PERPUSTAKAAN UMUM KOTA KABANJAHE (NEO VERNAKULAR)

SKRIPSI

OLEH KRISMI NANDA PUTRA 160406023

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PERPUSTAKAAN UMUM DI KABANJAHE (NE0 VERNAKULAR)

SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur Fakuktas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh KRISMI NANDA PUTRA 160406023

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PERNYATAAN

PERPUSTAKAAN UMUM DI KABANJAHE (NEO VERNAKULAR)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka.

Medan, 24 Juni 2020 (Krismi nanda putra)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ABSTRACT

Human resources are one measure of whether or not they are a nation. Without quality resources, a nation will not be able to compete with other nations. The quality of 's human resources depends on the amount that is still low and the process of decline from year to year. One of the factors causing the low Human Development Index in Indonesia is the low quality of education, which also directly involves the economic and health sectors. The situation is exacerbated by the still dominant speech culture (oral) than reading culture. This culture is a top priority in improving the quality of community resources needed to develop themselves in adding their own knowledge while reading. Therefore, it is necessary for the participation of all parties in the development of interest in reading, both among students and the community.

Keywords : human resources, interest in reading

iv UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas nikmat, berkat, dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan laporan akhir skripsi guna untuk memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana. Dalam penulisan laporan skripsi ini penulis mengangkat judul perpustakaan umum kota kabanjahe (Neo-Vernakular) Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dan memberi dukungan hingga dapat terselesaikan dengan baik,

Medan, 24 Juni 2020 Krismi Nanda Putra

v UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ...... ii

ABSTRAK ...... iii

ABSTRACT ...... iv

KATA PENGANTAR ...... v

DAFTAR ISI ...... vi

DAFTAR GAMBAR ...... ix

DAFTAR TABEL ...... xi

BAB I PENDAHULUAN ...... 1

1.1. Latar Belakang ...... 1

1.2. Permasalahan Perancangan ...... 4

1.3. Tujuan Perancangan ...... 4

1.4. Pendekatan ...... 4

1.5. Sistematika Penulisan Laporan ...... 5

1.6. Kerangka Berpikir ...... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...... 7

2.1. Tinjauan Fungsi ...... 8

2.1.1. Terminologi Judul ...... 8

2.1.2. Standar Perpustakaan Umum ...... 12

2.1.3. Standar Dimensi ...... 13

2.1.4 Jenis Pelayanan Koleksi Perpustakaan ...... 18

2.1.5 Studi Preseden Fungsi Sejenis ...... 20

2.2. Tinjauan Tema ...... 22

2.2.1. Arsitektur Neo-Vernakular ...... 22

vi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.2.2. Arsitektur Tradisional Karo ...... 23

2.2.3. Tipologi Bangunan Karo ...... 25

2.2.4. Studi Preseden Tema Sejenis ...... 30

BAB III METODOLOGI ...... 40

3.1. Metoda Pemilihan Lokasi ...... 40

3.2. Metoda Menyelesaikan Masalah Perancangan ...... 40

3.2.1 Pencarian Ide/Gagasan ...... 40

3.2.2 Pengumpulan Data ...... 40

3.2.3 Analisa ...... 41

3.2.4 Konsep ...... 42

3.2.5 Hasil Akhir ...... 43

BAB IV DESKRIPSI PROYEK ...... 44

4.1. Judul Proyek ...... 44

4.2. Luasan ...... 45

4.3. Batas Kawasan ...... 45

4.4. Fungsi Sekitar ...... 47

BAB V ANALISA PERANCANGAN ...... 48

5.1. Analisis Perancangan Ruang Luar ...... 48

5.1.1. Analisis Pencapaian ...... 48

5.1.2. Analisis Sirkulasi ...... 49

5.1.3. Analisis Matahari dan Angin ...... 49

5.1.4. Analisis Kebisingan ...... 50

5.1.5 Analisa View ...... 50

5.2. Analisis Sistem Kegiatan dan Program Ruang ...... 51

5.2.1. Analisis Kebutuhan Ruang ...... 51

vii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

5.2.2. Analisis Skema Kegiatan ...... 53

5.2.3. Program Ruang ...... 54

5.3. Analisis Sistem Struktur / Konstruksi ...... 55

5.3.1. Analisis Struktur ...... 55

5.4. Analisis Sistem Utilitas ...... 56

5.4.1. Analisis Pencahayaan ...... 56

5.4.2. Analisis Penghawaan ...... 56

5.4.3. Analisis Plumbing ...... 56

5.4.4. Analisis Pembuangan ...... 57

5.4.5. Analisis Penyediaan Listrik ...... 57

5.4.6. Analisis Keamanan ...... 57

 BAB VI KONSEP PERANCANGAN ...... 58

6.1.Konsep Dasar ...... 58

6.2.Konsep Struktur ...... 59

6.3.Konsep Utilitas ...... 59

6.3.1. Sistem jaringan air bersih ...... 59

6.3.1. Sistem Penanggulangan dan Perlindungan Kebakaran ...... 60

6.3.3 Sistem Jaringan Air Kotor ...... 61

DAFTAR PUSTAKA ...... 62

viii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR GAMBAR Gambar2.1.3.1 Dimensi space 2 orang pembaca yang berhadapan ...... 13 Gambar 2.1.3 2 Dimensi gerak pada ruang baca ...... 14 Gambar 2.1.3.3 Dimensi rak buku ...... 14 Gambar 2.1.3.4 Dimensi lebar panjang rak ...... 15 Gambar 2.1.3.5 Dimensi Minimal lorong ...... 16 Gambar2.1.3.2 Dimensi orang sedang mengambil buku ...... 16 Gambar 0.3 Sirkulasi pada ruang ...... 17 Gambar 0.4 Pembagian ruanng ...... 17 Gambar 0.5 Rauang katalog ...... 18 Gambar 2.1.5.1 Perpustakaan UI ...... 20 Gambar2.1.5.2 Perpustakaan Soeman H.S ...... 21 Gambar 2.1.5.3 Relief didepan gedung erpustakaan ...... 22 gambar 2.2.3.1 Posisi rumah adat karo ...... 26 gambar 2.2.3. 2 Orientasi rumah karo...... 26 gambar 2.2.3. 1 Bentuk perahu tradisional ...... 27 Gambar 2.2.4. 1 Gereja ST fransiskus Asisi Brastagi ...... 30 Gambar 2.2.4. 2 Rumah adat karo ...... 32 Gambar 2.2.4. 3 Bagian atap ...... 32 Gambar 2.2.4. 4 Bagian Dinding ...... 33 Gambar 2.2.4. 5 Bagian cuping-cuping ...... 34 Gambar 2.2.4. 6 Badian dinding dan kolom ...... 34 Gambar 2.2.4. 7 Bandara Internasional Minangkabau ...... 35 Gambar 2.2.4. 8 Masjid Raya Sumatera Barat ...... 36 Gambar 2.2.4. 9 National theatre Malaysia ...... 37 Gambar 2.2.4. 10 Eksterior National Theatre Malaysia ...... 38 Gambar 2.2.4. 11 Eksterior Mapungbwe Interpretation center ...... 38 Gambar 2.2.4. 12 Interior Mapungbwe Interpretation Center ...... 39 Gambar 4.1 1 Lokasi Site ...... 44 Gambar 4.3. 1 Batasan wilayah secara makro...... 45 Gambar 4.3. 2 Batasan wilayah secara mikro ...... 46

ix UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 5.1.1. 1 Analisa pencapain ...... 48 Gambar 5.1.2. 1 Analisa sirkulasi ...... 49 Gambar 5.1.3.1. Analisa matahari ...... 49 Gambar 5.1.4. 1 Analisa kebisingan ...... 50 Gambar 5.1.5. 1 Analisa view ...... 50 Gambar 6.1 1 Perubahan masa bangunan ...... 59 Gambar 6.3. 1 Peralatan penanggulangan kebakaran ...... 61 Gambar 6.3. 2 Sistem air kotor ...... 61

x UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR TABEL

Daftar Tabel 5.2.1. 1 ...... 53 Daftar Tabel 5.2. 2.1 ...... 53

xi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Perpustakaan umum merupakan sarana yang memegang peran penting

dalam hal membangun sebuah kota, perpustakaan umum juga berperan sebagai

penunjang sarana penunjang pendidikan, pada dasar nya perpustakaan umum

bertujuan untuk menghimpun, mengadakan, mengolah, dan menyebar luaskan

sebuah informasi kepada seluruh masyarakat yang membutuhkan, selain

berfungsi menyebar luaskan sebuah informasi ke masyarakat perpustakaan

umum juga berfungsi sebagai wadah yang dapat mengumpulkan karya cetak

dan juga karya rekam sebagai perwujudan cipta, rasa dan karsa manusia.

Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka semakin

meningkat pula jumlah informasi yang di keluarkan bahkan hampir setiap hari

pula informasi terbitkan di setiap harinya dalam bentuk buku, majalah, laporan

hasil penelitian, dan juga surat kabar, maka dari itu perpustakaan umum

berupaya mewadahi dan menyediakan koleksi dan layanan agar dapat di

nikmati dan di pergunakan oleh masyarakat umum.

Menurut ILFA (International of Library Associations and Institutions)

“Perpustakaan merupakan kumpulan bahan tercetak dan non tercetak dan atau

sumber informasi dalam komputer yang tersusun secara skematik untuk

kepentingan pemakai”, sedangkan menurut Sutarno SN., “Perpustakaan adalah

suatu ruangan bagian dari gedung atau bangunan yang berisi buku buku

1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

koleksi, yang di susun dan di atur sedemikian rupa sehingga mudah di cari dan dipergunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan untuk membaca.” (NS, 2003).

Pada awalnya perpustakaan daerah dikelola oleh Dinah Pendidikan

Kabupaten Karo (UPT) setelah terbitnya peraturan pemerintah No 41 tahun

2007 tentang perangkat daerah maka dibentuklah kantor kearsipan, perpustakaan dan dokumentasi Kabupaten Karo sesuai dengan peraturan daerah Kabupaten Karo No 19 tahun 2008 tentang organisasi tata kerja lembaga teknis Kabupaten Karo, pada tahun 2016 sesuai dengan perda No 5 tahun 2016 maka kantor kearsipan perpustakaan dan dokumentasi Kabupaten

Karo di ubah menjadi Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Karo.

Untuk saat ini perpustakaan daerah Kabupaten karo masih jauh dari kata layak untuk dapat memberikan atau menyebarkan ilmu pengetahuan dan informasi kepada masyarakat umum karna masih kurangnya fasilitas sehingga menyebabkan kurangnya minat masyarakat berkunjung ke perpustakaan.

Membangun perpustakaan yang akan menjadi wadah yang sangat baik dan sesuai terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya, kurangnya kelayakan perpustakaan di Kabupaten Karo menjadi sebuah pelajaran untuk mendesain perpustakaan yang lebih layak yang dapat meningkatkan minat pengunjung yang ingin berkunjung ke perpustakaan di Kabupaten Karo

Kabupaten Karo merupakan salah satu Kabupaten yang berada di provinsi

Sumatera Utara yang secara geografis terletak pada posisi 02°50‟ - 03°19‟

Lintang Utara dan 97°55‟ - 98°38‟ Bujur Timur, memiliki luas wilayah

2 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.127,25 km² dan berpenduduk sebanyak 409.675 jiwa, ibu kota Kabupaten ini berada di Kabanjahe.

Kabanjahe merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Karo dengan luas daerah sekitar 44,65 km² dan berpenduduk sebanyak 72.246 jiwa,

Kabanjahe merupakan wilayah administrasi pemerintahan di Kabupaten Karo, terutama di Jl.Letjen Jamin Ginting, Ketaren Kabanjahe terdapat banyak sekolah yang berada di sekitaran jalan ini yaitu: a.SMA Negeri 1 Kabanjahe b.SMA Negeri 2 Kabanjahe c.SMP Negeri 1 Kabanjahe d.SD Negeri 1 kabanjahe

Banyak nya sekolah yang berada di Jl.Letjen Jamin Ginting ini sangat cocok di bangun sebuah perpustakaan umum yang diharapkan dapat menjadi sebuah wadah untuk para pelajar dan masyarakat umum agar dapat mencari, dan menambah informasi yang dapat meningkatkan dan memperdalam pengetahuan untuk dirinya dan juga untuk masyarakat lain.

Perancangan perpustakaan umum ini menggunakan tema Neo-Vernakular karena lokasi perancangan ini berada di kota Kabanjahe yang di mana kota

Kabanjahe masih sangat kental dangan budaya, karena dalam rancangan ini sangat berkaitan dengan kebiasaan serta budaya yang berada di Kabanjahe yaitu suku Karo, mengembangkan budaya di kota Kabanjahe menjadi sebuah

3 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

poin penting dalam hal mendesain perpustakaan umum, mengembangkan

budaya menjadi lebih moderen tampa meninggalkan atau menghilangkan

budaya itu sendiri

1.2. Permasalahan Perancangan Dari penjelasan latar belakang di atas dapat di simpulkan beberapa permasalahan antara lain :

1. Bagaimana rancangan perpustakaan umum yang dapat menambah minat baca yang dapat menambah wawasan para pelajar serta masyarakat umum di kota Kabanjahe ? 2. Bagaimana rancangan perpustakaan umum kota Kabanjahe yang dapat menerapkan prinsip-prinsip Arsitektur Neo-Vernakular ?

1.3. Tujuan Perancangan Adapun tujuan dari perancangan Perpustakaan Umum Kabanjahe adalah : 1. Menghasilkan sebuah rancangan perpustakaan umum yang dapat menambah minat baca dan menambah wawasan para pelajar dan masyarakat umum di kota Kabanjahe 2. Menghasilkan rangcangan perpustakaan umum kota kabanjahe yang dapat menerapkan prinsip-prinsip Arsitektur Neo-Vernakular

1.4. Pendekatan Dalam menyelesaikan rumusan permasalahan yang ada pada perancangan, maka di perlukan metode metode pendekatan yang akan membantu dalam menyelesaikan masalah tersebut, pendekatan – pendekatan yang dilakukan berupa:

4 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

1. Studi Literatur Metoda yang digunakan dengan cara mempelajari permasalahan yang ada pada perancangan dengan pengambilan teori, penggunaan data berdasarkan referensi-referensi yang dianggap relevan dan kontekstual. 2. Survey Lapangan Melakukan survei atau pengamatan secara langsung pada lokasi perancangan dalam memahami kondisi eksisting seperti karakteristik tapak, lokasi tapak, dan potensi yang ada di sekitar lokasi perancangan, serta karakteristik kondisi sosial masyarakat. 3. Studi Banding Metoda yang digunakan untuk melakukan perbandingan terhadap pendekatan masalah, pendekatan pemecahan masalah, dan perbandingan kasus yang memiliki kesamaan isu ataupun tema yang diambil dari berbagai sumber seperti buku, internet, majalah, dan lainnya.Bagian ini menjelaskan tujuan dari kegiatan penelitian yang akan dilakukan, melihat dari permasalahan yang diangkat.

1.5. Sistematika Penulisan Laporan Sitematika pembahasan yang digunakan dalam penyusunan laporan program perencanaan dan perancangan ini terdiri atas beberapa bab, diantaranya adalah:

BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang pemilihan kasus proyek, permasalahan yang dihadapi serta tujuan dalam perancangan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan membahas tentang teori-teori yang relevan dengan permasalahan dalam perancangan. BAB III METODOLOGI Pada bab ini dibahas mengenai metoda pemilihan lokasi dan metoda pendekatan penyelesaian masalah perancangan.

5 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB IV DESKRIPSI PROYEK Pada Bab ini dibahas mengenai deskripsi proyek seperti judul proyek, luasan, batasan, fungsi sekitar. BAB V ANALISIS PERANCANGAN Pada bab ini dibahas mengenai analisis perancangan seperti analisis kegiatan, analisis ruang luar, ruang dalam, analisis sistem struktur, analisis utilitas. BAB VI KONSEP PERANCANGAN Pada bab ini membahas konsep-konsep perancangan mulai dari ruang luar, massa dan perwajahan hingga utilitas. BAB VII KESIMPULAN Pada bab ini berisi kesimpulan dari analisis serta konsep perancangan. DAFTAR PUSTAKA Berisikan daftar pustaka yang digunakan sebagai literatur selama proses perencanaan dan perancangan proyek. LAMPIRAN Berisikan hasil gambar desain proyek dan lampiran lain yang dibutuhkan.

1.6. Kerangka Berpikir Kerangka berfikir merupakan proses berfikir penulis dalam membuat penilitian dalam memecahkan masalah menjadi sebuah hasil rancangan. Berikut ini kerangka berfikir penulis dalam penelitian.

 Bagaimana rancangan perpustakaan umum yang JUDUL PROYEK & TEMA dapat menambah minat baca yang dapat menambah

wawasanDesain Perpustakaan para pelajar sertaUmum masyarakat Di Jalan Letjen umum di kota KabanjaheJamin ginting ? Kabanjahe (Neo-Vernakular)  Bagaimana rancangan perpustakaan umum kota

6 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TUJUAN PERANCANGAN

 Menghasilkan sebuah rancangan perpustakaan umum yang dapat menambah minat baca dan menambah wawasan para pelajar dan masyarakat umum di kota Kabanjahe  Menghasilkan rangcangan perpustakaan umum kota kabanjahe yang dapat menerapkan prinsip-prinsip Arsitektur Neo-Vernakular

PENGUMPULAN DATA ANALISIS DATA

 Studi Literatur 1. Analisis Sistem Kegiatan  Studi Lapangan 2. Analisis Perancangan Ruang  Studi Banding 3. Analisis Tata Ruang 4. Analisis Massa dan Wajah Bangunan 5. Analisis Struktur dan Konstruksi 6. Analisis Utilitas

DESAIN/KELUARAN PENGUMPULAN DATA BAB II TINJAUAN PUSTAKA

7 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.1. Tinjauan Fungsi 2.1.1. Terminologi Judul Terminologi Judul adalah pembahasan mengenai pengertian dan makna dari sebuah kata judul agar bisa dipahami tujuan ataupun sasarannya. Adapun judul dari proyek ini adalah “Desain Perpustakaan Umum Di Jalan Letjen Jamin Ginting Kabanjahe ”. Berikut penjelasannya:

Perpustakaan

Menurut UU Nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan menyatakan pada pasal 1 adalah sebagai berikut :

 Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka.  Koleksi perpustakaan adalah semua informasi dalam bentuk karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam dalam berbagai media yang mempunyai nilai pendidikan, yang dihimpun, diolah, dan dilayankan.

Sedangkan menurut Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI), perpustakaan adalah tempat, gedung yang disediakan untuk pemeliharaan dan penggunaan koleksi buku dan sebagainya dapat juga diartikan sebagai koleksi buku, majalah, dan kepustakaan lainnnya yang di simpan untuk dibaca, dipelajari, dibicarakan. (https://griyawardani.wordpress.com/tag/definisiperpustakaan/) Sedangkan pada pasal 7 pemerintah mempunyai beberapa kewajiban yaitu :

8 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

 mengembangkan sistem nasional perpustakaan sebagai upaya mendukung sistem pendidikan nasional;  menjamin kelangsungan penyelenggaraan dan pengelolaan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar masyarakat;  menjamin kelangsungan penyelenggaraan dan pengelolaan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar masyarakat;  menjamin ketersediaan keragaman koleksi perpustakaan melalui terjemahan (translasi), alih aksara (transliterasi), alih suara ke tulisan (transkripsi), dan alih media (transmedia);  menggalakkan promosi gemar membaca dan memanfaatkan perpustakaan;  meningkatan kualitas dan kuantitas koleksi perpustakaan;  membina dan mengembangkan kompetensi, profesionalitas pustakawan, dan tenaga teknis perpustakaan;  mengembangkan Perpustakaan Nasional;  memberikan penghargaan kepada setiap orang yang menyimpan, merawat, dan melestarikan naskah kuno. Pada pasal 15 disebutkan mengenai pembentukan, penyelenggara, serta pengelolaan pengembangan perpustakaan yaitu :  pembetukan perpustakaan  Perpustakaan dibentuk sebagai wujud pelayanan kepada pemustaka dan masyarakat  Pembentukan perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat  Pembentukan perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memenuhi syarat:

a. memiliki koleksi perpustakaan;

9 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

b. memiliki tenaga perpustakaan;

c. memiliki sarana dan prasarana perpustakaan;

d. memiliki sumber pendanaan; dan

e. memberitahukan keberadaannya ke Perpustakaan Nasional.

 Penyelenggaraan perpustakaan  perpustakaan pemerintah;  perpustakaan provinsi;  perpustakaan kabupaten/kota;  perpustakaan kecamatan;  perpustakaan desa;  perpustakaan masyarakat;  perpustakaan keluarga;  perpustakaan pribadi.

 Pengelolaan dan pengembangan perpustakaan Pada pasal 20 jenis-jenis perpustakaan terdiri atas:  Perpustakaan Nasional  Perpustakaan Umum  Perpustakaan Sekolah  Perpustakaan Perguruan Tinggi  Perpustakaan Khusus Umum Umum merupakan kata mengenai seluruhnya atau semuany, secara menyeluruh, tidak menyangkut yang khusus (tertentu) saja (https://griyawardani.wordpress.com/tag/definisiperpustakaan/) Perpustakaan Umum Purpustakaan Umum adalah pusat informasi yang menyediakan beragam pengetahuan dan informasi bagi penggunanya, layanan diberikan

10 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dengan dasar kesamaan akses bagi setiap orang tampa membedakan umur, ras, agama, kebangsaan, jenis kelamin maupun status sosial. (Sudarsono 2006, 301). UU Nomor 43 Tahun 2007 pasal 22 tentang perpustakaan berisi tentang :  Perpustakaan umum diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, kecamatan, dan desa, serta dapat diselenggarakan oleh masyarakat  Pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota menyelenggarakan perpustakaan umum daerah yang koleksinya mendukung pelestarian hasil budaya daerah masing-masing dan memfasilitasi terwujudnya masyarakat pembelajar sepanjang hayat.  Perpustakaan umum yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, kecamatan, dan desa/kelurahan mengembangkan sistem layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi.  Masyarakat dapat menyelenggarakan perpustakaan umum untuk memfasilitasi terwujudnya masyarakat pembelajar sepanjang hayat.  Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau kabupaten/kota melaksanakan layanan perpustakaan keliling bagi daerah yang belum terjangkau oleh layanan perpustakaan menetap.

11 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.1.2. Standar Perpustakaan Umum  Gedung

Perpustakaan menempati gedung sendiri dan menyediakan ruang untuk koleksi, staf dan penggunanya dengan luas sekurang- kurangnya 600 M2 (ruang koleksi dan baca anak-anak, remaja, dewasa, ruang kepala, ruang administrasi, ruang pengolahan, ruang serba guna, ruang teknologi informasi dan komunikasi serta multi media, ruang perpustakaan keliling). Lokasi gedung berada di pusat kegiatan masyarakat, dan mudah dijangkau. Perpustakaan memperhatikan aspek kenyamanan, keindahan, pencahayaan, ketenangan, keamanan, dan sirkulasi udara.

 Ruang Koleksi dan Layana

Area koleksi seluas 45% yang terdiri dari ruang koleksi dan baca anak-anak, dewasa, koleksi buku, non buku, ruang majalah, ruang koleksi muatan lokal

 Ruang Khusus

Ruang khusus seluas 30% yang terdiri dari ruang teknologi informasi dan komunikasi serta multi media, ruang manajemen perpustakaan keliling, dan ruang serba guna.

 Ruang Staf

Ruang staf perpustakaan seluas 25% terdiri dari ruang kepala, ruang administrasi, ruang pengadaan dan pengorganisasian materi perpustakaan.

Anggaran

12 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

a) Anggaran perpustakaan secara rutin tersedia melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

b) Anggaran dari sumber lain yang tidak mengikat

 Teknologi Informasi dan Komunikasi

Perpustakaan menerapkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pengadaan dan pengorganisasian materi perpustakaan, layanan sirkulasi dan informasi termasuk akses internet. Sumber(Standar Nasional Indonesia Bidang Perpustakaan Dan Kepustakawanan, Perpustakaan Nasioanal RI 2011)

2.1.3. Standar Dimensi  Dimensi untuk 1 orang pembaca

Gambar2.1.3.1 Dimensi space 2 orang pembaca yang berhadapan (sumber : Data Arsitek Jilid 2)

Dimensi meja baca yang dibutuhkan untuk 1 orang pembaca/ pemustaka adalah 70x100 cm. Penataan meja baca ditata dengan cara berhadap-hadapan agar lebih efisien. Sedangkan untuk sirkulasi diantara 2 set/pasang meja adalah 60 cm.

13 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

 Dimensi gerak pada ruang baca

Gambar 2.1.3 2 Dimensi gerak pada ruang baca (Sumber : Data Arsitek Jilid 2)

1. Ruang gerak minimum diantara dua barisan meja dan kursi baca, diukur berdasarkan jarak meja satu dengan yang lain, yaitu 135 cm. 2. Ruang gerak dengan sirkulasi ditengahnya, dapat diukur dengan ruang gerak minimum ditambah dengan space untuk lebar badan 1 orang (62,5-67,5 cm) yaitu 190 cm

 Dimensi rak buku

Gambar 2.1.3.3 Dimensi rak buku (Sumber : Data Arsitek Jilid 2)

Untuk dimensi rak buku dapat menyesuaikan dengan kategor / peruntukan buku tersebut. Untuk dimensi rak buku dapat dibedakan menjadi 3 variasi :

14 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

1. Untuk orang dewasa Dimensi tinggi rak buku pada orang dewasa adalah 225 cm, yang dibagi menjadi 5 tingkat/ bagian. Jarak antara lantai dan tingkat/bagian pertama yaitu 30 cm dan dengan tinggi rak teratas 180 cm 2. Untuk pelajar Dimensi tinggi rak buku pelajar adalah 205 cm, yang dibagi menjadi 4 tingkat/ bagian. Jarak antara lantai dan tingkat/bagian pertama yaitu 30 cm dan dengan tinggi rak teratas 170 cm 3. Untuk anak-anak Dimensi tinggi rak buku anak-anak adalah 150 cm, yang dibagi menjadi 4 tingkat/ bagian. Jarak antara lantai dan tingkat/bagian pertama yaitu 10 cm dan dengan tinggi rak teratas 120 cm. Jumlah maksimal tingkat/ bagian pada satu rak adalah 6 tingkat/ bagian. Dengan tinggi maksimal lantai teratas rak 180 cm. Untuk satu bagian rak dapat memuat 30 jilid bahan bacaan, 33 jilid bahan bacaan ringan atau 35 bacaan anak- anak.  Dimensi lebar dan panjang rak

Gambar 2.1.3.4 Dimensi lebar panjang rak (Sumber : Data Arsitek Jilid 2)

Untuk lebar rak buku yaitu 27 cm dan biasa di tata bolak balik supaya lebih efektif. Dengan demikian lebar rak buku menjadi 54 cm.

15 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Ukuran panjang rak buku berkisaran minimal 100 cm dan boleh juga 300 cm.  Dimesi minimal lorong

Gambar 2.1.3.5 Dimensi Minimal lorong (Sumber : Data Arsitek Jilid 2)

Jarak minimal pada lorong ini diukur dengan dimensi lebar 3 orang, 2 orang posisi sedang mengambil buku di sisi kiri dan kanan dan 1 orang sedang berjalan melewati keduanya. Jadi, minimal dimensi lebar lorong yang diperoleh menjadi 230 cm. Dan lorong antar rak maksimal adalah 300 cm. Berikut dimensi orang yang sedang mengambil buku dengan posisi sedikit miring/membungkuk

Gambar2.1.3.2 Dimensi orang sedang mengambil buku

16 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(Sumber : Data Arsitek Jilid 2)

 Sirkulasi pada ruang baca

Gambar 0.3 Sirkulasi pada ruang (Arsiplan Jurusan Arsitektur Institusi Teknologi Medan)

Berdasarkan letak pintu maka dapat ditentukan berbagai macam arah sirkulasi yang terjadi pada ruang seperti gambar diatas. Ada yang menggunakan 2 pintu sebagai jalan masuk dan jalan keluar, ada yang hanya menggunakan satu pintu untuk jalan masuk dan keluar.  Zoning ruang

Gambar 0.4 Pembagian ruanng (Sumber : Data Arsitek Jilid 2)

17 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Luas minimal untuk setiap 10.000 jilid media atau koleksi adalah 300 m2. Dan hubungan antar ruang dibuat segiempat. Hal ini supaya ruang dapat berfungsi maksimal dan baik.

 Ruang katalog

Gambar 0.5 Rauang katalog (Sumber : Data Arsitek Jilid 2)

2.1.4 Jenis Pelayanan Koleksi Perpustakaan Adapun yang data yang berkaitan dengan koleksi pustaka pada perpustakaan adalah:  Klasifikasi layanan koleksi  Kelompok bahan pustaka anak-anak  Kelompok bahan pustaka remaja  Kelompok bahan pustaka orang dewasa dan profesional  Kelompok bahan pustaka audio visual (elektronik)  Kelompok bahan pustaka rujukan (referensi)  Kelompok bahan pustaka berkala (majalah dan surat kabar)  Kelompok bahan pustaka braile

18 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

 Kelompok bahan pustaka khusus, seperti lukisan, foto dan  lain-lain  Macam-macam koleksi  Buku-buku teks dan referensi  Penerbitan berkala (majalah / koran)  Penerbitan pemerintah (berita negara, peraturan pemerintah,  kebijaksanaan pemerintah dan lain lain)  Laporan penelitian, karya ilmiah  Hasil seminar, konferensi, symposium  Peta / atlas  Karya-karya elektronik (slide, CD, film, piringan hitam,  video disk, microfilm dan sebagainya)  Pengelompokan koleksi :  Koleksi umum, koleksi yang dapat dibaca ditempat ataupun dipinjam keluar.  Koleksi referensi, koleksi yang karena sifatnya ataupun substansinya hanya untuk digunakan ditempat.  Koleksi berkala, koleksi yang selalu mempunyai edisi terbaru secara berkala seperti majalah, koran, jurnal, buletin dll.

19 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.1.5 Studi Preseden Fungsi Sejenis  Perpustakaan UI

Gambar 2.1.5.1 Perpustakaan UI (Sumber www.google.com)

Perpustakaan ini dibangun sejak tahun 2009 memang dirancang sebagai jantung universitas, dengan rencana koleksi literatur hingga empat juta buku. Gedung yang berdinding luar berlapis batu alam andesit ini di buat miring, mengingat pada bentuk prasasti pada jaman dulu yang lazim menjadi media untuk menuliskan peristiwa agar dimudah di ketahui umum. Perpustakaan Pusat UI bukan sekedar perpustakaan sebagaimana lazimnya yang hanya menjadi tempat membaca dan meminjam buku. Sejak awal perpustakaan yang diklaim sebagai yang terbesar di Asia ini menawarkan konsep multifungsi, sesuai dengan tuntutan zaman. Jadi, perpustakaan juga menghadirkan ruang-ruang gaya hidup layaknya mal.

 Perpustakaan Soeman H.S Pekan baru

20 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar2.1.5.2 Perpustakaan Soeman H.S Pekanbaru (Sumber www.google.com)

Perpustakaan Soeman HS memiliki area khusus bernama 'Bilik Melayu' yang berisikan buku-buku sejarah dan sastrawan serta buku-buku Melayu. Hal ini sesuai dengan visinya untuk menjadi perpustakaan modern berbasis budaya Melayu dengan nuansa agamis yang didukung oleh pemanfaatan teknologi mutakhir. Perpustakaan ini juga ditetapkan sebagai pusat buku-buku sejarah kebudayaan Melayu di Sumatera karena lengkapnya koleksi literatur tentang Melayu yang dimiliki.

Perpustakaan Soeman H S ini berdiri di Pekanbaru dan menjadi landmark di kota bertuah ini. Desain dari perpustakaan ini dianggap berhasil menonjolkan budaya lokal dari masyarakat yakni budaya melayu. Semuanya itu, mampu diwujudukan dengan tambahan unsur modern serta kualitas bangunannya. Gedung ini diapit oleh dua bangunan yang juga tak kalah mewah yakni Kantor Gubernur dan Bank Indonesia. Perpustakaan ini berdiri enam lantai dan dilengkapi dengan lift serta ada tangga. Untuk menarik pengunjung, gedung ini juga dilapisi dengan dinding transparan. Daya tampung dari gedung ini mencapai 1000 pengunjung.

21 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 2.1.5.3 Relief didepan gedung erpustakaan (Sumber www.google.com)

2.2. Tinjauan Tema 2.2.1. Arsitektur Neo-Vernakular Kata Neo atau new berarti baru, sedangkan kata Vernakular berasal dari kata vernaculus yang berarti asli maka Arsitektur Vernakular dapat diartikan sebagai Arsitektur asli yang diinginkan dan di bangun oleh masyarakat  Ciri-ciri Neo-Vernakular Bentuk merupakan unsur budaya  Tata letak  Detail  Struktur

Penerapan elemen  Budaya  Pola pikir  Kepercayaan  Religi

Penerapan karya baru

22 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

 Prinsip-prinsip Neo-Vernakular Adaptif terhadap arsitektur  Nilai –nilai  Fungsi bangunan sekarang Bentuk bangunan dipengaruhi oleh  Tradisi budaya  Peninggalan arsitektur Memperhatikan lingkungan  Fisik  Topografi  Iklim Pemilihan penggunaan teknologi

2.2.2. Arsitektur Tradisional Karo Arsitektur tradisional adalah suatu bangunan yang bentuk, struktur, dan cara pembuatannya diwariskan secara turun menurun dan dapat dipakai untuk melakukan aktivitas kehidupan dengan sebaik baiknya. Bangunan tradisional Karo memperlihatkan saat itu telah menggunkan konsep membangun yang menyesuaikan diri dengan iklim tropis lembap. Ini dapat dilihat dari sudut kemiringan atap yang cukup besar, teritisan yang lebar dan lantai bangunan yang diangkat dari muka tanah.

Rumah adat Karo terkenal kerena keunikan teknik bangunan dan nilai sosial budayanya. Rumah Adat Karo memiliki kontruksi yang tidak memerlukan penyambungan. Semua kompenen bangunan seperti tiang, balok, kolam, pemikul lantai, konsol, dan lain-lain tetap utuh seperti aslinya tanpa adanya melakukan penyurutan atau pengolahan. Pertemuan antar komponen dilakukan dengan tembusan kemudian dipantek dengan pasak atau diikat menyilang dengan ijuk untuk menjauhkan rayapan ular. Bagian bawah, yaitu kaki rumah, bertopang pada satu landasan batu kali yang ditanam dengan kedalam setengah meter, dialasi dengan beberapa lembar

23 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

sirih dan benda sejenis besi. Rumah adat karo berbentuk panggung dengan dinding miring dan beratap ijuk. Letaknya memanjang 10-20 m dari timur ke barat dengan pintu pada kedua jurusan mata angin itu. Posisi bangunan rumah adat karo biasanya mengikuti aliran sungai yang ada di sekitar desa. Pada serambi muka semacam teras dari bambu yang disusun yang disebut ture. Setelah rumah selesai dibangun masih ada ritual yang diadakan.

Guru dan beberapa sanak keluarga yang membangun rumah akan tidur di rumah baru sebelum rumah itu ditempati. Mereka akan mempimpikan apakah rumah tersebut baik untuk dihuni maupun tidak.

Waktu memasuki rumah baru biasanya diadakan kerja mengket rumah baru (pesta memasuki rumah baru). Pesta ini menunjukkan rasa syukur atas semua batu tersebut kepada saudara-saudara dan kepada Yang Maha Kuasa.

Dalam pesta ini ada acara makan bersama pada kerabat, kenalan dan orang-orang sekampung. Lalu, acara dilanjutkan dengan acara ngerana (memberi kata sambutan dan petuah-petuah) oleh pihak-pihak berkompeten seperti : kalimbubu anak beru dan senina. Dalam pesta ini juga biasanya ada acara tepung tawar untuk rumah baru guru akan menepung tawari bagian-bagian tertentu dari rumah tujuannya ialah agar segala yang jahat keluar dari rumah dan yang baik tinggal dalam rumah untuk membuat para penghuni rumah bisa bahagia menepati rumah tersebut.

Acara lain yang kadang dibuat adalah gendang. Gendang ini bertujuan untuk mengusir hal-hal jahat yang masih tinggal di dalam rumah tersebut. Gendang tersebut juga menunjukkan rasa gembira dan syukur bersama warga sedesa. Keberadaan rumah adat Karo juga tak terlepas dari pembentukan kuta (kampung) di tanah karo yang berawal dari barung, kemudian menjadi talun, dan menjadi kuta dan di dalam kuta yang besar terdapat kesain.

24 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Pada sebuah barung biasa nya hanya terdapat sebuah sebuah rumah sederhana, ketika sebuah barung berkembang dan sudah terdapat 3 rumah di dalamnya disebut dengan talun dan bila telah terdapat lebih dari 5 rumah adat disebut sebagai kuta ketika kuta sudah berkrmbang lebih pesat dan lebih besar maka kuta dibagi atas beberapa kesain (halaman/pekarangan), disesuaikan dengan merga-merga yang pertama menteki (mendirikan ) kuta tersebut.

2.2.3. Tipologi Bangunan Karo Rumah adat karo ini berukuran sekitar 16 x 20 meter, dengan ketinggian dari tanah sampai ke atap sekitar 20 meter. Terdiri dari 3 bagian, atap, badan dan kaki, dengan dominasi bagian atap sekitar 8 kali lebih besar. Perbandingan bagian ayo-ayo dengan keseluruhan atap adalah hampir 1:2. Pada bagian badan bangunan, memiliki 2 buah pintu, masing-masing pada sisi terpendek, dan 8 buah jendela masing-masing pada sisi terpanjang. Badan bangunan memiliki bentuk dinding dengan kemiringan sekitar 40o keluar. Bagian kaki bangunan memiliki tinggi sekitar 1.5 meter dari permukaan tanah, dengan jumlah kolom 20 buah, berjarak sekitar 3 meter antar kolom. Terdapat tangga untuk mencapai ture dengan 3 anak tangga.

 Posisi Posisi rumah terhadap lingkungannya ditempatkan sedekat mungkin dengan sungai dengan batasan yang jelas antara rumah yang satu dan rumah lainnya.

25 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

gambar 2.2.3.1 Posisi rumah adat karo

(Sumber Artikel Seminar Nasional”Kearifan Lokal dalam Keberagaman untuk Pembangunan bangsa)

 Orioentasi

Orientasi dari sisi depan rumah Siwaluh Jabu dihadapkan ke arah sungai, dan bagian belakang akan menghadap ke arah pegunungan. Namun jika terletak sangat dekat dengan sungai, maka bagian depan akan dihadapkan ke hulu dan bagian belakang akan menghadap hilir. Jika terletak lebih jauh dari sungai, maka orientasi sisi depan bangunan akan menghadap Barat.

gambar 2.2.3. 2 Orientasi rumah karo (Sumber Artikel Seminar Nasional”Kearifan Lokal dalam Keberagaman untuk Pembangunan bangsa)

26 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Menurut Ir. M. Nawawiy Loebis, bentuk dari rumah tradisional Karo terbentuk berdasarkan kepercayaan, hukum adat istiadat dan pengetahuan yang dimiliki masyarakatnya, dimana rumah merupakan representasi dari mikro kosmos yang diciptakan selaras dengan alam, representasi dari makro kosmos. Rumah bersifat religius dan kaya akan simbol. Dimana diyakini bahwa bagian atap merupakan simbol dari tempat para leluhur dan nenek moyang bersemayam, bagian badan merupakan dunia manusia, dan kaki merupakan tempat para dedemit. Dari segi bentuk, rumah disimbolkan sebagai kendaraan yang digunakan untuk pelayaran kesuatu alam yang hanya dapat digambarkan dalam imajinasi, sehingga orientasi rumah pun disesuaikan dengan arah hulu dan hilir sungai, dimana sungai dipercaya merupakan media penyampai antar dunia tersebut.

gambar 2.2.3. 1 Bentuk perahu tradisional (Sumber Artikel Seminar Nasional”Kearifan Lokal dalam Keberagaman untuk Pembangunan bangsa)

Struktur bangunan rumah adat karo terbagi atas tiga bagian, yaitu atap sebagian dunia atas, badan rumah sebagai dunia tengah dan kaki sebagai dunia bawah, yang dalam bahasa karo disebut dibata atas, dibata tengah, dan dibata teruh (allah atas, allah tengah dan allah bawah). Pembagian anatomi

27 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

rumah adat karo menggambarkan dunia atas tempat yang disucikan, dunia tengah tempat keduniawian, dan dunia bawah tempat kejahatan sehingga layak untuk tempat binatang peliharaan, yang dalam kepercayaan suku Karo disukai oleh Tuhan banua koling. Penguasa yang jahat dipuja dan dihormati agar tidak menganggu kehidupan manusia. Dalam pembangunan rumah adat, hal yang terpenting adalah prosesnya yang sakral dibandingkan segi fisiknya. Hal ini tampak mulai dari penentuan tapak/lahan, pemilihan kayu di hutan, hari baik untuk pendirian rumah, pemasangan atap sampai memasuki rumah. Semuanya dilakukan melalui upacara-upacara ritual dengan kerbau sebagai korban. Upacara-upacara ini menunjukkan kepercayaan yang besar orang Karo akan kekuasaan yang melebihi kekuatan manusia.

Pada masyarakat Karo terdapat suatu rumah yang dihuni oleh beberapa keluarga, yang penempatan jabunya di dalam rumah diatur menurut ketentuan adat dan di dalam rumah itu pun berlaku ketentuan adat, itulah yang disebut dengan rumah adat Karo. Rumah adat Karo ini berbeda dengan rumah adat suku lainnya dan kekhasan itulah yang mencirikan rumah adat Karo. Bentuknya sangat megah diberi tanduk. Proses pendirian sampai kehidupan dalam rumah adat itu diatur oleh adat Karo, dan karena itulah disebut rumah adat.

Bangunan rumah adat Karo merupakan sebuah bangunan yang sangat besar, terdiri dari empat sampai enam tungku perapian, satu untuk setiap unit keluarga besar (jabu) atau untuk dua jabu. Oleh karena itu antara empat sampai dua belas keluarga dapat tinggal dirumah tersebut dan dengan ukuran rata-rata keluarga besar terdiri dari lima orang (suami, istri dan tiga orang anak). Rumah adat Karo dapat ditempati oleh dua puluh sampai enam puluh orang. Anak-anak tidur dengan orang tua sampai menjelang usia dewasa, pada pria dewasa (bujangan) tidur dibale-bale lumbung dan para gadis bergabung dengan keluarga lain dirumah lainnya.

28 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Rumah adat Karo berukuran 17 x 12 m² dan tingginya 12 m² bangunan ini simetris pada kedua porosnya, sehingga pintu masuk pada kedua sisinya kelihatan sama. Hal ini sulit untuk membedakan yang mana pintu masuk utamanya. Rumah adat Karo dibangun dengan enam belas tiang yang bersandar pada batu-batu besar dari gunungan atau sungai. Delapan dari tiang-tiang ini menyanga lantai dan atap, sedangkan yang delapan lagi hanya penyangga lantai saja. Dinding-dindingnya juga merupakan penunjang atap kedua pintu masuk dan kedelapan jendela dipasang diatas dinding yang miring, di atas lingkaran balok. Tinggi pintu kira-kira 1,5 m hal ini membuat orang yang masuk ke dalam harus menundukkan kepala dan jendela ukuran nya lebih kecil. Pintu mempunyai daun jendela tunggal.

Bagian luar dari kusen jendela dan pintu umumnya diukir dalam versi yang rumit dari susunan busur dan anak panah. Atap dijalin dengan ijuk hitam dan diikatkan kepada sebuah kerangka dari anyaman bambu yang menutupi bagian bawah kerangka dari pohon aren atau bambu. Bubungan atap terbuat dari jerami yang tebalnya 15 sampai 20 cm. bagian terendah dari atap pertama dibagian pangkalnya ditanami tanaman yang menjalar pada semua dinding dan berfungsi sebagai penahan hujan deras. Ujung dinding atap yang menonjol ditutup dengan tikar bambu yang sangat indah.

Fungsi utama dari ujung atap yang menonjol ini adalah untuk memungkinkan asap keluar dari tunggku dalam rumah. Pada bagian depan dan belakang rumah adalah panggung besar yang disebut ture kontruksinya sederhana dari potongan bambu melingkar dengan diameter 6 cm. Panggung ini digunakan untuk tempat mencuci, menyiapkan makanan, sebagai tempat pembuangan (kotoran hewan) dan sebagai ruang masuk utama. Jalan masuk menuju ture adalah tangga bambu atau kayu.

29 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.2.4. Studi Preseden Tema Sejenis  Gereja Khatolik Inkulturatif Karo Santo Fransiskus Asisi Brastagi

Gambar 2.2.4. 1 Gereja ST fransiskus Asisi Brastagi (Sumber www.google.com)

Gereja Khatolik Inkulturatif Karo Santo Fransiskus Asisi memiliki keunikan tersendiri, yaitu dengan adanya adaptasi bentuk bangunan terhadap nilai kearifan lokal yang ada di Kota Berastagi. Gereja paroki Berastagi ini didirikan dengan menerapkan elemen- elemen arsitektur Karo mengingat rumah Karo yang unik, kokoh, artistik, bersifat religius dan komunal, dan mengingat kenyataan bahwa sekarang rumah Karo sudah mulai hilang dalam kenyataan kehidupan sebagai rumah hunian. Gereja merasa perlu melestarikan nilai-nilainya yang agung mengingat tugas Gereja yang luhur dalam menjunjung tinggi nilai-nilai budaya semua bangsa dan suku di dunia ini.

30 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Arsitektur tidak pernah terlepas dari adanya tiga aspek utama yaitu fungsi, bentuk dan makna, dalam hal ini makna dari fungsi dan bentuk arsitektur gereja Katolik dalam proses inkulturasi. Gereja ditujukan untuk mengantarkan kebenaran, keyakinan dan membawa para penganutnya kepada tindakan yang diharapkan sesuai hakekat agama Katolik, sehingga arsitektur gereja selalu menjadi simbol kesakralan, ekspresi konsep teologi, membawa makna atau berperan langsung dalam pembentukan sebuah makna bagi komunitas Kristen (Sutrisno 1993; Gavril 2012). Makna-makna ini tertuang baik dalam wujud arsitekturnya secara keseluruhan, maupun dalam elemen- elemen simbolik yang ada pada objek arsitekturnya (Sutrisno 1993).  Analisa Rumah Adat Karo Rumah adat Karo dikenal cukup indah dan unik, apalagi kalau diukir mukanya (ayo). Memang dulu mendirikan rumah adat dianggap sebagai pekerjaan besar yang memakan waktu satu tahun. Dipakai sistem bertahap-tahap dan selalu dilakukan secara gotong royong seluruh kampung. Kegiatan gotong-royong tersebut dihubungkan pula dengan system kekeluargaan (sangkep sitelu). Pemasangan tanduk kerbau pada ramah adat adalah keharasan dan tidak boleh diabaikan. Pada umunya ramah adat Karo terdiri dari delapan "jabu". Susunan jabu tersebut diatur sesuai dengan kedudukan keluarga yang tinggal di ramah adat itu. Jabu artinya satu bagian ruangan yang ada di dalam ramah besar itu. Jabu itu sebagai tempat tinggal satu keluarga.

31 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 2.2.4. 2 Rumah adat karo (Sumber www.google.com)

Di bagian bawah gereja inkulturatif tanduk kerbau diganti dengan patung malaikat pelindung. Dalan Gereja Katolik dikenal malaikat-malaikat yang melindungi manusia dari segala mara bahaya dan kejahatan. Gereja percaya bahwa Tuhan Allah memberikan kepada setiap orang beriman seorang malaikat pelindung. Dalam Buku Keluaran 23:22 tertulis: "Sesungguhnya Aku mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu untuk melindungi engkau di jalan dan untuk membawa engkau ke tempat yang telah Kusediakan".  Bagian atap

Gambar 2.2.4. 3 Bagian atap (Sumber www.google.com)

Dapat di lihat pada gambar diatas, bahwa dari bentuk atap Gereja St. Fransiskus Asisi Berastagi menyerupai bentuk atap pada

32 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Rumah Adat Karo. Dapat di lihat pada gambar diatas, bahwa material atap pada Gereja St. Fransiskus Asisi adalah menggunakan atap genteng sedangkan material pada bangunan Rumah Adat Karo adalah ijuk. Hal ini dapat disimpulkan bahwa bangunan Gereja St. Fransiskus Asisi di bangunan pada masa modern, sehingga bahan material yang berada pada bangunan Gereja St. Fransiskus Asisi lebih modern, sedangkan material yang berada di Rumah Adat Karo masih menggunakan material yang bersifat tradisional.

 Bagian dinding

Gambar 2.2.4. 4 Bagian Dinding (Sumber www.google.com)

Dapat dilihat bahwa pada dinding Gereja St. Fransiskus Asisi mengalami perubahan bentuk, jika di bandingkan dengan bentuk dinding pada bangunan Rumah Adat Karo. Dinding pada bangunan Rumah Adat Karo memiliki sudut kemiringan sekitar 40° keluar. Pada bangunan Gereja St. Fransiskus Asisi, dindingnya juga memiliki sudut kemiringan sekitar 40° keluar, namun memiliki tambahan dinding yaitu pada bagian 10 kolong yang biasanya berada pada bangunan Rumah Adat Karo ada kolong rumahnya, yang berfungsi sebagai tempat kandang hewan ternak yang dimiliki oleh pemilik rumah, tetapi pada bangunan Gereja St. Fransiskus Asisi dibuat untuk jadi ruang, sehingga bentukan struktur kolong pada Rumah Adat Karo diterapkan pada bagian dinding dari bangunan Gereja St. Fransiskus Asisi. Sehingga pada bagian ruang dalam dari Gereja St. Fransiskus Asisi menjadi luas dengan adanya perubahan tersebut. Perubahan ini

33 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

memiliki keunikan tersendiri bagi bangunan-bangunan Gereja lain pada umumnya.

Dapat dilihat pada gambar diatas bahan material pada bangunan Gereja St. Fransiskus Asisi adalah berbahan batu dan juga beton bertulang, jika dibandingkan dengan material dinding pada bangunan Rumah Adat Karo yang berbahan material kayu. Hal ini dapat disimpulkan bahwa perubahan bahan material dipengaruhi oleh zaman dimana bangunan itu didirikan, akan tetapi keberlanjutan dari model bangunan Rumah Adat Karo tidak terhenti dikarenakan perbedaan zaman, meskipun bangunan Gereja St. Fransiskus Asisi berbahan modern tetapi kesan Rumah Adat Karo masih bisa dirasakan sampai pada saat ini bahkan pada bangunan Ibadah.

Gambar 2.2.4. 5 Bagian cuping-cuping (Sumber www.google.com)

 Bagian dinding dan Kolom

Gambar 2.2.4. 6 Badian dinding dan kolom (Sumber www.google.com)

Dapat dilihat pada Gambar diatas bahwa pada bangunan Gereja St. Fransiskus Asisi masih menerapkan bentuk struktur

34 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

panggung yang biasanya terletak di bagian kolong Rumah Adat Karo. Dapat di lihat pada gambar diatas bahwa bagian struktur panggung Rumah Adat Karo yang berada di bagian kolong berbahanmaterial kayu. Berbeda dengan yang berada pada bangunan Gereja St. Fransiskus Asisi yang berbahan material beton, kemudian fungsinya juga sudah mengalami perubahan, pada bangunan Gereja St. Fransiskus Asisi dibagian kolong panggung dijadikan dinding dan juga ruangan ibadah. Sebenarnya ini lebih kepada bentuk tampilan struktur yang menyerupai struktur Rumah Adat Karo, bukan kepada fungsionalnya.  Bandara Internasional Minangkabau  Didesain mengikuti konsep arsitektur tradisional minangkabau yang menerapkan penggunaan atap bagonjong sebagai atap khas Minangkabau pada atap bandara  Atap bagonjong berbentuk runcing pada bagian atas yang menyerupai tanduk kerbau. Dahulu, penutup atap bagonjong adalah ijuk yang dapat bertahan hingga puluhan tahun.  Arsitektur Neo-Vernakular diterapkan pada bangunan dengan memadukan penggunaan material yang modern.

Gambar 2.2.4. 7 Bandara Internasional Minangkabau (Sumber www.google.com)

35 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

 Masjid Raya Sumatera Barat

Masjid Raya Sumatera Barat merupakan masjid terbesar di Sumatera Batar. Masjid berada di jantung Ibu Kota Padang. Mulai dibangun pada tahun 2008 hingga sekarang. Pembangunan bertaham Masjid Ray Sumatera Barat dikarenakan terbatasnya dana dari pemerintah provinsi. Masjid dengan luas 4.430 m2 ini mampu menampung hingga 5.000-6.000 jemaah. Masjid Raya Sumatera Barat memiliki gaya arsitektur neo-vernakular Minangkabau dengan sentuhan arsitektur Islam. Berikut beberapa uraian mengenai arsitektur dari Masjid Raya Sumatera Barat:  Atap masjid yang melancip kepada empat penjurunya. Bentuk atap ini mewakili atap bergonjong pada rumah adat Minangkabau.  Pada eskterior Masjid Raya Sumatera Barat, terdapat ukiran yang menampilkan kaligrafi dan motif kain Songket khas Minangkabau.

Gambar 2.2.4. 8 Masjid Raya Sumatera Barat (Sumber www.google.com)

36 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

 National Theatre Malaysia

Gambar 2.2.4. 9 National theatre Malaysia (Sumber: http://www. theatremalaysia.com)

Bangunan teater daerah Malaysia ini merupakan salah satu bangunan neo-vernakular di Malaysia. Terletak di Kuala Lumpur, dengan fungsi sebagai teater daerah dan juga gedung pertunjukan, dengan kapasitas 2000 orang yang menggunakan tiga tingkat balkon. Gedung Teater Nasional Malaysia ini merupakan salah satu ciri Malaysia sehingga terlihat sangat lekat sekali kesan budaya Malaysianya. Gedung ini didesain dengan mengikuti konsep bangunan tradisional melayu Malaysia yang menggunakan atap pelana yang tinggi. Dengan mengambil bentuk vernakular yang jelas sekali dipadu dengan material yang modern menjadikan Gedung Teater Nasional Malaysia ini terlihat modern namun tetap memiliki ciri khas Malaysia.

Gedung Teater Nasional Malaysia ini mengambil konsep vernakular dari rumah tradisional melayu Malaysia dengan sangat jelas dan memberikan pengulangan-pengulangan pada bagian atapnya yang bertingkat-tingkat. Atap pelana yang biasanya digunakan pada bangunan rumah tradisional sangat tepat diaplikasikan ke gedung teater ini karena gedung teater membutuhkan ruang yang besar dan tinggi seperti pada rumah tradisional yang menggunakan atap yang besar dan tinggi.

37 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Hal ini juga yang diterapkan ke dalam bangunan Pasar Tradisional yang menggunakan atap-atap dari rumah tradisional di

Gambar 2.2.4. 10 Eksterior National Theatre Malaysia (Sumber: http://www. theatremalaysia.com)

 Mapungubwe Interpretation Centre

Mapungubwe Interpretation Centre merupakan karya Peter Rich. Terletak di Afrika Selatan bagian utara yang berbatasan dengan Botswana dan Zimbabwe, serta termasuk dalam kawasan Unesco World Heritage Site. Lokasi bangunan ini selain merupakan daerah yang kaya dengan cultural heritage, juga memiliki kekayaan flora dan fauna serta merupakan daerah bekas tambang emas pertama di Afrika.

Gambar 2.2.4. 11 Eksterior Mapungbwe Interpretation center

38 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(Sumber : http://www.archdaily.com/57106/mapungubwe- interpretation-center)

Visitor Center seluas 1.500 m² ini memiliki ruang yang berisi artifak serta sejarah tempat bangunan ini berada. Selain itu juga terdapat fasilitas lain dan kantor pengelola. Desain bangunan menyerupai dome yang merupakan bentuk rumah penduduk setempat dengan bagian dalam berupa kubah

Gambar 2.2.4. 12 Interior Mapungbwe Interpretation Center (Sumber : http://www.archdaily.com/57106/mapungubwe- interpretation-center)

Kubah-kubah lengkung ini didesain dengan mengadaptasi sistem konstruksi setempat yang telah berumur 600 tahun dalam upaya untuk menciptakan bangunan yang low-cost serta ramah lingkungan. Material utama bangunan ini adalah batu paras dan ubin sebagai pelapis dinding, serta kayu jenis mopane.

39 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB III METODOLOGI

3.1. Metoda Pemilihan Lokasi Pemilihan lokasi harus memenuhi syarat dan kriteria yang telah ditentukan, kemudian melakukan penyeleksian dan penentuan menggunakan google maps/earth. Setelah lokasi ditentukan sesuai kriteria, kemudian dilakukan survey lapangan untuk melihat kondisi asli dan kondisi bangunan sekitar.

3.2. Metoda Menyelesaikan Masalah Perancangan Metode penyelesaian yang digunakan dalam perancangan Kantor Sewa di Jalan Gatot Subroto ini menggunakan metode deskriptif, yaitu sebuah metoda yang digunakan dalam desain dengan berdasarkan penalaran analisa dan penelitian struktur empiris, beserta identifikasi hal yang mendukung metoda. Dalam metode deskriptif ini selanjutnya dilakukan beberapa tahapan yakni:

3.2.1 Pencarian Ide/Gagasan  Pencarian ide/gagasan mengenai sebuah

3.2.2 Pengumpulan Data Metode pembahasan yang dipakai dalam penyusunan laporan perancangan ini adalah metode deskriptif, yaitu memaparkan data-data, menguraikan, menjelaskan, baik itu data primer maupun data sekunder berdasarkan fakta yang ada (actual), lalu kemudian dianalisa untuk menghasilkan suatu konsep yang akan didesain.

a. Metode Primer Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data sebenarnya yang sesuai dengan keadaan asli. Pengumpulan data menggunakan beberapa cara, yaitu:  Observasi

40 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Melakukan pengamatan dan pengalaman langsung terkait kebutuhan-kebutuhan perancangan kantor sewa dan keadaan kantor sewa pada kondisi sebenarnya. Meliputi studi lapangan dan studi banding kantor sewa atau kebutuhan perancangan lainnya.  Wawancara Memperoleh data-data mengenai kebutuhan aktivitas dan kebutuhan sarana yang dibutuhkan dalam sebuah kantor sewa. b. Metode Sekunder Memperoleh data penunjang termasuk teori dan informasi yang dibutuhkan dalam perancangan. Meliputi studi literature maupun diperoleh dari berbagai media baik cetak, buku, maupun media elektronik lainnya.

3.2.3 Analisa Analisa data dilakukan secara kualitatif yaitu menganalisa terhadap aspek pelaku kegiatan, kebutuhan ruang, penataan ruang dan sirkulasi, kemudian dianalisa secara kuantitatif yaitu menganalisa terhadap kapasitas ruang dan besaran ruang serta pendekatan mengenai lokasi dan tapak. Adapun analisis yang dapat mempengaruhi perancangan ini antara lain:

a. Analisa Tapak Analisa tapak digunakan untuk memposisikan dan menempatkan bangunan untuk menemukan potensi-potensi yang dapat dikembangkan. b. Analisa Fungsi Analisa fungsi berguna untuk menemukan fungsi utama yang akan dihadirkan pada rancangan ini.

c. Analisa Aktivitas

41 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Analisa aktivitas merupakan proses untuk mengurai aktivitas- aktivitas yang akan dan bisa terjadi dalam bangunan ini. d. Analisa Ruang Analisa ruang bergunan untuk membantu menyusun program ruang serta kebutuhannya yang diperlukan dalam bangunan museum. Selain itu, studi banding proyek sejenis dapat membantu menemukan kebutuhan ruang dalam museum. e. Analisa Struktur Kebutuhan atas ketahanan dan adaptasi terhadap lingkungannya menjadi hal yang tak terpisahkan dalam sebuah bangunan. Persyaratan struktur yang meliputi pondasi, badan bangunan, hingga atap bangunan dengan mempertimbangkan fungsi, keamanan, ketahanan, keawetan, dan estetika dalam bangunan.

3.2.4 Konsep Analisis yang telah dilakukan dapat memunculkan penyelesaian masalah perancangan dalam bentuk konsep perancangan. Adapun konsep perancangan yang akan digunakan dalam perancangan kantor sewa adalah:

a. Konsep Tapak Penyelesaian atas analisa tapak memperoleh sebuah konsep tapak yang mampu menentukan zoning, tata ruang luar, orientasi massa, sirkulasi, dan pencapaian. b. Konsep Tata Ruang Dalam Konsep ini bertujuan untuk memberikan pengalaman baru yang dihadirkan dalam bangunan dengan mempertimbangkan keamanan dan kenyamanan. c. Konsep Massa dan Perwajahan Konsep massa dan perwajahan yang mengisyaratkan sebuah pesan monumental yang dihadirkan sebagai penghubung antara masa lalu dan saat ini.

42 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

d. Konsep Struktur Konsep struktur yang memiliki ketahanan dan mampu beradaptasi dengan lingkungan serta tetap memberikan nilai estetika tersendiri. e. Konsep Sistem Utilitas Penghematan dalam penggunaan air dan utilitas lain menjadi sesuatu yang didorong untuk dihadirkan dalam bangunan perpustakaan umum.

3.2.5 Hasil Akhir Merupakan hasil desain perancangan proyek yang dihasilkan dari pencarian ide/gagasan, metoda pengumpulan data dan analisa serta konsep. Hasil akhir desain “Perpustakaan Umum di Jl Letjen Jamin Ginting Kabanjahe” tentu dalam perjalanan pada hasil akhir juga melewati proses evaluasi untuk memaksimalkan desain yang akan dijangkau bangunan “Perpustakaan Umum di Jl Letjen Jamin Ginting Kabanjahe”.

43 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB IV DESKRIPSI PROYEK

4.1. Judul Proyek Judul dari proyek ini adalah desain perpustakaan umum di kabanjahe dengan pendekatan Neo-Vernakular. Lokasi proyek ini berada di Jalan Letjen Jamin Ginting, Ketaren, Kabanjahe Karo, Sumatera Utara

Gambar 4.1 1 Lokasi Site (Sumber www.googlemaps.com)

Data umum proyek yang akan di rancang adalah sebagai berikut

 Judul :Desain Perpustakaan Umum di Jalan Letjen Jamin Ginting kabanjahe  Lokasi Proyek :Jalan Letjen Jamin Ginting, Ketaren, Kabanjahe,Kabupaten karo  Tema Proyek :Arsitektur Neo-Vernakular  Luas Site :9000 m2  KDB :60%  RTH :30%  Keadaan Eksisting :Lahan Kosong  Status Proyek :Fiktif

44 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

4.2. Luasan Lokasi perancangan ini terletak di Jl Letjen Jamin Ginting, Ketaren, Kecamatan Kabanjahe, eksisting dari lahan yang ingin di rancang ini merupakan lahan kosong dengan total luas 9000 m²

4.3. Batas Kawasan Batas-batas kawasan dibedakan menjadi 2, dibedakan secara makro dan di bedakan secara mikro

Gambar 4.3. 1 Batasan wilayah secara makro Batasan wilayah secara makro

 Sebelah Utara : Kec. Simpang Empat  Sebelah Timur : Kec. Barusjahe  Sebelah Selatan : Kec. Tigapanah, Kec. Munte  Sebelah Barat : Kec.payung  Sebelah Barat : Kec. Payung

45 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SITE

Gambar 4.3. 2 Batasan wilayah secara mikro Secara mikro, lokasi perancangan memiliki batasan-batasan di antaranya yaitu:

 Sebelah Utara :Jalan masuk ke SMA NEGERI 1 KABANJAHE  Sebelah Timur :Ruko  Sebelah Selatan :Perumahan Warga  Sebelah Barat :SMA NEGERI 1 KABANJAHE

46 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

4.4. Fungsi Sekitar Berikut adalah fungsi daru bangunan disekitar lokasi perancangan perpustakaan umum

perpustakaan umum

2 1

2 1

5 3

4

1 6

Keterangan :

 1 :Lokasi Site  2 :SMA Negeri 1 Kabanjahe  3 :SD Negeri 1 Kabanjahe  4 :SMP Negeri 1 Kabanjahe  5 :Kantor Bupati Kabanjahe  6 :SMA Negeri 2 Kabanjahe

47 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB V ANALISA PERANCANGAN

5.1. Analisis Perancangan Ruang Luar 5.1.1. Analisis Pencapaian

Gambar 5.1.1. 1 Analisa pencapain

Lokasi site langsung berhadapan dengan jalan Letjen Jamin Ginting jalan yang cukup lebar sehingga sangat baik apabila difungsikan menjadi akses primer menuju lokasi site. Selain memiliki akses primer terdapat juga jalan kecil yang dapat di jadikan akses sekunder, yanng dimana akses sekunder ini adalah jalan masuk menuju sekolah SMA Negeri 1 Kabanjahe

48 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

5.1.2. Analisis Sirkulasi

Gambar 5.1.2. 1 Analisa sirkulasi (Sumber pribadi)

5.1.3. Analisis Matahari dan Angin

Gambar 5.1.3.1. Analisa matahari (Sumber pribadi)

49 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

5.1.4. Analisis Kebisingan

Gambar 5.1.4. 1 Analisa kebisingan (Sumber pribadi)

Dilihat dari gambar terdapat warna merah yang menandakan lokasi sitenya berada di pinggir jalan Letjen Jamin Ginting, sehingga tingkat kebisingan dilokasi site meningkat, dapat di lihat juga terdapat warna kuning yang menandakan tingkat kebisingannya sedang, karena terkadang ada beberapa kendaran lewat dan warna hijau menandakan tingkat kebisingan rendah, sehingga sangat memungkinkan bangunan perpustakaan didirikan berdekatan dengan warna hijau yang tingkat kebisingannya rendah

5.1.5 Analisa View . View menuju Site

Gambar 5.1.5. 1 Analisa view

50 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

5.2. Analisis Sistem Kegiatan dan Program Ruang 5.2.1. Analisis Kebutuhan Ruang Analisis Ruang

Jenis kegiatan yang harus diwadahi, dikelompokan secara umum menjadi:

 Ruang untuk koleksi pustaka  Ruang untuk pembaca yaitu ruang baca dewasa, dan ruang baca anak-anak  Ruang pengelola  Ruang penunjang atau tambahan

Kebutuhan Ruang

Perpustakaan awalnya digunakan untuk tempat yang berhubungan dengan segala jenis buku-buku, tetapi sekarang digunakan juga untuk tempat saling berkumpulnya banyak orang dengan kepentingan berbeda beda, seperti perpustakaan menjadi tempat berkumpul, refreshing, dan juga berkomunita, secara umumnya kebutuhan ruang perpustakaan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu ruang dalam dan ruang luar

 Ruang dalam (Privasi dan sevis) Ruang dalam digunakan sebagai tempat fungsi utama yang ada di perpustakaan, dengan mengacu pada standar perpustakaan kota/kabupaten, kebutuhan ruang dalam yang harus diwadahi antara lain  Ruang luar (semi publik dan publik) Selain menggunakan ruang dalam, desain perpustakaan terdapat juga ruang luar, ruang luar dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam fungsi-fungsi yaitu ruang baca outdoor,

51 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

parkir, ruang komunal, play ground. Untuk besaran ruang pada masing-masing fungsi akan disesuaikan berdasarkan Kebutuhan ruang dalam yang harus diwadahi antara lain:

Kegiatan Pengguna Kebutuhan Ruang A. Pelayanan Pengunjung  Ruang penitipan Umum/penerimaan dan barang ,loker 1. Penitipan barang Pengelola  Ruang informasi 2. Informasi dan pengawasan  Ruang pelayanan 3. Peminjaman dan anggota pengembalian koleksi  Lobby 4. Pemimjaman dan pengembalian koleksi 5. Kegiatan fotokopi 6. Duduk-duduk dan diskusi B. Pengelolaan Pengelola  Ruang 1. Administrasi pustakawan 2. Mengantur kegiatan oprasi  Ruang Rapat 3. Katalogisasi  Ruang penerima 4. Rapat  Ruang 5. Menerima dan menyimpan Administrasi koleksi sementara C. Pendidikan Pengunjung  Ruang Koleksi 1. Menbaca koleksi dan Umum dan 2. Menyimpan koleksi Pengelola Dewasa 3. Pemcarian Literatur  Ruang Koleksi 4. Belajar Pelajar dan 5. Berdikusi Remaja 6. Mendengar dan menunton  Ruang Koleksi koleksi audio visual Anak 7. Mengakses internet  Ruang Referensi 8. Menggunakan komputer  Ruang 9. Menggunakan fasilitas Wi- Audiovisual Fi  Ruang Komputer  Ruang Pustaka Digital D. Kegiatan Komersil Pengelola  Kafetaria 1. Menyediakan makanan pengunjung  Retail dan minuman dan  Ruang Pameran 2. Makan minum dan masyarakat bersantai umum 3. Melihat pameran buku bazar buku

52 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

E. Servis Pengelola  Toilet 1. MCK(Mandi,Cuci,Kakus) dan semua  Musholla 2. Beribadah Sholat pengunjung  Ruang Mekanikal 3. Mekanikal dan Elektrikal Elektrikal 4. Pantry  Pantry 5. Perawatan bangunan  Gudang 6. Keamanan bangunan  Pos Keamanan 7. Memarkir kendaraan  Tempat parkir Tabel kebutuhan ruang

Daftar Tabel 5.2.1. 1 (Sumber pribadi)

5.2.2. Analisis Skema Kegiatan Pengguna untuk perpustakaan umum ini terbagi menjadi 3 bagian kelompok pengguna yaitu dewasa, anak-anak, dan pengelola. Analisa skema kegiatan adalah sebagai berikut:

a. Skema kegiatan pengguna dewasa

Daftar Tabel 5.2. 2.1 b. Skema kegiatan pengguna anak-anak

Daftar Tabel 5.2.2.2 c. Skema kegiatan pengelola

53 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Daftar Tabel 5.2.2.3

5.2.3. Program Ruang

Kelompok Ruang zoning Kapasita Luas Unit Sumber kegiatan s m² Pelayanan Ruang koleksi baca Publik 40 300 1 NAD koleksi anak- Ruang baca anak Publik 10 36 1 NAD anak Ruang tunggu anak Publik 10 33.6 1 Asumsi Toilet Servis 6 3 6 NAD Pelayana Ruang koleksi baca Publik 70 675 1 NAD koleksi Ruang komputer Publik 30 90 1 NAD Remaja dan Ruang Audio Visual Publik 30 90 1 Analisa Pelajar Ruang katalog online Publik 10 40 1 Aalisa Toilet Servis 6 3 6 NAD Pelayanan Ruang koleksi baca Publik 70 675 1 NAD koleksi Ruang komputer Publik 30 90 1 NAD umum dan Ruang audio visual Publik 30 90 1 Analisa dewasa Ruang katalog online Publik 10 40 1 Analisa Toilet Servis 6 3 6 NAD Fasilitas Musholah Publik 20 62 1 Analisa pendukung Caffe Publik 40 122 1 Asumsi Ruang pustaka Publik 70 74 1 Analisa digital Ruang konferensi Publik 40 54 1 Analisa Dan launching Ruang pameran Publik 40 166 1 Asumsi Ruang sejarah Publik 60 211 1 Asumsi perputakaan Ruang koleksi Publik 45 126 1 Asumsi budaya Ruang arsip Publik 10 26 1 NAD

Ruang diskusi Publik 8 18 3 NAD

Loker Publik 100 142 1 Analisa

54 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Ruang Lobi/resepsionis Publik 300 750 1 NAD pengelola Ruang kepala Private 1 16 1 NAD perpustakaan Ruang tu Private 5 16 1 NAD Ruang staff Private 5 13.2 2 NAD Ruang rapat Semi private 10 22 2 NAD Penjaga loker Pivate 3 8.7 1 Asumsi Ruang peminjaman Semi private 4 29.4 2 NAD dan pengembalian buku Ruang pelayanan Semi private 35 74 1 NAD anggota Ruang istirahat Semi private 10 30 1 Asumsi Pantry Semi private 4 9.3 1 Asumsi Ruang ganti pegawai Semi private 8 14 1 Analisa Ruang loker pegawai Semi private 8 14 1 Analisa Ruang security Private 3 9.6 1 NAD Ruang tangki air Servis 5/ruang 9 1 NAD Ruang trafo Servis 6/ruang 14 1 NAD Ruang genset Servis 6/ruang 14 1 NAD Ruang panel utama Servis 6/ruang 10 1 NAD Sirkulasi Eskalator Servis 20 16.5 4 SBT vertikal Tangga Servis 10 17.5 2 SBT Tangga darurat Servis 5 16 2 SBT Parkir Parkir mobil Servis - 12 22 NAD Parkir motor Servis - 2.4 44 NAD

Tabel Program ruang 5.2.3.1 (sumber pribadi) 5.3. Analisis Sistem Struktur / Konstruksi 5.3.1. Analisis Struktur Untuk mendukung terciptanya konsep desain arsitektur Neo Vernakular yang menggunakan struktur yang modern, maka diperlukan:

 Adanya struktur yang mendukung sistem konstruksi untuk menunjang bangunan sesuai dengan desain perancangan. Mampu menahan beban yang bekerja saat bangunan dioperasikan pada konstruksi bangunan

55 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

5.4. Analisis Sistem Utilitas 5.4.1. Analisis Pencahayaan  Pencahayaan alami

Dengan pemanfaatan sinar matahari sebagai pencahayaan alami pada ruangan yang memungkinkan diberi bukaan jendela

 Pencahayaan buatan

Untuk ruang-ruang yang tertutup dan padda ruang-ruang yang bertujuan untuk menimbulkan suasana ruangan seperti lampu sorot

5.4.2. Analisis Penghawaan  Penghawaan alami

Keuntungannya biaya lebih murah, dan ramah lingkungan

 Penghawaan buatan

Keuntungannya dapat merata keseluruh ruangan, tingkat kelembapan dan suhu dapat dikontrol, dan udara menjadi bersih

5.4.3. Analisis Plumbing  Air kotor

Sebelum dibuang kesaluran pembuangan kota, air kotor harus melewati proses treatment dahulu.

 Air bersih

Sumber air bersih berasal dari PDAM, apabila mengalami kerusakan maka sumur bor akan digunakan sumber cadangan

 Air buangan

56 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Sebelum dibuang kesaluran pembuangan kota air buangan harus terlebih dahulu melelui proses treatment

5.4.4. Analisis Pembuangan Sumber-sumber utama sampah berasal dari beberapa area seperti :  Area kerja pengelola berupa kertas-kertas bekas  Area pengunjung berupa bungkusan makanan  Area logistik yaitu dapur

Sampah-sampah dikumpulkan menurut jenisnya, yaitu sampah kering, sampah basah, dan sampah-sampah berbahaya lainnya yang mengandung zat-zat racun. Kemudian sampah dibuang ke tempat sampah utama untuk diangkut oleh truk pembuangan sampah

5.4.5. Analisis Penyediaan Listrik  Sumber arus dari PLN  Genset  Untuk kebutuhan listrik pada saat pemadaman listrik, maka genset menyuplai listrik sebesar 50% dari listrik yang di butuhkan tenaga listrik utama seperti AC, penerangan umum, pompa, dan lift  UPS  Merupakan baterai kering yang dapat menyuplai tenaga listrik sementara apabila terjadi pemadaman listrik  Plumbing

. 5.4.6. Analisis Keamanan  Sistem Keamanan pada bangunan bisa berupa Satuan Keamnan (Satpam), CCTV

57 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

 BAB VI KONSEP PERANCANGAN

6.1.Konsep Dasar Konsep dasar dari bangunan perpustakaan umum kota kabanjahe ini di ambil dari bangunan adat karo yaitu siwaluh jabu yang di mana bangunan perpustakaan ini mempunyai 3 lantai sama hal nya dengan bangunan siwaluh jabu.

Sisi bangunan sebelah timur dari bangunan perpustakaan ini mengadaptasi dari badan bangunan siwaluh jabu ,dan dinding di miringkan agar pembaca tidak terkena sinar matahari secara langsung,

Untuk akses masuk dari arah utara dan selatan mengadaptasi dari atap bangunan sialuh jabu ,dan di beri dua,selatan dan utara yang makna nya menandakan ada dua alam yaitu dunia manusia dan dunia dewa, menurut tradisi dari suku karo

58 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Terdapat 6 kolom yang berada di depan bangunan mengadaptasi dari bangunan siwaluh jabu ,yang di mana bangunan siwaluh jabu merupakan bangunan bertipe panggunng.

Di berikan ornamen karo terhadap fasad yang berguna untuk menambah kesan tradisional karo ,dan ornamen itu juga berguna sebagai penghalang sinar matahari agar tidak langsung mengunai para pembaca

Gambar 6.1 1 Perubahan masa bangunan

6.2.Konsep Struktur Sistem Pondasi Tiang Pancang (Pile Foundation) Pondasi ini adalah bagian dari struktur yang digunakan untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur atas ke tanah pununjang yang terletak pada kedalaman tertentu. Pondasi jenis ini lazim digunakan pada bangunan tinggi.

6.3.Konsep Utilitas 6.3.1. Sistem jaringan air bersih Pada perancangan perpustakaan umum ini, sumber pasokan air yang digunakan adalah kombinasi sumber air PDAM dan sumber air sumur. Untuk sistem distribusi air bersih dalam bangunan, sistem yang digunakan adalah sistem down-feed. Akan tetapi, karena rencana kapasitas air bersih hariannya

59 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

sangat besar, maka dilakukan pembagian penyimpanan pasokan air antara upper tank (water tower) sekitar 50% (159 m3) dan groundtank sekitar 25% (80 m3).

6.3.1. Sistem Penanggulangan dan Perlindungan Kebakaran Sistem penanggulangan dan perlindungan kebakaran (fire protection) yang digunakan dalam perpustakaan umum ini meliputi smoke/fotoelektrik detector, box hydrant, tabung-tabung portable fire-extinguisher, sprinkler, dan hidran halaman. Hidran halaman diletakkan pada area luar dengan jarak antar hidran 200 m yang mudah dijangkau mobil pemadam kebakaran. Sedangkan, box hydrant dan portable fireextinguishe dalam bangunan diletakkan pada area dekat pintu – tangga – ramp darurat dan area-area yang mudah dijangkau. Jenis portable fire-extinguisher yang digunakan adalah berisi zat kimia kering khususnya jenis ammonium phosphate-based. Smoke/fotoelektrik detector dan sprinkler diletakkan berdekatan untuk memudah sistem peringatan bahaya pada panel indikator. Sistem sprinkler yang digunakan terdiri atas dua jenis, yaitu sprinkler berisi air untuk ruang-ruang dan sprinkler berisi gas CO2 dalam bentuk liquid untuk ruang-ruang berisi peralatan elektronik, mesin yang memiliki aliran listrik, dan barang-barang penting lainnya yang sangat rentan terhadap air

60 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 6.3. 1 Peralatan penanggulangan kebakaran

6.3.3 Sistem Jaringan Air Kotor Sistem jaringan air kotor pada perpustakaan umum ini dibagi menjadi dua, yaitu pembuangan limbah air kotor (dari koset dan urinoir) serta limbah air bekas (dari floordrain, washtafel, bak cuci/sink, dan bak dapur). Dalam sistem pengolahan limbah air kotor dan air bekas, dibutuhkan sarana pengolahan limbah berupa septic tank dan sumur peresapan. Berdasarkan analisis pehitungan yang telah dilakukan, kapasitas septic tank yang dibutuhkan saat kondisi puncak sekitar 144,5 m3 sedangkan kapasitas sumur peresapan sekitar 241 m3.

Gambar 6.3. 2 Sistem air kotor

61 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR PUSTAKA Neufert, E. (2002). Data Arsitek Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Yeang, Ken. 1994, Bioclimatic skyscrapers, London: Artemis Simonds, J. O. (1983). Introduction to Landscap Suskiyatno, H. F. (1998). Dasar-Dasar Eko Arsitektur. Jogjakarta: Kanisius. Ching, DK. 2000. Bentuk Ruang dan Tatanan. Jakarta. Erlangga FEBRINA AULIA RAHMI, (2010) EVALUASI PENCAHAYAAN RUANG PERPUSTAKAAN DI MADRASAH MU’ALLIMIN MUHAMMADIYAH . Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Website www.KBBI.com googlemaps.com googleearth.com www.rumahpembaca.com www.ideastore.co.uk www.cabe.co.uk www.arcspace.com

62 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA