LUGHAWI

Syafrijal Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Bonjol Padang e-mail: [email protected]

Abstract: Lughawi Tafsir (Quranic Interpretation) explains the Holy Qur’an through semiotic and semantic including language, morphology, lexical, grammatical, and rhetoric. This kind of interpretation has been used by Mufassir (experts in Quranic Interpretastion) to explain the verses of the . Since the Quran was written in a very high style of language, the mufassirs who applied this method should have capability with certain criteria.The Lughawi Tafsir appeared in 2nd and 3rd H, along with the integration of the Arabs and non-Arabians. The fact that was no longer superior language of that time and the decrease of zaug ‘arabi (sense of Arabic), necessitated the Mufassirs to strengthen the language so that they could figure out the meanings of the Qur’an. The operational concept in explaining Lughawi Tafsir is done by presenting topics in the fields of nahu, sharaf, and balaghah together with their types and branches.

Key words: quranic interpretation, semiotic and semantic

Abstrak: Tafsir lughawi menjelaskan kitab suci Alquran melalui interpretasi semiotic dan semantic yang meliputi etimologis, morfologis,leksikal, gramatikal, dan retorikal. Tafsir lughawi ini merupakan satu corak yang dilakukan oleh mufassir untuk menjelaskan ayat-ayat Alquran. Karen Alquran mempunyai gaya bahasa yang sangat tinggi, maka mufassir yang akan menafsirkan Alquran dengan corak ini harus memiliki kapasitas dan criteria tertentu. Tafsir lughawi ini sudah mulai muncul pada abad kedua dan ketiga hijriyah. Muncul cara menafsirkan Alquran dengan bahasan corak kebahasaan ini disebabkan karena trjadi integrasi antara bangsa Arab dan non bangsa Arab, dan semakin hilangnya zauq Arabi, maka mufassir merasa memerlukan ilmu-ilmu mengenai bahasa Arab untuk menggambarkan makna-makna dan memahami maksud Alquran. Kerangka operasional untuk menjelaskan tafsir lughawi ini adalah dengan mengemukakan pembahasan di bidang ilmu nahu, sharaf, dan balaghah dengan macam-macam dan bagian masing-masing.

Kata kunci: lughawi tafsir, interpretasi semiotic dan semantic

PENDAHULUAN cara dan beberapa metode dan corak penyajiannya. Melihat kepada metode yang Al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk digunakan dalam menafsirkan Alqur an, untuk memperdalam pemahaman dan penghaya- ada dalam bentuk ijmali atau mengungkap tan tentang . Bahasanya yang mempesona makna Alqur an secara global saja, ada yang dan pesan-pesannya yang begitu agung telah menafsirkan secara rinci dan runtut, dan ada meluluhkan hati orang-orang yang membacanya juga yang menafsirkan berdasarkan topik dan membuat mereka kagum. Namun, penulis tertentu, dan bahkan ada yang membandingkan melihat banyak orang yang hanya terpesona pendapat ulama tentang pemahaman ayat yang dengan Alqur an , seolah-olah Alqur an itu kitab sama, membandingkan antara ayat yang mirip suci diturunkan hanya untuk dibaca. atau ayat dengan hadis. Begitu juga corak yang digunakan mufassir dalam menafsirkan Alqur Karena itu ulama bertanggung jawab dan an, mufassir menyampaikan pesan Alqur an itu berkewajiban untuk memperkenalkan Alqur’an sesuai dengan kapasitas ilmu yang mereka dan menyuguhkan pesan-pesan yang tersimpan miliki. Maka muncullah buku- buku tafsir di balik setiap untaian mutiara kata sejalan dengan berbagai corak sesuai dengan perkem- dengan perkembangan masyarakat, sehingga bangan ilmu pengetahuan dan bidang ilmu yang Alqur’an benar-benar berfungsi sesuai menurut mereka tekuni. Contohnya adalah tafsir ayat semestinya. Untuk menyampaikan pesan-pesan , tafsir al-adabi al-ijtima’i, tafsir isyari, Alqur’an tersebut, ulama menempuh berbagai tafsir kauni, dan lain-lain.

421 Syafrijal, Tafsir Lughawi | 422

Salah satu metode pendekatan yang sangat ilmu bahasa dan yang terkait (nahwu, syaraf, signifikan adalah dengan menggunakan etimologi, balaghah dan qiraat) sebagai syarat pendekatan linguistik atau yang lebih dikenal utama bagi seorang mufassir. Abu hayyan (1992: dengan istilah tafsir lughawi. Tafsir lughawi 14–17) mengatakan bahwa seorang mufassir sangat diperlukan dalam memahami Alqur’an, harus mempersiapkan beberapa hal sebagai karena Alqur’an menggunakan bahasa Arab berikut: yang penuh dengan sastra, balaghah, fashahah, bayan, tamsil dan retorika, dan al-Qur’an juga 1. Mengetahui ilmu lughah, baik yang diturunkan pada masa kejayaan syair dan menyangkut isim, fi’il, maupun huruf. linguistik. Bahkan pada awal Islam , sebagian 2. Megetahui tata aturan bahasa Arab, baik orang masuk Islam hanya karena kekaguman ketika belum tersusun dalam suatu kalimat linguistik dan kefashihan al-Qur’an. maupun setelah tersusun dalam bentuk PENGERTIAN TAFSIR LUGHAWI kalimat. Tafsir lughawi terdiri dari dua kata, yaitu 3. Mengetahui adanya kata-kata atau kalimat tafsir dan lughawi. Tafsir yag akar katanya yang baligh atau fashih (ditinjau dari ilmu .(’bermakna keterangan dan ma’any, bayan , dan badi ﻓﺴﺮ berasal dari penjelasan (Abu al-Husain, t.t.: 504). Kemudian 4. Mengetahui hal-hal yang ijmali, tabyin, yang bererti ﻓﻌﻞ lafal itu diikutkan wazan umum, khusus, ithlaq, taqyid, dan menjelaskan atau menampakkan sesuatu. mengetahui pula dilalah amar dan nahi. yang berarti ﻟﻐﻰ Lughawi berasal dari kata gemar dan menetapi sesuatu (Abu Al-Husain, 5. Mengetahui perbedaan kata-kata dalam t.t.: 255). Manusia yang gemar dan menetapi bahasa Arab, baik ketika adanya penam- atau menekuni kata-kata yang digunakannya bahan huruf maupun pengurangan-nya, dan maka kata – kata itu disebut lughah. adanya perubahan harakat dan sebagainya. Dari penjelasan di atas dapat ditarik Dengan demikin, berarti seseorang belum sebuah pemahaman bahwa yang dimaksud layak dan tidak pantas menafsirkan al-Qur’an dengan tafsir lughawi adalah tafsir yang sebelum mengantongi ilmu-ilmu yang disebut- mencoba menjelaskan makna-makna al-Qur’an kan di atas dan tidak akan mendapatkan hasil dengan menggunakan kaedah-kaedah kebaha- yang dalam karya tafsirnya, bahkan akan saan, atau lebih simpelnya tafsir lughawi adalah menyesatkan umat dalam memahami al-Qur’an menjelaskan al-Qur’an melalui interpretasi apabila tidak menguasai ilmu bahasa Arab. Al- semiotik dan semantik yang meliputi etimo- Zahabi (t.t.: 266) mengatakan bahwa tidak logis, morfologis, leksikal, gramatikal dan sepantasnya orang yang beriman kepda retorikal (Abd Muin Salim, 1999: 34 ). Dengan mendiskusikan kitab Allah (al-Qur’an) jika demikian, maka tafsir lughawi itu merupakan tidak pandai bahasa Arab. Lebih lanjut ia tafsir al-Qur’an yang menjelaskan ayat-ayat suci mengatakan bahwa seorang mufassir harus al-Qur’an lebih banyak difokuskan kepada mendalam bahasa Arab. Pengetahuan yang bidang bahasa. Maksudnya tafsir yang meng- sempit tentang baha Arab tidak cukup dipakai kaji Alqur’an dari segi nahwu, sharaf, balaghah sebagai alat untuk menafsirkan al-Qur’an, (ma’any, bayan dan badi’) dan lain sebagainya karena kadang-kadang suatu kata itu memiliki yang notabenenya adalah memahami ayat-ayat makna ganda (musytarak), sehingga seorang Alqur’an dengan pendekatan ilmu bahasa, maka mufassir yang demikan itu hanya mengetahui seseorang yang ingin menafsirkan al-Qur’an salah satu maknanya saja, sementara ada dengan pendekatan bahasa harus mengetahui kemungkinan makna yang dikehendaki dalam bahasa yang digunakan al-Qur’an yaitu bahasa Al-Qur’an adalah makna lain yang belum arab dengan segala seluk-beluknya, yang terkait diketahuinya. dengan nahwu, balaghah dan sastranya. Bahkan Ahmad Syurbasyi (1999: 31) menempatkan 423 | Jurnal Al-Ta’lim, Jilid 1, Nomor 5 Juli 2013, hlm. 423-430

hijrah (Musa’id Muslim Abdullah Ja’far, 1984: 77-86). SEJARAH PERKEMBANGAN TAFSIR LUGHAWI Syeikh Hasan Husain dalam suatu pendapatnya tentang sejarah ilmu tafsir Menurut Hasan ali al-Aridhi (1994: 23- mengatakan bahwa para sahabat dan tabi ‘in 24), terdapat perbedaan antara tafsir pada abad tidak menaruh perhatian kepada ilmu tafsir, pertama, kedua dan ketiga hijrah (mutaqaddimin) I’rab dan majaz pada masa permulaan dengan tafsir pada abad sesudahnya (muta pembukuan tafsir, bahkan, metode yang mereka ‘akhkhirin). Tafsir pada abad pertama, kedua gunakan sama dengan metode ahli hadis dalam dan ketiga hijrah hanya mengacu kepada inti meriwayatkan makna-makna Al-Qur’an. Kemu- dan kandungan al-Qur’an serta penjelasan dian kondisi yang demikian itu berubah pada makna yang dikehendaki oleh ayat al-Qur’an. masa berikutnya disebabkan semakin bertambah Belum ada perhatian terhadap bahasa, yaitu meluasnya interaksi bangsa Arab dan non Arab dari segi nahwu dan I’rab, dan tidak ada pula dan hilangnya zouq Araby. Maka para mufassir kajian tentang kata, susunan- susunan kalimat, merasa sangat memerlukan ilmu-ilmu tentang majaz, ijaz, ithnab, taqdim, ta’khir, wasl, qath’ bahasa Arab yang telah dibukukan, yaitu nahwu, serta nida dan istisna. Apa yang dilakukan oleh sharaf, ma’any, bayan badi’, dan lain-lain untuk ulama tafsir pada abad ketiga yang kemudian menggambarkan makna-makna dan mereka tuangkan dalam kitab-kitab karangan menjelaskan maksud-maksud Al-Qur’an yang mereka, sekaligus mereka mengelompokkannya mulia, sehingga sampailah pada kondisi menjadi bab-bab dan bagiannya adalah karena sebagaimana sekarang (Al-‘Aridhi, 1994: 25– melihat terjadinya perkembangan ilmiah 26). tentang tafsir pada saat itu. Kitab-kitab tafsir yang terkenal dengan Apa yang dikatakan al-Aridhi itu, prediket tafsir lughawi antara lain adalah kitab menurut hemat penulis, tidak semuanya benar, Anwar al-Tanzil, Wa Asrar al-Ta’wil karya karena telah muncul mufassir-mufassir yang Imam Al-Baidhawi, Al-Bahr al-Muhith Fi al- mencoba membahas al-Qur’an dari sudut Tafsir karya Abu Hayyan al-Andalusy, Irsyad bahasa, tapi jumlahnya sangat sedikit. Bahkan, al-‘Aql al-Salim Ila Mazaya al-Kitab al-Karim pada masa sahabat sudah ada mufassir yang karya Abu Su’ud, Al-Kasysyaf karya Imam mencoba mengkaji dari segi bahasa itu. Sahabat Zamakhsyari dan kitab-kitab tafsir yang yang banyak ditanya tentang makna dan sejenisnya. sinonim kalimat al-Qur’an dan paling banyak menafsirkan al-Qur’an melalui pendekatan KERANGKA OPERASIONAL TAFSIR bahasa atau syair-syair Arab klasik adalah LUGHAWI Abdullah bin Abbas. Oleh karena itu, beliau dianggap sebagai Abu al-Tafsir (bapak tafsir) A. Nahwu (Manahij fi al-Tafsir : 23 ). Nahwu merupakan ilmu yang mem- Penafsiran Abdullah bin Abbas yang pelajari kaedah untuk mengenal fungsi- cenderung menjadikan syair sebagai salah satu fungsi kata yang masuk pada kalimat, sumber penafsirannya merupakan cikal bikal mengenal hukum akhir kata dan untuk munculnya madrasah lughah. Hal itu terjadi mengenal cara mengi’rab. Mengenal fungsi ketika menjadi pengajar dan pembimbing di kata yang masuk pada kalimat, seperti madrasah tafsir di Mekah, yaitu pada abad fungsinya sebagai subjek (fa’il), objek اﺣﻤﺪ pertama hijrah dan kemudian dilanjutkan oleh (maf’ulun bihi) dan lain-lain, seperti -muridnya, seperti Sa’id bin Jabir, (Ahmadu) yang harakat akhirnya dammah Mujahid bin Jabar, Ikrimah, Thawus bin Kaisan karena diakhiri dengan “u”. Mengenal cara dan Atha’ bin Abi Rabah hingga abad kedua mengi’rab seperti rafa’, nashab, khafadh dan jazm. Syafrijal, Tafsir Lughawi | 424

Dalam masail nahwiyah, para mufassir Balaghah secara etimologi adalah tidak sedikit memaparkan perbedaan tercapai tujuan melalui sebuah ucapan yang pendapat di kalangan ulama-ulama nahwu, indah dan fasih. Seseorang dikatakan bahkan mereka memaparkan kata atau mempunyai ucapan baligh dalam ilmu kalimat yang dibicarakan itu sampai pada balaghah adalah orang yang telah tercapai masalah yang detail, seperti mauqi’ al-I’rab, tujuannya karena fasih dan indah bicaranya artinya mereka tidak hanya berbicara tentang yang ungkapan bicaranya itu mampu I’rab saja tetapi juga sudah melebar kepada mencapai hati orang yang ditujunya. Alqur hal-hal yang lebih dari itu. Contohnya dalam an mempunyai ungkapan kata balaghah karena kata-kata yang digunakan mempunyai اْن ﻟﮭﻢ ﺟﻨﺎت ﺗﺠﺮي ﻣﻦ :surat Al-baqarah, ayat 25 Ayat tersebut , apabila dilihat dari makna yang jelas dan sempurna yang sampai .ﺗﺤﺘﮭﺎ اﻟْﻨﮭﺎر .ke dalam hati pembaca atau pendengar ﺗﺠﺮي ﻣﻦ segi mauqi’ al-i’rab, maka kalimat berkedudukan sebagai nasab, Ungkapan kata dalam al-Qur’an adalah ﺗﺤﺘﮭﺎ اﻻﻧﮭﺎر karena kalimat tersebut sebagai sifat dari sangat indah. Kata- katanya mampu yang berkedudukan nasab juga menceritakan kegembiraan yang dahsyat atau ﺟﻨﺎت ”kata (Abu Suud, Juz I : 120). kekaguman dan ketakutan yang dikemas dengan indah . B. Sharaf Ilmu balaghah itu terdiri dari 3 cabang, Sharaf adalah salah satu nama cabang yaitu: ilmu ma’any, bayan, dan badi’. Dalam ilmu dalam bahasa Arab yang khusus Alquran dapat ditemukan ketiga cabang membahas tentang perubahan bentuk kata. ilmu tersebut , dan masing-masing nya juga Perubahan bentuk kata ini dalam prakteknya terdiri dari beberapa bagian, sebagaimana disebut tashrif. Dinamakan ilmu sharaf dapat diuraikan berikut ini: karena ilmu ini khusus membahas mengenai tashrif. Tashrif itu adalah perubahan atau 1. Isim Isyarah mengubah bentuk kata (shighat), maksudnya, perubahan dari bentuk kata yang satu kepada Ungkapan yang menggunakan berbagai contoh-contoh bentuk kata yang berbeda macam isim isyarah mengandung rahasia- untuk tujuan menghasilkan makna-makna rahasia keindahan. Ungkapan dengan kadang- kadang ,ذﻟﻚ yang yang dimaksud. Tidak akan berhasil menggunakan isyarah tujuan suatu makna kecuali dengan contoh- bisa berfungsi li al-ta’zhim dan begitu juga -kadang , ھﺬه contoh bentuk yang berbeda-beda itu. hal nya dengan menggunakan Contoh-contoh perubahan itu adalah berupa kadang bisa berfungsi li al-tahqir. Contoh ﻗﺎ ﻟﺖ ﻓﺬﻟﻜﻦ ﻟﻤﺘﻨﻨﻲ fi’il madhi berubah menjadi fi’il mudhari’, dalam surat Yusuf, ayat:23 ayat tersebut tidak , ﻓﯿﮫ وﻟﻘﺪ راودﺗﮫ ﻋﻦ ﻧﻔﺴﮫ menjadi mashdar, isim fa’il, isim maf’ul, fi’il tetapi ھﺬه amar, fi’il nahi dan sebagainya. menggunakan isyarat Hal itu menunjukkan .ذﻟﻚ menggunakan Dalam kajian tafsir lughawi, masalah ketinggian derajat yang ditunjukkan oleh syaraf, mufassir memaparkan pula berbagai ayat tersebut. Sedangkan dalam surat al- macam makna dalam satu bentuk (shighat) Ankabut, ayat 64 : -Abu Hayyan (Al .واﯾﺎك ﻧﺴﺘﻌﯿﻦ : kata. Contoh ھﺬه “ Isyarat . وﻣﺎ ھﺬه اﻟﺤﯿﺎة اﻟﺪﻧﯿﺎ اﻻ ﻟﮭﻮ وﻟﻌﺐ Bahr, Juz I : 41) mengatakan bahwa kata yang “ dalam ayata tersebut menunjukkan اﻻﺳﺘﻌﺎﻧﺔ adalah musytaq dari ﻧﺴﺘﻌﯿﻦ adalah rendahnya kehidupan dunia (Manhaj اﻟﻄﻠﺐsedangkan ,طﻠﺐ اﻟﻌﻮن berarti salah satu faedah kata yang mengikuti wazan Zamakhsyari: 220 ). yang memilki pengertian lebih اﺳﺘﻔﻌﻞ 2. Isim Maushul. اﻟﺘﺤﻮل – :kurang 12 macam, antara lain (Penggunaan adawat (perangkat-perangkat اﻻﺗﺤﺎد – اﻟﻄﻠﺐ maushulah dalam tafsir lughawi memiliki C. Balaghah kekhususan tersendiri. Lazimnya, adat 425 | Jurnal Al-Ta’lim, Jilid 1, Nomor 5 Juli 2013, hlm. 423-430

maushul yang ditujukan kepada lil ‘aqil gua itu tidur dalam waktu yang sangat lama .dan adat maushul yang dan badan mereka tidak berubah ﻣﻦ digunakan .ﻣﺎ ditujukan kepada ghairi ‘aqil digunakan Dalam pemakaiannya, ketentuan tersebut Penggunaan kata isim untuk menunjukkan tidak selamanya seperti itu. Kadang-kadang janji surga atau balasan yang amat tinggi. adat maushul yang biasanya digunakan li Contoh dalam surat ان اﻟﻤﺘﻘﯿﻦ ﻓﻲ ﺟﻨﺎت وﻋﯿﻮن : ghairi ‘aqil dipakaikan juga terhadap ‘aqil Al- Hijr, ayat 45 dan sebaliknya. Penggunaan adat maushul li ghairi ‘aqil terhadap ‘aqil dimaksudkan li al- Jumlah ismiyah (kalimat nominal) itu lebih tahqir. Sebagaimana firman Allah dalam kokoh dan meyakinkan daripada jumlah surat al-‘Angkabut, ayat 116: fi’liyah ( kalimat verbal ). Contohnya dalam واﺧﺸﻮا ﯾﻮﻣﺎ ﻻﯾﺠﺰي واﻟﺪ “:surat Luqman, ayat 33 وﻗﺎﻟﻮااﺗﺨﺬﷲ وﻟﺪا ﺳﺒﺤﺎﻧﮫ ﺑﻞ ﻟﮫ ﻣﺎ ﻓﻰ اﻟﺴﻤﺎوات واﻻرض ﻛﻞ Apabila . ﻋﻦ وﻟﺪه وﻻ ﻣﻮﻟﻮد ھﻮ ﺟﺎز ﻋﻦ واﻟﺪه ﺷﯿﺌﺎ Isim maushul yang dipakai . “ ﻟﮫ ﻗﺎﻧﺘﻮن وﻻ ﻣﻮﻟﻮد dilihat dari segi makna maka kalimat yang “ ﻣﺎ “ dalam ayat di atas ialah lebih kokoh dan meyakinkan ھﻮ ﺟﺎز ﻋﻦ واﻟﺪه sebenarnya untuk li ghairi ‘aqil\, pada hal -Al) وﻻ ﯾﺠﺰي واﻟﺪ ﻋﻦ وﻟﺪه daripada kalimat ayat itu bermakna, apa saja yang ada di Kasysyaf, Juz I : 238 ). langit dan yang ada di bumi , termasuk di dalamnya manusia, adalah ‘aqil. Hal ini 4. Mendahulukan khabar dari pada mubtada’. Oleh karena . ”ﻗﺎﻧﺘﻮن “ didasari atas qarinah itu, semua yang ada di langit dan di bumi Dalam susunan kalimat bahasa Arab, begitu adalah rendah derjatnya di hadapan Allah juga susunan kalimat dalam Al-Qur’an, (al-Kasysyaf, Juz I : 308). mubtada’ didahulukan posisinya dari khabar, karena mubtada’ itu adalah subjek dan 3. Jumlah Ismiyah khabar adalah objek. Namun demikian, kadang-kadang ditemukan pula bahwa Di antara kaedah tafsir yang menyangkut khabar itu didahulukan dari mubtada’. kebahasaan ialah kaedah isim. Sering kita Susunan kalimat seperti itu karena ada jumpai kalimat-kalimat dalam al-Qur’an tujuan tertentu. Mendahulukan khabar di sini yang diungkap dalam bentuk kalimat isim memiliki faedah ta’kid terhadap kandungan (nominal). Perlu diketahui bahwa dalam ayat. Contoh dalam surat Al-Hasyr , ayat 2: Susunan kalimat di وظﻨﻮا اﻧﮭﻢ ﻣﺎ ﻧﻌﺘﮭﻢ ﺣﺼﻮﻧﮭﻢ beberapa sumber disebut dengan jumlah ismiyah. Jumlah ismiyah atau kalimat atas memiliki perbedaan kandungan makna nominal menunjukkan arti tsubut (tetap) dan dengan susunan kalimat biasa yang sesuai istimrar (terus-menerus) Cizrin dengan urutan mubtada’ kemudian baru ada (1998: 240). khabar, seperti susunan berikut: Penggunaan kata isim yang bertujuan untuk Kalimat ini . وظﻨﻮا اْن ﺣﺼﻮﻧﮭﻢ ﺗﻤﻨﻌﮭﻢ اْوﻣﺎ ﻧﻌﺘﮭﻢ menunjukkan sesuatu yang tetap dan tidak menunjukkan bahwa mereka dilarang keras berubah-ubah, contohnya adalah dalam surat memasuki benteng tersebut (Al-Kasysyaf, al-Kahfi, ayat 18 : “ Juz III : 445) Tatsniyah .5 وﺗﺤﺴﺒﮭﻢ اْﯾﻘﺎظﺎ وھﻢ رﻗﻮد وﻧﻘﻠﺒﮭﻢ ذات اﻟﯿﻤﯿﻦ وذات اﻟﺸﻤﺎل وھﻢ ﻓﻲ ﻓﺠﻮة ﻣﻨﮫ ذﻟﻚ ﻣﻦ اﯾﺎت Pemakaian kata dalam al-Qur’an sesuai .dengan pemakaian kata dalam bahasa Arab ﷲ ﻣﻦ ﯾﮭﺪﷲ ﻓﮭﻮ اﻟﻤﮭﺘﺪ وﻣﻦ ﯾﻀﻠﻞ ﻓﻠﻦ ﺗﺠﺪ Kata dalam bentuk mufrad digunakan untuk ﻟﮫ وﻟﯿﺎ ﻣﺮﺷﺪا makna tunggal dan kata dalam bentuk .pada ayat tersebut di atas tatsniyah digunakan untuk makna ganda وھﻢ رﻗﻮد Kalimat menunjukkan bahwa para pemuda penghuni Tetapi ada kata dalam bentuk tatsniyah dapat digunakan kata dalam bentuk mufrad. Syafrijal, Tafsir Lughawi | 426

Penggunaan bentuk tatsniyah kata-kata yang sebagaimana dalam surat Al-Mukminun, sebenarnya dapat berbentuk mufrad itu ayat 110: maksudnya adalah agar kata tersebut lebih ﻓﺎﺗﺨﺬﺗﻤﻮھﻢ ﺳﺤﺮﯾﺎ ﺣﺘﻰ اْﻧﺴﻮﻛﻢ ذﻛﺮي -mengena dan kuat. Contoh dalam surat Al Maidah, ayat 64: di sini menunjukkan kekuatan “ ﺳﺤﺮﯾﺎ“ Kata sihir yang sangat dahsyat (Al-Kasysyaf. Jua وﻗﺎﻟﺖ اﻟﯿﮭﻮد ﯾﺪ ﷲ ﻣﻐﻠﻮﻟﺔ ﻏﻠﺖ اﯾﺪﯾﮭﻢ ﺑﻤﺎ .(III : 44 ﻗﺎﻟﻮا ﺑﻞ ﯾﺪاه ﻣﺒﺴﻮطﺘﺎن 8. Uslub al-Ijaz dalam ayat ﯾﺪاه Bentuk tatsniyah kata tersebut maksudnya adalah untuk Uslub al-Ijaz adalah uslub (style) yang menekankan kedermawanan dan meniadakan menunjukkan arti kalimat yang singkat .ھﺪى ﻟﻠﻤﺘﻘﯿﻦ“ kekikiran . Pada hal kata sebelumnya adalah tetapi pada makna. Contohnya Al-Kasysyaf, Juz I : Kalimat tersebut adalah singkat tapi padat) “ ﯾﺪ ﷲ “ mufrad, yaitu 628). makna, maksudnya, mengapa hidayah hanya bagi orang-orang yang bertaqwa bukan untuk 6. Ta’nits orang-orang sesat ?. Kata–kata dalam bahasa Arab dikelompok- Menurut mufassir lughawi seperti kan kepada dua bentuk yaitu mu’annats dan Zamakhsyari mengemukakan bahwa orang muzakkar. Kata mu’anats dalam Al-Qur’an yang sesat itu ada dua kelompok: Pertama, bukan hanya menunjukkan kepada jenis kelompok yang telah diketahui kesesatannya kelamin yang pemakaiannya kepada perem- dan mereka tetap berada dalam kesesatannya. puan tetapi kata mu’anats itu dapat juga Kedua, kelompok yang pada mulanya sesat, digunakan dalam kalimat yang menunjukkan lalu mereka kembali kepada hidayah. lemah dan lembut. Hampir setiap kata Dengan kata lain, mereka berada setelah (ﻣﺘﻘﻮن) mu’anats memiliki konotasi lemah dan (memperoleh) pada hidayah lembut itu. Kalimat mu’anats yang dapat melewati kesesatan , sehingga kalimat yang digunakan untuk mengungkapkan suatu ringkas untuk mengungkapkannya adalah .(Al-Kasysyaf. Juz I : 118) “ ھﺪى ﻟﻠﻤﺘﻘﯿﻦ“ ungkapan kelemahan adalah seperti dalam surat Al-Zumar, ayat 38 : 9. Uslub al-Tikrar ﻗﻞ اْﻓﺮاْﯾﺘﻢ ﻣﺎ ﺗﺪﻋﻮن ﻣﻦ د ون ﷲ ان اْ رادﻧﻲ Sering ditemukan dalam al-Qur’an bentuk ﷲ ﺑﻀﺮ ھﻞ ھﻦ ﻛﺎﺷﻔﺎت ﺿﺮه kata dan kalimat yang berulang. Bentuk dalam bentuk mu’anats berulang kata dan kalimat tersebut “ ﻛﺎﺷﻔﺎ ت “ Kata ini dumaksudkan untuk menujukkan ketidak merupakan gaya bahasa yang unik yang mampuan dan kelemahan berhala-berhala dimiliki al-Qur’an. Gaya bahasa seperti itu Latta, Uzza, dan Mana dengan selemah- disebut dengan uslub al-Tikrar. Uslub al- lemahnya (Al-Kasysyaf. Juz II : 399). Tikrar bukan disebabkan minim bahasa yang digunakan atau menunjukkan kekurangan 7. Nisbah dan kelemahan al-Qur’an tetapi hal tersebut menunjukkan kelebihan dan keistimewaan Di antara lafal yang digunakan dalam Al- bahasa yang digunakannya. Qur’an itu adalah dengan memakai ya nisbah pada kata-katanya. Penambahan ya nisbah itu Adapun Uslub al-Tikrar itu bertujuan agar menunjukkan greget dan kekuatan perbuatan pendengar peduli dan memperhatikan yang disandarkannya. Seperti kata (menganggap baru) setiap berita dari -lebih kuat pengertiannya daripada berbagai berita yang disampaikan. Contoh “ﺧﺼﻮﺻﯿﺔ“ :Dalam al-Qur’an dapat ditemukan nya dalam surat al-Qamar, ayat 37 .“ﺧﺼﻮص“ contoh kata yang memakai ya nisbah tersebut, 427 | Jurnal Al-Ta’lim, Jilid 1, Nomor 5 Juli 2013, hlm. 423-430 kadang-kadang memalingkan kalimat dalam ﻓﺬوﻗﻮا ﻋﺬاﺑﻲ وﻧﺬر وﻟﻘﺪ ﯾﺴﺮﻧﺎ اﻟﻘﺮان ﻟﻠﺬﻛﺮ kontek ghaib kepada konteks khitab seperti ayat tersebut.Dan kadang-kadang, juga iltifat ﻓﮭﻞ ﻣﻦ ﻣﺪﻛﺮ Dilihat dari segi kandungan makna, maka itu pemalingan kalimat dari konteks khitab merupakan perulangan dari kepada kalimat dalam konteks ghaib yang “ ﻣﺪﻛﺮ “ kata Al-Baidhawi. Juz II : 436). tujuan semua itu adalah mubalaghah.Contoh) “ ﻟﻠﺬﻛﺮ “ kata Contoh lain dapat dilihat dalam surat al- nya dalam surat Yunus, ayat 22: ﻓﺒﺎْي اﻻء رﺑﻜﻤﺎ :Rahman pada firman Allah ھﻮ اﻟﺬي ﯾﺴﯿﺮﻛﻢ ﻓﻰ اﻟﺒﺮ واﻟﺒﺤﺮ ﺣﺘﻰ اذا ﻛﻨﺘﻢ Ayat tersebut diulang berkali-kali .ﺗﻜﺬﺑﺎن ﻓﻰ اﻟﻔﻠﻚ وﺟﺮﯾﻦ ﺑﮭﻢ dalam setiap menyebutkan nikmat (Manhaj Zamakhsyari : 228). Dalam ayat tersebut terdapat pemalingan kepada ﻛﻨﺘﻢ Uslub Iltifat kalimat dari konteks khitab .10 -Al) وﺟﺮﯾﻦ ﺑﮭﻢ kalimat dalam konteks ghaib Iltifat artinya menoleh, berbelok atau beralih, Baidhawi, Juz I : 369). maksudnya ialah membelokkan salah satu diksi kepada diksi lain. Maksud diksi di sini 11. Uslub washal dan isti’naf adalah kata ganti orang pertama (takallum), kata ganti orang kedua (khitab) dan kata Washal isti’naf itu memiliki makna yang ganti orang ke tiga (ghaib). Jadi jika kita lebih kokoh dari pada washal yang menggunakan kata ganti orang ketiga , lalu menggunakan huruf washal. Contohnya tiba-tiba diganti dengan menggunakan kata dalam surat Hud, ayat 93: ganti orang kedua atau orang pertama, maka ﯾﺎ ﻗﻮم اﻋﻤﻠﻮا ﻋﻠﻰ ﻣﻜﺎ ﻧﺘﻜﻢ اﻧﻲ ﻋﺎﻣﻞ ﺳﻮف inilah yang disebut dengan iltifat. Dalam ﺗﻌﻠﻤﻮن ﻣﻦ ﯾﺎْﺗﯿﮫ ﻋﺬاب ﯾﺤﺮﯾﮫ وﻣﻦ ھﻮ ﻛﺎذب redaksi lain bahwa iltifat ialah pemalingan kalimat dari suatu konteks kepada konteks yang lain yang mengandung keindahan dan Dalam ayat tersebut terdapat perbedaan membangkitkan perhatian. Uslub iltifat pendapat dikalangan para ulama antara merupakan salah satu uslub di antara sekian memasangkan huruf fa dan tidak banyak uslub bahasa Arab atau al-Qur an. memasangkan atau melepaskannya dalam Apabila dipasangkan .ﺳﻮف ﺗﻌﻠﻤﻮن Inilah salah satu cara dari sekian metode al- kalimat Qur an untuk melatih kepekaan indrawi kita. huruf fa, maka kalimat itu adalah dalam Iltifat memberi nilai plus dan lebih bentuk washal zhahir dengan memasangkan menghunjam kedalam jiwa kita. Apabila huruf washal. Tetapi apabila dilepaskan susunan kalimat melulu menggunakan satu huruf washal maka kalimat itu dikatakan jalur atau monoton, tanpa menggunakan washal khafi yang ditaqdirkan menjadi variasi lain akan menimbulkan kebosanan. isti’naf yang merupakan jawaban dari Artinya, iltifat merupakan satu gaya bahasa pertanyaan yang muqaddar : yang menjaga agar redaksi al-Qur an tetap ﻓﻤﺎذا ﯾﻜﻮن اذا ﻋﻤﻠﻨﺎ ﻧﺤﻦ ﻋﻠﻰ ﻣﻜﺎﻧﺘﻨﺎ وﻋﻤﻠﺖ -komunikatif. Contoh nya dalam surat al اْﻧﺖ ؟ : Fatihah -Al) ﺳﻮف ﺗﻌﻠﻤﻮن Lalu jawabannya adalah اﻟﺤﻤﺪ رب اﻟﻌﺎﻟﻤﯿﻦ – اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﯿﻢ Kasysyaf, Juz II : 289). اﯾﺎك ﻧﻌﺒﺪ واﯾﺎك ﻧﺴﺘﻌﯿﻦ 12. I’tiradl taqrir dan istifham taqrir Kelompok ayat pertama dari ayat di atas adalah dalam bentuk ghaib sedangkan Taqrir dalam al-Qur’an kadang-kadang kelompok ayat berikutnya dalam bentuk menggunakan kalimat I’tiradliyah. Contoh- khitab. Memang iltifat dalam ilmu bayan nya dalam surat al-Baqarah ayat 25: Syafrijal, Tafsir Lughawi | 428

اْوﻟﺌﻚ اﻟﺬﯾﻦ اﺷﺘﺮوا اﻟﻀﻼ ﻟﺔ ﺑﺎﻟﮭﺪى ﻓﻤﺎ رﺑﺤﺖ ﻛﻠﻤﺎ رزﻗﻮا ﻣﻨﮭﺎ ﻣﻦ ﺷﺠﺮة رزﻗﺎ ﻗﺎﻟﻮا ھﺬا اﻟﺬي ﺗﺠﺎرﺗﮭﻢ وﻣﺎ ﻛﺎﻧﻮا ﻣﮭﺘﺪﯾﻦ رزﻗﻨﺎ ﻣﻦ ﻗﺒﻞ واْﺗﻮا ﺑﮫ ﻣﺘﺸﺎﺑﮭﺎ dari ayat tersebut ﻓﻤﺎ رﺑﺤﺖ ﺗﺠﺎرﺗﮭﻢ di sini maksudnya adalah Kalimat ﻣﺘﺸﺎﺑﮭﺎKalimat merugi). Apabila) اﻟﺨﺴﺮان memberi gambaran bahwa buah-buahan mksudnya adalah yang disajikan kepada mereka itu serupa ada fi’il yang disandarkan kepada fa’il lain warnanya tetapi berbeda rasanya (Al- (selain dari fa’ilnya) karena adanya Baidhawi , Juz I ; 36). Contoh lain dalam keserupan antara keduanya maka disebut surat al-Naml, ayat 34: majaz, baik penyandaran itu dalam bentuk positif atau negatif(Al-Kasysyaf, Juz I: 191). ﻗﺎﻟﺖ ان اﻟﻤﻠﻮك اذ دﺧﻠﻮا ﻗﺮﯾﺔ اْﻓﺴﺪوھﺎ وﺟﻌﻠﻮا .Kinayah dan ta’ridh .14 اْﻋﺰة اھﻠﮭﺎ اْذﻟﺔ وﻛﺬﻟﻚ ﯾﻔﻌﻠﻮن Kinayah merupakan istilah yang sudah Dalam ayat tersebut terdapat kalimat yang dikenal dalam beberapa wacana keilmuan, seperti , ushul fiqh, tafsir, dan اْﻋﺰة اھﻠﮭﺎ berlawanan. Kalimat itu adalah yang bermakna “ kemuliaan penduduknya” balaghah. Kinayah adalah suatu perkataan yang bermakna “hina”. Kemudian yang diucapkan oleh seseorang akan tetapi اْذﻟﺔ dan juga terdapat dalam al-Qur an kalimat taqrir maksudnya berbeda dengan teks yang dengan istifham. Contohnya dalam surat al- diucapkan. Maksudnya, kinayah itu Baqarah, ayat 246 : menyebut dan menjelaskan sesuatu .dengan menggunakan kata-kata lain ھﻞ ﻋﺴﯿﺘﻢ ان ﻛﺘﺐ ﻋﻠﯿﻜﻢ اﻟﻘﺘﺎل اْﻻ ﺗﻘﺎﺗﻠﻮا Kinayah merupakan satu di antara tiga .adalah istifham tetapi bahasan yang menjadi kaian ilmu bayan ھﻞ ﻋﺴﯿﺘﻢ Kalimat maknanya taqrir. Maka ayat tersebut Dua bahasan lainnya adalah tasybih dan bermakna “mungkin sekali jika kamu majaz. Perbedaan antara kinayah dan diwajibkan berperang kamu tidak akan majaz sangatlah tipis, sehingga sering berperang”. (Al-Kasysyaf, Juz I : 388). terjadi di antara ahli bahasa dan tafsir dalam menentukan apakah suatu 13. Majaz ungkapan termasuk ke dalam kinayah atau Majaz ialah kalimat yang digunakan bukan majaz. Perbedaan tersebut terletak pada pada makna yang sebenarnya atau makna hubugan antara makna haqiqi (denotatif) aslinya tetapi digunakan pada makna lain dengan makna majazi (konotatif). Pada karena ada karenah atau hubungannya. ungkapan majaz , teks harus dimaknai Hubungan tersebut ada kalanya karena ada secara majazi dan tidak dibolehkan kesamaannya atau penyandarannya. Yang dimaknai secara haqiqi, sedangkan pada ada kesamaan itu dinmakan majaz isti’arah. kinayah, teks harus dimaknai dengan makna lazimnya, akan tetapi ada اﻻْﺳﺪ Mksud . راْﯾﺖ اﻻْﺳﺪ ﻋﻠﻰ اﻟﻤﻨﺒﺮ ,Contoh dalam ungkapan itu adalah laki-laki kebolehan untuk dimaknai secara haqiqi. pemberani.Yang dalam bentuk penyndaran Contoh, dalam surat Al-Baqarah, ayat 222: itu dinamakan majaz mursal. Contoh, وﯾﺴﺌﻠﻮﻧﻚ ﻋﻦ اﻟﻤﺤﯿﺾ ﻗﻞ ھﻮ اْذى ﻓﺎﻋﺘﺰﻟﻮا --- اﻟﻨﺴﺎء ﻓﻰ اﻟﻤﺤﯿﺾ dalam kalimat اﻟﻤﻄﺮ Maksud . اْﻧﺒﺖ اﻟﻤﻄﺮ اﻟﻌﺸﺐ itu bukan hujan tetapi yang menurunkan dalam ayat tersebut merupakah ◌ْذى hujan yaitu Allah. Kata .اﻟﻘﺬر kinayah dari Dalam Alqur’an banyak sekali dijumpai kalimat dalam bentuk mjaz itu. Di antaranya, Ta’ridh ialah penyebutan terhadap sesuatu seperti firman Allah dalam surat Al-Baqarah, untuk menunjukkan sesuatu yang lain ayat 16: yang tidak disebutkan. Contoh, dalam 429 | Jurnal Al-Ta’lim, Jilid 1, Nomor 5 Juli 2013, hlm. 423-430

tidak seperti celupan kita, dan Allah ﻛﯿﻒ ﺗﻜﻔﺮون ﺑﺎ :surat Al-Baqarah, ayat 28 ,mensucikan kita dengan penyucian iman --- وﻛﻨﺘﻢ اْﻣﻮاﺗﺎ ﻓﺎْﺣﯿﺎﻛﻢ ﺻﺒﻐﺔ “ tidak seperti penyucian kita. Kata maksudnya adalah keadaan “ yang dihadirkan dalam ayat di atas اْﻣﻮاﺗﺎ Kata sperma yang masih tersimpan dalam adalah dalam bentuk musyakalah (Al- tulang rusuk manusia. Sedangkan kata Kasysyaf, Juz I : 316). maksudnya ialah ketika janin اْﺣﯿﺎﻛﻢ berada dalam rahim dan setelah menjadi 17. Uslub al-Laff manusia yang hidup di dunia, (manhaj Zamakhsyari : 251). Uslub al-Laff ditemukan juga dalam al-Qur anul karim. Uslub seperti ini menunjukkan 15. Jinas keindahan bahasa yang digunakannya. Susunan bahasanya sangat lembut, indah Dari sisi lain, al-Qur’an juga menggunakan dan bertenden . Contohnya dalam surat Al- وﻟﺘﻜﻤﻠﻮا اﻟﻌﯿﺔ وﻟﺘﻜﺒﺮوا ﷲ ﻋﻠﻰ : kata jinas. Pengertian jinas adalah Baqarah, ayat 185 ﻣﺎ ھﺪاﻛﻢ وﻟﻌﻠﻜﻢ ﺗﺸﻜﺮون keserupaan ucapan di antara dua kata yang berbeda maknanya. Contohnya dalam surat pada ayat tersebut sebagai illat ﻟﺘﻜﻤﻠﻮا Hud, ayat 44: Kata dari perintah dari mencukupkan bilangan sebagai illat dari cara ﻟﺘﻜﺒﺮ puasa, kata وﻗﯿﻞ ﯾﺎ اْرض اﺑﻠﻌﻲ ﻣﺎءك وﯾﺎ ﺳﻤﺎء اﻗﻠﻌﻲ bagaimana memenuhi dan keluat dari janji -- وﻏﯿﺾ اﻟﻤﺎء sebagai illat ﻟﻌﻠﻜﻢ ﺗﺸﻜﺮون fitrah. Kalimat dari kemurahan dan kemudahan. Uslub-uslub اﻗﻠﻌﻲ dan اﺑﻠﻌﻲ “ Dari segi ucapan, kata “ serupa tetapi maknanya berbeda. Contoh di atas adalah uslub al-laff yang sangat lembut dan hampir-hampir tidak dapat وﺟﺌﺘﻚ ﻣﻦ : lain dalam surat Al-Naml, ayat 22 Dalam ayat tersebut terdapat memahaminya kecuali orang yang .ﺳﺒﺎْ ﺑﻨﺒﺎْ ﯾﻘﯿﻦ .(dan kata berkompeten (Al-Kasysyaf, Juz I: 91 “ ﻧﺒﺎْ “ keserupaan antara kata -Al-Kasysyaf, Juz III : 272). Contoh lain dapat dilihat dalam surat Al ) “ﺳﺒﺎْ “ Qashash , ayat 73: 16. Musyakalah وﻣﻦ رﺣﻤﺘﮫ ﺟﻐﻞ ﻟﻜﻢ اﻟﻠﯿﻞ واﻟﻨﮭﺎر ﻟﺘﺴﻜﻨﻮا ﻓﯿﮫ Musyakalah adalah persamaan pada lafazh وﻟﺘﺒﺘﻐﻮا ﻣﻦ ﻓﻀﻠﮫ وﻟﻌﻠﻜﻢ ﺗﺸﻜﺮون dan berbeda pada makna. Contohnya dalam ﺻﺒﻐﺔ ﷲ وﻣﻦ :surat Al-Baqarah, ayat 183 Ayat di atas menggunakan uslub al-laff. . اْﺣﺴﻦ ﻣﻦ ﷲ وﻧﺤﻦ ﻟﮫ ﻋﺎﺑﺪون اﻟﻠﯿﻞ Dalam ayat tersebut terdapat pasangan kata Maksudnya pada malam hari . اﻟﻨﮭﺎرmaknanya penyucian karena dan “اﻟﺼﺒﻎ "Kata iman itu menyucikan jiwa. Pada mulanya digunakan untuk menenangkan diri dan di siang itu berawal dari riwayat bahwa hari dgunakan untuk mencari rezki, dan begitu اﻟﺼﺒﻎ kata orang-orang Nasrani menelupkan anak- juga adanya harapan untuk agar semua itu anak mereka ke dalam air kuning dan disyukuri (Al-Kasysyaf, Juz I: 70). mereka mengatakan bahwa upaya tersebut SIMPULAN sebagai penyucian mereka. Dan ketika Tafsir lughawi adalah tafsir yang salah seorang di antara mereka yang mengkaji al-Qur’an dengan pendekatan ilmu memperlakukan anaknya seperti demikian bahasa, yaitu pendekatan nahwu, sharaf, dan itu mengatakan : Sekarang anak saya telah ilmu balaghah seperti ma’any, bayan dan badi’. menjadi Nasrani. Lalu umat Islam Maka untuk menela’ah dan menafsirkan dipanggil Allah agar mengatakan kepada Alqur’an itu mufassir perlu mengetahui dan mereka(Nasrani) Ucapkanlah kami memahami ilmu-ilmu yang terkait dengan beriman kepada Allah dan Allah telah kebahasaan tersebut, karena Alqur’an memiliki mencelupkan kita dengan celupan iman, Syafrijal, Tafsir Lughawi | 430

bahasa yang indah, sastera yang tinggi dan Ahmad Syurbasyi, 1999. Sejarah Perkem- makna yang dalam. bangan Tafsir al-Qur’an al-Karim, Mulia, Cet. I Tafsir lughawi sebenarnya telah muncul pada abad kedua dan ketiga hijriyah . Hal ini Ahmad Makky Al-Anshary, 1405 H. terbukti dengan tampilnya Al-Farra’, dengan Nadhariyat al-Nahwi al-Qur any, ttp kitab Ma’any al-Qur’an dan Abu ‘Ubaidah dengan tafsirnya Majaz al-Qur’an. Dan Ali Hasan al-‘Aridhi, Tarikh Ilm al-Tafsir Wa begitulah seterusnya hingga sampai pada masa Manahij al-Mufassirin, Terjemah Zamakhsyari pada abad kelima dengan tafsirnya Ahmad Akrom, 1994. Jakarta: P.T. Raja Al-Kasysyaf yang menjadi inspirator bagi Grafindo Persada, Cet. II mufassir berikutnya seperti Al-Baidhawi, Abu Hayyan Al-Andalusy , dan Abu Su’ud. Musthafa al-Shawy al-Juwainy, Manhaj al- Zamakhsyari Fi Tafsir Alqur an Wa Kerangka operasionalnya tafsir lughawi Bayan I’jazih, Dar al-Ma’arif, Mesir, itu telah dikemukakan dalam makalah ini Cet. II. sebagaimana yang dijelaskan oleh para mufassir dalam kitab tafsir mereka masing-masing. Musthafa al-Shawy al-Juwainy, Manahij Fi al- Tafsir, Mansyaat al-Ma’arif, Iskan- DAFTAR RUJUKAN dariyah. Abu al-Husain Ahmad bin Faris, Maqayis al- Muhammad Husain al-Zahaby, Al-Tafsir wa al- Lughah, Jilid 4, Dar al-Fikr, Beirut Mufassirun, Jilid I, Dar al-Qalam, Abu al-Husain Ahmad bin Faris, Maqayis al- Beirut- Libanon, Cet. I. Lughah, Jilid 5, Dar al-Fikr, Beirut. Muhammad Cizrin, 1998. al-Qur’an dan Abd Muin Salim, 1999. Metodologi Tafsir, Ulumul Qur’an, Jakarta: PT.Dana Sebuah Rekonstruksi Epistimologis Bhakti Prima Yasa (Orasi Pengukuhan Guru Besar dalam Musa’id Muslim Abdullah Ali Ja’far, 1984. Rapat Senat Luar Biasa IAIN Alauddin Atsar al-Tathawwur al-Fikriy fi al- Ujung Pandang) Tafsir, Jilid I, Muassasah al-, Ahmad, Badhawi, 1960. Min Balaghat Alqur an, Nashir al- Din Abu al-Khair Abdullah bin Dar Al-nahdhah, Al-Qahirah Umar al-Baidhawy, 1939. Tafsir al- Ahmad Asy-Syirbashi, 1991. Sejarah Tafsir Baidhawy, Juz I, Mushthafa al-Baby al-Qur’an (Terjemah), Pustaka Firdaus, al- Halaby wa Auladuh, Mesir, Cet. I Cet. II Qadhi al-Qudhat Abu al-Su’ud bin Muhammad Abu Hayyan al-Andalusy al-Gharnathy, al-‘Imadyal-Hanafy, Tafsir Abu Su’ud, 1992 .Al-Bahr al-Muhith Fi al-Tafsir, Juz I Maktabah al-Riyadh al- Haditsah, Juz I , Daral- Fikr, 1992. Riyadh (Tahqiq Abdul Qadir Ahmad ‘Atha’).

Al-Imam Mahmud bin Umar, Al-Zamakhsyari, Al-Kasysyaf Al- Haqaiq ghawamidh al-tanzil wa ‘uyun al-aqawil al-ta’wil.