KONFERENSI PACCEKKE DI BARRU TAHUN 1947

Muchsin Firman Program pascasarjana jurusan ilmu pengetahuan sosial e-mail: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini membicarakan mengenai perlawanan yang dilakukan oleh kesatuan TRIPS dalam menghadapi pasukan Belanda di Barru pada tahun 1946-1948 yamg menyajikan latar belakang diadakannya Konferensi Paccekke Tahun 1947, pelaksanaan Konferensi Paccekke tahun 1947, hasil dari Konferensi Paccekke tahun 1947, sampai dengan dampak yang ditimbulkan pasca Konferensi Paccekke tahun 1947. Penelitian ini menggunakan metode sejarah, melalui tahapan-tahapan kerja yang meliputi heuristik atau tekhnik pengumpulan data, kritik yang bertujuan untuk menentukan atau menilai sumber, interpretasi atau menentukan kedudukan fakta sejarah secara proporsional, dan historiografi yang merupakan pengungkapan kisah sejarah dalam bentuk tertulis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang diadakannya Konferensi Paccekke adalah untuk mempersiapkan pembentukan Tentara RI Selatan, melatih kader-kader tentara, dan mengadakan operasi-operasi militer ke Sulawesi Selatan dan situasi politik dan jalannya perlawanan di Sulawesi Selatan. Dalam hal ini perlawanan yang dibangun oleh rakyat Sulawesi dalam menghadapi Belanda yang berusaha untuk kembali berkuasa di menghadapi banyak tantangan. Pada awalnya Konferensi Paccekke akan dilaksanakan di daerah Salessoe. Hasil dari konferensi tersebut adalah dibentuklah Tentara Republik Indonesia (TRI) Divisi Hasanuddin, dimana pada hakikatnya konferensi ini bertujuan untuk mengorganisir kesatuan gerakan militer dalam satu komando yang ditandai dengan perlawanan bersenjata terhadap Belanda semakin meningkat. Aksi-aksi sabotase penghadangan dan penyerangan terhadap tentara Belanda. Dampak yang ditimbulkan pasca Konferensi Paccekke tahun 1947 adalah seluruh Sulawesi Selatan secara umum, Barru secara khusus berada dalam kekuasaan Belanda dan daerah Sulawesi Selatan belum seluruhnya kondusif. Akhir penelitian ditarik kesimpulan bahwa dalam kurun waktu tahun 1947 sampai 1948 perlawanan yang dilakukan pasukan TRIPS terhadap Belanda terus dilakukan. Korban yang berjatuhan pun tidak sedikit baik itu dari pasukan TRIPS maupun dari pasukan KNIL. Walaupun pada akhirnya kekalahan dialami oleh pasukan TRIPS dikarenakan faktor persenjataan yang kurang lengkap dan suplai makanan yang kurang memadai. Kata kunci: Konferensi Paccekke di Barru.

Abstract

This study discussed about the resistance done by the TRIPS unit in facing the Dutch forces in Barru in 1946-1948 which provided the background of Paccekke Conference in 1947, the implementation of Paccekke Conference in 1947, the result of Paccekke Conference in 1947, and the impact post Paccekke Conference in 1947. The study employed historical method, conducted into several stages, namely heuristic or data collection technique, critique which aims at determining or assess the sources, interpretation or determaining the position of historical fact proportionally, and historiography which reveal the history in written form. The result of the study reveals that the background of Paccekke Conference conducted was to prepare the formation of in , trained prospective army, and conducted military operation in South Sulawesi and political situation, and the resistance in South Sulawesi. In this case, the resistance built by the people of Sulawesi against the Dutch who would occupy Indonesia faced numerous challenges. At the beginning, the Paccekke Conference would be held in Salessoe area. The result of the conference was the formation of Indonesia Army of Hasanuddin Division, which aims to organize a unit of a military movement in one command, signed by the armed resistance against the Dutch army. The impact of post Paccekke Conference in 1947 was all South Sulawesi in general, and Barru in particular was under the Dutch rule and South Sulawesi area was not conducive yet. The conclusion of the study is in the period of 1947 to 1948, the resistance conducted by TRIPS troops against the Dutch continued. The casualties were inevitable from both sides-the TRIPS troops. Eventually, the TRIPS troops were defeated due to weaponry shortage factor and insufficient food supply.

Keywords: Paccekke Conference in Barru

PENDAHULUAN mengambil kesempatan dengan membentuk NICA di Australia yang berencana memerintah Kemerdekaan Indonesia yang kembali Indonesia dengan bergabung bersama diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus tentara sekutu. 1945 oleh Bung Karno dan Bung Hatta, Aksi protes para pejuang pendukung merupakan puncak perjuangan bangsa pemerintahan Republik Indonesia di Sulawesi Indonesia membebaskan diri dari belenggu Selatan yang telah berdiri, khususnya para penjajahan bangsa asing. Bagi bangsa pemuda di atas upaya NICA Indonesia, kemerdekaan itu ialah hak segala (Netherlands-Indies Civil Administration) yang bangsa, oleh sebab itu penjajahan di manapun hendak memerintah kembali Indonesia, di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sehingga dapat menimbulkan perlawanan luas sesuai dengan perikemanusiaan dan dari rakyat yang berakibat pertumpahan darah perikeadilan. Perjuangan pergerakan yang tak terhindarkan antara rakyat setempat kemerdekaan Indonesia sehingga tiba pada dengan NICA. Oleh karena itu, Dr. Ratulangi saat proklamasi adalah berkat rahmat Allah mendirikan organisasi Badan Pusat SWT, dan didorong oleh keinginan luhur Keselamatan Rakyat (BPKR) sebagai bentuk supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas. perjuangan diplomasi daripada menempuh cara Setelah kemerdekaan, Indonesia militer dalam mempertahankan pemerintahan mengalami beberapa periode pemerintahan RI yang telah sah berdiri. diantaranya orde lama, orde baru, dan Menurut Van Dijk (dalam Sitonda reformasi. Orde lama adalah sebutan bagi 1983: 22) jumlah prajurit yang dikirim ke periode pemerintahan di bawah Sulawesi sebanyak 1.200 prajurit. Abdul kepemimpinan Presiden Soekarno yang Qahhar Mudzakkar sendiri masih berada di berlangsung pada tahun 1945 sampai tahun Jawa hingga tahun 1949 memimpin pasukan 1968. Pada periode ini, Presiden Soekarno berani mati bersama sisa anggota Pasukan berlaku sebagai Kepala Negara dan Kepala TRIPS untuk melawan agresi militer Belanda. Pemerintahan.. Adapun dua belas ekspedisi yang berhasil Dalam catatan sejarah perjuangan mendarat di Sulawesi inilah di kemudian hari bangsa Indonesia untuk mempertahankan membentuk pasukan TRI Divisi Hasanuddin kemerdekaan telah mengalami pasang surut. melalui Konferensi Pacceke di Barru. Dalam Dalam cengkraman bangsa asing selama 3 ½ konferensi tersebut bergabung beberapa abad, yakni sejak Badan Usaha Perdagangan kelompok kelaskaran di Sulawesi dengan Belanda (VOC) berdiri tahun 1603 yang tujuan melawan dan menghalau rencana menanamkan diri VOC, maka sejak itulah Belanda kembali menduduki Pulau Sulawesi bangsa Indonesia mulai masuk zaman dan Indonesia Umumnya (Sitonda, 1982: 22). penjajahan sampai mereka terusir oleh Jepang Rencana pembukaan awal konferensi pada tahun 1942. Berbagai bentuk perjuangan dilaksanakan yaitu pada tanggal 18 Januari dan pergerakan kemerdekaan sudah dilakukan. 1947 namun atas permintaan komandan supaya Maka timbul anggapan pada sebagaian bangsa ditunda sampai tanggal 20 Januari 1947, Indonesia, bahwa bangsa asing sulit dihadapi karena ada beberapa pasukan terlambat tiba di atau dilawan. Bangsa yang dimaksud terutama tempat (Mattalatta 2002:327). Maka dari itu yang berasal dari Barat khususnya Belanda. pada tanggal 20 Januari 1947 semua pasukan Berita proklamasi kemerdekaan sudah berada di Paccekke dan dilaksanakanlah Indonesia dan pengesahan UUD 1945 sebagai konferensi tersebut. Pertemuan di tempat bukti berdirinya pemerintahan RI amat tersebut dihadiri oleh TRIPS dan komandan mengejutkan pihak Belanda. Belanda kesatuan bersenjata dari Suppa, , menganggap proklamasi kemerdekaan itu tidak Mandar, Enrekang, Soppeng, Barru, Pangkep, sah menurut hukum internasional, sebab Maros, Makassar, Gowa, Polombangkeng, kemerdekaan itu pernah dijanjikan oleh jepang Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, dan Selayar. dan Indonesia mendahului tugas sekutu Sebagai fakta awal yang sering mengurus sipil dengan membentuk diungkapkan bahwa Konferensi Paccekke pemerintahan sendiri sebelum sekutu tiba di merupakan sebuah pertemuan yang bersejarah, Indonesia. Di pihak lain Belanda pun namun pertemuan tersebut masih belum mengungkapkan sebuah kebenaran dari surat Indonesia. Sejalan dengan pekik kemerdekaan, mandat yang dikeluarkan oleh panglima besar kaum wanita sebagai bagian dari bangsa secara Soedirman yang memuat didalamnya nama 3 spontan memberikan sambutan dan tokoh besar Sulawesi Selatan diantaranya dukungannya dengan menyumbangkan tenaga Kolonel Kahar Muzakkar, Mayor Andi maupun pemikiran. Waktu itu, rakyat Mattalatta, dan mayor M. Saleh Lahade, merupakan kekuatan utama dalam menghadapi namun dalam pelaksanaannya nama Kahar musuh. Muzakkar tidak pernah lagi muncul sampai Kata Lasykar disini diartikan sebagai berakhirnya Konferensi serdadu, tentara, pasukan, yang sebagaian besar berasal dari tenaga rakyat dan sering melakukan perlawanan terhadap NICA dalam TINJAUAN PUSTAKA jumlah yang sangat banyak. Kata Kelasykaran disini diartikan sebagai sesuatu yang A. Konferensi berhubungan dengan lasykar seperti Konferensi adalah rapat atau kelompok-kelompok perlawanan. pertemuan untuk berunding atau bertukar Menurut kamus besar Bahasa pendapat mengenai suatu masalah yang Indonesia Kelasykaran adalah kelompok yang dihadapi bersama, permusyawaratan. memiliki anggota dan mempunyai suatu Konferensi juga merupakan media komunikasi tujuan. Dalam pembahasan kelasykaran tidak tatap muka yang memberikan suatu akan terlepas dari sebuah bentuk perjuangan. kemungkinan bahwa dengan konferensi dapat Perjuangan yang dimaksud adalah perjuangan dicapai suatu pemahaman bersama yang tidak yang dilakukan dngan cara diplomasi dan mungkin dicapai melalui komunikasi secara perjuangan yang dilakuakan dengan cara tertulis. konfrontasi. Pengertian conference diterjemahkan Proses pembentukan suatu kekuatan dengan istilah konferensi atau konperensi dalam bentuk kelasykaran di Sulawesi Selatan dalam bahasa indonesia yang mengandung disukung oleh keterampilan mempergunakan pengertian sama. dalam kaitan dengan mice, senjata dan latihan militer yang telah diperoleh surata keputusan menteri pariwisata, pos dan pada masa pendudukan Jepang, pejuang yang telekomunikasi nomor: KM 108/HM. pernah mendapatkan latihan dalam barisan 703/MPPT-91 menyebutkan bahwa kekuatan Jepang. konperensi, kongres atau konvensi merupakan Pada umumnya organisasi suatu kegiatan berupa pertemuan sekelompok Kelasykaran yang bermunculan didaerah- oran, negarawan, usahawan, dan sebagainya, daerah yang diprakarsai oleh raja atau salah untuk membahas masalah-masalah yang seorang raja. Oleh karena itu kemunculan berkaitan dengan kepentingan bersama. kelasykaran di Sulawesi Selatan ditopang oleh Konferensi tidak hanya dilangsungkan kepedulian golongan bangsawan dalam di Paccekke saja namun beberapa konferensi melibatkan diri memberikan dukungan bahkan juga di laksanakan di beberapa tempat namun berperan langsung untuk mewujudkan cita-cita waktu dan pokok permasalahan yang di bahas perjuangan bangsa. sangat berbeda. Konferensi Paccekke banyak melibatkan organisasi seluruh Sulawesi. C. Deskripsi Teori

B. Kelasykaran 1. Teori Konflik Manusia sebagai mahluk sosial selalu Revolusi fisik tahun 1945-1949 di memiliki karakter yang berbeda-beda setiap Indonesia telah menguras tenaga seluruh individunya sehingga suatu hal yang mutlak rakyat Indonesia, baik laki-laki, wanita, yang jika terjadi perbedaan antara manusia yang tua maupun muda semuanya turut bahu- satu dengan yang lainnya. Pada konteks yang membahu berjuang di garis depan. Pada masa lebih sempit dalam diri manusia, konflik juga revolusi ini, tidak sedikit kaum wanita sering diartikan sebagai gejolak di dalam diri menunjukkan kemampuannya untuk ikut manusia dalam menentukan pilihan atau berjuang bersama para gerilyawan Republik tindakan. Konflik berasal dari kata kerja latin Dari hal-hal itu dapat diketahui, configure yang berarti saling memukul, secara bahwa negara baru yang dilahirkan dalam sosiologis konflik diartikan sebagai suatu situasi yang panas dan lingkungan yang penuh proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa dengan ancaman dari luar, tidak memiliki juga kelompok) dimana salah satu pihak tentara kebangsaan. Hal ini menyebabkan berusaha menyingkirkan pihak lain kebanyakan kalangan pemuda dan pejuang menghancurkan atau membuatnya tidak bersenjata mempunyai anggapan yang kuat, berdaya. adalah suatu kelambatan dan kesalahan besar Secara umum kata konflik menurut jika proklamasi kemerdekaan itu tidak serta Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan merta juga diikuti dengan pernyataan atau sebagai percekcokan, perselisihan, atau dekrit oleh pimpinan negara dan revolusi pertentangan. Konflik dari segi terminology untuk menjadikan bekas-bekas Heiho dan berasal dari Bahasa Yunani yaitu configure PETA sebagai tentara nasional sebagai yang berarti memukul, sementara secara angkatan perang negara yang merupakan sosiologis konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih, aparat vital yang menentukan tegak karena salah satu pihak berusaha rubuhnya serta timbul tenggelamnya menyingkirkan pihak lainnya dalam usaha agar negara. pihak lain tidak berdaya (KBBI, 2003: 587). METODE PENELITIAN 2. Teori Militer Pengertian militer secara universal Penelitian ini diarahkan untuk adalah institusi yang bukan sipil yang mengungkap kembali peristiwa unik dan mempunyai tugas dalam bidang pertahanan berpengaruh yang terjadi di masa lampau dan keamanan, dalam hal ini militer sehingga metode penelitian yang digunakan merupakan suatu lembaga, bukan individu, ialah metode penelitian yang sifatnya yang menduduki posisi dalam organisasi kualitatif. Dengan adanya metode sejarah, militer. maka penelitian yang akan dilakukan akan Teori militer adalah analisis lebih mudah dipahamioleh peneliti itu sendiri. perilaku normatif dan tren dalam urusan Sebagaimana yang diungkapkan Kuntowijoyo militer dan sejarah militer. Mendeskripsikan terdapat lima tahapan penelitian sejarah yaitu, peristiwa-peristiwa dalam perang, teori militer, pemilihan topik, pengumpulan sumber, khususnya semenjak verifikasi (kritik sejarah, keabsahan sumber), pengaruh Clausewitz pada abad kesembilan Interpretasi: analisis dan sintesis, dan belas, berupaya untuk mengkapsulkan penulisan. (Kuntowijoyo, 2005). hubungan budaya, politik dan ekonomi 1. Heuristik kompleks antara masyarakat dan konflik yang Heuristik merupakan langkah awal mereka buat. sebagai sebuah kegiatan mencari sumber- Teori-teori dan konsepsi-konsepsi sumber, mendapatkan data, atau materi sejarah perang beragam di tempat-tempat berbeda atau evidensi sejarah (Sjamsuddin, 2007:86). sepanjang sejarah manusia. Sun Tzu dari Penelitian ini masih termasuk kedalam Tiongkok diakui oleh para sarjana sebagai penelitian sejarah kontemporer, sehingga salah satu pakar teori militer terawal. Seni penelitian ini menggunakan beberapa teknik perang buatannya yang sekarang ikonik pengumpulan data: dikenal karena memberikan penjelasan tentang 1) Penelitian Lapangan perencanaan operasional, taktik, strategi dan Dalam penelitian lapangan penulis logistik. menempuh 2 cara yaitu observasi dan Dalam republik yang baru wawancara. diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus a) Observasi 1945, belum ada tentara reguler nasional. Observasi yaitu pengamatan langsung Republik baru secepatnya memerlukan para terhadap objek yang di teliti. Dalam hal ini perwira untuk bertempur mempertahankan penulis melakukan observasi terhadap bekas kemerdekaan. Konferensi Paccekke dan daerah-daerah yang berkaitan dengan peristiwa itu sendiri secara berhubungan dengan penelitian ini. Serta karya langsung guna mendapatkan gambaran yang ilmiah lainnya seperti buku, majalah, artikel, jelas dan nyata mengenai kondisi realitas tesis, disertasi, dan catatan mengenai informasi kabupaten Barru baik dari segi geografisnya, orang-orang yang terlibat dan menyaksikan ekonomi, dan sosial budayanya, serta suatu peristiwa di masa lalu yang terkait masyarakat Barru itu sendiri. dengan objek penelitian. Dengan demikian Pengamatan atau observasi dapat dapat digambarkan dengan jelas mengenai mengoptimalkan kemampuan peneliti, segi Konferensi Paccekke di Barru Tahun 1947. motif, perilaku tak sadar, kebiasaan dan 2. Kritik sebagainya, sehingga dalam menafsirkan suatu Untuk mengetahui penjelasan dari peristiwa sangatlah mungkin mendapat kedua aspek tersebut, baik eksternal maupun pengaruh dari hasil pemikiran peniliti. Oleh internal akan diuraikan sebagai berikut: karena itu diperlukan metode wawancara agar a) Kritik Eksternal peneliti juga dapat mengetahui persepsi Kritik eksternal atau kritik luar masyarakat terhadap suatu peristiwa. dilakukan untuk meneliti keaslian sumber, b) Wawancara apakah sumber tersebut valid, asli, dan tiruan, Peneliti melakukan wawancara sumber tersebut utuh dalam arti belum berubah terhadap orang yang dianggap berkompeten baik bentuk maupun isinya. dalam objek yang diteliti ini. Peneliti Penelitian sumber yang berkaitan melakukan wawancara kepada unsur-unsur dengan Konferensi Paccekke di Barru Tahun pemerintah di Kabupaten Barru dan 1947 ditulis setelah peristiwa tersebut masyarakat yang berada di wilayah Barru dan berlangsung, sehingga kritik terhadap bahan sekitarnya untuk mengetahui respon jenis tulisan gaya bahasa dari tulisan tidak masyarakat terhadap Konferensi Paccekke dapat dilakukan. Kritik ekstern hanya dapat tersebut. dilakukan pada sumber yang menjadi rujukan Wawancara yang dilakukan oleh penulis. Disamping itu penilaian juga peneliti, pada dasarnya bertujuan menciptakan dilakukan terhadap latar belakang penulis, asal, hubungan yang bebas dan wajar dengan para daerah, waktu penulisan serta memperhatikan informan. Hal ini dimaksudkan agar para apakah diantara para penulis tidak saling informan tidak merasa terpaksa memberikan mengutip. keterangan yang diperlukan oleh penulis. Hasil b) Kritik Internal dari wawancara ini dapat di rekam dan dicatat Kritik intern atau kritik dalam untuk selanjutnya diperbaiki pada saat dilakukan untuk meneliti sumber yang penyusunan laporan penelitian. Selain itu berkaitan dengan masalah penelitian dan peneliti juga menggunakan dokumentasi penulisan Tesis penulis. penelitian. Hal tersebut dilakukan agar data Untuk mengetahui keabsahan suatu yang diperoleh peneliti sifatnya objektif dan sumber, maka dapat dilakukan dengan dapat dipertanggungjawabkan. membandingkan antara sumber yang satu Wawancara berencana dan terbuka dengan sumber yang lainnya dalam masalah sesuai dengan fungsinya, yaitu disusun untuk yang sama dan bahan rujukan. Hasil dari kritik mengumpulkan informasi berdasarkan kategori sejarah tersebut, baik kritik ekstern maupun dari berbagai informan. Disebut berencana kritik intern dihadapkan pada data yang akurat, karena permasalahan yang ditanyakan memilki kredibel yang disebut dengan faktor sejarah. karakteristik yang sama. Wawancara terbuka 3. Interpretasi digunakan untuk mengurangi variasi-variasi Setelah melalui sumber, maka yang sering terjadi diantara informan, sehingga didapatkan fakta namun demikian fakta yang dapat memungkinkan terjadinya bias. Hal ini dimaksud masih terpisah-pisah dan masih dilakukan karena informan yang didapatkan di berdiri sendiri. Untuk itu perlu dilakukan lokasi penelitian sangat beragam. interpretasi atau penafsiran, melalui penafsiran 2) Penelitian Pustaka hubungan antara fakta memudahkan Studi kepustakaan (library research) membangun kausalitas yang harmonis dan bertujuan untuk mencari dan menemukan data- bermakna dengan subjektif mungkin. data berupa dokumen dan literatur yang Fakta-fakta yang berhasil dikumpulkan penelitian. Untuk laporan penelitian ini, belum banyak bercerita. Fakta tersebut harus peneliti berusaha untuk memberikan gambaran disusun dan digabungkan satu sama lain tentang Konferensi Paccekke di Barru Tahun sehingga membentuk cerita peristiwa sejarah. 1947 berbeda dengan hasil penelitian Dalam melakukan interpretasi terhadap fakta sebelumnya dengan bahasa yang mudah harus diselidiki lagi fakta-fakta yang dipahami pembaca. mempunyai hubungan kausalitas antara satu sama lainnya. Sebagai kelanjutan dari proses HASIL DAN PEMBAHASAN sebelumnya, interpretasi dapat di lakukan dengan dua cara yaitu: Interpretasi analisis Berdasarkan hasil penelitian yang telah yaitu dengan menguraikan fakta satu persatu diuraikan, maka pembahasan hasil penelitian sehingga memperluas perspektif terhadap fakta untuk mengetahui lebih lanjut mengenai itu. Dari situlah dapat ditarik sebuah Konferensi Paccekke di Barru Tahun 1947 kesimpulan. Interpretasi sintesis yaitu akan di paparkan secara detail. mengumpulkan beberapa fakta dan menarik kesimpulan dari fakta-fakta. (Madjid dan 1. Latar Belakang Diadakannya Wahyudi, 2004:228). Konferensi Paccekke 1947 Para ahli sejarah memberi kesempatan Perlawanan yang dibangun oleh rakyat besar untuk memilih ragam bentuk metode Sulawesi dalam menghadapi Belanda yang interpretasi yang logis untuk mencapai berusaha untuk kembali berkuasa di Indonesia tujuannya. Meskipun dikalangan sejarawan menghadapi banyak tantangan. Tidak saja modern kecenderungan terhadap interpretasi kekuarangan alat persenjataan tetapi juga tidak pluralis lebih menonjol karena mereka cukup kuat untuk diandalkan jika perang beranggapan bahwa kemajuan studi sejarah berlangsung lama. Para pejuang yang ada di dapat didorong pula oleh kemajuan ilmu Sulawesi Selatan kurang memiliki pengalaman pengetahuan lainnya (Madjid dan wahyudi untuk menghadapi Belanda. Meskipun 2004:228). demikian para pejuang memiliki tekad yang Untuk itu sangat diperlukan kehati- kuat untuk tetap mempertahankan hatian atau integritas dari seorang penulis kemerdekaan. Hampir di seluruh pelosok untuk menghindari interpretasisubyektif Sulawesi Selatan didirikan organisasi terhadap fakta. Hal ini dimaksudkan untuk kelaskaran untuk menghimpun kekuatan dalam memberi arti terhadap aspek yang diteliti menghadapi Belanda. Bahkan mereka juga antara fakta yang satu dengan yang lainnya menyatukan kekuatan dengan menghimpun agar ditemukan kesimpulan atau gambaran sejumlah organisasi kelaskaran agar lebih kuat peristiwa sejarah yang ilmiah (Mappangara, dkk. 2007:130). 4. Historiografi Salah satu komponen yang memberi Historiografi atau penyajian adalah sumbangsih cukup besar dalam membangun merupakan tahap akhir dari seluruh rangkaian kekuatan adalah para pejuang yang proses penulisan sejarah. didatangkan dari Pulau Jawa. Mereka ini tidak Tahapan ini merupakan bagian saja membantu dalam penyediaan persenjataan terakhir dari metode sejarah. Setelah melalui dan ikut terlibat dalam membangun strategi tahapan sebelumnya, dan penulisan sejarah pertempuran tetapi juga memberi pelatihan disebut juga dengan Historiografi. Dalam kepada para pejuang dalam menghadapi penulisan sejarah, wujud dari penulisan musuh. (historiografi) itu merupakan paparan, Pada akhir tahun 1945 dikirimlah penyajian, presentasi atau penampilan rombongan pertama ke Jawa. Rombongan (eksposisi) yang sampai kepada dan dibaca pertma ini terdiri dari Manai Sophian dan J.D. oleh para pembaca atau pemerhati sejarah Syaranamual. Keduanya diberi tugas untuk (Sjamsuddin, 236: 2007). Dalam penelitian ini memberi laporan kepada pemerintah RI peneliti berusaha menyampaikan informasi- mengenai situasi perjuangan di Sulawesi informasi yang bersifat kebaruan dan dengan Selatan dan kesulitan yang dihadapi untuk bahasa komunikatif. Historiografi dalam artian tetap menggelorakan perjuangan. akademik juga dapat dikatakan sebagai laporan Rombongan kedua yang dikirim terdiri mantan narapidana dari Nusakambangan yang dari M. Saleh Lahade, Andi Mattalatta, La kebanyakan adalah orang Sulawesi Selatan. Nakka, dan Mohd. Amin Lamacca. Para Dalam pertemuan itu dibicarakan pemuda yang dikirim menggunakan perahu kemungkinan untuk membentuk Tentara layar dan penuh dengan resiko karena gerak Republik Indonesia Persiapan Sulawesi gerik mereka dipantau oleh pihak Belanda. (TRIPS). Keduanya sepakat untuk Rombongan berikutnya adalah Andi mewujudkan usul itu dan memutuskan Yusuf dari Bone. Setelah itu disusul oleh menemui Jenderal Soedirman untuk rombongan Andi Sapada. Dalam rombongan memberitahukannya dan sekaligus untuk itu terdiri dari Andi Oddang, Rivai Paerai, mendapatkan dukungan. Usul itu kemudian Syamsul Arif, Andi Djamarro, dan Darwana. diterima oleh Jenderal Soedirman dan Mereka ini bertolak dari Suppa dengan kemudian disahkan sebagai bagian dari menggunakan perahu Beggo. Rombongan rencana Markas Besar Tentara. selanjtnya adalah Daen Lawa. Dalam Maka pada tanggal 16 April 1946 rombongan ini ikut pula Arsyad B, Musa Gani, keluarlah Surat Keputusan Panglima Besar Muhammadyah, Andi Magga Amirullah, Bau Jenderal Soedirman yang menugaskan kepada Mahmud, dan Andi Tau. Setelah itu berangkat Kahar Muzakkar, Andi Mattalatta, dan M. pula rombongan Alim Bachri, Bachtiar, dan Saleh Lahade untuk melakukan rencana kerja Mahmud Sewang. Mereka ini berangkat dari MBT, adapun yang diberikan MBT kepada Makassar. Kemudian rombongan yang pemegang mandat adalah sebagai berikut: berangkat dari Mandar adalah A. Malik dan A. 1. Melakukan persiapan dalam pembentukan Gatie, sedangkan dari Bulukumba berangkat kader dari pasukan lengkap dengan rombongan Andi Puna. peralatan tentara yang akan Pada tanggal 9 Januari 1946 diberangkatkan secara ekspedisi ke rombongan yang dipimpin oleh M. Saleh Sulawesi. Lahade tiba di Yogyakarta. Pada tanggal 12 2. Membentuk Tentara Republik Indonesia Januari bersama dengan beberapa orang Persiapan di Sulawesi Selatan dengan lainnya yakni Andi Mattalatta, La Nakka, kekuatan satu Devisi, hingga kesatuan Muh. Yamin, H. Moh. Yahya, dan H. Moh. yang terkecil guna menegakkan dan Karim menghadap Presiden Soekarno di istana membela Republik Indonesia. Negara Yogyakarta. Rombongan ini membawa 3. Menyampaikan laporan tentang hasil tugas surat dan laporan dari Dr. Ratulangi, Gubernur tersebut kepada Panglima Besar Jenderal Sulawesi ketika itu. Setelah mengetahui duduk Soedirman. persoalannya, rombongan ini diminta untuk Terbentuknya TRIPS adalah berkat menghadap Sutan Syahrir, Perdana Menteri di jalinan kerjasama antara utusan-utusan yang Jakarta. dikirim oleh pihak pejuang kemerdekaan di Oleh karena jarak ke Jakarta cukup Sulawesi Selatan dan wadah perjuangan jauh dan untuk mendapatkan hasil maksimal masyarakat Sulawesi yang berada di Jawa akhirnya diputuskan membagi dua rombongan. mendapat dukungan dari pihak pemerintah RI. Satu rombongan ke Jakarta dan satu lagi TRIPS berhasil mengorganisir pasukan berusaha bertemu dengan Jenderal Soedirman. ekspedisi yang dikirim ke Sulawesi Selatan M. Saleh Lahade berangkat ke Jakarta dan untuk membantu dan mendorong semangat Andi Mattalatta menemui Jenderal Soedirman. perjuangan mereka untuk tetap Andi Mattalatta berhasil bertemu mempertahankan kemerdekaan RI. Jenderal Soedirman. Setelah melaporkan Untuk pembentukan itulah diperlukan situasi politik dan jalannya perlawanan di pertempuran di antara para tokoh-tokoh Sulawesi Selatan, Jenderal Soedirman pejuang se Sulawesi Selatan dengan persiapan memberikan beberapa arahan agar perlawanan yang mantap terutama dari segi taktik dan tetap dapat dipertahankan. Setelah itu Andi strateginya, oleh karena pada saat itu Mattalatta menghubungi Kahar Muzakkar, dikhawatirkan rencana tersebut akan diketahui Komandan Batalyon Kemajuan Indonesia. oleh pasukan NICA. Apalagi saat itu adalah Ketika itu Kahar Muzakkar memiliki kurang saat dimana ganasnya Kapten Westerling lebih 800 orang anggota. Mereka ini adalah dalam menumpas orang yang dianggap 2. Pelaksanaan dan Hasil Dari Konferensi pengacau. Paccekke 1947 Banyak rakyat Barru yang notabene Terlaksananya operasi pengiriman bukan berasal golongan pejuang yang rela pasukan TRIPS dan ALRI ke Sulawesi Selatan bersatu dalam membantu TRIPS untuk adalah berkat kerja sama para pejuang menghadapi Belanda. Hal ini semata-mata kemerdekaan yang ada di Sulawesi Selatan dan dilakukan untuk menjaga kedaulatan bangsa yang aktif di Jawa. Sesungguhnya ide dan negara dan khususnya untuk melindungi ekspedisi pasukan dari Jawa bermula dari Barru dari serangan musuh. putusan para pejuang Sulawesi Selatan pada Keterlibatan masyarakat Barru sebagai bulan November 1945, yang dipimpin tokoh TRIPS tidak terlepas dari keinginan langsung oleh Andi Mattalatta dan M. Saleh mereka untuk mempertahankan kedaulatan Lahade. Kemudian, kedua tokoh tersebut Negara yang ingin dirampas kembali oleh bekerjasama dengan Kahar Muzakkar di Belanda. Mereka dengan sukarela masuk dan Yogyakarta. Dan seperti yang telah disebutkan ikut menjalani latihan militer bersama-sama dahulu, mereka bertiga diberi tugas-tugas dengan tentara asli pembentukan TRIPS di penyusupan ke Sulawesi Selatan berdasarkan Jawa. Tokoh-tokoh TRIPS antara lain adalah Surat Keputusan Panglima Besar Jenderal Andi Mattalatta, Andi Oddang, dan masih Soedirman tanggal 16 April 1946 (Pawiloy, banyak lagi sebagai orang yang berpengaruh 1985:337). merekrut masyarakat Barru untuk bersama- Ekspedisi TRIPS yang pertama sama berjuang melawan Belanda. Masyarakat direncanakan akan berangkat pada tanggal 23 Barru tidak ingin NICA/ KNIL dengan Mei 1946 akan tetapi tertunda dan baru dapat mudahnya masuk dan berkuasa kembali di terlaksana pada tanggal 27 Juni 1946. Indonesia setelah para pejuang bersusah payah Pimpinan pasukan ekspedisi pertama ini adalah memerdekakan Negara RI yang pada saat itu kapten Muhammadong dengan jumlah anggota diduduki oleh Jepang. sebanyak 62 orang di antaranya adalah Husain Selain itu rakyat Barru sangat Ibrahim, A.M. Yusuf, dan lain-lain membenci Belanda yang sudah terusir dari Walaupun gagal pada ekspedisi Jepang kemudian datang kembali setelah pertama, maka pada bulan Juni 1946 TRIPS kekelahan Jepang. Mereka menganggap kembali mengirim pasukannya yang kedua ke Belanda adalah suatu golongan bangsa yang Sulawesi Selatan. Ekspedisi kedua ini sangat serakah dan tidak tau malu. dipimpin oleh M. Tahir Daeng Tompo yang Alasan Barru dijadikan sebagai markas mendampingi antara lain Letnan Said, Hasan besar TRIPS adalah karena pimpinan TRIPS Bin Talib, Letnan Latif. Ekspedisi ini berhasil yakni mayor Andi Mattalatta memang menerobos blokade angkatan laut Belanda dan mendarat di Pulau Pannikiang lalu melanjutkan akhirnya mendarat di Suppa, Pinrang. pelayaran ke Garongkong (Barru). Ekspedisi TRIPS yang ketiga dipimpin Markas besar TRIPS selalu berubah- oleh Letnan Abdul Latif. Pasukan pimpinan ubah, karena markas TRIPS tersebut selalu Letnan Abdul Latif membawa senjata lengkap. diserbu oleh pasukan KNIL. Oleh sebab itu Pendaratan dilakukan pada awal bulan apabila markas TRIPS diserbu, maka para Desember 1946 yang ketika itu operasi pasukan TRIPS dan beberapa kelaskaran yang Westerling baru saja dimulai. tergabung akan berpindah ke tempat lain yang Hampir bersamaan dengan datangnya dirasa aman. Markas TRIPS yang pertama rombongan ekspedisi ketiga, rombongan Andi terletak di Paddumpu, sebuah desa yang Manyulei mendarat di Suppa kemudian terus terletak di daerah di Soppeng Riaja. Di daerah ke Maiwa. Ditempat itu ia bergabung dengan inilah seluruh kegiatan pasukan TRIPS di laskar pemuda Maiwa dan memberikan lakukan dan beberapa kelaskaran lainnya pelatihan dasar pertempuran dengan taktik saling membantu merencanakan strategi gerilya. terbaik untuk meredam perlawanan tentara Ekspedisi kelima dibawah pimpinan KNIL. Strategi yang dijalankan oleh pasukan Letnan M. Said dan Murtala dengan TRIPS dan kelaskaran yang tergabung adalah membawahi 18 orang anggota juga mendarat sistem gerilya yakni menyebar dihutan-hutan. di Suppa. Tapi sebelum rombongan ini mendarat, mereka dihadang oleh tentara NICA Setelah pengiriman dua pasukan dan akhirnya mereka semua gugur. Peristiwa ekspedisi komando tersebut, menyusul pula ini dikenal dengan nama pertempuran Garessik empat kelompok pasukan ekspedisi. Dua sehari suntuk (Rasyid, 1990:141). diantara empat kelompok ekspedisi ini gagal Pasukan ekspedisi kelompok komando melaksanakan tugas yang diemban, yaitu pimpinan Mayor Andi Mattalatta tiba di pulau pasukan ekspedisi yang dipimpin oleh Letnan kecil bernama panikiang pada sore hari pada Manungke dimana seluruh pasukannya tanggal 26 Desember 1946. Pasukan pimpinan tertangkap oleh pasukan KNIL. Pada waktu Andi Mattalatta ini menggunakan perahu jenis itu, pasukan ekspedisi ini akan mendarat di Lambo. Dan keesokan harinya tanggal 27 Takkalasi, Barru. Kemudian pasukan ekspedisi Desember 1946 komandi utama TRIPS yang dipimpin oleh Kapten Haryanto tidak mendarat di Garongkong dengan selamat dan dapat melakukan pendaratan karena jaringan dijemput oleh M. Said dan La Ballu, kepala pengawasan pasukan KNIL terlalu kuat. kampung. Setelah itu Andi Mattalatta Kegagalan pendaratan itu mendorong mereka memerintahkan M. Said menurunkan barang- untuk berusaha kembali ke Jawa. Dalam barang dari atas perahu dan mengangkutnya ke perjalanan pulang pasukan ini dihadang oleh Bukit Bubbue, suatu bukit yang terletak di pasukan KNIL. Dalam pertempuran ini, pinggir jalan Makassar-Parepare (Mattalatta, pimpinan ekspedisi Kapten Haryanto gugur. 2002:317). Renacana awal dilaksanakan Andi Mattalatta beserta rombongan konferensi tersbut di daerah Salessoe. berjalan ke Bukit Bubbue pada waktu malam. Perjalanan Andi Mattalatta mulai dari Pada saat itu, di atas bukit mereka menemukan Garongkong menuju SepeE, lalu melanjutkan sebuah rumah. Rumah itulah yang kemudian perjalanan ke Lakepo (Binuang), bergeser ke menjadi markas komando untuk sementara daerah Baera, Balusu, dan sampai ke daearah waktu. Di sisi rumah tersebut telah disiapkan Salessoe yang rencana awal di Salessoelah tempat, Andi Mattalatta memerintahkan tempat dilaksanakan konferensi tersebut. Akan kepada anak buahnya untuk tidak boleh tetapi daerah Salessoe batal dilakukan menembak jika belum melihat dan mengetahui konferensi dikarenakan daerah tersebut sudah posisi musuh (Mattalatta, 2002:317). dikepung oleh Belanda dan kejadian tersebut Setelah beberapa hari, Andi Mattalatta Andi Sarifin meninggal akibat kontak senjata beserta pasukan meninggalkan bukit Bubbue dengan Belanda. Secara tidak terduga dari dan melanjutkan perjalanannya melalui SepeE, peristiwa ini Andi Mattalatta dan beberapa kemudian menuju ke Batulappa, lalu ke peserta yang lainnya meninggalkan daerah Balusu. Pada tanggal 2 Januari 1947, jam Salessoe yang sementara dikuasai oleh 08.00 pagi sesudah sarapan pagi, rombongan Belanda. Andi Mattalatta dan beberapa orang Andi Mattalatta berangkat ke kampung yang selamat bergegas menuju Paddumpu, Paddumpu yang selama beberapa bulan Kamiri, Kading, hingga akhirnya tibalah dijadikan markas oleh kelaskaran Ganggawa. didaerah yang dianggap paling aman yaitu Sesudah Andi Sarifin dan kawan- daerah Paccekke (wawancara Sainal tanggal 7 kawan kehabisan peluru, ia meminta keris Oktober 2018). milik Zainuddin. Dengan mengendap dan Konferensi Paccekke dimulai pada mendekati musuh. Sebelum sempat tanggal 20 Januari 1947 dan berakhir pada menancapkan kerisnya ia tertembak dan gugur. tanggal 22 Januari 1947 bertempat di sebuah Pengawalnya ikut gugur kemudian semua lembah di pegunungan Soppeng Riaja di senjata diambil musuh. Tentara KNIL sangat sebuah desa yang bernama Paccekke. Di Desa marah dan kesal atas keberanian dan inilah dilaksanakan konferensi besar yaitu kemahiran Andi Sarifin. Oleh karena itu konferensi untuk membentuk Tentara Republik matanya dicungkil dan kemudian dibawa oleh Indonesia (TRI) di Sulawesi Selatan. Pimpinan KNIL ke tangsi mereka di Madello. Oleh konferensi adalah Andi Mattalatta yang karena pimpinan rombongan kedua gugur dibantu oleh M. Saleh Lahade sebagai maka jabatan kemudian diambil alih oleh pemegang mandate dari Panglima Besar wakil pimpinan yakni Letnan Satu Andi Jenderal Soedirman sebagai pimpinan Markas Sapada. Besar Tentara (MBT). Lokasi konferensi dipandang cocok Perlawanan yang dibangun oleh rakyat karena letaknya yang terpencil dan jauh dari Sulawesi dalam menghadapi Belanda yang intaian Belanda. Letaknya dikaki gunung berusaha untuk kembali berkuasa menghadapi Bawakaraeng dan terlindungi oleh jalan yang banyak tantangan. Tidak hanya kekurangan menuju lokasi yang tidak mudah. Untuk alat persenjataan tetapi juga tidak cukup kuat sampai ke tempat tersebut diperlukan waktu untuk diandalkan jika perang itu berlangsung yang cukup lama dan juga dipertontonkan lama. Para pejuang yang ada di Sulawesi medan yang tidak begitu baik. Tempat itu Selatan kurang memiliki tekad yang kuat untuk sengaja dipilih agar tidak mudah dijangkau tetap mempertahankan kemerdekaan. oleh pihak Belanda. Itulah sebabnya sewaktu Kendatipun usaha pemerintah Belanda diadakan konferensi ada beberapa kelaskaran berhasil mengacaukan perlawanan dan yang terlambat sampai di lokasi konferensi mematahkan semangat perjuangan mereka (Oddang, 2012:93). Dalam konferensi ini tetapi tekad untuk tetap berada dalam bingkai dibahas untuk mengadakan perlawanan yang kesatuan tetap menjadi tujuan utama. Itulah lebih efektif dan bagaimana melindungi rakyat sebabnya walaupun dalam keadaan terdesak dari kekejaman pasukan colonial. sekalipun mereka tetap melakukan perlawanan 20 Januari 1947, jam 07.00 semua terhadap pasukan Belanda (NICA/ KNIL). pasukan sudah berada di Paccekke. Para Tidak sedikit pertempuran yang ada dicatat komandan memilih Rachmansyah, komandan sebagai wujud sikap perjuangan mereka. pasukan Ganggawa untuk mengatur Demikian pula dengan Komandan TRI Devisi pengamanan konferensi. Beliau menerima baik Hasanuddin, Mayor Andi Mattalatta terlibat pengangkatan tersebut dan langsung dalam serangan yang dilancarkan terhadap pos memerintahkan kepada semua komandan pasukan Belanda di Biloka, Poro, dan Pong pasukan agar wakil komandan masing-masing Durian (Mappangara, dkk, 2007:130). memimpin pasukannya, sehingga para Meskipun kekuatan semakin menurun komandan dapat mengikuti konferensi seiring dengan meningkatnya kekuatan di paccekke dengan baik. Setelah para wakil pihak Belanda, Staf Komandan TRI Devisi komandan berkumpul, Rachmansyah membagi hasanuddin yang baru dibentuk berusaha tugas untuk mengatur upacara pembukaan membangun kekuatan untuk melakukan konferensi. Dalam upaca pembukaan serangan demi mengembalikan semangat para konferensi, hadir 45 orang pimpinan pasukan pejuang. Selain itu, diusahakan pula untuk bersama 45 orang staf komando, 4 kompi tetap mempertahankan kemerdekaan. pasukan yang gerakan PBB nya sudah baik, Namun demikian, sampai pada tahun dan 30 orang rakyat biasa. 1948 usaha keras yang dilakukan oleh para Untuk mengalihkan perhatian NICA di pejuang tidak terlalu membuahkan hasil. Apa daerah selatan, tepatnya di daerah kekuasaan yang dilakukan oleh Westerling beserta LAPRIS, Ranggong Daeng Romo selaku pasukannya dan Belanda pada umumnya panglima LAPRIS untuk melakukan suatu secara perlahan tapi pasti menjatuhkan nyali serangan umum terhadap tentara Belanda sebagai pejuang. Keadaan yang demikian ini (KNIL). Selain itu pula dilakukan serangan ditopang dengan terbentuknya Negara penghadangan dan juga serangan atas kantong- Indonesia Timur (NIT) sehingga keleluasaan kantong kedudukan NICA. Perintah itu bagian Belanda semakin menjadi-jadi. dari upaya yang dilakukan oleh Ranggong Kekalahan tinggal menunggu waktu Daeng Romountuk mengalihkan perhatian saja. Perlengkapan senjata yang semakin Belanda ke selatan karena di daerah Barru minim, ruang gerak yang semakin sempit, dan tepatnya di Paccekke sedang berlangsung banyaknya pasukan yang terbunuh dan konferensi untuk membentuk Tentara Republik tertangkap serta yang ikut mendukung Belanda Indonesia. Konferensi yang dibuka pada adalah hal yang sangat menyulitkan para tanggal 20 Januari itu diikuti oleh beberapa pejuang yang masih ingin melanjutkan kelaskaran yang ada di Sulawesi ketika itu perjuangan. Selain itu ditambah lagi dengan 3. Dampak Yang Ditimbulkan Pasca banyaknya pasukan KNIL dengan persenjataan Konferensi Paccekke Tahun 1947 mereka yang lengkap dan modern. Begitupun dengan perjungan TRIPS tetap aman dan kondusif (wawancara La dan beberapa kelaskaran yang tergabung di Temmi tanggal 8 Oktober 2018). Barru. Dengan banyaknya pasukan TRIPS yang tertangkap dan terbunuh, maka semakin KESIMPULAN DAN SARAN berkuranglah pasukan yang tersisa untuk melawan pasukan KNIL. Markas-markas A. Kesimpulan utama TRIPS selalu dapat ditemukan oleh pasukan KNIL. Persediaan persenjataan juga 1. Pada dasarnya hal yang melatar belakangi semakin menipis ditambah lagi suplai bahan diadakannya Konferensi Paccekke makanan yang hamper habis. Keberangkatan dikarenakan situasi politik dan jalannya Mayor Andi Mattalatta kembali ke Jawa juga perlawanan di Sulawesi Selatan, dalam hal menjadi salah satu alasan surutnya semangat ini perlawanan yang dibangun oleh rakyat pasukan TRIPS dalam melawan Belanda Sulawesi dalam menghadapi Belanda yang karena beliau adlah pimpinan pasukan berusaha untuk kembali berkuasa di ekspedisi. Indonesia menghadapi banyak tantangan. Salah satu faktor utama kekalahan Tidak saja kekuarangan alat persenjataan TRIPS di Barru adalah banyaknya masyarakat tetapi juga tidak cukup kuat untuk Barru yang dipaksa oleh Belanda/ KNIL untuk diandalkan jika perang berlangsung lama. menjadi passoso. Hal ini seperti duri dalam 2. Pelaksanaan dan hasil dari Konferensi daging bagi pasukan TRIPS dan kelaskaran Paccekke pada awal perencanaannya lainnya. Bagaimana tidak, rakyat yang dilaksanakan konferensi tersbut di daerah seharusnya berusaha membela kedaulatan Salessoe. Perjalanan Andi Mattalatta mulai Negara malah dipaksa untuk menjadi dari Garongkong menuju SepeE, lalu penghianat Negara (wawancara La Tulu melanjutkan perjalanan ke Lakepo tanggal 7 Oktober 2018). (Binuang), bergeser ke daerah Baera, Dapat dikatakan bahwa seluruh Balusu, dan sampai ke daearah Salessoe Sulawesi Selatan secara umum Barru secara yang rencana awal di Salessoelah tempat khusus berada dalam kekuasaan Belanda. dilaksanakan konferensi tersebut. Akan Pasukan TRIPS dan kelaskaran yang tergabung tetapi daerah Salessoe batal dilakukan tidak mampu lagi berkutik karena mereka telah konferensi dikarenakan daerah tersebut kehabisan persediaan senjata. Mandat sudah dikepung oleh Belanda dan kejadian Panglima Besar Jenderal Soedirman tidak tersebut Andi Sarifin meninggal akibat dapat diemban dengan baik oleh pasukan kontak senjata dengan Belanda. Secara TRIPS yang memberi amanah untuk tidak terduga dari peristiwa ini Andi memperjuangkan kemerdekaan RI. Mattalatta dan beberapa peserta yang Setelah tahun 1947 perjuangan lainnya meninggalkan daerah Salessoe bersenjata di Sulawesi Selatan telah yang sementara dikuasai oleh Belanda. dilumpuhkan oleh pasukan Belanda. Dengan Andi Mattalatta dan beberapa orang yang pertimbangan untuk perjuangan jangka selamat bergegas menuju Paddumpu, panjang dan untuk menghindari jatuhnya Kamiri, Kading, hingga akhirnya tibalah korban di kalangan masyarakat yang tidak didaerah yang dianggap paling aman yaitu berdosa, akhirnya pimpinan-pimpinan TRI daerah Paccekke. Dan hasil dari konferensi Devisi Hasanuddin mengambil keputusan tersebut adalah dibentuklah Tentara untuk kembali ke Jawa kemudian menyusun Republik Indonesia (TRI) Devisi program dan kekuatan baru. Hasanuddin, dimana pada hakikatnya Dapat dikatakan bahwa Dampak Yang konferensi ini bertujuan untuk Ditimbulkan Pasca Konferensi Paccekke mengorganisir kesatuan gerakan militer Tahun 1947 di Sulawesi Selatan belum dalam satu komando yang ditandai dengan seluruhnya kondusif, akan tetapi daerah tempat perlawanan bersenjata terhadap Belanda konferensi tersebut mulai berlangsungnya semakin meningkat. Aksi-aksi sabotase konferensi sampai setelah konferensi penghadangan dan penyerangan terhadap dilaksanakan kondisi daerah Paccekke masih tentara Belanda. 3. Dampak yang ditimbulkan pasca 2. Kiranya generasi muda mampu lebih bijak konferensi paccekke tahun 1947 adalah dalam memahami konsep dan makna Dapat dikatakan bahwa seluruh Sulawesi sebuah peristiwa yang begitu besar yang Selatan secara umum Barru secara khusus dampaknya bisa saja dapat merusak berada dalam kekuasaan Belanda. Pasukan generasi muda akan tetapi dari peristiwa TRIPS dan kelaskaran yang tergabung besar itu mampu menetralisir sebuah tidak mampu lagi berkutik karena mereka persoalan-persoalan yang terjadi di dalam telah kehabisan persediaan senjata. Mandat masyarakat. Panglima Besar Jenderal Soedirman tidak 3. Diharapkan kepada segenap pembaca dapat diemban dengan baik oleh pasukan untuk dapat sadar dan mampu memahami TRIPS yang memberi amanah untuk tentang peristiwa bersejarah yang terjadi memperjuangkan kemerdekaan RI. Setelah pada masa itu dan mengembangkan serta tahun 1947 perjuangan bersenjata di melestarikan warisan budaya lokal, tidak Sulawesi Selatan telah dilumpuhkan oleh hanya pada penyelamatan benda-benda pasukan Belanda. Dengan pertimbangan pusaka, melainkan juga dengan untuk perjuangan jangka panjang dan meningkatkan penulisan-penulisan karya untuk menghindari jatuhnya korban di mengenai sejarah lokal. kalangan masyarakat yang tidak berdosa, akhirnya pimpinan-pimpinan TRI Devisi Hasanuddin mengambil keputusan untuk DAFTAR PUSTAKA kembali ke Jawa kemudian menyusun program dan kekuatan baru. Dapat Abdullah, Taufik & Surjomiharjo, dikatakan bahwa Dampak Yang Abdurrohman.1985, Ilmu Ditimbulkan Pasca Konferensi Paccekke Sejarah dan Historiografi : Tahun 1947 di Sulawesi Selatan belum Arah dan Persfektif, Jakarta: seluruhnya kondusif, akan tetapi daerah Gramedia Pustaka. tempat konferensi tersebut mulai Abdurrahman, Dudung. 2007. Metodologi berlangsungnya konferensi sampai setelah Penelitian Sejarah. konferensi dilaksanakan kondisi daerah Yogyakarta : Ar-ruzz Media. Paccekke masih tetap aman dan kondusif. Ambo Tang, Ilham. 2011. “Menolak Kolonialisme. Menonton Film Barat di Kota Makassar B. Saran Tahun 1950an”, dalam http://www.google.co.id/url?sa Sehubungan dengan kesimpulan di =t&rct=j&q=pemerintahan+m atas, maka penulis ingin mengemukakan saran- akassar+masa+nit&source. saran sebagai berikut: Diakses tanggal 24 November 1. Diharapkan Pemerintah Kabupaten Barru 2011. beserta jajarannya agar sekiranya Amir, Muhammad. 2001. Pertentangan Antara memperhatikan data-data dan menjaga Golongan Unitaris dan baik arsip sejarah Kabupaten Barru Federalis di Sulawesi Selatan dikarenakan data-data khusus sejarah 1945-1950. Makassar: tentang Konferensi Paccekke banyak yang Depniknas, Direktorat hilang dan Hendaknya kepada pihak Jenderal Kebudayaan, Balai pemerintah terutama pemerintah Kajian Sejarah dan Nilai Kabupaten Barru agar mampu merekam Tradisional Makassar. kembali kisah-kisah sejarah tentang Arsip Nasional RI Perwakilan di Daerah Konferensi Paccekke yang besar Tingkat I Sulawesi Selatan. kemungkinan masih tersimpan di benak 1987. Inventaris Arsip para kalangan masyarakat, dengan Regering Van Oost Indonesie senantiasa membuat program yang (Pemerintah Negara mengkaji masalah sejarah lokal. Indonesia Timur) 1946-1950. Ujung Pandang: Arsip Nasional RI Perwakilan di Kristiawan. 1984. ABRI dalam Perkembangan Daerah Tingkat I Sulawesi Politik. Refleksi Kesejarahan Selatan. dan Tatapan Masa Depan. Asba, Rasyid. 2007. Kopra Makassar Ambarawa:Sinar Harapan. Perebutan Pusat dan Daerah: Madjid, Dian M & Johan Wahyudi. 2014. Ilmu Kajian Sejarah Ekonomi Sejarah Sebuah Pengantar. Politik Regional di Indonesia. Jakarta: Prenada Media Jakarta: Yayasan Obor Group. Indonesia. Mangemba, H.D. 2007. Sultan Hasanuddin Daeng Rapi, A. Massiara. 1988. Menuju Tabir Disegani Kawan Dan Lawan. Sejarah dan Budaya di Makassar: Pusataka Refleksi. Sulawesi Selatan. Jakarta: Mappangara, Suriadi, dkk. 2007. Pergolakan Lembaga Penelitian dan di Sulawesi Selatan; Studi Pelestarian Sejarah dan Kasus Konferensi Paccekke Budaya Sulawesi Selatan, 1945-1947. Barru: Dinas Tomanurung dan Yayasan Kominfo Budpar Barru. Bhineka Tunggal Ika. Mattalatta, Andi. 2002. Meniti Siri dan Harga Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Diri. Jakarta: Khasanah Kamus Besar Bahasa Manusia Nusantara. Indonesia Edisi Ketiga. Najamuddin. 2000. Sulawesi Selatan: Jakarta: Balai pustaka. Pergumulan Antara Negara Dijk, Van. 1993. Darul Silam Islam Sebuah Federal dan Negara Kesatuan Pemberontakan. Jakarta: 1946-1949. Tesis Magister Gravity Press. belum diterbitkan. Jakarta: Fortuna, Dewi Dkk, 2005. Konflik Kekerasan Universitas Indonesia. Internal, Jakarta: Yayasan obor Notosusanto, Nugroho. 1971. Norma-norma Indonesia. Dasar Dalam Penelitian dan Gootschalk, Louis. 1986. Mengerti Sejarah, Penulisan Sejarah. Jakarta: Terjemahan oleh Nugroho Dephankam. Notosusanto. Jakarta: UI Oddang, Andi. 2012. Untuk Merah Putih, Press. Catatan Seorang Pejuang Gonggong, Anhar.2004. Abdul Qahhar Ekspedisi TRIPS. Jakarta: Mudzakkar, dari Patriot Media Group Fajar Hingga Pemberontak. Bekerjasama dengan Yayasan Yogyakarta: Ombak. Makkarumpa Dg. Parani. Hasan, Sabriah.2010. Andi Makkasau Menakar Patang, Lahadjdji. 1976. Sejarah Perjuangan Harga 40.000 Jiwa. Kemerdekaan Republik Yogyakarta:Penerbit Ombak. Indonesia, Sulawesi dan Kadir, Harun, dkk. 1984. Sejarah Perjuangan Pahlawan-Pahlawannya. Kemerdekaan Republik Jakarta: Yayasan Indonesia di Sulawesi Selatan. Kesejahteraan Generasi Muda Ujung Pandang: Kerjasama Indonesia. Bappeda TK I Sul-Sel dengan Pawiloy, Sarita. 1985. Sejarah Perjuangan UNHAS. Angkatan 45 di Sulawesi Kartodirjo, Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu- Selatan. Ujung Pandang: Ilmu Sosial Dalam Metodologi Dewan Harian Daerah Sejarah. Jakarta: Gramedia. Angkatan 45 Propinsi Koro, Nasaruddin. 2005. Ayam Jantan Tanah Sulawesi Selatan. daeng, Siri’ & Pesse Dari Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Konflik Lokal Ke Pertarungan Sulawesi Selatan. 1991. Lintas Batas. Jakarta: Ajuara. Sejarah Perkembangan Pemerintahan Departemen Dalam Negeri di Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Suparman, Dadang. 2013.Pengantar Ilmu Selatan. Ujung Pandang: Sosial: Sebuah Pendekatan Pemerintah Provinsi Daerah Struktural Jakarta : PT bumi Tingkat I Sulawesi Selatan. aksara Jakarta. Pradadimara, Dias. 2004. “Penduduk Kota, Suryohadiprojo, Suyidiman. 1996. Warga Kota, dan Sejarah Kepemimpinan ABRI. Dalam Kota: Kisah Makassar. The 1st Sejarah dan Perjuangannya. International Coference on Jakarta: Intermasa. Urban History. Draft Pertama, Tiro, Arif. 2005. Metodologi Penelitian Sosial dalam Keagamaan, Makassar: Andira http://pdfcast.org/download/pe Pubhliser. nduduk-kota-warga-kota-dan- Trijono, Lambang Dkk, 2004. Potret Retak sejarah-kota-kisah- Nusantara, Yogyakarta: Pusat makassar.pdf. Diakses tanggal Studi Keamanan dan Perdamaian 24 November 2011. Yogyakarta. Rasyid, Darwas. 1990. Sejarah Perjuangan Yasin Limpo, Syahrul, dkk.1995. Profil Kemerdekaan di Daerah TK II Sejarah Budaya dan Pariwisata Kabupaten Barru. Ujung Gowa. Ujung Pandang: Pemda Pandang: Balai Kajian dan Tingkat II Gowa Kerjasama Nilai Tradisional Ujung Yayasan Eksponen 1966 Gowa. Pandang. Yulianto, Pratomo. 2005. Militer dan Riclefts, M.C. 2005. Sejarah Indonesia Kekuasaan. Yogyakarta: Narasai. Modern 1200-2004. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta. R. Kahin, Audrey. 1989. Pergolakan Daerah Pada Awal Kemerdekaan. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Said, Alimuddin. 2004. Perjuangan Robert Wolter Mongisidi. Tesis. Program Pasca Sarjana belum diterbitkan. Makassar: UNM. Said, M. Natzir. 1980. Lahirnya TRI. Divisi Hasanuddin di Sulawesi- Selatan & Tenggara Jilid I. Makassar: Team Penelitian Sejarah Perjoangan Rakyat SULSELRA Kerja Sama Kodam XIV Hasanuddin, UNHAS dan IKIP Ujung Pandang. Sitonda, Muhammad Nasir. 2012. Integrasi Gerilya, Darul Islam Indonesia (DI/TII) ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Makassar: Yayasan Pendidikan Muhammad Nasir. Sjamuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Ombak. Soekanto, Soerjono. 1998. Fungsionalisme dan Teori Konflik Dalam Perkembangan Sosiologi, Jakarta: Sinar Grafika.