SIAK MASA REVOLUSI 1945-1949
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora Dalam Program Studi Magister Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara
Oleh
MURNI WAHYUNI NIM. 167050003
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019
Universitas Sumatera Utara
SIAK MASA REVOLUSI 1945-1949
T E S I S
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora Dalam Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara
Oleh
MURNI WAHYUNI NIM. 167050003
.
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019
i
Universitas Sumatera Utara
ii
Universitas Sumatera Utara
iii
Universitas Sumatera Utara
iv
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Tesis ini berjudul Siak Masa Revolusi 1945-1949. Revolusi Kemerdekaan Indonesia 1945-1949 adalah rangkaian peristiwa yang penuh dengan gerakan heroik demi memperjuangkan kedaulatan Republik Indonesia. Siak termasuk wilayah yang tidak luput dari gelombang revolusi tersebut. Wilayah yang dulunya merupakan kesultanan yang berdaulat ini turut mewarnai garis waktu perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Sultan Syarif Kasim II memainkan perannya dalam revolusi tersebut. Penelitian ini memfokuskan pada pembahasan: (1) proses peralihan Siak menuju Republik, (2) alasan Sultan Syarif Kasim II mendukung Republik Indonesia, (3) Kebijakan Sultan Syarif Kasim II pada masa revolusi. Metode yang digunakan adalah metode sejarah dengan mengumpulkan sumber- sumber sejarah yang relevan dengan penelitian tesis ini. data dikumpulkan melalui studi pustaka, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) sultan menunjukkan sikap antikolonial selama pemerintahannya, berita proklamasi Indonesia ditanggapi secara positif oleh Siak yang langsung menyatakan kesediaannya untuk bergabung dengan Indonesia. (2) Ide demokrasi, pendidikan dan rasa nasionalisme menjadi alasan utama dibalik alasan sultan untuk mendukung Republik Indonesia. (3) sultan memberikan dukungan dengan membentuk Tentara Keamanan Rakyat dan ikut terlibat dalam konferensi raja-raja di Sumatera Timur. Sultan yang dijuluki “Sultan Republikan” ini juga tidak segan menyumbangkan harta dan kekayaannya demi perjuangan Republik Indonesia.
Kata Kunci: Revolusi, Siak Sri Indrapura, Kolonialisme, Sultan Syarif Kasim II, Republik Indonesia
v
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
This thesis is titled Siak Masa Revolusi 1945-1949. The Revolution of Indonesian Independence 1945-1949 was a series of events which were full of heroic movements in order to fight for the sovereignty of the Republic of Indonesia. Siak is one of the regions that has not escaped the wave of the revolution. The area that was once a sovereign sultanate also colored the timeline of the struggle for independence of the Republic of Indonesia. Sultan Syarif Kasim II played his role in the revolution. This study focuses on the discussion: (1) the Siak transition process towards the Republic, (2) the reason Sultan Syarif Kasim II supported the Republic of Indonesia, (3) the policy of Sultan Syarif Kasim II during the revolutionary period. The method used is a historical method by collecting historical sources relevant to this thesis research. Data is collected through literature studies, interviews and documentation. The results showed that, (1) the sultan showed an anticolonial attitude during his administration, the news of the Indonesian proclamation was responded positively by Siak who immediately expressed his willingness to join Indonesia. (2) The idea of democracy, education and a sense of nationalism were the main reasons behind the sultan's reasons for supporting the Republic of Indonesia. (3) the sultan provided support by forming the Tentara Keamanan Rakyat and was involved in the conference of kings in Sumatra Timur. The sultan, nicknamed the "Republican Sultan" also did not hesitate to contribute his property and wealth to the cause of the struggle of the Republic of Indonesia.
Keyword: Revolution, Siak Sri Indrapura, Colonialism, Sultan Syarif Kasim II, Republic of Indonesia
vi
Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Dengan ini saya, Murni Wahyuni, menyatakan bahwa tesis ini adalah asli hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan sebagai pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan baik Strata Satu (S1), Strata Dua (S2), maupun Strata Tiga (S3) pada Universitas Sumatera Utara maupun perguruan tinggi lain. Semua informasi yang dimuat dalam tesis ini yang berasal dari penulis lain baik yang dipublikasikan maupun tidak telah diberikan penghargaan dengan mengutip nama sumber penulis secara benar dan semua isi dari tesis ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya pribadi sebagai penulis.
Medan, 2019 Penulis
Murni Wahyuni NIM. 167050003
vii
Universitas Sumatera Utara
LEMBAR PERSEMBAHAN
The Highest Result of Education is Tolerance. -Helen Keller-
Dipersembahkan untuk:
Kedua orang tua dan adikku
viii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta‟ala yang senantiasa memberikan kenikmatan-kenikmatan-Nya yang agung, terutama kenikmatan iman dan islam. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, segenap keluarga, para sahabat, dan seluruh umatnya yang konsisten menjalankan dan mendakwahkan ajaran-ajaran yang dibawanya. Dengan tetap mengharapkan pertolongan, karunia dan hidayah-Nya, Alhamdulillah penulis mampu menyelesaikan penulisan tesis ini untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Humaniora dalam Program Studi Ilmu Sejarah pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, dengan judul: SIAK MASA REVOLUSI 1945-1949. Meskipun demikian, penulis adalah manusia biasa yang tentu banyak kekurangan, semaksimal apapun usaha yang dilakukan tentunya tidak pernah lepas dari kekurangan dan pastiya kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak senantiasa diharapkan. Namun, sebuah proses yang cukup panjang dalam penyusunan tesis ini tidak lepas dari doa, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini, penulis haturkan rasa terimakasih kepada: 1. Terimakasih yang setulusnya kepada kedua orangtua tercinta, ayahanda H. Abdul Malik, S.E dan Ibunda Dra. Hj. Kasmayana, yang dalam situasi apapun tidak pernah berhenti mengalirkan rasa cinta dan kasih sayangnya serta adikku tersayang Sri Hardianti.
ix
Universitas Sumatera Utara
2. Kepada Bapak Dr. Budi Agustono, M.S, selaku Dekan pada Fakultas Ilmu Budaya di Universitas Sumatera Utara. 3. Kepada Bapak Dr. Suprayitno, M.Hum selaku ketua Program Studi Magister Ilmu Sejarah dan Ibu Lila Pelita Hati, M.Si selaku sekretaris jurusan yang telah banyak membantu demi kelancaran studi kami. 4. Kepada Bapak Dr. Budi Agustono selaku pembimbing I dan Bapak Warjio, Ph.D selaku pembimbing II yang telah banyak membantu dan membimbing saya dalam penulisan tesis ini. 5. Kepada Ibu dan Bapak dosen Program Magister Ilmu Sejarah yang telah memberikan ilmu nya bagi saya maupun teman-teman seperjuangan di Magister Ilmu Sejarah. 6. Kepada Pemerintah Kabupaten Siak yang telah melancarkan perizinan saya dalam melaksanakan penelitian. 7. Segenap pengelola perpustakaan Universitas Sumatera Utara, perpustakaan Tengku Luckman Sinar, Perpustakaan Wilayah Soeman HS Provinsi Riau dan Arsip Nasional Indonesia. Akhirnya, semoga Allah SWT memberikan imbalan yang berlipat ganda dan meridhoi semua amal baik yang telah diberikan. Penulis sadar bahwa tesis ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, sumbangan kritik dan saran yang membangun sangat penulis nantikan. Penulis berharap semoga tesis ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi semua pihak. Amin.
Medan, 2019 Penulis
Murni Wahyuni NIM. 167050003
x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...... i LEMBAR PENGESAHAN ...... ii ABSTRAK ...... v ABSTRACT ...... vi PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...... vii LEMBAR PERSEMBAHAN ...... viii KATA PENGANTAR ...... ix DAFTAR ISI ...... xi DAFTAR ISTILAH ...... xiii DAFTAR GAMBAR ...... xv DAFTAR TABEL...... xvi DAFTAR BAGAN STRUKTUR ...... xvii DAFTAR SALINAN SURAT KEPUTUSAN ...... xviii BAB I PENDAHULUAN ...... 1 1.1. Latar Belakang ...... 1 1.2. Rumusan Masalah ...... 8 1.3. Fokus Penelitian ...... 8 1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 10 1.5. Teori dan Kerangka Konseptual ...... 11 1.6. Kajian Sebelumnya...... 17 1.7. Metode Penelitian ...... 23 1.8. Sistematika Tulisan ...... 26 1.9. Jadwal Penelitian ...... 28 BAB II SIAK SRI INDRAPURA ...... 29 2.1. Gambaran Umum Siak Sri Indrapura ...... 29 2.2. Hubungan Siak Sri Indrapura dengan Belanda ...... 45 2.3. Masuknya Jepang di Siak Sri Indrapura ...... 49 2.4. Siak Bergabung dengan Republik Indonesia Tahun 1945 ...... 52
xi
Universitas Sumatera Utara
BAB III SULTAN SYARIF KASIM II MENDUKUNG REPUBLIK INDONESIA ...... 55 3.1. Nasionalisme dalam Pandangan Sultan Syarif Kasim II ...... 61 3.2. Siak Sri Indrapura di bawah Pemerintahan Sultan Syarif Kasim II ...... 66 BAB IV KEBIJAKAN SULTAN SYARIF KASIM II PADA MASA REVOLUSI ...... 79 4.1 Upaya Sultan Syarif Kasim II Mempertahankan Republik Indonesia melalui Diplomasi ...... 79 4.2. Pecahnya Revolusi Sosial di Sumatera Timur: Sultan Syarif Kasim II Berlindung ke Kotaraja ...... 89 4.3. Campur Tangan Belanda di dalam Siak Raad dan Sultan Raad ...... 91 BAB V PENUTUP ...... 101 5.1. Kesimpulan ...... 101 5.2. Kritik dan Saran...... 102 DAFTAR PUSTAKA ...... 103 LAMPIRAN 1 ...... 111 LAMPIRAN 2 ...... 112 LAMPIRAN 3 ...... 113 LAMPIRAN 4 ...... 114 LAMPIRAN 5 ...... 115 LAMPIRAN 6 ...... 116 LAMPIRAN 7 ...... 117 LAMPIRAN 8 ...... 118 LAMPIRAN 9 ...... 119 LAMPIRAN 10 ...... 120 LAMPIRAN 11 ...... 121
xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISTILAH
Afdeeling : Sebuah wilayah administratif pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda setingkat Kabupaten.
Assistant Resident : Pimpinan wilayah afdeeling (setingkat dengan bupati).
Babul Qawaid : Kitab pegangan hukum dalam Kerajaan Siak.
Batin : Orang yang mengepalai suku asli.
BKR : Badan Keamanan Rakyat.
Controleur : Kepala Kewedanan.
Datuk Syahbandar : Kepala Pelabuhan.
Dewan Kerajaan : Terdiri dari orang-orang besar kerajaan yang berfungsi sebagai pelaksana pemerintahan dan penasehat utama sultan.
Districthoofd : Kepala distrik setingkat asisten wedana.
Distrik : Wilayah atau bagian.
Gun-Cho : Sebutan untuk pemimpin distrik pada masa penjajahan Jepang.
Hakim Provinsi : Orang yang memimpin provinsi sebelum wilayah Siak dibagi dalam bentuk distrik.
Hinduk Kepala Suku : Hakim kepala suku bertugas melaksanakan pemerintahan mengurusi kehidupan masyarakat seperti hal beragama, budaya, adat istiadat yang taat kepada kerajaan dan sultan.
Keisatsunsho : Kepala Polisi.
KNI : Komite Nasional Indonesia.
KNIL : Koninklijke Nederland Indische Leger/Tentara Kerajaan Hindia Belanda.
Korte Verklaring : Perjanjian pendek berisi pernyataan setia kepada Raja Belanda atau Gubernur Jenderal sebagai wakilnya.
Kun-Cho : Sebutan untuk pimpinan onderdistrik pada masa penjajahan Jepang.
xiii
Universitas Sumatera Utara
Luhak : Setingkat kelurahan.
Onderdistrik : Setingkat kecamatan.
Pancong Alas : Pajak berupa cukai yang dikenakan pada setiap orang, tetapi aturannya berbeda untuk orang asing dan penduduk asli.
Residensi : Wilayah yang dipimpin oleh seorang residen yang mewakili negaranya dengan status diplomatik.
Sayyid : Disebut juga Said. Gelar kehormatan kepada orang- orang keturunan Nabi Muhammad SAW melalui cucunya, Hasan Bin Ali dan Husain Bin Ali. Keturunan wanita mendapat gelar Sayyidah, Alawiyah, Syarifah, Sharifah.
Siak Raad : Dewan Siak.
Sultan Raad : Dewan Sultan.
Sun-Tjo : Sebutan untuk penghulu pada masa penjajahan Jepang.
Tapak Lawang : Setiap tanah penduduk yang dipergunakan untuk perkebunan/ladang dikenakan pajak per ladang.
Territoriale Bestuur Administrateur : Administrator wilayah pemerintahan.
TKR : Tentara Keamanan Rakyat.
Treaties : Perjanjian berskala internasional. Perjanjian yang berisi persetujuan, pakta, perdamaian, kontrak besar antar negara, pasukan militer, pemerintah, dan kelompok suku.
Zelfbestuur : Disebut juga swapraja. Wilayah yang memiliki hak pemerintahan sendiri.
xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta Wilayah Siak ...... 111
Gambar 2. Peta Kerajaan-Kerajaan di Riau Abad Ke-19 ...... 112
Gambar 3. Peta Wilayah Kekuasaan Kerajaan Siak Tahun 1815-1946 ...... 113
Gambar 4. Peta Riau Tahun 1942-1945 ...... 114
Gambar 5. Peta Rute Perjuangan Sultan Syarif Kasim II ...... 115
Gambar 6. Foto Sultan Syarif Kasim II bersama Isteri Tengku Maharatu ...... 116
Gambar 7. Foto Sultan Syarif Kasim II bersama Isteri Bertemu Bung Karno .... 117
Gambar 8. Foto dan Peta Pembangunan Rel Kereta Api Logas-Pekanbaru ...... 118
xv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Daftar Sultan-Sultan Siak...... 43
Tabel 2.2 Beberapa Komoditas Perdagangan di Siak ...... 46
xvi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR BAGAN STRUKTUR
Bagan Pembagian Wilayah Siak Asli ...... 31
Bagan Pembagian Wilayah Siak Berdasarkan Traktat Siak 1858 ...... 34
Bagan Struktur Administrasi Pemerintahan Belanda Tahun 1938-1942 ...... 48
Bagan Susunan Pemerintahan Masa Jepang Tahun 1942-1945 ...... 52
Bagan Struktur Pemerintahan Masa Pemerintahan Sultan Syarif Kasim II ...... 56
xvii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SALINAN SURAT
Surat No. 10/U/50 tertanggal Djakarta, 17 Februari 1950, perihal permata-permata Sultan Siak ...... 119
Surat No. 212/P/10 tertanggal Bengkalis, 13 Mei 1950, perihal pembentukan Swapraja (Daerah Istimewa) Siak dari Panitia Persiapan Swapraja Siak (PPSS) ...... 120
Surat/Pemberitahuan “Kemudian Hendaklah Mengetahui” yang Salinan Awalnya Ditulis dalam Aksara Arab-Melayu Kemudian Sudah Diterjemahkan Salinannya Kedalam Bahasa Melayu dan Inggris. Salinan Ini Bisa Juga Dibaca di Istana Siak Sri Indrapura...... 121
xviii
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kajian tentang Siak memang sudah banyak ditulis oleh para peneliti, terutama mengenai sejarah Kesultanan Siak, mulai dari awal berdirinya hingga proses perleburannya dengan Republik Indonesia. Namun, belum ada bahasan secara khusus mengenai Siak pada masa revolusi. Sekalipun ada hanya berkisar kedalam sub bab tertentu yang menyinggung tentang Zaman Kemerdekaan (1945-
1975) keadaan pemerintah dan kenegaran dalam buku Sejarah Daerah Riau dalam karangan Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah tahun 1977/1978.
Kesultanan Siak Sri Indrapura, atau singkatnya Kesultanan Siak memiliki sejarah yang panjang. Kerajaan Siak Sri Indrapura terletak tepat di tepi sungai yang bernama Sungai Siak, sekalipun begitu kerajaan ini pernah berpindah-pindah lokasi mulai dari Buantan, Mempura Besar, Senapelan, Mempura Kecil lalu berakhir di Siak.1 Saat ini kita masih dapat melihat Istana Asserayah Hasyimiyah
(Istana dari Timur) yang masih berdiri tegak melawan waktu di tepian Sungai
Siak. Kerajaan ini pada awalnya didirikan oleh Raja Kecik yang merupakan keturunan Raja Johor, ia kemudian dibesarkan di Pagaruyung. Maka tidak heran jika model pemerintahan Kerajaan Siak banyak meniru model pemerintahan
Kerajaan Pagaruyung. Terbukti dengan tergabungnya Kepala Suku dari
Minangkabau yaitu Datuk Tanah Datar, Datuk Limapuluh, Datuk Pesisir dan
1 Marsis Sutopo. Sisa-sisa Kerajaan Siak Sri Indrapura. BA AMOGAPASHA 3/1/ MARET 1995, hlm. 37.
1
Universitas Sumatera Utara
Datuk Kampar kedalam Dewan Orang Besar Kerajaan, dengan penegcualian mereka hanya sekadar pembesar kerajaan yang tidak punya tanah ulayat.2
Sepanjang jalan pemerintahan Kerajaan Siak Sri Indrapura, kerajaan ini pernah dipimpin oleh 12 raja. Masing-masing raja tentu memiliki cara masing- masing dalam memimpin kerajaan ini di masa nya. Sistem pemerintahan yang mereka terapkan pun berbeda-beda. Raja Kecik atau Raja Kecil dengan nama
Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah sebagai raja pertama memutuskan untuk membangun kerajaan baru di tepi Sungai Buantan (anak Sungai Siak). Sedangkan raja kedua, yaitu, Sultan Muhammad Abdul Jalil Jalaluddin Syah justru memindahkan pusat kerajaan ke Mempura Besar akibat peristiwa Perang Guntung
I melawan Belanda. Pada masa Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah pusat pemerintahan dipindahkan lagi ke wilayah Senapelan. E. Netscher dalam bukunya “de Nederlander in Djohor en Siak” menyebutnya dengan sebutan
Chinapella. Wilayah ini terkenal dengan Pekan (pasar) yang ramai sehingga berkembang menjadi Pekanbaru sekarang ini.
Perbedaan kebijakan dalam sistem pemerintahan Kerajaan Siak Sri
Indrapura tentu akan menjadi sebuah kajian yang cukup menarik. Sistem kesultanan dengan corak Islam dan Melayu yang sangat kental turut ikut andil dalam pengambilan kebijakan para raja Siak.
Sultan Syarif Kasim Abdul Jalil Syaifuddin atau yang lebih dikenal dengan nama Sultan Syarif Kasim II merupakan sultan terakhir dari Kesultanan Siak.
2 Asril. Raja Kecil Pendiri Kerajaan Siak Sri Indrapura. Jurnal Ilmu-ilmu Sejarah, Budaya dan Sosial, hlm. 63-64.
2
Universitas Sumatera Utara
Beliau memerintah dimulai tahun 1915-1945.3 Pada masa pemerintahan Hindia
Belanda, Sultan Syarif Kasim II menolak untuk bekerjasama dengan Belanda yang terlalu ikut campur mengenai hal internal istana.4 Sultan Syarif Kasim II adalah seorang yang antikolonial.5 Kekuasaan dan otoritas Sultan pun sangat terbatas. Kekuasaan raja pada abad 19 hanya sebatas ilusi kedaulatan karena dimasukkan dalam sistem kolonial Belanda.
By the end of the nineteenth century both Siak and Riau-Lingga were Malay polities incorporated into the Dutch colonial system. Although they still maintained the illusion of sovereignty, the power and authority of their sultans and officials was effectively limited to the cultural/social significance they held for their subjects.6
Banyak cara yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda untuk terus menggerus kekuasaan Sultan pada masa itu terutama dengan cara menandatangani berbagai kontrak (treaties).7 Sultan Syarif Kasim II hanya mampu mempertahankan sedikit “sisa” otonomi akibat menandatangani Korte Verklaring
(Perjanjian Pendek)8 pada 1912.9
3 Ellya Roza. Penyerahan Sumbangan Kerajaan Siak kepada Pemerintah RI di Gedung Agung Yogyakarta. (Pekanbaru: Dinas Pendidikan Provinsi Riau. 2010) hlm. 112.
4 Pengangkatan Sultan Syarif Kasim II tidak disukai oleh Belanda dan mencoba menghasut controluer agar tidak mengangkat keturunan Hasyim menjadi sultan. Keinginan ini ditentang oleh Datuk Empat Suku (Dewan Kerajaan). Hasilnya, Belanda mencampuri urusan zelfbestuuur dan soal-soal kepentingan rakyat Siak.
5 Suwardi, MS, dkk. Sultan Syarif Kasim II: Pahlawan Nasional dari Riau. (Pekanbaru: Yayasan Pustaka Riau. 2005) hlm. 62.
6 Timothy P. Barnard. Rules for Rulers: Obscure Texts, Authority, and Policing in Two Malay States. Journal of Southeast Asian Studies, 32 (2), pp 211-225 June 2001. (Printed in United Kingdom: The National University of Singapore. 2001) hlm. 215.
7 B. Andaya Watson. Recreating a vision; Daratan and Kepulauan in historical context. In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, Riau in transition. 153 (1997), no: 4, Leiden, 483- 508, hlm. 497.
8 Berisi: 1. Tentang pengusaha dan pekerja di pertanian/pertambangan, serta jual beli, 2. Mulai berlakunya kontak pendek tersebut.
9 Ibid.
3
Universitas Sumatera Utara
Hal ini dapat dilihat dalam urusan politik, pemerintah Hindia Belanda juga mengecilkan arti dan fungsi Dewan Kerajaan kemudian menghapusnya, juga menghapus undang-undang kerajaan dan tata pemerintahan dalam Babul Qawaid
(pintu segala pegangan). Untuk mengatasinya, Sultan Syarif Kasim II kemudian membangun kekuatan fisik dan mental rakyat serta pendidikan bagi rakyat. 10
Saat jepang mulai untuk melakukan beberapa propaganda di Indonesia, diantaranya yaitu anti-kolonial. Ide-ide ini jelas lebih mudah diterima, ditambah lagi dengan kalimat “sesama-bangsa-asia-yang-juga-membenci-kolonialisme”.
Begitu Jepang masuk, dua tokoh penting Indonesia yaitu Soekarno dan Hatta dibebaskan dari penjara dan mereka mendapatkan posisi penting dalam administrasi Jepang. Sambil menyelam minum air mungkin adalah pernyataan yang tepat, meski selama ni Soekarno selalu di cap “terlalu dekat” dengan Jepang, ia juga mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, yang memang sudah dijanjikan oleh Jepang sejak awal kedatangan mereka.
Saat Jepang tiba, kerajaan siak tetap berjalan seperti biasa, pemerintah
Jepang menganggap bahwa Kesultanan Siak adalah sahabat dan bekerjasama mengusir Belanda demi kepentingan rakyat. Tata pemerintahan tetap sama, hanya saja penggantian penyebutan nama jabatan dengan bahasa Jepang.11 Sultan pun sempat menggunakan Jepang sebagai alat untuk melawan Belanda, namun ini tidak berlangsung lama, karena ternyata Jepang tidak jauh lebih baik dari Belanda.
Jepang kemudian menguasai pemerintahan secara struktural di wilayah Siak.
10 O.K. Nizami Jamil yang berjudul “Sultan Syarif Kasim II dengan rela meletakkan mahkota kerajaan Siak demi perjuangan bangsa Indonesia” dalam seminar Sejarah Kepahlawanan Bangsa Indonesia di Riau, hlm. 13-15.
11 Districthoofd berubah menjadi Gun Cho, dan Onderdistricthoofd menjadi Kucho.
4
Universitas Sumatera Utara
Kesultanan Siak tergabung kedalam Keresidenan Sumatera Timur
(Afdeeling Siak yang meliputi wilayah Kesultanan Siak, Pelalawan, wilayah
Kampar dan Rokan) yang kemudian dikeluarkan dari Keresidenan ini oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 1 Januari 1941 dan dimasukkan kedalam
Residensi Riau.12 13 Siak sendiri baru tahu kabar kemerdekaan ini pada tanggal 28
Oktober 1945, hal ini dikarenakan ketatnya pengawasan Jepang terhadap telekomunikasi radio yang menjadi sumber penghubung Riau ke dunia luar ditambah lagi sikap Jepang pada saat itu yang harus mempertahankan status quo
Indonesia sebagai syarat terhadap sekutu.
Siak yang tergabung dalam residensi Riau, ikut tergabung dalam konferensi yang diadakan oleh Gubernur T.M Hasan. Gubernur T.M Hasan mengadakan konferensi besar Raja-raja Sumatera Timur didorong oleh sikap positif mereka atas pendirian Republik bersama dengan aparat pemerintahan NRI dan Komite
Nasional serta partai-partai pada tanggal 3 Februari 1946 di Jalan Sukamulia,
Medan. Sultan Langkat bersama raja-raja Sumatera Timur lainnya termasuk
Sultan Syarif Kasim II menyatakan mendukung Republik dan mematuhi semua perintah pemerintah Republik serta segera menyusun peraturan pembentukan
Dewan Perwakilan rakyat pada tiap Daerah Istimewa (Swapraja) dan mengadakan proses demokratisasi dalam tubuh kerajaan, sesuai dengan tuntutan revolusi
Indonesia.14
12 Panitia Konferensi Internasional. Denyut Nadi Revolusi Indonesia: Revolusi Nasional: Kajian, Kenangan dan Renungan. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1997) hlm. 133.
13 Netscher, E. Beschrijving van een Gedeelte der Residentie Riouw, Tijdschrift voor Indische Taal-Land- en, Volkenkunde. 1854.
14 Panitia Konferensi Internasional. op.cit. hlm. 147.
5
Universitas Sumatera Utara
Memilih antara penghapusan kerajaan15 dengan sistem demokrasi nampaknya juga merupakan pilihan yang cukup sulit pada saat itu, pendekatan maupun sikap yang diambil mengenai hal ini tentu akan mempengaruhi setiap keputusan tersebut. Pasca pengibaran bendera merah putih pertama kali di
Rengat,16 setelah sebelumnya masyarakat kesulitan mendapatkan akses informasi terutama dari radio. Sekutu kembali datang untuk mengusik kemerdekaan
Indonesia, di wilayah Pekanbaru terjadi peristiwa Mountbatten Hotel, berisi usaha pelucutan senjata tentara Jepang oleh Sekutu. Para tawanan yang menganggap mereka sudah kembali berkuasa, para pemuda yang marah kemudian atas komando Hasan Basri pada 18 November 1945 mengepung dan menyerang hotel tersebut. Perundingan kemudian terjadi dan Sekutu harus meninggalkan wilayah
Pekanbaru dalam tempo 15 hari.17
Selain peristiwa tersebut, ada beberapa peristiwa lain yang turut mewarnai peristiwa revolusi di Siak. Siak Raad (Dewan Siak) termasuk salah satunya. Ini merupakan strategi Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia. Dewan ini dipimpin oleh Abubakar dengan anggotanya Dt. Ahmad dan Dt. Kasim.18 Sultan
Syarif Kasim II yang pada saat bersamaan sedang berada di Kutaraja sama sekali tidak mengetahui mengenai pembentukan dewan ini. Sultan Syarif Kasim II yang pada saat bersamaan sedang berada di Kutaraja sama sekali tidak mengetahui
15 Anthony, Reid. Menuju Sejarah Sumatra: antara Indonesia dan Dunia (terj.) Masri Maris. (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. 2011) hlm. 329.
16 Ahmad Yusuf, dkk. Sejarah Perjuangan Rakyat Riau 1942-2002. (Pekanbaru: Badan Kesejahteraan Sosial Povinsi Riau. 2004) hlm. 145.
17 Ahmad Yusuf, dkk. op.cit. Hlm. 188-190.
18 Toer, Pramoedya Ananta, dkk. Kronik Revolusi Indonesia Jilid V (1949). (Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia). 2014) hlm. 381.
6
Universitas Sumatera Utara
mengenai pembentukan dewan ini.19 Beliau kemudian berpidato dan disiarkan oleh RRI ke rakyat Siak, yang menyatakan bahwa Sultan ingin rakyat memilih untuk merdeka bersama Republik Indonesia.
Sultan Syarif Kasim II memutuskan untuk lebih memilih bergabung dengan
Republik Indonesia, hal ini didukung oleh kondisi pada masa itu, karena pasca
Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, Belanda justru kembali untuk menguasai Indonesia. Atas berbagai pilihan dan kondisi politik pada masa itu, ada banyak hal yang justru menjadi bahan pertimbangan yang mempengaruhi rakyat
Siak pada masa itu.
Apa yang melatarbelakangi sikap sultan hingga beliau memutuskan untuk integrasi dengan Indonesia? Penulis menganggap kajian ini cukup menarik, Siak yang sudah keluar dari Keresidenan Sumatera Timur, memilih bergabung dan merundingkan masa depan kerajaannya bersama raja-raja Melayu lain bersama
Gubernur Sumatera pada masa itu. Sikap Sultan Syarif Kasim II justru berbeda, ia memilih untuk berkorban dan berjuang untuk Republik dengan menyerahkan harta dan kekuasaannya,20 serta memilih untuk melebur bersama Republik
Indonesia. Tekanan-tekanan dari pihak Belanda pada masa kolonial dan penjajahan Jepang semakin menguatkan tekad untuk bebas dari penjajahan. Sikap
Sultan Syarif Kasim II yang mencoba menempatkan diri ditengah rakyat, ingin agar rakyat Siak bersama-sama berjuang mempertahankan kemerdekaan Republik
19 Ahmad Yusuf, dkk. op.cit. Hlm. 340.
20 Berdasarkan surat dari Mr. T.M. Hasan, dengan tanggal 19 Januari 1950 No. 649/AO perihal Permata-permata Sultan Siak. Isinya tentang penyerahan sejumlah harta yang dibawa oleh Sultan Siak ke Pematang Siantar untuk diserahkan kepada Gubernur T.M. Hasan. Sultan Siak berjanji akan menghadiahkan sebahagian dari harta benda tersebutkepada pemerintah Republik Indonesia, sebagai sumbangan beliau untuk membantu perjuangan Republik Indonesia.
7
Universitas Sumatera Utara
Indonesia. Dilihat dari segi umur dan lamanya kesultanan ini berdiri,21 usia
Kesultanan ini jauh lebih tua dan lebih matang dalam hal kedaulatan dan kepemimpinan.
1.2 Rumusan Masalah
Untuk membahas lebih lanjut, ada tiga pokok persoalan yang akan dikaji, antara lain:
1. Bagaimana proses bergabungnya Siak dengan Republik Indonesia?
2. Mengapa Sultan Syarif Kasim II mendukung Republik Indonesia?
3. Bagaimana kebijakan Sultan Syarif Kasim II pada masa revolusi?
1.3 Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, terlihat tentang sikap Sultan
Syarif Kasim II yang antikolonial terutama pada masa kolonial Hindia-Belanda.
Setelah Jepang menjajah Indonesia, Sultan yang menaruh harapan agar Jepang bisa mengalahkan Belanda justru harus menelan pil pahit, karena kenyataannnya
Jepang tidaklah sebaik yang beliau pikir. Setelah Indonesia merdeka, pilihannya hanya ada dua, merdeka tapi kehilangan status sosial atau kembali dibawah cengkeraman Belanda sebagai orang terhormat.
Fokus penelitian yang diambil dalam penelitian ini adalah mengenai kebijakan dari Sultan Syarif Kasim II, yang ia ambil terhadap kemerdekaan
Indonesia, integrasi atau tidak? Posisi Kesultanan Siak sebagai suatu pemerintahan yang berdaulat berjalan menuju proses revolusi dan bergabung kedalam Republik Indonesia. Siak yang pada saat sebelum proklamasi masih
21 Kesultanan Siak dipimpin oleh 12 raja, Raja pertama adalah Raja Kecik (Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah) tahun 1723, dan berlangsung selama 226 tahun hingga raja ke-12, Sultan Syarif Kasim II (Assyaidis Syarif Kasim Abdul Jalil Syaifuddin) dengan gelar Tengku Syarif Qasyim yang berakhir tahun 1949.
8
Universitas Sumatera Utara
berbentuk suatu kesultanan yang berdaulat, sehingga berbagai kebijakan seputaran pemerintahan Siak, masih dipegang oleh Sultan Syarif Kasim II.
Pada saat penulis berbicara tentang Siak, maka penulis akan membahas mengenai tindak tanduk Sultan Syarif Kasim II, terutama mengenai kebijakan yang beliau ambil pada saat revolusi. Pada masa revolusi ini, ada banyak pergolakan-pergolakan yang terjadi di Indonesia, baik di Jawa (Peristiwa Tiga
Daerah), maupun di Sumatera Timur (Revolusi Sosial tahun 1946). Berdasarkan peristiwa-peristiwa ini, penulis ingin merekonstruksi kembali apa yang terjadi dengan Siak pada masa itu dan apa tindakan atau pun keputusan yang Sultan
Syarif Kasim II ambil pada saat Indonesia merdeka, serta mengapa beliau mengambil pilihan untuk berintegrasi dengan Indonesia.
Penelitian ini mendeskripsikan tentang Siak pada masa revolusi tahun 1945-
1949 dan kebijakan apa saja yang diambil oleh Sultan Syarif Kasim II pada masa itu. Agar area kajiannya tidak terlalu luas, waktu yang menjadi sasaran penelitian dalam penulisan ini adalah tahun 1945, awal kemerdekaan Indonesia, hingga tahun 1949, pasca pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada 27
Desember 1949.
Tahun 1945 adalah titik awal kemerdekaan Indonesia. Pada masa ini, masih banyak kesultanan di Indonesia yang masih berdaulat pada masa itu. Begitu mendengar ada berita tentang proklamasi, karena keterbatasan komunikasi, masih ada beberapa di daerah yang belum mengetahui bahwasannya Indonesia sudah merdeka. Kesultanan-kesultanan kemudian mulai mengambil sikap. Untuk Siak,
Sultan Syarif Kasim II, yang baru mendengar berita ini pada Oktober 1945, langsung menyatakan kesediaannya untuk bergabung dengan Indonesia.
9
Universitas Sumatera Utara
Tahun 1946, Siak terlibat dalam pertemuan dengan Gubernur Sumatera,
T.M. Hasan untuk membicarakan perihal penyerahan kekuasaanya ke pemerintah
Republik Indonesia, beliau berangkat meninggalkan Siak menuju Medan, pada saat yang bersamaan ini, di wilayah Sumatera Timur terjadi Revolusi Sosial, beliau hampir terbunuh, karena peristiwa itu. Beliau berhasil diselamatkan dan langsung menuju wilayah Kutaraja (sekarang Aceh).
Tahun 1949, Siak dikuasai Belanda kembali, disana Belanda mendirikan
Siak Raad22 sebagai boneka Belanda. Sultan Syarif Kasim II yang pada masa itu berada di Aceh tidak tahu-menahu tentang pendirian Dewan Siak yang berpusat di
Bengkalis ini. Sultan tetap menyerukan kepada rakyatnya agar tidak mau di adu domba dan terus melakukan perlawanan terhadap Belanda. Di tahun 1949 inilah
Sultan Syarif Kasim II secara resmi menyerahkan kekuasaannya kepada Ir.
Sukarno dan menyatakan kesetiaannya kepada Republik Indonesia di Istana
Presiden Yogyakarta, sekaligus menandai berakhirnya pemerintahan Kesultan
Siak dengan raja terakhir Sultan Syarif Kasim II.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian sejarah dalam bentuk tesis ini dimaksudkan dalam rangka:
1. Menganalisa proses bergabungnya Siak dengan Republik Indonesia.
2. Menganalisa faktor apa saja yang mendorong Sultan Syarif Kasim II untuk
mendukung Republik Indonesia.
3. Menganalisa kebijakan dari Sultan Syarif Kasim II pada masa revolusi.
Penelitian sejarah kedaerahan tentang bergabungnya Kesultanan Siak kedalam wilayah Republik Indonesia dalam proses Revolusi Sosial yang berjalan
22 Suwardi, MS. op.cit. Hlm. 74.
10
Universitas Sumatera Utara
cukup sulit bahkan menimbulkan korban di beberapa wilayah di Indonesia.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat anatara lain:
1. Memperkaya khasanah sejarah lokal/ kedaerahan Siak yang diharapkan
dapat memberikan sumbangan terhadap pemahaman sejarah nasional.
2. Mengungkap sejarah lokal Siak, khususnya dalam proses integrasi dengan
Republik Indonesia dan bagaimana kebijakan yang diambil oleh Sultan
Syarif Kasim II.
3. Studi ini diharapkan mampu menambah minat para sejarawan maupun
penulis lainnya untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang bagaimana
proses perjalanan Siak melewati Revolusi Sosial dan usaha-usahanya dalam
proses integrasi sebuh kerajaan yang berdaulat kedalam sebuah republik
baru.
1.5 Teori dan Kerangka Konseptual
Teori adalah sekumpulan interrelasi berbagai pernyataan (atau konsep) yang terorganisasi dan sistematik yang secara khusus menjelaskan hubungan antara dua atau lebih variabel, yang bertujuan untuk memahami permasalahan atau latar belakang masalah. Sementara itu “konsep” adalah pernyataan simbolis yang menjelaskan suatu fenomena atau sub fenomena tertentu.23 Kerangka teori pada dasarnya adalah garis besar atau ringkasan dari berbagai konsep, teori, dan literatur yang digunakan oleh peneliti. Penentuan kerangka teori harus sesuai dengan topik/permasalahan penelitian dan tujuan dari penelitian. Tidak terdapat perbedaan yang khusus untuk menyusun kerangka teori pada penelitian kualitatif maupun kuantitatif. Keduanya menggunakan pedoman dan aturan yang sama.
23 Green, Helen Elise (2014). “Use of Theoretical and Conceptual Frameworks in Qualitative Research” dalam Nurse Researcher Vol.21 No.6, hlm. 34-38.
11
Universitas Sumatera Utara
Mengembangkan suatu teori dapat digunakan sebagai pemecah masalah.
Titik awal upaya penyusunan suatu teori dimulai dai peninjauan kembali teori- teori yang relevan dengan teori-teori yang akan dipakai.24
Untuk mengkaji tentang Siak pada masa Revolusi, kita harus memaknai dengan benar arti dari revolusi tersebut. Revolusi selalu identik dengan jalan kekerasan. Revolusi adalah suatu bentuk perubahan yang bersifat radikal atau fundamental yang terjadi secara menyeluruh atau dalam bidang tertentu dalam waktu yang cepat dan tiba-tiba yang menyangkut masalah kemasyarakatan dan ketatanegaraan yang dilakukan oleh sekelompok pihak dan selalu mengalami benturan.25
Dalam beberapa pidato Sukarno, ia selalu meyuarakan tentang revolusi.
Soekarno merumuskan arti dan hakekat tiap revolusi sebagai “perombakan, penjebolan, penghancuran, pembinasaan dari semua yang tidak kita sukai, dan membangun apa yang kita sukai. Revolusi adalah perang melawan keadaan yang tua untuk melahirkan keadaan yang baru.”26
A state arises, a special power is created, special bodies of armed men, and every revolution, by destroying the state apparatus, shows us the naked class struggle, clearly shows us how the ruling class strives to restore the special bodies of armed men which serve it, and how the oppressed class strives to create a new organization of this kind, capable of serving the exploited instead of the exploiters.27
24 A. Daliman. Metode Penelitian Sejarah. (Yogyakarta: Ombak. 2012) hlm. 44 .
25 Ronald MP Silalahi. Analisis Makna Revolusi. (FIB UI. 2010) hlm. 63.
26 http://www.berdikarionline.com/bung-karno-dan-soal-soal-revolusi/ diakses pada tanggal 30 Maret 2018 pada pukul 11.00 WIB.
27 V.I. Lenin. The State and Revolution: The Marxist Theory of the State & the Tasks of the Proletariat in the Revolution. Collected Works, Volume 25, p. 381•492. Diakses dari Lenin Internet Archive (marxists.org).
12
Universitas Sumatera Utara
Saat sebuah negara berdiri, bukan tidak mungkin orang-orang akan mulai membentuk suatu perjuangan kelas, terutama kaum-kaum tertindas yang berusaha membentuk organisasi baru yang bisa menjadi kendaraan bagi mereka untuk memperjuangkan apa yang mau mereka perjuangkan.
Aristoteles banyak menjelaskan hal-hal mengenai revolusi28. Menurutnya, revolusi berarti dua hal.
“Firstly it implies any major or minor change in the constitution such as a change in monarchy or oligharcy and so on. Secondly, it implies a change in the ruling power even though it did not lead to a change in the government or the constitution. He further stated that a revolution could be either direct or indirect, thereby affecting a particular institution”.
Pertama, ini menyiratkan perubahan besar atau kecil apa pun dalam konstitusi seperti perubahan monarki atau oligarki dan sebagainya. Kedua, ini menyiratkan perubahan dalam kekuasaan yang berkuasa meskipun tidak mengarah pada perubahan dalam pemerintahan atau konstitusi. Lebih lanjut ia menyatakan bahwa revolusi bisa langsung atau tidak langsung, sehingga mempengaruhi lembaga tertentu.
Revolusi kemudian timbul sebagai bentuk akibat dari represi kolonial.29 Ada dua persepsi mengenai bagaiman suatu revolusi akan digerakkan dan dikendalikan. Pertama, pendirian bahwa walaupun revolusi akan berwujud perubahan cepat dan mendasar dalam berbagai bidang, namun agar tetap bersifat konstruktif, revolusi harus tetap dikendalikan oleh akal sehat dan kepala dingin, merupakan sikap dari kaum reformis dan realistis terhadap revolusi tersebut.
28 Puja Mondal. Aristotle‟s Theory of Revolution: Causes and Methods to Prevent Revolution. yourarticlelibrary.com/politics/aristotles-theory-of-revolution-causes-and-methods-to- prevent-revolution/40126 diakses pada 19 Juli 2018 pukul 20.56 WIB.
29 Panitia Konferensi Internasional. Denyut Nadi Revolusi Indonesia: Revolusi Nasional: Kajian, Kenangan dan Renungan. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1997) hlm. 3.
13
Universitas Sumatera Utara
Mereka masih ingin memberlakukan hukum, tata tertib dan diplomasi didalamnya. Kedua, revolusi akan bersifat revolusioner, ia harus merupakan suatu penjungkirbalikan dan pendobrakan segala nilai lama sampai ke akar-akarnya.
Diatasnya kemudian akan dibangun sebuah tatanan baru. Sikap ini kemudian dinamakan sebagai suatu ultra radikal terhadap revolusi.30 Perbedaan pandangan mengenai revolusi ini kemudian akan memengaruhi kebijakan apa yang akan diambil oleh pemerintah nantinya.
Revolusi sendiri merupakan perombakan mendasar struktur sistem politik melalui kekerasan dalam waktu yang relatif singkat, ada beberapa pola yang biasa digunakan, diawali dengan penghancuran tata pemerintahan lama dan berakhir dengan pembentukan pemerintahan baru yang relatif stabil.31 Didalam revolusi tidak dapat dipungkiri akan terjadi perubahan-perubahan didalamnya, baik perubahan besar maupun perubahan kecil. Tidak hanya itu, perubahan dalam hal kekuasaan pun terjadi, yaitu perubahan kekuasaan yang berkuasa. Meskipun tidak mengarah pada perubahan dalam pemerintahan atau konstitusi.
Lebih lanjut Aristoteles juga menjelaskan penyebab timbulnya revolusi.
“According to Aristotle, revolutions take place when the political order fails to correspond to the correspond to the distribution of property and hence tensions arise in the class structure, eventually leading to revolutions. Arguments over justice are at the heart of revolution. And some motivated by an urge to possess property, which is in the name of their opponents, in other words, the cause of upheaval is inequality”.
Penyebabnya adalah tatanan politik yang gagal juga munculnya ketegangan dalam struktur kelas yang akhirnya mengarah kepada revolusi. Dengan asas keadilan berada di jantung revolusi. Penyebab pergolakan ini sebenarnya adalah
30 Ibid. Hlm. 4.
31 Anthony, Reid. op.cit. Hlm. 320.
14
Universitas Sumatera Utara
akibat dari ketidaksetaraan yang terjadi. Ada beberapa pihak yang merasa termotivasi dengan dorongan untuk memiliki properti atas nama lawan mereka.
Sesuai dengan apa yang terjadi di Siak, pada masa-masa awal revolusi nasional, demokrasi dianggap sebagai pembawa cahaya perubahan bagi Indonesia, bukan lagi kerajaan yang dianggap sudah “kolot” dan tidak layak digunakan pada abad 20.
“As a historical process, “revolution” refers to a movement, often violent, to overthrow an old regime and effect complete change in the fundamental institutions of society. After the French Revolution of the 18th century which deposed the monarchy and attempted to refashion society from top to bottom, revolution became synonymous with the radical overcoming of the past.. Modernity, many came to believe, could only be achieved through such violent and total transformation.”32
Revolusi memang selalu diidentikkan dengan kekerasan, secara historis, revolusi adalah alat untuk menumbangkan pemerintahan dan melakukan perubahan total pada institusi fundamental masyarakat. Setelah Revolusi Perancis abad ke-18, yang menggulingkan monarki dan berusaha mengubah masyarakat dari atas ke bawah, revolusi menjadi identik dengan radikal mengatasi masa lalu.
Modernitas, banyak yang percaya, hanya dapat dicapai melalui kekerasan dan total transformasi.
Dalam kasus Indonesia, orang-orang merasa tidak tenang atas penguasaan pemimpin lokal dengan anggapan mereka akan kembali bekerjasama dengan
Belanda.33 Maka revolusi dibutuhkan untuk merubah pola sistem pemerintahan secara keseluruhan menjadi sebuah Republik. Sultan Syarif Kasim II mampu
32 Laura Neitzel. What is Revolution?. Department of History. Brookdale Community College. Hlm. 2. Diakses pada 17 April 2019 pukul 11.00 WIB.
33 New World Encyclopedia Contributors. Indonesian War of Independence. New World Encyclopedia. 23 Maret 2018, 14.36 UTC (http:/www.NewWorldEncyclopedia.org/p/index.php? title=Indonesian_War_of_Independence&oldid=1010048) diakses pada 20 Juli 2018 pukul 08.14 WIB.
15
Universitas Sumatera Utara
menepis hal ini. Dibuktikan dengan turutnya bergabungnya Siak kedalam
Republik Indonesia.34 Dari sini beliau sudah mendapatkan “public trust” atas tindakannya ini. Tidak seperti di Siak, wilayah lain Indonesia terutama Sumatera
Timur mengalami Revolusi Sosial. Sementara Siak mengalami Revolusi
Kemerdekaan/Nasional. Atas kesetiannya kepada Republik Indonesia, Sultan
Syarif Kasim II dan rakyat Siak, terutama Riau tidak mengalami “suram” nya masa Revolusi Sosial. Kecuali ada suatu saat ketika Sultan Syarif Kasim II dipaksa untuk menyerahkan kekuasaannya karena dianggap masih berhubungan dengan Belanda, sehingga beliau terpaksa diasingkan ke wilayah Kutaraja.
Much of the tension in discussion on the Indonesian Revolution is generated by the question of the regions‟ relative autonomy, the extent to which they had, and could pursue, their own aims. Was there, in fact, “a national revolution,” uniting all areas, or was there simply a miscellany of local outbursts, capitalized upon (and often repressed) by the small Westernized elite in its pursuit of recognition and power. Was this “national” revolution nourished or undermined by local initiatives, and vice versa.35
Revolusi Nasional selalu diikuti masalah mengenai otonomi daerah atau sejauh mana dapat menyatukan wilayah atau justru sebagai kesempatan elit-elit untuk terus mendapatkan pengakuan dan kekuasaan dari orang lain. Perlu untuk dipahami, keinginan ini atas nama nasional atau justru didasari keinginan lain. Di
Indonesia, Kesultanan Siak Sri Indrapura termasuk yang langsung mengumumkan bergabung dengan RI, setelah pengakuan pertama dari Sultan Hamengkubuwono
IX dan Paku Alam, VIII.
Pendekatan sejarah dapat dipakai untuk menjelaskan fenomena-fenomena politik. Pada dasarnya, politik sangat menentukan dalam membuat sejarah, dan
34 Samin, S.M. Sultan Syarif Kasim II: Pahlawan Nasional dari Riau. (Pekanbaru: Yayasan Pustaka Riau. 2002)
35 Sutherland, Heather. The Indonesian Revolution: A Review. No. 42, pp 113-118. JSTOR, www.jstor.org/stable/3351190. 1986. Hlm. 115-116.
16
Universitas Sumatera Utara
hampir seluruh peristiwa sejarah merupakan peristiwa politik.36 Kajiannya antara lain mengenai kekuasaan, kepentingan, kebijakan dan budaya politik. Juga beberapa unsur yang akan sering ditemui nantinya adalah mengenai kepemimpinan, otoritas, ideologi, organisasi, dsb.37 Penulis akan mencoba mengkajinya dengan kajian sejarah politik untuk menggambarkan sikap politik dari Sultan Syarif Kasim II.
1.6 Kajian Sebelumnya
Kajian sebelumnya dapat menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang akan dikaji.
Mengenai Revolusi yang ada Indonesia, kita mengenal Revolusi Sosial Sumatera timur yang menimbulkan korban pada tahun 1946. Tinjauan pustaka mencakup cuplikan isi bahasan pustaka yang berkaitan dengan maslaah penelitian, berupa sajian hasil atau bahasan ringkas dari hasil temuan penelitian sebelumnya yang relevan dengan masalah penelitian. Sumber primer yang menjadi acuan adalah sumber arsip yang ditulis oleh penulis Belanda. Buku maupun jurnal yang penulis temukan adalah berisi tentang Revolusi Sosial di Sumatera Timur, tidak ada bahasan khusus tentang bagaimana kondisi Siak pada masa revolusi. Sekalipun tergabung kedalam Sumatera Timur, hanya sedikit bagian yang membahas tentang
Kesultanan Siak.
Hijmans van Anrooij, H.A. 1885. Nota Omtrent Het Rijk van Siak. Tijdscrift voor Indische Taal Laand en Volkenkunde 30: 259-390. Berisikan tulisan mengenai Siak. Dalam penulisannya Anrooij banyak menulis dari pengalamannya
36 Ibid. Hlm. 20-21.
37 Sartono Kartodirdjo. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. (Yogyakarta: Ombak. 2014) hlm. 170.
17
Universitas Sumatera Utara
langsung dan berbagai laporan dari Pemerintah Belanda, diantaranya laporan dari
E. Netscher. Isi dari tulisannya adalah penjelasan mengenai sejarah Kerajaan Siak, pembagian wilayah Kerajaan Siak, unsur-unsur penduduk Siak, Tapung, Tanah
Putih, Bango dan Kubu. Walaupun dalam tulisannya terkadang ada beberapa cerita rakyat yang sebenarnya belum pernah dilihatnya langsung dan perlu dipertanyakan ualng, karena tidak ada saksi mata, tulisan Anrooij ini memiliki pengaruh yang sangat penting sebagai salah satu sumber primer dalam sejarah
Siak. Dari sini bisa dilihat, sejauh mana pengaruh siak dan wilayah mana saja yang merupakan daerah taklukkannya, berikut dengan suku apa saja yang mendiami wilayah itu.
Anrooij mencatat sejarah awal Kesultanan Siak yang masih ada keterkaitannya dengan Kerajaan Gasib (14-15 M). Kerajaan ini berlokasi di wilayah Gasib dengan wilayah yang meliputi Tapung Kanan sampai perbatasan
Kerajaan Minangkabau. Namun, tidak banyak sumber sejarah yang mampu menjelaskan mengenai kerajaan ini. Tercatat bahwa kerajaan in hancur akibat serangan dari Aceh. Setelah itu, berdirilah Kerajaan Siak. Siak masih memiliki hubungan darah Kerajaan Johor. Raja Kecik (kecil) merupakan keturunan
Kerajaan Johor. Setelah mengalami konflik di internal kerajaan dan kalah, Raja
Kecik kemudian memutuskan untuk meninggalkan Johor dan membangun kerajaan baru di Siak.
Anrooij juga menulis mengenai sumber daya alam yang menjadi pemasukan
Kerajaan Siak. Selain itu, sumber kekayaan sultan yang lain adalah: cukai eksor- impor disepanjang aliran sungai yang menjadi bagian wilayah Kerajaan Siak, pajak perikanan terubuk, cukai pengangkutan untuk orang asing yang lewat,
18
Universitas Sumatera Utara
candu dan garam, penyetoran wajib, pemungutan uang dan perdagangan serahan, dll. Barang larangan/larangan raja termasuk komoditas yang hanya merupakan hak milik raja dan dikumpulkan oleh orang-orang untuk diserahkan kepada raja, bukan bersifat penghasilan, melainkan sebagai upeti, yaitu, gading gajah, cula badak, guliga, gaharu merupa, cula tupai, taring napoh dan musang cabu, serta kamper.
Sebagain orang menganggap wilayah Siak hingga ke Panei. Anrooij tidak setuju dengan pendapat ini, menurutnya, wilayah Siak yang sebenarnya terdiri dari: daerah empat penghulu Siak, Mandau Hilir, Daerah Batin38 Melayu di sepanjang Sungai Siak serta batin Perawang; Pertalangan, Tiga Luhak (lurah),
Tiga Kampung, Teratak Buluh, Daerah Penghulu Domei (Laksamana Bukit Batu), daerah batin sepanjang pantai di selatan muara Sungai Siak, daerah Suku Sakei di
Mandau Hulu, daerah yang ditinggalkan atau tidak dihuni, dan pulau-pulau.
Dalam bab mengenai unsur-unsur penduduk Siak, Anrooij membaginya terkait daerah asal dan status sosialnya. Orang Minangkabau memiliki posisi yang tinggi di Siak. Sebelum kedatangan Raja Kecik, sudah banyak orang
Minangkabau yang menetap disana. Raja Kecik juga banyak mendapat bantuan dari orang-orang Minangkabau, sejak beliau masih belia. Sekalipun posisi mereka penting dan memiliki status sosial yang tinggi, menurut Anrooij, mereka tetap bukan orang Siak. Mereka tidak memiliki hak atas tanah.
Wilayah Tapung, Tanah Putih, Bangko dan Kubu dimasukkan dalam tulisan
Anrooij ini. Menurutnya, wilayah ini memang menjadi bagian dari Kerajaan Siak
38 Batin adalah oang yang mengepalai suku asli. Jabatan ini didapat secara turun temurun dan memiliki hutan tanah (ulayat). Dalam menjalankan tugasnya, batin dibantu oleh; a. Tongkat (pembantu btin dalam urusan yang menyangkut kewajiban-kewajiban terhadap sultan), b. Monti (pembantu batin dalam urusan adat), c. Antan-antan (pembantu batin yang sewaktu-waktu dapat mewakili tongkat/monti jika keduanya berhalangan.
19
Universitas Sumatera Utara
sebagai wilayah taklukkan. Nota ini merupakan sumber primer yang sangat penting dan banyak dipakai sebagai rujukan dalam penlisan sejarah Kerajaan
Siak. Tulisan ini juga telah diterjemahkan oleh Wilaea, dkk sehingga sangat membantu penulisan tesis, namun tetap membandingkan dengan tulisan asli untuk menghindari kesalahan.
Tijdschrift voor indische taal-, land –en volkenkunde uitgegeven door het bataviaasch genootschap van kunsten en wetenscappen, tulisan Mr. J.A. van der
Chijs Deel XIII, merupakan terjemahan mengenai kondisi awal Kerajaan Siak Sri
Indrapura, kehidupan sosial budaya dan tulisan mengenai wilayah kekuasaan dan hukum yang berlaku pada saat itu. Isinya sebagian besar adalah laporan perjalanan
J.S.G. Gramberg dari Batavia ke Bengkalis, dalam perjalannya, ia juga menju daerah Siak. Perjalanan ini dilakukan pada 1863. Gramberg berangkat dari
Batavia menggunakan kapal api dengan tujuan Pantai Timur Sumatera, terutama ke Sungai Siak. Wilayah yang pertama kali disinggahi adalah Bengkalis.
Menurutnya, wilayah itu dapat menjadi tumpuan perdagangan bagi daerah sekitarnya karena dekat dengan muara Sungai Siak yang kaya dengan hasil-hasil dari daerah pedalaman dan tidak jauh dari pantai, sehingga memudahkan perdagangan dengan Singapura. Di Siak, Gramberg mencatat, tidak ada perdagangan dan industri. Wilson dari Singapura yang menyediakan alat-alat bangunan untuk benteng yang dibangun di Siak dan juga mengekspor getah perca, rotan, dsb. Satu-satunya industri yang dilihat dalam ukuran kecil yang dikerjakan adalah menenun dan mewarnai sutra yang dilakukan oleh wanita. Sebagian lainnya mengerjakan ladang. Dalam laporannya, ia juga menuliskan tentang statistik ekspor dan impor tahun 1862 di Bengkalis, Siak dan Bukit Batu.
20
Universitas Sumatera Utara
Pembagian tanah di Siak juga terdapat dalam laporan ini. Pembagiannya adalah: daerah penghulu empat suku, darah mandau hilir atau muara mandau, daerah batin-batin Melayu disepanjang Sungai Siak dan juga daerah batin
Perawang, Petalangan, Tiga Luhak (lurah), Tiga Kampung, Teratak Buluh,
Daerah Penghulu Domei (Laksamana Bukit Batu), daerah batin sepanjang pantai di selatan muara Sungai Siak, daerah Suku Sakei di Mandau Hulu, daerah yang ditinggalkan atau tidak dihuni, dan pulau-pulau.
Encyclopædie van Nederlandsch-Indie, Koninklijk Instituut voor Taal Land en Volkenkunde van Nedrlandsch Indie disusun oleh P.A. van Der Lith, A.J.
Spaan dan F. Fokkens. Sesuai namanya, buku ini ditulis dalam bentuk ensiklopedia menyerupai kamus untuk memudahkan pencarian diberi label huruf.
Didalam ensiklopedia banyak memuat data mengenai Siak. Berbahasa Belanda, dan dijadikan rujukan agar dapat mudah digunakan. Ensiklopedia ini dibuat untuk membedakannya dengan kamus geografis dan statistik mengenai Hindia Belanda, isinya mencakup keseluruhan bidang ilmu Indologi, seperti sejarah, geografi, etnologi, administrasi, administrasi, perdagangan, industri, budaya, bahasa dll.
L.J.P.J. Jeekel. Het Sumatra-Tractaat. Leiden, P. Somerwil. 1881. Sebuah disertasi yang berisi mengenai perjanjian-perjanjian yang pernah terjadi di
Sumatra. Dalam pengantarnya tertulis, sebuah tinjauan historis mengenai hubungan antara Belanda dan Inggris setelah tahun 1824, hal ikhwal mengenai
Traktat Sumatra serta kompromi antara kedua pihak, yaitu Belanda dan Inggris.
Netscher, E. 1854. Beschrijving van een Gedeelte der Residentie Riouw.
Tijdschrift voor Indische Taal-Land- en, Volkenkunde dan Netscher, E. 1870. De
Nederlanders in Djohor en Siak 1602 tot 1865. Ditulis oleh seorang Residen
21
Universitas Sumatera Utara
Belanda di Riau. Dalam tulisan ini, sub pembahasan yang ada adalah mengenai hubungan Johor-Siak, Siak, dan Johor-Lingga. Kerajaan Siak memang dimulai dari kepingan sejarah Kerajaan Johor. Pendiri Siak adalah keturunan Siak dan hal ini cukup menjelaskan banyak hal. Sejarah Siak tidak bisa lepas dari sejarah
Kerajaan Johor. Pada awal bab, menjelaskan mengenai Johor (1603-1611), kedatangan orang Belanda pertama ke Johor dibawah pimpinan van Heemskerk.
Perjanjian-perjanjian dengan Belanda Mei 1606. Pada tahun 1699-1735 mencatat mengenai kaitan antara Johor dan Siak juga menceritakan mengenai sejarah Raja
Kecik, mulai darikelahirannya hingga bagaimana ia melengserkan kekuasaan raja
Johor sebelumnya dan akhirnya ia kalah melawan Daeng Parani, hingga akhirnya ia meninggal dunia. Tahun 1735-1756 mencatat mengenai konflik diantara anak- anak Raca Kecik. Setelah wafat, Raja Kecik kemudian diganti oleh Raja
Muhamad. Terdapat perjanjian baru antara Bugis dan Melayu, pendirian pos di
Pulau Guntung, dsb.
Pergantian raja, kepemimpinan dan hubungan politik juga banyak dibahas oleh Netscher, termasuk hal pernikahan. Perjanjian dengan Ingrris juga ia tulis.
Seperti traktat perdagangan antara E.I.C Inggris dengan Sultan Abdul Jalil
Syaifuddin beserta daerah jajahannya diaksanakan oleh Mayor Wm. Farquhar,
Residen Malaka, berdasarkan kuasa yang diberikan kepadanya oleh John
Alexander Bannerman, gubernur dari kepulauan Prince of Wales dan daerah taklukkannya. Salah satu isi pasalnya, yaitu pasal lima bertuliskan bahwa Sultan
Siak tidak akan memberikan hak monopoli kepada siapapun juga, baik bangsa
Eropa, Amerika ataupun penduduk asli. Penyelidikan hidrigrafis Sumatera Timur oleh Inggris juga tercatat.
22
Universitas Sumatera Utara
1.7 Metode Penelitian
Penulis merupakan lulusan sarjana (S-1) dari Universitas Riau. Siak sebagai salah satu Kesultanan Melayu yang peninggalannya masih bisa dilihat hingga saat ini, bahkan beberapa sudah menjadi objek wisata edukasi dan rekreasi di Provinsi
Riau, Siak khususnya. Penulis memiliki rasa keterikatan dan memiliki rasa tanggung jawab untuk lebih mengeksplor tentang Kesultanan Siak, terutama mengenai kebijakan Sultan Syarif Kasim II pada saat Revolusi Nasional tahun
1945. Sultan selaku bangsawan terhormat rela melepaskan status sosialnya dan melebur menjadi rakyat biasa, pasca memutuskan untuk berintegrasi dengan
Republik Indonesia yang masih “baru lahir”. Penulis merasa perlu untuk menggali lebih dalam lagi mengenai kebijakan dan peran dari Sultan Syarif Kasim II, selaku pemimpin dan panutan rakyat, terutama wilayah Siak, sebagai seseorang yang dipandang cukup nasionalis dimata rakyat Siak.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode historis.
Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan satuan gejala yang ada dalam kehidupan manusia atau yang lebih dikenal dengan pola-pola.39
Creswell mendefinisikan penelitian kualitatif yang kurang bertumpu pada sumbe-sumber informasi, tetapi membawa ide-ide yang sama. Ia menekankan suatu gambaran yang “kompleks dan holistik”, suatu rujukan pada naratif yang
39 Suparlan, Parsudi. Pengantar Metode Penelitain Kualitatif. (Jakarta: Akademika Pressindo. 1985) hlm. 4.
23
Universitas Sumatera Utara
kompleks yang mengajak pembaca kedalam dimensi jamak dari sebuah masalah atau isu dan menyajikannya dalam semua kompleksitasnya.40
Sekumpulan data aturan yang memberikan bantuan secara efektif untuk mebgumpulkan bahan-bahan kajian sejarah, menilai secara teoritis dan kemudian menyajikan suatu sintesa dan hasil-hasilnya dalam bentuk tertulis. Dalam hal ini diperlukan proses mencari dan menentukan sumber, diuji dan dinilai secara kritik intern dan ekstern, data dan faktanya dirangkaikan dan kemudia diinterpretasikan dan dituangkan dalam penulisan sejarah.41
Dalam penulisan tesis ini, penulis menggunakan metode historis atau metode sejarah. Menurut Gilbert J. Garraghan, metode sejarah mengandung seperangkat aturan dan prinsip yang sistematik dalam mengumpulkan sumber- sumber sejarah secara efektif, menilainya secara kritis dan mengajukan sintesis dari hasil yang dicapai dalam bentuk tesis.42
Metode sejarah digunakan sesuai dengan karakteristik kajian penelitian yaitu tentang kehidupan masyarakat di masa lampau. Sesuai dengan kepentingan dalam melakukan penulisan karya ilmiah, dalam prosesnya metode historis ini menggunakan empat tahapan penting, antara lain: Pertama, Heuristik yaitu menemukan jejak-jejak atau sumber-sumber dari sejarah suatu peristiwa yang kemudian dirangkai menjadi satu kisah. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan penelitian kepustakaan (library research), studi arsip dan penelitian lapangan (field research). Sumber arsip didapat dari ANRI (Arsip
40 Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2012) hlm. 2.
41 Nugroho, Notosusanto. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer. (Jakarta: Yayasan Penerbit UI. 1984) hlm. 11.
42 Abdurrahman, D. Metode Penelitian Sejarah. (Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1999) hlm. 43-44.
24
Universitas Sumatera Utara
Nasional Republik Indonesia), Arsip Daerah Riau di Pekanbaru, Dinas
Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Siak, dan Perpustakaan Wilayah Soeman H.S
Provinsi Riau. Penelitian kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan bahan atau sumber berupa buku-buku, surat kabar, arsip dan media lainnya sesuai dengan kajian yang diteliti. Juga melalui serangkaian wawancara sebagai teknik pengumpulan data secara oral, dengan bertanya langsung atau melakukan tanya jawab kepada para informan yang menjelaskan tentang objek yang sedang diteliti.
Kedua, Kritik sumber yaitu metode untuk menilai sumber-sumber yang diperoleh. Dalam tahap ini data-data yang sudah dikumpulkan kemudian dikritik secara intern dan ekstern, fungsinya agar sumber-sumber yang didapat benar- benar dapat dipercaya dan berkaitan dengan kajian penelitian.
Ketiga, Interpretasi yaitu proses pemberian penafsiran atau fakta sejarah yang telah dikritisi melalui kritik sumber. Dalam tahap ini diperlukan tafsiran dari fakta-fakta yang sudah terkumpul lalu dianalisa. Peneliti kemudian diharapkan bersifat objektif terhadap data yang beragam. Setelah ditafsirkan menjadi satu bagian yang relevan, logis dan objektif, maka akan dihasilkan sebuah fakta sejarah sesuai dengan hasil analisa peneliti. Dan Keempat, Historiografi yaitu tahapan terakhir dari metode ilmiah sejarah, yaitu tahapan penulisan sejarah.
Penulis juga merasa perlu untuk membaca buku-buku dan jurnal mengenai
Siak, tidak lupa juga dengan sumber lisan sebagai pendukung sumber tulisan penulis. Penulis akan melakukan penelitian lapangan di Siak, terutama yang masih terkait dengan keluarga Sultan Syarif Kasim II. Beliau memang tidak memiliki
25
Universitas Sumatera Utara
keturunan dari kedua istrinya,43 namun setidaknya, masih ada sumber lisan dari para tetua dan kerabat jauh beliau yang kiranya masih bisa untuk diwawancarai.
Oleh karena itu, penulis sudah memperoleh beberapa sumber-sumber tulisan sebagai penunjang dalam penulisan tesis ini, seperti Sumber-sumber Belanda,
Memorie van Overgave, Politiek Bijdragen, Algemenee Secretarie, Politiek
Verslag van Sumatra, Geschiedenis van Sumatra‟s Oostkust oleh W.H.M
Schadee, De Nederlanders in johor en Siak oleh E. Netscher yang juga pernah menjabat sebagai Residen Riau.
1.8 Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Fokus Penelitian
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5 Teori dan Kerangka Konseptual
1.6 Kajian Sebelumnya
1.7 Metode Penelitian
1.8 Sistematika Tulisan
1.9 Jadwal Penelitian
BAB II Siak Sri Indrapura
2.1 Gambaran Umum Siak Sri Indrapura
2.2 Hubungan Siak Sri Indrapura dengan Belanda
2.3 Masuknya Jepang di Siak Sri Indrapura
43 Suwardi, MS, dkk. op.cit. Hlm. 79. Lihat juga T. Mohammad Toha, Syarifah Farradina (Ed). Warisan Sejarah Kesultanan Siak Sri Indrapura: Dalam Warisan Kisah Mahkota di Sungai Jantan. (KITLV Press, ISBN 90-6718-219-2), 2012, hlm. 41.
26
Universitas Sumatera Utara
2.4 Siak Bergabung dengan Republik Indonesia Tahun 1945
BAB III Sultan Syarif Kasim II Mendukung Republik Indonesia
3.1 Nasionalisme dalam Pandangan Sultan Syarif Kasim II
3.2 Siak Sri Indrapura di bawah Pemerintahan Sultan Syarif Kasim II
BAB IV Kebijakan Sultan Syarif Kasim II pada Masa Revolusi
4.1 Upaya Sultan Syarif Kasim II Mempertahankan Republik Indonesia
melalui Diplomasi
4.2 Pecahnya Revolusi Sosial di Sumatera Timur: Sultan Syarif Kasim II
Berlindung ke Kotaraja
4.3 Campur Tangan Belanda di dalam Siak Raad dan Sultan Raad
BAB V Penutup
5.1 Kesimpulan
5.2 Kritik dan Saran
Kepustakaan
27
Universitas Sumatera Utara
1.9 Jadwal Penelitian
Bulan Ke No Kegiatan 1 2 3 4 5 6 1 Persiapan, Perizinan dan Surat-menyurat ✔
2 Pengumpulan Sumber ✔ ✔ ✔ 3 Seleksi Sumber ✔ ✔ ✔ 4 Analisis Sumber ✔ ✔ 5 Penulisan dan Pengetikan Laporan ✔ ✔ 6 Konsultasi dan Penyempurnaan Laporan ✔ ✔ 7 Penyelesaian Akhir dan Perizinan ✔
28
Universitas Sumatera Utara
BAB II SIAK SRI INDRAPURA
2.1 Gambaran Umum Siak Sri Indrapura
Menurut Bab Al-Qawa‟id,44 Kesultanan Siak Sri Indrapura terbagi kedalam
10 Provinsi,45 diantaranya: Siak, Tebing Tinggi, Merbau, Bukit Batu, Bangko,
Tanah Putih, Kubu, Pekanbaru, Tapung Kanan, Tapung Kiri. Pembagian ini berlaku sampai 1915. Atas tekanan Kerajaan Belanda, kekuasaan Kesultanan Siak
Sri Indrapura menjadi sangat dibatasi, para hakim provinsi (orang yang memimpin provinsi) kekuasaannya dipersempit bahkan hilang. Wilayah Siak kemudian dibagi dalam bentuk distrik. Berdasarkan Het Maleische Gebied No.
12: Zelfbestuursverordening van Siak (1915) disebutkan bahwa Pemerintahan
Kesultanan Siak Sri Indrapura dibagi 5 distrik yaitu, Siak, Pekanbaru, Bagan Api- api, Bukit Batu dan Selat Panjang.46 47 48
Pada abad ke-19, batasan wilayah Kesultanan Siak Sri Indrapura yaitu:
1. Selatan : Kerajaan Pelalawan
2. Utara : Kerajaan Panai
3. Timur : Selat Malaka
44 Junus, H. Bab Al-Qawa‟id: Kitab Pegangan Hukum dalam Kerajaan Siak. (Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau. 2016)
45 Kitab ini dicetak di Siak tahun 1901 mengenai hukum yang digunakan kepada masyarakat Melayu dan masyarakat lain yang terlibat, dibuat oleh Sultan Syarif Hasyim (Sultan ke 11).
46 Model Penataan Kampung Adat di Kabupaten Siak, hlm. 71.
47 Perubahan ini ditetapkan dalam keputusan Sultan Siak No. 1/1915 tanggal 15 Juni 1915 dan disahkan oleh Gubernur Pantai Timur Sumatera tanggal 29 Oktober 1915.
48 Kawasan Siak mulai dibatasi wilayahnya berdasarkan peraturan Gubernur Jenderal Hindia Belanda C.B. Nederburgh dengan tanggal 6 November 1901. Pada masa ini juga mulai diberlakukannya Bab al-Qawaid sebagai pedoman hukum dalam Kerajaan Siak.
29
Universitas Sumatera Utara
4. Barat : Kerajaan Rokan IV Koto
Pembagian wilayah di Siak49 terus mengalami perubahan baik itu perluasan maupun penyempitan wilayah disetiap masa sultan memimpin, agak sulit memang untuk memetakan wilayahnya. Pada dasarnya pemegang hukum tertinggi dimiliki oleh sultan, namun di luar itu tersebar juga beberapa raja lokal yang memimpin wilayahnya masing-masing. Misalnya saja mengenai bagaimana cara sultan menguasai wilayah tersebut. Ada beberapa cara yang digunakan untuk menguasai suatu wilayah, baik itu kekerasan maupun intimidasi. Dalam Nota Omtrent Het
Rijk van Siak wilayah Tanah Putih, Kubu dan Bangko masuk kedalam wilayah kekuasaannya, sementara wilayah Tapung tidak. Tapung kemudian menganggap penting untuk berhubungan dengan Siak, karena dianggap menguntungkan dan mengakui Sultan Siak sebagai raja mereka. Setelah itu, wilayah ini masuk kedalam wilayah kedaultan Kesultanan Siak yang dipimpin oleh sultan menjadi daerah taklukkannya. Pembagian wilayah Siak termasuk kedalam wilayah asli dan wilayah yang kemudian ditaklukkan juga berdasarkan perjanjian dalam traktat tahun 1858. Bagian-bagiannya adalah:
49 Hijmans van Anrooij, H.A. Nota Omtrent Het Rijk van Siak. Tijdscrift voor Indische Taal Laand en Volkenkunde 30: 259-390. Terjemahan oleh Wileala, dkk. (Pekanbaru: Asa Riau. 1885)
30
Universitas Sumatera Utara
Bagan Pembagian Wilayah Siak Asli50
1. Daerah Empat Penghulu
Wilayah ini terdiri dari Tanjungbalai sampai muara sungai Mandau.
Penghasilan wilayah ini adalah hasil pemungutan cukai (pancong alas), lilin, gading, dll.
2. Mandau Hilir
Wilayah ini berada di daerah hilir sepanjang aliran Sungai Mandau Hilir dan anak sungai Ulah dan Merbungkal. Wilayah ini didiami oleh suku Melayu yang biasanya disebut orang Mandau atau Talang Mandau, terbagi lagi kedalam tiga suku, yaitu: suku Mandau, Gronggangang. Pandau/Pandan? Serta suku Sakai.
Penghasilannya adalah pancong alas51 dan tapak lawang52.
3. Daerah batin Melayu di sepanjang Sungai Siak serta daerah Batin Prawang
Daerah ini meliputi wilayah Gasip, Senapelan dan Sigales.
50 Ibid. Nota Omtrent Het Rijk van Siak.
51 Pajak berupa cukai yang dikenakan kepada setiap orang, tetapi aturannya berbeda untk orang asing dan orang penduduk asli.
52 Setiap tanah penduduk yang dipergunakan untuk perkebunan/ladang dikenakan pajak per ladang.
31
Universitas Sumatera Utara
4. Pertalangan
Wilayah ini terletak di aliran kanan Siak disatu sisi dan batas Pelalawan disisi lain. Orang Talang sendiri terbagi kedalam tiga, yaitu, Talang Dayun,
Talang Gasip, Talang Pandau dan Talang Kutip. Mereka hanya hidup dari ladang, ketika ladang tidak lagi subur tanahnya, maka mereka akan pindah dan tinggal ke tempat lain.
5. Tiga Luhak (Lurah)
Terletak diantara Pekanbaru dan Teratak Buluh. Hidup dari hasil ladang dengan membuka lahan hutan. Isinya adalah orang-orang Lima Puluh, Pasisir dan
Tanah Datar.
6. Tiga Kampung
Yang dimaksud Tiga Kampung adalah Lubuk Siam, Buluh Cina dan Buluh
Nipis, yang terletak di Kampar Kanan antara Muara Sako (pertemuan aliran
Kampar kanan dan kiri) dan Teratak Buluh. Penghasilan Sultan tidak ada dari sana, tetapi penduduk mengikuti ekspedisi ke Kota Intan untuk melakukan kerja kuli.
7. Teratak Buluh
Kampung Teratak Buluh yaitu pangkalan di Sungai Kampar sebagai tempat dagang yang penting, yang bisa disinggahi dari pelayaran Dataran Tinggi Padang melalui V Kota ke Siak dan seterusnya ke Singapura. Penduduk dari sini melakukan kerja kuli dalam ekspedisi ke Kota Intan. Penghasilan dari sini tidak dipungut oleh Sultan Siak.
32
Universitas Sumatera Utara
8. Daerah Penghulu Domei (Laksamana Bukit Batu)
Daerah ini terbentang di sepanjang pantai Sumatera di barat laut muara
Sungai Siak dari Tanjungbalai, perbatasan dengan Siak Kecil, berdasarkan aliran sungai itu bermuara di Sungai Rokan, sebagian lagi melewati Selat Rupat dan dianggap berbatasan dengan Bangko. Penghasilan daerah ini meliputi candu, garam, pancong alas, dan tapak lawang.
9. Daerah Batin sepanjang pantai di selatan muara Siak
Meliputi Utan Tanah Akit Penguling dan Utan Tanah Orang Rawa. Suku yang mendiami adalah orang Akit dan orang Rawa. Wilayah orang Akit tidak lagi dihuni, mereka tinggal di atas rakit-rakit di Sungai Siak. Mereka hidup dari mengumpulkan hasil hutan dan pembukaan ladang termasuk kayu dan kajang.
Orang Rawa yang tinggal di hutan terbebas dari pemerintahan Siak.
10. Daerah Sakai di Mandau Hulu
Daerah ini meliputi Mandau yang berakhir di sebelah kiri Sungai Bringin dan kanan sampai Sungai Minas. Mereka tidak menanam padi, mereka hidup dari menanam ubi di hutan. Mereka dibebaskan untuk memberikan persemabahan kepada sultan, bila mereka dipaksa meeka akan pergi seperti orang Sakai yang lainnya.
11. Tanah yang ditinggalkan
Ada dua wilayah yang tidak berpenghuni di daratan Siak, yaitu, tanah disepanjang Sungai Siak, Buatan dan Gasip serta tanah di pedalaman sebelah barat Tiga Luhak. Dulu, sempat ada batin Bangsa yang mendiami wilayah tersebut, namun wilayah ini kemudian ditinggalkan oleh penduduk itu yang semuanya meninggal atau pergi meninggal wilayah tersebut.
33
Universitas Sumatera Utara
12. Pulau-pulau
Pulau didepan dan selatan muara sungai Siak dan Pulau Rupat serta pulau sekitarnya. Didiami oleh penduduk asli yang sebagian memeluk agama Islam, tetapi hanya diatas kertas saja. Selain itu ada juga orang Melayu dartan dan Cina.
Mereka menanam padi, sagu juga mengumpulkan hasil hutan. Orang Cina juga megelola hasil hutan untuk dibuat papan (panglong). Sementara penduduk Rupat diisi oleh orang Akit dan orang asing yang tinggal disana.
Bagan Pembagian Wilayah Siak Berdasarkan Traktat Siak 185853
1. Tapung
Wilayah Tapung berbeda dari wilayah Siak lainnya. Wilayah ini ditaklukkan sebagai bagian dari federasi Kesultanan Siak bukan sebagai subordinat. Tapung terbagi dalam dua wilayah, yaitu Tapung Kanan dan Kiri.
Wilayah ini juga disebut sebagai Kota Intan. Tapung Kiri terdii dari empat perkumpulan yaitu Petapahan, Batu Gajah, Kebon dan Tandun. Tapung Kanan meliputi Lindei dan Sikijang.
2. Tanah Putih, Bangko dan Kubu
Wilayah ini ditaklukkan dan merupakan bagian dari Siak serta tunduk dan menganggap Sultan Siak sebagai sultan mereka. Wilayah ini ditaklukkan oleh
53 Ibid. Nota Omtrent Het Rijk van Siak.
34
Universitas Sumatera Utara
Said Ali (1791). Tanah Putih terdiri dari suku Melayu Besar, Melayu Tengah,
Mesah dan Batu Hampar. Sebagian mereka adalah penduduk pendatang, karena tidak memiliki hasil kebun. Penduduk Bangko hidup dari membuka lahan dan menangkap udang. Penduduk Cina disana juga menangkap udang untuk kemudian diolah menjadi belacan. Penduduk Kubu terbagi kedalam tiga suku, yaitu, suku
Hamba Raja (keturunan Johor), suku Rawa (berasal dari Riau) dan suku Haru
(berasal dari Haru, sebuah kerajaan besar yang sudah hilang terletak disebelah barat Langkat di Teluk Besitang dan sungai Sarang Jaya). Penghasilannya adalah hasil hutan.
Tahun 1873 Belanda merombak pembagian administrasi wilayahnya. Kalau pada mulanya Kerajaan Siak masuk dalam daerah wewenang Residen Riau di
Tanjung Pinang, dengan dibentuknya wilayah keresidenan baru, yaitu
Keresidenan Sumatera Timur, maka Kerajaan Siak dimasukkan ke dalam administrasi keresidenan baru ini. Ibu kota Keresidenan Sumatera Timur dipusatkan di Bengkalis. Daerah Kerajaan Siak menjadi Afdeeling bagian
Keresidenan Sumatera Timur. Di Siak ditempatkan seorang Assistant Resident dengan dibantu seorang Controleur.
Tanah di Siak mulai dari muara sampai ke Kota Siak cocok untuk tanaman kelapa, padi, dan tebu. Ke arah hulu terdapat lapisan humus yang tebal dan di bawahnya terdapat lapisan kekuning-kuningan yang rapuh dan bercampur pasir, merupakan tanah yang cocok untuk tembakau dan tanaman kapas, serta tanaman cokelat. Hutan juga menghasilkan banyak hasil hutan seperti berbagai macam tumbuhan, kemenyan, minyak-minyak, buah-buhan, dan kayu-kayuan. Namun,
35
Universitas Sumatera Utara
wilayah hutan ini masih banyak didiami oleh harimau dan gajah.54 Muara Sungai
Siak dapat dilalui dan cukup dalam bagi kapal-kapal yang datang. Di dekat muara ini terdapat sungai kecil yang bernama Siak Kecil. Di sepanjang sungai kecil ini terdapat kampung-kampung dan wilayah yang kaya dengan hasil hutan.
Siak terdiri dari satuan dataran rendah dan satuan perbukitan. Siak sebagian besar terdiri dari dataran rendah, dengan ketinggian 0-50 m dari permukaaan laut, meliputi dataran banjir sungai dan rawa serta terbentuk endapan permukaan.
Kemiringan lereng sekitar 0°- 3° atau bisa dikatakan hampir datar. Sedangkan satuan perbukitan mempunyai ketinggian antara 50-150 m dari daerah sekitarnya, dengan kemiringan 3°-15°.
Ada empat sungai besar di Sumatera bagian timur, diantaranya Sungai Siak,
Rokan, Kampar dan Pane.55 Sungai Siak memiliki panjang sekitar 300 km. Sungai ini membelah kota Pekanbaru. Kedalam sungai rata-rata 8-12 meter dan dianggap sebagai sungai terdalam di Indonesia. Sungai sudah sejak dulu dilalui sebagai jalur perdagangan dan pelayaran yang ramai. Kota-kota yang berada di tepi sungai telah berkontribusi pada perdagangan internasional, kemungkinan besar pada abad ke-7, kota-kota tepi sungai di wilayah pedalaman Sumatera terhubung langsung ke perdagangan Internasional dengan dukungan dari kota atau pelabuhan transit di Selat Malaka. Kota-kota tepi sungai di pedalaman terus dibangun
54 J.A. van Der Chrijs. Tijdschrift voor Indische Taal-, Land – en Volkenkunde. Uitgeven door Het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenscappen. Deel XIII, Vierde Serie Del IV. (Batavia: Lange & Co, Shage: M. Nijhoff. 1864) hlm. 10-13.
55 Dominik Bonatz, John Miksic, J. David Neidel. From distant tales: Archaeology and ethnohistory in the highlands of Sumatra. (United Kingdom: Cambridge Scholars Publising. 2009) hlm. 97.
36
Universitas Sumatera Utara
memfasilitasi komunikasi dan transportasi dengan kota pelabuhan di pantai Timur
Sumatera.56
Sungai Siak dianggap sebagai sungai yang ideal untuk pelayaran dibanding
Sungai Rokan dan Sungai Kampar. Walaupun tidak terlalu lebar, Sungai Siak sangat bebas dari rintangan-rintangan dan menjadi jalur pengangkutan komoditas dan perdagangan berharga dalam jumlah besar. Menurut catatan, Francis Lynch, ia melaporkan kedalaman Sungai Siak cukup konsisten sepanjang lebih dai ratusan kilometer sehingga memungkinkan untuk belayar jauh sampai pusat perdagangan Pekanbaru, sementara gelombang pasangnya tidak sekuat Sungai
Kampar dan Rokan.57
Fungsi dari Sungai Siak tidak hanya sebagai jalur perdagangan dan pelayaran tapi juga mampu menyokong kehidupan kampung-kampung disekitarnya. Dengan adanya tanah alluvial, disepanjang aliran sungai, membuat tepian sungai menjadi tempat yang cukup subur di wilayah Sumatera Timur.
Pembentukan zona tanam sekitar 3-5 km sepanjang aliran sungai dijadikan lahan pertanian. Sehingga banyak komunitas-komunitas yang berada di sepanjang aliran sungai.58
Setelah Indonesia merdeka, dan wilayah Kesultanan Siak Sri Indrapura masuk kedalam wilayah RI, berdasarkan UU No. 53 tahun 1999, Siak berubah menjadi kabupaten dengan Siak Sri Indrapura sebagai ibukotanya.
56 E Wiyanarti. River and Civilization in Sumatera‟s Historical Perspective in The 7th to 14th Centuries. 2018 IOP Conference Series: Earth and Environmental Science 145 012123. Hlm. 3.
57 Datuk Mogek Intan, Taslim F. Ensiklopedia Kebudayaan Melayu Riau. (Universitas Riau: Pusat Penelitian Kebudayaan dan Kemasyarakatan. 2012) hlm. 71.
58 Ibid. Hlm. 72.
37
Universitas Sumatera Utara
Sebelum berdirinya Kerajaan Siak di Buantan pada tahun 1723 M, telah berdiri Kerajaan Siak-Gasib59 yang diperkirakan sekitar abad ke-14 dan ke-15 M.
Kerajaan ini menguasai sepanjang aliran Sungai Siak mulai dari Bukit Suligi
(Tandun) dan Bukit Langga (Tapung Kanan). Buktinya, dari cerita rakyat ada peninggalan keris Bendahara di Batu Gajah dan perisai di Tandun.
Pemerintahan Gasib dibedakan menurut agama yang dianut masyarakatnya, yaitu agama Hindu-Buddha dipimpin Raja Badagai. Panglimanya bernama
Gimpam bergelar Panglima Panjang karena gagah dan bertubuh besar dan panjang. Kerajaan Gasib pernah menyerang Aceh dan mengambil kembali Putri
Kaca Mayang kemudian dipersembahkan kepada Raja Gasib. Penganut Islam di bawah kekuasaan Malaka sampai tahun 1723. Sejak itulah daerah Siak dan sekitarnya di bawah penguasaan Empayor Johor-Riau60 sebagai pewaris
Kesultanan Malaka. Karena itu raja-raja di Siak ditunjuk dan diangkat oleh Raja
Johor-Riau. Pada tahun 1596, Raja Hassan ditabalkan sebagai Raja Siak, yang memerintah sampai tahun 1622.61
Siak and Bengkalis were integral parts of the Kingdom of Johor, and whatever policies were in effort in Johor or Riau would also be applicable to Siak and Bengkalis.62
Pendiri Kesultanan Siak, Raja Kecik63, merupakan keturunan Johor. Raja
Kecik lahir pada tahun 1699. Lahir ditengah konflik politik antara ayahnya, Sultan
59 Verslag, Bepaling der Geographisce Ligging Van Punten In den Riouw en Lingga- Archipel in de Maand Augustus 1871 door Dr. J. A. C. Oudemans, Overgedrukt uit het .. Natuurkundig Tijdschrift. (Batavia: ERNST&Co. 1873) hlm. 1.
60 Ibid. Hlm. 5.
61 Ibid. Hlm. 116-117.
62 Andaya, Leonard Yuzon. The Kingdom of Johor, 1641-1728: A Study of Economic and Political Developments in the Straits of Malacca. (Cornell University, Ph.D., 1971) hlm. 156. 63 Soedarno Mahyudin. Hikayat Raja Kecik.
38
Universitas Sumatera Utara
Mahmud Syah II. Sultan Emperium Melayu yang saatitu berpusat di Johor dengan
Perdana Menterinya, Datuk Bendahara Tun Habib. Tun Habib disokong
Laksamana Megat Seri Rama yang dendam kepada sultan, karena Baginda menyuruh seseorang untuk membunuh istrinya. Sultan Mahmud Syah II tewas dibunuh Megat Seri Rama. Ia pun turut dibunuh. Tun Habib kemudian naik tahta
Johor dengan gelar Sultan Abdul Jalil Riayat Syah IV. Encik Apung, selirnya ternyata hamil dan melahirkan seorang bayi yang diberi nama sapaan, Raja
Kecik.karena takut diketahui keberadaannya oleh Tun Habib, maka atas perintah kakeknya, Datuk Laksamana, Raja Kecik diserahkan kepada Nahkoda Malim.
Kemudian Sang Nahkoda menyerahkannya ke Yang Dipertuan Agung
Pagaruyung dan Ibu Suri, Putri Janilan, untuk dibesarkan.
Setelah berusia enam belas tahun, Raja Kecik berangkat menuju Johor untuk membalas dendam. Dengan bantuan kakeknya, Raja Kecil berhasil menumbangkan Tun Habib dan naik tahta dengan gelar Sultan Abdul Jalil Rahmat
Syah.
Raja Kecik berpaling dari Tengku Erang dan lebih memilih Tengku
Kamariah Tengku Erang menikah dengan orang Bugis bernama Daeng Parani.
Daeng Paranai bersekutu dengan Raja Sulaiman untuk melengserkan Raja Kecik dari Johor. Raja Kecik kemudian kalah dan menyingkir meninggalkan Johor. Ia kemudian mendirikan Kerajaan Siak Sri Indrapura yang di Buantan, tepi Sungai
Siak. Raja Kecik tetap berusaha untuk menyebu Johor, namun usahanya gagal.
Wafat pada tahun 1746 di Buantan.
Kesultanan Siak Sri Indrapura (abad ke 18) Siak Sri Indrapura adalah sebuah kesultanan Melayu, didirikan (1723) oleh Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah
39
Universitas Sumatera Utara
dan Pusat penyebaran Islam di Sumatra timur, pusatnya di desa Buantan, kemudian pindah ke Siak Sri Indrapura (sekitar 90 km ketimur laut Pekanbaru),
Wilayah kekuasaan Siak meliputi Siak asli, bukit batu, Merbau, Tebing tinggi,
Bangko, Tanah putih dan pulau Bengkalis (Kabupaten Bengkalis), Tapung kiri dan Tapung tangan (Kampar) Pekanbaru dan Sekitarnya.
Selain suku Melayu, masyarakat Siak juga banyak didiami oleh suku Sakai.
Orang Sakai sendiri adalahorang Weddoid yang bercampur dengan orang-orang
Minangkabau yang berimigrasi sekitar abad 14 ke daerah Riau, yaitu wilayah
Gasib. Pendapat lain mengatakan, orang Sakai berasal dari Pagaruyung, Batu
Sangkar dan Mentawai. Mereka hidup di pedalaman dengan berburu dan bercocok tanam serta menganut animisme dan dinamisme.
Suku Minang juga turut mendiami wilayah Kesultanan Siak Sri Indrapura.
Siak dan Minang memiliki ikatan yang kuat. Raja Kecil, pendiri Kesultanan Siak
Sri Indrapura dibesarkan oleh orang Minangkabau64, sekalipun ia merupakan keturunan Kesultanan Johor.
Kalau kita tinjau kembali Sejarah Berdirinya Siak secara etimologi terdapat beberapa pendapat tentang asal usul kata “Siak” ada yang beranggapan bahwa
“Siak” berarti orang penunggu masjid (gharim) dan juga berarti orang yang tahu tentang seluk beluk agama Islam. Kata “Gharim” tersebut berasal dari bahasa
Arab. Pendapat lain mengatakan bahwa Siak berasal dari bahasa batak, yakni
“lasiak” yang artinya lada.65
64 Liauw Yock Fang. Sejarah Kesusatraan Melayu Kelasik. (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. 2011) hlm. 479. 65 Muhammad Hafiz. Pendidikan Di Kerajaan Siak Sri Indrapura:Telaah Historis Pendidikan Di Era Sultan Syarif Kasim II. (Tesis Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. 2012) hlm. 76.
40
Universitas Sumatera Utara
Nama kerajaan Siak didapat dari tumbuh-tumbuhan disekitar dan disepanjang sungai yang dilewati oleh Raja Kecik dan rombongannya yang bernama siak-siak. Akar tumbuhan ini juga dipakai oleh masyarakat untuk pengobatan. Berdasarkan hal tersebut, atas kesepakatan bersama, maka kerajaan itu diberi nama Kerajaan Siak.66
Dalam satu aspek, ada sedikit kesamaan antara sistem politik Hindu dan yang diterapkan oleh kerajaan Muslim di Nusantara, sama-sama memiliki sistem dinasti, juga kepala negara menjadi seorang raja, sultan, atau gelar lain, lengkap dengan kehormatan "sensasional"67, yang berbeda hanya tidak ada sistem kasta.
Dalam Kerajaan Melayu, terutama Siak, Sultan memiliki dua posisi, yaitu sebagai pemegang kekuasaan dunia dan kekuasaan keagamaan. Sultan tercermin sebagai pemimpin yang harus tetap memegang teguh hukum Allah.
Mulai periode berdirinya Kerajaan Siak tahun 1723-1946, Kerajaan Siak memiliki total 12 Raja. Berdasarkan silsilah raja-raja Siak, maka dapat dilihat perbedaan garis keturunan Melayu-Johor dan keturunan Arab.68
Kedatangan kelompok Arab, terutama golongan Said dari Hadramaut dalam struktur kekuasaan di Kesultanan Melayu dan Nusantara umumnya merupakan gejala yang umum. Kelompok yang sebagian besar laki-laki ini datang dan diterima sebagai guru, hakim dan orang-orang suci yang sangat disegani.
Perlakuan-perlakuan yang istimewa ini banyak diberikan oleh Kesultanan Melayu dan Bugis termasuk beberapa Sayyid yang kemudian dinikahkan dengan keluarga
66 Ellya Roza. Sejarah Tamadun Melayu. (Yogyakarta: Aswaja Pressindo. 2015) hlm. 138.
67 Ahmad Syafii Maarif. Islam, Humanity, and Indonesian Identity: Reflections on History. Translated by George A. Fowler. (Leiden University Press. 2018) hlm. 60.
68 Ellya Roza. op.cit. Hlm. 140-141.
41
Universitas Sumatera Utara
kerajaan dan menjadikan diri mereka sebagai Sultan69, termasuk Kesultanan Siak
Sri Indrapura.
The latter part of the eighteenth century saw a progressive detachment of Siak and the other east-coast areas from Johor. In 1761 the Dutch assisted Raja Alam, Raja Kecil's eldest son, to take control of Siak, but there were continuing struggles for control between his branch of the family and that descended from Raja Mahmud. Though these disputes continued into a third generation, the marriage of Raja Alam's daughter to an Arab Sayid substantially increased the prestige of the Siak family, while Arab settlement in east-coast ports, notably Kampar, increased their economic prosperity. Meanwhile, Siak's territorial control was steadily expanding up the east coast, and by 1780 had reached as far as Deli. An alliance with the VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) brought European favors; Sultan Muhammad Ali of Siak was even installed as ruler of Selangor following its defeat by the Dutch in 1785.70
Masuknya golongan Said kedalam Kesultanan Siak turut menambah presitise dalam keluarga Siak. Golongan Said ini mengaku sebagai keturunan
Nabi Muhammad S.A.W. datang ke Asia Tenggara untuk mengembangkan Islam dan dimulai sejak zaman Dinasti Umaiyah (650-750 M).
Among the new actors in the Straits were Arabs of Hadhramaut, men who bore the title sayyid to indicate their descent from the Prophet Muhammad. They were able traders with international networks reaching across the Indian Ocean. In some places, such as Siak, they came to be as influential and powerful.71
Hubungan Arab dengan Melayu juga berlaku pada masa ini. Pemukiman awal orang Arab di negeri Siak dan Pontianak terjadi pada akhir abad 17. Pada
69 S. Zahra Aljunied. The genealogy of the Hadhrami Arabs in Southeast Asia – the „Alawi family. National Library Board of Singapore. IFLA WLIC 2013 Singapore. Hlm. 4. Tambahan: Perkawinan antara sayyid Hadhrami dengan penduduk setempat ditambahkan pada teks silsilah Alawi yang membuatnya hampir seperti peta diaspora Hadhrami sendiri. Tapi ini urusan yang tidak langsung karena aturan kafa'a hanya mengizinkan sayyid menikahi sharifah (padanan feminin dari sayyid - gelar ini digunakan untuk 'keluarga Alawi hanya di wilayah Asia Tenggara) - meskipun sayyid bebas untuk menikahi wanita keluar dari lingkaran 'Alawi.
70 B. Andaya Watson. Recreating a vision; Daratan and Kepulauan in historical context. In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, Riau in transition 153 (1997), no: 4, Leiden, 483508. Hlm. 491.
71 M. C. Ricklefs. A History of Modern Indonesia since c.1200 Third Edition. (Hampshire: PALGRAVE) hlm. 89.
42
Universitas Sumatera Utara
masa Said Syarif Osman inilah Kerajaan Siak memiliki dua belas wilayah taklukkan dalam hal perluasan wilayah. Orang Arab sendiri memiliki arti dan dipandang secara istimewa oleh masyarakat Melayu. Maka, sejak bergabungnya mereka kedalam kerajaan tutut dianggap sebagai memperkuat legitimasi kekuasaan Sultan.72
Berdasarkan silsilah keturunannya dari pihak Ayah, Syarif Kasim berasal dari bangsa Arab dab tepatnya keturunan Nabi Muhammad S.A.W yang dimulai dari Sayid Syarif Osman.73 Beliau merupakan seorang berkebangsaan Arab yang datang ke Siak untuk menyebarluaskan agama Islam pada masa pemerintahan
Sultan Alamuddin Syah, Sultan ke empat pada masa itu. Perkawinan silang meyebabkan gelar-gelar sultan yang memerintah Kesultanan Siak berubah setelahnya menjadi gelar Sayid atau Syarif yang merupakan kelompok masyarakat
Arab dari suku Ba‟lawi dan Syahab.
Tabel 2.1 Daftar Sultan-Sultan Siak74
No. Sultan-Sultan Siak *Keturunan Melayu Johor 1. Sultan Abdul Jalil Rakhmat Syah 1723-1746 Sultan pertama Kesultanan Siak Sri Indrapura sekaligus pendirinya, dikenal juga dengan nama Raja Kecil/Raja Kecik. 2. Sultan Abdul Jalil Muzaffar Syah 1746-1765 Tahun 1750 memindahkan pusat pemerintahannya ke wilayah Mempura juga merubaha nama Sungai Jantan menjadi Sungai Siak serta melakukan aksi perlawanan terhadap Belanda
72 Ellya Roza. op.cit. Hlm. 146-157.
73 Sayid Syarif Osman bin Sayid Syarif Abdurrahman bin Syaid Bin Ali bin Muhammad bin Hasan bin Umar bin Hasan bin Sayidina Syekh Ali bin Abibakar asy-Syukran bin Abdurahman bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad al-Faqih bin Ali bin Muhammad Syahibul Murbad bin Alwi bin Muhammad bin Syekh Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa an-Naqib bin Muhammad bin Jaafar as-Shidik bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein binti Fatimah az-Zahra binti Muhammad SAW.
74 Suwardi MS, dkk. Sejarah Lokal Riau. (Pekanbaru: PT Sutra Benta Perkasa. 2014) hlm. 122-123.
43
Universitas Sumatera Utara
dalam peristiwa di Pulau Guntung. 3. Sultan Abdul Jalil Jalaluddin Syah 1765-1767 Dikenal juga dengan sebutan Tengku Ismail atau Tengku Buwang Asmara. 4. Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah 1766-1780 Beliau memindahkan pusat pemerintahannya ke Bandar Senapelan. Beliau kemudian mendirikan pasar di Senapelan yang bernama Pekan Baharu pada 23 Juni. 5. Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah 1780-1782 Beliau wafat dengan gelar Marhum Pekan dan dimakamkan di Pemakaman Bukit Pekanbaru. 6. Sultan Yahya Abdul Jalil Muzaffar Syah 1782-1784 Memindahkan pusat pemerintahan dari Bandar Senapelan ke Mempura. *Dari sinilah dimulai keturunan Sultan Siak dari golongan Sayyid 7. Sultan Assaidis Syarif Ali Abdul Jalil Saifuddin Baalawi 1784-1810 Merubah nama Kesultanan Siak menjadi Kesultanan Siak Sri Indrapura juga berhasil menaklukkan 12 wilayah di Pantai Timur Sumatra. 8. Sultan Assaidis Syarif Ibrahim Abdul Jalil Khaliluddin Syah 1810-1827 Mendirikan istana di Mempura Kecil. Dibawah Penguasaan Belanda 9. Sultan Assaidis Syarif Ismail Abdul Jalil Jalaluddin 1827-1864 Terikat perjanjian Traktat Siak dengan Belanda. 10. Sultan Assaidis Syarif Kasim Abdul Jalil Saifuddin 1864-1889 Membuat mahkota kerajaan sebagai simbol kejayaan Kesultanan Siak Sri Indrapura dan membangun Balai Rung. 11. Sultan Assaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Saifuddin 1889-1908 Membangun Balai Kerapatan Tinggi dan Istana Asserayah Hasyimiyah, membuat kita undang-undang pemerintahan Baabul al-Qawaid. 12. Sultan Assaidis Syarif Kasim Abdul Jalil Saifuddin 1915-1946 Mendirikan sekolah umum dan sekolah Islam dan mengintegrasikan Kesultanan Siak Sri Indrapura ke dalam Republik Indonesia. Siak tergabung dalam Republik Indonesia 1946
2.2 Hubungan Siak Sri Indrapura dengan Belanda
Kesultanan Siak Sri Inderapura mengambil keuntungan atas pengawasan perdagangan melalui Selat Malaka, serta kemampuan mengendalikan perompak dikawasan tersebut. Kemajuan perekonomian siak terlihat dari catatan Belanda yang menyebutkan pada tahun 1783 ada sekitar 171 kapal dagang dari Siak
44
Universitas Sumatera Utara
menuju Malaka. Siak menjadi kawasan segitiga perdagangan antara Belanda di
Malaka dan Inggris di Pulau Pinang. Peranan Sungai Siak sebagai kawasan inti kerajaan ini, berpengaruh besar terhadap kemajuan perekonomian Siak Sri
Inderapura. Sungai Siak merupakan kawasan pengumpulan berbagai produk perdagangan, mulai dari kapur barus, benzoar, timah dan emas. Sementara pada saat bersamaan masyarakat Siak juga telah menjadi eksportir kayu yang utama di
Selat Malaka, serta salah satu kawasan industri kayu untuk pembuatan kapal maupun bangunan. Dengan cadangan kayu yang berlimpah, pada tahun 1775,
Belanda mengizinkan kapal-kapal Siak mendapat akses langsung kepada sumber beras dan garam di Pulau Jawa, tanpa harus membayar kompensasi kepada VOC.
Namun, tentu dengan syarat Belanda juga diberikan akses langsung kepada sumber kayu di Siak, yang mereka sebut kawasan hutan hutan hujan yang tidak berujung (VOC 3470, Secret Letters from Malacca to Batavia for 1775).
Dominasi Kesultanan Siak terhadap wilayah pesisir pantai timur Sumatera dan Semenanjung Malaya cukup signifikan. Mereka mampu menggantikan pengaruh Johor sebelumnya atas penguasaan Johor sebelumnya atas penguasaan jalur pedagangan. Selain itu, Kesultanan Siak juga muncul sebagai pemegang kunci ke dataran tinggi Minangkabau, melalui tiga sungai utama yaitu Siak,
Kampar dan Kuantan, yang sebelumnya menjadi kunci kejayaan bagi kejayaan
Malaka.75
75 Anthony Reid. Indonesian Frontier: Achehnese and other Histories of Sumatra. (Singapore University Press. 2005)
45
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Beberapa Komoditas Perdagangan di Siak76
Kampar Siak Rokan Kubu Gambir Emas Emas Beras Kayu Kayu Rotan Rotan Rotan Beras
Barang-barang yang diekspor di Bengkalis, Siak, dan Bukit Batu tahun 1862 yaitu kopi, lilin, gambir, tembakau, rotan, telur terubuk, ikan terubuk kering, getah balam, sago, ikan tenggiri kering, beras, damar, gula rakyat, kuda, kue, garam, babi, minyak suntai, ikan kurau kering, kambing, dollar, rupiah belanda, kelapa.
Selain itu, pemasukan utama Sultan Siak yaitu sebagai berikut77:
1. Cukai yang melalui sungai-sungai yang terdapat di dalam kerajaannya.
2. Pajak dari penangkapan ikan terubuk.
3. Pajak lalu lintas orang-orang asing.
4. Pajak dari penjualan candu dan garam, kerja rodi, penyediaan wajib,
pemasukan dalam bentuk uang.
Berdasarkan perjanjian tahun 1858, Belanda sudah menempatkan wakil pemerintahannya di Siak, yaitu seorang Assistant Resident dan seorang
Controleur. Beberapa jenis pajak dan cukai diambil alih oleh Belanda. Pungutan- pungutan yang biasa jatuh ke tangan Datuk Syahbandar telah beralih ke pihak
Belanda, di antaranya pajak nelayan, pajak monopoli candu dan garam, cukai barang-barang masuk dan kemudian ditambah lagi dengan pajak lalu lintas orang
76 Timothy P. Bernard. Multiple Center of Authority: Society and Environment in Siak and Eastern Sumatra 1674-1872. (Leiden: KITLV Pres. 2003)
77 Chrijs. op.cit. Hlm. 32.
46
Universitas Sumatera Utara
pendatang. Maka secara tidak langsung berkuranglah wewenang Datuk
Syahbandar.78
Siak Sri Indrapura pernah menguasai seluruh pantai timur Sumatra.
Kesultanan Siak yang relatif kurang digarap oleh perkebunan-perkebunan asing
(kecuali Jepang) dapat lebih mempertahankan sifat tradisional dan semangat keuletannya jika disbanding dengan kerajaan Melayu lainnya. Secara kesukuan,
117.000 penduduknya relatif serba sama dengan 30.000 orang Minangkabau yang merantau. Hanya di daerah ini terdapat kelas pedagang Indonesia yang kuat yang berniaga karet rakyat dan kopra. Pada tahun 1924, ada 109 pedagang pribumi di
Siak dengan penghasilan lebih dari f 760 per tahun, lebih dari dua kali jumlah pedagang pribumi seluruhnya di Sumatra Timur.79
Dari segi pemerintahan, Kesultanan Siak Sri Indrapura masuk kedalam daerah swapraja.
“The heads of swapraja government (rajas) during the colonial era were tied to a contract with the Dutch Indies Government in which their status was regulated. In that agreement, fo instance, the rajas acknowledged the supreme authority of the Dutch Indies Government and, converesely, the Dutch Indies Government recognized their status as well as guaranteed the perpetual existence of those swapraja governments.”80
Belanda tidak melakukan pemerintahan secara langsung akan tetapi melakukan pengawasan dan kontrol terhadap kebijaksanaan Raja dalam memerintah wilayahnya. Selama era kolonial terikat pada kontrak dengan
Pemerintah Hindia Belanda di mana status mereka diatur. Dalam perjanjian itu,
78 Suwardi MS, dkk. Dari Kebatinan Senapelan ke Bandaraya Pekanbaru. (Pekanbaru: Alaf Riau. 2006) hlm. 53.
79 Anthony Reid. Perjuangan Rakyat: Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera. (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 1987) hlm. 94 berdasarkan Memorie van Overgave Sumatera Timur Ezerman 1933 98-102.
80 Ibid.
47
Universitas Sumatera Utara
misalnya, para raja mengakui otoritas tertinggi Pemerintah Hindia Belanda dan, sebaliknya, Pemerintah Hindia Belanda mengakui status mereka serta menjamin keberadaan abadi pemerintah swapraja tersebut. Pada 1908 pemerintahan Hindia
Belanda menempatkan seorang Asisten Residen dan seorang Controleur di Siak.
Penempatan status administrasi pemerintahan di wilayah Kesultanan Siak sebagai sebuah Afdeeling. Afdeeling Siak termasuk Karesidenan Riau yang berpusat di
Tanjung Pinang.
Bagan Struktur Administrasi Pemerintahan Belanda Tahun 1938-194281
81 Tesis Muhammad Hafiz. Pendidikan di Kerajaan Siak Sri Indrapura: Telaah Historis Pendidikan di Era Sultan Syarif Kasim II. Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. 2012.
48
Universitas Sumatera Utara
2.3. Masuknya Jepang di Siak Sri Indrapura
Pada bulan Desember 1942, datang Pimpinan Jepang ke Siak Sri Indrapura bertemu Sultan, meminta surat Politik Kontrak yang pernah dibuat dengan
Pemerintah Belanda pada masa Sultan Ismail dan Sultan Kasim I, Sultan Hasyim dan Sultan Kasim II, dengan maksud meminjam, tetapi tidak dikembalikan lagi oleh Jepang. Semua surat Politik Kontrak diambil dan dibawa Jepang ke
Pekanbaru dengan maksud untuk dipelajari dan membandingkan, untuk memberi
Kerajaan Siak otonomi yang luas.
Pada tahun 1943, bersamaan dengan tahun Jepang 2603, pemerintah Jepang semakin sibuk dengan urusan di wilayah Riau. Mereka memaksakan kepada
Rakyat Siak untuk bertanam pohon jarak yang akan digunakan membuat minyak pesawat udara Jepang. Disamping itu, rakyat harus bertanam karet dan berladang padi yang hasilnya diambil sebagian untuk kepentigan pemerintah Jepang. Rakyat
Siak diminta untuk bergotong-royong di Pekanbaru untuk memperluas landasan lapangan terbang Simpang Tiga82 yang telah dibangun oleh Sultan Syarif kasim pada tahun 1937.
Sultan tidak berkeberatan bahwa rakyat dibawa ke Pekanbaru. Baginda menyampaikan pesan kepada pimpinan Jepang di Pekanbaru, bahwa selesai pekerjaan gotong-royong itu, rakyat Siak harus diantar kembali ke negerinya Siak dalam keadaan selamat. Hal ini sangat diperhatikan oleh pimpinan Jepang di
82 Lapangan udara ini dipakai untuk mengangkut hasil bumi di Pulau Sumatera. Lapangan udara ini telah digunakan sejak zaman penjajahan Hindia Belanda berdasarkan perizinan Sultan Siak dalam Surat No. 9 tanggal 10 Juli 1930. Saat Jepang masuk lapangan udara ini dipakai untuk kegiatan militer.
49
Universitas Sumatera Utara
Pekanbaru. Sebanyak 2 tongkang rakyat Siak dibawa ke Pekanbaru untuk kerja bakti di Lapangan Simpang Tiga.83
Tidak berapa lama waktunya, Jepang sudah menyusun tata Pemerintahan
Jepang di Kerajaan Siak. Pusat pemerintahan Jepang ditempatkan di Pekanbaru, dipimpin oleh seorang Jepang sebagai Pimpinan Daerah yang disebut Tju-Kang.
Setiap daerah yang dulunya dipimpin Districtshoofd berganti nama menjadi
Gun-Cho. Pimpinan Onderdistrict berganti nama menjadi Kun-Cho. Penghulu berganti nama menjadi Sun-Tjo dan Kepala Polisi bernama Keisatsunsho.84
Masuk pada tahun 1944, pemerintahan Jepang semakin keras, kehidupan rakyat semakin sulit. Rakyat disuruh membuat jalan kereta api dari Logas ke
Pekanbaru85 dan landasan lapangan terbang Simpang Tiga Pekanbaru.
Para pekerja didtangkan dari Pulau Jawa yang disebut Romusa. Mereka banyak yang meninggal dunia karena makan tidak teratur dan kesehatan tidak dijamin yang disediakan Jepang. Setiap hari ada yang meninggal dunia karena diserang penyakit disentri dan kekurangan gizi.
Rakyat Siak tidak diperkenankan oleh Sultan menjadi romusa. Mereka diizinkan untuk gotong royong di Lapangan Terbang Simpang Tiga di Pekanbaru
83 O. K. Nizami Jamil. Siak Negeri Pengabdianku: Biografi Orang Kaya Muhamad Djamil Sekretaris Pribadi Sultan Syarif Kasim II. (Pekanbaru: Alaf Riau. 2016) hlm. 46-47.
84 Ibid. Hlm 46.
85 Sekitar 1942, Jepang berencana membangun jalur rel kereta api yang dapat menghubungkan Sumatera Barat dan Pantai Timur Sumatera. Tidak hanya rakyat Siak, Jepang mengambil romusa dari wilayah Jawa, dsb. Rel kereta api diperkirakan sepanjang 220 km. Setelah Jepang menyerah kepada sekutu, pembangunan rel kereta api ini terhenti begitu saja, hingga sekarang hanya terlihat sisa-sisa badan rel, yang sebagian besar diperjualbelikan oleh rakyat tempatan sepanjang pembangunan rel kereta api tersebut. Selain itu, di Jl. Kaharuddin Nasution, Pekanbaru terdapat monumen kerta api dan Tugu Pahlawan Kerja sebagai pengingat kejamnya penjajahan Jepang pada masa itu.
50
Universitas Sumatera Utara
selama beberapa hari, kemudian harus diantar pulang kembali di tempat-tempat dimana mereka diambil di dalam wilayah kerajaan Siak.
Susunan pejabat di Kerajaan Siak ditetapkan sebagai berikut:86
1. Kepala Polisi di setiap distrik dikepalai oleh Menteri Polisi yang ada di
bawah pimpinan Kepala Pemerintahan.
2. Kepala Pemerintahan (Districtshoofd) ditunjuk:
a. Bagan siapi-api, Datuk Comel
b. Bengkalis, Datuk Ahmad
c. Selat Panjang, Tengku Abu Bakar
d. Siak Sri Indrapura, Datuk Wan Entol
e. Pekanbaru, Datuk Wan Abdurrahman
3. Onderdistricthoofd dengan pangkat Datuk ditunjuk:
a. Senapelan, Tengku Moehamad
b. Tapung Kanan, Datuk Umar
c. Tapung Kiri, Datuk Gani
d. Mandau, Datuk Djohan Arifin
e. Siak Sri Indrapura, Datuk Sulaiman, Jaksa Siak
f. Sungai Apit, Datuk Ibrahim
g. Bengkalis, Datuk Saleh
h. Dumai, belum ada
i. Bukit Batu, Datuk Idris
j. Belitung, Datuk Djohan
k. Bangko (Bagan), Datuk Tahir
86 Ibid. Hlm 45.
51
Universitas Sumatera Utara
l. Kubu, Datuk Kahar
m. Tanah Putih, Datuk Harun Syah
n. Tebing Tinggi, Datuk Sulung
Bagan Susunan Pemerintahan Masa Jepang Tahun 1942-194587
Keterangan:
Pembagian Daerah BUN:
Bengkalis BUN : Bengkalis Gun, Selat Panjang Gun, Bagan Siapi-api Gun.
Pekanbaru BUN : Pekanbaru Gun, Pelalawan Gun, Pasir Pangaraian Gun.
Indragiri BUN : Rengat Gun, Taluk Kuantan Gun, Tembilahan Gun.
Bangkinang BUN : Bangkinang Gun, Pasir Pangaraian Gun.
2.4. Siak bergabung dengan Republik Indonesia Tahun 1945
Sejarah Riau mencatat berita proklamasi kemerdekaan Indonesia sudah diterima oleh Sultan Siak. Tetapi berita itu belum resmi. Untuk itu dikirim utusan yaitu O.K.M. Djamil ke Pekanbaru bulan Oktober 1945. Setelah diterima berita resmi, maka pada tanggal 28 November 1945 Sultan Siak Sri Indrapura mengirim telegram kepada Presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno yang isinya menyatakan kesetiaannya kepada Pemerintah Republik Indonesia. Bukti
87 Tesis Muhammad Hafiz. Pendidikan di Kerajaan Siak Sri Indrapura: Telaah Historis Pendidikan di Era Sultan Syarif Kasim II. Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sltan Syarif Kasim Riau. 2012.
52
Universitas Sumatera Utara
keseriusannya ditandai dalam bentuk sumbangan yang terbilang besar sejumlah f
13 juta, termasuk mahkota kerajaan dan seluruh kekayaannya. Meleburnya
Kesultanan Siak dengan Republik Indonesia, dilatarbelakangi oleh pemikiran beliau yang memang sudah modern dengan mendahulukan pendidikan dan militer sebagai bentuk perlawanan terhadap Belanda.
Pada zaman pergerakan nasional, cara yang paling tepat adalah rakyat harus diberikan pendidikan demi peningkatan kualitas sumber daya manusia bagi rakyat
Siak demi mengerjar ketertinggalan dari orang-orang Belanda. Beliau bersama permaisuri membangun beberapa sekolah diantaranya: 1) HIS (Hollandsch
Inlandsche School) adalah HIS pertama di Riau, 2) Latifah School adalah sekolah khusus putri pertama di Riau, 3) Madrasah Taufiqiyah Al-Hasimiyah adalah sekolah khusus putra dan 4) Madrasah An-Nisa‟ adalah sekolah khusus putri.88
Sultan beserta rakyat Siak bersama-sama menyatakan untuk mendukung dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.89 Selain itu, beliau juga aktif untuk membujuk raja-raja di kawasan Sumatera untuk ikut bergabung dengan Republik
Indonesia. Beliau pergi ke pertemuan raja-raja Sumatera Timur membahas mengenai keadaan selanjutnya disana ia juga turut menghimbau raja-raja lain agar berintegrasi dengan Republik Indonesia. Sejak Januari hingga pecahnya Revolusi
Sosial di Medan pada Maret, Sultan Syarif Kasim II “tidak bisa” kembali pulang ke Siak dengan alasan keamanan.
88 Tesis Muhammad Hafiz. Pendidikan di Kerajaan Siak Sri Indrapura: Telaah Historis Pendidikan di Era Sultan Syarif Kasim II. Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. 2012. Hlm. 112. Lihat juga Wilaela dalam Sultanah Latifah School di Kerajaan Siak (1927-1945) pada jurnal Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya Vol. 11, No. 1 januari-Juni 2014.
89 GN-PPNK. 2006. Riwayat Hidup Singkat dan Perjuangan Almarhum Sultan Syarif Kasim II. Jakarta: Departemen Sosial, Rektorat Urusan Kepahlawanan dan Perintis Kemerdekaan. Hlm. 3
53
Universitas Sumatera Utara
Balasan yang beliau dapat atas nasionalisme yang begitu tinggi ini adalah gelar Pahlawan Nasional pada 6 November 1998.90 Serta namanya diabadikan menjadi nama sebuah bandara internasional di Pekanbaru.
90 Berdasarkan Keppres No. 109/TK/1998, tanggal 6 November 1998.
54
Universitas Sumatera Utara
BAB III SULTAN SYARIF KASIM II MENDUKUNG REPUBLIK INDONESIA
Sultan Syarif Kasim II putra dari Sultan Syarif Hasyim dan Tengku Yuk,
Beliau lahir 11 Jumadil Akhir 1310 H atau 1 Desember 1893 M di Siak Sri
Indrapura. Saat Beliau mulai beranjak dewasa, beliau dikirim ke Batavia untuk menempuh pendidikan disana. Ia bersekolah di Instituut Beck en Volten.91
Pada tanggal 3 Maret 1915, Beliau dinobatkan sebagai Sultan Siak XII dengan gelar Sultan yang dipertuan Besar Syarif Kasim Abdul Jalil Syaifuddin pada umur 21 tahun menggantikan ayahnya.
Pada 27 Oktober 1912 Sultan Syarif Kasim menikah dengan Tengku
Syarifah Latifah dan pada saat penobatan yang sama, permaisuri diberi gelar
Tengku Agung. Selama pernikahan ini, beliau tidak dikarunia seorang anakpun, hingga permaisuri meninggal dunia pada 1929. Pada tahun yang sama, Sultan menikah dengan Tengku Syarifah Fadlun yang merupakan adik kandung Tengku
Agung. Ia kemudian ditabalkan menjadi permaisuri pada 6 Juni 1930 dengan gelar
Tengku Maharatu. Pernikahan dengan permaisuri kedua ini juga tidak dikaruniai anak, hingga berakhir dengan perceraian pada tahun 1950. Pernikahan ketiga berlangsung dengan wanita bernama Syarifah Sifak, namun juga berakhir dengan perceraian pada tahun 1959. Pernikahan keempat dengan Syarifah Fadlun, seorang janda yang sudah memiliki dua orang anak. Pernikahan yang berlangsung di Jakarta pada 1959 ini adalah pernikahan yang terakhir, namun sayangnya,
91 Tim Media Pusindo. Pahlawan Indonesia. (Depok: Media Pusindo. 2008) hlm. 123. Lihat De Indische Gids, Volume 60. (The University of California. 1938) hlm. 99. Instituut Beck en Volten merupakan sekolah asrama yang terletak di Gambir, Batavia. Kemudian lokasi ini ditempati oleh Rechtsschool (Sekolah Hakim Anak Negeri).
55
Universitas Sumatera Utara
beliau juga tidak dikarunia anak. Sultan tidak memiliki putera mahkota untuk meneruskan keturunan dan kerajaannya.
Bagan Struktur Pemerintahan Masa Pemerintahan Sultan Syarif Kasim II92
SULTAN
KERAPATAN TINGGI MAJELIS KERAJAAN Sultan Sebagai Ketua Anggota 15 orang Hakim Datuk Empat Suku Polisi Qadhi DISTRIK Jaksa Panitera Controleur sbg Adviseur
KERAPATAN DISTRIK KERAPATAN SYARIAH DISTRIK
PENGHULU BATIN
HINDUK-HINDUK HINDUK-HINDUK
a. Dewan Kesultanan diubah menjadi “Majelis Kerapatan” yang anggotanya
terdiri dari:
1) 5 orang kepala distrik
2) 5 orang yang ditunjuk dari tiap-tiap distrik
3) 2 orang fungsional dari kesultanan
4) 3 orang fungsional dari gouvernement
b. Provinsi dan kepala suku dihapuskan ditukar dengan lima distrik dan
onderdistrik. Onderdistrik membawahi penghulu dan batin-batin.
c. Penghulu dan batin membawahi hinduk.
d. Komisaris dan batin membawahi hinduk.
92 Suwardi MS, dkk. Sultan Syarif Kasim II: Pahlawan Nasional dari Riau. (Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau. 2005) hlm. 25.
56
Universitas Sumatera Utara
e. Di tiap-tiap onderdistrik diadakan kerapatan distrik. f. Di tiap-tiap onderdistrik diadakan kerapatan onderdistrik. g. Keputusan kerapatan onderdistrik dapat “dibanding” ke kerapatan distrik. h. Keputusan kerapatan distrik dapat “dibanding” ke kerapatan tinggi. i. Dalam tiap-tiap kerapatan dijadikan dasar adalah:
1) Adat
2) Agama
3) Undang-undang j. Kerapatan onderdistrik terdiri dari (anggota)
1) Kepala distrik selaku ketua
2) 1 orang kepala suku onderdistrik selaku anggota
3) 2 orang penghulu/batin yang ditunjuk selaku anggota
4) Imam setempat
5) Jaksa merangkap panitera k. Kerapatan onderdistrik
1) Onderdistrik selaku Ketua
2) 2 orang peghulu/batin yang ditunjuk selaku anggota
3) Imam setempat
4) Jaksa merangkap panitera l. Kerapatan syariah terdiri dari
1) Qadhi setempat selaku ketua
2) Imam kepala selaku anggota
3) Kepala suku setempat selaku anggota
57
Universitas Sumatera Utara
Dewan Kerajaan memiliki posisi penting dalam struktur pemerintahan
Kerajaan Siak. Dewan ini terdiri dari tiga golongan, yaitu Datuk Empat Suku,
Tunggul Manah dan Orang Besar Kerajaan. Adanya hubungan historis orang- orang Minangkabau dengan Kerajaan Siak, maka adat yang berlaku pada masa itu terbagi kedalam dua, yaitu adat Perpatih dan adat Temenggong. Adat Perpatih sendiri mempertahankan susunan masyarakat yang didasarkan pada garis ibu, sedangkan Temenggong berdasarkan garis Ayah.
Siak yang tetap mempertahankan adat Johor memegang ada Temenggong dengan garis bapak. Hal ini berlaku bagi keluarga Sultan maupun masyarakat
Melayu yang tidak berasal dari Minangkabau atau pernah mempunyai hubungan kekeluargaan atau ikatan yang bersifat politis dengan Minangkabau. Untuk mengatasi semua perihal adat ini, maka urusan ini diserahkan kepada
Tunggulmanah.
Pada masa kepemimpinan Sultan Syarif Ali, beliau menghapus
Tunggulmanah dan menggantikannya dengan Qadhi. Hal ini disebabkan oleh kuatnya pengaruh pendidikan Agama Islam yang beliau terima. Masyarakat
Melayu lebih sering menyebutkan kebudayaan Melayu dengan Tamadun. Kata ini sendiri berasal dari bahasa Arab, sebagaimana datangnya agama Islam yang menjadi panutan dalam kehidupan mereka.93
Kontrol Belanda atas negara-negara Melayu di Pantai Timur Sumatra dimulai melalui perjanjian dengan Siak Seri Indrapura yang mengklaim suzereignty atas negara-negara Melayu ini. Dengan menandatangani perjanjian dengan Belanda pada tahun 1858, Siak dan ketergantungannya menjadi bagian
93 Ellya Roza. op.cit. Hlm. 19-20.
58
Universitas Sumatera Utara
dari kekaisaran kolonial Belanda. Kontrak Politik tahun 185894 adalah titik awal
Belanda mulai memiliki kekuasaan atas Siak termasuk beberapa wilayah jajahannya. Berawal dari terhasutnya Sultan Ismail yang terpaksa menandatangani
Traktat Siak akibat meminta bantuan Belanda untuk mengusir Inggris dari tanah
Riau. Kontrak tahun 1858 terdapat dalam “persetujuan-persetujuan dari daerah
Swatentra-swatentra (Zelfbesturen)95 dalam Karesidenan Pesisir Timur pulau
Sumatra. Dalam Politik Kontrak tahun 1858 itu dinyatakan bahwa Sultan dan pembesar kerajaan, untuk diri mereka sendiri dan untuk para keturunan mereka bahwa Kerajaan Siak beserta jajahan taklukannya, merupakan bagian dari Hindia
Belanda dan sebagai lanjutannya, ditempatkan dibawah penguasaan Negeri
Belanda. Meliputi wilayah: Siak Asli yang berbatasan dengan Pelalawan dan
Mandau, Tapung Kiri dan Tapung Kanan, pulau Bengkalis, Padang, Pancor, rantau dan Rupat. Serta daerah jajahan Siak pada masa itu.
Dimulai sejak masa VOC dengan beberapa perjanjian perdagangan yang dimulai pada masa Raja Kecik. Sepanjang pemerintahan Kesultanan Siak,
Belanda terlalu banyak ikut campur dalam pemerintahan internal Kesultanan Siak. dari ke-12 Sultan, memang ada yang pro dan banyak yang kontra dengan kebijakan politik Belanda, diantaranya adalah Sultan Syarif Kasim II. Sultan inilah yang paling dibenci oleh Belanda. Sultan Syarif Kasim II hidup dalam lingkungan keluarga yang mengharuskan beliau untuk ditempa sebagai pemimpin rakyatnya kelak. Melihat kebelakang kebesaran kejayaan Kesultanan Siak,
94 Koran De Sumatra Post. De Nieuwe Politieke Contracten. Verschillende te Padang ddo. 13 April 1938. Hlm. 1-2. Isinya: Pembaharuan kontrak-kontrak politik dengan pihak Kerajaan Belanda.
95 W.H.M Schadee. Oostkust van Sumatra Instituut Mededeling No. 2. Geschiedenis van Sumatra Ooskust. (Amsterdam. 1918) hlm. 72-73.
59
Universitas Sumatera Utara
memaksa beliau untuk bisa memperjuangkan rakyatnya, agar tidak terjadi lagi kontrak politik yang merugikan Kesultanan seperti yang sudah berlalu sebelumnya.
Berbagai perjanjian di masa lalu inilah yang membuat Sultan Syarif Kasim
II dalam posisi yang lemah. Disatu sisi tidak mungkin melakukan perlawanan yang frontal karena terbelenggu perjanjian tersebut yang sudah ada bahkan sebelum beliau lahir.
Dalam lingkungan keluarga Kesultanan Siak Sri Indrapura, keturunan dari sultan-sultan Siak terbagi kedalam dua keturunan. Pada awal berdirinya, sultan- sultan yang lahir adalah keturunan dari Melayu Johor, kemudian garis keturunan ini terganti dengan garis keturunan Arab. Tidak heran jika Sultan Syarif Kasim II dikelilingi dengan prinsip Islami yang kuat.
Islam strengthened the ideology of kingship „by depicting a Moslem ruler as “the Shadow of God Upon the Earth”‟ 96
Keberadaan Islam juga semakin melegitimasi kedudukan para pemimin
Muslim yang digambarkan sebagai “bayangan Tuhan di Bumi”.
Sejak awal, beliau di didik untuk menjadi pemimpin selanjutnya menggantikan Ayahanda nya. Tidak lupa juga lingkungan Melayu yang juga turut andil dalam perkembangan pemikiran beliau pada masa itu. Ada beberapa kebudayaan Melayu yang juga ditanamkan dan dilaksakan sehari-hari.
96 Colombijn, Freek. 'Islamic influences on urban form in Sumatra in the seventeenth to nineteenth centuries ce', Indonesia and the Malay World, 32: 93, 2004. Hlm. 249-270.
60
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan kebudayaan Melayu, terkandung nilai-nilai: religius, yuridis, politis, sosial, ekonomis, estetis, dan nilai etis.97
Hal diatas turut membentuk sikap Sultan Syarif Kasim II, mulai dari bertidak dan berfikir. Kesalahan yang mungkin pernah dilakukan oleh buyut beliau justru menjadi alasan kuat untuk melepaskan diri cengkeraman Belanda.
Serta lingkungan beliau dibesarkan juga turut ikut ambil bagian dalam pengembangan karakter beliau. Secara garis besar, hal-hal inilah yang menjadi dasar sikap antipati beliau terhadap Belanda yang selama ini dikenal sebagai
“Sultan Republikan”.
3.1 Nasionalisme dalam Pandangan Sultan Syarif Kasim II
Penjelasan mengenai nasionalisme nampaknya perlu kembali diungkapkan untuk sekedar mengingat pentingnya hal ini bagi integritas suatu bangsa.
Nasionalisme adalah konsep yang datang dari Eropa, yang kemudian diadaptasi dan dikirim ke seluruh dunia. perlu ditekankan makna nasionalisme bagi setiap negara adalah berbeda. Makna nasionalisme di Indonesia berbeda dengan
Malaysia ataupun Singapura dengan alasan bagaimana sebenarnya nasionalisme didapat. Kedua negara ini sama-sama tergabung dalam persekutuan Malaysia
(1963-1965), Singapura kemudian berdiri sendiri menjadi sebuah republik tahun
1965. Bentuk nasionalisme mereka tidak dibangun atas dasar perjuangan yang bersifat tumpah darah, melainkan penyerahan kedaulatan oleh Inggris.
Bekas negara koloni telah mengalami tiga jenis evolusi sehubungan dengan
"negara induk" mereka sebelumnya: (1) kemerdekaan tanpa dekolonisasi, (2)
97 Suwardi MS, Isjoni. Kota dan Dinamika Kebudayaan: Peluang dan Tantangan menjadikan Pekanbaru sebagai Pusat Kebudayaan Melayu di Asia Tenggara 2021. 2006. Hlm. 13.
61
Universitas Sumatera Utara
dekolonisasi tanpa kemandirian, dan (3) kemerdekaan dengan dekolonisasi.98
Pemahaman mengenai bentuk negara, terutama negara yang merdeka setelah mengalami kolonisasi sebelumnya, seerti Indonesia. Indonesia termasuk kedalam golongan yang ketiga. Indonesia merdeka tanpa terikat dengan negara induk lagi, artinya Indonesia mengalami dekolonisasi.
A political doctrine which views the nation as the principal unit of political organization. Underlying this is the assumption that human being holds the characteristic of nationality, with which they identify culturally, economically and politically... nationalism is thus associated with the attempts by national groupings to secure independence from dominance by other nation-states. It is often associated with the struggle against colonialism.99
Perkembangan nasionalisme sendiri mengalami berbagai bentuk dan ekspresi. Doktrin ini kemudian diadopsi oleh sekelompok orang yang dapat mewakili secara kultural, ekonomi dan politis. Nasionalisme juga dipakai sebagai alat untuk mengamankan kemerdekaan dari negara lain atau yang sering diapaki untuk membebaskan diri dari kolonilaisme. Indonesia yang sebelumnya disebut
Hindia Belanda juga adalah bagian dari negara koloni Kerajaan Belanda. Untuk mengikat sekian banyak kelompok orang dipakai lah terma ini sedemikian rupa yang kemudian dapat membuat mereka berpikir kalau mereka adalah a part of something big called nationalism. Rasa kebangsaan ini bukan masalah perasaan.
Ini adalah sebuah kepercayaan bahwa mereka adalah suatu bagian dari
98 Michel Cahen. Nationalism: Deconstructing Synonymy, Investigating Historical Processes: Notes on the Heterogeneity of Former African Colonial Portuguese Areas. Éric MorierGenoud. Sure Road? Nations and Nationalisms in Guinea, Angola and Mozambique, Brill Academlc Publishers, Leyde (Pays-Bas), xxvi+270 p., 2012, ”African Social Studies Series”, 28), 978 90 04 22261 8.
99 David Crystal. The Cambridge Encyclopedia. (Cambridge University Press. 1990)
62
Universitas Sumatera Utara
nasionalisme dan mereka memiliki rasa kebersamaan dan juga berbagi sikap kultur dan tradisi yang sama.100
Sultan Syarif Kasim II, tidak bisa memilih untuk lahir dari keluarga yang berlatarbelakang seperti apa. Sebelum beliau lahir, Kesultanan ini sudah berhadapan dengan Belanda dari berbagai hal. Sejak perjanjian besar 1858, atau sejak dimulainya “kerjasama” antara Belanda dan Kesultanan Siak Sri Indrapura, mereka sudah mengalami ikatan politik. Dengan berbagai polemik, sejak
Kesultanan ini berdiri, hingga beliau berkuasa, Belanda masih tetap dalam posisi yang sama, begitupun setelah Jepang masuk dan akhirnya kalah dalam Perang
Dunia II dan kemudian datang kembali dengan segala cara untuk kembali menguasai Indonesia. Sikap Sultan Syarif Kasim II tetap sama, ia tidak suka dengan Belanda. Beliau adalah sosok yang paling nasionalis, yang cepat mengakui kemerdekaan Indonesia dan tidak segan untuk memutuskan bergabung dengan Indonesia.101
Ukuran nasionalisme seseorang pada masa itu, masa revolusi yang semuanya berlangsung secara cepat, pergolakan, ketidaksabaran pemuda agar para
Sultan harus segera memilih antara Republik Indonesia atau kekuasaannya dan sebagainya tidak bisa disamakan dengan masa sekarang. Mereka, para Sultan itu memiliki kekuasaan yang sah dan berdaulat atas wilayah yang mereka miliki, berbeda dengan Indonesia yang masih negara baru. Sultan yang merasa kebingunan dan dianggap tidak mau bergerak cepat dalam merespon kemerdekaan ini kemudian dicap sebagai orang pro-Belanda. Kilasan kejadian yang terjadi
100 Thesis Shri Rajendra Lokhande. Nationalism in Indian Poetry In English. Shivaj University, Kolhapur. 2002. Hlm. 2.
101 Wawancara dengan Bapak Prof. Suwardi MS pada 5 September 2018 di Pekanbaru pukul 10.00 WIB.
63
Universitas Sumatera Utara
pasca proklamasi tersebut benar-benar membuat semua orang kembali mempertanyakan sikap para sultan yang cenderung lamban.
Sultan Siak mungkin adalah penguasa Melayu pertama (baik di Malaya atau
Sumatra) yang secara terbuka menyatakan kesediaannya untuk merestrukturisasi pemerintahannya sesuai dengan demokrasi. Pernyataannya penting untuk memperjelas bahwa ia menerima Konstitusi Republik sebagai di atas status pribadinya. Seperti yang telah kita lihat dalam bab sebelumnya, tidak ada penguasa tunggal di semenanjung Melayu yang siap membuat pernyataan bahwa ia akan bersedia untuk merestrukturisasi pemerintahannya dan menerima peran konstitusional.
Seperti yang sudah diuraikan diatas, Sultan Syarif Kasim II terlambat mendengar berita proklamasi Indonesia, kabar ini didapat dari Pekanbaru. Begitu mendengar kabar ini, beliau langsung bergegas mengabari kesediaan Sultan Siak
Sri Indrapura untuk bergabung dengan Republik Indonesia. Sikap ini diterima dengan sangat baik oleh rakyat Siak.102 Tidak ada pertentangan yang datang.
Rakyat Siak justru mendukung keputusan pemimpin mereka. Suatu hal yang patut diapresiasi.
Lahirnya atau terbentuknya sikap nasionalisme yang sedemikian rupa adalah berkat pendidikan yang beliau dapat. Untuk memakai mahkota kerjaan, artinya beliau harus siap menanggung semua hal yang ada dihadapannya.
Kesultanan ini sudah terlalu lama berkutat dengan Belanda. Beliau tahu, cara untuk menghadapi Belanda adalah terus memperbaiki pendidikan rakyat Siak.
Ditambah lagi beliau juga mengikuti pergerakan nasional Indonesia pada saat
102 Ibid.
64
Universitas Sumatera Utara
bersekolah di Batavia. Hal unik lainnya adalah sekalipun belajar dibawah bimbingan Snouck Hurgronje, hal ini justru tidak mempengaruhi niatan beliau untuk belajar dan tidak terpengaruh, justru semakin menambah niatnya untuk tidak “dekat” dengan Belanda dan justru mempertebal rasa nasionalisme beliau.
Ganjaran yang beliau dapat atas nasionalisme yang begiu tinggi ini adalah gelar
Pahlawan Nasional pada 6 November 1998.103
“Sultan meninggal dalam keadaan miskin. Hal ini berbeda dengan kesultanan lain yang masih menyimpan kekayaan. Bahkan di Solo dua kubu berebut.”104
Alasan mengapa Kesultanan Siak Sri Indrapura tidak seperti kerajaan di
Jawa adalah mereka hanya mengakui secara administratif bahwa Republik
Indonesia sudah merdeka dan kerajaan mereka adalah bagian dari hal tersebut, bukan menyerahkan seluruh harta kekayaan dan memilih untuk hidup menjadi
“orang biasa”. Keputusan Sultan yang sangat berani ini bukan tanpa alasan.
Sebelumnya memang sudah ada surat dari ayahanda beliau Sultan Syarif Hasyim yang menyatakan bahwa apabila tidak ada lagi keturunan dari Kesultanan Siak Sri
Indrapura, maka seluruh barang-barang yang ada di istana dan istana tersebut boleh didiami, kalu tidak ada yang mendiami boleh disewakan, yang hasilnya akan dibagi kepada keturunannya, dengan ukuran bagian laki-laki dua kali lebih besar daripada bagian perempuan, tapi tidak boleh dijual. Jika tidak ada yang ingin mendiami ataupun menyewa, maka urusan Wazir untuk menyewa penjaga dan membersihkan istana.105 Hal ini juga dibenarkan salah satu narasumber
103 Berdasarkan Keppres No. 109/TK/1998, tanggal 6 November 1998.
104 Republika. Dedikasi Sultan Syarif Kasim II untuk Indonesia. https://m.republika.co.id/ amp/mt2k6g diakses 1 Februari 2019 pukul 08.00 WIB.
65
Universitas Sumatera Utara
penulis yang mengatakan bahwa Sultan Syarif Kasim II tidak memiliki anak dari empat pernikahan beliau sebelumnya.
3.2. Siak Sri Indrapura di bawah Pemerintahan Sultan Syarif Kasim II
Pendapatan kerajaan Siak dipakai untuk kepentingan rakyat dan Sultan bertanggungjawab untuk membangun sarana prasarana seperti bidang edukasi.
Sultan percaya rakyat bisa maju jika ranah pendidikan lebih dikembangkan.
During Syarif Kasim Sultan II era, because the most prominent service is education, management makes plan carefully, especially in relation to finance. The financial plan needs accountability and ultimately need accounting. But the physical evidence related to accounting is not found, unless there were descriptions (manuscript of income and expenditure list). Accounting period ending of Syarif Kasim Sultan is marked by Siak King Crown to Government of Indonesia Republic. It has a meaning the end of Siak era and joins to Indonesia Republic without desire to master the kingdom property.106
Selama era Sultan Syarif Kasim II, pelayanan yang paling menonjol adalah pendidikan, diperlukan perencanaan yang hati-hati terkait dengan masalah keuangan. Mengenai catatan keuangan mengenai hal ini sama sekali tidak ada bukti fisiknya, yang ditemukan hanyalah deskripsi (naskah pendapatan dan daftar pengeluaran). Catatan keuangan berakhir sejak Sultan menyerahkan mahkota ke
Republik Indonesia, artinya Kesultanan Siak Sri Indrapura berakhir tanpa keinginan untuk menguasai properti kerajaan.
Struktur pemerintahan selama Sultan Syarif Kasim II awalnya diciptakan untuk mengakomodasi keterlibatan sistem dalam keluarga kerajaan. Tetapi dalam perkembangannya, sistem untuk mengakomodasi keluarga telah berubah sedikit
105 Pernyataan ini terdapat dalam surat/pemberitahuan “Kemudian Hendaklah Mengetahui” yang salinan awalnya ditulis dalam aksara Arab-Melayu kemudian sudah diterjemahkan salinannya kedalam Bahasa Melayu dan Inggris. Salinan ini bisa juga dibaca di Istana Siak Sri Indrapura. Lihat lampiran halaman 125
106 Hadri Mulya. Revealing Accounting Episteme at Sultan Syarif Kasim Era, Kingdom of Siak Sri Indrapura, Riau Indonesia (1908-1946). Aust. J. Basic & Appl. Sci., 10(4): 157-166, 2016. Hlm. 163.
66
Universitas Sumatera Utara
demi sedikit untuk memasukkan yang bukan keturunan bangsawan atau bangsawan untuk menajadi bagian dri sistem pemerintahan.
Sultan form of responsibility for the use of funds is the most prominent kingdom by building various educational institutions to educate people at time. Syarif Kasim Sultan believes that property only as a surrogate of God almighty. Therefore, he is not a king who likes to accumulate wealth in its heyday.107
Sultan bertanggungjawab dalam menggunakan dana kerajaan dengan membangun berbagai institusi pendidikan untuk mendidik orang pada saat itu.
Sultan Syarif Kasim II percaya bahwa harta adalah milik Tuhan.
Sebagian besar dana Kesultanan Siak digunakan untuk membangun sekolah dalam rangka memajukan pendidkan rakyat Siak. Pada saat Sultan Syarif Kasim II mengetahui kemerdekaan Republik Indonesia, Sultan memberikan uang sejumlah f 13.000.000 untuk keperluan perjuangan RI.
Pada tahun 1905 didirikanlah sekolah kerajaan (landschap) oleh Datuk
Syahbandar bertempat di kompleks rumah-rumah kedai sultan di Jalan Kota Baru sekarang. Sekolah ini disebut Volkschool (sekolah rakyat) atau “Sekolah Desa”.
Lamanya waktu sekolah hanya tiga tahun. Setelah tamat tiga tahun kepada murid- murid diberikan tanda tamat belajar yang ditandatangani oleh kepala sekolah. Di samping itu diberikan pula selembar potret Raja Belanda dengan maksud supaya rakyat lambat laun mencintai raja tersebut.108
Sayangnya tidak dapat ditelusuri siapa-siapa gurunya dan bagaimana kurikulumnya. Hanya satu yang dapat dipastikan, bahwa waktu itu selain mempelajari huruf Latin, juga diajarkan menulis dan membaca aksara Arab
107 Ibid. Hlm. 164.
108 Suwardi MS, dkk. Dari Kebatinan Senapelan ke Bandaraya Pekanbaru. (Pekanbaru: Alaf Riau. 2006) hlm. 68.
67
Universitas Sumatera Utara
Melayu. Anak-anak yang lulus sekolah di desa tersebut pada umumnya sudah cukup umur untuk kawin, karena pada waktu itu masuk ke sekolah umurnya sudah di atas sepuluh tahun. Keinginan untuk bersekolah sangatlah rendah, bahkan belum ada anak-anak wanita yang bersekolah.109
Sekitar tahun 1917, di masa pemerintahan Datuk Pesisir Muhammad Zen, didirikan pula sekolah baru yang dinamakan Gouvernement Inlandsche School
(Sekolah Melayu Gubernemen) yang biasa disebut “Sekolah Melayu” saja. Papan nama sekolah ini ditulis dengan huruf Latin dan dibawahnya ditulis pula dengan huruf Arab Melayu.
Maksud Belanda mendirikan sekolah ini terutama adalah untuk memudahkan mendapat tenaga bumi putra yang dijadikan opas kantor atau pengantar surat. Untuk pekerjaan tersebut cukuplah tamatan Sekolah Desa yang tiga tahun. Berdirinya sekolah Melayu yang lima tahun dimaksudkan pula untuk dapat memperoleh tenaga-tenaga yang dapat menjadi juru tulis, opas bom (bea cukai), polisi dinar dan lain-lain yang setaraf dengan itu.
Sekolah yang mengajarkan bahasa Belanda tidak terdapat di Pekanbaru, sehingga bagi peminat-peminat yang ingin memasuki sekolah yang demikian, yaitu Hollandsch Inlandsche School (HIS) haruslah pergi ke Siak Sri Indrapura, karena di sanalah sekolah yang demikian ada satu-satunya untuk seluruh Riau
Daratan bagian Utara.
Tahun 1924 berdiri pula sekolah agama yang bernama “Annahdah”. Salah seorang pengurus sekolah tersebut adaah Guru Ismail. Dalam tahun 1934 berdiri
109 Ibid. Hlm. 69.
68
Universitas Sumatera Utara
pula madrasah yang bernama “Lajnah Khairah”. Kedua sekolah tersebut mengajarkan pengajian al-Quran dan pengetahuan agama Islam.
Karena sukarnya bagi anak-anak Pekanbaru untuk pergi ke Siak memasuki sekolah HIS, atas prakarsa pemuka-pemuka masyarakat di Pekanbaru didirikan pula tahun 1937 sekolah HIS Partikulir (swasta) di Pekanbaru. Keadaan sekolah ini kurang memuaskan karena sekolah swasta di masa itu tidak disukai oleh
Belanda, sebab pada umumnya sekolah swasta menanamkan semangat nasionalisme.
Bagi anak-anak yang ingin melanjutkan sekolah, baik sekolah umum pemerintah maupun sekolah agama, melanjutkan sekolahnya ke Sumatera Barat seperti Parabek, Bukittinggi, Padang Panjang atau Padang, keadaan tersebut tidak meningkat hingga berakhirnya penjajahan Belanda di Indonesia.110
Sedikit banyaknya, cara yang Sultan Syarif Kasim II lakukan untuk terus melawan Belanda adalah dengan memajukan Pendidikan dan sedikit mengenai militer sebagai bentuk perlindungan dan berjaga-jaga apabila terjadi konfrontasi dengan Belanda. Secara pribadi, penulis sangat menghormati sikap beliau ini.
Untuk mengejar berbagai ketertinggalan yang dialami rakyat Siak, beliau membangun sekolah sebagai sarana edukasi bagi rakyat Siak. usahanya ini bukan tak mendapat penolakan dari Belanda, Belanda menentang keras, namun Sultan
Syarif Kasim II lebih gigih lagi dalam memperjuangkan hak rakyatnya. Sebelum
1945, Sultan Syarif Kasim II menentang Belanda dengan berbagai cara, di antara contoh-contoh penentangan terhadap pemerintah kolonial adalah beliau menyerukan pertemuan dengan Dewan Kerajaan dan menunjuk orang Indonesia
110 Suwardi MS, dkk. Dari Kebatinan Senapelan ke Bandaraya Pekanbaru. (Pekanbaru: Alaf Riau. 2006) hlm. 70.
69
Universitas Sumatera Utara
untuk mengajar di sekolah-sekolah lokal, meskipun kedua tindakan ini dilarang oleh Belanda.111
Beliau bersama permaisuri membangun beberapa sekolah diantaranya: 1)
HIS (Hollandsch Inlandsche School) adalah HIS pertama di Riau, 2) Latifah
School adalah sekolah khusus putri pertama di Riau, 3) Madrasah Taufiqiyah Al-
Hasimiyah adalah sekolah khusus putra dan 4) Madrasah An-Nisa‟ adalah sekolah khusus putri.112
Beliau juga menempuh pendidikan pada 1904 di Instituut Beck en Volten113 di Batavia, disana beliau mendapat didikan dari Snouck Hurgronje114 untuk mendalami ilmu hukum dan ilmu ketatanegaraan dan Sayid Husein al-Aidit untuk memperdalam hukum Islam. Uniknya, meskipun belajar dalam asuhan Hurgronje, hal ini tidak lantas membuat sikap anti-kolonial Sultan Syarif Kasim II pudar.
Justru memacu dirinya untuk terus menimba ilmu meskipun dari seseorang dengan latar belakang politik yang berbeda. Di era pergerakan nasional pun, saat sebagian orang sudah melek literasi dan sebagainya, Sultan Syarif Kasim II tetap mementingkan pendidikan rakyatnya.
Pendidikan kurang lebih dapat menjadi alasannya. Sultan Syarif Kasim II menempuh pendidikannya di Batavia, tepatnya di Institut Beek en Volten, belajar
111 Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (Netherlands). Anthropologica Vol. 153. (M. Nijhoff Publisher. 1997) hlm. 517
112 Tesis Muhammad Hafiz. Pendidikan di Kerajaan Siak Sri Indrapura: Telaah Historis Pendidikan di Era Sultan Syarif Kasim II. Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. 2012. Hlm. 112. Lihat juga Wilaela dalam Sultanah Latifah School di Kerajaan Siak (1927-1945) pada jurnal Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya Vol. 11, No. 1 januari-Juni 2014.
113 J.H. de Bussy. De Indische Gids Vol 18 Bagian 2. (Cornell University. 1896) hlm. 1471.
114 Iswara N Raditya dalam tirto.id 8 Januari 2018 judul: Ketika Sultan Siak Menyerahkan Seluruh Hartanya untuk Republik.
70
Universitas Sumatera Utara
mengenai ilmu hukum, ketatanegaraan dan pendidikan Islam. Masa pendidikan ini ia tempuh dari tahun 1904-1915.
Ilmu yang beliau terima jelas merupakan modal dalam melaksanakan tugasnya selaku sorang raja. Siak merupakan Kesultanan Melayu yang menerapkan nilai-nilai Islam dalam segala sendi kehidupan kerajaan. Dalam hal ini, raja bukan hanya sekedar pemimpin, namun juga berlaku sebagai khilafah atau wali Allah.115 Selain itu, ide-ide baru mengenai demokrasi dan masalah kemanusiaan dan hak asasi manusia juga beliau dapatkan disana. Beliau merasa sangat ironis, negara eropa yang lahir dengan konsep demokrasi dan kemanusiaan justru tidak menerapkannya sama sekali di wilayah jajahan mereka. Ia dengan sepenuh hati bertekad untuk tetap terus melawan kolonial Belanda, terutama di wilayah Kesultanan Siak.116
Belanda mulai merasa bahwasannya Sultan Syarif Kasim II mulai menunjukkan sikap nasionalis. Sultan Syarif Kasim II belajar ketatanegaraan dibawah didikan Prof. Snouck Hurgronje, beliau sudah paham betul bahwasannya ini merupakan taktik Belanda agar Sultan mau menjadi “boneka” Belanda.117
Bahkan, pada saat libur/vacantie, Sultan Syarif Kasim II tidak diperbolehkan untuk pulang ke Siak, beliau justru berlibur ke Langkat ke tempat pamannya
Tengku Embung Pangeran Jaya Setia, karena Belanda tidak mengizinkannya.
Belanda takut, sultan akan melakukan hubungan politik dan bergaul dengan
115 Suwardi, MS, dkk. op.cit. Hlm. 17.
116 Ibid. Hlm. 18.
117 Ibid. Hlm. 19-20. Lihat juga Timothy P. Barnard, Local Heroes and National Consciousness: The Politics of Historiography in Riau. Hlm. 8.
71
Universitas Sumatera Utara
orang-orang politik di Siak. Pergerakannya pun terus dibatasi dan diawasi oleh
Belanda.118
Berkembangnya organisai-organisasi pergerakan pada saat itu, turut ikut andil dalam pembentukan sikap Sultan Syarif Kasim II menjadi seorang yang nasionalis. Beliau yang belajar di Batavia, juga menerima pembaharuan- pembaharuan yang dilancarkan oleh kaum pergerakan pada masa itu119. Sepanjang hidupnya, beliau mencoba menanamkan pendidikan di Siak, melalui pendidikan, rakyat diharapkan mampu lebih pintar dan mendapatkan ilmu serta pemahaman mengenai segala hal dalam bidang pendidikan, agar tidak selama terbelenggu dalam kebodohan dan penjajahan.
Sikap Sultan Syarif Kasim II pada masa itu lebih condong ke arah untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan, sehingga pilihan Republik Indonesia adalah hal yang paling sesuai untuk diambil pada saat itu, ketimbang kembali kedalam belenggu penjajahan, lebih baik mengorbankan segalanya demi Republik
Indonesia. Keputusan yang sebenarnya berat dan menguras mental ini adalah jalan yang kiranya keputusan yang cukup baik untuk diambil pada saat itu, melihat situasi dan kondisi politiknya. Pengorbanan dari Sultan Syarif Kasim II bukan hanya pengorbanan moril tapi juga materil demi menghilangkan kolonialisme ditanah Siak. 120
118 Tim Penulis Sejarah Kerajaan Siak. Sejarah Kerajaan Siak. (Pekanbaru: CV. Sukabina Pekanbaru. 2011) hlm. 155.
119 Suwardi, MS. Loc.cit, hlm. 61.
120 Edyanus Herman Halim. Mengapa Harus Merdeka? Tangis dan Darah rakyat Riau dalam Memperjuangkan sebuah Marwah. (Pekanbaru: UNRI Press. 2001) hlm. 9.
72
Universitas Sumatera Utara
Dengan telah dikibarkannya Sang Merah Putih, maka terpikul tanggung jawab di bahu rakyat, terutama para pemuda untuk membela tanah air yang telah diproklamirkan. Dengan demikian perjuangan tidak lagi dapat dilakukan sendiri- sendiri, tidak terorganisasi. Segala sesuatunya harus ada yang memberi komando dan yang menjalankan komado. Maka dari itu terbentuklah organisasi pemuda di
Pekanbaru, yaitu Pemuda Republik Indonesia (PRI) yang merupakan organiasi tunggal. Seluruh pamuda harus bergabung dalam organisasi ini. Sebagai pimpinan
PRI ini adalah:121
Ketua : Basroel Jamal
Ketua Bagian Keamanan : Zalik Aris
Sekretaris : A. Razak Ali
Pembantu-pembantu : Saiman Jamian
R. Soekana
Thoha Hanafi
Usman Pohan
Ali Rasyid
Mansyurdin
Jahja Atan
Sebagai perwujudan adanya demokrasi, dengan Maklumat Wakil Presiden
Mohammad Hatta No. X tanggal 1 November 1945, terbentuk pulalah partai- partai politik di Pekanbaru, yaitu:122
121 Suwardi, MS. op.cit, hlm. 108.
122 Suwardi, MS. Loc.cit, hlm. 109.
73
Universitas Sumatera Utara
1. Partai Nasional Indonesia (PNI)
2. Partai Masyumi
3. Partai Komunis Indonesia (PKI)
4. Partai Sosialis Indonesia (PSI)
5. Parkindo
6. Partai Murba
Sebelum lahirnya partai-partai politik tersebut, semuanya terhimpun dalam
PRI. PRI kemudian membentuk Barisan-Barisan Pemuda bersenjata yang merupakan bibit Tentara Nasional Indonesia. Barisan Pemuda ini dipimpin oleh
Hassan Basrie, bekas opsir Gyu Gun. Barulah setelah itu terjadilah pemisahan- pemisahan kekuatan pemuda, karena partai tersebut masing-masing membentu pula barisan perjuangannya, yaitu123:
PNI : Pemuda Demokrat Indonesia (PDI)
Wanita Demokrat Indonesia (WDI)
Masyumi : Lasykar Sabilillah
Barisan Muslimat
Gerakan Pemuda Islam (GPI)
Gerakan Wanita Islam (GWI)
PSI : Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo)
Wanita Sosialis Indonesia (WSI)
PKI : Tentara Merah Indonesia (TMI)
Pemuda Rakyat Indonesia
Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani)
123 Suwardi MS, dkk. Dari Kebatinan Senapelan ke Bandaraya Pekanbaru. (Pekanbaru: Alaf Riau. 2006) hlm. 108-110.
74
Universitas Sumatera Utara
Barisan Tani Indonesia (BTI)
Sentral Organisasi Buruh Indonesia (Sobsi)
Parkinido : Pemuda Kristen Indonesia
Wanita Kristen Indonesia
Selain itu berdiri pula organisasi-organisasi pemuda yang tidak berafiliasi, yaitu Angkatan Muda PTT (AMPTT), Pemuda Putri Indonesia (PPI), dan Pemuda
Pelajar Indonesia. Tidak pula ketinggalan terbentuknya organisasi kemanusiaan, yaitu Palang Merah Indonesia (PMI). Begitu juga halnya dengan kaum ibu-ibu tidak ketinggalan dengan membentuk Persatuan Wanita Republik Indonesia
(Perwari).
Dengan telah berdirinya banyak organisasi-organisasi pemuda yang berafiliasi maupun yang non-afiliasi, maka hilanglah organiasasi tunggal yang telah banyak berjasa tadi, yaitu PRI. Supaya organisasi pemuda tadi tidak terpisah-pisah, dibentuklah suatu badan organisas Dewan Pimpinan Pemuda
Republik Indonesia (DPP RI). Dalam dewan ini duduklah wakil-wakil semua organisasi pemuda yang ada. DPP ini secara vertikal berpusat kepada Kongres
Pemuda Indonesia yang berkedudukan di pusat Pemerintahan Republik.124
Semua organisasi-organisasi tersebut, baik yang berbentuk lasykar maupun tidak, setiap sore mengadakan latihan baris-berbaris dan cara-cara menggunakan senjata bertempat di Lapangan Kampung Bukit dan Lapangan Markas bekas PRI.
Sarikat Islam masuk ke Riau melalui wilayah Sumatera Barat. Paham ini dibawa oleh para pedagang dan pemuka agama. Hal ini dipelopori oleh Haji
124 Suwardi, MS. op.cit. Hlm. 110.
75
Universitas Sumatera Utara
Mohammad Samin, Sarikat Islam berdiri di Pekanbaru pada tahun 1916, dengan pengurus:
Voorziter : Abdul Rachman
Vice Voorziter : Haji Muhammad Amin
Sekretaris : A. Salam
Vice Sekretaris : Hasan Guru
Komisaris : Muhamad Jamal
Di Bengkalis, Sarikat Islam dipelopori oleh Haji Muhammad tahun 1917 yang dipengaruhi oleh Sumatera Timur.125 Organisasi ini mengalami perkembangan pesat dan menimbulkan kekhawatiran Belanda atas kemungkinan bersatunya kekuatan Islam, maka Belanda akan kesulitan untuk menumpasnya.
Ditambah lagi di wilayah Bengkalis pada masa ini dijadikan tempat pembuangan orang-orang Belanda yang simpati terhadap perjuangan rakyat Indonesia.126
Sarikat Islam di Siak dipelopori oleh Muhamad, abang Dt. Ahmad, Datuk Anis, dll. Sarikat Islam sudah banyak berkembang di wilayah Riau sekitar abad 20.
Menunjukkan bahwa ide-ide organisasi mudah diterima dan dijadikan alat pemersatu.
Untuk organisasi yang bersifat sosial belum banyak berkembang di Riau, dikarenakan belum menjadi kebutuhan masyarakat Riau. Sultan Siak juga secara
125 Tim Penulis Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Riau. (Pekanbaru: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1986) hlm. 42.
126 De Korte (Bea Cukai), Dornick, Stockvis (Kepala Pajak).
76
Universitas Sumatera Utara
berkala memberikan bantuan berupa zakat kepada rakyat. Ditambah lagi jumlah rakyat Riau yang jumlahnya sedikit.127
Untuk gerakan wanita di Riau, perempuan secara adat memang dibatasi geraknya. Aktivis wanita sangat kurang, terlebih tidak adanya sekolah bagi perempuan (Meisjes School) di Riau pada saat masih di bawah Hindia Belanda.
Tahun 1942 baru didirikan Meisjes Vevolgschool di Teluk Kuantan. Adat tidak memberikan ruang bagi perempuan untuk maju, ditmabah lagi dengan tetua adat yang masih konservatif dari segi pemikiran.
Pergerakan wanita hanya berjuang untuk mempertinggi kedudukan sosial.
Soal-soal politik seperti hak, pemilihan, sama tidak menjadi perundingan, sebab kaum laki-laki pun tidak mempunyainya, soal kemerdekaan tanah air sama sekali masih jauh dari padanya. Faham tentang budi pekerti, keagamaan dan adat, masih menjadi rintangan terbesar baginya untuk bertindak ke arah lebih jauh dari pada apa yang dekat-dekat terletak di depannnya saja.128
The fact that the state reflects only certain interests is indicated by the gap between state rhetoric and the practice o many Indonesians as far as gender is concerned. For instance, throughout the twentieth century the Indonesian state upheld the notion of kodrat, or natural destiny, for men and women, projecting men as primary income-earners and women as child-rearers and housewives.129
Keadaan wanita inilah yang membuat Sultan Syarif Kasim II menaruh perhatian lebih dengan mendirikan sekolah khusus untuk perempuan pertama di
Riau yaitu Sultanah Latifah School pada tahun 1928 demi kemajuan para
127 Tim Penulis Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. op.cit. Hlm. 43.
128 A.K Pringgodigdo. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. (Jakarta: Pustaka Rakjat.1980) hlm. 19.
129 Susan Blackburn. State Gender Ideologies and the Women‟s Movement. (Cambridge University Press. 2004) hlm. 11.
77
Universitas Sumatera Utara
perempuan Riau. Selama ini kebanyakan perempuan hanya mengikuti kodrat sebagai ibu rumah tangga.
Walaupun politik keras terhadap gerakan non-koperasi tidak sehebat yang dilakukan oleh Belanda di Jawa misalnya, tetapi tindakan tersebut dilakukan juga di daerah ini. Gerakan non-koperasi di Riau pada umumnya belum digerakkan melalui suatu organisasi, tetapi lebih banyak dilakukan oleh tokoh-tokoh terkemuka dalam masyarakat. Dan kenyataannya memang di daerah Riau tidak pernah muncul organisasi yang menjunjung dasar non-koperasi, seperti misalnya
PNI, yang kemudian dilanjutkan oleh Partindo, PNI Baru dan lain-lain. Walaupun
PNI sebagai salah satu organisasi politik yang menjalankan secara tegas dasar non-koperasi itu tidak pernah lahir di Riau dalam masa penjajahan Belanda, namun di sana ada juga golongan yang menamakan dirinya “pengikut
Soekarno”.130
130 Tim Penulis Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Riau. (Pekanbaru: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1986)
78
Universitas Sumatera Utara
BAB IV KEBIJAKAN SULTAN SYARIF KASIM II PADA MASA REVOLUSI
4.1. Upaya Sultan Syarif Kasim II Mempertahankan Republik Indonesia melalui Diplomasi
Tahun 1946, Siak terlibat dalam pertemuan dengan Gubernur Sumatera,
T.M. Hasan untuk membicarakan perihal penyerahan kekuasaanya ke pemerintah
Republik Indonesia, beliau berangkat meninggalkan Siak menuju Medan. Dalam minggu berikutnya, wartawan-wartawan Soeloeh Merdeka terus mengikuti Sultan ini untuk menyiarkan pernyataan-pernyataan pro-republiknya yang disampaikan pada pertemuan-pertemuan sederhana dengan pemimpin-pemimpin moderat.
Pidato Gubernur Sumatera didepan para Sultan dan raja-raja Sumatera
Timur pada tanggal 3 Februari 1946. Di dalam isi pidato tersebut berisi acuan mengenai tegaknya Negara Republik Indonesia.131
“pada hari ini akan kita uraikan dengan panjang lebar sikap Republik terhadap daerah istimewa di Sumatera Timur ini, supaja terang bagi tuan- tuan sekalian dan supaja keterangan ini dapat dijadikan dasar untuk peundingan nanti tentang badan-badan perwakilan dan tjorak pemerintahan.”
Daerah Zelfbestuur diakui oleh Negara Republik Indonesia.
Dalam Undang-undang Dasar NRI pasal 18 dan peraturan tambahan tentang daerah ajat 2, diakui dengan terus terang segala Zelfbestuur jang ada sekarang di Indonesia. dengan pengakuan ini NRI membuktikan, bahwa belum ada niatnja hendak menjingkirkan atau menghilangkan keradjaan- keradjaan, jaitu daerah-daerah istimewa, dalam lingkungan Negara Republik Indonesia.
Di pidato tersebut juga diuraikan bahwasannya pemerintahan kerajaan pada masa itu adalah semu, karena para Raja harus mengakui kedaulatan Ratu dan Raja
Belanda serta harus tunduk pada Gubernur Jenderal dengan politik kontrak atau
131 Conferentie met de Zelfbesturen met Lang Politiek Contract Ter Oostkust van Sumatra ten Gouverneurshuize Polonia Medan op Woensdag. 20 Februari 1935.
79
Universitas Sumatera Utara
korte verklaring yang bersifat bilateral tetapi pada hakikatnya dipaksakan kepada
Raja-raja oleh pemerintah Hindia Belanda. Sedangkan corak pemerintahan pada saat itu adalah dualisme dan indirect rule (Raja dijadikan sebagai alat pemerintah
Hindia Belanda).
Sistem baru yang harus dianut oleh para Raja sebagai bentuk penyesuaian adalah mereka harus meyesuaikan dirinya sebagai autokrat sekaligus demokrat dalam waktu yang bersamaan. Pemeberian daerah istimewa dengan Raja diberi kedudukan luar biasa untuk memimpin daerahnya, dengan kata lain berbentuk pemerintahan yang feodal.
Isi pidato ini secara garis besar menunjukkan bahwa para Raja pada hakikatnya setuju dan mendukung pendirian Negara Republik Indonesia, dengan bentuk pemerintahan yang feodal, dalam arti khusus memiliki hak-hak istimewa tertentu.
Hal ini berbanding terbalik dengan sikap para tokoh yang menganggap bentuk pemerintahan yang feodal adalah kolot dan harus dihapuskan. Pemikiran tentang feodalisme kemudian dianggap sebagai sesuatu yang sudah usang dan sudah sepatutnya untuk diganti. Ada beberapa indikasi penolakan yang dilakukan oleh sejumlah pihak yang ingin melakukan revolusi dan mengganti pemerintahan autokrasi dengan pemerintahan yang demokratis.
Pada 3 Februari 1946, pertemuan untuk membicarakan hubungan kedudukan daerah-daerah istimewa dengan Negara Republik Indonesia.
Pertemuan di gedung KNI Sumatera Timur di Sukamulia, Medan. Di lokasi ini berlangsung musyawarah antara pemerintah NRI dengan Sultan-sultan dan Raja- raja Sumatera Timur.
80
Universitas Sumatera Utara
Dari pihak NRI:
Mr. Teuku Mohammad Hassan : Gubernur Sumatera
Tengku Hafaz : Residen Sumatera Timur
Dr. Mohammad Amir : Wakil Gubernur Sumatera
Abdul Karim M.S : Residen Diperbantukan
Abu Bakar : Inspektur Pendidikan Sumatera
Mutallib Moro : Jaksa Tinggi, Kepala Kejaksaan
Dr. Tengku Mansur : Inspektur Keseharan
Dr. Sahir : Kepala Jawatan Kesehatan
Mr. Muhammad Jusuf : Walikota Medan
Serta Mr. Teuku Hanafiah, Tengku Dhamrah, M. Junus Nasution, Dr. R.
Pirngadi, R.M. Amrin, Mr. Tengku Bahriun, Mas Tahir, Dr. Ferdinand
Lumbantobing, dst. Wakil-wakil pemerintahan dari Tanah Karo, Simalungun,
Serdang, Deli, Langkat,Asahan dan Labuhan Batu. Dari pihak Kerajaan, hadir:
Sultan Langkat, Sultan Siak, Sultan Deli, Sultan Asahan, Putra Mahkota Serdang,
Raja Tanah-Jawa, Sibayak Sarinembah, Yang Dipertuan Kualuh dan Leidong,
Sutan Bilah, Raja Siantar, Raja Inderapura, Sibayak Barus-Jahe, Raja Suku Dua,
Raja Limapuluh, Sutan Panei, Raja Suka, Sibayak Lingga, Sibayak Kutabuluh,
Raja Panei, Raja Purba, Raja Silima Kota dan Raja Raja. Wakil-wakil KNI
Sumatera Timur, diantaranya Ketuanya Mr. Luat Siregar.
Sri Sultan Siak Sri Indrapura dalam upacara di Istana berikrar akan sehidup semati bersama rakyatnya untuk kepentingan Republik Indonesia.132 Permaisuri
132 GN-PPNK. 2006. Riwayat Hidup Singkat dan Perjuangan Almarhum Sultan Syarif Kasim II. Jakarta: Departemen Sosial, Rektorat Urusan Kepahlawanan dan Perintis Kemerdekaan. Hlm. 3
81
Universitas Sumatera Utara
meletakkan tanda merah putih dilengan Sultan sebagai lambang Tentara
Keamanan Rakyat. Sultan menyumbangkan uang 20.000 Rupiah untuk keperluan perjuangan NRI dan berjanji selanjutnya, jika negara menghendaki, akan menjual semua harta istana untuk keperluan perjuangan Republik Indonesia.
Usaha-usaha pemerintah Republik Indonesia untuk membujuk kerajaan- kerajaan supaya bekerjasama dan mendirikan suatu pemerintahan Republik yang efektif dan berkesan tidak lagi diterima dengan simpati oleh pemuda-pemuda
Indonesia yang telah sadar tentang kekuatan mereka dan kelemahan kerajaan- kerajaan di Sumatera Timur. Walaupun Gubernur Mr. Hasan tidak mau menggantikan orang kerajaan yang dilantik dalam pemerintahan Republik, didapati bahwa KNI-KNI tempatan telah melantik orang-orang mereka yang telah mengambil alih kuasa pegawai-pegawai kerajaan.133 Hal inilah yang nantinya akan menjadi salah satu alas an pecahnya Revolusi Sosial di Sumatra Timur.
Para sultan diwilayah Sumatera Timur tidak bias mempertahankan kedudukannya masing-masing akibat tekanan yang mereka terima pasca Sultan
Syarif Kasim II memilih bergabung dengan Republik Indonesia. Pada 1
November 1945, Sultan Siak telah mengikrarkan kesetiaan dengan rakyat dalam usaha membela Republik, kemudian beliau menyumbangkan 20,000 rupiah untuk perjuangan kemerdekaan dan jika diperlukan beliau bersedia menjual semua harta kekayaannya untuk kepentingan Republik Indonesia.134
Sultan Syarif Kasim menyediakan suatu kesempatan yang amat berharga bagi Gubernur Mr. Hasan untuk membuktikan kebijaksanaan politiknya dalam
133 Ariffin Omar. Revolusi Indonesia dan Bangsa Melayu: Runtuhnya Kerajaan-Kerajaan Melayu Sumatera Timur pada Tahun 1946. (Pulau Pinang: Penerbit Universiti Sains Malaysia. 1999) hlm 68.
134 Ibid.
82
Universitas Sumatera Utara
membantu kerajaan mengadakan perubahan dalam pemerintahan mereka yang sesuai dengan tuntutan zaman.
Mungkin kata-kata Gubernur Mr. Hasan itu bertujuan untuk menerangkan kepada sultan-sultan di Sumatera Timur bahwa mereka tidak ada pilihan lagi dan mesti bekerjasama dengan pemerintah Republik Indonesia dan melaksanakan kedaulatan rakyat dengan secepatnya. Gubernur Mr. Hasan juga mencoba membuktikan kepada pemuda-pemuda yang radikal bahwa dasar Republik
Indonesia akan menyusun ulang struktur autokratik kerajaan-kerajaan di Sumatera
Timur tanpa menggunakan kekerasan. Tetapi pemuda-pemuda radikal tidak lagi menerima cara aman serta berangsur-angsur untuk mengubah struktur kerajaan kepada suatu sistem pemerintahan yang berdasarkan kedaulatan rakyat. Para pemuda pada saat itu, sudah mulai kehilangan kepercayaan terhadap pihak kesultanan, khususnya di wilayah Sumatera Timur.
Pendirian negara baru, yaitu Negara Sumatera Timur sebenarnya banyak menguntungkan berbagai pihak, mulai dari Belanda hingga para elit kerajaan yang pada masa Jepang tidak mendapatkan “keuntungan” dari perkebunan dan sebagainya, karena bukan kesana fokus Jepang, Jepang hanya fokus untuk memnangkan Perang Asia Timur Raya dan mencari dukungan SDA dan SDM untuk mewujudkan keinginan mereka tersebut. Begitu pula dengan orang-orang
Tionghoa yang bisa aman untuk menjalankan bisnis mereka.
The setting up of a negara would serve both the interests of the Dutch and the disaffected groups. To the Dutch, it was a good chance to reap the rewards of an economy based on the pre-War structure of large scale plantation production financed by a high level of foreign investment. To the members of the surviving kerajaan elite, it meant a return to power and privileges as well as the protection of the rights of the orang asli and the reemergence of Malay political dominance. To the Chinese and Eurasians,
83
Universitas Sumatera Utara
it meant no more 'extortion‟ and 'intimidation‟ from some Republican groups and a chance to do business without any hindrance.135
Negara Sumatera Timur pada perjalanannya juga mendapatkan beberapa hambatan, terutama pasca tahun 1946. Selama rencana pembentukan ini, Sultan
Syarif Kasim II juga turut terlibat bersama sultan-sultan lainnya yang turut diprakarsai oleh Dr. Mansyur. Ide-ide negara federasi terus digaungkan untuk memperlemah kekuatan Republik atas Hindia Belanda. Untuk menghimpun ide ini, maka diadakan Muktamar bagi daerah Sumatera yang diikuti oleh daerah- daerah dilingkup Sumatera.
Uniknya, sikap dari Sultan Syarif Kasim II justru menjadi sorotan mengenai pemikirannya tentang demokrasi.
“Jika pada masa nenek moyang saya rakyat harus mematuhi semua perintah Raja, sekarang (masa sekarang ini) ini harus dengan sendirinya lenyap (mesti lenyap), karena rakyat sekarang lebih mampu (cerdas) dan memiliki hak serta harus bertanggung jawab atas kemajuan administrasi.”136
Pemikiran mengenai monarki dimana kekuasaan itu bukan dicapai tapi diturunkan ke generasi berikutnya, dengan kekuasaan yang bahkan tidak dibatasi alias absolut. Melihat perkembangan zaman, Sultan Syarif Kasim II merasa perlunya ada perubahan. Tidak pernah ada ukuran mengenai sejauh mana perintah raja harus dituruti karena posisi raja dan perintah yang absolut tidak terbantahkan, lingkupan seperti inilah yang beliau sebagai hal yang sebenarnya sudah tidak patut digunakan lagi dan harus diganti dengan sesuatu yang lebih demokratis.
Pemikiran bahwa rakyat akan selalu menuruti perintah raja dianggap sebagai sebagai ide-ide kolot bahwa rakyat tidak berdaya atas hak nya sendiri. Sultan
135 Disertasi. Ariffin bin S.M. Omar. Bangsa Melayu: Concepts of Democracy and Community among the Malays, 1945-1950. (Australian National University. Juli 1989) hlm. 225.
136 Soeloeh Merdeka, 2 Februari 1946.
84
Universitas Sumatera Utara
Syarif Kasim II yang sangat fokus ke dunia pendidikan tidak menginginkan hal ini. Rakyatnya sekolah justru untuk menghindari hal semacam ini, agar rakyat tidak di cap bodoh dan tidak memahami apa yang sebenarnya yang menjadi hak dan kewajiban mereka. Pendidikan adalah pintu untuk merubah semua itu.
Di Eropa sendiri, paham mengenai kolonisasi sudah dianggap tidak populer sejak Perang Dunia II. Perubahan alur jalannya politik ini juga berimbas ke konsep mengenai monarki, apa sebenarnya monarki? Bagaimana cara monarki bekerja? Dan masih layakkah monarki digunakan? Kemudian berkemabang mengenai ide-ide demokarasi yang juga dirasakan Indonesia. Kemudian lahirlah konsep mengenai bentuk negara federasi dan unitarisme yang terbagi menjadi dua kubu. Soekarno dan Hatta juga “terbelah” karena hal ini. Di Negara Sumatera
Timur, banyak yang masih memilih bentuk negara federasi.
Perubahan adalah sesuatu yang memang tidak bisa dielakkan. Perubahan atau peralihan bentuk kerjaan ke bentuk republik adalah hal yang memang bertolak belakang. Yang satu menginginkan bentuk kekuasaan yang absolut, yang satu ingin adanya kedaulatan rakyat dan berubah menjadi demokratis. Jepang mulai mendukung kemerdekaan Indonesia ketika mereka menyadari bahwa mereka kalah perang, dengan harapan bahwa Indonesia akan melawan Sekutu dan memperlambat kemajuan mereka menuju Jepang. Tetapi ketika Jepang tiba-tiba menyerah pada tanggal 15 Agustus 1945, itu mengejutkan para pemimpin revolusioner Indonesia. Tidak siap, tetapi ditekan oleh kelompok pemuda radikal,
Sukarno dan Hatta dengan tergesa-gesa mengeluarkan 'Proklamasi': deklarasi kemerdekaan Indonesia.
85
Universitas Sumatera Utara
Ditengah kegaduhan pasca proklamasi yang sebenarnya “rahmat yang tidak terduga”, pengambilan sikap para founding fathers yang segera mengumumkan kemerdekaan pada waktu yang memang “pas” momentumnya. Pertanyaan berikutnya, setelah proklamasi, lalu apa? Syarat-syarat menjadi sebuah negara tentu harus dilakukan. Indonesia “baru ada” tahun 1945. Sebelum itu, sudah ada kesultanan-kesultanan yang berdaulat menyebar di seluruh daerah “yang sekarang disebut Indonesia” termasuk Siak.
Perlunya penanaman ide tentang apa itu demokrasi, bentuk unitarisme, republik, apa yang harus dilakukan para sultan yang negerinya sudah berdaulat ni dalam menghadapi hal ini? Lebih jauh lagi, belum ada hukum mengenai apa yang akan terjadi setelah adanya proses demokratisasi kesultanan tersebut. Hal ini semakin rumit mengingat posisi Indonesia dan Belanda pada saat itu masih belum jelas posisinya. Tidak ada yang bisa melihat siapa yang akan menang dalam konflik antara Indonesia dan Belanda.137 Aksi Belanda ini sebenarnya adalah cara untuk tindakan untuk memaksakan kekuatan kolonial mereka atas koloninya.
Tindakan Belanda ini dibenarkan untuk menciptakan negara federasi Belanda yang dianggap benar-benar fungsional sesuai dengan janji Belanda.138 Pada saat itu, Belanda tampaknya mendapatkan kendali atas situasi di Medan. Maka, mereka memilih untuk menunggu pihak mana yang akan menjamin kepentingan mereka berikutnya, Republik Indonesia atau kembali ke pangkuan Belanda.
137 Faktanya, sekalipun sudah meproklamirkan kemerdekaannya, Inggris bersama NICA datang ke Indonesia, disinilah titik awalnya. Dimulai dari Politionale Actie atau Agresi Militer Belanda 1947 dan 1948 yang selama masa perang ini juga berjalan beberapa diplomasi baik antara internal Indonesia-Belanda maupun dengan bantuan pihak ketiga untuk segera menuntaskan masalah ini yang kemudian berakhir di Konferensi Meja Bundar 1949.
138 Argus (Melbourne, Vic. : 1848 - 1957), Kamis, 30 Desember 1948, Hlm. 2.
86
Universitas Sumatera Utara
Gubernur Sumatera, T.M. Hasan mengemukakan perlunya para kesultanan ini untuk mengubah sistem otokrasi mereka ke sistem demokrasi. Kesultanan ini harus berubah menjadi demokratis. Sultan Siak dalam penjelasannya tentang kedaulatan rakyat dan kemajuan mengemukakan pendapatnya sebagai berikut:
“Di masa lalu, rajalah yang memegang otoritas tertinggi di negara dan rakyat bisa dikatakan tidak memiliki hak sama sekali tetapi hanya kewajiban terhadap raja mereka. Situasi seperti ini kadang-kadang menyebabkan pendapat bahwa semua yang ada di dalam negeri adalah milik raja. Sejarah dunia punya cukup banyak contoh tentang ini. Tetapi umat manusia selalu mencari dan mencapai kemajuan. Akhirnya muncul kepercayaan kedaulatan rakyat, yang telah menjadi salah satu pangkalan negara kita. Memang dari sebelum saya pro-demokrasi, karena itu kedaulatan yang memihak orang banyak. Jika orang maju (maju), saya juga akan maju.”139
Sultan Syarif Kasim II mengundurkan diri dan meletakkan jabatannya sebagai Sultan Siak Sri Indrapura. Pergolakan pemikiran mengenai demokrasi dan kedaulatan rakyat membuatnya satu-satunya sultan Melayu yang berani melakukan tindakan tersebut atas kesadaran dan sukarela.140 Bentuk dukungan yang diberikan oleh Sultan Syarif Kasim II berupa dukungan moriil dan materi.
In November 1945, the last sultan, Sultan Syarif Kasyim II, sent a cable to the president of Republic of Indonesia stating his loyalty to the republic, and he contributed his properties to the struggle of independence.
Sejarah Riau mencatat berita proklamasi kemerdekaan Indonesia sudah diterima oleh Sultan Siak. Tetapi berita itu belum resmi. Untuk itu dikirim utusan yaitu O.K.M. Djamil ke Pekanbaru bulan Oktober 1945. Setelah diterima berita resmi, maka pada tanggal 28 November 1945 Sultan Siak Sri Indrapura mengirim telegram kepada Presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno yang isinya menyatakan kesetiaannya kepada Pemerintah Republik Indonesia dan berdiri di belakang Bung Karno dan Bung Hatta. Setelah itu Sultan membentuk KNI.
139 Soeloeh Merdeka, 17 Januari 1946.
140 Wawancara dengan Bapak Adi pada 6 September 2018 di Siak pukul 10.00 WIB.
87
Universitas Sumatera Utara
Kemudian dibentuk pula Tentara Kesatuan Rakyat (TKR). Para pemuda yang telah mendapatkan latihan militer kemudian bergabung dalam barisan PRI. Selain itu, di Siak juga dibentuk TKR. Pelantikannya dilakukan pada akhir bulan
November 1945 oleh Tengku Maharatu (permaisuri Sultan) dan disaksikan oleh
Sultan.
Misbach Thaib mewakili Perwari (Persatuan Wanita Republik Indonesia) mengalungkan bunga pada Komandan Kompi TKR Siak, yaitu Ilyas Haji
Muhammad. Dalam acara ini hadir Komandan resimen IV Letnan Kolonel Hasan
Basri, mengangkat Sultan Siak sebagai Letnan Kolonel Tituler.141
Dalam tahun 1946 beliau berangkat ke Medan kemudian ke Aceh. Karena beliau dikenal sebagai Sultan yang mendukung R.I. bahkan memberikan bantuan yang besar pula, beliau mendapat perlindungan dari pihak aparat pemerintah R.I. di sana. Istana Siak yang beliau tinggalkan dan serahkan kepada Pemerintah R.I. dijadikan markas dan salah satu pusat kegiatan tentara R.I. Sedangkan aparat kerajaan, sebagian besar menjadi pegawai R.I.
Jasa lain yang tercatat dalam sejaraha bangsa adalah pernyataan penyerahan kerajaan Siak yang melebur di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang kemudian diiringi dengan penyerahan sumbangan142 beliau untuk perjuangan kemerdekaan R.I. melawan Belanda. Sultan menyerahkan semua hartanya kepada
141 Ahmad Yusuf, dkk. Sejarah Perjuangan Rakyat Riau. (Pekanbaru: Badan Kesejahteraan Sosial Provinsi Riau. 2004) hlm. 155-156.
142 Surat No. 10/U/50 tanggal Djakarta, 17 Februari 1950, perihal permata-permata Sultan Siak. Isi: menanggapi surat tanggal 19 Januari 1950 No. 649/AO bahwasannya Sultan Siak telah mengutus seorang wakilnya dengan sepucuk surat kepada Gubernur Sumatra di Pematang Siantar. Sultan Siak berjanji akan menghadiahkan sebagian harta benda tersebut kepada Pemerintah Republik Indonesia sebagai sumbangan untuk membantu perjuangan.
88
Universitas Sumatera Utara
Republik Indonesia termasuk Istana Asserayah Hasyimiyah beserta tanah dan lainnya.
Sejak menyatakan integrasinya dengan Republik Indonesia, beliau pergi ke pertemuan raja-raja Sumatera Timur membahas mengenai keadaan selanjutnya disana ia juga turut menghimbau raja-raja lain agar berintegrasi dengan Republik
Indonesia. Sejak Januari hingga pecahnya Revolusi Sosial di Medan pada Maret,
Sultan Syarif Kasim II “tidak bisa” kembali pulang ke Siak dengan alasan keamanan.
4.2. Pecahnya Revolusi Sosial di Sumatera Timur: Sultan Syarif Kasim II
Berlindung ke Kotaraja
Sewaktu Sultan Syarif Kasim II sedang berada di Medan, maka pecahlah
Revolusi Sosial di Sumatera Timur, yang menjadi sasaran revolusi sosial itu adalah kaum bangsawan (para sultan dan keluarganya).143 Belanda dapat menduduki Medan, ibukota Provinsi Sumatera dipindahkan ke Pematang Siantar dan Gubernur Sumatera Teuku Muhammad Hassan juga ikut pindah begitu juga dengan Sultan Syarif Kasim II dan keluarga ikut pindah ke Pematang Siantar.
Negara Sumatra Timur didirikan oleh Belanda untuk mempertahankan daerah kaya minyak, perkebunan tembakau dan karet. Bagi Belanda, hasil perkebunan karet dan minyak sangat penting dalam usaha penjajahan wilayah
Indonesia saat itu.144 Revolusi ini dipicu oleh gerakan kaum komunis yang hendak menghapuskan sistem kerajaan dengan alasan antifeodalisme, anti dengan sistem
143 Suwardi Ms, dkk. Sultan Syarif Kasim II Pahlawan Nasional dari Riau. (Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau. 2005) hlm. 46.
144 Andika Bakti. Jurnal KONSTRUKSI MELAYU SAAT REVOLUSI SOSIAL SUMATERA TIMUR DI KESULTANAN LANGKAT DALAM SURAT KABAR (Analisis Framing tentang Konstruksi Melayu Saat Revolusi Sosial Sumatera Timur di Kesultanan Langkat dalam Surat Kabar Pandji Ra‟jat). Hlm. 1
89
Universitas Sumatera Utara
sosial politik yang memberikan kekuasaan besar kepada golongan bangsawan.
Revolusi melibatkan mobilisasi rakyat yang berujung pada pembunuhan anggota keluarga Kesultanan Melayu, yang dikenal pro-Belanda namun juga golongan menengah pro-Republik dan pimpinan lokal administrasi Republik Indonesia.145
Para sultan pada masa itu masih belum mengakui eksistensi Republik Indonesia, padahal Gubernur T.M. Hasan mencoba merangkul mereka dengan menawarkan posisi istimewa sebagai balasan atas dukungan mereka kepada Republik
Indonesia. Namun, para pemuda sudah mulai kehilangan kepercayaan terhadap pihak kesultanan dan pecahlah Revolusi Sosial pada maret 1946.
Para sultan diwilayah Sumatera Timur tidak bisa mempertahankan kedudukannya masing-masing akibat tekanan yang mereka terima pasca Sultan
Syarif Kasim II memilih bergabung dengan Republik Indonesia.
Kedudukan Sultan Syarif Kasim II di Sumatera Timur bertambah sulit setelah Revolusi Sosial, meskipun sultan setia kepada Republik Indonesia namun masih ada golongan barisan rakyat tertentu yang bermaksud menculik sultan bersama intan berliannya yang cukup banyak. Gubernur Militer memerintahkan
Batalyon Divisi Rencong (Divisi Rencong adalah lasykar rakyat yang terkuat di
Aceh) di bawah pimpinan Syarif Kasim II bersama keluarganya serta membawanya ke Tanah Aceh.146
KNI mengadakan rapat kilat dan mengambil keputusan bhwa Sultan Syarif
Kasim II harus kembali ke Siak. Tugas menjemput Sultan diserahkan kepada
145 Kahin, George McTurnan. Nationalism and revolution in Indonesia. Ithaca, New York : Cornell University Press, 2003. Hlm. 412 146 Tim Penulis Sejarah Kerajaan Siak. Sejarah Kerajaan Siak. (Pekanbaru: CV Sukabina Pekanbaru. 2010) hlm. 181.
90
Universitas Sumatera Utara
Comel dan O.K. Mohamad Djamil. Dalam persiapan keberangkatan, sambil menunggu keputusan KNI di Pekanbaru, terdengar bahwa terjadi Revolusi Sosial di Sumatera Timur. Sehingga, Sultan Syarif Kasim II menghindarkan diri ke Kota
Raja Aceh; keputusan KNI gagal dan keberangkatan batal.147
Sultan Syarif Kasim Abdul Jalil, Sultan Siak terakhir menolak untuk bekerja sama dengan Belanda setelah Siak diduduki oleh Penjajahan Belanda. Untuk itu ia rela dengan bersih hati dan ikhlas meninggalkan istananya yang megah dengan segala kebesaran yang dimilikinya sebagai seorang raja dan ia berpindah tempat atau berhijrah ke tanah Aceh. Wilayah Aceh adalah satu-satunya wilayah RI yang tidak pernah diduduki oleh tentara Belanda.
4.3 Campur Tangan Belanda di dalam Siak Raad dan Sultan Raad
Selama perjalanan beliau menuju Medan dan Aceh, Siak Raad (Dewan
Siak) termasuk salah satunya. Ini merupakan strategi Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia. Dewan ini dipimpin oleh Abubakar dengan anggotanya Dt.
Ahmad dan Dt. Kasim.148 Sultan Syarif Kasim II yang pada saat bersamaan sedang berada di Kutaraja sama sekali tidak mengetahui mengenai pembentukan dewan ini. Sultan Syarif Kasim II yang pada saat bersamaan sedang berada di
Kutaraja sama sekali tidak mengetahui mengenai pembentukan dewan ini.149
Beliau kemudian berpidato dan disiarkan oleh RRI ke rakyat Siak, yang menyatakan bahwa Sultan ingin rakyat memilih untuk merdeka bersama Republik
Indonesia. Siak Raad ini berkedudukan di Bengkalis kemudian salah seorang
147 O. K. Nizami Jamil. Siak Negeri Pengabdianku: Biografi Orang Kaya Muhamad Djamil Sekretaris Pribadi Sultan Syarif Kasim II. (Pekanbaru: Alaf Riau. 2016) hlm 68.
148 Toer, Pramoedya Ananta, dkk. Kronik Revolusi Indonesia Jilid V (1949). (Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia). 2014) hlm. 381.
149 Ahmad Yusuf, dkk. op.cit. Hlm. 340.
91
Universitas Sumatera Utara
diantara anggotanya (Dt.Kasim Aris) dimasukan Belanda dalam perutusan BFO ke Konfrensi Meja Bundar di Den Haag.
Pembentukan “Musyawarah Hasrat Rakyat Pulau Bengkalis” dilakukan untuk memutuskan apakah rakyat Pulau Bengkalis menerima atau menolak bergabung dalam Siak Raad. Diantaranya terlibat M. Nurdin Yusuf dan Mr. G.J.A
Veling dengan enam panitia, yaitu Basrul Jamal, Abdullah Sani, Baruli,
Muhammad dan M. Nurdin Yusuf. Secara tertulis hasil pernyataan dari hasil rapat tersebut adalah bahwa rakyat Pulau Bengkalis tidak dapat bergabung dengan Siak
Raad selagi ada perundingan antara Indonesia dengan Belanda belum ada keputusannya. Setelah mengadakan sidang pleno Siak Raad ada beberapa resolusi yang ditandatangani diantaranya mengenai: tidak diakuinya Dt. Mahmud sebagai perwakilan Siak Raad di Den Haag, melakukan komunikasi dengan Sultan Syarif
Kasim II, juga resolusi yang menuntut hak daerah istimewa dengan otonomi seluas-luasnya.
Anggota Siak Raad yang tidak tetap pendirian ini untuk memilih antara federal atau republik semakin menegaskan adanya campur tangan Belanda untuk kembali mencampuri urusan internal Kesultanan Siak Sri Indrapura. Hasil resolusi yang diinginkan mengenai otonomi pun tidak dapat terlaksana. Siak Raad hampir menjadi alasan untuk terjadinya “Revolusi Sosial di Siak” yang tentu saja akan merugikan banyak pihak akibat sikap “plin-plan” yang diambil oleh pihak anggota dewan ini. Karenanya melalui RRI beliau menyerukan kepada rakyat Siak khususnya dan Riau umumnya supaya:
a. Supaya rakyat terus berjuang untuk menegakkan danmempertahankan R.I.
92
Universitas Sumatera Utara
b. Sultan Siak (beliau) tidak mengakui dan tidak tau menahu adanya “Siak
Raad” itu. Dan untuk ini supaya rakyat harus hati-hati dan waspada
terhadap tipu daya Belanda.
Sesudah proklamasi 17 Agustus 1945 semua daerah swapraja dihapuskan.
Siak Sri Indrapura kemudian masuk kecamatan Siak.150 Di daerah Riau dibentuk kabupaten-kabupaten otonom sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 tahun
1948.151 Wilayah kabupaten Bengkalis dengan ibukotanya Bengkalis terdiri dari
Kewedanan Bengkalis, Bagan Siapi-api, Selat Panjang dan Siak.
Setelah berhasil menduduki kota Bagan Siapi-api, Bengkalis, Selat Panjang,
Siak, Pekanbaru, Rengat, Taluk Kuantan, Bangkinang, dan Tembilahan, Belanda segera menempatkan TBA-TBA (Territoriale Bestuur Administrateur) untuk menyusun dan mengatur pemerintahan pendudukan yang langsung berurusan ke
Tanjung Pinang.152
Akan tetapi, pengaruh pemerintahan Belanda hanya terbatas di kota-kota dan sekitarnya saja. Daerah luar kota, apalagi pedalaman, tidak dapat dikuasai oleh Belanda karena secara de facto dan de jure tetap dikuasai oleh pemerintah
Republik Indonesia. Tentara Belanda beranggapan bahwa setiap daerah yang pernah didatangi patrolinya adalah daerah kekuasaan mereka. Namun kenyataan membuktikan bahwa setelah patroli Balanda kembali ke kota, daerah itu kembali
150 Ahmad Husein, dkk. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan R.I. di Minangkabau/ Riau 1945-1950 Jilid II. (Jakarta: Badan Pemurnian Sejarah Indonesia – Minangkabau (BPSIM). 1978) hlm. 130.
151 Perjuangan menuntut Propinsi telah dirintis oleh Swapraja Siak. Panitia Penulisan Swapraja Siak yang berpusat di Bengkalis membuat agar Swapraja Siak itu dijadikan daerah istimewa tingkat propinsi Riau. Perjuangan itu dilandasi dengan UU No. 22 tahun 1948. Perjuangan ini dituduh menghidupkan kembali feodalisme, sehingga pemerintah Sumatera Tengah kurang memberi tanggapan.
152 Tim Universitas Riau. Sejarah Perjuangan Riau. (Pekanbaru: PT Sutra Benta Perkasa. 2006)
93
Universitas Sumatera Utara
dikuasai oleh pemerintah Republik Indonesia. Praktis pada malam harinya
Belanda tidak dapat berbuat apa-apa dan di siang harinya Belanda tidak lebih jauh dari satu kilometer mengelilingi kota-kota yang mereka duduki. Setiap kali mengadakan gerakan ke desa-desa, Belanda terpaksa harus mengerahkan seluruh kekuatan yang dimilikinya.
Gerakan-gerakan mereka harus selalu dilakukan pada siang hari serta harus sudah kembali ke induk pengkalan semula sebelum matahari terbenam. Kegiatan gerilya yang dilakukan secara aktif membuat Belanda kewalahan. Dalam melaksanakan operasional teritorial, di samping menghadapi operasi teritorial
Belanda, para pejuang kita juga dihadapkan pada persoalan-persoalan yang mendesak, yaitu persoalan di daerah Siak Sri Indrapura dan Indragiri. Di kedua daerah tersebut terdapat pemerintahan sultan-sultan (swapraja).
Sebagaimana telah dikemukakan, para sultan dan raja tidak diikutsertakan dalam pemerintahan, biarpun mereka berjiwa republiken serta masih mempunyai pengaruh dan wibawa dalam masyarakat. Begitu menduduki Siak dan Rengat,
Belanda mengaktifkan kembali pemerintahan Sultan dengan maksud meminjam pengaruh dan wibawa Sultan Siak dan Sultan Indragiri untuk menguasai rakyat.
Di Siak, karena Sultan Siak hijrah ke Kotaraja, Aceh, maka sesuai
Konstitusi Kerajaan Siak, dibentuk Dewan Sultan dan Dewan Rakyat Siak oleh
Belanda (Sultan Raad dan Siak Raad). GTBA Mr. GJA Veling di Bengkalis153 berharap dapat menguasai seluruh Kerajaan Siak dengan membentuk dewan- dewan tersebut.
153 Tim Universitas Riau. Sejarah Perjuangan Riau. (Pekanbaru: PT Sutra Benta Perkasa. 2006) hlm. 424.
94
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Konstitusi Kerajaan Siak, apabila sultan tidak dapat menjalankan pemerintahan, maka pemerintahan akan dijalankan oleh suatu
Dewan Sultan (Sultan Raad). Dewan Sultan beranggotakan tiga orang, terdiri atas kaum bangsawan, yaitu T.A. Bakar sebagai ketua, serta Dt. Ahmad dan Dt. Kasim
Aziz sebagai anggota. Dewan Sultan ini didampingi oleh dewan rakyat (Siak
Raad) yang beranggotakan para pemuka dari seluruh wilayah kerajaan. Siak Raad beranggotakan sebelas orang, yaitu Dt. Wan Entol dan A. Karim Said dari Siak;
H.A. Hamid Jahja, Guru Mahmud, dan Ridwan Taher dari Pekanbaru; Mas
Slamet, Ahmad Wan Sulung, dan A. Kadir dari Selat Panjang; Muchtar dan
Sulung Guru dari Bagan. Sedangkan anggota-anggota yang ditunjuk untuk
Bengkalis terdiri atas Basjrul Djamal, Nurdin Jusuf, Abdullah Sani, dan T.
Soelaiman. Namun T. Soelaiman menolak ikut serta dengan dalih bahwa Pulau
Bengkalis bukan merupakan bagian Kerajaan Siak.
Jauh sebelum terbentuknya Sultan Raad dan Siak Raad, kontak antara kaum republiken di daerah-daerah pendudukan dengan para bupati militer Dt. Wan A.
Rachman dan H. Muhammad tetap dipelihara. Petugas-petugas khusus telah ditempatkan di kota-kota yang diduduki Belanda, seperti Dt. Wan Entol dan A.
Karim Said di Siak, serat Nurdin Jusuf di Bengkalis.
Dt. Wan Entol melaporkan kepada Bupati Militer Pekanbaru tentang maksud Belanda membentuk Siak Raad. Wan A. Rachman kemudian menginstruksikan agar Dt. Wan Entol dan A. Karim Said boleh masuk dalam Siak
Raad dengan tugas khusus, di antaranya mempengaruhi anggota lain agar Siak
Raad tetap republiken.
95
Universitas Sumatera Utara
Dengan semangat rakyat yang tetap republiken, maka pembentukan Siak
Raad tidak mencapai sasaran sebagaimana yang diharapkan Belanda. Ditambah pula dengan adanya pidato-pidato radio Sultan Siak Syarif Kasim melalui RRI
Kotaraja yang menyerukan agar pemimpin-pemimpin dan seluruh rakyat Kerajaan
Siak tetap menegakkan Republik Indonesia.
Pidato tersebut ditanyangkan atas permintaan Bupati Militer Pekanbaru Dt.
Wan Abd. Rachman melalui Mayor Akil dengan mempergunakan radio telegram di Duri. Isi pidato tersebut antara lain adalah sebagai berikut.154
“Datuk-datuk, pemimpin-pemimpin, dan rakyat Siak, jangan mau dijadikan alat oleh Belanda untuk melanggar kedaulatan dan hak beliau di Kerajaan Siak. Barangsiapa melanggar kedaulatan tersebut, yaitu dengan maksud mendirikan kerajaan dan sultan yang baru, maka semua yang berdosa itu akan terkutuk sampai kepada anak cucunya karena Sultan Siak sampai sekarang masih berdaulat dan mempunyai hak penuh atas rakyat dan Kerajaan Siak yang mana segala kedaulatan itu telah kita serahkan buat sementara kepada pemerintah Republik Indonesia.”
Dalam sidangnya, Siak Raad pernah mengeluarkan suatu resolusi yang menuntut daerah istimewa dalam lingkungan Republik Indonesia. Hanya seorang anggota, yaitu A. Kadir yang menentang resolusi Raad155 tersebut.
Hal ini sangat mengejutkan Belanda. Namun demikian, Siak Raad tetap akan melaksanakan resolusi tersebut. Maka kemudian dibentuk delegasi untuk menghadap pemerintah Republik Indonesia di Yogyakarta, yang terdiri atas Dt.
Wan Entol, Dt. Ahmad, Mas Slamet, dan Penghulu Umar. Delegasi ini berangkat setelah terjadi cease fire antara Belanda dengan Indonesia. Pemerintahan
Republik Indonesia telah dipulihkan kembali ke Yogyakarta pada bulan Desember
154 Ibid. Hlm. 246
155 Isi resolusi tersebut: Menuntut hak daerah istimewa yang berotomi seluas-luasnya, yang meliputi daerah Kerajaan Siak dalam lingkungan Negara Republik Indonesia yang berpusat di Yogyakarta, sesuai UUD Republik Indonesia Pasal 18.
96
Universitas Sumatera Utara
1949. Di Siak, taktik mengajak kaum bangsawan berjuang di pihak Republik
Indonesia berhasil berkat keuletan Dt. Wan Abdur Rachman dan H. Muhammad.
Pidato radio Sultan Syarif Kasim tersebut telah memberikan dorongan kepada rakyat Siak, terutama kepada tokoh-tokoh yang duduk di dalam “Siak
Raad”. Dalam sidang paripurna yang diadakan oleh Belanda di Bengkalis, hasilnya sungguh mengecewakan Belanda, karena keputusan yang diambil Siak
Raad tersebut adalah sebagai berikut:156
1. Tidak mengakui dan tidak mendukung Datuk Kasim Aris sebagai utusan
Siak pada Konferensi Meja Bundar di Den Haag.
2. Memutuskan bahwa seluruh wilayah kerajaan Siak menggabungkan diri
dengan Republik Indonesia. Untuk itu mengirimkan utusan ke Yogyakarta
yang terdiri dari Datuk Wan Entol, Datuk Ahmad dan Mas Slamet,
menyampaikan keputusan tersebut kepada Pemerintahan Republik
Indonesia yang sudah kembali ke Yogyakarta.
Keputusan Siak Raad ini memang sangat bersejarah, karena terang-terangan di depan hidung dan di bawah tekanan Belanda. Keputusan yang telah memukul kebijakan Belanda dengan telak.
Sesudah tanggal 27 Juli 1947, Belanda memblokade daerah-daerah di
Muara Sungai Siak, Indragiri dan mengadakan patroli di pesisir Riau Daratan, di daerah Indragiri di Perigi Raja, Sungai Salak, Kuala Mandah dan beberapa tempat lain. Di daerah Bengkalis yang menjadi sasarannya adalah sepanjang Pantai
Bengkalis, Selat Panjang, Tanjung Layang, Tanjung Samak, Tanjung Labu dan
156 Suwardi MS. Sultan Syarif Kasim II: Pahlawan Nasional dari Riau. (Pekanbaru: PT Sutra Benta Perkasa. 2015) Hlm 80.
97
Universitas Sumatera Utara
Ketam Putih. Dalam Agresi Militer I, Belanda tidak berhasil menguasai wilayah
Riau Daratan.
Dengan keluarnya pengumuman Presiden Republik Indonesia tanggal 26
Januari 1946 dan Maklumat Komandemen Sumatera No. 5/1947; yaitu dalam rangka penyempurnaan tentara nasional agar setaraf dengan tentara internasional, maka diadakan hanya satu tentara dengan nama Tentara Republik Indonesia
(TRI). Dengan demikian, laskar-laskar yang telah ada digabungkan ke dalam
Tentara Republik Indonesia.157
Resimen IV terdiri atas tiga batalyon dan sepuluh kompi, antara lain sebagai berikut.
Batalyon I : Berkedudukan di Pekanbaru dengan tiga kompi
Batalyon II : Berkedudukan di Bengkalis dengan empat kompi
Batalyon III : Berkedudukan di Siak dengan tiga kompi
Nama-nama komandan Batalyonnya adalab sebagai berikut.
Komandan Batalyon I : Mayor D.I. Pandjaitan
Komandan Batalyon II : Kapten Iskandar
Komandan Batalyon III : Kapten Saidina Ali
Resimen V terdiri atas tiga Batalyon dan delapan kompi.
Komandan Resimen : Mayor Thoha Hanafi
Kepala Staf : Mayor Arifin Achmad
Batalyon I : berkedudukan di Rengat di bawah pimpinan
Kapten Marah Halim dengan dua kompi
Batalyon II : berkedudukan di Air Molek di bawah pimpinan
157 Tim Universitas Riau. op.cit. Hlm. 358-363.
98
Universitas Sumatera Utara
Kapten Sambaria dengan tiga kompi
Batalyon III : berkedudukan di Tembilahan di bawah pimpinan
Arsyad Abdis dengan tiga kompi
Komandan Kompi 1 : S. Delima
Komandan Kompi 2 : Letnan I Jaafar Armis
Komandan Kompi 3 : Let. II A. Rachman Chatib
Siak Sri Indrapura juga mengalami serangan umum Belanda seperti halnya kota-kota lain di Riau.158 Tanggal 30 Desember 1948 terjadi pertempuran antara patroli KDM Siak dengan Voorspit pasukan Belanda di Kampung Palu yang terletak kurang lebih 2 KM di hilir Siak.159 Keesokan harinya, yaitu tanggal 31
Desember 1948, terjadi lagi pertempuran dengan pasukan-pasukan Belanda yang menggunakan tiga buah kapal yang datang dari Tanjung Pinang. Kedua pertempuran yang terjadi itu tidak membawa akibat apa-apa terhadap kedua pasukan. Masing-masing kubu tampak sedang mengukur kekuatan masing- masing. Setelah kejadian dua hari berturut-turut itu, maka pos Siak segera menyusun pertahanan yang lebih intensif dalam persiapan menghadapi pasukan musuh.160 Sekalipun Belanda melakukan serangan bertubi-tubi terhadap kota Siak, mereka baru berhasil mendudukinya pada tanggal 4 Mei 1949.
Pada awal tahun 1948 keluarlah Undang-Undang No. 22 Tahun 1948 tentang Pemerintahan di Daerah. Undang-undang ini merupakan undang-undang yang pertama yang mengatur keadaan ketatanegaraan di daerah. Untuk itu di
158 Adanya serangan di Rengat 5 Januari 1949 bernama Operatie Modder (Operasi Lumpur) untuk menguasai pertambangan minyak di wilayah tersebut.
159 Ibid. Hlm. 414
160 Tim Universitas Riau. Sejarah Perjuangan Riau. (Pekanbaru: PT Sutra Benta Perkasa. 2006) hlm. 425.
99
Universitas Sumatera Utara
Kantor Residen Riau dibentuk suatu panitia yang dinamakan Panitia
Desentralisasi. Panitia ini bertugas mempelajari dan meneliti keadaan daerah administrasi yang ada serta membuat konsep tentang pembagian daerah administrasi baru. Dalam pembagian baru ini daerah kewedanan dan keresidenan dihapuskan sehingga tingkatan hirarki dipersingkat, yaitu Gubernur-Bupati-
Camat-Kepala Kampung. Tetapi konsep baru ini belum sempat terlaksana, karena datangnya serangan Belanda yang dikenal dengan Agresi ke II.
100
Universitas Sumatera Utara
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pemerintahan Sultan Syarif Kasim II (1915-1946) akan tetap dikenang oleh rakyatnya sebagai sultan yang telah memajukan pendidikan dan pembaruan pemerintahan. Sultan Syarif Kasim II adalah tokoh penting yang paling berpengaruh, tentu saja karena beliau memang seorang sultan yang memimpin pada saat itu, disaat para sultan masih menimbang-nimbang tindakan apa yang harus dilakukan apakah ikut dalam revolusi besar-besaran ini atau justru melewatkannya dengan segala resiko yang mungkin terjadi. Penulis tegaskan, tidak ada Revolusi Sosial yang terjadi di wilayah Siak Sri Indrapura, tidak seperti wilayah lain di Sumatera Timur.
Melihat kebelakang kebesaran kejayaan Kesultanan Siak, memaksa beliau untuk bisa memperjuangkan rakyatnya, agar tidak terjadi lagi kontrak politik yang merugikan Kesultanan seperti yang sudah berlalu sebelumnya. Berbagai perjanjian di masa lalu inilah yang membuat Sultan Syarif Kasim II dalam posisi yang lemah. Disatu sisi tidak mungkin melakukan perlawanan yang frontal karena terbelenggu perjanjian tersebut yang sudah ada bahkan sebelum beliau lahir.
Pendidikan dan rasa Nasionalisme kurang lebih dapat menjadi alasan keinginan integrasi dengan Republik Indonesia. Berkembangnya organisai- organisasi pergerakan pada saat itu, turut ikut andil dalam pembentukan sikap
Sultan Syarif Kasim II menjadi seorang yang nasionalis. Beliau yang belajar di
Batavia, juga menerima pembaharuan-pembaharuan yang dilancarkan oleh kaum pergerakan pada masa itu. Sepanjang hidupnya, beliau mencoba menanamkan
101
Universitas Sumatera Utara
pendidikan di Siak, melalui pendidikan, rakyat diharapkan mampu lebih pintar dan mendapatkan ilmu serta pemahaman mengenai segala hal dalam bidang pendidikan, agar tidak selama terbelenggu dalam kebodohan dan penjajahan.
Siak Raad hampir menjadi alasan untuk terjadinya “Revolusi Sosial di Siak” yang tentu saja akan merugikan banyak pihak akibat sikap “plin-plan” yang diambil oleh pihak anggota dewan ini. Namun, Sultan Syarif Kasim II memutuskan bahwa seluruh wilayah Kerajaan Siak menggabungkan diri dengan
Republik Indonesia.
5.2 Kritik dan Saran
Masih banyak hal lain yang dapat dijadikan kajian baru dalam tesis ini.
Penelitian ini dilakukan dengan batasan, antara lain: posisi Siak pada masa revolusi dan mengapa tidak terjadi Revolusi Sosial di Siak. Kritikan dari pembaca sangat berguna untuk menyempurnakan penelitian ini.
Tulisan mengenai Revolusi Kemerdekaan khususnya wilayah Siak sebagai daerah bekas kerajaan diharapkan mampu menjadi acuan bagi pemerintah pusat dan daerah untuk mengembangkan dasar semangat nasionalisme agar dapat memperkuat rasa persatuan dan kesatuan. Selain itu, diharapkan bagi generasi penerus bangsa agar tulisan mengenai Siak masa revolusi ini menjadi cerminan diri untuk terus belajar dan mempertahankan kemerdekaan seperti yang telah dimulai oleh para pendiri bangsa ini.
Sebagai seorang pendidik, Sultan Syarif Kasim II layak dijadikan tokoh teladan terutama segala bentuk dukungan moril dan materil yang telah diberikan dalam mendirikan bangsa ini. Nilai-nilai perjuangan sudah sepatutnya ditanamkan dalam masing-masing diri kita.
102
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
ARSIP
Conferentie met de Zelfbesturen met Lang Politiek Contract Ter Oostkust van Sumatra ten Gouverneurshuize Polonia Medan op Woensdag. 20 Februari 1935.
Dr. J. A. C. Oudemans. 1873. Verslag, Bepaling der Geographisce Ligging Van Punten In den Riouw en Lingga-Archipel in de Maand Augustus 1871. Batavia: ERNST&Co.
Ezerman. 1933. Memorie van Overgave Sumatera Timur.
G.R Seinstra. 1934. Memorie van Overgave.
Keputusan Presiden No. 109/TK/1998, tanggal 6 November 1998.
Keputusan Sultan Siak No. 1/1915 tanggal 15 Juni 1915 dan disahkan oleh Gubernur Pantai Timur Sumatera tanggal 29 Oktober 1915.
Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (Netherlands). 1997. Anthropologica Vol. 153. Leiden: M. Nijhoff Publisher.
Netscher, E. 1854. Beschrijving van een Gedeelte der Residentie Riouw. Tijdschrift voor Indische Taal-Land- en, Volkenkunde.
Surat dari Mr. T.M. Hasan tanggal 19 Januari 1950 No. 649/AO perihal Permata- permata Sultan Siak.
Surat No. 10/U/50 tanggal Djakarta, 17 Februari 1950, perihal permata-permata Sultan Siak.
Valk. 1931. Memorie van Overgave.
Verslag van de economische toestand, 1924.
JURNAL
Andika Bakti. Jurnal KONSTRUKSI MELAYU SAAT REVOLUSI SOSIAL SUMATERA TIMUR DI KESULTANAN LANGKAT DALAM SURAT KABAR (Analisis Framing tentang Konstruksi Melayu Saat Revolusi Sosial Sumatera Timur di Kesultanan Langkat dalam Surat Kabar Pandji Ra‟jat).
Argus (Melbourne, Vic. : 1848 - 1957), Kamis, 30 Desember 1948.
Asril. Raja Kecil Pendiri Kerajaan Siak Sri Indrapura. Jurnal Ilmu-ilmu Sejarah, Budaya dan Sosial.
103
Universitas Sumatera Utara
B. Andaya Watson. 1997. Recreating a vision; Daratan and Kepulauan in historical context. In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, Riau in transition 153, no: 4, Leiden, 483508.
Caballero-Anthony, Mely. 2005. Political Transitions in Southeast Asia. Southeast Asian Affairs; ProQuest pg. 24.
Colombijn, Freek. 2004. 'Islamic influences on urban form in Sumatra in the seventeenth to nineteenth centuries ce', Indonesia and the Malay World, 32:93.
Daron Acemoglu and James A. Robinson. 2001. A Theory of Political Transitions. The American Economic Review, Vol. 91, No. 4, pp. 938-963. Published by: American Economic Association.
E Wiyanarti. River and Civilization in Sumatera‟s Historical Perspective in The 7th to 14th Centuries. 2018 IOP Conference Series: Earth and Environmental Science 145 012123.
Green, Helen Elise. 2014. “Use of Theoretical and Conceptual Frameworks in Qualitative Research” dalam Nurse Researcher Vol.21, No. 6.
Hadri Mulya. 2016. Revealing Accounting Episteme at Sultan Syarif Kasim Era, Kingdom of Siak Sri Indrapura, Riau Indonesia (1908-1946). Aust. J. Basic & Appl. Sci., 10(4): 157-166.
Kahin, George McTurnan. 2003. Nationalism and revolution in Indonesia. Ithaca, New York : Cornell University Press.
Laura Neitzel. What is Revolution?. Department of History. Brookdale Community College.
Lessons on building democracy after nonviolent revolutions. Publication info: OpenDemocracy; London [London] 23 Nov 2018.
Marsis Sutopo. 1995. Sisa-sisa Kerajaan Siak Sri Indrapura. BA AMOGAPASHA 3/1/ MARET.
Michel Cahen. Nationalism: Deconstructing Synonymy, Investigating Historical Processes: Notes on the Heterogeneity of Former African Colonial Portuguese Areas. Éric MorierGenoud. Sure Road ? Nations and Nationalisms in Guinea, Angola and Mozambique, Brill Academlc Publishers, Leyde (Pays-Bas), xxvi+270 p., 2012, ”African Social Studies Series”, 28), 978 90 04 22261 8.
Ricklefs, Merle. 2003. The Future of Indonesia. History Today; 53, 12; ProQuest pg. 46
104
Universitas Sumatera Utara
S. Zahra Aljunied. The genealogy of the Hadhrami Arabs in Southeast Asia – the „Alawi family. National Library Board of Singapore. IFLA WLIC 2013 Singapore.
Simon Boeke. „Australia‟s Near North‟ The Dutch-Australian Political Clash over Indonesia, 1945-1948. 28-06-2017.
Sujian Guo. 1999. Democratic Transition: A Critical Overview. Issues & Studies 35, no. 4: 133-148.
Sutherland, Heather. 1986. The Indonesian Revolution: A Review. No. 42, pp 113- 118.
Timothy P. Barnard. 1997. Local Heroes and National Consciousness: The Politics of Historiography in Riau. Bijdragen Tot De Taal-, Land- En Volkenkunde, vol. 153, no. 4, pp. 509–526. JSTOR
_____. 1998. The Timber Trade in Pre-Modern Siak Indonesia; 65; Research library pg. 86.
_____. 2001. Rules for Rulers: Obscure Texts, Authority, and Policing in Two Malay States. Journal of Southeast Asian Studies, 32 (2), pp 211-225. Printed in United Kingdom. The National University of Singapore.
V.I. Lenin. The State and Revolution:The Marxist Theory of the State & the Tasks of the Proletariat in the Revolution. Collected Works, Volume 25, p. 381•492.
Wilaela. 2014. Sultanah Latifah School di Kerajaan Siak (1927-1945). Jurnal Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya Vol. 11, No. 1.
SURAT KABAR
De Sumatra Post. De Nieuwe Politieke Contracten. Verschillende te Padang ddo. 13 April 1938. Hlm. 1-2. Isinya: Permbaharuan kontrak-kontrak politik dengan pihak Kerajaan Belanda.
Soeloeh Merdeka, 2 Februari 1946.
Soeloeh Merdeka, 17 Januari 1946.
105
Universitas Sumatera Utara
TESIS DAN DISERTASI
Andaya, Leonard Yuzon. 1971. The Kingdom of Johor, 1641-1728: A Study of Economic and Political Developments in the Straits of Malacca [Disertasi]. New York: Cornell University.
Ariffin bin S.M. Omar. 1989. Bangsa Melayu: Concepts of Democracy and Community among the Malays, 1945-1950 [Disertasi]. Canberra: Australian National University.
Muhammad Hafiz. 2012. Pendidikan Di Kerajaan Siak Sri Indrapura: Telaah Historis Pendidikan Di Era Sultan Syarif Kasim II [Tesis]. Pekanbaru: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Shri Rajendra Lokhande. 2002. Nationalism in Indian Poetry In English [Tesis]. Kolhapur: Shivaj University.
BUKU
A. Daliman. 2012. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
A. K. Pringgodigdo. 1980. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: Pustaka Rakjat.
Abdurrahman, D. 1999. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Ahmad Husein, dkk. 1978. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan R.I. di Minangkabau/ Riau 1945-1950 Jilid II. Jakarta: Badan Pemurnian Sejarah Indonesia – Minangkabau (BPSIM).
Ahmad Syafii Maarif. 2018. Islam, Humanity, and Indonesian Identity: Reflections on History. Translated by George A. Fowler. Leiden University Press.
Ahmad Yusuf, dkk. 2004. Sejarah Perjuangan Rakyat Riau 1942-2002. Pekanbaru: Badan Kesejahteraan Sosial Povinsi Riau.
Anthony Reid. 1987. Perjuangan Rakyat: Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
_____. 2005. Indonesian Frontier: Achehnese and other Histories of Sumatra. Singapore University Press.
_____. 2011. Menuju Sejarah Sumatra: antara Indonesia dan Dunia (terj.) Masri Maris. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
106
Universitas Sumatera Utara
Ariffin Omar. 1999. Revolusi Indonesia dan Bangsa Melayu: Runtuhnya Kerajaan-Kerajaan Melayu Sumatera Timur pada Tahun 1946. Pulau Pinang: Penerbit Universiti Sains Malaysia.
Datuk Mogek Intan, Taslim F. 2012. Ensiklopedia Kebudayaan Melayu Riau. Pusat Penelitian Kebudayaan dan Kemasyarakatan, Universitas Riau.
David Crystal. 1990. The Cambridge Encyclopedia. Cambridge: Cambridge University Press.
Dominik Bonatz, John Miksic, J. David Neidel. 2009. From distant tales: Archaeology and ethnohistory in the highlands of Sumatra. United Kingdom: Cambridge Scholars Publising.
Edyanus Herman Halim. 2001. Mengapa Harus Merdeka? Tangis dan Darah rakyat Riau dalam Memperjuangkan sebuah Marwah. Pekanbaru: UNRI Press.
Ellya Roza. 2010. Penyerahan Sumbangan Kerajaan Siak kepada Pemerintah RI di Gedung Agung Yogyakarta. Dinas Pendidikan Provinsi Riau. Pekanbaru.
_____. 2015. Sejarah Tamadun Melayu. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
GN-PPNK. 2006. Riwayat Hidup Singkat dan Perjuangan Almarhum Sultan Syarif Kasim II. Jakarta: Departemen Sosial, Rektorat Urusan Kepahlawanan dan Perintis Kemerdekaan.
Hijmans van Anrooij, H.A. 1885. Nota Omtrent Het Rijk van Siak. Tijdscrift voor Indische Taal Laand en Volkenkunde 30: 259-390. Terjemahan oleh Wileala, dkk. Pekanbaru: Asa Riau.
J. A. C. Oudemans. 1873. Verslag, Bepaling der Geographisce Ligging Van Punten In den Riouw en Lingga-Archipel in de Maand Augustus 1871. Batavia: ERNST&Co.
J.A. van Der Chrijs. 1864. Tijdschrift voor Indische Taal-, Land – en Volkenkunde. Uitgeven door Het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenscappen. Deel XIII, Vierde Serie Del IV. Batavia: Lange & Co, Shage: M. Nijhoff.
J.H. de Bussy. 1896. De Indische Gids Vol 18 Bagian 2. New York: Cornell University.
_____. 1938. De Indische Gids Volume 60. The University of California.
Junus, H. 2016. Bab Al-Qawa‟id: Kitab Pegangan Hukum dalam Kerajaan Siak. Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau.
107
Universitas Sumatera Utara
Liauw Yock Fang. 2011. Sejarah Kesusatraan Melayu Kelasik. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
M. C. Ricklefs. 2002. A History of Modern Indonesia since c.1200 Third Edition. Hampshire: PALGRAVE.
Nugroho, Notosusanto. 1984. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer. Jakarta: Yayasan Penerbit UI.
O. K. Nizami Jamil. 2016. Siak Negeri Pengabdianku: Biografi Orang Kaya Muhamad Djamil Sekretaris Pribadi Sultan Syarif Kasim II. Pekanbaru: Alaf Riau.
Panitia Konferensi Internasional. 1997. Denyut Nadi Revolusi Indonesia: Revolusi Nasional: Kajian, Kenangan dan Renungan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Proyek Pengembangan Media Kebudayaan. 1981. Monografi Daerah Riau. Dinas Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Ronald MP Silalahi. 2010. Analisis Makna Revolusi. FIB UI.
Samin, S.M. 2002. Sultan Syarif Kasim II: Pahlawan Nasional dari Riau. Pekanbaru: Yayasan Pustaka Riau.
Sartono Kartodirdjo. 2014. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Soedarno Mahyudin. Hikayat Raja Kecik.
Suparlan, Parsudi. 1985. Pengantar Metode Penelitain Kualitatif. Jakarta: Akademika Pressindo.
Susan Blackburn. 2004. State Gender Ideologies and the Women‟s Movement. Cambridge University Press.
Suwardi MS, dkk. 2005. Sultan Syarif Kasim II: Pahlawan Nasional dari Riau. Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau.
_____. 2006. Dari Kebatinan Senapelan ke Bandaraya Pekanbaru. Pekanbaru: Alaf Riau.
_____. 2014. Sejarah Lokal Riau. Pekanbaru: PT Sutra Benta Perkasa.
_____. 2015. Sultan Syarif Kasim II: Pahlawan Nasional dari Riau. Pekanbaru: PT Sutra Benta Perkasa.
Suwardi MS, Isjoni. 2006. Kota dan Dinamika Kebudayaan: Peluang dan Tantangan menjadikan Pekanbaru sebagai Pusat Kebudayaan Melayu di Asia Tenggara 2021.
108
Universitas Sumatera Utara
T. Mohammad Toha, Syarifah Farradina (Ed). 2012. Warisan Sejarah Kesultanan Siak Sri Indrapura: Dalam Warisan Kisah Mahkota di Sungai Jantan. KITLV Press, ISBN 90-6718-219-2.
Tim Media Pusindo. 2008. Pahlawan Indonesia. Depok: Media Pusindo.
Tim Penulis Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. 1986. Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Riau. Pekanbaru: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Tim Penulis Sejarah Kerajaan Siak. 2011. Sejarah Kerajaan Siak. Pekanbaru: CV. Sukabina Pekanbaru.
Tim Universitas Riau. 2006. Sejarah Perjuangan Riau. Pekanbaru: PT Sutra Benta Perkasa.
Timothy P. Bernard. 2003. Multiple Center of Authority: Society and Environment in Siak and Eastern Sumatra 1674-1872. Leiden: KITLV Pres.
Toer, Pramoedya Ananta, dkk. 2014. Kronik Revolusi Indonesia Jilid V (1949). Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).
W.H.M Schadee. 1918. Oostkust van Sumatra Instituut Mededeling No. 2. Geschiedenis van Sumatra Ooskust. Amsterdam.
SEMINAR
Discussion Paper: The role of governance assessment and measurement tools in the context of political Transitions. United nations development programme Democratic governance. 8 February 2013.
Tulisan O.K. Nizami Jamil yang berjudul “Sultan Syarif Kasim II dengan rela meletakkan mahkota kerajaan Siak demi perjuangan bangsa Indonesia” dalam seminar Sejarah Kepahlawanan Bangsa Indonesia di Riau.
Tim penulis. 1977/1978. Sejarah Daerah Riau. Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
MEDIA ONLINE
Berdikari Online. Bung Karno dan Soal-soal Revolusi. http://www.berdikarionline.com/bung-karno-dan-soal-soal-revolusi/. Diakses tanggal 30 Maret 2018.
109
Universitas Sumatera Utara
BPMP2T Kabupaten Siak - Provinsi Riau. Gambaran Umum Kabupaten Siak. rupm.siakkab.go.id/gambaran-umum-kabupatan-sia.html. Diakses tanggal 27 Januari 2019.
Iswara N Raditya. Ketika Sultan Siak Menyerahkan Seluruh Hartanya untuk Republik. https://tirto.id/ketika-sultan-siak-menyerahkan-seluruh-hartanya- untuk-republik-cB4p. Diakses tanggal 8 Januari 2018.
Model Penataan Kampung Adat di Kabupaten Siak. Universitas Riau.
New World Encyclopedia Contributors. Indonesian War of Independence. New World Encyclopedia. 23 Maret 2018, 14.36 UTC. http:/www.NewWorldEncyclopedia.org/p/index.php?title=Indonesian_War_ of_Independence&oldid=1010048. Diakses tanggal 20 Juli 2018.
Puja Mondal. Aristotle‟s Theory of Revolution: Causes and Methods to Prevent Revolution. yourarticlelibrary.com/politics/aristotles-theory-of-revolution- causes-and-methods-to-prevent-revolution/40126 diakses tanggal 19 Juli 2018.
Republika. Dedikasi Sultan Syarif Kasim II untuk Indonesia. https://m.republika.co.id/amp/mt2k6g. Diakses tanggal 1 Februari 2019.
WAWANCARA
Wawancara dengan Bapak Prof. Suwardi MS pada 5 September 2018 di Pekanbaru pukul 10.00 WIB.
Wawancara dengan Bapak Adi pada 6 September 2018 di Siak pukul 10.00 WIB.
110
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 1
Peta Wilayah Siak
Sumber: Leiden University Libraries Digital Collections. “Kaart van een gedeelte van Sumatra‟s Oostkust”. Aardrijkskundig Genootschap (Amsterdam) (https://digitalcollections.universiteitleiden.nl Kode D C 53,8) Diakses 10 Januari 2019.
111
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 2
Peta Kerajaan-Kerajaan di Riau Abad Ke-19
Sumber: Ivan Taniputera dipl. Ing
112
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 3
Peta Wilayah Kekuasaan Kerajaan Siak Tahun 1815-1946
Sumber: Tim Penulis Sejarah Kerajaan Siak. 2011. Sejarah Kerajaan Siak. Pekanbaru: CV. Sukabina Pekanbaru. Hlm. xiii.
113
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 4
Peta Riau Tahun 1942-1945
Sumber: Tim Penulis Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. 1986. Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Riau. Pekanbaru: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hlm. 129.
114
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 5
Peta Rute Perjuangan Sultan Syarif Kasim II
Sumber: Muhammad Hafiz. 2012. Pendidikan Di Kerajaan Siak Sri Indrapura: Telaah Historis Pendidikan Di Era Sultan Syarif Kasim II [Tesis]. Pekanbaru: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Hlm. 108.
115
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 6
Foto Sultan Syarif Kasim II bersama Isteri Tengku Maharatu
Sumber: Leiden University Libraries Digital Collections. Sultan van Siak Sri Indrapoera en echtgenote. (https://digitalcollections.universiteitleiden.nl kode KITLV 31307) Diakses 10 Januari 2019.
116
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 7
Foto Sultan Syarif Kasim II bersama Isteri Bertemu Bung Karno
Sumber: Arsip Nasional RI
117
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 8
Foto dan Peta Pembangunan Rel Kereta Api Logas-Pekanbaru
Sumber: Leiden University Libraries Digital Collections. “Kaart van een gedeelte van Sumatra‟s Oostkust”. Aardrijkskundig Genootschap (Amsterdam) (https://digitalcollections.universiteitleiden.nl Kode D C 53,8) Diakses 10 Januari 2019.
KITLV A773 - Spoorwegemplacement van de Staatsspoorwegen ter Sumatra‟s Westkust bij de Anaikloof bij Padangpandjang KITLV A773 - Spoorbrug en voetbrug tussen Fort de Kock en Pajakoemboeh digitalcollections.universiteitleiden.nl
118
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 9
Surat No. 10/U/50 tertanggal Djakarta, 17 Februari 1950, perihal permata- permata Sultan Siak
Sumber: Arsip Nasional RI
119
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 10
Surat No. 212/P/10 tertanggal Bengkalis, 13 Mei 1950, perihal pembentukan Swapraja (Daerah Istimewa) Siak dari Panitia Persiapan Swapraja Siak (PPSS)
Sumber: Arsip Nasional RI
120
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 11
Surat/Pemberitahuan “Kemudian Hendaklah Mengetahui” yang Salinan Awalnya Ditulis dalam Aksara Arab-Melayu Kemudian Sudah Diterjemahkan Salinannya Kedalam Bahasa Melayu dan Inggris. Salinan Ini Bisa Juga Dibaca di Istana Siak Sri Indrapura.
121
Universitas Sumatera Utara
122
Universitas Sumatera Utara