Sebagaimana Telah Diubah Dengan Peraturan
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT GEDUNG KARYA LANTAI 12 S.D 17 JL. MEDAN MERDEKA BAMT No, 8 TEL. : 3811308, 3505006, 38'13269, 3447017 rA : 3U4492,3458540 38/.2440 JAKARTA - 10110 PST. : 4213,4227, 4209, 4135 FAX : 3811786, 3845430, 3507576 PERATUMN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT NOMoR HK. A3,/2 /t6 ,/DJPL - 17 TENTANG LAMBUNG TIMBUL TONGKANG GELADAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 35 ayat (4) Peraturan Menteri perhubungan Nomor pM. 39 Tahun 2016 tentang Garis Muat Kapal dan pemuatan, perlu menetapkan peraturan Direktur Jenderal perhubungan Laut tentang Lambung Timbul Tongkang Geladak; Mengingat :1. Undang-Undang Nomor IZ Tahun 2OOg tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 5l Tahun 2OO2 tentang Perkapalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO2 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4222); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republili Indonesia Tahun 2OlO Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5lOg) sebagaimana telah diubah dengan peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor S20g); 4. Keputusan Presiden Nomor 47 Tahun 19T6 tentang Pengesahan " Intemational Conuentioru on Load Linei 1966',; " ,lbnlooll grnol*,rr* *e/a{a*ary gela^htl4nltlar.{,gaditaa*4,1{4aolamafan, Surlarr' 5. Keputusan Presiden Noinor 65 Tahun 19gO tentang Pengesahan "Intemational Conuentionfor the Safag if Life at Sea, L924,; 6. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negari Republik Indonesia Tahun 20i5 Nomor g); 7. Peraturan Presiden Nomor 4O Tahun 2O15 tentang Kementerian perhubungan (Lembaran Negari Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 8. Peraturan Menteri perhubungan Nomor KM. 62 Tahun 2O1O tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit Penyelenggara pelabuhan sebagaimani telah diubah terakhir dengan peraturan Menteri perhubungan Nomor PM. 130 Tahun 2O15 (Berita Negara Repultt Indonesia Tahun 2O15 Nomor l4OO); 9. Peraturan Menteri perhubungan Nomor KM. 65 Tahun 2O.10 tentarg Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelabuhan Batam sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri perhubungan Nomor pM. 20tI; 4Z Tahun 10. Peraturan Menteri perhubungan Nomor pM. 34 Tahun 2Ol2 .tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran Utama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2OL2 Nomor 62Zl; 11. Peraturan Menteri perhubungan Nomor pM. 36 Tahun 2Ol2 tentar.g - Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas pelabuhin (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 629) sebagaimana telah diubah dengan peraturan Menteri Perhubungan Nomor pM. l3t Tahun 2015 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2Ol5 Nomor 1401); 12. Peraturan Menteri perhubungan Nomor pM. 1g9 Tahun 2015 tentang Organiiasi dan Tata Kerja Kementerian perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor lS44l sebagaimana telah diubah dengan peraturan Menteri perhribungan Nomor PM. 86 Tahun 2016 (Berita Negara Repu6lik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1012); 13. Peraturan Menteri perhubungan Nomor pM. 89 Tahun 2016 tentang Garis Muat dan pemuatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2O16 Nomor 524); MEMUTUSKAN: MenetapKan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT TENTANG LAMBUNG TIMBUL TONGKANG GELADAK. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Direktur Jenderal ini yang dimaksud dengan: 1. Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakkan dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energi iainnya, ditarik atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung- dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pinaan. 2. Tongkang Geladak adalah kapal yang mempunyai kategori : a, tidak berpenggerak sendiri; b. tidak berawak; c. memuat hanya di atas geladak; d. mempunyai rasio perbandingan lebar/ tinggi 3 atau lebih; e. tidak mempunyai palka di geladak kecuali bukaan kecil untuk lubang lalu orang yang ditutup dengan penutup kedap; dan f. memiliki koefisien blok O,9 atau lebih. 3. Lambung Timbul (freeboard) adalah jarak vertikal yang diukur pada tengah kapal dari sisi atas garis geladak lambung timbul ke arah bawah hingga sisi atas garis muat yang ditetapkan. 4. Marka Garis Muat adalah sebuah tanda pada lambung kapal untuk membatasi draft/ sarat maksimum sebuah kapal demi keamanan dan keselamatan kapal sesuai dengan daerah/musim dimana kapal tersebut berlayar. 'kemampuan 5. Stabilitas Kapal adalah sebuah kapal untuk kembali ke kedudukan semula setelah mengalami kemiringan oleh gaya-gaya yang ditimbulkan oleh kapal itu sendiri dan gaya-gaya dari luar kapal. 6. Stabilitas Positif Kapal adalah stabilitas kapal dimana titik berat kapal keseluruhan berada di bawah titik Metasentra. 7. Peratran Indonesia adalah laut territorial Indonesia beserta perairan kepulauan dan perairan pedalamannya. 8. Panjang Ifupal (L) adalah panjang yang diukur paCa 960/o d.ari panjang garis air dengan sarat 85% dari ukuran dalam yang terkecil diukur dari linggi haluan sampai ke sumbu poros kemudi, apabila panjang ini yang lebih besar. Jika kontur bagian depan haluan berbentuk cekung di atas garis air padi SSX dari ukuran dalam terkecil, baik ujung depan (fonlard terminal) dari total panjang dan sisi depan linggi haluan berturut-turut harus ditarik dari proyeksi vertikal dengan garis air dari titik terbelakang linggi haluan (di atas garis air). Untuk kapal yang dirancang dengan lunas miring (rake of keet), panjang garis air yang diukur harus sejajar dengan garis air yang telah dirancang. 9. Dalam Terbesar (D) adalah jarak tegak lurrs yang diukur dari sisi atas lunas ke sisi bawah geladak atas pada bagian samping bagian tengah kapal, 10. Daerah Pelayaran Iokal adalah daerah pelayaran yang meliputi jarak dengan radius 500 (lima ratus) mil laut dari suatu pelabuhan tertunjuk. Jarak ini diukur antara titik-titik terdekat batas-batas perairan pelabuhan sampai tempat labuh yang lazim. Jika pelabuhan tertunjuk dimaksud terletak pada sungai atau perairan wajib pandu, maka jarak itu diukur dari atau sampai awak pelampung terluar atau sampai muara sungai atau batas luar dari perairan wajib pandu. ll.Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal adalah Pejabat Pemerintah yang mempunyai kualifikasi dan keahlian di bidang keselamatan kapal. L2,Daetah Pelayaran Kawasan Indonesia adalah daerah pelayaran yang meliputi daerah yang dibatasi oleh garis-garis yang ditarik dari titik Lintang 10' 00'0O' Utara di Pantai Barat Malaysia, sepanjang Pantai Malaysia, Singapura, Thailand, Kamboja dan Vietnam Selatan di Tanjung Tiwan dan garis-garis yang ditarik antara Tanjung Tiwan dengan Tanjung Baturampon di Philipina, sepanjang Pantai Selatan Philipina sampai Tanjung San Augustin ke titik Lintang 0O' O0'00" dan Bujur 140" 00' 00" Tirnur, titik Lintang 02'35' OO' .selatan dan Bujur 141' OO' OO' Timur ditarik ke Selatan hingga ke titik 09' 10' OO" Selatan dan Bujur 141' 0O'0O'Timur, ke titik Lintang 10" O0'OO' Selatan dan Bujur 14O'O0'00" Timur ke titik Lintang 10" 11' OO" Selatan dan Bujur 121" 0O' OO" Timur, ke titik Lintang 09" 30'00" Selatan dan Bujur 105" O0'OO" Timur ke titik Lintang 02' 0O'00" Utara dan Bujur O94' OO' O0" Timur ke titik Lintang 06' 30'00" Utara dan Bujur O94" 00'00' sampai dengan titik Lintang 10" 00' 00" Utara di Pantai Barat Malaysia atau Near Coastql Vogage. 13. Badan Klasifikasi adalah lembaga klasifikasi kapal yang melakukan pengaturan kekuatan konstruksi dan permesinan kapal, jaminan mutu material marine, pengawasan pembangunan, pemeliharaan, dan perombakan kapal sesuai dengan peraturan klasifikasi. 14. Organisasi yang diakui (Recogniz'ed Organization) adalah suatu Organisasi atau badan klasifikasi yang telah diberikan kewenangan atau pendelegasian oleh Menteri melalui suatu perjanjian tertulis dan resmi diantara kedua pihak untuk melakukan survei dan sertifikasi kapal atas nama pemerintah Republik Indonesia sebagaimana persyaratannya diatur dalam IMO Resolution A.739 (18), A. 789(19) dan RO Code. 15. Surveyor adalah personil dari badan klasifikasi atau organisasi yang diakui yang memiliki kualifikasi dan persyaratan untuk melakukan survei di atas kapal. 16. Kapal bangunan baru adalah kapal yang peletakan lunasnya atau pada tahap pembangunan yang serupa di.lak-ukan pada atau setelah dikeluarkannya peraturan Direktur Jenderal ini. 17. Kapal bangunan lama adalah kapal selain kapal bangunan baru. 18. Tahap pembangunan kapal adalah terdiri dari: 1 t"hap dimulainya proses pembangunan kapal; atau O,tS", dimulainya proses perakitan kapal- sekurang_ kurangnya 50 ton atau satu persen dari estimasi berat dari semua bahan/materi struktur kapal, dipilih yang lebih kecil. 19. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jendeal Perhubungan Laut. 2O. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan Laut. nunrffirriLrup Pasal 2 Peraturan Direktur Jenderal ini hanya berlaku untuk Tongkang Geladak berbendera Indonesia semua ukuran dengan ketentuan : a- memerlukan dan mengajukan pengurangan besar lambung timbul selain pengurangan lambung timbul sebesar 25o/o (dua puluh lima persen) dari perhitungan normal yang diberikan untuk lambung timbul Tongkang Geladak; b. diklaskan pada Badan Klasilikasi yang diakui; dan c. hanya beroperasi di perairan Indonesia. pENGo pERAr,o*"f3rl'j*N