

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

e. Sektor Jasa-Jasa Sektor jasa-jasa menghasilkan nilai output sebesar 418,6 miliar rupiah, atau 12% dari total PDRB Kota Pematangsiantar, sehingga menjadikannya sebagai sektor ketiga terbesar dalam pembentukan PDRB. Sektor jasa-jasa meliputi jasa pemerintahan dan jasa kemasyarakatan (pendidikan, kesehatan, peribadatan dsb). Salah satu faktor yang mendorong besarnya kontribusi sektor jasa-jasa dalam perekonomian Pematangsiantar adalah karena banyaknya unit-unit kegiatan skala besar seperti perguruan tinggi (mis. STT Nomensen, Universitas Simalungun), Rumah Sakit Umum dan pusat-pusat peribadatan.

Faktor lainnya adalah banyaknya kantor pemerintahan di mana sebagian merupakan perwakilan dari tingkat provinsi (balai/kanwil) maupun instansi Pemkab Simalungun. Di sisi lain, berbagai fasilitas pendidikan, kesehatan dan peribadatan tersebut secara historis memiliki peran dan kualitas yang menentukan dalam skala regional.

Sebagai contoh, STT Nomensen telah menjadi salah satu sekolah tinggi agama paling berpengaruh di Provinsi Sumatera Utara, sementara SMUN 2 dan SMU Budi Mulia telah menjadi unggulan dalam skala regional. Demikian pula RSU Djasemen Saragih dan RSU Horas Insani memiliki wilayah pelayanan skala regional. Secara keseluruhan kondisi ini menjadikan sektor jasa-jasa menghasilkan output ekonomi dan lapangan kerja yang signifikan. Dalam waktu mendatang, pengembangan sektor tersebut perlu diakomodasi secara spasial dalam bentuk alokasi ruang secara memadai.

2-16

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

f. Kondisi Keuangan Daerah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Pematangsiantar atas dasar harga berlaku pada tahun 2010 sebesar 4.163.437,74 juta rupiah dengan kontribusi terbesar diberikan oleh sektor perdagangan, Hotel dan Restoran yaitu sebesar 34,02%. Sedangkan sektor yang paling kecil memberikan sumbangan terhadap PDRB adalah sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar 0,02%. PDRB Kota Pematangsiantar atas dasar harga konstan tahun 2000 pada tahun 2010 sebesar 2.038.9241,45 juta rupiah atau naik sekitar 112.625,8 juta rupiah. Sedangkan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku penduduk Kota Pematangsiantar pada tahun 2010 sebesar 17.739.554 rupiah (meningkat sebesar 10,82% dari tahun 2009).

Tabel 2.6 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Pematangsiantar Tahun 2010

NO PENDAPATAN JUMLAH (Rp)

1 Bagian Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu 2 Bagian Pendapatan Asli Daerah 24.087.112.660.000 3 Bagian Dana Perimbangan 367.202.506.300.000 4 Bagian Pinjaman Daerah 5 Lain-lain Penerimaan yang Sah 66.646.848.480.000 TOTAL 457.936.467.440.000 PENGELUARAN JUMLAH (Rp)

1 Belanja Rutin 334.914.333.000 2 Belanja Pembangunan 149.482.133.900.000 TOTAL 149.817.048.233.000 Sumber RTRW Kota Pematangsiantar Tahun 2012-2032

2-17

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Profil Sosial Budaya Pada tahun 1970-an Kota Pematangsiantar mendapat predikat sebagai kota pendidikan di Propinsi Sumatera Utara. Dari tahun ke tahun jumlah sekolah semakin meningkat mulai dari tingkat dasar hingga tingkat perguruan tinggi. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM yang tersedia untuk memajukan Kota Pematangsiantar ke arah yang lebih baik.

Pada tahun 2010 jumlah sarana pendidikan yang tersebar di 8 kecamatan untuk tingkat TK sebanyak 24 unit dimana jumlah murid yang diajar oleh 164 guru sebanyak 2.779 orang. Sedangkan untuk tingkat SD dan MI jumlah sekolah sebanyak 168 unit dimana sebanyak 30.781 orang murid diajar oleh 1.463 orang guru. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.9. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa sarana pendidikan untuk tingkat TK dan SD lebih terpusat di Kecamatan Siantar Barat.

Tabel 2.7 Jumlah Sekolah, Murid, Guru Tingkat TK dan SD Tahun 2010 TK SD + MI No Kecamatan Sekolah Murid Guru Sekolah Murid Guru 1 Siantar Marihat 1 118 6 13 4.096 81 2 Siantar Marimbun 0 0 0 7 536 52 3 Siantar Selatan 3 143 13 11 2.305 84 4 Siantar Barat 8 1549 93 31 9.536 345 5 Siantar Utara 1 75 4 35 1.352 307 6 Siantar Timur 5 381 21 29 5.329 255 7 Siantar Martoba 0 0 0 22 4.516 177 8 Siantar Sitalasari 6 513 27 20 3111 162 Total 24 2.779 164 168 30.781 1.463 Sumber : Pematangsiantar dalam Angka, 2011

Jumlah sarana pendidikan tingkat SMP dan MTs pada tahun 2010 sebanyak 20 unit yang melayani 18.581 orang murid dengan jumlah guru tetap sebanyak 1.184 orang. Jumlah sarana pendidikan tingkat SMU dan MA sebanyak 35 unit dimana jumlah terbanyak berada di Kecamatan Siantar Barat yakni 10 unit. Jumlah murid yang diajar oleh 760 orang guru tetap adalah 19.578 orang. Sedangkan untuk tingkat SMK, jumlah sekolah yang tersedia sebanyak 34

2-18

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

unit dengang jumlah murid sebanyak 13.116 orang dan guru tetap sebanyak 576 orang. Untuk data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.10 berikut ini:

Tabel 2.8 Jumlah Sekolah, Murid, Guru Tingkat SMP, SMU dan SMK Tahun 2010

SMP + MTs SMU + MA SMK No Kecamatan Sekolah Murid Guru Sekolah Murid Guru Sekolah Murid Guru 1 Siantar Marihat 4 657 43 5 2249 150 7 1893 82 Siantar 2 Marimbun 2 141 56 2 1013 34 1 560 23 3 Siantar Selatan 9 4944 281 5 1620 38 7 1454 39 4 Siantar Barat 12 3778 238 10 4194 175 7 3102 76 5 Siantar Utara 6 2241 138 3 1500 20 4 1463 96 6 Siantar Timur 7 3245 157 7 6932 267 6 3720 173 7 Siantar Martoba 7 885 119 3 2070 76 1 796 79 8 Siantar Sitalasari 3 2690 152 0 0 0 1 128 8 Total 50 18.581 1.184 35 19.578 760 34 13.116 576 Sumber : Pematangsiantar dalam Angka, 2011

Rasio antara murid dan guru menunjukkan jumlah murid yang ditangani oleh setiap guru. Hal ini secara umum juga dapat diartikan apakah jumlah guru yang ada sudah mencukupi atau belum. Semakin tinggi nilai rasionya (diatas rasio wajar) maka kebutuhan akan guru sangat diperlukan dan sebaliknya. Berdasarkan jenjang pendidikannya terlihat bahwa tingkat rasio tertinggi berada pada tingkatan SMU+MA yang mencapai 25 yang artinya 1 orang guru menangani 25 orang murid.

Gambar 2.6 Rasio Antara Murid dan Guru

30,000

25,000

20,000

15,000

Sumber 10,000 : Pematangsiantar dalam Angka, 2011 Rasio Murid/Guru Rasio 5,000

Sumber RTRW - Kota Pematangsiantar Tahun 2012-2032 TK SD + MI SMP + MTs SMU + MA SMK 2-19 Jenjang Pendidikan

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Faktor pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi masyarakat Kota Pematangsiantar sehingga setiap orang tua mengharapkan anaknya untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Selain ke Perguruan Tinggi di luar kota, minat untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi di Pematangsiantar pun cukup tinggi. Hal ini terlihat dengan jumlah Perguruan Tinggi yang ada semakin bertambah dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 terdapat 17 Perguruan Tinggi yang terdiri dari 2 Universitas, 6 Sekolah Tinggi dan 9 Akademi, di mana jumlah mahasiswanya secara keseluruhan sebanyak 15.379 orang dan Dosen yang mengajar sebanyak 740 orang.

Tabel 2.9 Jumlah Perguruan Tinggi (PT) Tahun 2010 Jenis Perguruan Tinggi Jumlah Jumlah No (PT) PT Mahasiswa Dosen 1 Universitas 2 10.593 262 2 Sekolah Tinggi 6 1.524 184 3 Istitut 0 0 0 4 Akademi 9 3.262 294 Total 17 15.379 740 Sumber : Pematangsiantar dalam Angka, 2011

Dari segi kemiskinan, jumlah penduduk miskin di Kota Pematangsiantar pada tahun 2011 mencapai 29.850 jiwa atau sekitar 11,08 % dari jumlah penduduk yang ada atau setara dengan 7.148 Pra Keluarga Sejahtera 1. Dari tabel 2.12 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk miskin tersebar di seluruh kecamatan dimana jumlah terbanyak terdapat di Kecamatan Siantar Timur yaitu 5.863 jiwa, lalu diikuti Kecamatan Siantar Martoba sebesar 5.704 jiwa. Sedangkan penduduk miskin yang terkecil terdapat di Kecamatan Siantar Marihat dengan jumlah 966 jiwa. Berikut ini jumlah penduduk miskin dan KK per kelurahan yang ada di Kota Pematangsiantar:

2-20

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Tabel 2.10 Jumlah Penduduk Miskin dan KK per Kelurahan, Tahun 2011 PRAK % Penduduk No Kecamatan Kelurahan Penduduk KK S1 Miskin Miskin Sipinggol-pinggol 4.513 1.024 187 15,23% 687 Teladan 3.778 824 105 16,75% 633 Dwikora 4.082 1.001 30 0,00% 0 Proklamasi 2.673 623 13 1,28% 34 1 Siantar Barat Timbang Galung 4.051 935 150 5,03% 204 Simarito 6.306 1.483 377 6,54% 412 Banjar 5.515 1.265 190 13,52% 746 Bantan 13.593 2.323 351 4,99% 678 Simarimbun 4.566 964 183 25,92% 1.184 2 Siantar Marimbun Nagahuta 4.254 938 124 17,34% 738 Pematang Marihat 4.240 1.000 418 44,14% 1.872 Sukamaju 7229 1.562 50 3,20% 231 3 Siantar Marihat Pardamean 6.278 1.274 66 5,18% 325 Sukaraja 2.194 514 96 18,68% 410

Baringin P Nauli 3.140 945 226 23,92% 751

Aek Nauli 3.776 890 149 16,74% 632 4 Siantar Selatan Martimbang 4.577 1.008 56 5,56% 255 Kristen 2.476 516 43 8,33% 206 Toba 3.456 540 82 15,19% 525 Karo 3.105 835 50 5,99% 186 Simalungun 2.977 750 47 6,27% 187 Martoba 10.691 2.647 105 3,97% 424 Siantar Utara Melayu 7.381 1.551 95 6,13% 453 5 Baru 9.176 2.133 129 6,05% 555 Sukadame 6.012 1.345 134 9,96% 599 Bane 7.112 1.578 190 12,04% 856 Kebun Sayur 5.647 1.011 190 18.79% 1.061 Tomuan 9.144 1.579 332 21,03% 1.923 Pahlawan 2.994 873 40 4,58% 135 6 Siantar Timur Siopat Suhu 9.715 2.472 259 10,48% 1.018 Merdeka 4.235 625 32 5,12% 217 Pardomuan 4.645 832 178 21,39% 994 Asuhan 4.474 1.200 138 11,50% 515 Sumber Jaya 6.900 1.513 179 11,83% 816 7 Siantar Martoba Nagapita 16.965 3.852 601 15,60% 2.647 Pondok Sayur 12.263 2.698 296 10,97% 1.345 Tambun Nabolon 10.092 2.364 210 8,88% 896 Bah Kapul 14.552 3.289 364 11,07% 1.611 8 Siantar Sitalasari Gurilla 2.317 483 71 14,70% 341 Bukit Sofa 7.158 1.612 63 3,91% 280 Setia Negara 8.893 2.113 213 10,08% 896 Total 269.332 61.787 7.148 - 29.850 Sumber : Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Permukiman, 2012 Ket : PRAKS1 =Pra Keluarga Sejahtera 1 2-21

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Pembangunan sektor kesehatan di Kota Pematangsiantar telah berhasil menyediakan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan masyarakat. Pada periode tahun 2010 ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan di Kota Pematangsiantar terdiri atas 7 (tujuh) buah rumah sakit dari berbagai kategori dengan jumlah kapasitas keseluruhan 664 tempat tidur (TT). Salah satu yang terbesar adalah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Djasamen Saragih, dengan kapasitas 220 TT, yang dilayani oleh 25 orang dokter umum, 9 orang dokter gigi dan 26 orang dokter spesialis. Rumah sakit yang tersebar di berbagai kecamatan tersebut dibantu oleh Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), Puskesmas Pembantu (Pustu), Balai Pengobatan Umum (BPU) dan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Berikut tabel sarana dan prasarana kesehatan yang tersedia di Kota Pematangsiantar:

Tabel 2.11 Sarana dan Prasarana Kesehatan, Tahun 2010 Jumlah No Jenis Sarana dan Prasarana Kesehatan (Unit) 1 Rumah Sakit Umum 1 2 Rumah Sakit Swasta 6 3 Puskesmas 17 4 Puskesmas Pembantu 10 5 BPU (Balai Pengobatan Umum) Swasta 19 6 Posyandu 241 7 Apotek 29 8 Klinik Keluarga Berencana 39 Sumber : Pematangsiantar dalam Angka, 2011 g. Potensi Bencana Alam Pengenalan akan potensi/kerawanan kebencanaan merupakan faktor penting dalam perencanaan tata ruang. Karena perencanaan tata ruang merupakan tindakan pengalokasian kegiatan pemanfaatan ruang pada suatu ruang. Oleh karena itu, agar pemanfaatan ruang optimal (sesuai dengan kebutuhan dan daya dukung lahan) maka hal pertama yang menjadi pertimbangan adalah apakah lahan tersebut sangat kecil potensi terjadi bencananya. Semakin rawan besar potensi bencananya maka semakin tidak diijinkan untuk kegiatan yang bersifat permukiman dan sebaliknya.

2-22

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Jika dilihat dari kondisi Kota Pematangsiantar, maka secara singkat dapat dilihat potensi bencana ada yaitu bencana banjir, longsor dan gempa. Karena kondisi topografi dan morfologi dari Kota Pematangsiantar adalah datar dan memiliki atau dilalui cukup banyak sungai dan anak sungai sehingga ada kemungkinan terjadi banjir dan longsor pada curah hujan yang tinggi. Bencana alam yang terjadi juga dapat diakibatkan oleh adanya gerakan tanah dan adanya gunung berapi yang mungkin menyebabkan gempa maupun letusan gunung berapi. h. Potensi Bencana Longsor. Bencana tanah longsor terjadi karena proses alamiah dalam perubahan struktur muka bumi, yang dapat dipicu oleh beberapa faktor penyebab antara lain: fenomena alam, seperti curah hujan, tata air tanah, struktur geologi, aktivitas manusia (Proses Man-Made) yang tidak terkendali dalam mengeksploitasi alam, yang mengakibatkan kondisi alam dan lingkungan menjadi rusak. Sejalan dengan proses pembangunan yang berkelanjutan, perlu diupayakan pengaturan dan pengarahan terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan, dengan prioritas utama untuk menciptakan kembali keseimbangan ekologis lingkungan. Langkah yang diambil adalah melalui kegiatan penataan ruang, dengan penekanan pada pengendalian pemanfaatan ruang.

Pada umumnya kawasan rawan longsor merupakan kawasan dengan tingkat curah hujan rata- rata yang tinggi, atau kawasan rawan gempa, serta dicirikan dengan kondisi kemiringan lereng lebih curam. Dalam kawasan ini sering dijumpai alur-alur dan mata air, yang pada umumnya berada di lembah-lembah dekat sungai. Kawasan dengan kondisi seperti di atas, pada umumnya merupakan kawasan yang subur, sehingga banyak dimanfaatkan untuk kawasan budidaya, terutama pertanian dan permukiman. Kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat terkait dengan tingkat kerentanan kawasan terhadap longsoran, mengakibatkan masyarakat kurang siap dalam mengantisipasi bencana, sehingga dampak yang ditimbulkan apabila terjadi bencana longsor, akan menjadi lebih besar. Di samping kawasan dengan karakteristik tersebut di atas, beberapa kawasan yang dikategorikan sebagai kawasan rawan longsor, meliputi Lereng-lereng pada kelokan sungai, akibat proses erosi atau penggerusan oleh aliran sungai pada bagian kaki lereng. Daerah tekuk lereng, yaitu peralihan antara lereng curam ke lereng landai, yang ada permukimannya, karena berdasarkan penelitian pada kondisi hidrologi lereng, (Karnawati, 2000) menjelaskan bahwa daerah tekuk lereng cenderung menjadi zona akumulasi air yang meresap

2-23

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

dari bagian lereng yang lebih curam. Akibatnya daerah tekuk lereng sangat sensitif mengalami peningkatan tekanan air pori, yang akhirnya melemahkan ikatan antar butir-butir partikel tanah dan memicu terjadinya longsoran. Daerah yang dilalui struktur patahan (sesar), yang menjadi kawasan permukiman. Daerah ini dicirikan oleh adanya lembah/sungai dengan lereng curam (>40) dan tersusun oleh batuan yang terkekarkan (retak-retak) secara intensif atau rapat, serta ditandai dengan munculnya beberapa mata air pada sungai/lembah tersebut. Retakan-retakan batuan tersebut dapat mengakibatkan lereng mudah terganggu kestabilannya, sehingga dapat terjadi jatuhan atau luncuran batuan apabila air meresap dalam retakan saat hujan, atau apabila terjadi getaran pada lereng. Di sisi lain terjadinya longsor dipengaruhi oleh gerakan tanah yang terjadi. Berikut perkembangan gerakan tanah yang terjadi di Kota Pematangsiantar:

Tabel 2.12 Perkembangan Gerakan Tanah Yang Terjadi di Kota Pematangsiantar POTENSI GERAKAN TANAH No. Kecamatan Tahun 2008 Tahun 2009 1 Siantar Barat Menengah Rendah 2 Siantar Timur Menengah Rendah 3 Siantar Selatan Menengah Rendah 4 Siantar Martoba Menengah Rendah 5 Siantar Sitalasari Menengah Rendah 6 Siantar Marihat Menengah Rendah 7 Siantar Marimbun Menengah Rendah Sumber:Homepage : http:/www.vsi.esdm.go.id - Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi – Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik

Keterangan : Menengah : Daerah yang mempunyai potensi menengah untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan. Rendah : dapat dikatakan tidak ada potensi gerakan tanah.

2-24

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Jika dilihat dari tabel di atas terlihat terdapat beberapa kecamatan pada tahun 2008 memiliki potensi gerakan tanah menengah, yang meliputi hampir seluruh Kota Pematangsiantar kecuali Siantar Utara. Pada tahun 2009, tidak terdapat potensi gerakan tanah sama sekali di Kota Pematangsiantar dan ini menunjukkan bahwa untuk bencana yang muncul dari adanya gerakan tanah, seperti longsor, akan sangat kecil terjadi.

Dalam konteks potensi bencana longsor yang dapat terjadi di Kota Pematangsiantar, beberapa indikasi faktor penyebabnya berdasarkan pemicunya adalah: Kota Pematangsiantar memiliki 4 sungai yang melintas (lihat analisis hidrologi) yang cukup besar dan dengan banyak kelokan sungai, Kota Pematangsiantar memiliki curah dan intensitas hujan yang tidak begitu tinggi tetapi memiliki banyak aliran sungai, sehingga rentan akan terjadinya longsor pada wilayah sekitar aliran sungai (DAS). h. Potensi Bencana Banjir Bencana banjir dapat dikatagorikan sebagai proses alamiah atau fenomena alam, yang dipicu oleh beberapa faktor penyebab, antara lain: Fenomena alam, seperti tingginya curah hujan, iklim, dan kondisi geomorfologi wilayah; Aktivitas manusia (Proses Man-Made) yang tidak terkendali dalam mengeksploitasi alam, yang mengakibatkan kondisi alam dan lingkungan menjadi rusak.

Sejalan dengan proses pembangunan yang berkelanjutan, diperlukan upaya pengaturan dan pengarahan terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan, dengan prioritas utama untuk menciptakan kembali keseimbangan ekologis lingkungan. Sehubungan dengan masalah banjir, langkah yang diambil adalah melalui kegiatan penataan ruang, dengan penekanan pada pengendalian pemanfaatan ruang, serta kegiatan rekayasa teknis yang mendukung proses penanganan dan pengendalian.

2-25

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Terkait dengan kawasan rawan bencana banjir, kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang dilaksanakan melalui upaya penanggulangan untuk meminimalkan dampak akibat bencana yang mungkin timbul. Kondisi ini tidak bisa dipisahkan dari pola pengendalian pemanfaatan ruang di bagian hulu, dalam lingkup wilayah sungai (WS) dan dalam lingkup kecil pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS).

Permasalahan banjir yang terjadi selama ini, sangat terkait dengan adanya fenomena alam dan perilaku manusia dalam penyelenggaraan/pengelolaan alam. Konsep dasar yang harus dipahami dalam penyelenggaraan/pengelolaan banjir adalah: Perlu adanya pemahaman dasar terkait dengan pengertian dan ruang lingkup keseimbangan ekosistem, yang mempunyai limitasi pemanfaatan; Diperlukan pola pengelolaan ruang kawasan rawan bencana banjir, sebagai langkah nyata dalam mendukung upaya pengendalian; Terjadinya penyimpangan terhadap konsistensi, terkait dengan kesesuaian dan keselarasan, antara rencana tata ruang dengan pemanfaatannya, baik pada kawasan hulu maupun hilir.

Permasalahan banjir hanya dapat direduksi, sehingga dampak yang ditimbulkan dapat ditekan seminimal mungkin. Dengan demikian, secara prinsip masalah banjir tidak dapat dihilangkan atau ditiadakan sama sekali, sehingga menjadi tanggung jawab kita bersama untuk melakukan pemantauan dan penanganan melalui penyediaan sarana dan prasarana, sehingga dampak negatif dapat direduksi semaksimal mungkin.

Dalam konteks potensi bencana banjir yang dapat terjadi di Kota Pematangsiantar, beberapa indikasi faktor penyebabnya berdasarkan pemicunya adalah Kota Pematangsiantar memiliki 4 Sungai yang melintas (lihat analisis sumber daya air), yaitu Bah Bolon, Bah Kapul, Bah Sigulang-gulang dan Bah Sibarang-barang.

Kota Pematangsiantar memiliki dataran rendah yang sangat luas sebesar >50% (lihat analisis topografi dan kelerengan), atau dapat dikatakan seluruhnya datar, sehingga air sulit mengalir (mudah terjadi genangan), kecuali vegetasi diatasnya mendukung penyerapan air yang baik.

2-26

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

i. Potensi Bencana Gempa Bumi Potensi bencana gempa bumi dapat terjadi di wilayah rawan bencana gempa bumi, baik darat maupun laut dan tidak dapat diprediksi pola dan keberadaannya, tetapi potensi yang diakibatkannya pada tingkat yang rendah. Beberapa faktor yang memungkinkan untuk menimbulkan potensi bencana gempa bumi adalah sebagai berikut:

. Adanya gunung-gunung berapi di wilayah sekitar, baik yang berada langsung di wilayah tersebut maupun yang berada di luar wilayah yang berdekatan. . Adanya wilayah-wilayah yang berpotensi terjadi gempa bumi atau rentan dan memiliki riwayat kejadian gempa bumi yang berada di wilayah sekitar.

Kondisi geologi atau batuan yang memang rentan akan terjadinya gempa bumi. Gempa bumi merupakan bencana yang sampai saat ini belum terprediksi kapan terjadinya dan seberapa besar potensi suatu wilayah akan terjadinya gempa, baik yang bersifat tektonik maupun gempa vulkanik. Untuk wilayah Kota Pematangsiantar, juga demikian. Hal yang menimbulkan adanya potensi gempa bumi di wilayah Kota Pematangsiantar adalah adanya gunung berapi di beberapa wilayah di sekitarnya, seperti gunung berapi di Simalungun, Gunung Sibayak dan Sinabung di Tanah Karo. Faktor lainnya adalah adanya riwayat gempa bumi di wilayah sekitar seperti di wilayah Danau Toba, yang apabila terjadi juga akan terasa getaran dan dampaknya di wilayah Kota Pematangsiantar.

2.2. Kondisi Prasarana Bidang Cipta Karya

2.2.1. Sub Bidang Air Minum

Cakupan pelayanan PDAM Tirta Uli tidak hanya dalam wilayah Kota Pematangsiantar, tetapi juga mencakup wilayah Kabupaten Simalungun, yakni di wilayah Kecamatan Siantar. Pada tahun 2007, cakupan pelayanan untuk wilayah Kota Pematangsiantar adalah sebesar 76% dari jumlah penduduk, dan untuk wilayah Kabupaten Simalungun sebesar 35% dari jumlah penduduk Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun.

2-27

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Tabel 2.13 Cakupan Pelayanan PDAM Tirta Uli Per Kecamatan Tahun 2010

Jumlah Jumlah Jumlah Penduduk Persentase Kecamatan No Instalasi Penduduk Yang Pelayanan Dilayani 1 Siantar Marihat 5.682 17.872 16.084 90 % 2 Siantar Selatan 3.903 17.101 15.390 90 % 3 Siantar Barat 7.589 34.984 31.485 90 % 4 Siantar Utara 8.589 46.423 41.780 90 % 5 Siantar Timur 6.879 38.454 34.608 90 % 6 Siantar Martoba 5.925 38.368 34.531 90 % 7 Simalungun 9.880 - - - 8 Siantar Sitalasari 4.484 26.854 24.168 90 % 9 Hankam 749 14.642 13.177 90 % 10 Peg/Pemda 161 - - -

Jumlah 53.841 234.698 211.223 90% Sumber : PDAM Tirta Uli Pematangsiantar

Sistem penyediaan air bersih di Kota Pematangsiantar mempergunakan sistem perpompaan, hal ini disebabkan karena kondisi topografi yang berbukit-bukit dan juga dikarenakan sumber air yang diambil sebagian besar berasal dari sungai bawah tanah. Berikut ini adalah instalasi air minum yang dikelola oleh PDAM Tirta Uli berdasarkan lokasi dengan karakteristiknya masing- masing.

2-28

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Tabel 2.14 Sumber Air Baku PDAM Tirta Uli Kapasitas Tahun Sistem No Lokasi Sumber Air Produksi Pembuatan Pengaliran Terpasang (L/det) 1 Mata Air Mual Goit 1977 250,71 Gravitasi 2 Mata Air Habonaran 1990 270,13 Gravitasi 3 Mata Air Nagahuta I & II 1953 26,14 Gravitasi 4 Mata Air Nagahuta III & IV 1971, 1974 38,58 Gravitasi 5 Mata Air Pancur Lima 1959 17,46 Gravitasi 6 Mata Air Silumangi 2005 38,48 7 Sumur Bor Jalan Raya 1959 14,07 Perpompaan 8 Mata Air Simarito 1916 34,11 Perpompaan 9 Mata Air Bah Rahu 2003 7,41 Perpompaan 10 Mata Air Nagahuta Batu III 2004 3,45 Perpompaan 11 Mata Air Simarimbun Dolok 1997 8,34 Perpompaan 12 Sumur Bor PT Anggi 1953 14,81 Perpompaan 13 Sumur Bor Jl Kertas 1986 11,25 Perpompaan 14 Sumur Bor Jalan Asahan 1983 10,14 Perpompaan 15 Sumur Bor Sabang 1940 10,86 Perpompaan 16 Sumur Bor Merauke 2002 1,38 Perpompaan 17 Sumur Bor Jalan Jambu 2004 5 Perpompaan 18 Sumur Bor Jalan Bakung 2004 6,57 Perpompaan 19 Sumur Bor Nommensen 2010 5,43 Perpompaan 20 Sumur Bor SMP I 2010 Perpompaan 21 Sumur Bor Puskesmas Bah Tongguran 2010 5 Perpompaan 22 Sumur Bor Jl Perwira - - Perpompaan Total 782,62 Sumber : PDAM Tirta Uli Pematangsiantar

Sedangkan untuk tingkat penjualan air bersih dari PDAM Tirta Uli mengalami kenaikan setiap tahunnya, sedangkan jumlah kehilangan air mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu 31,99% menjadi 31,72% pada tahun 2010. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

2-29

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Tabel 2.15 Tingkat Penjualan dan Kehilangan Air

Air yang Air yang di Tingkat Air yang Kehilangan No Tahun diproduksi distribusikan Kehilangan terjual (m3) (m3) (m3) (m3) (%) 1 2008 22.000.966 21.829.300 14.931.641 6.897.659 32,13 2 2009 22.541.798 22.351.568 15.329.839 7.021.729 31,99 3 2010 22.846.545 22.651.627 15.600.760 7.245.785 31,72 Sumber : PDAM Tirta Uli Pematangsiantar

Tabel 2.16 Data Pengelolaan Air Bersih

Data Umum Jumlah Penduduk Administrasi (Jiwa) 249.985 Jumlah Penduduk Wilayah Pelayanan (Jiwa) - Jumlah Pelanggan (Total) 52.538 Pelanggan Aktif 52.538 Rumah Tangga 50.130 Sosial 455 Usaha 1.124 Industri 104 Ins. Pemerintah 651 HU/MCK/TA 74 Lain-lain - Cakupan Pelayanan Terhadap Penduduk Perkotaan(%) Cakupan Pelayanan Terhadap Penduduk Wilayah Pelayanan (%) - Cakupan Pelayanan Terhadap Penduduk Administrasi (%) 79,12 Total Karyawan 525 PNS - Honor/Kontrak 344 Teknik 93 Non Teknik 432 Kerja sama operasi ( Ya / Tidak ) Tidak Bidang kerja sama - Nama Mitra kerja sama -

2-30

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Data Teknik

Sungai - Mata Air 666

Danau / Waduk

S. Dalam 124 Sumber Air Dimanfaatkan (l/dtk) Sungai - Mata Air 661

Danau / Waduk -

S. Dalam 123 Panjang Pipa Transmisi (km) 26.88 Panjang Pipa Distribusi (km) 613,33 Gravitasi dan Sistem Pengaliran Perpompaan Jumlah Instalasi Pengolahan (unit) - Total Kapasitas Terpasang (l/dtk) 791 Total Kapasitas Termanfaatkan (l/dtk) 785 Jumlah Air Terdistribusi (m3/thn) 22.351.569 Jumlah Air Terjual (m3/thn) 15.329.839 Data Keuangan

Biaya Operasional (Rp./thn) (Sudah termasuk penyusutan & 31.390.960.656 bunga) Total Penerimaan (Rp./thn) 27.747.588.260 Sumber : PDAM Tirta Uli Pematangsiantar

2.2.2. Sub Bidang Persampahan

Peraturan Perundang-Undangan yang mengatur tentang persampahan diatur dalam Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah, dan Di Kota Pematangsiantar diatur dengan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Pematangsiantar Nomor 9 Tahun 1992 tentang Wajib Bersih Lingkungan, Keindahan dan Ketertiban Umum. Satuan kerja perangkat daerah yang bertugas mengelola persampahan adalah Dinas Kebersihan Kota

2-31

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Pematangsiantar yang merupakan unsur pelaksana otonomi daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota dalam melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang kebersihan. Sesuai Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar Nomor 3 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah. Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar mempunyai susunan organisasi sebagai berikut: 1. Kepala Dinas 2. Sekretariat 3. Bidang Penyusunan Program dan Pelaporan 4. Bidang Kebersihan Permukiman 5. Bidang Angkutan Sampah 6. Bidang Pemeliharaan TPA dan TPSS 7. Unit Pelaksana Teknis Dinas Daerah (UPTD) 8. Kelompok Jabatan Fungsional

2-32

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Gambar 2.7 Peta Lokasi Infrastruktur Utama Pengelolaan Air Limbah Domestik

Sumber : RTRW Kota Pematangsiantar Tahun 2012-2032

2-33

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Dalam menyelenggarakan tugasnya, Dinas Kebersihan mempunyai fungsi sebagai berikut: - perumusan kebijakan teknis dan penyusunan program kegiatan operasional pelaksanaan pembangunan, pengelolaan, peningkatan sarana dan prasarana di bidang kebersihan; - penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai dengan lingkup tugasnya; - pengelolaan rekomendasi perizinan di bidang kebersihan; - pengelolaan administrasi umum yang meliputi pekerjaan ketatalaksanaan, keuangan, kepegawaian dan perlengkapan/peralatan.

Tabel 2.17 Daftar Pemangku Kepentingan Yang Terlibat Dalam Pengelolaan Persampahan

No Fungsi Instansi 1 Regulator Pemerintah Kota dan DPRD

2 Operator Dinas Kebersihan

3 Koordinator Asisten Administrasi Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setdako Pematangsiantar 4 Penegakan Hukum Satuan Polisi Pamong Praja Sumber : Bagian Hukum Setdako, Kota Pematangsiantar

Tabel 2.18 Daftar Peraturan Perundang-Undangan Terkait Pengelolaan Persampahan

No Peraturan Tentang

1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pemerintahan Daerah 2 Undang-Undang No 18 Tahun 2008 Pengelolaan Sampah 3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 4 Undang-Undang No 36 Tahun 2009 Kesehatan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem 5 Nomor 21/PRT/2006 Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP) Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar Perubahan Peraturan daerah Kota Pematangsiantar Nomor 3 Nomor 2 Tahun 2011 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja 6 Dinas-Dinas Daerah

7 Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar Retribusi Daerah Nomor 5 Tahun 2011 8 Peraturan Walikota Pematangsiantar Uraian Tugas dan Fungsi Dinas-Dinas Daerah Kota Nomor 28 Tahun 2011 Pematangsiantar Sumber : Bagian Hukum Setdako, Kota Pematangsiantar

2-34

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Yang sangat perlu diparhatikan dalam pengelolaan sampah antara lain: 1. Sistem dan Cakupan Pelayanan Secara umum pengelolaan sampah yang dilakukan pemerintah Kota Pematangsiantar melalui 3 tahapan kegiatan, yaitu: pengumpulan, pengangkutan, dan pemrosesan akhir/pengolahan. Pengumpulan sampah lingkungan/domestik, jalan, pasar dan institusi dilakukan dengan cara pengumpulan dengan gerobak sampah yang kemudian mengumpulkannya di TPSS serta penempatan beberapa bak Container di titik-titik tertentu yang pengangkutannya ke TPA dengan menggunakan Dump Truck dan Armroll. 2. Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPSS) Salah satu pendukung utama dalam pengelolaan sampah adalah sarana dan prasarana yang memadai yakni Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPSS). Berdasarkan data dari Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar hingga saat ini memiliki 571 unit TPSS yang tersebar di seluruh wilayah Kota Pematangsiantar, namun TPSS tersebut sudah banyak yang mengalami kerusakan sehingga menyebabkan sampah berserakan, menimbulkan bau yang tidak sedap, menjadi sumber penyakit dan menyumbat saluran air. 3. Tempat Pemrosesan Akhir Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang dimiliki Pemerintah Kota Pematangsiantar adalah seluas 2 Ha dan masih bersifat sewa di mana pada akhir tahun 2011 telah berakhir masa sewanya. Sampah yang telah diangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dapat mengalami proses lanjutan. Teknologi yang digunakan dalam proses lanjutan yang umum digunakan adalah: . Pengumpulan/pemilahan sampah organik dan anorganik . Pengolahan pupuk kompos . Pengolahan dengan sistem 3R (Reduce, Reuse dan Recycle)

Berdasarkan data Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar bahwa jumlah penduduk Kota Pematangsiantar pada tahun 2010 mencapai 234.885 jiwa dengan luas daerah sekitar 79,971 km², sedangkan jumlah masyarakat yang terlayani hanya mencapai 164.420 jiwa atau sekitar 70% dengan luas daerah yang terlayani sekitar 55.980 km². Selain itu data Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar mengenai total timbulan sampah yang ada setiap hari mencapai 2-35

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

729,820 kg/hari dengan perhitungan timbulan sampah per jiwa rata-rata 2,5 kg per jiwa yakni (2,5 x 234.885 jiwa = 587.213 kg/hari) dan timbulan sampah dari jalan, instansi dan pasar mencapai 142,607 kg/hari, kemampuan pengangkutan sampah dari TPSS yang tersedia menuju TPA hanya sekitar 510,874 kg/hari dengan jumlah sampah yang tersisa atau tidak terangkut ke TPA mencapai 218,946 kg/hari sehingga jika ditotalkan dalam satu bulan (30 hari) maka jumlah sampah yang berserakan dan tidak terangkut ke TPA mencapai 6.568.380 kg/bulan. Hal ini berarti bahwa sarana dan prasarana serta petugas yang ada dalam pengelolaan persampahan tersebut belum mencukupi untuk kebutuhan daerah, di mana Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar hanya memiliki petugas lapangan sebanyak 292 orang dengan armada angkutan 27 unit Dump Truk, 5 unit Truck Armroll serta 14 unit Bak Container.

Tabel 2.19 Diagram Sistem Pengolahan Persampahan Kode/ User Penampung Pengolahan Pembuangan/ Input Pengaliran Nama Interface an Awal Akhir Daur Ulang Aliran Sampah Warga/ TPSS/bak Dump truk/ truk armroll TPA/pengolahan 1 organik lingkungan container pupuk kompos Jalan TPSS Dump truck 1.1 Pasar TPSS/bak Dump truk/ truk armroll TPA 1.2 container Instansi TPSS/bak Dump truk/ truk armroll 1.3 container Sampa Warga/ TPSS/bak Dump truk/ truk armroll Pemilahan 2 Anorganik lingkungan container sampah yang Jalan TPSS Dump truck bersifat ekonomis oleh 2.1 TPA Pasar TPSS/bak Dump truk/ truk armroll masyarakat/ 2.2 container pemulung Instansi TPSS/bak Dump truk/ truk armroll 2.3 container Sampah Rumah Sakit Tong Sampah Rumah Sakit 3 Medis Sumber : Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar

2-36

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

1. Kesadaran Masyarakat dan PMJK Untuk menciptakan keadaan lingkungan yang bersih dan asri peran serta masyarakat sangat dibutuhkan untuk menciptakan hal tersebut di atas, di mana pihak Pemerintahan Kota Pematangsiantar membuat Program Jumat Bersih yakni dengan melaksanakan gotong royong yang melibatkan pemerintah dan masyarakat pada setiap hari jumat tiap bulannya. Dalam pengelolaan persampahan dapat dilihat peran serta masyarakat dengan membayar retribusi sampah. Di samping itu peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah dilakukan dengan memberikan penyuluhan mengenai sanitasi dan kesehatan. Ini dimaksudkan agar masyarakat tidak membuang sampah sembarangan khususnya di sungai atau saluran air.

Tabel 2.20 Pengelolaan Persampahan di Tingkat Kelurahan/Kecamatan

Dikelola oleh sektor formal Jenis Kegiatan ditingkat Kelurahan/Kecamatan Ket L P Pengangkutan sampah ke TPS 35 30 - Pembabat rumput bahu jalan 27 - - Para penyapu jalan 36 70 -

Penggali dan pembersihan parit 33 8 - Sumber : Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar

Tabel 2.21 Pengelolaan Persampahan di Tingkatan Kota

Dikelola oleh Jenis Kegiatan Pemerintah Kota Ket L P Pengangkutan sampah ke TPS 7 23 - Pengangkutan sampah ke TPA 106 - -

Pembabat rumput bahu jalan 25 - -

Para penyapu jalan 46 181 -

Pengelolaan sampah di TPA 6 - -

Penggali dan pembersihan parit 10 - - Sumber : Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar 2-37

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Tabel 2.22 Daftar Program Layanan yang Berbasis Masyarakat

Nama Kondisi sarana saat ini Aspek PMJK Program/ Pelaksanaan Tahun Mulai No Sub sektor Proyek/ /PJ Tidak Fungsi Rusak PM JDR MBR Layanan Fungsi Persampahan Pengadaan bak Dinas 2012 √ PKK - - - - 1 sampah Kebersihan Persampahan2 Pengadaan Bak Dinas 2011 √ - - - - - Container Kebersihan Persampahan3 Pengadaan truk armroll Badan 2011 √ Lingkungan - - - - - Hidup Persampahan4 Pengadaan TPSS Badan 2009 √ lingkungan - - - - - Hidup Sumber : Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar

Pemetaan Media dalam meningkatkan pengelolaan persampahan di Kota Pematangsiantar tidak lepas dari partisipasi media yang turut serta dalam mensosialisasikan kegiatan-kegiatan yang berhubungan langsung dengan pengelolaan persampahan.

2-38

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Tabel 2.23 Media Komunikasi dalam Pengelolaan Persampahan

No Nama Media Jenis Acara Isu yang Diangkat Pesan Kunci Pendapat Media Sistem pengolahan Keterlibatan Masyarakat dalam Bermanfaat untuk menciptakan 1 Metro Siantar Artikel sampah menangani sampah lingkungan bersih Himbauan agar tidak Infokom Pemko Pemasangan Sampah adalah membuang sampah Positif dalam menciptakan 2 Pematangsiantar Spanduk Masalahku sembarangan lingkungan yang bersih

Tabel 2.24 Kerjasama Terkait Sanitasi

No Nama Kegiatan Jenis Kegiatan Sanitasi Mitra Kerjasama Pendapat Media 1 BRI Peduli Pembuatan tong Sampah di Pasar Bank BRI Cabang Positif agar sampah tidak Horas Pematangsiantar berserakan 2 Pembuatan tong sampah dan Pembuatan Infrastruktur tempat NV. STTC Positif TPS sampah

2-39

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

1. Partisipasi Dunia Usaha Pengelolaan Persampahan yang melibatkan dunia usaha di Kota Pematangsiantar diwujudkan dengan adanya masyarakat pemulung dan usaha jual beli barang bekas. Dimana sampah yang memiliki nilai jual dikumpulkan dan dipilah berdasarkan jenisnya kemudian dijual ke pengumpul barang bekas.

Tabel 2.25 Penyedia Layanan Pengelolaan Persampahan No Nama Provider Tahun Mulai Jenis Kegiatan Operasi Pengumpul Besar limbah/sampah 1 CV. Dalanta Horas 20xx anorganik Usaha Jual beli Barang Bekas/Sampah 2 UD. Purba 20xx anorganik

2. Pendanaan dan Pembiayaan Dana yang dialokasikan pada Dinas Kebersihan untuk pengelolaan persampahan dibiayai dari Dana Alokasi Umum (DAU) APBD Kota Pematangsiantar dimana alokasi penggunaannya tahun 2011 dan 2012 antara lain:

Tabel 2.26 Ringkasan Pendapatan dan Belanja dari Sub Sektor Persampahan No Program/Kegiatan Sumber Tahun SKPD Dana 2011 2012 A Belanja Langsung a Program Pelayanan Administrasi perkantoran DAU 5.269.135.000,- 4.559.340.000,- Dinas B Program peningkatan sarana dan prasarana Kebersihan aparatur, kegiatan pemeliharaan rutin/berkala DAU 1.740.713.505,- 2.539.710.800,- Dinas kenderaan dinas/operasional Kebersihan C Program pengembangan kinerja pengelolaan persampahan, kegiatan peningkatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana DAU 527.115.463,- 641.198.000,- Dinas persampahan Kebersihan

B Pendapatan/Retribusi A Retribusi pelayanan persampahan - 961.082.500,- - Dinas Kebersihan B Pendapatan dari penjualan kelapa sawit - 5.000.000,- - Dinas C Pendapatan dari penjualan pupuk kompos - 1.500.000,- - DinasKebersihan Sumber : Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar Kebersihan

2-40

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

3. Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak Sebagai kota yang sedang dengan luas daerah 79,971 Km2 dan jumlah penduduk 234.885 jiwa, maka Kota Pematangsiantar masih berpotensi menjadi kota yang bersih dan asri. Pengoptimalan koordinasi dan kerja sama dengan instansi yang terkait serta kesadaran masyarakat dapat menjadi titik tolok ukur untuk mempercepat proses dalam mencapai maksud tersebut, namun hal ini belum terwujud karena masih banyak kendala-kendala yang dihadapi.

4. Tarif Retribusi Pada Umumnya Masih Rendah Masih rendahnya disiplin warga untuk membuang sampah pada waktu yang telah ditentukan. Sedangkan kondisi truk sampah yang tidak layak untuk melayani pengangkutan sampah, sehingga setiap harinya tidak semua bisa terangkut. Kondisi lahan TPA yang dimiliki Kota Pematangsiantar saat ini yang masih bersifat sewa, di mana pada akhir 2011 telah berakhir masa sewanya dan menjadi permasalahan yang sangat mendesak. Minimnya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan/kebersihan yang dimiliki oleh Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar, keterbatasan tenaga-tenaga professional di bidang persampahan serta keterbatasan pendanaan dari APBD Kota Pematangsiantar merupakan hal-hal yang menjadi masalah dalam penanganan sampah di Kota Pematangsiantar.

2.2.3. Sub Bidang Air Limbah

PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) menjadi program rutin yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar untuk menyadarkan masyarakat supaya memiliki perilaku hidup yang bersih dan sehat serta untuk menumbuhkan pemberdayaan di masyarakat. Dengan adanya paradigma baru dalam pelayanan kesehatan (paradigma sehat) yang lebih menitikberatkan pada upaya peningkatan (promosi) kesehatan dan pencegahan penyakit, diluncurkan upaya PHBS sebagai salah satu strateginya.

2-41

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) adalah upaya mewujudkan prilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan keluarga/rumah tangga, sarana kesehatan, sekolah/institusi pendidikan, institusi pemerintah dan tempat-tempat umum. Untuk menetapkan strata pelaksanaan PHBS, dilakukan pengkajian PHBS sesuai dengan pedoman/petunjuk pembinaan program PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Ada beberapa kriteria/indikator yang harus dipenuhi agar desa/institusi atau rumah tangga tersebut dapat digolongkan sebagai rumah tangga sehat. Adapun program yang dilakukan adalah:

A. Penyuluhan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) Rumah Tangga di 16 Kelurahan: 1. Kecamatan Siantar Marimbun. a. Kel. Pematang Marihat b. Kel. Naga Huta Timur 2. Kecamatan Siantar Barat a. Kel. Sipinggol-pinggol b. Kel. Timbang Galung 3. Kecamatan Siantar Marihat a. Kel. BP. Nauli b. Kel. Sukaraja 4. Kecamatan Siantar Selatan a. Kel. Toba b. Kel. Martimbang 5. Kecamatan Siantar Martoba a. Kel. Pondok Sayur b. Kel. Tanjung Pinggir 6. Kecamatan Siantar Sitalasari a. Kel. Bukit Sofa b. Kel. Bah Kapul 7. Kecamatan Siantar Timur a. Kel. Tomuan b. Kel. Pahlawan

2-42

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

8. Kecamatan Siantar Utara a. Kel. Sukadame b. Kel. Martoba B. Pemutaran Film Kesehatan (Narkoba & HIV/AIDS, Demam Berdarah, Rabies) ke wilayah kerja 27 Puskesmas/Pustu (Kelurahan dan Sekolah). C. Tatanan Rumah Tangga

- Pemutaran Film Kesehatan Pemutaran film Kesehatan dilakukan ke seluruh wilayah kerja Puskesmas/Puskesmas Pembantu di Kota Pematangsiantar (Kelurahan dan Sekolah/SD/SLTP/SLTA). Kegiatan PHBS berupa penyuluhan ataupun pemutaran Film dilakukan 1 kali di setiap tempat pelaksanaan. Tujuan pemutaran film untuk menanamkan suatu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) kepada setiap orang bukanlah hal yang mudah, akan tetapi memerlukan proses yang panjang. Setiap orang hidup dalam tatanannya dan saling mempengaruhi serta berinteraksi antar pribadi dalam tatanan tersebut. Memantau, menilai, dan mengukur tingkat kemajuan tatanan adalah lebih mudah dibandingkan dengan perorangan. Oleh karena itu, penyampaian PHBS dilakukan melalui pendekatan tatanan, yaitu tatanan rumah tangga (masyarakat, dan sekolah (SD, SLTP, SLTA) yang dilakukan Dinas Kesehatan.

- Rencana Peningkatan Kampanye PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) Upaya-upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat sudah dilakukan dalam rangka perubahan prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Adapun upaya-upaya peningkatan kampanye PHBS direncanakan dengan membuat program: 1. Pemutaran Film Kesehatan di 26 Kelurahan 2. Penyuluhan PHBS Sekolah yakni ke Sekolah Dasar (SD) 3. Penyuluhan Kesehatan Reproduksi

2-43

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

- Tatanan Rumah Tangga Kesehatan merupakan unsur yang sangat penting dan menentukan sebagai hak dasar manusia, di samping pembangunan pendidikan dan keuangan ekonomi masyarakat. Salah satu terobosan yang dapat dilaksanakan dalam mewujudkan peningkatan derajat kesehatan masyarakat adalah pendekatan upaya Kesehatan Lingkungan. Upaya Kesehatan Lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik fisik, kimia, biologis maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi- tingginya.

Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 BAB XI “Tentang Kesehatan Lingkungan,” Lingkungan Sehat mencakup: lingkungan pemukiman, tempat kerja, tempat rekreasi serta tempat dan fasilitas umum, bebas dari unsur-unsur yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Untuk mewujudkan lingkungan yang sehat Pemerintah Daerah Kota Pematangsiantar telah mewujudkan upaya berupa Pembangunan Kota Sehat. Tujuan dari Kota Sehat: yaitu tercapainya kondisi wilayah yang aman, nyaman, bersih dan sehat untuk dihuni warganya dengan mengoptimalkan potensi masyarakat melalui pemberdayaan kelompok kerja masyarakat difasilitasi oleh sektor terkait dengan perencanaan wilayah. Sasaran dari kota sehat terbentuknya forum masyarakat di Kota Pematangsiantar yang menjalin kerjasama antara masyarakat, pemerintah kota dan pihak swasta, serta dapat menampung aspirasi masyarakat dan kebijakan pemerintah secara seimbang dan berkelanjutan dalam mewujudkan sinergi pembangunan yang baik.

Berdasarkan data Kesehatan Lingkungan dari 51.322 KK yang ada, yang mempunyai Jamban Keluarga: 34.884 (67,97%) KK, Leher Angsa: 32.083 (91,9%), Cemplung: 1.735 (4,9%), Plengsengan: 1.066 (3,1%). Sedangkan yang tidak memiliki jamban sebanyak 16.438 KK (32,03%) di mana yang tidak memiliki jamban umumnya buang air besar di sungai. Yang menggunakan fasilitas PDAM sebagai sumber air bersih: 31.490 (61.37%) KK, dan yang tidak memakai fasilitas PDAM ada memakai sumur bor dan umbul sedangkan yang mempunyai tempat sampah: 22.191 (42,2%) KK dan yang mempunyai saluran air limbah: 30.137 (58,72%) KK. Studi EHRA dilakukan untuk mendapatkan tingkat penilaian resiko terhadap kebiasaan masyarakat dalam hal; 2-44

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Pengelolaan sampah Rumah Tangga, antara lain: . Cara pembuangan sampah . Cara pengelolaan sampah (3R) . Pembuangan air kotor/tinja, antara lain dengan kepemilikan jamban

2-45

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Tabel 2.27 Rekapitulasi Kondisi Fasilitas Sanitasi di Sekolah/Pesantren

Jumlah Jlh Sekolah Jumlah Jumlah Sekolah yang Jumlah Sekolah Mempunyai Sekolah Mempunyai Siswa Guru Punya SAB Mempunyai Toilet/WC Jenis Sekolah

Dokter Cilik/ Kantin Ruang Fas.Cuci Persediaa L P Kader UKS Sehat UKS Tangan Sabun

SD Negeri 10.160 10.762 1.355 123 5 1 123 0 0 123 SD Swasta 7.458 7.105 552 34 4 0 34 4 4 34 MI Negeri 238 260 20 1 1 0 1 1 1 1 MI Swasta 868 960 95 8 0 0 8 0 0 8 SMPN 5.804 5.069 851 13 0 2 13 2 2 13

SLTP Swasta 4.163 4.654 535 28 0 0 28 0 0 28 Tsanawiyah Negeri 285 439 53 1 1 1 1 0 0 1 Tsanawiyah Swasta 522 426 113 8 0 0 8 0 0 8 SLTA/SMKN 4.760 6.209 785 8 0 2 8 4 4 8 Aliyah Swasta 435 390 88 6 0 0 6 0 0 6 Total 45.119 47.613 6.000 286 11 6 286 11 11 286 Sumber : RTRW Kota Pematangsiantar Tahun 2012-2032

2-46

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

A. Pengelolaan Air Limbah Domestik Limbah merupakan bahan buangan yang berbentuk cair, gas dan padat yang mengandung bahan kimia yang sukar untuk dihilangkan dan berbahaya sehingga air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan. Air limbah berasal dari suatu daerah/kawasan yang telah dipergunakan untuk berbagai keperluan dan harus dikumpulkan dan dibuang untuk menjaga lingkungan hidup yang sehat dan baik. Berdasarkan karateristiknya, limbah dapat digolongkan menjadi 4 macam yaitu: - Limbah cair: yaitu sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair. - Limbah padat: berasal dari kegiatan industri dan domestik. Limbah domestik umumnya berbentuk limbah padat rumah tangga, kegiatan perdagangan, perkantoran, peternakan, pertanian serta tempat-tempat umum. Contoh-contoh limbah padat diantaranya kertas, kayu, kain, karet/kulit tiruan, plastik, metal, gelas/kaca, organik, bakteri, kulit telur dll. - Limbah gas dan partikel, berupa polusi udara akibat beberapa partikular zat (limbah) yang mengandung partikel (asap dan jelaga), hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen oksida, ozon (asap kabut fotokimiawi), karbon monoksida dan timah. - Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), mengandung bahn berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya baik langsung maupun tidak langsung dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidu atau membahayakan kesehatan manusia. Contoh limbah B3 diantaranya; bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Karakteristik limbah B3 diantaranya mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif dan lain-lain.

Karakter Limbah 1. Limbah Domestik Limbah domestik adalah semua buangan yang berasal dari kamar mandi, kakus, dapur, tempat cuci pakaian, cuci peralatan rumah tangga, apotek, rumah sakit, rumah makan dan sebagainya yang secara kuantitatif limbah tadi terdiri dari zat organik baik berupa zat padat ataupun cair, bahan berbahaya, dan beracun, garam terlarut, lemah dan bakteri terutama golongan fekal coli, jasad pathogen, dan parasit. 2-47

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

2. Limbah Non Domestik Limbah non domestik sangat bervariasi, terlebih lebih untuk limbah industri. Limbah pertanian biasanya terdiri atas bahan padat bekas tanaman yang besifat organis, bahan pemberantas hama dan penyakit (peptisida bahan pupuk yang mengandung nitrogen, fosfor, sulfur, mineral, dan sebagainya. Dalam air buangan terdapat zat organik yang terdiri dari unsur karbon, hidrogen, dan oksigen dengan unsur tambahan yang lain seperti nitrogen, belerang dan lain-lain yang cenderung menyerap oksigen. Dalam hal pengelolaan air limbah industri dan rumah sakit wajib dilakukan oleh pemrakarsa kegiatan dan melaporkan hasil pemantauan lingkungan ke Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Pematangsiantar secara periodik. Selanjutnya dalam pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga terdapat 3 (tiga) sistem: a. Sistem Terpusat Pengelolaan air limbah di Kota Pematangsiantar belum dapat dilakukan dengan sistem terpusat. b. Sistem Komunal Pada pengelolaan air limbah sistem komunal, dua atau lebih rumah tangga terhubung pada satu tanki septik. Limbah yang berasal dari kamar mandi dan cucian dibuang ke dalam saluran drainase, sedangkan limbah dari WC terbuang ke dalam septic tank. Untuk Kota Pematangsiantar pengelolaan air limbah secara komunal masih mengalami kendala sehubungan dengan keterbatasan biaya dan tempat. c. Sistem Setempat Pengelolaan air limbah setempat atau individual dilakukan oleh rumah tangga memiliki tanki septik sendiri-sendiri.

2-48

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Gambar 2.8 Lokasi Infrastruktur Utama Pengelolaan Persampahan

Sumber : RTRW Kota Pematangsiantar Tahun 2012-2032 2-49

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Gambar 2.9 Saluran Standar Tanpa Perkerasan

Perkerasan

Gambar 2.10 Saluran Standar dengan Perkerasan

2-50

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Kecamatan Siantar Timur Kelurahan Siopat Suhu, mulai dari depan Gereja GKPS Jalan Sang Nawaluh sampai simpang Jalan Justin Sihombing (Simpang Sambu) Kelurahan Asahan, mulai dari depan SPBU Jalan Ahmad Yani sampai depan STM HKBP Kecamatan Siantar Martoba Kelurahan Sumber Jaya, Simpang Kerang - Sungai Sigagal Kelurahan Tambun Nabolon Kecamatan Siantar Sitalasari Kelurahan Setia Negara Kelurahan Bah Kapul Kecamatan Siantar Marihat Kelurahan Suka Maju Kelurahan Pardamean

2.2.4. Sub Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan

Tujuan penataan ruang Kota Pematangsiantar mencerminkan arah spesifik yang akan dituju dalam proses penataan ruang di masa mendatang. Tujuan penataan ruang tersebut juga dirumuskan berdasarkan isu pokok kota sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelumnya. Dengan pertimbangan tersebut maka tujuan penataan ruang Kota Pematangsiantar adalah Mewujudkan Kota Pematangsiantar sebagai Pusat Perdagangan dan Jasa bagi wilayah tengah Provinsi Sumatera Utara dengan dukungan sektor pendidikan, kesehatan, dan pariwisata dalam ruang kota yang aman, nyaman dan produktif secara berkelanjutan.

Berdasarkan tujuan penataan ruang yang ingin dicapai di atas, maka kebijakan penataan ruang Provinsi Sumatera Utara dirumuskan, sebagai berikut: Pengembangan sistem pusat pelayanan kota yang memperkuat kegiatan perdagangan dan jasa skala wilayah dan kota. Peningkatan aksesibilitas dan transportasi yang dapat mengarahkan peningkatan fungsi dan keterkaitan antar pusat kegiatan dan keterkaitan dengan eksternal.

2-51

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan prasarana perkotaan. Peningkatan daya dukung lingkungan melalui upaya mempertahankan kualitas lingkungan. Pengembangan kawasan budidaya yang mendorong pemerataan pembangunan. Penetapan kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi dan sosial budaya.

Adapun strategi perwujudan kebijakan penataan ruang Kota Pematangsiantar tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: Strategi pengembangan sistem pusat pelayanan kota yang memperkuat kegiatan perdagangan dan jasa skala wilayah dan kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: . Menetapkan hirarkhi pusat pelayanan kota . Mengarahkan kawasan pusat kota menjadi pusat kegiatan perdagangan dan jasa, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan dan pusat pemerintahan kota . Mendorong perkembangan kegiatan perekonomian baru, fasilitas olah raga dan perumahan baru di kawasan sub pusat kota . Mengembangkan pusat pelayanan lingkungan Strategi peningkatan aksesibilitas dan transportasi yang dapat mengarahkan peningkatan fungsi dan keterkaitan antar pusat kegiatan dan keterkaitan dengan eksternal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b meliputi: . Menciptakan pola pergerakan kendaraan yang efektif dan efisien di kawasan pusat kota; . Memfasilitasi pergerakan regional melalui pembangunan jalan lingkar luar (outer ring road) . Menata kembali sistem angkutan umum kota; . Meningkatkan efektivitas jaringan jalan kolektor dan lokal. . Mengembangkan sistem jaringan perkeretaapian Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan prasarana perkotaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c meliputi: . Mengembangkan sistem jaringan telekomunikasi pada wilayah yang akan dikembangkan . Meningkatkan jangkauan pelayanan air minum . Mengembangkan jaringan energi/kelistrikan sampai secara menyeluruh . Meningkatkan kualitas sumber daya air kota . Meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur perkotaan 2-52

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

2.2.5. Sub Bidang Pengembangan Permukiman

Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar masyarakat yang memiliki fungsi strategis sebagai pusat pendidikan keluarga, persemaian budaya dan peningkatan kualitas generasi yang akan datang. Terwujudnya kesejahteraan masyarakat dapat ditandai dengan meningkatnya kualitas kehidupan yang layak, antara lain melalui pemenuhan perumahan. Dengan demikian unpaya menempatkan bidang perumahan dan permukiman sebagai salah satu prioritas dalam pembangunan di daerah adalah sangat strategis. Pertumbuhan penduduk telah menimbulkan tekanan terhadap ruang dan lingkungan untuk kebutuhan perumahan permukiman. Masih banyaknya masyarakat yang tinggal di permukiman yang kurang layak huni.

Pembangunan perumahan dan permukiman merupakan kegiatan yang bersifat multi sektor, hasilnya langsung menyentuh kebutuhan masyarakat. Demikian pula Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah mengisyaratkan bahwa pembangunan perumahan dan permukiman akan menjadi salah satu urusan wajib yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah. Demikian halnya dengan pembangunan perumahan dan permukiman di Kota Pematang Siantar, sesungguhnya tidak terlepas dari dinamika kehidupan masyarakat yang semakin komplek sehingga perlu pengaturan dan penanganan yang lebih terintegrasi sebagai satu kesatuan dengan sektor lainnya.

Tabel 2.28 Penetapan Kawasan Kumuh Kota Pematang Siantar

No. Lokasi Luas (Ha) Keterangan 1 Kecamatan Siantar Utara Kel. Martoba 32 10.089 Jiwa 2 Kecamatan Siantar Barat Kel. Banjar 36 6390 Jiwa 3 Kecamatan Siantar Timur Kel. Tomuan 91 9405 Jiwa

2-53

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

2.3. Isu - Isu Strategis

Isu pengembangan wilayah merupakan rangkuman dari berbagai potensi dan permasalahan, serta mencerminkan berbagai fenomena yang muncul di wilayah Kota Pematangsiantar, yaitu: Sebagai Kota Pusat Kegiatan Wilayah dan Kota Sekunder di Provinsi Sumatera Utara, menjadi penyeimbang pengembangan wilayah Provinsi Sumatera Utara yang memiliki hinterland wilayah dataran tinggi Danau Toba;

Memiliki posisi strategis sebagai pintu gerbang dataran tinggi bukit barisan dalam wujud kesamaan iklim, kondisi alam, kegiatan produktif, dan sosial budayanya yang berarti. Berbagai potensi kegiatan ekonomi, sosial, budaya dan keagamaan serta dan pemerintahan dengan pelayanan skala wilayah dan nasional sudah berlangsung sejak dahulu, yaitu kegiatan perdagangan dan jasa (komersial) perbankan, supermarket, telekomunikasi, dan pelayanan imigrasi yang memiliki jangkauan pelayanan regional ketersediaan kegiatan pendidikan menengah dan tinggi dan dukungan fasilitas kesehatan yang berskala regional yang menciptakan kualitas SDM yang dapat bersaing secara nasional dan internasional, kantor pusat 4 (empat) gereja berskala nasional dan internasional memiliki sejarah yang panjang di kota ini. Bangunan bersejarah budaya adat Simalungun, kegiatan industri pengolahan beberapa produk pertanian/perkebunan yang sudah memiliki brand dan skala pemasaran nasional dan ekspor. Fasilitas dan kegiatan pertahanan dan keamanan Kawasan Rindam yang sekaligus pusat pelatihan militer.

Di samping sudah terbangun infrastruktur nasional dan wilayah, seperti: jalur Kereta Api dan jalan nasional, sudah ada rencana pengembangan infrastruktur baru lainnya, yaitu: rencana pembangunan jalur KA baru rute Merek - Pematang Siantar, pembangunan jalan bebas hambatan - - yang menambah fungsi distribusi dan koleksi bagi Kota terhadap wilayah hinterland berupa angkutan barang produk-produk pertanian dari Daerah Tinggi Bukit Barisan dan transportasi transit menuju daerah tujuan wisata Danau Toba dan sekitarnya. Pengembangan Kawasan Ekonomi Nasional Industri Hilir Produk Sawit berskala internasional di Kawasan Sei Mangkei Kecamatan Perdagangan Kabupaten Simalungun yang berjarak hanya sekitar 40 Km dari Kota Pematangsiantar diharapkan mendorong perkembangan 2-54

Revisi RPIJM Kota Pematangsiantar Tahun 2013-2017

perekonomian kota melalui kegiatan jasa pendidikan, jasa konsumtif konsumsi, jasa otomotif/transportasi dan industri turunannya, dan kegiatan lainnya.

Rencana pembangunan jalan lingkar luar kota sebelah Timur dan Barat, yang dapat dikaitkan sebagai pendorong pengembangan wilayah pinggiran kota. Kemudian terdapat lahan ex HGU di tepi kota (Kelurahan Tanjung Pinggir, Kecamatan Siantar Martoba) menambah kawasan potensi lahan pengembangan didominasi oleh lahan pertanian (perkebunan, lading dan sawah) yang sebagian besar diantaranya dialiri oleh jaringan prasarana irigasi teknis.

Tantangan pengembangan Kota Pematangsiantar dalam waktu mendatang adalah mengendalikan dan mengarahkan pertumbuhan fisik kota sehingga berlangsung pada lokasi yang direncanakan dengan intensitas yang sesuai dengan daya dukung lingkungan. Arahan pengembangan fisik wilayah kota yang mempertimbangkan: - perkembangan fisik di kawasan pusat kota berlangsung secara intensif dengan orientasi pada sektor perdagangan dan jasa. Dengan demikian dituntut kebijakan yang dapat mengakomodasi perkembangan tersebut sekaligus merevitalisasi kawasan pusat kota. - perkembangan fisik di pinggiran berlangsung secara ekstensif dan sporadis. Dengan demikian dituntut kebijakan yang dapat mengarahkan perkembangan fisik secara optimal sekaligus mempertahankan lahan terbuka hijau secara terpadu.

2-55