Jurnal HISTORIA Volume 6, Nomor 2, Tahun 2018, ISSN 2337-4713 (e-ISSN 2442-8728)

SISTEM KETATANEGARAAN PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL TAHUN 1950- 1959 Johan Setiawan Program Studi Pendidikan Sejarah, Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta [email protected] Wahyu Ida Permatasari Program Studi Pendidikan Sejarah, Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta [email protected] Dyah Kumalasari Program Studi Pendidikan Sejarah, Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta [email protected]

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana landasan dasar sistem ketatanegaraan Indonesia, kelengkapan alat-alat negara dan kabinet-kabinet yang memerintah pada masa demokrasi liberal tahun 1950-1959. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan langkah sebagai berikut: (1) heuristik, (2) kritik sumber, (3) interpretasi, (4) historiografi. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu: (1) Landasan dasar yang digunakan dalam demokrasi liberal yaitu UUDS 1950,(2) Alat-alat kelengkapan negara menurut UUDS 1950 yaitu Presiden dan Wakil Presiden, menteri-menteri, Dewan Perwakilan Rakyat, Mahkamah Agung dan Dewan Pengawas Keuangan, (3) Kabinet yang memerintah masa demokrasi liberal di Indonesia 1950-1959 yaitu Kabinet Natsir, Kabinet Sukiman, Kabinet Wilopo, Kabinet Ali Satromidjojo I, Kabinet Burharuddin Harahap, Kabinet Ali Satromidjojo II dan Kabinet Djuanda Kata kunci: sistem ketatanegaraan indonesia, demokrasi liberal, 1950-1959.

Abstract This study aims to find out how the basic foundation of the Indonesian state administration system, the completeness of state tools and the cabinets that ruled during the liberal democracy of 1950-1959. This study uses historical method with the following steps: (1) heuristics, (2) source critic, (3) interpretation, (4) historiography. The results of the research are: (1) The basic foundation used in liberal democracy is UUDS 1950, (2) State apparatus according to UUDS 1950 namely President and Vice President, Ministers, House of Representatives, Supreme Court and Supervisory Board, (3) Cabinet governing the period of liberal democracy in Indonesian 1950-1959 is , , , Ali Satromidjojo I Cabinet, Burharuddin Harahap Cabinet, Ali Satromidjojo II Cabinet and . Keywords: indonesian state administration system, liberal democracy, 1950-1959.

PENDAHULUAN 1945 dan maklumat tanggal 3 November Pelaksanaan Demokrasi Liberal yang 1945, tetapi kemudian terbukti bahwa dijalankan oleh Indonesia sesuai dengan Demokrasi Liberal yang meniru sistem konstitusi yang berlaku pada saat itu, Eropa kurang sesuai di terapkan di yakni Undang-Undang Dasar Sementara Indonesia. 1950. Kondisi ini bahkan sudah dirintis Demokrasi Liberal yang sejak di keluarkannya maklumat berlangsung pada tahun 1950 hingga Juli pemerintah pada tanggal 16 Oktober 1959 merupakan waktu di mana partai-

365

Sistem Ketatanegaraan Indonesia Pada Masa Demokrasi Liberal..., Johan Setiawan,dkk, 365-378 partai politik berkiprah. Saat itu Partai Di Indonesia, sistem politik liberal PNI dan Partai Masyumi merupakan dua berjalan kurang lebih 9 tahun dari 17 partai politik yang terkuat dalam Agustus 1950 sampai dengan 5 Juli 1959. memimpin kabinet. Karena sering Akan tetapi pada waktu yang singkat itu bergantinya kabinet pada masa Indonesia telah 7 kali pergantian kabinet demokrasi liberal berimplikasi terhadap yang memerintah antara lain: Kabinet ketidakstabilan pada politik, sosial, Natsir (6 September 1950-21 Maret ekonomi, dan keamanan. 1951), Kabinet Sukiman (27 April 1951-3 Sistem Politik pada masa April 1952), Kabinet Wilopo (3 April Demokrasi Liberal di Indonesia pada 1952-3 Juni 1953), Kabinet Ali tahun 1950-1959 mendorong untuk Satromidjojo I (31 Juli 1953-12 Agustus lahirnya partai-partai politik. Hal ini 1955), Kabinet Burharuddin Harahap (12 dikarenakan menganut sistem Agustus 1955-3 Maret 1956), Kabinet Ali multipartai atau lebih dari satu partai Satromidjojo II (20 Maret 1956-4 Maret yang mencoba untuk silih berganti dalam 1957), dan terakhir Kabinet Djuanda (9 memperoleh kekuasaan eksekutif April 1957-5 Juli 1959). maupun legislatif. Di mana lembaga Berdasarkan latar belakang legislatif seperti DPR dan Parlemen diatas, maka rumusan masalah dalam memiliki kekuasaan yang lebih besar penelitian ini adalah bagaimanakah dibandingkan dengan lembaga eksekutif sistem ketatanegaraan Indonesia pada yang terdiri dari Presiden dan Wakil masa demokrasi liberal tahun 1950- Presiden maupun menteri-menteri. 1959?. Tujuan penelitian ini adalah untuk Sistem pemerintahan yang mengetahui bagaimana landasan dasar dikehendaki pada masa demokrasi liberal sistem ketatanegaraan Indonesia, menggunakan Undang-Undang Dasar kelengkapan alat-alat negara dan Sementara (UUDS) tahun 1950 adalah kabinet-kabinet yang memerintah pada sistem parlementer, dimana dalam hal masa demokrasi liberal tahun 1950-1959. ini kabinet tidak bertanggung jawab METODE kepada Presiden seperti yang ditentukan Metode yang digunakan dalam penelitian oleh Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. ini adalah metode penelitian historis, Tetapi dalam UUDS 1950 bertanggung karena penelitian ini mengambil objek jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat dari peristiwa-peristiwa yang terjadi atau dalam istilah yang hidup ketika itu pada masa lampau. Menurut Nugroho disebut sebagai parlemen (Zulfikar Notosusanto (1984: 11) langkah-langkah Gazali, Anhar Gonggong dan JR dalam penelitian historis, yaitu: (1) Chaniago,1989: 11-12). Heuristik adalah proses mencari untuk

366

menemukan sumber-sumber sejarah. menandakan babak baru periode Peneliti mencoba mencari serta pemerintahan bangsa Indonesia. mengumpulkan sumber-sumber sejarah Kesepakatan antara RIS dan RI untuk yang diperlukan. Kegiatan heuristik juga membentuk negara kesatuan tercapai difokuskan untuk mencari buku-buku pada tanggal 17 Mei 1950, dengan literatur yang sudah ditulis oleh ditandatanganinya Piagam Persetujuan sejarawan, (2) Kritik adalah menyelidiki antara RIS dan RI. Isi piagam tersebut apakah jejak sejarah itu asli atau palsu. menyatakan bahwa kedua belah pihak Dalam penelitian ini peneliti mencoba antara RIS dan RI dalam waktu yang untuk mencari tahu dan membuktikan sesingkat-singkatnya dan secara kealsian dari sumber-sumber yang bersama-sama akan melaksanakan peneliti dapat, setelah itu peneliti pembentukan negara kesatuan membandingkan dan memilih dari (Soepomo, 1950: 133-139). beberapa buku dan sumber yang peneliti Periode ini berlangsung mulai 17 yakini bahwa berita dan sumbernya Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959 yang dapat dijadikan pedoman dalam disebut dengan sistem Parlementer. penulisan penelitian ini, (3) Interpretasi Perancang landasan dasar demokrasi setelah mendapatkan fakta-fakta yang liberal atau sistem parlementer di diperlukan maka kita harus Indonesia dirancang oleh Panitia merangkaikan fakta-fakta itu menjadi Gabungan RIS dan RI atau disebut dengan keseluruhan yang masuk akal, (4) Panitia Persiapan Undang-Undang Dasar Historiografi adalah suatu kegiatan Negara Kesatuan yang diketuai oleh penulisan dalam bentuk laporan hasil Menteri Kehakiman RIS yaitu Prof. penelitian yang menggunakan Supomo dan wakil ketua yaitu Perdana keterampilan dalam mengutip dari buku Menteri RI, Dr. (Anhar dengan sumber-sumber yang ada. Gonggong dan Musa Asy’ari, 2005: 57). Penyusunan dan penulisan ini Pekerjaan rancangan UUD Negara menggunakan pemikiran yang kritis dan Kesatuan baru selesai tepatnya pada analisis sehingga menjadi sebuah kisah tanggal 20 Juli 1950. Undang-Undang sejarah yang sistematis. tersebut kemudian dibahas oleh DPR masing-masing, dan diterima oleh senat HASIL DAN PEMBAHASAN dan parlemen RIS maupun KNIP. Barulah Landasan Dasar Sistem Parlementer pada tanggal 15 Agustus 1950 Presiden (Demokrasi Liberal) di Indonesia Soekarno menandatangani rancangan Pembentukan negara kesatuan setelah UUD tersebut yang kemudian dikenal masa Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan Undang-Undang Dasar Sementara

367

Sistem Ketatanegaraan Indonesia Pada Masa Demokrasi Liberal..., Johan Setiawan,dkk, 365-378

Republik Indonesia tahun 1950 (Marwati menjalankan pemerintahan dipegang Djoened Poesponegoro dan Nugroho oleh perdana menteri dan menteri- Notosusanto, 2008: 307), kemudian menteri terpilih. Sebenarnya UUDS 1950 secara resmi Negara Kesatuan dibentuk hanyalah bersifat sementara, sifat pada tanggal 17 Agustus 1950. kesementaraan ini jelas terlihat dan Landasan demokrasi liberal ini tertulis pada pasal 134 yang menyatakan adalah Undang-Undang Dasar Sementara konstituante yaitu Lembaga Pembuat (UUDS) 1950. Undang-Undang Dasar UUD yang bersama-sama dengan Sementara 1950 terdiri dari dari pemerintah selekas-lekasnya Mukadimah dan Batang Tubuh, yang menetapkan UUD Republik Indonesia meliputi 6 bab dan 146 pasal (Zulkarnain, yang akan menggantikan UUDS ini 2012: 10). Enam bab tersebut mengatur (Zulkarnain, 2012: 111). tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia, alat-alat kelengkapan negara, Kelengkapan Negara Pada Masa Sistem tugas alat-alat perlengkapan negara, Parlementer pemerintah daerah, daerah-daerah Alat-alat kelengkapan negara menurut swapraja, konstituante dan perubahan, UUDS 1950, ketentuan Umum, pasal 44, ketentuan-ketentuan peralihan dan ialah; Presiden dan Wakil-Presiden, ketentuan penutup. menteri-menteri, Dewan Perwakilan Sistem pemerintahan yang dianut Rakyat, Mahkamah Agung dan Dewan dan diterapkan pada masa berlakunya Pengawas Keuangan. Jika melihat pasal UUDS 1950 ini adalah sistem 45 ayat (1) tertuang bahwa Presiden pemerintahan parlementer. Kabinet di hanya berstatus sebagai Kepala Negara. dalam sistem parlementer tidak Artinya kekuasaan Presiden ialah hanya bertanggung jawab kepada Presiden sebagai kepala negara tanpa seperti yang ditentukan oleh Undang- menjalankan roda pemerintahan secara Undang Dasar 1945, tetapi dalam UUDS langsung. 1950 kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Sistem parlementer pada masa Meskipun begitu, kekuasaan Presiden dan demokrasi liberal ini Presiden dan Wakil Wakil Presiden tetap diakui. Terdapat Presiden hanyalah sebagai simbol yang pada pasal 83 ayat (1) UUDS 1950, tidak memiliki fungsi pemerintahan Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat sehari-hari. Namun, Presiden tetap dapat diganggu-gugat (Zulkarnain, 2012: 103). menyetujui perdana menteri baru atau Artinya Presiden dan Wakil tetap dapat mengeluarkan dekrit. Presiden di dalam sistem parlementer Menurut UUDS 1950, kekuasaan legislatif UUDS 1950, masih diakui meskipun tugas

368

di pegang oleh Presiden, kabinet dan (Zulkarnain, 2012: 11). Pergantian DPR (Zulkarnain, 2012: 103). kabinet yang terjadi dalam waktu singkat Perdana Menteri yang menjabat ini menandakan lemahnya kekuatan sebagai kepala pemerintahan dan kabinet sehingga dapat dikudeta atau menjalankan roda pemerintahan sehari- dijatuhkan oleh partai atau orang lain. hari serta memimpin kabinet disetujui Berikut kabinet-kabinet pada oleh Presiden. Kabinet keseluruhan masa Sistem Parlementer: maupun secara perorangan Kabinet Natsir bertanggungjawab kepada DPR yang Kabinet pertama yang menjalankan mempunyai hak untuk menjatuhkan pemerintahan ialah Kabinet Natsir, yang kabinet secara seluruhnya ataupun berlangsung sejak 6 September 1950 memberhentikan menteri-menteri secara sampai dengan 20 Maret 1951. Kabinet individual. Artinya yang mengangkat ini di pimpin oleh Perdana Menteri Perdana Menteri dan kabinet adalah DPR dan didukung oleh atas persetujuan Presiden. Partai Masyumi dan ada beberapa Sistem politik pemerintahan pada menteri yang non partai. Pada awalnya masa ini pula mendorong untuk lahirnya kabinet ini merupakan kabinet koalisi, partai-partai politik, karena sistem akan tetapi PNI sebagai partai terbesar kepartaian menganut sistem multipartai. kedua tidak diberikan kedudukan yang Akibat yang didapat dari pelaksanaan sesuai (Marwati Djoened Poesponegoro sistem politik demokrasi liberal ini yang dan Nugroho Notosusanto, 2008: 308). mengikuti sistem pemerintahan gaya Berikut ini adalah keanggotaan Eropa, maka partai-partailah yang pada masa Kabinet Natsir (Suharto, 2010: menjalankan pemerintahan melalui 25). kekuasaannya di parlemen. Untuk Perdana Menteri: Mohammad wilayah kekuasaan negara Kesatuan Natsir (Masyumi), Wakil Perdana Menteri: Indonesia pada masa demokrasi Sri Sultan Hamengku Buwono IX (non parlementer dibagi menjadi 10 daerah partai), Menteri Dalam Negeri: Mr. provinsi yang otonom. Assaat (non partai), Menteri Luar Negeri: Kabinet-kabinet Pada Masa Sistem Mr. (Masyumi), Menteri Parlementer Pertahanan: Dr. Abdul Halim (non Antara tahun 1950-1959 sudah terjadi 7 partai), Menteri Kehakiman: Mr. (tujuh) kali pergantian kabinet. (PIR), Menteri Keuangan: Pergantian kabinet ini hampir terjadi Mr. Syafruddin Prawiranegara (Masyumi), setiap tahun hingga berakhirnya Undang- Menteri Perdagangan dan Perindustrian: undang Dasar Sementara (UUDS) 1959. Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo

369

Sistem Ketatanegaraan Indonesia Pada Masa Demokrasi Liberal..., Johan Setiawan,dkk, 365-378

(PSI), Menteri Pertanian: Mr. Tandiono H. Ikin A. Gani dan Abu Chanif, 1992: Manu (PSI), Menteri Perhubungan: Ir. 259). Djuanda (non partai), Menteri Pendidikan PNI yang menuntut pemilihan Pengajaran dan kebudayaan: Dr. Bahder anggota perwakilan daerah supaya lebih Djohan (non partai), Menteri Pekerjaan demokratis. Mosi ini diterima oleh pihak Umum dan Tenaga Kerja: Ir. Herling parlemen yang mengakibatkan hubungan Johannes Loah (PIR), Menteri Kesehatan: kabinet dengan parlemen menjadi lebih (Parkinda), Menteri kaku, ditambah dengan beberapa partai Perburuhan: Raden Panji Suroso (Parina), pendukung kabinet justru menarik Menteri Sosial: F.S Haryadi (Partai menteri-menterinya dari kabinet seperti Katolik), Menteri Agama: KH Wahid Partai Indonesia Raya (PIR) (Marwati Hasyim (Masyumi), Menteri Penerangan: Djoened Poesponegoro dan Nugroho M.A. Pellaupessy (Fraksi Demokrasi), Notosusanto, 2008: 308-309). Maka Menteri Negara: belum genap sampai satu tahun Natsir (PSII) mengembalikan mandatnya kepada Program Kabinet Natsir adalah; Presiden Soekarno. (1) mengadakan Pemilihan untuk memilih Konstituante, (2) Memajukan pada Kabinet Sukiman bidang perekonomian, kesehatan, dan Di kembalikannya mandat Perdana bidang kesejahteraan rakyat, (3) Menteri kepada Presiden, memaksa Menyempurnakan pemerintahan dan terbentuknya kabinet baru untuk militer (4) menyelesaikan masalah Irian menjalankan roda pemerintahan Barat dan memulihkan keamanan serta selanjutnya. Kabinet kedua ini ketertiban. merupakan koalisi antara Partai Masyumi Kegagalan-kegagalan program dan PNI, di bawah pimpinan Dr. Sukiman kerja Kabinet Natsir membuat kabinet ini Wirjosandjojo (Masyumi) dan Suwirjo goyah yang terjadi pada awal tahun (PNI). 1951. Kegagalan tersebut dipicu dari Program kerja Kabinet Sukiman permasalahan Irian Barat yang tak antara lain: (1) bidang sosial-ekonomi kunjung selesai dengan pihak Belanda mengusahakan kemakmuran bagi rakyat yang tidak mau mengembalikannya. secepatnya dan memperbaharui hukum Kemudian krisis ini menjadi membesar agraria agar sesuai dengan kepentingan setelah munculnya mosi tidak percaya petani, mempercepat persiapan- dari Hadikusumo, menganggap masalah persiapan pemilihan umum, (2) bidang pembentukan DPRD menguntungkan keamanan menjalankan tindakan- Partai Masyumi saja. (Kol. R.H.A Hidayat, tindakan yang tegas sebagai negara

370

hukum untuk menjamin keamanan dan sebagai formatur gagal menjalankan ketentraman, (3) bidang politik luar tugasnya. Maka Presiden Soekarno negeri menjalankan politik bebas aktif menunjuk Mr Wilopo dari partai PNI serta memasukkan Irian Barat ke dalam sebagai formatur baru dan tanggal 30 wilayah Republik Indonesia (Marwati Maret 1952 Mr Wilopo mengajukan Djoened Poesponegoro dan Nugroho susunan kabinetnya (Marwati Djoened Notosusanto, 2008: 308). Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Namun, Kabinet Sukiman juga 1974: 215-216). mengalami hal yang sama dengan Mr Wilopo berhasil menyusun Kabinet Natsir yang tidak bertahan lama, kabinetnya dan dia menjadi ketuanya. hanya dalam 10 bulan (mulai dari April Kabinet ini terdiri dari Partai PNI dan 1952 sampai Juni 1953), kabinet ini Masyumi yang masing-masing mendapat pertentangan baik dari dalam mendapatkan jatah 4 orang, PSI 2 orang, partai sendiri maupun parlemen. Kabinet PKRI, Parkindo, Parindra, Partai Buruh ini dianggap melanggar politik bebas dan PSII masing-masing 1 orang dan non aktif dan lebih condong kepada Amerika partai 3 orang (Marwati Djoened Serikat. Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Pasa masa Kabinet Sukiman ini 1974: 216). menandatangani persetujuan bantuan Program kerja yang ditawarkan ekonomi dan persenjataan dari Amerika dalam kabinet ini adalah, (1) Serikat kepada Indonesia atas dasar menyelenggarakan pemilu untuk memilih Mutual Security Act (MSA) (Kol. R.H.A anggota Dewan Konstituante, DPR dan Hidayat, H. Ikin A. Gani dan Abu Chanif, DPRD, (2) meningkatkan kemakmuran 1992: 260). Selain itu penyebab jatuhnya rakyat, (3) membebaskan Irian Barat, (4) Kabinet Sukiman disebabkan karena menjalankan politik luar negeri bebas lambannya dalam penanganan aktif (A. Kardiyat Wiharyanto, 2011: 78). pemberontakan yang terjadi di daerah Kabinet Wilopo menjalankan politik luar seperti pemberontakan Kahar Muzakkar negeri yang bebas dan aktif, namun di Sulawesi. kabinet ini juga bertugas menghapuskan persetujuan dengan Amerika Serikat yang Kabinet Wilopo terjadi masa Kabinet Sukiman, dengan Presiden Soekarno menunjuk Sidik cara berusaha memperoleh bantuan Djojosukarto dan Prawoto dengan syarat-syarat yang kurang Mangkusaswitu, mereka berasal dari mengikat (M. C. Ricklefs, 2009: 508). partai PNI dan Masyumi agar membentuk Kabinet ini telah berusaha kabinet yang baru, tetapi mereka yang menjalankan program kerja dengan baik,

371

Sistem Ketatanegaraan Indonesia Pada Masa Demokrasi Liberal..., Johan Setiawan,dkk, 365-378 akan tetapi sama dengan kabinet dalam organisasi negara, perbaharuan, sebelumnya, kabinet ini di jatuhkan dan perundang-undangan, (b) dengan mosi tidak percaya. Mosi tidak pengembalian Irian Barat, dan (c) politik percaya yang diajukan kepada parlemen luar negeri bebas aktif (Ginandjar adalah karena Kabinet Wilopo dianggap Kartasasmita, A. Prabowo dan Bambang gagal dalam menangani pergolakan di Kesewo, 1995: 363). daerah. Pergerakan-pergerakan daerah Pada masa Kabinet Ali I ini seperti yang terjadi di Sumatera dan peristiwa besar Konferensi Asia Afrika Sulawesi akibat mereka tidak puas atau (KAA) berhasil diselenggarakan di dengan pemerintahan pusat. Faktor kota Bandung. Konferensi Asia Afrika utama diakibatkan karena tidak digagas oleh Perdana Menteri Indonesia seimbangnya alokasi keuangan yang (Ali Sastroamidjojo), Perdana Menteri diberikan oleh pusat ke daerah. Karena Srilanka (Sir John Kotelawala), Perdana daerah itu merasa bahwa banyak Menteri Birma (U Nu), Perdana Menteri sumbangan yang telah mereka berikan India (Jawaharlal Nehru), dan Perdana berupa ekspor ke pusat, lebih besar dari Menteri Pakistan (Mohammed Ali). KAA pada yang dikembalikan pusat ke daerah diselenggarakan pada bulan April 1955. (Marwati Djoened Poesponegoro dan Konferensi ini kebanyakan diikuti Nugroho Notosusanto, 1974: 312). oleh negara-negara ketiga yaitu negara- Akibatnya tahun 1953 secara resmi negara berkembang di wilayah Asia- Kabinet Wilopo mengembalikan Afrika yang baru saja memperoleh mandatnya kepada Presiden Soekarno. kemerdekaannya. Konferensi Asia Afrika (KAA) ini memiliki tujuan untuk menjalin Kabinet Ali Sastroamidjojo I kerjasama negara-negara asia-afrika di Kabinet berikutnya terbentuk pada bidang ekonomi dan kebudayaan dan tanggal 1 Agustus 1953, dengan Perdana untuk melawan kolonialisme atau Menteri Mr. Ali Sastromidjojo (PNI) dan neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Wakil Perdana Menteri Mr. Wongsonegoro Soviet, atau negara imperialis lainnya (Partai Indonesia Raya). Di dalam kabinet (Seno Joko Suyono dan Philipus Parera, ini Masyumi tidak turut serta, akan 2015: 57). tetapi Nadhatul Ulama (NU) duduk di Berhasilnya Indonesia sebagai dalamnya. negara yang ikut serta dalam Program kerja kabinet ini sebagai penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika berikut; (a) program dalam negeri yang di Indonesia berkonstribusi bagi negara- mencakup soal keamanan, pemilihan negara berkembang di kancah umum, kemakmuran dan keuangan, serta Internasional setelah mereka merdeka.

372

Selain itu pada masa Kabinet Ali I ini Kabinet Burhanudin Harahap berhasil juga pemilu sudah direncanakan akan melaksanakan pemilu tanggal 29 diadakan. September 1955. Pemilihan Umum Pada masa ini telah direncanakan sebagai sarana penting demokrasi pemilihan umum yang akan di sebetulnya sudah masuk agenda kerja selanggarakan pada pertengahan tahun kabinet parlementer pertama dibawah 1954 (Zulkarnain, 2012: 114). Belum pimpinan Natsir, dan juga ada dalam sempat pemilihan umum dilaksanakan program Kabinet Sukiman, tetapi belum Kabinet Ali telah jatuh karena NU sempat dilaksanakan oleh mereka keburu menarik diri dari kabinet, karena dijatuhkan kabinet. Baru pada era perseteruan dengan PNI. Selain itu Kabinet Wilopo sebuah Rancangan dikarenakan keadaan ekonomi yang Undang-undang Pemilu diajukan ke semakin buruk dan korupsi yang parlemen (DPRS, DPAS) dan disahkan mengakibatkan kepercayaan rakyat menjadi UU (Atmadji Sumarkidjo, 2000: merosot pada Kabinet Ali I (Marwati 71-72). Djoened Poesponegoro dan Nugroho Pemilihan ini di gunakan untuk Notosusanto, 1974: 219). memilih 257 anggota DPR dan pada tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih Kabinet Burhanudin Harahap 514 anggota konstituante (Zulkarnain, Kabinet Ali-Wongso digantikan oleh 2012: 115) Hasil Pemilu 1955 Kabinet Burharuddin Harahab pada 12 memunculkan empat kekuatan partai Agustus 1955. Burharuddin Harahab dari besar, yaitu; (1) PNI, (2) Masyumi, (3) Masyumi berhasil menyusun suatu NU, dan (4) PKI. Hasil pemilihan umum kabinet yang didasarkan pada dukungan baik di DPR maupun konstituante adalah Masyumi bersama PSI dan NU (12 Agustus sebagai berikut: a) Perolehan kursi di 1955-3 Maret 1956). Dalam Kabinet DPR, Masyumi 57 kursi, PNI 57 kursi, NU Burharudin Harabap, memiliki beberapa 45 kursi, PKI 39 kursi, peserta lain 81 program kerja yang hampir sama dengan kursi. b) Perolehan kursi di Konstituante, kabinet sebelumnya, salah satu program Masyumi 119 kursi, PNI 112 kursi, NU 91 kerja dalam kabinet ini yaitu kursi, PKI 81 kursi, peserta lain 118 kursi. mengembalikan kewibawaan moril Namun, ternyata hasil pemilu pemerintah. Progam kerja yang sangat tidak memuaskan pihak manapun, diprioritaskan dalam kabinet ini adalah terutama dua partai besar yaitu Masyumi untuk melaksanakan Pemilihan Umum. dan PNI. Keduanya menginginkan Kabinet ini berlangsung antara 12 memperoleh dukungan yang mutlak Agustus 1955-3 Maret 1956. Pada masa (Zulkarnain, 2012: 115). Ketidakpuasan

373

Sistem Ketatanegaraan Indonesia Pada Masa Demokrasi Liberal..., Johan Setiawan,dkk, 365-378 tersebut inilah menyebabkan banyak Sama dengan kabinet-kabinet partai yang menarik menteri-menterinya sebelumnya, Kabinet Ali II ini juga untuk keluar dari kabinet tersebut. berusia pendek. Hal ini disebabkan Akhirnya pada tahun 1956 Burhanudin karena seringnya terjadi perbedaan Harahap mengembalikan mandatnya pendapat koalisi orang-orang di dalam kepada Presiden Soekarno (M.C. Ricklefs, kabinet. Selain itu sikap oposisi dari 2009: 522). Presiden Soekarno yang menghendaki pembentukan kabinet berkaki empat. Kabinet Ali Sastroamidjojo II Presiden Soekarno menginginkan kabinet Kabinet Ali II merupakan sebuah kabinet berkaki empat dengan inti pendukung koalisi PNI-Masyumi-NU. Kabinet ini PNI, Masyumi, NU dan PKI (Zulkarnain, berlangsung sejak 20 Maret 1956-4 Maret 2012: 116). Sedangkan kabinet bentukan 1957. Program kerja yang diusung oleh Ali II ini tidak mengikut sertakan PKI Kabinet Ali II adalah (a) pembatalan hasil sebagai partai koalisi. perjanjian KMB, menyelesaikan Pada masa Perdana Menteri Ali II, pembatalan seluruh perjanjian yang Wakil Presiden Moh. Hatta dihasilkan Konferensi Meja Bundar secara mengundurkan diri dari jabatannya. Unilateral baik formal maupun materiil Karena setelah terbentuk DPR dan dan mengadakan tindakan-tindakan Konstituante, Hatta berfikiran bahwa untuk menampung akibat yang dihasilkan dirinya sudah harus melepaskan (b) meneruskan perjuangan mewujudkan jabatannya. Selain itu, ada hal lain yang kekuasaan de facto Indonesia atas Irian menyebabkan Moh Hatta mengundurkan Barat berdasarkan kekuatan rakyat dan diri dari jabatannya, yaitu perbedaan kekuatan-kekuatan anti kolonialisme di pandangan dengan Presiden Soekarno dunia Internasional dan membentuk dalam arah politik, mereka selalu terjadi Provinsi Irian Barat, (d) menjalankan perbedaan pendapat dalam mengambil politik luar negeri yang bebas dan aktif keputusan (Ginandjar Kartasasmita, A. berdasarkan kepentingan rakyat dan Prabowo dan Bambang Kesewo, 1995: menuju ke perdamaian dunia, (e) 19). meneruskan kerjasama dengan negara- negara Asia-Afrika dan melaksanakan Kabinet Djuanda keputusan-keputusan Konferensi Asia- Setelah Kabinet Ali Sastromidjojo II Afrika di Bandung (Ginandjar jatuh, Presiden Soekarno menunjuk Kartasasmita, A. Prabowo dan Bambang Soewirjo menjadi formatur dalam Kesewo, 1995: 30). membentuk kabinet baru. Dua kali Soewirjo berusaha, tetapi gagal

374

membentuk kabinet. Dengan gagalnya otonomi daerah yang melibatkan para Soewirjo, akhirnya Presiden Soekarno politisi (Daud Aris Tanudirjo, 2011: 305). menunjuk dirinya sendiri sebagai Dalam masa Kabinet Djuanda, formatur. Formatur Ir. Soekarno pergolakan-pergolakan besar dari daerah membentuk Kabinet Darurat Ekstra- yang tidak puas dengan kebijakan Parlementer dan menunjuk Ir. Djuanda pemerintah pusat yang tidak memikirkan sebagai Perdana Menteri. Kabinet pembangunan daerahnya. Setiap daerah Djuanda ini juga diberi nama Kabinet yang tidak puas dengan kebijakan Karya dan di dalamnya duduk dua orang pemerintah, melakukan perlawanan anggota Angkatan Bersenjata, dan satu- dengan membentuk organisasi militer satunya kabinet yang tidak berasal dari yang bertujuan menentang pemerintah partai politik. pusat. Seperti di Sumatera Barat terjadi Kabinet Djuanda berlangsung perebutan kekuasaan setempat yang antara April 1957-Juli 1959. Program dilakukan oleh Dewan Banteng pada 20 kerja kabinet ini antara lain; (a) Desember 1956. Mereka melepaskan diri membentuk suatu Dewan Nasional, (b) dari Pemerintah Pusat. Peristiwa yang normalilasi keadaan negara Republik serupa timbul pula di Sumatera Utara Indonesia, (c) melanjutkan pembatalan (Medan) pada tanggal 22 Desember 1956 perjanjian Konferensi Meja Bundar, (d) yang dilakukan oleh Dewan Gadjah. memperjuangkan Irian Barat (e) Menyusul pula Dewan Garuda di mempercepat pembangunan (Ginandjar Sematera Selatan yang melakukan Kartasasmita, A. Prabowo dan Bambang perebutan kekuasaan pada bulan Kesewo, 1995: 42). Januari-Februari 1957. Pada tanggal 2 Meskipun telah beberapa kali Maret 1957 di Makassar diumumkan mengganti kabinet saat itu, pergolakan- Piagam Perjuangan Semesta (Piagam pergolakan di daerah seakan tidak ada ) yang meliputi daerah habisnya. Di masa Kabinet Djuanda ini Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara masih terjadi peristiwa pemberontakan (C.S.T. Kansil dan Julianto,1972: 66). PRRI dan Permesta. Pemberontakan Hal ini membuktikan bahwa PRRI-Permesta bermula dari konflik pemerintah belum bisa dalam merangkul internal Angkatan Darat. Kekecewaan semua golongan dan daerah-daerah di atas minimnya kesejahteraan anggota di Indonesia untuk bersatu Sumater dan Sulawesi mendorong mempertahankan kemerdekaan yang beberapa tokoh militer menentang telah dibangun ini. Kemudian kabinet kebijakan KSAD dan pemerintahan pusat. Djuanda jatuh ketika Presiden Hal ini kemudian meluas pada tuntutan merencanakan dekrit pada bulan Juli

375

Sistem Ketatanegaraan Indonesia Pada Masa Demokrasi Liberal..., Johan Setiawan,dkk, 365-378

1959 (Zulkarnain, 2012: 117). Dekrit Sejarah Nasional Indonesia VI. Presiden akhirnya dikeluarkan karena : Balai Pustaka. konstituante dianggap gagal dan belum Djoened, Marwati Poesponegoro., mampu membentuk UUD baru sebagai Notosusanto, Nugroho. 2008. pengganti UUDS terjadi pada tanggal 9 Sejarah Nasional Indonesia VI Juli 1959 yang mengakhiri demokrasi Zaman Jepang dan Zaman Republik liberal di Indonesia. Indonesia (1942-1998). Jakarta: KESIMPULAN Balai Pustaka. Demokrasi Liberal di Indoensia Gazali, Zulfikar dkk.1980. Sejarah Politik berlangsung 17 Agustus 1950 sampai 5 Indonesia. Jakarta: Kementrian Juli 1959 yang disebut dengan sistem Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Parlementer. Perancang landasan dasar Nilai Tradisional, Proyek demokrasi liberal atau sistem Inventarisasi dan Dokumentasi parlementer di Indonesia oleh Panitia Sejarah Nasional. Gabungan RIS dan RI atau disebut dengan Gonggong, Anhar., Musa, Asy’ari Panitia Persiapan Undang-Undang Dasar (eds).2005. Sketsa Perjalanan Negara Kesatuan. Landasan demokrasi Bangsa Berdemokrasi. Jakarta: liberal adalah UUDS 1950. Alat-alat Departemen Kominfo. kelengkapan negara dalam UUDS 1950 Joko, Seno Suyono., Parera, ketentuan Umum, pasal 44 disebutkan Philipus.2015. 60 Tahun Konferensi yaitu Presiden dan Wakil Presiden, Asia-Afrika. Jakarta: Kepustakaan menteri-menteri negara, Dewan Populer Gramedia. Perwakilan Rakyat, Dewan Pengawas Kansil, C.S.T., Julianto. 1972. Sedjarah Keuangan dan Mahkamah Agung. Perjuangan Pergerakan Kebangsaan Demokrasi Liberal berjalan 9 tahun Indonesia. Djakarta : Erlangga. antara 17 Agustus 1950-5 Juli 1959. dan Kardiyat, A. Wiharyanto. 2011. Sejarah telah 7 kali pergantian kabinet antara Indonesia: Dari Proklamasi sampai lain: Kabinet Natsir, Kabinet Sukiman, Pemilu 2009. Yogyakarta: Kabinet Wilopo, Kabinet Ali Satromidjojo Universitas Sanata Dharma. I, Kabinet Burharuddin Harahap, Kabinet Kartasasmita, Ginandja dkk.1995. 30 Ali Satromidjojo II dan terakhir Kabinet Tahun Indonesia Merdeka, Jilid I. Djuanda. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Kartasasmita, Ginandjar dkk. 1995. 30 Djoened, Marwati Poesponegoro., Tahun Indonesia Merdeka, Jilid II. Notosusanto, Nugroho. 1974.

376

Jakarta: Sekretariat Negara Zulkarnain. 2012. Jalan Meneguhkan Republik Indonesia. Negara Sejarah Tata negara Kol. R.H. A Hidayat dkk. 1992. Indonesia Indonesia.Yogyakarta: Punjangga Perss Menyongsong Era Kebangkitan Zulkarnain.2012.”Dinamika Nasional Kedua. Jakarta: Sandaan. Ketatanegaraan Indonesia”. Istoria. Notosusanto, Nugroho. 1984. Masalah Volume II No. 1/2012. Hlm. 1-15. Penelitian Sejarah Kontemporer (Suatu Pengalaman). Jakarta: Yayasan Penerbit UI. Ricklefs, M. C. 2009. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi Ilmu. Soepomo.1950. Undang-Undang Dasar Sementara Repubik Indonesia (UUDS 1950). [tanpa kota terbit: tanpa penerbit] Suharto.2010. Indonesia dalam Arus Sejarah, Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve. Sumarkidjo, Atmadji. 2000. Mendung Di Atas Istana Merdeka. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

377

Sistem Ketatanegaraan Indonesia Pada Masa Demokrasi Liberal..., Johan Setiawan,dkk, 365-378

378