DAFTAR PUSTAKA Arsip ANRI, Sekretariat Negara Republik

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

DAFTAR PUSTAKA Arsip ANRI, Sekretariat Negara Republik DAFTAR PUSTAKA Arsip ANRI, Sekretariat Negara Republik Indonesia No. 940. Sumber Lisan ANRI, Wawancara dengan Daan Jahja 15 Desember 1984, Kaset IV sisi A dan B. ANRI, Wawancara dengan Kemal Idris 04 Februari 1986, Kaset IV sisi A dan B. Wawancara T.B. Sos Rendra, sebagai Budayawan dan Sejarawan Lokal Tangerang Selatan. Pada tanggal 20 Agustus 2019. Video Metro File “Melawan Lupa: Riwayat Daan Mogot”, https://www.youtube.com/watch?v=0jLJm_bT_XQ diakses pada tanggal 7 April 2019. Surat Kabar dan Majalah Antara, 1946 Berdjoeang, 1946. Kedaulatan Rakjat, 1946. Majalah Senakatha Edisi 35, Membangun Kesadaran Sedjarah, Pusat Sejarah TNI: 2010. Merdeka, 1945. Ra’jat, 1946. Skripsi dan Thesis Herwin Sumarda. Tangerang 1945-46: Pemerintahan dan Rakyat, Skripsi Sarjana yang tidak diterbitkan, Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1985. 81 Buku Abdul Haris Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia, Jilid 1 Proklamasi,Disjarah TNI-AD, 1976. Anderson, Benedict. Revoloesi Pemoeda Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa 1944- 1946. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1988 Anwar, Rosihan, Kemal Idris: Bertarung Dalam Revolusi, Jakarta: Sinar Harapan, 1996. ANRI, Perjuangan Mempertahankan Jakrta Masa Awal Proklamasi, Jakarta: ANRI, 1998. Cribb, Robert B. Gejolak Revolusi di Jakarta 1945-1949 Pergulatan Antara Otonomi dan Hegemoni. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1990. Dinas Sejarah Militer Kodam V/Jaya, Sejarah Perjuangan Rakyat Jakarta, Tangerang, dan Bekasi dalam Menegakkan Kemerdekaan RI, Dinas Sejarah Militer Kodam V/Jaya dan P.T. Virgo Sari, 1975. Dinas Sejarah TNI-AD, Sejarah TNI-AD 1945-1950, Jilid 7; Sejarah perkembangan pendidikan dan latihan TNI Angkatan Darat, DISJARAH TNI-AD, Bandung, 1984. Dinas Sejarah TNI-AD. Sejarah TNI Jilid I (1945-1949), Jakarta: Markas Besar Tentara Nasional Indonesia Pusat Sejarah dan Tradisi TNI, 2000. Disjarah DAM IV/ Siliwangi, Siliwangi Dari Masa Ke Masa, Bandung: Angkasa, 1977. DISJARAH Militer TNI AD, Sejarrah TNI AD 1945 – 1973, DISJARAH TNI AD, 1978. Dudung Abdurahman, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 1999. Gottschalk, Louis, Mengerti Sejarah (Terjemahan Nugroho Notosusanto), Jakarta: UI Press, 1973. 81 82 George Mcturnan Kahin, Nasionalisme & Revolusi Indonesia, (Komunitas Bambu, 2013. Harry A. Poeze, Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia: Jilid 1 Agustus 1945-Maret 1946,Yayasan Obor Indonesia, 2008. Joyce C, Lebra, Japanese-Trained Armies in Southeast Asia, Columbia University Press, New York, 1977. Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2005. Marwati Djoenoed Poesponegoro, Nugroho Notosutanto, Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI: Zaman Jepang dan Republik, Jakarta: Balai Pustaka, 2011. Moehkardi, Pendidikan Perwira TNI-AD di Masa Revolusi, Jilid I, Jakarta: PT Inaltu, 1981. M. Rusli Karim, Totok Daryanto, Birokrasi, Yogyakarta:Tiara Wacana, 1989. Nugroho Notosutanto, TENTARA PETA: pada jaman pendudukan Jepang di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 1979. Pemerintah Kabupaten Tangerang, Sejarah Kabupaten Tangerang,Tim Pusat Studi Sunda: Kabupaten Tangerang, 2004. Pramoedya Ananta Toer, dan Koeslah Subagyo Toer, Kronik Revolusi Indonesia 1 (1945), Kepustakaan Populer Gramedia, 2005. Pusat Sedjarah Militer Angkatan Darat, Peranan TNI – Angkatan Darat,(Pusat Sejarah Militer TNI AD, 1995. Rahardjo, Pamoe, Badan Keamanan Rakyat (BKR), Cikal Bakal Tentara Nasional Indonesia Yayasan Pembela Tanah Air (YAPETA), 1995. Ricklef, M.C, Sejarah Indonesia Modern 1200 – 2008, Jakarta: PT. Serambi Ilmu, 2008. Robert Feith, Decline of Constitusional Democracy In Indonesia, New York: 1964. Saefur, Rochmat, Ilmu Sejarah Dalam Perspektif Ilmu Sosial, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009. 83 Saleh, R. H. A., Akademi Militer Tangerang dan Peristiwa Lengkong, Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama. 1995. Sujarwo, Fakhrudin, Perubahan Sosial – Pengertian, Teori, Bentuk, Pendorong, Penghambat, Dampak, 2018. Soejatno, Revolution and Social Tension In Surakarta 1945 – 1950, Cornell University, 1974. Talumewo, Bodewyn Grey, Pahlawan Minahasa: Mayor Daan Mogot – Pendiri dan Direktur Pertama Akademi Militer Tangerang, Minahasa: Cet. 1, 2007. TNI, Markas Besar, Sejarah TNI Jilid I (1945-1949), Jakarta: Pusat Sejarah Dan Tradisi TNI, 2000. Yan Pramadya Puspa, Kamus Hukum: Edisi Lengkap Bahasa Belanda, Indonesia, Inggris, Semarang: Aneka Ilmu, 1977. Ensiklopedia Pemprov Jakarta, Akademi Militer Tangerang, https://jakarta.go.id/artikel/konten/630/akademi- militer-tangerang. Diakses pada tanggal 01 Februari 2019 pukul 19.00. .
Recommended publications
  • Beberapa Tahun Belakangan, Konstelasi Politik DKI Jakarta Memanas. Tahun 2007 Merupakan Tahun Dimulainya Pemilihan Gubernur
    Jurnal PolGov Vol. I No. 1, 2019 35 Gubernur DKI Jakarta Dipilih Presiden: Sebuah Wacana yang Patut Dipertimbangkan Agung Wicaksono1 Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk mempertimbangkan wacana pemilihan gubernur DKI Jakarta oleh presiden. Wacana ini bisa dianggap sebagai jalan keluar dari kegaduhan politik yang ditimbulkan akibat pemilihan gubernur (pilgub) DKI Jakarta. Pilgub DKI Jakarta bermuara pada iklim politik yang tidak sehat. Polarisasi masyarakat semakin menguat dan itu tidak hanya terjadi di DKI Jakarta tetapi seluruh pelosok negeri. Masyarakat yang secara politik tidak terkait dengan DKI Jakarta pun turut ambil bagian dalam memanaskan situasi politik. Instabilitas politik di DKI Jakarta bisa berdampak pada instabilitas ekonomi. Tulisan ini berusaha menelaah wacana pemilihan gubernur DKI Jakarta oleh presiden dengan menggunakan konsep desentralisasi asimetris. Ada dua mekanisme yang bisa digunakan, yakni mekanisme “minimum demokrasi prosedural” dan “zero demokrasi prosedural”. Studi literatur digunakan untuk menyintesiskan data-data dan argumentasi yang dibangun oleh penulis. Harapannya, tulisan ini bisa memberikan pemikiran dan alternatif baru dalam khazanah ilmu politik, khususnya dalam kajian mengenai pemilihan kepala daerah. Kata Kunci: DKI Jakarta; Pilkada; Desentralisasi Asimetris Pendahuluan Beberapa tahun belakangan, konstelasi politik DKI Jakarta memanas. Tahun 2007 merupakan tahun dimulainya pemilihan gubernur (pilgub) DKI Jakarta secara langsung oleh rakyat.2 Kemudian, 1 Penulis adalah dosen pada Program Studi Ilmu Pemerintahan, Universitas Islam Riau 2 Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2007 Jakarta hanya diikuti oleh dua pasangan, yakni Fauzi Bowo-Prijanto dan Adang Daradjatun-Dani Anwar. Dari tiga pilgub yang telah terjadi di Jakarta pasca dipilih langsung oleh rakyat (2007, 2012, dan 2016), pilgub ini tergolong lebih minim gejolak. Pilgub ini dimenangkan oleh Fauzi Bowo-Prijanto dengan mendapat suara sebesar 57,87%.
    [Show full text]
  • 23 Populasi MIGRATION, ETHNICITY and LOCAL
    Populasi Volume 24 Nomor 2 2016 Halaman 23-36 MIGRATION, ETHNICITY AND LOCAL POLITICS: THE CASE OF JAKARTA, INDONESIA Aulia Hadi and Riwanto Tirtosudarmo Research Center for Society and Culture, Indonesian Institute of Sciences Correspondence: Aulia Hadi (email: [email protected]) Abstract As the capital city of a country with the world’s fourth largest population, Jakarta, like many other big cities in the developing economies, for example, Mexico City or New Delhi, hosts migrants from all regions of the country. Without a doubt, Jakarta has increasingly become the major core of the agglomeration processes transforming it and its satellite cities into a Mega Urban Region (MUR). This paper traces historically the interactions between migration, ethnicities and local politics in Jakarta from the 1960s to the 2000s focusing on the latest development, in which the phenomenon ‘Ahok’, the nickname of Basuki Tjahaja Purnama, a Chinese-Christian from the small district of Belitung, has become an increasingly popular Governor of Jakarta. The paper argues that through the recent developments in Jakarta the politics have apparently been transformed into more civic, rather than ethnic politics. The nature of Jakarta as a proliferating migrant city transcends narrow cultural identities as well as conventional party politics into a more active citizenry through the widespread use of social media. Keywords: migration, ethnicity, local politics, new media Introduction had already started in the 17th century. Because of the low number of inhabitants, the Government of the Dutch East Indies The interconnection between migration, encouraged people to move to Batavia1 to ethnicity and politics has been thoroughly meet its labour needs.
    [Show full text]
  • Konsep Pendidikan Dalam Perspektif Tan Malaka (Tokoh Revolusioner Prakemerdekaan)
    KONSEP PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF TAN MALAKA (TOKOH REVOLUSIONER PRAKEMERDEKAAN) Oleh: Hambali Mahasiswa Manajemen Pendidikan Program Doktor (S3) Universitas Negeri Medan [email protected] ABSTRAK Lembaga pendidikan terasa mengalami tantangan yang sangat kompleks, seiring dengan kompleksitas persoalan di abad ke-21 yang muncul ditengah-tengah masyarakat kita. Oleh karena itu pendidikan di negeri ini mestinya punya konsep tersendiri yang benar-benar sesuai dengan falsafah bangsa Indonesia, dan hal itu yang mulai merosot dimana pendidikan mengarah pada praktek liberalis dan kapitalis serta penindasan-penindasan sehingga pendidikan semakin jauh dari nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Tan malakapernah meletakkan landasan dasar pendidikan yaitu: Pendidikan adalah dasar untuk melepaskan bangsa dari keterbelakangan dan kebodohan serta belenggu Imperialisme-Kolonialisme. Tan Malaka menekankan pada materi pendidikan dan mengenai hal itu dapat disimpulkan menjadi tiga bagian yaitu:Memberi senjata yang cukup buat mencari kehidupan dalam dunia kemodalan (berhitung, membaca, menulis, ilmu bumi, bahasa asing, bahasa Indonesia dan bahasa daerah,Memberi haknya terhadap murid-murid yakni harus dengan jalan pergaulan,Menujukkan kewajiban terhadap berjuta-juta kaum Kromo (rakyat jelata).Pemikiran Tan Malaka mengenai pendidikan dianggap sebagai modal dasar bagi kemajuan dari bangsa yang merdeka dalam politik, ekonomi, sosial dan budaya sehingga menjadi bangsa yang sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Praktek pendidikan Tan Malaka bisa disebut sebagai pedagogik transformatif, yaitu proses memanusiakan manusia untuk dapat membentuk masyarakat baru dan pengetahuan baru yang diciptakan oleh keterlibatan mereka sendiri. Hal ini mengusahakan agar pendidikan di posisikan supaya masyarakat mempunyai kesadaran dari pendidikan yang tertindas dan tertinggal. Setelah sadar, diharapkan masyarakat dapat membongkar tatanan atau relasi sosial yang tidak adil dan mengembalikan kemanusian manusia.
    [Show full text]
  • Gaya Komunikasi Pemimpin Di Media
    GAYA KOMUNIKASI PEMIMPIN DI MEDIA (Analisis Semiotika Gaya Komunikasi Basuki Tjahaja Purnama “ Ahok” Dalam Tayangan Mata Najwa On Stage “ Semua Karena Ahok “ Di Metro TV) SKRIPSI MAWADDATUR RAHMAH 130904145 Program Studi Jurnalistik UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI MEDAN 2018 i Universitas Sumatera Utara GAYA KOMUNIKASI PEMIMPIN DI MEDIA (Analisis Semiotika Gaya Komunikasi Basuki Tjahaja Purnama “ Ahok” Dalam Tayangan Mata Najwa On Stage “ Semua Karena Ahok “ Di Metro TV) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara MAWADDATUR RAHMAH 130904145 Program Studi Jurnalistik DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018 ii Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI LEMBAR PERSETUJUAN Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Mawaddatur Rahmah NIM : 130904145 Departemen : Ilmu Komunikasi Judul Skripsi : GAYA KOMUNIKASI PEMIMPIN DI MEDIA (Analisis Semiotika Gaya Komunikasi Basuki Tjahaja Purnama “Ahok” Dalam Tayangan Mata Najwa On Stage “Semua Karena Ahok” Di Metro TV) Dosen Pembimbing Ketua Departemen Yovita Sabarina Sitepu, S.Sos, M.Si Dra.Dewi Kurniawati, M.Si. Ph.D NIP.198011072006042002 NIP. 196505241989032001 Dekan FISIP USU Dr. Muryanto Amin, M.Si NIP. 197409302005011002 ii Universitas Sumatera
    [Show full text]
  • Adam Malik (Deppen) in MEMORIAM: ADAM MALIK A917-1984)
    144 Adam Malik (Deppen) IN MEMORIAM: ADAM MALIK a917-1984) Ruth T. McVey The great survivor is dead. Though Adam Malik was by no means the only politician to hold high office under both Guided Democracy and the New Order, he was by far the most distinguished and successful. Others were political hacks with no true political coloring, or representatives of specialized con­ stituencies not involved directly in the conflict between Sukarno and the army; but Malik had been a central figure in the formulation of Guided Democracy and a close counsellor of Sukarno. Moreover, having chosen against that leader in the crisis following the coup of October 1965, he was not thereby completely discredited in the eyes of his former colleagues. For many of his old leftist associates he remained a patron: a leader who would still receive and could occasionally aid them, who could still speak their language, if only in private, and who still—in spite of his evident wealth, Western admirers, and service to a counter-revolutionary regime—seemed to embody what remained of the Generation of ’45, the fading memories of a radical and optimistic youth. To survive so successfully, a man must either be most simple and consistent, or quite the opposite. No one could accuse Adam Malik of transparency, yet there was a consistency about the image he cultivated. From early youth he appeared as a radical nationalist, a man of the left; and however unsympathetic the regime to that viewpoint he never allowed the pursuit of ambition completely to cloud that picture.
    [Show full text]
  • Soekarno's Political Thinking About Guided Democracy
    e-ISSN : 2528 - 2069 SOEKARNO’S POLITICAL THINKING ABOUT GUIDED DEMOCRACY Author : Gili Argenti and Dini Sri Istining Dias Government Science, State University of Singaperbangsa Karawang (UNSIKA) Email : [email protected] and [email protected] ABSTRACT Soekarno is one of the leaders of the four founders of the Republic of Indonesia, his political thinking is very broad, one of his political thinking about democracy is guided democracy into controversy, in his youth Soekarno was known as a very revolutionary, humanist and progressive figure of political thinkers of his day. His thoughts on leading democracy put his figure as a leader judged authoritarian by his political opponents. This paper is a study of thought about Soekarno, especially his thinking about the concept of democracy which is considered as a political concept typical of Indonesian cultures. Key word: Soekarno, democracy PRELIMINARY Soekarno is one of the four founders of the Republic of Indonesia according to the version of Tempo Magazine, as political figures aligned with Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir and Tan Malaka. Soekarno's thought of national politics placed himself as a great thinker that Indonesian ever had. In the typology of political thought, his nationality has been placed as a radical nationalist thinker, since his youthful interest in politics has been enormous. As an active politician, Soekarno poured many of his thinkers into speeches, articles and books. One of Soekarno's highly controversial and inviting notions of polemic up to now is the political thought of guided democracy. Young Soekarno's thoughts were filled with revolutionary idealism and anti-oppression, but at the end of his reign, he became a repressive and anti-democratic thinker.
    [Show full text]
  • PEMIKIRAN TAN MALAKA TENTANG STRATEGI KEMERDEKAAN INDONESIA DALAM PERSPEKTIF FIQH SIYASAH DAN HAM PBB (HAM Universal) SKRIPSI Di
    PEMIKIRAN TAN MALAKA TENTANG STRATEGI KEMERDEKAAN INDONESIA DALAM PERSPEKTIF FIQH SIYASAH DAN HAM PBB (HAM Universal) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) dalam Ilmu Syari‟ah Oleh: RIRIN PURWANINGSIH NPM: 1421020111 Program Studi: Hukum Tata Negara (Siyasah Syar’iyyah) FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN INTAN LAMPUNG TAHUN AKADEMIK 1441 H/2019 M PEMIKIRAN TAN MALAKA TENTANG STRATEGI KEMERDEKAAN INDONESIA DALAM PERSPEKTIF FIQH SIYASAH DAN HAM PBB (HAM Universal) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) dalam Ilmu Syari‟ah Oleh: RIRIN PURWANINGSIH NPM: 1421020111 Program Studi: Hukum Tata Negara (Siyasah Syar’iyyah) Pembimbing I : Dr. Alamsyah, S.Ag., M.H. Pembimbing II : Badruzzaman, S. Ag. FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN INTAN LAMPUNG TAHUN AKADEMIK 1440 H/2019 M ABSTRAK Kemerdekaan merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan suatu kehidupan yang manusiawi. Kemerdekaan merupakan ideal yang pertama sekali terlihat di dalam pengalaman hidup di bawah penjajahan, kemerdekaan bangsa dan kemerdekaan manusia. Kemerdekaan adalah sosok balik dari keterjajahan. Oleh karena itu, bukannya tanpa makna historis kalau kalimat pertama Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu deklarasi tentang kemerdekaan sebagai hak segala bangsa. Konsep kemerdekaan membawa banyak maksud bergantung kepada kepentingan dan pendekatan. Umumnya kemerdekaan bermaksud bebas daripada kongkongan atau cengkaman sesuatu. Seseorang yang merdeka bebas untuk mengatur kehidupan diri sendiri dan bebas untuk melakukan perkara yang terhalang. Namun begitu, untuk mencapai kemerdekaan sebenar, seseorang itu semestinya mengikuti segala peraturan yang telah ditetapkan oleh masyarakat. Kemerdekaan sesebuah negara pula berkait rapat dengan kebebasan dari cengkaman penjajah.
    [Show full text]
  • BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda Adalah Pelaku
    BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan bangsa. Berbicara masalah pemuda tidak akan ada habisnya, perubahan besar yang terjadi pada bangsa ini tidak terlepas dari peran para pemuda yang pada saat itu cerdas, kritis dan kreatif. Sumpah pemuda 1928 lahir karena langkah strategis yang dilakukan oleh pemuda untuk menyatukan pemuda di seluruh tanah air menjadi satu bangsa dan satu bahasa. “Seribu orang tua hanya bisa bermimpi, sedangkan satu pemuda dapat mewujudkan mimpi mereka,” kata Bung Karno. Peran pemuda dalam mengisi kemerdekaan serta pembangunan nasional telah memberikan dampak positif bagi pertumbuhan bangsa. Kepeloporan pemuda dalam pembangunan bangsa dan negara harus dipertahankan sebagai generasi penerus yang memiliki jiwa pejuang, perintis dan kepekaan terhadap sosial, politik dan lingkungan. Hal ini dibarengi pula oleh sikap mandiri, disiplin, dan memiliki sifat yang bertanggungjawab, inovatif, ulet, tangguh, jujur, berani dan rela berkorban dengan dilandasi oleh semangat cinta tanah air. Dalam perjalanan zaman, sejarah baru selalu ditandai dengan lahirnya generasi baru. Dalam kancah sejarah, generasi baru yang mengukir sejarah baru itu adalah dari kalangan kaum muda. Perputaran sejarah juga telah membuktikan bahwa setiap generasi itu ada umurnya. Dengan demikian, nama-nama yang muncul sekarang sebagai calon pemimpin yang sebenarnya adalah satu generasi, juga ada umurnya. Inilah peluang yang mesti dijemput oleh kaum muda saat ini. Sebuah peluang untuk mempertemukan berakhirnya umur generasi itu dengan muara dari gerakan kaum muda untuk menyambut pergantian generasi dan menjaga perputaran sejarah dengan ukiran-ukiran prestasi baru. Maka, harapannya adalah bagaimana kaum muda tidak membiarkan begitu saja sejarah melakukan pergantian generasi itu tanpa kaum muda menjadi subjek di dalamnya.
    [Show full text]
  • INDO 53 0 1106966637 65 70.Pdf (245.9Kb)
    T a n M a l a k a : " J u s t a s A r t is a n s , W h e n G a t h e r e d T o g e t h e r " Rudolf Mrazek i There has been, admittedly, apprehension over the past twenty years or so, about what if Helen Jarvis should finally make it. I thought of the beautiful trips of exploration, the searches for a chapter or a loose page from some Tan Malaka text, of the moments of victory, when, in Pasar Senen let's say, a market still of somewhat dubious fame for its fishy dealings, one might one day find, amidst pans, sandals, and old recordings, a stenciled thriller-like, samizdat-like version of Pandangan Hidup (Weltanschauung) or even a copy of Madilog. One feared—not a few Indonesians had been searching the same way—that Tan Malaka's message would become stale if it did not reach us through this kind of adventure. For the two decades or so that I had known about Helen Jarvis' project, I thought of the day when these three handy, fat, respectable volumes would appear on my shelf, complete with index, bibliography, and notes, easy to browse through, on recycled paper and for only thirty dollars.1 Tan Malaka's monumental, moving, crazy, and wise autobiography, the warmest state­ ment by and about Indonesia during the first fifty years of the twentieth century, and maybe the warmest statement by and about the Asian revolution during the same period, is now available in English.
    [Show full text]
  • Judul Dalam Bahasa Indonesia, Ditulis Dengan
    Available online at: http://unikastpaulus.ac.id/jurnal/index.php/jpkm JKPM: Jurnal Pendidikan dan KebudayaanMissio, P-ISSN: 1411-1659; E-ISSN: 2502-9576 Volume 12, No 1, Januari 2020 (67-82) DOI: https://doi.org/10.36928/jpkm.v12i1.215 ANALISIS SEMIOTIKA KONFLIK IDEOLOGI (ANALISIS SOSIOLOGI MEDIA PADA FILM “JENDERAL SOEDIRMAN”) Lasarus Jehamat1 Rudolof Ngalu2, Laurensius D.E.P. Putra3 1Jurusan Sosiologi Fisip Undana Kupang 2Prodi PGSD FKIP Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng 3Jurusan Sosiologi Fisip Undana Kupang Email: [email protected] [email protected] [email protected] Abstrak Penelitian ini berjudul Analisis Semiotika Tentang Konflik Ideologi (Analisis Sosiologi Media Pada Film “Jenderal Soedirman”). Penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa semua hal termasuk film tidak luput dari proses dan relasi kekuasaan. Kehadiran film memiliki tujuan dan karena itu memiliki makna tertentu pula. Penelitian ini berfokus pada analisis konflik antarideologi dalam film “Jenderal Soedirman”. Disebutkan, dalam film tersebut, konflik sering terjadi di beberapa segmen. Semua konflik tentu dilandasi oleh akar dan sebab tertentu. Demikian pula, setiap konflik selalu memiliki dinamika tertentu. Apa pun alasannya, dinamika konflik entah secara sosial maupun secara simbolis dalam film memiliki makna tertentu. Oleh karena itu, dinamika konflik yang terjadi dapat dianalisis dan laik diperiksa. Kajian menggunakan teori konflik Ralf Dahrendorf. Analisis penelitian ini menggunakan konsep interpretatif kualitatif. Metode yang dipakai sebagai mesin analisis menggunakan metode semiotika Roland Barthes. Semiotika Roland Barthes memfokuskan analisis tanda dengan melihat pada denotasi, konotasi dan mitos. Hasil penelitian menunjukkan sejumlah konflik ideologi yang terjadi dalam film tersebut. Beberapa di antaranya ialah konflik antara ideologi nasionalisme sempit (chauvinism) vs fasisme, antara nasionalisme vs kolonialisme, antara nasionalisme vs komunisme, dan konflik komunisme vs kolonialisme.
    [Show full text]
  • Daftar Arsip Statis Foto Kementerian Penerangan RI : Wilayah DKI Jakarta 1950 1 11 1950.08.15 Sidang BP
    ISI INFORMASI ARSIP FOTO BIDANG POLITIK DAN PEMERINTAHAN KURUN KEGIATAN / NO. POSITIF/ NO ISI INFORMASI UKURAN FOTOGRAFER KETERANGAN WAKTU PERISTIWA NEGATIF 1 2 3 4 5 6 7 8 1 1950.08.15 Sidang Pertama Ketua DPR Sartono sedang membuka sidang pertama Dewan 50001 5R v. Eeden Dewan Perwakilan Perwakilan Rakyat, duduk di sebelahnya, Menteri Rakyat Penerangan M.A. Pellaupessy. 2 Presiden Soekarno menyampaikan pidato di depan Anggota 50003 5R v. Eeden DPR di Gedung Parlemen RIS. [Long Shot Suasana sidang gabungan antara Parlemen RI dan RIS di Jakarta. Dalam rapat tersebut Presiden Soekarno membacakan piagam terbentuknya NKRI dan disetujui oleh anggota sidang.] 3 Presiden Soekarno keluar dari Gedung DPR setelah 50005 5R v. Eeden menghadiri sidang pertama DPR. 4 Perdana Menteri Mohammad Natsir sedang bercakap-cakap 50006 5R v. Eeden dengan Menteri Dalam Negeri Mr. Assaat (berpeci) setelah sidang DPR di Gedung DPR. 5 Lima orang Anggota DPR sedang berunding bersama di 50007 5R v. Eeden sebuah ruangan di Gedung DPR, setelah sidang pertama DPR. 6 Ketua Sementara DPR Dr. Radjiman Wedyodiningrat sedang 50008 5R v. Eeden membuka sidang pertama DPR, di sebelah kanannya duduk Sekretaris. 7 Ketua Sementara DPR Dr. Radjiman Wedyodiningrat sedang 50009 5R v. Eeden membuka sidang pertama DPR, di sebelah kirinya duduk Ketua DPR Mr. Sartono. 8 Suasana ruangan pada saat sidang pertama DPR Negara 50010 5R v. Eeden Kesatuan. 9 [1950.08.15] Sidang BP. KNIP Suasana sidang Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia 5R Moh. Irsjad 50021 Pusat (BP. KNIP) di Yogyakarta. 10 Presiden Soekarno sedang berpidato sidang BP. KNIP di 5R 50034 Yogyakarta.
    [Show full text]
  • Pemikiran Politik Soekarno, Bung Hatta, Dan Tan Malaka Dalam Kehidupan Politik Di Indonesia
    PEMIKIRAN POLITIK SOEKARNO, BUNG HATTA, DAN TAN MALAKA DALAM KEHIDUPAN POLITIK DI INDONESIA Oleh : H. Agus Dedi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Galuh Jln.R.E. Martadinata No. 150 Ciamis Abstrak Fenomena politik tanah air saat ini banyak diwarnai dengan pemikiran-pemikiran tokoh politik. Lama. Pemikiran-pemikiran politik tersebut menjadi landasan filosofis dalam aktivitas kehidupan berbangsa dan bernegara dalam konteks politik tanah air. Menyadari pentingnya hal ini, tampaknya pengkajian tentang pemikiran politik beberapa tokoh di tanah air menjadi bagian yang sangat penting dan strategis guna mencermati fenomena politik yang berkembang di Indonesia saat ini. Pemikiran politik yang dikembangkan oleh Soekarno, Bung Hatta, dan Tan Malaka menjadi sumbangsih berharga dalam konteks kekinian dinamika politik di Indonesia dengan ditandai adanya konsep pemikiran politik yang mengedepankan filosofi politik ciri khas tokoh politik tersebut. Soekarno sangat mengedepankan konsep gotong royong dan berdikari. Bung Hatta memandang bahwa filosofi dari konsep kebersamaan itu tercermin dalam bentuk koperasi. Tan Malaka sangat mengedepankan konsep madilog (materislisme, dialektika, dan logika) dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam pandangannya tercermin bahwa kemajuan masyarakat Indonesia dapat dicapai melalui kemajuan cara berpikir masyarakatnya yang akan melahirkan ide- ide konstruktif dan alternatif untuk mencapai masyarakat yang lebih sejahtera dan mampu bersaing dalam tataran global saat ini. Kata kunci: pemikiran politik, negara, dan
    [Show full text]