<<

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pay-tv atau televisi berbayar adalah jenis televisi yang memberikan saluran penyiaran khusus kepada pemirsa yang bersedia membayar (berlangganan) secara berkala, televisi berbayar biasanya disediakan dengan menggunakan sistem digital ataupun analog (sumber: www.publikasi.bps.go.id, diakses 1 Mei 2015). Sehingga pay-tv berbeda dengan televisi -to-air dimana penyiarannya dilakukan secara gratis. Televisi berbayar di dunia pertama kali diperkenalkan oleh Zeinth Radio Corporation pada tahun 1949. Layanannya diberi nama Phonevision sebab cara kerjanya adalah memesan tayangan tertentu melalui telepon yang sifatnya tidak free-to-air. (Arga, 2008). Pada tahun 1953 Internasional Telemeter Corporation yang dimiliki oleh Paramount Pictures meluncurkan sebuah kombinasi antara antena dengan kabel yang menghasilkan variasi lainnya dari televisi berbayar. Pelanggan tidak dikenakan biaya untuk menyaksikan program biasa, biaya hanya dikenakan bagi program khusus dengan cara memasukan sejumlah uang logam ke dalam perangkat yang telah ditambahkan pada televisi mereka masing-masing. Kemudian Telemovies diluncurkan di Bartlesvile, Oklahoma pada tahun 1957. Layanan yang diluncurkan oleh Video Independent Theaters ini menawarkan sebuah first-run movie channel, yaitu channel khusus yang menayangkan semua film–film bioskop pertama kali setelah turun dari layar lebar. Telemovie pun merupakan televisi berbayar pertama yang membebankan biaya flat perbulan kepada pelanggannya tanpa melihat seberapa banyak penggunaannya (Arga, 2008). Kini hampir seluruh negara di dunia memiliki sistem televisi berbayar sendiri termasuk dengan didukung oleh teknologi yang semakin canggih yang memungkinkan televisi berbayar tidak hanya mentransmisikan siaran film layar lebar saja tetapi juga siaran internsional dari seluruh dunia. Berikut adalah televisi

1

berbayar yang menempati posisi dominan dengan market share terbesar di Indonesia menurut Media Patners Asia tahun 2013 seperti pada Gambar 1.1

Gambar 1.1 Market Share Industri TV Berbayar di Indonesia (Sumber: Hasil Survey Media Partners Asia. (2013). Dalam Corporate Update PT MNC Vision Tbk (2015). Diakses 1 Mei 2015)

Market Share Industri TV Berbayar

3% 1% 2% 3% Indovision 37% Top TV 25% 8% Okevision 11% 37% First Media 10% 10% TelkomVision 8% 2% 11% Nexmedia 3% Orange 3% 25% N = 3.175 juta lain-lain 1% pelanggan per Desember 2013

Berdasarkan Gambar 1.1 didapatkan data bahwa dari seluruh total pelanggan Pay-TV di Indonesia, Indovision memiliki pangsa pasar terbesar sebanyak 37%, lalu yang memiliki pangsa pasar terbesar kedua adalah Top TV dengan jumlah 25%, diikuti oleh Okevision sebesar 11%, kemudian FirstMedia dengan pangsa pasar sebesar 10%, dan TelkomVision sebesar 8% (sekarang bernama Transvision). Sisanya diraih oleh para kompetitor lain. Sehingga penelitian ini memilih kelima perusahaan tersebut sebagai studi kasus penelitian.

1.1.1 Profil Indovision Indovision adalah sebuah stasiun televisi satelit yang diselenggarakan oleh PT MNC (dahulu bernama PT Matahari Lintas Cakrawala). Perusahaan yang didirikan pada tanggal 8 Agustus 1988 ini memulai memasarkan produk jasanya pada awal tahun 1994 dan bertanggung jawab atas pemasaran program

2

pengelolaan serta pelayanan kepada pelanggan. Pada mulanya Indovision menggunakan jasa satelit Palapa C-2 untuk menggunakan transponder dan sistem broadcasting serta menggunakan analog dengan frekuensi C-Band. Namun, kemudian dirancanglah proyek pembuatan dan peluncuran satelit Indostar-1 atau yang kini lebih dikenal dengan nama satelit Cakrawarta-1 yang khusus menggunakan frekuensi S-Band. (sumber : www.indovision.tv , diakses 1 Mei 2015). Adapun logo dari merek Indovision milik MNC Sky Vision terlihat pada Gambar 1.2

Gambar 1.2 Logo Indovision (sumber: www.indovision.tv, diakses 1 Mei 2015)

Indovision memiliki tawaran paket basic, pay per view, dan ala carte. Adapun paket basic produk TV berbayar Indovision milik PT.MNC Sky Vision Tbk adalah seperti pada Tabel 1.1

Tabel 1.1 Paket Basic Indovision Mars Venus Galaxy Super Galaxy 57 Channel 65 channel 84 channel 99 channel Rp. 169.900,-/bln Rp. 169.900,-/bln Rp. 199.900/bln Rp. 269.900 / bln (sumber : www.indovision.tv , diakses 1 Mei 2015)

1.1.2 Profil Top Tv Pada tahun 2008 MNC Sky Vision meluncurkan televisi berbayar dengan merek dagang TopTV. Top Tv adalah sebuah stasiun televisi satelit berlangganan yang diselenggarakan oleh PT MNC Sky Vision (dahulu bernama PT Matahari

3

Lintas Cakrawala). (sumber : http://www.top-tv.co.id/, diakses 1 Mei 2015). Adapun logo Top Tv dari MNC Sky Vision adalah seperti pada Gambar 1.3

Gambar 1.3 Logo Top TV (sumber : http://www.top-tv.co.id/ , diakses 1 Mei 2015)

Top Tv menawarkan pilihan paket basic dan paket ala carte. Adapun paket basic produk TV berlangganan Top TV milik PT.MNC Sky Vision Tbk adalah seperti pada Tabel 1.2 Tabel 1.2 Paket Dasar Top TV Paket Basic 46 channel Rp 99.000,-/ bln (sumber : http://www.top-tv.co.id/ , diakses 1 Mei 2015)

1.1.3 Profil Okevision Okevision adalah merek dagang televisi berbayar milik PT. MNC Sky Vision. PT. MNC Sky Vision (sebelumnya bernama PT Matahari Lintas Cakrawala) adalah perusahaan pemegang lisensi pendistribusian tayangan televisi berbayar melalui satelit pertama di Indonesia. (sumber : http://www.okevision.tv/ , diakses 1 Mei 2015). Adapun logo dari Okevision dari MNC Sky Vision adalah seperti Gambar 1.4

4

Gambar 1.4 Logo Okevision (sumber : http://www.okevision.tv/ , diakses 1 Mei 2015)

Okevision memiliki pilihan paket basic dan paket ala carte. Adapun paket basic produk TV berlangganan Okevision milik PT.MNC Sky Vision Tbk adalah seperti yang dijelaskan pada Tabel 1.3 berikut

Tabel 1.3 Paket Dasar Okevision Paket Basic Rp 139.900,- / bln 60 channel (sumber : http://www.okevision.tv/ , diakses 1 Mei 2015)

1.1.4 Profil PT. First Media Tbk PT First Media Tbk (dahulunya PT Broadband Multimedia Tbk), perusahaan ini diperkenalkan pada 6 Januari 1994. Pada 16 Juni 2007, Broadband Multimedia mengganti namanya menjadi First Media, sekaligus meluncurkan identitas dan merek baru sebagai penyedia layanan "Triple Play". Dengan produk HomeCable untuk tv berbayar, MyNet untuk layanan internet broadband dan Combo HD adalah layanan TV kabel dan unlimited internet broadband yang digabungkan dalam satu paket dan satu tagihan. (sumber : http://www.firstmedia.com/, diakses 1 Mei 2015). berikut adalah tampilan logo dari FirstMedia pada Gambar 1.5

Gambar 1.5 Logo FisrtMedia (Sumber : http://www.firstmedia.com/, diakses 1 Mei 2015)

5

First Media menawarkan beberapa pilihan paket basic, paket ala carte dan paket pay per view. Adapun paket basic yang ditawarkan oleh PT. First Media Tbk adalah sebagai berikut pada Tabel 1.4 dan Tabel 1.5

Tabel 1.4 Paket Dasar FisrtMedia (Internet + Pay-Tv atau ComboHD) Combo suprreme Combo Combo dlite HD Combo elite HD HD maxima HD Rp.1.509.000 Rp.279.000/bln Rp.409.000/bln Rp.709.000/bln /bln 100 channel 122 channel 138 channel 139Channel (sumber : http://www.firstmedia.com/ , diakses 1 Mei 2015)

Tabel 1.5 Paket Dasar FisrtMedia (Pay-T atau HomeCable) HomeCable Ultimate HD Rp.389.000/bln 148channel (sumber : http://www.firstmedia.com/ , diakses 1 Mei 2015)

1.1.5 Profil PT. Indonusa Telemedia Transvision (sebelumnya dikenal sebagai TelkomVision) adalah perusahaan Trans Corp yang bergerak di bidang televisi berbayar dengan kantor pusat yang berada di , Indonesia. Saat ini Transvision memberikan layanan siaran televisi satelit berbayar. Transvision menyiarkan siarannya lewat satelit Telkom-1 (C-Band). Pada tgl 8 Oktober 2013, dilakukan sinergi bisnis kepemilikan TelkomVision antara CT Corpora dan Telkom. Pada tanggal 1 Mei 2014 Transvision secara resmi efektif menjadi brand tv berbayar di Indonesia dibawah naungan PT. Indonusa Telemedia. (sumber: http://www.transvision.co.id/, diakses 1 Mei 2015). Berikut adalah tampilan logo dari Transvision pada Gambar 1.6

6

Gambar 1.6 Logo TransVision (sumber: http://www.transvision.co.id/ , diakses 1 Mei 2015)

Transvision menawarkan paket basic, ala carte dan pay per view. Adapun paket dasar produk yang ditawarkan oleh Transvision dijelaskan pada Tabel 1.6

Tabel 1.6 Paket Dasar Transvision Gold Platinum Diamond Rp169.000 /bln Rp269.000 /bln Rp449.000 /bln 76 channel 95 channel 115 channel (sumber : http://www.transvision.co.id/ , diakses 1 Mei 2015)

1.2 Latar Belakang Penelitian Informasi menjadi kebutuhan manusia yang essensial dan dianggap sebagai kebutuhan pokok layaknya sandang, pangan, papan, dan komoditas penting lainnya dalam kehidupan sosial, budaya dan ekonomi (Girsan: 2011). Teknologi dalam dunia informasipun semakin berkembang dinamis seiring dengan semakin bertumbuhnya kebutuhan masyarakat akan informasi. Terlebih di era globalisasi dimana banyak orang memerlukan informasi secara cepat, update, dan digital, melahirkan berbagai jenis teknologi terbaru di segala bidang, termasuk televisi sebagai salah satu media penyebaran informasi. Sehingga televisi memberi pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat saat ini. (Arum, 2014). Teknologi pertelevisian di Indonesia diawali dengan televisi free-to-air dan terus berkembang hingga munculnya televisi berbayar atau pay-tv. Berkembangnya televisi berbayar di Indonesia baru dimulai pada era 90-an. Indovision mengklaim dirinya sebagai perusahaan televisi berbayar pertama yang mengaplikasikan sistem DBS dengan menggunakan satelit Palapa C-2 pada bulan Agustus 1988. (sumber: www.julianhutabarat.blogspot.com, diakses 1 Mei 2015). Kemudian Indovision membawa pengaruh besar pada perkembangan dan sejarah

7

televisi di Indonesia. Karena setelah kehadiran Indovision,merek televisi berbayar lainnya mulai muncul hingga saat ini di Indonesia. Pada mulanya perkembangan televisi berbayar atau pay-tv di Indonesia sangat lamban dan kurang diminati oleh masyarakat Indonesia selain karena harganya yang mahal juga masyarakat Indonesia sudah terbiasa dengan layanan televisi free-to-air. Namun keadaan tersebut mulai berubah pada tahun 2007, dimana hak siar Liga Inggris yang tidak lagi didapati oleh satupun televisi free-on-air, melainkan sebuah televisi berbayar yaitu Nusantara milik PT Direct Vision. Sehingga masyarakat yang selama ini dapat menonton siaran olah raga secara live, khususnya sepak bola, dengan gratis, kemudian harus melalui televisi berbayar. Sejak saat itulah pertumbuhan pelanggan televisi berbayar di Indonesia mengalami peningkatan. Masyarakat yang semula tidak begitu mengetahui mengenai televisi berbayar, mulai mendapat informasi lebih, karena begitu banyak dimuat oleh media massa. Sehingga, semakin banyak yang ingin mencoba televisi berbayar. (sumber: www.julianhutabarat.blogspot.com, diakses 1 Mei 2015). Selain menayangkan siaran sepak bola internasional yang diminati banyak orang, televisi berbayar menawarkan beberapa keuntungan yang menjadikan daya tarik tersendiri bagi kosumen. Kelebihan-kelebihan tersebut diantaranya memiliki banyak channel luar dan dalam negeri dan flexible, banyak channel yang tidak beriklannya, banyak terdapat film-film box office, gambar dan suara yang berkualitas, banyak channel-channel ilmu pengetahuan, terjemahan berbagai bahasa, dan terdapat fitur-fitur tambahan lainnya. (sumber: www.cekaja.com, diakses 1 Mei 2015). Berbagai keunggulan tersebutlah yang mendorong masyarakat kini mulai beralih pada televisi berbayar, karena mulai terbentuknya kesadaran akan kebutuhan informasi dan hiburan yang bermanfaat, yang kini mulai terkikis dalam konten acara televisi free-on-air di Indonesia yang semakin memprihatinkan dan kurang mendidik. Tetapi meskipun mengalami perkembangan yang cukup berarti, Media Partner Asia mengatakan bahwa perkembangan industri televisi berbayar di Indonesia sangat lambat dan baru menjangkau 9% atau sekitar 3-4 juta rumah tangga dari

8

jumlah 40 juta rumah tangga yang mempunyai televisi di Indonesia, Hal tersebut dapat dilihat dalam hasil survey Media Partner Asia pada Gambar 1.7

Gambar 1.7 Penetrasi TV Berbayar di Indonesia (Sumber: Hasil Survey Media Partners Asia. (2013). Dalam Corporate Update PT MNC Sky Vision Tbk (2015). diakses 1 Mei 2015)

Penetrasi Televisi Berbayar di Indonesia

18% 17% 17% 17% 17% 16% 16% 16% 15% 14% 14% 12% 12% 11%

10% 9%

8% 7%

6% 5%

4% 3% 3% 2% 2% 2% 1%

0%

Pada Gambar 1.7 dapat dilihat bahwa penetrasi televisi berbayar di Indonesia bertumbuh sangat lambat sejak tahun 2006 sebesar 1%, kemudain di tahun 2007 hanya naik satu angka pada 2%, kemudian tetap 2% ditahun 2008, lalu naik satu angka pada 3% di tahun 2009 dan 2010. Barulah ditahun 2011, 2012, 2013, menujukan peningkatan yang baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya sebesar 2% pertahun dan diprediksikan penetrasi televisi berbayar di Indonesia akan terus meningkat hingga tahun 2023 sebesar 17%. Namun dengan melihat kenyataan bahwa perkembangan industri televisi berbayar di Indonesia masih sangat kecil, yaitu hanya sebesar 9% dari 40juta rumah tangga yang memiliki televisi, maka masih ada 91% pangsa pasar TV

9

berbayar yang belum dirambah. Ini menjadi target pasar yang sangat potensial dan menguntungkan bagi pelaku bisnis industri televisi berbayar di Indonesia bila berhasil dimanfaatkan dengan baik. Jika melihat hasil survey yang dilakukan oleh Media Partners Asia tahun 2013 juga menyatakan bahwa televisi berbayar di Indonesia akan terus mengalami pertumbuhan jumlah pelanggan. Dari total pelanggan yang ada di tahun 2014 sebesar 3-4 juta pelanggan, diperkirakan akan terus meningkat hingga 7.7 juta pelanggan pada tahun 2023. Hasil survey tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.8

Gambar 1.8 Pertumbuhan Pelanggan Televisi Berbayar di Indonesia (Sumber: Hasil Survey Media Partners Asia. (2013). Dalam Corporate Update PT MNC Sky Vision Tbk (2015), diakses 1 Mei 2015)

Jumlah Pelanggan Televisi Berbayar di Indonesia

9000

7.667 8000 7.483 7.272 7.023 7000 6.718 6.313 5.831 6000 5.308 5000 4.708 4.008 4000 3.175

3000 2.437

2000 1.666 1.125 868 637 739 1000 453

0

Melihat pertumbuhan pelanggan pada Gamabar 1.8 sejak tahun 2006 sebanyak 435 ribu pelanggan dan terus mengalami peningkatan hingga tahun

10

2013 sebanyak 3,175 juta pelanggan, serta di tahun 2014 Media Partner Asia mengestimasi pelanggan akan sebesar 4juta pelanggan. Kemudian estimasi semakin dibenarkan oleh hasil survey Asosiasi Penyelenggara Multimedia Indonesia (APMI) yang menyebutkan bahwa pada tahun 2014 jumlah pelanggan televisi berbayar di Indonesia sudah mencapai 4 juta pelanggan (sumber: Hasil survey Asosiasi penyelenggara multimedia indonesia 2014 dalam kabar pasar, tv one 2014, diakses 1 Mei 2015). Kondisi tersebut menjadi sangat baik bagi para pelaku usaha televisi berbayar, dan persainganpun akan semakin kompetitif. Dimana saat ini saja jumlah pemain dalam industri televisi berbayar sudah sangat banyak. Terdapat 260 televisi berbayar legal di indonesia menurut data yang terdaftar dan dirilis oleh Departemen Komunikasi dan Informasi tahun 2013. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.7.

Tabel 1.7 Industri Televisi Berbayar di Indonesia Teknologi Jumlah Satelit 21 Kabel 236 Terestrial 2 IPTV 1 Jumlah 260 (sumber: Departemen Komunikasi dan Informatika dalam Bloomberg tv, diakses 1 Mei 2015)

Penyebab semakin berkembangnya industri televisi berbayar di Indonesia, menurut analisa Media Partner Asia pada tahun 2013 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5-6 persen selama 5 tahun terakhir dan bertambahnya masyarakat kelas menengah di Indonesia yang kini mencapai 60 juta orang, yang otomatis diikuti juga dengan melonjaknya jumlah penghasilan dan daya beli masyarakat Indonesia, yang mendorong pada minat beli televisi berbayar. Pertumbuhan ekonomi yang baik dan pertumbuhan populasi di Indonesia yang menjadi Penyebab semakin berkembangnya industri televisi berbayar di

11

Indonesia, juga merupakan hal yang serupa terjadi di kota . Sehingga tidak heran apabila Richard Kartawijaya selaku CEO LinkNet, beliau mengungkapkan pendapatnya untuk sebuah artkel, bahwa perkembangan populasi dan ekonomi kota Bandung pesat, kehadiran tv berbayar akan mendapat apresiasi yang baik dari warga Bandung. (sumber: www.firstmedia.com/article/term/news, diakses 1 Mei 2015). Beliau juga mengatakan kepada Beritasatu bahwa, kota Bandung merupakan salah satu dari beberapa kota di Indonesia yang menjadi kantong pertumbuhan pelanggan bagi tv berbayar (Sumber: www..com, diakses 1 Mei 2015). Karena pernyataan tersebut di dukung oleh data jumlah penduduk kota Bandung yang terus meningkat sejak tahun 2010 hingga tahun 2013, sehingga diharapkan oleh menjadi potensial bagi indutri tv berbayar, pertumbuhan penduduk tersebut ditunjukan pada Tabel 1.8

Tabel 1.8 Jumlah Penduduk Kota Bandung Tahun 2010 2011 2012 2013 Jumlah 2.394.873 2.424.957 2.455.517 2.483.977 Penduduk (Sumber: Pusat data dan analisa pembangunan Jawa Barat, diakses 1 Mei 2015)

Pada Tabel 1.8 ditunjukan bahwa tahun 2010 penduduk kota Bandung sebesar 2.394.873 jiwa, yang kemudian bertambah ditahun 2011 sebesar 2.424.957 jiwa, dan 2012 kembali bertambah sebesar 2.455.517, begitu juga pada tahun 2013 sebesar 2.483.977 jiwa penduudk. Kemudian alasan ekonomi pun didukung oleh data pertumbuhan ekonomi kota Bandung selama 5 tahun terakhir sebesar 8% pertahun, yang selalu lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yaitu 6% pertahun. Pendapatan perkapital penduduk kota Bandung juga diprediksikan akan terus meningkat hingga tahun 2017. (sumber: Rancangan Akhir RPJMD 2014, diakses 1 Mei 2015). Oleh karenanya banyak perusahaan televisi berbayar beroprasi di kota Bandung, menurut data KPID Jabar saja ada 11 televisi berbayar yang terdaftar dan memiliki izin penyiaran di kota Bandung hingga tahun 2015 (sumber: data

12

Kantor KPID Jabar tahun 2015). Jumlah itu tidak termasuk televisi berbayar yang terdaftar di KPID Pusat yang memiliki jangkauan penyiaran hingga kota Bandung. Melihat semakin kompetitifnya persaingan televisi berbayar dengan jumlah pemain dalam industri ini yang semakin banyak, maka perpaduan atribut dan level produk yang tepat sesuai preferensi konsumen merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh pelaku bisnis dalam menghadirkan produk yang sesuai kebutuhan konsumen dan mecegah peralihan pelanggan karena persaingan antar pelaku bisnis yang dapat kapan saja saling menarik pelanggan. Telebih konsumen di kota Bandung sebagai salah satu kota besar di Indonesia. Seperti yang diungkapkan Head of Marketing Communication Transvision, Rika Sumantri, bahwa Bandung merupakan target pasar yang bagus bagi industri Tv berbayar (sumber: www.jabar.tribunnews.com, diakses 1 Mei 2015). Sehingga dapat dikatakan bahwa kota Bandung memang menjadi incaran para pelaku bisnis televisi berbayar. Maka berkaitan dengan latar belakang tersebut penulis mengajukan judul: “Analisis Preferensi Konsumen Dalam Memilih Produk Televisi Berbayar di Kota Bandung dengan Menggunakan Metode Conjoint Analysis (objek studi: Indovision, Top tv, Okevision, Firstmedia, dan Transvision).”

1.3 Perumusan Masalah Penelitian ini mencoba untuk menganalisis tentang : Bagaimana preferensi konsumen dalam memilih produk televisi berbayar di kota Bandung ?

1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah: Mengetahui preferensi konsumen dalam memilih produk televisi berbayar di kota Bandung.

13

1.5 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian yang dilakukan ini dibagi menajdi dua, yaitu sebagai berikut:

1.5.1 Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas kajian ilmu manajemen. Serta sebagai bahan kajian bagi peneliti lainnya, khususnya yang berminat menindaklanjuti penelitian ini.

1.5.2 Kegunaan Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pelaku bisnis dalam industri televisi berbayar mengenai preferensi konsumen dan faktor atau atribut-atribut utama yang disukai oleh konsumen televisi berbayar di Kota Bandung khususnya dan dapat dijadikan masukan agar perusahaan dapat terus meningkatkan penjualan.

1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir Sistematika penelitian dibuat untuk memudahkan pembaca dalam mengerti penelitian ini, sehingga peneliti membagi penelitian ini menjadi beberapa bab. Sistematika penelitian penelitian ini adalah: BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, dikemukakan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dari penelitian dan juga kegunaan penelitian. Data dan fakta disajikan pula dibab ini. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Bab ini berisi tentang konsep dan teori mengenai atribu-atribut yang digunakan, serta konsep preferensi konsumen. Selanjutnya dari konsep akan terbentuk suatu kerangka penelitian teoritis yang melandasi penelitan ini. Serta dalam bab ini juga berisi tentang ruang lingkup penelitian.

14

BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang definisi operasional atribut dan level yang digunakan dalam penelitian, metode pengumpulan data serta teknik analisis data untuk mencapai tujuan penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang hasil penelitian secara sistematis kemudian dianalisis dengan teknik analisis yang ditetapkan dan selanjutnya dilakukan pembahasan tentang hasil analisis tersebut. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi tentang kesimpulan atas hasil penelitian dan saran yang diberikan berkaitan dengan hasil penelitian.

15