MAKNA SIMBOLIK DALAM PERNIKAHAN

BETAWI GEDONG

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Nurul Fathya Zahra NIM: 1112111000022

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH 2017 M/1439 H

ABSTRAK

Skripsi ini menganalisis mengenai “Makna Simbolik dalam Pernikahan Betawi Gedong”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses perilaku masyarakat Betawi Gedong dalam pelaksanaan pernikahan serta mengetahui perubahan fungsi, makna dan simbol-simbol yang terdapat dalam pernikahan adat Betawi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi partisipatif, serta studi dokumentasi. Data yang didapatkan kemudian dianalisa dengan menggunakan kerangka teori. Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep-konsep pemikiran Herbert Blumer yaitu teori interaksionisme simbolik.

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan teori interaksionisme simbolik, penulis menemukan bahwa: masyarakat gedong berperilaku berdasarkan “omongan orang” yang menjadi penting bagi mereka karena adanya unsur interpretasi sehingga masyarakat memikirkan bagaimana masyarakat lain memandang dirinya. Dengan demikian, terdapat adanya respon yang berupa perubahan perilaku masyarakat Gedong terhadap bentuk pernikahan, fungsi simbol serta kontekstual.

Kata kunci: Makna, Simbol, Pernikahan Betawi

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah dan tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, serta kepada umatnya hingga akhir zaman.

Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi namun atas berkat dorongan dan bantuan dari beberapa pihak alhamdulillah skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Zulkifli, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik (FISIP), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Cucu Nurhayati, M.Si., selaku Ketua Prodi Sosiologi yang

berbaik hati memotivasi dan mendukung penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

3. Sekretaris Prodi Sosiologi yaitu Dr. Joharotul Jamilah, M.Si.

4. Bapak Kasyfiyullah, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah berperan sangat penting dalam proses penyelesaian skripsi

ini. Tidak hanya memberikan masukan dan arahan kepada penulis,

namun juga selalu mengingatkan penulis untuk segera

menyelesaikan skripsi ini. Terbaik Pak Kesep!

v

5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan banyak

ilmu, motivasi, inspirasi, dan bimbingannya selama masa

perkuliahan.

6. Keluarga penulis yang penulis sayangi, Papah Salim Arsyad,

Mamah Nena Madinah serta kedua adik penulis Azza Nurhaliza

dan Dolla Ali. Serta keluarga besar H. Madinah dan H.

Muhammad Arsyad Ali yang telah memberikan dukungan baik

secara moril maupun materil kepada penulis.

7. Kakak pembimbing skripsi, Faizal Darmawan S.Sos yang telah

bersedia memberikan masukan yang bermanfaat demi

terselesaikannya skripsi ini.

8. Sahabat seperjuangan skipsi, Ayubross, Walby, Ayu Fitri, Arif dan

Oppa Farhan “Cuplik” yang selalu ada dan berkeluh kesah

bersama.

9. Sahabat yang selalu menemani penulis dan tiada hentinya

memberikan semangat, Mardiyah dan Indira Fransiska semoga

Allah selalu menjaga persahabatan kita.

10. Sahabat sepermainan, Rahmi, Galih, Elita, Ojay, Oppa Tegar,

Yuni, Aulia, Divya, Reza, Lukman, Suki “Alim”, Hartadi dan

Dwiwauw. Serta segenap gengs Gabuters dan bocah-bocah DPR.

Terimakasih sudah mengajarkan arti pertemanan yang bukan

karena kepentingan dan terimakasih atas canda tawa serta

vi

kenangan yang tak terlupakan selama masa perkuliahan. Loveyou

guys!

11. Segenap teman-teman mahasiswa prodi sosiologi angkatan 2012,

dan junior-junior sosiologi FISIP, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih telah

memberikan banyak cerita dan pengalaman selama masa

perkuliahan.

12. Teman-teman KKN PILAR, Lela, Osi, Isnayy, Ghina, Dita, Mila,

Rizky, Kahfi, Ayut, Maul, Kokom, Aray, Babas dan Om Alex.

13. Masyarakat Betawi Gedong yang telah berbaik hati meluangkan

waktu untuk penulis wawancarai dalam proses pengumpulan data.

Semoga kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis dicatat dan diterima oleh Allah SWT., sebagai amal shalih dan mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Amin ya rabbal „alamin. Demikian ucapan terima kasih ini penulis sampaikan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, bidang studi sosiologi, dan semua pihak yang memerlukan dan membutuhkannya.

Jakarta, 16 Oktober 2017

Nurul Fathya Zahra

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...... iv KATA PENGANTAR ...... v DAFTAR ISI ...... viii DAFTAR TABEL ...... x DAFTAR GAMBAR ...... xi DAFTAR LAMPIRAN ...... xii BAB I PENDAHULUAN A. Pernyataan Masalah ...... 1

B. Petanyaan Masalah ...... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 5

D. Tinjauan Pustaka ...... 6

E. Kerangka Teoritis ...... 11

1. Teori Interaksionisme Simbolik ...... 11

F. Definisi Konseptual ...... 15

G. Metode Penelitian...... 18

H. Teknik Pengumpulan Data ...... 21

I. Metode Analisis data ...... 23

J. Sistematika Penulisan ...... 24

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Gedong ...... 25

B. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Kelurahan Gedong ...... 28

C. Gambaran Umum Masyarakat Betawi di Kelurahan Gedong...... 37

viii

BAB III TAHAPAN PELAKSAAN PERNIKAHAN BETAWI GEDONG

A. Tahapan Pelaksanaan Pernikahan Betawi Terdahulu ...... 46

B. Tahapan Pelaksanaan Pernikahan Betawi Modern ...... 61

BAB IV SIMBOLISASI MAKNA DALAM PERNIKAHAN BETAWI GEDONG

A. Proses Pemaknaan Simbol dalam Pernikahan Betawi Gedong ...... 77

B. Perubahan Fungsi, Makna dan Simbol-simbol ...... 100

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...... 108

B. Saran ...... 109

DAFTAR PUSTAKA ...... xiii

LAMPIRAN-LAMPIRAN

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.I.G. Profil Informan ...... 20 Tabel 2.I.G. Jumlah Penyebaran Suku Betawi ...... 21 Tabel 3.II.A. Batas Wilayah Kelurahan Gedong ...... 25 Tabel 4.II.A.Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin ...... 27 Tabel 5.II.A. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan...... 30 Tabel 6.II.B. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ...... 31 Tabel 7.II.B. Jumlah Fasilitas Tempat Ibadah ...... 32 Tabel 8.II.B. Jumlah Pemeluk Agama ...... 34 Tabel 9.II.B. Jenis Jalan dan Panjang Jalan ...... 35 Tabel 10. III. Perbandingan pelaksanaan pernikahan ...... 73

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.II.A. Peta Wilayah Kelurahan Gedong...... 26

Gambar 2.III.B.Pengantin dalam Tahapan Resepsi Pernikahan ...... 71

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Transkrip Wawancara ...... xvi

xii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Pernikahan pada hakikatnya merupakan ikatan sosial yang terjadi antara lelaki dan perempuan yang membentuk hubungan kekerabatan baru. Dalam perspektif sosiologi, pernikahan pada hakekatnya merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita dalam masyarakat di bawah suatu peraturan khusus atau khas yang memiliki ciri-ciri tertentu, sehingga si pria bertindak dan merupakan suami, sedangkan wanita bertindak dan merupakan istri, keduanya dalam ikatan yang sah (Farida dkk, 2006).

Menurut Saxton dalam Dewi Fatimah (2013) mengatakan bahwa pernikahan memiliki dua makna, yaitu: Pertama, sebagai suatu institusi sosial suatu solusi kolektif terhadap kebutuhan sosial. Eksistensi dari pernikahan itu memberikan fungsi pokok untuk kelangsungan hidup suatu kelompok dalam hal ini adalah masyarakat. Kedua, makna individual pernikahan sebagai bentuk legitimisasi (pengesahan) terhadap peran sebagai individual, tetapi yang terutama, pernikahan di pandang sebagai sumber kepuasan personal.

Inti diadakannya pernikahan sebenarnya memiliki maksud dan tujuan yang sama. Namun pernikahan yang terjadi dimasyarakat, dapat ditelaah menjadi sesuatu yang menarik mengingat memiliki kebudayaan yang beragam

1 dan berbeda-beda dalam tiap daerah sehingga berbeda pula bagi masyarakat untuk melaksanakan ritual pernikahan. Tentunya pelaksanaan upacara ritual tersebut mempunyai fungsi, sebagaimana yang diungkapkan oleh Budhisantoso (1984:28) bahwasanya fungsi upacara tradisional tersebut dianggap sebagai pedoman dan pengendalian perilaku manusia dalam kehidupan sosialnya, tidak hanya menjaga keseimbangan dalam setiap hubungan sosial namun juga mewujudkan keseimbangan antara manusia dengan Maha Pencipta maupun alam semesta.

Tentu dengan adanya pelaksanaan ritual tersebut memiliki usaha untuk mencapai tujuan tertentu dan sebagai dorongan yang mendasar untuk mempertahankan dan melestarikan kehidupan yang diwujudkan dalam hubungannya dengan sesama manusia dengan lingkungannya. Oleh karena itu di daerah-daerah tersebut tentunya memiliki tradisi khas secara turun-temurun dalam mengaplikasikan bentuk pelaksanaan pernikahan seperti kegiatan yang dilakukan dalam tahapan- tahapan sebelum pelaksanaan pernikahan hingga pelaksanaan setelah pernikahan serta mengenai material-material pendukung pernikahan.

Begitu pula dengan pelaksanaan pernikahan yang dilaksanakan oleh masyarakat Betawi, yang memiliki tradisi dan tahapan-tahapan yang unik serta terbilang cukup rumit dalam pelaksanaan pernikahan. Masyarakat Betawi menganggap penting prosesi pernikahan ini, karena peristiwa pernikahan bagi masyarakat Betawi menduduki posisi yang paling sakral dalam rangkaian proses kehidupan. Sakral yang dimaksudkan dalam hal ini setara dengan apa yang di ungkapkan oleh Soimon (1993: 44) dalam pernikahan masyarakat Betawi mempunyai tujuan mulia yang wajib dipenuhi oleh setiap warga masyarakat yang

2 sudah dewasa dan memenuhi syarat untuk itu dan ini merupakan sunnah sehingga dapat dipandang sebagai suatu perintah agama untuk melengkapi norma-norma kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan ciptaan Tuhan yang mulia.

Pernikahan yang dilakukan adalah sebagai syukur karena masuknya seseorang kedalam kehidupan tahapan baru yang akan dilalui dan melepas masa lajang.

Dengan demikian, rangkaian dalam proses pernikahan ini mempunyai tradisi dan cara-cara unik yang dapat dilihat dari material yang digunakan masyarakat setempat dan tahapan panjang yang dilakukan oleh masyarakat Betawi dalam pelaksanaan pernikahan. Material unik tersebut meliputi perlengkapan- perlengkapan yang hadir dalam pernikahan Betawi seperti baju adat pernikahan, riasan pernikahan, serta dekorasi dan perlengkapan lainnya. Tidak hanya itu, pelaksanaan pernikahan Betawi umumnya diadakan semeriah mungkin dan memakan waktu yang cukup panjang yakni sekitar 3 hari 3 malam. Pelaksanaan pernikahan yang diadakan tersebut tentunya memiliki arti dan menjadi identitas yang melekat pada masyarakat Betawi. Pelaksanaan pernikahan tersebut seakan menjadi respon atas rangkaian peristiwa kehidupan masyarakat Betawi yang dianggap penting.

Dalam rangkaian tahapan pelaksanaan pernikahan tersebut terdapat pula adanya simbol-simbol, simbol dalam tahapan pelaksanaan pernikahan Betawi pun beragam tidak hanya berupa benda namun berupa tindakan. Simbol yang berupa benda dalam aspek ini antara lain simbol buaya dan tuqon, sedangkan simbol yang berupa tindakan antara lain tukar cincin, puasa mutih, tidak berganti pakaian dan saat piare, melempar pakaian dalam keatas genting serta ritual palang

3 pintu. Simbol tersebut yang didalamnya terdapat makna yang seakan tersirat dan ingin disampaikan oleh masyarakat Betawi. Simbol yang terkandung dalam proses pernikahan tersebut merupakan tradisi yang secara turun dan tidak tercipta secara langsung namun melalui proses yang panjang. Oleh karena itu makna yang terkandung dalam simbol tersebut merupakan cerminan masyarakat Betawi.

Dalam hal ini penulis memiliki ketertarikan untuk meneliti makna simbolik yang hadir dalam proses pelaksanaan pernikahan Betawi. Hal ini melihat bagaimana kondisi masyarakat Betawi zaman sekarang seperti yang telah diketahui berada atau menetap di wilayah DKI Jakarta yang merupakan pusat perkotaan sehingga banyaknya masyarakat luar yang menetap sehingga menjadi tempat perpaduan budaya. Terlebih dengan peningkatan teknologi dan transformasi budaya kearah kehidupan modern serta pengaruh globalisasi, sehingga kebudayaan ataupun tradisi dan nilai-nilai tradisi menjadi tantangan eksistensinya dalam kehidupan masyarakat Betawi. Tentunya perbedaan keadaan masyarakat Betawi zaman dahulu sangat ketara dengan keadaan masyarakat

Betawi terkini, dari kondisi lingkungan dan pola pikir masyarakat tentu akan berubah. Sehingga penulis ingin melihat bagaimana perilaku masyarakat betawi dalam pelaksanaan pernikahan adat yang dilakukan terutama di zaman sekarang ini yang mana untuk melaksanakan pernikahan adat membutuhkan pertimbangan- pertimbangan yang matang mengenai materi dan serta simbol-simbol melekat dalam identitas pernikahan masyarakat Betawi. Kemudian pula dengan bagaimana perubahan fungsi, makna maupun simbol dalam tahapan pernikahan Betawi tersebut.

4

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang sebagaimana diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa hal yang menjadi pertanyaan penelitian diantaranya:

1. Bagaimana proses pemaknaan simbol dalam pelaksanaan pernikahan

Betawi Gedong?

2. Bagaimana perubahan fungsi, makna dan simbol-simbol yang terdapat

dalam pernikahan Betawi Gedong?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dari pertanyaan penelitian diatas, terdapat beberapa hal yang menjadi tujuan penelitian, antara lain :

1. Mengetahui proses pemaknaan simbol dalam pelaksanaan pernikahan

Betawi Gedong.

2. Menganalisa perubahan fungsi, makna dan simbol-simbol yang

terdapat dalam pernikahan adat Betawi Gedong.

Sehingga manfaat yang diperoleh dari penelitian ini dapat berupa manfaat teoritis dan manfaat praktis.Yaitu :

1. Manfaat teoritis

5

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

perkembangan ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan disiplin

ilmu sosiologi mengenai bagaimana adanya makna simbolik utamanya

dalam hal pernikahan adat betawi. Hasil penelitian ini dapat digunakan

untuk pertimbangan dan wacana dalam melakukan penelitian yang akan

datang terkait dengan masyarakat Betawi yang belum banyak dikupas

khususnya dalam sisi perilaku dan kebudayaan.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau

referensi yang bermanfaat bagi pemerintah daerah setempat atau pihak-

pihak lain yang terkait sebagai sarana dalam penentu kebijakan pelestarian

kebudayaan lokal.

D. Tinjauan Pustaka

Telah banyak penelitian yang fokus membahas mengenai makna mitos yang berkembang di masyarakat. Namun, terdapat penelitian yang relevan yaitu:

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Muwafiqillah Al Hasani dan

Oksiana Jatiningsih (Jom FISIP Vol. 2 NO. 2 Oktober 2015) yang berjudul

“Makna Simbolik dalam Ritual Kawit dan Wiwit pada Masyarakat

Pertanian di Desa Ngasemlemahbang Kecamatan Ngimbang Kabupaten

Lamongan”. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Penelitian ini memfokuskan pada proses ritual kawit dan wiwit bagi

6 masyarakat pertanian di desa Ngasemlemahbang dan mendeskripsikan makna simbolik seperti waktu, bahan atau benda yang digunakan pada saat ritual kawit dan wiwit. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori interaksionisme simbolik dari Herbert Blumer. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan: (1) proses ritual kawit dan wiwit yang pelaksanaannya dimulai dari penentuan hari baik, mempersiapkan sesaji dan pelaksanaan ritual di sawah oleh dukun kawit dengan beberapa tahapan yang dilakukan, salah satunya meletakkan sesaji di pojok sawah sambil membaca mantra; (2) makna simbolik dalam ritual kawit dan wiwit yaitu dari pemilihan sesaji yang digunakan mengandung banyak makna seperti simbol pengharapan oleh masyarakat, misalnya dengan meletakkan sesaji dipojok sawah berharap tanaman padi dilindungi masa tanam padi berjalan dengan lancar dan mendapatkan hasil yang melimpah.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Hulul Amri yang berjudul “Eksistensi

Tepuk Tepung Tawar dalam Upacara Pernikahan Masyarakat Melayu di

Desa Resun Pesisir Kabupaten Lingga”. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Penelitian ini memfokuskan pada eksistensi tepuk tepung tawar dalam pernikahan dimana terdapat adanya makna yang terkandung dalam tepuk tepung tawar hingga masyarakat setempat masih melaksanakan kegiatan tersebut sampai saat ini. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori interaksionisme simbolik dari Herbert Blumer. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan: Makna simbol yang terkadung pada kegiatan budaya dan praktek adat tradisi upacara tepuk tepung tawar pada adat melayu yakni meliputi adat muhakamah adat yang baik ialah hukum adat yang

7 menjamin kerukunan, ketentraman, dan keharmonisan di dalam berkehidupan selama tidak bertentangan dengan hukum syariat (agama Islam). Nilai budayanya yang masih begitu kental terhadap adat-adat melayu yang telah ada yang tetap dipertahankan, Masyarakat Desa resun pesisir dusun 1 Tanjung Bungsu yang didominasi oleh nilai-nilai keagamaan, sehingga keberadaanya masih tetap di jaga dan di lestarikan hingga saat ini masih membudaya di masyarakat Desa resun pesisir.

Ketiga, Penelitian yang dilakukan oleh Rukyah Wanulu yang berjudul “Makna

Interaksi Simbolik pada Proses Upacara Adat Cumpe dan Sampua Suku

Buton di Samarinda”. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif. Penelitian ini memfokuskan bagaimana cara manusia menggunakan simbol-simbol yang merepresentasikan apa yang akan disampaikan dalam proses upacara adat Buton. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori interaksionisme simbolik George Herbert Mead dan Herbert Blumer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Interaksi simbolik dalam sebuah proses cumpe dan sampua merupakan suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni adanya komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna oleh masyarakat.

Interaksi simbolik fokus terhadap cara-cara yang digunakan manusia untuk membentuk ataupun menghasilkan sebuah makna dan bagaimana sebuah simbol dapat dipahami melalui interaksi dalam sebuah percakapan. Makna yang diberikan kepada orang lain misalnya, situasi, objek, dan bahkan diri sendirilah yang dapat menentukan perilaku dari masyarakat tersebut. Dalam melaksanakan upacara cumpe dan sampua ini memiliki beberapa simbol yang mempunyai arti

8 dan makna tertentu, simbol-simbol tersebut antaralain popolo, sarung yang dipakai berlapis, injak kaki, daun sirih dan tanah. Makna yang terkandung dalam upacara cumpe dan sampua tersebut telah disepakati bersama oleh para dewan adat.

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Harto Bernabas Berty Sawen, Pamerdi

Giri Wiloso dan Elly E. Kudubun yang berjudul “Bendera Merah Putih dalam

Ararem (Studi Sosiologis tentang Makna Simbolik Bendera Merah Putih dalam Upacara Pembayaran Maskawin pada Masyarakat Desa Ambroben,

Distrik Biak Kota)”. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu konstruktivisme dengan jenis penelitian desktiptif dan eksplanatori. Penelitian ini memfokuskan pada makna simbol bendera Merah Putih yang terkadung dalam prosesi upacara perkawinan ararem serta faktor yang mempengaruhi penggunaan bendera Merah Putih tersebut. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori interaksionisme simbolik George Herbert Mead. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna bendera Merah Putih dimaknai sebagai stempel yang berfungsi mengesahkan mas kawin yang diantar oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan tidak hanya itu bendera Merah Putih tersebut dijadikan sebagai alat tukar dan tanda serah terima mas kawin. Alat tukar yang dimaksudkan sebelum perempuan mengambil bendera tersebut harus membayar terlebih dahulu. Adapun faktor yang menyebabkan hal tersebut antara lain, faktor tradisi mengenai gagasan simbol bendera sebagai pengesahan, faktor ketahanan dan pertahanan diri, serta faktor perlindungan dan keamanan.

9

Beberapa penelitian yang telah dipaparkan diatas mempunyai persamaan dengan penelitian yang akan penulis teliti yaitu mengenai hal makna simbolik.

Penelitian-penelitian tersebut juga menggunakan teori yang sama oleh penulis yaitu teori Interaksionisme Simbolik dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

Penelitian yang dilakukan oleh ketiga penulis menunjukkan bahwa masing- masing daerah memiliki makna simbolik dalam pernikahan yang sampai saat ini masih diyakini oleh masyarakat setempat. Meskipun terdapat adanya perubahan dalam beberapa tahapan pernikahan karena kondisi masyarakat yang berbeda dengan zaman terdahulu namun mereka sampai saat ini masih menggunakan simbol-simbol dalam pernikahan tersebut. Dalam hal ini, penelitian yang akan penulis teliti pun mempunyai persamaan fokus antar keempatnya dengan menekankan pada makna simbolik pernikahan adat Betawi dan bagaimana masyarakat Gedong berperilaku atas makna tersebut.

Penelitian tersebut mempunyai perbedaan dengan penelitian ini, antara lain penelitian yang dilakukan Mohammad Muwafiqillah Al Hasani dan Oksiana

Jatiningsih memfokuskan penelitiannya pada makna simbolik dalam ritual panen pertanian bukan sekitar makna simbolik dalam pernikahan adat. Lokasi keempat penelitian ini pun berbeda dengan penelitian yang penulis teliti karena penelitian- penelitian tersebut berada di daerah pedesaan bukan di daerah perkotaan seperti yang penulis teliti hal ini cukup berpengaruh mengingat masyarakat Betawi bertempat di wilayah Jakarta yang merupakan pusat perkotaan dan pertemuan kebudayaan. Namun perbedaan mencolok lebih terdapat pada subjek yang diteliti yaitu masyarakat desa Ngasemlemahbang Lamongan, masyarakat Melayu Lingga,

10 suku Buton Samarinda dan masyarakat desa Amboreben Distrik Biak Kota yang secara kasat mata mempunyai kebudayaan serta kepribadian atau sifat yang berbeda dengan masyarakat Betawi umumnya.

E. Kerangka Teoritis

Menurut penulis, terdapat adanya teori yang relevan sesuai dengan permasalahan yang akan di teliti. Teori tersebut antara lain:

1. Teori interaksionisme simbolik

Teori interaksionisme simbolik memfokuskan penelitian pada pola interaksi manusia yakni interaksi individu dengan individu lain maupun individu dengan kelompok. Asumsi dasar dari teori ini adalah setiap manusia merupakan individu yang bisa bertindak atas kehendaknya sendiri, berdasarkan dengan apa yang ia lihat dan maknai dari lingkungan sosialnya. Dalam interaksi terjadi simbol yang digunakan tersebut dikomunikasikan, diinterprestasikan dan dimaknai oleh individu untuk saling memahami satu sama lain. Simbol tersebut juga memiliki makna tertentu dimana makna tersebut lahir dari interaksi yang dilakukan (Ritzer,

2008: 394-395).

Ada beberapa tokoh yang mengembangkan teori interaksionisme simbolik, namun penulis akan lebih membahas pemikiran Herbert Blumer. Herbert Blumer mengadopsi dan mengembangkan gagasan interasionisme simbolik dari George

Herbert Mead yang dapat dikatakan peletak dasar teori interaksionisme itu sendiri.

11

Menurut Blumer istilah Interaksionisme simbolik menujukkan kepada sifat khas dari interaksi antar manusia. Kekhasannya adalah bahwa manusia saling menerjemahkan dan saling mendefenisikan tindakanya. Bukan hanya sekedar reaksi belaka dan tindakan seseorang terhadap orang lain. Tanggapan seseorang tidak dibuat secara lansung terhadap tindakan orang lain, tetapi didasarkan atas” makna” yang diberikan terhadap tindakan oranglain itu sehingga dalam proses interaksi manusia itu bukan suatu proses saat adanya stimulus secara otomatis dan lansung menimbulkan tanggapan atau respon. (Nasrullah nazir, 2008:32).

Blumer (1969:10) memaparkan, the position of symbolic interactionism is that the “worlds” that exist for human beings and for their groups are composed of “object” and that these objects are the product of symbolic interaction. Objects are classified into three categories:a) physical objects, as “things”; b) social objects,a role in society; c) abstract object, such as social value. The nature of an object-of any and every object –consist of the meaning that is has for the person for whom it is an object.

Blumer menyatakan bahwa keseluruhan proses interaksi bersifat simbolik, dimana makna-makna dibentuk oleh akal budi manusia itu sendiri. Bagi Herbert

Blumer manusia bertindak bukan hanya faktor eksternal (fungsionalisme structural) dan internal (reduksionis psikologis) saja, namun individu juga mampu melakukan self indication atau memberi arti, menilai, memutuskan untuk bertindak berdasarkan referensi yang mengelilinginya tersebut (Umiarso

Elbadiansyah, 2014:157). Proses self indication berlangsung selama terjadinya interaksi antara manusia dam manusia yang lain; seorang individu mencoba untuk

12 mengantisipasi tindakan orang lain dan menyesuaikan tindakannya sebagaimana dia menafsirkan tindakan itu (Wirawan, 2012:129).

Dalam interaksionisme simbolik bertumpu pada tiga premis yang dikemukakan Blumer (Umiarso Elbadiansyah, 2014:157). Premis tersebut antara lain:

1. Humans act toward things on the basic of the meanings they ascribe to

those things; manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-

makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka. Premis pertama ini

menunjukkan bahwa tindakan individu sangat bergantung kepada

pemaknaan terhadap sesuatu objek. Makna berasal dari pikiran individu

bukan melekat pada objek atau sesuatu yang inheren dalam objek tetapi

diciptakan oleh individu itu sendiri.

2. The meanings of such things is derived from, or arises out of, the social

interaction that one has with others and the society; makna tersebut

berasal dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain. Premis kedua

menunjukkan bahwa makna muncul dalam diri aktor dengan adanya

interaksi dengan diri aktor yang lain (orang lain). Walaupun makna

muncul dari pikiran masing-masing subjek (aktor), tetapi hal itu tidak ada

atau muncul begitu saja, tetapi melalui proses pengamatan kepada

individu-individu lain yang sudah lebih dulu mengetahui.

3. These meanings are handled in, and modified throught, and

interpretativeproses used by the person in dealing with the things he/she

encounters; makna-makna tersebut disempurnakan disaat proses sosial

13

sedang berlangsung. Makna bukan sesuatu yang final tetapi terus-menerus

dalam proses pemaknaan yang “menjadi”. Makna diperlakukan melalui

proses penafsiran (interpretative process), yang digunakan oleh diri sang

aktor dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya.

Paloma (1979) dalam (Wirawan, 2012: 118) meringkaskan ide-ide dasar

(root images) interaksi simbolik yang dikembangkan oleh Blumer sebagai berikut:

1. Masyarakat terdiri dari manusia yang berinteraksi melalui tindakan

bersama dan membentuk organisasi (struktur sosial).

2. Interaksi terdiri atas berbagai tindakan manusia yang berhubungan dengan

kegiatan manusia lain. Interaksi simbolik mencakup “penafsiran tindakan,”

sedangkan interaksi nonsimbolik hanya mencakup stimulus-respon yang

sifatnya sederhana.

3. Objek-objek tidak memiliki makna yang intristik. Makna lebih merupakan

produk interaksi simbolik.

4. Manusia tidak hanya mengenal objek eksternal (di luar dirinya), tetapi bisa

juga melihat dirinya sebagai objek.

5. Tindakan manusia adalah tindakan interpretatif yang dibuat oleh manusia

sendiri.

6. Tindakan itu saling terkait dan disesuaikan oleh para anggota kelompok.

Tindakan ini disebut tindakan bersama yang dibatasi sebagai “organisasi

sosial dan perilaku tindakan berbagai manusia.”

14

Berdasarkan paparan mengenai teori interaksionisme simbolik diatas, penulis menggunakan teori tersebut dengan mengacu kepada simbolisasi makna yang terdapat dalam pernikahan adat Betawi dan melihat bagaimana masyarakat berperilaku terhadap makna yang terkandung dalam tahapan pernikahan.

F. Definisi Konseptual

1. Simbol

Kata simbol berasal dari bahasa Yunani yaitu symbolos yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu kepada seseorang. Manusia dalam hidupnya selalu berkaitan dengan simbol-simbol yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Manusia adalah animal sybolicum, yang artinya adalah pemikiran dan tingkah laku simbolis merupakan ciri yang betul-betul khas manusiawi dan bahwa seluruh kemajuan kebudayaan manusia mendasarkan diri pada kondisi-kondisi itu. Manusia adalah makhluk budaya dan budaya manusia penuh dengan simbol (Endraswara, 2006:171).

Mulyana (2003:77) mendeskripsikan simbol adalah suatu rangsangan yang mengandung makna dan nilai yang dipelajari manusia. Respon manusia terhadap simbol itu adalah dalam pengertian makna dan nilainya. Suatu simbol disebut siginifikan atau memiliki makna apabila simbol itu membangkitkan pada individu yang menyampaikan respon yang sama seperti yang juga akan muncul pada individu yang dituju.

Dalam pernikahan adat Betawi tidak terlepas dari adanya simbol-simbol yang hadir dalam setiap tahapannya. Simbol tersebut tidak hanya berbentuk objek,

15 namun juga berupa tindakan yang dilakukan oleh masyarakat setempat sesuai dengan kesepakatan atau yang secara turun temurun sudah menjadi tradisi.

2. Makna

Makna dapat kita artikan sebagai arti dari sebuah kata atau benda. Makna muncul pada saat bahasa dipergunakan, karena peranan bahasa dalam komunikasi dan proses berfikir, serta khususnya dalam persoalan yang menyangkut bagaimana mengidentifikasi, memahami ataupun meyakini (Sumaryono, 1993:

131). Menurut Ariftanto dan Maimunah, Makna adalah arti atau pengertian yang erat hubungannya antara tanda atau bentuk yang berupa lambang, bunyi, ujaran dengan hal atau barang yang dimaksudkan (Ariftanto dan Maimunah, 1988: 58).

Devito dalam Muhammad Amrullah (2011) mengatakan bahwa pemberian makna merupakan proses yang aktif, karena makna diciptakan dengan kerjasama di antara sumber dan penerima, pembicara dan pendengar, penulis dan pembaca.

Dengan adanya interaksi antar manusia dalam suatu kelompok budaya maka terbentuklah simbol-simbol yang memiliki makna. Makna yang sama hanya akan terbentuk bila terjadi pengalaman yang sama di antara manusia dalam suatu kelompok budaya. Manusia dapat saling berkomunikasi karena ada makna yang dimiliki bersama.

Makna yang dimaksudkan dalam hal ini yaitu bagaimana dasar manusia berperilaku atau bertindak. Makna berada didalam simbol-simbol dan diinterpretasikan oleh masyarakat.Sebagaimana masyarakat Gedong bertindak

16 berdasarkan makna yang terdapat didalam simbol-simbol tahapan pelaksanaan pernikahan Betawi Gedong.

3. Pernikahan

Menurut Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan merupakan salah satu aktivitas individu. Aktifitas individu umumnya akan terkait pada suatu tujuan yang ingin dicapai oleh individu yang bersangkutan, demikian pula dalam hal perkawinan. Karena perkawinan merupakan suatu aktifitas dari satu pasangan, maka sudah selayaknya mereka pun juga mempunyai tujuan tertentu. Tetapi karena perkawinan itu terdiri dari dua individu, maka adanya kemungkinan bahwa tujuan mereka itu tidak sama. Bila tersebut terjadi, maka keputusan itu harus dibulatkan agar terdapat suatu kesatuan dalam tujuan tersebut (Walgito dalam

Yohanes, 2016).

Menurut Kartono (1992), pengertian pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan atau masyarakat. Sekalipun makna pernikahan berbeda-beda, tetetapi praktek-prakteknya pernikahan dihampir semua kebudayaan cenderung sama pernikahan menunujukkan pada suatu peristiwa saat sepasang calon suami-istri dipertemukan secara formal dihadapan ketua agama, para saksi, dan sejumlah hadirin untuk kemudian disahkan secara resmi dengan upacara dan ritual-ritual tertentu.

17

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis berusaha untuk menjelaskan mengenai makna simbolik dalam pernikahan adat Betawi dan perilaku masyarakat Betawi atas simbol-simbol tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yang mana penelitian kualitatif didefinisikan sebagai suatu penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. (Moleong, 2007:6)

Penulis mempertimbangkan metode kualitatif atas dasar fenomena yang diteliti. Sebab hasil dari metode penelitian kualitatif ini dapat membuat penulis untuk memperoleh titik temu gambaran dan informasi penting secara rinci mengenai sesuatu hal dari sudut pandang masyarakat yang diteliti.

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Metode deskriptif didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun rekayasa manusia (Moleong, 2007). Sehingga penelitian deskriptif ini mempelajari mengenai masalah-masalah yang ada dalam masyarakat serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk mengenai hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap,

18 pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena (Whitney, dalam Moh. Nazir, 2002).

2. Informan Penelitian

Dalam penentuan informan penelitian, penulis menggunakan teknik

Purposive sampling yaitu penentuan sampel penelitian sesuai dengan beberapa pertimbangan-pertimbang penulis sehingga dapat memenuhi data yang penulis butuhkan. Purposive sampling digunakan atas dasar; 1) mendapatkan data kasus yang terbilang unik dan spesifik, 2) menyeleksi anggota populasi subjek penelitian guna mendapatkan data yang akurat, 3) mengidentifikasi beragam informasi dengan investigasi yang mendalam (Neuman, 2007:143)

Penulis menentukan kriteria subjek penelitian sebagai berikut: 1) Tokoh adat Betawi Gedong; 2) Masyarakat asli Betawi Gedong yang menikah sesuai dengan adat Betawi; 3) Masyarakat asli Betawi Gedong yang menikah dengan masyarakat diluar suku Betawi. Kriteria tersebut sebagai acuan penulis guna mendapatkan data yang lebih mendalam mengenai pemaknaan dalam proses pernikahan.

Disini penulis pertama-tama mendapatkan referensi dari sekretaris kelurahan Gedong, di RT mana penulis dapat memperoleh informan yang mayoritas tempat tinggalnya dihuni oleh suku Betawi. Kemudian setelah penulis mendatangi wilayah tersebut, penulis melakukan interaksi dengan warga setempat untuk menggali keberadaan informan yang mengetahui asal usul pernikahan

Betawi atau tokoh adat Betawi setempat serta pengantin yang menikah dalam

19 tahun-tahun belakangan ini yang menggunakan pernikahan adat Betawi. Atas informasi dari informan tersebut penulis menemukan informan yang lainnya sehingga dapat dirunutkan informasi mengenai profil informan sebagai berikut:

Tabel 1. I. G. Profil Informan

No. Nama Jenis Kelamin Posisi/Status

1. Abi Thalib Laki-laki Tokoh Masyarakat 2. Abi Romi Laki-laki Tokoh Masyarakat 3. Bibi Ipeh Perempuan Warga Setempat 4. Mpok Ita Perempuan Warga Setempat 5. Bu Lala Perempuan Warga Setempat 6. Mpok Aisah Perempuan Warga Setempat

3. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian yang telah dilaksanakan bertempat di Kecamatan

Gedong, Kelurahan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Penulis memilih lokasi tersebut sebagai tempat penelitian dengan beberapa pertimbangan mengenai fokus penelitian penulis yang ditujukkan untuk masyarakat Betawi. Selain itu, di wilayah tersebut masih banyak masyarakat Betawi yang secara turun temurun menetap di daerah tersebut sehingga sebagian besar dari mereka masih mempertahankan budaya dan cara hidup adat khas Betawi.

Penulis juga mempertimbangkan jumlah penyebaran suku betawi yang menjadi mayoritas di wilayah Jakarta Timur, sesuai dengan rujukan tabel dibawah ini.

20

Tabel 2. I. G. Jumlah Penyebaran Suku Betawi

Wilayah Jumlah Suku Betawi Kepulauan Seribu 8.765 Jakarta Selatan 659.593 Jakarta Timur 795.772 Jakarta Pusat 302.229 Jakarta Barat 677.441 Jakarta Utara 257.733 TOTAL 2.701.533 Sumber: Badan Pusat Statistik Tahun 2010

4. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan kurang lebih selama empat bulan yang dilakukan pada bulan Maret, April, Mei dan Juli. Pada awal bulan penelitian penulis mencari fokus penelitian yang sesuai dengan data yang didapatkan di lapangan dan terus berinteraksi dengan masyarakat setempat. Seterusnya penulis menggali informasi mendalam terhadap informan-informan yang ada.

H. Teknik Pengumpulan Data

Adapun dalam pengumpulan data yang di gunakan untuk melihat indikator penelitian tersebut, dibagi menjadi dua jenis data, yaitu:

1. Data Primer, adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang

diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh

subjek yang dapat dipercaya, yakni subjek penelitan atau informan yang

berkenaan dengan variabel yang diteliti atau data yang diperoleh dari

responden secara langsung (Arikunto, 2010:22).

21

Data primer ini diperoleh atas dasar wawancara langsung dan berdasarkan observasi yang dilakukan kepada informan. Pertama, wawancara. Dalam teknik wawancara ini penulis mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada informan. Dan bentuk wawancara ini tidak terbatasi oleh struktur wawancara, jadi wawancara ini dapat meluas dan tidak membatasi informan. Sehingga penulis pun dapat menggali lebih jauh informasi-informasi yang didapat dari informan untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan yang diteliti, seperti dengan melakukan perkenalan diawal berlanjut dengan menanyakan point-point kunci yang memiliki kemenarikan sesuai dengan fokus kasus yang dicari oleh penulis yaitu tahapan pelaksanaan pernikahan Betawi Gedong dan bagaimana masyarakat Betawi Gedong bertindak berdasarkan makna- makna yang diyakininya dalam simbol pelaksanaan pernikahan.

Kedua, observasi. Menurut Susan dalam Sugiyono (2006) dalam observasi partisipatif peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktifitas mereka. Adanya pengambilan data melalui observasi dengan secara langsung terjun ke lapangan atau lokasi penelitian, penulis dapat melakukan pengamatan secara langsung sehingga dapat memperoleh data mengenai permasalahan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian. Penulis menggunakan observasi partisipatif karena adanya fakta bahwa penulis merupakan orang Betawi yang sedari kecil hidup dilingkungan masyarakat Betawi sehingga penulis memahami bagaimana

22

problematika yang dihadapi oleh masyarakat Betawi dan perilaku yang

dilakukan oleh masyarakat Betawi secara mendalam untuk itu penulis

memilih penelitian ini. Sedangkan observasi yang penulis lakukan

dilapangan yaitu mengenai realitas kehidupan masyarakat Betawi Gedong,

dengan melihat kehidupan sehari-hari masyarakat setempat, mengamati

pola pemukiman tempat tinggal, ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan

oleh masyarakat setempat.

2. Data sekunder, adalah data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data

yang menunjang data primer. Dalam penelitian ini diperoleh dari hasil

observasi yang dilakukan oleh penulis serta dari studi pustaka. Dapat

dikatakan data sekunder ini bisa berasal dari dokumen-dokumen grafis

seperti tabel, catatan,SMS, foto dan lainlain (Arikunto, 2010:22).

Dalam data sekunder ini penulis menggunakan dokumentasi

dimana penulis menggunakan sumber-sumber tertulis yang berasal dari

bahan-bahan kepustakaan untuk memperoleh data-data yang berkaitan

dengan fenomena penelitian.

I. Metode Analisis Data

Setelah data dan informasi yang didapatkan sudah memuaskan, data yang didapat selanjutnya dipilih dan disesuaikan dengan tema serta kondisi pada penelitian ini, kemudian data yang diperoleh tersebut di telaah dan diolah dengan menganalisa lebih jauh dengan teknik desktiptif kualitatif yang diikuti dengan

23 beberapa teori para ahli. Dilanjutkan dengan penyajian data wawancara informan dan penarikan kesimpulan.

J. Sistematika Penelitian

Untuk mempermudah dalam memahami isi penelitian, maka penulis membuat sistematika khusus yang terdiri atas lima bab. Adapun sistematika penelitian tersebut sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan : Dalam Bab pendahuluan ini memaparkan

mengenai latar belakang penelitian, pertanyaan penelitian,

tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori,

definisi konsep, metodologi penelitian, teknik pengumpulan

data, metode analisis data dan sistematika penulisan.

BAB II Gambaran Umum Lokasi Penelitian: Dalam Bab gambaran

umum dan lokasi penelitian ini akan dipaparkan mengenai letak

dan keadaan geografis kelurahan Gedong, keadaan sosial dan

ekonomi masyarakat Gedong serta gambaran umum masyarakat

Betawi Gedong.

BAB III Tahapan Pelaksanaan Pernikahan Betawi Gedong: Dalam

Bab ini akan dipaparkan mengenai tahapan pelaksanaan

pernikahan Betawi Gedong zaman terdahulu dan zaman

sekarang.

BAB IV Makna Simbolik dalam Pelaksanaan Pernikahan Betawi

Gedong: Dalam Bab ini akan menjelaskan mengenai analisa

24

penulis mengenai Proses pemaknaan simbol dalam pelaksanaan

pernikahan Betawi Gedong serta perubahan mengenai fungsi,

makna dan simbol-simbol dalam pernikahan Betawi Gedong.

BAB V Kesimpulan dan Saran : Bagian penutup ini berisikan mengenai

kesimpulan dan saran. Kesimpulan menjelaskan ringkasan dari

hasil penelitian yang telah dilakukan, sedangkan saran

mengemukakan pendapat penulis mengenai hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

25

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kelurahan Gedong merupakan salah satu dari lima kelurahan yang berada di Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur dengan kode pos 13760. Pada mulanya sebelum menjadi Kelurahan Gedong, wilayah ini dinamakan Kampung Gedong dan masih termasuk dalam Kecamatan Kramat Jati. Namun setelah terjadi pemekaran, Kampung Gedong termasuk ke dalam Kecamatan Pasar Rebo dan berubah dari Kampung menjadi Kelurahan.

A. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Gedong

Berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta No. 1251 Tahun 1986 mengenai pembagian wilayah, Kelurahan Gedong ditetapkandengan batas-batas wilayah diantaranya :

Tabel 3. II. A. Batas Wilayah Kelurahan Gedong

Wilayah Batas-Batas Wilayah

Batas Sebelah Utara Kelurahan Tengah, Kelurahan Batu Ampar, dan Kelurahan Bale Kambang

Batas Sebelah Selatan Kelurahan Cijantung

Batas Sebelah Barat Kali Ciliwung

Batas Sebelah Timur Kali Baru

25

Gambar 1. II. A. Peta Wilayah Kelurahan Gedong

Masyarakat Gedong memiliki beragam karakteristik penduduk berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan mata pencaharian.

Berdasarkan data sensus kependudukan yang dikeluarkan oleh Kelurahan Gedong, sampai bulan Desember 2016 jumlah penduduk keseluruhan sebanyak 40.933 jiwa yang terdiri dari 20.644 penduduk laki-laki dan 20.289 penduduk perempuan.

Berikut tabel jumlah penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin:

26

Tabel 4. II. A. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis

Kelamin

WNI WNA Jumlah NO Umur WNA+WNI LK PR JML LK PR JML

1. 0 – 4 1750 1536 3286 3 3 6 3292 2. 5 – 9 1923 1840 3763 1 0 1 3764 3. 10 – 14 1850 1799 3649 0 0 0 3649 4. 15 – 19 1548 1526 3074 0 1 1 3075 5. 20 – 24 1502 1513 3015 0 0 0 3015 6. 25 – 29 1551 1657 3208 0 0 0 3208 7. 30 – 34 1927 1887 3814 0 1 1 3815 8. 35 – 39 1912 1872 3784 0 0 0 3784 9. 40 – 44 1698 1783 3481 1 0 1 3482 10. 45 – 49 1535 1436 2971 0 0 0 2971 11. 50 – 54 1196 1146 2342 0 0 0 2342 12. 55 – 59 852 860 1712 0 0 0 1712 13. 60 – 64 631 636 1267 0 0 0 1267 14. 65 – 69 356 355 711 0 0 0 711 15. 70 – 74 220 225 445 0 0 0 445 16. 75 keatas 188 213 401 0 0 0 401 JUMLAH 20639 20284 40923 5 5 10 40933

Luas wilayah Gedong itu sendiri sebesar 263,40 hektar, yang terbagi menjadi 12 RW dan 117 RT. Status tanah Kelurahan Gedong Terdiri dari :

a. Tanah Negara : 32,50 Hektar

b. Tanah milik Adat : 228,20 Hektar

27

c. Tanah Wakaf : 1,30 Hektar

d. Tanah lain-lain : 1,50 Hektar

Dari jumlah keseluruhan luas dan status tanah dalam wilayah Gedong, tanah tersebut diperuntukkan sebagai:

a. Perumahan : 183,27 Hektar

b. Perkantoran/ Industri : 6,0 Hektar

c. Sawah : -

d. Fasilitas Umum : 6,9 Hektar

e. Sarana Ibadah : 11,3 Hektar

f. Pemakaman : 0,5 Hektar

g. Lain-lain : 5,5 Hektar

Berdasarkan informasi, status tanah wakaf yang berada di wilayah gedong umumnya dimanfaatkan untuk pemakaman umum dan sarana ibadah. Sedangkan status tanah yang lainnya dimanfaatkan untuk jalan umum, perumahan serta sekolah.

B. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Kelurahan Gedong

Kondisi sosial ekonomi masyarakat di Gedong semakin meningkat semenjak adanya pemekaran wilayah oleh pemerintah. Hal ini pun ditunjang dengan adanya sarana-sarana yang dimiliki oleh wilayah Gedong seperti terdapatnya sarana jalan, rumah peribadahan, pendidikan, kesehatan serta sarana olahraga.

28

Berikut merupakan beberapa paparan mengenai akses dan sarana yang didapatkan oleh masyarakat Kelurahan Gedong:

1. Pendidikan Masyarakat Kelurahan Gedong

Bidang pendidikan merupakan salah satu akses yang sangat penting dan diperlukan oleh masyarakat wilayah Gedong, karena dengan adanya pendidikan yang mumpuni dapat meningkatkan kualitas hidup serta pembentukan mutu masyarakat sehingga membawa dampak positif bagi kemajuan. Kebutuhan akan pembangunan pendidikan untuk masyarakat terus dilakukan dengan tersedianya sekolah-sekolah baik formal maupun informal dari jenjang pendidikan anak usia dini hingga tahapan akademi perguruan tinggi. Dan untuk memperlancar berlangsungnya proses kegiatan belajar mengajar, sekolah-sekolah tersebut dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai.

Berikut merupakan jumlah gedung pendidikan umum dari tingkat pendidikan anak usia dini sampai dengan akademi perguruan tinggi.

1. BKB Paud : 11 Buah

2. Taman Kanak-kanak : 7 Buah

3. Sekolah Dasar : 14 Buah

4. Sekolah Menengah Pertama : 5 Buah

5. Sekolah Menengah dan Kejuruan

(SMU, SMK, STM) : 6 Buah

6. Kursus-kursus : 2 Buah

7. Akademi Perguruan Tinggi : 1 Buah

29

Dengan jumlah gedung pendidikan umum yang telah dipaparkan diatas, secara tidak langsung memberikan dampak bagi masyarakat untuk sadar dan melanjutkan pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari tabel tingkat pendidikan masyarakat Gedong, yang terbagi atas 6 kategori. Berikut merupakan tabel jumlah penduduk berdasarkan pendidikan masyarakat Gedong :

Tabel 5. II. B. Jumlah Penduduk berdasarkan Pendidikan

NO PENDIDIKAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH 1. Tidak Sekolah 3026 3037 6063 2. Belum Tamat SD 2036 2117 4153 3. Tamat SD 1667 1729 3396 4. Tamat SLTP 2325 2348 4673 5. Tamat SLTA 7889 7780 15669 6. Tamat Akademi/PT 3701 3278 6979 Jumlah Penduduk 20644 20289 40933 Jumlah Kepala Keluarga 10158 2488 12646

Berdasarkan tabel tersebut, angka kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi masyarakat gedong cukup tinggi. Hal ini dilihat dari paling besarnya tamatan

SLTA sebesar 15669 dan tamatan Akademi/PT sebesar 6979. Sedangkan jumlah tamatan SD merupakan yang paling kecil yaitu 3396.

2. Mata Pencaharian Masyarakat Kelurahan Gedong

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, masyarakat wilayah Gedong mempunyai mata pencaharian yang beragam. Mata pencaharian ini sangat menentukan menentukan kondisi perekonomian masyarakat wilayah Gedong.

30

Semakin layak mata pencaharian masyarakat semakin mapan dan baik pula tingkat ekonomi masyarakat. Mata pencaharian masyarakat wilayah Gedong terbagi dalam 8 kategori. Berikut merupakan tabel jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian:

Tabel 6. II. B. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

NO PEKERJAAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH 1. Tani - - - 2. Karyawan Swasta/ 5280 3667 8947 Pemerintah/ ABRI 3. Pedagang 1925 1714 3639 4. Pensiunan 1710 1598 3308 5. Pertukangan 1450 - 1450 6. Pengangguran 1694 2386 4080 7. Fakir Miskin 1107 892 1999 8. Lain-lain 7478 10032 17510

Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata masyarakat wilayah Gedong bermata pencaharian sebagai karyawan swasta/ pemerintah/ ABRI yang berjumlah

8947 orang. Sedangkan paling sedikit masyarakat wilayah Gedong bermata pencaharian sebagai pertukangan dengan jumlah 1450 orang.

Meskipun banyak masyarakat bermata pencaharian sebagai karyawan swasta/ pemerintah/ ABRI yang penghasilannya cukup, namun banyak pula dari masyarakat yang pengangguran dan fakir miskin jika dilihat dari tabel diatas.

Sehingga hal ini pun menimbulkan suatu permasalahan kesejahteraan masyarakat.

Oleh karena itu, kelurahan Gedong mengadakan program pemberdayaan dibidang

31 perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Salah satunya dengan adanya kerjasama dari dewan kelurahan dengan LPM untuk melakukan pembinaan dan menyalurkan bantuan modal bergulir kepada pengusaha ekonomi lemah melalui dana PPMK, UPK, dan PMD-DKE. Tidak hanya itu, program lainnya berupa peningkatan ketrampilan masyarakat melalui kursus-kursus yang diselenggarakan di Kelurahan Gedong dengan gratis serta adanya bimbingan dan konsultasi terhadap Industri Rumah Tangga dalam rangka pengembangan perekonomian masyarakat dan penghasilan rendah.

3. Agama Masyarakat Kelurahan Gedong

Agama merupakan suatu instrument yang penting dan tidak dapat dipisahkan oleh masyarakat. Oleh karena itu, sarana tempat peribadahan menjadi salah satu kebutuhan dalam membina dan meningkatkan keyakinan umat beragama dan keyakinan masing-masing. Umumnya masyarakat wilayah Gedong menjadikan tempat peribadahan tidak hanya untuk lebih mendekatkan diri kepada tuhan, namun tempat peribadahan dijadikan sebagai sarana berkumpul dan sosialisasi. Berikut merupakan jumlah tempat peribadahan yang tersebar di wilayah Gedong :

Tabel 7. II. B. Jumlah Fasilitas Tempat Beribadah

NO FASILITAS TEMPAT JUMLAH IBADAH

1. Masjid 18

2. Mushola 28

32

3. Gereja 3 4. Pura -

5. Klenteng -

Dengan jumlah tempat peribadahan diatas menunjukkan bahwa jumlah masjid dan mushola menempati posisi terbanyak, dengan jumlah masjid sebanyak

18 buah dan mushola sebanyak 28 buah. Sedangkan terdapat 3 buah gereja yang ada di wilayah Gedong. Namun, bagi penganut agama lain yaitu agama hindu dan budha umumnya melaksanakan peribadahan di luar wilayah Gedong karena tidak adanya tempat peribadahan pura dan klenteng di wilayah ini.

Jumlah tempat peribadahan diatas secara tidak langsung menentukan mayoritas agama yang dianut masyarakat. Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan jumlah agama yang dianut dan berkembang di wilayah Gedong:

33

Tabel 8. II. B. Jumlah Pemeluk Agama

NO PEMELUK AGAMA JUMLAH 1. Islam 33.417 2. Kristen Protestan 2.496 3. Kristen Katholik 1.621 4. Hindu 92 5. Budha 217 Jumlah 37.843

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa mayoritas masyarakat Gedong beragama islam dengan jumlah 33.417 orang atau sekitar 88,3 %. Sedangkan minoritas masyarakat Gedong beragama hindu dengan jumlah 92 orang atau sekitar 0,24%.

4. Sarana Jalan Masyarakat Kelurahan Gedong

Untuk memudahkan masyarakat dalam melaksanakan setiap aktivitas dan sebagai bentuk kewajiban penyedia sarana prasarana, pemerintah menyediakan sarana jalan yang telah dibangun dan layak digunakan bagi masyarakat Gedong.

Sarana jalan yang disediakan umumnya terbagi atas jalan negara, jalan propinsi, jalan kabupaten, jalan mht dan jalan setapak. Berikut merupakan tabel mengenai panjang jalan yang tersedia di wilayah Gedong :

34

Tabel 9. II. B. Jenis Jalan dan Panjang Jalan

NO JENIS JALAN PANJANG JALAN

1. Jalan Negara 1500 m

2. Jalan Propinsi -

3. Jalan Kabupaten -

4. Jalan MHT 10 Km

5. Jalan Setapak 7,5 Km

Terdapat dua akses jalan utama yang berada di Kelurahan Gedong yaitu

Jalan Raya Bogor dan Jalan T.B. Simatupang. Jalan Raya Bogor merupakan perbatasan antara Kelurahan Gedong dengan Kelurahan Rambutan, dan jalan ini juga merupakan penghubung antara wilayah DKI Jakarta dengan wilayah Bogor.

Sedangkan Jalan T.B. Simatupang merupakan salah satu akses jalan utama antara wilayah Jakarta Selatan dengan Jakarta Timur.

5. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan merupakan suatu kebutuhan mutlak bagi masyarakat wilayah Gedong. Dengan sarana yang memadai, sangat membantu masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit.

Terpenuhinya kebutuhan sarana kesehatan untuk masyarakat dapat dilihat dari tersedianya jumlah sarana yang memadai. Berikut merupakan jumlah sarana kesehatan yang berada di wilayah Gedong:

35

1. Rumah Sakit : 2 buah

2. Puskesmas : 1 buah

3. Balai Pengobatan : 2 buah

4. Dokter Praktek : 8 buah

5. Bidan Praktek : 7 buah

6. Pos KB RW / posyandu : 19 buah

7. Kelompok KB : 12 buah

Jumlah sarana kesehatan yang berada di wilayah Gedong tersebut dirasa cukup bagi masyarakat setempat. Dengan adanya dua rumah sakit yaitu rumah sakit Pasar Rebo dan Cijantung, puskesmas dan tempat pengobatan lain yang tersebar di wilayah Gedong mampu untuk menampung pengobatan masyarakat.

6. Sarana Olahraga

Bidang olahraga merupakan salah satu kegiatan jasmani yang dilakukan untuk memelihara kesehatan dengan kegiatan yang menghibur dan menyenangkan. Selain kondisi badan semakin sehat, olahraga pun mempunyai manfaat untuk meningkatkan prestasi. Dalam kebijakan pembangunan, pemerintah menempatkan posisi olahraga sebagai salah satu arah guna meningkatkan kualitas masyarakat sehingga memiliki tingkat kesehatan dan kebugaran yang cukup.

Di wilayah Gedong, pembinaan dalam bidang keolahragaan telah disediakan sarana untuk menunjang hal tersebut. Sarana ini menyangkut banyak cabang olahraga antara lain:

36

1. Lapangan sepak bola : 1 buah

2. Lapangan volley ball : 16 buah

3. Lapangan badminton : 8 buah

4. Lapangan tennis : 3 buah

5. Lapangan tennis meja : 48 buah

6. Lapangan basket : 4 buah

7. Tommy hall

(Gelanggang OR Bulutangkis) : 1 buah

8. Gedung sasana krida KT : 1 buah

9. Balai warga : 1 buah

Sarana olahraga yang telah dipaparkan diatas dirasa cukup lengkap bagi masyarakat wilayah gedong. Sehingga penggunaannya dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.

C. Gambaran Umum Masyarakat Betawi di Kelurahan Gedong

Secara umum, suku Betawi terbagi dalam beberapa kelompok, yaitu

Betawi Kota, Betawi Ora, Betawi Tengah, Betawi Udik dan Betawi Pinggir.

Masyarakat betawi tersebut utamanya dikelompokkan berdasarkan wilayah, namun tak menutup kemungkinan bahwa masing-masing kelompok tersebut mempunyai perbedaan kebudayaan antar kelompok Betawi lainnya.

Betawi wilayah Gedong, berdasarkan perkelompokan tersebut masuk kedalam Betawi pinggir, karena letak wilayah Gedong berada di pinggiran wilayah Jakarta yaitu Jakarta Timur. Betawi pinggiran ini mempunyai ciri khas

37 yang berbeda dengan kelompok Betawi lainnya salah satunya menyangkut tatacara pelaksanaan serta atribut dalam acara adat Betawi.

Berikut merupakan paparan lebih jauh mengenai masyarakat betawi wilayah Gedong:

1. Pola Pemukiman Masyarakat Betawi Gedong

Pola pemukiman merupakan salah satu bentuk penyebaran tempat tinggal penduduk dan merupakan salah satu bentuk ciri khas tertentu dari masing-masing wilayah. Dalam kasus pola pemukiman wilayah Gedong yang mayoritas penduduknya berasal dari suku Betawi, hunian perumahan masyarakat Betawi

Gedong kini dapat dikatakan mengelompok dan nampak tidak seperti masyarakat

Betawi tempo dulu yang memiliki tanah luas dan pelataran kebun yang ditumbuhi oleh pepohonan.

Mengelompok yang dimaksudkan disini dimana rumah-rumah sanak keluarga antara satu dengan yang lainnya saling berdekatan atau bertetangga dan cenderung berderet. Hal tersebut sesuai dengan fakta dalam masyarakat Betawi wilayah Gedong yang dulunya memiliki tanah luas dalam satu wilayah namun juga memiliki banyak anak. Sehingga terbagilah tanah-tanah tersebut dalam hak waris yang biasanya anak perempuan mendapat setengahnya dari anak laki-laki atau sesuai dengan anjuran hukum islam. Tanah-tanah tersebut dimanfaatkan sesuai kehendak sang pemilik tanah namun biasanya masyarakat Betawi Gedong menggunakan tanah tersebut untuk membangun hunian tempat tinggal, tempat usaha dan yang paling sering dijumpai pembangunan rumah kontrakan maupun

38 rumah kost-kostan. Tanah-tanah luas yang diidentikkan dengan masyarakat

Betawi terdahulu seakan terganti dengan rumah-rumah yang padat.

Perubahan yang terjadi pun meliputi desain rumah adat Betawi yang sudah tidak ditemukan lagi di wilayah Gedong terganti dengan rumah modern yang simple. Perubahan desain rumah tersebut biasanya pada generasi-generasi muda yang lebih terbuka dengan perkembangan zaman dan perubahan kearah yang lebih maju. Hal ini terkait pula dengan rumah adat Betawi yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk pembangunan dan material-material lain serta penataannya yang biasanya menggunakan tanah yang sedikit lebih luas dibandingkan rumah modern zaman sekarang. Tak luput pula dengan banyaknya kaum urban yang menetap sehingga menyebabkan perpaduan kebudayaan yang hadir ditengah masyarakat.

Namun, keberadaan pendatang di wilayah Gedong menimbulkan sedikit permasalah. Dengan kondisi keadaan ekonomi yang terpuruk dan sulitnya mencari nafkah serta tempat tinggal, menyebabkan banyaknya rumah-rumah liar yang dibangun dengan seng-seng. Meskipun mereka mendirikan rumah diatas tanah yang sudah diizinkan oleh pemilik tanah tersebut, nuansa kumuh seakan masih menyelimuti pemukiman tersebut. Mereka enggan untuk membangun rumah yang layak karena faktor ekonomi yang tidak mencukupi juga karena takut sewaktu- waktu akan digusur oleh pemerintah maupun pemilik tanah.

39

2. Kegiatan Adat Keagamaan Masyarakat Betawi Gedong

Bagi masyarakat Betawi, agama merupakan salah satu pondasi yang paling mempengaruhi segala tatacara kehidupan sehari-hari. Dalam wilayah Gedong nyatanya agama islam menjadi mayoritas bagi masyarakat betawi, adapula yang menganut agama kristen namun terbilang cukup sedikit. Keberadaan asal muasal wilayah yang terdahulu seakan menentukan agama yang dianut oleh masyarakat tersebut.

Kegiatan-kegiatan adat yang dilaksanakan di wilayah ini hampir sama dengan suku Betawi wilayah lain, acara-acara seperti pernikahan, kematian, khitanan secara langsung menggunakan unsur-unsur agamis didalamnya.

Percampuran inilah yang membuat kebudayaan Betawi sedikit berbeda dengan kebudayaan suku lainnya dengan adanya unsur agama menjadi suatu ciri khas tersendiri bagi kebudayaan suku Betawi.

Dalam acara kematian bagi masyarakat Betawi Gedong misalnya, keluarga besar yang berduka menyiapkan segala perlengkapan tidak hanya perlengkapan untuk keperluan mengurus jenazah namun juga langsung mempersiapkan acara pengajian yang akan dilaksanakan setelah jenazah dikuburkan. Persiapan ini menyangkut nasi beserta lauk atau berkat, tenda-tenda serta karpet-karpet untuk menampung masyarakat yang ikut serta dalam acara pengajian. Pengajian ini bisa berlangsung selama 7 hari, dan penghatam Qur’an mengaji secara bergantian.Pengajian dirumah kediaman duka tidak hanya digelar saat hari kematian saja namunacara pengajian dilakukan setiap 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100

40 hari, 1000 hari serta setiap tahun dengan mengadakan pengajian untuk mendoakan keluarga yang telah ditinggalkan sesuai dengan hari kematiannya. Masyarakat

Betawi Gedong meyakini bahwa pengajian yang mereka laksanakan akan sampai pahalanya bagi yang ditinggalkan.

Kegiatan lain yang masih dilaksanakan di wilayah Gedong yaitu khitanan.

Acara khitanan sendiri umumnya atas keinginan sang anak yang meminta kepada orang tuanya untuk disunat. Setelah ditentukan tanggal dan hari pelaksanaannya, orang tua segera mempersiapkan segala sesuatu terkait menentukan dokter sunat dan acara yang akan dilaksanakan setelah disunat. Pada zaman dahulu, setelah dilakukan proses khitan sang anak diarak keliling kampung dengan diiringi solawat dan rebana. Sedangkan kini, arak-arakan keliling kampung sudah tidak dilakukan lagi oleh masyarakat setempat. Namun, yang masih tetap berlangsung sebagai bentuk rasa syukur melalui acara sedekahan dimana orang tua memajang anak yang telah di khitan dan memakai pakaian adat pengantin sunat serta menyediakan makanan bagi warga-warga yang datang. Dengan adanya proses khitanan ini, banyak masyarakat yang memaknai khitan sebagai suatu langkah atau proses baru untuk menjadi lebih dewasa sehingga mampu menjaga diri dan lebih taat dalam hal keagamaan.

Kemudian pernikahan yang dilaksanakan oleh masyarakat Betawi, (Dalam

Emma Agus Bisri et al. 2004) Fase prosesi perkawinan merupakan suatu hal bersejarah yang penting bagi setiap individu dan di Betawi upacara perkawinan menempati posisi paling sakral dalam rangkaian proses kehidupan yang dijadikan falsafah bagi masyarakat betawi. Dalam kehidupan masyarakat Betawi pula,

41 pernikahan merupakan sesuatu identitas atau membentuk karakter yang mengandung nilai tradisi dan menjadi suatu ciri khas yang tak dapat dipisahkan dari masyarakat Betawi.

Oleh karena itu, jauh sebelum pelaksanaannya pernikahan banyak pertimbangan dari pihak orang tua untuk menikahkan anaknya atau dapat dikatakan tidak sembarang melepas anaknya untuk menikah dengan orang lain.

Pertimbangan ini menyangkut latar belakang keluarga, suku daerah serta sifat- sifat calon menantu yang dianggap pantas untuk membina keluarga. Dari segi latar belakang, orang tua melihat apakah calon menantu merupakan dari keluarga baik-baik sehingga didik dengan baik dan menjadi pribadi yang baik.Dari segi suku daerah, umumnya masyarakat betawi melihat dari pengalaman yang sudah- sudah bahwa ada daerah tertentu yang kurang pas untuk dijadikan calon menantu dan besan. Dari segi sifat-sifat, orang tua ingin seseorang yang terbaik untuk anaknya dengan sifat yang berpegang teguh dengan keagamaan serta mampu menjalankan tanggung jawab yang akan ditempuh. Setelah segalanya dipertimbangkan dengan matang, calon kedua mempelai dan orangtua segera mempersiapkan langkah selanjutnya untuk melangsungkan pernikahan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.

Tidak hanya dalam kegiatan-kegiatan adat, unsur keagamaan masih nampak dikehidupan sehari-hari hal ini dapat dilihat dengan pembelajaran ilmu agama yang ditanamkan oleh orangtua sedari kecil dengan menyekolahkan pendidikan formal berlandas agama serta pemberian nama-nama islami kepada

42 anak-anak mereka.Tidak hanya itu, masyarakat Betawi Gedong masi aktif mengikutsertakan anak-anak mereka ke dalam pengajian keagamaan rutin.

43

BAB III

TAHAPAN PELAKSANAAN PERNIKAHAN BETAWI GEDONG

Setiap daerah mempunyai keunikan khusus terkait pelaksanaan tradisi pernikahan, seperti halnya masyarakat Betawi yang mempunyai ciri khas tersendiri dan kepercayaan-kepercayaan dalam setiap tahapannya. Namun dalam masyarakat Betawi ini pun terdapat pula perbedaan-perbedaan dalam pelaksanaan tradisi pernikahan sesuai dengan daerah masing-masing, perbedaan tersebut dikarenakan adanya pengelompokan-pengelompokan masyarakat sesuai wilayah karena persebaran penduduk suku ini yang tidak merata. Sehingga masyarakat

Betawi satu dan yang lainnya mempunyai perbedaan seperti perbedaan pola pikir, perilaku, percampuran wilayah keturunan asal, serta perbedaan tradisi yang turun menurun. Sama halnya dengan tahapan-tahapan pelaksanaan masyarakat Betawi

Gedong yang sedikit berbeda dengan masyarakat Betawi di wilayah lain.

Dalam pandangan masyarakat Gedong, Pernikahan dapat diartikan sebagai suatu ajang untuk melepaskan sang anak melangkah ke kehidupan baru rumah tangga, selain itu pula adanya pelaksaan perkawinan ini untuk mendapat suatu pengabsahan di masyarakat luas serta suatu kewajiban dalam perintah agama. Dalam pernikahan itu pula sebagai suatu wadah untuk bersilaturrahmi dan berbagi kesukariaan kepada kerabat dekat maupun jauh, teman-teman keluarga sang punya hajat serta masyarakat sekitar.

44

Kondisi zaman terdahulu dalam hal pernikahan Betawi memang terbilang penting untuk dilaksanakan, tak jarang orang tua sang calon mempelai mempersiapkan segala sesuatu hal terbaik dalam setiap tahapannya. Meskipun perekonomian keluarga Betawi cenderung tergolong sederhana namun untuk urusan perayaan perkawinan akan diusahakan semeriah mungkin dalam pelaksanaannya. Hal ini tentu tak luput dari suka cita keluarga yang sudah memenuhi tanggungan untuk membesarkan dan merawat anaknya, tetapi juga adanya prestise yang didapatkan keluarga oleh masyarakat lingkungannya.

Zaman memang telah berganti, begitupun perubahan-perubahan mengenai kebudayaan pun tak dipungkiri nampak adanya. Perubahan tersebut juga terjadi dalam tahapan pernikahan masyarakat Gedong, ada beberapa material maupun tahapan yang dihilangkan karena material tersebut sukar untuk ditemukan maupun tahapan dianggap sudah tidak sesuai dengan kondisi terkini.

Berdasarkan temuan dilapangan, penulis akan memaparkan lebih lanjut mengenai tahapan pelaksanaan perkawinan betawi terdahulu dan tahapan pelaksanaan perkawinan betawi terkini sebagai bahan untuk perbandingan perubahan yang terjadi dalam pelaksanaan pernikahan tersebut. Perbandingan tahapan pelaksanaan pernikahan Betawi zaman dahulu dan pernikahan betawi terkini diukur dari tahun pelaksanaan pernikahan tersebut. Jika pernikahan Betawi zaman dahulu berkisar antara tahun 1970an sampai 1980an, sedangkan pernikahan Betawi terkini berkisar antara tahun 2000 sampai 2015.

45

A. Tahapan Pelaksanaan Perkawinan Betawi Terdahulu

Dalam tahapan pelaksanaan perkawinan betawi terdahulu memang terbilang cukup rumit dan melalui proses yang cukup panjang. Pelaksanaan perkawinan ini pun menyesuaikan kondisi zaman terdahulu yang masih sangat kental dengan ajaran serta tradisi-tradisi nenek moyang.Terlebih dalam urusan pernikahan, bukanlah perkara main-main karena prosesinya sakral untuk dilaksanakan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan perkawinan terdahulu tersebut orang tua sang calon mempelai ikut ambil alih untuk mengatur segala persiapan.

Selanjutnya akan dijabarkan tahapan-tahapan pelaksanaan perkawinan betawi gedong terdahulu yang didapat oleh beberapa orang informan hasil wawancara. Tahapan-tahapan pelaksanaan pernikahan ini merupakan tahapan prosesi pernikahan yang dahulunya dilaksanakan oleh masyarakat setempat dan terbagi ke dalam tiga tahapan pelaksanaan yaitu tahapan sebelum pelaksanaan pernikahan, tahapan pelaksanaan pernikahan dan tahapan sesudah pernikahan.

1. Tahapan sebelum pelaksanaan pernikahan.

Tahapan sebelum pelaksanaan pernikahan dimulai dari berkunjung dan silaturrahmi, melamar, seserahan uang, dan piare calon pengantin. Berikut paparan lebih jauh mengenai tahapan-tahapan sebelum pernikahan yang wajib dilaksanakan calon mempelai serta yang harus dilakukan oleh kedua belah keluarga sebelum mencapai tahapan jenjang pernikahan.

46

 Berkunjung dan silaturrahmi

Dalam tahapan berkunjung dan silaturrahmi ini, sang lelaki

umumnya sudah mempunyai perasaan ketertarikan terlebih dahulu

kepada sang perempuan dan seringkali keduanya masih dalam satu

daerah kampung yang sama, jika berbeda pun letaknya tidak terlalu jauh

dan masih bisa dijangkau. Kegiatan berkunjung ini biasanya dilakukan

lelaki disaat ada acara layar tancep atau nonton bareng yang diadakan

didekat rumah perempuan. Kemudian lelaki membawa makanan seperti

sate, putu, maupun yang kemudian digantung didepan

rumah perempuan. Saat lelaki silaturrahmi kerumah perempuan pun,

sang perempuan tidak menemui dan ikut menemani lelaki melainkan

salah satu dari keluarga perempuan yang menemui dan menjamu lelaki.

Jika keduanya ingin bertemu dan sekadar mengobrol mereka tidak duduk

bersama melainkan melalui pagar yang berlubang sehingga tidak

bertatapan secara langsung. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Lala

mengenai proses berkunjung dan silaturrahmi yang dilakukan.

Sebagaimana berikut:

“Kalo orang dulu gaada pacaran, pacaran juga sih tapi gak ketemu pacarannya disamping gak duduk bareng gak tatap muka.Jadi ngobrolnya lewat pager yang bolong-bolong gitu.Dia dateng kerumah yang perempuan, misalnya dia dateng dibeliin sate pas ada nontonan nah yang perempuan gak nemenin, nanti satenya digantung dah didepan rumahnya. Yang digantung itu sate, gitu. Terus yang perempuannya gak nemuin, yang nemuin keluarganya. Makanan yang biasa dibawa itu kayak sate, kue putu kalo biasa ada tontonan layar tancep tuh, nanti dibeliin dah tuh kalo gak sate ya kue putu. Adanya sate

47

sama kue putu dulu, sama ituan..kerak telor. Nah kalo dia bawaain begitu nanti orang tua pasti tau oh dia mau ama anak gue gitu.” (wawancara mendalam pada tanggal 10 Mei 2017 ) Lebih lanjut Lala memaparkan mengenai langkah lelaki yang mempunyai niatan serius untuk melangkah ke proses selanjutnya.

“Pas ada niatan ngelamar bukan orang tuanya dulu, misalnya pamannya bibinya atau siapa gitu dari keluarga pihak laki dateng gitu bilangin kalo dia mau ngelamar. Nah abis ada omongan gitu ya sesuai perjanjian dateng ngelamarnya kapan, bisa seminggu atau dua minggu lagi gitu.”(wawancara mendalam pada tanggal 10 Mei 2017)

 Melamar

Prosesi lamaran dilangsungkan dirumah kediaman perempuan

setelah pertemuan sebelumnya yang telah terjadi kesepakatan dari pihak

lelaki untuk datang. Dalam masyarakat Betawi Gedong, prosesi lamaran

ini diawali dengan kedatangan keluarga inti pihak lelaki yang kiranya

berjumlah enam sampai dengan sepuluh orangtanpa adanya pihak lelaki,

disini dapat diartikan bahwa prosesi lamaran ini tidak ramai-ramai atau

rombongan. Pihak lelaki pun umumnya membawa beberapa nampan atau

parsel kue-kue, buah-buah, sirup, roti tawar. Bawaan tersebut memang

tidak disyaratkan sama sekali dan tidak diprioritaskan oleh pihak

perempuan, namun dengan adanya bawaan tersebut sebagai pemantas

dari pihak lelaki dalam prosesi lamaran. Seperti yang dikatakan oleh

Lala, sebagai berikut:

“Kalo ngelamar biasanya blm bawa rombongan, paling keluarga inti doang sekitar 10 orang atau 6 orang ngelamar.

48

Nanti yang bawa rombongan itu nanti pas serahan. Kalo ngelamar itu bawa sirup ama roti tawar ama pisang, terus buah-buahan doang ama kue palingan udah. Sekedarnya doang sekalian perkenalan keluarga. Ngelamar mah gapake tukeran cincin itu, yang laki juga gaboleh ikut. Yang laki ikut pas nikah doang jadinya. Yang bawa serahan itu dibawa pas mau nikah.” (wawancara mendalam pada tanggal 10 Mei 2017)

Begitupun dengan apa yang dikatakan oleh Romi, sebagai berikut:

“Kalo disini tuh kenalan itu engga mesti bawa macem- macem, intinya kita gak pernah menyaratkan bawaan makanan apapun enggak. Karna tujuannya yang pokoknya kalo dia laki-laki, orang tuanya laki-laki dateng sama orang tua perempuannya itu jadinya. Kalo soal makan mah nomor dua lah boleh bawa boleh engga. Gaada syarat bawa gitugitu. Kalo pihak laki-laki bawa pun itu ya cuma pemantas aja.”(wawancara mendalam pada tanggal04 Maret 2017)

Inti dari acara prosesi lamaran ini yaitu perwakilan keluarga besar lelaki menyatakan niat meminta persetujuan orang tua sang gadis untuk meminang gadis tersebut yang akan menjadi calon pengantin wanita bagi sang anak lelaki. Prosesi lamaran tersebut sekaligus pula dilakukan untuk mengenal lebih jauh keluarga besar masing-masing calon sehingga dapat lebih akrab dan lebih membaur. Dalam prosesi ini pun tidak diadakan acara tukar cincin atau mengikat sang kedua calon. Seperti penuturan informan Thalib, sebagai berikut:

“Ngelamar ya sama aja dengan yang biasa dibuat, Cuma disini kan kita meminang. meminang itu artinya apa ya….mengkhitbah. dan artinya kita meminta sesuatu sambil mengenalkan antara satu keluarga dari pihak laki dengan pihak perempuan. Itu namanya melamar.Acara tukar cincin aslinya engga ada itu. Terus di akad pernikahan ada mas kawin itu aja.” (wawancara mendalam pada tanggal 12 Maret 2017)

49

Kemudian, setelah lamaran diterima dan mendapat persetujuan dari

keluarga serta dari sang gadis, kedua belah pihak keluarga calon

meremukkan dan mendiskusikan mengenai seserahan uang serta tanggal

baik untuk melaksanakan pernikahan. Jika kesepakatan telah ditentukan

saat itu, maka acara lamaran telah selesai dan memasuki tahapan-tahapan

yang lebih serius.

 Seserahan uang

Seserahan uang yang dimaksudkan dalam tahapan ini yaitu

pemberian uang belanja oleh pihak lelaki kepada pihak perempuan.

Penyerahan uang belanja ini biasanya dilakukan setelah seminggu paska

acara prosesi lamaran namun ada pula beberapa orang yang memberikan

seserahan uang belanja saat lamaran berlangsung. Tujuan diberikannya

seserahan uang belanja ini adalah untuk membantu pengeluaran

keuangan pihak wanita dalam kebutuhan pelaksanaan resepsi atau pesta

yang akan dilaksanakan.

Jumlah besarnya nominal uang tersebut ada yang berdasarkan

permintaan perempuan namun ada pula yang tergantung dari kemampuan

pihak lelaki. Jika pihak lelaki memberikan seserahan uang belanja sedikit

maka mau tidak mau keluarga pihak perempuanlah yang akan

menambahkan keperluan untuk pelaksanaan pesta pernikahan, karena

pesta pernikahan tersebut dirayakan di kediaman perempuan.

Sebagaimana yang diungkapkan Informan Lala, sebagai berikut :

50

“Terus abis lamaran, biasanya dibawain uang belanja. Kadang juga sih pas lamaran juga ada yang sekalian dibawain uang belanja. Mas kawin beda lagi, kalo uang belanja ya buat belanja. Kalo dikasinya dikit paling ya buat nambahin acara-acara, kalo uangnya kurang biasanya juga orang tua perempuan yang nombokin.Jadi tergantung dikasi uang belanjanya berapa.” (wawancara mendalam pada tanggal 10 Mei 2017)

Setelah uang diserahkan kepada pihak perempuan, pihak lelaki juga membawa furniture rumah diantaranya seperti kasur, lemari, meja rias. Barang-barang tersebut biasanya diberikan secara langsung kerumah pihak perempuan selagi terjangkau namun ada pula beberapa masyarakat yang memberikan mentahannya saja seperti uang yang kemudian akan dibelanjakan oleh keluarga pihak perempuan. Hal tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh informanRomi, yaitu:

“Kalo dulu sih mau gamau setiap orang Betawi mau nikah pasti tempat tidur, lemari, meja rias. Tapi kemaren didaerah sini mah masih ada yang langsung bawain langsung kerumah perempuan. Itu juga kalo misalkan jarak rumah laki-laki gak jauh dan masih kejangkau dari rumah perempuan. Kalo jauh mah engga tapi pasti tetep beliin dikasi uangnya, itu kan cari praktisnya aja jadi tinggal nyari-nyari tinggal ngatur.” (wawancara mendalam pada tanggal 04 Maret 2017)

Pemberian barang furniture tersebut tidaklah lain dimaksudkan untuk mengisi kamar pengantin dan barang-barang tersebut merupakan barang pertama yang digunakan oleh kedua mempelai dalam menjalani kehidupan baru. Setelah adanya pemberian serahan uang dan furniture tersebut calon pengantin dan keluarga akan semakin disibukkan oleh

51

persiapan lainnya terkait pelaksanaan pernikahan karna waktu

peelaksanaan pernikahan tidak akan lama lagi.

 Piare calon nanten

Beberapa hari sebelum pelaksanaan pernikahan, pihak perempuan

khususnya akan menjalankan beberapa serangkaian langkah untuk

mempersiapkan diri secara fisik yang dinamakan piare calon nanten atau

merawat calon pengantin. Dalam tahapan ini, hanya calon pengantin

perempuanlah yang mengikuti tahapan ini. Calon pengantin perempuan

akan dirawat oleh seorang nenek yang secara turun temurun menjadi

seorang piare. Nenek tersebut akan membantu keluarga perempuan untuk

mengurusi dan mempersiapkan segala sesuatu kebutuhan calon pengantin

perempuan.

Pelaksanaan piare calon pengantin berkisar antara tiga hari sampai

dengan seminggu sebelum pelaksanaan pernikahan. Dalam pelaksanaan

ini calon pengantin perempuan diurut, dipijat, minum , tidak boleh

mandi dan berganti pakaian, pola makanannya diatur jadi hanya makan-

makanan tertentu saja seperti tidak boleh memakan garam, berpuasa

mutih dan tidak dianjurkan melakukan aktivitas lain diluar rumah.

Setelah kegiatan tersebut dilaksanakan, tahapan terakhir dari piare

pengantin ini adalah ditangas sebelum pelaksanaan akad nikah. Sebelum

calon pengantin perempuan mandi dan didandani, ia akan disuruh untuk

jongkok diatas bale bambu yang dibawah bale tersebut terdapat dandang

yang berisi air kembang atau rempah-rempah yang kemudian calon

52 pengantin tersebut akan ditutupi oleh tikar pandan. Disini sang calon pengantin seakan diuapi oleh dandang tersebut hingga mengeluarkan keringat. Tahapan tangas ini bertujuan agar sang calon pengantin perempuan lebih wangi dan menghilangkan bercak-bercak yang ada.

Setelah proses tangas selesai, calon pengantin akan mandi dan dirias.

Sebagaimana yang diungkapkan informan Lala, sebagai berikut:

“Biasanya tiga hari dipiaranya, jadi didalem kamar aja dipakein lulur terus kagak boleh mandi. Terus minum jamu, gaboleh makan garem. Terus pas piare juga ditangas kayak diuapin pake aer kembang, jadi ada dandang yang diisi aer kembang ditaro dibawah bale disuruh nongkrong aje situ sampe keluar keringet ditutupin dah pake tiker pandan dikurung dipegangin gitu ntar baru dah pas mau nikah wangi tuh yaa, disuruh mandi dah keramas baru diriasin buat nikah.”(wawancara mendalam pada tanggal 10 Mei 2017) Senada pula dengan apa yang dikatakan oleh informan Romi, sebagai berikut: “Engga kalo laki-laki mah engga, kalo perempuan itu mah istilahnya kan dipiara ya. Tujuannya dipiara itu kan nanti begitu jadi penganten biar tambah cantik. Karna pola makannya kan juga diatur. Lagipula kan ya kalo di piare pas mandinya juga dulu kan ada dandang dibawahnya ada aer mendidih dipakein rempah-rempah dimasukin kebawah bale-bale, kan bale-bale dari bambu tuh kan renggang- renggang jadi uapnya gitu nanti. Yakalo sekarang dibilang sauna lah. Karna kalo dulu buat ngilangin keringet apa namanya bercak-bercak dimuka atau dimana dimana gitu jadi penganten di dandanin.” (wawancara mendalam pada tanggal 04 Maret 2017) Kemudian langkah dari tahapan sebelum pernikahan ini, ditutup dengan dilemparkannya pakaian maupun dalaman yang dikenakan selama masa piare berlangsung. Jadi perwakilan keluarga ada yang

53

melemparkannya ke atas genting dengan tujuan tidak terjadinya hujan

saat pelaksaan acara pernikahan berlangsung.

2. Tahapan pelaksanaan pernikahan

Selanjutnya merupakan tahapan kedua sekaligus acara utama dalam prosesi pernikahan masyarakat betawi Gedong, yaitu tahap pelaksanaan pernikahan. Tahapan pelaksanaan pernikahan ini, mencakup tiga langkah-langkah yang dilaksanakan yaitu arak-arakan penganten, akad nikah dan resepsi pernikahan. Umumnya tahapan pernikahan ini membutuhkan waktu paling cepat tiga hari dan membutuhkan biaya yang besar dalam pelaksanaannya. Berikut paparan lebih jauh mengenai prosesi tersebut.

 Arak-arakan penganten

Kegiatan arak-arakan pengantin dilaksanakan setelah pengajian,

tahlil atau doa-doa yang dipanjatkan agar acara hari pernikahan tersebut

dapat berjalan dengan lancar. Arak-arakan tersebut terdiri dari beberapa

barisan diantaranya ketua rombongan, pembaca sike jagoan silat untuk

palang pintu serta turut pula pembawa barang-barang hantaran yang

terdiri dari kue-kue, perlengkapan pakaian, roti buaya, pembawa

kembang kelapa, penabuh ketimpring yang mengiringi jalan, serta

keluarga-keluarga yang ikut meramaikan rombongan.

Arak-arakan ini berlangsung dari rumah kediaman calon pengantin

lelaki menuju rumah kediaman calon pengantin perempuan dengan

berjalan kaki tanpa menaiki kendaraan diiringi dengan ketimpring.

54

Pelaksanaan arakan ini biasanya dilakukan di malam hari, dengan bermodalkan lampu petromaks. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

Thalib, sebagai berikut:

“Dulu kalo besanan itu pasti malem engga ada yang siang.Emang udah khasnya seperti itu, malem aja udah.Jadi misalkan udah rame-rame dan udah ada pelaminan disana, laki-laki kita iring dari sini ada arakan jalan kaki. Jauh deket juga sama aja jalan kaki gaada sistim kendaraan dulu. Orang ketempat yang jauh aja kita arak jalan kaki, dulu belom pake listrik pake petromaks” (wawancara mendalam pada tanggal 12 Maret 2017)

Setelah sampai di kediaman calon pengantin perempuan, maka akan disambut oleh sederet petasan sebagai tanda kedatangan dan langsung akan dilaksanakannya prosesi palang pintu. Prosesi palang pintu ini merupakan syarat permintaan pihak perempuan, dimana sang calon mempelai lelaki ingin mengambil perempuan dari wilayah tersebut dan dari pihak perempuan mempertahankan atau ada yang menghalangi lelaki. Untuk itu calon pengantin lelaki harus menghadapi jago silat dari pihak perempuan, mampu membaca ayat suci alqur’an, pembacaan sike oleh perwakilan pihak lelaki dan pembacaan pantun. Biasanya dalam palang pintu ini pihak perempuanlah yang kalah sehingga calon pengantin lelaki dapat mempersunting perempuan tersebut. Sebagaimana yang diutarakan oleh informan Abi Thalib, sebagai berikut:

“Palang pintu istilahnya dia kan datang mengambil wanita itu, nah dan disana kan mempertahankan. Sebetulnya persilatan itu satu paket udah pasti kalah yang punya rumah.Kan kalo yang punya rumah kalah baru bisa diambil istilahnya. Kalo dulu-dulunya bener-bener bertarung, ya

55

sekarang cuma ikut-ikutan aja……..” (wawancara mendalam pada tanggal 12 Maret 2017) Selesainya acara palang pintu, maka pihak lelaki akan diijinkan

untuk masuk kerumah yang menandakan palang pintu sudah dibuka, jadi

tidak ada yang menghalangi calon pengantin lelaki untuk meminang

calon pengantin perempuan. Calon pengantin lelaki kemudian masuk

kedalam rumah perempuan diiringi dengan solawat yang menandakan

salam bagi penghuni rumah. Seperti apa yang dikatakan oleh informan

Thalib, sebagai berikut:

“Kalo solawatan mah yanamanya kita sama dengan salam ya. Kan kalo kita dateng kita ngucap salam dengan yang punya rumah. Ya sama juga kalo kita salam assalamualaikum dijawab waalaikumsalam, kalo ini zikir dah tuh zikir segala macem dah tuh dia. Ya kalo didaerah sistimnya itu kayak apa yaa kayak nyawer gitu, disawer kan kalo disini kan gaada yang namanya sawer-saweran. Kalo disini solawatan gitu nanti kalo udah dijawab diberi salam silahkan diminta baru masuk dan pelaminannya didalem rumah zaman dulu.” (wawancara mendalam pada tanggal 12 Maret 2017) Didalam rumah kediaman calon pengantin perempuan, sudah

terdapat pelaminan dan tempat untuk pelaksanaan akad nikah. Disinilah

kemudian tahapan pelaksanaan akad nikah berlangsung.

 Akad nikah

Prosesi akad nikah dilakukan didalam rumah kediaman wanita

setelah acara arak-arakan berlangsung. Setelah semua pihak keluarga dan

calon pengantin lelaki masuk ke kediaman perempuan, acara akad nikah

mula-mula dimulai dari pembacaan beberapa ayat al-qur’an serta doa-

56

doa, dilanjutkan dengan ijab qabul oleh calon pengantin lelaki. Didalam

prosesi ini, yang duduk didepan penghulu hanyalah calon pengantin

lelaki sedangkan calon mempelai wanita berada didalam kamar

menunggu hingga akad nikah selesai.

Seselesainya prosesi akad nikah, tamu-tamu, keluarga serta kerabat

menikmati hidangan yang disediakan oleh sang punya hajat seperti nasi

kebuli, nasi ataupun uduk. Kemudian makanan tersebut biasanya

juga dibawa pulang oleh tamu-tamu dengan dibungkus oleh daun jati

maupun daun pisang sebagai berkat. Sebagaimana yang dikatakan

informan Romi, sebagai berikut:

“Beda sama pas lagi resepsi, kalo pas akad nikah tamu-tamu, keluarga sama kerabat deket mah biasanya dikasi makan nasi sama lauk, kayak , atauga terus nanti biasanya tamu-tamu juga pada bawa pulang dibungkus pake daun jati.” (wawancara mendalam pada tanggal 04 Maret 2017) Ketika acara telah selesai pengantin lelaki pun kembali pulang

kerumahnya dan akan datang kembali kerumah kediaman perempuan

saat acara resepsi pernikahan atau kondangan berlangsung.

 Resepsi pernikahan atau kondangan

Resepsi pernikahan merupakan pesta meriah yang berlangsung

dirumah kediaman pengantin perempuan, umumnya masyarakat

mengenal acara resepsi ini dengan sebutan kondangan yang kata lainnya

adalah “ke undangan”. Namun karena masyarakat betawi biasanya

menyingkat kata yang mereka ucapkan, penggunaan kata ke undangan

pun berubah menjadi kondangan. Resepsi pernikahan betawi ini biasanya

57 tidak mengeluarkan uang yang sedikit, oleh karena itu banyak masyarakat betawi yang menyebut pesta resepsi pernikahan itu keriyaan ataupun sedekahan. Keriyaan memiliki dua makna, yang berarti suka ria maupun ria dalam artian ingin menunjukkan siapa dirinya lewat acara resepsi tersebut. Begitu pula dengan makna sedekah yang berarti keluarga yang mengadakan resepsi pernikahan pasti rugi ataupun tidak mendapatkan untung jadi uangnya tidak akan kembali. Meskipun demikian, keluarga calon pengantin biasanya mempersiapkan yang terbaik bagi kelangsungan acara ini.

Dalam acara resepsi ini, terdapat pelaminan untuk kedua mempelai menyambut tamu, kursi dan meja yang diatasnya terdapat kue-kue, serta panggung untuk hiburan. Untuk acara resepsi tersebut juga dipasangkan tenda-tenda yang dinamakan terampang. Terampang ini dibuat sendiri dengan menggunakan kayu dan seng yang ditumpuk serta bambu, kemudian terampang ini dihias-hias dan khasnya dipinggir terampang tersebut digantungkan pisang. Sebagaimana informasi dari informan

Romi, sebagai berikut:

“ Dulu juga kalo tenda, namanya bukan tenda tapi terampah. Terampang itu sama aja tenda. Cuma kan kalo dulu itu dibuatnya dari kayu sama seng selembar-selembar ditumpuk gitu terus sampingnya dikasi bambu kerangkanya dari kayu diiket iket. Terus dihias-hias dan biasanya dipinggirnya itu digantung pisang, jadi kalo mau makan tinggal dipotek.” (wawancara mendalam pada tanggal 04 Maret 2017)

Dibawah terampang disusun kursi-kursi dan meja panjang yang dihidangkan kue-kue serta buah-buahan diatasnya khusus untuk tamu-

58 tamu yang datang. Kue-kue tersebut diantaranya , kue pepe, wajig, uli, dan . Sedangkan jika ada sanak keluarga maupun teman dekat pengantin yang datang, ada tempat tersendiri dibelakang untuk disediakan makanan berat seperti nasi serta lauk pauk oleh pengejek.

Pengejek merupakan teman-teman maupun sodara pengantin perempuan yang membantu melayani tamu-tamu dengan menyediakan makanan ataupun memberikan segelas minuman. Sebagaimana informasi oleh informan Romi, sebagai berikut:

“Kalo yang terampang tadi buat tamu ada kursi-kursi yang disediakan, ditaroin kue-kue segala macem buah-buahan, teh.Nah kalo sanak famili keluarga datang ada tempat tersendirinya dibelakang. Jadi misalkan bawa dua keluarga terus setelah ngobrol-ngobrol dengan pihak keluarga dan tamu-tamu yang laen, ada yang namanya pengejek perempuan ya terus nanti ada orang tua bagian didapur yang bilang itu suruh cariin makan nanti disediakan makan oleh pengejek seperti nasi, lauk pauk, sayur mayur segala macem buat makan ngambil sendiri. Yang dikasi makan baik yang dapet makan ya itu famili, kerabat paling dekat maupun kawan terdekat seakan kayak bukan tamu lagi itu yang dapet makan. (wawancara mendalam pada tanggal 04 Maret 2017)

Kemudian untuk hiburan, hiburan yang biasanya hadir dalam setiap acara resepsi pernikahan yaitu lenong, cokek, wayang kulit, dll.

Hiburan tersebut disediakan panggung atau tarub yang terbuat dari tong atau kayu yang diatasnya ditutupi oleh seng-seng serta dihiasi oleh janur kuning juga kertas minyak dan kain sekadarnya. Hiasan tersebut berupa kembang kelapa yang berbentuk seperti rambut kepala ondel-ondel.

Sebagaimana yang diutarakan oleh informan Romi, sebagai berikut:

59

“Kalo tempat hiburan kayak panggungnya juga begitu kalo engga dari tong ya dari kayu dibikin gitu. Itu namanya bukan panggung kalo jaman dulu namanya tarub. Nah itu dibuat atasnya paling pake seng-seng juga sama dihias paling pake janur sama kertas-kertas minyak kayak gitu-gitu. Pake kain- kain sih ala kadarnya tapi lebih banyak dihias pake janur- janur sama kertas minyak. jadi gak kayak sekarang. Dulu kan gaada kertas krap jadinya pake kertas merah putih dibuat kayak kembang kelapa yang kayak di ondel-ondel udah kayak begitu aja.” (wawancara mendalam pada tanggal 04 Maret 2017) Acara resepsi ini biasanya berlangsung dari sejak selesainya akad

nikah hingga tengah malam atau semalam suntuk. Jika akad nikah

berlangsung pagi hari dan resepsi dimulai dari siang hari, hanya ada

pengantin perempuan saja yang menyambut tamu. Kemudian setelah

malam hari, baru ada pengantin lelaki yang datang bersama

rombongannya.

3. Tahapan sesudah pernikahan

Tahapan sesudah pernikahan merupakan tahapan terakhir dari segala rangkaian prosesi pernikahan adat Betawi. Meskipun kedua calon mempelai sudah sah dalam berumah tangga, namun masih ada tahapan harus dilakukan oleh kedua mempelai. Tahapan tersebut adalah ngunduh mantu.

 Ngunduh mantu

Ngunduh mantu dapat dikatakan sebagai resepsi pernikahan kedua

yang dirayakan oleh keluarga pihak lelaki untuk menyambut kedatangan

pengantin perempuan. Acara ngunduh mantu ini diadakan setelah

seminggu acara akad nikah dirumah perempuan. Namun, tidak semua

orang betawi yang mengadakan acara ngunduh mantu ini karena

60

diperlukan biaya yang besar pula seperti halnya perayaan resepsi

pernikahan. Acara ngunduh mantu pun berlangsung hingga semalam

suntuk sama seperti resepsi pernikahan dan kemudian akhir dari acara ini

adalah tinggalnya pengantin perempuan untuk beberapa hari dirumah

lelaki.

Jika keluarga lelaki tidak melaksanakan ngunduh mantu, maka

pengantin perempuan hanya dibawa kerumah pihak lelaki dan menginap

beberapa hari untuk diperkenalkan kepada tetangga-tetangga serta

keluarga besar dari pihak lelaki. Biasanya saat datang kerumah lelaki ini,

pengantin perempuan membawa nampan yang berisikan kue-kue

tradisional yang kemudian dibagikan kepada keluarga maupun tetangga

pihak lelaki dan setelah pengantin perempuan dan lelaki akan kembali

kerumah, nampan-nampan tersebut dikembalikan ditambah dengan uang

yang diselipkan didalam nampan tersebut. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh informan lala, sebagai berikut:

“Ngunduh mantu tuh kayak sedekah juga sama tapi sekalian perkenalan sama keluarga laki jadi kue-kuenya tuh dibagiin sepiring-sepiring sama keluarga sama tetangga nanti pelesnya dibalikin lagi diisiin dah tuh uang.. ntar kalo udah 3 hari perempuan balik lagi kerumahnya bawa sesuatu gitu yang dikasi sama keluarga laki nanti dikasi tetangga” (wawancara mendalam pada tanggal 10 Mei 2017)

B. Tahapan Pelaksanaan Perkawinan Betawi Modern

Dalam tahapan pelaksanaan Betawi modern, terbilang cukup praktis meskipun masih ada beberapa tahapan dalam pernikahan yang masih sesuai

61 dengan tahapan pelaksanaan Betawi terdahulu. Pelaksanaan perkawinan Betawi ini pun menyesuaikan kondisi zaman modern kini yang sudah mengalami perubahan-perubahan terkait pola pikir masyarakat, kondisi masyarakat, hingga akulturasi budaya yang hadir ditengah masyarakat Betawi. Urusan pernikahan biasanya diurus langsung oleh kedua mempelai dan menghadirkan panitia-panitia pengurus pernikahan untuk keberlangsungan acara pernikahan tersebut.

Berdasarkan penelitian dilapangan, penulis menemukan beberapa tahapan- tahapan dalam pelaksanaan perkawinan Betawi Gedong yang didapat oleh beberapa orang informan hasil wawancara. Tahapan-tahapan pelaksanaan perkawinan Betawi Gedong ini merupakan tahapan prosesi perkawinan saat ini yang masih dilaksanakan oleh masyarakat setempat. Berikut penulis akan memaparkan lebih lanjut mengenai tahapan-tahapan dalam perkawinan Betawi

Gedong yang terbagi kedalam tiga tahapan, yaitu tahapan sebelum melangsungkan perkawinan, tahapan saat melangsungkan perkawinan dan tahapan sesudah melangsungkan perkawinan.

1. Tahapan sebelum perkawinan

Dalam tahapan ini sang kedua calon mempelai mempersiapkan beberapa hal dan beberapa proses kegiatan sebelum menuju ke pelaminan. Beberapa tahapan tersebut antara lain silaturrahmi antar kedua calon, perkenalan keluarga dan lamaran, pemberian uang hantaran, serta pingitan atau piare penganten.

Berikut akan dijelaskan dan dipaparkan lebih jauh mengenai tahapan-tahapan calon mempelai sebelum melangsungkan prosesi perkawinan.

62

 Silaturrahmi antar kedua calon

Calon kedua mempelai yang sudah mengenal lebih jauh dan

mempunyai kecocokan, saling mengenalkan kepada keluarga masing-

masing.Terlebih lagi pada calon pria, yang minimal satu kali dalam

seminggu berkunjung ke kediaman calon perempuan sambil

membawakan makanan untuk mengambil hati orang tua wanita. Disini

orang tua pun ikut menilai bagaimana perilaku dan sifat sang calon

menantu serta asal usul keluarga, apakah cocok untuk diteruskan ataupun

tidak. Setelah orang tua berkenan dan hubungan baik terus dilanjutkan,

sang calon lelaki umumnya melakukan pembicaraan khusus kepada

orang tua wanita terkait niatan serius untuk hubungan yang lebih jauh

atau tahapan berikutnya. Sebagaimana yang dikatakan oleh informan

Aisah, sebagai berikut:

“Jadi kan pacaran terus dikenalinlah ke orang tua, nah terus pas lagi mau ngelamar nih si cowoknya ngomong sama orang tua dulu izin kan kira-kira dari pihak keluarga dukung apa engga.Kalo misalkan disitu udah oke baru ke tahap selanjutnya ya ngelamar. Kalo disini mah ngelamar ya bukan tunangan soalnya kan beda kalo lamar sama tunangan.” (wawancara mendalam pada tanggal 19 Juli 2017 )

Setelah orangtua sang perempuan setuju dan merestui hubungan

keduanya untuk tahapan lebih jauh, maka calon lelaki pun

membicarakannya kepada pihak keluarganya dan menentukan tanggal

baik untuk diadakannya lamaran serta perkenalan keluarga.

63

 Perkenalan Keluarga dan lamaran

Lamaran serta pekenalan keluarga ini biasanya diadakan di rumah kediaman perempuan, namun tak jarang zaman sekarang yang mengadakannya di cafe maupun tempat makan yang sudah disewakan.

Dalam acara ini pihak lelaki beserta keluarga besarnya membawa bingkisan berupa parsel buah-buahan, kue-kue basah dan kering, serta sirup. Acara dimulai dengan perwakilan dari keluarga yang menyampaikan niat baiknya untuk melanjutkan tahap selanjutnya yaitu meminang. Disini wanita akan langsung memutuskan apakah lamaran tersebut diterima ataupun tidak. Jikalau diterima kedua belah pihak akan langsung memutuskan kapan akan diadakan acara akad nikah dan resepsi serta uang hantaran yang akan diberikan pihak lelaki kepada pihak perempuan untuk pelaksanaan resepsi pernikahan. Dan biasanya setelah lamaran ini pun jangka waktu menuju pernikahan tidaklah jauh hanya berselang beberapa minggu dan maksimalnya dalam jangka waktu sebulan, karena dengan diadakannya lamaran ini banyak pihak yang sudah mengetahuinya dan akan mendapatkan omongan jika tidak segera ditentukan tanggal pernikahannya. Sebagaimana penuturan informan Aisah, sebagai berikut:

“Paling kalo ngelamar itu bawa parsel kayak kue-kue terus buah-buahan, sirup gitu aja sih. Kan emang biasanya begitu meskipun cuma lamaran tapi pihak keluarga cowonya gak enak jadi bawa bingkisan. Terus juga emang dari jaman dulu kan begitu ya. Dan pas lamaran sekalian ditentuin mau akad nikahnya kapan dan dimana. Tapi jangan sampe lama dari yang pas lamaran itu soalnya kan pamali ya, bahasanya sih gaenak soalnya orang-orang udah pada tau semuanya jadi jangka waktunya ya maksimal sebulan banget kalo bisa

64

jangan ampe lebih.” (wawancara mendalam pada tanggal 19 Juli 2017)

Dalam momentum lamaran ini juga diadakan perkenalan keluarga, perkenalan keluarga diadakan untuk menyatukan kedua keluarga besar yang nantinya akan berbesanan sehingga tidak ada lagi jarak dan menjadi lebih akrab. Prosesi resmi informal hanya dilaksanakan pada acara lamaran, setelah itu keluarga besar berkumpul dan berbincang-bincang santai sembari menentukan panitia-panitia yang akan membantu kedua calon pengantin untuk mengurusi perlengkapan dan acara pernikahan.

 Pemberian uang hantaran

Setelah selang seminggu setelah lamaran atau menjelang hari pernikahan, pihak keluarga lelaki kembali mendatangi kediaman perempuan untuk memberikan uang hantaran dan furniture. Uang hantaran digunakan untuk pelaksanaan resepsi pernikahan yang sebelumnya telah disepakati oleh kedua belah pihak keluarga, sedangkan pemberian furniture relatif sesuai kehendak calon pengantin lelaki. Sebagaimana informasi menurut informanAisah, sebagai berikut:

“Pas lamaran cuma ngasi tau doang, nah pas beberapa minggu sebelum akad baru dikasih duitnya kan sama barang- barang kayak kasur, lemari tapi bentuknya uang jadi dibelanjain sm keluarga saya gitu. Itu sih terserahnya mau dikasihnya kapan fleksibel tapi kalo bisa jangan terlalu mepet juga sama akad nikah soalnya masih banyak yang harus disiapin.” (wawancara mendalam pada tanggal 19 Juli 2017)

65

Jika jarak antara rumah calon pengantin perempuan jauh dari pihak lelaki, biasanya pihak lelaki hanya membawakan uang yang kemudian akan dibelikan furniture tersebut sedangkan jika rumah perempuan dapat tidak terlalu jauh dan dapat ditempuh, pihak lelaki akan langsung memberikan furniture yang berbentuk barang-barang kepada pihak wanita.

Sebagaimana yang dikatakan informan Ita, sebagai berikut:

“Itu mah pas udah dibawain barangnya setelah lamaran, jadi engga pake dikasi uang langsung dibawain barang-barangnya kerumah segala kasur, lemari soalnya kan deket juga dari rumah gak terlalu jauh. Kalo duit nikah mah lain lagi. Biasanya mah yang keluar duit banyak laki-lakinya.” (wawancara mendalam pada tanggal 07 april 2017)

Namun tidak semua, pemberian furniture ini masih dilaksanakan karena ada beberapa adat didaerah lain yang tidak melakukan hal tersebut.

Untuk saat ini, pemberian furniture ini bersifat tidak disyaratkan tergantung oleh kemampuan sang punya hajat.

 Pingitan atau dipiare

Para calon mempelai perempuan tidak boleh saling bertemu dengan calon pengantin lelaki serta tidak boleh keluar rumah dan harus menjalani perawatan-perawatan seperti luluran dan berpuasa mutih.

Tahapan pelaksanaan piare atau pingitan pengantin biasanya dilakukan dirumah dengan memanggil jasa salon kecantikan untuk mengurus calon pengantin wanita. Ataupun calon pengantin yang datang ke salon kecantikan untuk melakukan perawatan-perawatan sebelum menjelang hari pernikahan. Dengan adanya paket perawatan pranikah, pelaksanaan

66 piare ini menjadi lebih praktis dan tidak terlalu menyibukkan pihak keluarga. Sebagaimana informasi menurut informan Aisah, sebagai berikut:

“Kalo dulu pake paketan penganten paketan pranikah, kan jamannya sekarang udah beda. Ada disalon semuanya, udah luluran segala macem terus sauna gituu.Jadi cari gampangnya aja sekarang mah tinggal ke salon doang.” (wawancara mendalam pada tanggal 19 Juli 2017)

Namun, masih terdapat pula yang masih menggunakan cara tradisional zaman dahulu dalam pelaksanaan piare calon pengantin yaitu dengan melakukan lulur dirumah serta perawatan lain dirumah yang dibantu oleh pihak keluarga, dan calon pengantin perempuan pun diwajibkan mengikuti beberapa aturan seperti tidak mandi selama tiga hari, dan tidak mengganti pakaian luar. Sebagaimana informasi dari informan Ita, sebagai berikut:

“Jadi kita tuh engga boleh mandi, katanya ntar kalo mandi pas hari Hnya jelek. Jadi selama tiga hari yang diganti itu paling daleman doang tapi dasternya tetep itu gaboleh diganti. Ntar pas hari Hnya pas kita diangkat sama ituan kayak dandang pake rempah-rempah ntar daster kita dilempar keatas genteng biar gak ujan.” (wawancara mendalam pada tanggal 07 april 2017)

Akhir dari tahapan piare ini pun sama, calon pengantin perempuan sebelum melaksanakan pernikahan akan di tangas atau diuap dengan dandang yang ditaruh dibawah bale bambu, kemudian calon pengantin akan nongkrong diatas bale tersebut. Sedangkan jika calon pengantin yang

67

pelaksanaan perawatanya dilakukan oleh salon, maka prosesi tangas ini

akan digantikan dengan sauna yang tujuan yang sama.

Sama seperti piare calon pengantin zaman terdahulu, pelaksanaan

piare ini ditutup dengan dilemparnya baju luaran yang dipakai selama

tahap piare oleh keluarga pihak perempuan dengan tujuan agar tidak

terjadi hujan selama pelaksanaan pernikahan berlangsung. Kemudian,

calon pengantin perempuan akan mandi dan siap didandani untuk acara

akad nikah.

2. Tahapan Pernikahan

Dalam tahapan pernikahan pun terdapat beberapa pelaksanaan

seperti ngarak penganten, akad nikah serta resepsi pernikahan. Berikut

akan dipaparkan lebih lanjut mengenai acara-acara tersebut.

 Ngarak Penganten

Sebelum pelaksanaan akad nikah, pihak calon pengantin lelaki

menuju tempat pelaksanaan akad nikah bersama rombongan keluarga. Dan

umumnya acara akad nikah dilaksanakan di masjid dekat kediaman wanita

atau di rumah kediaman wanita. Karena tidak memungkinkannya arakan

yang dilakukan dari rumah calon pengantin lelaki menuju rumah calon

pengantin perempuan, maka arakan berlangsung didekat dengan tempat

pelaksanaan akad nikah. Hal tersebut dikarenakan jarak dan terdapat

kendaraan yang sudah disiapkan. Sebagaimana yang dikatakan oleh

informan Ita, sebagai berikut:

68

“Waktu itu diarak, tapi diaraknya dari depan gang situ. Soalnya kan kalo dari halim kejauhan. (wawancara mendalam pada tanggal 07 April 2017) Setelah calon pengantin lelaki dan rombongan keluarga besar

hampir sampai ke tempat akad nikah, para rombongan mulai berbaris

dengan diarak oleh palang pintu dan rebana serta pembawa barang seperti

roti buaya, kue-kue, maskawin, mukena dll serta pembawa kembang

kelapa. Sebagaimana informasi menurut informan Aisah, sebagai berikut:

“Kan yang laki ngarak rombongan sama palang pintu terus bawa roti buaya, serah-serahan gitu.Terus roti buaya jangan pake anak cukup dua aja.Terus ada kembang kelapa gitu kan ditaroin duit-duit sebenernya buat nyenengin anak kecil aja sih buat rame-ramean doangan.” (wawancara mendalam pada tanggal 19 Juli 2017)

Sebelum memasuki kediaman calon mempelai wanita disambut

oleh rentetan petasan yang menandakan calon mempelai pria sudah tiba

dan disinilah terdapat acara palang pintu. Palang pintu kini, tidak terlalu

wajib dipakai dan keadaannya sebagai acara penghibur sebelum

pelaksanaan akad nikah. Palang pintu kini pun biasanya dari keluarga

berada saja karna penyewaan palang pintu terbilang cukup mahal sebagai

acara penghibur.

Setelah arakan selesai, calon pengantin lelaki beserta rombongan

memasuki tempat pelaksanaan akad nikah.

 Akad Nikah

Setelah rombongan calon mempelai pria dipersilakan masuk maka

prosesi akad nikah dimulai dengan pembacaan ayat suci al-qur’an agar

acara berlangsung dengan sakral. Dilanjutkan dengan datangnya mempelai

69

wanita dan duduk bersanding dengan mempelai pria, perwakilan keluarga

dengan segera memakaikan kain diatas kepala mempelai pria dan wanita

dan acara ijab qabul pun dimulai. Setelah selesai acara ijab qobul kedua

mempelai saling menyematkan cicin dan meminta restu kepada orang

tua.Para tamu biasanya langsung menyalami kedua mempelai sambil

berfoto bersama.

 Resepsi Pernikahan

Setelah selesainya acara akad nikah, dilanjutkan dengan

pelaksanaan resepsi pernikahan yang diadakan di kediaman wanita

ataupun di gedung. Jika kedua mempelai mengadakan resepsi pernikahan

di kediaman wanita, biasanya berlangsung dari habis zuhur sampai malam.

Sedangkan jika diadakan di gedung waktunya terbatas hanya 2-3 jam.

Oleh karena itu jika tempat pelaksanaan resepsi memungkinkan untuk

diadakan dirumah, maka banyak masyarakat betawi yang lebih memilih

pelaksanaan pernikahan diadakan dirumah. Sebagaimana yang dikatakan

oleh informan Romi, sebagai berikut:

“Kalo untuk digedung, 60 : 40 lah kita anggap. 60 pengennya di rumah kalo misalkan punya tempat pasti orang Betawi nih kalo punya tempat kayak gini aja nih ya. Disana kan ada gedung yang bisa dipake buat resepsi gabakal pasti dirumah aja. Selagi masih bisa ya enakan dirumah aja.” (wawancara mendalam pada tanggal 04 Maret 2017)

70

Gambar 2. III. B. Kedua pengantin dalam tahapan resepsi pernikahan

(Sumber: Dokumentasi pribadi informan)

Penggunaan tenda pun berbeda dengan zaman dahulu, jika dahulu tenda masih dibuat sendiri oleh keluarga pengantin, zaman sekarang sudah banyak jasa penyewaan tenda untuk pelaksanaan resepsi pernikahan.

Kedua pengantin pun bebas memilih dekorasi dan konsep pelaksanaan resepsi.

Tidak seperti pelaksanaan resepsi pernikahan zaman terdahulu pula, dari hidangan dan hiburan pun berbeda. Untuk urusan hidangan dalam resepsi kini kian beragam dari makanan berat hingga makanan ringan berbentuk prasmanan sehingga tamu bebas memilih makanan apapun yang dihidangkan sedangkan untuk acara hiburan bagi para tamu, sang punya hajat biasanya menyewakan hiburan seperti dangdut maupun

71

gambus hingga acara berakhir. Acara resepsi ini biasanya berlangsung

sehari saja dan sekali saja.

3. Tahapan sesudah pernikahan

Tahapan ini merupakan tahapan terakhir dari segala rangkaian

prosesi pernikahan Betawi gedong yaitu ngunduh mantu yang akan

dipaparkan lebih jelas.

 Ngunduh mantu

Bagi sebagian masyarakat saat ini prosesi ngunduh mantu ini tidak

telalu penting untuk dilaksanakan, karena sama dengan halnya

pelaksanaan resepsi pernikahan yang telah diadakan. Prosesi ngunduh

mantu hanya mengadakan kembali resepsi pernikahan ditempat kediaman

lelaki, dan jikalau ngunduh mantu ini diadakan tujuannya agar tamu yang

tidak sempat datang direspsi pernikahan dapat hadir dan merasakan suka

ria dari kedua calon pengantin maupun keluarga karena kondisi jarak

pelaksanaan resepsi pernikahan terdahulu kurang dapat dijangkau dari

tempat tinggal pengantin lelaki. Pelaksanaan ngunduh mantu pun hanya

dilaksanakan oleh orang yang mempunyai ekonomi berlebih saja sekarang

ini, karena biaya yang dikeluarkan pun tidaklah sedikit. Sebagaimana

informasi dari informan Aisah, sebagai berikut:

“Sebenernya acara ngunduh mantu itu sama aja ya kayak resepsi pernikahan, cuma ini kan diadainnya dirumah suami saya itu juga permintaan dari mertua karna banyak tamu yang gakbisa dateng karna kejauhan katanya.” (wawancara mendalam pada tanggal 19 Juli 2017)

72

Setelah acara ngunduh mantu selesai, biasanya pengantin

perempuan ikut tinggal dirumah pengantin lelaki dan jikalau pengantin

sudah memiliki rumah sendiri maka pengantin pun akan tinggal dirumah

tersebut. Akhir pelaksanaan tahapan pernikahan pun telah selesai dan

masing-masing calon menjalankan tugas serta kewajibannya sebagai

pasangan suami isteri.

Untuk lebih jelas mengenai perbedaan antara kedua pernikahan antara zaman terdahulu dan modern. Berikut akan ini akan dibandingkan melalui tabel, sebagai berikut:

Tabel 10. III. Perbandingan Pelaksanaan Pernikahan

Pelaksanaan Pernikahan Terdahulu Pelaksanaan Pernikahan Modern 1. Tahapan Sebelum Pernikahan a. Berkunjung dan silaturrahmi a. Silaturrahmi antar kedua calon Dalam hal berkunjung atau Kedua pihak umumnya sudah silaturrahmi, kedua pasangan mempunyai calon masing- tidak berani bertatap muka masing yang kemudian namun hanya tersampaikan oleh dikenalkan langsung kepada simbol-simbol bahwa ada lelaki orangtua karena pemikiran yang tertarik oleh sang gadis orangtua zaman sekarang lebih sehingga adanya omongan untuk terbuka dan dapat menilai melanjutkan keseriusan langsung calon yang dipilih sang disampaikan oleh pihak ketiga anak. seperti kerabat dekat.

73

b. Melamar b. Perkenalan keluarga dan Kegiatan lamaran berlangsung lamaran formal dengan datangnya Acara lamaran berlangsung non keluarga inti pihak laki-laki ke formal dengan bertempat di cafe rumah kediaman wanita untuk atau tempat makan yang disewa. berniat meminang perempuan Dalam acara ini kedua keluarga serta mediskusikan seserahan saling mengenal dengan uang dan menentukan tanggal bersantai sekaligus menentukan pernikahan. panitia untuk mengurusi perlengkapan pernikahan. c. Seserahan uang c. Pemberian uang hantaran Seserahan uang untuk keperluan Uang hantaran dan pemberian pelaksanaan pernikahan furniture relatif sesuai dengan dibarengi dengan pemberian kehendak calon pengantin. Jika barang furniture yang diantar rumah calon pengantin langsung kerumah calon perempuan terlalu jauh maka mempelai wanita. pihak lelaki membawakan uang yang nantinya akan dibelanjakan furniture oleh keluarga perempuan. d. Piare calon pengantin d. Pingitan atau dipiara Dalam tahapan ini calon Dalam tahapan ini calon pengantin perempuan akan pengantin perempuan melakukan dirawat oleh nenek yang akan perawatan-perawatan yang lebih mengurusi dan memenuhi modern di salon kecantikan. kebutuhan sampai hari Namun tetap seperti aturan awal pernikahan. Kegiatan yang yang tidak mandi selama tiga dilakukan selama piare meliputi hari dan tidak mengganti minum jamu, pijat dan urut, pakaian. Sedangkan untuk tidak mandi dan berganti tangas digantikan dengan sauna pakaian, pola makan diatur, di salon dengan tujuan yang puasa mutih dan tidak sama. Akhir dari tahapan pun dianjurkan melakukan aktivitas tetap sama yaitu dengan lain diluar rumah, serta kegiatan dilemparkannya pakaian dalam akhir dari piare ini yaitu tangas ke atas genting agar tidak hujan. atau sauna tradisional untuk menghilangkan bercak dan membuat tubuh lebih wangi, dan melempar pakaian dalam ke atas genting agar tidak terjadi hujan. 2. Tahapan Pelaksanaan Pernikahan

74

a. Arak-arakan penganten a. Ngarak penganten Arak-arakan dilakukan malam Arakan dilakukan dekat dari hari dengan berjalan dari rumah tempat pelaksanaan akad nikah. lelaki menuju rumah kediaman Setelah sampai rombongan calon pengantin perempuan disambut petasan dan masuk ke diiringi dengan ketimpring. acara palang pintu. Setelah sampai ditempat, rombongan disambut dengan petasan dan masuk ke acara palang pintu. b. Akad nikah b. Akad nikah Akad nikah dilakukan didalam Pelaksanaan akad nikah rumah kediaman perempuan, dilangsungkan di masjid dekat yang duduk didepan penghulu kediaman perempuan atau di hanyalah pengantin lelaki rumah kediaman perempuan. sedangkan pengantin perempuan Kedua calon pengantin duduk berada didalam kamar bersanding didepan penghulu menunggu hingga akad nikah dan perwakilan keluarga selesai. Setelah akad nikah tamu memakaikan kain diatas kepala undangan dipersilakan mempelai lelaki dan perempuan. menikmati hidangan kemudian Setelah acara ijab qobul selesai makan tersebut dibawa pulang keduanya menyematkan cincin dengan dibungkus daun jati atau dan meminta restu orangtua. pisang sebagai berkat. c. Resepsi pernikahan c. Resepsi pernikahan Resepsi pernikahan diadakan di Resepsi permikahan diadakan di rumah kediaman perempuan rumah kediaman perempuan selama tiga hari tiga malam ataupun digedung. Jika dirumah dengan dekorasi yang dibuat dan acara umumnya berlangsung dihias oleh kerabat. Sedangkan setelah habis zuhur sampai makanan yang disajikan hanya malam sedangkan di gedung berupa kue yang diletakkan terbatas hanya 2-3 jam dengan diatas meja serta adanya dekorasi tenda dan konsep yang pengejek yang berguna untuk telah dipilih oleh pengantin pada menyambut tamu-tamu dan jasa penyewaan. Sedangkan melayani tamu-tamu. Adapun untuk hidangan beragam mulai hiburan yang tersedia seperti dari makanan berat hingga lenong, cokek, dan wayang kulit. ringan yang berbentuk prasmanan. Adapun hiburan yang tersedia seperti gambus maupun dangdut. 3. Tahapan Sesudah Pernikahan

75 a. Ngunduh mantu a. Ngunduh mantu Ngunduh mantu berlangsung Ngunduh mantu hanya semalam suntuk seperti resepsi dilaksanakan oleh orang yang pernikahan dan menginap mempunyai ekonomi berlebih beberapa hari dirumah pengantin saja, karena biaya yang lelaki. Pengantin perempuan dikeluarkan sama seperti memberikan kue-kue tradisional pelaksanaan resepsi pernikahan. didalam nampan yang kemudian Setelah selesainya ngunduh dibagikan kepada tetangga sanak mantu, pengantin perempuan saudara, kemudian nampan akan tinggal dirumah pengantin tersebut dikembalikan kepada lelaki atau keduanya tinggal pengantin perempuan dengan dirumah sendiri. uang yang diselipkan dalam nampan.

76

BAB IV

SIMBOLISASI MAKNA DALAM PERNIKAHAN BETAWI GEDONG

Dalam bab sebelumnya, penulis telah menjelaskan paparan temuan data di lapangan mengenai tahapan-tahapan pelaksanaan betawi Gedong, baik tahapan pelaksanaan pernikahan zaman terdahulu maupun zaman terkini. Untuk itu, dalam bab ini penulis akan lebih menganalisa dan mengaitkan simbolisasi makna yang terdapat dalam pelaksanaan pernikahan betawi Gedong mengacu pada temuan data tersebut.

Disini penulis akan menganalisa lebih jauh mengenai interprestasi dan penyempurnaan makna dalam prosesi pernikahan masyarakat betawi dengan menggunakan teori interaksionisme simbolik pemikiran Herbert Blumer.

A. Proses pemaknaan simbol dalam pernikahan Betawi Gedong

Simbol merupakan objek sosial yang digunakan untuk mempresentasikan sesuatu bersama oleh manusia, sehingga simbol menjadi salah satu perantara sebagai sebuah tanggapan atas tindakan seseorang kepada orang lain berdasarkan makna yang diberikan oleh tersebut. Dalam hal pelaksanaan pernikahan adat

Betawi Gedong, simbol menjadi sesuatu yang masuk dan melekat dalam prosesi pernikahan. Simbol-simbol tersebut seakan memiliki makna yang ingin disampaikan, sehingga masyarakat lain dapat menafsirkan simbol yang ada. Hal tersebut tidaklah lainditujukan sebagai identitas masyarakat Betawi Gedong.

77

Simbol yang mencakup tidak hanya berupa objek-objek material seperti benda- benda melainkan dapat merujuk kepada tindakan perilaku manusia.

Sedangkan Makna merupakan produk sosial yang diciptakan oleh manusia, makna tersebut terbentuk melalui proses interaksi sosial yang telah disepakati bersama untuk ditetapkan pada simbol-simbol tertentu. Makna tersebut timbul dari proses penafsiran terhadap berbagai objek diluar ketika interaksi berlangsung. Menurut Blumer (1969) terdapat tiga cara menjelaskan asal sebuah makna. Pertama, makna adalah sesuatu yang bersifat intrinsik dari suatu benda.

Kedua, makna itu terdapat di dalam orang yang menginterprestasikan, bukan didalam benda itu sendiri. Ketiga, makna adalah produk sosial atau ciptaan yang dibentuk dalam melalui pendefinisian aktivitas manusia ketika mereka berinteraksi. (west&turner 2008).

Berikut akan dipaparkan lebih lanjut mengenai proses pemaknaan simbol- simbol yang terdapat dalam pelaksanaan pernikahan betawi Gedong. Sesuai dengan premis pertama teori interaksionisme simbolik Herbert Blumer yaitu manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu tersebut bagi mereka dan premis kedua yaitumakna tersebut berasal dari interaksi sosial manusia dengan orang lain, jadi makna sesuatu atau objek berasal dari cara masyarakat lain bertindak terhadapnya dalam kaitannya dengan sesuatu.

Dalam hal ini Blumer memandang bahwa makna tidak melekat kepada objek, melainkan pikiran manusialah yang mengkonstruk makna terhadap objek disekitar mereka. Makna disini sebagai produk sosial yang diciptakan oleh manusia, makna tersebut terbentuk melalui proses interaksi sosial yang telah disepakati bersama

78 untuk ditetapkan pada simbol-simbol tertentu.Masyarakat berinteraksi antara satu dan lainnya melalui proses menginterprestasi atau mendefinisikan tindakan masing-masing, bukan hanya bereaksi terhadap tindakan masing-masing. Respon atas hal itu tidak dilakukan secara langsung ke tindakan masing-masing, melainkan didasarkan pada makna yang melekat atau muncul pada tindakan diri mereka tersebut. (Blumer dalam Elbadiansyah, 2014)

Demikian halnya dengan pelaksanaan pernikahan adat Betawi Gedong, dimana masyarakat setempat melakukan suatu tindakan perilaku berdasarkan makna yang terdapat dalam simbol-simbol tahapan kegiatan tersebut. Masyarakat melakukan tindakan, yang dimaksudkan dalam hal ini yaitu masyarakat setempat bertindak atas makna yang dimiliki oleh benda, kejadian maupun fenomena tersebut bagi mereka. Masyarakat merespon lingkungan, termasuk objek fisik serta objek sosial berdasarkan makna yang dikandung objek. Objek tetaplah hanya menjadi sebuah objek (tidak berharga) jika tidak dikonstruk atau dimaknai bersama oleh masyarakat, sedangkan ketika objek dimaknai sebagai sesuatu yang berharga dan mempunyai nilai lebih dapat menjadi simbol identitas tersendiri bagi masyarakat setempat. Pemahaman mengenai suatu objek akan mempengaruhi tindakannya sesuai apa yang mereka fikirkan mengenai makna yang melekat dalam objek tersebut. Simbol tersebut menjadi amatlah lekat dalam kehidupan dan dapat membentuk sebuah tradisi atas kesepakatan bersama.

1. Cincin

Dalam tahapan melamar, terdapat adanya pelaksanaan acara tukar

cincin bahkan seringkali tahap melamar ini diidentikkan dengan acara

79 tukar cincin tersebut. Tukar cincin yang dimaksudkan dalam acara ini dimana masing-masing calon pengantin baik lelaki maupun perempuan menyematkan cincin ke jari manis pasangan. Begitu pula yang sempat dipraktekkan oleh masyarakat Betawi Gedong dalam pelaksanaan acara melamar ini. Sebagaimana informasi dari informan Aisah sebagai salah satu kerabat orang yang pernah melaksanakan tahapan ini:

“Iya jadi dulu tuh sodara saya pernah ngelaksanain tuker cincin gituu sama mantan calon suami yaa dibilangnya mah.. soalnya kan waktu itu dia bilangnya sih kepengen gituu biar ketauan gitu abis dilamarnya. Jadi kayak emang udah disepakatin kepengen diadain tuker cincin… kan kalo tuker cincin kalo dulu tuh kayak ngiket gitu ya jadi orang- orang udah pada tau kalo misalkan eh dia udah punya si itu bentar lagi nikah gitu” (wawancara pada tanggal 19 Juli 2017)

Berdasarkan informan Aisah tersebut, tukar cincin mempunyai simbol penting untuk melanjutkan jenjang berikutnya yaitu simbol kepemilikan atau kepunyaan. Dengan demikian makna pada tindakan tukar cincin tersebut yaitu pengikat antar kedua calon pengantin agar tidak ada yang mengganggu hubungan dari kedua calon hingga tahapan-tahapan selanjutnya dapat bejalan tanpa halangan pihak yang lain.

Namun, dalam pelaksanaan tukar cincin ini juga terdapat perbedaan pemikiran oleh masyarakat lainnya menyangkut pengadaan acara tukar cincin tersebut. Menurut informan lain, acara tukar cincin sebaiknya tidak dilaksanakan karena acara itu merupakan kebiasaan agama lain. Hal tersebut mengingat masyarakat Betawi Gedong yang mayoritas agamanya adalah agama islam. Berikut informasi menurut informan Romi:

80

“Di agama juga gaada kan, makanya orang betawi sini gak make acara tuker cincin. Tuker cincin kan agama lain itu kebiasaan agama lain. Agama islam mah gaada makanya kita lebih condong ke agama islam kan orang-orang muslim begitu makanya gaada istilah tuker cincin gitu..” (wawancara mendalam pada tanggal, 04 Maret 2017)

Jadi dapat dikatakan terdapat pro kontra dalam pelaksanaan acara tukar cincin ini di masyarakat Betawi Gedong. Pro kontra tersebut antara lain yakni mengadakan acara tukar cincin dalam pelaksanaan lamaran dengan tujuan untuk mengikat calon mempelai dan tidak mengadakan acara tukar cincin pada saat lamaran karena tidak sesuai dengan syariat agama. Menurut informan romi, masyarakat Betawi Gedong sudah tidak mengadakan acara tukar cincin lagi hingga saat ini dikarenakan calon mempelai yang bertukar cincin pada saat lamaran selalu gagal menjalin hubungan sehingga tidak sampai ke jenjang pernikahan. Berikut informasi menurut informan Romi:

“Pernah dialamin sendiri, udah beberapa kali kejadian. Makanya jangan ampe begitu lagi. Pedahal waktu itu gaada masalah, gaada masalah apa-apa lah gaada masalah serius gitu. Tau-tau ya anak-anaknya ya orang-orangnya ya mundur aja gitu kayak gaada apa-apa. Udah makanya itu gak dipake lagi ampe sekarangpun kayak gitu. Makanya sekarang kalo ada yang mau sama orang sini ya begitu dateng, ya mungkin istilahnya juga bukan ngelamar lagi kita kenalan orang tua mungkin ada orang bilang istilah ngelamar tapi kita kenalan orang tua sama orang tua, anak sama-sama setuju. Oke kira-kira kapan kesepakatan waktu gitu aja.”(wawancara mendalam pada tanggal, 04 Maret 2017)

Hal tersebut pun sesuai dengan apa yang diutarakan oleh informan

Aisah yang kerabatnya telah gagal menuju ke jenjang pernikahan, sebagai berikut:

81

“Jadi emang sempet dibilangin gitu sih sama orang tuanya saya orang tuanya dia juga...gausah lah tuker-tuker cincin kayak begitu ngelamar mah ngelamar aja gausah aneh-aneh ngikutin orang tapi ya sodara saya maksa juga sih hehe gak denger kata orang tua tuh.. nah pas abis lamaran gak berapa lama ya gitu deh ujung-ujungnya putus gara-gara ketauan kelakuannya calonnya yang gak baik” (wawancara mendalam pada tanggal 19 Juli 2017) Berdasarkan kejadian-kejadian yang telah dialami tersebut seakan tertanam di pikiran masyarakat sehingga mereka menginterprestasikan bahwa jika bertukar cicin pada saat melaksanakann lamaran kedepannya akan gagal berlanjut dalam suatu hubungan. Itu merupakan bentuk praduga atas realitas yang terjadi sehingga mempengaruhi perilaku masyarakat.

Makna tersebut berkembang hingga sekarang, namun dalam hal tukar cincin masyarakat betawi gedong masih percaya akan makna yang terkandung dalam cincin tersebut. Sehingga tidak berani untuk mengambil resiko untuk melaksanakan tukar cincin. Jadi pelaksanaan tukar cincin tersebut disepakati untuk tidak dipraktekkan lagi di masyarakat Betawi

Gedong. Oleh karena itu, sebagai bentuk lain dari tanda keseriusan, masyarakat betawi gedong mengikat calon pengantin wanita tidak dengan cincin melainkan dengan cara lain dengan memberikan bawaan barang furniture ataupun sebagainya.

2. Puasa mutih

Puasa mutih dijalankan oleh calon pengantin perempuan saat menjelang hari pernikahan tepatnya dalam tahapan piare calon pengantin.

Puasa mutih merupakan bagian dari simbol atas objek tindakan perilaku.

Dimana masyarakat Betawi Gedong memaknai puasa mutih sama seperti

82 puasa lainnya, yakni menahan hawa nafsu serta menahan emosi.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh informan Aisah sebagai berikut:

“Kalo disini sih puasa mutih gitu biar gak emosian aja pas mau nikah soalnya kan kalo kata orang ada aja tuh hambatannya kalo mau nikah.. ini buat ngendaliin diri sendiri ajasih..” (wawancara mendalam pada tanggal 19 Juli 2017)

Oleh karena itu masyarakat Betawi Gedong melaksanakan puasa mutih tersebut dan diterapkan saat sebelum pelaksanaan pernikahan karena menganggap puasa mutih sebagai pembersih pikiran calon pengantin perempuan sehingga mampu mengontrol segala emosi. Dengan diadakannya puasa mutih ini, masyarakat ingin melibatkan tuhan dalam urusan pelaksanaan pernikahan. Masyarakat menganggap dengan adanya keterlibatan Allah SWT. dengan melakukan puasa mutih ini, Allah SWT. akan membantu setiap permasalahan yang dihadapi oleh mempelai.

Terlebih menjelang hari pernikahan tentu timbul permasalahan- permasalahan kecil yang membuat calon pengantin perempuan memiliki banyak fikiran, sehingga calon pengantin terkadang gegabah dalam mengambil keputusan maupun dalam menyelesaikan permasalah pernikahan ini. Dengan dilaksanakannya puasa ini, diharapkan agar dapat lebih tenang untuk menghadapi permasalahan-permasalahan yang muncul sehingga tidak emosi dan bertindak dengan pertimbangan matang sehingga masalah yang muncul dapat teratasi.

Puasa mutih ini dianggap yang paling pas untuk dilakukan oleh calon pengantin perempuan, Tidak seperti puasa yang dilakukan sebelum

83 menjelang hari raya karena puasa ini dinilai tidak terlalu memberatkan calon pengantin perempuan. Berbeda dengan puasa lainnya yang dilakukan seharian penuh tanpa makan dan minum, dalam puasa mutih calon pengantin masih bebas makan dan minum namun tetap dibatasi hanya dengan makanan-makanan tertentu saja antara lain air putih, kentang, nasi putih dan lainnya serta tidak memakan makanan yang mengandung garam. Masyarakat setempat mengganggap pantangan memakan makanan tersebut sebagai khasiat yang akan berdampak dalam pelaksanaan pernikahan. Seperti pantangan memakan makanan yang mengandung garam, agar calon pengantin perempuan tidak merasa gerah meski cuaca sepanas apapun dan tidak akan mengeluarkan banyak keringat. Hal ini sesuai dengan pendapat informan Lala, sebagai berikut:

“Terus minum jamu, gaboleh makan garem, katanya biar badannya kurus langsing terus juga biar gakkeringetan jadi nanten.Itu kebukti sih pas lagi di pajang suami ngerasa gerah tapi ya saya kagak ngerasa gerah terus gak keringetan.makanya kata orang tua saya dulu mah nganjurin banget buat puasa mutih, katanya mah nanti bakalan ngerasain sendiri dan kalo udah jadi nanten gimana efeknyaa.. yagitu dah pas saya jadi nanten oiya berasa banget nih tumbenan gak keringetan pedahal cuaca panas banget” (wawancara mendalam pada tanggal 10 Mei 2017)

Berdasarkan informasi menurut informan tersebut sudah terlihat dampak bagi pengantin perempuan yang melaksanakan puasa mutih dan bagi pengantin lelaki yang tidak melaksanakan puasa mutih. Hal tersebut dirasakan sendiri efek dari puasa mutih tersebut oleh penganten perempuan, sehingga mereka meyakini bahwa puasa mutih memang baik dilakukan.

84

Puasa mutih ini nyatanya tidak dilakukan oleh calon pengantin perempuan saja tetapi juga dilakukan oleh orang yang akan merias calon pengantin perempuan. Tujuan perias melaksanakan puasa mutih ini yaitu sama halnya untuk menahan emosi serta agar tidak tegang. Karena jika perias merasa tegang dan sulit mengontrol emosi akan memicu perasaan tersebut pada sang calon pengantin perempuan, calon pengantin dapat ikut merasa tegang serta sulit dalam mengontrol emosi. Selain itu, menurut beberapa pandangan seperti informan Aisah, dengan dilakukannya puasa mutih oleh perias dan calon penganten perempuan adalah sebagai syarat agar riasan makeup calon penganten perempuan tahan lama hingga akhir pelaksanaan resepsi dan lebih meresap di kulit sehingga terlihat lebih pangling.

“Dua hari kerja sebelum nikah masih kerja malah.. gaboleh ketemu paling terus puasa mutih, katanya bukan cuman syarat tapi ada syaratnya katanya kalo kita bedakan jadi lebih tahan lama terus juga keliatan lebih panglingin.” (wawancara mendalam pada tanggal 19 Juli 2017) Meskipun puasa mutih memiliki makna positif dalam pelaksanaan pernikahan, namun pelaksanaan puasa mutih ini sudah jarang dipraktekkan dalam masyarakat Betawi Gedong. Penyebab jarangnya pelaksanaan puasa mutih ini dikarenakan kesibukan sang calon pengantin untuk mengurus segala sesuatu terkait pelaksanaan pernikahan dan juga terdapat kegiatan rutinitas yang dilakukan oleh calon pengantin seperti bekerja dan lainnya sehingga tidak memungkinkan untuk melaksanakan puasa mutih tersebut. Kondisi yang berbeda dengan zaman dahulu dimana segala

85 sesuatu diatur oleh orang tua, kini calon pengantin pun turun tangan untuk menyiapkan segala sesuatu hal sehingga tidak dilaksanakannya puasa mutih ini dapat dimaklumi oleh masyarakat Betawi Gedong.

3. Tidak mandi dan berganti pakaian

Selama masa tahapan di piare calon pengantin perempuan tidak diperkenankan untuk mandi serta calon pengantin perempuan diwajibkan untuk mengenakan pakaian yang sudah jelek, jadi ia tidak boleh berganti pakaian kecuali pakaian dalam hingga acara pernikahan. Dalam tahapan saat di piare ini kegiatan calon penganten perempuan hanya melakukan perawatan dikamar seperti luluran dan lainnya tidak boleh keluar rumah atau melakukan sesuatu hal yang berat.

Hal tersebut dilakukan oleh masyarakat setempat karena mereka beranggapan jika calon penganten perempuan mandi dan berganti pakaian, saat pelaksanaan pernikahan akan tidak berdampak apa-apa atau tidak akan panglingin. Disini jelas bagaimana masyarakat Betawi Gedong memaknai proses dipiare utamanya dalam hal mandi dan berganti pakaian.

Mereka membandingkan bahwa calon pengantin yang melakukan mandi dan berganti pakaian saat tahap dipiare akan nampak biasa saja tidak seperti calon pengantin perempuan yang tidak mandi dan berganti pakaian.

Hal tersebut sesuai dengan informan Romi, sebagai berikut:

“Jadi kita tuh engga boleh mandi, katanya ntar kalo mandi pas hari Hnya jelek.Jadi selama tiga hari yang diganti itu paling daleman doang tapi dasternya tetep itu gaboleh diganti. (wawancara mendalam, pada tanggal 04 Maret 2017)”

86

Dalam hal ini ada beberapa alasan serta kondisi yang membuat pemikiran masyarakat menjadi seperti itu, seakan dengan mencegah calon pengantin agar tidak mandi karena dan memakai pakaian jelek agar calon pengantin dalam tahapan piare ini dibuat menjadi sangat biasa tampilannya dan rupa ala kadarnya sehingga saat pelaksanaan pernikahan terlihat perbedaan yang nampak antara sebelum pernikahan yang berpenampilan seperti itu dengan penampilan menjelang pernikahan yang tampil lebih cantik dengan riasan dan juga agar mempermudah proses perawatan yang dilakukan karena calon pengantin perempuan terus menerus dipakaikan lulur sepanjang hari agar lebih meresap ke kulit serta lebih terlihat perbedaannya. Jika pengantin perempuan mandi terlebih dahulu sebelum hari pelaksanaan pernikahan biasanya lulur belum meresap dan mengganggu proses perawatan. Sebagaimana penuturan informan Romi, sebagai berikut:

“Awal-awalnya gaboleh mandi selama seminggu. Kan makin lama semakin kesini gak seminggu lagi. Ya faktor tempat lah masalahnya juga kalo dulu kan selama seminggu. Dia betul-betul kalo pakaian juga gak kayak sehari-hari pakaian ala kadarnya. Nanti begitu dia jadi penganten, kalo orang betawi bilang supaya pangling jadi kecantikannya lebih dari hari biasanya gitu. Jadi orang- orang gak ngenalin itu si A atau si B gitu kok jadi cantik banget gitu. Biarpun kemaren orangnya suka dandan- dandan tapi keliatan lebih cantik gitu dari kemaren-kemaren dia dandan tujuannya itu bukan apa-apa. (wawancara mendalam pada tanggal 04 Maret 2017 ) Berbeda zaman memang berbeda tradisi, meskipun piare atau perawatan menjelang hari pernikahan faktanya masih dilakukan hingga

87 saat ini. Tahapan ini memang cukup mengganggu aktifitas calon pengantin perempuan, namun demi tampil lebih menarik dan lebih manglingin calon pengantin rela untuk melakukan tahapan-tahapan ini. Sebagaimana penuturan informan Aisah, sebagai berikut:

“Sebenernya sih gaenak juga kalo gak mandi kayak begini yaa.. tapi mau gimana lagi kalo emang disuruhnya kayak gini lagian sekali seumur hidup juga apalagi kalo nanti hasilnya keliatan kan jadi gak nyesel ngelakuinnya.. tapi kalo kayak gini gak ketauan bau belom mandinya sih, kan lulurnya wangi terus juga didalem kamar aja jadi gak keluar-keluar keringet gituu..” (wawancara mendalam pada tanggal 19 Juli 2017)

Namun dengan kondisi calon pengantin perempuan saat ini, dimana calon pengantin perempuan mempunyai kesibukan terkait pekerjaan maupun pendidikan dll, membuat waktu tahapan piare ini dipersingkat yang seharusnya seminggu menjadi tiga hari atau sesuai dengan waktu yang longgar yang dimiliki calon pengantin perempuan.

Sedangkan dengan kegiatannya seperti tidak mandi dan memakai baju yang jelek tetap dilakukan namun mereka menganggap itu sebagai salah satu syarat untuk menyempurnakan proses piare ini. Dan umumnya orangtua calon pengantin perempuan saat ini masih mengambil alih keputusan utamanya dalam hal seperti ini.

4. Melempar pakaian dalam ke atas genting

Setelah selesainya tahap piare dan menjelang pelaksanaan pernikahan, terdapat tahapan dimana pihak keluarga melempar pakaian dalam yang digunakan selama tahapan di piare keatas atap atau genting di tempat kediaman calon pengantin perempuan. Dengan melemparkannya

88 pakaian dalam ke atas genting tersebut merupakan salah satu simbol berbentuk tindakan. Hal tersebut merujuk kembali pada tindakan yang didalamnya memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Betawi Gedong.

Tindakan tersebut memiliki makna sebagai penangkal hujan. Hal tersebut sesuai dengan informasi dari informan Ita, sebagai berikut:

“Dulu juga celana dalem sama daster dilempar keatas genteng gitu. Kalo pas saya mah juga gitu tapi bukan saya cuma kasih aja nanti siapa gitu yang lempar katanya sih biar gak ujan.” (wawancara mendalam pada tanggal 07 April 2017)

Masyarakat melaksanakan kegiatan tersebut dengan tujuan agar saat pelaksanaan hari pernikahan tidak turun hujan sehingga tamu dapat datang dan ikut meramaikan pesta resepsi pernikahan. Terlebih dalam pelaksanaan pesta pernikahan yang diadakan oleh masyarakat Betawi sangat meriah dan memiliki beberapa yang dilakukan diluar ruangan seperti arak-arakan dan lainnya, ditakutkan dengan turunnya hujan dapat mengganggu proses pelaksanaan tahapan kegiatan tersebut serta banyak kendala yang harus ditanggung jika terjadi hujan.

Dalam perihal ini, terdapat perbedaan makna pula yang beredar di masyarakat Betawi Gedong. Bagi masyarakat lainnya, pelaksanaan tahapan melempar pakaian dalam ke atas genting ini sebagai penolak bala.

Penolak bala yang dimaksudkan yaitu terjadi hambatan dalam menjelang pelaksanaan acara pernikahan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh informan Aisah yang memaknai tindakan melempar pakaian dalam ke atas genting sebagai penolak bala:

89

“Engga sih kalo disini bukan buat nolak ujan, tapi nolak bala.. soalnya kan ngeri yaaa kalo pas lagi akad tiba-tiba gak jadi atau gimana, lagian juga itu kan gak ngeberatin.. ketimbang ngelempar cd doang ke atas genteng mah haha” (Wawancara mendalam pada tanggal 19 Juli 2017)

Sehingga dapat dikatakan terdapat tujuan yang berbeda dalam memaknai tahapan tersebut. Meskipun berbeda tujuan, namun makna yang dikandung oleh tindakan tersebut bersifat positif di pikiran masyarakat sehingga pelaksanaan tahapan melempar pakaian dalam ke atas genting masih dilangsungkan hingga saat ini. Masyarakat Betawi Gedong semakin meyakini hal tersebut setelah ada beberapa pernikahan yang dilangsungkan, ternyata turun hujan seharian pedahal berdasarkan perkiraan cuaca hari itu tidak turun hujan dan cerah. Pada saat itu nyatanya calon pengantin perempuan tidak mau melemparkan baju dalam ke atas genting. Berdasarkan kejadian tersebut, isu terus berkembang di masyarakat Gedong yang mendorong masyarakat untuk tetap melaksanakan tahapan kegiatan tersebut. Hal tersebut diungkapkan oleh informan Ita, sebagai berikut:

“Kalo kita mah nurut aja sama apa yang dibilangin orang tua.. makanya pas disuruh lemparin baju daleman ke atas genteng yaudah nurut ajaa abisan ngeri tuh kayak orang deket rumah tuh yang tinggalnya daerah sono kan dia kagak ngelempar baju daleman ke atas genteng eh kasian banget pas dia nikahan tuh hajatan malah ujan seharian deres banget engga berenti-berenti” (wawancara mendalam pada tanggal 07 April 2017) Ketika terjadi satu kondisi hal yang diluar praduga, nalar masyarakat memikirkan alasan-alasan terjadinya suatu hal tersebut berdasarkan pikirannya dan berdasarkan pengalamannya. Ditambah pula

90 dengan beberapa masyarakat yang masih mengikuti pola pikir zaman terdahulu, sehingga masyarakat semakin sadar mengenai kejadian-kejadian tersebut dan mengaitkan antara turunnya hujan dengan melemparkan baju dalam calon pengantin perempuan.

5. Ritual palang pintu

Dalam tahapan arak-arakan yang dilakukan oleh calon pengantin lelaki ketika tiba di tempat kediaman calon pengantin perempuan, terdapat acara yang sangat diidentikan dengan tahapan arak-arakan yaitu palang pintu yang merupakan salah satu dari rangkaian acara tersebut. Dimana sebelum melangsungkan akad nikah terdapat palang pintu atau yang menghalangi calon pengantin lelaki masuk untuk diberikan syarat-syarat ketentuan meminang calon pengantin perempuan.

Palang pintu sendiri memiliki makna kepantasan seorang lelaki untuk meminang perempuan menjadi pengantinnya. Oleh karena itu palang pintu ditujukan untuk menguji kemampuan lelaki dalam hal agama seperti mengaji, ilmu bela diri seperti silat serta pantun sehingga pantas atau tidak untuk disandingkan dengan perempuan. Terlebih pada zaman dahulu banyak pihak-pihak yang bersaing sehingga ingin mengganggu pelaksanaan acara pernikahan, terutama jika yang akan dinikahi adalah salah satu perempuan paling cantik dikampung tersebut. Calon pengantin lelaki dapat memenuhi syarat kemampuan yang diajukan maka ia berhak untuk menikahi calon pengantin perempuan. Oleh karena itu diadakanlah

91 palang pintu tersebut, jadi kondisi yang membuat palang pintu tersebut menjadi sebuah tradisi.

Dalam hal ini masyarakat Betawi memaknai ritual palang pintu ini dengan pihak calon pengantin lelaki unjuk diri pada keluarga calon pengantin perempuan untuk membuktikan kemampuan bahwa ia pantas meminang calon pengantin perempuan, seperti pandai dalam ilmu agama, ditunjukkan dengan melantunkan ayat al-qur’an, serta bela diri dengan melawan saingan-saingan jagoan kampung yang tidak rela ada orang diluar kampungnya yang menikahi gadis cantik dalam kampung tersebut.

Sebagaimana penjelasan dari informan Thalib, sebagai berikut:

“Palang pintu istilahnya dia kan datang mengambil wanita itu, nah dan disana kan mempertahankan. Sebetulnya persilatan itu satu paket udah pasti kalah yang punya rumah. Kan kalo yang punya rumah kalah baru bisa diambil istilahnya. Kalo dulu-dulunya bener-bener bertarung, ya sekarang cuma ikut-ikutan aja. Dulu kalo misalkan mau melamar aja itu dia juga gak mungkin punya satu calon, ada calon yang lain juga nyerang pas kita mau datemg ngelamar.”(wawancara mendalam pada tanggal 12 Maret 2017) Berbeda dengan saat ini, makna tersebut mengalami perubahan.

Perubahan ini menyangkut kondisi masyarakat Betawi Gedong saat ini.

Kondisi yang sudah berbeda dimana masyarakat Betawi lebih terbuka pola pikirnya serta adanya kontak dengan kebudayaan lain sebagaimana daerah

Betawi kini menjadi pusat pertukaran budaya dan lainnya. Makna awal tersebut berubah fungsi, palang pintu saat ini digunakan untuk semacam memeriahkan acara pelaksanaan pernikahan, sebagai acara hiburan semata dan untuk menjaga tradisi kebudayaan betawi. Tidak hanya itu, palang

92 pintu ini pun menjadi sumber penghasilan bagi beberapa masyarakat betawi.

6. Roti buaya

Roti buaya merupakan simbol seserahan yang kehadirannya wajib dalam setiap acara pernikahan Betawi. Seserahan menjadi kurang terasa lengkap jika tidak adanya roti buaya ini. Sehingga simbol ini menjadi mutlak adanya dalam pernikahan yang menggunakan tradisi Betawi.

Begitu pun yang dipraktekkan di masyarakat Betawi Gedong, dimana masyarakat setempat wajib membawa roti buaya yang berjumlah sepasang.

Makna dari simbol roti buaya tersebut tercermin dari informan

Romi, sebagaimana menurut informan roti buaya mempunyai makna penting yaitu tentang hubungan yang langgeng antar suami istri. Berikut tuturan dari informan Romi:

“Soalnya ada lambang kalo buaya itu kan kuat yah, binatang yang kuat jadi biar rumah tangganya itu kuat sampe tua gitu biar awet sampe tua gitu. Itu tujuannya biar rukun-rukun, langgeng, awet.”(wawancara mendalam pada tanggal 04 Maret 2017)

Dengan demikian makna pada materi di roti buaya tersebut adalah kelanggengan berkeluarga. Hal ini jelas sesuai bahwa simbol roti buaya tersebut masuk kedalam bagian penjelasan dari interaksionisme simbolik bahwa roti buaya tersebut memiliki makna.

Namun, bila ditelusuri lebih lanjut, simbol ini juga terdapat perbedaan sebagaimana informan lain yang berpandangan bahwa pada

93 materi simbol itu sendiri yaitu sepasang roti buaya tidak boleh disertai dengan anak roti buaya. Dapat dikatakan bahwa terdapat dua model simbol yang dipraktekkan di Betawi Gedong, yaitu roti buaya yang sepasang dan roti buaya yang sepasang ditambah dengan anaknya. Menurut Aisah, roti buaya yang menggunakan anak tidak lagi dipraktekkan karena menimbulkan kekhawatiran yang sifatnya negatif. Sifat negatif yang dimaksudkan dalam point ini adalah kekhawatiran bahwa anak roti buaya tersebut melambangkan bahwa calon pengantin lelaki sudah memiliki anak terlebih dahulu sebelum menikah dengan calon pengantin perempuan.

Sebagaimana dengan penuturan informan Aisah, sebagai berikut:

“kalo roti buaya mah harus ada.. itu kan emang biasanya dibawainkan kalo lagi seserahan.. nah tapi bawainnya sepasang aja jangan pake anak.. soalnya kata orang sih kalo pake anak nanti ngerinya yang laki udah punya anak duluan sama yang laen (wawancara mendalam pada tanggal 19 Juli 2017)

Dalam perspektif interaksionisme simbolik ini terdapat different atau perbedaan makna terhadap roti buaya. Jika roti buaya itu sepasang saja maka simbol roti buaya tersebut bermakna positif sedangkan jika roti buaya tersebut ditambah dengan anaknya malah makna tersebut berubah menjadi negatif.

Dari paparan diatas ini memenuhi unsur interaksionisme simbolik yang berpegang teguh pada 3 premis utama, yaitu tindakan tersebut diharuskan memiliki makna, pada simbol roti buaya sendiri jelas sudah memiliki makna didalamnya; kedua terdapat unsur different, yang artinya

94 terdapat perbedaan makna yang terdapat dalam simbol roti buaya tersebut dimana roti buaya ini memiliki makna positif dan negatif; ketiga terdapat perubahan seserahan roti buaya yang dipraktekkan pada masyarakat

Betawi Gedong, yang mana perubahan akhir-akhir ini menunjukkan bahwa roti buaya yang di serahkan sewaktu pernikahan adalah roti buaya sepasang tanpa tambahan anak.

Oleh karena itu roti buaya seakan menjadi simbol dalam pelaksanaan pernikahan Betawi, dimana roti buaya tersebut sudah menjadi ikon dalam pelaksanaan pernikahan Betawi sehingga roti buaya ini selalu ada dan menjadi sesuatu kewajiban keberadaannya. Roti buaya seakan sudah membudaya dan diidentikkan dalam setiap pelaksanaan pernikahan tak jarang masyarakat luar merespon positif keberadaan budaya Betawi terutama roti buaya ini. Jadi masyarakat Betawi akan terus membawa ikon roti buaya dalam rangkaian proses pernikahan tersebut.

Berbeda dengan kondisi zaman dahulu dimana roti buaya memiliki tekstur yang sangat keras dan cenderung tidak memiliki rasa, roti buaya kini dimodifikasi dibuat semenarik dan sedemikian rupa agar masyarakat betawi tetap menggunakan roti buaya sebagai ikon dalam seserahan.

Seperti dengan merubah tekstur roti buaya yang lembut dan mudah dinikmati serta memiliki banyak varian rasa sesuai dengan permintaan dari calon mempelai.

7. Tuqon

95

Saat calon pengantin lelaki diarak oleh pihak keluarga menuju rumah calon pengantin perempuan, mereka tidak hanya membawa seserahan saja tetapi juga ikut membawa tuqon. Tuqon merupakan simbol yang ada di pernikahan dalam bentuk binatang. Binatang yang dimaksudkan dalam tahapan ini merupakan binatang yang biasa digunakan masyarakat Betawi untuk diternak maupun untuk dimakan. Adapun binatang tersebut seperti kambing, domba, ayam atau lainnya yang kemudian nantinya akan diserahkan kepada calon pengantin perempuan.

Simbol pembawaan binatang ini merupakan simbol kesejahteraan, jadi terdapat adanya makna yang melekat pada binatang tersebut yang melambangkan mengenai makna kesejahteraan. Makna kesejahteraan ini adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Hal tersebut tergambar pada masyarakat Betawi Gedong zaman dahulu yang hidup dalam kondisi pedesaan sehingga yang dmaksud kesejahteraan dalam hal ini adalah bagaimana masyarakat Gedong dapat bertahan hidup atau makan dengan kebutuhan pokok.

Hewan-hewan ternak tersebut merupakan simbol kesejahteraan bagi masyarakat pedesaan dan ini juga menjadi gambaran kehidupan masyarakat betawi pada saat itu.

Dengan demikian hewan itu menjadi simbol agar kehidupan keluarga setelah menikah dapat sejahtera karena kebutuhan pokoknya terpenuhi. Berbeda dengan saat ini, makna tersebut mengalami perubahan.

Penyebab perubahan makna terhadap simbol tuqon ini karena adanya

96 perubahan sosial yang terjadi di masyarakat Betawi. Perubahan sosial yang dimaksudkan dalam hal ini yaitu perbedaan kondisi masyarakat yang dahulunya masyarakat Betawi hidup dalam kondisi pedesaan sehingga karakter budaya ciri kehidupannya itu masyarakat pedesaan tetapi saat ini masyarakat betawi banyak hidup dalam situasi kondisi masyarakat perkotaan sehingga simbol kesejahteraan itu tidak lagi merujuk pada hewan-hewan ternak yang merupakan simbol di kehidupan masyarakat pedesaan. Sebagaimana yang diutarakan oleh informan Romi, sebagai berikut:

“Tuqon, bawa kambing. Itu gak diminta dari pihak perempuan tapi otomatis laki-laki pasti bawa. Dulu kan tujuannya kalo dibawain binatang biar tujuannya nanti dipiara terus jadi banyak banyak banyak gitu. Itu tujuannya tadinya, tapi kan tradisinya jadi bergeser jadi bawa terserah mau dipiara apagimana sekarang mah cuma lambangnya aja.” (wawancara mendalam pada tanggal 04 Maret 2017)

Sehingga simbol kesejahteraan itu tidak identik lagi dengan hewan ternak tersebut, karena tuqon ini berubah maknanya bukan lagi sebagai kebutuhan pokok seperti dahulu tetapi menjadi kebutuhan tersier. Maksud dari kebutuhan pokok dan tersier adalah binatang ternak tersebut bisa diternakkan dan dikembangbiakkan sehingga menjadi banyak dan dapat menghasilkan keuntungan ekonomi. Keuntungan ekonomi itu bisa dijual dan berbentuk uang maupun berupa kebutuhan untuk pemenuhan kebutuhan pokok yang dimakan sendiri. Kebutuhan pokok semacam ini tidak lagi menjadi gambaran masyarakat Betawi sekarang dimana

97

kebutuhan pokok lebih merujuk kepada materi berbentuk uang, sehingga

simbol tuqon bergeser menjadi simbol untuk kebutuhan tersier karena

masyarakat betawi tidak lagi beternak. Kehidupan masyarakat Betawi

lebih banyak digambarkan sebagai masyarakat perkotaan atau urban

society.

Dalam proses ini masyarakat Betawi Gedong mengamati kejadian- kejadian yang telah terjadi dan mencari celah untuk memperkuat alasan agar tetap melaksanakan tahapan berdasarkan makna yang terkandung dalam objek tersebut.

Sebagaimana paparan Blumer yaitu makna tidak muncul begitu saja dari pikiran masing-masing orang, melainkan melalui pengamatan kepada individu-individu yang sudah lebih dahulu alami.

Pengamatan manusia terhadap pengalaman ini bagian penting, dimana pengalaman tersebut dianggap sebagai bukti apa yang telah terjadi oleh mereka yang sudah pernah merasakan. Pengamatan ini kemudian menjadi suatu pembelajaran bagi masyarakat untuk bertindak dalam melakukan suatu hal. Hal tersebut juga termasuk bagaimana masyarakat setempat masih memaknai unsur- unsur yang terdapat dalam pelaksanaan pernikahan Betawi. Pengalaman masalalu yang telah dialami oleh orang tetua atau terpandang yang sudah lebih dulu merasakan sebagai suatu tradisi atau pantangan. Secara tidak langsung, pengalaman tersebut diwariskan atau diturunkan hingga akhirnya menjadi keyakinan tersendiri oleh masyarakat setempat.

Proses interprestasi yang terkandung dalam nilai budaya tidak hanya menyangkut pengalaman masa lampau sebagai bentuk tradisi yang sudah

98 diturunkan dan dilanggengkan, namun dengan adanya tradisi memunculkan suatu identitas yang melekat bagi masyarakat Betawi dan dikenal oleh masyarakat luar sebagai ciri khas dan keunikan budaya Betawi. Tentunya identitas ini pun juga mempengaruhi bagaimana masyarakat setempat bertindak. Bertindak dengan memikirkan sesuatu sesuai dengan identitas yang dimiliki sebagai masyarakat

Betawi Gedong seakan ada ketentuan atas dorongan identitas yang melekat tersebut.

Tidak hanya itu, Pelaksanaan pernikahan seakan menjadi salah satu ajang unjuk gengsi bagi masyarakat Betawi, termasuk pula bagi masyarakat Betawi

Gedong. Hal tersebut dilihat dari bagaimana masyarakat setempat memaknai pelaksanaan pernikahan dan bagaimana cara mereka memeriahkan pernikahan.

Sebagaimana pernyataan menurut informan Romi, sebagai berikut:

“Orang betawi emang sikapnya gamau kalah, maunya tinggi terus. Apalagi soal nikahan begini.. Banyak orang betawi bilang nikahan itu kayak sedekah. Artinya gak pernah untung.Itu tergantung daerahnya aja.Ada juga yang bilang kalo nikahan itu ngeriya. Ngeriya tuh punya dua arti yang pertama suka ria..yang kedua ngeriya bisa dibilang yaa pengen pamer.” (wawancara mendalam pada tanggal 04 Maret 2017) Sifat gengsi ini pula salah satu faktor masyarakat setempat untuk totalitas dan tidak sembarang bertindak terkait pelaksanaan pernikahan betawi gedong.

Masyarakat Betawi setempat yang berperekonomian cukup tidak ingin dipandang rendah sehingga menurunkan prestise mereka hanya karena pelaksanaan pernikahan yang kurang memuaskan atau cenderung terlalu biasa karena tidak memakai unsur simbol-simbol yang terdapat dalam pelaksanaan pernikahan betawi. Dalam hal ini masyarakat setempat teramat sangat memikirkan omongan

99 orang yang bisa jadi akan tersebar sehingga menurunkan pamor mereka yang biasanya memiliki prestise tinggi.

Disini dapat dikatakan makna tidak hanya dibentuk berdasarkan pengalaman masa lampau namun juga dibentuk berdasarkan interaksi sosial yang dijalin oleh masyarakat lain yang berbentuk “omongan orang”. Pembentukan makna yang dimaksudkan dalam point “omongan orang” ini yaitu dimana adanya pengerucutan proses interprestasi yang mengindikasikan bahwa manusia memiliki konsep self untuk mengabstraksikan lingkungan realitas sosialnya dan memberikan makna sehingga membuatnya menjadi suatu objek yang mampu teramati oleh dirinya. Objek tersebut terbentuk oleh tindakan manusia itu sendiri.

Konsep self memunculkan dua varian yakni sisi pribadi (self) dan sisi sosial

(person), jadi diri pribadi tidak hanya menaggapi atau membuat persepsi terhadap orang lain (the other), tetapi juga mempersepsikan dirinya sendiri. Sehingga setiap masyarakat betawi membayangkan sosok mereka sebagai orang lain. Mereka memandang apa yang orang lainkan pikirkan mengenai tindakan mereka dan hal tersebut akan mempengaruhi tindakan masyarakat betawi.

B. Perubahan fungsi, makna, dan simbol-simbol

Perubahan fungsi, makna serta simbol-simbol merupakan conduct dari interaksi sosial yang dilakukan sehingga terjadi interpretasi bagi masyarakat

Betawi Gedong. Bagaimana mereka bertindak atas bentuk respon persepsi dari masyarakat lain. Masyarakat betawi yang selalu terbuka seakan melihat pendapat atau respon orang lain atas tindakan perilaku yang dilakukannya sehingga

100 berpengaruh terhadap makna yang diberikan. Dalam tahapan ini menurut Blumer sesuai dengan premis ketiga yaitu makna-makna tersebut dimodifikasi dan disempurnakan saat proses sosial berlangsung.

Dalam hal ini tindakan masyarakat Betawi Gedong yang berubah, menyesuaikan kondisi sesuai dengan kondisi masyarakat yang muncul melalui pergaulan serta interaksi antar masyarakat serta kondisi lingkungan yang menyeret perubahan tersebut dari masyarakat. Perubahan dalam berprilaku masyarakat

Gedong merupakan sesuatu yang tidak dapat dielakkan dalam kehidupan masyarakat, karena masyarakat pada hakikatnya selalu berproses mengikuti kondisi dan keadaan dalam ruang lingkupnya baik secara lambat maupun cepat.

Begitupula dengan makna yang dibentuk oleh masyarakat itu sendiri, yang dibentuk melalui proses interprestasi manusia dalam menafsirkan sesuatu. Makna dapat berubah sesuai dengan pola pikir serta keyakinan masyarakat, perubahan ini mencakup proses penafsiran makna yang berbeda dari sebelumnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sztompka:

Perubahan simbol merupakan sesuatu yang terjadi di dalam atau mencakup sistem simbol. Lebih tepatnya terdapat perbedaan dalam adanya keadaan yang diamati antara sebelum dan sesudah jangka waktu tertentu dalam jangka waktu berlainan (sztompka, 2008) Sesuai dengan paparan yang telah dijelaskan diatas, dalam makna simbolik yang terkandung dalam pelaksanaan pernikahan Betawi Gedong pun ada yang berubah dan ada yang tidak berubah. Makna yang tidak berubah adalah bagaimana masyarakat gedong sampai saat ini masih melaksanakan ritual tradisi dan meyakini makna tersebut dan mereka masih menjaga tradisi tersebut

101 utamanya dengan melalui proses sosialisasi dari keluarga inti. Sedangkan makna yang berubah makna yang menyesuaikan kondisi sesuai dengan kondisi masyarakat yang muncul melalui pergaulan serta interaksi antar masyarakat serta kondisi lingkungan yang menyeret perubahan tersebut dari masyarakat inilah yang dimaksudnya penyempurnaan makna atau makna dimodifikasi karena didorong oleh kondisi-kondisi merubah alur perilaku masyarakat.

Dalam hal ini, berimplikasi terhadap beberapa hal terkait perubahan perilaku masyarakat setempat, antara lain:

1. Perubahan bentuk pernikahan

Dalam perubahan bentuk pernikahan yang dimaksudkan dalam

point ini yaitu mencakup perubahan bentuk pernikahan yang dilaksanakan

oleh masyarakat Betawi zaman sekarang yang sudah tidak begitu

mengikuti adat pernikahan zaman terdahulu. Perubahan ini meluputi

tahapan kegiatan yang berbeda, hal inipun terjadi atas banyak faktor salah

satunya dikarenakan adanya kontak dengan budaya lain dalam hal

pernikahan, ini merupakan suatu hal yang paling tidak dapat dipungkiri

oleh masyarakat Betawi Gedong. Sehingga terjadinya akulturasi

pernikahan dalam pelaksanaannya.Jadi ada tahapan-tahapan yang masih

dilaksanakan karena dianggap penting dan mewakili simbol pengantin

betawi seperti adanya roti buaya ataupun pelaksanaan ritual palang pintu,

namun ada pula tahapan yang dihilangkan maupun diganti dengan tahapan

102 pelaksanaan salah satu calon pengantin yang berbeda kebudayaan.

Sebagaimana penuturan informan Ipeh, sebagai berikut:

“Kalo saya mah ada yang gak pake adat betawi pas nikahannya, soalnya kan suami juga bukan orang betawi… palingan tuh kayak pake baju nikahan betawi yang merah itu tuh sama ada roti buaya doang” (wawancara mendalam pada tanggal 07 April 2017) Disini, kedua keluarga seakan mendiskusikan atau memilah simbol yang sudah melekat dalam adat masing-masing karena kedua belah pihak keluarga sudah memikirkan lebih dahulu jika terdapat unsur yang hilang akan dipertanyakan dan menjadi buah bibir masyarakat setempat. Jadi ketiadaan simbol yang penting dalam pelaksanaan pernikahan akan menjadi omongan tersendiri bagi keluarga, karena dapat dikatakan sudah melekat bagi masyarakat.

2. Perubahan fungsi simbol

Makna yang tentunya dapat berubah dengan penafsiran masing- masing melalui transformasi generasi-generasi berikutnya yang tentunya berbeda penafsiran dengan kondisi generasi-generasi zaman dahulu.

Tentunya perubahan makna pun beragam, salah satunya mengarah ke perubahan fungsional. Dimana makna simbolik lebih mengalami pergeseran dengan perubahan fungsi-fungsi yang berbeda dengan fungsi awal yang berlaku dalam makna tersebut.

Seperti perubahan fungsi dalam seserahan tuqon, penafsiran makna awal yang terkandung dalam tuqon bahwa tuqon merupakan simpanan

103 harta untuk dikembang biakkan berubah fungsi makna menjadi tuqon yang dibawa saat seserahan tidak dijadikan binatang ternak untuk dikembang biakkan tetapi untuk dimakan bersama-sama keluarga besar dan untuk meramaikan arak-arakan. Namun, untuk saat ini seserahan tuqon sudah jarang dibawa oleh pihak lelaki karena kondisi masyarakat yang sudah berbeda.sudah tidak sesuai dengan kondisi mayoritas pekerjaan masyarakat betawi yang awalnya adalah beternak dan bercocok tanam. Hal tersebut dikarenakan mengenai kondisi wilayah serta peluang yang sudah tidak memungkinkan untuk melakukan pekerjaan tersebut dizaman sekarang ini. Hal tersebut sesuai informasi menurut informan Romi, sebagai berikut:

“Itu tujuannya tadinya, tapi kan tradisinya jadi bergeser jadi bawa terserah mau dipiara apa gimana sekarang mah cuma lambangnya aja. Biasanya mah dimakan rame-rame sama keluarga besar gituu”(wawancara mendalam pada tanggal 04 Maret 2017) Begitupula halnya dengan pelaksanaan palang pintu, dimana makna fungsi awal diadakannya palang pintu adalah untuk menunjukkan kemampuan calon pengantin lelaki dalam hal ilmu agama seperti melantunkan ayat suci al-qur’an dan beladiri seperti mengalahkan jagoan kampung calon pengantin perempuan. Namun, karena kondisi yang sudah berbeda dimana masyarakat Betawi lebih terbuka pola pikirnya serta adanya kontak dengan kebudayaan lain sebagaimana daerah Betawi kini menjadi pusat pertukaran budaya dan lainnya. Makna awal tersebut berubah fungsi, palang pintu saat ini digunakan untuk semacam

104 memeriahkan acara pelaksanaan pernikahan, sebagai acara hiburan semata dan untuk menjaga tradisi kebudayaan betawi. Tidak hanya itu, palang pintu ini pun menjadi sumber penghasilan bagi beberapa masyarakat betawi.

3. Perubahan Kontekstasi

Perubahan konteks yang dimaksudkan adalah perubahan keadaan yang telah berbeda yang membuat pernikahan tersebut terjadi. Sehingga dalam masyarakat setempat menyesuaikan kondisi mereka untuk melangsungkan pelaksanaan pernikahan. Perubahan konteks dalam pernikahan betawi ini salah satunya terkait dengan pelaksanaan pernikahan yang diadakan oleh masyarakat Betawi Gedong. Pelaksanaan pernikahan betawi umumnya memang biasanya dilakukan di rumah calon pengantin perempuan, namun untuk kondisi saat ini memang kurang memungkinkan untuk melaksanakan pernikahan di rumah. Hal tersebut dikarenakan kondisi yang sudah berbeda dengan zaman terdahulu dimana adanya pemadatan penduduk yang membuat lahan perumahan masyarakat menjadi sempit. Sehingga masyarakat setempat memilih untuk melaksanakan pernikahan di Gedung maupun Aula yang tersedia disekitar rumah.

Sebagaimana penuturan informanIta, sebagai berikut:

“Engga soalnya kan kalo disini sempit, keluarga dari cowoknya juga banyak. Sebenernya pengen sih diadain dirumah kan lebih enak gitu ya tapi gimana orang gaada tempatnya juga kalo dirumah jadinya di gedung tuh yang deket sini” (wawancara mendalam pada tanggal 07 April 2017)

105

Meskipun demikian, banyak dari masyarakat betawi yang ingin melaksanakan pernikahan di rumah. Sebagaimana pendapat informan

Romi, sebagai berikut:

“Kalo untuk digedung, 60 : 40 lah kita anggap. 60 pengennya di rumah kalo misalkan punya tempat pasti orang Betawi nih kalo punya tempat kayak gini aja nih ya. Disana kan ada gedung yang bisa dipake buat resepsi gabakal pasti dirumah aja. Selagi masih bisa ya enakan dirumah aja.” (wawancara mendalam pada tanggal 04 Maret 2017) Pelaksanaan pernikahan yang dilaksanakan dirumah terbilang efektif dikarenakan jika pelaksanaan pernikahan dilakukan di gedung waktu yang dibutuhkan untuk hajatan bagi masyarakat betawi sangatlah kurang sedangkan tamu dan kerabat membutuhkan waktu yang lama untuk berbincang dan berkumpul. Untuk itu masyarakat setempat ada yang membuat rumahnya dikondisikan untuk perayaan pernikahan dengan mendesain rumahnya berbentuk ruangan yang memiliki dua pintu. Seperti yang diungkapkan informan Romi, sebagai pemilik rumah:

“Kayak ini rumah disetting, pintu dibikin dua kan. Orang- orang juga bingung, kok pintu dibikin dua kan orang-orang kan cuma satu kan. Jadi saya berpikir bukan cuma saat ini kan, tapi sewaktu-waktu kalo misalkan diadain resepsi gampang. Satu pintu buat masuk dan satu lagi buat keluar jadikan gampang orang gak pake tabrakan.Jadi gedung Cuma tuntutan aja sekarang mah.Kalo orang betawi itu semua kepengennya dirumah, karena gamau kerabatnya sampe kecewa.Dia gamau kerabatnya, sodaranya, temen dekatnya kecewa jadinya dia pengennya diinginnya di rumah.Di rumah dia satu merasa puas diri, mau makan kapan aja bisa, mau makan apa aja gak ada batasan.” (wawancara mendalam pada tanggal 04 Maret 2017)

106

Dalam hal tersebut masyarakat setempat sudah memikirkan kondisi pelaksanaan pernikahan bukan hanya untuk dirinya namun menyangkut orang lain bagaimana respon yang ditujukan karena adanya kondisi yang telah berbeda dengan kondisi terdahulu.

107

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai makna simbolik dalam pernikahan adat betawi, dapat ditarik kesimpulan atas penemuan data dan hasil analisis sebagai berikut:

Pertama, Masyarakat Betawi Gedong bertindak berdasarkan makna yang terkandung dalam simbol yang ada dalam pernikahan adat Betawi. Disini masyarakat setempat meyakini simbol-simbol tersebut sebagai sebuah identitas yang melekat kedalam budaya mereka sehingga setiap simbol yang hadir seakan memberikan pesan yang baik untuk kedua calon mempelai serta keluarga yang menyelenggarakan acara. Dalam hal ini masyarakat Betawi melakukan self indication yaitu bagaimana masyarakat Betawi mengeinterpretasikan sesuatu, dan terdapat different mean akibat interaksi social yang dilakukan sehingga mempengaruhi makna, maupun fungsi dari simbol yang berkembang di masyarakat

Kedua, Perubahan mengenai perilaku masyarakat Gedong merupakan conduct atas respon masyarakat terhadap tindakan yang dilakukan. Masyarakat betawi yang selalu terbuka seakan melihat pendapat atau respon orang lain atas tindakan perilaku yang dilakukannya sehingga berpengaruh terhadap makna yang diberikan. Dalam hal ini terjadi adanya bentuk perubahan terhadap fungsi, simbol

108 serta makna yang terdapat dalam pernikahan adat Betawi Gedong. Perubahan fungsi menyangkut perubahan fungsi awal yang terdapat didalam simbol kemudian mengalami pergeseran karena perubahan kondisi masyarakat. Sehingga fungsi utama yang terkandung dalam simbol tersebut berubah menjadi fungsi lain.

Perubahan lainnya menyangkut perubahan bentuk pernikahan, dimana bentuk pernikahan adat Betawi zaman sekarang ini lebih praktis dan efisien dalam pelaksanaannya mengikuti pola zaman saat ini namun tetap memiliki unsur –unsur budaya Betawi. Serta perubahan kontekstasi, dimana masyarakat setempat menyesuaikan kondisi mereka untuk melangsungkan pelaksanaan pernikahan.

B. Saran

Masyarakat di daerah Betawi Gedong nyatanya terlihat masih nampak menggunakan beberapa tahapan dalam pernikahan adat betawi, meskipun kondisi lingkungan dan zaman yang sudah berbeda oleh karena itu ada beberapa kegiatan yang tidak digunakan lagi karena dianggap tidak sesuai. Masyarakat pun masih memaknai simbol-simbol yang terdapat dalam setiap tahapannya, walaupun ada perubahan namun secara garis besar banyak yang masih belum berubah secara total.

Disini penulis menyarankan bahwa penelitian mengenai kebudayaan betawi masih sangatlah banyak dan menarik untuk diteliti dan dikaji lebih lanjut.

Seperti bagaimana masyarakat Betawi berasumsi kepada suku lain diluar Betawi dalam menentukan calon pengantin, bagaimana masyarakat Betawi menjadikan

109 suatu pernikahan sebagai ajang untuk menaikkan prestise, dsb. Karena nyatanya meskipun masyarakat betawi hadir di tengah-tengah keberadaan arus pertukaran kebudayaan, amatlah banyak yang masih menggunakan pedoman serta tidak melepaskan gaya hidup betawi. Oleh karena itu penelitian ini sebagai salah satu bentuk upaya untuk mengetahui dan melestarikan kebudayaan terutama dalam hal pernikahan yang sudah mulai hilang terutama karena adanya akulturasi dalam pernikahan.

Untuk masyarakat betawi lain, agar dapat mengingat budaya sendiri yang masih ada meskipun sudah sangat jarang dalam proses pelaksanaannya sehingga dapat mempertahankan, menjaga serta memelihara adat istiadat tersebut agar tetap terjaga. Dan bagi pemerintah daerah setempat atau pihak-pihak lain yang terkait dapat dijadikan sebagai sarana dalam penentu kebijakan pelestarian kebudayaan lokal.

110

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi). Jakarta : Rineka Cipta

Blumer, Herbert (1969). Symbolic Interactionism: Perspective and Method. New York : Prentice Hall, Inc.

Emma agus bisrie, halimah aziz, soen’ah andreas, istihanah gatot, cucu zulaicha nasibu, annisa sitawati (Eds). 2004. Tatacara perkawinan adat betawi. Jakarta: Lembaga Kebudayaan Betawi.

Endraswara. 2006. Metode, Teori, Teknik, Penelitian Kebudayaan: Ideologi, Epistemologi dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Farida, Anik dkk. 2005. Perempuan dalam Sistem Perkawinan. Jakarta: Departemen Agama RI Balai Penelitian dan Pengembangan Agama.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Dedey. 2003. Metodelogi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Remanja Rosdakarya.

Nazsir Nasrullah. 2008, Teori-Teori Sosiologi. Bandung: Widya Padjadjaran.

Neuman, W. Laurence. Basic of Social Reseach: Qualitative and Quantitative Approaches. Boston: Pearson Education, Inc, 2007.

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2004. Dari Teori Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Soimon, . 1993. Arti dan Fungsi Upacara Tradisional Daur Hidup pada Masyarakat Betawi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta.

Sztompka, Piotr. 2008. Sosiologi Perubahan Sosial.Jakarta : Prenada.

xiii

Tunner West Richard West, Lynn H. Turner. 2008.Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika.

Umiarso & Elbadiansyah.2014. Interaksionisme Simbolik dari Era Klasik hingga Modern. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Wirawan, Ida Bagus. 2012. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma. Jakarta: Kencana.

Whitney. 2009. Metode Penelitian. Dikutip Oleh Moh. Nazir. Cetakan Kelima. Jakarta: Ghalia Indonesia.

JURNAL dan SKRIPSI

Amri, Hulul. 2016. Eksistensi Tepuk Tepung Tawar dalam Upacara Pernikahan Masyarakat Melayu di Desa Resun Pesisir Kabupaten Lingga. Diunduh pada tanggal 08 April 2017. (http://jurnal.umrah.ac.id/wp- content/uploads/gravity_forms/1- ec61c9cb232a03a96d0947c6478e525e/2016/08/JURNAL21.pdf).

Amrullah, Muhammad. 2015. Representasi Makna Simbolik dalam Ritual Perahu Tradisonal Sandeq Suku Mandar di Sulawesi Barat. Diunduh pada tanggal 28 Mei 2017. (http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/16272/SKRI PSI%20MUHAMMAD%20AMRULLAH%20%28E31110269%29.pdf ?sequence=1).

Fitria, Ghina. 2016. Hubungan antara Komitmen Perkawinan dan Kualitas Perkawinan pada Suami Isteri. Di unduh pada tanggal 12 Maret 2017. (https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/2525/08%20naskah% 20publikasi.pdf?sequence=14&isAllowed=y)

Hasani,Mohammad Muwafiqillah Al dan Oksiana Jatiningsih. 2015.Makna Simbolik dalam Ritual Kawit dan Wiwit pada Masyarakat Pertanian di Desa Ngasemlemahbang Kecamatan Ngimbang Kabupaten Lamongan. Diunduh pada tanggal28 Mei 2017. (http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan- kewarganegaraa/article/view/9408)

Kementrian Agama Republik Indonesia.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Diunduh pada tanggal 15 Juli 2017. https://kemenag.go.id/file/dokumen/UUPerkawinan.pdf.

xiv

Ngabur, Yohanes Efremi. 2016. Makna perkawinan bagi Suami pada Masyarakat Manggarai. Diunduh pada tanggal 15 Juli 2017. (https://repository.usd.ac.id/7089/2/109114101_full.pdf).

Sawen,Harto Bernabas Berty, Pamerdi Giri Wiloso dan Elly E. Kudubun. Bendera Merah Putih dalam Ararem (Studi Sosiologis tentang Makna Simbolik Bendera Merah Putih dalam Upacara Pembayaran Maskawin pada Masyarakat Desa Ambroben, Distrik Biak Kota). Diunduh pada tanggal 03 Mei 2017.(http://www.e-jurnal.com/2017/02/bendera-merah-putih-dalam- ararem-studi.html)

Wanulu, Rukyah. 2016. Makna Interaksi Simbolik pada Proses Upacara Adat Cumpe Sampua Suku Buton di Samarinda. Diunduh pada tanggal 03 Mei 2017.(http://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/site/wp- content/uploads/2016/08/JURNAL%20(08-19-16-06-02-31).pdf).

xv

LAMPIRAN I

TRANSKRIP WAWANCARA

Transkrip wawancara I

Nama : Abi Romi

Status : Tokoh Adat Betawi Gedong

Hari/Tanggal : Sabtu, 04 Maret 2017

Waktu/Tempat : 15.45/ Rumah kediaman informan

Peneliti Bi.. maap nih sebelumnya saya dateng kesini mau nanya- nanya sebenernya tentang nikahan orang Betawi Gedong zaman dulu tuh gimana sama tradisi kalo disini itu gimana kalo boleh.. Soalnya kata orang abi yang paling tau perihal nikahan Betawi Gedong Informan Ooiya iya gapapa nanti abi bantu jawab.. Peneliti Emang kalo acara sebelum pernikahan di Betawi Gedong itu kayak gimana sih bi? Informan Sebenernya satu kampung dengan kampung lainnya berbeda, intinya sih sama cuma caranya aja yang berbeda. Kalo sekarang sih yang bedanya pada zaman dahulu diiringin pake ketimpring kalo sekarang pake hadroh. Zaman dulu diiringin pake shalawatan makanya kayak salam gitu dan dipersilakan masuk. Peneliti Perbedaannya disitu doang ya bi pas lagi diarak? Terus kalo menurut abi yang paling berubah itu apa sekarang? Informan Kalo sekarang ya banyak pergeseran budaya karna tempat biaya waktu kan kalo sekarang orang banyak yang kerja juga, kalo dulu kan orang kebanyakan pedagang sama petani. Makanya kalo dulu ngerayain ampe dua hari dua malem. Terus juga hiburannya ada cokek gambang kromong. Peneliti Lama juga yaa bi kalo ampe dua harian gituu.. berarti biaya yang dikeluarinnya banyak yaa bi? Informan Orang betawi emang sikapnya gamau kalah, maunya tinggi terus. Apalagi soal nikahan begini.. Banyak orang betawi

xvi

bilang nikahan itu kayak sedekah. Artinya gak pernah untung. Itu tergantung daerahnya aja. Ada juga yang bilang kalo nikahan itu ngeriya. Ngeriya tuh punya dua arti yang pertama suka ria.. yang kedua ngeriya bisa dibilang yaa pengen pamer. Peneliti Terus kalo misalkan zaman dulu itu resepsinya kayak gimana bi? Sama apa engga kayak sekarang? Informan Dulu juga kalo tenda, namanya bukan tenda tapi terampah. Terampah itu sama aja tenda. Cuma kan kalo dulu itu dibuatnya dari kayu sama seng selembar-selembar ditumpuk gitu terus sampingnya dikasi bambu kerangkanya dari kayu diiket iket. Terus dihias-hias dan biasanya dipinggirnya itu digantung pisang, jadi kalo mau makan tinggal dipotek. Peneliti Pisang kayanya emang udah jadi ciri khas ya bi yang digantung itu? Informan Kalo sekarang kan buah-buahan digelar, itu tuh kalo orang hajatan kayak gitu pisangnya bisa satu kol itu. Pisangnya macem-macem ada pisang ambon, pisang siem dll pokoknya jenis pisang yang bisa langsung dimakan. Peneliti Ogituuu… ini bener-bener beda ya bi.. dari cara nyiapin tendanya aja udah beda ya bi sama zaman sekarang… Informan Jadi itu perbedaannya orang sekarang kan nyari praktisnya aja, kalo dulu kan kalo bikin perampang dia pake kayu segala macem gabisa geser-geser kalo demikian ya demikian kalo sekarang mah pake tenda bisa geser sana bisa geser sini bentuknya bisa macem-macem kan gitu. Peneliti Kalo untuk hiburannya kayak gimana bi? Informan Kalo tempat hiburan kayak panggungnya juga begitu kalo engga dari tong ya dari kayu dibikin gitu. Itu namanya bukan panggung kalo jaman dulu namanya tarub. Nah itu dibuat atasnya paling pake seng-seng juga sama dihias paling pake janur sama kertas-kertas minyak kayak gitu-gitu. Pake kain- kain sih ala kadarnya tapi lebih banyak dihias pake janur- janur sama kertas minyak. jadi gak kayak sekarang. Dulu kan gaada kertas crepe jadinya pake kertas merah putih dibuat kayak kembang kelapa yang kayak di ondel-ondel udah kayak begitu aja. Peneliti Kalo terampang itu buat apasih bi? Terus makanan yang dikasih sama yang punyahajat bentuknya prasmanan gitu apa engga? Informan Kalo yang terampang tadi buat tamu ada kursi-kursi yang disediakan, ditaroin kue-kue segala macem buah-buahan, teh. Jadi tamu laki-laki biasanya dipisah sama perempuan. Kalo sekarang ada prasmanan dulu di Betawi mana ada prasmanan. Nah kalo sanak famili keluarga datang ada

xvii

tempat tersendirinya dibelakang. Jadi misalkan bawa dua keluarga terus setelah ngobrol-ngobrol dengan pihak keluarga dan tamu-tamu yang laen, ada yang namanya pengejek perempuan ya terus nanti ada orang tua bagian didapur yang bilang itu suruh cariin makan nanti disediakan makan oleh pengejek seperti nasi, lauk pauk, sayur mayur segala macem buat makan ngambil sendiri. Yang dikasi makan baik yang dapet makan ya itu famili, kerabat paling dekat maupun kawan terdekat seakan kayak bukan tamu lagi itu yang dapet makan. Kalo sekarang mah yang nyediain prasmanan juga ada nyediain kue-kue juga ada, jadi orang tinggal pilihnya mana prasmanan atau kue-kue. Peneliti Keliatan ya bi pergeserannya.. iya kalo misalkan sekarang kan lengkap tamu-tamu biasa juga disediain prasmanan.. jadi peran pengejek udah gaada ya bi.. Informan Kalo sekarang emang udah ada pergeserannya seperti itu, nilainya udah berubah lagi, orang kebiasaan udah berubah lagi, makanya dia nyediain meja prasmanan, untuk ngobrol- ngobrol ya disediain meja panjang, untuk kue-kue juga ada tempatnya gitu. Peneliti Terus biasanya kalo penganten laki-laki dateng ke tempat nikahan perempuannya biasanya sama siapa aja sih bi? Informan Kalo penganten laki-lakinya dateng ke tempat wanita untuk besanan pasti sama-sama temannya, ya sama keluarganya juga sih tapi biasanya sama temennya juga pada ikut.. terus temannya ditinggal buat nemenin penganten laki-laki kalo jaraknya jauh. Jadi kayak misalnya dari sini kepasar minggu, orang lakinya dari sini nganter ke pasar minggu nanti gak pulang semua. Satu atau dua orang pasti ditinggal buat nemenin pengantennya, biasanya temennya yang nemenin dapet jodohnya orang situ lagi. Peneliti Biasanya kalo orang Betawi nentuin jodohnya itu diliat dari apanya sih bi? Informan Kalo dari orang Betawi itu yang paling gabisa ditawar menawar itu akad nikahnya, istilahnya yang gabisa ditawar menawar itu keyakinan. Kebanyakan orang Betawi 95% yang gabisa ditawar menawar keyakinannya. Keyakinan misalkan aqidahnya, orang perempuan muslim betawi disuruh pindah agamanya pasti gamau, orang muslim laki- lakinya jarang ada yang mau pindah agama. Jadi bukannya gaada, ada tapi 95% dari 100% orang betawi jarang banget mau pindah agamanya. Itu yang gabisa tawar menawar itu soal keyakinan. Peneliti Selain keyakinan gaada lagi bi? Terus menurut abi yang paling wah atau paling istimewa dalam nikahan Betawi itu pas tahapan apa?

xviii

Informan Kalo memang orang Betawi yang fleksibel, tetapi terkadang ngeliat juga darimana suku apa istilahnya misalkan mertuanya Jawa lah, saya yang paling penting ya ituu.. keyakinannya juga sama udah gitu aja. Memang yang jelas yang paling menonjol ya pesta pernikahannya itu. Cuma yaa itu tadi kayak tempat, waktu dan biaya yang paling bergeser banget sih. Peneliti Perbedaan soal ketiga point tadi.. tempat, waktu sama biaya emang yang paling keliatan ya bi… Informan Ya jadi gak kayak dulu, kan kalo kita pake pernikahan adat biaya nikahnya besar banget. Besar banget biayanya kalo buat sekarang. Gimana gak besar sekarang orang kalo nikahan bawa duit nya aja 25 juta ini duitnya tok, belom uang belanja untuk keperluan-keperluan, belom lagi ranjangnya tempat tidurnya ya, belom lagi lemarinya, belom lagi meja perhiasannya, belum juga kadang-kadang bawa bangku juga itu abisnya udah berapa. Peneliti Kalo disini nyerahin furniturenya itu dibawain uang langsung apa gimana bi? Informan itu kalo modern, kan udah bergeser. Kalo yang udah ngasih uang begitu, itu mah yang udah bergesernya karna orang gamau repot. Bukannya apa jadi misalkan setelah diitung- itung buat beli perabotan segala macem totalnya berapa nah nanti dari pihak perempuannya yang tinggal beliin. Peneliti Itu emang udah kewajiban ya bi? Ngebawain perabotan begitu? Informan Kalo dulu sih mau gamau setiap orang Betawi mau nikah pasti tempat tidur, lemari, meja rias. Tapi kemaren didaerah sini mah masih ada yang langsung bawain langsung kerumah perempuan. Itu juga kalo misalkan jarak rumah laki-laki gak jauh dan masih kejangkau dari rumah perempuan. Kalo jauh mah engga tapi pasti tetep beliin dikasi uangnya, itu kan cari praktisnya aja jadi tinggal nyari- nyari tinggal ngatur. Peneliti Kalo baru-baru ini masih ada gak bi yang nikahan pake bener-bener adat? Informan Udah jarang disini yang pake adat, jarang loh. Bener-bener yang pake adat udah gaada. Bukannya kenapa tapi kalo orang pake nikahan adat Betawi biayanya besar bener-bener besar. Itu bisa dibilang gak cukup seratus juta kalo misalkan pake adat Betawi, makanya ya gitu satu materi, dua ya waktu, tempat juga ya ngaruh. Tapi yagitu yang paling ngaruh biaya adat yang besar sekali makanya sekarang orang cari praktisnya. Praktis yang penting sah secara hukumnya baik agama maupun negara. Ujung-ujungnya apa timbulnya? Ya nasionalis aja.

xix

Peneliti Terus kalo orang Betawi sini biasanya ngadain nikahannya dimana bi? Informan Kalo untuk digedung, 60 : 40 lah kita anggap. 60 pengennya di rumah kalo misalkan punya tempat pasti orang Betawi nih kalo punya tempat kayak gini aja nih ya. Disana kan ada gedung yang bisa dipake buat resepsi gabakal pasti dirumah aja. Selagi masih bisa ya enakan dirumah aja. Peneliti Emangnya kenapa sih bi kalo orang Betawi tuh pengen ngadain nikahannya dirumah? Informan Karna apa? Satu, kalo misalkan kita ngangkutin barang- barangnya gak pake repot-repot. Kalo pake catering, makanan terbatas. Kayak ini rumah disetting, pintu dibikin dua kan. Orang-orang juga bingung, kok pintu dibikin dua kan orang-orang kan cuma satu kan. Jadi saya berpikir bukan cuma saat ini kan, tapi sewaktu-waktu kalo misalkan diadain resepsi gampang. Satu pintu buat masuk dan satu lagi buat keluar jadikan gampang orang gak pake tabrakan. Jadi gedung Cuma tuntutan aja sekarang mah. Kalo orang betawi itu semua kepengennya dirumah, karena gamau kerabatnya sampe kecewa. Dia gamau kerabatnya, sodaranya, temen dekatnya kecewa jadinya dia pengennya diinginnya di rumah. Di rumah dia satu merasa puas diri, mau makan kapan aja bisa, mau makan apa aja gak ada batasan. Sebenernya dalem betawi gaada itu kalo misalkan sedekah, keriyaan itu ngitung-ngitung engga ada ya pasti rugi dengan modalnya gak bakal kejangkau. Gak ada beda sama yang lain-lainnya, gaada orang betawi hajatan nyari untung tuh gaada. Peneliti Ooiya bi saya denger-denger nih ya bi kalo disini tuh gak boleh diadain tuker cincin gitu ya bi pas ngelamar? Emang kenapa bi? Informan Disini gaada adat tuker cincin emang, jadi gini kan setiap keluarga punya istilah. Kalo didaerah sini emang kalo tuker cincin kebanyakan jadi gagal. Dari dulunya kayak gitu, akhirnya dari silsilah dulunya gaada tuker cincin. Di agama juga gaada kan, makanya orang betawi sini gak make acara tuker cincin. Tuker cincin kan agama lain itu kebiasaan agama lain. Agama islam mah gaada makanya kita lebih condong ke agama islam kan orang-orang muslim begitu makanya gaada istilah tuker cincin gitu.. Peneliti Emang ada bi yang udah ngalamin kayak gitu sebelumnya? Informan Pernah dialamin sendiri, udah beberapa kali kejadian. Makanya jangan ampe begitu lagi. Pedahal waktu itu gaada masalah, gaada masalah apa-apa lah gaada masalah serius gitu. Tau-tau ya anak-anaknya ya orang-orangnya ya

xx

mundur aja gitu kayak gaada apa-apa. Udah makanya itu gak dipake lagi ampe sekarangpun kayak gitu. Makanya sekarang kalo ada yang mau sama orang sini ya begitu dateng, ya mungkin istilahnya juga bukan ngelamar lagi kita kenalan orang tua mungkin ada orang bilang istilah ngelamar tapi kita kenalan orang tua sama orang tua, anak sama-sama setuju. Oke kira-kira kapan kesepakatan waktu gitu aja. Peneliti Terus kalo misalkan pas lamaran itu, dari pihak laki-lakinya bawa apa aja sih bi? Informan Kalo disini tuh kenalan itu engga mesti bawa macem- macem, intinya kita gak pernah menyaratkan bawaan makanan apapun enggak. Karna tujuannya yang pokoknya kalo dia laki-laki, orang tuanya laki-laki dateng sama orang tua perempuannya itu jadinya. Kalo soal makan mah nomor dua lah boleh bawa boleh engga. Gaada syarat bawa gitugitu. Kalo pihak laki-laki bawa pun itu ya cuma pemantas aja. Peneliti Oiya bi mau nanya perihal piara calon nanten, kan kalo perempuannya biasanya dipiara nah kalo laki-lakinya itu di piara juga gak bi? Atau kegiatan yang dilakuin gitu sebelum acara pernikahan… terus adanya dipiara itu biar kenapa sih bi? Informan Engga kalo laki-laki mah engga, kalo perempuan itu mah istilahnya kan dipiara ya. Tujuannya dipiara itu kan nanti begitu jadi penganten biar tambah cantik. Karna pola makannya kan juga diatur. Lagipula kan ya kalo di piara pas mandinya juga dulu kan ada dandang dibawahnya ada aer mendidih dipakein rempah-rempah dimasukin kebawah bale-bale, kan bale-bale dari bambu tuh kan renggang- renggang jadi uapnya gitu nanti. Yakalo sekarang dibilang sauna lah. Karna kalo dulu buat ngilangin keringet apa namanya bercak-bercak dimuka atau dimana dimana gitu jadi penganten di dandanin. Peneliti Emang kalo dipiara itu berapa lama sih bi? Itu emang gaboleh mandi ya? Emang keliatan bedanya bi kalo misalkan abis dipiara? Informan Awal-awalnya gaboleh mandi selama seminggu. Kan makin lama semakin kesini gak seminggu lagi. Ya faktor tempat lah masalahnya juga kalo dulu kan selama seminggu. Dia betul-betul kalo pakaian juga gak kayak sehari-hari pakaian ala kadarnya. Nanti begitu dia jadi penganten, kalo orang betawi bilang supaya pangling jadi kecantikannya lebih dari hari biasanya gitu. Jadi orang-orang gak ngenalin itu si A atau si B gitu kok jadi cantik banget gitu. Biarpun kemaren dia dandan-dandan tapi keliatan lebih cantik gitu dari

xxi

kemaren-kemaren dia dandan tujuannya itu bukan apa-apa. Peneliti Terus ada pantangan-pantangan lain gitu gaksih bi sebelum atau sesudah nikahan khususnya buat laki-laki nih biii… Informan Kalo sebelum nikah sih laki-laki gaada ya pantangan kayak gituya kalo pas nikah tapi ada pantangannya pas abis nikah. Biasanya pas abis nikah itu satu minggu jangan keluar kota dulu atau berpergian jauh dulu. Kalo tujuannya untuk apa ya itu hajat adat orang tua biar giamna jangan sampe sial lah istilahnya gitu. Ya kalo perempuan ya gitu palingan dipingit ya kalo laki-laki mah gaada dipingit soalnya kan ada kerjaannya lah kalo di Betawi kan perempuan jarang kerja. Kerjanya dirumah aja. Makanya kalo sekarang dipiaranya palingan tiga hari doang. Peneliti Terus biasanya kalo pas nikahan itu yang dibawa itu apa aja sih bi? Informan Kalo pas akad nikah sih macem-macem tergantung kemampuan sih. Kalo disini sih, dulu-dulu pas akad nikah bawa duit, juga tergantung kemampuan ya ada juga yang bawa cincin, kalung ya itu tergantung kemampuannya juga. Kalo maskawin mah wajib ada, ada juga kue-kue terus ya roti buaya yang pasti ada. Pasti ada itu roti buaya kalo orang kawin mah. Peneliti Kan roti buaya itu emang udah khasnya orang Betawi ya bi… sebenernya kenapa lambangnya itu harus buaya kenapa engga hewan lain aja? Informan Soalnya ada lambang kalo buaya itu kan kuat yah, binatang yang kuat jadi biar rumah tangganya itu kuat sampe tua gitu biar awet sampe tua gitu. Itu tujuannya biar rukun-rukun, langgeng, awet. Peneliti Ooogituuu terus biasanya dibawa sekalian sama hantaran lain ya bi.. Informan Kalo bawaan-bawaan ya tergantung lah ya, kayak kue berapa nampan gitu. Kalo sekarang mungkin pakenya parsel ya berapa parsel. Peneliti Roti buaya emang masih dipake yaa bi ampe sekarang? Informan Kalo roti buaya sampe sekarang mah ada yang masih pake ada juga yang engga. Tapi biasanya kalo sama-sama yang nikah orang betawi pasti pake. Dari dulu emang udah kayak gitu, orang tua juga kayak begitu dan emang udah jadi tradisi kayak gitu dan masih dilakuin sama sesame betawi ampe sekarang. Peneliti Terus bi perihal tuqon nih bi.. tuqon itu sebenernya apa sih bi? Terus maksud dibawain tuqon itu biar kenapa bi? Informan Tuqon, bawa kambing. Itu gak diminta dari pihak perempuan tapi otomatis laki-laki pasti bawa. Dulu kan

xxii

tujuannya kalo dibawain binatang biar tujuannya nanti dipiara terus jadi banyak banyak banyak gitu. Itu tujuannya tadinya, tapi kan tradisinya jadi bergeser jadi bawa terserah mau dipiara apagimana sekarang mah cuma lambangnya aja. Peneliti Kalo makanan khas yang biasanya ada pas nikahan itu apa aja bi? Informan Kalo dulu yang paling wajib ada ya dodol betawi, kalo jaman dulu kan orang betawi nikah gapake prasmanan. Kue- kue ya adanya , wajig, uli, dodol itu tradisinya. Dan kalo buah-buahan itu ada rambutan, pisang. Kalo sekarang mah udah macem-macem, kalo dulu mah gapake prasmanan cuman meja panjang itu ada juga yang ditengah-tengah, gak dipotong sih buat pajangan aja. Itu pasti ada sih nanti kalo acara udahan kelar baru dipotong. Semuanya cuma pemantas ajasih ya karena dulu paling-paling cuma teh sih semua rata-rata. Intinya sih kayak gitu ajaa Peneliti Yaudah bi makasi banyak yah buat informasinya.. makasi nih buat abi yang mau ditanya-tanya banyak hehehe Informan Iya sama-sama selagi abi bisa jawab mah..

xxiii

Transkip wawancara II

Nama : Abi Thalib

Status : Tokoh Adat Betawi Gedong

Hari/Tanggal : Senin/12 Maret 2017

Waktu/Tempat : 15:55/Rumah kediaman informan

Peneliti Abi mohon maap sebelumnya saya mau nanya-nanya ajanih seputar pernikahan orang Betawi..kata orang-orang kan abi salah satu tokoh adat didaerah ini ya terus katanya abi tau gimana tatacara nikahan yang dilakuin di daerah sini Informan Ya inshaallah kalo saya tau mah saya bakal bantu jawab kalo seputar pernikahan aja mah Peneliti Pertama-tama mau nanya sih bi.. kalo soal nikahan itu kayak gimana? Dari ngelamar segala macem… Informan Ngelamar ya sama aja dengan yang biasa dibuat, Cuma disini kan kita meminang..meminang itu artinya apa ya….mengkhitbah. dan artinya kita meminta sesuatu sambil mengenalkan antara satu keluarga dari pihak laki dengan pihak perempuan. Itu namanya melamar. Acara tukar cincin aslinya engga ada itu. Terus di akad pernikahan ada mas kawin itu aja. Peneliti Kalo kayak disaat ngelamar ada kayak uang sembah atau pelangkah gitu gak bi? Informan Kalo di Betawi uang sembah yang namanya uang sembah itu ada acara akad nikah, selesai akad nikah ada resepsi namanya hajatan kan itu yang namanya uang sembah itu kalo dia nanti nginep si perempuan nginep dirumah laki hari ketiga disitu nanti ada yang namanya uang sembah gitu doang… Cuma sekarang kan cara penerapannya udah berbeda. Peneliti Emang kalo dulunya tuh kayak gimanah bi? Informan Yagitu, jadi dari sini besan di rumah perempuan nanti setelah tiga malem tuh abis kita besanan, tiga malem dia dateng kerumah laki nginep dirumah laki itu yang dimaksud uang sembah disitu adanya. Tapi sekarang mah acara gimana ya sekarang mah acara Betawi kayanya udah menyesuaikan keadaan sih. Keadaan sekarang kan abis akad nikah gitu kalo dulu kan sistimnya engga. Yang namanya serahan uang berikut akad nikah yang namanya resepsian mah beberapa hari kemudian.

xxiv

Peneliti Kalo pas nikah ada acara-acara kayak palang pintu gitu bi? Informan Palang pintu acara besan laki-laki ke rumah perempuan. Masih ada sampe sekarang. Sebetulnya zaman dulu engga ada yang ada hanya persilatan-persilatan gitu aja dan gak semua orang betawi. Kebanyakan orang betawi itu yang namanya besan, itu belom masuk ditutup pintu sistemnya zikir cuman solawat-solawatan didalemnya juga nyambut terus ada pantun juga sama kayak palang pintu kan. Cuma kalo palang pintu kan sistimnya ada persilatan gitu. Kalo sekarang yang banyak ditimbulin ya persilatan-persilatan itu. Dulu kan arakannya dengan rebana yang tiga itu, ketimpring. Dari depan kan dia solawatan minta dibukain pintu kan istilahnya begitu, dan besannya jawab. Ya sama juga sekarang kayak palang pintu kan gitu. Peneliti Biasanya orang Betawi kan acaranya dibikinnya gede- gedean.. emang bener ya bi kayak gitu kalo ada acara nikahan kayak gini? Informan Itu sih tergantung orangnya.. gak sekarang gak dulu kalo ada yang memaksakan mah ada meskipun orangnya gak mampu mah ada aja gituu.. Peneliti Kalo soal serahan uang bi? Biasanya ditentuin gak sih bi pihak laki-laki itu bawainnya berapa? Terus juga serahan uangnya itu dikasihnya kapan? Informan yang namanya serahan uang bukan hari Hnya, jadi misalkan serahan uang hari ini seminggu kemudian baru ada acara resepsinya. Dulu gak selalu abis serahan uang langsung akad nikah langsung resepsi, ya engga. Jadi maksudnya serahan uang itu ya uang belanja untuk keperluan dia hajatan itu maksudnya. Tergantung itu juga adakalanya permintaan dari pihak perempuan, adakalanya kemampuan dari pihak laki- laki itu yang namanya serahan uang. Serahan uang juga ya kita bawa rombongan itu sesudah dilamar, sesudah dilamar terus nentuin hari terus serahan uang. Peneliti Terus yang ngurusin hajatannya segala macem yang ngurusin siapa bi biasanya? Informan dulu mah kalo mau hajatan, yang ribetnya orangtua. Kalo sekarang kan sistimnya ngikutin zaman, kalo mau resepsi ada panitia-panitia tersendiri gitu. Kalo dulu kan engga ada sistem panitia-panitia begitu. Dulu kan biasanya diadain dirumah perempuan, kalo sekarang mah diadain juga kebanyakan di gedungan. Kalo dulu kan mau diadain dirumah muat tapi kalo sekarang diadain di rumah gaada lahan sempit. Sekarang udah banyak berubah. Peneliti Jadi udah banyak yang berubah ya bi? Informan Iyaa Jadi Bertawi yang sesungguhnya ya seperti itu awalnya

xxv

lamaran, setelah lamaran dijanji kapan dia akan melaksanakan nikah menunggu serahan uang kemudian akad nikah. Itu belum berame-rame, maksudnya nyerahin uang itu pengen akad nikah nanti kebutuhan buat dirumah perempuannya itu buat hajatan. Sebagian besar emang dari laki-laki itu. Peneliti Kalo misalkan solawatan itu biar kenapa sih bi? Informan kalo solawatan mah yanamanya kita sama dengan salam ya. Kan kalo kita dateng kita ngucap salam dengan yang punya rumah. Ya sama juga kalo kita salam assalamualaikum dijawab waalaikumsalam, kalo ini zikir dah tuh zikir segala macem dah tuh dia. Ya kalo didaerah sistimnya itu kayak apa yaa kayak nyawer gitu, disawer kan kalo disini kan gaada yang namanya sawer-saweran. Kalo disini solawatan gitu nanti kalo udah dijawab diberi salam silahkan diminta baru masuk dan pelaminannya didalem rumah zaman dulu. Sekarang kan engga.. Peneliti Terus kalo arak-arakan itu gimana bi? Informan Dulu kalo besanan itu pasti malem engga ada yang siang. Emang udah khasnya seperti itu, malem aja udah. Jadi misalkan udah rame-rame dan udah ada pelaminan disana, laki-laki kita iring dari sini ada arakan jalan kaki. Jauh deket juga sama aja jalan kaki gaada sistim kendaraan dulu. Orang ketempat yang jauh aja kita arak jalan kaki, dulu belom pake listrik pake petromaks Peneliti Kalo palang pintu itu sebenernya buat apaan sih bi? Informan Palang pintu istilahnya dia kan datang mengambil wanita itu, nah dan disana kan mempertahankan. Sebetulnya persilatan itu satu paket udah pasti kalah yang punya rumah. Kan kalo yang punya rumah kalah baru bisa diambil istilahnya. Kalo dulu-dulunya bener-bener bertarung, ya sekarang cuma ikut- ikutan aja. Peneliti Berarti kalo sekarang kayak cuma ngelestarikan aja ya bi diadain palang pintu? Informan Ya iyaa dulu tuh sama aja kayak kalo misalkan mau melamar aja itu dia juga gak mungkin punya satu pacar calon, ada calon yang lain juga nyerang waktu kita mau dateng ngelamar. Ampe dilemparin petasan-petasan zaman dulu ampe pendekar-pendekar yang ngawal. Jadi engga sembarangan tempo duluuu.. Peneliti Kalo dulu tuh makanan yang disajiin kue-kuenya doang yah bi? Informan Iya heeh sistim dulu tuh kalo di Betawi acara resepsinya engga prasmanan

xxvi

Peneliti Jadi kue-kue aja bi? Informan Iyaa.. kue-kue aja ditaro di meja gitu.. kayak pisang, buah- buahan. Nah kalo sebelumnya, sebelum saya masih kanak- kanak itu sistimnya juga makan abis akad. Nah abis kondangan dibungkusin itu. Peneliti Berarti kayak berkat gitu bi? Informan Iyaa.. kayak berkat lah istilahnya.. masi inget dulu dibungkusnya pake daun jati sih terus diiket pake apa…. gerabahan kelapa gitu Peneliti Itu sekitar tahun berapaan bi? Informan Tahun 74 itu masi dibikin kue-kue ditaro dimeja begitudah Peneliti Kan kalo orang Betawi biasanya pas lagi nikahan masang petasan gitu ya bi itu buat nandain apa gimana sih bi? Informan Itu sebenernya buat nambah kemeriahan aja Peneliti Kemeriahan kalo lagi ada acara nikahan bi? Informan Iya.. nah biasanya kalo besan mau dateng tuh dipasang petasan.. atauga pas besan mau berangkat kan ada jamaah kan banyak tuh pada kumpul.. sampe sana juga besan dateng disambut lagi sama petasan.. pedahal kalo di prinsip agama sebenernya mubazir.. tapi karena adat istiadat kebudayaan jadi masi banyak yang make tergantung sikonnya.. keuangannya tapi biasanya sih pake itu petasan.. itu kan gak sedikit itu biaya yang dikeluarin buat petasan doang.. petasan satu gulung aja berapa 500 ribu paling 3 meter panjangnya. Peneliti Ogituuu.. Informan Yaa nikahan yang biasanya disini ada yaa gitu aja.. jadi orang kan gak ini.. kalo saya ceritain yang dulu-dulu kan mungkin sekarang gak tau kan.. Peneliti Sekarang udah beda lagi yah bi? Informan Iyaaaa… sekarang palingan ya palang pintu itu gaada bedanya.. dimana-mana kan sekarang pake sistim walaupun digedung kan juga dipake paling palang pintu. Kalo ya sistim serahan uang ya beda lagi tergantung dari pihak laki- laki berapa sama pihak wanitanya berapa jadi kedua belah pihak.. maksudnya untuk belanja aja kan persiapan gitu.. Peneliti Jadi inti-intinya kayak gitu sih ya bi? Informan Jadi lamaran dulu.. inti-intinya lamaran dulu kalo bahasa kita kan ngelamar bahasa halusnya mah khitbah maksudnya memperkenalkan atau meminang kan gitu.. meminta, disetujui atau engga kan gitu.. umumnya mah ngelamar seperti itu. Kalo disetujui mah seperti sekarang ya gimana ya dikatakan tukar cincin cincin perempuan ditukar ke laki-laki

xxvii

kan jadi udah ditukar dipakai satu-satu itu hanya simbolis aja tukar cincin gitu pedahal itu sebagai ikatan kalo yang sudah pakai cincin gak bisa terima orang lain gituu Peneliti Biasanya deket-deketan sih ya bi antara lamaran sama acara sesudahnya? Informan Iyaa abis itu kita dateng lamaran diterimaa.. disetujui… kedua keluarga menyetujui ya kalo yang lain sih dipasangin cincin sebagai ikatan cuman ya boleh iya boleh engga kan cuman yang pasti akad nikahnya pake mas kawin.. mas kawin emang dalam hukum agama udah ada kan.. walaupun kecil itu emas yang namanya mas kawin gituu yang laki-laki memberikan kepada perempuan dan itu memang udah tertera emang di surat nikah.. mas kawin.. kalo seperti alat solat, Qur’an, itu bukan mas kawin itu perlengkapan gituu kadang- kadang itu kan dimasukin mas kawin pedahal yang dibilang mas kawin itu emas. Emas dalam perkawinan gitu bahasanyaa.. kalo perlengkapan, alat solat, Qur’an ya perlengkapan aja. Peneliti Kalo yang kata bawa kambing itu bi? Informan Tuqon… Peneliti Nah iya tuqon.. Informan Kalo tuqon itu biasanya binatang ternak sih yang dikasih dari pihak laki-laki kepada pihak wanita itumah adanya pas acara akad nikah.. nah ada lagi yang namanya kundangan umumnya dulu tuh yah ada yang namanya bujangan nah dia hobynya apa terus engga keturutan nanti orang tuanya bilang kalo elu ade jodoh nanti gue kundangin ini.. gitu nah kalo tuqon biasanya sejenis kambing tergantung permintaannya Peneliti Itu dibawanya kapan bi? Informan Pas hari H pernikahan pas lagi ada acara besan dateng itu sebenernya.. makanya besanan ada yang nuntun kambing ada yang mikul beras sama -bumbu masakan kayak asem, cabe nah itu pohon-pohonnya itu dibawain sistimnya ya begitu aja sekarang udah jarang dipake itu Peneliti Jadi bisa dibilang sekarang orang nikah pada internasional aja yah bi palingan pake adat cuma sedikit? Informan Iyaa.. ya yang penting sah secara agama aja tergantung orang yang ngelaksanain nikahannya sama tergantung biayanya aja apalagi sekarang lagi zamannya gedung- gedungan 30 juta paket sekalian catering.. Peneliti Dulu kalo orang betawi ngadain nikahan biasanya berapa lama bi? Katanya waktunya bisa ampe lama gituu.. Informan Dulu sih iya diadain ampe sehari semalem soalnya tamunya gak abis-abis apalagi ada hiburan.. itu dari pagi sampe

xxviii

malem sampe pagi lagi Peneliti Biasanya hiburannya apa aja bi? Informan Hiburannya itu tergantung biasanya kayak wayang kulit, lenong.. Peneliti Itu hiburannya sampe sehari semalem juga bi? Informan Engga dari pagi dia biasanya dari jam 8 malem ampe abis isya nah abisnya ampe subuh, sebelum subuh udah berenti dia itu kayak wayang kulit.. lenong juga gitu jadi tergantung kemampuannya aja ya Peneliti Tergantung biayanya apa gimana nih bi? Informan Iya kalo gaada biaya paling pake layar tancep soalnya kan kalo lenong anggotanya aja udah banyak jadi kudu keluar duit banyak gede biayanya.. belom lagi makannya jadi jarang yang pake lenong. Kebanyakan layar tancep aja. Kalo engga orkes gambusss.. dangdut kalo keroncong mah jarang.. Kalo sekarang mah udah gampang udah simpel ada orgen tunggal.. Kalo jaman dulu bisa ampe 10 juta Peneliti Berarti kalo ngikutin adat itu ribet gak sih bi? Informan Sebenernya mah kalo ngikutin adat engga terlalu gimana- gimana tergantung maing-masing orangnya aja gituuu gimana ngadainnya.. Peneliti Yaudah abi makasih yaa udah mau ditanya-tanya Informan Iya udah gitu aja kayanya sih emang pointnya ya gitu-gitu aja…

xxix

Transkip Wawancara III

Nama : Bi Ipeh

Status : Warga Betawi Gedong

Hari/Tanggal : Jum’at/07 April 2017

Waktu/Tempat : 19.30/Rumah kediaman informan

Peneliti Bi.. bibi udah tinggal disini dari kapan bi? Informan Yaa.. kalo keluarga saya mah emang asli dari Betawi sini.. ini juga keluarga semua ini.. tuh yang disamping itu sodara saya yang rumah disana itu kakak saya.. Peneliti Ogituuu.. sebenernya saya mau nanya-nanya nih kalo kebetulan bibi orang sini.. berarti bibi tau dong kalo nikahan orang betawi disini itu kayak gimana? Informan Ya kalo tau mah tau kan keluarga saya juga ada yang nikahan pake adat Betawi... Peneliti Kalo mpok dulu nikahannya emangnya engga pake adat Betawi? Informan Kalo saya mah ada yang gak pake adat betawi pas nikahannya, soalnya kan suami juga bukan orang betawi… palingan tuh kayak pake baju nikahan betawi yang merah itu tuh sama ada roti buaya doang Peneliti Emang suaminya orang mana bi? Informan Orang sunda.. jadi ada campuran sunda-sundanya begitu Peneliti Terus bibi waktu sebelum nikahan itu gimana? Kan kalo orang Betawi biasanya tuh ada tahapan-tahapannya gitu yaa sebelum nikahan.. Informan Ooh kalo dulu saya mah sebelum nikahan mah ada tahapannya juga.. Peneliti Itu apa aja bibi tahapannya? Informan Ya kayak ngelamar kan gitu? Kalo lamaran mah meskipun suami saya orang sunda mah dimana-mana kayanya ngelamar ya sama aja ya… Cuma kan biasanya kalo orang Betawi itu ngelamar aja udah bawain kue-kue sama parsel banyak gitu ya kalo pas saya sih biasa aja kayak perkenalan keluarga sekalian dari pihak laki ada maksud gitu buat lebih lanjut.. Peneliti Terus kalo kayak dipiara gitu bibi? Segala macem itu bibi lakuin juga?

xxx

Informan Iya kalo itu.. kan disuruh sama orang tua juga waktu itu buat dipiare segala macem ampe lempar baju daleman juga waktu itu dilakuin hehe nurut aja kata orang tua kalo saya mah.. Peneliti Kalo misalkan tahapan pas nikahannya itu gimana bi? Pas lagi arak-arakannya gitu? Informan Pas lagi arak-arakannya kayak biasa sih saya minta diadain palang pintu meskipun suami saya bukan orang Betawi juga.. soalnya biar rame aja gitu kan kalo misalkan ada palang pintu jadinya rame tuh ya.. Peneliti Nah itu kalo nikahan gitu emang dari pihak laki-lakinya engga mau pake adatnya juga ya bi? Informan Itu dia juga mau pake sebenernya adat sunda, makanya waktu pas lamaran itu sekalian diomongin nih enaknya gimana biar sama-sama keinginan keluarga saya sama suami saya bisa kesampean.. Peneliti Ogituuu.. jadi diomongin dulu gitu ya bi.. Informan Iyadong itu mah kudu begitu… makanya nikahannya saya waktu itu campur-campur gitu kan lumayan lama juga waktu nikahannya.. pake baju adat Sunda juga jadinya Peneliti Terus bibi ada acara ngunduh mantu gitu apa engga? Informan Engga makanya itu pas nikahannya pake dua adat sekaligus kan.. kalo misalkan ada acara ngunduh mantu segala mah kan bisa diakalin kan kalo resepsi bisa adat Betawi nah pas ngunduh mantunya pake adat Sunda Peneliti Pantes aja ya bi.. terus kalo pas arakan gitu suami bibi bawa roti buaya gak? Informan Bawa.. kalo itu mah harus ya biasanya kalo nikah sama orang Betawi Peneliti Lah bawa juga yaa kirain enggaaa Informan Soalnya biasanya nih orang-orang pada nanyain gitu ini mana roti buayanya.. Peneliti Terus nanti kalo misalkan anak bibi nikah gimana bi? Informan Kalo anak bibi nikah? Bibi mah maunya pake adat Betawi meskipun calon anaknya bibi bukan orang Betawi yaa.. tapi bibi kepengen aja kalo anak bibi nikahnya itu pake adat Betawi.. Peneliti Alesannya kenapa bi anaknya mau dinikahin pake adat Betawi? Informan Sebenernya saya seneng ajasih sama adat Betawi nah kalo misalkan anak saya, saya nikahin pake adat Betawi ya biar ngelestariin budaya Betawi aja gituu biar ngerasain gimana kalo orang Betawi ngadain hajatan kayak gimana… Peneliti Oiya yaa bi… berarti masi ada orang Betawi nih yang mau lestariin budayanya yah.. yaudah bi kalo gituu makasi banget

xxxi

nih bi udah bersedia buat ditanya-tanya sama saya Informan Iya bisa dibilang begituu sebenernya orang Betawi mah emang rata-rata mau pake adat cuma apa paling kan ujung- ujungnya kepentok biaya.. iya sama-sama..

xxxii

Transkip Wawancara IV

Nama : Mpok Ita

Status : Warga Betawi Gedong

Hari/Tanggal :Jum’at/07 April 2017

Waktu/Tempat : 16:21/Rumah kediaman Informan

Peneliti Mpok emang udah tinggal disini dari kapan mpok? Informan Mpok mah udah disini dari lahir, emang keluarga dari awal udah tinggal dari dulu disini. Peneliti Ini disini Betawi semua ya mpok? Keluarga semua? Informan Iya disini mah keluarga semua ngumpul disatu pemukiman sini, tapi kalo dibelakang mah pendatang-pendatang. Peneliti Mpok waktu nikah itu tahun berapa mpok? Informan Waktu itu kite nikah tahun 2012 awal. Peneliti Ooh terus suami mpok asalnya itu orang mane mpok? Informan Orang Betawi juga sama kayak kite..cuman dia Betawi daerah Halim. Peneliti Terus itu dijodohin apa engga mpok? Informan Engga pacaran dari dulu jaman sekolah Peneliti Berarti pas nikahannya pake adat Betawi dong mpok? Informan Ya kalo dibilang pake adat Betawi mah iyaa kayak dari mulai sebelom nikahan ampe acara nikahan mah pake yaa tapi mah kayak gitu aja kalo ada yang masih bisa dipake dan gak ribetin mah heheh Peneliti Terus sebelum nikahan itu ada prosesi khusus gitu ga? Kalo ada kayak gimana mpok? Informan Waktu itu pas tiga hari mau nikah tuh gaboleh mandi, ada aturannya. Terus harus pake dasternya yang jelek. Peneliti Itu kenapa mpok ada aturannya kayak begitu? Informan Jadi kita tuh engga boleh mandi, katanya ntar kalo mandi pas hari Hnya jelek. Jadi selama tiga hari yang diganti itu paling daleman doang tapi dasternya tetep itu gaboleh diganti. Peneliti Sampe sekarang masih dilakuin tuh mpok kayak begitu? Informan Iya masih dilakuin...ya abis gimane kan itu masuk tahapan dipiare ya kita mah dengerin ajadah yang dibilangin orangtua kan itu buat syarat doangan..buat kebaikan juga

xxxiii

Peneliti Iya mpok heheh terus abis itu ada prosesi laen yang gaboleh dilewatin gak mpok? Informan Ada.. Jadi ntar pas hari Hnya pas kita diangkat sama ituan kayak dandang pake rempah-rempah. Dulu juga celana dalem sama daster dilempar keatas genteng gitu. Kalo pas saya mah juga gitu tapi bukan saya cuma kasih aja nanti siapa gitu yang lempar katanya sih biar gak ujan. Peneliti Itu beneran lempar baju daleman ke atas genteng mpok? Emang ada efeknya mpok biar gak ujan? Informan Kalo kita mah nurut aja sama apa yang dibilangin orang tua.. makanya pas disuruh lemparin baju daleman ke atas genteng yaudah nurut ajaa abisan ngeri tuh kayak orang deket rumah tuh yang tinggalnya daerah sono kan dia kagak ngelempar baju daleman ke atas genteng eh kasian banget pas dia nikahan tuh hajatan malah ujan seharian deres banget engga berenti-berenti Peneliti Hoo jadi kayak gituu.. itu yang buat mpok makin yakin ya? Informan Iyaa.. abisan ngeri juga kan gaenak kalo misalkan lagi ada nikahan eh ujan gaabis-abis bukannya kenapa Peneliti Terus kalo tahapan ngelamarnya itu kayak gimana mpok? Informan Ya kayak biasa ajamah kalo ngelamar dari pihak laki-laki dateng kesini buat kenalan sama pihak saya. Ya sembari ngomongin kesepakatan buat nikah Peneliti Gak pake tunangan dulu gitu mpok? Informan Kalo disini kan gakboleh tunangan, gak boleh tuker cincin gitu, jadinya lamaran ngatur tanggal gitu terus perkenalan dulu. Katanya mah kalo tunangan dulu gitu entar ujungnya kagak jadi, kalo keluarga disini mah begitu dari zamannya nenek yang udah almarhum. Peneliti Kok bisa gitu ya mpok? Pernah gak mpok ada kejadian gitu pas baru-baru ini? Ingorman Kalo sekarang-sekarang mah enggaa.. abis gimana orang juga udah pada tau kan udah dibilangin kalo gaboleh tunangan daripada entarnya kenapa-kenapa ya mending gausah dah. Makanya disini gaada yang tuker cincin.waktu dulu iyaa.. ada yang gakjadi gara-gara die tukeran cincin. Peneliti Terus kalo pas tunangan biasanya disini ada pelangkah gitu gaksih mpok? Informan Biasanya mah pake.. itu kan buat ngehormatin ajasih ya ada pelangkah kayak gitu kan Peneliti Pas tunangan mpok kemaren make pelangkah gak mpok? Informan Engga soalnya kan abang yang pertama kan udahan nikah, nah yang kedua udah meninggal, yang ketiga saya. Peneliti Saya denger-denger nih mpok kalo misalkan tunangan itu

xxxiv

kalo disini sekalian bawa lemari, kasur segala macem.. iya gaksih mpok? Informan Iya sih emang kalo disini sih begitu.. kalo soal lemari kasur segala macem mah dibawain langsung bentuk barang Peneliti Terus kalo mpok juga gitu? Gak pake uang lagi mpok bentuknya? Informan Kalo mpok mah pas udah dibawain barangnya sebelum lamaran, jadi engga pake dikasi uang langsung dibawain barang-barangnya kerumah segala kasur, lemari. Kalo duit nikah mah lain lagi. Biasanya mah yang keluar duit banyak laki-lakinya. Peneliti Kalo acara nikahannya itu gimana mpok? Diadain acaranya itu dirumah apa diluar? Informan Diitu tuh tempat penyewaan orang nikahan. Peneliti Emang kenapa mpok engga dirayain disini? Informan Deket sih dari sini juga, itu yang deket kantor pos disitu Peneliti Iya mpok, kan biasanya kalo orang dulu tuh biasanya diadain dirumah perempuan kalo nikahan biasanya? Informan Engga soalnya kan kalo disini sempit, keluarga dari cowoknya banyak.. sebenernya mah pengen diadain dirumah tapi ya gimana kalo misalkan kayak begini mah ya gabisa buat dipaksain juga.. Peneliti Kalo pas prosesi nikahan kan biasanya dari pihak laki ngarak mpok, waktu nikahan mpok dulu diarak gak? Informan Waktu itu diarak, tapi diaraknya dari depan gang situ. Soalnya kan kalo dari Halim kejauhan Peneliti Lah iya juga sih haha terus pihak lakinya kesini gimana mpok? Rombongan gitu? Informan Kalo dia mah bawa rombongannya naik mobil aja ya iring- iringan gituu. Peneliti Terus abis diarak gitu pake acara palang pintu gitu mpok? Informan Engga…engga ada soalnya waktu itu barengan lagi musim nikahan jadi kagak kedapetan palang pintunya. Pedahal kan pengen buat rame-ramein gitu ya. Jadinya paling pengajian gitu langsung, pengajian sebelum nikahan pas malem angkat. Pengajian sebelum nikah. Peneliti Pas nikahan dari pihak laki bawa roti buaya mpok? Informan Iya itu mah harus, ciri khasnya sepasang, mas kawin, perlengkapan solat, pokoknya ampe ada kali 30 parsel dibawain. Peneliti Itu emang udah wajib ya mpok kalo roti buaya? Informan Yaa emang gitu apalagi kalo sama-sama orang Betawi yaa kudu ada lah roti buaya

xxxv

Peneliti Waktu nikahan pake baju adat betawi mpok? Informan Iya, tapi kalo temanya sih engga ya namanya sekarang udahan modern ya kalo pelaminannya biasa kayak digedung. Cuma baju adatnya aja sampe tiga kali ganti baju. Peneliti Kalo acara sesudah nikahan itu gimana mpok? Informan Abis tiiga hari dianterin ke mertua disuruh nginep. Tapi mpok gamau nginep namanya masi baru kan akhirnya malem-malem dianterin kerumah. Peneliti Kalo nikahan begini diatur sama orang tua apa diatur sendiri mpok? Informan Kalo mpok mah masi diatur sama orang tua, kan orang tua tau baenya gimana Peneliti Iya mpok hehe mpok yaudah ya makasih nih udah mau ditanya-tanya Informan Iya sama-sama maap nih kalo kata-katanya ada yang kurang lengkap Peneliti Gakpapa kok mpok hehe maap mpok udah ganggu waktunya sebentar

xxxvi

Transkip Wawancara V

Nama : Ibu Lala

Status : Warga Betawi Gedong

Hari/Tanggal : Rabu /10 Mei 2017

Waktu/Tempat : 14.50 /Rumah kediaman informan

Peneliti Permisi ibuu.. sebelumnya maaf ganggu kegiatannya. Kan kata orang ibu salah satu warga Betawi asli Gedong yaa mau nanya-nanya aja sih bu tentang nikahan di Betawi Gedong itu kayak gimana… Informan Iya gapapa kalo sedikit-sedikit sih saya tauu.. dimulainya darimana nih? Peneliti Sebenernya tahapan-tahapannya gitu sih buu.. dari bener- bener awalnya itu gimana.. kalo dulu orang Betawi itu ngejalin hubungan dulu apa engga sih bu sebelum nikahan? Informan Kalo orang dulu gaada pacaran, pacaran juga sih tapi gak ketemu pacarannya disamping gak duduk bareng gak tatap muka. Jadi ngobrolnya lewat pager yang bolong-bolong gitu. Peneliti Jadi yang laki-lakinya itu nyamperin kerumah perempuanya gitu ya bu? Informan Iya.. dia dateng kerumah yang perempuan, misalnya dia dateng dibeliin sate pas ada nontonan nah yang perempuan gak nemenin, nanti satenya digantung dah didepan rumahnya. Yang digantung itu sate, kue putu gitu. Terus yang perempuannya gak nemuin, yang nemuin keluarganya. Peneliti Oh pake bawa makanan juga? Biasanya makanan apaan aja yang dibawa bu? Informan Makanan yang biasa dibawa itu kayak sate, kue putu kalo biasa ada tontonan layar tancep tuh, nanti dibeliin dah tuh kalo gak sate ya kue putu. Adanya sate sama kue putu dulu, sama ituan.. kerak telor. Nah kalo dia bawaain begitu nanti orang tua pasti tau oh dia mau ama anak gue gitu. Peneliti Terus kalo misalkan mau lanjut ke tahapan selanjutnya kayak ngelamar itu gimana? Informan Pas ada niatan ngelamar bukan orang tuanya dulu, misalnya pamannya bibinya atau siapa gitu dari keluarga pihak laki dateng gitu bilangin kalo dia mau ngelamar. Nah abis ada omongan gitu ya sesuai perjanjian dateng ngelamarnya kapan, bisa seminggu atau dua minggu lagi gitu. Peneliti Itu kalo ngelamar bawa rombongan gitu ya? Terus biasanya

xxxvii

bawa apaan aja? Informan Kalo ngelamar biasanya blm bawa rombongan, paling keluarga inti doang sekitar 10 orang atau 6 orang ngelamar. Nanti yang bawa rombongan itu nanti pas serahan. Kalo ngelamar itu bawa sirup ama roti tawar ama pisang, terus buah-buahan doang ama kue palingan udah. Sekedarnya doang sekalian perkenalan keluarga. Ngelamar mah gapake tukeran cincin itu, yang laki juga gaboleh ikut. Yang laki ikut pas nikah doang jadinya. Yang bawa serahan itu dibawa pas mau nikah. Peneliti Setelah lamaran itu selanjutnya apa bu? Uang hantaran itu sama mas kawin itu sama ya bu? Informan Terus abis lamaran, biasanya dibawain uang belanja. Kadang juga sih pas lamaran juga ada yang sekalian dibawain uang belanja. Mas kawin beda lagi, kalo uang belanja ya buat belanja. Kalo dikasinya dikit paling ya buat nambahin acara- acara, kalo uangnya kurang biasanya juga orang tua perempuan yang nombokin. Jadi tergantung dikasi uang belanjanya berapa. Peneliti Abis itu tahapannya di piara ya bu? Itu dipiarenya ngapain aja sih bu? Biar kenapa bu kalo pengantennya itu dipiara? Terus berapa lama? Informan Biasanya tiga hari dipiarenya, jadi didalem kamar aja dipakein lulur terus kagak boleh mandi, soalnya biar manglingin gitu jadinya. Terus minum jamu, gaboleh makan garem, katanya biar badannya kurus langsing terus juga biar gak keringetan jadi nanten. Itu kebukti sih pas lagi di pajang suami ngerasa gerah tapi ya saya kagak ngerasa gerah terus gak keringetan. Terus pas piare juga ditangas kayak diuapin pake aer kembang, jadi ada dandang yang diisi aer kembang ditaro dibawah bale disuruh nongkrong aje situ sampe keluar keringet ditutupin dah pake tiker pandan dikurung dipegangin gitu ntar baru dah pas mau nikah wangi tuh yaa, disuruh mandi dah keramas baru diriasin buat nikah. Peneliti Kalo untuk penganten laki-lakinya gimana bu? Ada pantangan atau tahapan yang harus dilaluin juga apa engga? Informan Kalo yang laki mah gaada pantangan-pantangannya, yang laki biasa aja. Peneliti Terus ada pengajian gitu gak bu biasanya sebelum acara nikahan? Informan Kalo laki-laki mau bikin ya bikin dirumahnya, cuman kan kalo minggu selanjutnya kan biasanya ada acara ditempat laki-laki ngunduh mantu, diadain 3 hari 3 malem juga. Nah biasanya diadain jumat paginya tuh, kayak selametan. Peneliti Emang kalo jaman dulu tuh kalo ngarak itu jalan kaki ya bu?

xxxviii

Informan Dulu kan orang nikahnya gak jauh, jauh. Masi daerah yang bisa dijangkau makanya ngarak dari rumah laki ke perempuan ya jalan kaki. Peneliti Terus ngaraknya itu waktunya kapan? Informan Ngarakinnya gaada yang siang, makanya malem terus. Kalo siang dulu gaada penganten laki adanya penganten perempuan doang jadi gak dipajang dua-duanya. Jadi pas diarak tuh baru dipajang bedua pas malem tuh nah besok siang nih, penganten lakinya udah gaada pulang kerumahnye. Peneliti Biasanya waktu buat pelaksanaan pernikahannya itu kapan sih bu? Informan Jadi kan jaman dulu orang betawi ngawinin itu tiga hari, jum’at sabtu minggu. Nah hari jumat tuh dia akad nikah tuh biasanya abis sembayang jum’at, karna waktunya kan mepet kalo pagi. Abis sembayang jum’at terus akad nikah, nah terus penganten pulang tuh kerumahnya sama rombongan yang laki. Nah abis itu hari sabtu pagi udah ada tuh penganten perempuan sendiri, udah didandanin Peneliti Abis didandanin pengantin perempuannya ngapain abis itu bu? Informan Udah dipajang, malemnya baru dah orang ngarak pake hadroh pake palang pintu. Peneliti Terus pas akad nikah pihak laki-lakinya bawa apa aja bu? Informan Itu bawa seserahan kan.. seserahan sekalian mas kawin ada juga yang pas ngelamar udah dikasih mas kawinnya. Ada juga yang mas kawinnya pas acara nikahan langsung gitu.. tergantung maunya gimana Peneliti Terus kalo pas nikahannya itu penganten perempuannya bisa berapa kali ganti baju bu? Informan Bisa 3 kali sampe 4 kali Peneliti Lah banyak juga yaa.. itu karna saking lamanya gitu ya bu? Informan Iya saking lamanya Peneliti Terus kalo soal resepsinya itu makanannya itu gimana bu? Informan Kalo dulu tuh gak ada resepsi.. makannya kue-kue aja.. kue kue khas Betawi kayak terus kue pepe yang lain- lain lah Peneliti Kalo misalkan pas dipiare itu emang disuruh sama orang tua gitu ya bu? Informan Iya biasanya emang kayak gitu aturannya diadain piare Peneliti Pada nurut-nurut aja gitu bu? Kalo disuruh dipiare? Terus emang keliatan ya bedanya setelah dipiare? Informan Iya kan kalo perawan zaman dulu emang udah takut aja

xxxix

makanya dengerin aja kata orang tua.. keliatan loh bedanya mah makanya pada ikutin aja yang orang tua atur Peneliti Terus kalo yang miare itu siapa orang tua aja apa siapa bu? Informan Itu ada nenek-nenek yang biasa miare emang keturunannya. Jadi nanti diminumin jamu.. dimandiin aer kembang gituuu ditangas gitu Peneliti Itu termasuk yang dandanin juga bu? Informan Engga itu mah beda lagi.. biasanya yang dandanin mah harus puasa dulu biar nantennya itu bagus diliatnya Peneliti Terus abis resepsi itu penganten laki-laki tinggal dimana bu? Informan Penganten laki-lakinya mah pulang kerumahnya dulu nah besoknya baru dateng lagi dianter sama temen-temen remajanya. Nanti kalo udah seminggu pulang lagi kerumah yang laki soalnya biasanya yang laki ngadain ngunduh mantu itu ya kalo ada duitnya.. kalo engga ada duitnya yaa pulang aja kerumah yang cowok. Peneliti Pihak nanten perempuannya bawa sesuatu gak kayak bingkisan atau apa gitu bu pas lagi kerumah lakinya? Informan Iya biasanya yang perempuan tuh bawa kue-kue dah tuh kayak , dodol, bolu kukus, wajig gituu kue-kue khas Betawi dah.. Peneliti Kalo acara ngunduh mantu itu kayak resepsi juga bu? Informan Ngunduh mantu tuh kayak sedekah juga sama tapi sekalian perkenalan sama keluarga laki jadi kue-kuenya tuh dibagiin sepiring-sepiring sama keluarga sama tetangga nanti pelesnya dibalikin lagi diisiin dah tuh uang.. ntar kalo udah 3 hari perempuan balik lagi kerumahnya bawa sesuatu gitu yang dikasi sama keluarga laki nanti dikasi tetangga Peneliti Terus waktu pelaksanaannya berapa lama? Informan Samaa tiga hari juga Peneliti Makanya keluar uangnya gede juga ya bu? Informan Iyaa.. Peneliti Terus abis ngunduh mantu udahan selesai dah tuh bu acaranya? Informan Iya udahan dah tuh selesai acaranya Peneliti Yaudah makasi yah bu buat informasinyaa Informan Iya sama-samaa intinya mah gitu doang emang banyak juga sih tahapannya kalo orang Betawi

xl

Transkip wawancara VI

Nama : Mpok Aisah

Status : Warga Betawi Gedong

Hari/Tanggal : Rabu /19 Juli 2017

Waktu/Tempat : 17.08/Rumah kediaman informan

Peneliti Mpok mohon maaf udah ganggu waktunya nih hehe sebenernya sih aku dateng kesini mau nanya-nanya aja katanya tahun 2015 mpok itu nikahan ya pake adat Betawi? Mau nanya ajasih step by stepnya itu gimana… Informan Iyaa jadi pas tahun 2015 itu saya nikah.. emang kebetulan dapet lakinya orang Betawi juga makanya pake adat Betawi.. tapi maaf nih sebelumnya engga bisa lama-lama soalnya lagi mau pergi dulu abis ini.. Peneliti Iya gapapa kok mpok sebentar aja hehe waktu mpok nikahan itu bener-bener asli pake adat mpok? Informan Ya kalo pake adatnya mah bener tapi engga semuanya juga yang dipake Peneliti Jadi awalnya itu gimana mpok step-step sebelum nikahan? Informan Jadi kan pacaran terus dikenalinlah ke orang tua, nah terus pas lagi mau ngelamar nih si cowoknya ngomong sama orang tua dulu izin kan kira-kira dari pihak keluarga dukung apa engga. Kalo misalkan disitu udah oke baru ke tahap selanjutnya ya ngelamar. Peneliti Terus waktu mpok dilamar itu pihak laki-lakinya bawa apa aja? Informan Paling kalo ngelamar itu bawa cincin sama uang nah itu yang buat maskawinnya. Paling kalo dari cowo ke cewe bawa buah-buahan dan kalo dari cewe ke cowo ya bentuknya makanan-makanan kayak kue. Dan pas lamaran sekalian ditentuin mau akad nikahnya kapan dan dimana. Tapi jangan sampe lama dari yang pas lamaran itu soalnya kan pamali ya, bahasanya sih gaenak soalnya orang-orang udah pada tau semuanya jadi jangka waktunya ya maksimal sebulan banget kalo bisa jangan ampe lebih. Peneliti Pas lamaran itu sekalian tuker cincin gak sih mpok? Informan Engga sih kalo saya mah.. tapi sodara saya ada tuh yang tukeran cincin tapi ujung-ujungnya gagal Peneliti Lah kok bisa mpok? Emang dia tujuannya adain tuker cincin itu biar apa?

xli

Informan Iya jadi dulu tuh sodara saya pernah ngelaksanain tuker cincin gituu sama mantan calon suami yaa dibilangnya mah.. soalnya kan waktu itu dia bilangnya sih kepengen gituu biar ketauan gitu abis dilamarnya. Jadi kayak emang udah disepakatin kepengen diadain tuker cincin… kan kalo tuker cincin kalo dulu tuh kayak ngiket gitu ya jadi orang-orang udah pada tau kalo misalkan eh dia udah punya si itu bentar lagi nikah gitu Peneliti Terus kok bisa gagal gitu mpok? Informan Jadi emang sempet dibilangin gitu sih sama orang tuanya saya orang tuanya dia juga...gausah lah tuker-tuker cincin kayak begitu ngelamar mah ngelamar aja gausah aneh-aneh ngikutin orang tapi ya sodara saya maksa juga sih hehe gak denger kata orang tua tuh.. nah pas abis lamaran gak berapa lama ya gitu deh ujung-ujungnya putus gara-gara ketauan kelakuannya calonnya yang gak baik Peneliti Yaampun kasian ya.. oiya terus itu mpok pas lamaran sekalian dikasih uang belanja segala macem mpok? Informan Pas lamaran cuma ngasi tau doang, nah pas akad baru dikasih duitnya kan sama mas kawin diserahin gitu. Uang belanjanya juga ada, itu sih terserahnya mau dikasih pas lamaran apa pas akad itu mah fleksibel. Peneliti Ini mpok ngelaksanain nikahannya dimana mpok? Informan nikahannya dirumah. Peneliti Kan biasanya sebelum nikah biasanya ada kayak dipiare, atau kalo sekarang mah bahasanya dipingit sih ya… mpok dipingit gak? Terus ada pantangan-pantangan gitu gak sebelum nikahan? Informan Dua hari kerja sebelum nikah masih kerja malah.. gaboleh ketemu paling terus puasa mutih, katanya bukan cuman syarat tapi ada syaratnya katanya kalo kita bedakan jadi lebih tahan lama terus juga keliatan lebih panglingin. Peneliti Terus kalo pas lagi dirumah gitu sebelum nikahan boleh mandi gak mpok? Informan Nah iyatuh.. gak boleh mandi katanya yaudah akhirnya gak mandi deh.. Penulis Terus apa yang dirasain mpok gak mandi begitu cuman karna buat manglingin kan ya? Informan Sebenernya sih gaenak juga kalo gak mandi kayak begini yaa.. tapi mau gimana lagi kalo emang disuruhnya kayak gini lagian sekali seumur hidup juga apalagi kalo nanti hasilnya keliatan kan jadi gak nyesel ngelakuinnya.. tapi kalo kayak gini gak ketauan bau belom mandinya sih, kan lulurnya wangi terus juga didalem kamar aja jadi gak keluar-

xlii

keluar keringet gituu Peneliti Terus katanya disini masih ada kegiatan kayak ngelempar daleman gitu yaa biar gak ujan katanya.. mpok pas nikah kayak gitu gak? Informan Engga sih kalo disini bukan buat nolak ujan, tapi nolak bala.. soalnya kan ngeri yaaa kalo pas lagi akad tiba-tiba gak jadi atau gimana, lagian juga itu kan gak ngeberatin.. ketimbang ngelempar cd doang ke atas genteng mah haha terus sebelum nikahan juga kan gaboleh mandi jadi luluran gitu. Peneliti Kan kalo zaman dulu sebelum akad nikah itu penganten perempuannya ditangas.. kalo mpok masih ditangas atau gimana? Informan Kalo dulu pake paketan penganten paketan pranikah, kan jamannya sekarang udah beda. Ada disalon semuanya, udah luluran segala macem terus sauna gituu. Jadi cari gampangnya aja sekarang mah tinggal ke salon doang. Peneliti Terus pas sebelum nikahan ada kayak pengajian gitu gak mpok? Pas arak-arakannya kira-kira pihak laki-lakinya bawa apa aja? Informan Kalo tahlilan mah engga yah paling kumpul-kumpul sodara doangan. Kan yang laki ngarak rombongan sama palang pintu terus bawa roti buaya, serah-serahan gitu. kalo roti buaya mah harus ada.. itu kan emang biasanya dibawainkan kalo lagi seserahan.. nah tapi bawainnya sepasang aja jangan pake anak.. soalnya kata orang sih kalo pake anak nanti ngerinya yang laki udah punya anak duluan sama yang laen. Peneliti Ogituuuu ya mpok hehe emang kata siapa mpok katanya begitu? Informan Itu sih kata orang-orang haha denger aja kata orang sih begitu Peneliti Terus ada apa lagi mpok pas lagi arak-arakan? Informan Oiya dulu tuh ada kembang kelapa gituuu kan ditaroin duit- duit sebenernya buat nyenengin anak kecil aja sih buat rame- ramean doangan dulu kan juga begitu cuma mungkin beda kali tujuannya. Peneliti Kalo pas resepsinya gimana mpok? Itu waktu pelaksanaannya lama apa engga? Informan jadi resepsinya ada dua, dirumah sini sama dirumah suami minggu depannya. Yang pertama tuh akad jam 10an selesai akad pada kerumah buat diskusi besok acaranya kayak gimana nah penganten lakinya pulang deh tuh. Nah besokannya jam 8 apa jam 9 gitu baru resepsi karna dirumah jadi ampe malem gituya soalnya rame sama orang-orang disitu jam 1 ampe jam 12 malem masih ada tamu. Peneliti Kan itu lumayan lama ya mpok.. itu ganti baju ampe berapa

xliii

kali? Itu pake baju nikahan adat Betawi juga mpok? Informan Itu ganti baju sampe 3 kali. Iya baju adat betawi juga ada yang warna merah-merah gitu terus juga rombe-rombenya gak nutupin muka soalnya sayang-sayang makeupnya gak keliatan jadi paling penghias doang disamping-sampingnya. Peneliti Oiya mpok, kan mpok ngadain nikahannya ini kan dirumah ya… itu kenapa mpok ngelaksanain nikahannya di rumah? Kan biasanya jaman sekarang kebanyakan di gedung.. Informan emang paling enak ngadain acara begitu dirumah ya, kalo digedung waktunya cuma sebentar cuma beberapa jam dan toleransi waktunya buat temen-temen main kerumah itu dia kan kita gatau waktunya dia bisanya kapan, siapa tau pas lagi mau dateng ternyata hujan gajadi dateng. Kalo dirumah kan misalkan ujan bisa dateng sorean. Emang sih kesannya kalo digedung wah enak nih ac atau segala macem. Cuma kesana-kesananya kayak digedung kan ada paketan segala macem apa lagi orang betawi itu kan banyak yah jadi makanan itu harus stand by. Kalo gak stand by itu cepet banget habis digendung dan nantinya malah jadi omongan kan gaenak. Dan kalo dirumah kan enak kayak catering semisal kurang juga kita bisa masak sendiri atau nambahin gak kena cas, kalo digedung nambahin ini aja nambah menu aja kena cas meskipun makanan dari kita pake tempat mereka aja kena cas. Peneliti Iya yaa mpok ribet juga sih kalo kayak gitu pantes aja jadi pertimbangan ya mpok. Informan Makanya ribetnya apa-apa kena cas aja sih emang ada plus minusnya masing-masing. Kalo ya digedung gak nambahin beban pikiran aja sih. Peneliti Yaudah mpok makasi yaa gitu aja yang mau ditanyain… makasi udah mau ditanya-tanya ya mpok apalagi urusan yang rada pribadi kayak begini hehe Informan Iya maaf banget ya gak bisa lama-lama jadinya ngobrol sampe sini ajaaa..

xliv