FOLKLOR NUSANTARA Hakikat, Bentuk, Dan Fungsi

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

FOLKLOR NUSANTARA Hakikat, Bentuk, Dan Fungsi FOLKLOR NUSANTARA Hakikat, Bentuk, dan Fungsi Editor: Dr. Suwardi Endraswara, M.Hum. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 2: 1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang- undangan yang berlaku. Ketentuan Pidana Pasal 72: 1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan per­­buatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). FOLKLOR NUSANTARA Hakikat, Bentuk, dan Fungsi Editor: Dr. Suwardi Endraswara, M.Hum. 2013 FOLKLOR NUSANTARA: HAKIKAT, BENTUK, DAN FUNGSI Copyright©Dr. Suwardi Endraswara, M. Hum. (editor), 2013 Diterbitkan oleh Penerbit Ombak (Anggota IKAPI), 2013 Perumahan Nogotirto III, Jl. Progo B-15, Yogyakarta 55292 Tlp. (0274) 7019945; Fax. (0274) 620606 e-mail: [email protected] facebook: Penerbit Ombak Dua website: www.penerbitombak.com PO.***.**.’13 Editor: Dr. Suwardi Endraswara, M. Hum. Tata letak: Nanjar Tri Mukti Sampul: Dian Qamajaya Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) FOLKLOR NUSANTARA: HAKIKAT, BENTUK, DAN FUNGSI Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013 ** + *** hlm.; 14,5 x 21 cm ISBN: 978-602-258-***-* DAFTAR ISI Mengunjungi Kebun Simbol: Sebuah Pengantar Bagian Pertama FOLKLOR SEBAGAI MEDIA DAN SUMBER PENDIDIKAN: SEBUAH ANCANGAN KURIKULUM DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA BERBASIS NILAI BUDAYA BATAK TOBA Oleh: Prof. Dr. Robert Sibarani, M. S. (Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatra Utara) A. Hakikat Folklor B. Folklor Sebagai Media Pendidikan C. Folklor sebagai Sumber Pendidikan D. Ancangan Kurikulum Pendidikan Budaya Batak Toba: Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Bagian Dua FOLKLOR SPIRITUAL: MEMAHAMI RAHASIA HIDUP MANUSIA JAWA Oleh: Dr. Suwardi Endraswara, M. Hum. (Fakultas Bahasa dan Seni Universitas, Negeri Yogyakarta) A. Folklor, Daya Hidup, dan Pengalaman Spiritual B. Mawas Diri, Rasa Rumangsa, dan Manusia Sejati C. Rasa Sejati dan Ngelmu Sumur D. Ngelmu Makrifat Jawa E. Penutup v vi Dr. Suwardi Endraswara, M.Hum. (Editor) Bagian Tiga MITOLOGI, DONGENG KEPEMIMPINAN SEBAGAI FUNGSI KOMUNIKASI KEBUDAYAAN Oleh: Eko Santosa, S. Pd. M. Hum (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purworejo) A. Pendahuluan B. Mitos, dan Dongeng sebagai Komunikasi Kebudayaan C. Aji Saka dan Kepemimpinan Tradisional D. Kepemimpinan dalam Dongeng E. Legenda Kepemimpinan F. Penutup Bagian Empat TRADISI WIWIT DAN NINI THOWONG PETANI PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA Oleh: Prof. Dr. Ki Kasidi Hadiprayitno, M. Hum. (Institut Seni Indonesia Yogyakarta) A. Latar Belakang Sosial Budaya Wiwit 1. Bentuk Upacara Wiwit 2. Fungsi Upacara Wiwit 3. Sifat Upacara Wiwit B. Nini Thowong 1. Bentuk Nini Thowong 2. Sifat Nini Thowong 3. Fungsi Tarian Nini Thowong C. Manfaat D. Sistem Kepercayaan E. Kesimpulan Folklor Nusantara: Hakikat, Bentuk, dan Fungsi vii Bagian Lima FOLKLOR NUSANTARA DALAM SIRKUIT BUDAYA DAN ANTROPOLOGI SASTRA Oleh: Dr. Suwardi Endraswara, M. Hum. (Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta) A. Pendahuluan B. Folklor Lisan dan Budaya Sampah dalam Sirkuit Antropologi Sastra C. Folklor Politik dan Religi: Budaya Lamis dan Noda Hitam D. Etnografi Politik, Folklor, dan Flu Budaya Bagian Enam FOLKOR BUKAN LISAN: MAKANAN RAKYAT SEBAGAI SUMBER INFORMASI KEBUDAYAAN DAERAH Oleh: Sri Harti Widyastuti, M. Hum. (Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta) A. Pendahuluan B. Konsep Makanan C. Cara Memperoleh Makanan D. Jenis Makanan Tradisional E. Penutup Bagian Tujuh SUNAT RITUAL, RELIGIOSITAS, DAN IDENTITAS KULTURAL ORANG DAWAN DI NTT Oleh: Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum. (Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta) A. Pengantar B. Kerangka Acuan 1. Beberapa Teori tentang Tradisi Sunat viii Dr. Suwardi Endraswara, M.Hum. (Editor) 2. Masyarakat Dawan C. Sunat dalam Masyarakat Dawan: Mitos dan Ritus 1. Ritus dan Latar Belakang Mitologisnya 2. Sunat dan Sifon sebagai Ritus Inisiasi D. Sifon dan Identitas Kultural E. Fungsi Sunat dan Sifon 1. Fungsi Kesuburan (Religius) 2. Fungsi Sosial Budaya (Rites of Passage) 3. Fungsi Seksualitas (Maskulinitas) 4. Fungsi Kesehatan F. Penutup Bagian Delapan EKSISTENSI TEMBANG DOLANAN ANAK DI TENGAH KOMPLEKSITAS MASALAH BANGSA Oleh: Sahid Teguh Widodo, Ph.D. (Universitas Sebelas Maret, Surakarta) A. Alu-Aluan B. Tembang Dolanan sebagai Wacana Puitik C. Tembang Dolanan Anak sebagai Simbolik Ajaran D. Tembang sebagai Wacana Komunikasi E. Tembang Dolanan sebagai Wacana Estetis F. Epilog Bagian Sembilan KEARIFAN LOKAL DALAM TRADISI LISAN NUSANTARA (Penggalian Nilai-nilai Kebhinekaan untuk Indonesia Masa Kini dan Masa Depan) Oleh: Prof. Dr. Setya Yuwana Sudikan, M.A. (Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya) Folklor Nusantara: Hakikat, Bentuk, dan Fungsi ix A. Pendahuluan B. Hakikat Pengetahuan dan Kearifan Lokal C. Dimensi Kearifan Lokal D. Etiket, Moralitas, dan Budi Pekerti dalam Budaya Jawa E. Nilai Moral Utama Universal F. Karakter yang Baik G. Penutup Bagian Sepuluh LEGENDA HANTU KAMPUS DI SURABAYA: KAJIAN FOLKLOR HANTU (GHOSTLORE) KONTEMPORER Oleh: Anas Ahmadi, M.Pd. (Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya) A. Pendahuluan B. Folklore Hantu (Ghostlore) D. Legenda Hantu Kampus di Surabaya E. Pola (Pattern) Tipologis Hantu Kampus di Surabaya Bagian Sebelas MITOS I RATU AYU MAS MANEMBAH: PENDEKATAN THEO- ANTROPOLOGI Oleh Prof. Dr. I Nengah Dwija, M.Hum. (Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar) A. Pendahuluan B. Tradisi Lisan C. Karakteristik Sosio-Kultural Bali D. Mitos I Ratu Ayu Mas Mĕmbah: Pendekatan Theo- Antropologi x Dr. Suwardi Endraswara, M.Hum. (Editor) E. Fakta-Fakta Budaya Pada Mitos I Ratu Ayu Mas Mĕmbah D. Refleksi Kritis Daftar Pustaka Mengunjungi Kebun Simbol: Sebuah Pengantar Saya merasa asyik mengunjungi kebun simbol folklor Nusantara ini. Ibaratnya, setiap langkah, saya harus bertemu simbol folklor yang kada-kadang mempesona. Para penulis dalam buku ini, tidak diragukan lagi ketika membidik kebun simbol folklor. Folklor memang dunia simbolik. Oleh karena itu, membaca buku ini seolah-olah kita sedang tour ke kebun symbol. Folklor Nusantara yang terangkum dalam buku ini, memang memuat aneka ragam folklor. Hal ini menandai bahwa kekayaan folklor Nusantara memang sulit diragukan. Nusantara menjadi sumber folklor seperti mata air yang tidak pernah kering. Penataan buku ini sengaja berurutan dari Nusantara paling barat, membujur ke timur. Bentangan Nusantara banyak menyuguhkan kekayaan folklor. Para leluhur telah meninggalkan nilai-nilai penting dalam folklor. Dari sebelah barat, para penggali folklor mencoba mengaitkan dengan pendidikan karakter. Bahkan juga memandang pentingnya folklor masuk dalam pusaran kurikulum. Ini menandai bahwa nilai-nilai folklor memang dapat memperkaya dunia pendidikan. Folklor juga bersentuhan dengan sejarah para leluhur. Kaitan folklor dengan sejarah, sering berserempetan. Sentuhan xi xii Dr. Suwardi Endraswara, M.Hum. (Editor) historis folklor menyebabkan kewibawaan folklor. Biasanya orang menyebut folklor itu karya primitive, kurang melek huruf. Namun realitasnya, folklor justru banyak menawarkan kesejarahan bangsa. Folklor dapat membantu para pemerhati sejarah, terutama sejarah lisan. Folklor juga terkait dengan teknologi. Banyak folklor lisan yang diunggah di internet. Lewat garapan teknologi, bangsa ini semakin kreatif. Folklor semakin merebak, dikenal oleh banyak orang lewat media elektronik. Dengan media internet, orang dapat berbalasan folklor, menggunakan pantun. Folklor menjadi media kmunikaksi budaya yang luar biasa. Dunia makanan juga banyak berkaitan dengan folklor. Food folk, adalah karya kreatif Nusantara. Makanan banyak menawarkan nama-nama aneh. Pemberian nama makanan, dapat dipandang sebagai pelestari budaya. Di dalamnya juga terkandung nilai budaya tingkat tinggi. Lewat makanan, di Nusantara ini diperkaya oleh keragaman etnis. Tiap etnis Nusantara menyimpan berjuta- juta makanan, mulai makanan tradisi sampai makanan yang tersaji di restoran adalah folklor. Gerak tubuh juga bagian folklor yang tidak kalah menarik. Segala gerak manusia, yang diungkapkan secara kolektif dan penuh tradisi itulah folklor. Karakter orang yang hedonis sering memuja tubuh. Hal ini sah-sah saja, karena begitu banyak folklor yang berkisah masalah tubuh. Tubuh adalah objek garap folklor yang empuk. Folklor memang amat luas cakupannya. Pembaca dapat memahami bagaimana ritual-ritual diformat sebagai folklor. Kisah-kisah mistis, banyak yang dikaitkan dengan folklor. Bahkan Folklor Nusantara: Hakikat, Bentuk, dan Fungsi xiii di setiap wilayah ritual ini menjadi ciri folklor yang berkembang luas. Sejauh ritual itu ada folklor masih berkembang luas. Dalam buku ini, pembaca saya ajak “bertamasya” lewat folklor. Pembaca akan memahami bahwa Nusantara itu kaya folklor. Nusantara menyimpan mutiara yang luar biasa. Banyak mutiara Nusantara
Recommended publications
  • BAB I PENDAHULUAN . 1.1 Latar Belakang Indonesia Terkenal
    1 BAB I PENDAHULUAN . 1.1 Latar Belakang Indonesia terkenal dengan beragam adat, kebudayaan, suku, agama, maupun kepercayaan yang dianut. Salah satu pulau di Indonesia yang sangat disegani yakni Pulau Bali. Pulau Bali dikenal dengan julukan “Pulau Beribu Pura”. Pulau yang memiliki luas 5.780 km2, memiliki pura yang tersebar disegala penjuru. Bahkan pada setiap jengkal tanah di Bali dapat kita jumpai pura, baik yang terdapat disetiap rumah masyarakat Hindu maupun disetiap sudut daerah atau desa di Bali. Dalam ajaran Agama Hindu terdapat pembagian pura yang digolongkan berdasarkan klasifikasi tertentu. Pada setiap desa terdapat tiga pura utama yang disebut sebagai Pura Khayangan Tiga, kemudian dalam lingkup yang lebih besar ada Pura yang tergolong Pura Sad Khayangan Jagat yang terdiri atas enam pura utama, kemudian pura yang termasuk kedalam Pura Khayangan Jagat yang terdiri dari sembilan pura penguasa arah mata angin. Kemudian Pura Dhang Khayangan yang didirikan oleh tokoh penting keagamaan pada zaman kejayaan Hindu di Bali. Pura Dhang Kahyangan dijadikan tempat penghormatan atas jasa yang dilakukan oleh tokoh tersebut, yang diyakini telah membantu masyarakat daerah Bali Kuno dalam menyelesaikan masalah mereka. 1 2 Salah satu yang temasuk tiga pura terbesar di Bali selain Pura Besakih di Kabupaten Karangasem dan Pura Ulun Danu Batur di Kabupaten Bangli yakni Pura Sad Kahyangan Lempuyang Luhur di Kabupaten Karangasem. Pura Sad Kahyangan Lempuyang Luhur memiliki peran yang sangat penting bagi Umat Hindu di Bali. Peran Pura Sad Kahyangan Lempuyang Luhur diantaranya sebagai Catur Loka Pala, Padma Bhuwana dan juga Dewata Nawa Sanga atau Pura Sad Khayangan Jagat. Terletak di atas Bukit Lempuyang yang termasuk kedalam daerah Desa Adat Purwaayu, Desa Dinas Tribuana, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Bali.
    [Show full text]
  • Bangli Explore 2021
    BANGLI EXPLORE 2021 Bangli Explore 2020 I Gede Sutarya Pariwisata Agama, Budaya dan Spiritual e-ISSN 2684-964X i I Gede Sutarya Bangli Explore 2021 Mempromosikan budaya, agama dan spiritual Kabupaten Bangli, sebagai destinasi pariwisata Persembahan untuk Bangli Yayasan Wikarman 2021 ii Bangli Explore 2021 Sutarya, I Gede Lay out: I Nyoman Jati Karmawan Sutarya, I Gede Bangli Explore Layout: I Nyoman Jati Karmawan Yayasan Wikarman Bangli 2020 VI+39 Halaman; e-ISSN 2684-964X 1. Pariwisata 3. Kebudayaan 2. Agama 4. Spiritual Penerbit Yayasan Wikarman Toko Ditu, Jalan Tirta Geduh, LC Subak Aya, Bangli, Bali 80613 Telp (Hp) +6281997852219 Email: [email protected] Percetakan: Bhakti Printing, Jl Singasari Utara, Gang Umapunggul, Denpasar Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang iii Kata Pengantar Om Swastyastu, Puja bhakti, kami panjatkan kepada Ida Sanghyang Widhi, karena Bangli Explore 2021 bisa terbit. Bangli Explore 2021 ini merupakan lanjutan dari Bangli Explore 2020 dan 2019. Karena itu, pada tahun ini, Bangli Explore telah terbit tiga kali. Hal ini merupakan kebanggaan bagi kami, yang ingin terus berkiprah dan berkontribusi dalam pembangunan Bangli, melalui promosi pariwisata. Kami mengucapkan terima kasih kepada Saudara I Gede Sutarya, yang telah menulis Bangli Explore 2021 ini. Kami juga berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu melengkapi data- data dalam buku ini, seperti Bapak I Ketut Kayana, yang merupakan Bendesa Majelis Desa Adat Kabupaten Bangli. Terima kasih juga untuk Bapak I Nyoman Sukra, yang merupakan Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Bangli atas berbagai masukannya. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bupati Bangli, I Made Gianyar, yang juga telah memberikan berbagai fasilitas untuk melengkapi data-data buku ini.
    [Show full text]
  • The World Heritage Nomination of Balinese Cultural Landscapes Local Struggles and Expectations
    CHAPTER 12 The World Heritage Nomination of Balinese Cultural Landscapes Local Struggles and Expectations Keiko Miura and I Made Sarjana REVIEW COPY Introduction The Cultural Landscape of Bali Province: The Subak System as a Manifestation of the Tri Hita Karana Philosophy was nominated as a World Heritage Site in 2012 (Map 12.1). The subak system is an asso- ciation of both irrigated cultivation and religion, whose activities range from water distribution, operation and maintenance of the physical sys- tem, resource mobilisation, conflict resolution, and organising religious rituals (Pitana, 2005: 2).The subak plays a key role in the formation and maintenance of the Balinese rural cultural landscape consisting of a large and complex ecosystem including mountains, forests, lakes, rivers, springs, rice terraces and communities. The nomination file emphasises that ‘subaks are not simple water-user associations managed by single communities’; ‘[i]nstead, subaks are connected via the water temple networks into functional hierarchies that manage the landscape at dif- ferent scales, from whole watersheds to individual paddies’ (Ministry of Culture and Tourism [MCT], 2011: II-8). The Hindu-Balinese philosophy of tri hita karana (three causes of goodness, prosperity, or happiness) is the conceptual basis of the effi- cient management of the subak system, including water temple networks, so that the relevant communities seek balance and harmony between the supernatural world, the environment and human beings. It means that the harmony of nature,
    [Show full text]
  • BALI Perfekte Tage Auf Der Insel Der Tausend Tempel BALI Separaten Kartelokalisieren
    BALI Perfekte Tage auf der Insel der tausend Tempel BALI LEGENDE A Hinweis auf den Kartenteil B Adresse oder Standort C 20 km Telefonnummer D Öffnungszeiten 10 mi E Café, Restaurant, sonstige Gastronomie 10 F U-Bahn-/Metro-Station 5 G Der Süden Seite 43–68 Die Mitte Seite 69–98 Der Osten Seite 99–126 Der Norden Seite 127–150 Der Westen Seite 151–164 Bus-/Straßenbahn-Haltestelle 0 H Bahnhof 0 M Fähre R Flughafen Kapiteleinteilung J Eintritt S Empfehlung für Familien L Auskunft N Sonstige Information p Querverweis auf eine andere Seite Amed Tulamben ! TOP 10 5 + Culik Nicht verpassen! Amlapura , Nach Lust und Laune! Nusa Penida 4 Tirtagangga & Danau Batur Klungkung Gunung Batur 3 ZUM AUFBAU DIESES BUCHES Besakih Pura Anregende und informative Beiträge 8 Das Magazin: Penelokan vermitteln wichtige Hintergrundinformationen für Penulisan Gianyar Sanur Ihr Reiseziel. Bangli 1 Nusa Dua Erster Überblick: Praktische Hinweise für einen Batubulan Danau Bratan problemlosen Aufenthalt – von der Anreise bis zur Ubud 7 10 Rückkehr. Sangsit Denpasar Tabanan Penebel Bukit Badung Alle wichtigen Reiseziele nach Regionen geglie- Kuta Legian Singaraja Bedugul 2 dert: Die Reiseziele jeder Region sind drei Rubriken 6 zugeordnet: TOP 10, Nicht verpassen und Nach Lust und Laune. So können Sie schnell bewerten, was Sie unbedingt sehen sollten (oder möchten) Munduk und was nach objektiven Kriterien weniger Kalibukbuk Seririt Pura Tanah Lot Tanah Pura wichtig ist. Jedes Kapitel ergänzen eine detaillierte Karte und ein Vorschlag mit einem Tagespro- Luhur Ulu Watu Pura gramm. Im Anschluss an die Beschreibung der Reiseziele folgen Infos (Wohin zum …) zu Hotels, Restaurants, Empfehlungen zum Einkaufen und Ausgehen.
    [Show full text]
  • Bali, Lombok & Nusa Tenggara 17
    ©Lonely Planet Publications Pty Ltd Bali, Lombok & Nusa Tenggara North Bali p253 Central Gili Islands Mountains p312 West Bali p237 p274 Ubud East Bali Region p203 Lombok p160 p283 Kuta & Southwest South Bali & Nusa Tenggara Beaches the Islands p334 p64 p115 Virginia Maxwell, Mark Johanson, Sofia Levin, MaSovaida Morgan PLAN YOUR TRIP ON THE ROAD Welcome to Bali, Lombok KUTA & Batubulan . 202 & Nusa Tenggara . 4 SOUTHWEST Abiansemal . 202 Bali, Lombok & BEACHES . 64 Nusa Tenggara Map . 6 Kuta & Legian . 66 Bali, Lombok & Nusa EAST BALI . 203 Seminyak . 81 Tenggara’s Top 18 . 8 Gianyar . 206 Kerobokan . 92 Need to Know . 18 Klungkung Umalas . 98 First Time Bali, Lombok (Semarapura) . 206 & Nusa Tenggara . 20 Canggu . 98 Bangli . 208 Echo Beach . 104 What’s New . 22 Sideman . 209 Pererenan Beach . 106 If You Like… . 23 Gunung Agung . 211 Month by Month . 25 Coast Road to Kusamba . 213 SOUTH BALI & Itineraries . 28 Kusamba . 215 THE ISLANDS . 115 Activities . 36 Padangbai . 216 Travel with Children . 50 Denpasar . 117 Manggis . 219 Eat & Drink Like a Local . 53 Sanur . 124 Candidasa . 220 Regions at a Glance . 60 Bukit Peninsula . 132 Amlapura . 224 Jimbaran . 132 Tirta Gangga . 225 Central Bukit . 135 NORMAN ONG/SHUTTERSTOCK © NORMAN ONG/SHUTTERSTOCK Amed & the Balangan Beach . 136 Far East Coast . 227 Bingin . 137 Tulamben . 234 Padang Padang . 139 Northeast Coast . 236 Ulu Watu . 141 Ungasan . 143 CENTRAL Nusa Dua . 144 MOUNTAINS . 237 Tanjung Benoa . 147 Gunung Batur Area . 239 Nusa Lembongan & Islands . 149 Gunung Batur . 239 Nusa Lembongan . 150 Around Gunung Batur Crater . 240 Nusa Ceningan . 156 PURA TANAH LOT P277 Danau Batur .
    [Show full text]
  • UNESCO Publishing
    UNESCO Publishing United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization 7, place de Fontenoy, 75352 Paris 07 SP, France • www.unesco.org/publishing E-mail: [email protected] Ocean Sustainability in the 21st Century n The world’s oceans are an essential source of food and other resources, as well as providing an important means of transportation, trade and recreation. n Describing the emerging and unresolved issues related to the oceans and the marine environment, this book presents the developments made in marine science and policy since the implementation of the United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS), and implications for the sustainable management of ocean areas and resources. n This comprehensive volume also provides a number of scientific, policy, and legal tools to address such issues, and to ensure better science-based management of the oceans. Topics covered include the impacts of human- induced climate change on the oceans, the marine genetic resources debate, the current legal framework for the oceans, and a comparative study of the legal issues associated with outer space. n € 69.00, 2015, 320 pages, Including practical examples and worldwide case Hardcover, colour photos and graphics studies, this book is a valuable resource for policy-makers, 17,4 x 24,7 cm students and academics, in marine science and policy, UNESCO ISBN 978-92-3-100055-8 ocean affairs, and the law of the sea. To order, please contact DL Services – C/O Michot Chaussée de Mons 77 Bergense steenweg, B 1600 Sint Pieters Leeuw, Belgium Tel.: (+ 32) 477 455 329 E-mail: [email protected] Postage by ordinary mail: Europe: € 5.50.
    [Show full text]
  • HOW the BALINESE SEE the SEA: INTERPRETATIONS of OCEANIC POWER Margaret Dougherty SIT Study Abroad
    SIT Graduate Institute/SIT Study Abroad SIT Digital Collections Independent Study Project (ISP) Collection SIT Study Abroad Fall 2018 HOW THE BALINESE SEE THE SEA: INTERPRETATIONS OF OCEANIC POWER Margaret Dougherty SIT Study Abroad Follow this and additional works at: https://digitalcollections.sit.edu/isp_collection Part of the Hindu Studies Commons, and the South and Southeast Asian Languages and Societies Commons Recommended Citation Dougherty, Margaret, "HOW THE BALINESE SEE THE SEA: INTERPRETATIONS OF OCEANIC POWER" (2018). Independent Study Project (ISP) Collection. 2934. https://digitalcollections.sit.edu/isp_collection/2934 This Unpublished Paper is brought to you for free and open access by the SIT Study Abroad at SIT Digital Collections. It has been accepted for inclusion in Independent Study Project (ISP) Collection by an authorized administrator of SIT Digital Collections. For more information, please contact [email protected]. How the Balinese See the Sea 1 HOW THE BALINESE SEE THE SEA: INTERPRETATIONS OF OCEANIC POWER Margaret Dougherty I Ketut Arta Widana, SS, M. Par SIT Study Abroad Indonesia: Arts, Religion and Social Change Fall 2018 How the Balinese See the Sea 2 Table of Contents Acknowledgements……………………………………………………………………..3 Introduction……………………………………………………………………………..6 Objective of study……………………………………………………………….6 Field methods and ethics employed……………………………………………..7 Basic Findings…………………………………………………………………...9 Balinese opinion of the sea…………………………………………………………….10 How the ocean heals……………………………………………………………………16
    [Show full text]
  • Best Religious Sites in Bali"
    "Best Religious Sites in Bali" Realizado por : Cityseeker 5 Ubicaciones indicadas Pura Ulun Danu Batur "Nine-Temple Mountain Complex" Located in Batur Village, Kintamani, this enormous complex of nine temples lies about 65 kilometers from Denpasar. The principle temple, Pura Penataran Agung Batur, houses five multi-tiered shrines dedicated to deities and saints. Each pura serves a specific purpose, spiritual (in honor of the gods) or worldly (agriculture, craftwork, hot springs and the like). by chensiyuan People, especially farmers come from all over Bali to worship Vishnu because of the temple's strong connection with irrigation and proximity to Lake Batur. Each year, a grand temple festival takes place here during the 10th Balinese month. +62 361 32 5600 (Tourist Information) Jalan Kintamani-Batur Saletan, Tampaksiring, Bangli Pura Taman Ayun "Temple Above River" Pura Taman Ayun is easy to locate, on the main road going east in Mengwi Village, Badung Regency. One of the most famous tourist spots in Badung Regency, probably due to its unusual beauty, Pura Taman Ayun literally means 'beautiful garden'. Constructed around 1740, it once functioned as the home of the king of Mengwi, who surrounded his palace by chensiyuan with wonderful spacious gardens and waterways. The complex is set above a huge river, giving it a fresh, natural appeal. Many smaller shrines with tiered roofs (meru) lie within the premises. These were originally built for the king's ancestral worshiping rituals. +62 361 23 5600 (Tourist Information) www.balitourismboard.org/taman- Jalan Ayodya, Mengwi, Badung ayun-temple.html Tanah Lot Temple "Temple on a Sea Cliff" Temples abound the shores of Bali but Tanah Lot Temple (Pura Tanah Lot) appears to be like it has come straight out of a dream.
    [Show full text]
  • Permasalahan Narkoba Di Indonesia 2019 (Sebuah Catatan Lapangan).Pdf
    PERMASALAHAN NARK P E 2019 2019 R M 9 9 A PERMASALAHAN PERMASALAHAN 1 PPERMASALAHANERMASALAHAN 1 PPERMASALAHANERMASALAHAN S NARKOBA DI INDONESIA A 0 NARKOBA DI INDONESIA 0 NNARKARKOOBABA DDII INDONESIAINDONESIA L NNARKARKOOBABA DDII IINDONESIANDONESIA PERMASALAHAN PERMASALAHAN A (Sebuah Catatan Lapangan) Catatan Lapangan) (Sebuah NARKOBA DI INDONESIA NARKOBA (Sebuah Catatan Lapangan) 2 (Sebuah Catatan Lapangan) H (Sebuah Catatan Lapangan) 2 A enyalahgunaan Narkoba merupakan masalah serius yang sedang N dihadapi oleh bangsa Indonesia. Walaupun berbagai upaya telah N P A dilakukan untuk mengatasinya, namun kasus penyalahgunaan R narkoba masih banyak terjadi. K OBA DI INDONESIA (Seb O Maraknya penyalahgunaan Narkoba dipengaruhi oleh beberapa B A faktor, diantaranya: perbedaan karakteristik penduduk di masing- D masing provinsi, faktor geografis, dan kebijakan yang dikeluarkan I oleh pemerintah setempat. Berdasarkan permasalahan tersebut, I N perlu dilakukan upaya untuk menyusun program strategis dalam D melakukan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan O peredaran gelap narkoba di setiap provinsi. N E S Tim peneliti mencoba untuk menggali informasi dan mencatat I A temuan lapangan melalui pengamatan dan wawancara kepada pihak- ( pihak terkait. Catatan tersebut menggambarkan fakta yang terjadi S e tentang penyalahgunaan narkoba di setiap provinsi di Indonesia. b uah Catatan Lapangan) u a h C a t a t a n L a p a n 2019g a Pusat Penelitian, Data, dan Informasi n BadanWƵ ƐNarkotikaĂƚWĞŶĞůŝƟ ĂNasionalŶ͕ĂƚĂ͕Ě (PUSLITDATINĂŶ/ŶĨŽƌŵĂƐŝ BNN)
    [Show full text]
  • L'indonésie Et Bali
    L’Indonésie et Bali Comprenant plus de 17 000 îles, l’Indonésie est le plus grand archipel du monde et compte au moins 235 millions d’habitants. Le vaste archipel indonésien s’étend sur 5 120 km au niveau de l’équateur, et se place entre les continents Asiatique et Australien. Quatre cinquièmes de sa surface sont constitués par la mer et les îles principales Sumatra, Java, Kalimantan, Sulawesi et la Papouasie. Les 300 groupes ethniques qui coexistent en harmonie donnent naissance à un melting-pot de cultures et de personnes fascinantes. L’Indonésie est le Quatrième pays le plus peuplé au monde. Le paysage indonésien est également très varié. Java et Bali sont les îles les plus fertiles et les rizières sont concentrées dans ces deux régions, tandis que Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku et la Papouasie sont toujours en grande partie recouvertes de forêts tropicales exotiques. Les savanes ouvertes et prairies verdoyantes sont caractéristiques de Nusa Tenggara. La basse-terre qui comprend la plus grande partie de l’Indonésie montre les caractéristiques d’un climat tropical avec des précipitations abondantes, et un niveau de températures et d’humidité élevé. Le climat pluvieux de l’Indonésie tropicale et son caractère géographique unique abritent une grande diversité de faune et de flore. Le pays, riche en ressources naturelles, a attiré de nombreux marchands, pirates, et aventuriers venus du monde entier à travers l’histoire. Situées sur d’anciennes routes commerciales et riches en ressources botaniques, ces îles recluses ont vite suscité l’intérêt général. Les mers aux eaux claires, les destinations de surf impressionnantes et les merveilleuses plages se mêlent aux volcans en activité et aux forêts vierges pour faire de cette nation un paradis tropical.
    [Show full text]
  • Global Geopark) in Kintamani District, Bangli Province District, Bali
    IJSEGCE VOL 1, No.1 November 2018 ISSN: 2656- 3037 http://www.journals.segce.com/index.php/IJSEGCE DEVELOPMENT OF GLOBAL EARTH PARK AREA (GLOBAL GEOPARK) IN KINTAMANI DISTRICT, BANGLI PROVINCE DISTRICT, BALI I Ketut Setia Sapta [email protected] Universitas Mahasaraswati Denpasar I Wayan Gede Suacana Universitas Ngurah Rai Nengah Sudja Universitas Mahasaraswati Denpasar Diantariningsih Universitas Mahasaraswati Denpasar Luh Komang Merawati Universitas Mahasaraswati Denpasar ABSTRACT The villages of “Batur Tengah”, “Batur Utara” and “Batur Selatan” are the three villages located on the slopes of Mount Batur (Active Volcano) Kintamani District, Bangli Regency. This area is a disaster prone area but has considerable potential as a tourist destination because of the beauty of the panorama of Mount and Lake Baturnya. Mount Batur with its crater lake since September 20, 2012 has officially entered into the network of UNESCO Global Earth Park (Global Geopark). “Taman Bumi Batur” is the first geopark in Indonesia. The three pillars of geopark development are based on: 1) protection and conservation aspects; 2) Aspects of education by organizing activities and providing information to the public about geosciences knowledge as well as environmental and cultural concepts; 3) Aspects of local economic value development through sustainable tourism activities (geotourism). Conducted in the conservation aspect is the follow up arrangement in the tourism object by building public facilities (toilet and changing rooms) and waste management independently by villages and villages by training garbage processing and pioneering the establishment of garbage bank. The implementation of the community service program has been intensely carried out with the observation, socialization and implementation stages with the percentage of program achievements being completed ± 80% of all activities proclaimed in 2018.
    [Show full text]
  • Ritual, Environment, and the Subak in Bali
    EnviroLab Asia Volume 3 Issue 2 Bali Article 1 2-7-2020 Nature and the Spirit: Ritual, Environment, and the Subak in Bali Hao Huang [email protected] Follow this and additional works at: https://scholarship.claremont.edu/envirolabasia Part of the Anthropology Commons, Asian History Commons, East Asian Languages and Societies Commons, Environmental Studies Commons, Geography Commons, Religion Commons, and the Social Policy Commons Recommended Citation Huang, Hao (2019) "Nature and the Spirit: Ritual, Environment, and the Subak in Bali," EnviroLab Asia: Vol. 3: Iss. 2, Article 1. Available at: https://scholarship.claremont.edu/envirolabasia/vol3/iss2/1 This Article is brought to you for free and open access by the Journals at Claremont at Scholarship @ Claremont. It has been accepted for inclusion in EnviroLab Asia by an authorized editor of Scholarship @ Claremont. For more information, please contact [email protected]. Huang: Nature and the Spirit: Ritual, Environment, and the Subak in Bali Nature and the Spirit: Ritual, Environment, and the Subak in Bali Hao Huang1 The objective of the Envirolab Asia Faculty Lab project in Bali was to learn onsite about the Balinese subak water temple system, as a case study of how indigenous agricultural and sacred practices address environmental stewardship. As a scholar of color, I am motivated to find ways to change how “developed” societies perceive “less advanced” cultures. This article begins with an exploration of the religious and cultural significance of the Balinese goddesses of rice and water, Dewi Sri and Dewi Danu. Subsequently, “the sacredness of water and the holiness of height” in Balinese cosmography is discussed.
    [Show full text]