Jurnal Hadratul Madaniyah,Volume 6 Issue II, Desember 2019. Page 35 – 43 p-ISSN:2407-3865, e-ISSN:2655-1993

POLA INTERNALISASI NILAI KEISLAMAN KELUARGA DAN ABANGAN Oleh: SURAWAN, M.S.I IAIN PALANGKA RAYA Abstract Family is a very effective school in instilling the value of internalization. For this reason, the purpose of this study are 1) What is the diversity of Muhammadiyah and Islam Abangan families? 2). What is the pattern of internalization of Islamic values that occurs in the family of Muhammadiyah and Islam Abangan? 3). What is the problem encountered in the effort to internalize Islamic values and what is the solution to overcome it? This study used a qualitative descriptive design with a research cite in the Kulon Progo Regency Kokap District. The research subjects consisted of 5 main families in the Head of Muhammadiyah Hargomulyo consisted of 3 Muhammadiyah families and 2 Muslim families of Abangan Hargomulyo. The research method used interview, observation and documentation while data analysis used reduction, display and verification. The results of this study were 1). The religious diversity of the Muhammadiyah and Abangan families in principle has similarities, both Muhammadiyah and Abangan, faithfully believe in God. Only in the Abangan family did the belief system occur syncretism between the teachings of Islam and the culture of anismism, and . In prayer worship activities, most Abangan families did not carry out Islam faithfully, for the implementation of fasting was same, only Abangan families knew a number of fasts that the Prophet had never taught. In the activity of family charity, the abangan family did a lot of , while Muhammadiyah did not. For social issues, both Muhammadiyah and Abangan there was no difference. 2). The pattern of internalization of religious values included material internalization in the creed (faith), worship and morals. The method used in the internalization process was indoctrination, exemplary and habitual behavior. 3). The problems of internalizing religious values included parenting, the level of children's association, technological advances and bustle, caused communication patterns to be constrained. Key Word: internalization of religious values, Muhammadiyah, Islam Abangan

A. Pendahuluan perkembangan emosi sudah semakin tergusur. Keluarga sebagai wadah dalam proses Internalisasi nilai-nilai akidah, akhlak, ibadah sosialisasi nilai-nilai agama saat ini telah seakan-akan sulit mendapatkan tempat lagi. Pola mengalami pergeseran bahkan hanya sebagai pikir orang tua pun telah mengalami perubahan. peran seksual, reproduksi, ekonomi, pengasuhan Dalam hal ini potensi dasar manusia yaitu secara fisik saja, sedangkan peran keluarga durhaka dan sebagai pusat pembentukan watak, karakter, takwa harus mendapat perhatian intensif. Dari pernyataan di atas menunjukkan Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa keluarga bahwa proses internalisasi nilai-nilai ke-Islaman merupakan pusat pendidikan yang pertama dan tidak cukup jika hanya diserahkan pada institusi terpenting karena sejak timbulnya adab pendidikan, karena dalam kenyataannya pendidikan kemanusiaan sampai kini keluarga selalu agama di sekolah tidak berhasil menanamkan nilai- mempenga-ruhi pertumbuhan budi pekerti tiap- nilai akan tetapi lebih dominan pada transfer of tiap manusia. knowledge belaka. Melihat kenyataan tersebuat

35

Surawan. 2019. Pola Internalisasi Nilai Keislaman Keluarga Muhammadiyah dan Islam Abangan maka keluarga adalah merupakan pilar utama dari ayah, ibu dan anak) baik di keluarga abangan dalam proses internaslisasi nilai-nilai ke-Islaman maupun keluarga Muhammadiyah. bagi anak. Namun demikian proses internalisasi B. Metode Penelitian juga membutuhkan peran dari lingkungan sekolah, Dalam penelitian ini menggunakan peer group, organisasi sosial, organisasi keagamaan desain deskriptif kualitatif. Tempat penelitian dan lainya. adalah Desa Hargomulyo, Kecamatan Kokap Sebagai wujud totalitas internalisasi nilai- Kabupaten Kulonprogo. Waktu penelitian nilai agama maka keluarga merupakan lingkungan adalah 20 Maret sampai 20 Mei 2018. Untuk pertama dan utama karena lingkungan keluarga mendapatkan gambaran dan pemahaman yang bersifat intensif, terarah dan kontinu. Karena mendalam terhadap proses internalisasi nilai- menyadari bahwa internalisasi nilai-nilai agama itu nilai keIslaman pada keluarga batih di merupakan tanggung jawab keluarga maka peneliti lingkungan keluarga Muhammadiyah maka memandang penting dilakukannya penelitian dipilih Pimpinan Ranting Muhammadiyah dan tentang proses internalisasi nilai-nilai ke-Islaman keluarga Islam Abangan dalam keluarga batih (keluarga yang hanya terdiri Hargomulyo, Kecamatan Kokap, partisipasinya dalam kegiatan ritual. Kabupaten Kulon Progo sebagai daerah Muhammadiyah adalah sekelompok muslim penelitian. saleh yang memeluk agama Islam dengan Subjek penelitian terdiri dari 5 sungguh-sungguh, menjalankan perintah keluarga inti di lingkungan Pimpinan Ranting agama, dan berusaha membersihkan Muhammadiyah Hargomulyo yang terdiri akidahnya dari perilaku syirik. dari 3 keluarga Muhammadiyah dan 2 Sedangkan Islam abangan adalah keluarga Islam Abangan Hargomulyo. sekelompok muslim yang cara hidupnya Metode pengumpulan data menggunakan masih banyak dikuasai oleh tradisi Jawa pra- wawancara, observasi dan dokumentasi. Islam, yaitu suatu tradisi yang menitik Sedangkan analisis data menggunakan beratkan pada pemaduan unsur-unsur Islam, reduksi, display dan verifikasi. Budha-Hindu, dan unsur-unsur asli C. Hasil Penelitian sebelumnya. Sementara itu, berdasarkan 1. Keberagamaan Keluarga partisipasi ritualnya, Muhammadiyah lebih Muhammadiyah dan Islam Abangan beorientasi menjalankan ritual yang diajarkan a. Bidang Akidah Islam secara baku seperti shalat, puasa, Masyarakat Jawa bisa dibedakan ke ibadah haji, mengaji. Sementara Islam dalam dua kelompok, yaitu Islam murni atau abangan lebih berorientasi pada ritual-ritual Muhammadiyah dan Islam Abangan. Perilaku yang tidak diajarkan secara baku seperti religius ini bisa dibedakan berdasarkan slametan, ngruwat, tirakat, sesajen, dan sistem kepercayaan kelompok dan sebagainya.

37

Jurnal Hadratul Madaniyah,Volume 6 Issue II, Desember 2019. Page 35 – 43 p-ISSN:2407-3865, e-ISSN:2655-1993

Pandangan kedua kelompok tersebut, terhadap bidang akidah mengalami perbedaan, diantaranya: demikian biasa disebut Kawula lan Gusti, yaitu 1) Keyakinan kepada Allah pandangan yang beranggapan bahwa kewajiban Mengenai keyakinan keluarga Islam moral manusia adalah mencapai harmoni abangan dan Muhammadiyah sama-sama dengan kekuatan terakhir dan pada kesatuan mempercayai adanya Allah, Rasulullah, dan terakhir itulah manusia menyerahkan diri konsep askotologis lainnya. Sistem kepercayaan secara total selaku kawula (hamba) terhadap keluarga Islam abangan lebih banyak Gusti (Sang Pencipta). ditransformasikan kepada para pengikutnya Dalam masalah keyakinan secara lisan. Muhammadiyah memiliki prinsip hidup dan Orang Jawa percaya bahwa Tuhan kesadaran iman berupa tauhid kepada adalah pusat alam semesta dan pusat segala Allah (QS. 112: 1-4) yang benar, ikhlas, dan kehidupan karena sebelumnya semuanya terjadi penuh ketundukkan sehingga terpancar di dunia ini Tuhanlah yang pertama kali ada. sebagai lbad ar-rahman (QS. 25: 63-77) yang Pusat yang dimaksud disini dalam pengertian ini menjalani kehidupan dengan benar-benar adalah yang dapat memebrikan penghidupan, menjadi mukmin, muslim, mutaqin, dan muhsin kesimbangan, dan kestabilan, yang dapat juga yang paripurna. Selain itu, setiap warga memberi kehidupan dan penghubung dengan Muhammadiyah wajib menjadikan iman (QS. 4: dunia atas. Pandangan orang Jawa yang 136) dan tauhid (QS. 112: 1-4) sebagai diajarkan secara baku seperti slametan, sumber seluruh kegiatan hidup, tidak boleh ngruwat, tirakat dan sesajen. mengingkari keimanan berdasarkan tauhid itu, Keluarga Muhammadiyah, lebih cermat dan tetap menjauhi serta menolak syirk, dan teratur dalam pokok peribadatan Islam takhayul, bid'ah dan khurafat yang menodai seperti sembahyang, puasa, haji, tetapi juga iman dan tauhid Allah. suatu keseluruhan yang kompleks dari 2) Ritual Keyakinan kedermawanan, organisasi sosial dan politik Tradisi keagamaan keluarga Abangan Islam. Sementara itu, berdasarkan partisipasi yang terutama sekali terdiri dari pesta ritualnya, Muhammadiyah lebih beorientasi keupacaraan yang di sebut Slametan, menjalankan ritual yang diajarkan Islam secara kepercayaan yang kompleks dan rumit terhadap baku seperti shalat, puasa, ibadah haji, mengaji. mahluk halus, dan seluruh rangkaian teori dan 3) Hidup ini adalah takdir yang harus dijalani oleh praktik pengobatan, sihir dan magi adalah manusia subvarian pertama dalam sistem keagamaan Dalam pandangan mengenai takdir orang jawa yang umum. Islam abangan lebih antara orang Muhammadiyah yang berpikir berorientasi pada ritual-ritual yang tidak modern dengan orang Islam abangan yang cenderung

38

Surawan. 2019. Pola Internalisasi Nilai Keislaman Keluarga Muhammadiyah dan Islam Abangan

berpikir kolot setidaknya ada lima hal, meskipun secara arti luas agama mendasari yaitu: Pertama, dalam hal hubungan manusia semua kegiatan manusia. dengan Tuhan, seorang muslim kolot Ketiga, terhadap kepercayaan dan cenderung menganut pandangan yang agak upacara pra-Islam yang ada, seorang kolot menyerah kepada nasib yaitu bahwa perjalanan cenderung menerima baik semacam hidup seseorang seluruhnya ditakdirkan oleh kebijaksanaan, sedangkan seorang modernis kehendak Tuhan. Sebaliknya muslim modern berkeras hendak memurnikan agama Islam. menegaskan kebaikan usaha manusia. Kedua, Keempat, seorang kolot cenderung menekankan seorang kolot cenderung menyangkal penghayatan religi, sedangkan seorang perbedaan antara kehidupan sekuler modernis menekankan perilaku religi ke luar (keduniaan) dan kehidupan beragama dan (lahiriah). Kelima, seorang kolot cenderung bersikeras bahwa agama merasuk ke dalam lebih bersikap trandisional dan lebih berpegang semua bagian kehidupan. Sebaliknya seorang pada ajaran dalam menghalalkan amal dan tafsir modernis cenderung berpendapat bahwa agama, sedangkan seorang modernis sedikit banyak kehidupan keduniaan dan menekankan nalar dan alasan praktis untuk kehidupan beragama masing-masing mandiri, menghalalkan tindakan tertentu. 4) Washilah dalam masalah keyakinan meskipun orang shalih tersebut telah Wasilah adalah alat yang memudahkan meninggal. sampainya sesuatu kepada sesuatu yang lain, 5) Mempercayai benda-benda memilik kekuatan atau dengan kata lain yang memungkinkan Magis. tercapainya suatu tujuan. Dalam kehidupan Barangkali untuk jaman sekarang, sehari-hari, manusia hampir tidak pernah lepas musyrik yang besar atau musyrik yang nyata dari yang dimanakan wasilah dengan berbagai misalnya, menyembah pohon, patung, dan lain bentuknya. Menurut pandangan Muhammadiyah sebagainya sudah tidak ada lagi, tapi harus tetap bertawashul kepada orang shalih hanya ketika diwaspadai bahwa kemusyrikan bukan hanya itu masih hidup, namun ketika sudah meninggal saja. Namun apabila benda-benda tersebut orang tersebut tidak dapat dimintai washilah. dianggap mempunyai petuah, menurut paham Karena ketika seseorang telah meninggal maka Muhammadiyah sudah tidak bisa ditoleril. semua amalnya terputus kecuali shadaqah Muhammadiyah mempunyai gerakan anti syirik, jariyah, amal shaleh dan ilmu yang bermanfaat. tahayul dan bid’ah, sehingga percaya bahwa Sedangkan Islam abangan berpendapat suatu benda mempunyai bertawashul dengan orang shalih bisa dilakukan kekuatan ghaib adalah sebuah keris, jimat dan lain sebagainya. Secara umum kesyirikan. benda-benda ghaib, yang memiliki tuah dan Sedangkan Islam Abangan cenderung tuahnya itu dapat dirasakan secara fisik ataupun menyakini bahwa benda-benda seperti akik, secara psikologis oleh manusia. Secara

39

Jurnal Hadratul Madaniyah,Volume 6 Issue II, Desember 2019. Page 35 – 43 p-ISSN:2407-3865, e-ISSN:2655-1993

umum, kualitas dan keampuhan benda-benda Sebagian besar dari masyarakat Jawa ghaib dan jimat dinilai dari tuah/pengaruhnya adalah Jawa Kejawen atau Islam abangan, dalam bagi manusia pemakainya, bukan dinilai dari hal ini mereka tidak menjalani kewajiban- kekuatan/kesaktian sosok ghaib di kewajiban agama Islam secara utuh misalnya dalamnya. Benda-benda tersebut disebut jimat. tidak melakukan sembayang lima waktu, tidak Jimat biasanya berisi ayat al-Qur’an dan tulisan- ke masjid dan ada juga yang tidak berpuasa di tulisan berbahasa Arab lainnya. Tujuannya saat bulan Ramadhan. Upacara pokok dalam adalah agar segala sesuatu berjalan lancar dan agama Jawa tradisional adalah slamatan supaya orang dapat menempuh kehidupan yang (slemetan, kenduri). Tujuan utamanya adalah tentram dan damai. mencari keadaan slamet, dalam artian terhindar b. Bidang Ibadah dari gangguan ganjalan ghaib. Mereka a. Shalat menganggap bahwa semua agama itu baik dengan ungkapan mereka “sedaya agami niku sae” (semua agama itu baik). tertentu (biasanya berkaitan dengan kalender Sedangkan Muhammadiyah memandang Jawa). Hal tersebut dilakukan untuk menaikkan shalat sebagai salah satu bentuk ibadah utama kekuatan dan kemampuan spiritual metafisik yang diperintahkan Allah swt kepada umat mereka dan untuk memperkuat hubungan Islam. Shalat dicanangkan oleh Allah swt untuk mereka dengan saudara kembar ghaib mereka membentuk kepribadian seorang muslim yang yang biasa disebut Sadulur Papat Kalima Pancer. tangguh. Dalam shalat, Allah mengajarkan Macam-macam puasa keluarga Islam abangan disiplin, hidup sabar, bermasyarakat, berdasarkan interview dengan Wignyo Diharjo mengajarkan hidup sehat, hidup bersih lahir dan yaitu puasa mutih, ngeruh, ngebleng, pati geni, batin, menahan dan mengendalikan diri, ngrowot, nganyep, ngidang, ngasrep, senin- berkomunikasi dengan pencipta-Nya. kamis, lelono, topo jejeg, kungkum dan b. Puasa sebagainya Puasa adalah hal yang sangat penting Sedangkan keluarga Muhammadiyah, bagi peningkatan spiritual seseorang. Di dalam melaksanakan puasa sesuai yang diajarkan peradaban/tradisi pendalaman spiritual keluarga Rasulullah. Puasa yang wajib hanya puasa Islam abangan, seorang penghayat kejawen Ramadhan, selain itu biasa melakukan puasa dengan hitungan hari disunahkan, seperti puasa daud, senin- sedekah/zakat yang dilakukan oleh Muhamma- kamis, arafah, puasa syawal, sya’ban dan puasa diyah. Sedekah yang dilakukan pada masyarakat sunah asyura. abangan lebih banyak berupa sesajen atau c. Zakat/sedekah bentuk ritual selametan. Pada setiap upacara Sedekah yang dilakukan oleh keluarga keagamaan yang dilakukan oleh keluarga abangan termasuk besar dibandingkan abangan, harus mengeluarkan biaya yang cukup

40

Surawan. 2019. Pola Internalisasi Nilai Keislaman Keluarga Muhammadiyah dan Islam Abangan

besar. Kegiatan slametan yang diadakan hampir kemudian mengucapkan dongo (doa) dan setiap kesempatan yang mempunyai arti diakhiri dengan makan-makan. upacara seperti kehamilan, kelahiran, Sedangkan keluarga Muhammadiyah, pengkhitanan, perkawinan, kematian, hari raya dengan tegas menolak sajian dan selamatan Islam secara resmi (, muludan), upacara yang sifatnya bukan Islam, karena dua sebab. panen dan lain sebagainya. Jika seseorang ingin Pertama, pembacaan doa oleh mengadakan selamatan, biasanya dilaksanakan membahayakan bagi tauhid dan termasuk pada malam hari dan mengundang tetangga ke perbuatan syirik. Berdoa kepada Allah rumahnya. Sesudah para tamu berkumpul, tuan sebaiknya dilakukan secara langsung, tanpa rumah menyampai-kan maksud dan tujuan, melalui perantara kyai atau orang lain. Kedua, selamatan merupakan beban bagi seseorang atau keluarga. Untuk Selain dalam berbahasa, kasih sayang membiayai upacara semahal itu, orang yang serta rasa hormat yang menunjukan pengakuan bersangkutan terpaksa mengorbankan anggaran orang tua terhadap kecakapan orang muda belajanya, bahkan tidak sedikit yang hutang ke ditunjukkan dengan sikap asah, asih, asuh, sana-kemari. artinya jika orang tua melakukan pendidikan 2. Bidang Kehidupan Sosial (asah) kepada anak, maka orang tua 1) Menjaga kerukunan dan toleransi melakukannya dengan sistem among (asuh) Dalam hal memandang kehidupan sosial yang dilandasi kasih sayang (asih). antara keluarga Muhammadiyah maupun 2) Peduli terhadap sesama keluarga Islam abangan sama. Menurut mereka Kepada tetangga, jangan menyakiti kehidupan sosial adalah sesuatu yang esensial tetangga, bersikap kasih sayang dan lapang dada, dan penting, karena prinsipnya manusia adalah menjauhkan diri dari segala sengketa dan sifat makhluk sosial dan tidak bisa hidup sendiri. tercela, berkunjung dan saling tolong menolong, Tiap-tiap individu selalu menjaga dan berusaha dan melakukan amar ma'ruf nahi munkar meniadakan hal-hal yang mungkin menimbulkan dengan cara yang tepat dan bijaksana. Dalam perselisihan. bertetangga dengan yang berlainan agama juga diajarkan untuk bersikap baik dan adil, mereka berhak memperoleh hak-a. Indoktrinasi hak dan kehormatan sebagai tetangga, memberi Indoktrinasi, yaitu suatu pendekatan yang makanan yang halal dan boleh pula menerima digunakan oleh orang tua dengan maksud untuk makanan dari mereka berupa makanan yang mendoktrinkan atau menanamkan nilai-nilai halal, dan memelihara toleransi sesuai dengan keagamaan dengan unsur memaksa untuk prinsip-prinsip yang diajarkan Agama Islam. laksanakan oleh anak. Orang tua memberikan 2. Pola Internalisasi Nilai di Keluarga aturan mana yang boleh dilakukan dan mana Muhammadiyah dan Islam Abangan yang tidak boleh dilakukan disampaikan secara

41

Jurnal Hadratul Madaniyah,Volume 6 Issue II, Desember 2019. Page 35 – 43 p-ISSN:2407-3865, e-ISSN:2655-1993

tegas, terus menerus dan konsisten. Jika anak dirinya. Orang tua merupakan contoh di mata melanggar maka, anak akan mendapatkan anaknya sehingga disadari atau tidak, anak akan hukuman, akan tetapi bukan berupa hukuman cenderung meniru-niru orang tua seperti cara fisik. berbicara, gerak-gerik dan tingkah lakunya. b. Keteladanan c. Pembiasaan dalam tingkah laku Keteladanan merupakan salah satu faktor Pembiasaan adalah suatu tingkah laku tertentu pendidikan yang penting karena pada diri yang sifatnya otomatis tanpa direncanakan manusia terutama anak-anak kecil, terdapat terlebih dahulu dan berlaku begitu insting untuk meniru orang terdekat dengan tanpa dipikirkan lagi. Dengan pembiasaan berlangsung dalam jangka relatif lama sehingga pendidikan memberikan kesempatan kepada terjadi saling mempengaruhi satu dengan peserta didik terbiasa mengamalkan agamanya, lainnya. Pergaulan merupakan kelanjutan dari baik secara individu di tengah kehidupan proses interaksi sosial yang terjalin antara masyarakat. individu dalam lingkungan sosialnya. Pergaulan 3. Problematika Internalisasi Nilai Keislaman yang tidak tepat akan menjerumuskan a. Pola Asuh Orang Tua seseorang dalam jurang kenistaan dan Keberhasilan keluarga dalam kehancuran. Memang tidaklah mudah memilih menanamkan nilai-nilai kebajikan (karakter) pergaulan yang tepat, sebab kadangkala pada anak sangat tergantung pada jenis pola pergaulan yang negatif justru lebih asuh yang diterapkan orang tua pada anaknya. menyenangkan. Pergaulan semacam ini lebih Orang tua sangat berpengaruh besar dalam mengasyikkan dan sulit menyadari bahwa apa kehidupan anak diantaranya, pembentukan yang dilakukan menyimpang. Untuk itu orang kepribadian anak, memilih agama yang benar tua perlu melakukan pengawasan terhadap sesuai ajaran al-Qur’an, kelangsungan hidup pergaulan anak. anak, dan masa depan anak kelak. c. Kemajuan Teknologi b. Tingkat Pergaulan Anak Semakin berkembangnya media Pergaulan merupakan jalinan hubungan telekomunikasi seperti komputer, handphon sosial antara seseorang dengan orang lain yang dan internet bisa menjadikan anak lupa akan berangkat mengaji anaknya sering mengeluh, hal tugas belajar dan tugas-tugas agama seperti itu yang menurut Bapak M. Badari yang menjadi shalat dan mengaji. Hal ini juga bisa menjadi penghambat dalam membentuk akhlak anaknya, faktor penghambat dalam proses pelaksanaan tetapi ia selalu bersabar dan terus berusaha. bimbingan keagamaan yang dilakukan oleh d. Kesibukan Orang Tua orang tua. Anak lebih sering bermain game dan Sebagai Orang tua harus komputer maka anaknya sering malas belajar memperhatikan segala aktivitas anak di luar dan shalat apalagi jika diperintahkan untuk rumah terutama sepulang sekolah harus segera

42

Surawan. 2019. Pola Internalisasi Nilai Keislaman Keluarga Muhammadiyah dan Islam Abangan

diperhatikan dan dibimbing, jangan biarkan anak Dari hasil kajian yang telah dilakukan bebas melakukan apa saja tanpa adanya oleh peneliti, maka penelitian ini menyimpulkan pengawasan penuh dari orang tua. Oleh karena sebagai berikut: itu, meskipun kesibukan di luar tidak bisa 1. Keberagamaan keluarga Muhammadiyah dan ditinggal tetapi sebagai orang tua harus lebih Abangan pada prinsipnya memiliki kemiripan, mementingkan perhatian bimbingan bukan baik Muhammadiyah maupun abangan, secara hanya mencakup materi saja, karena dengan akidah percaya kepada Tuhan, Allah pencipta pemberian kasih sayang yang tulus dan banyak alam semesta. Hanya pada keluarga Abangan maka perkembangan jiwa anak akan sistem kepercayaan terjadi sinkretisme antara berkembang dengan baik. ajaran Islam dan budaya anismisme, Hindu dan Budha. Pada aktivitas ibadah shalat kebanyakkan D. Kesimpulan 2. keluarga Abangan tidak melaksanakan (IslamBurh an Bungin, Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: KTP), untuk puasa secara keseluruhan sama Putra Grafika, 2011. hanya keluarga Abangan mengenal beberapaMoch. Sochib, Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri, Jakarta: puasa yang tidak pernah diajarkan Rasulullah. Rineka Cipta, 2010. Pada aktivitas sedekah keluarga abangan banyak Luis Ma'loef, Kamus Al-Munjid Fi Al-Lughah, Beirut: Dar Al-masyriq, 1977. melakukan slametan, sedangkan Muhammadiyah

tidak. Untuk masalah bidang sosial baik Muhammadiyah maupun Abangan tidak ada perbedaan. 3. Pola internalisasi nilai keagamaan meliputi materi internalisasi dalam akidah (keimanan), ibadah dan akhlak. Metode yang digunakan dalam proses internalisasi adalah indoktrinisasi, klasifikasi nilai, keteladanan dan pembiasaan tingkah laku. 4. Problematika internalisasi nilai keagamaan meliputi pola asuh orang tua, tingkat pergaulan anak, kemajuan teknologi dan kesibukan orang, sehingga menyebabkan pola komunikasi menjadi terkendala.

Daftar Pustaka

43