TEMA EKSISTENSIALISME DALAM LAGU-LAGU IWAN FALS

Skripsi

Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Theologi Islam ( S.Th.I )

Oleh: Ade Nina Purnama NIM: 1111033100019

PROGRAM STUDI AQIDAH FALSAFAH FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN ) SYARIF HIDAYAHTULLAH 1437 H. / 2016 M. LEMBAR PERSETUJUANPE1\1BIMBING SKRlPSI "TEMA EKSISTENSIALISME DALAM LAGU-LAGU I\\/AN FALS" Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatull ah

·Jakarta Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Strata Satu (S 1)

Oleh :

Ade Nina Pumama N1M. 1111 033 100019

Dosen Pembimbing

Drs. Fakh ddin. MA NIP. 19580714 198703 1 002

PROGRAM STUD! AQIDAH FALSAFAT FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAIVI NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H./2016 M. LE MBAR PERNY ATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ade Nina Purnama NIM : 1111 033 100019 Tempat/Tanggal Lahir : Muara Enim, 4 Juni 1993

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul Terna Eksistensialisme Dalam Lagu­

Lagu Iwan Fals adalah benar-benar asli karya saya yang diajukan untu.k memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, terkecuali kutipan-kutipan yang telah disebutkan sumbernya. Kesalahan dan kekurangan dalam skripsi ini sepenuhnya rnenjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 7 Maret 2016

Ade Nina Pun ama

11 PENGESAHAN PANITIA U.JIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul TEMA EKSISTENSIALISME DALAM LA GU­ LAGU IWAN FALS telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 Maret 20 16. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S 1) pada Program Studi Aqidah dan Filsafat.

Jakarta, 24 Maret 2016

Sidang Munaqasyah,

Ketu a ngkap anggota Sekretaris merangkap anggota

..---­ Dr. Sy~ri. MA Dra.Tien Rahmatin. MA NIP. 19590405 198903 1 003 NIP. 19680803 199403 2 002

'f MA 199703 1 001

111 Pedoman Transliterasi

Arab Inggris Arab Indonesia Inggris

ṭ ṭ ط a a ا ẓ ẓ ظ b b ب ‘ ‘ ع t t ت gh gh غ ts th ث f f ف j j ج q q ق ḥ ḥ ح k k ك kh kh خ l l ل d d د m m م dz dh ذ n n ن r r ر w w و z z ز h h ه s s س , , ء sy sh ش y y ي ṣ ṣ ص h h ة ḍ ḍ ض

Vokal Panjang Arab Indonesia Inggris ā ā أ ī ī إى ū ū أوْ

iv

Abstrak

Iwan Fals dilahirkan di Jakarta, 03 September 1961. Kemudian tumbuh menjadi seorang musisi yang kerap menyuarakan realitas sosial. Lagunya yang kita kenal banyak sekali mendeskripsikan tentang masalah sosial. Sebagai seorang penyanyi dan pengarang lagu, Iwan Fals dapat dikategorikan sebagai musisi yang produktif. Telah banyak lagu yang termuat dalam berbagai ciptaannya. Tetapi, tanpa disadari Iwan Fals juga menciptakan lagu-lagu yang tidak hanya sarat terhadap kritik sosial, sebagai musisi yang memiliki sikap kritis dan sensitif, Iwan Fals juga menggubah lagu-lagu yang berkenaan dengan permasalahan dalam berkehidupan, berkenaan dengan Tuhan dan Agama, dan juga persoalan tentang kematian. Lagu-lagu tersebut masuk ke dalam tema-tema besar falsafat Eksistensialisme. Eksistensialime merupakan cabang falsafat yang membahas tentang manusia. Eksistensialisme ialah sebuah aliran yang digagas pertama kali oleh Kierkegaard seorang filusuf Jerman. Kemudian filsafat ini berkembang dengan nama Eksistensialisme. Tongkat estafet Eksistensialisme berpindah ke filusuf-filusuf setelah Kierkegaard. Apabila kita mengambil kata dasar dari Eksistensialisme akan ditemukan kata eksistensi, dalam hal ini eksistensi memiliki arti yaitu cara manusia berada di dunia ini. Cara berada manusia di sini bukan diartikan sebagai penghayatan akan keberadaan manusia yang substansial karena yang substansial dari manusia ialah materi, eksistensialisme tidak mengulas tentang materi pembentuk manusia, tetapi bagaimana manusia menemukan makna dari cara beradanya manusia. maksudnya ialah, manusia memahami keberadaannya, memahami dirinya, dan menghayati hidupnya. Karena dengan kesemua itu Eksistensialisme menuntut manusia untuk menjadi eksistensi yang otentik, yang mengenali dirinya, dan memiliki passion dalam hidup, serta diakhiri dengan sikap bijak dalam menjalani proses berkehidupan. Eksistensialisme tidak mesti selalu hadir dalam proses pembelajaran, atau selalu diungkap melalui pemahaman teori-teori semata. Ia (Eksistensialisme) juga dapat terjelma dari berbagai karya seni, salah satunya yaitu seni musik, dalam hal ini seni musik yang dimaksud ialah lagu. Terdapat beberapa unsur pembentuk lagu, yaitu nada/melodi, tempo, harmoni, lirik/syair, dan ekspresi/emosi, kesemua unsur ini akan membentuk satu-kesatuan yang indah, sehingga pesan yang ingin coba dicurahkan oleh pencipta lagu pun sampai kepada pendengar dan kemudian dipahami. Karena Eksistensialisme memiliki tema-tema besar yang di mana tema-tema besar itu menjadi satu-kesatuan dalam hidup manusia. manusia tentunya akan berjumpa dengan persoalan-persoalan yang diusung dalam tema-tema Eksistensialisme tersebut. Maka dari itu lagu merupakan sebuah wadah bagi eksistensi untuk mencurahkan segala perasaan yang dirasakan. Dan Iwan Fals menjadikan musik sebagai wadah untuk pengungkapan perasaan itu. Perasaan atas kegelisahan dalam hidupnya, tanggapan dan sikap Iwan mengenai Tuhan dan Agama, kemudian sikap Iwan Fals ketika dihadapkan dengan kematian, dalam hal ini ia dihadapkan dengan kematian anaknya yakni Galang Rambu Anarki. Yang kesemua persoalan itu tertuang dalam lagu-lagu ciptaannya, pengungkapan itu tentunya dapat dilihat dari lirik-lirik lagunya. Dengan memilih musik sebagai jalan hidup, Iwan Fals telah menemukan passion dalam dirinya. Passion ini tentunya salah satu cara untuk menuju eksistensi yang otentik.

v

KATA PENGANTAR

Bismillāhirrahmānirrahīm

Alhamdulillāh segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Tak ada kata yang mampu merefleksikan rasa syukur kepadaNya. Atas bimbingan dan kehendakNya akhirnya penulis sanggup dan mampu menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul TEMA

EKSISTENSIALISME DALAM LAGU-LAGU IWAN FALS.

Salawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Muḥ ammad saw, beserta sahabat, dan keluarganya, nabi yang membawa manusia dari zaman kebodohan menuju zaman kemajuan ilmu pengetahuan. Beliau adalah manusia sempurna yang menjadi teladan dan panutan seluruh manusia hingga akhir zaman.

Skripsi ini penulis susun salah satu tujuannya adalah sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada jurusan Aqidah Filsafat, Fakultas

Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini bukanlah dengan hasil jerih payah penulis sendiri, melainkan karena ada dorongan motivasi serta bantuan baik moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, patut kiranya penulis sampaikan rasa terima kasih danpenghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Syamsuri, MA, selaku Ketua Jurusan Aqidah Filsafat dan Ibu Dra. Tien

Rahmatin, MA, selaku Sekretaris Jurusan Aqidah Filsafat, Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bpk. Drs. Fakhruddin, MA, selaku Dosen Pembimbing penulis, yang telah banyak

memberikan masukan, saran, kritik dan waktu untuk membimbing penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini tanpa bosan. Semoga Allah memberikan kebaikan untuk bpk.

vi

Amin ya Rabbal Alamin.

4. Dosen-dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat yang telah banyak memberikan ilmu dan

motivasi kepada penulis tanpa pamrih selama proses belajar. Serta terima kasih pula

kepada seluruh staf dan karyawan Fakultas Ushuluddin yang tidak bisa disebutkan

namanya satu persatu.

5. Segenap Staf perpustakaan Fakultas Ushuluddin, dan Perpustakaan Umum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memudahkan penulis dalam mencari referensi terbaik

semasa-masa perkuliahan hingga proses penyeleseian skripsi ini.

6. Papaku tercinta Amrullah Hasyim. SH, dan Mamaku tercinta Elda Suryani, mereka berdua

adalah inspirasi terbesar dalam hidup penulis, dan sumber semangat bagi penulis. Terima

kasih untuk segenap kasih sayang, pengorbanan, doa, dan luapan cinta selama ini.

Teruntuk pula adikku Ade Dwi Nurrizqi yang saat ini sedang menjalankan perkuliahan,

terimakasih telah memberikan kasih sayang, semangat, dan tawa canda untuk kakak.

Semoga dilancarkan segala urusannya, dan lulus kuliah tepat waktu. Amin. Perjuangan ini

penulis persembahkan untuk mama, papa, adik, dan keluargaku.

7. Tim Management Iwan Fals di Leuwinanggung (kak Sila, dan kak Devi), terkhusus

kepada mas Iwan Fals yang telah memberikan kesempatan untuk bersedia diwawancarai,

sehingga data wawancara ini memudahkan untuk keperluan skripsi Penulis.

8. Kak Radi Tama Sanjaya, S.Th.I yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing,

memberikan masukan, dan berkonsultasi mengenai skripsi penulis, sehingga penulis

mendapatkan pemahaman yang berkaitan dengan skripsi penulis.

9. Erlan Septian a.k.a my ncot yang selalu setia dan tak pernah lelah mendampingi,

membantu, memberi semangat dalam perjuangan penulisan skripsi ini. Terimakasih atas

canda tawa, wara-wiri nganterin aku untuk keperluan skripsi, dan segala bentuk

pengorbanannya untuk penulis. Semoga segala urusannya dilancarkan, amin. Semangat !!!

vii

11. Teman-teman seperjuangan Aqidah Filsafat angkatan 2011, untuk debat dan diskusi

panjangnya selama ini, tentunya menambah khazanah keilmuan dan membangun daya

kritis penulis.

12. Sahabat-sahabat kosan sarbini yang gokil, Tabinka yang gemar mengganggu saya ketika

mengerjakan skripsi, ayuk ucuk teman satu kamar yang suka teriak-teriak, atte’Beb yang

telah menjadi teman drama selama bertahun-tahun, k wiway yang sudah digeboy mujaer,

Ima yang pulang kerumah mulu, Rizka si hantu yang dikamar mulu, k mandose yang

nonton film mulu, teteh titan yang sangat sangat “dewasa”. Terimakasih banyak gengs

atas segala bentuk kasih sayang kalian selama ini, semoga kita semua sukses. Amin.

13. Teman-teman KKN RAHASIA 2014 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah di

Desa Tanjung Sari, Kecamatan Tanjung Rasa, Kabupaten Bogor.

Akhirnya, penulis berharap agar apa yang telah ditulis dapat bermanfaat bagi semua kalangan pada umumnya dan dapat memperkaya khazanah keilmuan filsafat khususnya.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, walaupun penulis telah berusaha semaksimal mungkin. Kritik dan saran yang sifatnya membangun penulisan skripsi ini sangat diharapkan. Sebagai penutup, penulis berharap semoga Allah selalu membimbing langkah kita menuju jalan yang benar dan lurus. Serta senantiasa diberi keberkahan dan kebahagiaan. Amin ya Rabbal Alamin.

Jakarta, 7 Maret 2016 Penulis,

Ade Nina Purnama

viii DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...... i LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...... ii LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ...... iii PEDOMAN TRANSLITERASI ...... iv ABSTRAK ...... v KATA PENGANTAR ...... vi DAFTAR ISI ...... x

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah ...... 1 B. BatasandanRumusanMasalah ...... 5 C. TujuandanManfaatPenulisan ...... 6 D. TinjauanPustaka ...... 8 E. MetodePenelitian ...... 9 F. SistematikaPenulisan ...... 11

BABII BIOGRAFI IWAN FALS A. Riwayat Hidup Iwan Fals ...... 13 B. Karya-Karya ...... 31

BAB III LAGU DAN EKSISTENSIALISME A. Unsur-Unsur Pembentuk Lagu ...... 34 B. Perkembangan danTeori Eksistensialisme ...... 40 C. Hubungan antara Lagu dan Eksistensialisme ...... 49

BAB IV TEMAEKSISTENSIALISME DALAM LAGU-LAGU IWAN FALS A. Kondisi Sosiologis Masyarakat Indonesia pada Rezim Orde Baru ...... 56 B. Kehidupan ...... 59 C. Tuhan-Agama ...... 76 D. Kematian ...... 93

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...... 103 B. Saran...... 105

DAFTAR PUSTAKA...... 106 SURAT PENGANTAR WAWANCARA ...... 109 SURAT KETERANGAN WAWANCARA...... 110 HASIL WAWANCARA ...... 111

x BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada awalnya manusia mengenal musik melalui cara yang sangat sederhana, di zaman purba manusia sangat mengandalkan alam dan kemudian bakat musiknya terbentuk karena proses manusia terhadap alam. Manusia mengikuti bakat alamiahnya terhadap bebunyian. Musik terbentuk karena proses manusia yang membudidaya dan musik merupakan bagian dari budaya manusia, karena tumbuhdan berkembang bersamaan dengan pertumbuhan dan perkembanganmanusia. Hal tersebut masuk kedalam kelompok aliran

Naturalisme.1 Bagi manusia purba alam memang mempesonakan, tetapi tidak pertama-tama bukan karena dari segi keindahannya, tetapi karena kedahsyatannya, keagungannya, karena alam itu ada.2 Sebagai satu kesatuan dengan eksistensi manusia, musik merupakan karya seni yang berupa pengungkapan ekspresi ataupun maksud dari penciptanya.

Semenjak manusia dilahirkan, sebenarnya ia sudah tidak asing dengan musik. Dibuai oleh nyanyian seorang ibu dan kemudian membuat seorang bayi menjadi tertidur tenang. Sampai seterusnya, sepanjang hidup manusia akan terus bertemu dengan berbagai macam bentuk dan aliran musik di berbagai macam kesempatan dalam setiap zaman, hal tersebut berkenaan dengan sejarah dan

1 Abdul Muhaya, Bersufi Melalui Musik: Sebuah Pembelaan Musik Sufi oleh Ahmad al- Ghazali, Yogyakarta : Gama Media, 2003, h. 26-27. 2 Dick Hartoko, Manusia dan Seni, Yogyakarta : Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI), 1986, h. 21.

1

2

perkembangan musik itu sendiri. Dalam perkembangannya musikpun memiliki berbagai macam fungsi, secara umum yang diketahui bahwa musik berfungsi sebagai media hiburan, media ibadat, atau dikomersilkan. Apapun tujuan dari fungsi musik tersebut, harus disadari bahwa musik merupakan pengejewantahan perasaan dan perenungan manusia, kemudian dikemas sedemikian menarik dan dapat dinikmati. Sebuah karya pada musik adalah lagu, didalamnya tidak hanya terdapat lantunan instrument musik saja tetapi juga terdapat rangkaian kata-kata yang disebut lirik. Sebuah lagu yang tercipta atas dasar representasi pencipta lagu atas perasaan-perasaan yang sedang dirasakannya. Pencipta lagu merupakan

„penyalur‟ dari keindahan-keindahan yang bersifat rohaniah dan spiritual kemudian menggubahnya kedalam karya musik, yang mempunyai kemampuan

„menangkap‟ nilai-nilai keindahan itu, dan menuangkannya kedalam bentuk karya musik yang bagus, sehingga orang lain dapat mengerti dan menikmatinya.3

Begitupun dengan Iwan Fals, dia pencipta lagu yang berbakat dan seorang penyanyi yang memiliki banyak penggemar. Pada awal tapak musiknya

Iwan sangat kental dengan musik yang beraliran country4, dimulai dari lagu-lagu

3 PSM UIN Jakarta, Modul Trapara PSM UIN Jakarta, Jakarta : PSM UIN Jakarta, 2011, h. 39 4 Musik Country adalah campuran dari sejumlah unsur musik Amerika yang berasal dari Amerika Serikat Bagian Selatan dan Pegunungan Appalachia. Musik ini berakar dari lagu rakyat Amerika Utara, musik kelt, musik gospel, dan berkembang sejak tahun 1920-an. Istilah musik country mulai dipakai sekitar tahun 1940-an untuk menggantikan istilah musik hillbilly yang berkesan merendahkan. Pada tahun 1970-an, istilah musik country telah menjadi istilah popular. Pada era 80an, musik Country banyak memepengaruhi musisi-musisi Indonesia seperti Ebiet G. Ade&Iwan Fals dalam irama aransemen mereka, dengan banyaknya suara instrumen seperti harmonika, gitar bass dan biola yang dimainkan dalam lagu-lagu mereka. (Wikipedia Bahasa Indonesia, “Musik Country”, artikel di akses pada 14 Desember 2015 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Musik_country).

3

dialbum pertama, musik beraliran country disuguhkan oleh Iwan.5 Iwan tak ingin terkekang dengan aturan-aturan dalam bermusik atau mempatternkan aliran musiknya, dia hanya ingin benar-benar menikmati suasana dengan apa yang sedang dia nyanyikan, dan membawa pesan dalam lirik lagu tersebut dengan penuh perasaan, karena kekuatan karya Iwan lebih kepada lirik-lirik lagunya.6

Apalagi diketahui bahwa lagu-lagunya tersebut dinikmati oleh khalayak ramai, tentunya Iwan Fals menimbang posisi strategis dari musiktersebut untuk menyebarkan ide-idenya yang dianggap penting. Karena ia sadar bahwa ia tumbuh disaat rezim kekuasaan yang berusaha memberangus kebebasan.7 Lagu-lagunya lebih banyak mendeskripsikan masalah-masalah sosial, seperti kemiskinan, pengangguran, dan penindasan. Lagu-lagunya bukanlah jenis hiburan yang merintih, melainkan membangkitkan kesadaran sosial, mengingatkan hak-hak rakyat, bahkan kadang-kadang menyemburkan kemarahan.8

Tetapi jarang disadari bahwa dari sekian banyak karya Iwan dalam menggubah lagu-lagu bertema kritik sosial, ada pula karya-karya Iwan Fals yang juga menggubah lagu-lagu bertemakan Eksistensialisme. Dalam perjalanan albumnya terlihat perubahan musikal Iwan Fals dalam lagu-lagunya. Perubahan ini mengikuti dari sisi kematangan Iwan Fals, karena manusia terus bertumbuh, dan proses pertumbuhan tersebut mempengaruhi pola pikir dan tindakkan manusia, hal ini merupakan hal yang logis dan dinamis. Dalam perubahan musikal

5 Yudi Noor Hardiyanto, Menelisik Perjalanan Batin Iwan Fals, Yogyakarta : Open Up, 2008, h. 20. 6 Taufik adi susilo, Biografi Iwan Fals,( Yogyakarta: A Plus Book, 2009), h. 68. 7 Taufik adi susilo, Biografi Iwan Fals, h. 5. 8 Soerjono Soekanto,Beberapa Teori tentang Struktur Masyarakat, (Jakarta: CV Rajawali, 1983), h. 16-17

4

dari Iwan tersebut, seperti mengisyaratkan kematangan pribadi Iwan Fals lewat perjalanan batinnya, dan diungkapkannya melalui karyanya. Hal ini memberikan sebuah maksud, bahwa ada sesuatu yang dalam dan bermakna dari hasil perenungannya.9

Perubahan karya Iwan ini terlihat dari lirik-lirik lagunya yang berkaitan dengan tema-tema Eksistensialisme. Eksistensialisme tidak membahas esensi manusia secara abstrak, melainkan secara spesifik meneliti proses kehidupan manusia sebagaimana manusia itu sendiri berada dalam dunianya.

Eksistensialisme hendak mengungkapkan eksistensi manusia sebagaimana yang dialami oleh manusia itu sendiri. Eksistensi mengacu pada sesuatu yang individual, dinamis, dan tidak abstrak.

Ada beberapa tema yang coba dijelaskan oleh para eksistensialis, menurut mereka tema-tema tersebut selalu dialami oleh manusia dan mendasari perilaku manusia.10 Tema-tema tersebut meliputi tentang kehidupan, tema tentang

Tuhan-Agama, dan tema tentang kematian. Tema yang pertama adalah perihal kehidupan, di dalamnya meliputi perasaan kegelisahan yang ia rasakan dalam persinggungannya dengan kehidupan. Tema kedua adalah perihal Tuhan dan agama, dalam bagian ini akan dilihat bagaimana manusia menjalani proses terhadap agama sebagai wadah menuju Tuhan, juga pergulatan manusia terhadap

Tuhan itu sendiri. Tema yang terakhir adalah masalah kematian, perihal kematian pun sejatinya memberi pengaruh pada tema yang pertama dan kedua, sehingga pada dua tema sebelumnya, jejaknya bisa ditemukan meskipun bagiannya belum

9 Taufik adi susilo, Biografi Iwan Fals,( Yogyakarta: A Plus Book, 2009), h.74-75. 10 Zainal Abidin, Filsafat Manusia, : PT. Remaja Rosdakarya, 2014, h. 33-34

5

dibicarakan secara mendalam pada kedua tema sebelumnya.11 Tema-tema

Eksistensialisme akan dijelaskan lebih rinci pada bab pembahasan.

Lagu-lagu yang akan dibahas pada skripsi ini ialah lagu yang berkenaan dengan tema Eksistensialisme. Dilihat dari lirik-lirik lagu-lagu Iwan Fals yang merepresentasikan perasaan “Aku” terhadap kehidupan, “Aku” terhadap kematian, dan “Aku” terhadap Tuhan yang direfleksikannya kedalam lagu. Hal ini memunculkan ketertarikan penulis untuk mengkaji mengenai Iwan Fals melalui karyanya. Itulah kiranya menurut penulis, gejolak jiwa Iwan Fals tidak hanya dituangkan kedalam lagu-lagu yang bertema kritik sosial saja tetapi penulis ingin mengangkat sesuatu yang unik, yang berbeda dari yang sudah biasa dalamkarya- karya, yakni lagu-lagu Iwan Fals yang termasuk dalam tema-tema besar pada aliran Eksistensialisme.

Melalui pandangan tersebut penulis berusaha meneliti tentang tema-tema

Eksistensialisme yang terdapat dalam lagu-lagu Iwan Fals. Ini karena

Eksistensialisme yang terdapat dalam lagu-lagu Iwan Fals merupakan salah satu bentuk pengejawantahan filosofis yang perlu untuk diketahui dan diteliti. Penulis bermaksud menulis skripsi dengan judul: “TEMA EKSISTENSIALISME

DALAM LAGU-LAGU IWAN FALS”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Lagu-lagu Iwan Fals pada umumnya lebih banyak menyuguhkan lagu- lagu yang isi liriknya mengkritik sosial, salah satu contoh lagunya ialah “Wakil

11 Radi Aditama Sanjaya, Skripsi : EksistensialismeChairil Anwar Dalam Sajak sajak Aku ini Binatang Jalang, Fakultas Ushuluddin, Program Studi Aqidahd an Filsafat, UIN-Jakarta, 2014, h. 39-40.

6

Rakyat”. Kemudian Iwan Fals juga menciptakan lagu-lagu bernuansa percintaan seperti contoh lagu “Kemesraan”. Kemudian lagu-lagu yang membahas sebuah tragedi besar, dan bencana alam. Tidak hanya itu, Iwan Fals juga menciptakan lagu-lagu yang berkenaan dengan Eksistensialisme. Penulis membatasi penelitian ini kepada lagu-lagu Iwan Fals yang menyoroti tentang kehidupan, Tuhan-Agama, dan kematian dengan perspektif Eksistensialisme. Berikut lagu-lagu yang termasuk kedalam tema-tema Eksistensialisme :

Tema–tema Eksistensialisme No Kehidupan Tuhan - Agama Kematian

1. Gelisah Tuhan Tolong Dengar Hadapi Saja

2. Makna Hidup 8.8 mm Dalam KuasaMu Lagu Pemanjat

3. Di Ujung Abad Do‟a Ikan-ikan

4. Api Unggun Ya Allah Kami Satu-satu

5. Mencari Kata-kata Malam Sunyi

6. Lagu Satu

7. Lekaslah Sembuh

Dari uraian di atas, terdapat satu perumusan masalah yakni, bagaimanakah tema-tema Eksistensialisme yang tergambar dalam lagu-lagu Iwan

Fals ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

7

1. Melacak jejak-jejak Eksistensialisme dalam lagu-lagu Iwan Fals

yang menyoroti tentang kehidupan, Tuhan-Agama, dan kematian.

2. Merupakan tugas akhir dan syarat kelulusan bagi saya pada

program studi Aqidah dan Filsafat, Fakultas Ushuluddin, UIN

Syarif Hidayahtullah Jakarta.

Sedangkan manfaat penelitian ini :

1. Diharapkan mampu memberi sumbangan pemikiran dalam dunia

keilmuan. Dalam hal ini berkaitan dengan tema-tema

Eksistensialisme.

a. Kehidupan : Dalam berkehidupan kita sangat membutuhkan

sebuah pembelajran dan pengalaman, karena dalam hidup kita

akan menemukan persoalan-persoalan, apabila kita

memahami persoalan hidup melihat dari tema kehidupan pada

Eksistensialisme, maka kita akan senantiasa memungkinkan

kita untuk menghayati dan lebih bijak dalam menjalani hidup.

b. Tuhan dan Agama : Sebagai Eksistensi yang terikat atau Teis

hendaklah kita mengerti akan keilahan manusia dan tidak

berdayanya manusia, kita sebagai manusia hendaklah

menyadari Dzat yang tentunya lebih kuat dari manusia, maka

dari itu dengan memahami tema Tuhan-Agama pada

Eksistensialisme kita memungkinkan untuk menjadi manusia

yang berusaha terus menjalankan kebaikan yang telah

diajarkan dalam agama dan menerapkan sifat-sifat Tuhan.

8

c. Kematian : Dalam menghadapi peristiwa kematian biasanya

akan menemukan situasi tidak senang dan tidak menerima,

apalagi kita menghadapi kematian dari orang-orang terkasih.

Jika kita memahami peristiwa kematian pada tema Kematian

dalam Eksistensialisme, perasaan kekurangsenangan dalam

mengahadapi peristiwa kematian mungkin tidak sampai

membuat kita tidak bergairah untuk melanjutkan hidup.

Karena pada kenyataannya hidup akan terus berjalan. Kita

sebagai eksistensi yang menuju eksistensi otentik dituntut

untuk tetap bijak dalam menghadapi proses berkehidupan dan

juga bijak dalam peristiwa kematian.

D. Tinjauan Pustaka

Sejauh yang penulis telusuri, belum ada skripsi, buku, atau tulisan yang membahas mengenai Tema Eksistensialisme dalam lagu-lagu Iwan Fals sebagaimana yang penulis lakukan di dalam skripsi ini. Tulisan yang penulis temukan antara lain :

Pertama, skripsi yang ditulis oleh Hairul Muhtadi “Kemampuan menulis puisi melalui media lagu Iwan Fals siswa VIII MTS Pelabuhanratu Tahun 2012-

2013”.12 Dalam skripsi ini Hairul Muhtadi hanya mencoba menggunakan media

12 Hairul Muhtadi, “Kemampuan Menulis Puisi Melalui Media Lagu Iwan Fals Siswa Kelas VIII MTS PelabuhanratuTahun Pelajaran 2012-2013”, (Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayahtullah Jakarta, 2012).

9

lagu Iwan Fals sebagai terobosan untuk menjadikan pembelajaran puisi lebih menarik terhadap siswa.

Kedua, skripsi yang ditulis oleh Jahrudin “Kritik pembangunan lagu

Iwan Fals dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMA

Kelas XII”.13 Dalam skripsi ini Jahrudin hendak mendeskripsikan kritik pembangunan pada teks lagu Iwan Fals yang bertujuan agar siswa memperoleh pesan yang disampaikan oleh pencipta lagu, kemudian hal tersebut dapat diaplikasikan pada siswa SMA kelas XII dalam menulis essai dan kritik sastra.

Ketiga, buku yang ditulis oleh Taufik Adi yang berjudul “Biografi Iwan

Fals”.14 Dalam buku ini hanya mengungkapkan perjalanan hidup Iwan Fals, dimulai dari masa kecil, dewasa, perjalanan karirnya, dan karya-karyanya.

Keempat, buku yang ditulis oleh Yudi Noor Hadiyanto yang berjudul

“Menelisik Perjalanan Batin Iwan Fals”.15 Dalam buku ini menjelaskan biografi

Iwan Fals, kemudian Yudi Noor hendak menjelaskan pribadi Iwan Fals melalui lagu-lagu yang ia gubah, baik itu lagu yang bertemakan tentang kritik sosial, agama, maupun percintaan.

Kelima, majalah yang ditulis oleh redaksi Hai Klip yang berjudul “Iwan

Fals”.16 Pada majalah ini hanya mengupas proses Iwan Fals dalam perjalanan hidupnya, dan perjalanan karirnya. Ditulis pula karya-karya Iwan Fals dalam majalah ini.

13 Jahrudin, “Kritik pembangunan lagu Iwan Fals dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Kelas XII”. (Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayahtullah Jakarta, 2015). 14 Taufik Adi Susilo, 2009, Biografi Iwan Fals, A Plus Books, Yogyakarta. 15 Yudi Noor Hadiyanto, 2008, Menelisik Perjalanan Batin Iwan Fals, Open Up, Yogyakarta. 16 Majalah Hai Klip, 2002, Iwan Fals, Redaksi Majalah Hai Klip, Jakarta.

10

Dari tinjauan pustaka diatas Penulis tidak menemukan kesamaan isi skripsi atau tulisan, dan dari tulisan-tulisan tersebut penulis juga tidak menemukan tulisan yang secara spesifik membahas lagu-lagu Iwan Fals pada tema Eksistensialisme. Hanya saja tulisan-tulisan tersebut menggunakan lagu-lagu

Iwan Fals sebagai bahan penelitian serta membahas kisah hidup Iwan Fals.

E. Metode Penelitian

Penulis menggunakan teknik kajian pustaka (library research) dan menggunakan teknik penelitian lapangan, yakni berupa wawancara. Teknik ini dilakukan dengan menggunakan data-data terkait permasalahan yang dibahas di dalam skripsi ini melalui berbagai literatur, baik primer maupun sekunder.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan analistis.

Deskriptif digunakan agar mampu memahami dan memberikan gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang terkait dengan skripsi ini. Sementara analitis dipakai agar penulis dapat menyusun skripsi ini dalam bentuk yang sistematis sehingga mengena pada inti permasalahan. Metode analitis juga dipakai dalam pemilihan lagu-lagu yang hendak dimasukkan kedalam bab pembahasan yakni lagu-lagu yang termasuk kedalam tema Eksistensialisme. Hal tersebut bertujuan untuk memperoleh data primer dan sekunder. Berikut data primer dan sekunder, diantaranya :

1. Sumber primer : dari lagu-lagu Iwan Fals, terutama lagu-lagu

berkenaan dengan tema-tema Eksistensialisme.

11

2. Sumber sekunder : meliputi karya-karya yang menyangkut Iwan

Fals, bacaan yang berkenaan dengan Eksistensialisme, hasil

wawancara, dan sumber-sumber lainnya yang memiliki kaitan

dengan pokok permasalahan.

Metode ini terdapat dua tahap :

1. Tahap Pengumpulan Data

Peneliti dalam tahapan ini berusaha menyeleksi data-data yang

relevan yang berhubungan dengan Eksistensialisme, buku-buku

mengenai Iwan Fals, dan dari karya-karya dari Iwan Fals.

2. Tahap Analisis Data

Tahap berikutnya adalah mengolah data dengan menggunakan

metode analisis, yang dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan

ilmiah dengan mengadakan perincian terhadap obyek yang diteliti dan

menggabungkan beberapa pengertian, diharapkan akan didapatkan

pengetahuan baru untuk sebuah pemahaman.17

Adapun panduan penulisan skripsi ini berdasarkan pada Pedoman

Akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif HIdayahtulah Jakarta

tahun 2011 / 2012, yang diterbitkan oleh Biro Administrasi Akademik

dan Kemahasiswaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif HIdayatullah

Jakarta.

F. Sistematika Penulisan

17.Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, PT. (Jakarta: Raja Grafindo Persada 1997), hlm. 39-62.

12

Skripsi ini terdiri dari lima bab, yakni:

BAB I merupakan bab pendahuluan, pada bab ini akan membahas mengenai latar belakang masalah dan rumusan masalah. Pada bab ini juga akan dikemukakan apa yang melatarbelakangi penulis untuk mengangkat judul ini.

BAB II akan membahas tentang biografi dari Virgiawan Listanto atau yang lebih dikenal dengan panggilan Iwan Fals. Dalam bab ini juga akan dikemukakan tentang riwayat hidup Iwan Fals, rekam jejak perjalanan karir, dan karya-karyanya.

BAB III akan membahas mengenai penjelasan mengenai lagu, menjelaskan tentang unsur-unsur pembentuk lagu, dan juga akan dijelaskan mengenai teori Eksistensialisme dan perkembangannya, serta penjelasan tentang hubungan antara lagu dan Eksistensialisme. Hal-hal tersebut akan dijelaskan secara terperinci sebagai bahan acuan dalam menganalisis pada bab IV.

BAB IV akan membahas tentang lagu-lagu yang berkaitan pada tema- tema penting dalam kajian Eksistensialisme, dalam hal ini yakni merupakatan refleksi lagu-lagu Iwan Fals terhadap tema Kehidupan, Tuhan-Agama, dan

Kematian.

BAB V merupakan bab penutup, pada bab ini akan dikemukakan kesimpulan dalam penelitian ini dengan menjawab rumusan masalah yang telah diajukan terkait dengan Tema Eksistensialisme dalam lagu-lagu Iwan Fals.

13

BAB II BIOGRAFI IWAN FALS

Dikenal dengan seorang yang kritis, selenge’an, pola hidup yang sering dirasa tak beraturan, dan seorang yang „menggauli‟ seni. Dialah Iwan Fals, seninam sederhana dan kharismatik.1 Pembuktian dari kegiatan seninya hingga sekarangpun masih didengungkan oleh pencinta Iwan Fals. Hal tersebut memperlihatkan keseriusannya dalam bermusik, dan bermusik telah menjadi passion bagi dirinya, penemuan jati diri yang akan membawa kepada keotentikkan dirinya. Kepandaian Iwan Fals dalam meramu nada dan merangkai kata-kata kritis serta dalam, tak berlebihan jika hal tersebut memang bisa menghipnotis ribuan pasang mata dan menggetarkan jiwa saat Iwan mengalunkan gitar dan menyenandungkan suaranya. Iwan Fals, seorang musisi yang eksistensinya masih ada sampai saat ini.

A. Riwayat Hidup Iwan Fals 1. Kehidupan Masa Kecil Hingga Remaja

Tanto, nama itu ialah nama yang melekat pada masa kecil Iwan Fals.

Virgiawan Listanto nama lengkapnya yang lahir di Jakarta pada 3 september

1963, merupakan anak kelima dari sembilan bersaudara. Haryoso demikian nama ayah Iwan Fals yang lahir pada 19 agustus 1923, di Nganjuk Jawa Timur.

Ayahnya merupakan seorang tentara dengan pangkat terakhir yakni kolonel yang

1Taufik Adi Susilo, Biografi Iwan Fals,( Yogyakarta: A Plus Book, 2009 ), h. 5 13

14

berasal dari Blitar. Ibunya Lies Sudiyah lahir pada 24 Juni 1940, berasal dari Solo,

Jawa Tengah. Sang ibu merupakan perempuan keturunan Arab dari marga Abdat.2

Ayah Iwan Fals berprofesi bukan sebagai seniman melainkan seorang prajurit negara yang tentu terkenal dengan adat keras dan disiplinnya, lalu bagaimana Iwan Fals kecil yang akrab dipanggil Tanto ini memulai bakat seninya yang sudah dirasakannya sejak kecil ?

Semasa kecil, Iwan selalu ikut ke mana pun ibunya pergi, sebaliknya, sang ibu sering ikut bersama Iwan, dari mulai sekolah hingga kegiatan-kegiatan di luar sekolah. Ibu Lies merupakan seorang pimpinan Yayasan Yatim Piatu.

Sebagai anak pimpinan Yayasan, kehidupannya pun pada akhirnya tidak jauh dari persoalan yang mendidiknya untuk memiliki kepekaan sosial yang tinggi seiring dengan seringnya ia bergaul dengan anak-anak panti.

Anak-anak panti melebur menjadi satu keluarga. Tanto kecilpun memposisikan diri sebagai saudara dan kakak bagi mereka, tanpa membedakan antara satu dengan yang lainnya. Inilah yang menyebabkan Tanto belajar rasa tanggung jawab terhadap anak-anak asuh ibunya. Masa kecil Tanto tidak seperti anak kecil kebanyakan. Setiap mendengar „adzan dia menangis. Tangisannya unik dan aneh. Saat menyaksikan berita di Televisi yang memberitakan ada orang sukses, kemudian menerima penghargaan atas prestasinya, ia juga menangis.

Melihat seorang ibu menunjukkan cinta kasihnya kepada anaknya pun, juga mengundang emosi yang berakhir pada tetesan air mata. Dari kejadian itu ia telah memperlihatkan kepekaan dirinya sedari masih kecil. Menginjak umur 6 tahun,

2 Taufik Adi Susilo, Biografi Iwan Fals,( Yogyakarta: A Plus Book, 2009), h. 22-23. 15

kepribadiannya sudah mulai terbentuk, hal ini tentunya tak lepas dari peran sang ibu yang telah memperkenalkan Iwan Fals kepada anak-anak panti dan semabari mengajari Iwan tentang kebaikan-kebaikan terhadap sesama.

Selepas dari Sekolah Dasar (SD), Iwan Kemudian kembali ke Jakarta dan otomatis ia pindah sekolah. Setelah itu Iwan pindah ke kota Jeddah (Arab Saudi) dia ikut saudaranya di Jeddah, di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) selama 8 bulan. Di Arab Saudi, satu-satunya yang bisa menghiburnya hanyalah gitar yang ia bawa dari Indonesia. Saat itu ada dua lagu yang selalu dimainkannya, yaitu Sepasang Mata Bola, dan Waiya. Dalam perjalanan pulang ke Indonesia di pesawat itulah, ada peristiwa yang selalu di kenangnya. Peristiwa yang membuat pengetahuannya tentang musik semakin bertambah. Bermula dari keheranan salah seorang pramugari yang melihat seorang anak remaja membawa gitar. Kemudian berlanjut pada kebaikkan pramugrari tersebut, yang mengajarkannya sebuah tembang karya Bob Dylan yang berjudul Blowin’ in the

Wind. Meskipun pada saat itu gitar Iwan bernada sumbang karena Iwan belum paham bagaimana cara menyetem gitar.3

Dalam usia 11 tahun, sepulang dari Jedaah, Iwan menetap di jakarta tapi tidak lama, kemudian ia hijrah ke Yogyakarta, lalu pada akhirnya Iwan pindah ke

Bandung, karena ada dua orang kakaknya yang tinggal di sana. Dia lalu bersekolah di SMP 5 Bandung, tapi dia memilih kos. Dia mulai mencoba hidup mandiri, meskipun masih mendapatkan kiriman uang dari kedua orang tuanya.4

Dalam pergaulan sehari-hari, Iwan tidak memilih-milih dan membeda-bedakan

3 Yudi Noor Hardiyanto, Menelisik Perjalanan Batin Iwan Fals, ( Yogyakarta : Open Up, 2008 ), h. 18-20. 4 Taufik Adi Susilo, Biografi Iwan Fals,( Yogyakarta: A Plus Book, 2009), h. 23. 16

teman. Mulai nongkrong, main sepak bola, sampai ngebolang naik kereta api beramai-ramai pun pernah ia lakukan. Bahkan ia sering pergi sampai berhari-hari, dan mengamen tentunya, hanya untuk menuruti kata hatinya dalam bergaul dengan teman-temannya. Pada masa ini dia sudah mulai memainkan gitar walaupun belum mahir.

Saya belajar main gitar dari teman-teman nongkrong. Kalau mereka main gitar, saya suka memerhatikan. Tapi mau nanya malu. Suatu hari saya nekad memainkan gitar itu. Tapi malah senarnya putus. Saya pun dimarahi. Sejak itulah gitar seperti terekam kuat dalam ingatan saya. Kejadian itu begitu membekas dalam ingatan saya.5

Ia lebih mengenal musik terutama “Gitar Cibinong” melalui teman- temannya. Kalau dulu anak-anak sebayanya mulai mengocok gitar dengan akord- akord dangdut, rock sampai jazz yang sangat jelimet musiknya, jemari-jemarinya belum bisa memainkannya dengan baik. Namun akhirnya Iwan Fals kemudian belajar dan bisa memainkannya. Mulai dari lagu-lagu dari Rolling Stones, Agnie,

Rubby Tuesday atau Jumping Jack Flash-nya Jagger.6

Iwan beranjak remaja dan bergaul bersama anak-anak dari berbagai kalangan. Setelah merasa bisa mencipta lagu dan membuat orang tertawa, maka dia memberanikan diri untuk mengamen. Meskipun orang tuanya termasuk orang yang berkecukupan, tetapi Iwan tidak ingin menjadikan dirinya manja. Dia ingin menjadi anak yang tumbuh mandiri dan terus mengikuti kata hatinya.7

5 “Iwan Fals menurut Iwan fals”, dariwww.iwan-fals.blogspot.co.id, diakses pada 5 november 2015. 6 Yudi Noor Hardiyanto, Menelisik Perjalanan Batin Iwan Fals, ( Yogyakarta : Open Up, 2008 ), h. 20-21. 7 Taufik Adi Susilo, Biografi Iwan Fals, ( Yogyakarta: A Plus Book, 2009), h. 27. 17

Mengenai embel-embel “Fals” di belakang namanya yang dikenal hingga kini itu, bagaimana kisahnya? berawal dari Tanto kecil yang saat bernyanyi terdengar fals atau tidak pas dengan notasi serta akord musik yang dilantunkan.

Julukan fals tersebut pertama kali di ucapkan oleh Engkus, tukang bengkel sepeda motor. Namun julukan itu akhirnya malah membawa keberuntungan (hoki) bagi dia pada waktu SMP di Bandung dan menjadi “gelar resmi” sampai saat ini.8

Ada dulu teman yang buka bengkel motor. Engkus namanya. Dia jadi manajer-manajeran saya gitu. Kalau ada yang datang ke Bengkelnya dia suka nguping, dimana ada yang kawinan. „Oh ini di Pagarsih ada yang kawinan.‟ Terus dia ngomong ke saya. Kita main yuk. Saya suka bawain lagu-lagu kocak dan becanda yang dirusak-rusakin. Dia bilang, “Ahh, iyeu budak fales oge yieh…” (Red: anak ini fales juga nih ternyata) Dari sejak itu dipakai nama Iwan Fals terus. Terus dia yang promosin „Iwan Fals dari Dago‟. Saya mau nambahin soal Fals tadi. Dia memang yang mencetuskan nama itu. Tapi saya setuju karena nama itu melindungi saya. Kan saya ingin tampil bagus nggak ingin jelek. Kalau mau nama Iwan Bagus sementara saya jelek ya gimana? Makanya saya pakai Fals kalau ternyata saya fales ya saya tenang, karena memang namanya Fals. Jadi kalau salah atau fales-fales dikit ya maklum. Berangkatnya dari situ. Karena saya nggak yakin waktu itu dengan diri saya sendiri. Di gitar saya waktu itu Yamaha ditempelin pake lakban. Waktu itu masih FALES. Belum FALS. Jadi pernah juga pakai nama PALES juga hahaha. Saya males ngikutin gimana terus sampai Musica ngusulin nama FALS.9

Bagaimana tapak jejak perjalanan karir Iwan yang katanya sudah dimulai sedari ia remaja? Bakat Iwan Fals dalam membuat lagu sebenarnya sudah terlihat saat ia masih SMP, pada saat itu lagu pertamanya terinspirasi dari kejadian di kelasnya, yakni tragedi seorang guru yang menghukum seorang anak gadis seusianya pada saat itu karena memakai gincu. Hal tersebut bertentangan dengan

8 Yudi Noor Hardiyanto, Menelisik Perjalanan Batin Iwan Fals, ( Yogyakarta : Open Up, 2008 ), h.21. 9 Adib Hidayat, Iwan Fals, The Interview, Redaksi Majalah Rolling Stone, Edisi #15, 2007, Jakarta. 18

hati Iwan Fals, ia ingin berontak tapi dia tidak memiliki keberanian untuk melawan guru tersebut. Maka dari itu ia tuangkan saja kisahnya itu menjadi sebuah bait-bait lagu, lagu tersebut ia beri judul “Aku dan Sekolah”. Lagu tersebut sekaligus menjadi karya pertama Iwan Fals.10

Karirnya di awali dari seringnya Iwan Fals mengisi acara dalam acara hajatan-hajatan, kemudian ia semakin dikenal. Iwan fals sering di undang ke acara-acara kampus ITB (Institut Tekhnologi Bandung). Dengan bermodalkan membaca koran, dan sedikit pengetahuan tentang peristiwa yang sedang hangat,

Iwan kecil melancarkan aksinya dengan nyanyian-nyanyian spontan dan kritis.

Iwan Fals berhasil merenggut perhatian mahasiswa ITB, Iwan pun diajak rekaman di radio kampus ITB yang bernama 8 EH. Di sana Iwan biasa di suruh menyanyikan lagu-lagu spontannya. Imbalan nasi bungkus yang didapatkannya tidak membuat semangat Iwan hilang. Karena dia yakin apa yang dilakukannya adalah sekedar untuk membuat orang-orang senang.11

Setamatnya dari SMPN V Bandung, Iwan melanjutkan sekolahnya di

SMAK BPK Bandung. Studinya di SMA ini tidak berjalan normal, karena dia selalu berpindah-pindah sekolah. Bukan karena mengikuti dinas ayahnya yang sering pindah kota atau faktor keluarga lainnya. Tetapi disebabkan oleh kebadungannya sendiri.12 Pernah kejadian saat ia mengamen di Bandung ia pernah disiram kopi panas, tapi dia tak gentar karena ia menganggap hal itu adalah resiko. Iwan mengawali karir musiknya ketika ada seoseorang dari Jakarta

10 Taufik Adi Susilo, Biografi Iwan Fals,( Yogyakarta: A Plus Book, 2009), h. 24-25. 11 Hai Klip, 2002, Iwan Fals, Redaksi Majalah Hai Klip, Edisi #5, Jakarta, h. 5. 12 Yudi Noor Hardiyanto, Menelisik Perjalanan Batin Iwan Fals, ( Yogyakarta : Open Up, 2008 ), h. 23. 19

yang sengaja datang kebandung untuk mencarinya. Iwan yang waktu itu masih sekolah di SMAK BPK Bandung, diajak ke Jakarta. Akhirnya Iwan pun memilih berangkat, walaupun dengan modal sedikit uang hasil penjualan kendaraannya dan juga mendapat dukungan dari teman-temannya untuk berangkat.

2. Masa Kedewasaan

Bagaimana ia menjalani masa kedewasaannya bersama aktifitas seninya itu dan dengan gelora mudanya? Mengapa Iwan memilih berkarya ke ibu kota dan dengan perbekalan seadanya? Keberangkatan Iwan dan temannya ke Jakarta mengawali permulaan perjalanan pra-dewasanya. Pada akhirnya Iwan berangkat bersama Totok Gunarto, Helmi, dan Bambang Bule. Mereka pun membentuk sebuah band bernama Amburadul. Sebelum berangkat, Iwan menjual sepeda motornya untuk membuat master rekaman.13 Bersama grup ini, ia menjajal kontes musik humor yang diprakarsai LHI (Lembaga Humor Indonesia) pada tahun 1979 dan meraih juara pertama. Hadiah dari prestasinya itu adalah jalan Iwan menuju ke dapur rekaman. Lagu-lagu Amburadul direkam dalam pita kaset yang berjudul

Kumpulan Lagu-lagu Humor. Selama kurun waktu 1978 sampai 1980, ia mulai sibuk. Ada 4 proyek yang dijalani Iwan bersama teman satu bandnya itu. Setelah

Kumpulan Lagu-lagu Humor, Amburadul tampil dalam kaset lawak Yang Muda

Yang Bercanda, Canda Dalam Ronda, serta Canda Dalam Nada.Akhirnya tawaran untuk bermusik yang lebih serius menghampiri band ini, pada tahu 1979,

13 Taufik Adi Susilo, Biografi Iwan Fals,( Yogyakarta: A Plus Book, 2009), h. 29. 20

Amburadul melahirkan album “Perjalanan” dibawah bendera Istana Records. Hits dalam album ini adalah lagu yang berjudul Perjalanan.14

Pentas demi pentas pun dilewati, meski masih kecil-kecilan. Prinsipnya, dapat bermanfaat bagi orang lain. Saat mengadakan pentas di kampus Institut

Kesenian Jakarta (IKJ) Jakarta Selatan, yang memang Iwan merupakan seorang mahasiswa disana, sebelumnya Iwan merupakan mahasiswa di Sekolah Tinggi

Publisistik (STP) Jakarta kemudian ia pindah ke IKJ.15 Kisah percintaan Iwan dimulai di kampus keduanya itu, Iwan bertemu dengan seorang wanita yang memiliki nama lengkap Rosana dan kerap di panggil Yos. Kemudian mereka menjalin kedekatan, menjalani hari-hari bersama. Kemudian Yos melihat kegigihan dari Iwan, dan dia terkesima dengan hal itu. Karena kegigihan itulah

Rosana akhirnya menjalin cinta dengan Iwan. Walaupun kelihatannya Iwan agak cuek di luar, Rosana tetap menyayanginya hingga detik ini. Kalaupun ia mempunyai sisi yang lemah, hal itu merupakan hal yang manusiawi baginya.

Setelah dua tahun pacaran, tepat pada tahun 1981 di usianya yang ke-20 Iwan mengakhiri masa lajangnya, mereka melanjutkan hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius, yakni jenjang pernikahan. Rosana juga tidak mengira bahwa suaminya kelak akan menjadi seorang penyanyi terkenal, memiliki penggemar banyak dan fans fanatik.16

Waktu itu saya sempat ngambil kuliah jurusan Seni Rupa juga di IKJ (namanya saat itu masih LPKJ). Saya kuliah di LPKJ dalam rangka mengambil dia dari sarang penyamun. Saya kuliah dua kali saat itu. Pas

14 Hai Klip, 2002, Iwan Fals, Redaksi Majalah Hai Klip, Edisi #5, Jakarta, h. 6. 15 Taufik Adi Susilo, Biografi Iwan Fals,( Yogyakarta: A Plus Book, 2009), h. 33 16 Yudi Noor Hardiyanto, Menelisik Perjalanan Batin Iwan Fals, ( Yogyakarta : Open Up, 2008 ), h. 26. 21

sudah berhasil mendapatkan dia ya sudah, saya keluar nggak sampai lulus. Misi sudah tercapai hahaha.17

Baru pada tahun 1981 Iwan direkrut Musica Records untuk menandatangani kontrak. Ia pun setuju untuk menyanggupi tuntutan kontrak yang menyebutkan harus siap mengeluarkan album setahun dua kali. Dari Musica

Records inilah lahirnya album Sarjana Muda yang terkenal berkat tembang

Oemar Bakri, yang terjual sekitar 200 ribu kopi menurut versi Musica waktu itu.18

Ditengah sukses album “Sarjana Muda”, Rosana, istrinya melahirkan anak pertama pada 1 januari 1982 di Jakarta. Bayi mungil laki-laki yang tampan itu diberi nama Galang Rambu Anarki. Sebuah lagu berjudul Galang Rambu Anarki pun dirilis. Lagu ini kemudian menjadi hits lagu di album selanjutnya.19 Lagu tersebut tercipta karena perasaan Iwan Fals yang campur aduk pasca kelahiran

Galang, ini adalah pertama kali baginya merasakan dirinya menjadi seorang ayah, perasaan itu dituangkannya kedalam lagu tersebut. Lagu ini dimasukkan dalam album Opini (1982).20 Dua tahun berselang setelah meluncurkan tiga album yaitu album “Sumbang”, “Sugali”, dan album “Barang antik”, kemudian Iwan Fals merilis album “Sore Tugu Pancoran” yang beredar pada tahun 1985. Album ini merupakan album pertama Iwan Fals yang dilengkapi dengan video klip dan melibatkan anaknya Galang yang diangkat kedalam film berjudul damai kami sepanjang hari yang disutradarai oleh Sopan Sophiaan. Disela-sela peluncuran

17 Adib Hidayat, Iwan Fals, The Rolling Stone Interview, Redaksi Majalah Rolling Stone, Edisi #15, 2007, Jakarta. 18 Hai Klip, 2002, Iwan Fals, Redaksi Majalah Hai Klip, Edisi #5, Jakarta, h. 6. 19 Yudi Noor Hardiyanto, Menelisik Perjalanan Batin Iwan Fals, ( Yogyakarta : Open Up, 2008 ), h. 27. 20 Taufik Adi Susilo, Biografi Iwan Fals,( Yogyakarta: A Plus Book, 2009), h. 43. 22

album dan pembuat film tersebut tersebut, pada 3 Januari 1985, lahirlah anak kedua Iwan dengan berat 4,6 kg yang diberi nama Annisa Cikal Rambu Bassae.21

Musik Iwan mulai bernuansa rock ketika dia menggandeng Ian Antono, gitaris God Bless, untuk membantu penggarapan pada album “Ethiopia” pada tahun 1986. Ian berhasil menerjemahkan pekikkan Iwan Fals lewat musik yang berbalut Rock.22 Saat Iwan baru gencar-gencarnya mengeluarkan album ditahun itu, Anto Baret, komunitas penyanyi jalanan di Jakarta, mengajak Iwan mengeluarkan album karya penyanyi jalanan dengan nama “KPJ” (Kelompok

Penyanyi Jalanan). Kelompok ini beranggotakan Iwan Fals, Anto Baret, Herry

Litauw, Swartarto, dan Eko Partiteur. Di bawah naungan bendera PT. Musica

Studio‟s akhirnya kelompok ini mengeluarkan album, yang hampir keseluruhan lagu-lagunya dinyanyikan oleh Iwan. Satu tahun setelah album “Ethiopia” dan

“KJP” keluar dan meraih sukses dibelantika musik Indonesia, tepatnya pada tahun

1986, Iwan Fals membuat album solo yang ke-8 yakni album “Aku Sayang

Kamu”. Setahun kemudiangagasan dan kreativitas Iwan dalam merangkai syair dalam lagu semakin kentara. Kemunculan dua album dalam satu tahun merupakan satu prestasi tersendiri bagi seorang musisi. Diawali dengan album “Lancar”, selanjutnya yaitu album “Wakil Rakyat”. Seiring berjalannya waktu pada tahun

1988, Iwan mengeluarkan album “1910” tetap dengan aransemen Ian Antono dan kawan-kawannya.23

21 Yudi Noor Hardiyanto, Menelisik Perjalanan Batin Iwan Fals, ( Yogyakarta : Open Up, 2008 ), h. 32. 22 Taufik Adi Susilo, Biografi Iwan Fals,( Yogyakarta: A Plus Book, 2009), h. 37. 23 Yudi Noor Hardiyanto, Menelisik Perjalanan Batin Iwan Fals, h. 34-35. 23

Karir Iwan hampir mencapai puncak ketika sebuah perusahaan bernama

PT. AIRO menawarkan deal yang menggiurkan pada tahun 1989. Dia mendapat tawaran untuk rekaman di bawah bendera PT. AIRO dengan program promosi tur

100 kota. Iwan Fals sangat tertarik, karena selama dia di Musica, belum ada tawaran seperti itu. Album “Mata Dewa” akhirnya dirilis pada tahun tersebut, penggarapan album ini pun dibantu digarap oleh Ian Antono.24 Tapi disisi lain,

PT. Musica Studio‟s mempunyai proyek menghadirkan artis-artis di lebel perusahaannya untuk melakukan kolaborasi bersama Iwan. Kolaborasi tersebut diantaranya melahirkan tembang “Kemesraan”. Angka penjualannya mencapai

500 ribu keping.25 Sukses melejitkan album “Mata Dewa”, ternyata justru membuat karir Iwan Fals agak terganggu akibat ulah perusuh yang sering berbuat onar di konser-konsernya. Beberapa kali konser Iwan Fals berakhir dengan kekacauan. Pihak keamanan selalu berjaga ketat disetiap pertunjukkannya.

Buntutnya, promo tur 100 kota yang sudah direncanakan mulai 7 Januari 1989 terpaksa ditunda. Pada 28 Januari 1989 harus dihadapkan dengan kenyataan pahit, bahwa tur 100 kotanya di batalkan. Ia tentu sangat terpukul dan menangis, “Aku kan cuma bawa gitar kayu dan tali senar. Tak ada bahayanya dibanding tank,” tangisnya waktu itu.26 Untuk mengobati kekecewaan Iwan, PT.AIRO menggelar konser musik rock gratis di Parkir Timur Senayan, pada 25 februari 1989. Hampir

200 ribu pasang mata memadati areal konser. Namun, seperti halnya pada konser musik kemanusiaan yang pernah diadakan sebelumnya, konser ini pun berujung

24 Hai Klip, 2002, Iwan Fals, Redaksi Majalah Hai Klip, Edisi #5, Jakarta, h. 9. 25 Yudi Noor Hardiyanto, Menelisik Perjalanan Batin Iwan Fals, ( Yogyakarta : Open Up, 2008 ), h. 38. 26 Hai Klip, 2002, Iwan Fals, h. 9. 24

pada keributan yang disebabkan ketidaksabaran penonton menunggu penampilan

Iwan. Seperti biasa, keributan tersebut mereda seiring penampilan Iwan di atas panggung. Ditengah polemik yang semakin kompleks, batalnya proyek tur 100 kota, pencekalan, dan kerusuhan disetiap konsernya. Iwan sedikit berifkir dan merasa menjadi orang yang berada di posisi yang tersingkirkan dalam panggung musik. Iwan mulai tertarik dengan teater, selain memang Iwan tertarik dengan

W.S Rendra, ia juga ingin mencoba merasakan atmosfir baru. Di Bengkel Teater

W.S. Rendra tepatnya di Cipayung Jaya, Depok, Bogor. Di sana dia bertemu dengan Sawung Jabo, Inisisri, Toto Tewel, Cok Rampal, dan personalia yang lain sehingga dari pertemuan ini terbentuklah Swami.27 Pada tahun 1989 lahirlah album perdana bertajuk “Swami”, nama Iwan semakin meroket berkat lagu yang hits seperti Bento, dan Bongkaryang fenomenal dalam album “Swami”. Album

“Swami” pun terjual sekitar 400 keping.28

W.S. Rendra dan Setiawan Djody kemudian mengadakan workshop yang kemudian melahirkan kelompok bernama Kantata Takwa, dengan personel group yang kharismatik dibidangnya masing-masing. Tetap ada Iwan Fals dan Sawung

Jabo (pencipta lagu dan penyanyi), Setiawan Djody (pengusaha), W.S Rendra

(sastrawan), Jockie S. Suryoprayogo (arranger, kerboardis), Donny Fattah

(bassis), dan Innisisri (drummer dan pemain perkusi kreatif). Hasil dari workshop

Kantata Takwa tersebut adalah album “Kantata Takwa”, yang dirilis pada tahun

1990. Sukses dengan album perdana Kantata Takwa yang terjual hingga ratusan ribu keping, Kantata pun akhirnya membuat gebrakan di dunia pertunjukkan.

27 Yudi Noor Hardiyanto, Menelisik Perjalanan Batin Iwan Fals, ( Yogyakarta : Open Up, 2008 ), h. 40 28 Taufik Adi Susilo, Biografi Iwan Fals,( Yogyakarta: A Plus Book, 2009), h. 36. 25

Malam itu tepatnya 23 Januari 1990 di Stadion Utama Senayan Jakarta, berkumpul ratusan ribu penggemar musik untuk menikmati konser akbar Kantata.

Konser tersebut tercatat sebagai salah satu konser terbesar dalam catatan sejarah musik Indonesia.29

Nama Iwan pun semakin melambung, pada tahun 1992 dia dijuluki sebagai penyanyi termahal di Indonesia. Album Belum Ada Judul adalah album yang rilis pada tahun itu, dan dia menerima bayaran sebesar Rp.200 juta, jumlah yang besar pada masa itu. Hal ini berdampak pada album selanjutnya yang pasti di atas bayaran album sebelumnya. Disela kesibukannya bersama Kantata, Iwan Fals masih merilis album-album solo maupun kelompok seperti Dalbo yang sebagian besar adalah eks personel Swami. Hanya selang waktu dua bulan setelah merilis album “Belum Ada Judul”, Iwan merilis album Hijau. Hampir semua lagu ditulis oleh Iwan. Album ini diproduksi oleh prosound, berisi tujuh lagu, dan direkam secara livedi Musica Studio. Untuk album ini Iwan mendapat bayaran sebesar

Rp.260 juta.30

Melalui Swami dan Kantata, perubahan musik dalam lagu-lagu Iwan terasa sekali karena sebagai pengatur musik, Sawung Jabo lebih kaya akan perkusi dan nada-nada diatonis (peloksendro). Sementara bersama Kantata, terasa sekali kemegahan musik rock yang digarap secara konstan, baik instrumental elektrik, alat musik pukul ataupun intrument lainnya. Bahkan ditambah juga dengan sentuhan orkestra musik maupun vocal, juga terdapat unsur-unsur musik etnik. Ini jelas sangat berbeda dengan musik-musik awalnya yang sederhana dan kental

29 Yudi Noor Hardiyanto, Menelisik Perjalanan Batin Iwan Fals, ( Yogyakarta : Open Up, 2008 ), h. 44. 30 Taufik Adi Susilo, Biografi Iwan Fals,( Yogyakarta: A Plus Book, 2009), h. 36-37. 26

dengan nuansa country. Akhirnya Dalbo mengeluarkan albumnya yang bertajuk

“Dalbo”. Kemudian dilanjutkan dengan mengeluarkan album “Celoteh-celoteh”, dengan konsep musik yang pas, hening, dan menyentuh, sesuai dengan lirik-lirik lagu Iwan yang kebanyakan berisi perenungan, liris, kontemplatif tentang kemanusiaan dan ke-Tuhan-an. Waktu begulir Iwan mengalami fase disaat vakum-vakumnya dalam bermusik, tentu hal tersebut tidak mengurangi kreativitas

Iwan Fals, dia hanya tidak se-excited dulu, mungkin hanya beberapa saja album yang dikeluarkan Iwan Fals semasa tahun 1994-1997. Album yang dikeluarkan ditahun-tahun tersebut diantaranya,“Panggung”, “Mata Hati”, “Terminal”, “Orang

Pinggiran”, “Anak Wayang”, dan album “Pemanjat”, kemudian tahun 1998 rilis album ”Kantanta Samsara”. Album-album tersebut penggarapannya tetap dibantu oleh rekan-rekan Iwan Fals.31

Ada peristiwa yang sangat menohok hati Iwan fals, yakni meniggalnya putera pertama Iwan Fals, lalu Perubahan apa yang tampak pada Iwan dalam peristiwa tersebut?

Kehidupan pribadi Iwan berubah ketika puteranya Galang Rambu

Anarki, meninggal dunia pada 25 April 1997.32 Pribadinya terlihat kalem, lelaki yang dulu terkenal tajam dalam menulis lirik lagu mengaku banyak mengalami perubahan. Selain bertambahnya usia, kematangan jiwa tampaknya sudah hinggap dalam diri suami Yos ini. Kematian Galang seakan menandai perubahan drastis itu. Kepergian putera pertamanya ini mempengaruhi segala touch-nya dalam bermusik. Sebab sepeninggal Galang yang usianya pada saat itu masih menginjak

31 Yudi Noor Hardiyanto, Menelisik Perjalanan Batin Iwan Fals, ( Yogyakarta : Open Up, 2008 ), h. 47-53 32 Taufik Adi Susilo, Biografi Iwan Fals,( Yogyakarta: A Plus Book, 2009), h. 37 27

15 tahun,33 musiknya lebih merupakan perenungan diri dan banyak mengambil tema-tema religius. Leuwinanggung, Cimanggis, merupakan tempat Galang dimakamkan, selain tempat itu adalah tempat yang sekarang menjadi rumah Iwan

Fals bersama istri, Rosana alias Yos dan putri keduanya Anisa Cikal Rambu

Basae.34

Galang memutuskan untuk bermusik, dia membentuk grup band bernama

Bunga. Meski bayang-bayang nama besar ayahnya, sebagai musisi dan penyanyi sedikit banyak berpengaruh, namun ia tidak harus seperti ayahnya. Iwanpun memberikan kebebasan sebebas-bebasnya kepada Galang untuk berekspresi, bahkan membebaskan soal hidupnya sendiri.35 Tak ada seorangpun yang tahu persis penyebab kematian Galang karena tak ada otopsi terhadap jenazahnya, kawan-kawan Iwan ataupun teman-teman Galang lebih memilih diam. Mereka merasa tak nyaman untuk mengkonfirmasi spekulasi overdosis kepada Iwan dan

Yos yang tengah berduka.36 Dalam keadaaan yang tak menentu dan kesedihan yang mendalam, Iwan sempat terpukul hingga memotong rambutnya sampai gundul, terlihat penyesalan yang dirasakan oleh Iwan. Trauma yang amat mendalam dan mengoyak jiwanya hingga ia tidak keluar rumah sampai satu bulan lamanya.37

Kehidupan pribadi Iwan memang berubah banyak. Dia bahkan berhenti merokok, berhenti mengisap ganja, dan semakin rajin sholat serta mengaji. Iwan

33 Yudi Noor Hardiyanto, Menelisik Perjalanan Batin Iwan Fals, ( Yogyakarta : Open Up, 2008 ), h. 54. 34 Hai Klip, 2002, Iwan Fals, Redaksi Majalah Hai Klip, Edisi #5, Jakarta, h. 14. 35 Yudi Noor Hardiyanto, Menelisik Perjalanan Batin Iwan Fals, h. 55. 36 Taufik Adi Susilo, Biografi Iwan Fals,( Yogyakarta: A Plus Book, 2009), h. 51. 37 Yudi Noor Hardiyanto, Menelisik Perjalanan Batin Iwan Fals, h. 54 28

lebih suka melukis dan mengobrol di dekat makam Galang. Lukisannya dipajang dan dilihat dari jauh. Masa-masa itu Iwan menjadi tidak aktif bermusik, istri dan sejumah temannya lalu menyemangatinya untuk bangkit kembali.38 Seorang guru silat memberinya pencerahan, guru silat tersebut mengajari Iwan untuk melihat

“jeroannya” sendiri. Ditengah kebingungannya akan keadaan diri dan sekitarnya,

Iwan sadar bahwa masih banyak hal dalam dirinya yang bisa ditulis. Dari hal inilah yang dicobanya dalam album Suara Hati.39 Salah satu bentuk dari kebangkitan Iwan terlihat dalam salah satu lagu pada album Suara Hati tersebut, yaitu lagu yang berjudul “Hadapi Saja” yang dirilis pada tahun 2002. Lagu itu menjadi penanda ikrar Iwan dan Yos untuk merelakan kepergian Galang selamanya. Dalam lagu ini Yos turut menyumbangkan suaranya, dan berkat album ini Iwan dapat mengadakan tur 16 kota di Indonesia dengan tema “Satu Rasa”.40

Meninggalkan kisah pedih itu, pada tanggal 16 Agustus 1999, melalui silaturahmi fans Iwan fals se-Indonesia, OI alias Orang Indonesia resmi dibentuk.

OI dibentuk tidak lain akibat desakan para fans Iwan yang menginginkan suatu wadah. Berangkat dari situlah, iwan memunculkan ide dengan terorganisir.

Melalui wadah ini Iwan berharap agar para anggotanya dapat menyalurkan berbagai kegiatan pendidikan, keterampilan non formal, musik, dan olahraga yang terprogram oleh pengurus OI.41 Kini, OI telah mempunyai kantor di 72 kota dari

23 Propinsi di Indonesia. Kantor pusatnya semula berada di rumah Iwan, di

Leuwinanggung. Oi memang bukan sekedar fans club. Bisa akan terus

38 Taufik Adi Susilo, Biografi Iwan Fals,( Yogyakarta: A Plus Book, 2009), h. 53. 39 Hai Klip, 2002, Iwan Fals, Redaksi Majalah Hai Klip, Edisi #5, Jakarta, h. 14. 40 Taufik Adi Susilo, Biografi Iwan Fals, h. 53. 41 Hai Klip, 2002, Iwan Fals, h. 46. 29

berkembang, karena inilah contoh ormas yang betul-betul berangkat dari bawah.

Dari orang-orang yang mengidolakan Iwan Fals.

Di awal tahun 2000 pun Iwan sempat merilis album kompilasi “Best Of

The Best Iwan Fals”, album ini terealisasi akibat reaksi dari maraknya para pembajak yang tidak pernah berhenti menggerogoti para musisi. Album ini diproduksi PT. Musica Studio‟s. Ditahun yang sama Iwan mendapat penghargaan

Anugerah Musik Indonesia (AMI). Karirnya dalam bermusik akhirnya membuahkan anugerah yang luar biasa, di mana majalah Time Asia edisi 29

April 2002 memilihnya sebagai salah satu Pahlawan Besar Asia. Tak berselang lama dari gegap gempita album Suara Hati dan gelar Pahlawan Asia, Iwan membuat gebrakan baru dengan menggandeng musisi-musisi muda ternama seperti Eross Chandra (Sheila On 7), Pongki (Jikustik), Rindra dan Piyu (Padi), serta Kikan (Cokelat). Ia juga berhasil mengajak musisi kenamaan Harry Roesly

(alm), Aziz (Jamrud), dan pentolan Dewa 19 Dhani Ahmad. Iwan mengajak mereka untuk menggarap lagu-lagu yang bertemakan cinta.42

Pada tahun 2003 tepatnya tanggal 22 Januari, Yos kembali dikaruniai seorang anak bayi laki-laki yang diberi nama Rayya Rambu Rabbani. Kali ini

Iwan sangat memperhatikan puteranya. Sementara untuk cikal yang telah beranjak dewasa, Iwan telah memberikan pemahaman tentang bahaya narkotika.

Kini Iwan memang mulai menua, namun dia tetap aktif berkarya. Album

“Manusia ½ Dewa” adalah album Iwan selanjutnya, album ini dirilis pada 2 April

2004. Tidak hanya mengeluarkan album, Iwan Fals juga aktif tampil di Televisi.

42 Yudi Noor Hardiyanto, Menelisik Perjalanan Batin Iwan Fals, ( Yogyakarta : Open Up, 2008 ), h.59-62. 30

Salah satunya Iwan Fals dikontrak selama satu tahun, untuk program Ekslusif

Iwan Fals. Kemudian meluncurkan album “Iwan Fals In Love” ditahun 2005, setahun kemudian dirilis kembali album “Iwan Fals dan Indra Lesmana”.43

Album dari Iwan Fals sang maestro musik Indonesia yang diluncurkan pada awal bulan April 2007 ini dikemas dengan titel 50:50. Setelah menunggu sekian tahun, akhirnya Iwan Fals merilis album barunya pada bulan Juli 2009, lebih tepatnya ini adalah mini album karena hanya berisi dua buah lagu yaitu

Untukmu Terkasih dan Merdeka. Dan pada album ini, Iwan Fals sudah lepas dari label Musica. Dia sekarang digandeng oleh Falcon Music. Saya tidak bisa banyak berkata-kata setelah mendengar lagu-lagu dalam CD album terbaru Iwan Fals

Keseimbangan yang launching pada 20 Februari 2010 di rumahnya desa

Leuwinanggung Depok. Selanjutnya ditahun 2011, Iwan merilis album Tergila- gila.44 Kemudian ditahun 2012 rilis album Kantata Barock. Setahun berselang rilis album yang sudah ditunggu-tunggu oleh penggemar setia Iwan, yakni album yang namanya diambil dari salah satu anaknya, Raya. Album ini dirilis di Rolling Stone

Cafe, Jakarta. Album ini dinamai sesuai nama anak bungsu Iwan Fals, Raya

Rambu Rabbani. Setahun kemudian ia pun merilis album terbarunya yaitu

Palestine, album ini terinspirasi dari kejadian kemanusiaan yang dialami oleh rakyat Palestine.45

43 Taufik Adi Susilo, Biografi Iwan Fals,( Yogyakarta: A Plus Book, 2009), h. 57 & 113. 44 “Falskografi”, dariwww.iwan-fals.blogspot.co.id, diakses pada 5 november 2015. 45 “Iwan Fals”, Wikipedia Bahasa Indonesia, darihttps://id.wikipedia.org/wiki/Iwan_Fals, diakses pada tanggal 5 November 2015. 31

Eksistensinya tak pernah pudar, meskipun belum mengeluarkan album kembali, tetapi Iwan masih kerap menyanyi dalam setiap konsernya. Konser yang paling bergengsi ditahun 2015 ialah konser “Nyanyian Raya” dengan tema Go

Green. Konser ini diprakarsai oleh Net TV, sebuah Televisi swasta baru di

Indonesia. Konser Nyanyian Raya ini diadakan di 5 kota besar, yakni Bandung,

Jakarta, , Medan, dan terakhir di . Konser ini dibanjiri oleh hampir

500.000 orang. Selain konser tersebut Iwan juga sempat tampil dalam acara ulang tahun SCTV, pada kesempatan ini Iwan berkolaborasi bersama band ternama yaitu Noah. Dipenghujung tahun 2015, Iwan juga sedang sibuk dalam penggarapan album terbarunya yakni album Satu, dibawah Musica Studio dan kolaborasi bersama band-band dari label tersebut seperti Noah, Geisha, , dan

D‟Masive, Iwan Fals seakan tak pernah mau berhenti untuk terus menunjukkan eksistensi dirinya, meskipun rambutnya yang hampir seluruhnya telah memutih.

B. Karya-karya

Sepanjang karirnya, antara tahun 1973 hingga tahun 2015 Iwan Fals telah menggubah sekitar 50 album dan sekitar 400 lagu telah digarap selama sepanjang karirnya, baik album solo, kolaborasi, maupun grup. Berikut karya-karya Iwan

Fals :

1. Album Solo

Album Sarjana Muda, dengan lagu hits Sarjana Muda, Guru Oemar

Bakrie, Bung Hatta. Album Opini, dengan lagu hits Galang Rambu Anarki, Obat

Awet Muda (OAM). Album Sumbang, dengan lagu hits Sumbang, Kereta Tiba

Pukul Berapa, Celoteh Camar Tolol Dan Cemar. Album Sugali, dengan lagu hits 32

Sugali, Serdadu. Album Barang Antik, dengan lagu hits Barang Antik, Kumenanti

Seorang Kekasih. Album Sore Tugu Pancoran, dengan lagu hits Sore Tugu

Pancoran, Ujung Aspal Pondok Gede, Damai Kami Sepanjang Hari. Album

Ethiopia, dengan lagu hits Ethiopia, Lonteku, Tikus-tikus kantor, Sebelum Kau

Bosan. Album Aku Sayang Kamu, dengan lagu hits Aku Sayang Kamu, Gali

Gongli. Album Lancar, dengan lagu hits Nenekku Okem. Album Wakil Rakyat, dengan lagu hits Mata Indah Bola Pimpong, Surat Buat Wakil Rakyat, PHK.

Album 1910, dengan lagu hits Buku Ini Aku Pinjam, Pesawat Tempurku. Album

Mata Dewa, dengan lagu hits Mata Dewa, Air Mata Api, Yang Terlupakan.

Album Antara Aku Kau Dan Bekas Pacarmu, dengan lagu hits Antara Aku Kau

Dan Bekas Pacarmu, Kemesraan, Entah. Album Cikal, dengan lagu hits Cikal,

Proyek 13, Pulang Kerja. Album Belum Ada Judul, dengan lagu hits Belum Ada

Judul, Ya Atau Tidak, Mereka Ada Di Jalan. Album Hijau, dengan lagu hits

Hijau. Album Orang Gila, dengan lagu hits Orang Gila, Satu-satu, Lagu Cinta.

Album Suara Hati, dengan lagu hits Hadapi Saja, Kupu-kupu Hitam Putih, Suara

Hati. Album Manusia ½ Dewa, dengan lagu hits Manusia ½ Dewa, Asik Nggak

Asik. Album Iwan Fals In Love, dengan lagu hits Izinkan Aku Menyayangimu.

Album Raya, dengan lagu hits Raya, Negeri Ini Memang Kaya. Album 50:50, dengan lagu hits Yang Tercinta, Tak Pernah Terbayangkan. Album Untukmu

Terkasih. Album Keseimbangan, Album Tergila-gila.46

2. Album Kolaborasi

46 Hai Klip, 2002, Iwan Fals, Redaksi Majalah Hai Klip, Edisi #5, Jakarta, h. 42 33

Album Emas, Album Celoteh-celoteh I, Album Celoteh-celoteh II,

Album Tragedi, Album 20 Lagu-lagu Panggung, Album No.1 Iwan Fals, Album

Salam Reformasi I, Salam Reformasi II, Album Best Of The Best Iwan Fals,

Album Indonesia Dalam Berita, Album Anak Wayang, Album Terminal, Album

Orang Pinggiran, Album Lagu pemanjat, Album In Collaboration With, Album

Iwan Fals dan Indra lesmana, Album Satu.

3. Album Grup

Album Canda Dalam Nada, Album Canda Dalam Ronda, Album

Perjalanan, Kelompok Amburadul, Album Yang Muda Yang Bercanda I Dalam

Lagu Dan Baca, Album Yang Muda Yang Bercanda II Dalam Lagu Dan Baca,

Album 3 Bulan, Album Kelompok Penyanyi Jalanan (KPJ), Album SWAMI,

Album Kantata Takwa, Album SWAMI II, Album Dalbo, Album Kantata

Samsara, Kantata Barock.47

47 Taufik adi susilo, Biografi Iwan Fals,( Yogyakarta: A Plus Book, 2009), h. 78-113. 34

BAB III LAGU DAN EKSISTENSIALISME

A. Unsur – unsur Pembentuk Lagu

Kita telah melihat keberadaan dan pernyataan sederetan metode untuk mendeskripsikan sajian musik secara luas. Setiap metode ini memperlihatkan bahwa ia mempunyai eksistensi secara tersendiri. Selama sembilan puluh tahun terakhir ini, etnomusikologi1 telah mengarahkan dirinya sendiri kepada studi musik, baik itu sebagai fenomena suara atau sebagai manifestasi tata tingkah laku manusia. Studi terhadap sistem-sistem suara musikal sendiri, telah mengalami sejarah yang lebih panjang dibanding dengan sebagai tata tingkah laku manusia.2

Daya tarik dan kekuatan musik telah diakui oleh hampir semua bentuk peradaban yang ada di muka bumi ini semenjak dahulu kala. Pukulan-pukulan perkusi yang ritmis aksentuatif masih banyak kita temukan pada beberapa bentuk peradaban asli di Indonesia (juga dunia) sebagai satu bentuk warisan dari peradaban yang lebih tua. Musik yang kita nikmati saat ini adalah hasil perkembangan pemikiran dan olah budi serta estetika masyarakat pemiliknya.

Pada prinsipnya musik dibedakan menjadi dua, yakni musik yang dihasilkan oleh alat intrument dan musik vocal (suara manusia).3 Musik vocal dikatakan lebih mulia dari pada musik yang dihasilkan dari alat intrument karena

1 Etnomusikologi merupakan cabang dari musikologi yang diartikan sebagai "pembelajaran aspek sosial dan budaya terhadap musik dan tarian dalam konteks lokal dan global." Dari https://id.wikipedia.org/wiki/Etnomusikologi, diakses pada 25 februari 2016. 2 M. Takari Perikuten Tarigan, Analisis Struktur Musik dalam Etnomusikologi, Medan : Jurusan Etnomusikologi Fakultas Sastra Universitar Sumatera Utara, 1994, h. - 3 Abdul Muhaya, Bersufi Melalui Musik: Sebuah Pembelaan Musik Sufi oleh Ahmad al- Ghazali, Yogyakarta : Gama Media, 2003, h. 30.

34 35

sumber vocal yang diciptakan langsung oleh Allah, sedangkan alat musik diciptakan oleh manusia. Keutamaan musik vocal disebabkan oleh kapasitasnya dalam berkomunikasi dengan makna atau pesan. Dalam hal ini musik vocal diekspresikan melalui lagu.

Lagu terdiri atas nada dan kata dalam rangkaian begitu indah dan menarik, menaik dan menurun mengikuti gelombang irama dan ternyata memikat kita. Sebuah lagu dapat tercipta karena adanya ketertarikan manusia itu sendiri terhadap musik dan kesensitifan perasaannya terhadap apa yang sedang ia rasakan, yang kemudian dituangkan kedalam bentuk lagu, hal ini merupakan proses kreatif dari sang pencipta lagu. Untuk terciptanya sebuah lagu, terdapat unsur dan struktur pada lagu. Struktur lagu sebenarnya merupakan susunan atau hubungan antara unsur-unsur musik sehingga menghasilkan komposisi musik yang bermakna. Dalam menjelaskan unsur-unsur pokok yang terdapat pada musik

, Ikḥ wan al-Ṣ hafa memberikan penjelasannya, ia menyatakan bahwa musik adalah suara yang mengandung lagu (lahn), nada (naghm), dan cengkok (iqa‟at).

Berbeda dengan al-Farabi menjelaskan bahwa musik adalah lagu, yaitu kumpulan ritme yang disusun dengan urutan dan ketentuan tertentu. Oleh karena itu, lagu dan ritme merupakan sumber utama bagi musik.4 Struktur musik/lagu ini merupakan suatu keseluruhan yang menyatukan musik/lagu yang dibuat sehingga ada keutuhan. Berikut beberapa unsur dan struktur dalam pembentukan sebuah lagu :

4 Abdul Muhaya, Bersufi Melalui Musik: Sebuah Pembelaan Musik Sufi oleh Ahmad al- Ghazali, Yogyakarta : Gama Media, 2003, h. 28. 36

a. Nada dan Melodi

Setiap lagu disusun dengan mempergunakan nada-nada sebagai bahannya. Nada merupakan hasil getaran yang teratur atau getaran yang periodik dalam suatu benda, udara yang berada dalam suatu ruang, atau misalkan contoh seutas dawai yang direntangkan. Semakin meningkat jumlah getaran itu, semakin tinggi pulalah bunyi nada itu.5 Namun akan berbeda warna nada atau timbre yang dihasilkan apabila dibunyikan oleh alat instrumen yang lain. Warna nada ini berfungsi untuk memfokuskan impresi musik yang kita alami. Warna nada ini mengarahkan imajinasi gaya suara kepada karakter khusus yang dimilikinya. Dari penjelasan tersebut diketahui bahwa subtansi musik adalah suara.6

Sedangkan melodi adalah nada-nada dengan ketinggian yang berbeda- beda, yang diatur dan dirangkai menurut tata cara tertentu. Tata cara ini meliputi tata cara pembentukan nada-nada, yakni melalui susunan notasi-notasi, notasi ialah susunan nada dalam suatu tanga nada yang terdiri dari huruf-huruf seperti c, d, e, f, g, a, b, berbentuk gambar yang disusun pada garis balok not yang terdiri dari lima garis sejajar dengan ketentuan bahwa nada-nadanya mempunyai ukuran tinggi suara yang tetap dan pasti (lihat gambar 1). Terdapat nilai pada nada yakni panjang pendeknya nada-nada didalam melodi. Nilai nada itu didasarkan atas perbandingan yang pasti.7

5 PSM UIN Jakarta, Modul Trapara PSM UIN Jakarta, Jakarta : PSM UIN Jakarta, 2011, h. 39. 6 Abdul Muhaya, Bersufi Melalui Musik: Sebuah Pembelaan Musik Sufi oleh Ahmad al- Ghazali, Yogyakarta : Gama Media, 2003, h. 29. 7 PSM UIN Jakarta, Modul Trapara PSM UIN Jakarta, Jakarta : PSM UIN Jakarta, 2011, h. 39. 37

Gambar 1. Kunci G, Pranada 1.

b. Tempo

Tempo ialah pernyataan cepat atau lambatnya dalam sebuah lagu, untuk intrument maupun lagu. Pernyataan tempo tersebut biasanya diletakkan diatas sebuah partitur atau sebuah lagu di sebelah kiri atas, dalam bahasa Indonesia maupun bahasa asing. Gunanya tanda tempo dicantumkan pada setiap lagu supaya penyanyi atau pemain instrument dapat membawakan lagu tersebut dengan ukuran yang tepat sesuai dengan maksud lagu tersebut. Keteraturan tempo juga karena adanya perhitungan ketukan dalam sebuah lagu, seperti contoh lagu

Indonesia Raya menggunakan ketukan 4/4.8 Joseph Machlis menyatakan bahwa musical time ialah ritme. Menurutnya ritme terdiri dari ketentuan perpindahan musik dalam waktu. Ritme berfungsi mengontrol jarak antara nada satu dengan nada berikutnya. Kemudian musical pace merupakan tempo. Tempo menurutnya

8 PSM UIN Jakarta, Modul Trapara PSM UIN Jakarta, Jakarta : PSM UIN Jakarta, 2011, h. 45. 38

ialah ketentuan dari kecepatan sebuah musik. Tempo memiliki implikasi emosional.9

c. Harmoni

Harmoni ialah paduan bunyi dalam lagu yang dibagi atas beberapa kelompok suara atau bunyi, serta disesuaikan dengan akord-akordnya. Hasil susunan harmoni bisa didengar melalui perpaduan permainan musik yang disebut ochestra, perpaduan bunyi vocal dan musik, serta dapat didengar melalui paduan suara atau koor. Perpaduan bunyi-bunyi tersebut didasari akibat perbedaan notasi antara bunyi yang satu dengan bunyi yang lain, tetapi tetap pada pola notasi yang disesuaikan dengan aturannya. Sehingga terbentuklah bunyi dan suara yang harmonis.10 Menurut Phytagoras, harmoni itu terletak pada nada-nada yang serasi berbanding dengan panjang dawai dalam bentuk bilangan yang sederhana, seperti oktaf adalah 2:1, fifth adalah 3:2, atau fourth 4:3. Hubungan ini disebut armonia yang kemudian menjadi istilah harmoni. Harmoni itu terletak pada perpindahan dan hubungan paduan nada yang ada pada lagu.11

d. Lirik / Syair lagu

Sebuah lagu selalu terdiri atas beberapa kalimat musik. Jumlah kalimat musik inipun ada yang sedikit ada yang banyak, ada yang diulang, ada yang divariasikan seperti kalau kita melihat rangkaian kata-kata dalam puisi. Seorang composer akan selalu memperhatikan secara detail pengaturan antara kata-kata

9 Abdul Muhaya, Bersufi Melalui Musik: Sebuah Pembelaan Musik Sufi oleh Ahmad al- Ghazali, Yogyakarta : Gama Media, 2003, h. 28. 10 PSM UIN Jakarta, Modul Trapara PSM UIN Jakarta, Jakarta : PSM UIN Jakarta, 2011, h. 39-50 11 Abdul Muhaya, Bersufi Melalui Musik: Sebuah Pembelaan Musik Sufi oleh Ahmad al- Ghazali, h. 28. 39

dalam lagu dengan komposisi musik secara keseluruhan, yang dimaksudkan sebagai struktur lagu. Teks/syair lagu tercipta karena terjadinya peristiwa dalam masyarakat, entah dibidang politik, sosial, ekonomi, budaya, agama dan sebagainya. Teks/syair lagu tercipta tidak dapat terlepas dari seniman, dan seniman sendiri merupakan bagian dari masyarakat, yang bersingungan langsung dengan yang lainnya, melakukan aktifitas sesuai yang terdapat di masyarakat, menggunakan bahasa sebagaimana bahasa yang dipakai keseharian sebagai alat komunikasi, oleh sebab itu, teks/syair lagu merupakan ungkapan bahasa dari perasaan seniman, dan seniman itu merupakan bagian dari masyarakat yang berkebudayaan.12

e. Ekspresi dan Emosi

Dalam sebuah lagu terdapat ekspresi. Ekspresi merupakan pernyataan perasaan ataupun ungkapan pikiran yang diwujudkan oleh seorang pencipta lagu ataupun oleh penyanyinya yang disampaikan kepada pendengarnya. Ekspresi dalam musik/lagu mencakup semua nuansa musik mulai dari tempo, dinamika dan warna nada. Eskpresi rasa dalam seni dicipta secara sadar. Ia disesuaikan dengan perasaan pada tahap seseorang mengalaminya secara sadar. Kegiatan mengekspresikan diri melibatkan introspeksi yang kreatif. Seniman tulen menggunakan ekspresi untuk rasa yang dialaminya secara sadar, untuk melahirkan sesuatu yang dapat dinikmati rasa dan untuk menyatakan intuisi secara lebih jelas.

Faktor-faktor budaya yang melatarbelakangi pola musik tertentu, kemudian

12 Seni Musik, Etnomusikologi, dan Kritik sosial, artikel ini diakses pada 14 Desember 2015, dari : http://jtptiain-gdl-s1-2006-mawardinim-1383-bab2_410-9.html 40

menjadi bahan penelitian menarim karena musik dianggap sebagai ungkapan ekpresi yang dapat memberikan gambaran tentang banyak hal. Musik diakui mempunyai kekuatan untuk pengekspresian diri. Musik juga diakui mempunyai kekuatan untuk mengantar dan menggugah emosi, baik dituangkan melalui penjiwaan terhadap alur cerita, musik, dan watak tokoh yang diperankan maupun sebagai sarana untuk mengekspresikan diri. Oleh sebab itu, musik tidak dapat dipisahkan dari emosi. Emosi juga berkaitan dengan karya musiknya, apakah telah dilakukan interpretasi yang tepat terhadap pesan emosi yang ingin disampaikan dari sebuah karya musik. Musisi harus memiliki kemampuan teknis untuk mengekspresikan emosi dalam sebuah karya musik. Beberapa penelitian mengindikasikan akan lebih mengetahui ekspresi yang otentik melalui sebuah pertunjukkan atau karya.13

Musik sebagai seni, menurut para filusuf, mampu mengungkapkan hal- hal yang tidak dapat diekpresikan dengan kata-kata, ataupun oleh jenis seni lainnya. Atau dapat dikatakan bahwa musik akan lebih mampu dan ekspresif mengungkapkan perasaan daripada bahasa, baik lisan maupun tertulis. Hal demikian, menurut para ahli (fisafat maupun musikologi), adalah disebabkan bentuk-bentuk perasaan manusia jauh lebih dekat atau sesuai dengan bentuk- bentuk musikal daripada bentuk bahasa.14

B. Perkembangan dan Teori Eksistensialisme

13 Djohan, Psikologi Musik, Yogyakarta : Penerbiit Indonesia Cerdas, Cet. Ke IV, 2016. h. 59, dan h.76. 14 Sukatmi Susantina, Nada-nada Radikal (Perbincangan Para Filsuf Tentang Musik), Yogyakarta : Panta Rhei Books, 2004, h. 2. 41

“Mengapa aku ini ada?”, “Apa yang terjadi?”, “Apa tujuan kita hidup?”. Pertanyaan – pertanyaan tersebut merupakan awal dari lahirnya berbagai macam ilmu dalam ranah falsafat, secara tidak sadar manusia mempertanyakan segala hal yang mengganjal dibenaknya. Hal tersebut terbukti dengan hadirnya filusuf – filusuf yang kemudian bereksplorasi atas dirinya dan pada akhirnya melahirkan pemahaman-pemahaman. Salah satu hasil dari kesensitifan perasaan manusia tentang kehidupan yang dijalaninya ialah lahirnya sebuah pemahan tentang ilmu manusia, dan melahirkan aliran–aliran di dalamnya. Salah satunya ialah Eksistensialisme.

Eksistensialisme15 adalah sebuah aliran dalam filsafat manusia,

Eksistensialisme hadir sebagai respon terhadap dominasi Idealisme dan

Materialisme, yang bagi kaum eksistensialis sudah melintas batas ekstrem dalam pemikiran, sehingga melalaikan aspek-aspek tertentu, aspek-aspek yang penting bagi kaum eksistensialis.16

15 Inggris : Ekstension, dari Latin ex (Keluar), dan tendere (merentang, condong), 1. Dalam metafisika abad ke-17 : korelat kategorial pemikiran. Bagi Descrates, yang berfikir dan berkeluasan (res cogitans dan res extensa) merupakan substansi pokok. Bagi Spinoza, pemikiran dan ekstensi (kerentangan) merupakan dua atribut Allah, atau substansi yang tak terbatas, yang kita kenal. 2. Dalam logika ekstensi (luas), merupakan pasangan intensi (isi), denotasi sebuah istilah yang kontras dengan konotasinya, himpunan hal-hal yang menjadi acuan istilah yang kontras dengan himpunan karakteristik yang termasuk istilah itu. Intensi (isi) sebuah istilah menentukan eksistensinya (luasnya), tetapi luas sebuah istilah juga menentukan isinya. Adakalanya intensi-itensi yang berbeda dapat mempuyai ekstensi yang sama. Tetapi rupanya tidak masuk akal jika dikatakan bahwa dua ekstensi yang berbeda mempunyai intensi yang sama. Alasannya, kedua ekstensi-ekstensi mempunyai intensi yang sama, keduanya mempunyai ekstensi tunggal dari istilah yang diintensikan. 3. Sistem-sistme nominalistik menekankan ekstensi dari pada intensi. Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002, h. 191- 192. 16 Drijarkara, Percikan Filsafat, Jakarta : PT. Pembangunan, 1978, h. 57. 42

Eksistensi sendiri berasal dari bahasa latin, yang terdiri dari dua kata yaitu ex dan sistere. Kata sistere juga sering diartikan berdiri,17 juga bisa diartikan sebagai tampil dan menempatkan. 18 Konklusi yang bisa diambil dari pengertian tersebut ialah: pertama, eksistensi adalah sebuah kata kerja, yang mengartikan pergerakan dinamis dan individual. Kedua, eksistensi berarti keluar untuk muncul dan berdiri. Keluar dari diri sendiri untuk muncul dan berdiri sebagai diri sendiri.19 Ketiga, dengan pemahaman pertama dan kedua, eksistensi bukan sekedar berada, tapi mengada. Sehingga eksistensi adalah cara berada yang khusus untuk manusia. Dengan demikian, eksistensi memiliki arti sebagai, sesuatu yang sanggup keluar dari keberadaanya atau sesuatu yang melampaui dirinya sendiri.20

Dalam kenyataan hidup sehari-hari tidak ada sesuatu pun yang mempunyai ciri atau karakter sistere, selain manusia. Maksudnya ialah bahwa manusia memahami keberadaannya dan juga memahami keberadaan benda-benda lain di dunia. Itulah mengapa manusia tidak hanya berupa seonggok daging hidup, atau hanya berupa zat yang mewujud, tapi lebih dari itu bahwa manusia benar- benar „hidup‟ dan memahami tentang kehidupan. manusia memiliki perasaan sensitif yang teraktualisasi menjadi pemahaman, perasaan memahami ini lah awal dari lahirnya aliran eksistensi, berawal dari rasa terjaganya manusia akan segala hal yang terjadi. Manusia sanggup keluar dari dari dirinya, melampaui keterbatasan biologis dan lingkungan fisiknya, berusaha untuk tidak terkungkung

17 Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 1997), h. 203. 18 Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: Gramedia, 2002), h. 183. 19 Driyarkara, Karya Lengkap Driyarkara, Jakarta: Gramedia, 2006, h. 129. 20 Zainal Abidin, Filsafat Manusia, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), h. 33. 43

oleh segala keterbatasan yang dimilikinya. Oleh sebab itu, para eksistensialis menyebut manusia sebagai suatu proses, „menjadi‟, gerak yang aktif dan dinamis.21

Lantas bagaimana lahirnya Filsafat Eksistensialisme? Awalnya

Eksistensialisme hanya dikaitkan kepada materialisme, karena eksistensi manusia berarti tidak lepas dari perwujudan manusia itu sendiri. Tetapi kemudian

Eksistensialisme hadir tidak hanya atas reaksi terhadap pemikiran dalam materialisme, tetapi juga berupa reaksi terhadap idealisme.22 Bagi para eksistensialis kedua aliran tersebut sama-sama benar dan sekaligus sama-sama memiliki kekeliruan.

Mengapa demikian? Materialisme dan Idealisme adalah dua pandangan yang ekstrem tentang manusia. Materialisme memandang sudut bawah dari manusia, dan menganggap sudut itu sebagai keseluruhan. Bagaimana jika saya memberikan sebuah pernyataan “manusia itu berada di dunia”, pasti manusia secara umum tidak akan menyangkal pernyataan itu. Tetapi, bagaimana jika pernyataan tersebut saya katakan kepada kaum materialis, apakah mereka akan memiliki jawaban yang sama ?, bagi para materialis pernyataan “manusia berada di dunia” akan berbeda konteks dan maknanya dengan para eksistensialis, bagi materialis manusia di dunia tidak ada bedanya dengan benda-benda lain di dunia, walaupun pada kepercayaan tertentu mereka mempercayai bahwa manusia lebih agung dan lebih unggul daripada ciptaan Tuhan yang lainnya, tetapi pada

21 Zainal Abidin, Filsafat Manusia, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), h. 34 22 Drijarkara S.J, 1978, Percikan Filsafat, (Jakarta: PT. Pembangunan, 1978), h. 59 44

hakikatnya bagi para materialis manusia hanyalah berupa benda yang dirangkai atas proses dari unsur-unsur kimia.23

Dengan mengatakan manusia hanyalah materi semata, Materialisme sudah memungkiri hakikat manusia sebagai keseluruhan, sebab manusia tidak hanya materi semata, materi hanya salah satu aspek yang dimiliki manusia.24

Dengan demikian, Existence preceeds essence (eksistensi mendahului esensi) yang dijargonkan Sartre mestilah kita maknai, bahwa eksistensi sebagai materi dan potensi kesadaran mendahului esensi manusia yang mendapati dirinya ada, kemudian menjadi esensi dengan pilihan dan tindakannya.

Idealisme memandang sudut atas dari manusia, alam kesadaran, pikiran dan menganggap kesadaran ini sebagai seluruh manusia. Idealisme memiliki kata dasar yakni Idea. Secara umum kata tersebut memiliki arti sebagai buah pikiran, gagasan25 ini memiliki arti bahwa hal-hal tersebut hanya bernaung pada ketiadaan fisik, hanya berupa gambaran-gambaran, kesadaran yang belum mewujud.

Kesadaran itu tidak berhubungan sama sekali dengan persentuhan kepada alam jasmani.26

Dalam idealisme yang tulen, tidak ada sama sekali hubungan antara idea dan realitas diluar pikiran. Menurut para idealis tiap-tiap pikiran tentang dunia luar, hanyalah nonsens belaka. Manusia bagi para idealis merupakan obyek, para idealis lupa bahwa manusia itu bukan hanya obyek tetapi juga subyek. Manusia hanya bisa berdiri sebagai subyek karena menghadapi obyek. Jadi manusia hanya

23 Drijarkara S.J,Percikan Filsafat, (Jakarta: PT. Pembangunan, 1978), h. 57. 24 DrijarkaraS.J,Percikan Filsafat, h. 1284. 25 Budi Kurniawan, Kamus Ilmiah Populer, tT, CV : Citra Pelajar, tt, h. 178. 26 Drijarkara S.J,Percikan Filsafat, h. 61. 45

berdiri sebagai manusia karena bersatu dengan realitas di sekitarnya, dengan demikian manusia hidup dalam realitas.27 Para idealis secara tidak sadar melupakan pemahaman dan realita tersebut.

Ciri yang bisa kita sarikan dari berbagai sistem dan pemikiran tersebut sehingga dapat disebut falsafat Eksistensialisme, yakni:

1. Motif pokok adalah eksistensi, yakni cara berada manusia. Sebagai

ciri khas manusia berada, maka hanya manusia yang bereksistensi.

2. Bereksistensi harus diartikan secara dinamis. Bereksistensi berarti

menciptakan dirinya secara aktif. Bereksistensi berarti berbuat,

menjadi dan merencanakan.

3. Dalam falsafat Eksistensialisme manusia dipandang secara terbuka.

Sebagai realitas yang selalu belum selesai, manusia masih harus

dibentuk.

4. Falsafat Eksistensialisme memberi penekanan pada pengalaman

yang konkrit, pengalaman eksistensial.

Sebagaimana kita maklum, Eksistensialisme terbagi menjadi dua golongan: golongan pertama adalah mereka yang teis, sedangkan golongan kedua adalah yang ateis. Pembagian ini agaknya didasarkan pada titik penekanan tokoh- tokoh tersebut, tanggapan mereka terhadap “Tuhan”, serta konsekuensi logis dari pemikiran mereka.

Ada beberapa tokoh termahsyur dalam Eksistensialisme dieranya yakni

Soren Aabye Kierkegaard dengan manusia individual, Jean Paul Satre dengan

27 Drijarkara S.J,Percikan Filsafat, (Jakarta: PT. Pembangunan, 1978), h. 62. 46

manusia bebas dan seorang ateis yang konsekuen28, Karl Jespers dengan filusuf yang percaya, Martin Heidegger dengan eksistensi yang otentik, dan Friedrick

Nietzsche dengan manusia unggul dan merupakan manusia dengan golongan kedua yaitu ateis. Para eksistensialis tersebut tentunya memiliki pemahaman mengenai eksistensi manusia dan pandangan mengenai Tuhan serta religiusitas manusia yang berbeda-beda, namun di sini penulis mencoba menjelajahi pemahaman eksistensi manusia melalui pemahaman Kierkegaard, sebagaimana dia adalah pencetus pertama dalam istilah kata eksistensi.

Kierkegaard adalah salah satu yang termasuk dalam golongan pertama.

Sebagai pionir Eksistensialisme, ia dikenal sebagai Bapak Eksistensialisme.

Dalam dunia Barat, falsafat Eksistensialisme mencapai kegemilangan. Kita bisa menyebut banyak nama yang mengaku sebagai eksistensialis, ataupun yang menolak disebut seorang eksistensialis meski namanya disejajarkan dengan para eksistensialis lain.

Lahirnya pemikiran Kierkegaard mengenai Eksistensialisme sangat dipengaruhi oleh pemahaman Hegel. Kierkegaard adalah seorang yang memuja keindividuan manusia, individu di sini bukan berarti dihadapkan kepada ketiadaan melainkan dihadapan Tuhan. Kierkegaard menganggap Hegelianisme merupakan ancaman besar bagi individu, untuk manusia secara persona.29 Pemikiran Hegel memberi pengaruh yang cukup kuat di kalangan masyarakat Jerman, pada pertengahan abad 19. Idealisme Hegel yang menawarkan pencapaian kebenaran melalui pemahaman objektivitas, telah menjadi madzhab mayoritas kala itu.

28 Van Der Wij, Filsuf-filsuf Besar tentang Manusia,Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 2000, h. 145. 29 Van Der Wij, Filsuf-filsuf Besar tentang Manusia, h. 135. 47

Akan tetapi, satu hal yang dilalaikan oleh Hegel adalah, bahwa konsep tentang generalisasi dan memahami segala sesuatu dengan objectiv tidak menyentuh realitas individu secara konkrit. Manusia tidak dapat dibicarakan

“pada umumnya” atau “melalui penelahaan objective mayoritas”, karena

“manusia pada umumnya”, sama sekali tidak ada.30 Hal tersebut yang kemudian menjadi sasaran kritik Kierkegaard. Pada awalnya kritik Kierkegaard atas idealisme hegel diakibatkan oleh proses perjalanan hidupnya yang pahit dan tragis, yang kemudian mendorongnya untuk mencari jawaban atas persoalan- persoalan hidup yang lebih konkret dan faktual, yang dialami manusia dalam kehidupannya sehari-hari. Persoalan-persoalan seperti kesenangan, kebebasan, kecemasan, penderitaan, kebahagiaan, kesepian, harapan, dan sebagainya adalah persoalan-persoalan manusia dalam kehidupan yang harus dicari tahu maknanya.31 Bagi Kierkegaard persoalan-persoalan semacam itu tidak akan bisa dijelaskan melalui idealisme hegel yang abstrak, terlalu megenaralisasi, dan “tidak menapak kebawah”. Oleh sebab itu Kierkegaard menjadi musuh yang gigih terhadap sesuatu yang bersifat umum, abstrak, serta totaliter dan dia meramalkan suatu masa kemartiran untuk individu yang yakin.32 Kritik Kierkegaard dilanjutkan kepada sistem falsafat Hegel yang menganggap akal bisa mengetahui ranah sains dan agama. Bagi Kierkegaard, ketika berbicara pada wilayah sains, konsep yang ditawarkan Hegel mungkin bisa dibenarkan. Akan tetapi jika

30 Harry Hamersma, Tokoh-Tokoh Filsafat Barat Modern, (Jakarta: Gramedia, 1986), cet. Ke-3, h.75. 31Zainal Abidin, Filsafat Manusia, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), h. 143. 32Van Der Wij, Filsuf-filsuf Besar tentang Manusia,Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 2000, h. 135. 48

memasuki wilayah relijius, Idealisme Hegel akan tidak relevan, sebab agama adalah masalah iman, bukan rasio.

Meski bertolak dari kritik terhadap Idealisme, Kierkegaard juga mengukuhkan pemikirannya sendiri. Tak ada “manusia pada umumnya” bagi

Kierkegaard, yang ada adalah manusia-manusia konkret yang serba berbeda dan berdiri di hadapan Tuhan. Manusia-manusia tersebut bereksistensi, yang pada

Kierkegaard dipahami sebagai merealisasikan diri, mengikat diri dengan bebas, mempraktikkan keyakinan dan mengisi kebebasannya tersebut.33

Untuk bereksistensi, Kierkegaard membagi tiga tahap/sikap hidup,34 yaitu pertama, sikap estetis, Kierkegard mengambil sosok Don Juan sebagai model manusia estetis. Sikap Don Juan yang terbilang hedonis dirasa tepat.

Karena sikap dirinya acap kali berorientasi pada kesenangan, manusia yang dikuasai atas naluri-naluri seksual, bertindak sesuai mood, dan juga hidup dan berkehidupan tanpa jiwa, manusia tanpa passion, biasanya hanya mengikuti alur dan takdir hidupnya. Jiwa estetis mereka tampak dari pretensi mereka untuk menjadi “penonton objektif” kehidupan.35 Kedua, sikap etis. Purwarupa sikap etis adalah Sokrates, yakni manusia yang menerima kaidah-kaidah moral, mendengar suara hatinya dan memberi arah pada hidupnya. Pada sikap ini belum ada kesadaran soal dosa. Barulah jika ia mengakui bahwa ia membutuhkan pertolongan dari atas ia siap kepada taraf berikutnya. Ketiga, sikap relijius.

Purwarupa sikap ini adalah Nabi Ibrāhīm. Ketika berhadapan dengan Tuhan,

33 Harry Hamersma, Filsafat eksistensialisme Karl Jespers, Jakarta : PT. Gramedia, 1985, h. 75. 34Harry Hamersma, Filsafat eksistensialisme Karl Jespers, h. 77-78. 35Zainal Abidin, Filsafat Manusia, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), h. 148 49

manusia sendirian seperti Nabi Ibrāhīm. Bukan sebagai raja, bawahan, pria atau wanita tapi sebagai individu. Sosok Nabi Ibrāhīm yang terus mencari Tuhannya, hingga pada akhirnya Tuhannya menunjukkan jalan. Sikap hidup inilah yang menjadi puncak falsafat Eksistensialisme Kierkegaard.

Tidak selesai di situ, tongkat estafet Eksistensialisme dilanjutkan kemudian oleh Sartre yang melejitkan gaung Eksistensialisme hingga di gang- gang kota Paris. Dengan dua tema utama filsafat Eksistensialisme Sarte yakni

“kebebasan”. Selain nama-nama tersebut, juga masih banyak beberapa failasuf

Eksistensialisme lain yang ikut andil membesarkan nama Eksistensialisme, beberapa nama para eksistensialis tersebut yang telah penulis sebutkan tadi.

Namun tak mungkin untuk diulas karena keterbatasan ruangan.

C. Hubungan antara Lagu dan Eksistesialisme

Al-Farabi36 menjelaskan bahwa musik itu muncul dari tabiat manusia dalam menangkap suara yang indah yang ada di sekelilingnya.37 Dalam tabiatnya, manusia membuang suara yang tidak disukainya (suara yang tidak mengandung lagu) dan menerima suara yang indah (yang mengandung lagu), ia (lagu) menyesuaikan pada perasaan yang dirasakan saat itu dan kemudian diekspresikan melalui musik. Dikatakan demikian karena musik memiliki arti sebagai perilaku

36 Abu Nashr al-Farabi, lahir diperkirakan pada tahun 285 H/ 670 M dan wafat pada tahun 339 H/950 M. Dia ialah seorang filsuf Islam yang terkenal dengan teori emanasinya, juga terkenal sebagai seorang ahli dalam teori musik melalui bukunya yang bernama Kitab al-Musiqa al-Kabir; sebuah karya dalam bidang teori musik yang terbesar pada masanya. (Abdul Muhaya, Bersufi Melalui Musik: Sebuah Pembelaan Musik Sufi oleh Ahmad al-Ghazali, Yogyakarta : Gama Media, 2003, h. 9.) 37 Selain secara fitrah (naturlaisme), musik juga dapat dilihat secara revalationisme yakni alirann yang mempercayai bahwa musik berasal dari sumber dari alam metafisika melaluitersibaknya tabir atau pewahyuan. (Abdul Muhaya, Bersufi Melalui Musik: Sebuah Pembelaan Musik Sufi oleh Ahmad al-Ghazali, Yogyakarta : Gama Media, 2003, h. 22.) 50

sosial yang kompleks dan universal.Musik dimiliki oleh setiap masyarakat, dan setiap anggota masyarakat adalah “musikal”.38 Jadi, musik adalah bagian dari budaya manusia karena tumbuh dan berkembang bersamaan dengan pertumbuhan dan perkembangan manusia. Sebagai satu kesatuan dengan eksistensi manusia, musik dalam hal ini ialah lagu merupakan karya seni yang berupa pengungkapan ekspresi ataupun maksud dari penciptaanya, manusia.

Musik adalah bahasa bunyi yang sangat nyata dalam menyampaikan segala sesuatu yang terpendam dalam pikiran dan hati seseorang, sehingga para pendengar musik menjadi paham terhadap apa yang disampaikan oleh pemusik.

Bunyi yang terdengar dapat mewakili perasaan yang sedih, duka, kecewa, haru, tertekan, gembira, suka cita, riang, hingga sesuatu yang agung dan menakjubkan.

Ikḥ wan al-Ṣ hafa menyatakan bahwa musik adalah suara yang mengandung lagu, nada, dan cengkok, lain halnya dengan Ikḥ wan al-safa, al-

Farabi menjelaskan bahwa musik adalah lagu, yaitu kumpulan ritme yang disusun dengan urutan dan ketentuan tertentu. Oleh karena itu, lagu dan ritme merupakan sumber utama bagi musik. Sementara Joseph Machlis menganggap lagu adalah pergantian nada-nada yang dirasakan oleh akal sebagai sesuatu yang ada, dan lagu yang ada dalam musik disebut sebagai rohnya musik.39

Lagu merupakan unsur dalam musik, sebuah lagu selalu terdiri atas beberapa kalimat musik atau yang kita kenal dengan syair. Teks/syair lagu tercipta

38 Djohan, Psikologi Musik, Buku Baik , Yogyakarta, 2003, h. 7-8. 39 Dalam menjelaskan unsur pokok yang terdapat pada musik, Joseph Machlismenerangkan unsure-unsur penting yang ada dalam musik. Menurutnya, musik memiliki lima materi pokok: musical line (lagu), musical space (harmoni), musical time (ritme), musical pace musical color (timbre/warna nada). (Abdul Muhaya, Bersufi Melalui Musik: Sebuah Pembelaan Musik Sufi oleh Ahmad al-Ghazali, Yogyakarta : Gama Media, 2003, h. 28.) 51

karena terjadinya peristiwa dalam masyarakat, entah dibidang politik, sosial, ekonomi, budaya, agama dan sebagainya. Teks/syair lagu tercipta tidak dapat terlepas dari seniman, dan seniman sendiri merupakan bagian dari masyarakat, yang bersingungan langsung dengan yang lainnya, melakukan aktifitas sesuai yang terdapat dimasyarakat, menggunakan bahasa sebagaimana bahasa yang dipakai keseharian sebagai alat komunikasi. Oleh sebab itu, teks/syair lagu merupakan ungkapan bahasa dari perasaan seniman, dan seniman itu merupakan bagian dari masyarakat yang berkebudayaan. Pada syair lagu inilah dapat diketahui penyampaian makna yang terkandung dalam lagu tersebut.

Eksistensialisme sebagai sebuah aliran dalam filsafat tidak harus selalu hadir dalam ulasan pembelajaran kepada para pencinta pengetahuan dalam bentuk pengajaran teori-teorinya, Eksistensialisme tidak hanya terjelma sebagai sebuah pemahaman semata, dia (eksistensialisme) banyak terjelma dalam bidang ilmu dan karya manusia, contohnya novel, puisi, lukisan, seni peran, dan dalam berbagai bentuk karya apapun. Dalam bidang sastra, kita memiliki Chairil Anwar yang terkenal dengan pusi “Aku”nya, kemudian karya sastra novel dari wilayah

Timur Arab ada Haibin Yakhzon karangan Ibnu Thufail dengan novelnya yang berjudul “pencarian manusia akan Tuhannya”.

Selanjutnya wadah atau media bagi eksistensialisme dalam perwujudan sebuah karya ialah musik, kita lihat di era 60-an. Musik Barat yang terkenal pada saat itu ialah Queen dengan judul lagunya Under Preseur lagu yang mendeksirpsikan tentang manusia yang ingin terbebas dari sebuah tekanan, dalam lirik terakhir terdapat kalimat “this is ourselves, under presuer” berarti inilah kita, 52

yang berada di bawah tekanan. Di era modern ada pada lagu-lagu Paramore dan

Coldplay. Yang paling fenomenal di era nya ialah lagu yang digubah pada tahun

1936, berjudul Gloomy Sunday yang dinyanyikan oleh Rezso Seress, lagu ini menggambarkan keputus asaan seseorang terhadap kisah percintaannya, yang kemudian memutuskan untuk bunuh diri. Lagu-lagu bergenre Underground dari system of a down dengan judul lagu lonely day, kemudian lagu yang bergenre

Country ada i‟ll never get up of this world alive dari Hanks William. Tanpa disengaja atau tidak ternyata para musisi Indonesia pernah menggubah lagu-lagu yang bertemakan Eksistensialisme selain Iwan Fals, salah satunya ada Chrisye dengan judul lagunya “kala sang surya tenggelam”, kemudian ada dengan lagunya yang berjudul “persembahan dari surga”, kemudian dari genre dangdut ada Rhoma Irama dengan judul lagunya “Kematian”, dalam lagu tersebut sangat jelas Rhoma menggambarkan tentang kematian, ini terlihat dari liriknya

“suatu suatu saat pasti kan datang saat paling menakutkan sang malaikat pencabut nyawa kan merenggut ruhmu dari badan, tak seorangpun yang akan dapat menolongmu dari kematian, juga hartamu tak akan mampu menebusmu dari kematian.”

Selanjutnya mari kita melihat salah satu lagu Iwan Fals yang menggunakan kacamata eksistensialisme, penulis menemukan lagu terkait tema kematian. Mari kita lihat lirik berikut pada lagu Ikan-ikan:

“Ikan-ikan kecil mati Dimakan ikan-ikan besar Walau begitu adanya Ku akui hatiku tergetar

Ikan-ikan besar mati 53

Segala yang hidup pasti mati Begitupun pemiliknya Penjual dan penikmatnya

Tak ada yang lepas dari kematian Tak ada yang bisa sembunyi dari kematian Pasti”. 40

Dalam lirik di atas, Iwan Fals melukiskan kematian sebagai sesuatu yang lumrah. Kematian seolah menjadi sesuatu hal yang biasa.Ia pun terlihat menerima hal itu. Namun jika kita cermati ada kesan jika ia tidak benar-benar menerima kalau kematian adalah hal yang biasa “walau begitu adanya, ku akui hatiku bergetar”. Meskipun begitu hal ini senada dengan para eksistensialis bahwa kematian merupakan peristiwa yang tidak bisa dihindarkan atau merupakan refleksi dari keterbatasan manusia.Kematian di pandang sebagai puncak absurditas hidup manusia.Dengan kematian, manusia yang berasal dari ketiadaan mengakhiri keberadaannya dan kembali kepada ketiadaan mutlak. Heidegger percaya bahwa penerimaan yang tulus atas kematian bisa membantu manusia untuk hidup lebih otentik dan bahagia.41Lagu Ikan-ikan akan kembali dikupas oleh penulis pada bab IV.

Lagu-lagu diatas tersebut merupakan lagu-lagu yang memakai perspektif

Ekistensialisme, berdasarakan analisis penulis yang tidak lepas dari pemahaman dari teori-teori eksistensalisme. Lagu berpartisipasi pada proses penyadaran manusia, sehingga bila dikatakan bahwa “memahami lagu ini atau itu”, sebenarnya menuju

40 Lagu “Ikan-ikan” dalam Album 50:50, rilis pada tahun 2007 41 Daribkuntukbk.blogspot.com, “Teori Eksistensialisme”, artikel diakses pada 26 Mei 2015 dari http://daribkuntukbk.blogspot.com/2012/05/teori-eksistensialisme.html 54

pada esensi pengalaman mental.42 Karena melihat keberadaan lagu bagi manusia adalah sangat penting, ia (lagu) memiliki pengaruh besar bagi manusia.43 Lagu dilihat sebagai karya seni musik yang mampu menjadi representasi perasaan si pengarang dalam melihat konteks sosial yang dihadapinya. Berarti penciptaan sebuah lagu tidak lepas dari pengalaman hidup seseorang yang ia juga mengalaminya, sebagaimana kelahiran eksistensi karena ada pengalaman dalam hidup setiap manusia. Hal ini memiliki arti bahwa karya seni merupakan wadah bagi eksistensi manusia.

42 Dieter Mack, Mengapa ‟New Age‟ dan „World Music‟ Musik dari Sudut Pandang Multikultural, Kalam 7, Jurnal Kebudayaan, 1996, hlm. 83. 43 Muhammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, UI Press, Jakarta, 1986, hlm. 52. 55

BAB IV TEMA EKSISTENSIALISME DALAM LAGU-LAGU IWAN FALS

Pada bab ini penulis ingin menghadirkan lagu-lagu Iwan Fals yang mempunyai kesesuaian dengan tema-tema yang hadir dalam tradisi

Eksistensialisme. Adapun dalam penyajiannya penulis menggunakan metode tematis dalam lirik lagu Iwan Fals yang relevan dengan penelitian ini, penulis membagi menjadi tiga tema besar.

Tema pertama adalah kehidupan yang berisikan komentar-komentar Iwan

Fals melalui lagunya perihal kehidupan. Di dalamnya meliputi perasaan absurditas yang ia rasakan dalam persinggungannya dengan kehidupan, perasaan kegelisahan, keresahan, kecemasan,dan penderitaan yang hadirkepadanya, serta keputusan-keputusan yang ia pilih dalam hidupnya.

Tema kedua adalah Tuhan dan agama.Kedua hal tersebut penulis satukan dalam bagian tersendiri, karena penulis merasa kedua hal tersebut memang

“dekat”. Dalam bagian ini akan kita lihat bagaimana bentuk lagu Iwan Fals yang bersinggungan dengan Tuhan dan Agama berdasarkan pengalaman religiusnya, kemudian komentar Iwan Fals terhadap agama sebagai wadah menuju Tuhan, juga pergelutan pemikirannya terhadap Tuhan itu sendiri.

Tema terakhir adalah kematian.Sebagaimana kita maklum, para failasuf eksistensialis memberi perhatian khusus terhadap tema ini, maka wajar bila tema tersebut tak luput dari mereka yang juga memberi konsentrasi terhadapnya.Perihal kematian pun sejatinya memberi pengaruh pada tema yang pertama dan kedua,

55 56

sehingga pada dua tema sebelumnya, jejaknya bisa ditemukan meskipun bagiannya belum dibicarakan secara mendalam pada kedua tema sebelumnya. Di dalamnya akan dibicarakan perjuangan Iwan Fals “melawan” kenyataan atas meninggalnya Galang, hingga masa ia bisa “menerima” kenyataan. Dalam hal ini peristiwa kematian yang terjadi terhadap putranya.

Sepanjang karirnya, antara tahun 1970an hingga tahun 2015 Iwan Fals telah menggubah sekitar 50 album dan sekitar 400 lagu telah digarap selama sepanjang karirnya, baik album solo, kolaborasi, maupun grup,namun dalam bab ini penulis tidaklah menghadirkan keseluruhan lagunya. Sebelum kita masuk kepada pembahasan lagu-lagu Iwan Fals yang termasuk dalam tema-tema

Eksistesialisme, hendaknya kita melihat dahulu kondisi sosiologis Indonesia yang pada saat itu memberangus kebebasan dan terjadinya ketimpangan sosial, karena kita mengetahui bahwa lagu-lagu Iwan Fals sarat akan kritik terhadap pemerintahan pada rezim orde baru.

A. Kondisi Sosiologis Masyarakat Indonesia pada Rezim Orde Baru

Dalam perjalanan gerak sejarah Indonesia untuk memenuhi keinginan untuk mensejahterakan rakyatnya, pada kurun waktu orde lama dan orde baru perjuangan dan pembelaan bagi pengakuan kenyataan keberagaman itu juga terus dilakukan kenyataan keberagaman itu dilakukan oleh mereka yang mencintai negeri ini, menjujung tinggi kesetiaan terhadap cita-cita utama dari kemerdekaan bangsa Indonesia. Di samping itu, penolakan terhadap segala bentuk penjajahan di atas dunia merupakan wujud kepedulian Indonesia akan penegakkan Hak Asasi 57

Manusia (HAM) di dunia internasional yang termasuk dalam pembukaan UUD

1945. Namun, pada kenyataannya di sana-sini terdapat kelemahan-kelemahan dalam penerapan dan pelaksanaannya. Kelemahan tersebut dengan banyaknya aturan yang dibuat dan telah disepakati oleh pemerintahan Indonesia, dihamburkan dan diacak-acak dalam pelaksanaannya. Hal ini mematikan emansipasi kemanusiaan dari berbagai elemen bangsa dalam struktur birokrasi negara dan masyarakat itu sendiri. Contohnya, Soeharto sebagai orang pertama pemegang kekuasaan pada saat rexim orde baru telah membuat sebuah undang- undang dalam UU No. 3 Tahun 1973. Idealnya dengan adanya aturan tersebut

Indonesia mampu menjadi negara yang anti korupsi, namun pada dataran riil,

Indonesia justru menjadi negara terkorup di dunia.

Kondisi perpolitikan Indonesia hampir tidak jauh berbeda dengan aspek lainnya. Eksperimen demokrasi yang dilakukan oleh pemerintahan Indonesia melalui strategi civil society banyak mengalami kendala-kendala dalam penerapannya. Meskipun pada era tahun 1970 dan 1980-an terjadi perubahan- perubahan politik yang cukup signifikan pada sistem pemerintahan, oleh para pengamat politik dipandang sebagai pendorongan proses terwujudnya demokratisasi yang adil, makmur, dan masyarakat.1 Demokrasi pancasila yang dibawa oleh rezim Soeharto dengan mengundang ideologi pembangunanisme diyakini dan dipraktikkan dalam sistem politik-birokratik atau tatanan negara birokrat-otoriter, di mana para birokrat memerintah dengan sistem birokrasi

1Yudi Noor Hardiyanto, Menelisik Perjalanan Batin Iwan Fals, ( Yogyakarta : Open Up, 2008 ), h. 3. 58

patrimonial2, tanpa diimbangi oleh kekuasaan lain. Dalam penerapan sistem politik semacam ini membawa dampak pada peluang dan keuntungan ekonomi didistribusikan melalui jaringan “patron-client”, yang ada pada negara kita.

Disatu sisi perpolitikan Indonesia mengalami perubahan yang sangat berarti, yaitu semakin menurunkan tingkat pertikaian antarmassa bawah (grass root), karena telah dilangsingkannya jumlah partai. Adapun perubahan tersebut adalah sistem kepartaian yang semula dari multi partai menjadi tiga partai,3 yang dilanjutkan dengan sentralisasi ideologi partai pada satu ideologi Pancasila. Tindakan pelangsingan-pelangsingan jumlah partai dan penyatuan ideologi tersebut merupakan awal kemunduran demokrasi Indonesia. Ternyata presiden Soeharto menggunakan milliter sebagai alat kekuasaan untuk menekan kelompok sipil yang ingin berdaulat. Lebih parah lagi setelah peristiwa malari, di mana kritisisme masyarakat yang terwakilkan melalui suara-suara mahasiswa dibendung dan dibuang melalui Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK). Dengan demikian, semakin tidak berdayalah rakyat terhadap rezim orde baru, sebab aspek kehidupan rakyat yang paling mendasar dan menyangkut tatanan hidup, harkat, kebebasan manusia dalam berinteraksi sosial, dalam lingkup kenegaraan yang ingin dilaksanakan oleh tiap individu dalam ruang dtruktur dan kelas-kelas sosial masyarakat harus melalui penyaringan birokrasi. Apabila ada suatu tindakan

2Negara birokratik-otoriter itu ditandai oleh lima ciri dasar. Pertama, rezim menindas hak dan kebebasan politi. Kedua, rezim Soeharto merupakan persekutuan militer. Ketiga, stabilitas ditegakkan sebagai alat bagi pertumbuhan ekonomi sehingga penguasa sangat berpihak pada kalangan pengusaha. Keempat, kebijakan pembangunan lebih banyak dimiliki oleh mereka yang memiliki akses pada kekuasaan/modal. Kelima, kekuasaan rezim Soeharto dilegitimasi lewat materi, konstitusional, prosedural, serta hegemonis dengan berbagai slogan.Yudi Noor Hardiyanto, Menelisik Perjalanan Batin Iwan Fals, h. 15. 3Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Golongan Karya (Golkar), dan Partai Perjuangan Indonesia (PDI).Yudi Noor Hardiyanto, Menelisik Perjalanan Batin Iwan Fals, h. 15. 59

kontradiktif dab dapat membahayakan pemerintah, maka keinginan tersebut harus batal.4

Kemudian Iwan Fals muncul sebagai seorang musisi dari kondisi masyarakat Indonesia yang sedang dibungkam, diperkosa hak kebebasan dan kemerdekaannya dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Lagu-lagunya melekat dalam kehidupan sehari-hari yang nyata dan memungkinkan ia menjadi ikon bagi sebagian besar rakyat Indonesia, terutama kaum marginal, buruh petani, dan orang-orang pinggiran (menengah ke bawah) yang merasa dibela lewat syair- syair lagunya. Model yang ditawarkan oleh Iwan terhadap fenomena kebudayaan atas gejolak tersebut adalah sebuah ide akibat dari pengacak-acakan sifat-sifat mendasar manusia dan masyarakat Indoneisa saat Soeharto berkuasa.5 Dengan aktifitas itu, Iwan Fals sedang mewujudkan eksistensi dirinya, ia berani menyuarakan atas kegelisahannya, mencoba untuk mendobrak apa yang menurutnya tidak berkesesuaian. Manusia mesilah bertindak dan bebas, dengan demikian manusia mengalami dirinya sendiri, eksistensinya sendiri dan seluruh realitas sebagai sesuatu yang membeban berat, kemudian manusia muak dan mendobrak sehingga sampai kepada eksistensi yang otentik.6

B. Kehidupan

Ada pertanyaan yang sangat individual dan sensitif, mungkin kita juga pernah mempertanyakan hal ini, yakni “apakah tujuan hidup saya?”. Dari

4Yudi Noor Hardiyanto, Menelisik Perjalanan Batin Iwan Fals, ( Yogyakarta : Open Up, 2008 ), h. 4-5. 5Yudi Noor Hardiyanto, Menelisik Perjalanan Batin Iwan Fals, h. 11-13. 6 Drijarkara, S.J. Percikan Filsafat. Jakarta: PT Pembangunan, 1978, h. 75.

60

pertanyaan tersebut setiap manusia pasti memiliki jawaban yang beragam karena atas dasar latar belakang yang berbeda-beda. Meski jawaban terhadap pertanyaan tersebut beragam, setidaknya kita bisa melihatapayang melatarbelakangi atas jawaban yang berbeda-beda itu, tentunya dari sikap manusia dalam cara hidup yang berbeda-beda pula.Kierkegaard berusaha untuk menggambarkan keberadaan manusia dalam tahap stadium hidup, keberadaan disini kita anggap tahapan sikap manusia dan cara manusia dalam hidup.7 Kierkegaard membagi sikap berada manusia kepada tiga tahap. Pertama, ada orang-orang tertentu yang mengabaikan pentingnya pertanyaan itu, sikap pertama ini disebut dengan sikap estetis. Dalam stadium ini manusia dikuasai oleh prinsip-prinsip kesenangan hedonistik, dan biasanya bertindak menurut suasana hati (mood), manusia estetis menyibukkan diri dengan berbagai macam rupa hal, tetapi dia tidak melibatkan diri kepada hal tesebut. Kemauan manusia estetis adalah mengikatkan diri pada kecenderungan masyarakat dan zamannya, yang menjadi trenddalam masyarakat. Namun, kesemuanya itu tidak dilandasi oleh passion apapun.8 Kalau manusia hidup secara hedonis dan tidak mempunyai passion atau antusiasme dan keterlibatannya, lalu apa yang terjadi pada jiwa mereka?, jawabannya adalah keputusasaan. Ada beberapa jalan keluar, yakni bunuh diri, lari dalam kegilaan, atau memilih masuk kepada tahapan sikap manusia yang lebih dari pada estetis, yakni sikap etis.

Kedua, mereka yang berpendapat bahwa pertanyaan tersebut adalah penting, namun sia-sia sajalah bila orang ingin menjawabnya. Sikap ini masuk kedalam sikap etis. Manusiamemilih dalam tahap etis berarti mengubah pola

7Van Der Wij, Filsuf-filsuf Besar tentang Manusia, h. 136-137. 8Zainal Abidin, Filsafat Manusia, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), h.148. 61

hidup dan pola pikir, di mana individu mulai menerima kebajikan-kebajikan moral. Dalam sikap etis kita semakin mengikatkan diri, dari yang tadinya hanya menjadi penonton tetapi dalam tahap ini kita sudah menjadi pelaku, dan jiwa individu etis sudah mulai terbentuk dan kuat, sehingga hidupnya tidak lagi tergantung pada masyarakat dan zamannya, artinya tidak lagi mengikuti trend pada zamannya kecuali trend tersebut bersesuaian dengan suara hati individu etis.9 Dalam stadium etis ini juga, manusia dihantui perasaan gelisah bahwa ia menyadari keadaannya yang tragis dan bercacat atau ada yang kurang. Dalam situasi ini individu etis menyadari bahwa ia tak berdaya dan mendambakan topangan dari yang maha kuat, yakni Tuhan. Ketika individu etis sudah merasakan hal demikian, itu artinya dia sudah penasaran pada tahap manusia yang lebih tinggi dari pada tahap etis, yakni tahap religius.10

Ketiga, pada sikap ini orang-orang menyatakan bahwa mereka menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut, bahwa pertanyaan tersebut bukanlah kesia-siaan. Sikap itutelah masuk kepada tahap religius dan merupakan sikap Keberanian untuk Berada.Mereka yang bersikap seperti ini, mengidealisir hidupnya pada sesuatu, dan menujukan hidupnya kepadaNya.Sebetulnya, cara hidup itulah yang merupakan kemungkinan ultim dan makna keberadaan manusia dalam hidup ini.

Penulis melihat sikap kedua dari Iwan Fals, kita lihat pada contoh lagu yangpertama yakni lagu Gelisah, dalam lagu ini kita akan melihat kegelisahan

9Zainal Abidin, Filsafat Manusia, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), h. 150. 10Van Der Wij, Filsuf-filsuf Besar tentang Manusia,Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 2000, h. 138. 62

Iwan Fals atas pertanyaan-pertanyaannya dalam hidup, bahwa Iwan Fals menggambarkan bagaimana hidup bisa menghadirkan kegelisahan.

Gelisah jiwa bagai prahara Orang muda, orang tua Penuh amarah membabi buta Gelisah hidup penjara dunia Padang gelisah panas membara Hutan gelisah membakar hidup Gelisah langit, muntahkan badai Kebimbangan lahirkan gelisah Jiwa gelisah bagai halilintar Aku gelisah, aku gelisah, Aku gelisah.....

Orang muda penuh luka Terkoyak nasib, tertikam gelisah Membalik hidup, menerkam nasib Gelisah badai, gelisah tidur Lingkaran gelisah, lingkaran setan Menggelinding datang dan pergi Di ujung jalan membaca hidup Adakah orang tidak gelisah Aku gelisah, aku gelisah, Aku gelisah.....11

Tulisnya, “mata merah hatinya berdarah / sebab apa tiada yang mau tahu / pada kelelawar ia mengadu / pada lampu – lampu jalan sandarkan angan”.

Lirik tersebut ditutup dengan ungkapan “aku gelisah“. Kegelisahan tersebut tidak selesai di lirik-lirik awal, seolah selama kita hidup selama itu pula kita bergelut dengan kegelisahan. Ia menulis “lingkaran gelisah lingkaran setan / menggelinding datang kdan pergi / di ujung jalan membaca hidup / adakah orang

11Lagu “Gelisah” dalam Album Kantata Takwa, dirilis pada tahun 1999. 63

tidak gelisah / aku gelisah, aku gelisah, aku gelisah”. Terlihat bahwa adanya perasaan kekurangsenangan yang telah memasuki hidupnya bahkan bisa menimbulkan rasa kecemasan yang teramat, dan rasa bosan, bagi Kierkegaard hal tersebut merupakan jalan, jalan pada stadium estetis menuju ke stadium etis.12

Berikut menurut Iwan Fals mengenai perasaan gelisah yang pasti pernah dirasakan oleh setiap manusia.

Gelisah ya, ya gak enak kan?, tapi kan kenyataan ya, ada periode menolak kegelisahan itu, ada periode juga bersyukur terhadap itu, tetapi ada juga periode sebagai manusiawi menerima, memang harus ngelewatin itu, sebagai manusia biasa. Ada saat juga periode penting peristiwa itu seseorang suapa gak ngerasa nyaman, ada di zona nyaman segala macem, gimana seumpamanya gak gelisah?13

Senada dengan lagu Gelisah, lagu selanjutnyapun menggambarkan perasaan gelisah yang dirasakan oleh Iwan Fals dalam hidup ini. Banyak pertanyaan yang masih menjadi misteri, yang sulit diungkap oleh dirinya. Terlihat dari lagu Makna Hidup,

Aku tak mengerti aku tak mengerti Apa sesungguhnya makna hidup ini Semua yang terjadi seperti serupa Pagi yang bernyanyi akhirnya harus pergi,

Sebelum ini mungkin kiranya tidak salah kalau kita memandang sebentar kata “makna” itu. Kata “makna” memiliki berbagai pengertian terutama untuk menunjukkan arti, nilai, rasionalitas, kesesuaian dengan tujuan. Bahasa inggris

12Van Der Wij, Filsuf-Filsuf Besar tentang Manusia, (Yogyakarta : Penerbit Kansiush, 2000), h. 137. 13Wawancara dengan Iwan Fals, tanggal 14 Januari 2016, di Kediaman Iwan Fals, Leuwinanggung. 64

mengatakan sense.14 Jika dilihat padalirik tersebut, Iwan Fals seakan mempertanyakan makna hidup, artinya ia mempertanyakan arti, nilai, dan tujuan hidup ini. Sebagaimana hakikat manusia merupakan makhluk yang bertanya, para eksistensialis pun mengawali semua pemahamannya dari bertanya, mulai dari mempertanyakan dirinya sendiri, keberadaannya, dan dunia seluruhnya.Kemudian terselip sebuah pertanyaannya, mengapa hidup bisa menghadirkan perasaan gelisah pada manusia?, pertanyaan ini mungkin bisa dijawab pada lirik selanjutnya.

Aku nyatanya tak berdaya Ingin mencoba mengerti walau tak mengerti Harus kujalani harus tak mengeluh Mungkin jawabannya Adalah persoalan itu sendiri

Pada lirik tersebut Iwan Fals menyadari bahwa dalam hidup memiliki sekelumit persoalan, persoalan yang merupakan jawaban dari penyebab lahirnya kegelisahannya. Persoalan tersebut bagi para ekistensialis dianggap sebagai situasi-situasi batas. Situasi batas yang paling umum adalah nasib. Manusia lahir telah dinasibkan sebagai pria atau wanita, bertumbuh dari muda menjadi tua, lemah atau kuat. Banyak hal sudah menjadikan fakta, lepas dari pilihan manusia itu sendiri. Banyak hal yang ditentukan di luar kehendak manusia sendiri sebagai

“untung” atau “malang”. Nasib bagi manusia merupakan kesatuan, nasib baik atau buruk merupakan milik manusia itu sendiri. Manusia bisa menerima nasibnya dan

14Van Der Wij, Filsuf-Filsuf Besar tentang Manusia, (Yogyakarta : Penerbit Kansiush, 2000), h.20. 65

mencintainya atau bisa pula menolaknya dan berontak. Setiap kemungkinan pertama akan menjanjikan kesempatan untuk berkembang.15

Selain situasi batas yang umum, ada beberapa situasi batas khusus, yaitu kematian, penderitaan, perjuangan, dan kesalahan. Melihat kata “pesoalan” dari lirik Iwan Fals tersebut tentunya ini lekat dengan batas khusus, kita ambil salah satu dari batas khusus yakni perjuangan. Hal ini disesuaikan pada lirik berikut

“Aku nyatanya tak berdaya / Ingin mencoba mengerti walau tak mengerti / Harus kujalani harus tak mengeluh”, ada sikap perjuangan yang terlihat, dan sikap berontak atas persoalan itu. Perjuangan merupakan situasi batas yang tergantung dari manusia sendiri. Perjuangan “diciptakan” oleh manusia sendiri dan menuai suatu kesempatan untuk berkembang sebagai eksistensi.16

Ketika melihat arti kata “perjuangan” dan kata “harus kujalani”,“harus tak mengeluh“ lebih mendalam, itu akan memunculkan sebuah sikap untuk berusaha mengada. Tentunya tidak adil jika sikap itu diakhiri dengan kesia-siaan, pastilah ada sebuah harapan dan tujuan, bahwa hidup memang harus berjuang dan mendapatkan akhir yang membahagiakan. Iwan Fals memahami bahwa pada akhirnya apapun yang telah dijalani, meski pahit, getir, jatuh, dan menjalankan prosesperjuangan, ada hal yang membuatnya akan terus hidup dari sesuatu yang diyakininya akan mendorongnya pada suatu yang bukan sia-sia. Berikut lanjutan lirik lagu Makna Hidup,

Suara sang penyelamat untuk hidup sesaat

15Harry Hamersma, Filsafat Eksistensi Karl Jespers, Jakarta : PT. Gramedia, 1985, h. 13- 14. 16Harry Hamersma, Filsafat Eksistensi Karl Jespers, Jakarta : PT. Gramedia, 1985, h. 17. 66

Masuk dari jendela di bawah pintu Bangkitkan gairah bangkitkan jiwa yang tidur Kenyataan hidup hampir saja redup.17

Bagi manusia etis akan merasa jengkel karena ketidak kesempurnaannya serta ketidaksanggupan morilnya dan mungkin akan memberontak terhadap seluruh tatanan etis. Kalau begitu, ia menjadi seorang pemberontak. Akan tetapi, dalam situasi tragis ini masih tinggal kemungkinan yang lain. Manusia bisa merasa dirinya kecil dan tidak berdaya sambil mendambakan topangan serta bantuan adi-manusiawi. Ia akan menemukan Tuhan yang mengulurkan tangan-

Nya untuk membantu manusia yang terkoyak-koyak. Bila ia menangkap tangan ini dan membuka diri untuk pengaruh Tuhan dalam kehidupan manusia, maka ia mengatasi stadium etis dan sampai pada stadium religius. Penulis menangkap kesan pada lirik tersebut bahwa Iwan Fals pun membutuhkan topangan kasih dan uluran dari tangan Tuhan.18

Manusia itu tak berdaya, dan Tuhan itu maha besar. Disini jelas bahwa kesinambunganhistoris dalam ruang hati isi jiwa Iwan Fals dalam syair lagunya yang begitu mendalam untuk dihayati dari bait kebait dengan fenomena sosial pada masyarakat dan juga kejadian yang dialami oleh Iwan Fals sendiri dalam perjalanan hidupnya. Bahwa kesadaran tertinggi bagi manusia adalah orang yang senantiasa tahu dirinya sendiri. Sadar akan hidup ini akan mati, sadar bahwa manusia itu tidak lebih kuat dari Tuhan, sadar menyelesaikan masalah-masalah

17Lagu “Makna Hidup” merupakan salah satu ciptaan Iwan Fals yang tidak dikeluarkan dan tidak dikomersilkan, lagu ini berupa demo lagu. Sumber http://www.iwanfalsmania.com/2007/03/makna-hidup-ini.htm, diakses pada 21 Januari 2016. 18Van Der Wij, Filsuf-Filsuf Besar tentang Manusia, (Yogyakarta : Penerbit Kansiush, 2000), h. 138. 67

dengan kesabaran, dan bahwa harta paling berharga dalam hidup ini adalah sabar, bahasa paling manis untuk kita komunikasikan adalah senyum, teman terakrab pada detak jantung kita adalah amal, dan ibadah terindah yaitu ikhlas untuk hidup kita sendiri. Hal ini ditegaskan pada lirik berikut;

Bertahan hidup harus bisa bersikap lembut Walau hati panas bahkan terbakar sekalipun19

Sebab kita pada dasarnya memang manusia tidak memiliki sifat ada; melainkan sifat fana, yang terdapat diantara penciptaan dan penghancuran yang hanya menampilkan penampakan dan representasi yang kabur dan samara-samar atas dirinya sendiri. Jadi disini IwanFals mencoba bahwa disaat nalar mencari persepsi yang benar-benar jelas tentang segala sesuatu yang bisa berubah dan binasa, ia akan tersesat. Sebagian menuju penciptaan dan sebagian menuju penghancuran, karena kita tidak mampu memahami sesuatu yang sungguh- sungguh kekal atau berada didalamnya. Jadi apapun yang diciptakan tidak akan mencapai kesempurnaan ada, sebab proses penciptaan tidak pernah berhenti.

Senantiasa mengalir, benih menjadi janin, lalu menjadi bayi, lalu menjadi anak, kemudian remaja, pemuda, lelaki dewasa, menjadi orang tua dan akhirnya menjadi jompo. Dilanjutkan dengan syair dibawah ini;

Keluh kesah ini mungkin berguna Jadikan teman sejati di medan juang Bisa jadi kita bosan tapi kenyataan Badai datang tak bosan-bosan Waspadalah kawan perjuangan masih panjang

19Lagu “Di Ujung Abad” dalam Album Suara Hati, dirilis pada tahun 2002. 68

Oleh sebab itu ada satu cara yang dengan hidupnya manusia bisa bebas dari semua kecemasan tentang segala sesuatu yang telah terjadi padanya, takdir jiwanya jika dalam hidupnya dia telah meningalkan kenikmatan-kenikmatan ragawi dan berbagai hal semu sebagai sesuatu yang bukan tujuannya dan tampaknya akan lebih banyak menimbulkan keburukan dari pada kebaikan dan mencurahkan dirinya pada kenikmatan dalam memperoleh pengetahuan, dan dengan demikian menyesuaikan dirinya untuk menantikan perjalanannya menuju dunia selanjutnya dengan menghiasi jiwanya bukan dengan keindahan semu melainkan keindahannya sendiri, dengan mengendalikan diri pada kebaikan, keberanian, kebebasan serta kebenaran. Sampai menuju titik pada kematian tubuhnya dalam mempertahankan perjuangan-perjuangan nilai-nilai yang menjadi prinsip hidup itu sendiri.

Perjuangan, perasaan gelisah yang menerpa Iwan Fals setidaknya telah memberikan perenungan-perenungan kepadanya, dan pada akhirnya ia pun menyadari bahwa hidup memiliki tujuan untuk bahagia karena hidup ini sungguhlah berarti dan tidak sia-sia. Lirik berikut menggambarkan keadaan itu pada lagu Api Unggun.

Ayo ayo kumpul Di depan api unggun Saling berpegangan Saling berpandangan Menghangatkan badan Menghangatkan hati Agar hidup ini jadi lebih berarti

Usah kamu pusing Usah kamu resah Lepaskanlah dirimu 69

Jangan terus membatu

Agaknya pada lirik tersebut Iwan Fals berusaha sedikit memanjakan dirinya dengan pemikiran-pemikiran yang tidak begitu membebani. Ungkapnya, usah kamu pusing, usah kamu resah / lepaskan dirimu, jangan terus membatu,lirik tersebut ia tujukan dengan maksud memberi nasihat kepada orang lain, ketika orang telah dengan berani menasihati orang lain tentunya orang yang memberikan nasihat itu telah terlebih dahulu melaksanakannya. Artinya, Iwan

Fals hendak menjelaskan bahwa dirinya sudah menemukan cara yang sedikit menenangkan hati untuk menjalani hidup. Tak perlu membatu, cukup menjadi dirimu, membebaskan dirimu, menemukan minatmu, dan kemudian nikmati itu.

Cukuplah rasa was-was yang hadir akan menjadikan manusia itu untuk mengalami dan menyempurnakan diri sebagai pribadi yang otentik dalam sikap yang baik. Akan tetapi, yang sebaik-baiknya ialah, jika manusia menentukan sikap dan sifat itu dengan sadar. Bahkan penentuan sikap dan sifat itu perlu diulangi berkali-kali. Sebab manusia selalu diancam bahaya dan rasa was-was untuk tenggelam, dan kadang-kadang dia kandas. Dalam situasi yang demikian itu perlulah tekad baik diulangi lagi, agar makin lama makin kuat.20 Hal tersebut dianggap penting karena tersadar bahwa dalam hidup yang penuh dengan kemungkinan hendaknya diisi dengan sesuatu yang bermanfaat dan membahagiakkan bagi pribadi dan orang lain. Hal ini bersambung dengan lirik berikut;

Hidup ini sebentar

20Drijarkara S.J, 1978, Percikan Filsafat, (Jakarta: PT. Pembangunan, 1978), h. 29. 70

Sayang kalau terbuang Ayo ikut aku jangan malu malu21

Lirik tersebut seolah Iwan Fals ingin menjelaskan bahwa mengejar kepuasan indrawi tidak akan memberikan kenikmatan untuk jangka panjang, orang perlu paham tentang tujuan hidup. Seorang manusia yang tidak mempunyai kebutuhan mental dinamakan tidak berbudaya, ia tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan waktu luangnya, ia bingung mencari sensasi-sensasi baru dari satu tempat ketempat lain, dan akhirnya ia ditaklukkan oleh kebosanan yang selalu membayang-bayanginya. Yang paling mengagumkan dari semua yang sangat mengagumkan bukanlah penaklukan atas dunia, melainkan penaklukan atas diri sendiri. Kebahagiaan yang kita terima dari diri kita sendiri jauh lebih besar daripada yang kita dapatkan dari lingkungan kita. Benar apa yang dikatakan

Aristoteles, “bahagia berarti menjadi diri yang sederhana”.22 Maka dengan begitu, hiduppun menjadi bermakna dan berarti.

Masih dalam lirik yang berisi perjuangan, nasehat, dan perenungan yang kontemplatif ditulis Iwan Fals dalam tema kehidupan pada Eksistensialisme, seperti yang tertulis dalam syair lagu yang berjudul, Jalani Hidup, Lagu Satu.

Jalani hidup Tenang tenang tenanglah seperti karang Sebab persoalan bagai gelombang Tenanglah tenang tenanglah sayang

Iwan Fals menganalogikan manusia itu seperti karang, mengibaratkan sifat manusia yang seperti karang,ia diam meski diterjang badai dan tetap kuat

21Lagu “Api Unggun” dalam album Raya, dirilis pada tahun 2013. 22Zainal Abidin, Filsafat Manusia, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), h. 83-85. 71

meski diterpa gelombang. Iwan Fals berharap kepada orang terkasih agar menjadi manusia yang kuat, tangguh, dan sabar. Kemudian ia menganalogikan persoalan itu seperti gelombang. Ombak-ombak lautan tersebut adalah derita dan merupakan masalah yang kita hadapi. Persoalan disini tentunya termasuk kepada hal-hal derita, sesuatu yang tidak mengenakkan. Semua bentuk penderitaan merusak

Dasein manusia sedikit demi sedikit. Penyakit, ketegangan, rasa putus asa, perbudakan, kelaparan, dan hal-hal derita yang lain. Kita dapat mencoba untuk menghindari penderitaan dan melawannya sejauh mungkin, tetapi semua orang pasti kebagian derita, tergantung bagaimana cara manusia itu menghayatinya.

Meski bergitu penderitaan dapat menjadi sesuatu yang baik, mengapa demikan?

Karena, manusia yang terus-terusan dihantam oleh derita itu berarti ia memiliki kesempatan untuk berkembang sebagai eksistensi yang otentik. Kalau manusia menerima penderitaan sebagai nasibnya, dan bila ia tidak mencoba untuk melarikan diri walaupun mungkin ia mengeluh, dengan dengan hal itu ia bertumbuh melalui penderitaan.23 Dalam penderitaan, manusia lebih mudah menjadi dirinya sendiri daripada dalam keberuntungan.Dilanjutkan dengan sikap

Iwan Fals yang seolah menerima penderitaan dan melawan penderitaan, terlihat dari lanjutan lirik berikut;

Tek pernah malas Persoalan yang datang hantam kita Dan kita tak mungkin untuk menghindar Semuanya sudah suratan

23Harry Hamersma, Filsafat Eksistensi Karl Jespers, Jakarta : PT. Gramedia, 1985, h. 15. 72

Dalam menghadapi persoalan itu Iwan Fals menegaskan untuk tidak hanya diam walaupun persoalan itu sudah suratan, tetapi persoalan mesti dihadapi.

Menghadapi persoalan dibutuhkan perjuangan, pada tahap dasein ada perjuangan semua makhluk hidup untuk mempertahakankan diri. Perjuangan ini dapat terjadi secara halus. Di sini tidak ada batas-batas; tidak ada yang berusaha memenangkan diri, tidak ada penipuan, tidak ada kejahatan, tidak ada kekerasan, tidak ada yang kalah, tidak ada paksaan, atau gangguan. Jaspers menamai perjuangan Liebender

Kampf, “perjuangan berdasarkan cinta kasih”, “perjuangan bagi diri sendiri”, perjuangan seorang ekstistensi untuk mencapai keotentikan dirinya. Yang dilawan dalam perjuangan pada tingkat eksistensi itu tidak hanya orang lain, melainkan juga saya sendiri. Segala sesuatu harus terus diselidiki; saya tidak pernah boleh berhenti bertanya. Perjuangan untuk membangunkan eksistensi tidak pernah selesai, sebagaimana cinta juga merupakan sesuatu yang bukan miliki tetap melainkan hasil perjuangan yang terus menerus.24 Ditegaskan kembali pada lirik selanjutnya,

Berlomba kita dengan sang waktu Jenuhkah kita jawab sang waktu Bangkitlah kita tunggu sang waktu Tenanglah kita menjawab waktu25

Manusia yang bertanya, tahu tentang keberadaannya dan ia juga menyadari dirinya sebagai penanya. Jadi, disini Iwan Fals mencari dan dalam pencariannya ia mengandaikan bahwa ada sesuatu yang bisa ditemukan, yaitu

24Harry Hamersma, Filsafat Eksistensi Karl Jespers, Jakarta : PT. Gramedia, 1985, h. 16. 25Lagu berjudul “Lagu Satu” dalm Album Hijau, di rilis pada tahun 1992. 73

kemungkinan-kemungkinannya.26 Banyak yang tersirat dan masih menjadi misteri, kemungkinan-kemungkinan itu akan berujung pada kemungkinan terakhir, sebagian eksistensialis ada yang mempercayai bahwa kemungkinan ultim itu ialah kematian, ada juga yang mengatakan kemungkinan ultim manusia itu adalah mengembangkan situasi-situasi yang ada.27 Bagi Iwan Fals menjalani hidup dengan segala ketidakpastian dan pergulatan-pergulatan kepada waktu, menjalani prosesnya dengan kesabaran. Walau begitu, ia percaya bahwa hidup memiliki takdir akhirnya dengan kesesuaian yang sudah ditetapkan, dia hanya perlu berjuang untuk sampai kepada kemungkinan terkahir itu dan ketika telah sampai pada situasi itu, ia akan menemukan jawabannya. Tulisnya, bangkitlah kita tunggu sang waktu / tenanglah kita menjawab waktu.

Dalam proses panjang yang selalu menanti jawaban dari sang waktu,

Iwan Fals menemukan apa yang disebutnya sebagai wadah bagi pengungkapan dari segala perasaan yang ia rasa selama ini; perasaan senang, sedih, bahkan kemarahan. Wadah yang memberikan kepuasan untuk menggeliatkan ide dan perasaannya. Hal ini tentu diungkapkannya melalui musik yang berisikan syair- syair. Lirik berikut memperlihatkan bahwa apa yang dipilih oleh Iwan Fals merupakan pilihan bagi jati dirinya, dalam hal ini kita menyebutnya passion.

Berikut lirik “Mencari Kata-kata”;

26Van Der Wij, Filsuf-filsuf Besar tentang Manusia,Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 2000, h. 20. 27Van Der Wij, Filsuf-filsuf Besar tentang Manusia,Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 2000, h. 148. 74

Kehidupan seorang manusia selalu melamun Dan apa yang dilamunkan itu salah satu terwujud Seperti lamunanku yang mencari kata-kata

Bangun tidur layaknya seorang petani Kalau petani mengambil cangkul Aku mengambil gitar dan mencari kata-kata Dan selalu mencari kata-kata

Kata-kata sangat bermanfaat bagiku Dan kata-kata yang membuat kehidupanku terwujud

Mencari kata-kata Dan selalu mencari kata-kata Tiap hari aku mencari kata-kata Mencari kata-kata28

Bagi Kierkegaard yang dibutuhkan dalam hidup ini adalah suatu passion, suatu antusiasme, suatu gairah, suatu semangat, dan keyakinan pribadi, yang diyakini oleh kehendak bebas, afeksi, dan rasa tanggung jawab. Dibutuhkan suatu greget tertentu dalam setiap sikap dan perbuatan kita. Perjalanan hidup

Kierkegaard serta deskripsi filsafat eksistensinya tentang tahap-tahap eksistensi manusia, membuktikan penekanan Kierkegaard tentang hal itu.29 Bagi para fans panatik Iwan Fals tentu sudah mengikuti bagaimana Iwan Fals yang bergema lewat musiknya, dan mengikuti perjalanan hidupnya. Lagu tersebut menggambarkan bahwa dalam hidup harus memiliki ketertarikan dengan sesuatu yang bertujuan untuk mewujudkan eksistensi diri, dengan segala kegusaran dan kegundahan bisa diungkap melalui apa yang bisa memuaskan batin, dalam hal ini

Iwan fals memilih musik sebagai jalan hidup. Musik sebagai passionnya.

28Lagu “Mencari Kata-kata” merupakan lagu yang tidak beredar dan dirilis pada tahun 1998. Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Iwan_Fals 29Zainal Abidin, Filsafat Manusia, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), h. 146. 75

Tulisnya, kata-kata sangat bermanfaat bagiku / dan kata-kata membuat hidupku terwujud,“kata-kata” disini merupakan pengertian lirik pada lagu, lirik yang serupakan fasilitas dalam penyampaian ide-idenya. Hal yang coba diungkap oleh

Iwan adalah bahwa lagu telah membawanya kepada kebermanfaatan dalam hidupnya, musik yang telah membuatnya mengerti bahwa hidupnya telah terwujud, kata “hidup” disini merupakan sebuah perumpamaan seuatu yang sangat berkembang, sesuatu yang tumbuh, dan itu telah terwujud melalui musik.

Setidaknya kita telah melihat sebuah keberanian Iwan Fals untuk bersikap, yakni memilih musik sebagai jalan hidup. Hal ini berarti Iwan Fals telah menemukan passion dalam dirinya, sebuah passion bagi Kierkegaard untuk menuju kepada keotentikan diri.

Penegasan terakhir dalam sikap berkehidupan diisi pada lagu Iwan Fals yang berjudul “Lekaslah Sembuh”.Berikut penggalan-penggalan lirik lagu tersebut;

Bertahun sudah engkau lewati Perjalanan hidup yang penuh pertanyaan ini

Memang badan kan dimakan waktu Setiap yang hidup begitu adanya Lekaslah sembuh dan kembali Mengisi hidup yang sebentar ini..30

Lagu tersebut memperlihatkan kembali sikap penerimaan dan pemahamannya atas makna hidup, lagu ini tercipta disaat salah satu teman Iwan

30Lagu “Lekaslah Sembuh” dalam album Raya, dirilis pada tahun 2013. 76

Fals sedang sakit.31 Dari peristiwa itu ia memahami bahwa selain derita yakni peristiwa sakit, manusia juga akan mengalami proses perkembangan ragawi dan hal tersebut tak akan bisa ditolak, tetapi dengan usia dan badan yang akan berubah bukan berarti hidup akan berhenti. Dengan waktu yang masih bisa dijalani, maka jalanilah waktu yang ada, sisa waktu yang mesti dinikmati. Tulisnya lekaslah sembuh dan kembali mengisi hidup yang sebentar ini.

Pada fase persiapan perjalanan batin Iwan Fals, terlihat bahwa objek yang menjadi insipirasi syair lagu Iwan lebih mengarah pada persoalan hidup,32 khususnya pada tema kehidupan ini memperlihatkan bahwa inspirasi syair lagu- lagunya tercipta atas dasar pergulatan pemikirannya terhadap apa yang ia hadapi dalam hidupnya. Kira-kira demikianlah sekelumit pergelutan yang dialami Iwan

Fals dengan hidup. Pergelutan dengan hidup, memang tidak selalu memberi hasil yang “negatif”. Sejarah memang merekam perihal Nietzche yang harus membunuh Tuhan demi sampai kepada manusia super-nya, atau Sartre yang menganggap bahwa “orang lain adalah neraka”. Namun demikian, sejarah juga menyajikan Kierkegaard dengan manusia religius-nya. Namun bagaimanapun juga hasilnya, usaha Iwan Fals untuk memahami hidup perlu diberi apresiasi tersendiri, seperti bagaimana pun hasil dari pemahaman yang akan tercipta dari pemahaman Iwan Fals sendiri mengenai kehidupan.

C. Tuhan – Agama

31Wawancaradengan Iwan Fals, tanggal 14 Januari 2016, di Kediaman Iwan Fals, Leuwinanggung. 32Yudi Noor Hardiyanto, Menelisik Perjalanan Batin Iwan Fals, ( Yogyakarta : Open Up, 2008 ), h. 124. 77

Terdapat dua cabang pada Eksistensialisme, dalam hal ini cara mereka dalam mempercayai Tuhan dan Agama. Yaitu,

a. Eksistensialisme murni, dinamakan Eksistensialisme karena ia

terbebas dari semua keyakinan yang diwariskannya. Cabang ini

diwakili oleh Nietzsche, Sartre, Heidegger.

b. Eksistensialisme terikat, berhubungan dngan suatu keyakinan tertentu.

Cabang ini diwakili oleh Kierkegaard, Karl Jespers.

Percabangan ini telah membawa pada perbedaan kesimpulan yang dicapai oleh masing-masing cabang. Ketika Eksistensialisme murni melihat bahwa wujud (being) merupakan sebuah “drama” (tragedi) yang dihidupkan oleh manusia dan melihat orang lain serta berbagai hubungan mereka secara personal dengan pandangan negatif, serta tidak menemukan makna dan tujuan dari wujud

(being) sehingga ia dianggap sebagai sebuah nihilitas. Berbeda dengan hal tersebut, kita menemukan bahwa Eksistensialisme Terikat mengembalikan wujud

(being) kepada Allah dan ditanganNya, tragedi berubah menjadi keselamatan.

Filsafat ini melihat wujud dan tujuannya, serta mencari pertolongan, perhatian, dan kebaikan Allah.

Untuk kebanyakan orang, Tuhan dan agama sering dianggap sebagai jawaban dari pertanyaan “apa tujuan hidup saya?”. Dalam Islam sendiri sering diajarkan, bahwa tujuan penciptaan adalah beribadah pada Yang Esa. Agama sebagai sarana menuju Tuhan juga memiliki aturan-aturan yang baku. Lahirnya karya-karya Iwan Fals tidak pernah lahir dalam tabung vakum sejarah, karena dia mencipta lagu hidup di dalamnya, dan dihidupi oleh sejarah yang tertanam dalam 78

ruangan ingatan pribadinya. Dalam menyanyikan lagunya, dia berteriak kepada apa saja, manusia, nasib, bumi, langit, keadaan, takdir, presiden, menteri, anggota

DPR, udara, cuaca, bahkan berteriak kepada Tuhan. Ia memprotes manusia dan keadaan lalu berseru kepada Tuhan.33

Dengan pribadi Iwan Fals yang “bergejolak-berontak”, rasanya akan menarik untuk melihat sikapnya terhadap Tuhan, begitupun sikapnya terhadap agama dalam pengertiannya yang formal, yang berbentuk suatu lembaga yang menawarkan kehidupan yang berarti bila orang mau percaya.Pertanyaannya yang muncul ialah, sebagai eksistensi yang berusaha menuju kepad keotentikanya, apakah Iwan Fals memilikih sikap yang lebihcondong ke Eksistensialisme murni atau Eksistensialisme terikat?

Pada lagu pertama dalam tema ini, kita lihat dari lagu Tolong Dengar

Tuhan, disini ia mendeskripsikan perihal bencana gunung Galunggung.

Hei, Tuhan apakah kau dengar? Jerit umatmuiselah tebalnya debu Hei, TuhanAdakah kau murung? Melihat beribu wajah berkabung Disisa gelegar Galunggung Hei, Tuhan tamatkan saja, Cerita pembantaian orang desa, yang jelas hidup tak manja Hei, Tuhan katanya engkau maha bijaksana Tolong Galunggung pindahkan ke kota Dimana tempat segala macam dosa Berat beban kau datangkan pada mereka disana Cela apa? nista apa? Hingga engkau begitu murka Sungguh ku tak mengerti, hingar tangis karena adabMu Setiap detik duka berpadu, semakin keras jerit tak puas

33Yudi Noor Hardiyanto, Menelisik Perjalanan Batin Iwan Fals, ( Yogyakarta : Open Up, 2008 ), h. 150. 79

Dari mereka yang resah bertanya Adilkah keputusanMu? Acap kali rintih memaki, setiap duka tuding Ilahi Jangan salahkan kecewa kami Bosan dalam irama takdirMu, walau ku tak terganggu Bukankah kau maha tahu, pengasih, penyayang Namun, mengapa selalu sajaItu hanya cerita Hei, Tuhan tolong hentikan Hei, Tuhan dengar rintihan Amuk lahar yang datang hanguskan bumi Tinggalkan arang penghuni desa pergi Gemuruh batu hancurkan saudaraku Ulurkan tangan bantulah sesamamu

Tuhan, salah apakah mereka?34

Bencana Galunggung35 yang dialami masyarakat desa, yang baginya“jelas hidup tak manja”, kegiatan orang-orang pedesaan yang sehari- harinya hanya menyibukan diri dengan pematang sawah, hutan, dan alam, tak peduli dengan kulit mereka yang mehitam karena didera panas. Tutur dan budi yang masih alami dan natural, jauh dari kesan hedonis seperti yang ada di kota- kota, tempat dimana segala tindak tanduk buruk lebih terlihat, tulisnya “Tolong

Galunggung pindahkan ke kota, dimana tempat segala macam dosa”.

Baginya bencana tersebut tidak adil, sedangkan Tuhan mestilah adil, mestilah bijaksana, mestilah penyayang.Iwan pun mempertanyakan atas

34Lagu “Tolong Dengar Tuhan” dalam Album Indonesia Dalam Berita, dirilis pada tahun 1998. 35Gunung Galunggung merupakan gunung berapi dengan ketinggian 2.167 meter di atas permukaan laut, terletak sekitar 17 km dari pusat kota Tasikmalaya. Terdapat beberapa daya tarik wisata yang ditawarkan antara lain obyek wisata dan daya tarik wanawisata dengan areal seluas kurang lebih 120 hektaree di bawah pengelolaan Perum Perhutani. Obyek yang lainnya seluas kurang lebih 3 hektar berupa pemandian air panas (Cipanas) lengkap dengan fasilitas kolam renang, kamar mandi dan bak rendam air panas. Gunung Galunggung tercatat pernah meletus pada tahun 1822. Kemudian pada tanggal 8 Oktober s.d. 12 Oktober. Letusan berikutnya terjadi pada tahun 1894. Pada tahun 1918, di awal bulan Juli, letusan berikutnya terjadi, diawali gempa bumi. Letusan terakhir terjadi pada tanggal 5 Mei 1982. Sumber : Wikipedia Bahasa Indonesia, https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Galunggung, artikel diakses pada 22 Januari 2016. 80

kebenaran sifat Allah itu, tulisnya “Hei Tuhan, Katanya engkau maha bijaksana?”. Lirik tersebut dilanjutkan dengan hadirnya perasaan gelisah dan kekecewaan, yang mendatangkan pertanyaan-pertanyaan lanjutan, “cela apa

?nista apa ? hingga Engkau begitu murka ? sungguh ku tak mengerti”, kemudian

“Jangan salahkan kecewa kami, dengan takdirMu, bukankah Kau Maha Tau, namun mengapa selalu saja itu hanya cerita ?”.

Terlihat pula pada lirik tersebut, beberapa kali Iwan memanggil Tuhan dengan seruan “Hei”, dengan panggilang itu seolah-olah dia sangat geram dan kesal terhadap Tuhan, karena peristiwa itu. Dia lebih memilih intonasi tinggi dengan kata “Hei”, daripada kata-kata lain yang lebih umum dipakai seorang hamba, seperti “kupanggil”, “kumohon”, atau yang lain. Intonasi itu terkesan intonasi yang menantang, seolah Iwan mempertanyakan kehebatan Tuhannya itu yang katanya maha segala. Walau pada akhirnya Iwan Fals tersadar bahwa semua yang terjadi ialah merupakan sesuatu yang berasal dariNya dan merupakan takdir yang memiliki hikmah. Beberapa eksistensialis, tema Tuhan dan agama selalu menjadi tema penting.Dalam lagu di atas Iwan Fals mempertanyakan kembali konsep “Tuhan”, secara lebih spesifik “Tuhan yang maha bijaksana”. Pemahaman tentang Tuhan yang sudah demikian baku dan mapan. Sebagaimana keyakinan

Hegel yang kemudian diuangkapkannya yakni: Bagi segala sesuatu yang ada dan mungkin ada, terdapat suatu ide sebagai asalnya atau suatu pikiran dasarnya, yaitu

Logos atau Allah.36

36Van Der Wij, Filsuf-Filsuf Besar tentang Manusia, (Yogyakarta : Penerbit Kansius, 2000), h. 104. 81

Tampaknya pada lagu Tolong dengar Tuhan, Iwan Fals benar-benar mempertanyakan kembali peranan Tuhan. Dengan agak meyombong memanggil

Tuhan dengan seruan “Hei” untuk mewujudkan perasaan kekecewaannya. Namun pada lirik lagu selanjutnya, sikap kesombongan itu tidak terlihat pada lagu ini, dilagu ini Iwan Fals seolah menyadari bahwa tanpa Tuhanmungkin tidak akan ada penolong. Berikut lirik lagu “8.8 mm dalam kuasaMu”;

Usai sudah kata kataku Sendiri terkunci disini Menatap belukar karang terjal Arang semua mimpiku Coba singkirkan gamang hati Menjadi belati sendiri Menembus dinding kelam langit hitam Bersama geram di nadiku

Tanah oh tanah tanahku Beri baja ragaku Kan ku terjang semua yang menghadang Ke batas takdir yang kupunya Koyak sudah semua yang ada Terkoyak ke dasar sukmaku Sendiri tergantung di gelap malam Berakhirkah ku disini ?37

Lirik tersebut menyiratkan kegamangan hati Iwan Fals, entah sampai kapan rasa gelisah dari musisi ini akan berkahir. Seperti sulit sekali menemukan ketenangan dalam diri. Sebagai manusia adalah wajar jika pernah dan akan terus merasakan gamang, akan terus bertanya, karena manusia hanya menebak-nebak atas segala kemungkinan. Apa yang terjadi pada diri Iwan Fals adalah manusiawi.

37Lagu “8.8 dalam kuasaMu” dalam Album Pemanjat, merupakan lagu yang berduet bersama Harry Suliztiarto, dirilis pada tahun 1996. 82

Jadi, menuju manusia yang otentik akan terus terlibat dengan hal demikian, sebagaimana mungkin kita telah pahami bahwa Tuhan itu tidak mempertanyakan diriNya karena ia sama sekali jelas bagi dirinNya dantidak ada kemungkinan atau perubahan padaNya. Tuhan tidak terarah kemasa depanNya. Karena itu, dapat saja dikatakan bahwa Tuhan tidak ber”ek-sistensi”. Ia tidak keluar menuju apa yang belum hadir. Hanya suatu makhluk yang dapat merancang dirinya secara sadar, yang sarat kemungkinan-kemungkinan dan terbuka untuk masa depannya, sungguh-sungguh dapat ber”ek-sistensi”.38 Masih terlihat sedikit sedikit rasa angkuhnya pada penggalan lirik tersebut, tulisnya Tanah oh tanah tanahku / Beri baja ragaku / Kan ku terjang semua yang menghadang / Ke batas takdir yang kupunya.Kesombongan itu diperlihatkan pada pengharapan untuk mendapat pertolongan kepada hal selain Tuhan, mestilah harusnya ia mengemis pertolongan kepada Tuhan bukan kepada tanah, api, atau apapun yang Tuhan ciptakan.

Keputusasaan terlihat pada lirik tersebut, tulisnya, berakhirkah ku disini?. Namun pada lirik selanjutnya ia menyerah, berikut penggalan lirik selanjutnya;

Sirna kini kesombonganku Terhempas berkali dan luka Diterkam beku digerus badai Tawarkan ku tuk menyerah

Perasaan gamang itu coba ia hayati, ia sejenak tersadar bahwa kesombongannya tidak sama sekali membantu, dan akhirnya ia pun menyerah.

Tulisnya,sirna kini kesombonganku / tawarkan ku tuk menyerah.Dalam hal ini

Iwan Fals mencoba untuk mencari keberuntungan tanpa pertolongan Tuhan,

38Van Der Wij, Filsuf-filsuf Besar tentang Manusia,Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 2000, h. 18. 83

mencoba menjadi manusia yang bebas, mungkin bisa jadi merujuk kepada

Eksistensialisme murni. Bagi Sarte manusia bebas karena Allah tidak ada.

Sedangkan menurut Jaspers manusia bebas karena Allah ada.Kebebasan itu “sama dengan eksistensi”, dan “tidak ada eksistensi tanpa transendensi”. Akan tetapi manusia hanya bebas selama transendensi tersembuyi.39 Jikalau Iwan Fals memahami itu, ia akan mengerti bahwa semestinya apapun yang ingin dikehendaki walaupun itu kehendak bebas, tetaplah pada koridor bertransendensi, maka perkara manusia dengan perasaan gamang akan sedikit hilang. Namun pada lirik selanjutnya Iwan Fals seolah mulai memahami perihal manusia dan transendensi. Maka ia temukan sesuatu yang patutnya ia mintai pertolongan.

Berikut lanjutan penggalan lirik tersebut;

Tuhan oh Tuhan Tuhanku Beri mata hatiku tetap kusadarkan Kau pelindung diriku PadaMu ku berserah diri

Iwan Fals akhirnya menyerah. Tulisnya, Tetap kusadarkan Kau

Pelindung diriku / PadaMu ku berserah diri, dan kemudian pada lagu ini seruan

“hei” menjadi seruan “oh Tuhan”, seruan yang lebih enak didengar daripada seruan yang tidak sepantasnya diserukan oleh sebutan hamba. Iwan Fals menyadari bawa pertolonganitu tentulah berasal dariNya. Namun mengapa pada akhirnya Iwan Fals menyerah? Lirik tersebut kemudian menghadirkan pertanyaan selanjutnya yang mungkin hal ini memiliki kesinambungan atas sikap menyerahnya Iwan terhadap Tuhan. Pertanyaannya ialah, mungkinkah manusia

39Harry Hamersma, Filsafat eksistensialisme Karl Jespers, Jakarta : PT. Gramedia, 1985, h. 21. 84

tanpa Tuhan?, kalau manusia bisa hidup tanpa Tuhan, apakah hidupnya masih mempunyai makna?, secara objektif kehidupan kita memang tidak mempunyai makna sedikit pun dan absurd sama sekali. Kita tidak mempunyai alsan untuk berada. Manusia merupakan suatu gairah yang tidak berguna. Namun, kita bisa memberimakna kepada kehidupan kita dan dengan itu kehidupan manusiawi sebetulnya baru menjadi mungkin.40 Akhirnya Iwan Fals pun memahami bahwa makna hidup ini akan benar-benar hidup dan bergairah jika ada kekuatan Tuhan yang membangkitkan hati yang mati pada setiap manusia, dan dia menemukan hal demikian dalam hidupnya.

Ketika Iwan Fals telah menemukan kegairahannya atas keyakinannya terhadap Tuhan, Iwan Fals menjadi paham bahwa Tuhan ialah tempat ia mengeluh dari semua perasaan gelisah yang dia rasa dan menemukan Tuhan berarti menemukan sebuah harapan.

Coba bayangin kalo gak ada Tuhan, gimana mau ngeluh? Ngeluh sama kamu malah bingung kamunya, kalo ada Tuhan kan “Tuhan tolongin gua dong” soal kegelisahan tadi kan salah satu jawaban, “gua lagi gelisah nih”. Bayangin coba orang-orang yang gak bertuhan, kuat sih memang, tapi kan dia ngeluh diputusin pacarnya, atau seumpanya dia gak punya pekerjaan, sakit parah. Kalo punya Tuhan kan enak, “aduh Tuhan tolong sembuhin dong,” ada harapan, tapi kalo gak ada Tuhan? Ya dia kuat- kuatin aja sendiri. Dokter-dokter juga bingung. Tapi ya terimakasih lah adanya Tuhan.41

Seolah Iwan telah menemukan ketenangan ketika ia meyakini Tuhan dan

Tuhan ialah penolong baginya, maka ketika dia menemukan ketidak sesuaian

40Van Der Wij, Filsuf-filsuf Besar tentang Manusia,Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 2000, h.20. 41Wawancaradengan Iwan Fals, tanggal 14 Januari 2016, di Kediaman Iwan Fals, Leuwinanggung. 85

dengan apa yang ia pahami dalam agamanya, ia berusaha untuk berontak. Hal ini terlihat pada lagu selanjutnya yang berjudul Cinta;

Orang bicara cinta Atas nama Tuhannya Sambil menyiksa membunuh Berdasarkan keyakinan mereka

Pada lirik tersebut Iwan Fals seolah memberi pemahaman mengenai hubungan antar manusia yang mestinya rukun dan tidak berbuat kekerasan atas nama Tuhan dan kepentingan pribadinya. Pada masanya pertikaian elite politik dan terlantarnya agenda kerja untuk mensejahterahkan rakyat yang pernah didengungkan oleh para politisi dan para negarawan pasca orde baru semakin membuat rakyat menderita. Hal ini berakibat pada terhambatnya pelaksaan humaniora. Sehingga pada akhirnya akibat tekanan-tekanan dan beban banyak orang-orang “melacurkan” harga dirinya hanya untuk mendapatkan apa yang ia mau, dan menghancurkan moral sendiri sebagai manusia. contohnya, memilih untuk melakukan tindak kejahatan seperti membunuh, menikam, menindas, memeras, bahkan tindakkan asusila, dan manusia melakukan hal tersebut mengatas namakan agama dan Tuhan.42 Manusia secara subjektif melupakan arti cinta kasih antar sesama, semua ajaran-ajaran kebaikan dari tiap keyakinan dan ajaran dari Tuhan senantiasa terlupakan demi memenuhi hasrat pribadi. Lanjut pada lirik selanjutnya;

Doa doa bergema Mata menetes darah

42Yudi Noor Hardiyanto, Menelisik Perjalanan Batin Iwan Fals, ( Yogyakarta : Open Up, 2008 ), h. 6-7 86

Satu lagi korban jatuh Tradisi lenyap dihisap marah

Disini Iwan Fals menjelaskan mengapa pembunuhan bisa terjadi, karena tradisi telah lenyap, lenyap dihisap amarah, “tradisi” di sini dimaksudkan ialah merupakantradisi dalam agama yang ia yakini, yakni tradisimenyebarkan cinta kasih pada sesama, menjaga silaturahmi, tradisi berdamai, dan menahan amarah.

Pada keyakinan Iwan Fals yakni dalam agama Islam bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kasih sayang, persaudaraan bukan mengajarkan kekerasan.

Islam, agama yang diridlai Allah SWT, sebagai petunjuk bagi manusia dalam mencapai kebahagiaan hidupnya di dunia yang sedang kita jalani sekarang ini, maupun kebahagiaan hidup yang haqiqi di akhirat kelak.

Sebelum Nabi menyerukan Islam, manusia selalu dalam kekacauan dan permusuhan.Oleh karena itu seharusnyalah manusia bersyukur kepada Allah

S.W.T atas diutusnya Nabi Muhammad S.W.T membawa dinul Islam ini. Karena hanya dengan Islamlah manusia di dunia ini dapat hidup rukun, damai dan saling menebarkan kasih sayang. Dengan mengabaikan Islam, maka dunia akan kacau- balau, kekerasan timbul di mana-mana.Agama Islam yang suci ini dibawa oleh

Rasulullah yang mempunyai kepribadian yang suci pula, serta memiliki akhlaqul karimah dan sifat-sifat yang terpuji.Nabi Muhammad S.A.W memiliki sifat lemah-lembut serta hati beliau terasa amat berat atas penderitaan yang menimpa pada manusia, sebagaimana ia mengikuti sifat-sifat Allah yang baik salah satunya ialah sifat Allah yang mencintai kelemah lembutan. Maka beliau berusaha keras untuk membebaskan dan mengangkat penderitaan yang dirasakan oleh manusia tersebut. 87

Setelah kita cermati kembali tentang Islam sekaligus peribadi Rasulullah

S.A.W yang diamanati oleh Allah S.W.T untuk menyebarkan ajaran Islam ke seluruh ummat manusia, maka jelas sekali bahwa kekerasan apalagi menghilangkan nyawa manusia sama sekali tidak dikenal, bahkan bertolak belakang dengan ajaran Islam.Sedangkan Islam dengan lemah-lembut, santun, membawa kabar gembira tidak menjadikan manusia takut dan lari, serta membawa kepada kemudahan, tidak menimbulkan kesusahan, dan tidak ada paksaan.Dengan demikian, jelas dan teranglah bahwa kekerasan dalam pandangan agama Islam tidak dibenarkan, dan jauh dari tuntunan Islam. Berikut lirik lagu selanjutnya;

Tuhan ya Tuhan Namamu disebutkan Disaat hidup Waktu sengsara Dipintu mati

Tuhan ya Tuhan Cinta

Cinta ya cinta Namamu diagungkan Disaat hidup Waktu sengsara Dipintu mati

Cinta ya cinta Tuhan43

Dalam lagu tersebut Iwan Fals akhirnya sampai kepada titik eksistensi yang sadar untuk mencintai Tuhannya, manusia semestinya tidak memakai nama

43Lagu “Lagu Cinta” dalam album Orang Gila, dirilis pada tahun 1994. 88

Tuhan atas tingkah laku perbuatan yang tidak sesuai dengan ajaran agama, dan tidak mesti mengagungkan Tuhan hanya di saat-saat sengsara atau sedang berada di pintu mati. Iwan Fals telah menemukan harapan ketika ia mengenal dan mencoba untuk mencintai Tuhan, mengenal Tuhan berarti mesti terlibat dengan proses hidup dan terlibat pada ciptaanNya. Sikap ini menurut Muhammad

Iqbal44mencintai Tuhan berarti terlibat penuh dalam dunia ciptaanNya, bukan justru lari dariNya.45

Dalam pemahamannya Iwan Fals menyadari bahwa berbuat kasar, melukai, bahkan sampai menghilangkan nyawa manusia itu tidaklah manusiawi dan tidak ada di dalam ajaran agamanya, meskipun Iwan Fals yang mulanya awam dengan ritual-ritual keagamaan (Islam), setelah bertempat tinggal di Desa

Leuwinanggung menjadi tahu bahwa hidup damai sangat menentramkan ketimbang bergejolak dalam kemarahan. kemudianmelahirkan lagu “doa” dengan lirik sebagai berikut;

“Saya tinggal di Leuwinanggung pertama tujuh tahun yang lalu. Dulu di Bintaro nggak pernah denger suara adzan. Tapi tinggal di sini ramai orang shalawatan, mengaji, dan lain sebagainya itu masuk ke telinga saya sampai terbawa mimpi. Suara-suara itu berbunyi terus hingga berminggu- minggu bahkan berbulan-bulan, ini membuat keadaan saya tersiksa. Spiker kencang nggak enak dalam hati seperti panas sudah hilang. Ustadz-ustadz sana nggak kedengaran suara adzannya, oh ternyata sakit. Saya datang ke rumahnya akhirnya muncul lagu “Doa”.46

Dengan syair lagu dibawah ini;

44Muhammad Iqbal seorang eksistensialis muslim.Di abad 19 tongkat estafet eksistensialisme dalam dunia Islam dilanjutkan oleh Muhammad Iqbal dengan konsep egonya.

45 Hawasi, Eksistensialisme Muhammad Iqbal, h.27. 46Yudi Noor Hardiyanto, Menelisik Perjalanan Batin Iwan Fals, ( Yogyakarta : Open Up, 2008 ), h. 169. 89

Berjamaah menyebut asma Allah Saling asah saling asih saling asuh Berdoalah sambil berusaha Agar hidup tak jadi sia-sia Badan sehat jiwa sehat Hanya itu yang kami mau Hidup berkah penuh gairah Mudah-mudahan Allah setuju Inilah lagu pujian nasehat dan pengharapan Dari hati yang pernah mati Kini hidup kembali47

Menjalankan ibadah agama karena kita mengetahui keberadaan diri kita sebagai makhluk spiritual dan kebutuhan kita untuk menyatu dengan Sang

Pencipta berdasarkan cinta kasih. Dengan demikian dapat kita lihat bahwa apa yang menyebabkan kegelisahan didalam hati Iwan Fals dengan kejadian tersebut diatas. Maksud dan keinginan dari Iwan Fals bahwa tentang berjamaah sendiri, di sini terbiasa orang-orang terbiasa membaca al-qur’an, dan hal ini membuat keinginan Iwan Fals untuk menjadi menjadi jamaah yang sejati. Itulah harapan dari sebuah lagu “Doa”. Untuk hidup bersama dengan penuh kekeluargaan dan kenyamanan.

Jelaslah kemudian Iwan Fals menyadari bahwa manusia itu bukanlah apa-apa, manusia yang tidak berdaya, maka dari itu Iwan Fals menyerah atas pemberontakannya di awal tadi. Kemudian membutuhkan Tuhan untuk sebuah pengharapan dalam proses hidupnya. Berikut lirik lagu tersebut;

Ya Allah Ya Tuhan kami Tolonglah tolong Ya Allah Ya Robbi Engkau-lah yang paling mengerti Pikiran dan hati ini gelisah Menimbang masa depan dengan gamang

47Lagu “Do’a” dalam album Suara Hati, dirilis pada tahun 2002. 90

Sungguh hati ini tak tenang Sungguh kami takut Ya Allah Lindungi kami Ya Robbi Lindungi negri ini Berilah kemudahan Jauhkan kemungkaran Berilah kecerahan Bagi masa yang gelap ini Ya Allah Hanya pada-Mu lah kami memohon (Hanya pada-Mulah) Wahai pemilik segala Nama (Maha dari segala maha Sumber dari segala sumber) Ya Allah kabulkanlah Kabulkanlah doa kami48

Pada lirik tersebut Iwan Fals mencoba menggambarkan sebuah pengharapan kepada Tuhan, agar kehidupan menjadi lebih baik. Tulisnya, berilah kemudahan / jauhkan kemungkaran / berilah kecerahan bagi masa yang gelap ini Ya Allah. Bagi Karl

Jespers semua nama sikap keilahan manusia disebut dengan chiffer-chiffer. Jaspers mengembalikan sikap-sikap eksistensi yang membaca chiffer-chifferkepada keempat pasangan kemungkinan, yakni penyerahan dan perlawanan, naik dan turun, hukum siang dan nafsu malam, kemudian kesatuan dan kekayaan keanekaragaman. Namun pada kasus lagu ini yang mengena hanya pada chiffer-chiffer penyerahan dan perlawanan.Polaritas penyerahan dan perlawanan dalam relasi eksistensi dengan transendensi menjadi nyata kalau manusia mulai memberontak terhadap Allah. Sikap ini tentulah kita telah lihat dari

Iwan Fals dalam lagu pembuka pada tema Tuhan dan Agama tadi, yakni lagu Gunung

Galunggung, lagu yang telah menggambarkan sikap berontak Iwan Fals terhadap Tuhan.

Bagi Jaspers manusia tidak mau menyerahkan diri terlalu cepat, dan transendensi seakan- akan menginginkan penyerahan buta. Penyerahan harus lahir dari perlawanan. Hal demikian dibuktikan dengan sikap Iwan Fals yang berontak dan kemudian mengalami

48lagu “Ya Allah Kami” dalam album Keseimbangan, dirilis pada tahun 2010. 91

penyerahan diri dan menjadikan Tuhan sebagai pemberi pertolongan dan harapan.49Sikap penyerahan diri Iwan Fals pun terlihat pada lagu terakhir dari tema Tuhan dan Agama, lagu terkakhir ini berjudul Malam Sunyi, berikut liriknya;

Allaahumma sholli wasallim wabaarik alaih Allaahumma sholli wasallim wabaarik alaih

Malam hening sejuk sunyi Langit cerah menaungi Atap kehidupan nyata Tak tembus terpandang mata

Ini sajadah panjangku Tunduk sujud menghadap-Mu Bisikan asma yang agung Taqarub mengharap ridho-Mu

Allaahumma sholli wasallim wabaarik alaih Allaahumma sholli wasallim wabaarik alaih

Pancaran nur suci gerbang pengampunan Sembah sujudku hanya pada-Mu Jasad mengitari lingkaran yang suci Hidup matiku hanya untuk-Mu

Yaa Rabbi Hidup matiku sembah sujudku hanya untuk-Mu50

Lagu ini seolah merupakan puncak penyerahan Iwan Fals terhadap

Tuhan, tulisnya, Hidup matiku hanya untuk-Mu / Hidup matiku sembah sujudku hanya untuk-Mu.Iqbal menggunakan istilah Persia khūdī dan istilah Inggris individuality sebagai padanan kata ego. Khūdī adalah ego yang hendak mencapai

Ego Yang Besar, Khūdā (Tuhan). Ego Khūdā adalah asal dari semua, juga tempat kembali manakala semua binasa. Sehingga ego Khūdā adalah Yang Pertama dan

49Harry Hamersma, Filsafat eksistensialisme Karl Jespers, Jakarta : PT. Gramedia, 1985, h.24-25. 50Lagu “Malam Sunyi” dalam album Iwan Fals, dirilis pada tahun 1999. 92

Yang Terakhir. Sehingga peleburan khūdī-Khūdā bukanlah yang pertama, melainkan yang kedua. Sebab Ego khūdī muncul dari Khūdā, maka pantaslah jika ia mengupayakan kembalinya pada Yang Asal.51 Semakin dekat dirinya dengan

Khūdā, kian besarlah kekuatan egonya, begitupun sebaliknya.

Pengalaman religius-eksistensial pada manusia terjadi dalam proses egonya mencapai Yang Asal, dalam pertimbangan-pertimbangan, kehendak- kehendak, tujuan-tujuan dan apresiasinya.52 Aktifitas ego kemudian, menurut

Iqbal, adalah aktifitas kreatif yang bertujuan mengisi kebebasan dengan segala hal yang memerkuat ego, sehingga semakin dekat dengan Ego Mutlak.53

Pergulatan Iwan Fals terhadap Tuhan, diawali dengan ia perlu merasakan absurditas saat berhadapan dengan hidup terlebih dahulu, meresapi tiap rasa sunyi, kesendirian, bahkan perasaan kecewa lantaran pernahdidusta Tuhannya. Tapi, apapun yang ia alami, sejatinya adalah untuk memupuk keotentikan identitas pribadinya. Seperti ucap Iqbal, keotentikan tak dapat dicari dengan eskapisme dan asketisme, sebab melarikan diri dari realitas konkret dan eksistensial berarti melarikan diri dari dunia fisik yang diciptakan Tuhan.54Untuk sampai kepada keotentikan diri, tiap individu mestilah mengalami penderitaan bermacam bentuk.Sehingga ketika sampai kepada keotentikan tersebut, pribadi tersebut mestilah unik, bersemangat dan otonom.Keotentikan tersebut juga berlaku untuk sampai kepada Tuhan, karena pengalaman religius adalah pengalaman subyektif.Bereksistensi juga berarti berdiri di hadapan transendensi. Transendensi

51 M. Iqbal, Rekonstruksi Pemikiran Agama dalam Islam, terj Ali Audah (Yogyakarta: Jalasutra, 2002), h.180. 52 Donny Gahral Ardian, Muhammad Iqbal (Jakarta: Teraju, 2003), h.78. 53 Hawasi, Eksistensialisme Muhammad Iqbal, h. 33. 54 Hawasi, Eksistensialisme Muhammad Iqbal, h. 27. 93

memang tersembunyi, tapi di sanalah letak dasar kebebasan manusia,55 sebab dengan ketersembunyianNya, manusia bebas memilih jalan yang ingin dilalui untuk menyingkapNya.

Dari penjabaran di atas, dapat diketahui bahwa Iwan Fals merupakan seseorang yang termasuk ke dalam Eksistensialisme terikat. Karena kemudian ia sampai pada tahap penyadaran bahwa ia merupakan manusia biasa dan membutuhkan harapan dan pertolongan, dan ia menyadari bahwa sumber tersebut berasal dari Allah Swt. Jika kita melihat sikap kecewa Iwan Fals terhadap Tuhan, itu hanya bentuk dari dirinya yang menuju manusia otentik yang bertanya.

Sehingga hal tersebut merupakan proses bagi pencapaiannya menjadi eksistensi yang otentik.

D. Kematian

Hidup mengantungi kematian. Demikian yang terjadi pada semua mahkluk hidup di dunia ini. Adapun proses menuju kematian bisa sangat beragam. Ada yang disebabkan sakit, kecelakaan, bencana alam, akibat tindak kriminal, bahkan memilih untuk bunuh diri. Mati di sini sebenarnya hanya sebagai batas antara kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat. Semua keyakinan agama menyakini hal ini. Tetapi untuk mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri adalah hal yang tidak dibenarkan dalam beberapa keyakinan. Meski begitu, setiap yang bernyawa sebenarnya tidak menginginkan mati, pun orang yang bunuh diri, manusia yang menghendaki mati hanya dibutakan atas keputus asaan dan

55Harry Hamersma, Filsafat eksistensialisme Karl Jespers, Jakarta : PT. Gramedia, 1985, h.9. 94

berhasrat untuk meninggalkan hidup bukan menginginkan mati, orang yang bunuh diri tidak merasa senang untuk melakukan itu. Saya belum pernah mendengar ada kejadian orang yang bersenang-senang menghadapi kematian, kecuali diwajarkan jika dia sakit jiwa.

Hal wajar jika kita mendengar dan menghadapi kematian orang lain, hal tersebut mungkin lebih menyenangkan daripada mengetahui atau menghadapi kematian diri sendiri. Walau yang kita hadapi adalah kematian orang tersayang sekalipun, kita mungkin akan hanya berontak atas ketidakrelaan untuk ditinggal oleh orang terkasih. Tak terkecuali musisi Iwan Fals pun pernah menghadapi peristiwa demikian, perjumpaan pertama atas tragedi kematian yang benar-benar mengguncang hati Iwan Fals ketika ia menghadapi kematian anaknya sendiri, walaupun sebenarnya menghadapi kematian orang terkasih bukanlah kali pertama bagi Iwan Fals, namun kejadian meninggalnya Galang itu benar-benar membuat dia hampir tidak bernafsu untuk melanjutkan hidup.56

Iwan Fals sangat berontak atas keadaan tersebut, sampai-sampai ia

“mandul” untuk berkarya kembali. Sempat lama ia tidak mengeluarkan album lama sekali atas peristiwa itu, namun kemudian ia mendapat secercah kekuatan bahwa hidup harus tetap berjalan, dan pelan-pelan ia menerima semuanya.Ia menciptakan lagu atas peristiwa ini yang manaesensi lirik lagunyamungkin bisa jadi sebuah awal kesadaran hidup yang hakiki, berikut lirik lagu Hadapi Saja;

Relakan yang terjadi takkan kembali Dia sudah miliknya bukan milik kita lagi Tak perlu menangis tak perlu bersedih

56Yudi Noor Hardiyanto, Menelisik Perjalanan Batin Iwan Fals, ( Yogyakarta : Open Up, 2008 ), h.54. 95

Tak perlu sedu sedan itu....hadapi saja Pasrah pada Illahi hanya itu yang kita bisa Ambil hikmah ambil indahnya Cobalah menari cobalah bernyanyi Cobalah cobalah mulai detik ini Hilang memang hilang wajahnya terus terbayang Berjumpa dimimpi kau ajak aku Tuk menari bernyanyi bersama Bidadari malaikat dan penghuni surga57

Lirik lagu diatas merupakan bentuk kesedihan dari Iwan Fals atas sepeningalan putranya. Sampai-sampai dia bermimpi menemuinya dan berharap bahwa yang meninggalkannya dapatditemuinya dalam surga Allah S.W.T. Bahwa setiap musibah yang menimpa kita akan membawa hikmah dan manfaat pembelajaran hidup itu sendiri. Totalitas kepasrahan kepada Allah S.W.T Iwan

Fals tertulis dalam syair; Pasrah Pada Illahi hanya itu yang kita bisa.Sebagaimana Iwan berpendapat soal kematian berikut,

Semua orang pasti akan mati kan?, bahwa selagi hidup, menghargai hidup ya, tapi bukan berarti ga perduli sama mati.58

Tetapi sebelum bersikap pasrah Iwan Fals sebenarnya sangat berontak kepada Tuhan dan takdir atas kejadian tersebut. Sikap berontak itu ia tunjukkan dengan menghabiskan waktunya dikamar. Ia bahkan tidak pernah keluar dari kamarnya selama hampir dua bulan, bahkan untuk makan tanpa diminta oleh Iwan

Fals, Yos mesti mengantarkan makanan ke kamarnya. Selama di dalam kamar,

Iwan banyak membaca al-qur’an, melafalkan yasin dan tahlil, yang membawanya merenungi segala musibah yang telah menimpanya. Iwan terus meratapi, ia murka

57Lagu “Hadapi Saja” dalam album Suara Hati, dirilis pada tahun 2002. 58Wawancaradengan Iwan Fals, tanggal 14 Januari 2016, di Kediaman Iwan Fals, Leuwinanggung. 96

terhadap tragedi kematian puteranya. Peristiwa ini berdampak pada proses berkaryanya. Setelah meninggalnya Galang, Iwan tidak pernah mengeluarkan album selama beberapa tahun. Baru pada tahun 2000 ia mengeluarkan album kembali dengan merilis lagu-lagu lamanya. Jadi, selama kurang lebih 3 tahun lamanyaIwan tidak berkarya.59 Kepergian Galang memang sangat memukul perasaannya, namun pada akhirnya ia bisa memetik hikmah dari kejadian ini, dan lagu Hadapi Saja merupakan sebuah lagu yang bertujuan untuk memperlihatkan sikap Iwan yang berusaha merelakan kepergian puteranya. Kesedihan tersebut kemudian berubah menjadi sikap penerimaan, tulisnya, tak perlu mengangis tak perlu bersedih, tak perlu tak perlu sedu sedan itu, hadapi saja.

Hal yang terjadi pada Iwan Fals merupakan situasi batas, situasi batas pada kematian ialah ketika mengahadapi kematian seseorang yang dicintai atau kematian diri sendiri yang tidak dapat dihindari lagi. Kematian sesama, kekasih, atau saudara, merupakan luka paling berat yang mungkin diderita. “setiap manusia meninggal sendirian”: yang ditinggalkan tidak dapat ikut. Penderitaan karena keterpisahan penderitaan karena komunikasi terhenti secara definitif, membuat

“retak” dalam Dasein. Akibatnya manusia berdiri di hadapi transendensi. Ia dapat berkembang sebagai eksistensi.60

Sebenarnya setahun sebelum peristiwa meninggalnya Galang yakni di tahun 1996 Iwan Fals sempat merilis lagu yang mengena dengan tema kematian, pada lagu ini kita mungkin akan sedikit melihat sikap berbeda dari Iwan Fals

59Yudi Noor Hardiyanto, Menelisik Perjalanan Batin Iwan Fals, ( Yogyakarta : Open Up, 2008 ), h.98-99. 60Harry Hamersma, Filsafat eksistensialisme Karl Jespers, Jakarta : PT. Gramedia, 1985, h.14. 97

mengenai peristiwa kematian. Jika pada lagu Hadapi Saja Iwan Fals dilatarbelakangi oleh sikap berontak dan kemudian menerima, tetapi pada lagu ini

Iwan Fals mencoba memperlihatkan perasaan sedikit kesiapan dan sedikit cepat pasrah pada peristiwa kematian. Lagu ini berjudul Lagu Pemanjat61, berikut penggalan lirik lagunya;

Antara hidup dan mati Tak kan pernah aku kembali Niatku sudah terpatri Antara hidup dan mati Darah keringat di batu Terikat tali kehidupan Rasa takut dan ragu-ragu Mengundang dewa kematian

Pada lagu ini Iwan seolah dengan sigap dan siap untuk menerima peristiwa kematian yang mungkin sewaktu-waktu bisa saja menimpanya seketika.

Meski ada perasaan takut dan ragu menggelayuti namun pada akhirnya ia seolah siap untuk mengahadapi perjumaan atas kematian itu. Tulisnya, rasa takut dan ragu-ragu / mengundang dewa kematian.Kemudian penenakan itu juga ditulis pada lirik ini Niatku sudah terpatri antara hidup dan mati.

Sungguhlah manusiawi ketika manusia bersikap tidak senang akan peristiwa kematian, karena sebuah moment dalam hidup mesti terputus pada saat itu juga, terlepas dari keseluruhannya. Kita mencontohkan dengan sebuah aksi film, seandainya film itu terhenti ditengah cerita maka orang merasa bahwa yang dilihat itu belum lengkap, belum habis. Demikianlah sudut jasmani manusia,

61Lagu yang berjudul “Lagu Pemanjat” dalam album Lagu Pemanjat, dirilis pada tahun 1996. 98

hanya padangan momentum saja. Jika orang tidak mengakui peristiwa kematian ini, maka akibatnya nonsens dalam segala pendapatnya tentang manusia.62Karena sebenarnya kita telah mati berulangkali dan akan terus mati berkali-kali. Bukan hanya matinya api yang menciptakan udara, dan matinya udara menciptakan air, namun pelajaran tentang perubahan bisa dipelajari kita sebagai manusia itu sendiri. Sebab ketika seorang dewasa lenyap, orang tua pun dilahirkan. Anak mati saat ia menjadi pemuda, bayi mati saat ia menjadi anak-anak. Demikian juga kemarin mati dalam sekarang, dan sekarang mati dalam esok. Kita lihat penggalan lirik selanjutnya, lanjutan dari sikap Iwan pada lagu ini;

Sang jari menari Jangan berhenti Kupasrahkan diriku DigenggamanMu Sang nyali bernyanyi Di ujung kaki Kuikhlaskan hidupku Ya kuikhlaskan

Manusia hanya tahu bahwa keilahian ada, ia tidak tahu bagaimana ia harus memikirkannya. Tetapi manusia mempunyai kepastian mengenai pengalaman dan tindakannya. Karena eksistensi mencerminkan transendensi, maka kesatuan eksistensi memberi isi kepada konsep “kesatuan transendensi”.

Kalau transendensi dialami dalam macam-macam gejala, hasilnya adalah suatu agama politeistis. Tetapi sesuatu yang sama aslinya dengan politeisme adalah anggapan bahwa hanya ada satu keilahan. Di balik keanekaragaman ada kesatuan.

Lama-kelamaan “Yang Ilahi” ini tidak hanya dianggap sebagai yang paling tinggi

62Drijarkara S.J,Percikan Filsafat, (Jakarta: PT. Pembangunan, 1978), h. 91. 99

saja, melainkan juga sebagai “Yang Tunggal”. Bagi manusia cukup kalau ia percaya bahwa Allah itu ada. Karena berkat kepercayaan ini ia akan dapat menerima kematiannya.63 Sikap ini di tunjukkan pada penggalan lirik, ku pasrahkan diriku digenggamanMu / ku ikhlaskan, ya ku ikhlaskan.

Pandangan Iwan Fals mengenai Tuhan bahwa Allah S.W.T adalah sumber dari segala sumber. Dia adalah pusat alam semesta dan pusat segala kehidupan karena sebelum semuanya terjadi di dunia ini Tuhanlah yang pertama kali ada. Tuhan tidak hanya menciptakan alam semesta beserta isinya tetapi juga bertindak sebagai pengatur, karena segala sesuatunya bergerak menurut rencana dan atas ijin serta kehendak-Nya. Ini adalah awal totalitas kesadaran hidup dari karya Iwan Fals dimana materi-materi lagunya tentang kehidupan bahkan lagu tentang kematianitu menjadi lebih pada penyadaran tentang hidup, tidak hanya kehidupan duniawi saja tetapi bagaimana kita hidup sampai di akhirat nanti.

Selanjutnya mari kita lihat lirik berikut pada lagu Ikan-ikan64, di sini

Iwan Fals mencoba menggambarkan bahwa kematian merupakan kewajaran yang akan dialami setiap manusia, tidak hanya manusia tetapi juga makhluk hidup yang ada di dunia pasti akan mengalami mati. Berikut lirik lagunya;

“Ikan-ikan kecil mati Dimakan ikan-ikan besar Walau begitu adanya Ku akui hatiku tergetar

Ikan-ikan besar mati Segala yang hidup pasti mati Begitupun pemiliknya Penjual dan penikmatnya

63Harry Hamersma, Filsafat eksistensialisme Karl Jespers, Jakarta : PT. Gramedia, 1985, h. 26. 64Lagu “Ikan-ikan” dalam Album 50:50, rilis pada tahun 2007 100

Tak ada yang lepas dari kematian Tak ada yang bisa sembunyi dari kematian Pasti”.

Dalam lirik di atas, Iwan Fals melukiskan kematian sebagai sesuatu yang lumrah.Kematian seolah menjadi sesuatu hal yang biasa.Ia pun terlihat menerima hal itu. Namun jika kita cermati ada kesan jika ia tidak benar-benar menerima kalau kematian adalah hal yang biasa “walau begitu adanya, ku akui hatiku bergetar”. Meskipun begitu hal ini senada dengan para eksistensialis bahwa kematian merupakan peristiwa yang tidak bisa dihindarkan atau merupakan refleksi dari keterbatasan manusia.Kematian di pandang sebagai puncak absurditas hidup manusia.Dengan kematian, manusia yang berasal dari ketiadaan mengakhiri keberadaannya dan kembali kepada ketiadaan mutlak.Heidegger percaya bahwa penerimaan yang tulus atas kematian bisa membantu manusia untuk hidup lebih otentik dan bahagia.65Hal ini bersesuaian dengan lirik lagu Iwan Fals di atas, yakni Tak ada yang lepas dari kematian / Tak ada yang bisa sembunyi dari kematian. Kemudian Iwan Fals sangat menegaskannya dengan kata Pasti”.

Sikap yang sama pun di perlihatkan Iwan Fals pada lagu terakahir dalam tema kematian, pada akhrinya Iwan Fals benar-benar memahami arti pernerimaan dalam menghadapi peristiwa kematian. Berikut lirik lagu Satu-satu;

Satu satu daun berguguran Jatuh ke bumi dimakan usia Tak terdengar tangis tak terdengar tawa

65 Daribkuntukbk.blogspot.com, “Teori Eksistensialisme”, artikel diakses pada 26 Mei 2015 dari http://daribkuntukbk.blogspot.com/2012/05/teori-eksistensialisme.html 101

Redalah reda

Satu satu tunas muda bersemi Mengisi hidup gantikan yang tua Tak terdengar tangis tak terdengar tawa Redalah reda

Waktu terus bergulir Semuanya mesti terjadi Daun daun berguguran Tunas tunas muda bersemi

Satu satu daun jatuh kebumi Satu satu tunas muda bersemi Tak guna menangis tak guna tertawa Redalah reda

Waktu terus bergulir Kita akan pergi dan ditinggal pergi Redalah tangis redalah tawa Tunas tunas muda bersemi

Waktu terus bergulir Semuanya mesti terjadi Daun daun berguguran Tunas tunas muda bersemih66

Pada lagu terakhir pada tema kematian ini terlihat sikap bijak dari Iwan

Fals yang telah memahami peristiwa kematian. Pemahamannya mengenai kehidupan yang mestilah akan ada peristiwa kehilangan menunjukkan sikap menerimanya Iwan Fals. Tulisnya, waktu terus bergulir / kita akan pergi dan ditinggal pergi. Baginya tak ada guna untuk terus larut dalam kesedihan yang takberkesudahan, menjadi manusia otentik mestilah harus menjadi manusia yang

66Lagu “Satu-satu” dalam album Orang Gila, dirilis pada tahun 1994. 102

kuat, berani, tangguh, dan siap mengahapi segala macam situasi.Entah bagi Iwan

Fals yang memahami bahwa kemungkinan ultim manusia itu adalah kematian atau mengembangkan sitausi-siatuasi yang ada, apapun pemahamannya mengenai kemungkinan ultim manusia tersebut, yang jelas ia telah menujuda dan memperlihatkan sikap manusia yang otentik.

Kemungkinan ultim kehidupan manusia adalah mengembangkan situasi- situasi yang ada. Tentu saja, Sartre tidak dapat mengatakan apa persisnya kemungkinan ultim itu sebab manusia adalah kebeabasan yang mencipta.

Barangkali kita mengerti pemikirannya begini: kemungkinan ultim umat manusia adalah mewujudkan esensinya. Akan tetapi, esensi itu baru dapat diketahui serta dilukiskan setelah manusia terakhir mati. Setelah manusia mati, seluruh sejarah umat manusia dapat disingkatkan dengan mengatakan: begitulah manusia! akan tetapi, siapakah yang dapat mengetahui serta mengatakan hal itu karena tidak ada lagi manusia? selama masih ada manusia hidup, selalu terlalu pagi untuk mengatakan: begitulah manusia. bagi manusia perorangan, kemungkinan ultim adalah kematian, tapi kemungkinan ultim manusia tidak kita ketahui.67

Sebagai manusia yang pernah merasakan kehilangan orang terkasih untuk selamanya adalah keadaan yang teramat berat. Bagi Iwan Fals peristiwa meninggalnya galang pada akhirnya membuat dirinya menjadi bijak, ia menjalani proses tersebut teramat sulit dan kemudian berubah menjadi sikap penerimaan.

Begitulah sikap Iwan ketika ia berjumpa dengan peristiwa kematian, yang dalam hal ini dialami oleh anaknya. Kematian yang akan menghampiri setiap manusia

67Van Der Wij, Filsuf-filsuf Besar tentang Manusia,Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 2000, h. 149. 103

menjadi bukti bahwa manusia telah berada dalam dunia dan membawa pada kehidupan yang sebenarnya. Menurut Heidegger adanya manusa menuju pada kematian merupakan pernyataan yang konkret sebagai puncak eksistensi manusia.

Iwan Fals kemudian mencoba menerima, bersikap bijak, dan memahami peristiwa kematian itu. BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian yang telah penulis jabarkan pada tiap-tiap babnya, kemudian penulis mencoba menyimpulkan sekaligus menjawab rumusan masalah yang ada pada bab 1. Berikut representasi perasaan Iwan Fals yang coba ia ungkap melalui lagu, dan lagu-lagu yang termasuk kedalam tema-tema Eksistensilaisme;

a. Pertama, dari lagu-lagu Iwan fals seputar hidup dan kehidupan, yang

meliputi perasaan gelisah (anxiety), perasaan absurditas dalam hidup, dan

keputusan-keputusan yang ia ambil.Lagu yang menyiratkan tentang

perasaan gelisah, pencarian makna, dan absurditas antara lain “Gelisah”,

“Makna Hidup”. Pada lagu “Di Ujung Abad”, dan lagu “Api Unggun” ia

telah mulai menemukan semangat dalam hidup. Selanjutnya lagu

“Mencari Kata-kata’, “Lagu Satu”, dan lagu “Lekaslah Sembuh”

merupakan sikap yang menegaskan penemuan makna hidup, bahwa hidup

bukanlah sebuah kesia-siaan.

b. Kedua, dalam lagu-lagunya Iwan Fas juga menghadirkan pergulatan

batinnya untuk berontak dan kemudian menerima Tuhan. Pergulatan

tersebut ia mulai dengan mengkritisi perihal sifat-sifat baik Allah yang

menuutnya tidak berdampak kepada rakyat desa, yakni lagu “Tuhan

Tolong Dengar”, dilanjutkan dengan lagu “8.8 mm Dalam KuasaMu”

lagu ini merupakan lagu yang liriknya berisi penyadaran diri atas

103 104

kesombongan dirinya. Sikap sadar Iwan Fals bahwa Tuhan itu maha

segala, dan akhirnya ia membenarkan dan membela ajaran-ajaran Allah

jika tidak bersesuaian, dituangkan pada lagu “Do’a”, “Ya Allah Kami”,

dan lagu “Malam Sunyi”.

c. Ketiga, menurut Heidegger adapun puncak dari ketiadaan itu adalah

“kematian. Sebagaimana para failasuf eksistensialis, Iwan Fals juga

memberi porsi tersendiri kepada persoalan kematian. Pada poin pertama

dan kedua pun kematian sering menjadi stimulus. Kematian tersebut hadir

kepada Iwan Fals melalui kematian puteranya Galang Rambu Anarki,

peristiwa yang kemudian memberikan kesadaran hidup yang hakiki

terhadap pribadinya, peristiwa tersebut membuatnya berontak terhadap

takdir, tapi kemudian pelan-pelan ia menerima. Sikap penerimaan atas

peristiwa tersebut ia tulis pada lagu “Hadapi Saja”. Selain itu ada

bebarapa lagu yang menggambarkan sikap Iwan Fals terhadap kematian,

dengan dewasa dan dengan bijak ia menyikapi peristiwa kematian,

termasuk dalam lagu “Lagu Pemanjat”, “Ikan-ikan”, dan “Satu-satu”.

Jenis Eksistensialisme yang diusung Iwan Fals dalam lagu-lagunya, penulis golongkan kepada Eksistensialisme Teis atau Eksistensialisme Terikat.

Iwan Fals juga digolongkan kepada eksistensi yang konsisten, karena memilih musik sebagai jalan hidup dan passionnya, juga komitmennya terhadap musik yang sampai saat ini masih memperlihatkan eksistensi dirinya. Hal ini merupakan salah satu jalan menuju manusia yang otentik.

105

B. Saran

Sebagai manusia yang ditempatkan di dunia dan dihadapkan dengan manusia-manusia lain, tentunya akan menjalani berbagai macam peristiwa dan persoalan hidup. Dalam hidup manusia dituntut agar menjadi mahkluk Tuhan yang terbaik, bersikap yang baik, dan menjalani hidup dengan baik. Untuk menjadi eksistensi yang baik memerlukan pengalaman dan pembelajaran, belajar bersikap dalam hidup tidak dengan mudah di dapat, kita mesti mengalami perasaan gelisah, tekanan, berbagai macam pertanyaan, dan peristiwa-peristiwa yang tidak selalu menyenangkan. Eksistensialisme hadir bukan atas dasar hanya dipahami secara teoritis, tetapi mestilah dihayati. Tema-tema pada

Eksistensialisme sangat mengena pada persoalan hidup yang didalamnya meliputi perihal keyakinan kita pada Tuhan, dan tragerdi kematian. Menghayati persoalan hidup dan mempelajarinya, artinya kita telah bijak dan berusaha menuju untuk menjadi eksistensi yang otentik.

Orang tidak bisa putus asa, kalau ia tidak ingin yang sebaliknya dari yang menyebabkan putus asa. Orang tidak akan mengatakan, bahwa hidup berupa kegelapan, andaikata dia tidak mencari cahaya yang terang. Kita bisa mentafsirkan “cahaya yang terang” itu dalam berbagai macam pengertian, tetapi dalam hal ini bagi penulis “cahaya yang terang” merupakan penghayatan hidup dan kemengertian diri sendiri. Eksistensialisme adalah falsafat praktis yang mencoba kembali melihat persoalan hidup, sedangkan soal hidup kita tak pernah diberi panduan atau tata caranya secara detil. Maka sebagai “yang hidup”, perlulah bagi kita mencari tata cara itu, baik dengan menemukannya sendiri 106

ataupun melirik mereka yang hidup untuk “hidup”. Karena jika kita memahami dan menghayati, kita akan menemukan makna hidup. Mestilah kita sebagai manusia menjadi manusia yang otentik agar kita terjelma sebagai eksistensi yang tidak sia-sia.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal. Filsafat Manusia. Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2014.

Adi, Taufik. Biografi Iwan Fals.Yogyakarta: A Plus Books, 2009.

Ardian, Donny Gahral. Muhammad Iqbal, Jakarta: Teraju, 2003.

Bagus, Lorens. Kamus Filsafat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002. Bayrakli, Bayraktar. Eksistensi Manusia Perspektif Tasawuf & Filsafat Mengatasi Problema Eksistensial Manusia Jalaluddin Rumi sampai Filosof Kontemporer, terj.Suharso. T.tp.: Perenial Press. 2000.

Camus, Albert. Mite Sisifus: Pergulatan dengan Absurditas, terj. Apsanti Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999.

Dagun, Save. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 1997.

Dieter, Mack, Sejarah Musik Jilid 3. Yogyakarta:Pusat Musik Liturgi, 1995.

Djohan. Psikologi Musik. Yogyakarta: Buku Baik, 2003.

______, Psikologi Musik, Yogyakarta : Penerbiit Indonesia Cerdas, Cet. Ke IV, 2016.

Drijarkara, S.J. Percikan Filsafat. Jakarta: PT Pembangunan, 1978.

______. Karya Lengkap Driyarkara, (ed.) A. Sudiarja. Jakarta: Gramedia, 2006.

Hamersma, Harry. Filsafat Eksistensi Karl Jaspers. Jakarta: PT Gramedia, 1985.

Hardiyanto, Yudi Noor. Menelisik Perjalanan Batin Iwan Fals. Yogyakarta: Open Up, 2008.

Hartoko, Dick. Manusia dan Seni. Yogyakarta: Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI), 1986.

Hawasi, Eksistensialisme Muhammad Iqbal. Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2003.

Kamien, Roger. Pendekatan Sejarah Musik ( II ) Melalui Apresiasi Musik, terj. Triyono Bramantiyo. Yogyakarta: Institut Seni Indonesia ( ISI ), 1998.

106 107

Kurniawan, Budi. Kamus Ilmiah Populer. T.tp.: CV Citra Pelajar, t.t.

M. Iqbal, Rekonstruksi Pemikiran Agama dalam Islam, terj Ali Audah .Yogyakarta: Jalasutra, 2002.

Muhammad ibn Tufayl, Abū Bakr. Hayy bin Yaqdzon: Manusia dalam Asuhan Rusa, terj. Nur Hidayah. Yogyakarta: Navila, 2003.

Muhaya, Abdul. Bersufi Melalui Musik: Sebuah Pembelaan Musik Sufi oleh Ahmad al-Ghazali. Yogyakarta: Gama Media, 2003.

Selvilla, G. Consevela. Pengantar Metode Penelitian, terj.Alimuddin Tawu. Jakarta: UI Press, 1993.

Sidi Gazalba, Madya. Islam dan Kesenian (Relevansi Islam dan Kesenian). Jakarta:Pustaka Alhusna, 1998.

Sobari, Mohamad. Moralitas Kaum Pinggiran. Bandung: Mizan, 1994.

Soekanto, Soejono. Beberapa Teori tentang Struktur Masyarakat. Jakarta: CV Rajawali, 1983.

Susantina, Sukatmi. Nada–Nada Radikal: Perbincangan Para Filsuf Tentang Musik. Jogjakarta: Panta Rhei Books, 2004.

Syaelendra. 10 Pemusik Paling Berpengaruh di Dunia. Jakarta: Inti Media dan Ladang Pustaka, t.t.

Weij, Van Der. Filsuf-filsuf Besar Tentang Manusia, terj. K. Bertens. Jakarta: PT Gramedia, 1988.

Sumber dari Jurnal, Modul, Majalah, Skripsi, dan Wawancara Dardjowidjojo, Soenjono. “Linguistik Indonesia.” Jurnal Ilmiah, Masyarakat Linguistik Indonesia,Tahun Ke 27, no. 1 (2009).

Hai Klip.Iwan Fals, edisi 5.Jakarta: Redaksi Majalah Hai Klip,2002.

Hidayat, Adib.Iwan Fals, The Rolling Stone Interview, edisi 15. Jakarta: Redaksi Majalah Rolling Stone, 2007.

Mack, Dieter. “Mengapa ‟New Age‟ dan „World Music‟ Musik dari Sudut Pandang Multikultural.”Jurnal Kebudayaan, Kalam 7, (1996).

Modul Training Paduan Suara Maximilian. Jakarta: PSM UIN, 2011. 108

Sanjaya, Radi Aditama. “Eksistensialisme Chairil Anwar Dalam Sajak-sajak Aku ini Binatang Jalang.” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014).

Tarigan, Perikuten Takari. “Analisis Struktur Musik dalam Etnomusikologi” (Skripsi S1 Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara, 1994).

Wawancara Pribadi dari Tim Management Iwan Fals Bersama Iwan Fals, Perihal Kehidupan Iwan Fals, Lagu-lagu Iwan Fals, dan Eksistensialisme. Di Kediaman Iwan Fals, Leuwinanggung. Pada Tanggal 14 Januari 2016.

Sumber dari Internet “Iwan Fals Mania.” Dari www.iwan-fals.blogspot.co.id, diakses pada 5 November 2015.

“Iwan Fals.”dari https://id.wikipedia.org/wiki/Iwan_Fals, diakses pada 5 November 2015.

“Musik Country.” dari https://id.wikipedia.org/wiki/Musik_country, diakses pada 14 Desember 2015.

“Seni Musik, Etnomusikologi, dan Kritik sosial.” darihttp://jtptiain-gdl-s1-2006- mawardinim-1383-bab2_410-9.html, diakses pada 14 Desember 2015.

“Teori Eksistensialisme.” dari http://daribkuntukbk.blogspot.com/2012/05/teori- eksistensialisme.html, diakses pada 26 Mei 2015.

KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) -.. SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA ...... FAKULTAS USHULUDDIN Telp.: (021 ) 749 3677. 740 1925, Fax: (021 ) 749 3579 Jin. Ir. H. Juanda No. 95 Clputat 15412, Indonesia website:www.uinjkt.ac.ld: E-mail : [email protected]

om or· : Un.O 1/ F3/KM .0 I .3/ 3 .'.26.1 12015 Jaka1ia. 24 November 20 15 Lampiran Perihal : Penel itian I wawancara

Kepada Yth .

Dengan hormat. Bersama in i disampaikan bahwa mahasis\va kami dari Fakultas Ushuluddin UTN Syacif Hida)'atullah Jakarta: Nam a Ade Nina Pu m ama !JM 1 11 I 033I00019 Fak./ Jurusan Ushuludd in I Aqidah Filsafat Semester rx (Sernbilan) Tahun Akadem ik 2015 / 2016 Program Strata I (SJ) sedang dalam penulisan skripsi dcngan judul: " Tcuia Eksistensialis me dnlam Lngu-Lagu Iwan Fats".

Sehubungan dengan ini. kami mohon mahasiswa kami dapat diterima melakukan penelitian I wawancara guna penulisan skripsi tersebut.

Demikian. atas perhatian dan bantuannya karni ucapkan terima kasib.

idang Akademik.

Tembusan; Dekan Fakultas Ushuluddin UL\J SyarifHidayatullah Jakarta

109

110 HASIL WAWANCARA TIM MANAGEMENT IWAN FALS DENGAN IWAN FALS DALAM BENTUK PERTANYAAN DAN JAWABAN ( pertanyaan berdasarkan dari list penulis )

1. Tanya : Pendapat om tentang kehidupan terhadap kegelisahan dalam kehidupan selama om menjalani hidup? Jawab : Gelisah ya, ya gak enak kan?, tapi kan kenyataan ya, ada periode menolak kegelisahan itu, ada periode juga bersyukur terhadap itu, tetapi ada juga periode sebagai manusiawi menerima, memang harus ngelewatin itu, sebagai manusia biasa. Ada saat juga periode penting peristiwa itu seseorang suapa gak ngerasa nyaman, ada di zona nyaman segala macem, gimana seumpamanya gak gelisah? 2. Tanya : Ada hubungannya sama lagu-lagu om gak? Jawab : Ya pasti ada, dari kegelisahan itu kan butuh pengeluaran ya kita? Kita gelisah nih, gimana caranya gak gelisah? Melalui karate, lewat baca buku, lewat bikin lagu, salah satunya lewat lagu. 3. Tanya : Termasuk sumber om menciptakan lagu juga? Jawab : Ya he’eh, eeh ga tau nih dipake apa gak, kalo om ga dipake, ada beberapa temen justru butuh kegelisahan itu. Dia butuh konflik lah untuk membuat karya, tapi om gak gitu. 4. Tanya : Kayak kegelisahan om disaat rezim dulu? Kayak gitu-gitu om? Jawab : Itu kan orang-orang aja ngomong gitu, ngaco. Ya pasti gelisahlah Cuma nya kan gua bukan pakar politik segala macem, g ngerti yang gitu-gitu. Gua dulu gelisahnya pas ngeliat tetangga, temen-temen, kok, “gua dikejer-kejer polisi, lagi demonstrasi, gak boleh gini-gini” kan gelisah mereka, Ngomonglah, kan jadi ikut gelisah. Tapi ngerti persoalannya kan gak, masih muda banget, dan buka pengamat juga, yaa kadang kala kalo kegelisahan itu ada dilagu salah tafasir ya ditanya, diintrogasi kan, ada beberapa dulu, tahun 84 tante Yos ke , tapi sesungguhnya yaa, berterimakasih sudah mendapatkan musik sebagai salah satu jawaban bagi kegelisahan itu, banyak temen-temen yang gak bisa ngeluarin

111 112

kegelisahannya, ekstrim.! Malah bunuh dirilah apa lah itu, kalo bisa ngelukis kreatif tuh, syair, karate, baca buku. Kira- kira gitu. 5. Tanya : Sekarang pendapat om tentang kematian yang pasti akan dialami oleh setiap manusia? Jawab : Em? Kematian? Ya biasakan, semua orang pasti akan mati kan?, bahwa selagi hidup, mengahargai hidup ya, tapi bukan berarti ga perduli sama mati. Ketimbang berjudi kan, nanti setelah mati apa.. kan pernah diajarin kan dalam agama- agama besar kan diajarin, nanti ada sorga ada neraka. Yaudah, ikuti aja syariat yang ada sehingga kita merasa aman, oh nanti mudah-mudahan gua masuk sorga, mudah-mudahan... yaa tetapi kematian itu sendiri adalah hal yang wajar, semua orang mengalami itu. Gak ada istimewanya, bahwa salah satu persyaratan motivasi hidup, yaudah jalani syariat, jalani 5 waktu, berbuat baik, toh gak ada ruginya. Kalo kita gak berbuat baik kan disamping kita masuk neraka, kita ketangkep kan sama polisi. Kalo kita berbuat baik kan , kita gak ditangkap polisi dan insyaAllah masuk sorga juga. Jadi bukan hal yang istimewa, hal yang wajar aja. 6. Tanya : Ada hubungannya sedikit om sama pendapat om tentang Tuhan dan Agama ? kalo bisa diceritakan sedikit pengalaman om ...? Jawab : Aku bersyukur ada pengetahuan Tuhan, dikasih tau sama orang tua, sama guru-guru. Gak sesulit jaman dulu sebelum Tuhan dipercaya, animisme dan sebagainya itu kan. Nyembah pohon nyembah itu. Sekarang kan udah ada ilmu praktis, Islam mungkin. yaudah, eh.. terimakasih, coba bayangin kalo gak ada Tuhan, gimana mau ngeluh? Ngeluh sama kamu malah bingung kamunya, kalo ada Tuhan kan “Tuhan tolongin gua dong” soal kegelisahan tadi kan salah satu jawaban, “gua lagi gelisah nih”. Bayangin coba orang-orang yang gak bertuhan, kuat sih memang, tapi kan dia ngeluh diputusin pacarnya, atau seumpanya dia gak punya pekerjaan, sakit parah. Kalo punya Tuhan kan enak, “aduh Tuhan tolong sembuhin dong,” ada harapan, tapi kalo gak ada Tuhan? Ya dia kuat-kuatin aja sendiri. Dokter-dokter juga bingung. Tapi ya terimakasih lah adanya Tuhan. Sama apa tadi? Agama ya? Agama kan salah satu metode, syarat kita untuk mendekatkan diri kita kepada Tuhan, salah satuya tadi dari Islam kan

113

syariat, kalo saya sih rukun iman rukun islam aja. Tapi detail menguasai itu, gak. Enakkan abis wudhu, abis sembayang, secara fisik juga terjaga dari kepala sampai kaki. Tapi kadang-kadang duniawi sering melupakan, membuat kita buta sehingga kewajiban-kewajiban tadi lalai, itulah hati manusia yaa. Kadang-kadang rajiiin banget sembayang, tapi kadang- kadang.. ini bukan pemakluman tetapi saya masih dalam proses itu, apalagi kalo udah kena musik kan, lupa kan sama waktu, “magrib nih, ashar nih” yaa itu proses. 7. Tanya : Pertanyaan berikutnya om, mengapa memilih musik sebagai jalan hidup? Jawab : Karena musik salah satu yang membuat saya awet muda, gak tua-tua. 8. Tanya : Tapi pas dulu awal-awal, om ga mikir gitu kan? Jawab : Ya kan karena musik kan bisa mengungkapkan kesedihan, kesenangan, kemarahan, punya inspirasi politik kan, gak perlu partai, yang penting kan nyanyi aja, bikin lagu bongkar, lagu bento, udah bisa terwakili oleh rakyat, bisa jadi penghidupan lagi, dapat uang, sekarang belakang-belakangan ini, bisa ngidupin banyak orang, bisa ngasih kerjaan, segala macem. Kalo awal-awal bermusik itu tadi, bahwa sebagai teman, sendirian kos terus dibeliin gitar sama orang tua, nyanyi, seneng, siterima pergaulan karena bisa nyanyi, dapet eksistensi tadi, pengakuan. 9. Tanya : Jadi alasan eksistensi juga ya om? Jawab : Iya, agar supaya bisa lepas dari penilaian kan? 10. Tanya : Bagaimana proses pembuatan dari lagu-lagu om, mudah- mudahan masih inget ya, lagu tema tentang kehidupan, lagu lekaslah sembuh, gimana om proses pembuatannya ? Jawab : Itu ada temen sakit, yaudah aku support temen, juga menyadari bahwa semua orang bisa sakit. Kebayangkan kalo lagi sakit gitu, kalo gak ada yang dateng, besuk, kan sedih banget, siapa tau ini jadi temen aja. Hampir setiap hari kita lihat orang sakit kan? Termasuk keluarga, apa yang bisa nemenin? Kan bukan dokter.. ya mudah-mudahan lagu ini bisa jadi temen. 11. Tanya : Dulu untuk siapa ya om? Jawab : Ada mas doni, ada pak utfi, mas doni lagi sakit, tapi kan g

114

khusus untuk itu kan, sebelum mas doni sakit, lagunya udah ada. ya memang saya nyanyikan waktu dirolling stone khusus untuk mas doni. 12. Tanya : Lagu semoga kau tak tuli Tuhan ? gimana proses pembuatannya om ? Jawab : Kalo gak salah itu.. oh, Galang kecil itu kalo gak salah, sama tante Yos, semoga Kau tak tuli Tuhan itu, apa Galunggung?, ntar dulu ya.. 13. Tanya : Kalo gak salah galunnggung deh om.. Jawab : Ooh, tante Yos ini dulu, Galang kecil, kita punya bayi dulu.. di Karang Polan, mudah-mudahan kita bisa ngajarin anak kita nih, anak yang berjiwa baja, mudah-mudahan begitu, harapan. Karna, diarna yang bau busuknya luka, pandang dunia beri watak baja padanya, kalungkan tabah kala derita, semoga Kau tak tuli Tuhan. Ya jadi mudah-mudahan doanya didenger oleh Tuhan, kita punya anak yang kuat, anak yang tabah. 14. Tanya : Sama satu lagi, lagu hadapai saja om..? Jawab : Gimana, itu kan Galang meninggal itu kan, kan bingung tapi kan harus kembali hidup kan, yaudah hadapin aja, kita juga harus bayar listrik, nyari makan, yaudah hidup harus terus jalan, sedih tapi kan, sempet om kan sempet vakum 10 tahun, bingung bikin oi. 15. Tanya : Jadi lagu ini setelah oi dong? Jawab : Belum, sebelum oi Galang meninggal, bikin oi, yah bersamaanlah pokoknya dulu, salah satu lagu yang nguatin kita kalo hidup harus terus berjalan, om bikin lukisan banyak banget itu, bikin lagu, terus ngediriin oi, ungkapan kegelisahan dalam bentuk lagu terhadap meninggalnya Galang, walaupun ada juga dalam bentuk fisik, ada karate, silaturahmi temen-temen oi jadi, dan lukisan. Yaudah direlain aja. 16. Tanya : Ok, selesai om..!!! Jawab : Oh udah, gini aja?