ANALISIS SEMIOTIK FILM 3 HATI DUA DUNIA SATU CINTA

Skripsi DiajukanuntukMemenuhi Salah SatuPersyaratanMemperoleh GelarSarjanaSosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Sinthiani NIM: 107051102569

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M

ABSTRAK

Nama : Sinthiani NIM : 107051102569 Jurusan : Konsentrasi Jurnalistik Skripsi : Analisis semiotik terhadap film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta.

Film adalah karya seni yang sarat dengan simbol-simbol yang di dalamnya terkandung makna tertentu. Film merupakan salah satu media komunikasi massa audiovisual yang mampu mempengaruhi jiwa manusia, dimana penontonnya seakan menyaksikan langsung bahkan seolah-olah ikut terlibat pada peristiwa yang terjadi dalam sebuah film. Film umumnya dibangun oleh banyak tanda, tanda- tanda termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek yang diharapkan. Studi ini merupakan sebuah upaya untuk menemukan makna semiotik di balik film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta. Secara umum, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif untuk meneliti film ini. Metode kualitatif memungkinkan penulis mengkaji film secara lebih mendalam untuk menggali makna yang tersirat dalam berbagai simbol, kode, dan seluruh adegan yang hendak digunakan sebagai objek penelitian. Beberapa pertanyaan yang selanjutnya mengarahkan penulis antara lain : Bagaimana makna film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta berdasarkan analisis semiotik Roland Barthes? Bagaimana makna teks judul dari film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta? Penulis akan menganalisisnya dengan menggunakan pendekatan semiotik yang dikembangkan oleh pemikir Perancis, Roland Barthes. Pendekatan semiotik ala Roland Barthes ini memberi titik tekan pada makna denotatif, konotatif, dan mitos. Makna denotatif adalah interaksi antara signifier dan signified dalam sign, dan antara sign dengan objek dalam realitas. Makna konotatif adalah interaksi yang muncul ketika sign bertemu dengan perasaan atau emosi pembaca/pengguna dan nilai-nilai budaya mereka. Makna menjadi subjektif atau intersubjektif. Sedangkan mitos dalam pengertian Roland Barthes adalah pengkodean makna dan nilai-nilai sosial (yang sebelumnya arbitrer atau konotatif) sebagai sesuatu yang dianggap alamiah. Studi ini berangkat dari keyakinan penulis tentang kekayaan nilai-nilai moral ke-Islaman dalam film ini. Banyak adegan yang dengan jelas menunjukkan nilai moral Islami yang menunjukkan sikap toleransi antar agama yang pada saat ini seakan hilang. Nilai-nilai inilah yang akan penulis gali lebih dalam dengan menggunakan pendekatan semiotik ala Roland Barthes.

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir penulisan skripsi ini. Berkat pertolongan serta nikmat-Nya, penulis mampu melalui rintangan dan cobaan saat mengerjakan skripsi ini.

Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada yang tersayang, penyeru kebenaran, pembawa keberkahan Rasulullah SAW, beserta keluarga, sahabatnya dan semoga kita istiqomah menjadi umatnya sampai hari kiamat.

Amin.

Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan, dorongan dan doa dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi. Bapak Drs. Mahmud Jalal, M.A selaku Pembantu

Dekan Bidang Kepegawaian. Bapak Drs. Studi Rizal, LK M.A selaku

Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.

2. Ibu Rubiyanah, M.A selaku Ketua Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Ibu Ade Rina Farida, M.Si selaku

sekretaris Konsentrasi Jurnalistik.

ii

iii

3. Bapak Dr. Suhaimi M.Si selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu bersedia memberikan masukan yang sangat

bermanfaat dalam menyusun skripsi ini.

4. Segenap Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi yang telah memberikan ilmu serta berbagai macam

pengalaman selama menuntut ilmu.

5. Segenap staff perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

yang telah memberikan pelayanan kepada penulis selama menjalani studi

di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Orang tua tercinta, Ayahanda Alm. Muhammad Dimyathie AW.BA dan

Ibunda Nurlela yang dengan ketulusan hati memberikan dorongan moral

maupun materil serta iringan doa kepada penulis untuk menuntut ilmu

sampai saat ini, semoga Allah SWT merahmati dan hanya Dialah yang

mampu membalas segala jasa besarmu.

7. Kakak-kakakku, Ka Diana, Bang Win, Ka Isti, Bang Fahmi, Ka Lili, A

Hendra, Ka Uul, Ka Icha yang selalu mendukung dan mendoakan penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepada Mas Benni Setiawan selaku sutradara dan penulis skenario Film

3 Hati Dua Dunia Satu Cinta, terima kasih atas waktu yang diberikan

untuk menjawab semua pertanyaan yang membantu penulis dalam

menyusun skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. iv

9. Kepada PSM UIN JAKARTA yang banyak memberikan pelajaran dan

pengalaman tentang kehidupan. Teman-teman seperjuangan di PSM UIN

JAKARTA “INFINITO” (Boshy, Ka Sopic, Tutti, Emay, Bishop, Tetha,

Sumbu, Gamut, Dawul, Lasnot, Tubu, Harpa, dan lainnya yang tidak bisa

disebutkan satu persatu). Teman-teman dari Unit Kegiatan Mahasiswa

lainnya (RIAK, ARKADIA, FORSA, TEATER SYAHID, KALACITRA,

RANITA, dll).

10. Teman-teman Jurnalistik 2007 yang sama-sama berjuang, Lola, Silvia,

Nunu, Nana, Nia, Jeto, Ika, Ririn, Cahya, Era, Ajat, Taufik, Dodo, Dita,

Alan, Zahra, Mawa, Yanti, Admiral, Helmi, Anay dan semua teman

kelasku.

11. Dan semua pihak yang telah memberikan bantuan baik materi maupun

imateri sehingga penulisan ini dapat terselesaikan dengan baik.

Hanya ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya yang dapat penulis haturkan kepada semua pihak yang telah turut mendukung dan membantu dalam penulisan skripsi ini. Mudah-mudahan Allah SWT membalas segala budi baik dan bantuan semua pihak yang telah diberikan kepada penulis.

Jakarta, Juni 2011

Penulis v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...... i KATA PENGANTAR ...... ii DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. . v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ...... 6 C. Tujuan Penelitian ...... 7 D. Manfaat Penelitian ………………………………………………….7 1. Segi Akademis ………………………………………………… . 7 2. Segi Praktis …………………………………………………….. 7 E. Metodologi Penelitian ...... 8 1. Pendekatan Penelitian ...... 8 2. Jenis Data ...... 8 3. Subjek dan Objek Penelitian ...... 9 4. Teknik Pengumpulan Data ...... 9 5. Teknik Analisis Data ………………………………………… .... 10 6. Teknik Penulisan…………………………………………………13 F. Tinjauan Pustaka…………………………………………………….13 G. Sistematika Penulisan …………………………………………… ... 14

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Tinjauan Umum tentang Film …………………………………….. .17 1. Pengertian Film ……………………………………………….. .17 2. Sejarah dan Perkembangan Film ………………………………..18 3. Jenis Film ……………………………………………………… .21 4. Unsur-Unsur Pembentuk Film ………………………………… .23 5. Struktur dalam Film ………………………………………….. . .24 6. Sinematografi ………………………………………………….. .27 B. Tinjauan Umum Tentang Semiotika ………………………………. .32

v

1. Konsep Semiotika ……………………………………………..... 32 2. Konsep Semiotika Roland Barthes ……………………………... 35 C. Tinjauan Umum tentang Toleransi…………………………………... 40 D. Tinjauan Umum tentang Cinta………………………………………. 44

BAB III PROFIL FILM 3 HATI DUA DUNIA SATU CINTA A. Sekilas tentang Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta ……………….. ..50 B. Sinopsis Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta ………………………. ..53 C. Profil Benni Setiawan …………………………………………… .. ..54 D. Profil Pemeran Utama Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta ………… 54 E. Karakter Pemain Film Hati Dua Dunia Satu Cinta ………………….61 F. Tim Produksi dan Para Pemain Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta ...62

BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA FILM 3 HATI DUA DUNIA SATU CINTA A. Makna Denotasi, Konotasi dan Mitos …………………………… . .64 1. sebagai Bangsa yang Relijius ……………………… .66 2. Antara “Tradisi dan Agama” ……………………………………74 3. Rosyid : Sosok Pemuda Muslim yang Ideal ………………… .. .84 4. Cinta Beda Agama …………………………………………...... 91 B. Analisis Makna Judul Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta ……….. 108

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...... 113 B. Saran ...... 116

DAFTAR PUSTAKA ...... 118 LAMPIRAN

vi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belakangan ini, agama adalah sebuah nama yang terkesan membuat gentar, menakutkan, dan mencemaskan. Agama di tangan para pemeluknya sering tampil dengan wajah kekerasan. Dalam beberapa tahun terakhir banyak muncul konflik, intoleransi, dan kekerasan atas nama agama. Pandangan dunia keagamaan yang cenderung anakronostik (tidak menghargai sejarah) memang sangat berpotensi untuk memecah belah dan saling klaim kebenaran sehingga menimbulkan berbagai macam konflik. Fenomena yang juga terjadi saat ini adalah muncul dan berkembangnya tingkat kekerasan yang membawa-bawa nama agama (mengatasnamakan agama) sehingga realitas kehidupan beragama yang muncul adalah saling curiga mencurigai, saling tidak percaya, dan hidup dalam ketidak harmonisan.

Toleransi yang merupakan bagian dari visi teologi atau akidah Islam dan masuk dalam kerangka sistem teologi Islam, yang sejatinya harus dikaji secara mendalam dan diaplikasikan dalam kehidupan beragama karena ia adalah suatu keniscayaan sosial bagi seluruh umat beragama dan merupakan jalan bagi terciptanya kerukunan antar umat beragama.

1

2

Toleransi (Arab: tasamuh) adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat.1 Dalam bahasa latin, toleransi disebut dengan tolerare, yang berarti membiarkan mereka yang berpikiran lainatau berpandangan lain tanpa dihalang-halangi.2 Contohnya adalah toleransi beragama, dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama- agama lainnya.

Toleransi menggambarkan sikap saling menghormati dan saling bekerjasama di antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda baik secara etnis, bahasa, budaya, politik, maupun agama. Toleransi merupakan konsep agung dan mulia yang sepenuhnya menjadi bagian organik dari ajaran agama-agama, termasuk agama Islam.

Dalam Islam, toleransi memiliki konsep yang jelas. Toleransi dalam Islam merupakan bagian integral dari Islam itu sendiri. Menurut ajaran Islam, toleransi bukan saja terhadap sesama manusia, tetapi juga terhadap alam semesta, binatang, dan lingkungan hidup. Dengan makna toleransi yang luas semacam ini, maka toleransi antar-umat beragama dalam Islam memperoleh perhatian penting dan serius. Apalagi toleransi beragama adalah masalah yang menyangkut eksistensi keyakinan manusia terhadap Allah SWT. Ia begitu sensitif, primordial, dan mudah membakar konflik sehingga menyedot perhatian besar dari Islam.

1 http://id.wikipedia.org/wiki/Toleransi, di akses tanggal 21/11/2010. 11.57 WIB. 2 Elza Peldi Taher, ed.Merayakan Kebebasan Beragama, Bunga Rampai 70 Tahun Djohan Effendi. (Jakarta: Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), 2009) h. 80.

3

Namun, toleransi beragama menurut Islam bukanlah untuk saling melebur dalam keyakinan. Bukan pula untuk saling bertukar keyakinan di antara kelompok-kelompok agama yang berbeda itu. Toleransi di sini adalah dalam pengertian mu’amalah (interaksi sosial). Jadi, ada batas-batas bersama yang boleh dan tak boleh dilanggar.3 Inilah esensi toleransi di mana masing-masing pihak untuk mengendalikan diri dan menyediakan ruang untuk saling menghormati keunikannya masing-masing tanpa merasa terancam keyakinan maupun hak- haknya.

Film merupakan produk komunikasi massa yang sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia. Kerjanya ibarat jarum hipodermik atau peluru yang banyak dicetuskan oleh pakar ilmu komunikasi, dimana kegiatan mengirimkan pesan sama halnya dengan tindakan menyuntikkan obat yang dapat langsung merasuk ke dalam jiwa penerima pesan4.

Film dapat dikatakan sebagai media komunikasi yang unik dibandingkan dengan media lainnya, karena sifatnya yang bergerak secara bebas dan tetap, penerjemahannya langsung melalui gambar-gambar visual dan suara yang nyata, juga memiliki kesanggupan untuk menangani berbagai subyek yang tidak terbatas ragamnya. 5 Berkat unsur inilah, film merupakan salah satu bentuk seni alternatif yang banyak diminati masyarakat, karena dapat mengamati secara saksama apa yang memungkinkan ditawarkan sebuah film melalui peristiwa yang ada di balik

3http://www.annaba-center.com/main/kajian/detail.php?detail=20090312204755, diakses tanggal 21/11/2010. Jam 12.15 WIB 4 Morrisan, Media Penyiaran:Strategi Mengelola Radio dan Televisi (Tangerang:Ramdina Prakarsa,2005),h.12. 5 Adi Pranajaya. Film dan Masyarakat Sebuah Pengantar, ( Jakarta, BPSDM Citra Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, 2000), h. 6.

4

ceritanya. Yang tak kalah pentingnya, film juga merupakan ekspresi atau pernyataan dari sebuah kebudayaan.

Film dibuat dengan tujuan tertentu kemudian hasilnya tersebut ditayangkan untuk dapat ditonton oleh masyarakat dengan peralatan teknis.

Karakter psikologisnya khas bila dibandingkan dengan sistem komunikasi interpersonal, seperti bahwa film bersifat satu arah. Bahkan bila dibandingkan dengan jenis komunikasi massa lainnya, film dianggap jenis yang paling efektif.

Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Hassanudin, Anwar Arifin dan

Azwar Hasan mengatakan, bahwa dari sudut pandang teori komunikasi, khususnya filmologi, diakui bahwa film sangat potensial untuk mempengaruhi perilaku penonton. Hal ini disebabkan kekuatan dan keunikannya sebagai media efektif yang mengantar pesan secara mengesankan. Kekuatan pengaruhnya, mampu menggiring penonton pada situasi identifikasi optik dan identifikasi psikologik.6

Film saat ini sudah menjadi keseharian dalam kehidupan modern umat manusia di dunia. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, menonton film menjadi sangat mudah didapatkan. Setiap hari bahkan setiap jam, kita dapat menyaksikan berbagai film, baik itu melalui televisi, gedung-gedung bioskop, VCD, DVD, hingga internet yang tersebar di mana-mana. Bahkan kini telah hadir Indovision yang beberapa stasiun televisinya hanya menyuguhkan film

6 Anwar Arifin dan Azwar Hasan, “Pemberdayaan Perfilman Indonesia. Suatu Upaya Memahami Realitas Masyarakat Indonesia” dalam Apresiasi Film Indonesia 2 (Jakarta: Direktorat Pembinaan Film dan Rekaman Video Departemen Penerangan RI, 1997), h. 74.

5

sebagai program acara setiap harinya. Oleh karenanya saat ini sepertinya film mustahil dipisahkan dari kehidupan manusia, termasuk anak-anak.

Namun menjadikan film sebagai media pendidikan tentunya harus bisa menyesuaikan bagaimana pesan pendidikan yang disampaikan dapat diterima oleh audiensnya tanpa terasa menggurui. Hal inilah yang telah dilakukan oleh seorang sutradara sekaligus penulis skenario Indonesia yang bernama Benni Setiawan. Ia membuat sebuah film motivasi tentang toleransi beragama yang sangat memikat, yaitu 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta. Film yang di produseri oleh Putut Widjanarko, dan di produksi oleh Mizan ini, bercerita mengenai sepasang kekasih dengan perbedaan prinsip agama, sang lelaki adalah keturunan Arab yang keluarganya masih memegang tradisi ke-Islaman dan juga ke-Araban yang kuat. Sang perempuan, Manado Khatolik dari keluarga yang taat. Mereka berencana untuk menikah, namun kedua orang tua mereka menentang keras. Orang tua mereka tidak setuju, karena menurut keyakinan yang dianut, menikah beda agama tidak legal, alias haram. Tetapi, sepasang kekasih itu terus berusaha mencari jalan agar cinta mereka menyatu.

Pesan utama yang ingin diangkat dalam film ini tentang toleransi beragama dan kesadaran untuk menjaga keragaman etnik di Indonesia, serta mengutamakan keluarga dalam urusan apapun.

Sebagai tontonan, film ini cukup komprehensif karena selain mengusung topik perbedaan keyakinan, di dalamnya ada pesan dan kritik tersirat yang diangkat dari kondisi masyarakat saat ini.

6

“Di saat Indonesia menghadapi problem terkait soal toleransi, film produksi Mizan Productions ini menjawab keresahan tersebut. Ini nilai lebih yang membuat film ini layak ditonton semua kalangan dari berbagai agama dan etnik,” ungkap Bachtiar Effendy, Intelektual Muslim dalam diskusi Film 3 Hati Dua

Dunia Satu Cinta.7

Dari masalah yang terlihat sepele inilah akan muncul masalah-masalah lain dan akhirnya banyak hikmah dan pesan-pesan yang bisa dipetik dari adegan yang secara natural diperankan oleh para pemainnya.

Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka peneliti bermaksud menyusun skripsi dengan judul “Analisis Semiotik Film 3 Hati Dua Dunia Satu

Cinta”, karya Benni Setiawan.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Merujuk pada latar belakang yang telah dijabarkan oleh penulis di atas, maka penulis membatasi penelitian pada pesan tanda atau simbol yang mengandung aspek toleransi beragama dan yang berhubungan dengan cinta yang ada pada film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta karya Benni Setiawan. menggunakan analisis semiotik model Roland Barthes, karena menurut Barthes semua objek kultural dapat diolah secara tekstual. Dengan demikian, semiotik dapat meneliti bermacam-macam teks seperti berita, film, fashion, fiksi, dan drama.8

7 Bachtiar Effendy, dalam diskusi film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta, bertajuk “Merawat Keberagaman Indonesia” di Cinema XXI, Pondok Indah Mall Jakarta, pada 10 Juli 2010. 8 Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), cet. Ke-4, h. 123

7

Sedangkan rumusan masalah yang diangkat pada penelitian skripsi ini adalah :

1. Bagaimana makna film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta berdasarkan

analisis semiotik Roland Barthes?

2. Bagaimana makna teks judul film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pemikiran dan permasalahan di atas, Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk memahami makna denotasi, konotasi dan mitos dalam film 3 Hati

Dua Dunia Satu Cinta dengan menggunakan analisis semiotik Roland

Barthes.

2. Untuk memahami apa makna teks dari judul film 3 Hati Dua Dunia Satu

Cinta.

D. Manfaat Penelitian

1. Segi Akademis

Di harapkan dapat memberikan kontribusi yang baik dan positif pada khazanah keilmuan dalam bidang dakwah melalui media massa, khususnya tentang penelitian analisis semiotika film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta sebagai media dakwah melalui media massa yaitu film.

2. Segi Praktis

Untuk menambah wawasan bagi praktisi komunikasi dan dakwah tentang pentingnya pemanfaatan segala bentuk media yang ada sebagai alat bantu atau

8

media dakwah. Juga setiap muslim bisa ikut berperan aktif dalam pengembangan tugas dakwah, tidak terkecuali para seniman sastra yang mementingkan nilai toleransi beragama yang mengutamakan cinta kasih sayang sebagai suatu kebersamaan yang indah. Dan juga penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan pemikiran serta pengetahuan mengenai simbol-simbol dan tanda-tanda dibalik sebuah film. Serta dapat menghargai sinema Indonesia dan lebih kritis dalam memilih film yang bermutu.

E. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif, dimana hasil temuan akan dideskripsikan kemudian ditinjau kembali untuk dianalisis dari hasil pengamatan lapangan dan penelusuran pustaka.

Sedangkan taraf analisis dalam penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran dan penjelasan yang lebih rinci terkait dengan rumusan masalah. Metode deskriptif kualitatif adalah proses pencarian data untuk memahami masalah sosial yang didasari pada penelitian yang menyeluruh (holistic).

2. Jenis Data

Adapun sumber data dalam penelitian ini terbagi dalam dua kategori yaitu data primer dan data sekunder. Sumber data primer yaitu data yang dikumpulkan oleh peneliti, seperti wawancara langsung, dan ini merupakan sasaran utama dalam penelitian ini, sedangkan sumber data sekunder digunakan untuk

9

diaplikasikan guna mempertajam analisis data primer, yaitu sebagai pendukung dan penguat data primer dalam penelitian.

Sumber Data Primer:

Yaitu data yang diperoleh dari hasil analisis semiotik tiap adegan yang mengandung makna pesan toleransi beragama yang terdapat dalam film “3 Hati,

Dua Dunia, Satu Cinta”. Dan juga diperoleh dari wawancara dengan sutradara film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta, karya Benni Setiawan.

Sumber Data Sekunder:

Yaitu data bersumber pada berbagai referensi seperti buku, film, media internet, dan terbitan lain yang ada relevansinya dengan masalah penelitian.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta karya

Benni Setiawan. Dan objek penelitian ini adalah scene dalam film 3 Hati Dua

Dunia Satu Cinta yang berkaitan dengan rumusan masalah dalam penelitian.

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun tahapan-tahapan dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode sebagai berikut:

a. Observasi atau Pengamatan yaitu metode pertama yang digunakan

dalam penelitian ini dengan melakukan pengamatan dan pencatatan

terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.9 Di sini penulis

membaca dan memahami isi pesan dan makna dari tanda atau simbol

9 Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) Cet. Ke-1

10

yang ada pada film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta ini. Setelah itu

penulis mengutip kemudian mencatat dialog-dialog ataupun paragraf

yang mengandung pesan pada film ini untuk dijadikan sebagai

codingsheet, yakni rangkaian pencatatan lambang atau pesan secara

sistematis untuk kemudian diberikan interpretasi.

b. Metode wawancara (interview) adalah metode pengumpulan data

dengan melakukan komunikasi tatap muka (face to face) antara

peneliti dan sumber penelitian. Dalam hal ini penulis melakukan

wawancara dengan Benni Setiawan sebagai sutradara dari film 3 Hati

Dua Dunia Satu Cinta.

c. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, buku-buku yang menunjang penulisan skripsi ini,

internet dan lain sebagainya.

Langkah selanjutnya ialah mengumpulkan data yang diperoleh dari hasil pemilihan dialog, wawancara, serta dokumnetasi. Lalu mengolah hasil temuan atau data dan meninjau kembali data yang telah terkumpul. Seluruh data tersebut nantinya akan dipaparkan dengan didukung oleh beberapa hasil temuan studi pustaka yang kemudian dianalisis.

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis semiotik yang bersifat kualitatif. Secara sederhana semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensi-

11

konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut berarti. Semiotik adalah studi tentang bagaimana bentuk-bentuk simbolik diinterprestasikan. Kajian ilmiah mengenai pembentukan makna.10 Secara substansial, semiotika adalah kajian yang concern dengan dunia simbol.

Semiotik memecah-mecah kandungan teks menjadi bagian-bagian, dan menghubungkan mereka dengan wacana-wacana yang lebih luas. Sebuah analisis semiotik menyediakan cara menghubungkan teks tertentu dengan sistem pesan dimana ia beroperasi. Hal ini memberikan konteks intelektual pada isi: ia mengulas cara-cara beragam unsur teks bekerja sama dan berinteraksi dengan pengetahuan kultural kita untuk menghasilkan makna.11

Metode ini memperkaya pemahaman kita terhadap teks, sebagai sebuah metode, semiotik bersifat interpretatif, dan konsekuensinya sangat subjektif.

Namun hal ini tidak mengurangi nilai semiotik karena semiotik adalah ilmu tentang memperkaya pemahaman kita terhadap teks12. Peneliti menggunakan metode semiotik model Roland Barthes. Di sini tanda dimaknai secara denotasi dan konotasi tanpa mengesampingkan mitos yang ada, untuk memperoleh gambaran atau pengertian yang bersifat umum dan relatif menyeluruh dan mencakup permasalahan yang diteliti. Ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut menjadi mitos.

10 James Lull, Media Komunikasi, Kebudayaan: Suatu Pendekatan Global, (Terj). A. Setiawan Abadi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1997), cet. Kel-1, h. 232 11Jane Stokes, How To Do Media and Cultural Studies, (Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2006), h. 77. 12 Ibid, hal 76.

12

Dalam proses penelitian, tahap pertama yang dilakukan adalah tahap pemilihan tanda, yang dilakukan setelah peneliti mengamati secara keseluruhan adegan dalam film tersebut. Peneliti akan mereduksi film 3 Hati Dua Dunia Satu

Cinta menjadi miteme-miteme (sign) yang membentuknya. Proses pereduksian teks film hingga menjadi miteme ini didasarkan pada tanda-tanda dominan yang mampu merepresentasikan makna toleransi antar umat beragama dalam film tersebut.

Tahap kedua, yaitu tahap analisis tanda. Tahap ini difokuskan pada usaha mengidentifikasi sistem penanda tingkat pertama dan tingkat kedua, serta mengidentifikasi kode-kode sinematik dan tata bahasa film apa saja yang digunakan dalam membentuk sistem penanda tersebut.

Langkah selanjutnya, peneliti berusaha menentukan makna denotasi dan konotasi film tersebut. Dalam tahap menentukan denotasi dan konotasi, yang peneliti lakukan terlebih dahulu adalah tanda-tanda apa saja yang diidentifikasikan sebagai sebuah nilai yang mengandung makna toleransi beragama yang terdapat dalam film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta.

Satu persatu tanda tersebut dijabarkan dalam tahap denotasi. Dalam tahap denotasi ini, peneliti menjelaskan apa saja yang menjadi penanda, petanda, dan tanda dalam setiap tanda film tersebut yang merepresentasikan makna toleransi beragama. Penjelasannya dijabarkan dalam tabel visual berupa cut dari adegan, transkrip dialog, dan jenis-jenis shot.

Setelah tahap penentuan sistem pemaknaan tingkat pertama (denotasi), peneliti melakukan analisis tanda. Disini, peneliti memfokuskan pada shot, yaitu

13

shot yang menjelaskan situasi, kondisi, ekspresi para tokoh, dan lingkungan sekitar.

Masuk pada tahap penentuan konotasi, peneliti melakukan pengamatan pada bentuk, konsep, dan penandaan. Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah identifikasi mitos nilai-nilai toleransi beragama. Bagi Barthes, mitos merupakan cara berpikir suatu kebudayaan tentang sesuatu, cara mengkonseptualisasikan atau memahami sesuatu. Menurut Barthes, mitos adalah sebuah kisah (a story) yan melaluinya sebuah budaya mejelaskan dan memahami beberapa aspek dari realitas. Mitos membantu kita untuk memaknai pengalaman-pengalaman kita dalam satu konteks budaya tertentu. Berdasarkan analisis terhadap kedua tanda dominan tersebut ditemukan makna-makna konotatif sebagai wujud dari sebuah mitos.

6. Teknik Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku “Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, dan Disertasi” yang diterbitkan oleh

CeQDA Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

F. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul skripsi ini penulis sudah mengadakan tinjauan pustaka, ternyata penulis belum menemukan skripsi mahasiswa/i yang meneliti tentang judul ini. Hanya saja ada beberapa skripsi mahasiswa/i yang hampir serupa, diantaranya yaitu:

14

A Mighty Heart disusun oleh Rizky Akmalsyah, mahasiswa Konsentrasi

Jurnalistik UIN Jakarta NIM:106051102939 Tahun: 2010. Dalam penelitian tersebut objek yang diteliti adalah film A Mighty Heart dengan menggunakan metode semiotika Roland Barthes.

Analisis Semiotik Film 3 Doa 3 Cinta disusun oleh Fikri Ghazali, mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam UIN Jakarta. NIM: 206051003915,

Tahun : 2010. Dalam penelitian tersebut objek yang adalah setiap adegan yang mengandung pesan moral dalam film “3 DOA 3 CINTA” dengan menggunakan analisis semiotik Roland Barthes. Simbol-simbol itu pada film dipresentasikan melalui penampilan (appearance) perilaku tokoh dalam film.

Analisis Semiotik Film Animasi Upin dan Ipin disusun oleh Akhmad

Bayhaki, mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Jakarta NIM :

105051001885 Tahun : 2009. Dalam penelitian tersebut objek yang diteliti adalah cerita dalam film animasi Upin dan Ipin dengan menggunakan metode semiotika

John Fiske.

Dari beberapa skripsi tersebut maka penulis mengambil kesimpulan bahwa belum ada mahasiswa/i yang meneliti tentang Analisis Semiotika film 3 Hati Dua

Dunia Satu Cinta di UIN Syahid Jakarta. Oleh karena itu penulis menggunakan analisis semiotika untuk film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta ini

15

G. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan terarah maka penulis membagi pembahasannya ke dalam lima bab yang dibagi ke dalam sub-sub bab sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pendahuluan ini menguraikan secara singkat mengenai alasan

pemilihan judul, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan

kegunaan penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, serta

sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini menerangkan tentang konsep dan pengertian semiotika

secara etimologis dan terminologis, pengertian film, film sebagai media

dakwah, tinjauan umum tentang toleransi beragama, dan tinjauan umum

tentang cinta.

BAB III: SEKILAS TENTANG FILM 3 HATI DUA DUNIA SATU

CINTA

Pada bab ini berisikan tentang konsep dasar pembuatan film 3 Hati

Dua Dunia Satu Cinta, sinopsis film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta, dan

yang terakhir profil sutradara film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta.

BAB IV: ANALISIS SEMIOTIK FILM 3 HATI DUA DUNIA

SATU CINTA

16

Dalam bab ini menjelaskan tentang pesan dari tanda dan simbol yang mempunyai makna dari film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta, serta makna dari judul film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta.

BAB V: PENUTUP

Dalam bab akhir ini, penulis memberikan kesimpulan terhadap apa yang telah diteliti oleh penulis dalam karya ilmiah ini, serta memberikan saran-saran dan juga beberapa lampiran yang didapat oleh penulis.

BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Tinjauan Umum tentang Film

1. Pengertian Film

Awalnya film berupa pita film yang memang digunakan untuk memproduksi sebuah gambar hidup.Namun dengan semakin majunya teknologi, era digital pun melibas seluloid/pita film.Film dapat diproduksi dengan format digital, disebarluaskan juga dalam bentuk digital.

Film adalah gambar-hidup, juga sering disebut movie.Film, secara kolektif, sering disebut sinema. Pengertian secara harafiah film (sinema) adalah

Cinemathographie yang berasal dari Cinema + tho = phytos (cahaya) + graphie = graph (tulisan = gambar = citra), jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar kita dapat melukis gerak dengan cahaya, kita harus menggunakan alat khusus, yang biasa kita sebut dengan kamera.1

Menurut UU Perfilman No 8 Tahun 1992, “film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunukasi massa pandang- dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita selluloid, pita video, dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sisten proyeksi mekanik, elektronik, dan atau lainnya”.2

1Oleh Galih, http://bahasfilmbareng.blogspot.com/2008/04/pengertian-film.html. Diakses tanggal 20 Januari 2010, jam 15.02 WIB 2UU Republik Indonesia No 8 Tahun 1992 tentang perfilman. Bab 1, Pasal 1 Ayat 1. Departemen Penerangan RI.

17 18

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian film secara fisik adalah selaput tipis yang terbuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop).3Sedangkan melalui kesepakatan sosial istilah film memperoleh arti seperti yang secara umum dipahami yaitu lakon (cerita) gambar hidup atau segala sesuatu yang berkaitan dengan gambar hidup.

Pengertian film kini juga diartikan sebagai sebuah genre dalam kesenian.Seni tari, seni musik, dan juga seni film.Karena didalam sebuah film atau rekaman gambar bergerak, kita dapat menemukan berbagai jenis seni yang direkam.Contoh dalam film ada seni artistik, dimana pengambilan gambarnya harus indah, bagus dan enak dipandang. Film adalah sebuah karya mengandung unsur keindahan dan membuat film juga dibutuhkan keahlian.Jadi, wajar saja bila pengertian film sudah dikaitkan dengan seni.

2. Sejarah dan Perkembangan Film

“Dialog haruslah menjadi satu suara di antara banyak suara, seperti sesuatu yang keluar dari mulut orang-orang yang matanya bercerita secara visual,” menurut Alfred Hitchcock (1899-1980).4

Foto bergerak pertama berhasil dibuat pada tahun 1877 oleh Eadweard

Muybridge, fotografer Inggris yang bekerja di California.5Muybridge yang juga mahasiswa Stanford University mencoba membuat 16 foto atau frame kuda yang

3Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan & Kebudayaan. (Jakarta: Balai Pustaka, 1997). 4 Marcel Danesi. Pengantar Memahami Semiotika Media(Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 133. 5ibid, h. 133.

19

sedang berlari. Dari ke-16 foto kuda yang berlari ini, Muybridge mengatur sederetan kamera dengan benang tersambung pada kamera shutter. Ketika kuda berlari, ia akan memutus benang secara berurutan dan membuka masing-masing kamera shutter. Hasilnya, foto tersebut terlihat hidup dan berhasil menjadi foto bergerak pertama di dunia.Sekalipun pada saat itu teknologi perekam belum ada,

Muybridge menggunakan kamera foto biasa untuk menghasilkan gerakan lari kuda. Dengan kata lain, diperlukan pengambilan gambar beberapa kali agar memperoleh gerakan lari kuda yang sempurna saat difilmkan. Sejarah mencatat peristiwa itu pada tahun 1878, dari sinilah ide membuat film muncul.6

Sejak saat itu, banyak orang berbondong-bondong mulai membuat foto bergerak dan bergulat untuk memperbaiki mesin proyektor.Marey salah satunya, penemu asal Perancis yang mampu membuat foto bergerak (progresif), sehingga dengan adanya kamera ini teknologi film dan fotografi mengalami kemajuan yang pesat.7 Selain itu, Thomas Alva Edison (1847-1931) “sang raja penemu”, juga sedang berkutat dalam pembuatan film sepanjang 15 detik yang merekam salah seorang asistennya ketika sedang bersin. Yang untuk pertama kalinya mengembangkan kamera citra bergerak pada tahun 1888.8Dan alat berbentuk kotak ini dinamakan kinetoscope (alat untuk memproyeksikan gerak), dan orang dapat mengintip melalui jendela kecilnya. Di dalamnya terdapat pita film enderos sepanjang 17 m, sehingga film yang sama dapat dilihat berulang kali.Penemuan

6 “News Display” di akses pada 20 Januari 2010, jam 15.05 WIB, dari http://www.wikimu.com 7Ibid. 8Danesi.Pengantar Memahami Semiotika Media, h. 133.

20

ini banyak digemari, sampai orang-orang rela mengantri untuk bisa menikmatinya.9

Ketika itu, di Perancis, Lumiere bersaudara yaitu sang kakak Auguste, dan sang adik Louis (1862-1954), juga sedang berusaha keras menemukan film. Dan, pada tanggal 28 Desember 1895, Lumiere bersaudara akhirnya berhasil menemukan dan mempertunjukkan film mereka untuk pertama kali kepada masyarakat Paris.10 Salah satu film pertama yang diputar, durasinya sangat singkat, dan hanya bercerita tentang kereta api yang tiba di stasiun. Berlandasakan hal ini, para ahli sejarah sepakat menetapkan, bahwa pertunjukkan perdana

Lumiere bersaudara saat itu, dideklarasikan sebagai hari kelahiran dunia perfilman.11

Kebanyakan sejarawan sinema menelusuri asal-usul film ke tahun 1896, ketika seorang pesulap asal Prancis, Georges Melies, membuat serangkaian film yang mengeksplorasi potensi naratif dari medium baru ini. Tahun 1900, Alfred

Dreyfus, seorang perwira militer Prancis, memfilmkan Cinderella dalam 20 adegan. Kemudian, ia juga membuat film A Trip to the Moon (1902), film pendeknya ini menjadi terkenal dan dipertontonkan secara internasional.

Meskipun saat ini hanya dilihat untuk memuaskan rasa ingin tahu, ia tetaplah menjadi penanda awal dari suatu bentuk seni yang saat itu belum dilahirkan.12

9 Seiichi Konishi & Keiji Nakamura, Penemuan Film, (Jakarta:Elex Media Komputindo, 2002), cet-1,h.21. 10“Sejarah Film” oleh Kahirunnisa, diakses pada 20 Januari 2010, jam 15.10 WIB, dari http://blogiehaha.blogspot.com/2008/09/sejarah-film-dunia-lumiere-vs-melies.html 11 Seiichi Konishi, Penemuan Film,h.22. 12Danesi.Pengantar Memahami Semiotika Media, h.136.

21

Masa keemasan film dimulai dari film animasi yang mendapatkan popularitas.Walt Disney membuat film kartun animasi pertama yang disinkronisasi dengan suara, Streamboat Willie (1928). Kemudian, siklus film horror klasik, seperti Dracula(1931), Frankenstein (1931), dan The Mummy

(1932), yang melahirkan serangkaian sekuel dan kembangan cerita yang berlangsung sepanjang 1930-an.13

3. Jenis Film

Ada tiga jenis film yang umum dikenal, yaitu film fitur, film dokumenter, dan film animasi yang secara umum dikenal sebagai film kartun.14

a. Film Fitur

Film fitur merupakan karya fiksi, yang strukturnya selalu berupa

narasi, yang dibut dalam tiga tahap, yaitu tahap praproduksi, tahap

produksi dan tahap post-produksi.Tahap praproduksi merupakan periode

ketika skenario diperoleh.Skenario bisa berupa adapatsi dari novel, cerita

pendek, atau karya lainnya.Tahap produksi merupakan masa

berlangsungnya pembuatan film berdasarkan skenario itu.Kemudian tahap

post-produksi (editing) ketika semua bagian film yang pengambilan

gambarnya tidak sesuai dengan urutan cerita, disusun menjadi suatu kisah

yang menyatu.

13ibid, h. 141. 14Ibid, h. 134.

22

b. Film Dokumenter

Film dokumenter merupakanfilm nonfiksi yang menggambarkan

situasi kehidupan nyata dengan setiap individu menggambarkan

perasaannya dan pengalamannya dalam situasi yang apa adanya.

Film dokumenter (documentary film) didefinisikan oleh Robert

Flaherty sebagai “karya ciptaan mengenai kenyataan (creative treatment of

actuality)”. Berbeda dengan film berita yang merupakan kenyataan, maka

film dokumenter merupakan hasil interpretasi pribadi (pembuatnya)

mengenai kenyataan tersebut.

c. Film Animasi (Kartun)

Film Kartun (cartoon film) dibuat untuk dikonsumsi anak-anak. Tujuan

utama dari film kartun adalah untuk menghibur. Walaupun tujuan

utamanya adalah untuk menghibur, tapi terdapat pula film-film kartun

yang mengandung unsur-unsur pendidikan didalamnya.

Animasi merupakan teknik pemakaian film untuk menciptakan ilusi

gerakan dari serangkaian gambaran benda dua atau tiga dimensi.Pada

masa kini, hampir semua film animasi dibuat secara digital dengan

komputer.

Dalam buku Komunikasi Massa, suatu pengantar, karya Elvinaro

Ardianto, menambahkan satu jenis film, yaitu film berita. Film berita atau newsreel adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai

23

berita (news value). Kriteria berita itu adalah penting dan menarik. Yang terpenting dalam film berita adalah peristiwanya terekam secara utuh.

4. Unsur-unsur Pembentuk Film

Film memang dibentuk oleh banyak unsur (audio dan visual), Secara teori unsur-unsur audio visual dalam film dikatagorikan ke dalam unsur naratif dan unsur sinematik.15 Dua unsur tersebut saling berinteraksi satu sama lain untuk membuat sebuah film.

Unsur naratif adalah materi atau bahan olahan, kalau dalam film yang dimaksud unsur naratif adalah penceritaannya, sementara yang dimaksud unsur sinematik adalah cara atau gaya seperti apa bahan olahan itu digarap.

Dalam film cerita unsur naratif adalah perlakuan terhadap cerita filmnya.

Sementara unsur sinematik atau gaya sinematik merupakan aspek-aspek teknis pembentuk film.16

Unsur sinematik terdiri dari empat elemen pokok, yakni:

a. Mise-en-scene, yaitu segala hal yang berada di depan kamera. Ada

empat elemen pentingnya, yaitu setting, tata cahaya, kostum, make up,

akting, dan pergerakan pemain.

b. Sinematografi, yaitu perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta

hubungan kamera dengan objek yang diambil.

15Bambang Supriadi. Artikel diakses pada 23 Januari 2010, jam 12.41 WIB dari http://ranabiru.blogspot.com/2010/02/unsur-unsur-pembentuk-film.html. 16Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008) h. 1-2.

24

c. Editing, yaitu proses pemilihan, penyambungan transisi sebuah gambar

(shot) ke gambar (shot) lainnya. Melalui editing struktur,ritme serta

penekanan dramatik dibangun/diciptakan.

d. Suara, yakni segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melalui

indera pendengaran.Elemen-elemennya bisa dari dialog,musik ataupun

effect.

5. Struktur dalam Film

Struktur adalah blueprint; kerangka desain yang menyatukan berbagai unsur film dan merepresentasikan jalan pikiran dari pembuat film.Struktur terdapat dalam semua bentuk karya seni. Pada film ia mengikat aksi (action)`dan ide menjadi suatu kesatuan yang utuh.Struktur yang baik adalah struktur yang sederhana tapi penuh relief. Penyusunan pikiran dan perasaan si seniman film ditentukan oleh faktor-faktor :17

a. Keutuhan (semua unsur dalam film mesti bertalian dengan subyek

utamanya.

b. Ketergabungan (harus berhubungan antar unsur, dan menunjukkan

kesimpulan).

c. Tekanan (tekanan akan menentukan posisi dari unit-unit utama dan

sampingan film)

d. Interes (berhubungan dengan “isi” dari setiap unit).

17http://kuliahkomunikasi.blogspot.com/2008/12/struktur-film.html. diposkan oleh Phyrman,di akses tanggal 23 Januari 2010, jam 12.31 WIB.

25

Struktur film terdiri dari struktur lahiriah dan struktur batiniah.18Dalam struktur lahiriah, terdapat unsur-unsur atau unit-unit yang membangun dan ecara fisik sebuah film dapat dipecah menjadi unsur-unsur sebagai berikut 19 :

a. Shot selama produksi film memiliki arti proses perekaman gambar sejak

kamera dikatifkan (on) hingga kamera dihentikan (off) atau juga sering

diidtilahkan satu kali take ( pengambilan gambar). Sementara shot setelah

film telah jadi ( pasca produksi) memiliki arti satu rangkaian gambar utuh

yang tidak terinterupsi oleh potongan gambar (editing). Sekumpulan shot

biasanya dapat dikelompokkan menjadi sebuah adegan. Satu adegan bisa

berjumlah belasan hingga puluhan shot. Satu shot dapat berdurasi kurang

dari satu detik, beberapa menit, bahkan jam.

b. Scene (Adegan) adalah satu segmen pendek dari keseluruhan cerita yang

memperlihatkan satu aksi berkesinambungan yang diikat oleh ruang,

waktu, isi (cerita), tema, karakter, atau motif. Satu adegan umumnya terdiri

dari beberapa shot yang saling berhubungan. Biasanya film cerita terdiri

dari 30-35 adegan.

c. Sequence (Sekuen) adalah satu segmen besar yang memperlihatkan satu

rangkaian peristiwa yang utuh. Atausequence adalah sebuah rangkaian

adegan. Satu sekuen umumnya terdiri dari beberapa adegan yang saling

berhubungan. Dalam karya literatur, sekuen bisa diibaratkan bab atau

sekumpulan bab. Film cerita biasanya terdiri dari 8-15 sequence.

18Ibid. 19Himawan Pratista, Memahami Film, h. 29-30

26

Struktur batiniah ditentukan oleh sejumlah unsur20:

a. Eksposisi (keterangan tentang tempat, waktu, suasana, watak).

b. Point of attack(konfrontasi awal dari kekuatan- kekuatan yang saling

bertentangan).

c. Komplikasi (menuturkan keterlibatan-keterlibatan antar unsur

pendukung cerita)

d. Discovery ( penemuan informasi- informasi baru dalam pertengahan

cerita)

e. Reversal/ pemablikan (terjadinya komplikasi baru antar pendukung

cerita)

f. Konflik ( perbenturan antara kekuatan-kekuatan yang bertentangan)

g. Rising Action(pengungkapan pengembangan plot utama).

h. Krisis ( timbul apabila komplikasi- komplikasi menuntut keputusan

penting dari tokoh).

i. Klimaks ( puncak paling tinggi dari semua ketegangan dan intensitas,

biasanya timbul bersamaan dengan krisis)

j. Falling action ( klimaks menurun dan menuju kesimpulan)

k. Kesimpulan (tahap semua pertanyaan dijawab, masalah utama

dipecahkan dan diatasi, dalam cerita tragedi disebut katarsis, dalam

komedi disebut happy end).

20http://kuliahkomunikasi.blogspot.com/2008/12/struktur-film.html , diposkan oleh Phyrman,di akses tanggal 23 Januari 2010, jam 12.31 WIB.

27

6. Sinematografi

Sinematografi adalah kata serapan dari bahasa Inggris cinematograhy yang berasal dari bahasa latin kinema „gambar„. Sinematografi sebagai ilmu serapan merupakan bidang ilmu yang membahas tentang teknik menangkap gambar dan menggabung gabungkan gambar tersebut hingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide.21

Dalam sebuah produksi film ketika seluruh aspek mise-en-scene telah tersedia dan sebuah adegan telah siap untuk diambil gambarnya, pada tahap inilah unsur sinematografi mulai berperan. Sinematografi secara umum dapat dibagi menjadi tiga aspek, yakni kamera dan film,framing, serta durasi gambar. Kamera dan film mencakup teknik-teknik yang dapat dilakukan melalui kamera dan stok filmnya, seperti warna, penggunaan lensa, kecepatan gerak gambar, dan sebagainya.Framing adalah hubungan kamera dengan objek yang akan diambil, seperti batasan wilayah gambar atau frame, jarak, ketinggian, pergerakan kamera dan seterusnya. Sementara durasi gambar mencakup lamanya sebuah objek diambil gambarnya oleh kamera.

Berikut ini adalah salah satu aspek framing yang terdapat dalam sinematografi, yakni jarak kamera terhadap obyek (type of shot), yaitu22 :

21Ibid. 22Himawan Pratista, Memahami Film, h.104-106.

28

a. Extremelong shot

Extreme long shot merupakan jarak kamera yang paling jauh dari obyeknya. Wujud fisik manusia nyaris tidak tampak. Teknik ini umumnya untuk menggambarkan sebuah obyek yang sangat jauh atau panorama yang luas.

b. Long shot

Pada long shot tubuh fisik manusia telah tampak jelas namun latar belakang masih dominan. Long shot sering digunakan sebagai estabilising shot, yakni shot pembuka sebelum digunakan shot-shot yang berjarak lebih dekat.

c. Medium long shot

Pada jarak ini tubuh manusia terlihat dari bawah lutut sampai ke atas.

Tubuh fisik manusia dan lingkungan sekitar relatif seimbang.

d. Medium shot

Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas.

Gestur serta ekspresi wajah mulai tampak. Sosok manusia mulai dominan dalam frame.

e. Medium close-up

Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari dada ke atas. Sosok tubuh manusia mendominasi frame dan latar belakang tidak lagi dominan. Adegan percakapan normal biasanya menggunakan jarak medium close-up.

f. Close-up

Umumnya memperlihatkan wajah, tangan, kaki, atau sebuah obyek kecil lainnya. Teknik ini mampu memperlihatkan ekspresi wajah dengan jelas serta

29

gestur yang mendetil. Close-up biasanya digunakan untuk adegan dialog yang lebih intim. Close-up juga memperlihatkan mendetil sebuah benda atau obyek.

g. Extreme close-up

Pada jarak terdekat ini mampu memperlihatkan lebih mendetail bagian dari wajah, seperti telinga, mata, hidung, dan lainnya atau bagian dari sebuah objek.

Berdasarkan sudut pengambilan gambar (camera angle)23

a. Bird Eye View

Pengambilan gambar dilakukan dari atas ketinggian tertentu, sehingga memperlihatkan lingkungan yang sedemikian luas dengan benda-benda lain yang tampak dibawah sedemikian kecil.Pengambilan gambar biasanya menggunakan helicopter maupun dari gedung-gedung tinggi.

b. High Angle

Menempatkan objek lebih rendah daripada kamera, atau kamera lebih tinggi daripada objek, sehingga yang terlihat pada kaca pembidik objek yang terkesan mengecil.Sudut pengambilan gambar tepat diatas objek, pengambilan gambar seperti ini memiliki arti yang dramatic yaitu kecil atau kerdil.

c. Low Angle

Menempatkan kamera lebih rendah dari objek, atau objek lebih tinggi dari kamera, sehingga objek terkesan membesar.Sudut pengambilan gambar ini merupakan kebalikan dari high angle.Kesan yang ditimbulkan dari sudut pandang ini yaitu keagungan atau kejayaan.

23Audy Mirza Alwi, Foto Jurnalistik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004) h. 46.

30

d. Eye Level

Pengambilan gambar ini mengambil sudut sejajar dengan mata objek, tidak ada kesan dramatic tertentu yang didapat dari eye level ini, yang ada hanya memperlihatkan pandangan mata seseorang yang berdiri.

e. Frog Level

Sudut pengambilan gambar ini diambil sejajar dengan permukaan tempat objek berdiri, seolah-olah memperlihatkan objek menjadi sangat besar.

Berdasarkan pergerakan kamera (moving camera) 24:

a. Pan

Panmerupakan singkatan dari kata panorama.Istilah panorama digunakan karena umumnya menggambarkan pemandangan secara luas.Panadalah pergerakan kamera secara horisontal (kanan dan kiri) dengan posisi kamera statis.

b. Tilt

Gerakan kamera secara vertikal, ke atas ke bawah atau bawah ke atas dengan kamera statis.Tilt Up jika kamera mendongak dan tilt down jika kamera mengangguk. Tilt sering digunakan untuk memperlihatkan obyek yang tinggi atau raksasa.

c. Tracking

Tracking shot atau dolly shotmerupakan pergerakan kamera akibat perubahan posisi kamera secara horisontal.Kedudukan kamera di tripod dan di atas landasan rodanya.Dolly In jika bergerak maju dan Dolly Out jika bergerak menjauh.

24Himawan Pratista, Memahami Film, h. 108-110.

31

d. Crane shot

Crane shot adalah pergerakan kamera akibat perubahan posisi kamera secara vertikal,horisontal atau kemana saja selama masih di atas permukaan tanah.Crane shot umumnya menghasilkan efek high-angle dan sering digunakan untuk menggambarkan situasi lansekap luas, seperti kawasan kota, bangunan, areal taman, dan sebagainya.

e. Zoom In/ Zoom Out

Kamera bergerak menjauh dan mendekati objek dengan menggunakan tombol zooming yang ada di kamera.

f. Follow

Gerakan kamera mengikuti objek yang bergerak.

g. Fading

Pergantian gambar secara perlahan.Fade In jika gambar muncul dan fade out jika gambar menghilang serta cross fade jika gambar 1 dan 2 saling menggantikan secara bersamaan.

h. Framing

Objek berada dalam framing shot.Frame in jika memasuki bingkai dan frame out jika keluar bingkai.

32

B. Tinjauan Umum Semiotik

1. Konsep Semiotik

Kita bisa pikirkan sebuah ilmu yang mempelajari kehidupan tanda-tanda di dalam masyarakat. Ilmu ini merupakan bagian dari psikologi sosial, dan dari sini menjadi bagian dari psikologi umum; saya akan menyebutnya sebagai semiologi (dari bahasa Yunani semion “tanda”). Semiologi akan menunjukkan pelbagai hal yang membentuk tanda, dan hukum apa yang mengaturnya. Ferdinand de Saussure (1857-1913).25

Semiotik atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk kepada makna yang sama. Istilah semiotika lebih lazim digunakan ilmuwan Amerika, sedangkan „semiologi‟ sangat kental dengan nuansa Eropa yang mewarisi tradisi linguistik Saussurean.26

Istilah semiotik sering digunakan bersama dengan istilah semiologi.Dalam kedua istilah tersebut tidak terdapat perbedaan yang substansif, ini tergantung di mana istilah itu populer. Namun yang jelas, keduanya merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara signs (tanda-tanda) berdasarkan kode-kode tertentu.

Tanda- tanda tersebut akan tampak pada perilaku komunikasi manusia lewat bahasa, baik lisan maupun isyarat.

Semiotik merupakan sebuah model ilmu pengetahuan sosial dalam memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut

“tanda”.Semiotik berasal dari bahasa Yunani, semion yang berarti tanda.27

Semiotik (semiologi) telah menjadi alat analisis yang popular untuk meneliti isi dari media massa dan telah banyak digunakan oleh para mahasiswa

25Danesi.Pengantar Memahami Semiotika Media, h.33. 26Anthon Freddy S, Semiotika Hukum, dari Dekonstruksi Teks Menuju Progretivitas Makna.(Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h. 23. 27Akhmad Muzakki, Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa Agama. (Malang: UIN- Malang Press, 2007), h. 9.

33

ilmu komunikasi dalam meneliti makna dari pesan yang termuat dalam media massa.28

Semiotik pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan memaknai hal-hal.Memaknai dalam hal ini tidak dapat digabungkan dengan mengkomunikasikan.Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.29

Jadi, semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda.Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaannya merupakan tanda- tanda.30Artinya, semiotik mempelajari sistem, aturan-aturan, yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Dengan kata lain, semiotika mempelajari relasi di antara komponen-komponen tanda, serta hubungan antara komponen- komponen tersebut dengan masyarakat penggunanya.

Menurut John Fiske, studi semiotik dapat dibagi ke dalam bagian sebagai berikut31:

a. Tanda itu sendiri, hal ini terdiri atas studi tentang berbagai tanda yang

berbeda, cara tanda yang berbeda itu dalam menyampaikan makna, dan

cara tanda-tanda itu terkait dengan manusia yang menggunakannya.

Tanda adalah konstruksi manusia dan hanya bisa dipahami dalam

artian yang menggunakannya.

28Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) Cet. Ke-1, h. 100. 29Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet-3, h.15. 30Akhmad Muzakki, Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa Agama, h. 11. 31Anthon Freddy S, Semiotika Hukum, dari Dekonstruksi Teks Menuju Progretivitas Makna, h. 27.

34

b. Kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda. Studi ini mencakup

cara berbagai kode dikembangkan guna memenuhi kebutuhan suatu

masyarakat atau budaya atau untuk mengeksploitasi saluran

komunikasi yang tersedia untuk mentransmisikannya.

c. Kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja. Ini pada gilirannya

bergantung pada penggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu, untuk

keberadaandan bentuknya sendiri.

Dalam pemikiran Saussure yang paling penting dalam konteks semiotik adalah pandangannya mengenai tanda.Saussure memusatkan perhatian pada sifat dan perilaku tanda linguistik.Menurutnya, “definisi tanda linguistik merupakan entitas dua sisi (dyad) yang berdifat arbitrer (berdasarkan kesepakatan). Sisi pertama disebutnya dengan penanda (signifier), dan sisi kedua dari tanda yaitu sisi yang diwakili secara material oleh penanda, disebut juga sebagai petanda

(signified)”.32

Tanda adalah hasil asosiasi antara signified (petanda) dan signifier

(penanda). Sebagai contoh, kata „laki-laki‟ (yang terdapat di pintu wc) adalah tanda yang terdiri dari:

 Penanda : kata „laki-laki‟

 Petanda : sebuah ruang wc yang digunakan hanya untuk manusia

berjenis kelamin laki-laki.33

32ST. Sunardi, Semiotika Negativa. (Yogyakarta: Kanal, 2002), h. 155. 33Pappilon Manurung, Editor : M. Antonius Birowo, Metodologi Penelitian Komunikasi, h. 46.

35

Sementara itu, Charles Sanders Peirce, dikenal dengan teori segitiga makna-nya (triangle meaning). Berdasarkan teori tersebut, semiotik berangkat dari tiga elemen utama yang terdiri dari: tanda (sign), acuan tanda objek, pengguna tanda (interpertant). Menurut Peirce, “salah satu bentuk tanda adalah kata.

Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara interpretan adalah tanda yang ada dibenak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.

Apabila elemen-elemen tersebut berinteraksi dalam bentuk seseorang, maka muncullah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut”.34

2. Konsep Semiotik Roland Barthes

Lahir di Cherbourg Perancis pada tahun 1915, dan dibesarkan di Bayonne, kota kecil dekat pantai Atlantik di sebelah barat daya Prancis.Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang giat mempraktikkan model linguistik dan semiologi Saussurean.Ia sangat popular seiring dengan semakin seringnya analisis semitika dipergunakan dalam berbagai disiplin ilmu.

Barthes memberikan perhatian pada persoalan-persoalan dalam teks sastra, fotografi, iklan, film dan sebagainya.Pemikirannya adalah serpihan gagasan yang multidimensi dan mengundang berbagai interpretasi.Karya-karya pokok Barthes, antara lain: Le degree zero de I‟ecriture atau “Nol Derajat di Bidang Menulis”

(1953, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Writing Degree Zero, 1977).35

Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca (the reader).Konotasi, walaupun merupakan sifat asli

34Alex Sobur, Analisis Teks Media: Sesuatu Pengantar, h. 115 35Anthon Freddy S, Semiotika Hukum, dari Dekonstruksi Teks Menuju Progretivitas Makna, h. 34-35.

36

tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi.“Barthes menjelaskan apa yang di sebut sebagai sistem pemaknaan tataran kedua, yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya. Sistem kedua ini oleh

Barthes disebut dengan konotatif, yang di dalam Mythologies-nya secara tegas ia bedakan dari dari denotatif atau sistem pemaknaan tataran pertama”.36

Roland Barthes mengembangkan dua tingkatan pertandaan yang memungkinkan untuk dihasilkannya makna yang juga bertingkat-tingkat, yaitu tingkat denotasi dan konotasi.

Barthes menggunakan istilah “orders of signification”. First order of signification adalah denotasi.Sedangkan konotasi adalah second order of signification.Tatanan yang pertama mencakup penanda dan petanda yang berbentuk tanda.Tanda inilah yang disebut makna denotasi. Kemudian dari tanda tersebut muncul pemaknaan lain, sebuah konsep mental lain yang melekat pada tanda (yang kemudian dianggap sebagai penanda). Pemaknaan baru inilah yang kemudian menjadi konotasi”.37

Melanjutkan studi Hjelmsev, Barthes menciptakan peta tentang bagaimana tanda bekerja:

36Akhmad Muzakki, Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa Agama, h. 21-22. 37Pappilon Manurung, Editor : M. Antonius Birowo, Metodologi Penelitian Komunikasi, h. 56-57.

37

1. Signfier 2. Signfied

(penanda) (petanda)

3. Denotative Sign (tanda Denotatif)

4. CONNOTATIVE SIGNIFIER 5. CONNOTATIVE SIGNIFIED

(PENANDA KONOTATIF) (PETANDA KONOTATIF)

CONNOTATIVE SIGN (TANDA KONOTATIF)

Gambar 1. Peta tanda Roland Barthes Sumber : Paul Cobley & Litza Janz, 1999. Introducing Semiotics.NY: Totem Books, hlm.51.

Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2).Akan tetapi pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur material: hanya jika anda mengenal tanda “singa”, barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian menjadi mungkin.

Jadi, dalam konsep Barthes, terdapat tanda konotatif yang bukan hanya sekedar memiliki makna tambahan, namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya.Sesungguhnya, inilah sumbangan

Barthes yang sangat berarti bagi penyempurnaan semiologi Saussure, yang berhenti pada penandaan dalam tataran denotatif.38

Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghadirkan makna yang eksplisit, langsung dan pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, yang di

38Alex Sobur, Analisis Teks Media: Sesuatu Pengantar, h. 69.

38

dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti.ia menciptakan makna-makna lapis kedua, yang terbentuk ketika penanda dikaitkan dengan berbagai aspek psikologis, seperti perasaan, emosi, atau keyakinan.39

Jadi, makna denotasi adalah makna pada apa yang tampak, makna yang paling nyata dari tanda, sedangkan konotasi dapat menghasilkan makna lapis kedua yang bersifat implisit, tersembunyi. Dengan kata lain, denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap obyek, sementara konotasi adalah bagaimana menggambarkan tanda tersebut.

Form

Konotasi Signifier Denotasi Signified Mitos Content

Reality Signs Culture

First Order Second Order

Gambar 2. The orders of signification Sumber: Fiske, J. (1990:88) Introduction to Communication Studies.

Dalam gambar tersebut, tanda panah dari signified mengarah pada mitos.

Ini berarti mitos muncul pada tataran konsep mental suatu tanda. Mitos bisa dikatakan sebagai ideologi dominan pada waktu tertentu. Denotasi dan konotasi

39Akhmad Muzakki,Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa Agama, h.22.

39

memiliki potensi untuk menjadi ideologi yang bisa dikategorikan sebagai thirdorder of signification (istilah ini bukan dari Barthes), Barthes menyebut konsepini sebagai myth (mitos).40

Dalam konsep Barthes, “tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan, namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Konotasi identik dengan operasi ideologi yang disebutnya sebagai mitos, dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu”. Mitos, dalam pemahaman semiotika Barthes adalah “pengkodean makna dan nilai-nilai sosial sebagai sesuatu yang dianggap alamiah”.41

Kata „mitos‟ berasal dari kata bahasa Yunani mythos yang arinya kata- kata, wicara, kisah tentang para dewa. Ini bisa didefinisikan sebagai narasi yang di dalanya karakter-karakternya adalah para dewa, pahlawan, dan makhluk-makhluk mistis, dengan plotnya adalah tentang asal-usul segala sesuatu atau tentang peristiwa metafisis yang berlangsung di dalam kehidupan manusia.42

Mitos lahir melalui konotasi tahap kedua di mana rangkaian tanda yang terkombinasikan sebagaimana dalam film disebut dengan teks akan membantu pemaknaan tingkat kedua. Ide- ide dari Barthes banyak digunakan untuk memahami realitas budaya media kontemporer yang dikonsumsi oleh manusia

40Pappilon Manurung, Editor : M. Antonius Birowo, Metodologi Penelitian Komunikasi, h. 58-60 41 Akhmad Muzakki, Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa Agama, h.23. 42Marcel Danesi. Pengantar Memahami Semiotika Media, h. 56.

40

setiap harinya seperti film, lagu, novel dan sebagainya.43Mekanisme kerja mitos dalam suatu ideologi adalah apa yang disebut Barthes sebagai naturalisasi sejarah.

Suatu mitos akan menampilkan gambaran dunia yang seolah terberi begitu saja alias alamiah. Nilai ideologis dari mitos muncul ketika mitos tersebut menyediakan fungsinya untuk mengungkap dan membenarkan nilai-nilai dominan yang ada dalam masyarakat.

Dalam mitos terdapat pola tiga dimensi, yaitu penanda, petanda, dan tanda yang dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya.Jadi, mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam.44

Kalau kita memperhatikan kerangka berpikir Barthes, kita pasti akan menyimpulkan bahwa mitos adalah sejenis konotasi. Dari skema yang diberikan

Barthes, kita melihat bahwa sistem tanda tingkat pertama dijadikan signifier baru bagi sistem tanda tingkat kedua. Dengan kata lain, tanda denotatif sebagai tanda tingkat pertama yang terdiri atas penanda dan petanda, pada saat bersamaan tanda denotatif juga menjadi penanda bagi tanda konotatif.

C. Tinjauan Umum tentang Toleransi

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata

“toleran” (Inggris: tolerance; Arab: tasamuh) yang berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan.45Secara etimologi,

43Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi,h. 101. 44Akhmad Muzakki, Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa Agama, h. 91. 45Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka,2001).

41

toleransi adalah kesabaran, ketahanan emosional, dan kelapangan dada.Sedangkan menurut istilah (terminologi), toleransi yaitu bersifat atau bersikap menenggang

(menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dsb) yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendiriannya.46

Toleransi berarti endurance atau ketabahan, yang bukan hanya menunjuk pada sikap membiarkan orang lain hidup di sekitar kita tanpa larangan dan penganiayaan. Toleransi dalam artian seperti ini khususnya di bidang agama menunjuk pada kerelaan dan kesediaan untuk memasuki dan memberlakukan agama lain dengan penuh hormat dalam suatu dialog dengan orang lain secara terus menerus tanpa perlu dipengaruhi oleh pendapat lain dalam dialog tersebut.47

Jadi, toleransi beragama adalah ialah sikap sabar dan menahan diri untuk tidak mengganggu dan tidak melecehkan agama atau sistem keyakinan dan ibadah penganut agama-agama lain.

Dari kajian bahasa di atas, toleransi mengarah kepada sikap terbuka dan mau mengakui adanya berbagai macam perbedaan, baik dari sisi suku bangsa, warna kulit, bahasa, adat-istiadat, budaya, bahasa, serta agama.Ini semua merupakan fitrah dan sunnatullah yang sudah menjadi ketetapan Tuhan.Landasan dasar pemikiran ini adalah firman Allah dalam QS. Al-Hujurat ayat 13:

46Binsar A. Hutabarat, Kebebasan Beragama VS Toleransi Beragama,www.google.com, diakses tanggal 30 Desember 2010, jam 15.07 WIB. 47 Victor I. Tanja,Pluralisme Agama dan Problema Sosial. Diskursus Teologi Tentang Isu-Isu Kontemporer.( Jakarta: PT Pustaka CIDESINDO, 1998).

42

              

         

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki- laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.48

Toleransi dalam beragama bukan berarti kita hari ini boleh bebas menganut agama tertentu dan esok hari kita menganut agama yang lain atau dengan bebasnya mengikuti ibadah dan ritualitas semua agama tanpa adanya peraturan yang mengikat. Akan tetapi, toleransi beragama harus dipahami sebagai bentuk pengakuan kita akan adanya agama-agama lain selain agama kita dengan segala bentuk sistem, dan tata cara peribadatannya dan memberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinan agama masing-masing.

Bahwa prinsip menganut agama tunggal merupakan suatu keniscayaan.

Tidak mungkin manusia menganut beberapa agama dalam waktu yang sama, atau mengamalkan ajaran dari berbagai agama secara simultan. Oleh sebab itu, al-

Qur‟an menegaskan bahwa umat islam tetap berpegang teguh pada sistem ke-

Esaan Allah secara mutlak, sedangkan orang kafir pada ajaran ketuhanan yang ditetapkannya sendiri. Dalam ayat lain Allah juga menjelaskan tentang prinsip

48Al Qur‟an dan Terjemahannya, h. 845.

43

dimana setiap pemeluk agama mempunyai system dan ajaran masing-masing sehingga tidak perlu saling hujat menghujat.

Jalinan persaudaraan dan toleransi antara umat beragama sama sekali tidak dilarang oleh Islam, selama masih dalam tataran kemanusiaan dan kedua belah pihak saling menghormati hak-haknya masing-masing (QS. Al-Mumtahanah: 8):

             

        

“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang- orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”.49

Mengenai sistem keyakinan dan agama yang berbeda-beda, al-Qur‟an menjelaskan pada ayat terakhir surat Al-Kafirun.



“Untukmulah agamamu, dan untukkulah, agamaku”.50

Ayat tersebut mengandung arti, agamamu khusus buatmu saja dan tidak boleh dipaksakan kepadaku, dan agamaku khusus buatku dan aku tidak akan memaksakannya kepadamu.

Dapat disimpulkan bahwa pernyataan “lakum diinukum wa liya diin” merupakan manifesto qur‟anik tentang pentingnya saling mengahrgai, saling

49Al-Qur‟an dan Terjemahannya, h. 924. 50Ibid, h. 1112.

44

menghormati (mutual respect) antarpenganut agama-agama yang beragam.Pernyataan ini pula mencerminkan bahwa keyakinan bukanlah sesuatu yang dapat dipaksakan, keyakinan agama bukan wilayah negosiasi dan kompromi, dan bergatung pada pilihan pribadi.51

D. Tinjauan Umum tentang Cinta

Dalam bahasa Arab, juga dalam Al-Quran, banyak istilah yang mengandung pengertian cinta sesuai dengan gejala dan ekspresi yang ditimbulkannya.Dengan merujuk kepada ayat-ayat yang di dalamnya ada kata- kata yang mempunyai akar kata “hubb” atau “mahabbah” yang berarti cinta, dianggap sudah mewakili setidaknya tiga bentuk cinta, yaitu:52

1. Cinta Manusia kepada Tuhan

Cinta manusia kepada Tuhan dengan cara beriman kepada-Nya dan menjalankan ajaran-ajarannya berupa perintah dan larangan serta banyak berbuat baik kepada sesama makhluk manusia khususnya maupun makhluk hidup lainnya.

Cinta Allah dan cinta Rasulullah tidak harus dipertentangkan dengan cinta kepada dunia dengan segala kemegahannya. Bisa saja seseorang tetap taat kepada

Allah atau cinta kepada-Nya, dan pada saat yang sama ia berusaha sekuat tenaga untuk meraih sebanyak mungkin gemerlap duniawi, karena mencintai yang ini pun merupakan naluri manusia. Di sini cinta teruji yang mana yang dipilih itulah yang dominan.

51Zakiyuddin Baidhawi, Kredo Kebebasan Beragama (Jakarta:PSAP, 2006) h. 58. 52Sudirman Tebba. Tafsir Al-Quran, Nikmatnya Cinta. (Jakarta: Pustaka irVan, 2006) h.2.

45

Cinta manusia kepada Allah merupakan suatu kualitas yang mengejewantah pada diri seorang yang beriman, sehingga menghasilkan ketaatan kepada-Nya, penghormatan dan pengagungan, dan dengan demikian iaAllah daripada yang lainnya.53

Orang beriman tidak melupakan Allah dalam keadaan apapun, senang atau susah. Sedang orang kafir baru mengingat Allah ketika mereka mengalami kesulitan dan jika sudah teratasi mereka kembali lupa.Dengan demikian, cinta kepada Tuhan diwujudkan dengan beriman dan bertakwa kepada-Nya, yaitu melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.

2. Cinta Tuhan kepada Manusia

Kalau manusia cinta kepada Tuhan, maka Tuhan pun akan cinta kepadanya. Jadi, kalau manusia beriman kepada Allah dan beramal shaleh, maka

Tuhan juga akan mencintainya dengan menjanjikan balasan yang setimpal di sisi-

Nya.

Mengenai cinta Tuhan kepada manusia yang berbuat baik, Ia juga berfirman dalam surat Ali Imran ayat 148:

            

“ Maka Allah memberi mereka pahala di dunia, Dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah cinta orang yang berbuat kebaikan”

Siapapun yang menepati janjinya, antara lain dengan menunaikan amanah secara sempurna, dan bertakwa, yakni melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi

53Ibid. h, 28.

46

larangan-Nya, maka sesungguhnya Allah mencintainya, karena Allah mencintai orang-orang yang bertakwa, yakni menyukai amal-amal mereka, sehingga bila mereka mengamalkannya, maka Allah pun menyukai mereka.

3. Cinta Manusia kepada Sesamanya, Harta Benda dan Alam

Cinta manusia kepada sesamanya melintasi batas agama, karena dialami oleh hampir semua orang, termasuk mereka yang tidak beragama dan ber-Tuhan, bahkan juga dialami oleh semua makhluk hidup lainnya.

Nikmat cinta itu diciptakan oleh Tuhan sebagai penggerak dalam kehidupan manusia.Karena cintalah manusia merasa nikmat dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Tuhan.Cinta pula yang mendorong orang bekerja keras untuk memenuhi kehidupannya, keluarga dan orang-orang yang dicintainya.Sebaliknya, manusia merasa gelisah sewaktu mengerjakan larangan dan melaksanakan perintah-Nya.

Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk dwi dimensi yang diciptakan dari tanah dan ruh. Unsur unsur tanahnya melahirkan kecenderungan kepada kenikmatan duniawi, sedang unsur jiwanya mengundang untuk meraih kenikmatan ukhrawi.Manusia harus mampu memenuhi kedua kecenderungan itu secara proporsional.54Tetapi, Tuhan mengingatkan agar mencintai sesama dan harta benda tidak melebihi cinta kepada-Nya agar meraih keselamatan dunia dan akhirat.

Cinta adalah perasaan simpati yang melibatkan emosi yang mendalam.

Menurut Erich Fromm, dalam buku larisnya (the art of loving) menyatakan bahwa

54Ibid, h. 169.

47

ke empat gejala: Care, Responsibility, Respect, Knowledge (CRRK), muncul semua secara seimbang dalam pribadi yang mencintai, dan juga merupakan empat syarat untuk mewujudkan cinta kasih.55

1. Care(Perhatian)

Cinta adalah perhatian aktif terhadap kehidupan serta perkembangan dari yang kita cintai, entah sesuatu atau orang.Cinta dianggap tidak ada, jika tidak ada perhatian aktif ini. Cinta dan usaha tidak dapat dipisahkan, seseorang mencintai apa yang dia usahakan dan berusaha demi sesuatu yang dia cintai. Bukti bahwa cinta memuat perhatian (care) Nampak jelas seperti pada cinta seorang ibu terhadap anaknya, cinta seorang manusia terhadap Tuhannya, dan lain sebagainya.

2. Responsibility(Tanggung jawab)

Perhatian dan kepedulian memuat aspek lain dari cinta, yaitu tanggung jawab.

Saat ini, tanggung jawab sering diartikan sebagai sebuah tugas, sesuatu yang dibebankan kepada seseorang dari luar dirinya.

Tetapi tanggung jawab dalam artu sebenarnya adalah perbuatan yang benar- benar bersifat sukarela.Bertanggung jawab berarti mampu dan siap untuk merespon.56Kehidupan saudara kita bukan hanya menjadi persoalan saudara kita, melainkan juga menjadi persoalan kita, tanggung jawab kita.Kita ikut bertanggung jawab atas nasib sesame, sebagaimana kita bertanggung jawab atas diri kita sendiri.

55Erich Fromm. The Art Of Loving, Penerjemah: Syafi‟I Alielha,( Jakarta : Fresh Book, 2002) h. 44. 56Ibid, h. 46.

48

3. Respect( Penghormatan atau Penghargaan)

Akan tetapi tanggung jawab bisa dengan mudah berubah menjadi dominasi dan pemilikan jika tidak disertai dengan respect (penghormatan atau penghargaan). Penghargaan di sini bukan rasa takut atau keterpesonaan, melainkan kemampuan melihat seseorang sebagaimana adanya, dengan menyadari segala keunikan yang ada dalam diri orang tersebut.57

Penghargaan berarti membiarkan dan memperhatikan orang lain tumbuh dan berkembang sesuai dengan dirinya sendiri, bukan dipaksa berkembang demi ambisi orang yang mencintai. Jika kita mencintai seseorang, kita merasa menyatu dengan orang tersebut seperti apa adanya.

4. Knowledge(Pemahaman)

Menghargai atau menghormati seseorang tidak mungkin bisa tanpa mengenalnya (knowing him), perhatian dan tanggung jawab akan buta jika tidak disertai oleh pemahaman atau pengetahuan (knowledge). Pengetahuan yang termasuk aspek cinta adalah pemahaman yang mendalam, pemahaman yang mampu menembus inti persoalan.

Pengetahuan pikiran yang merupakan pengetahuan psikologis, merupakan syarat yang diperlukan dalam tindakan mencintai. Kita harus mengenal orang lain dan juga diri kita sendiri secara obyektif agar kita mampu melihat realitas. Karena hanya dengan mengenal seseorang secara obyektiflah kita dapat mengenal hakekat terdalam manusia, dan hal itu hanya dimungkinkan dalam tindakan mencintai.58

57Ibid, h. 47. 58Ibid, h. 53.

49

Perhatian, tanggung jawab, penghargaan dan pemahaman merupakan unsur yang saling terkait satu sama lain. Semua itu merupakan sindrom yang ditemukan dalam pribadi-pribadi yang matang, yang mampu mengembangkan kekuatan manusiawainya secara produktif, yang mau memiliki apa yang diusahakannya sendiri, yang telah meninggalkan impian narsistis, dan yang telah mencapai kerendahan hati, yang mana semua itu hanya dapat dihasilkan oleh kegiatan produktif sejati.

BAB III

PROFIL FILM 3 HATI DUA DUNIA SATU CINTA

A. Sekilas Tentang Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta

Pada awal Juli, tepatnya tanggal 1 Juli 2010, dunia perfilman Indonesia telah diramaikan dengan munculnya film “3 Hati Dua Dunia Satu Cinta”, dengan didukung oleh aktor dan aktris terbaik FFI 2010, yaitu Reza Rahadian dan Laura

Basuki

Mengangkat tema toleransi, film “3 Hati Dua Dunia, Satu Cinta” yang disutradarai Benni Setiawan dan juga sekaligus menjadi penulis skenario film ini, diangkat dari novel Da Peci Code dan Rosid & Delia karya Ben Sohib. Dialog- dialog segar berlatar budaya Arab-Betawi nan menghibur amat ketal mewarnai film ini.1

Sebagai tontonan, film terbaru produksi Mizan Productions ini cukup komprehensif karena selain mengusung topik perbedaan keyakinan, di dalamnya ada pesan dan kritik tersirat yang diangkat dari kondisi masyarakat saat ini.

Mungkin ada yang tersindir oleh adegan penggerebekan para pemuda Islam terhadap komunitas yang dianggap menganut aliran sesat. Di sisi lain, ada

1 Dwiki Setiyawan, Dilema 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta. http://dwikisetiyawan.wordpress.com/2010/07/13/dilema-3-hati-dua-dunia-satu-cinta/. Diakses tanggal 20 Desember jam 10.55 WIB.

50 51

kepedulian seorang seniman terhadap pendidikan anak jalanan. Film ini didedikasikan untuk WS Rendra sebagai penyair legendaris. Rosid yang tidak melanjutkan kuliah tetapi terjun sebagai jurnalis freelance dan aktif berkesenian itu sangat mengagumi Rendra. Ditandai dengan poster pertunjukan dan buku-buku

Rendra yang dimilikinya, juga betapa gandrungnya ia terhadap puisi-puisi si

Burung Merak itu.

Menurut Bachtiar Effendy, Intelektual Muslim, ia mengakui bahwa tema yang diangkat dalam film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta sangat strategis dengan problem aktual yang dihadapi Indonesia saat ini, yaitu soal toleransi beragama dan keharmonisan etnik. Film ini, bagi Bachtiar, benar-benar merefleksikan realitas sosial, keagamaan dan budaya yang ada di Indonesia saat ini.

Namun, ia memiliki dua catatan kritis terhadap film ini. Selain ending film yang dinilai kurang berani menyuguhkan solusi yang “berani”, Bachtiar melihat ada beberapa adegan yang melompat dan kurang tergambarkan secara utuh.2

Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta patut diacungi jempol. Di tengah-tengah kecenderungan film Indonesia yang terseret arus komersialisasi, Mizan

Productions berani menempuh jalur idealis dan prinsip. Masyarakat Indonesia membutuhkan pendidikan melalui media film. Dan melalui film ini, Mizan

Productions melakukan langkah itu. Film ini sangat mendidik dan pantas ditonton oleh semua kalangan.

2 Ibn Ghifarie, Film 3 Hati, 2 Dunia, 1 Cinta itu Solusi Pernikahan Beda Agama. http://agama.kompasiana.com/2010/07/14/film-3-hati-2-dunia-1-cinta-itu-solusi-pernikahan- beda-agama/. Diakses tanggal 20 Desember 2010, jam 11.23 WIB

52

Menjawab ending film yang dinilai kaku, Putut Widjanarko, justru pada ending yang dirasa bersifat kompromistis itu terangkum pesan utama yang ingin disampaikan dari film tersebut. “Film 3 Hati, 2 Dunia, 1 Cinta adalah tentang terbukanya berbagai alternatif solusi bagi persoalam pernikahan beda agama, dan bahwa jalan menuju kebahagiaan kehidupan perkawinan tidaklah tunggal” jelasnya.3

Film ini juga berhasil meraih 7 piala Citra dalam ajang Festival Film

Indonesia (FFI) 2010. 5 piala utama diberikan untuk kategori Film Terbaik,

Sutradara Terbaik, Aktor Terbaik, Aktris Terbaik dan Skenario Terbaik, yang disebut Royal Flush ditambah piala Citra untuk Aktor Pendukung Terbaik dan

Penata Artistik Terbaik.

 Film Terbaik : 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta ( PT Mizan Production)

 Sutradara Terbaik : Benni Setiawan ( 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta)

 Skenario Cerita Adaptasi Terbaik : Benni Setiawan ( 3 Hati Dua Dunia Satu

Cinta)

 Pemeran Utama Pria Terbaik : Reza Rahadian ( 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta)

 Pemeran Wanita Terbaik : Laura Basuki ( 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta)

 Pemeran Pendukung Pria Terbaik : Rasyid Karim ( 3 Hati Dua Dunia Satu

Cinta)

 Tata Artistik Terbaik : Oscar Firdaus ( 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta) 4

3 Ibid. 4 http://celebrity.okezone.com/read/2010/12/06/206/400791/inilah-daftar-pemenang-ffi-2010 oleh Elang Riki Yanuar – Okezone. Diakses tanggal 23/2/2010. Jam10.51

53

B. Sinopsis Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta

Rosid, pemuda muslim yang idealis dan terobsesi menjadi seniman besar seperti WS Rendra. Gaya seniman Rosyid dengan rambut kribonya membuat

Mansur, sang ayah, gusar karena tidak mungkin bagi Rosyid untuk memakai peci.

Padahal peci bagi Mansur adalah lambang kesalehan dan kesetiaan kepada tradisi keagamaan. Bagi Rosyid, bukan sekadar kribonya yang membuatnya tidak mungkin memakai peci, melainkan karena Rosyid tidak ingin keberagamaannya dicampur-baur oleh sekadar tradisi leluhur yang disakralkan.

Ternyata tongkrongan seniman Rosyid membawa berkah juga. Delia, seorang gadis katolik berwajah manis, kepincut pada sosok Rosyid. Tentu saja ini hubungan yang nekad . Rosyid dan Delia adalah dua anak muda yang rasional dalam menyikapi perbedaan. Tapi orang tua mana yang rela dengan kisah cinta mereka. Maka mereka pun mencari cara untuk memisahkan Rosyid dan Delia.

Jurus Frans dan Martha, orang tua Delia, adalah dengan mencoba mengirim Delia sekolah ke Amerika. Berbeda lagi dengan Mansur. Ia berupaya menjinakkan

Rosyid dengan meminta nasihat Said, sepupunya yang ternyata tega menipunya.

Muzna, ibunda yang sangat dihormati Rosyid, pun turun tangan. Sang Ibu dengan bantuan Rodiah, adik suaminya, menjodohkan Rosyid dengan Nabila, gadis cantik berjilbab yang ternyata mengidolakan Rosyid, sang penyair.

Memang, cinta Rosyid dan Delia begitu kuat, tapi sekuat itu juga tantangannya.

Selain perbedaan agama ternyata ada beban psikologis yang harus dihadapi jika mereka meneruskan hubungan itu hingga ke ikatan pernikahan. Berhasilkah

54

mereka bersatu dalam ikatan perkawinan? Memang nasib cinta tak ada seorang pun yang tahu.

C. Profil Benni Setiawan

Benni Setiawan, sutradara sekaligus penulis skenario film 3 Hati Dua

Dunia Satu Cinta ini, lahir di Tasikmalaya, 28 September 1964. Ia memulai debutnya sebagai director, scrifwriter, dan sutradara acara televisi, dan FTV. Ia merupakan lulusan Fakultas Sinematografi di Institut Kesenian Jakarta pada tahun

1983-1984, dan juga lulusan Teater Institut Kesenian Jakarta pada tahun 1984-

1988.

Selain film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta, ia juga membuat beberapa film yaitu Bukan Cinta Biasa, Selendang Rocker dan Cinta Dua Hati. Dan ia juga mendapatkan beberapa penghargaan, seperti nominasi skenario festival sinetron

Indonesia 2001 “Kubersujud”, Film Terpuji Bandung 2004 “Kesebelasan”, dan penghargaan yang terbaru sutradara terbaik dan penulis skenario adaptasi terbaik

Festival Film Indonesia 2010 pada film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta.

D. Profil Pemeran Utama Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta

Reza Rahadian 5

Reza Rahadian yang merupakan pemeran utama pria dalam film 3 Hati

Dua Dunia Satu Cinta ini, lahir di Jakarta, 5 Maret 1987. Menjadi artis sudah menjadi cita-cita Reza Rahadian sejak ia masih kecil. Makanya tak heran bila ia

5 http://selebriti.kapanlagi.com/indonesia/r/reza_rahadian/ dan http://id.wikipedia.org, diakses 12 Mei 2011, jam 14.06 WIB.

55

lantas aktif berkegiatan teater, saat duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama

(SMP).

Selain itu, sulung dari dua bersaudara ini juga rajin mendaftarkan diri di berbagai ajang pemilihan model yang diadakan oleh sejumlah majalah remaja.

Reza Rahadian, memulai debut karirnya di dunia entertainment kala memenangi ajang pemilihan model, Top Guest Aneka Yess! pada 2004. Saat itu Reza berhasil menjadi Juara Favorit. Dari sinilah, jalan menuju dunia entertainment pun mulai terbuka bagi Reza.

Berawal dari modeling, ia mulai merambah dunia seni peran. Beberapa judul sinetron pun dijajalnya. ABG, Habibi Dan Habibah, Cinta Smu 2, Idola,

Culunnya Pacarku dan Inikah Rasanya adalah beberapa judul sinetron yang pernah ia lakoni.

Dari sinetron, Reza pun mulai mendapat beberapa tawaran bermain film layar lebar. Debut aktingnya di layar lebar pertama kali di Film Horor (2007),

Pulau Hantu 2 (2008). Dari film dengan nuansa horor, Reza mulai membuktikan kualitas aktingnya pada Perempuan Berkalung Sorban (2009).

Karir akting bintang Emak Ingin Naik Haji ini semakin bersinar, namanya juga bisa disejajarkan dengan pemain-pemain senior. Reza yang bermain apik dalam Emak Ingin Naik Haji adalah pemain muda berbakat peraih Piala Citra sebagai Pemeran Pendukung Pria Terbaik Festival Film Indonesia 2009.

Mengawali tahun 2010, Reza kembali tampil di film layar lebar produksi

MNC Pictures, Hari Untuk Amanda. Prestasi gemilang di bidang perfilman berhasil diraih Reza pada ajang Festival Film Indonesia 2010 sebagai Pemeran

56

Utama Pria Terbaik lewat film 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta. Dan yang terbaru pada

Ajang Indonesia Movie Awards 2011, ia mendapat penghargaan sebagai pemeran utama pria terbaik.

Di film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta ini, ia berperan sebagai Rosyid.

Seorang pemuda Betawi keturunan Arab. Rosyid merupakan pemuda muslim yang terobsesi dengan seniman besar seperti WS Rendra. Gaya seniman Rosid dengan rambut kribonya membuat Mansur, sang ayah, gusar karena tidak mungkin bagi Rosyid untuk memakai peci. Padahal peci bagi Mansur adalah lambang kesalehan dan kesetiaan kepada tradisi keagamaan. Bagi Rosid, bukan sekadar kribonya yang membuatnya tidak mungkin memakai peci, melainkan karena Rosid tidak ingin keberagamaannya dicampur-baur oleh sekadar tradisi leluhur yang disakralkan. Meskipun mempunyai sikap yang idealis, Rosyid adalah seorang anak yang menyayangi kedua orang tuanya.

Filmografi

* Film Horor (2007)

* Pulau Hantu 2 (2008)

* Perempuan Berkalung Sorban (2009)

* Kirun + Adul (2009)

* Queen Bee (2009)

* Perjaka Terakhir (2009)

* Emak Ingin Naik Haji (2009)

* Hari Untuk Amanda (2010)

* Alangkah Lucunya (Negeri Ini) (2010)

57

* 3 Hati Dua Dunia, Satu Cinta (2010)

Sinetron

* Inikah Rasanya

* Culunnya Pacarku

* Idola

* Cinta SMU 2

* Habibi dan Habibah

* ABG

* Isabella (sinetron)

* Cewek Penakluk

Laura Basuki 6

Sosoknya yang tinggi dan cantik merupakan magnet bagi wanita kelahiran

Berlin, 9 Januri 1988. Berawal dari modelling, Setelah itu laura pun mendapatkan banyak tawaran baik dalam produk iklan maupun menjadi bintang video klip.

Laura Basuki, melebarkan sayapnya untuk mantap terjun di dunia layar lebar tanah air. Setelah bermain gemilang di film Gara-Gara Bola tahun 2008 yang berhasil mendapatkan penghargaan Indonesia Movie Awards 2009 untuk kategori Pendatang Baru Terbaik dan Pendatang Baru Terfavorit.

Pada tahun 2010, wanita dari dua bersaudara ini, bermain dalam film 3

Hati Dua Dunia Satu Cinta karya Benni Setiawan, di film ini ia diadu acting dengan Reza Rahadian. Ternyata perjuangannya dalam film ini tidak sia-sia,

6 http://selebritiprofil.blogspot.com/2011/03/laura-basuki-profil-lengkap.html , di akses 12 Mei 2011, jam 14.12 WIB.

58

terbukti dalam ajang Festival Film Indonesia 2010, ia meraih Pemeran Utama

Wanita Terbaik. Kini ia disibukkan dengan syuting sinema 3 Hati Dua Dunia Satu

Cinta.

Di film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta, ia berperan sebagai Delia, seorang gadis Khatolik yang mengagumi sosok Rosyid, seorang pemuda muslim keturunan Arab. Mereka berdua adalah pemuda modern yang berpandangan perbedaan itu indah, namun ternyata kedua keluarga mereka tidak menyetujui hubungan Delia dan Rosyid. Masing-masing keluarga melakukan segala cara agar mereka berdua berpisah.

Filmografi

• Gara-Gara Bola (2008)

• 3Hati, Dua Dunia Satu Cinta (2010)

Iklan

 Sinzhui

 Clean & Clear

 Coca Cola

Video Klip

Model Video Klip Nidji

Model Video Klip The Titans

59

Arumi Bachsin 7

Arumi lahir di Jakarta, 19 Februari 1994 dari pasangan Rudy Bachsin, seorang arsitek dan Maria Lilian Pesch. Arumi memiliki darah Palembang-

Bengkulu-Jerman-Belanda. Arumi memulai kariernya sejak usia 12 tahun berawal dari dunia modelling pada tahun 2006. Salah seorang fotografer mengatakan bahwa Arumi adalah, "One of the most beautiful model I've ever meet,". Tahun

2007 Arumi pernah menjadi cover majalah Cosmo Girl edisi bulan Februari,

2007. Ia juga pernah menjadi model produk kecantikan rambut 'Elith dan

Miraton'.

Tahun 2008 Arumi memulai debutnya di dunia akting lewat sinetron

"Azizah" dan mendapat peran kecil. Kemudian ia juga membintangi film pertamanya, "Bestfriend?" (2008) ditahun yang sama dan mendapat peran utama di film "Putih Abu-Abu dan Sepatu Kets" (2009) tahun 2009. Namanya pun kian melambung dan ia pun bermain dalam beberapa judul sinetron yang menjadikannya artis pendatang baru yang paling bersinar.

Selain menggeluti dunia akting ia juga mulai merambah dunia presenter dengan menjadi presenter acara musik 'HIP HIP HURA' untuk pertama kalinya. Ia juga sering membintangi sejumlah video klip dan iklan. Tahun 2010 ia bermain dalam film "18+" (2010).

Di film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta, ia berperan menjadi Nabila, seorang wanita muslim berjilbab yang cantik, dan juga mengagumi sosok Rosyid. Nabila,

7 http://id.wikipedia.org/wiki/Arumi_Bachsin , diakses 12 Mei 2011, jam 14.23 WIB.

60

dijodohkan dengan Rosyid agar Rosyid dengan Delia tidak bersatu. Antara Rosid dan Nabila pun terjadi keakraban, mengingat keduanya suka dengan puisi.

Namun, karena didasari dengan cinta yang tidak natural, mereka berdua pun tidak menjalin kedekatan yang lebih serius.

Filmografi

 "Bestfriend?" (2008)

 "Pocong Jalan Blora" (2009)

 "Putih Abu-Abu dan Sepatu Kets" (2009)

 "18+" (2010)

 "Not For Sale" (2010)

 "3 Hati Dua Dunia, Satu Cinta" (2010)

 "Pocong Jumat Kliwon" (2010)

 "Heart 2 Heart" (2010)

 "Baik-Baik Sayang" (2011)

Sinetron

 Azizah

 Kawin Muda

 Chelsea

 Dia Bukan Cinderella

 Karissa

 Sumpah I Luv U

 Cintaku

 Dia Bukan Anakku

61

E. Karakter Pemain Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta

 Rosyid : Seorang pemuda muslim, keturunan Arab-Betawi, berasal dari

keluarga yang sederhana. Ia adalah pemuda yang humoris, meskipun ia

belum melanjutkan pendidikan ke jenjang yang tinggi, namun ia sangat

peduli dengan keadaan sekitar, terutama mengenai pendidikan anak

jalanan, ia merupakan salah satu pengajar untuk anak-anak jalanan. Ia

sangat mengagumi sosok WS Rendra, dan menyukai jenis sastra

puisi.Rosyid juga sangat menyayangi keluarganya.

 Delia : Seorang gadis Khatolik, dari keluarga yang “mampu”. Ia adalah

sosok wanita modern. Berbeda dengan Rosyid, Delia melanjutkan

pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, namun ia tidak sombong, ia

juga peduli dengan keadaan sekitar, ia menjadi salah satu anggota SAR

untuk bencana alam. Ternyata sosok Rosyid yang humoris dan peduli

dengan sekitar, membuat Delia “kepincut”.

 Nabila : Seorang gadis muslimah, berjilbab dan cantik. Nabila sangat

menyukai puisi-puisi karangan Rosyid. Ia dijodohkan dengan Rosyid, agar

Rosyid tidak berhubungan dengan Delia.

 Mansur : Ayah Rosyid, ia mempunyai toko baju. Mansur mempunyai

perwatakan keras namun tetap menyayangi keluarganya.

 Muzna : Ibu Rosyid, ia adalah seorang ibu rumah tangga. Muzna memiliki

perwatakan yang lembut, sabar, bijak dan penyayang di keluarganya.

 Frans : Ayah Delia, seorang pengusaha kaya. Hampir sama dengan

Mansur, Frans juga memiliki sikap tegas terhadap keluarganya apalagi

62

yang menyangkut soal putrinya, Delia. Namun, Frans juga sangat

menyayangi keluarganya.

 Martha : Ibu Delia, ia memiliki perasaan yang sensitif, dan menginginkan

Delia menikah dengan orang yang mempunyai status sama dengan

keluarganya.

 Said: Saudara dari Mansur, ia mempunyai tabiat penipu. Ia tega menipu

saudaranya sendiri, Mansur.

 Abu Hanif : Ayah dari teman Rosyid, ia mempunyai sifat yang penenang,

dan juga sabar, ia yang menasehati Rosyid mengenai masalahnya dengan

Delia, dan ia juga menyuruh Rosyid untuk berdoa, agar menemukan

jawabannya.

F. Team Produksi dan Para Pemain Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta

Produser Eksekutif HAIDAR BAGIR, BAKHTIAR RAHMAN

Produser PUTUT WIDJANARKO

Co-Producer GANGSAR SUKRISNO, AVESINA SOEBLI

Line Producer BENGKY B. MULYONO

Sutradara & Penulis Skenario BENNI SETIAWAN

Penata Sinematografi ROY LOLANG

Penata Artistik OSCAR FIRDAUS

Penata Musik THOERSI ARGESWARA

Penata Suara HANDI ILFAT, SATRIO BUDIONO

Penata Kostum OGHE RATULIU

63

Penata Rias AKSON JOE

Pemilihan Pemain RULI LUBIS

Editor CESA DAVID LUCKMANSYA

Cast

Rosid REZA RAHADIAN

Delia LAURA BASUKI

Nabila ARUMI BACHSIN

Ibunda Rosid (Muzna) HENIDAR AMROE

Ayahanda Rosid (Mansur) RASYID KARIM

Ayahanda Delia (Frans) ROBBY TUMEWU

Ibunda Delia (Martha) IRA WIBOWO

Said ZAINAL ABIDIN DOMBA

Anto JAY WIJAYANTO

Ayahanda Nabila (Farouk) M. ASSEGAF

Abu Hanif HADAD ALWI

BAB IV

DATA DAN ANALISIS DATA FILM 3 HATI DUA DUNIA SATU CINTA

Film merupakan salah satu jenis karya seni, yang memiliki kondisi terus berkembang. Film dapat memiliki banyak arti, tergantung siapa yang “melihat” atau menikmatinya, bilamana dan dimana. Film merupakan karya seni yang sarat dengan simbol-simbol yang bermakna. simbol berfungsi memimpin pemahaman subyek kepada obyek.

Dapat dikatakan dalam sebuah film memiliki maksud analisa makna (isi) dari karya seni yang berkaitan dengan kesadaran terhadap subyek, bentuk, material, teknik, dan sumber-sumber tertentu, misalnya makna dalam kaitannya dengan sejarah sosial, atau hal-hal yang menjadi pusat perhatian penulis skenario, sutradara, dan produser melalui interpretasi terhadap karyanya.

Di bawah ini merupakan upaya penulis mencoba menganalisa scene-scene yang menggambarkan tentang toleransi beragama dan juga yang berhubungan dengan cinta dari film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta ini, dengan menggunakan analisis semiotik karya Roland Barthes.

A. Makna Denotasi, Konotasi dan Mitos

Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta adalah film dengan latar belakang perbedaan etnis, budaya dan agama dalam sebuah satu cerita, yang terangkai dalam film ini. Sejak lama latar belakang sosial, budaya dan agama yang beragam menjadi bahan baku bagi kisah fiksi, termasuk film cerita di Indonesia. Film ini

64 65

menceritakan mengenai cinta pada keluarga, cinta pada sesama, cinta pada agama dan cinta pada Tuhan. Dengan menggunakan analisis semiotik Roland Barthes, penulis akan berusaha menguraikan makna denotasi, konotasi dan mitos yang mengandung banyak tanda dalam film ini.

Cinta, dalam sebuah analisis semiotik, kini menjadi penanda (signifier).

Cinta merupakan aspek materialnya, sedang apa yang ditunjuknya atau petandanya adalah apa yang diceritakan dalam film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta ini. Penulis ingin memulainya dengan cara demikian, sedemikian rupa hingga mampu menguraikan apa yang tersirat dan apa yang tersurat dalam teks, atau film ini.

Istilah cinta, dalam Al-Quran disebut “hubb” atau “mahabbah”. Di dalam

Al-Quran bebicara tentang konsep-konsep cinta, seperti cinta Tuhan kepada manusia dan cinta manusia kepada Tuhan, cinta manusia kepada sesamanya.1

Cinta manusia kepada Tuhannya bisa diwujudkan dengan mencintai makhluk-

Nya, yaitu selalu berbuat baik dan tidak berbuat buruk, apalagi hal-hal buruk yang merugikan orang banyak, seperti korupsi, dan terorisme.

Maka dengan munculnya film dengan latar belakang sosial, budaya dan agama pada film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta ini adalah sebuah usaha yang tergolong istimewa. Film ini hadir beriring dengan beberapa film yang tak lagi menghindar dari situasi kondisi sosial-politik-budaya negeri bernama Indonesia dan menghadapinya, lalu menjadikan latar belakang yang kompleks itu menjadi

1 Sudirman Tebba. Tafsir Al-Qur’an, Nikmatnya Cinta. (Jakarta: Pustaka irVan, 2006), h. 5. 66

sumber drama dan konflik. Ini yang menyebabkan film ini penting untuk dikaji secara ilmiah.

1. Indonesia sebagai “Bangsa yang Relijius”

Film ini berangakat dari pemahaman umum tentang bangsa Indonesia sebagai “bangsa yang relijius”. Di bagian awal terlihat shot gambar sebuah masjid yang berada di tengah- tengah perkampungan. Pada film ini, digambarkan pula, keadaan keluarga Rosyid yang sangat kental ke-Islamannya, dan keluarga Delia yang sangat taat menganut agama Khatolik, ini menggambarkan adanya sikap cinta manusia pada Tuhannya.

Gagasan ini perlahan kian melemah karena di satu sisi terdapat perluasan dari relijiusitas itu ke dalam bentuk-bentuk gerakan sosial dan kebijakan politik yang berusaha mewujudkan moralitas yang berdasarkan agama menjadi kebijakan politik di tingkat lokal. Di sisi lain, juga timbul gerakan radikal yang menggunakan ancaman kekerasan untuk menerapkan suatu versi ajaran agama.

Pemahaman agama yang dangkalpun akhirnya kerap mewarnai kehidupan beragama di Indonesia.

Gambar Dialog Type Shot

- Extreme Long shot: gambar diambil dari jarak yang sangat jauh, sehingga objek terlihat kecil.

67

- Long shot: gambar diambil dari jarak jauh, sehingga seluruh bagian objek dan latar belakangnya nampak jelas.

Medium long shot: gambar diambil setengah badan dari jarak jauh, namun - objek tetap terlihat jelas beserta latar belakangnya.

Medium Long shot: gambar diambil setengah badan dari - jarak jauh, namun objek tetap terlihat jelas beserta latar belakangnya.

“Menurut saya Long shot: gambar perbedaan beda agama diambil dari jarak jauh, sehingga seluruh itu bukan sekedar bagian objek dan latar perbedaan keyakinan belakangnya nampak jelas. tapi lebih soal psikologisnya, baik yang menjalaninya, Medium shot: dari bagi keluarganya jarak yang dekat objek diambil hanya separuh maupun bagi badan. lingkungannya terlebih bagi keturunannya”.

Ujar Mas Santo. Selagi mereka sedang berdiskusi, tiba-tiba

68

mereka didatangi oleh Medium shot: dari jarak yang dekat objek sekolompok orang diambil hanya separuh yang tidak dikenal, dan badan. memaksa mereka untuk bubar berdiskusi. “keluar kalian, kalian mengaku saja kalau Medium Shot: dari aliran kalian adalah jarak yang dekat objek aliran sesat, kami diambil hanya separuh badan. sudah mengetahui kalau aliran ini aliran sesat, jadi kalian cepat bubar sebelum kami Medium Shot: dari memaksa kalian jarak yang dekat objek bubar” ujar salah satu diambil hanya separuh badan. pemimpin kelompok tersebut.

“eh,sebentar katanya kalian semua ini umat Medium Shot: dari beragama jangan jarak yang dekat objek begini dong caranya” diambil hanya separuh badan. ujar Rosid.

Lalu perkelahian pun terjadi, tidak lama datang kepala Rukun Medium Long Shot: Warga (RW) setempat gambar diambil melerai perkelahian setengah badan dari jarak jauh, namun tersebut. objek tetap terlihat “makanya kalian jelas beserta latar belakangnya. saring dulu, jangan main langsung serang 69

aja” ujar Bapak RW. Tiba-tiba Rosid menyeletuk, “ada unsur duitnya kali pak RW”. “enak aja orang Cuma ongkos transport doang kok” ujar salah satu anggota kelompok tersebut. “ya sudah-sudah, kaliankan sekarang sudah saling memaafkan, sekarang bubar dan jangan sekali-sekali melakukan tindakan anarkis ya, sekarang bubar semua”, ujar Bapak RW. Denotasi Gambar sebuah masjid yang berada di tengah-

tengah perkampungan, meskipun sudah padat

tetap ada rumah ibadah. Keberagaman agama di

Indonesia, Islam, Kristen dan lain-lain,

menunjukkan Indonesia kaya akan keragaman

suku, agama dan budayanya. Gambar di atas juga

memperlihatkan, tokoh-tokoh dalam film ini,

Rosyid dan Delia merupakan orang-orang yang 70

relijius.

Kelompok keagamaan mendatangi perkumpulan

Rosyid dan teman-temannya. Mereka

menganggap perkumpulan Rosyid dan teman-

temannya tersebut merupakan aliran sesat, dan

harus dibubarkan dengan jalan kekerasan.

Pertikaianpun terjadi, hingga datang kepala

Rukun Warga (RW) untuk melerai pertikaian

tersebut.

Konotasi Indonesia yang kaya akan keragaman suku,

agama dan budayanya sangat dibutuhkan sikap

toleransi antarsesama anggota masyarakatnya.

Dalam berbeda pandangan, orang sering

memaksakan kehendak dan menganggap

pandangan yang dikemukakannya sebagai satu-

satunya kebenaran, dan karenanya ingin

dipaksakan kepada orang lain. Di sini tergambar

adanya cinta manusia kepada Tuhannya dan cinta

manusia terhadap sesamanya, terlihat dari

keberagaman agama, dan ketaatan mereka pada

Tuhan. Begitu juga mengenai pemahaman

keagamaan yang dangkal dari sekelompok umat,

yang merasa dirinya paling benar, namun belum 71

tentu ia memahami agamanya dengan baik.

Mitos Karena ada realitas yang berwujud pluralitas

dalam masyarakat kita, maka kita perlu bersikap

pluralis, yakni menerima dan menghargai realitas

yang plural itu. Namun, di samping itu setiap

agama harus mempunyai klaim kebenaran

mutlak atas agamanya sendiri.

Sebagai sistem denotatif, adegan di atas menggambarkan Indonesia sebagai bangsa yang relijius. Film ini memperlihatkan bahwa pemahaman

Indonesia sebagai “bangsa yang relijius” masih punya dasar sosiologis yang sangat kuat. Para tokoh dalam film ini adalah orang-orang yang menjalankan agama yang relatif moderat, tak berusaha mengubah ajaran agama menjadi kebijakan politik. Memang ada pemaksaan kehendak, tapi hal ini terjadi antara ayah dengan anak, sesuatu yang pada dasarnya merupakan sebuah bentuk inisiasi lembaga keluarga berbasisi tradisi.

Namun di film ini juga disinggung masalah gerakan radikal yang berbasis agama. Bukti historik menunjukkan bahwa gerakan-gerakan keagamaan baru dengan baik sekali dapat menanamkan pengaruh yang kuat pada masyarakat jika gerakan- gerakan tersebut lahir pada saat peradaban-peradaban sedang dalam keadaan kacau. Ketidakstabilan yang mengambang merupakan tempat subur bagi tumbuhnya tipe-tipe organisasi keagamaan yang baru.2 Pemahaman keagamaan

2 Elizabeth K. Nottingham. Agama dan Masyarakat, Suatu Pengantar Sosiologi Agama. (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 1996) h. 175. 72

yang dangkal mewarnai kehidupan beragama di Indonesia, ini dialami oleh beberapa kelompok keagamaan, khususnya umat Islam dan ini juga mengakibatkan munculnya gerakan keagamaan yang bersifar radikal.

Sebagai sistem mitosnya, penulis melihat bahwa karena ada realitas yang berwujud pluralitas dalam masyarakat kita, maka kita perlu bersikap pluralis, yakni menerima dan menghargai realitas yang ada itu. Namun, seseorang yang memeluk agama harus yakin bahwa agamanya adalah agama yang paling benar.

Agama yang dianut seseorang ibarat “tanah air” baginya, dan agama- agama lain ibarat “negeri ajaib/ negeri asing”.3 Ibarat “tanah air”, suatu agama harus dicintai oleh penghuninya sendiri, dan ibarat “negeri asing”, agama-agama lain tidak mesti dijauhi dan dimusuhi, tetapi sebaiknya lebih baik dikunjungi, dikenal, diajak dialog agar dapat mengambil pengalaman-pengalaman yang berharga untuk agama sendiri.

Dalam sejarah politik, sangat sering terjadi agama dijadikan instrumen oleh para penguasa yang zalim untuk menindas rakyat ataupun melanggengkan kekuasaannya. Terlihat ada dialog Rosyid memberikan sindiran untuk kelompok gerakan radikal tersebut, “ada unsur duitnya kali Pak RW”, dan dijawab oleh seorang dari kelompok tersebut, “enak aja, orang cuma ongkos transport doang kok”. Dari dialog ini terlihat bahwa agama telah dijadikan instrumen oleh para penguasa untuk melanggengkan kekuasaannya. Pemahaman keagamaan yang dangkal juga terlihat pada bagian ini, yang menggambarkan sekelompok yang menamakan atas agamanya, tanpa bukti apapun menuduh suatu kelompok sebagai

3 Elza Peldi Taher, ed. Merayakan Kebebasan Beragama, Bunga Rampai 70 Tahun Djohan Effendi. ( Jakarta: Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), 2009) h. 141. 73

aliran yang sesat. Tindakan yang gegabah seperti ini, merupakan kedangkalan pemahaman agamanya sendiri, mereka harus lebih bisa memahami secara mendalam agamanya sendiri.

Jika cara pandang agama yang anti-pluralis ini dibawa ke arena politik, yang akan terjadi adalah perlilaku politik yang eksklusif, yang cenderung diskriminatif terhadap warga yang mempunyai agama yang berbeda.4 Tetapi sesungguhnya setiap agama juga mengajarkan pada pentingnya toleransi dan hubungan kemanusiaan yang penuh cinta kasih, yang jika itu dibawa ke arena politik akan memunculkan perilaku politik yang terbuka, toleran dan responsif terhadap masalah-masalah kemanusiaan yang universal.

Cinta manusia kepada Tuhannya dan cinta manusia terhadap sesamanya, terlihat dari beberapa scene yang menggambarkan ketaatan beribadah. Diskusi mengenai agama dan masa depan bangsa yang dilakukan Rosyid dan teman- temannya, memperlihatkan adanya rasa tanggung jawab dan kepedulian dan perhatian warga negara terhadap tanah airnya.

Masalah gerakan radikal pada bagian ini, menggambarkan adanya salah pengertian, bagaimana seharusnya sikap cinta manusia pada Tuhannya diperlihatkan. Sikap ini tidak bisa dilakukan dengan tindakan anarki dan main hakim sendiri, yang secara tiba-tiba menyerang sebuah kelompok dan mengatakan kelompok itu sesat tanpa bukti apapun. Namun pada akhirnya, pemahaman dan pengertian terjadi, dengan saling memaafkan satu sama lain atas kejadian ini, ini

4 Zainuddin Maliki, Agama Rakyat Agama Penguasa Konstruksi tentang Realitas Agama dan Demokratisasi. (Yogyakarta: Galang Press,2000). 74

memperlihatkan adanya sikap cinta persaudaraan atau cinta manusia terhadap sesama.

Empat unsur yang menimbulkan cinta kasih seperti perhatian, tanggung jawab, penghargaan, dan pemahaman, diharapkan dapat menimbulkan sikap responsif dan toleransi beragama, dengan adanya kemajemukan agama, suku, budaya dan sosial yang terjadi di Indonesia.

2. Antara “Tradisi dan Agama”

Film ini memperlihatkan sikap kritis terhadap percampuran antara tradisi dengan agama. Disinggung mengenai “peci putih”, apakah itu merupakan sebuah kewajiban agama yang harus dilaksanakan atau hanya kebudayaan agama, yang tidak wajib dilaksanakan?.

Di film ini terjadi perdebatan antara Rosyid dan Mansyur, Mansyur sebagai abahnya Rosyid yang keturunan Arab, ingin sekali Rosyid memakai peci dan memotong rambut keribonya, namun Rosyid tidak mau, ia mengatakan peci hanyalah tradisi kebudayaan agama. Dan di film ini juga terselip adegan yang menggambarkan mengenai tari Zapin, yang menurut tradisi Arab, wanita tidak boleh menarikannya. Namun, Delia yang non-muslim tidak mengetahui hal itu,dan ia ikut menari dengan para lelaki.

75

Gambar Dialog Type Shot

Di depan rumah Rosyid, Medium shot: dari jarak yang dekat objek Mansyur memanggil diambil hanya separuh Rosyid. “ Lu belom badan.

cukur juga sarang tawon itu, dasar anak syaiton” Mansyur

marah melihat Rosyid Long shot: gambar masih dengan rambut diambil dari jarak jauh, kribonya. Rosyid sehingga seluruh bagian objek dan latar bergumam pelan tapi belakangnya nampak menohok, “ Kalau jelas.

anaknya syaiton, abahnya apa dong?”. Medium shot: dari jarak yang dekat objek Mansyur dengan cepat diambil hanya separuh menyambar gelas kopi badan.

dan menyiram Rosyid. Namun, Rosyid lebih

cepat lari. Medium shot: dari jarak Mansyur terlihat yang dekat objek diambil hanya separuh menuangkan air ke badan. dalam gelas dengan mulut komat-kamit.

Karena pengaruh Said,

saudaranya, Mansyur Medium long shot: menggunakan berbagai gambar diambil setengah badan dari cara agar Rosyid mau jarak jauh, namun objek memakai peci, dan tetap terlihat jelas beserta latar memotong rambutnya. belakangnya.

Kemudian Rosyid meminum air itu, ia

76

berpura-pura kejang, Long shot: gambar diambil dari jarak jauh, namun, pada akhirnya ia sehingga seluruh membohongi abahnya. bagian objek dan latar belakangnya nampak Di rumah Ustadz jelas. Cholid, Rosyid ditarik paksa oleh Mansyur dan Extreme Long shot: Said, untuk bertemu gambar diambil dari jarak yang sangat jauh, Ustadz Cholid. sehingga objek terlihat Terjadi dialog antara kecil.

Rosyid dengan Ustadz

Cholid. “ Saya tahu pakai peci itu baik, tapi Long shot: gambar kan gak wajib. Lagian diambil dari jarak jauh, sehingga seluruh kenapa harus putih? bagian objek dan latar Peci putih bukan ajaran belakangnya nampak jelas. agama” ujar Rosyid.

“Ajaran siape?” tanya

Ustadz. “Leluhur kita” Long shot: gambar ujar Rosyid lagi. “Jadi diambil dari jarak jauh, sehingga seluruh ente anggap ajaran bagian objek dan latar leluhur bukan ajaran belakangnya nampak jelas. agama?” tanya ustadz lagi. “Tidak semuanye, ada yang cuma tradisi” Medium long shot: jawab Rosyid. “Maaf gambar diambil setengah badan dari ustadz, menurut saya jarak jauh, namun objek peci itu hanya simbol tetap terlihat jelas beserta latar saja. Pastor juga belakangnya. memakai penutup kepala, penganut agama

Yahudi juga. Perkara

77

model, warna, motif dan bentuknya itu tergantung tradisi dimana mereka berasal". Ujar Rosyid lagi. “ Sid, peci putih dipake ame leluhur kite, apa yang dari leluhur kite itu pasti bener. Kalau ada yang kelihatannya bener tapi bukan dari leluhur kita, itu salah” ujar ustadz Cholid. “ Maaf ustadz, kita kayak orang primitif dong, ngikutin ajaran nenek moyang melulu” jawab Rosyid. Terlihat kepala Rosyid dengan rambut kribonya, di tengah- tengah orang-orang yang rata-rata memakai peci putih. Musik Zapin terdengar, para lelaki yang banyak keturunan Arab asik menari. Delia yang tertarik dengan tarian Zapin, menari bersama para 78

lelaki, musikpun berhenti dan orang- orang melihat ke arah Delia. Rosyid menarik Delia keluar rumah. “Kamu tidak bilang sih, kalau cewek tidak boleh gabung sama cowok” ujar Delia. “ Makanya nanya, bikin heboh aja kamu” ujar Rosyid. Mereka berdua tertawa, lalu melakukan gerakan tari Zapin. Denotasi Rosyid dengan rambut keribonya datang ke

Mansyur, dan Mansyur kesal karena Rosyid belum

memotong rambutnya itu, karena jadi susah untuk

memakai peci. Berbagai cara dilakukan oleh

Mansyur, seperti memakai jimat-jimatan, agar

Rosyid mau memotong rambut dan memakai peci

putih. Namun Rosyid tak terpengaruh.

Mansyur, membawa Rosyid ke salah seorang

ustadz. Di sana Rosyid berdebat dengan ustadz

mengenai pentingnya memakai peci putih, yang

menurut Rosyid itu hanya merupakan tradisi

budaya. Dan di sana Rosyid dianggap sesat oleh 79

jemaah ustadz tersebut.

Terlihat dari kejauhan di sebuah masjid rambut

keribo Rosyid, di tengah-tengah jemaah yang lain

yang memakai peci putih.

Di salah satu rumah teman Rosyid, sedang

mengadakan acara tari Zapin, para lelaki sedang

menari, tiba-tiba Delia ikut menari, dan membuat

orang –orang kaget melihat kejadian itu, karena

perempuan dianggap tidak boleh menari Zapin.

Di akhir cerita film ini, Delia dan Rosyid menari

Zapin bersama, seolah mematahkan mitos bahwa

perempuan dilarang menari Zapin.

Konotasi Simbol keagamaan dan kebudayaan, beribadat

bersama-sama, dan memakai lambang keagamaan

dan lambang kebudayaan telah mempersatukan

kelompok-kelompok manusia dalam ikatan yang

paling erat, akan tetapi seiring dengan

perkembangan zaman dan diikuti perubahan sosial,

timbullah perbedaan pemahaman dan pendapat

mengenai simbol, dan lambang keagamaan

tersebut.

Pemakaian jimat-jimatan yang dilakukan Mansyur,

semata-mata hanya untuk membantu Rosyid, 80

namun pemakaian jimat-jimatan dilarang oleh

agama, khususnya dalam Islam.

Mitos Agama memberi lambang-lambang kepada

manusia, dengan lambang tersebut mereka dapat

mengungkapkan hal-hal yang susah diungkapkan

meskipun hakikatnya pengalaman keagamaan

selamanya tidak dapat diungkapkan.

Jimat adalah segala sesuatu yang diyakini menjadi

sebab datangnya manfaat atau hilangnya kesulitan,

namun bukan merupakan sebab yang dibolehkan

oleh syari‟at (baik secara syar‟i atau qodari),

menurut Syaikh Shalih bin Abdul Aziz alu asy-

Syaikh.

Gambar di atas memang ada persiratan bahwa adanya pemaksaan kehendak, tapi seperti yang penulis bilang sebelumnya ini terjadi hanya pada tingkat inisisasi keluarga, antara ayah dan anak. Mansyur memaksa Rosyid untuk memotong rambut keribonya agar dapat memakai peci putih yang menurut

Mansyur itu merupakan ajaran agama Islam, namun Rosyid menolak karena menurutnya, memakai peci putih hanya sebuah tradisi. Konflik ayah-anak ini terjadi karena adanya pelemahan terhadap tradisi tersebut, akibat modernisasi dan perubahan sosial yang lebih luas.

Mansyur menggunakan berbagai cara seperti memakai jima-jimatan, agar

Rosyid mau memakai peci dan memotong rambut kribonya. Azimat atau juga bisa 81

disebut jimat adalah suatu benda atau sejenisnya yang disakralkan oleh pembuatnya atau pemakainya. Azimat ada yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, batu, air yang mengkristal, hewan, manusia, dan bahan lainnya yang sengaja dibuat oleh manusia atau tercipta oleh proses alam bahkan ada juga dari alam gaib.

Masyarakat kita sesungguhnya sangat paradoksal, di satu sisi mereka sangat mengagungkan teknologi namun di sisi lain mereka juga masih menggantungkan hidup mereka pada benda-benda yang diyakini memiliki kekuatan tertentu lepas darimana „kekuatan‟ itu bersumber. Tentu saja ini menjadi lucu karena manusia harus tunduk dan menghamba kepada benda-benda mati yang tidak bisa melindungi diri sendiri. Mereka justru melupakan Allah SWT

Pencipta segala yang mereka sembah itu.

Dalam sebuah hadits yg diriwayatkan Abdullah bin Mas‟ud radhiallahu

„anhu Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam mengisyaratkan tentang jimat dan hukumnya. Kata Ibnu Mas‟ud: Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu

„alaihi wa sallam bersabda:

إِّنَ الّرُقَى وَالّتَماَئِمَ وَالّتِوَلَةَ شِّرْكٌ

“Sesungguhnya jampi-jampi jimat-jimat dan guna-guna adalah syirik.”

Jimat adalah permata yang dirangkai atau tulang belulang kemudian dikalungkan di leher-leher anak dgn tujuan menolak bala. Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah menjelaskan: “Memang asal jimat itu adalah permata yang dirangkai yng digantungkan pada leher anak agar terpelihara dari gangguan 82

mata-mata jahat”. Kemudian mereka perluas makna jimat tersebut sehingga mereka menamakan jimat pada segala bentuk perlindungan.

Ritus (ibadat) adalah bagian dari tingkah laku keagamaan yang aktif dan dapat diamati. Ritus ini mencakup semua jenis tingkah laku, seperti memakai pakaian khusus, mengucapkan ucapan-ucapan formal tertentu, menyanyi, berdoa, dan menari.5 Ini semua tergantung bukan kepada ciri hakikatnya tapi pada sikap emosional kelompok (masyarakat) terhadapnya dan pada konteks sosiokultural tempat dilaksanakannya.

Senada dengan Eric Sasono, Kritikus Film dan Editor www.rumahfilm.org, menurut penulis dalam film ini digunakan pendekatan karikatural sebagaimana yang dipakai Sjumandjaja, mengenai urusan memakai peci sebagai bagian dari sebuah negosisasi budaya dalam penetapan identitas kultural dan agama dalam satu individu. Pendekatan humor ini berhasil dengan tepat menyasar pada penertawaan pandangan kolot dan tak toleran yang dimiliki oleh genarasi tua serta pewarisan hal-hal tersebut yang kerap dilakukan secara tidak kritis.

Apabila kita memperhatikan sebuah peci putih, kita akan menilai itu hanya sebuah alat penutup kepala biasa yang berwarna putih. Sebab bukan peci putih itu yang menjadikannya sakral, tetapi justru berbagai sikap dan perasaan manusianya yang memperkuat kesakralan peci putih tersebut.

Dan mengenai tarian Zapin, Zapin sendiri berasal dari bahasa arab yaitu

"Zafn" yang mempunyai arti pergerakan kaki cepat mengikut rentak pukulan.

5 Elizabeth K. Agama dan Masyarakat, Suatu Pengantar Sosiologi Agama. h. 15.

83

Zapin merupakan hasanah tarian rumpun Melayu yang mendapat pengaruh dari

Arab. Tarian tradisional ini bersifat edukatif dan sekaligus menghibur, digunakan sebagai media dakwah Islamiyah melalui syair lagu-lagu zapin yang didendangkan.

Musik pengiringnya terdiri dari dua alat yang utama yaitu alat musik petik gambus dan tiga buah alat musik tabuh gendang kecil yang disebut marwas.

Sebelum tahun 1960, zapin hanya ditarikan oleh penari laki-laki namun kini seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan sosial seperti halnya peci, tarian Zapin sudah biasa ditarikan oleh penari perempuan bahkan penari campuran laki-laki dengan perempuan. Dan di akhir film ini, tarian Zapinpun di lakukan oleh Delia dan Rosyid dengan bersama-sama, seakan mempertegas bahwa tari

Zapin boleh dibawakan dengan laki-laki dan perempuan.

Perlu ditekankan bahwa benda-benda atau sesuatu yang merupakan ritus yang sakral, seperti halnya di film ini ada sebuah peci putih dan tarian Zapin sebenarnya secara lahiriah tidak berbeda dengan peci biasa atau tarian biasa yang dikenal sehari-hari. Demikian padunya agama dengan kebudayaan sehingga sering sulit menggariskan batas antara agama dan kebudayaan pada sesuatu perkara.6

Sekali lagi, sikap para pemeluklah yang membuat perbedaan penting dalam hal ini.

Pada bagian ini, sikap menjaga dan melestarikan kebudayaan merupakan wujud dari sikap perhatian dan kepedulian orang terhadap kebudayaannya.

Meskipun terjadi perbedaan pendapat karena seiring berkembangnya zaman, pada

6 Drs. Sidi Gazalba. Islam & Perubahan Sosio Budaya, Kajian Islam tentang Perubahan Masyarakat. ( Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1983) h. 54. 84

akhirnya pemahaman dan saling menghargai dan menghormati pendapat merupakan wujud toleransi beragama dan cinta manusia terhadap sesamanya.

Oleh karena itu, meskipun terdapat perbedaan dalam memahami pentingnya sebuah simbol keagamaan, tetap sikap dan sifat toleransi lah yang harus ditumbuhkan, agar dalam menjalani kehidupan sosial akan tetap saling menghargai dan menghormati pendapat satu sama lain.

3. Rosyid : Sosok Pemuda Muslim yang Ideal ?

Reza Rahardian, yang berperan menjadi Rosyid dalam film ini adalah sosok pemuda muslim yang ideal,7 ia sangat menyayangi kedua orangtuanya seperti yang ingin digambarkan oleh sutradara film ini. Rosyid adalah pemuda muslim yang tidak melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi, karena tidak diizinkan oleh Mansyur, sang ayah. Ia bekerja sebagai wartawan freelance di koran Tempo. Rosyid sangat menyukai sastra, terutama karya-karya WS. Rendra, meskipun ia tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, ia tetap peduli dengan pendidikan anak-anak jalanan. Ia menjadi pengajar untuk anak-anak jalanan, selain itu dengan teman-temannya pula, ia aktif berdiskusi mengenai masa depan negara Indonesia, dengan dialog-dialog yang kritis.

Kisah kedekatannya dengan Delia yang diperankan oleh Laura Basuki di film ini, mendapat tentangan dari keluarga Rosyid dan Delia, karena mereka berbeda keyakinan. Namun, Rosyid dan Delia tetap menjalin kedekatan mereka dengan tetap menghormati keyakinan masing-masing, dengan sikap toleransi yang tumbuh dalam diri Rosyid.

7 Wawancara pribadi dengan Benni Setiawan, Jakarta 10 Maret 2011. 85

Gambar Dialog Type Shot

“Ayo siapa yang inget Medium Long Shot: gambar diambil sila ke-4?” tanya Rosyid setengah badan dari pada anaka-anak jalanan. jarak jauh, namun objek tetap terlihat “Kerakyatan yang jelas beserta latar dipimpin oleh hikmat belakangnya.

kebijikasanaan dalam Medium Shot : dari permusyawaratan jarak yang dekat objek diambil hanya separuh perwakilan” jawab badan. seorang anak. “Ya, yang

lain jangan pada lupa ya,

lanjut, sila ke-5 Medium Long Shot: gambar diambil Pancasila?” tanya Rosyid setengah badan dari lagi. jarak jauh, namun objek tetap terlihat

jelas beserta latar belakangnya.

Medium Shot : dari jarak yang dekat objek diambil hanya separuh

badan.

Medium Shot : dari “Ocid, juga sayang sama jarak yang dekat objek abah” ujar Rosyid diambil hanya separuh badan. senang.

86

- Medium Shot: dari jarak yang dekat objek

diambil hanya separuh badan.

“Ocid, sayang sama Medium Long Shot: ummi” ujar Rosyid lirih gambar diambil setengah badan dari kepada Muzna. jarak jauh, namun objek tetap terlihat jelas beserta latar

belakangnya. - Medium Long Shot:

gambar diambil setengah badan dari jarak jauh, namun

objek tetap terlihat jelas beserta latar belakangnya.

- High Angle, Medium Shot: dari jarak yang

dekat objek diambil hanya separuh badan.

“Mama yang tercinta Medium Long Shot: akhirya kutemukan juga gambar diambil setengah badan dari jodohku. Seorang yang jarak jauh, namun bagai kau, sederhana objek tetap terlihat jelas beserta latar dalam tingkah dan belakangnya. bicara, serta menyayangiku” Rosyid membacakan puisi untuk umminya. Denotasi Rosyid menjadi pengajar bagi anak-anak jalanan di 87

rumah singgah Anak Titipan Bangsa, walaupun ia

tidak tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan

tinggi, namun ia sangat peduli terhadap nasib anak

jalanan. Kini ia bekerja sebagai wartawan freelance

di koran Tempo. Ia sangat menyayangi abah dan

umminya, terlihat dari gambar ia memeluk dan

mencium tangan orangtuanya. Ia adalah pemuda

yang religius, rajin beribadah. Dan di samping itu,

ia juga menyukai sastra, terutama karya WS.

Rendra, yang ia sangat kagumi,dan ia

menyempatkan untuk membacakan puisi untuk

umminya.

Konotasi Di antara sifat Rosyid sebagai pemuda muslim yang

paling menonjol adalah berbakti dan berbuat baik

kepada orang tuanya, karena itu merupakan suatu

hal yang amat sangat ditekankan Islam, dan itu juga

merupakan salah satu ciri dari jati diri muslim yang

melekat pada diri Rosyid.

Mitos Seorang pemuda muslim yang ideal digambarkan

memiliki ciri-ciri antara lain: berbakti pada orang

tua, taat beribadah, kritis, melakukan sesuatu yang 88

bermanfaat bagi manusia dan mencegah

kemudharatan terhadap mereka8.

Tokoh Rosyid yang hanya berpendidikan SMA, memiliki pandangan yang luas terhadap keadaan sekitarnya, bersikap kritis dan terlibat secara sosial dengan berbagai persoalan di sekitarnya. Sangat kontras dengan banyak film yang menjadikan sekolah sebagai sarana untuk pencapaian kenaikan kelas sosial. Film ini melihat peluang penyadaran dan pendidikan bisa didapat dari aktivisme di sebuah organisasi non pemerintah, seperti yang dilakukan Rosyid dengan teman- temannya membuat wadah diskusi mengenai keadaan sekitar, dan juga kesenian,

Rosyid, dengan kecintaannya dengan dunia sastra, gemar membuat puisi. Ini menunjukkan bahwa generasi muda sekarang masih ada yang peduli dengan kesenian sastra, terutama puisi.

Rosyid merupakan pemuda yang peduli dengan keadaan pendidikan di sekitarnya, terutama anak-anak jalanan, ia berusaha agar dirinya yang tidak terlalu tinggi tingkat pendidikannya, tetap masih bisa bermanfaat bagi orang banyak.

Orang muslim yang berpegang pada petunjuk Islam akan senantiasa berusaha untuk berbuat hal-hal yang dapat memberikan manfaat bagi orang-orang di masyarakatnya dan menghindarkan mereka dari hal-hal yang menyakitkan.

Menurut Dr. Muhammad Ali Al-Hasyimi, dalam bukunya yang berjudul

Jati Diri Muslim. Beberapa ciri jati diri muslim, antara lain :

8 Dr. Muhammad Ali Al-Hasyimi. Jati Diri Muslim, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1999), h. 25. 89

1. Kewajiban orang muslim terhadap Rabb-Nya : Senantiasa mentaati perintah Tuhannya, merasa bertanggung jawab pada kepemimpinannya, senantiasa bertaubat, dan lain-lain. 2. Kewajiban orang muslim terhadap dirinya : Sederhana dalam makan dan minum, banyak membaca doa, menuntut ilmu sepanjang hidup, berpenampilan menarik, dan lain-lain. 3. Kewajiban orang muslim terhadap orang tuanya : Berbakti kepada kedua orang tua, mengetahui kedudukan orang tua dan kewajiban seorang anak kepada kedua orang tuanya, takut berbuat durhaka kepada orang tua, dan lain-lain. 4. Kewajiban orang muslim terhadap istrinya : menjadi pemimpin yang baik bagi istrinya, menjadi penyempurna bagi kekurangan yang dimiliki istirnya, dan lain-lain. 5. Kewajiban orang muslim terhadap anak-anaknya : menggunakan cara terbaik mendidik anak, menjadikan anak merasa dicintai, menanamkan akhlakul kharimah pada anak, dan lain-lain. 6. Kewajiban orang muslim terhadap kerabat dan keluarganya : penghormatan Islam terhadap kaum kerabat, memahami silaturahmi dalam pengertian luas, dan lain-lain. 7. Kewajiban orang muslim terhadap saudara dan temannya : mencintai saudara dan teman karena Allah SWT, bersikap toleran dan pemaaf terhadap saudara dan teman, senantiasa berbuat baik, dan lain-lain. 8. Kewajiban orang muslim terhadap masyarakatnya : bersikap jujur, berakhlak mulia, bersifat toleran, mengajak kepada kebenaran, mendahulukan orang laain atas dirinya sendiri, melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi manusia dan mencegah kemudharatan terhadap mereka, dan lain-lain.9

Orang muslim tidak akan pernah membiarkan waktu berlalu melainkan untuk berbuat kebaikan, dan dia juga mengetahui bahwa berbuat kebaikan itu akan mendatangkan keberuntungan, sebagaimana yang difirmankan Allah SWT dalam surat Al-Hajj ayat 77 10,

     

“ Dan berbuatlah kebaikan, supaya kalian mendapat kemenangan.”

9 Ibid, h. 16. 10 Ibid, h. 224. 90

Diantara sifat Rosyid sebagai seorang muslim yang paling menonjol adalah berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tua (birrul walidain).

Banyak ayat-ayat Al-Quran yang menempatkan keridhaan orang tua setelah keridhaan Allah. Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam surat An-Nisa‟ ayat

36 dan juga surat Al-Ankabut ayat 8 11:

 ....           

“ Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua.”

 ...     

“ Dan Kami wajibkan manusia berbuat baik kepada dua ibu dan bapaknya.”

Berdasarkan hal tersebut, seorang muslim yang benar-benar menyadari ajaran agamanya akan menjadi seorang yang paling berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tuanya daripada orang lain yang ada di dunia ini.

Kemudian, sifat Rosyid yang menghormati Delia sebagai teman dekatnya, padahal Delia berbeda keyakinan dengan Rosyid. Sifat toleran-lah yang tumbuh dalam diri Rosyid, sehingga Rosyid senantiasa menghargai dan menghormati orang yang berbeda keyakinan.

Seorang muslim yang menyadari hukum-hukum agamanya sangat toleran dalam hubungan antarsesama manusia, karena dia mengetahui bahwa tidak ada

11 Ibid , h. 61. 91

sifat seperti sifat toleran yang dapat memberikan kebaikan bagi seseorang di dunia dan di akhirat 12.

Sikap kepedulian dan rasa tanggung jawab Rosyid terhadap pendidikan anak-anak jalanan, dan kecintaannya dengan sastra puisi, yang jelas pada zaman sekarang hanya segelintir pemuda yang peduli akan pendidikan anak jalanan dan sastra puisi. Serta, sikap hormat dan menghargai kepada orang tuanya, dan pada

Delia, yang memiliki perbedaan keyakinan dengan Rosyid, tidak membuat Rosyid membedakan perlakuannya terhadap Delia. Pemahaman Rosyid sebagai seorang muslim mengenai perbedaan tidak harus dimusuhi namun sebaliknya kita harus mengenalnya, dan harus menimbulkan sikap toleransi, ini menjadikan sosok

Rosyid sebagai pemuda muslim yang cinta terhadap Tuhannya, cinta tehadap orang tuanya, dan cinta terhadap sesamanya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tokoh Rosyid, yang ingin digambarkan dalam film ini, merupakan sosok pemuda muslim yang ideal, yang ciri-ciri kemuslimannya melekat pada diri Rosyid, seperti berbakti kepada orang tua, bermanfaat kepada orang lain, taat beribadah, toleran dan lain sebagainya.

4. Cinta Beda Agama

Pada film ini digambarkan kedekatan antara Rosyid dan Delia yang memiliki perbedaan keyakinan. Rosyid dan Delia yang saling mengenal ketika

Rosyid sedang mengajar anak-anak jalanan, sejak saat itu kedekatan mereka terjalin. Tidak mudah menjalin kedekatan di antara mereka, segala rintangan yang datang dari masing-masing keluarga yang tidak menginginkan mereka bersatu.

12 Ibid, h. 192. 92

Keluarga Rosyid, terutama abahnya, Mansyur, sangat marah dan tidak setuju kedekatan Rosyid dengan Delia. Segala cara ia lakukan demi terpisahnya hubungan mereka, dengan menjodohkan Rosyid dengan Nabila, seorang gadis muslim yang cantik. Begitu pula keluarga Delia, Frans, ayah Delia, mendaftarkan

Delia untuk sekolah ke luar negeri, demi terpisahnya hubungan Delia dengan

Rosyid.

Namun, tidak semudah itu memisahkan Rosyid dengan Delia. Yang pada akhirnya, mereka memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungannya karena lebih mementingkan orang sekitar, daripada diri sendiri, di sini tidak ada pemaksaan kehendak, ini terjadi atas kesadaran mereka pribadi, lalu timbullah rasa toleransi antar unat beragama dalam diri Rosyid, Delia, dan keluarganya.

Gambar Dialog Type Shot

“Oh, lupa belom muhrim” Medium Shot: dari jarak yang dekat ujar Delia sambil tertawa. objek diambil hanya separuh badan.

Long Shot: gambar diambil dari jarak - jauh, sehingga seluruh bagian objek dan latar belakangnya nampak jelas.

Extreme Long Shot: gambar diambil dari jarak yang sangat jauh, sehingga objek 93

- terlihat kecil.

Extreme Long Shot: gambar diambil dari jarak yang sangat - jauh, sehingga objek terlihat kecil.

Medium Long Shot: - gambar diambil setengah badan dari jarak jauh, namun objek tetap terlihat

jelas beserta latar belakangnya.

“ Tidak mudah buat kamu, buat Delia, buat Medium Long Shot: gambar diambil kami, juga buat setengah badan dari keluargamu. Tolong jarak jauh, namun objek tetap terlihat pikirkan” ujar Frans jelas beserta latar kepada Rosyid. “ Oh, belakangnya. begitu om” jawab Rosyid. Medium Long Shot: “Begitulah” ujar Frans gambar diambil setengah badan dari lagi. jarak jauh, namun “ Bah, kenalin ini Delia” objek tetap terlihat jelas beserta latar ujar Rosyid. “ Teman dari belakangnya. mana neng?” tanya

Mansyur kepada Delia.

“Teman satu sanggar” jawab Rosyid.

Medium Shot: dari jarak yang dekat

objek diambil hanya separuh badan. 94

-

Medium Shot: dari

jarak yang dekat objek diambil hanya - separuh badan.

“ Apa kabar om” sapa Medium Long Shot: gambar diambil Delia pada Mansyur. setengah badan dari “Hmm, baek” jawab jarak jauh, namun objek tetap terlihat Mansyur sambil manahan jelas beserta latar marah. Tiba- tiba wajah belakangnya.

Mansyur berubah, ketika Close Up: gambar melihat ke arah leher diambil untuk memperlihatkan Delia yang memakai sebuah benda atau kalung salib. objek.

Medium Close Up : “ Kamu ga mau aku gambar diambil dari dada ke atas, latar ketemu abah ya ?” tanya belakang tidak begitu Delia. “ Bukan gitu, dominan.

Cuma” jawab Rosyid bingung. “ Cuma kenapa, aku pakai kalung ini kan?” ujar Delia sedih.

“ Kagak mungkin Allah Medium Shot: dari jarak yang dekat ngejodohin beda agama” objek diambil hanya separuh badan. 95

ujar Mansyur marah pada

Rosyid. “ Tapi banyak juga yang nikah beda agama sampai punya Medium Long Shot: anak cucu, sampai mati, gambar diambil setengah badan dari apa itu bukan kehendak jarak jauh, namun Allah?” tanya Rosyid. objek tetap terlihat jelas beserta latar “Bukan” jawab Mansyur belakangnya. tegas. “Darimana abah Medium Shot: dari tau kalau itu bukan jarak yang dekat kehendak Allah?” tanya objek diambil hanya separuh badan Rosyid lagi.

“Astagfirullah aladzim, itu kagak bisa ditawar!kalau lu masih Long Shot: gambar ngotot juga, keluar lu dari diambil dari jarak rumah gue! Gue ga aku lu jauh, sehingga seluruh bagian objek anak lagi” ujar Mansyur dan latar dengan marah. Rosyid belakangnya nampak jelas. pergi. Muzna menangis sedih sekali. Medium Long Shot: gambar diambil “Kalau gue sih Del, kalau setengah badan dari lu bahagia gue juga ikut jarak jauh, namun objek tetap terlihat bahagia” ujar salah satu jelas beserta latar teman Delia. Delia belakangnya. menerima buku dari teman-temannya.

“Makasih lu semua perhatian sama gue, tapi Close Up: gambar gue akan tetap jalani diambil untuk hidup gue seperti yang memperlihatkan sebuah benda atau 96

gue mau” ujar Delia. objek.

“Apa bener Tuhan itu melarang kawin beda Long Shot: gambar diambil dari jarak agama, mi?” tanya jauh, sehingga Rosyid pada Abu Hanif, seluruh bagian objek dan latar ayah Mahdi. “Nah, lu belakangnya nampak Tuhannya siapa?” tanya jelas.

Abu Hanif. “Allah SWT” Medium Close Up: jawab Rosyid. “Agama gambar diambil dari dada ke atas, latar lu?” tanya Abu Hanif lagi. belakang tidak begitu “Ya, Islam mi” jawab dominan.

Rosyid sambil tersenyum.

“Di Islam, kalau yang Medium Close Up: gambar diambil dari muslim laki-lakinya ada dada ke atas, latar yang ngebolehin tapi juga belakang tidak begitu dominan. ada yang gak ngebolehin, kalau yang laki-lakinya non muslim, banyak yang gak ngebolehin” ujar Abu Medium Long Shot: gambar diambil Hanif. “ Lu pikirin sendiri setengah badan dari sid, bukan Cuma dari jarak jauh, namun objek tetap terlihat sudut agama aja, dari jelas beserta latar aspek lain juga. Pikirin belakangnya. dengan mata batin lu, Medium Long Shot: istikhoroh. Karena yang gambar diambil dari jarak jauh, sehingga mau lu jalanin ga main- seluruh bagian objek main. Yang se-agama aja dan latar belakangnya nampak berat, apalagi beda” ujar jelas. Abu Hanif lagi. Medium Shot: dari

jarak yang dekat

- objek diambil hanya separuh badan. 97

“Nabila mau kan jadi bini

Rosyid” tanya Rodiyah Medium Shot: dari jarak yang dekat pada Nabila. Nabilapun objek diambil hanya mengangguk. separuh badan.

Delia tengah membaca buku tentang Islam.

“Pagi tante, masih inget Medium Shot: dari saya tante?” sapa Delia jarak yang dekat objek diambil hanya pada Muzna. “Iyalah separuh badan. inget, Delilah kan?” jawab Muzna. “Delia tante, Rosyid ada tante?” Medium Long Shot: gambar diambil tanya Delia. “Kagak ada setengah badan dari neng. Gak pulang dari jarak jauh, namun objek tetap terlihat kemarin” jawab Muzna. jelas beserta latar “Saya khawatir sama belakangnya.

Rosyid tidak ada Close Up: gambar kabarnya. Tolong tante diambil untuk memperlihatkan sampaikan Rosyid untuk sebuah benda atau telepon saya” ujar Delia objek. kecewa. “Biasanya,

Rosyid di rumah Mahdi” Medium Close Up: ujar Muzna. “Terima gambar diambil dari kasih, saya permisi dulu, dada ke atas, latar belakang tidak begitu Assalamualaikum” ujar dominan. Delia senang.

“Walaikumsalam” jawab

Muzna lirih. Medium Shot: dari “Nabila, nanti aku jarak yang dekat jelaskan” ujar Rosyid objek diambil hanya separuh badan. 98

pada Nabila. “Gak perlu

Sid, gak apa-apa, udah jelas kok, Medium Long Shot: Assalamualikum” ujar gambar diambil Nabila sambil setengah badan dari jarak jauh, namun meninggalkan Rosyid. objek tetap terlihat “Kita butuh waktu lagi jelas beserta latar belakangnya. Sid?” tanya Delia pada

Rosyid. “Ya, aku ga mau Medium Shot: dari jarak yang dekat kita salah ngambil objek diambil hanya keputusan”. Ujar Rosyid. separuh badan.

“Sid, aku sayang kamu, aku gak mau kehilangan Medium Long Shot: kamu” ujar Delia sedih. gambar diambil “Sama Del, sama” ujar setengah badan dari

jarak jauh, namun Rosyid. objek tetap terlihat Rosyid menjelaskan jelas beserta latar belakangnya. semuanya kepada Nabila, dan Nabilapun mengerti. Medium Close Up: gambar diambil dari Keluarga Rosyid dada ke atas, latar mengalami musibah, dan belakang tidak begitu dominan. Delia menolong keluarga

Rosyid. “Terima kasih ya neng” ujar Muzna pada Long Shot: gambar Delia. “Sama-sama diambil dari jarak jauh, sehingga ummi” jawab Delia. “Aku seluruh bagian objek tugas lagi, Sid, dan latar belakangnya nampak Assalamualaikum” ujar jelas. Delia pada Rosyid, Medium Long Shot: Muuzna, juga Mansyur gambar diambil yang kaget setengah badan dari jarak jauh, namun 99

mendengarnya. objek tetap terlihat jelas beserta latar Pada akhirnya, orang tua belakangnya. Delia, membebaskan Medium Long Shot: pilihan kepada Delia, gambar diambil dengan perasaan sedih setengah badan dari jarak jauh, namun yang dirasakan Martha, objek tetap terlihat ibu Delia. jelas beserta latar belakangnya. “Sid, abah tetep ga ngijinin lu ama Delilah, Medium Shot: dari jarak yang dekat tapi apa juga pilihan lu, objek diambil hanya lu tetep anak abah” ujar separuh badan.

Mansyur lirih.

Keluarga Delia dan Medium Long Shot: Rosyid, juga Nabila dan gambar diambil Delia serta teman-teman setengah badan dari

jarak jauh, namun Rosyid, menyaksikan objek tetap terlihat pementasan Rosyid di jelas beserta latar belakangnya. gedung teater.

Keluarga Rosyid dan Delia terlihat sangat akrab.

“Sebenernya kita masih bisa terus sama-sama ya, tapi pasti banyak yang terluka, buat apa bahagia kalau banyak yang nangis” ujar Delia. “Sid, kita masih bisa ketemu kan? Ya mungkin di surga?” tanya Delia sedih. “Kita liat aja 100

nanti” jawab Rosyid sambil tersenyum. “Sid, ber-Zapinlah denganku” ujar Delia tersenyum. Denotasi Kedekatan Rosyid dan Delia, dibarengi dengan

sikap toleransi keduanya, yang saling menghargai

keyakinan masing-masing. Seperti terlihat dari

gambar di atas, Rosyid mengantar Delia ke gereja,

dan sebaliknya Delia mengantar Rosyid beribadah

ke masjid.

Namun, kedekatan mereka ditentang oleh

keluarga mereka masing-masing. Usaha keluarga

Rosyid untuk menjauhkan mereka berdua, dengan

menjodohkan Rosyid dengan Nabila, yang

diperankan oleh Arumi Bachsin. Usaha keluarga

Delia untuk menjauhkan mereka berdua dengan

menyekolahkan Delia ke Amerika. Namun, tidak

ada yang berhasil.

Di tengah kegalauan yang dialami Rosyid dan

Delia, Rosyid diberi nasihat oleh ayahnya Mahdi,

yang diperankan oleh Hadad Alwi. Sejak itu,

Rosyid mulai berserah diri pada Allah SWT,

begitu pula dengan Delia, ia juga meminta 101

petunjuk Tuhannya.

Keluarga Rosyid mengalami kecelakaan, dan

Delia-lah yang menolong Mansyur serta ummi

Rosyid, mulai pada saat itu hati keluarga Rosyid

mulai luluh, Delia juga mengucapkan salam, dan

tidak memakai kalung salib lagi.

Pada akhirnya, pada acara pementasan Rosyid,

keluarga Rosyid dan Delia bertemu dan saling

menghargai satu sama lain. Mengenai kisah

kedekatan mereka berduapun diputuskan, tapi

tetap menjaga silaturahmi, dan juga supaya

menjaga hati keluarga dan teman-teman sekitar,

seperti kata Delia, “Buat apa bahagia, kalau

orang di sekitar kita menangis”. Perpisahan

merekapun ditutup dengan adegan menari zapin

bersama.

Konotasi Dalam menjalankan percintaan atau pernikahan

beda agama khususnya dalam Islam, memiliki

perbedaan pendapat mengenai diperbolehkan atau

tidaknya perbuatan tersebut dilaksanakan oleh

umatnya. Di film ini, masing-masing keluarga,

dari Rosyid ataupun Delia sama-sama tidak

menyetujui kedekatan antara mereka. Namun, 102

bukan berarti kita memusuhi setiap orang yang

memiliki perbedaan keyakinan dengan kita. Oleh

karena itu, untuk mengatasi kemajemukan agama

yang ada dibutuhkan sikap toleransi antar umat

beragama agar dapat saling menghargai dan

menghormati agama masing-masing. Dan juga

dibutuhkan pemikiran panjang, tidak memikirkan

diri sendiri namun, juga memikirkan kebahagiaan

orang lain terutama keluarga dalam mengambil

sebuah keputusan.

Mitos Kemajemukan agama di antara umat manusia

tidak terelakkan lagi, bahkan kemajemukan ini

telah merupakan hukum Tuhan (sunatullah).

Karena itu, agama (dalam hal ini Islam) tidak

boleh dipaksakan oleh siapapun kepada siapapun,

karena jika Tuhan menghendaki, maka semua

manusia akan beriman, seperti yang tertuang

dalam Surat Al-Baqarah ayat 256 dan surat Yunus

ayat 99. Dengan demikian jelas, Islam mengakui

hak hidup agama-agama lain, dan membenarkan

para pemeluk agama-agama lain tersebut untuk

menjalankan ajaran-ajaran agama masing-masing.

Di sinilah terletak dasar ajaran Islam mengenai 103

toleransi beragama.

Pada dasarnya, agama-agama yang diakui di Indonesia di dalam ajaran- ajarannya tidak membenarkan para pemeluknya melangsungkan perkawinan dengan pemeluk agama lain. Dalam hal ini, Daud Ali yang dikutip oleh Usman

Suparman berpendapat bahwa semua agama-agama yang ada dan diakui keberadaannya di Indonesia pada hakikatnya berpendapat bahwa perbedaan agama merupakan halangan bagi pria dan wanita untuk melangsungkan perkawinan secara sah.13

“Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing- masing agamanya dan kepercayaannya itu”, menurut Undang-Undang No.1/1974 pasal 2 ayat 1. Dengan perumusan pada pasal ini, tidak ada perkawinan di luar hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu sesuai dengan UUD

1945. “Perkawinan dilarang antara dua orang yang mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang berlaku dilarang kawin”, UU No.1/1974 pasal 8f. Yang dimaksud dengan hukumnya masing-masing ialah hukum agama, hukum adat dan hukum-hukum lainnya.14

Dalam hukum Islam perkawinan pria muslim dengan wanita non muslim diperbolehkan dengan ketentuan wanita yang dinikahi adalah wanita ahli kitab.

Hal ini, berlandaskan surat Al-Maidah ayat 5, yang mempunyai arti :

13 Usman Suparman, Perkawinan Antar Agama dan Problematika Hukum Perkawinan. (Banten: Saudara, 1995 ),h. 50. 14 Kompilasi Peraturan Perundang-undangan Kerukunan Hidup Umat Beragama, Edisi Kesembilan. (Jakarta: Departemen Agama RI Badan Litbang dan Diklat Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2007) h, 76. 104

                

             

              

          

“Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal pula bagi mereka. (Dan dihalalkan mengawini) wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik.

Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang merugi”.

Yang dimaksud dengan wanita Ahli Kitab dalam Al-Maidah ayat 5 adalah wanita penganut agama Samawi (agama-agama yang berasala dari langit, yaitu

Islam, Nasrani, Yahudi) dan masih memegang kitab sucinya.15

Namun, para ulama masih memperdebatkan persyaratan wanita yang disebut ahli kitab tersebut, serta kemutlakan wanita ahli kitab untuk dinikahi. dan sebagian ulama yang mengharamkan perkawinan pria muslim dengan wanita ahli kitab dengan berdasarkan surat Al-Baqarah ayat 221, yang mempunyai arti :

15 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan & Keserasian Al-Qur’an, Volume 3. (Tangerang: Lentera Hati, 2002) h, 28. 105

             

              

                 

   

“ Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sampai mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mu’min lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang- orang musyrik dengan wanita-wanita mu’min sampai mereka beriman.

Sesungguhnya budak yang mu’min lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya, dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah- perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” (Al-

Baqarah: 221).

Demikianlah, dengan ayat di atas dengan tegas melarang (mengharamkan) pernikahan muslim dengan non-muslim (musyrik), baik antara lelaki muslim dengan wanita non-muslim, maupun antara lelaki non-muslim dengan wanita muslimah.16

Sementara itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mengeluarkan fatwa pada tanggal 1 Juni 1980 tentang haramnya pernikahan antara laki-laki muslim

16 Prof. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA. Nikah Beda Agama, dalam Perspektif Al-Quran & Hadis. ( Jakarta: Pustaka Darus-Sunnah, 2005), h. 27. 106

dengan wanita Ahli Kitab, maka hal itu karena didasarkan atas pertimbangan kemaslahatan yang sifatnya lokal.17

Fatwa MUI tersebut selengkapnya sebagai berikut:

 Pernikahan wanita muslimah dengan laki-laki non muslim adalah haram

hukumnya.

 Seorang laki-laki muslim diharamkan mengawini wanita bukan muslim.

 Tentang pernikahan antara laki-laki muslim dan wanita Ahli Kitab terdapat

perbedaan pendapat. Setelah mempertimbangkan bahwa mafsadah-nya lebih

besar daripada maslahat-nya, MUI memfatwakan pernikahan tersebut

hukumnya haram.18

Fatwa MUI yang mengharamkan pria muslim menikahi perempuan bukan muslimah tadi, sebenarnya sejalan dengan pendapat Mazhab Syafi‟i, karena seperti disebut di depan tadi, orang-orang Kristen dan Yahudi di Indonesia khusunya tidak termasuk Ahli Kitab. Jadi, fatwa MUI itu melihat kepada konteks ke-Indonesiaan.19

Jadi menurut penulis, Ahli Kitab yang ada pada zaman sekarang ini bukanlah termasuk dari ahli kitab yang asli. Mereka lebih jauh meninggalkan dari kitab asli sebelumnya. Kitab-kitab mereka telah diubah-ubah sesuai dengan kehendak hawa nafsu manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa wanita Ahli Kitab zaman sekarang haram untuk dinikahi.

17 Ibid, h. 30. 18 Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Keputusan dan Fatwa Majelis Ulama Indonesia. (Jakarta: Sekretariat Majelis Ulama Indonesia Masjid Istiqlal, 1995), h. 91. 19 Prof. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA. Nikah Beda Agama, dalam Perspektif Al-Quran & Hadis. h. 35. 107

Di film ini, digambarkan adanya perbedaan agama, sosial dan budaya, meskipun terdapat perbedaan mereka tetap menjaga sikap toleransi dan saling menghormati dan menghargai, pada awalnya kedua keluarga ini tidak mengenal dan saling melarang anaknya berdekatan. Namun, pada akhirnya, sikap toleransi tumbuh di antara mereka.

Dengan demikian, kemajemukan agama di antara umat manusia tidak terelakkan lagi, bahkan kemajemukan ini telah merupakan hukum Tuhan

(sunatullah). Karena itu, agama (dalam hal ini Islam) tidak boleh dipaksakan oleh siapapun kepada siapapun, karena Tuhan menghendaki, maka semua manusia akan beriman, dengan berdasar pada surat Al-Baqarah ayat 256 dan surat Yunus ayat 99.20

Dengan demikian jelas, Islam mengakui hak hidup agama-agama lain, dan membenarkan para pemeluk agama-agama lain tersebut untuk menjalankan ajaran-ajaran agama masing-masing. Di sinilah terletak dasar ajaran Islam mengenai toleransi beragama, dan di film ini ini juga telah digambarkan, bahwa meskipun Rosyid dan Delia tidak bersatu, tetapi mereka dan masing-masing keluarganya, pada akhirnya menghargai agama-agama yang berbeda dengan mereka.

Sikap cinta manusia kepada Tuhannya, terlihat pada bagian ini. Bagaimana mereka diuji keimanannya agar tetap pada keyakinannya masing-masing. Sikap cinta manusia kepada Tuhannya, merupakan sebuah perhatian dan rasa tanggung jawab seorang hamba kepada Tuhannya. Mereka yang berbeda keyakinan harus

20 Elza Peldi Taher, Merayakan Kebebasan Beragama, Bunga Rampai 70 Tahun Djohan Effendi. h. 16. 108

tetap saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Memberikan sebuah penghargaan, yakni kebebasan untuk orang yang kita cintai memilih jalannya sendiri, tanpa ada paksaan dari manapun. Dan ini memberikan pemahaman bahwa dalam mengambil sebuah keputusan yang berpengaruh pada orang banyak, terutama keluarga, harus dipikirkan dan diputuskan secara matang, agar tidak merugikan pihak manapun. Mementingkan keluarga dam orang sekitar merupakan sikap cinta manusia terhadap sesamanya.

B. Analisis Makna Teks Judul Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta

Film ini bermula berjudul Komedi Puter, namun diganti menjadi 3 Hati

Dua Dunia Satu Cinta. Penggantian judul tersebut, memiliki beberapa alasan, salah satunya untuk kepentingan komersial, seperti yang dikatakan oleh Benni

Setiawan sebagai sutradara film ini.

Film yang sedang penulis analisis adalah film berjudul 3 Hati Dua Dunia

Satu Cinta. Makna denotasi dari angka tiga (3) di sana mengarah pada tiga tokoh utama yang bermain dalam film ini. Ketiga tokoh ini memiliki kebiasaan masing- masing. Rosyid seorang pemuda yang menyukai puisi WS. Rendra, ia juga pemuda yang kritis dan juga humoris, meskipun ia tidak “mengenyam” bangku kuliah tapi ia memiliki pandangan luas terhadap keadaan sekitarnya. Delia, seorang wanita yang memiliki jiwa sosial tinggi dan menyukai puisi-puisi Rosyid, dan Nabila seorang wanita muslim yang memiliki latar belakang yang sama dengan Rosyid, dan ia juga menyukai puisi-puisi Rosyid.

Angka dua (2), mempunyai makna denotasi, yaitu Delia dan Rosyid yang menjalin sebuah hubungan, namun mereka memiliki masalah perbedaan agama, 109

sosial, dan budaya. Angka satu (1), mempunyai makna denotasi bahwa semua akan kembali pada satu cinta.

Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, terdapat di ringga perut kanan atas, dan berwarna kecoklatan. Hati dalam bahasa Arab adalah Qolb, yang kemudian di-Indonesiakan menjadi kalbu. Ada dua pendapat berkenaan dengan pengertian Qolb. Pertama, Qolb adalah suatu lintasan perasaan pada diri manusia tapi tak berwujud sebuah benda atau anggota tubuh. Ia adalah sesuatu yang abstrak, yang hanya bisa dirasakan. Kedua, Qolb adalah suatu organ tubuh yang terletak di dada manusia sebagai tempat bertarungnya pengaruh kebaikan dan kejahatan. Oleh karena itu Qolb selalu terbolak-balik dan mengharu biru bergejolak. Inilah pendapat yang lebih kuat karena didukung ayat 46 QS. Al Hajj, yang mempunyai arti:

                

        

“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.”

Dunia merupakan bumi dan segala yang terdapat di permukaannya, alam

(tempat kita duduki). Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. ia berkata, Aku mendengar Rasulullah bersabda; “Seandainya Bani Adam memiliki sebuah lembah yang penuh berisi emas, dia akan senang untuk memiliki lembah yang 110

serupa. Tak ada yang memenuhi mata Bani Adam kecuali tanah.” (HR. Bukhari

& Muslim)

Cinta menurut Kahlil Gibran, adalah satu-satunya bunga yang tumbuh dan mekar dalam setiap hati manusia tanpa adanya bantuan musim. Dan merupakan satu-satunya kebebasan di dunia, sebab cinta membangkitkan jiwa saat hukum- hukum kemanusiaan dan fenomena alam tidak dapat lagi mengubah bagiannya.21

Menurut Erich Fromm, cinta adalah perasaan simpati yang melibatkan emosi yang mendalam. Ia mengatakan bahwa ke empat gejala: Care,

Responsibility, Respect, Knowledge (CRRK), muncul semua secara seimbang dalam pribadi yang mencintai.

Sepertinya tidak ada yang sederhana dalam cinta, begitu rumit mendefinisikannya. Dalam film ini, cinta tergambar sebagai sebuah ketulusan dan kemurnian, sikap menerima tanpa prasyarat apapun. Dan juga cinta terhadap sesama, yang tidak mementingkan kepentingan pribadi, namun lebih mengutamakan kepentingan keluarga dan sekitar.

Makna konotasi judul film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta ini, menceritakan kisah cinta beda agama dengan berbagai konflik atau masalah yang harus dilalui oleh Rosyid dan Delia, mulai dari permasalahan agama, sosial dan budaya.

Namun, pada akhirnya akan menemukan jalan keluarnya.

Mitos judul film ini 3 hati Dua Dunia Satu Cinta yaitu angka-angka itu ada kaitannya dengan satu hal yang tampak jelas di layar film ini, kisah cinta beda agama yang diceritakan secara berlapis-lapis dengan soal lain yaitu latar belakang

21 Kahlil Gibran, Hikmah-hikmah Kehidupan (Yogyakarta: Yayasan Benteng Budaya, 1999) h. 20 111

sosial, budaya dan agama. Perasaan yang saling menyayangi, namun memiliki dua kutub perbedaan, dalam hal ini perbedaan sosial, budaya dan agama yang menghalangi percintaan mereka, namun pada akhirnya akan berakhir pada satu cinta. Satu cinta mengartikan semua orang mempunyai cinta yang sama, meskipun berasal dari perbedaan golongan, agama, ras, sosial dan lain-lain, namun tetap memiliki satu cinta.

Senada dengan apa yang dikatakan Benni Setiawan, “ 3 hati menggambarkan cinta Rosyid, Delia dan Nabila, 2 dunia menggambarkan perbedaan keyakinan 2 orang, yaitu Rosyid dan Delia yang memiliki perbedaan agama, sosial dan budaya, 1 cinta menggambarkan setiap orang memiliki pengertian tentang cinta itu sama, cinta ya cinta dan akan kembali pada satu cinta”.22

Membuat judul film yang menggambarkan adanya problem pluralisme memang tak semudah yang dibayangkan. Dan itulah yang seharusnya sejak semula menjadi kekuatan utama film ini yang diharapkan menjadi penarik utama bagi penonton yaitu kisah cinta dengan latar perbedaan agama, sosial dan budaya.

Jadi, makna teks judul film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta adalah mengenai kisah cinta segitiga, yang dialami Rosyid, Delia dan Nabila. Namun, di antara dua orang yang saling menyukai memiliki perbedaan latar belakang sosial, budaya dan agama yang menjadi penghalang dalam merajut cinta kasih, perbedaan ini mempengaruhi setiap keputusan yang akan diambil oleh mereka yang pada akhirnya kembali pada satu cinta.

22 Wawancara pribadi dengan sutradara film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta, Benni Setiawan, Jakarta 10 Maret 2011.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi yang telah dilakukan terhadap film 3 Hati Dua Satu Cinta, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta merupakan sebuah gambaran

mengenai kehidupan yang memiliki perbedaan agama, suku, budaya

dan sosial. Pandangan simplistis yang mengatakan pandangan orang

yang memiliki perbedaan agama tidak mempunyai sikap toleransi,

terbantahkan di film ini jika kita tidak menutup mata untuk memahami

perbedaan-perbedaan yang ada dengan sudut pandang yang positif.

Kemajemukan agama di antara umat manusia tidak terelakkan lagi,

bahkan kemajemukan ini telah merupakan hukum Tuhan (Sunatullah).

Permasalahan cinta beda agama, dalam film ini, pada akhirnya tidak

bersatu sampai ke jenjang pernikahan. Keputusan itu mereka ambil

karena lebih mementingkan kepentingan keluarga dan sekitar daripada

diri sendiri. Cinta manusia terhadap Tuhannya, sangat diuji

keimannannya, sampai mereka benar-benar yakin terhadap

keyakinannya masing-masing. Sikap cinta manusia terhadap Tuhannya

113

114

merupakan sebuah tanggung jawab, dan diperlukan perhatian dan

pemahaman yang mendalam.

2. Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang relijius, yang terdiri dari

bermacam-macam agama, masyarakatnya perlu mempunyai sikap

toleransi beragama, agar terciptanya Indonesia yang damai. kalau

terjadi perselisihan antara umat Islam dan umat agama lain, umat Islam

dianjurkan mengadakan dialog untuk mencari titik temu (kalimat

sawa’). Ini untuk membantu meringankan ketegangan yang kerap

mewarnai kehidupan umat beragama di Indonesia. Dan ini merupakan

wujud cinta kasih manusia terhadap sesamanya, yang menimbulkan

pemahaman dan saling menghargai dan menghormati satu sama lain.

3. Demikian padunya agama dan kebudayaan, dalam hal ini agama Islam,

sehingga sering sulit sekali membedakan batas antara agama dan

kebudayaan itu sendiri. Hanya sikap para pemeluklah yang membuat

perbedaan penting atau tidaknya masalah ini, dalam film ini mengenai

peci dan Tari Zapin. Adanya sikap menjaga dan melestarikan

kebudayaan merupakan wujud dari sikap perhatian dan kepedulian

orang terhadap kebudayaannya. Adanya pemahaman dan saling

menghargai dan menghormati pendapat merupakan wujud toleransi

beragama dan cinta manusia manusia terhadap sesamanya. Oleh karena

itu, dibutuhkan sikap toleran dan saling menghargai perbedaan

pendapat mengenai hal tersebut.

115

4. Ciri-ciri kemusliman yang melekat pada diri Rosyid dalam film ini

seperti sikap toleran, bermanfaat kepada orang lain, berbakti kepada

orang tua, taat beribadah. Meskipun pada awalnya, Rosyid

membangkang terhadap Mansyur, namun pada akhirnya ia lebih

mengutamakan kepentingan keluarga dan lingkungan sekitar

dibandingkan kepentingan pribadinya. Seorang muslim yang

menyadari hukum-hukum agamanya sangat toleran dalam hubungan

antarsesama manusia, karena dia mengetahui bahwa tidak ada sifat

seperti toleran yang dapat memberikan kebaikan bagi seorang di dunia

dan di akhirat. Ini memperlihatkan sosok Rosyid sebagai pemuda

muslim yang cinta manusia terhadap Tuhannya, cinta terhadap orang

tuanya, dan cinta manusia terhadap sesamanya.

5. Judul film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta mengenai kisah cinta segitiga,

yang dialami Rosyid, Delia dan Nabila. Namun, di antara dua orang

yang saling menyukai memiliki perbedaan latar belakang sosial,

budaya dan agama yang menjadi penghalang dalam merajut cinta

kasih, perbedaan ini mempengaruhi setiap keputusan yang akan

diambil oleh mereka yang pada akhirnya kembali pada satu cinta.

Membuat judul film yang berlatar belakang pluralisme memang tidak

mudah, maka dengan membuat angka-angka ini muncul dalam judul

film ini, diharapkan dapat menarik minat penonton.

116

Dengan demikian jelas, Islam mengakui hak hidup agama-agama lain, dan membenarkan para pemeluk agama-agama lain tersebut untuk menjalankan ajaran-ajaran agama masing-masing. Di sinilah terletak dasar ajaran Islam mengenai toleransi beragama, dan di film ini ini juga telah digambarkan, bahwa meskipun Rosyid dan Delia tidak bersatu, tetapi mereka dan masing-masing keluarganya, pada akhirnya menghargai agama-agama yang berbeda dengan mereka. Dan di film ini juga diajarkan, bagaimana kita dalam mengambil sebuah keputusan tidak boleh gegabah, harus berpikiran positif, harus memikirkan kepentingan keluarga dan sekitar dibandingkan diri sendiri.

B. Saran

Pada bagian ini, penulis ingin menyampaikan bahwa caption yang berada pada akhir cerita seharusnya tidak perlu dimunculkan, karena sayang sekali caption ini seakan memberikan pemecahan yang instan terhadap persoalan yang sudah susah payah dibangun pada film ini. Tampak ketidakpercayaan para pembuat film, seperti menganggap penonton film ini belum cukup dewasa menyikapi persoalan ini dengan dewasa. Saran yang penulis ingin berikan adalah:

1. Untuk para muslimin dan muslimah, sikap toleran dan saling

menghargai bisa lebih membantu kita untuk membangun relasi sosial

di dalam masyarakat yang plural.

2. Perbedaan pendapat mengenai tradisi kebudayaan dengan agama,

hendaknya disikapi dengan sikap yang saling menghargai karena

117

perbedaan ini jangan sampai membuat perpecahan antarsesama

manusia.

3. Dalam mengambil sebuah keputusan mengenai persoalan yang

menyangkut orang banyak terutama keluarga, hendaknya

mengutamakan kepentingan keluarga dan sekitar dibandingkan

mengutamakan pribadi, karena Ridha Allah adalah Ridha orang tua.

4. Saat menonton sebuah film, sebaiknya kita tidak bersikap pasif

terhadap apa yang disuguhkan di dalam film tersebut. Tetapi bersikap

kritis dan menilai pesan yang sebenarnya ingin disampaikan oleh

sutradaranya. Sehingga kita tidak mudah terpengaruh dan terprovokasi

oleh sebuah film.

Dan pada intinya, film ini dengan menggunakan strategi komedi mampu mengangkat persoalan yang tergolong berat yang masih tabu untuk dibicarakan dan juga sensitif dengan sukses tanpa menjadikannya melodramatis. Pendekatan komedi telah membuat drama menjadi proporsional dan tidak ada pembedaan karakter jahat dan baik. Pilihan komedi ini akhirnya memang berhasil menghaluskan konflik.

DAFTAR PUSTAKA

Al- Hasyimi, Muhammad Ali Dr. Jati Diri Muslim. Penerjemah, M. Abdul Ghoffar E.M. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,1999. Cet. Ke-1.

Alwi, Audy Mirza, Foto Jurnalistik, Metode Memotret dan Mengirim Foto ke Media Massa. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004.

Alwi, Hasan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan & Kebudayaan. Jakarta: Balai Pustaka, 1997.

Arifin, Anwar dan Azwar Hasan, “Pemberdayaan Perfilman Indonesia. Suatu Upaya Memahami Realitas Masyarakat Indonesia” dalam Apresiasi Film Indonesia 2. Direktorat Pembinaan Film dan Rekaman Video Departemen Penerangan RI, Jakarta, 1997.

Baidhawi, Zakiyuddin, Kredo Kebebasan Beragama. Jakarta: Pusat Studi Agama dan Peradaban, 2006.

Danesi, Marcel, Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta: Jalasutra, 2010.

Effendy, Bachtiar, dalam diskusi film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta, bertajuk “Merawat Keberagaman Indonesia” di Cinema XXI, Pondok Indah Mall Jakarta, pada 10 Juli 2010.

Freddy Susanto, Anthon, Semiotika Hukum, dari Dekonstruksi Teks Menuju Progresivitas Makna. Bandung: PT Refika Aditama, 2005.

Fromm, Erich. The Art Of Loving. Penerjemah: Syafi’I Alielha. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2005.

Gazalba, Sidi Drs. Islam & Perubahan Sosio Budaya, Kajian Islam tentang Perubahan Masyarakat. Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1983.

Gibran, Kahlil, Hikmah-hikmah Kehidupan .Yogyakarta: Yayasan Benteng Budaya, 1999.

Jumroni, ”Metode-metode Penelitian Komunikasi”. UIN Jakarta Press : 2006. Cet. Ke-1.

118

119

Kompilasi Peraturan Perundang-undangan Kerukunan Hidup Umat Beragama, Edisi Kesembilan. Jakarta: Departemen Agama RI Badan Litbang dan Diklat Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2007.

Konishi, Seiichi & Keiji Nakamura, Penemuan Film,, Jakarta:Elex Media Komputindo, 2002.

Lull, James, Media Komunikasi, Kebudayaan: Suatu Pendekatan Global, (Terj). A. Setiawan Abadi, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1997.

Manurung, Pappilon. Editor M. Antonius Birowo. Metode Penelitian Komunikasi, teori dan aplikasi. Yogyakarta: Gitanyali, 2004.

Maliki, Zainuddin. Agama Rakyat Agama Penguasa, Konstruksi tentang Realitas Agama dan Demokratisasi. Yogyakarta: Galang Press, 2000.

Morrisan, “Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio dan Televisi”. Tangerang : Ramdina Prakarsa, 2005.

Muzakki, Akhmad, Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa Agama. Malang: UIN-Malang Press, 2007.

Nasuhi, Hamid,dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Center for Quality Development and Assurance (CeQDA), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.

Nottingham, Elizabeth K. Agama dan Masyarakat, Suatu Pengantar Sosiologi Agama. Jakarta: PT RajaGrafindi, 1996.

Peldi, Elza Taher. Merayakan Kebebasan Beragama, Bunga Rampai 70 Tahun Djohan Effendi. Jakarta: ICRP, 2009.

Pranajaya, Adi. Film dan Masyarakat Sebuah Pengantar. Jakarta BPSDM CitraPusat Perfilman H. Usmar Ismail, 2000.

Pratista, Himawan, Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008.

Santosa, Puji. Ancangan Semiotika dan Pengkajian Susastra. Bandung: Angkasa, 1931.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah, Pesan & Keserasian Al-Qur’an, Volume 3. Tangerang: Lentera Hati, 2002.

120

Sobur, Alex, Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.

______, Analisis Teks Media. Suatu pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, Analisis Framing, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.

Stokes, Jane. “How To Do Media and Cultural Studies”. Bandung : Mizan Media Utama, 2006.

Sunardi, ST. Semiotika Negativa. Yogyakarta : Kanal, 2002.

Suparman, Usman. Perkawinan Antar Agama dan Problematika Hukum Perkawinan. Banten : Saudara, 1995.

Tanja, Victor I ,M.Th.,Ph.D. Pluralisme Agama dan Problema Sosial. Diskursus Teologi Tentang Isu-Isu Kontemporer. Jakarta: PT Pustaka CIDESINDO, 1998.

Tebba, Sudirman. Tafsir Al-Qur’an, Nikmatnya Cinta. Jakarta: Pustaka irVan, 2006.

Yaqub, Ali Mustafa. Nikah Beda Agama, dalam Perspektif Al-Quran & Hadis. Jakarta: Pustaka Darus-Sunnah, 2005.

SITUS : http://id.wikipedia.org/wiki/Toleransi, di akses tanggal 21/11/2010. 11.57 WIB. http://www.crystalinks.com/numerology2.html . oleh Ellie Crystal, diakses pada 28 april 2011, 10.19 WIB. http://www.annaba-center.com/main/kajian/detail.php?detail=20090312204755, diakses tanggal 21/11/2010. Jam 12.15 WIB http://id.wikipedia.org/wiki/Toleransi, di akses tanggal 21/11/2010. 11.57 WIB. http://celebrity.okezone.com/read/2010/12/06/206/400791/inilah-daftar- pemenang-ffi-2010 oleh Elang Riki Yanuar – Okezone. Diakses tanggal 23/2/2010. Jam10.51 http://selebriti.kapanlagi.com/indonesia/r/reza_rahadian/ dan http://id.wikipedia.org, diakses 12 Mei 2011, jam 14.06 WIB.

121

http://bahasfilmbareng.blogspot.com/2008/04/pengertian-film.html., oleh Galih. Diakses tanggal 20 Januari 2010, jam 15.02 WIB http://kuliahkomunikasi.blogspot.com/2008/12/struktur-film.html. diposkan oleh Phyrman, di akses tanggal 23 Januari 2010, jam 12.31 WIB.

Binsar A. Hutabarat, Kebebasan Beragama VS Toleransi Beragama, www.google.com, diakses tanggal 30 Desember 2010, jam 15.07 WIB.

Ghifarie, Ibn, Film 3 Hati, 2 Dunia, 1 Cinta itu Solusi Pernikahan Beda Agama. http://agama.kompasiana.com/2010/07/14/film-3-hati-2-dunia-1-cinta-itu- solusi-pernikahan-beda-agama/. Diakses tanggal 20 Desember 2010, jam 11.23 WIB

Setiyawan, Dwiki. Dilema 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta. http://dwikisetiyawan.wordpress.com/2010/07/13/dilema-3-hati-dua- dunia-satu-cinta/. Diakses tanggal 20 Desember jam 10.55 WIB.

Supriadi, Bambang. Artikel diakses pada 23 Januari 2010, jam 12.41 WIB dari http://ranabiru.blogspot.com/2010/02/unsur-unsur-pembentuk-film.html

LAMPIRAN

FOTO- FOTO WAWANCARA

HasilWawancara

Nama : BenniSetiawan Pekerjaan : Script writer /Director (Film 3 HatiDuaDuniaSatuCinta) Tempat : Mizan Productions, Jagakarsa, Jak-Sel. Tanggal : 10 Maret 2011 Pukul : 14.00 wib. Keterangan : Wawancarauntuk datapenelitianAnalisis Film 3 HatiDuaDuniaSatuCinta

1. Apakabar Mas Benni? “ Baik, Alhamdulillah.” 2. Lagiadagarapanatau project apamas,sekarang? “ Inisayabaruselesai meeting buat serial 3 HatiDuaDuniaSatuCinta, yang akantayangbulanpuasa.” 3. Apajudul film yang baru? “ Ya, sayarencanaadatiga film yang terdekat, BukanCintaBiasa 2, PerahuKertas, danInggitGanarsih.” 4. MasihtetapbekerjasamadenganMizan? “ Dua film masihdenganMizan, dan yang satudenganWannaBe.” 5. Mengenai film 3 HatiDuaDuniaSatuCinta, darimana ide membuat ide/ gagasanuntukmembuat film tersebut? “Dari sebuah novel De Peci Code dan Delia &Rosyid, itu yang menjadi ide film ini.” 6. Berapabiayaproduksiuntuk film ini? “ Saya di sinisebagai director, tidakterlalubanyakterlibatdalammasalahitu.” 7. Bagaimana proses pemilihanparapemain film 3 HatiDuaDuniaSatuCinta?adaaudisi? “ ProsesnyaadalahsayadantimprodusermenyeleksisiapatokohRosyid, siapatokoh Delia, kitamemang open casting kitamengaudisisemua, ternyatayapilihannyakeRezzaRahardian.” 8. Semulajudul film adalahKomediPutermengapadigantimenjadi 3 HatiDuaDuniaSatuCinta? “ Alasannya, karenamemangkitainginmendekati film yang sifatnyange-pop remaja, kalauKomediPutaragakterlalusimbolis, terlihatdarisisikomersialnyajuga, takutmembuat film iniberatmelangkahkebioskop, karena film inikomedi romance.” 9. Apamaknajudul film tersebut? “ 3hatimenggambarkan 3 orang, duaduniaadalahduaperbedaankeyakinan, satucintamengartikansemuaitumempunyaicinta yang samameskipundariberbagaigolongan, karenacintayacinta.” 10. Di film iniandabertindaksebagaisutradarasekaliguspenulisskenario, adakahkendalanya? “ Kendalanya, terutamasayaharusmenggambarkanceritadari novel itusendiri, karena novel itubersifatkerasdanidealis, dan setting yang sangatbetawi. Dan sayaharusmerubahbagaimanaceritaitutidakterlalukeras, agar tidakmembuatsuatu problem, sayacobacairkandengankomedi romance.” 11. Berapa lama waktu yang dibutuhkanuntukmenemukancerita yang andainginkan? “ Kira-kira 2 bulanan.” 12. Indonesia merupakanbangsa yang relijius yang terdiridariberbagaimacamsukubudayadan agama, diperlukansikaptoleransiuntukmenyikapiperbedaantersebut, menurutandabagaimanasikaptoleransi yang ada Indonesia,?dan yang berusahadigambarkandalam film inisepertiapa? “ Sebagian orang di Indonesia memangterlalukerasmenyikapihalitu, dan film inikeluaruntukmenyikapihaltersebut. Film iniberada di tengah-tengah, kitasebetulnyainginmenggambarkantoleransiitupenting.Tapi, kenyataannyabanyaksekalikejadian-kejadianpergolakanataukerusuhan, dankitamencobamenjebatani agar rasa itumuncullagi , itupunkitasampaikansecarahalus, kitabuatRosyiddan Delia tidakmenikah, kitamencarisolusiterbaik, agar tidakmenyakitipihakmanapun.” 13. Membahasmasalahtradisidan agama dalam film ini yang menggambarkankeberadaansebuahpeciputih di kalanganmuslim, dengansegalaperbedaanpemahamahanmengenaipecitersebut, adakahhambatanmembuatcerita yang sangatsensitifini? “ Adaketakutankitawaktuitu, karena dialog-dialog yang digambarkancukuptajamdalam film ini, seperti dialog Rosyid, “ apabedanyatopiYahudisamatopikita?”, jikatidakdisaring, ituakanmembuat orang yang berpikiransempitterpancingemosinya. Sementara, dialog itumemangadabenarnya, bahwaartisebuahpecibisadibuatolehsiapapun, tapisetelahsampai di Indonesia, adasebagiangolongan yang menganggapitu sacral, di sini Islam kanmasihbanyak yang tradisi, masihbanyak yang memahamihal-haltradisionalmenjadisebuahajaran. Yang inginkitasampaikan, jelasbahwa di siniRosyidinginmenyampaikansuatukebenarantapitidakditerimaoleh orang tuanya yang tradisional.” 14. SepertiapasebenarnyasosokRosyid yang ingindigambarkandalam film ini?apakahadakendalanya? “ Rosyidadalahseorangpemuda yang memang ideal, diamenganggur, dia freelance sebagaiwartawan, diapenulis, diajugapunyajiwasosial yang mengajaranakjalanan, pedulilingkungan, supayamenjadicontohgenerasisekarangbahwamerekaharuspeduliterhadapsesamanya.” 15. MengenaiperanArumi B. sebagai Nabila, cenderungsedikit, padahalsepertinyaiajugamerupakanpemeranwanitautama, mengapa? “ Ya, karenasebetulnyakitatidakinginterjebakpada drama cintasegitiga. Film iniadalahsebuah film yang menggambarkantradisibertemutradisi, cintahanyasebagaibumbusaja.Kalaukebayakanceritacintaakanmenjadicerita yang biasasaja, seperti di sinetron.” 16. Mengangkatmasalahpercintaanbeda agama kedalamsebuah film, adakahkendalanya?seperti yang kitatahumasalahinimasihtabudibicarakandanbanyakmenimbulkan pro-kontra di sekitarkita? “ Ya, saya rasa yang kitasampaikanbukanberartikitamenganjurkanataukitasetujudenganpernikahanbeda agama, itutidak. Tapi, inihanyasikaptoleransiantarumatberagama, tohpadaakhirnyaada dialog-dialog, seperti“ Buatapakitabahagia, kalau yang lain menderita”. Merekamenyadarihalinisendiribukandipaksa. 17. Di akhir film, endingditutupdengancaption, apaalasanandamembuatcaptiontersebut? “ Seharusnyaitutidakada, caption itubarudibuatsetelahmenjadi film, sebenarnyaendingnya pas Rosyiddan Delia mengatakan, “ Kita lihatsajananti”, danmembiarkanpenonton yang menilai. Namun, adabeberapapertimbangankitadankitatakutiniakanmenimbulkanbanyakprotes.Dan initerjadi, kitadianggap liberal, danpadaduniamayaada yang mengatakan film inimerusakakidah.Padahalserangan-serangansepertiini, sudahcobakitatahan, namunmasihsajaada yang melihat film ini liberal.” 18. Apakahandamengadakansemacamkonsultasiuntuk film inidenganbeberapaulamaatautokoh agama? “ Ya, sebelum film inidiluncurkankemasyarakat, kami mengadakanpertemuandengantokoh agama, ustadz, sepertiDienSyamsudin, ArifinIlham, danmerekaberkatatidakadamasalah.” 19. Pesanapa yang ingindisampaikandalam film 3 HatiDuaDuniaSatuCintaini? “ Bagaimanasikapseoranganaklebihmementingkanlingkungan, orang tuadantidakmemikirkandirisendiri. Menjadianak yang berbakti, sebelumiamengambilkeputusan, iaharusberpikirpositifdanmaksuddari film initernyatasampai. Alhamdulilllah, adabeberapa orang yang memberimasukanbahwamerekasedikitterbantumasalahnyadenganadanya film ini.” 20. Dengankesuksesan yang diraih di ajang FFI kemarin, bagaimanakiatandamembuat film yang bermutupada film yang akanandagarapsekarangini, agar samasuksesnyadengan film 3 HatiDuaDuniaSatuCinta? “ Kiatnyaadalahsayaberusahamenghadirkantema yang unik, tidakikut-ikutan. Kita bertahanpada film saya yang pop dengankomedi romance remajanamuntetapkentaldengannilai-nilai yang ingindisampaikandalam film tersebut.”

ANALISIS SEMIOTIK FILM 3 HATI DUA DUNIA SATU CINTA

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh : Sinthiani NIM : 107051102569

Pembimbing

Dr. Suhaimi, M.Si NIP : 19670906 199304 1 002

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana 1 (SI) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 2011

Sinthiani

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “Analisis Semiotik Film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta”. Telah diujikan dalam sidang Munaqosah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidatullah Jakarta, pada tanggal 7 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana program strata 1 (S.1) Pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Konsentrasi Jurnalistik.

Jakarta, 7 Juni 2011

Sidang Munaqosah

Ketua Sekretaris

Drs. H. Mahmud Djalal, MA Ade Rina Farida, M.Si NIP. 19520422 198103 1 002 NIP.197700513 200701 2 018

Penguji I Penguji II

Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum Rubiyanah, MA NIP. 19610422 199003 2 001 NIP. 19730822 199803 2 001

Pembimbing,

Dr. Suhaimi, M.Si NIP.1970906 199304 1 002