Musik Tradisional Minangkabau

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Musik Tradisional Minangkabau Musik Tradisional Minangkabau Ediwar, S.Sn., M.Hum., Ph.D Dr. Rosta Minawati, S.Sn., M.Si Dr. Febri Yulika, M.Hum Drs. Hanefi, M.Pd Musik Tradisional Minangkabau Penulis : Ediwar, S.Sn., M.Hum., Ph.D, Dr. Rosta Minawati, S.Sn., M.Si Dr. Febri Yulika, M.Hum Drs. Hanefi, M.Pd Design Cover dan Tata Letak : Elin & Gun Penerbit GRE PUBLISHING Jln. Magelang Km. 3 Gang Margo Agung Karangwaru Lor TR II/417C Yogyakarta – 55241 http://grepublishing.com Cetakan 2017 ISBN 978-602-7677-36-4 Dilarang keras mereproduksi sebagian atau seluruh isi buku ini, dalam bentuk apa pun atau dengan cara apa pun, serta memperjualbelikannya tanpa izin tertulis dari penerbit © HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANG ii SAMBUTAN REKTOR ISI PADANGPANJANG i bulan Agustus ini Kemenristek Dikti merilis peringkat 100 perguruan tinggi terbaik non vokasi D se-Indonesia. ISI Padangpanjang berhasil menduduki posisi 85. Sebuah pencapaian yang patut disyukuri sekaligus tidak bisa dilepaskan dari peran dan kerja keras terutama para dosen yang terus melakukan kegiatan- kegiatan riset unggulan. 30% komponen penilaian pemeringkatan itu didasarkan kepada hasil penelitian dan kegiatan pengabdian masyarakat. Dalam konteks ini saya mengapresiasi penuh setiap publikasi buku dari dosen-dosen ISI Padangpanjang terutama sekali yang diangkat dari sebuah penelitian berkualitas. Buku yang ada di tangan pembaca ini merupakan karya beberapa dosen ISI Padangpanjang, yaitu: Ediwar, S.Sn., M.Hum., Ph.D, Dr. Rosta Minawati, S.Sn., M.Si, Dr. Febri Yulika, M.Hum, Drs. Hanefi, M.Pd. Mengambil judul “Musik Tradisional Minangkabau”, buku ini punya misi besar hendak melakukan pendataan sekaligus pemetaan yang lebih detail terkait keberadaan berbagai kesenian musik tradisional Minangkabau yang masih eksis dan dimainkan oleh masyarakat di berbagai daerah di Sumatera Barat. Menurut penulis buku ini, kategorisasi secara geo-budaya bisa dilihat dari klasifikasi musik tradisi pukul (perkusi), musik tradisi iii tiup; musik tradisi gesek, dan musik tradisi petik. Menariknya lagi, sisi pengaruh Islam sangat kuat pada perkembangan musik tradisional Minangkabau. Informasi ilmiah tentang musik tradisional Minangkabau sangat penting bagi pelaku musik tradisional itu sendiri dalam hal pewarisan seni budaya kepada generasi penerus dan juga sangat besar perannya bagi pemerintah dalam membuat event-event kesenian terutama sekali yang berorientasi pada promosi wisata Sumatera Barat. Di titik ini kemudian sebuah riset akademis bisa menampakkan unsur implementatifnya bagi masyarakat luas. Saya ucapkan selamat kepada tim dosen yang berhasil menghadirkan buku berkualitas ini ke tengah-tengah publik. Semoga usaha ini bisa memberikan manfaat kepada banyak pihak. Amiin. Rektor ISI Padangpanjang Prof. Dr. H. Novesar Jamarun, MS iv SAMBUTAN KETUA LPPMPP ISI PADANGPANJANG erbahagia sekali kami tetap bisa terus mempersembahkan karya dan menyebarkan ilmu B kepada masyarakat luas sebagai komitmen dari LPPMPP ISI Padangpanjang untuk terus meningkatkan ketersediaan bacaan akademik bermutu di bidang seni khususnya yang berkaitan dengan seni Minangkabau. Buku “Musik Tradisional Minangkabau” ini merupakan publikasi kesekian kalinya dari LPPMPP ISI Padangpanjang untuk terus memperkaya khasanah literasi kesenian tradisional Nusantara. Buku ini yang merupakan hasil riset yang didanai oleh Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) Kemenristek Dikti mencoba menelisik pemetaan musik- musik tradisional Minangkabau terutama sekali dari sisi penggunaannya. Tim penulis telah berhasil mengklasifikasikan 4 jenis musik yang hidup di tengah- tengah masyarakat Minangkabau, yaitu: (1) Musik Perkusi Tradisional Minangkabau; (2) Musik Tiup Tradisional Minangkabau; (3) Musik Gesek dan Petik Tradisional Minangkabau; dan (4) Musik/Tari Indang Minangkabau Pengaruh Islam. Upaya ini adalah usaha rintisan awalan yang mesti diteruskan oleh peneliti-peneliti selanjutnya dalam kajian yang lebih luas dan mendalam. Sebagaimana disarankan oleh tim tim penulis bahwa masih ada 2 tahapan penelitian lagi v yang bisa dikerjakan ke depan terkait pendataan dan pemetaan musik tradisional Minangkabau, yakni kajian aspek organologis dari instrumen musikal (alat musik) musik tradisional Minangkabau dan kajian terhadap nilai-nilai musikal dimana kajian ini melalui analisis musik dari sudut pandang musikologinya. Namun, apapun itu kami dari LPPMPP ISI Padangpanjang sangat menghargai upaya yang telah dilakukan oleh para penulis sekaligus akan terus mendorong dan membantu penelitian lanjutan terkait dengan pemetaan musik tradisional Nusantara khususnya Minangkabau. Ketua LPPMPP ISI Padangpanjang Dr. Febri Yulika, S.Ag., M.Hum vi KATA PENGANTAR eragaman musik yang terdapat di Minangkabau, merupakan kekayaan budaya yang sangat berharga. K Warisan tersebut mencerminkan betapa kreatifnya para seniman masa lalu menciptakan entitas-entitas musik yang saling berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain. Perbedaan-perbedaan itu bisa terjadi pada bentuk fisik, sumber bahan, ukuran, cara memainkan, suara yang dihasilkan, lagu-lagu yang dimainkan, jumlah pemain, karakter musiknya, konsep musiknya, kategori musiknya, masyarakat pendukungnya, dan fungsinya di masyarakat. Apabila kita merujuk perjalanan waktu, bahwa kesenian yang ada dewasa ini merupakan perkembangan dari warisan budaya masa lampau yang bergulir dari satu generasi ke generasi berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa kesenian (tradisional) mengalami dinamika yang hebat. Terutama dalam melewati berbagai ruang dan waktu. Ruang dan waktu itu sudah barang tentu akan ikut dipengaruhi oleh budaya dan masyarakat yang dilintasinya. Ketika masyarakat Minangkabau hidup dalam tatanan masyarakat tradisional yang agraris, kehadiran kesenian akan memberi makna tersendiri dalam hidup dan kehidupannya; ketika masyarakat Minangkabau dipengaruhi oleh budaya Islam, maka kesenian yang bernafaskan Islam juga ikut berkembang dan mempengaruhi budaya masyarakat; ketika masyarakat Minangkabau dipengaruhi oleh budaya Barat dan budaya lainya, maka kesenian modern gaya Barat dan budaya lain vii yang mengimbuhinya pun ikut mempengaruhi pola hidup masyarakat Minangkabau, dan begitu seterusnya. Musik Minangkabau dalam perjalanannya melintasi berbagai generasi dan masyarakat, ada yang hidup dan berkembang dengan baik, menantang atau mengikuti perkembangan zaman, namun ada pula yang telah berakhir dan punah meninggalkan nama tanpa ada pewarisnya. Bahkan ada pula yang diibaratkan hidup segan mati tidak mau. Tentu saja kita tidak berharap agar warisan budaya itu hilang tanpa bekas, tanpa pewaris, tanpa catatan, dan sebagainya. Demikian panjang waktu yang dilewatinya dengan berbagai dinamika, namun belum banyak catatan- catatan yang berkaitan dengan kesejarahan yang bisa kita pedomani untuk bahan bacaan maupun referensi bagi generasi berikutnya. Permasalahan penting yang belum dilakukan dengan serius adalah pemetaan seni yang ditindaklanjuti dengan inventarisasi dan dokumentasi. Pemetaan dan inventarisasi serta pendokumentasian seni sangat penting sebagai salah satu upaya untuk menyelamatkan warisan budaya, yang diperkirakan akan terjadi pendegradasian nilai, bahkan sebagian menuju kepunahan seiring dengan perkembangan zaman. Pemetaan musik Minangkabau sudah saatnya dilakukan. Oleh karena perhatian ke arah itu secara menyeluruh, tidak banyak dilakukan oleh pemerintahan, apalagi perorangan. Pemetaan atau inventarisasi musik dengan grupnya, lebih banyak dilakukan oleh Diparsenibud (Dinas Pariwisata Seni dan Budaya) daerah-daerah kabupaten dan kota di Sumatra Barat, untuk kepentingan mereka masing-masing. Pemetaan dan inventarisasi keberagaman dan kekayaan musik Minangkabau, masih spasial. Kita tidak mengharapkan seperti itu, justru yang diharapkan adalah pemetaan secara lebih luas, tentang musik Minangkabau. viii Kami sangat berharap, apa yang telah diuraikan dalam buku ini menjadi upaya yang bermanfaat bagi upaya pelestarian musik tradisional Minangkabau melalui langkah awalan melakukan inventarisir dan pemetaan musik-musik tradisional yang masih eksis saat ini di berbagai daerah di Sumatera Barat. Semoga bermanfaat. Tim Penulis ix x DAFTAR ISI Sambutan Rektor ISI Padangpanjang ~ iii Sambutan Ketua LPPMPP ISI Padangpanjang ~ v Kata Pengantar ~ vii Daftar Isi ~ xi BAB 1. PENDAHULUAN ~ 1 BAB 2. MUSIK PERKUSI TRADISIONAL MINANGKABAU ~ 5 2.1. Musik Perkusi Melodis ~ 6 2.1.1. Musik Tradisional Talempong ~ 8 1. Musik Tradisional Talempong Pacik ~ 9 2. Talempong Duduak ~ 21 2.2. Musik Perkusi Ritmis ~ 35 2.2.1. Musik Tradisional Gandang Tambua Pariaman ~ 36 2.2.2. Musik Tradisional Gandang Sarunai Sungai Pagu ~ 40 2.2.3. Musik Tradisional Gandang Tansa Maninjau ~ 42 2.3 Alat Musik Perkusi Ritmis Pengiring Nyanyian ~ 44 2.3.1. Musik Tradisional Dikia Mundam Luhak Tanahdata ~ 45 2.3.2. Musik Tradisional Dikia Pano Kabupaten Pasaman ~ 47 2.3.3. Musik Tradisional Dikia Rabano Ampek Angkek ~ 48 BAB 3. MUSIK TIUP TRADISIONAL MINANGKABAU ~ 53 3.1. Musik Tradisional Saluang ~ 54 3.1.1. Saluang Darek (Saluang Dendang) ~ 54 3.1.2. Saluang Sirompak ~ 61 xi 3.1.3. Saluang Pauah/Dendang Pauah ~ 66 3.1.4. Saluang/Bansi Solok ~ 68 3.2. Musik Tradisional Sampelong Talang Maua ~ 69 BAB 4. MUSIK GESEK-PETIK TRADISIONAL MINANGKABAU ~ 73 4.1. Musik Tradisional Rabab Pasisia ~ 74 4.2. Rabab Piaman ~ 77 4.3 Rabab Darek ~ 78 4.4. Rabab Badoi ~ 82 4.5. Sijobang Kucapi Luhak Limo Puluah ~ 83 BAB 5. MUSIK/TARI INDANG MINANGKABAU: PENGARUH ISLAM ~ 87 5.1. Indang Pariaman ~ 87 5.2. Indang Solok ~ 93 5.3. Indang Tuo Maninjau ~ 95 BAB 6. PENUTUP ~ 99 Kepustakaan ~ 103 Indeks
Recommended publications
  • Glossary.Herbst.Bali.1928.Kebyar
    Bali 1928 – Volume I – Gamelan Gong Kebyar Music from Belaluan, Pangkung, Busungbiu by Edward Herbst Glossary of Balinese Musical Terms Glossary angklung Four–tone gamelan most often associated with cremation rituals but also used for a wide range of ceremonies and to accompany dance. angsel Instrumental and dance phrasing break; climax, cadence. arja Dance opera dating from the turn of the 20th century and growing out of a combination of gambuh dance–drama and pupuh (sekar alit; tembang macapat) songs; accompanied by gamelan gaguntangan with suling ‘bamboo flute’, bamboo guntang in place of gong or kempur, and small kendang ‘drums’. babarongan Gamelan associated with barong dance–drama and Calonarang; close relative of palégongan. bapang Gong cycle or meter with 8 or 16 beats per gong (or kempur) phrased (G).P.t.P.G baris Martial dance performed by groups of men in ritual contexts; developed into a narrative dance–drama (baris melampahan) in the early 20th century and a solo tari lepas performed by boys or young men during the same period. barungan gdé Literally ‘large set of instruments’, but in fact referring to the expanded number of gangsa keys and réyong replacing trompong in gamelan gong kuna and kebyar. batél Cycle or meter with two ketukan beats (the most basic pulse) for each kempur or gong; the shortest of all phrase units. bilah Bronze, iron or bamboo key of a gamelan instrument. byar Root of ‘kebyar’; onomatopoetic term meaning krébék, both ‘thunderclap’ and ‘flash of lightning’ in Balinese, or kilat (Indonesian for ‘lightning’); also a sonority created by full gamelan sounding on the same scale tone (with secondary tones from the réyong); See p.
    [Show full text]
  • Fenomena Kesenian Karawitan Di Gancahan 8 Godean Sleman Yogyakarta
    FENOMENA KESENIAN KARAWITAN DI GANCAHAN 8 GODEAN SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan oleh: Yunar Cahya Kurniawan 11208241015 JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016 FENOMENA KESENIAN KARAWITAN DI GANCAHAN 8 GODEAN SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan oleh: Yunar Cahya Kurniawan 11208241015 JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016 i PERSETUJUAN Skripsi yang berjudul Fenomena Kesenian Karawitan di Gancahan 8 Godean Sleman Yogyakarta ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan. Yogyakarta, ……………….. Yogyakarta, ……………….. Pembimbing I Pembimbing II Dr. Ayu Niza Machfauzia, M.Pd Drs. Bambang Suharjana, M.Sn NIP: 19660130 199001 2 001 NIP: 19610906 198901 1 001 ii PENGESAHAN Skripsi yang berjudul berjudul Fenomena Kesenian Karawitan di Gancahan 8 Godean Sleman Yogyakarta ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada 11 Maret 2016 dan dinyatakan lulus. DEWAN PENGUJI Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal Drs. Sritanto, M.Pd Ketua Penguji ____________ ______ Drs. Bambang Suharjana, M.Sn Sekretaris Penguji ____________ ______ Drs. Kusnadi, M.Pd Penguji I ____________ ______ Dr. Ayu Niza Machfauzia, M.Pd Penguji II ____________ ______ Yogyakarta, April 2016 Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Dekan, Dr. Widyastuti Purbani, M.A NIP. 19610524 199001 2 001 iii PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Nama : Yunar Cahya Kurniawan NIM : 11208241015 Program Studi : Pendidikan Seni Musik Fakultas : Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta menyatakan bahwa karya ilmiah ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri.
    [Show full text]
  • Connecting Orff Schulwerk and Balinese Gamelanаа
    Connecting Orff Schulwerk and Balinese Gamelan CAIS Workshop p​resented by Elisabeth Crabtree, March 9, 2015 e​[email protected] ​or e​[email protected] What is Gamelan? Gamelan refers to a set of Balinese instruments that form up a percussion orchestra (metallophones, bamboo xylophones, gongs, drums, other percussion, and the bamboo flute). It also refers to the style of Balinese music that is played upon the instruments. There are over 30 different types of Gamelan, with various tunings. Gamelan groups perform music to accompany dancers, masked dancers (t​openg)​, and puppet shows (w​ ayang)​. There are also “sitting pieces” that are just for listening. The music can be both secular and sacred. Why Teach Gamelan? ➢ Translates easily to Orff Instruments, recorder, and small percussion ➢ Uses cycles and ostinatos, music like the elemental style of Orff ➢ Offers opportunities for differentiated instruction ➢ Teaches cultural awareness and diversity ➢ Has direct applications to many 5​th ​grade California State Standards ➢ It has influenced many composers such as Debussy, Satie, Lou Harrison & others ➢ It’s fun and enjoyable! Students love it and remember it many years later Warm Up Hocket Game­ 1­2­3 (Clap­Stomp­Snap) ● With a partner, trade off counting to three. Groups of three are no good for this game. ● Add a clap every time someone says “one.” Next add a stomp for “two” and finally a snap for “three.” Celebrate if you make a mistake, and start again. ● Variation: take out the words and only do body percussion ● Celebrate whenever you make a mistake and try again, increasing the speed ● Point out the pattern: The person who starts says “1­3­2” and the second person says “2­1­3.” ● Final practice phase, two large groups performing the body percussion piece in hocket Hocket Game: Speaking a Rhyme Tell a nursery rhyme with a partner; alternate each person saying a stanza or phrase.
    [Show full text]
  • Carita Orang Basudara Kisah-Kisah Perdamaian Dari Maluku
    Carita Orang Basudara Kisah-kisah Perdamaian dari Maluku Editor: Jacky Manuputty • Zairin Salampessy Ihsan Ali-Fauzi • Irsyad Rafsadi CARITA ORANG BASUDARA CARITA ORANG BASUDARA Kisah-kisah Perdamaian dari Maluku Editor: Jacky Manuputty • Zairin Salampessy Ihsan Ali-Fauzi • Irsyad Rafsadi LEMBAGA ANTAR IMAN MALUKU (LAIM), AMBON PUSAT STUDI AGAMA DAN DEMOKRASI (PUSAD) YAYASAN PARAMADINA, JAKARTA 2014 Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Manuputty, Jacky et al. CARITA ORANG BASUDARA; Kisah-kisah Perdamaian dari Maluku/Jacky Manuputty et al. — Ambon: Lembaga Antar Iman Maluku & PUSAD Paramadina, 2014 xvi + 404 hlm, 14 cm x 21 cm Editor: Jacky Manuputty - Zairin Salampessy Ihsan Ali-Fauzi - Irsyad Rafsadi Penulis: Abidin Wakano - Aholiab Watloly - Almudatsir Sangadji Dian Pesiwarissa - Dino Umahuk - Elifas T. Maspaitella Gerry van Klinken - Hasbollah Toisuta - Helena M. Rijoly Hilary Syaranamual - Inggrid Silitonga - I.W.J. Hendriks Jacky Manuputty - M. Azis Tunny - M. Noor Tawainela M.J. Papilaja - Nancy Soisa - Novi Pinontoan - Rudi Fofid Rizal Panggabean - Sandra Lakembe - Steve Gaspersz Thamrin Ely - Theofransus Litaay - Tiara Melinda A.S Weslly Johanes - Zainal Arifin Sandia - Zairin Salampessy Penyelaras Naskah: Hanna M.W. Parera Husni Mubarok, Siswo Mulyartono Foto sampul: Agus Lopuhaa Desain sampul: Embong Salampessy Tata Letak: Ivon Silitonga Diterbitkan oleh: Lembaga Antar Iman Maluku Jl. Christina Martha Tiahahu No.17 RT. 003 RW. 01 Kelurahan Amantelu Kecamatan Sirimau - Ambon 97122 bekerjasama dengan Pusad Studi
    [Show full text]
  • Campursari Karya Manthous: Kreativitas Industri Musik Jawa Dalam Ruang Budaya Massa
    Campursari Karya Manthous: Kreativitas Industri Musik Jawa dalam Ruang Budaya Massa Wadiyo Universitas Negeri Semarang, Kandidat Doktor Seni Pertunjukan UGM Jalan Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta Timbul Haryono; R.M. Soedarsono Tenaga Pengajar Sekolah Pascasarjana UGM Jalan Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta Victor Ganap Tenaga Pengajar ISI Yogyakarta. Jln. Parang Tritis, KM 6.5. Sewon, Bantul, Yogyakarta ABSTRACT Manthous’s Campursari is a blend of Javanese gamelan pentatonic music with popular music in Indonesia which is based on Western diatonic music. The tones of gamelan and the frequencies of the tune are all transformed into diatonic tone frequency. However, the harmonization which is used is pentatonic harmony of Javanese gamelan. Manthous’s Campursari has succesfully become one of the major music industries since it is supported by three components, namely the organizers of the music productions, the current distribution of music productions, and the needs of the community. The role of mass media is also very helpful toward the existence of this work. News about Manthous’s and his Campursari spread out widely to the public through the mass media. In a relatively short time of its emergence, Manthous’s Campursari has become a mass cultural Javanese music. Keywords: Campursari, mass culture, music industry ABSTRAK Campursari karya Manthous adalah sebuah campuran dari musik pentatonik gamelan Jawa dengan musik populer di Indonesia yang mengacu pada 2 musik diatonis Barat. Nada gamelan dan frekuensi lagu semuanya ditransformasikan menjadi nada frekuensi diatonis. Namun, harmonisasi yang digunakan adalah harmoni pentatonis gamelan Jawa. Campursari karya Manthous telah berhasil menjadi salah satu industri musik besar karena didukung oleh tiga komponen, yaitu penyelenggara produksi musik, distribusi produksi musik, dan kebutuhan masyarakat.
    [Show full text]
  • Profil Penerima
    Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Profil Penerima ANUGERAH KEBUDAYAAN DAN PENGHARGAAN MAESTRO SENI TRADISI 2 17 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2017 Profil Penerima ANUGERAH KEBUDAYAAN DAN PENGHARGAAN MAESTRO SENI TRADISI 2017 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2017 Untuk kalangan sendiri Tidak untuk diperjualbelikan i TIM PENYUSUN PROFIL PENERIMA PENGHARGAAN KEBUDAYAAN TAHUN 2017 Pengarah: Nadjamuddin Ramly Penanggung Jawab: Yayuk Sri Budi Rahayu Penulis: Binsar Simanullang Dewi Nova Wahyuni Retno Raswati Willy Hangguman Mohamad Atqa Aan Rukmana Desy Wulandari Frans Ekodhanto Purba Dita Darfianti Yusuf Susilo Rini Suryati Hilmi Setiawan Dian Warastuti Kameramen: Saiful Mujab Simbul Sagala Moch. Saleh M. Rully Agus Purna Irawan Fotografer: Dede Semiawan Rachmat Gunawan Yoki Rendra P. Editor: Kenedi Nurhan Sekretariat dan Pengolah Data : Richard Antoni Rizky Ernandi Jatmiko Hari Wibowo Haris Dwijayanto Liza Ariesta Yohanes Redi Luciano Layout & Desain Cover: Tasman ii KATA PENGANTAR Kalaulah bukan karena tinta Takkan kugubah sebuah puisi Kalaulah bukan karena cinta Takkan bersua pada Anugerah Kebudayaan ini Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Saat ini pengaruh globalisasi dan media informasi sangat dahsyat menerpa kehidupan kita. tanpa proses penyaringan tanpa peresapan yang matang akan berakibat pada perubahan sikap dan perilaku yang mempengaruhi karakter dan budaya bangsa. Bertolak dari situasi ini, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Cq Direktorat Warisan Dan Diplomasi Budaya, telah memfokuskan program-program kegiatannya pada arah penguatan karakter bangsa, dengan melakukan penanaman dan persemaian atau internalisasi nilai–nilai budaya. Penganugerahan kebudayaan yang kita lakukan setiap tahun adalah salah satu bentuk penguatan karakter bangsa, dengan melakukan penanaman dan persemaian atau internalisasi nilai – nilai budaya.
    [Show full text]
  • • to Develop Tools for Listening. • to Understand the Basic Elements Of
    • To develop tools for listening. • To understand the basic elements of music. • To develop a vocabulary of musical understanding. • To explore the relationships between musical sound and musical meaning. CHAPTER TWO Listening to Music QUESTIONS FOR THOUGHT • How does music communicate meaning? • How might a composer maintain • How might a composer portray coherence in a long piece? heartbreak? Joy? Fear? Surprise? Engaged Listening Music is culture-specific. It is found in every human society. Like language, each music culture has "Music is the art its own particularized grammar and syntax. Sounds that are important in one context may not be of thinking with meaningful in another. Or, they may signify something quite different. sounds." As children, we learned to make sense of the music around us, just as we did with our first spoken -Jules language. But to understand music's subtleties we have to actively train, or "tune," our minds to Combarieu respond to the proper stimuli. This process is complex, but relatively easy to understand. (1859-1916) The ear itself takes in the enormous range of information from the soundscapes in which we live. But as the mind becomes engaged, we discover that not all sounds are equally important. As infants, we learn to listen: to identify (and make use of) relevant sounds and disregard others. This is how we learn to speak. It is also how we come to understand music. Everyday experience offers us important listening opportunities. Consider all the elements involved when following a single conversation in a crowded and noisy room. You will: • pinpoint the speaker's location and focus your attention in that specific direction • single out the unique quality of the speaker's voice and tune out the others • use context to fill in words you may have missed • follow the speaker's lips, facial expression, or gestures for additional information.
    [Show full text]
  • 2552 Correlation and Clusterisation of Traditional Malay Musical Instrument
    Journal of Mechanical Engineering and Sciences (JMES) ISSN (Print): 2289-4659; e-ISSN: 2231-8380 Volume 11, Issue 1, pp. 2552-2566, March 2017 © Universiti Malaysia Pahang, Malaysia DOI: https://doi.org/10.15282/jmes.11.1.2017.13.0234 Correlation and clusterisation of traditional Malay musical instrument sound using the I-KAZTM statistical signal analysis M.A.F. Ahmad1, M.Z. Nuawi1*, A.R. Bahari2, A.S. Kechot3 and S.M. Saad4 1Department of Mechanical and Materials Engineering, Faculty of Engineering and Built Environment, Universiti Kebangsaan Malaysia, 43600 UKM Bangi, Selangor, Malaysia *Email: [email protected] Phone: +60389216507; Fax: +60389259659 2Faculty of Mechanical Engineering Universiti Teknologi MARA Terengganu, Kampus Bukit Besi, 23200 Bukit Besi Dungun, Terengganu, Malaysia 3School of Malay Language, Literature and Culture Studies, Faculty of Social Sciences and Humanities, Universiti Kebangsaan Malaysia, 43600 UKM Bangi, Selangor, Malaysia 4School of Language Studies and Linguistic, ABSTRACT The best feature scheme is vital in musical instrument sound clustering and classification, as it is an input and feed towards the pattern recognition technique. This paper studies the relationship of every traditional Malay musical instrument acoustic sounds by implementing a correlation and clustering method through the selected features. Two types of musical instruments are proposed, namely flutes involving key C and key G classes and caklempong consisting of gereteh and saua. Each of them is represented with a set of music notes. The acoustic music recording process is conducted using a developed design experiment that consists of a microphone, power module and data acquisition system. An alternative statistical analysis method, namely the Integrated Kurtosis-based Algorithm for Z-notch Filter (I-kazTM), denoted by the I-kaz coefficient, Z∞, has been applied and the standard deviation is calculated from the recorded music notes signal to investigate and extract the signal’s features.
    [Show full text]
  • Creating Keroncong Music for Gen Z Students Through Interpreting Poetry
    Harmonia: Journal of Arts Research and Education 21 (1) (2021), 123-139 p-ISSN 2541-1683|e-ISSN 2541-2426 Available online at http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/harmonia DOI: http://dx.doi.org/10.15294/harmonia.v21i1.28585 Teaching and Learning Music in Digital Era: Creating Keroncong Music for Gen Z Students Through Interpreting Poetry Hery Supiarza, Irwan Sarbeni Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia Submitted: 2021-01-19. Revised: 2021-03-23. Accepted: 2021-04-26 Abstract This study aims to examine the ability of ‘Z Generation’ students to interpret poetry. The z generation lives in the digital technology era where they tend to possess liberal and intelligent character. Poetry was chosen since this literature type has historical closeness to Keroncong music, especially in the Keroncong Stambul and Keroncong eras in the 1950s. The issue of Keroncong, whose development has been stagnant since the 1980s, is expected to trigger the Z generation to emerge a solution in the form of Keroncong music. The action research model used in this research was implemented through 6 stages: preparation, implementation, production, mixing and mastering, discussion and evaluation, upload, and publication. This project was applied to 33 students who were divided into five groups of 6 to 7 members each. Each group received a different poem. The project resulted in 5 Keroncong works and emerged a new Keroncong music genre called ‘Kroncongisasi Puisi.’ The study found that the learning achievements of the Z generation were achieved due to several factors: (1) their brilliant abilities in accessing various information digitally; (2) the digital age contains all the information they need; (3) their liberal nature makes them open to modernity.
    [Show full text]
  • New Composition Concept for Keroncong Music in the Oboe Concerto with Keroncong and Orchestra
    Bayu WidiantoroSineenartSinggihEliza O’Donnell Sanjaya.and Laedpriwan,Kiki Ag. YusupRahmatika.DickyNewand NicoleComposition et.al PrastomoSigit.. Cross-CulturalTseFall-RecoveryMartyastiadi. Materiality, ConceptIntroducing forTechnique. StudyThe MakingKeroncong the Paradox Meaningin Local-Wisdomas and Technology Musicof Meaning Controlof Batik New Composition Concept for Keroncong Music in the Oboe Concerto with Keroncong and Orchestra Singgih Sanjaya Music Department, Indonesia Institute of the Art Yogyakarta Parangtritis street km. 6,5 – Yogyakarta, Indonesia ABSTRACT This research aims to design a new concept in keroncong music creation with an explorative method. Keroncong is one kind of entertainment musics in Indonesia that has a long existece and evolved up to today. Keroncong music is a musical mixture of a Western diatonic music with Javanese gamelan music. The term of keroncong comes from the sound “...crong crong crong...” on the ukulele instrument that played rasquardo. An instrumentation music consists of: vocals, violin, flute, cak, cuk, cello, guitar, and bass. During this moment, keroncong is basically just served as a vocal accompaniment music. This becomes a driving force for the author to compose a special composition for keroncong music solo instrument. There is a new concept used in the arranging of this composition, as follows. This composition is designing a concerto, which is a type of the instrumental musics with a Western diatonic instrument on the part-one of the solo oboe and an English horn in part-two, with keroncong music and orchestra. The conclusion of these designs are as follows. Keroncong music will be able to stand on its own as an instrumental music. Keywords: new concept of composition, keroncong, oboe, orchestra INTRODUCTION A few months after the author took a private flute learning, the author becomes very interested in keroncong music which becomes a part of the culture in his hometown, Surakarta.
    [Show full text]
  • The Hidden Music of Southeast Asia
    THE HIDDEN MUSIC OF SOUTHEAST ASIA Grade Level: Music (8th Grade) Written by: Tommy Reddicks, The Pinnacle Charter School, Federal Heights, CO Length of Unit: Four Lessons of 50 minutes each I. ABSTRACT The roots of music hundreds and thousands of years old are still alive in Southeast Asia today. By exploring musical elements from Thailand, Vietnam, and Indonesia, students will become familiar with new indigenous instruments, musical scales, forms, and styles. They will also gain an understanding and appreciation of non-western musical practices. Students will use combinations of singing, dancing, improvisation, and composition to replicate basic musical forms from each country. II. OVERVIEW A. Concept Objectives 1. Develop an understanding and appreciation of music from various cultures. 2. Learn to recognize indigenous instruments used in music from various cultures. 3. Recognize that literature and art reflect the inner life of a people. B. Content from the Core Knowledge Sequence (CKS) 1. Non-Western Music: Become familiar with scales, instruments, and works from various lands. (page 195) C. Skill Objectives 1. Listen to selected music with varied instrumentation and voicing, and discuss textures and timbres. Derived from the Colorado Standards and Grade Level Expectation for Music (CSGLE) 2. Listen to a musical selection and explain how the composer used specific musical elements. (CSGLE for Music) 3. Read notes in the appropriate clef for the instrument being played. (CSGLE for Music) 4. Read, notate, and perform rhythmic and melodic patterns. (CSGLE for Music) 5. Perform a rhythmic selection of music with syncopation. (CSGLE for Music) III. BACKGROUND KNOWLEDGE A. For Teachers 1.
    [Show full text]
  • The Dynamic Phenomena of Strékan Music from Colonial to Contemporary Era in Situbondo
    HARMONIA : Journal of Arts Research and Education 17 (1) (2017), 1-12 p-ISSN 2541-1683|e-ISSN 2541-2426 Available online at http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/harmonia DOI: 10.15294/harmonia.v17i1.9398 The dynamic phenomena of strékan music from colonial to contemporary era in Situbondo Panakajaya Hidayatullah Faculty of Cultural Science, Universitas Jember, Indonesia Received: March 31, 2017. Revised: May 6, 2017. Accepted: June 3, 2017 Abstract This research is an anthropology of music which discusses the dynamics of strékan music from colonial to contemporary era in Situbondo. In Situbondo, strékan is a term which refers to music for welcoming guests. By ethnography method and postcolonial perspective, this research will discuss social problems and phenomena of strékan music. The result of this research shows that a change of strékan music signifies a change of social condition in Situbondo. In colonial erastrékan is assumed by people like music for elite class. The field data show that there is unequal power relation between colonized and colonizer. In pasca-colonial era the hierarchy relation becomes ambivalent. It appears negotiation space between colonial signs and Madurese culture of Situ- bondo people, considered to be symbolic resistance. Strékan music is reinterpreted as music for low class. In the contemporary era, strékan music tends to market oriented. Strékan music includes dangdut music, following market taste as a consequence of commercialization of art. Keywords: strékan music; colonial, Situbondo; Madurese; dangdut How to Cite: Hidayatullah, P. (2017). The dynamic phenomena of strékan music from colonial to contemporary era in Situbondo. Harmonia: Journal of Arts Research And Education, 17(1), 1-12.
    [Show full text]