Analisis Institusional Komunikasi Bisnis Pada Transmedia Group)

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Analisis Institusional Komunikasi Bisnis Pada Transmedia Group) KONVERGENSI MEDIA (ANALISIS INSTITUSIONAL KOMUNIKASI BISNIS PADA TRANSMEDIA GROUP) WORO HARKANDI KENCANA ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, mengkaji, dan menjelaskan Kebijakan Trans Mediagroup dalam melakukkan konvergensi media, bentuk dan tahapan konvergensi media dalam memproduksi dan mendistribusikan pesan pada Trans Media Group dan komunikasi bisnis pada Trans Media Group (Trans TV,Trans7 dan Detik.com dalam menghadapi persaingan industri media.Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif dengan sifat deskriptif, yakni penelitian yang menggambarkan konvergensi yang terjadi di TransMedia Group. Teknik pengumpulan data melalui wawancara dan observasi dengan pemimpin dan karyawan TransMedia Group. Kemudian data dianalisis dengan triangulasi. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa melalui kebijakan institusionalnya TransMedia Group melakukan konvergensi media dalam menghadapi persaingan industri media yang semakin ketat. Persaingan media ini tidak dapat dihindari di tengah pasar bebas yang bersaingan memperoleh pasar, pemasukan iklan, dan investor.Konvergensi media merupakan kebijakan yang tepat untuk mengintegrasikan sistem di dalam institusi dari segi teknologi maupun manajemen yang profesional. bentuk konvergensi yang terjadi di TransMedia Group adalah konvergensi teknologi, konvergensi ekonomi, dan konvergensi konten.Sedangkan tahapan konvergensi yang telah dilaksanakan promosi silang (cross promotion), penggandaan konten (cloning), kompetisi (coopetition) dan berbagi konten (content sharing) pada tahapan konvergensi penuh (full convergence) meskipun TransMedia belum memiliki ruang redaksi bersama (single newsroom/production room).Komunikasi bisnis menjadi penunjang dalam konvergensi media dengan budaya organisasi dan kepemimpinan yang tepat maka group media akan memperkuat eksistensi institusi di tengah pasar bebas di kawasan regional maupun internasional. Kata Kunci: Konvergensi media, TransMedia Group, analisis Institusional, Komunikasi Bisnis A. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah dikaji. Hal ini dapat dianalisis dengan Konvergensi media yang terjadi di menggunakan analisis institusional komunikasi TransMedia Group menarik perhatian untuk bisnis. Konvergensi media adalah bentuk 1 2 kebijakan institusi dalam memproduksi dan sosiologi komunikasi massa menyebutkan bahwa mendistribusikan pesan di tengah persaingan pers, film, radio, dan televisi dan saat ini media industri media. Persaingan ketat antarmedia online merupakan perlembagaan komunikasi terjadi karena perebutan porsi iklan sebagai manusia.(Anwar Arifin:2012:43).Perlembagaan pemasukan utama media dalam sistem regulasi dalam penelitian ini adalah sebuah lembaga yang berlaku di Indonesia. Produksi dan penyiaran televisi swasta (Trans TV dan Trans7) distribusi pesan dalam organisasi membutuhkan dan situs berita online (Detik.Com) yang komunikasi dan manajemen profesional sebagai tergabung dalam sebuah group media bernama bentuk komunikasi bisnis yang dikaji dalam TransMedia Group. TransMedia Group disebut penelitian ini. lembaga sosial karena merupakan wadah Konvergensi adalah aliran konten di kerjasama sejumlah individu dalam platform beberapa media, kerja sama antara menyelenggarakan dan melayani informasi sosial industri beberapa media, dan perilaku migrasi atau informasi publik dengan cepat dan teratur khalayak media (Jenkins, 200:7). Platform media secara melembaga.Individu-individu ini bekerja dalam konvergensi ini meliputi media cetak, dengan managemen profesional yang telah media siar maupun media online yang terus terlembagakan, karena yang dikenal oleh mengalami perkembangan teknologi. Peran khalayak bukanlah orang perseorangan, teknologi dalam industri media saat ini sangatlah melainkan lembaga itu sendiri. Sehingga penting, untuk bertahan di tengah persaingan diperlukan analisis institusional yang berfokus ketat industri yang bersifat monopolistik, para pada aspek kelembagaan. Keberadaan media pemilik bisnis media dituntut untuk memiliki sebagai lembaga di dalam masyarakat dianggap penguasaan teknologi yang berimplikasi pada penting karena mencerminkan sistem yang dianut perubahan struktur industri media massa yang oleh suatu masyarakat dan perundang-undangan cenderung mengarah pada cross-ownership atau yang berlaku pada suatu negara. kerjasamakepemilikan.(Straubhaar&LaRose,2006 :123).Beberapa media melakukkan merger, Rumusan Masalah mengakuisisi perusahaan lain untuk berekspansi Kelompok korporasi media yang dan menyatukan penguasaan pasar serta terkonvergensi di Indonesia ini memiliki tujuan perkembangan teknologi agar dapat memperkuat bisnis, tetapi dalam perkembangan selanjutnya bisnisnya. Kondisi inilah yang memunculkan pola kepemilikan bisnis media di Indonesia di grup besar yang menguasai hampir seluruh kanal dominasi oleh grup-grup korporat yang tidak media di Indonesia. grup tersebut adalah MNC Media Group, Jawa Pos Group, Kompas Gramedia Group, hanya menguasai satu jenis media, namun Mahaka Media Group, Elang Mahkota Teknologi, CT Corp, Visi Media Asia, Media Group, MRA Media, memiliki banyak platform media.1 Para pakar Femina Group, Tempo Inti Media dan Beritasatu Media Holding.http://id.berita.yahoo.com/peneliti-12- grup-media-besar-kuasai- 1 Centre for Innovation Policy and Governance indonesia151410514.html.Diunduh pada tanggal 23 (CIPG) dan lembaga non pemerintah Hivos Asia April 2013 Tenggara mengumumkan hasil riset bahwa ada 12 3 media ini menjadi sarana politik para pemilik perusahaan ini mengakuisis Detik.com salah media (Surya Paloh dengan Partai Nasional satu situs berita terpopuler di Indonesia. Group Demokrat, Abu Rizal Bakrie dengan Partai ini tidak memiliki media surat kabar cetak seperti Golkar dan Hary Tanoe dengan Partai Hanura halnya group media lain yang telah dan Ormas Perindo). Trans Media Grup sebagai terkonvergensi. Dan hingga saat ini pemilik lembaga yang menjadi analisis peneliti. Hingga group media ini Chairul Tanjung (CT) tidak saat ini masih bertujuan bisnis (Chairul Tanjung menggunakan medianya menjadi kendaraan sebagai pemilik media) dalam persaingan media politik. ini. Trans Media Group memilih mengakuisisi Melalui komunikasi bisnis dalam Detik.Com yang sebelumnya telah hadir, persaingan media diharapkan lembaga atau kemudian membentuk media cetak online yaitu: institusi ini dapat menggunakan berbagai macam surat kabar online harian dan mingguan, majalah alat atau media komunikasi yang ada untuk online Detik, dan majalah gaya hidup “ Male” menyampaikan pesan-pesan bisnis kepada pihak (Mata Lelaki). dirumuskan secara sederhana lain secara efektif dan efisien, sehingga tujuan melalui pertanyaan: Mengapa Trans Media penyampaian pesan-pesan bisnis dapat tercapai. Group melalui kebijakan institusinya Tujuan komunikasi bisnis adalah mencari profit melakukan konvergensi media di Indonesia atau keuntungan. Komunikasi dilakukkan secara dalam memproduksi dan mendistribusikan ekternal dan internal. Manajemen profesional dan pesan? budaya organisasi menjadi faktor internal yang menentukan komunikasi secara ekternal dengan Tujuan Penelitian masyarakat, pemerintah maupun stakeholders Tujuan penelitian ini terbagi dua, yakni lainnya dalam menghadapi persaingan industri umum dan khusus. Secara umum tujuan media. penelitian ini adalah mengembangkan ilmu Kelompok media yang ingin diteliti oleh komunikasi, khususnya bidang komunikasi bisnis peneliti adalah Trans Media Group yang dan konvergensi media di Indonesia. Secara melakukkan konvergensi media dalam khusus, tujuan penelitian ini adalah: perkembanganya. PT Trans Corporation adalah 1. Menjelaskan bentuk dan tahapan konvergensi bagian unit usaha Chairul Tanjung (CT) group media pada TransMedia Group (sebelumnya bernama PT Para Inti Investindo) di 2. Menjelaskan komunikasi bisnis yang bidang media, gaya hidup, dan hiburan. Pada dilakukan oleh TransMedia Group dalam awalnya, Trans Corp didirikan sebagai menghadapi persaingan industri media yang penghubung antara stasiun televisi Trans TV ketat dengan stasiun televisi yang telah diambil alih 49% kepemilikan sahamnya oleh CT Group dari B. METODOLOGI PENELITIAN Kelompok Kompas Gramedia (KKG), Trans 7 Paradigma yang digunakan dalam penelitian (dulunya TV 7). Kemudian sejak 3 Agustus 2011 ini adalah paradigma konstuktivis. Paradigma 4 Konstruktivisme dalam ilmu sosial merupakan hanya memaparkan suatu situasi atau kritik terhadap paradigma positivis. Penelitian ini peristiwa.(Jalaludin Rakhmat,1999:24). Dalam menggunakan paradigma konstruktivisme karena penelitian ini peneliti pengumpulkan data serta Trans media grup sebagai lembaga sosial melakukan pengamatan terhadap konvergensi merupakan agen yang mengkonstruksi realitas media yang terjadi di Trans Media Group, sosial Menurut paradigma konstruktivisme, kemudian memaparkan dengan analisis realitas sosial yang diamati oleh seseorang tidak institusional yang terkait di dalam komunikasi dapat digeneralisasikan pada semua orang yang bisnis. biasa dilakukan oleh kaum positivis. Paradigma Peneliti melakukan dengan metode konstruktivisme yang ditelusuri dari pemikiran etnografi. Etnografi menurut Bahasyim Assifie Weber, menilai perilaku manusia secara sebagai gambaran sebuah kebudayaan dari fundamental berbeda dengan perilaku alam, sebuah masyarakat yang merupakan hasil karena manusia bertindak sebagai agen yang konstruksi peneliti dari berbagai informasi yang mengkonstruksi dalam realitas sosial mereka, diperolehnya selama melakukkan penelitian di baik itu melalui pemberian makna ataupun lapangan dan dengan fokus permasalahan tertentu pemahaman perilaku di kalangan
Recommended publications
  • Indonesia in View a CASBAA Market Research Report
    Indonesia in View A CASBAA Market Research Report In Association with Table of Contents 1. Executive Summary 6 1.1 Large prospective market providing key challenges are overcome 6 1.2 Fiercely competitive pay TV environment 6 1.3 Slowing growth of paying subscribers 6 1.4 Nascent market for internet TV 7 1.5 Indonesian advertising dominated by ftA TV 7 1.6 Piracy 7 1.7 Regulations 8 2. FTA in Indonesia 9 2.1 National stations 9 2.2 Regional “network” stations 10 2.3 Local stations 10 2.4 FTA digitalization 10 3. The advertising market 11 3.1 Overview 11 3.2 Television 12 3.3 Other media 12 4. Pay TV Consumer Habits 13 4.1 Daily consumption of TV 13 4.2 What are consumers watching 13 4.3 Pay TV consumer psychology 16 5. Pay TV Environment 18 5.1 Overview 18 5.2 Number of players 18 5.3 Business models 20 5.4 Challenges facing the industry 21 5.4.1 Unhealthy competition between players and high churn rate 21 5.4.2 Rupiah depreciation against US dollar 21 5.4.3 Regulatory changes 21 5.4.4 Piracy 22 5.5 Subscribers 22 5.6 Market share 23 5.7 DTH is still king 23 5.8 Pricing 24 5.9 Programming 24 5.9.1 Premium channel mix 25 5.9.2 SD / HD channel mix 25 5.9.3 In-house / 3rd party exclusive channels 28 5.9.4 Football broadcast rights 32 5.9.5 International football rights 33 5.9.6 Indonesian Soccer League (ISL) 5.10 Technology 35 5.10.1 DTH operators’ satellite bands and conditional access system 35 5.10.2 Terrestrial technologies 36 5.10.3 Residential DTT services 36 5.10.4 In-car terrestrial service 36 5.11 Provincial cable operators 37 5.12 Players’ activities 39 5.12.1 Leading players 39 5.12.2 Other players 42 5.12.3 New entrants 44 5.12.4 Players exiting the sector 44 6.
    [Show full text]
  • Who Owns the Broadcasting Television Network Business in Indonesia?
    Network Intelligence Studies Volume VI, Issue 11 (1/2018) Rendra WIDYATAMA Károly Ihrig Doctoral School of Management and Business University of Debrecen, Hungary Communication Department University of Ahmad Dahlan, Indonesia Case WHO OWNS THE BROADCASTING Study TELEVISION NETWORK BUSINESS IN INDONESIA? Keywords Regulation, Parent TV Station, Private TV station, Business orientation, TV broadcasting network JEL Classification D22; L21; L51; L82 Abstract Broadcasting TV occupies a significant position in the community. Therefore, all the countries in the world give attention to TV broadcasting business. In Indonesia, the government requires TV stations to broadcast locally, except through networking. In this state, there are 763 private TV companies broadcasting free to air. Of these, some companies have many TV stations and build various broadcasting networks. In this article, the author reveals the substantial TV stations that control the market, based on literature studies. From the data analysis, there are 14 substantial free to network broadcast private TV broadcasters but owns by eight companies; these include the MNC Group, EMTEK, Viva Media Asia, CTCorp, Media Indonesia, Rajawali Corpora, and Indigo Multimedia. All TV stations are from Jakarta, which broadcasts in 22 to 32 Indonesian provinces. 11 Network Intelligence Studies Volume VI, Issue 11 (1/2018) METHODOLOGY INTRODUCTION The author uses the Broadcasting Act 32 of 2002 on In modern society, TV occupies a significant broadcasting and the Government Decree 50 of 2005 position. All shareholders have an interest in this on the implementation of free to air private TV as a medium. Governments have an interest in TV parameter of substantial TV network. According to because it has political effects (Sakr, 2012), while the regulation, the government requires local TV business people have an interest because they can stations to broadcast locally, except through the benefit from the TV business (Baumann and broadcasting network.
    [Show full text]
  • Trans Corpora Transtv Dan Trans-7 Merupakan Perusahaan Media Yang Berada Di Bawah Payung Trans Corpora
    BAB IV DESKRIPSI UMUM PARA GROUP, TRANS TV, DAN TRANS 7 IV.1. Para Group – Trans Corpora TransTV dan Trans-7 merupakan perusahaan media yang berada di bawah payung Trans Corpora. Trans Corpora sendiri adalah bagian dari Para Group, korporasi milik Chairul Tanjung, yang memfokuskan diri pada bisnis di bidang media, lifestyle dan entertainment. Oleh karena itu, dalam mengamati TransTV, Trans-7 dan bagaimana proses produksi berjalan di kedua stasiun televisi itu, kita perlu memahami bagaimana posisi Trans Corpora dan Para Group itu sendiri, serta visi ke depannya. Siapakah Chairul Tanjung? Chairul Tanjung lahir di Jakarta pada tahun 1962. Sejak kuliah Tanjung sudah berbisnis. Sepuluh tahun kemudian dia punya kelompok usaha bernama Para Group. Awalnya, kelompok ini mendirikan usaha ekspor sepatu anak-anak. Modal sebesar Rp 150 juta berasal dari Bank Exim. Tanjung mengembangkan cakar bisnisnya lewat Bandung Supermall. Dia juga menguasai Bank Mega yang dibeli pada 1996 dari kelompok Bapindo. Bank Mega waktu itu dalam keadaan sakit-sakitan. Setelah diambil Tanjung, Bank Mega pelan-pelan mengalami perbaikan. Pada 28 Maret 2001, bank ini berhasil mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Jakarta seharga Rp 1.125 per lembar.145 Bank Mega menjadi sumber dana (cash cow) terbesar bagi Grup Para dengan kontribusi laba sekitar 40 persen. Kontribusi TransTV juga tidak kecil. Sekurang-kurangnya TransTV sudah mengalami break event point by operation pada tahun kedua, sekitar bulan Mei 2003, atau hanya dua tahun setelah berdiri. Artinya, sudah tak perlu kucuran dana lagi dari pemilik. Riza Primadi, mantan wartawan BBC yang punya andil besar membangun SCTV dan TransTV mengakui bahwa Chairul Tanjung adalah seorang pebisnis sejati.
    [Show full text]
  • Analisis Program Perjalanan 3 Wanita Di Trans Tv Jurusan
    ANALISIS PROGRAM PERJALANAN 3 WANITA DI TRANS TV Skripsi Diajukan untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) Oleh: Vina Monika NIM. 204051002866 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M 36 37 DAFTAR ISI ABSTRAK .................................................................................................. i KATA PENGANTAR................................................................................. ii DAFTAR ISI............................................................................................... v DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...............................7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................ 8 D. Tinjauan Pustaka.............................................................. 8 E. Metodologi Penelitian ..................................................... 9 F. Sistematika Penulisan....................................................... 12 BAB II TINJAUAN TEORITIS ANALISIS PROGRAM A. Produksi........................................................................... 13 1. Pra Produksi ........................................................ 13 2. Produksi ............................................................... 14 3. Pasca Produksi ....................................................
    [Show full text]
  • The Indonesia Policy on Television Broadcasting: a Politics and Economics Perspective
    The Indonesia Policy on Television Broadcasting: A Politics and Economics Perspective Rendra Widyatamaab* and Habil Polereczki Zsoltb aDepartment of Communication, Ahmad Dahlan University, Yogyakarta, Indonesia b Károly Ihrig Doctoral School of Management And Business, University of Debrecen, Hungary *corresponding author Abstract: All around the world, the TV broadcasting business has had an enormous impact on the social, political and economic fields. Therefore, in general, most of the countries regulate TV business well to produce an optimal impact on the nation. In Indonesia, the TV broadcasting business is growing very significantly. After implementing Broadcasting Act number 32 of 2002, the number of TV broadcasting companies increased to 1,251 compared to before 2002, which only had 11 channels, and were dominated by the private TV stations. However, the economic contribution of the TV broadcasting business in Indonesia is still small. Even in 2017, the number of TV companies decreased by 14.23% to 1,073. This situation raises a serious question: how exactly does Indonesian government policy regulate the TV industry? This article is the result of qualitative research that uses interviews and document analysis as a method of collecting data. The results showed that the TV broadcasting industry in Indonesia can not develop properly because the government do not apply fair rules to the private TV industry. Political interests still color the formulation of rules in which the government and big TV broadcasting companies apply the symbiotic
    [Show full text]
  • Download Article (PDF)
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 136 2nd International Conference on Social and Political Development (ICOSOP 2017) The Power of the Screen: Releasing Oneself from the Influence of Capital Owners Puji Santoso Muhammadiyah Sumatera Utara University (UMSU) Email: [email protected] Abstract— Indonesia’s Media has long played a pivotal role in every changing. The world’s dependence on political, economic, and cultural changes leads the media playing an active role in the change order. It is not uncommon that the media has always been considered as an effective means to control changes or the process of social transformation. In the current era of reformation, the press, especially television industry has been experiencing rapid development. This is triggered by the opportunities opened for capital owners to invest their money into media business of television. Furthermore, the entrepreneurs or the capital owners capitalize the benefits by establishing several media subsidiaries. They try to seize the freely opened opportunity to create journalistic works. The law stipulates that press freedom is a form of popular sovereignty based on the principles of democracy, justice, and legal sovereignty. The mandate of this law indicates that press freedom should reflect people’s sovereignty. The sovereign people are the people in power and have the power to potentially develop their life-force as much as possible. At present, Indonesia has over 15 national television stations, 12 of which are networked televisions, and no less than 250 local television stations. This number is projected to be increasing based on data on the number of lined up permit applicants registered at the Ministry of Communications and Information office (Kemenkominfo) or at the Indonesian Broadcasting Commission (KPI) office both at the central and regional levels.
    [Show full text]
  • Strategi Public Relations Trans TV Dalam Membangun Brand Loyalty
    BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman, maka terjadi pula perubahan yang sangat signifikan diberbagai bidang dan masyarakat memerlukan saluran informasi yang dapat memberikan informasi yang cepat dan aktual, hal inilah yang mendorong semakin banyaknya media baik cetak maupun elektronik hadir untuk memenuhi tuntutan tersebut. Diantara media-media informasi yang hadir, perkembangan dunia pertelevisian yang paling meningkat tajam. Televisi adalah sebuah media yang mampu mempengaruhi kehidupan manusia. Dengan kekuatan audio-visual, televisi berkembang ke dalam seluruh aspek kehidupan, mulai dari sosial, politik, budaya, hiburan, dan lain-lain. Setiap negara memiliki stasiun televisi nasional, begitu juga di Indonesia, pada tahun 1962, TVRI menjadi televisi yang pertama di Indonesia. Yang kemudian diikuti oleh stasiun televisi swasta dan berkembang dari tahun ke tahun. Stasiun televisi swasta tersebut diantaranya RCTI, SCTV, ANTV, Indosiar, TPI, Trans TV, Lativi, Trans 7, Metro TV, Global TV, dan sebagainya. Dengan semakin banyaknya stasiun televisi yang bermunculan menimbulkan persaingan yang ketat diantara dunia pertelevisian. Dimana persaingan ketat yang semakin meningkat ini mendorong stasiun televisi untuk membuat program-program acara yang semakin menarik minat penonton. Dengan tujuan agar stasiun televisi tersebut lebih unggul dibandingkan dengan stasiun televisi lainnya. Media memiliki idealisme, yaitu memberikan informasi yang benar. Dengan idealisme semacam itu, media ingin berperan sebagai sarana pendidikan. Media adalah sarana untuk menyampaikan dan mendapatkan informasi. Peningkatan tingkat pendidikan tidak bisa dilepaskan dari sumbangsih media. 1 Kita sadar media massa berada di mana-mana di sekitar kita. Hidup satu hari saja tanpa komunikasi massa mustahil bagi masyarakat modern dewasa ini. Surat kabar, radio, televisi, bioskop, rekaman musik, internet, dan lain sebagainya merupakan media massa yang selalu dekat dengan masyarakat.
    [Show full text]
  • Capitalism Vs Business Ethics in Indonesia's Television
    SEA - Practical Application of Science Volume VI, Issue 16 (1 / 2017) Rendra WIDYATAMA Károly Ihrig Doctoral School of Management and Business University of Debrecen, Hungary Communication Department University of Ahmad Dahlan, Indonesia Case CAPITALISM VS BUSINESS ETHICS IN Study INDONESIA’S TELEVISION BROADCASTING Keywords Television Business, Capitalism, Business ethics, Broadcasting License, Broadcasting Guidelines JEL Classification D22; L50; L82; M20; P12 Abstract Generally, in every country, there is supervision of the television broadcasting system. In Indonesia, all television broadcasting is supervised by the Komisi Penyiaran Indonesia/KPI (Indonesian Broadcasting Commission). This commission oversees broadcast television, to ensure all TV broadcasts in Indonesia comply with government regulations. Often the KPI imposes sanctions, but frequent violations still occur. This article describes the results of research on the contradiction between business interests and ethics in the television industry in Indonesia. This study uses the method of evaluation research, where researchers analyze data, here in the form of sanctions documents released by broadcasting commissions. The results reveal that all national private television stations often violate regulations. They prioritize their business interests rather than follow broadcasting guidelines, especially since KPI does not have the full authority to grant and revoke a broadcasting license. The granting and revocation of permits remains under the authority of the government, where political lobbying plays a more significant role. 27 SEA - Practical Application of Science Volume VI, Issue 16 (1 / 2017) INTRODUCTION liberal economic tradition such as America does not provide the business arrangements for Each country has its own system to manage the television to broadcast using market mechanisms television broadcasting business.
    [Show full text]
  • Analisis Elemen Ekuitas Merek Rcti Dalam Persaingan Industri Televisi Swasta Di Indonesia: Studi Kasus Pada Empat Perguruan Tinggi Swasta Terkemuka Di Jakarta
    ANALISIS ELEMEN EKUITAS MEREK RCTI DALAM PERSAINGAN INDUSTRI TELEVISI SWASTA DI INDONESIA: STUDI KASUS PADA EMPAT PERGURUAN TINGGI SWASTA TERKEMUKA DI JAKARTA Masruroh1; Awin Indranto2 ABSTRACT Article measured the element of RCTI brand equity consisting of brand awareness, brand association that formed brand image, perceived quality, and brand loyalty. The used research method was descriptive, this research desribe 400 student perception from four private universities in Jakarta on the RCTI brand equity in last 2005. The used sampling method was probability sampling using proportionate stratified random sampling technique. The brand awarness research result shows that RCTI brand is in the first level on top of mind level with 50,25% of the respondent. For the brand association, there are three associations that formed brand image of RCTI, which are RCTI Oke, Indonesian Idol, and Seputar Indonesia. Keywords: brand equity, competition, television industry ABSTRAK Artikel mengukur elemen ekuitas merek RCTI yang terdiri dari brand awareness (kesadaran merek), brand association (asosiasi merek) yang membentuk brand image (citra merek), perceived quality (persepsi kualitas), dan brand loyalty (loyalitas merek). Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yaitu menguraikan persepsi 400 mahasiswa di 4 universitas swasta terkemuka di Jakarta terhadap ekuitas merek RCTI pada akhir tahun 2005. Metode sampling yang digunakan adalah probability sampling dengan teknik proportionate stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa merek RCTI berada pada urutan pertama di tingkat top of mind dengan 50,25% responden. Untuk brand association terdapat tiga asosiasi yang membentuk brand image RCTI, yaitu asosiasi RCTI Oke, Indonesian Idol, dan Seputar Indonesia. Kata kunci: ekuitas merk, persaingan, industri televisi 1, 2 Fakultas Ekonomi, Universitas Jayabaya, Jl.
    [Show full text]
  • Manajemen Redaksi Beritasatu Tv Dalam
    MANAJEMEN REDAKSI BERITASATU TV DALAM MENGAHADAPI PERSAINGAN INDUSTRI MEDIA ELEKTRONIK SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Valent Febri Yusra 1110051100018 KONSENTRASI JURNALISTIK PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 I\{ANAJEMEN REDAKSI BERITASATU TV DALAM MEN GAHADAPI PERSAINGAN INDUSTRI ME,DIA ELEKTRONIK Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunika'si Islam (S'Kom'I) Oleh Yalent Febri Yusr4 1110051100018 Dosen Pernbirnbing, KON SE,NTRASI JURN AI,ISTIK ISLAM PROGRAM STUDI ITOh'IUNIKASI PENYIARAN KOMUNTKASI FAKULTAS {I,MU DAI(WAH DAN II'MU AIUE IIID'{YATIJLLAI{ U NIVEI{S IT AS I S tr,AM Yffi; 2016 PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skipsi berjudul "Manajemen Redaksi Beritasatu Tv Dalam Menghadapi Persaingan Industri Media Elektronik" telah diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Kamis, 29 September 2016. Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom. I) pada Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Konsentrasi Jumalistik. Tangerang Selatan, 14 Oktober2016 Sidang Munaqasvah I(etua Sidang Sekertaris Sidang 1971041222 Anggota Penguji I Penguji II /'-z1 \ i- ,,-/i \./ , I *---'--.) Dr. Fateffawati. M.A Bintan Humeira. M.Si NIP. 1 9760 9 t7 2001122002 NrP. 1 9771 1052001122002 Pembirnbing NrP. 19620626 199403 | 002 ABSTRAK VALENT FEBRI YUSRA Manajemen Redaksi Beritasatu TV Dalam Menghadapi Persaingan Industri Media Elektronik Beritasatu Tv merupakan saluran televisi berita yang berada pada televisi berlangganan. Beritasatu Tv hadir dengan mengedepankan program-program yang berisi tentang berita. Dalam menyiarkan berita di Indonesia, Beritasatu Tv bersaing dengan Metro Tv dan Tv One sebagai televisi yang lebih dulu memosisikan televisinya sebagai televisi berita.
    [Show full text]
  • Improvement of Trans7 Information on 10 Year Extension Permitting Television Station
    International Journal of Sciences: Basic and Applied Research (IJSBAR) ISSN 2307-4531 (Print & Online) http://gssrr.org/index.php?journal=JournalOfBasicAndApplied --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Improvement of Trans7 Information on 10 Year Extension Permitting Television Station Vania Utamie Subiakto Communications Theory Departement, Mercu Buana University, Indonesian Email: [email protected] Abstract Against the background of the framing of the permit issuance of the 10-year extension of television stations on TV TRANS7, which highlighted the image and reputation of the programs packaged and aired by TV TRANS7 containing education, informative, interesting, and in accordance with the target audience. Because in 2016 it was the first time by broadcasting institutions to carry out the permit process for broadcast broadcasters conducted by 10 private television stations. This process was viral reported in various other private television stations and caused very warm conversations among academics, media observers and civil society. Where media coverage is regarded as representing the media ideology that preaches it. That is why this research is entitled Framing of News Permit for 10 Years Broadcast Extension of Television Stations on TV TRANS7. This study uses qualitative methods with perspectives on Gamson’s and Modigliani's Framing. To analyze the news framing on television media which includes the news of the permit to extend the 10-year broadcasting television station published in TRANS7. Having a research focus on the reporting frame entitled Private Broadcasting Permit Will Soon Run Out Near the End of This Year which aired on TV TRANS7. The results of this study indicate that the same events can be constructed by the media by highlighting different information.
    [Show full text]
  • Wharton Media Report Global Alumni Forum 2012 Jakarta, Indonesia
    Communications Office 319 Steinberg-Dietrich Hall Wharton School 3620 Locust Walk University of Pennsylvania Philadelphia, PA 19104 www.wharton.upenn.edu 215. 898.4159 phone 215. 898.1883 fax www.wharton.upenn.edu ! 1 Media Report Wharton Global Alumni Forum Indonesia, ASEAN and the World: Concentric Circles of Growth June 22-23, 2012 Jakarta, Indonesia 2 Table of Contents Executive Summary ...................................................................................................................................... 2 Press Attendance .......................................................................................................................................... 3 Images ................................................................................................................................................... 4 Press Conference List ............................................................................................................................ 5 Press Conference Logistics .................................................................................................................... 6 Press Release ........................................................................................................................................ 7 Media Coverage............................................................................................................................................ 9 Reach Report .....................................................................................................................................
    [Show full text]