BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN PERPUSTAKAAN UMUM 1. Pengertian Perpustakaan

Beberapa pengertian perpustakaan yang diperoleh dari berbagai sumber adalah sebagai berikut : Definisi menurut :

a. Suwondo Atmodjahnawi, SH1 Sifatnya: - Perpustakaan adalah tempat pengumpulan pustaka atau kumpulan pustaka yang diatur dan disusun dengan sistem tertentu, sehingga tiap-tiap buku, tiap-tiap warkat dan tulisan jika sewaktu waktu diperlukan dapat diketemukan dengan mudah dan cepat - Peprustakaan adalah suatu koleksi buku-buku dalam suatu gedung atau bangunan yang mewadahinya, yang telah siap untuk dimanfaatkan bagi siapa saja yang memerlukannya. Aktivitasnya: - Perpustakaan adalah unit kerja yang berupa tempat penyimpanan koleksi bahan pustaka, yang diolah dan diatur secara sistematis dengan cara tertentu untuk digunakan oleh pemakainya dengan sumber informasi. - Perpustakaan adalah suatu satuan organisasi yang menyelenggarakan kegitaan pengadaan, pengolahan, pelestarian dan penyebarluasan serta pemanfaatan bahan pustaka dengan cara tertentu kepada masyarakat sekelilingnya guna penyelesaian tugas dan atau kepentigan pribadinya.

1 Penulis buku “Tentang dan sekitar Perpustakaan Umum Kotamadya Surakarta (Surakarta City Library)”

16

17

b. Perpustakaan adalah tempat untuk melestarikan bahan pustaka sebagai sumber ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. (PP no.11 tahun 2001) c. Perpustakaan dapat didefinisikan sebagai suatu kumpulan buku-buku dan bahan-bahan pustaka lainnya dan diorganisasikan dan diadministrasikan untuk bacaan, konsultasi, dan belajar. (Tjoen,1966) d. Perpustakaan berarti tempat, gedung yang disediakan untuk pemeliharaan dan penggunaan koleksi buku, majalah, dan bahan kepustakaan lainnya yang disimpan untuk dibaca dan dipelajari. (KBBI,1992) e. Perpustakaan adalah lembaga pengumpulan koleksi, termasuk tulisan, cetakan, atau materi ausio visual yang kemudian dikelola untuk pelayanan belajar dan peneliian bagi masyarakat umum. (Ensyclopedia Britanica,1960) f. Perpustakaan adalah tempat kumpulan buku-buku dan bentuk-bentuk lainnya atau catatan yang ditempatkan, diorganisasikan dan diinterpretasikan untuk memenuhi kebutuhan yang beragam dari masyarakat akan informasi, pengetahuan, rekreasi dan rasa keindahan yang akan dinikmati. Mereka datang karena tuntutan sosial untuk mendapatkan pengetahuan yang diperlukan dalam perkembangan kebudayaan (Wallace, 1972).

Dari beberapa pengertian perpustakaan di atas, dapat disimpulkan bahwa perpustakaan adalah tempat atau wadah penyimpanan materi-materi referensi, baik yang berbentuk buku, naskah, film, maupun bentuk-bentuk lainnya yang diorganisasikan dan dipelihara sebagai bahan informasi untuk dimanfaatkan oleh masyarakat guna menambah pengetahuan, menunjang kemajuan pendidikan dan membantu pengembangan ilmu pengetahuan

18

2. Fungsi Perpustakaan Secara Umum Jadi menurut uraian di atas fungsi pokok dari perpustakaan adalah : 1. Sebagai sarana pendidikan dan pengajaran (Education) 2. Sebagai sarana rekreasi (Recreation) 3. Sebagai gudang ilmu pengetahuan dan sarana penelitian (Science and research) 4. Sebagai sumber informasi (Information) 5. Sebagai sarana dokumentasi (Documentation)

3. User/pemakai perpustakaan tingkat kota 1) Kelompok pengunjung Pengunjung perpustakaan adalah segala lapisan dan golongan masyarakat mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa. Selain itu selain pengunjung dalam kota juga dimungkinkan dari luar kota. 2) Kelompok pengelola Pengelola perpustakaan adalah pegawai perpustakaan yang mengelola dan mengurusi segala kebutuhan serta pelayanan perpustakaan. Pengelola merupakan non pegawai pemerintahan atau swasta.

4. Aktivitas yang diwadahi untuk perpustakaan tingkat kota Aktivitas pokok yang diwadahi dalam bangunan ini antara lain: 1) Aktivitas pembinaan bahan koleksi Yaitu kegiatan mengumpulkan, mengadakan, menyediakan bahan koleksi untuk dijadikan koleksi perpustakaan. Kegiatan ini dapat dilakukan dalam berbagai cara, antara lain:

Pemilihan bahan pustaka Prosedur dan tata cara pemilihan/seleksi ditentukan oleh perpustakaan dan seyogyanya dibukukan dalam buku 19

pedoman kerja perpustakaan. Pemilihan bahan pustaka berdasarakan: - Profesi pemakai - Macam-macam koleksi - Jenis bidang ilmu Pelaksanaan pengadaan bahan koleksi Berupa menghimpun bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi perpustakaan yang relevan dengan minat, kebutuhan, lengkap dengan terbitan mutakhir Inventarisasi bahan pustaka - Mencatat semua bahan pustaka dalam buku inventarisasi - Memberi tanda pengenal pada setiap bahan pustaka

2) Aktivitas pengolahan dan pengelolaan bahan koleksi Adalah berupa kegiatan mempersiapkan bahan koleksi yang telah diperoleh agar mudah dapat diatur di tempat-tempat penyimpanan, yang diperlukan dalam hal ini adalah: Klasifikasi Kegiatan mengelompokkan bahan-bahan koleksi sesuai dengan macam bidang ilmunya. Katalogisasi Adalah kegiatan untuk membuat kartu-kartu katalog setiap bahan-bahan koleksinya. Perlabelan Adalah kegiatan membuat nomor penempatan pada setiap bahan koleksi pustaka. Penyimpanan dan penyusunan bahan kolaksi (shelving) Berdasarkan kepentingannya secara umum koleksi dikelompokkan dalam tiga lokasi penyimpanan yaitu: - Koleksi umum (dapat dibaca ditempat maupun dibawa pulang) 20

- Referensi (untuk dibaca ditempat dan tidak untuk dibawa pulang) - Koleksi berkala (edisi terbaru secara berkala seperti jurnal, majalah, koran, buletin) 3) Aktivitas perbaikan koleksi yang rusak dan pengawetan bahan- bahan pustaka 4) Aktivitas pelayanan Meliputi bentuk pelayanan dan sistem pelayanan yang diuraikan sebagai berikut: Bentuk Pelayanan: - Pelayanan langsung (pengunjung datang sendiri) - Pelayanan semi langsung (perpustakaan keliling) - Pelayanan tidak langsung (pelayanan cabang berupa pendistribusian buku) 5) Aktivitas membaca Berupa kegiatan membaca di tempat 6) Aktivitas penunjang Meliputi aktivitas yang dilakukan untuk menunjang perpustakaan selain kegiatan pokok. Bisa merupakan ruang diskusi maupun ruang publik dan semi publik.

5. Sistem pelayanan pada perpustakaan Pada umumnya perpustakaan memiliki dua jenis layanan, yaitu layanan tertutup (closed access) dan layanan terbuka (open access). a. Layanan Tertutup Layanan ini dilakukan dengan pertimbangan keselamatan koleksi. Koleksi yang dilayani secara tertutup biasanya adalah koleksi jurnal dan buku referensi (buku langka atau buku mahal). Dalam layanan tertutup ini pengunjung tidak boleh mengambil sendiri bahan pustaka yang diinginkan, akan tetapi diambilkan oleh petugas setelah mengisi formulir tertentu yang telah disediakan. Konsekuensi dari layanan ini adalah harus 21

tersedianya katalog buku. Pengunjung dapat mencari buku yang diinginkannya melalui katalog ini. Dan di sini petugas juga harus mengajarkan pengunjung tentang kegunaan katalog.

b. Layanan Terbuka Layanan ini pengunjung bebas untuk meminjam koleksi apa pun. Tentu saja setelah melalui proses administrasi yang telah dibuat oleh perpustakaan. Sistem simpan pinjam bahan pustaka dibuat supaya semua transaksi terkontrol untuk menghindari kemungkinan hilangnya bahan pustaka.

6. Pola kegiatan yang terjadi dalam perpustakaan Pola kegiatan yang terjadi dalam perpustakaan adalah: a. Kegiatan Karyawan/staff meliputi: - Kegiatan pengelolaan - Kegiatan administrasi - Kegiatan pelayanan, baik pelayanan pemakai maupun teknis b. Kegiatan Pengunjung, meliputi : - Pendaftaran diri menjadi anggota - Penitipan barang bawaan - Pengisian buku tamu - Pencarian bahan pustaka (melalui katalog atau mencari langsung ke rak-rak buku yang tersedia) - Membaca, belajar - Peminjaman bahan pustaka - Pengembalian bahan pustaka - Bertamu

22

7. Macam ruang yang tercipta dari kegiatan di perpustakaan Di Amerika hampir semua perpustakaan diatur secara sama dan terdiri atas2: 1. Circulation Desk. Circulation desk adalah tempat dimana buku-buku di checked out. Bila kita ingin mencari buku dan tidak ada pada tempatnya, maka kita bisa mencarinya pada circulation desk. 2. Reference Area. Dua bagian penting dari reference area adalah references books dan reference librarians. Reference books berfungsi memberikan informasi tentang berbagai subyek atau petunjuk dalam penelitian atau studi yang lebih jauh. Koleksi referensi tidak boleh dibawa kemana-mana dan harus siap bagi siapapun untuk digunakan. 3. Card Catalog . Card Catalog adalah index alpha betis dari buku-buku yang ada di perpustakaan. Card Catalog memberi informasi tentang buku apa dan dimana letaknya. 4. Stacks .The stacks adalah satuan rak buku yang menyimpan koleksi umum perpustakaan tersebut. Ada stacks terbuka dan tertutup. 5. Reserve Room . Reserve room adalah ruangan untuk menyimpan buku sementara yang diambil dari stacs yang digunakan khusus untuk suatu mata kuliah. Bila dosen menganggap itu penting, maka buku teresbut bisa diambil dan disediakan untuk mahasiswanya untuk digunakan. 6. Current Periodicals. Current periodicals – baik majalah popular ataupun jurnal biasanya dipajang secara alfabetis atau dengan nomor pengingat. Berita-berita lama periodicals disusun, diikat dalam stacks. 7. Microforms. Microforms terdiri dari berbagai jenis bahan foto dalam bentuk film yang ukurannya sudah diperkecil. Berita-berita terdahulu dari surat kabar dan periodicals begitupun cetakan-cetakan yang diambil dari buku disimpan pada microforms.

2 Tentang dan sekitar Perpustakaan Umum Kotamadya Surakarta (Surakarta City Library), Suwondo Atmodjahnawi, SH 23

8. Audiovisual Materials. Koleksi disini terdiri dari rekaman, tapes, films, slides, dan media non-cetak lainnya. 9. Interlibrary loans. Bila perpustakaan tidak memiliki kebutuhan yang diinginkan, bisa meminjam bahan tersebut dari perpustakaan lain lewat interlibrary loans. Memerlukan waktu beberapa minggu untuk memperoleh bahan tersebut lewat interlibrary loan services. 10. Other Services

8. Studi Empiris / preseden perpustakaan a. Perpustakaan Provinsi Badan Pemerintah dan Arsip Daerah (BPAD) Provinsi DIY dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi DIY Nomor 7 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tatakerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Tujuan dari adanya Perpustakaan ini antara lain: a. Tercapainya efektifitas pelaksanaan fungsi dan tugas lembaga b. Tercapainya pengelolaan dan pemanfaatan perpustakaan untuk menumbuhkan minat dan budaya baca. c. Tercapainya pengelolaan arsip yang optimal untuk meningkatkan fungsi arsip serta kualitas layanan kearsipan. d. Terwujudnya koleksi perpustakaan dan khasanah arsip sebagai citra budaya daerah e. Tercapainya peningkatan peran perpustakaan menjadi rumah belajar bagi masyarakat untuk meningkatkan kecerdasan dan daya saing 24

f. Terselenggaranya jaringan sampai kabu[aten/Kota dalam rangka mendukung terwujudnya jaringan informasi perpustakaan dan kearsipan nasional g. Terwujudnya peran serta masyarakat untuk memberdayakan perpustakaan dan kearsipan Perpustakaan tersebut merupakan salah satu dari empat perpustakaan miliki Pemerintah daerah Istimewa Yogyakarta, untuk menunjang kegiatan dalam bidang akademis. Meskipun bangunannya tak terlalu luas, Perpustakaan daerah (Perpusda) telah bertahan selama kurang lebih 60 tahun. Bahkan, sejak 2007 Perpusda telah mengalami perbaikan luar biasa. Renovasi ini dilakukan karena bangunan perpustakaan yang tak layak untuk belajar. Kondisi ini diperparah dengan gempa tahun 2006 lalu yang merusak beberapa bagian perpustakaan. Sejak saat itu, perpustakaan tak beroperasi dan sementara dipindahkan ke gedung lainnya di Jl. Tentara Rakyat Mataram. Pada Maret tahun lalu, bangunan perpustakaan yang berlokasi di Jl. Malioboro No 175 ini selesai dipugar. Bangunan tersebut sudah berubah total. Ruangannya sudah terlihat lebih nyaman, full AC, dan koleksi yang memadai pula. Hanya saja, perlu diakui jika koleksi di perpustakaan ini didominasi oleh majalah dan koran harian, serta akses internet. Sedangkan koleksi buku-buku lebih lengkap tersedia di perpustakaan wilayah Badran. Yang menarik adalah belum lama ini ada fasilitas baru yakni Kyoto Corner. Di mana Kyoto adalah sebuah nama kota di Jepang yang bekerjasama dengan pihak pemerintah dalam mensuplai buku-buku langsung dari Kyoto dan juga memberikan ruang tersendiri di perpustakaan ini.

25

a. b.

c. d.

Gambar II.1 a. Kondisi Ruang Baca Lt.1 b. Kondisi Ruang Baca Lt.2 c. Interior Kyoto Corner d. Ruang Kyoto Corner (sumber: dokumentasi pribadi)

Dari gambaran di atas mengenai perpustakaan provinsi Yogyakarta, bisa diambil suatu nilai positif mengenai perletakan perpustakaan yang strategis akan memiliki pengaruh yang cukup besar. Malioboro dikenal sebagai area publik yang banyak dikunjungi wisatawan baik domestik maupun mancanegara, ternyata di dalam area perbelanjaan ini terdapat sebuah pepustakaan yang menyimpan arsip-arsip sejarah maupun pusat informasi- informasi mengenai kota Yogyakarta dengan lengkap. Selain itu dapat juga dengan kerjasamanya dengan orang asing, mungkin contohnya di sini adalah Jepang, membuat warna tersendiri terhadap suatu perpustakaan. Dengan adanya Kyoto corner akan memungkinkan munculnya komunitas-komunitas yang memang tertarik dengan kebudayaan Jepang dan kemudian bisa melahirkan gagasan- gagasan ataupun ide kreatif.

26

b. Perpustakaan Taman Pintar Perpustakaan tidak hanya milik orang dewasa. Anak-anak pun juga perlu dilatih minat membacanya. Supaya kelak ketika dia dewasa sudah terbiasa bersahabat dengan buku. Ruangan untuk anak-anak pun juga perlu dibedakan, karena kecenderungan anak-anak adalah masih kental dengan dunia bermain. Perpustakaan Taman Pintar lebih didominasi oleh buku-buku ilmu pengetahuan. Letaknya strategis yakni di kawasan Malioboro dan juga dekat dengan keramaian(lokasi wisata) dan juga toko buku. Sementara itu, Kepala Kantor Pengelola Taman Pintar, Edy Heri Suasana menyatakan koleksi perpustakaan Taman Pintar meliputi tiga jenis, yaitu buku cetak, audio visual dan ensiklotepi atau ensiklopedi yang berbentuk animasi dan audio visual. Koleksi buku cetak di perpustakaan Taman Pintar sebanyak 1.947 judul dengan 2.639 eksemplar buku tentang ilmu pengetahuan, teknologi, ensiklopedi dan pengetahuan umum. Penyediaan buku-bukunya dimaksudkan agar benar-benar budaya membaca bisa melekat pada keseharian anak-anak dan pelajar

Gambar II.2 Interior Perpustakaan Anak-anak Taman Pintar Sumber : Dokumentasi Pribadi

Dari apa yang digambarkan bisa diambil suatu nilai positif bahwa perpustakaan di Taman Pintar memang 27

didesain sesuai dengan apa yang seharusnya menjadi media pembelajaran bagi anak-anak. Terdapat area dongeng yang memang mengajarkan suatu pembelajaran melalui panggung boneka dan alat peraga lainnya, juga ruang baca yang tidak kaku bahkan cenderung berwarna-warni dan anak-anak bisa bebas duduk maupun berbaring. c. Perpustakaan kota Yogyakarta

Gambar II.3 Cafenet outdoor dan ruang baca Perpustakaan Kota Yogyakarta Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar II.4 Ruang baca pada perpustakaan kota Yogyakarta yang lain Sumber : Dokumentasi Pribadi

Yogyakarta memiliki dua buah perpustakaan kota. Yang pertama seperti yang ditunjukkan gambar nomor II.3 adalah perpustakaan yang berada pada jalan Suroto, sebelah Gramedia Jogja. Kondisi perpustakaan ini sudah cukup baik dibandingkan perpustakaan kota solo. Sudah dilengkapi dengan cafe net, hotspot area, ruang anak-anak, ruang referensi, dsb. Akan tetapi buku yang tersedia tidak terlalu banyak. Namun karena lokasinya yang strategis dan juga 28

tempatnya yang nyaman, serta didukung dengan program- program yang melibatkan masyarakat, perpustakaan ini mampu menarik minat masyarakat untuk berkunjung kesana. Dalam sehari ada ratusan pengunjung yang datang, data yang diperoleh adalah paling banyak 250 orang pernah datang ke tempat ini. Sedangkan gambar II.4 adalah perpustakaan yang berlokasi di Jalan Tentara Rakyat Mataram. Koleksi perpustakaan ini sudah sangat lengkap dan dirasa bisa menampung kebutuhan masyarakat kota bahkan provinsi di bidang berbagai aspek ilmu. Di dalamnya juga terdapat fasilitas warnet yang digunakan masyarakat untuk media digital. Dari gambaran di atas bisa diambil nilai positif dari masing-masing perpustakaan kota Yogyakarta. Untuk perpustakaan di Jalan Suroto, terdapat fasilitas publik berupa cafenet. Dengan desain yang menarik dan juga akses yang mudah (area terbuka) maka membuat perpustakaan ini banyak dikunjungi. Selain itu terdapat banyak acara yang mendukung perpustakaan tersebut, seperti lomba-lomba ataupun acara lain yang bekerjasama dengan perusahaan ternama maka membuat perpustakaan semakin banyak peminatnya. Untuk perpustakaan di Jalan Tentara Rakyat Mataram, bisa diambil hal-hal positif seperti dengan adanya fasilitas IT berupa ruang internet gratis maka membuat pengunjung tidak hanya menikmati bahan bacaan berwujud buku namun juga bisa melakukan pembelajaran melalui internet.

29

d. Perpustakaan Umum di Blitar

Gambar II.5 Tangga dan Eksterior Perpustakaan dari makam Ir. Soekarno Sumber : Dokumentasi Pribadi

Perpustakaan ini adalah perpustakaan milik Pemerintah Kota Blitar. Konsep bentuk bangunan ini dibuat oleh arsiteknya, Baskoro Tedjo, mirip dengan candi penataran yang berada di Blitar. Lokasi perpustakaan ini adalah di kompleks pemakaman Ir. Soekarno. Oleh karena itu terdapat sumbu / garis yang menghubungkan antara makam dan perpustakaan seperti yang nampak pada gambar II.5 di atas. Perpustakaan ini dikunjungi mencapai 1000 orang setiap harinya, baik yang sengaja mendatangi perpustakaan maupun yang hanya mampir karena tujuan utamanya adalah ke museum maupun makam Bung Karno. Seperti yang terlihat juga pada tangga ekspos pada gambar II.5 di atas, material yang digunakan sebagai dinding bangunan adalah batu candi dan untuk memperingan tampilan, maka dipadukan dengan kaca. Hal positif yang bisa diambil dari perpustakaan ini adalah pemilihan lokasinya yang strategis dan mampu mengoptimalkan perpustakaan sebagai ruang publik bagi masyarakat Blitar maupun pengunjung dari daerah lain. Kekurangan dari bangunan ini adalah, ketika bangunan ini menyediakan beberapa fasilitas publik seperti audiovisual, atap bangunan yang dapat dinaiki, maupun amhpiteater, tidak bisa optimal penggunaannya oleh masyarakat sekitar. 30

e. Rumah baca Gelaran Ibuku Yogyakarta Salah satu taman baca yang dimiliki oleh penerbit indpenden yakni buku yang bergerak untuk mencetak buku-buku sejarah riset dan penelitian. Rumah baca yang dinamakan Gelaran Ibuku ini dibangun untuk membangun kebebesan berpikir masyarakat. Setiap tahun Gelaran Iboeke mencetak penulis-penulis muda yang karya- karyanua pantas untuk diapresiasi. Untuk Lokasi, tempat ini termasuk yang kurang strategis. Meski begitu kegiatan di tempat ini hidup. Seperti adanya diskusi-diskusi mengundang pengarang/penulis buku untuk kemudian dia membedah bukunya, dsb.

Gambar II.6 Eksterior dan Interior Rumah baca Gelarani Buku Sumber : Dokumentasi Pribadi

Dari paparan di atas, meskipun secara lokasi memang sangat tidak strategis namun rumah baca ini cukup diminati bagi para komunitas penulis dan pecinta buku. Kekurangannya adalah rumah baca ini akan bisa kurang terekspose kecuali oleh orang-orang yang memang tergabung pada komunitas penulis maupun pecinta buku. Namun kelebihan dari rumah baca ini adalah kegiatan di dalamnya yang berkembang. Mulai dari suatu diskusi- diskusi hingga presentasi penulis terhadap bukunya. Sehingga akhirnya ada suatu penerbit yang tertarik terhadap komunitas penulis ini dan sampailah penulis-penulis ini akan selalu produktif dengan karyanya. 31

f. Perpustakaan Soeman HS

Gambar II.7 Eksterior dan Interior Perpustakaan Soeman HS Sumber : www.wikipedia.org.id Perpustakaan ini terletak di Jalan Sudirman . Gedung ini mempunyai 6 lantai dibangun oleh pemerintah provinsi guna memenuhi fasilitas publik berupa perpustakaan daerah yang pada saat itu di Riau belum memiliki gedung yang representatif. Dengan APBD Riau lebih dari 150 milyar yang dianggarkan dalam gerakan pendidikan, Riau Membaca. Diresmikan oleh Wapres Jusuf Kalla pada tahun 2008 lalu. Perpustakaan ini tidak hanya sebagai ruang baca saja tetapi juga sebagai ruang publik yang memadai bagi masyarakat luas.

Desainnya unik terinsipirasi dari alas baca Al- Quran sekilas juga mirip dengan buku yang sedang terbuka dan mempunyai fasilitas yang lengkap mulai dari perpustakaan, auditorium, bilik budaya melayu, atrium, ruang pertemuan, ruang internet, musholla, 32

cafe, kantin, dan lain-lain. Perpustakaan ini menjadi E-Pilot National Project percontohan Perpustakaan se-Indonesia.

Nama perpustakaan diadaptasi dari tokoh pujangga Riau, (Alm.) Soeman Hs. Sampai saat ini perpustakaan Soeman HS yang kini jadi marka tanah dan ikon baru pariwisata Kota Pekanbaru sehari bisa dikunjungi hingga 1.000 orang baik dari dalam maupun dari luar daerah sendiri. Hingga April 2009 lalu jumlah anggota aktif lebih dari 20.358 orang dan mereka dapat mengakses sekitar 72.259 judul buku yang berjumlah 213.432 eksemplar

Dari gambaran di atas, perpustakaan ini dirasa telah berhasil menciptakan dan mengembalikan sifat publik suatu perpustakaan untuk masyarakat. Dengan adanya ruang- ruang publik seperti taman dan auditorium serta bentuk atraktif yang dimiliki telah menciptakan perpustakaan ini sebagai tempat yang layak dan harus dikunjungi ketika menginjakkan kaki di Pekanbaru. g. Seattle public Library Seattle Public library adalah perpustakaan umum yang terdapat di Seattle, Amerika Serikat. Perpustakaan ini memiliki 1,45 juta koleksi yang meliputi : koleksi buku, penerbitan pemerintah, koleksi pendidikan, koleksi audio visual serta koleksi yang dapat diakses secara online. Sejak dibuka pada 23 Mei 2004, Seattle Public Library dikunjungi hampir 8.000 orang setiap harinya. Arsitek prinsipal yang merancangnya adalah Rem Kolhaas dan Joshua Ramus of The Office Of Metropolitan Architecture (OMA). Bangunan ini di desain bukan hanya sebagai ikon bangunan formal pemerintah, namun juga bangunan fungsional. Dilengkapi dengan layanan lengkap 33

Gambar II.8 Fasad Seattle Public Library Sumber : www. arcspace.com/seattlepublic yang user friendly, menjadikan Seattle Public Library hadir sebagai bangunan formal dan non formal spaces. Kolhaas mengibaratkan Seattle Publik Library menjadi sebuah ‘penjaga buku’, tempat untuk mendapatkan informasi baru sekaligus berfungsi sebagai tempat untuk berdiskusi, saling mengeluarkan gagasan, dan refleksi yang dinamis. Fasad dari bangunan ini, menggunakan struktur baja

Gambar II.9 Interior Ruang Baca Seattle Public Library Sumber : arcspace .com diagonal sehingga terbentuk masa segi banyak yang dinamis. Yang menarik dari Seattle Public Library, adalah interiornya yang terlihat unik, jauh dari kean formal perpustakaan pada umumnya. Hal ini dapat terlihat dari penggunaan warna cerah, serta desain ruang baca yang dinamis, tidak kaku. Ruangan pada bangunan seattle Public library sebagian besar didesain dengan konsep public space, sehinga memungkinkan lebih banyak aktifitas yang 34

bisa dilakukan selain membaca. Seperti : berbincang ataupun sekedar membaca santai. Penataan koleksi buku perpustakaan, tetap diurutkan sesuai katalog buku agar mudah diakses, namun disajikan dengan interior yang dinamis melalui permainan motif dan warna sehingga tidak terkesan kaku. Begitu juga interior pada space perpustakaan anak. Dibuat dengan suasana ceria khas anak dengan menghadirkan warna dan lighting yang atraktif, untuk membantu mencegah rasa bosan & monoton pada anak. Bangunan ini dibagi menjadi delapan lapis layer (lantai), dengan luasan yang berbeda-beda sesuai dengan fungsinya. Koleksi disusun secara berkelanjutan – continous collection dari atas ke bawah.

Gambar II.10 Sistem Continues layer pada Lantai Seattle Public Library Sumber : archspace.com

B. TINJAUAN RUANG PUBLIK 1. Pengertian Ruang Publik Ruang publik adalah ruang untuk menikmati kebersamaan kita sebagai warga kota 3 . Berfungsi atau berhasil tidaknya open space sangat tergantung pada bagaimana open space itu mudah dicapai dan berhubungan satu sama lain melalui sistem transportasi yang andal. Di samping itu masih ada satu syarat lagi untuk membuat ruang terbuka umum bermanfaat, yaitu fungsi dan kepadatan sekitarnya harus mendukung. Ruang terbuka umum justru harus didukung /dikelilingi

3 Buku Jakarta Metropolis Tunggang Langgang oleh Marco Kusumawijaya 35

oleh kepadatan yang cukup tinggi (high density) sebab kalau tidak malah menjadi indefensible. Ruang umum (public space) di perkotaan adalah ruang yang dapat digunakan oleh umum dapat berupa taman (park), kebun (garden), jalur hijau (greenways), pedestrian, jalan, trotoar, lapangan olah raga, plaza, muka air, puncak atap dan semua ruang luar komunal yang berada di luar bangunan.

2. Fungsi dan peranan ruang publik Dalam pasal 28 UU RI Nomor 26 tahun 2007 perlunya rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau dan non hijau, penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki, angkutan umum, kegiatan sektor informal dan ruang evakuasi bencana yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi wilayah kota sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi dan pusta pertumbuhan wilayah. Dengan demikian ruang publik memiliki peranan sebagai berikut : a. Sebagai pusat interaksi, komunikasi masyarakat baik formal maupun informal b. Sebagai ruang terbuka yang menampung koridor-koridor, jalan yang menuju ruang publik tersebut, dan ruang pengikat di lihat dari struktur kota, sekaligus sebagai pembagi ruang-ruang fungsi bangunan di sekitarnya serta ruang untuk transit bagi masyarakat yang akan pindah ke tujuan lain c. Sebagai tempat pedagang kaki lima yang menjajakan makanan dan minuman, pakaian, souvenir,bahkan jasa entertainment d. Sebagai paru-paru kota yang dapat menyegarkan kawasan tersebut, sekaligus menjadi ruang evakuasi masyarakat jika terjadi bencana dan sebagainya.

36

3. Kriteria ruang publik ada 3 macam yakni: a. Dapat memberikan makna atau arti bagi masyarakat setempat secara individual maupun kelompok (meaningful) b. Tanggap terhadap keinginan semua pengguna dan dapat mengakomodir kegiatan yang ada pada ruang publik tersebut (responsive) c. Dapat menerima kehadiran berbagai lapisan masyarakat dengan bebas tanpa adanya diskriminasi (democratic)

4. Fungsi ruang publik bila dihubungkan dengan bidang arsitektur , yaitu: a. Ruang publik untuk kenyamanan (jalan setapak , jalur hijau , taman dan daerah bermain). b. Ruang publik serius (area parkir dan ruang – ruang pelayanan lainnya). c. Ruang publik untuk menciptakan bentuk dan citra.

5. Jenis-jenis ruang publik Bentuk berupa zona ruang terbuka yang memiliki empat macam tipe yaitu: a. Taman umum (pubilc parks) - Taman nasional (National Park) Skala pelayanan taman ini adalah tingkat nasional, lokasinya berada di pusta kota. Bentuknya berupa zona ruang terbuka yang memilki peran sangat penting dengan luasan melebihi taman-taman kota yang lain, dengan kegiatan yang dilaksanakan berskala nasional. Contohnya adalah Taman Monumen Nasional (Monas) di Jakarta. Di samping sebagai Landmark kota Jakarta juga dapat sebagai landmark nasional, terutama tugu monumen yang didukung dengan elemen aksesori kota yang lain seperti air mancur, jalan pedestrian yang diatur dengan pola-pola menarik , di samping taman dan penghijauan di sekitar kawasan tersebut

37

- Taman Pusat Kota (downtown Parks) Taman ini berada di kawasan pusat kota, berbentuk lapangan hijau yang dikelilngi pohon-pohon peneduh atau berupa hutan kota dengan pola tradisional atau dapat pula dengan desain pengembangan baru. Areal hijau kota yang digunakan untuk kegiatan-kegiatan santai dan berlokasi di kawasan perkantoran, perdagangan, atau perumahan kota. Contohnya lapangan hijau di lingkungan perumahan atau perdagangan / perkantoran. - Taman lingkungan (neighborhood parks) Ruang terbuka yang dikembangkan di lingkungan perumahan untuk kegiatan umum seperti bermain anak- anak, olahraga dan bersantai bagi mastarakat di sekitarnya. Contohnya taman di kompleks perumahan. - Taman Kecil (Mini parks) Taman kecil yang dikelilingi oleh bangunan-bangunan, termasuk air mancur yang digunakan untuk mendukung suasana taman tersebut. Contohnya taman-taman di sudut – sudut lingkungan / setback bangunan. b. Lapangan dan plasa Merupakan bagian dari pengembangan sejarah ruang publik kota, plaza atau lapangan, yang dikembangkan sebagai bagian dari perkantoran atau bangunan komersia. Dapat dibedakan menjadi lapangan pusat kota (central square) dan plasa pengikat (corporate plaza) c. Lapangan puat kota (central square) Ruang publik ini sebagai bahan pengembangan sejarah berlokasi di pusat kota yang sering digunakan untuk kegiatan- kegiatan formal seperti upacara-upacara peringatan hari nasional, sebagai rendevous point koridor-koridor jalan di 38

kawasan – kawasan tersebut. Di samping untuk kegiatan- kegiatan masyarakat baik sosial, ekonomi, maupun apresiasi budaya. Contohnya adalah alun-alun kota. d. Plaza pengikat Plaza ini merupakan pengikat dari bangunan-bangunan komersial atau perkantoran, berlokasi di pusat kota dan pengelolaannya silakukan oleh pemilik kantor atau pemimpin kantor tersebut secara mendiri. e. Peringatan (memorial) Ruang publik yang digunakan untuk memperingati memori atau kejadian-kejadian penting bagi umat manusia atau masyarakat ditingkat lokal atau nasional (contohnya adalah tugu Pahlawan, dll) f. Pasar (market) Ruang terbuka atau ruas jalan yang dipergunakan untuk transaksi biasanya bersifat temporer atau hari tertentu. Contoh : kegiatan pasar krempyeng (sementara) yang berlokasi di depan mall dan pasar peterongan semarang di waktu Fajar. g. Jalan (streets) Ruang terbuka sebagai prasarana transportasi. Tipe ini dibedakan menjadi: - Pedestrian sisi jalan (Sidewalk pedestrian) Bagian ruang publik kota yang banyak dilalui orang yang sedang berjalan kaki menyusuri jalan yang berhubungan dengan jalan lain. Letaknya berada di kiri dan kanan jalan. h. Mal pedestrian (pedestrian mal) Suatu jalan yang ditutup bagi kendaraan bermotor dan diperuntukkan khusus bagi pejalan kaki. Fasilitas tersebut biasanya dilengkapi dengan asesori kota seperti pagar, tanaman, dan berlokasi di jalan utama pusat kota. Contoh : Harajuku depan stasiun TV NHK Jepang setian hari minggu pagi. 39

i. Mal transit Pengembangan pencapaian transit untuk kendaraan umum pada penggal jalan tertentu yang telah dikembangkan sebagai pedestrian area j. Jalur lambat (Traffic Restricted Streets) Jalan yang digunakan sebagai ruang terbuka dan diolah dengan desain pedestrian agar lalu lintas kendaraan terpaksa berjalan lamban, disamping dihiasi dengan tanaman sepanjang jalan tersebut atau jalur jalan sepanjang jalan utama yang khusus untuk pejalan kaku dan kendaraan bukan bermotor k. Gang kecil (Town Trail) Gang-gang kecil ini merupakan bagian jaringan jalan yang menghubungkan ke berbagai elemen kota satu dengan yang lain yang sangat kompak. Ruang publik ini direncanakan dan dikemas untuk mengenal lingkungan lebih dekat lagi. Contoh : kawasan menara kudus. l. Tempat bermain (playground) Ruang publik yang berfungsi sebagai area anak-anak yang dilengkapi dengan sarana permainan, biasanya berlokasi di lingkungan perumahan. Tipe ini terdiri dari : m. Halaman sekolah (Schoolyard) Ruang publik halaman sekolah yang dilengkapi dengan fasilitas untuk pendidikan lingkungan atau untuk melakukan komunikasi. n. Ruang komunitas Ruang kosong di lingkungan perumahan yang didesain dan dikembangkan serta dikelola sendiri oleh masyarakat setempat. Ruang komunitas ini berupa taman masyarakat ( community garden). Ruang ini dilengkapi dengan fasilitas penataan taman termasuk gardu pemandangan, areal bermain, tempat-tempat duduk dan failitas estetis lain. Ruang ini 40

biasanya dikembangkan di tanah milik pribadi atau tanah tak bertuan yang tidak pernah dirawat. o. Jalan hijau dan jalan taman (greenways and parkways) Merupakan jalan pedestrian yang menghubungkan antara tempat rekreasi dan ruang terbuka yang dipenuhi taman dan penghijauan p. Atrium/pasar dalam ruang (Atrium/indoor market place) Tipe ini dibedakan menjadi dua, yakni: - Atrium Ruang dalam suatu bangunan yang berfungsi sebagai atrium, berperan sebagai pengikat ruang-ruang disekitarnya yang sering digunakan untuk kegiatan komersial dan merupakan pedestrian area. Pengelolaannya ditangani oleh pemilik gedung atau pengembang/investor - Pasar/pusat perbelanjaan di pusat kota (market place/downtown shopping center) Biasanya memanfaatkan banguna tua yang kemudian direhabilitasi ruang luar atau ruang dalamnya sebagai ruang komersial. Kadang-kadang dipakai sebagai festival pasar dan dikelola sendiri oleh pemilik gedung tersebut. q. Ruang di lingkungan rumah (found/neighbourhood spaces) Ruang publik ini merupakan ruang terbuka yang mudah dicapai dari rumah, seperti sisa kapling di sudut jalan atau tanah kosong yang belum dimanfaatkan dapat dipakai sebagai tempat bermain bagi anak-anak atau tempat komunikasi bagi orang dewasa atau orang tua. r. Waterfront Ruang ini berupa pelabuhan, pantai, bantaran sungai, bantaran danau atau dermaga. Ruang terbuka ini berada di sepanjang rute aliran air di dalam kota yang dikembangkan sebagai taman untuk waterfront.

41

6. Ruang Publik Sebagai Fasilitas yang Efektif Sebagai Ruang Komunikasi Warga Masyarakat Kota a. Ruang Publik Adalah Bagian dari Suatu kota Indikator dari segi fisik mengenai karakteristik, pola dan struktur fisik yang merangkai kehidupan di kota akan memberikan gambaran mengenai kepribadian suatu kota yang merupakan pencerminan dari pola kehidupan masyarakat. Delapan elemen perkotaan meliputi : 1. Peruntukan lahan makro dan mikro. 2. Intensitas pembangunan dan massa bangunan. 3. Sistem keterkaitan ruang (sirkulasi dan parkir). 4. Ruang Terbuka. 5. Preservasi dan konservasi. 6. Aktivitas pendukung. 7. Pedestrian ways. 8. Signage.

7. Ruang Publik untuk mayarakat publik

Ruang publik seharusnya dapat digunakan oleh masyarakat umum dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi dan budaya serta aksesibel bagi berbagai kondisi fisik manusia. Dan juga ruang publik harus memiliki tautan antara manusia, ruang dan dunia luas serta dengan konteks sosial. Dalam pengertian yang paling konvensional sekalipun seperti yang dingkapkan oleh Leon Krier, dimana ruang publik dimaknai sebagai tempat terbuka yang terbentuk dari dari street (jalan) dan square (alun- alun). Apabila tidak dikelola secara benar, ruang publik hanya akan menjadi lapangan yang idle dan cenderung menjadi ‘penampungan’ kegiatan-kegiatan ilegal yang dapat mengganggu citra atau bahkan aktivitas kota secara keseluruhan. Leon Krier juka mengemukakan bahwa jika prinsip res publica dalam arsitektur terpenuhi, dan secara harmonis mau berinteraksi dengan fungsi res privata seperti jalan-jalan umum, 42

ruang terbuka kota dan fungsi privat kota lainnya, maka akan terbentuklah apa yang Krier sebut sebagai the true city atau civitas. Jadi segala komponen dan juga segala lapisan masyarakat yang memiliki kepentingan- kepentingan privat mampu menjadi satu dalam kepentingan publik. Ruang publik sebagai ruang yang dimiliki bersama tempat dimana warga kota dapat menikmati kebersamaannya, sehingga harus dapat merepresentasikan kolektivitas dan keinginan bersama. Namun Marco Kusumawijaya menyatakan bahwa mall atau pusat-pusat perbelanjaan tidak akan pernah dapat benar-benar menjadi ruang publik meski dewasa ini tempat-tempat tersebut sering dijadikan sebagai lokasi bertemu, bertukar informasi, atau sekedar tempat rekreasi melepas kepenatan seusai menghadapi berbagai rutinitas pekerjaan. Karena meskipun terbuka untuk umum, mall tetap menampilkan wajah yang privat dimana di dalamnya orang yang ada di sana cenderung berasal dari kalangan ekonomi tertentu. Untuk itulah ruang publik dengan segala fasilitas yang terbentuk secara sendirinya maupun dengan sengaja disediakan oleh pihak pemerintah dirasa mampu menjadi media efektif untuk ruang berkomunkasi satu sama lain.

8. Studi empirik / preseden mengenai ruang publik a. Piazza San Marico Aktifitas publik yang ada di Piazza San Marco Venesia tidak hanya dilakukan oleh penduduk Venesia, tetapi oleh para pendatang dari berbagai penjuru dunia, sehingga dijuluki “The Ballroom of Europe”. Aktivitas tersebut berupa kegiatan berjalan-jalan, melihat-lihat,

Gambar II.11 duduk-duduk, berbincang dan Suasana di piazza san marico Sumber : www.spacedout.com istirahat, makan-minum dan lain- lain. Hingga kini pengunjung yang datang ke Piazza San 43

Marco saat musim panas memenuhi semua bagian ruang terbuka publik dimana pemain band bermain dan dipinggir Piazza terdapat berbagai cafe yang ramai dikunjungi. Dari penjelasan di atas bisa tergambar bagaimana masyarakat kota sangat memerlukan ruang publik sebagai media interaksi sosial dan juga sebagai media melepas penat setelah melakukan pekerjaan mereka sambil menikmati aktivitas masyarakat lain yang menunjukkan kebolehannya dalam keahlian tertentu. Mungkin hanya dengan tanah lapang namun kaya akan aktivitas di dalamnya bisa membat ruang publik itu terasa manfaatnya secara maksimal. b. Ruang publik di Kota Bandung Di Bandung, inisiatif membuat ruang-ruang positif dilakukan warga dalam beragam bentuk. Dalam rangka Helar Festival, Taman Cikapayang diberi sentuhan empat boks besar yang membentuk kata DAGO secara menarik. Taman yang sebelumnya jarang didatangi warga, tiba-tiba menjadi magnet baru bagi warga atau tamu kota yang ingin berfoto di sana. Ide- ide revitalisasi untuk mengoptimalkan taman ini pun sudah diusulkan kepada pemerintah kota, hanya sampai saat ini belum terwujud. Kolom-kolom beton penyangga jalan layang Pasupati dibungkus oleh boks yang menampilkan foto-foto historis Bandung tempo doeloe. Dengan cara ini, ruang negatif yang memanjang tersebut menjadi lebih menarik ketimbang grafiti vandalisme atau poster-poster politik yang mengganggu sebelumnya. Di seberang Taman Cikapayang hadir pula kursi tembok yang mewakili ikon .bdg (dot bdg) yang sering kali dipergunakan warga Kota Bandung untuk duduk istirahat dan berfoto. 44

Di sepanjang 600 meter kolong jalan layang Pasupati yang membelah dua kampung, kelompok mahasiswa arsitektur dan BCCF juga mengusulkan ragam ide pemanfaatan ruang di kolong ini. Untuk tempat olahraga, berkesenian, ruang kaki lima, pertanian kota, sampai ide temporer untuk galeri pameran dari botol bekas juga pernah diusulkan. Juga di sepanjang tembok 300 meter di Jalan Tamansari yang membatasi Kebun Binatang Bandung, kelompok mahasiswa Seni Rupa Institut Teknologi Bandung melalukan intervensi visual berupa mural warna-warni bertemakan fauna. Jalan yang dulunya gelap dan depresif, tiba-tiba mendapatkan suntikan energi positif baru melalui seni mural dan desain grafis. Di sebuah kampung kota bernama Babakan Asih, masyarakat, atas dukungan dana dari swasta, Bakrieland, bahkan membeli sepetak lahan untuk dijadikan taman bermain anak. Saat ini taman tersebut masih dalam tahap konstruksi. Dua bulan sebelumnya, dinding-dinding yang suram dan hitam di kampung ini diwarnai dan dilukis secara kolosal yang melibatkan warga dan komunitas kreatif Bandung. Penduduk kampung pun sekarang terlihat lebih ceria dan optimistis dalam keseharian mereka. Itulah efek energi positif dari ruang-ruang kota yang inspiratif. Saat ini Bandung memang sedang gencar menjadikan dirinya sebagai kota yang kreatif. Nilai kreatif tersebut adalah tidak lepas dari suatu hasil karya pemikiran masyarakatnya yang peduli terhadap kotanya. Berbagai ruang publik dibenahi sebagai wujud terbentuknya wajah kreatif kota Bandung. Dari sinilah hal-hal positif bisa diambil bahwa ruang publik bisa mencerminkan wajah suatu kota.

45

c. 0 kilometer Jogja Ketika melintasi sepanjang jalan Malioboro dari arah Stasiun Tugu ke arah Pasar Beringharjo, maka akan berujung pada perempatan jalan yang dikenal masyarakat dengan sebutan 0 kilometer. Setiap sore hari akan menjadi tempat yang sangat ramai dikunjungi banyak orang. Ada yang memanfaatkan waktu dengan melakukan hobinya, ada seniman-seniman jalanan, ada yang hanya duduk-duduk menikmati suasana, ada juga yang berjalan-jalan menikmati kota dan juga membeli barang atau makanan yang ditawarkan oleh para pedagang di sekitar area tersebut. Suasana seperti itu akan terasa hingga malam hari terlebih jika sudah memasuki malam minggu ataupun ada event tertentu. Nampak muda mudi menghabiskan waktu di sana bersama teman-temannya, mengekspresikan diri dengan gaya yang bermacam-macam.

Gambar II.12 Kondisi area 0 kilometer pada malam hari dan sore hari Sumber : Dokumentasi probadi Dari gambaran di atas bisa diambil adanya ruang publik sebuah jalan Malioboro bisa meningkatkan perekonomian masyarakatnya dari aktivitas berdagang. Selain adanya pertunjukkan seni kreativitas yang menjadi wajah dari Kota Yogyakarta, tanpa disadari juga mengangkat perekonomian kotanya karena Yogyakarta tidak lain adalah salah satu kota yang menjadi kota favorit untuk dikunjungi.