STRATEGI BISNIS PT. AGUNG PODOMORO LAND (APL) DALAM TERUS MENGEMBANGKAN BISNIS

Oleh : Kanda Bagus Pratama Nim : 125100207111016 Kelas: TEP-E

SEKILAS TENTANG PT. AGUNG PODOMORO LAND (APL)

Siapa yang tak kenal PT Agung Podomoro Land (APL)? Pengembang properti ini adalah jagonya superblok. Mixed use development yang menggabungkan beragam fasilitas. Mulai perkantoran, lifestyle center, apartemen, hingga sarana pendidikan dan kesehatan.

Di Ibu Kota, APL dikenal sukses menghadirkan produk properti berkualitas di lokasi yang strategis. Podomoro City di kawasan Barat misalnya, merupakan superblok yang paling dibanggakan APL. Lokasinya yang strategis dan dilengkapi Central Park Mall yang memiliki lahan terbuka hijau seluas 1,5 hektare. Juga superblok lainnya di kawasan strategis seperti , , dan Green Bay Pluit.

Taman di dalam mal ini memiliki aneka jenis tanaman, dengan komposisi pohon- pohon rindang di lingkar dalam taman, tanaman hias di lingkar luar taman, ada pula beberapa jenis kolam dari yang masih kecil sampai dewasa untuk ikan jenis koi dan kura-kura dari Brasil. Kemajuan dan ekspansi bisnis kelompok usaha ini yang berkembang pesat dan sulit ditandingi oleh perusahaan properti lainnya. PT. Sunter Agung merupakan perusahaan pengembang real estat yang juga perusahaan induk dari Agung Podomoro Group, yang telah terjun dalam bisnis properti selama lebih dari 40 tahun. Baik perusahaan maupun semua anak perusahaan memiliki kepentingan besar dalam pengembangan real estat dan properti seperti hunian (perumahan, apartemen, townhouse), komersial (mall, ruko), perkantoran, dan pengembangan superblok inovatif multifungsi di daerah-daerah bisnis yang strategis. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1969.

Seiring dengan perkembangannya, Agung Podomoro Group telah mengambil alih beberapa pengembang properti di kawasan Sunter yang memiliki masalah keuangan. Secara kesuluruhan, Agung Podomoro Group telah mengembangkan lahan seluas lebih dari 500 hektar untuk hunian, pergudangan, dan kawasan industri. Pada tahun 2012 grup ini mulai berkembang ke lokasi-lokasi lain di Jakarta, , Bogor, Kerawang, Balikpapan dan Bali.

MELIRIK STRATEGI PT. AGUNG PODOMORO LAND (APL)

IMQ, Jakarta — Pertumbuhan permintaaan yang terjadi pada semua sektor properti memberi peluang bagi perusahaan pengembang, PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) untuk terus melanjutkan ekspansi dalam meningkatkan kinerjanya. Dalam kegiatan bisnisnya, pengembangan usaha ditopang akuisisi yang terus dilakukan terhadap proyek-proyek yang ada membuat perseroan menaikkan target penjualan marketingnya sepanjang 2012 ini menjadi menjadi Rp5 triliun dari sebelumnya senilai Rp4,3 triliun. Tercatat hingga sembilan bulan pertama 2012 emiten Bursa Efek berkode saham APLN ini berhasil membukukan penjualan marketing sebesar Rp4,2 triliun, atau tumbuh 28% dibandingkan periode yang sama 2011 sebesar Rp3,3 triliun. Penjualan marketing selama periode ini mayoritas dikontribusikan oleh Green Bay Pluit dan Podomoro City, termasuk Podomoro City Extension.Sementara itu hingga kuartal III-2012 perseroan berhasil meraup laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp682,7 miliar atau meningkat 52,1% dibanding periode yang sama 2011 sebesar Rp448,8 miliar. Peningkatan laba ini ditopang raihan pendapatan usaha yang mengalami peningkatan 31,6% menjadi Rp3,51 triliun dibanding kuartal III-2011 sebesar Rp2,67 triliun. Pendapatan perseroan ini dikontribusikan dari penjualan properti senilai Rp2,91 triliun dan sewa sebesar Rp598,9 miliar.

Chairman Jones Lang Lasalle Indonesia, Lucy Rumantir, mengungkapkan pertumbuhan pasar properti dalam negeri saat ini tidak terlepas dari membaiknya fundamental perekonomian Indonesia dan menguatnya sentimen investor.“Ke depan, pasar properti di Indonesia masih akan terus menunjukkan pertumbuhan yang menarik dan sangat berpotensi menjadi pilihan investasi yang menguntungkan urainya.

Sementara itu, Analis eTrading Securities, Budhy S. M. Siallagan dalam risetnya mengatakan perusahaan properti dan development yang masih relatif sangat muda umurnya di pasar modal Indonesia ini memang memiliki kegiatan korporasi yang cukup aktif dan agresif, walaupun relatif cukup kecil dari sisi cadangan lahan (land bank) yang tersedia."Ini dikarenakan strategi korporasi yang dimiliki APLN untuk tidak terlalu lama dalam memulai proyek mereka dari lahan yang diakuisisi," terangnya. Di sisi lain kenaikan laba bersih perseroan juga meningkatkan laba per saham nya (EPS) sebesar 52,1%. "Kami melihat harga saham APLN ini masih memiliki peluang yang cukup besar untuk lebih meningkat lagi," jelasnya. Dari hal tersebut analis merekomendasikan beli untuk saham APLN dengan target harga Rp430 persaham. Pada penutupan perdagangan Senin (5/11), saham APLN ditutup pada level Rp360 per saham, dengan volume sebanyak 9,52 juta lembar saham senilai Rp3,41 miliar.

Selain itu, gebrakan yang sering dilakukan juga oleh Agung Podomoro Land adalah dengan berhasil memiliki 51 persen saham PT Bali Perkasasukses. Hal tersebut dilakukan dengan cara membeli 15.300 lembar saham milik Bugle Press Corporation, dengan transaksi senilai Rp 15.300.000.000. selain itu PT Agung Podomoro Land Tbk juga mengambil alih 55 persen saham PT Sumber Air Mas Pratama dengan membeli 1.375 lembar saham milik Tommy Kartawinata dengan transaksi senilai Rp 13.750.000.000.

Dengan Mengedepankan Strategi Leadershipyang kuat di Agung Podomoro Group (APG) secara langsung menjadikan nama Agung Podomoro Land sebagai jaminan mutu. Pada saat krisis ekonomi 1997 adalah momen yang sangat mengkhawatirkan bagi pelaku bisnis. Saat itu, Agung Podomoro menunjukkan keberaniannya menentang arus dengan terus membangun proyek dan berekspansi. Begitu juga saat krisis global 2008, ketika subprime mortgage di Amerika Serikat, muncul ketakutan hal yang sama akan terjadi di Indonesia sebagai efek domino, namun Agung Podomoro terus melaju dengan berbagai proyeknya.

Dua krisis tahun 1997 dan 2008 yang memberikan pelajaran berharga bagi perusahaan ini dalam membaca situasi dengan jernih, sehingga bisa membuat keputusan terbaik ke depan dengan tepat dan luar biasa. Memang tidak mudah membuat terobosan seperti itu. Namun sekali lagi, keberanian melawan arus dan visi yang jauh ke depan adalah kata kunci yang tepat untuk menggambarkan kekuatan perusahaan .

Pada periode krisis keuangan yang melanda Indonesia pada 1997, ketika banyak usaha mengalami kesulitan, Agung Podomoro berhasil melaluinya berkat strategi yang diambil oleh manajemen atas grup ini, seperti keputusan krusial untuk membayar sebagian besar utang Agung Podomoro pada awal 1997, mengesampingkan devaluasi mata uang, dan memperkenalkan kebijakan uang ketat

Agung Podomoro kemudian memandang krisis 1997 sebagai tantangan dan kesempatan yang sangat baik. Dengan kecermatan melihat perubahan pasar, Agung Podomoro menemukan potensi besar di pasar. Salah satunya adalah kebutuhan untuk tempat tinggal di tengah kota. Langkah pertama yang dilakukan adalah membeli lahan dari BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional) dan juga properti yang dimiliki pengembang-pengembang yang terkena dampak yang cukup berat dari krisis.

Sebenarnya sejak 1995, Agung Podomoro telah menjalankan proyekproyek yang dibangun dengan konsep yang mirip dan kesadaran akan keterbatasan lahan di kota. Pembangunan Menteng Executive Apartment memberikan pilihan bagi masyarakat untuk tinggal di kawasan kolektif yang berlokasi di daerah suburban kota dan menjadi sebuah terobosan dalam pengembangan real estate.

Sukses dengan proyek di Menteng, pada 2000 dan selanjutnya, Agung Podomoro mulai berfokus pada pembangunan apartemen. Hingga 2012, Agung Podomoro telah menyelesaikan 16 apartemen, 15 kawasan hunian, dan 16 kawasan komersial mixed use. Kinerja Agung Podomoro Land juga terbilang moncer.

Hingga kuartal I/2013, pendapatan usaha mencapai Rp1,14 triliun, naik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp1,13 triliun. Kuartal pertama tahun ini perseroan juga mencatat kenaikan laba bersih sebesar 10,3% menjadi Rp 245,2 miliar dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp222,3 miliar.