Pemikiran Politik Soekarno, Bung Hatta, Dan Tan Malaka Dalam Kehidupan Politik Di Indonesia
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
PEMIKIRAN POLITIK SOEKARNO, BUNG HATTA, DAN TAN MALAKA DALAM KEHIDUPAN POLITIK DI INDONESIA Oleh : H. Agus Dedi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Galuh Jln.R.E. Martadinata No. 150 Ciamis Abstrak Fenomena politik tanah air saat ini banyak diwarnai dengan pemikiran-pemikiran tokoh politik. Lama. Pemikiran-pemikiran politik tersebut menjadi landasan filosofis dalam aktivitas kehidupan berbangsa dan bernegara dalam konteks politik tanah air. Menyadari pentingnya hal ini, tampaknya pengkajian tentang pemikiran politik beberapa tokoh di tanah air menjadi bagian yang sangat penting dan strategis guna mencermati fenomena politik yang berkembang di Indonesia saat ini. Pemikiran politik yang dikembangkan oleh Soekarno, Bung Hatta, dan Tan Malaka menjadi sumbangsih berharga dalam konteks kekinian dinamika politik di Indonesia dengan ditandai adanya konsep pemikiran politik yang mengedepankan filosofi politik ciri khas tokoh politik tersebut. Soekarno sangat mengedepankan konsep gotong royong dan berdikari. Bung Hatta memandang bahwa filosofi dari konsep kebersamaan itu tercermin dalam bentuk koperasi. Tan Malaka sangat mengedepankan konsep madilog (materislisme, dialektika, dan logika) dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam pandangannya tercermin bahwa kemajuan masyarakat Indonesia dapat dicapai melalui kemajuan cara berpikir masyarakatnya yang akan melahirkan ide- ide konstruktif dan alternatif untuk mencapai masyarakat yang lebih sejahtera dan mampu bersaing dalam tataran global saat ini. Kata kunci: pemikiran politik, negara, dan kehidupan politik. I. Pendahuluan sebagai filosofi dalam kehidupan berbangsa dan Fenomena politik pada tahun 2018 bernegara di Indonesia. menjadi diskursus penting dalam kancah Perlu dijelaskan pada bagian ini bahwa perpolitikan di tanah air. Hal ini terbentuk karena saat ini masih ada pemikiran-pemikiran politik banyak aktivitas kehidupan politik yang dari beberapa tokoh di tanah air yang ternyata mewarnai dinamika kehidupan masyarakat saat pemikirannya masih relevan diimplementasikan ini sehingga tahun ini dianggap sebagai tahun dalam aktivitas politik saat ini. Hal ini menjadi politik. Sebagai tahun politik, banyak pihak sebuah tanda bahwa pemikiran-pemikiran tokoh melakukan manuver politik dalam rangka politik pada zaman orde lama masih dapat menyambut event besar politik tanah air. Hal ini digunakan dalam konteks perilaku politik tanah ditandai dengan isu pilkada serentak air saat ini. kabupaten/kota, pemilihan gubernur/wakil gubernur, kemudian tahapan-tahapan pemilihan II. Tinjauan Pustaka legislatif, pemilihan presiden dan wakil presiden 2.1. Sifat-sifat dalam Pemikiran Politik yang akan dimulai pada bulan Agustus tahun Indonesia 2018. Secara tegas Alfian (1981:8) menguraikan Agenda tersebut telah menjadi sorotan tentang pemikiran politik. Menurutnya ada tiga publik yang melibatkan berbagai elemen sifat yang terkandung dalam pemikiran politik masyarakat mulai dari pengamat politik, partai Indonesia. Pertama, kecenderungan keras buat politik, para kandidat, lembaga survey, serta mendekati permasalahan secara moral sehingga masyarakat pada umumnya. Semua pihak lupa memperhatikan realita politik yang berlaku. memberikan komentar dan pandangannya Oleh sebab itu pemikiran-pemikiran yang lahir menyoroti agenda politik tanah air. Terlepas dari bukan saja tampak sangat idealis atau utopis hal itu, salah satu fenomena yang layak diangkat tetapi juga sering tidak begitu bersinggungan dalam tulisan ini adalah beberapa pemikiran dengan apa-apa yang sebenarnya berlaku dalam politik yang masih relevan mewarnai kehidupan masyarakat sebagaimana tercermin dari sikap dan politik saat ini sehingga menghasilkan suatu tingkah laku politik mereka sehari-hari. Kedua, temuan yang cukup penting untuk dijadikan dasar kecenderungan untuk melihat Indonesia sebagai 527 suatu kesatuan yang telah utuh sehingga sering III. Metode Penelitian pula melupakan ciri-ciri pluralisme yang masih Untuk menjelaskan tentang beberapa melekat dalam dirinya. Itu pun tampak pemikiran politik yang masih relevan saat ini menjauhkan pemikiran-pemikiran politik tersebut dalam konteks dinamika politik Indonesia, dari realita yang sesungguhnya. Ketiga, terlihat penulis menggunakan metode deskriptif dengan pada nada optimisme, bahkan kadang-kadang pendekatan kualitatif. Dengan metode ini peneliti optimisme yang berlebihan yang terpantul berusaha untuk mendeskripsikan, menganalisis, daripadanya. Optimisme semacam itu dan membangun makna tentang fenomena yang mempunyai kecenderungan untuk meremehkan merefleksikan pemikiran politik Indonesia saat persoalan-persoalan yang sebenarnya mendesak ini. Hal ini sejalan dengan pemikiran Whitney seperti bahaya kepadatan penduduk dan (1960:160) yang menyatakan bahwa metode kesenjangan sosial. deskriptif adalah pencarian fakta dengan Uraian di atas menjelaskan bahwa interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif sesungguhnya pada umumnya pemikiran politik mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, itu tidak lahir hanya dari satu pengamatan saja serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat akan tetapi lahir dari kenyataan objektif yang serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hidup di dalam masyarakat dan merefleksikan hubungan kegiatan–kegiatan, sikap-sikap, sifat-sifat yang lebih mengedepankan aspek pandangan-pandangan, serta proses-proses yang moralitas. sedang berlangsung dan pengaruh–pengaruh dari suatu fenomena. Fenomena yang diteliti yaitu 2.2. Revolusi dalam Pemikiran Politik beberapa pemikiran politik yang masih relevan Dalam tulisannya Menuju Merdeka 100 %, untuk diimplementasikan saat ini dalam aktivitas Tan Malaka (2017:9) mengemukakan kehidupan berbangsa dan bernegara. pandangannya tentang revolusi dalam kehidupan Selain itu alasan yang mendasar politik. Dalam pemikirannya Tan Malaka digunakannya metode penelitian deskriptif mengemukakan bahwa revolusi itu bukan sebuah dengan pendekatan kualitatif ini adalah: (1) ide yang luar biasa dan istimewa serta bukan masalah penelitian sudah tergambarkan; (2) lahir atas perintah seorang manusia yang luar untuk memahami makna dibalik data yang biasa. Kecakapan dan sifat luar biasa dari tampak;(3) kehidupan politik saat ini yang seseorang dalam membangun revolusi, dilandasi oleh pemikiran politik yang tengah melaksanakan atau memimpinnya menuju berlangsung. kemenangan, tak dapat diciptakan dengan otaknya sendiri. IV. Pembahasan Sebuah revolusi disebabkan oleh pergaulan 4.1. Beberapa Pemikiran Politik di Indonesia hidup sebagai akibat tertentu dari tindakan- Kehidupan dan dinamika politik di tindakan masyarakat dalam kata-kata yang Indonesia saat ini banyak dipengaruhi oleh dinamis yang berakibat tertentu dan tak pemikiran-pemikiran politik para tokoh, terhindarkan yang berdampak terhadap negarawan, atau para elit-elit politik tanah air pertentangan kelas yang semakin menajam. pada awal kemerdekaan. Pemikiran-pemikiran Ketajaman pertentangan yang menimbulkan politik tersebut menjadi salah satu aspek yang pertempuran itu ditentukan oleh berbagai macam mewarnai aktivitas kehidupan masyarakat dalam faktor: ekonomi, sosial, politik dan psikologis. konteks berbangsa dan bernegara. Pemikiran yang menyoroti tentang revolusi Pemikiran politik itu sendiri dapat di atas menyiratkan makna bahwa suatu dimaknai sebagai bagian atau dasar dalam perubahan yang sangat mendasar sangat falsafah politik. Oleh karena itu dapat dinyatakan memerlukan adanya komitmen bersama antara bahwa dalam setiap pemerintahan atau kekuasaan pemerintah dengan yang diperintah. Selain itu, di pasti terdapat pemikir-pemikir politik dengan dalam sebuah negara demokrasi yang memiliki pemikiran politiknya masing-masing. Hal kekuasaan harus menyadari sepenuhnya bahwa tersebut akan mewarnai kehidupan masyarakat kekuasaan yang dia miliki merupakan mandat Indonesia dalam kehidupan politik di tanah air. yang diberikan oleh rakyat yang berdaulat. Hal Menurut Feith dalam Alfian (1981:8) ini dapat dimaknai pula bahwa kondisi yang ideal dijelaskan bahwa ada lima aliran yang menjadi dalam sebuah negara sebaiknya terhindar dari sumber atau mewarnai pemikiran-pemikiran ketimpangan atau kesenjangan dari aspek sosial, politik Indonesia, yaitu: (1) tradisi Jawa, (2) ekonomi, politik, dan psikologis. Islam, (3) nasionalisme radikal, (4) komunisme, dan (5) sosial demokrasi. Penjelasan kelima aliran tersebut adalah sebagai berikut: 528 Kesatu,Tradisi Jawa, penganut tradisi-tradisi utama dalam politik Indonesia yaitu TNI, Jawa. Pemunculan aliran ini agak kontroversial kelompok Islam, dan komunis. karena aliran ini tidak muncul sebagai kekuatan Nasasos (nasionalisme, agama, dan politik formal yang kongkret, melainkan sangat sosialis) adalah konsep pemikiran politik mempengaruhi cara pandang aktor-aktor politik Soekarno yang menggantikan konsep Nasakom dalam Partai Indonesia Raya (PIR), kelompok- yang dianggap oleh masyarakat bahwa Soekarno kelompok Teosufis (kebatinan) dan sangat lebih berafiliasi ke partai komunis. Untuk berpengaruh dalam birokrasi pemerintahan menghindari adanya kesan bahwa Soekarno ada (pamong Praja). Kedua, Islam yang terbagi dibalik komunis maka ia melahirkan konsep baru menjadi dua varian: kelompok Islam Reformis yaitu Nasasos. (dalam bahasa Feith)- atau Modernis dalam Konsep berikutnya yang dikembangkan istilah yang digunakan secara umum- yang oleh Soekarno yaitu konsep gotong royong. berpusat pada Partai Masjumi, serta kelompok Gotong royong menurut Soekarno sering Islam konservatif –atau sering disebut dijadikan kata kunci dalam rangka mensukseskan tradisionalis- yang berpusat