Agusta Kurniawan. : Analisa Pengaruh Letusan Abu Vulkanik Gunung Marapi di Sumatera Barat ...

ANALISA PENGARUH LETUSAN ABU VULKANIK GUNUNG MARAPI

DI SUMATERA BARAT TERHADAP PENGUKURAN GAS (SO2) DAN

PARTIKEL (PM10 DAN SPM) DI STASIUN PEMANTAU ATMOSFER GLOBAL BUKIT KOTOTABANG

THE ANALYSIS OF EFFECT OF THE INFLUNCE OF MARAPI VOLCANIC ERUPTION IN WEST TO THE MEASUREMENT OF GAS (SO2) AND PARTICULATE MTTER (PM10 AND SPM) IN GLOBAL ATMOSPHERIC MONITORING KOTOTABANG HILL STATION Agusta Kurniawan1

(Diterima tanggal 15-11-2011; Disetujui tanggal 14-03-2012)

ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan analisa pengaruh letusan abu vulkanik Gunung Marapi di Sumatera

Barat pada awal bulan Agustus 2011 terhadap pengukuran gas (SO2) dan partikel (PM10 dan SPM) di SPAG Bukit Kototabang. Sebagai data pembanding yaitu data rata-rata harian sebelum letusan abu vulkanik gunung Marapi, yaitu data harian bulan Juli 2011, sedangkan sebagai data sampel (data setelah Gunung Marapi meletus) digunakan data rata-rata harian 1-10 Agustus 2011. Model Hysplit Volcanic Ash dari NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) dan Citra Satelit OMI (Ozon Monitoring Instrument) digunakan untuk memperkirakan arah letusan Gunung Marapi. Hasil analisis menunjukkan bahwa letusan abu vulkanik Gunung Marapi pada awal Agustus 2011 tidak berpengaruh terhadap pengukuran pengukuran gas (SO2) dan partikel (PM10 dan SPM) di Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang.

Kata Kunci: Gunung Marapi, SPAG Bukit Kototabang, SO2, PM10 dan SPM, Hysplit Volcanic Ash Model

ABSTRACT The purpose of this study was to analyze the influence of volcanic ash eruption of Mount Marapi in in early August 2011 to the measurement of gas (SO2) and particulate matter (PM10 and SPM) in Global GAW Bukit Kototabang Station. As reference data are daily average data prior to the eruption of volcanic ash Marapi, the daily data of July 2011, while the sample data (data after the eruption of Mount Marapi) used data on average daily 1 to 10 August 2011. Volcanic Ash Hysplit models from NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) and OMI image are used to estimate direction of the eruption of Mount Marapi. The analysis showed that the volcanic ash eruption of Mount Marapi in early August 2011 had no effect on the measurement of gas measurement (SO2) and particulate matter (PM10 and SPM) in the Global GAW Bukit Kototabang Station.

Keywords: Mount Marapi, Global GAW Bukit Kototabang Station, SO2, PM10 and SPM, Hysplit Volcanic Ash Model

PENDAHULUAN Stasiun Pemantau Atmosfer Global (SPAG) Atmosfer Global (SPAG) Bukit Kototabang Bukit Kototabang merupakan satu-satunya merupakan salah satu stasiun pengamatan Stasiun Pemantau Atmosfer Global di referensi udara bersih (1). dan merupakan satu dari 34 Stasiun Secara geografi Stasiun Stasiun Pemantau Pemantau Atmosfer Global sejenis (skala Atmosfer Global Bukit Kototabang terletak global) yang ada di dunia. Stasiun Pemantau pada 100.32 bujur timur, 0.20 lintang selatan

1) Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Sumatera Barat Komplek rumah dinas BMKG, Pasadama, Kotomalintang, Kec. Tilatang Kamang, Kab. Agam, Sumatera Barat Telp (0752)7446089, Fax (0752)7446449, Email: [email protected]

37 Ecolab Vol. 7 No. 1 Januari 2013 : 1 - 48

Gambar 1. Lokasi Stasiun Pemantau Atmosfer Global di dunia (2) dan pada ketinggian 864.5 meter di atas Kecamatan X Koto di Kabupaten Tanah Datar. permukaan laut. Stasiun ini terletak pada Gunung Marapi merupakan salah satu jenis lokasi yang jauh dari pemukiman dan aktivitas Gunung berapi Tipe B (Stratovolcano) (3,4,5). manusia agar udara yang diukur benar-benar Menurut laporan dari Badan Nasional alami sehingga dapat dijadikan referensi udara Penanggulan Bencana, Gunung Marapi (1) bersih . di Sumatera Barat mulai ada peningkatan Gunung Marapi secara adminstratif berlokasi aktifitas sejak tanggal 3 Agustus 2011 pukul di dua kabupaten, yaitu kabupaten Agam dan 09.00 WIB (6). Material yang dikeluarkan pada kabupaten Tanah datar, propinsi Sumatera letusan gunung berapi biasanya berupa asap Barat, Indonesia. Kecamatan Banuhampu tebal dan abu vulkanik, yang biasa terkandung

Sungai Puar di Kabupaten Agam dan SO2, belerang, partikel debu/aerosol dan Kecamatan Pariangan, Kecamatan Batipuh, sebagainya.

38 Agusta Kurniawan. : Analisa Pengaruh Letusan Abu Vulkanik Gunung Marapi di Sumatera Barat ...

Gunung Marapi Stasiun Pemantau Atmosfer Global (SPAG) Bukit Kototabang Ketinggian : 2891 m Lokasi : Kec. Banuhampu Sungai Puar, Kab. Ketinggian : 864,5 m Agam dan Kec. Pariangan, Kec. Batipuh, Lokasi : Bukit Kototabang, Jl Raya Bukittinggi- Kec X Koto, Kab. Tanah Datar, Sumatera Medan Km17, Kecamatan Palupuh, Barat., Indonesia Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Koordinat : 0°22′50″S 100°28′24″E Indonesia Jenis : Stratovolcano Koordinat : 00O,12’,00’’LS - 100O,19’,12’’BT Umur batuan : Pleistosen Tipe Station : Remote/Background Monitoring

Gambar 2. Informasi Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang dan Gunung Marapi (1,3,4,5)

Berdasarkan pertimbangan kedekatan lokasi SO2 di daerah remote, nilai konsentrasi gas Gunung Marapi dan Stasiun Pemantau terukur dalam orde ppb (part per billion). Atmosfer Global Bukit Kototabang, serta Instrumen ini melakukan monitoring secara fungsi Stasiun Pemantau Atmosfer Global terus-menerus. Prinsip kerja instrumen ini Bukit Kototabang sebagai salah satu stasiun dengan metode UV Fluorescence. Data gas referensi udara bersih, maka tulisan ini SO2 merupakan data dengan resolusi 5 menit, mencoba melakukan analisa pengaruh letusan data ini kemudian diolah menjadi agregat abu vulkanik Gunung Marapi pada awal bulan harian. Rawdata diambil dari instrumen

Oktober 2011 terhadap pengukuran gas (SO2) menggunakan software iport dengan kabel dan parameter partikel (PM10 dan SPM ) di RS232. Instrumen ini dilengkapi dengan Stasiun Pemantau Atmosfer Global (SPAG) sistem kalibrasi (Dynamic Gas Calibrator Bukit Kototabang. TS146i dan Zero Air Supply TS111) serta gas

standar SO2 untuk menjamin kualitas peralatan METODOLOGI dan data yang dihasilkan.

Pengukuran Konsentrasi Gas SO (1) (1) 2 Pengukuran Konsentrasi PM10 Konsentrasi gas SO diukur instrumen TS43i- 2 Konsentrasi PM10 diperoleh dari instrumen Trace Level Enhance. Sesuai dengan namanya, BAM 1020. Instrumen ini melakukan instrumen ini diperuntukkan monitoring gas monitoring secara terus-menerus. Prinsip kerja

39 Ecolab Vol. 7 No. 1 Januari 2013 : 1 - 48 instrumen ini adalah pelemahan sinar beta. HASIL DAN PEMBAHASAN

Data PM10 merupakan data dengan resolusi Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit 1 jam. Rawdata diambil dari instrumen Kototabang merupakan stasiun referensi menggunakan aplikasi hyper terminal dengan udara bersih dan memantau background kabel RS232. Dari rawdata kemudian diolah monitoring kondisi udara ambien mewakili menjadi data aggregat harian. Nilai konsentrasi daerah terpencil di dunia khususnya di daerah PM10 terukur dalam unit mg/m3. ekuator. Olah karena itu pengukuran gas Pengukuran Berat Suspended Particulat maupun partikel akan sangat sensitif terhadap Matter (SPM)(1) perubahan aktivitas antropogenik ataupun aktivitas alami seperti letusan abu vulkanik Berat Suspended Particulat Matter (SPM) gunung berapi. diperoleh dari instrumen HVAS (High Volume Air Sampler) Staplex. HVAS Staplex dilengkapi Data yang digunakan pada tulisan ini berbasis alat hourmeter untuk menghitung durasi harian (aggregat harian). Sebagai data pemasangan/pengoperasional instrumen. pembanding (data referensi ) digunakan data Instrumen ini dioperasikan selama 24 jam. harian parameter sebelum terjadinya letusan HVAS Staplex ini juga dilengkapi dengan abu vulkanik gunung Marapi, yaitu data bulan flow controller (pengatur laju alir), yang Juli 2011, sedangkan sebagai data pengujian memastikan laju alir udara tetap sama/konstan. (data sampel) digunakan data harian setelah Laju alir udara diatur tetap 1.12 LPM ≈ 1.2 letusan awal abu vulkanik gunung Marapi LPM. Berat Suspended Particulat Matter (awal meletus pada 3 Agustus 2011 pada (SPM) merupakan selisih antara berat filter pukul 09.00 WIB). Ada tiga parameter yang sesudah pemasangan dikurangi berat filter dianalisa pada tulisan ini yaitu konsentrasi sebelum pemasangan (dalam gram). gas SO2 dinyatakan dalam ppb, konsentrasi partikel PM dinyatakan dalam mg/m3 dan Citra Satelit OMI (Ozon Monitoring 10 konsentrasi SPM (Suspended Particulate Instrument) pada Satelit Aura Matter) yang penulis nyatakan sebagai berat Citra satelit ini digunakan untuk memotret debu (g). dari luar angkasa, konsentrasi kolom SO2 di atmosfer bumi dalam satuan DU (Dobson Pengukuran Konsentrasi Gas SO Unit). 2

Parameter gas SO2 (Sulfurdioksida) diamati Hysplit Volcanic Ash Model(1) pada pengukuran ini karena gas SO2 sebagai Model ini merupakan salah satu produk dari salah satu parameter deposisi asam, yang NOAA (National Oceanic and Atmospheric menyebabkan kerusakan pada lingkungan. Administration), dan pada tulisan ini Gas SO2 berbau tajam dan tidak mudah dipergunakan untuk memverifikasi arah terbakar, bila bertemu dengan udara letusan abu vulkanik Gunung Marapi pada 3 yang mengandung uap air akan bereaksi Agustus 2011. (8) membentuk asam sulfit (H2SO3) ,.

40 Agusta Kurniawan. : Analisa Pengaruh Letusan Abu Vulkanik Gunung Marapi di Sumatera Barat ...

0,50 ppb, dan maksimum tercapai pada

SO2 + H2O → H2SO3…………………...... ………. (1) tanggal 30 Juli 2011 sebesar 0,86 ppb. Nilai

rata rata konsentrasi gas SO2 setelah letusan

Gas SO2 bila bertemu dengan oksigen di udara (pada 4 sampai 10 Agustus 2011) sebesar 0,50 akan membentuk gas SO3, kemudian bereaksi ppb, dan maksimum tercapai pada tanggal dengan uap air (H2O) atau bereaksi dengan air 5 Agustus 2011 sebesar 0,80 ppb. Dari data (8) hujan akan membentuk asam sulfat (H2SO4) . tersebut menunjukkan bahwa letusan abu vulkanik gunung Marapi tidak mempengaruhi

SO3 + H2O → H2SO4………………...... …………(2) pengukuran gas SO2 di Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang. Adanya Asam sulfat ini akan bersifat korosif terhadap fluktuasi konsentrasi gas SO yang teramati logam, bangunan, dan juga bisa membuat 2 sebelum letusan abu vulkanik gunung Marapi logam-logam terlarut kembali dalam bentuk merupakan variabilitas harian akibat adanya oksidasi tinggi sehingga beracun bagi makhluk aktivitas antropogenik di sekitar Stasiun hidup(8,9). Walaupun gas SO (Sulfurdioksida) 2 Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang. mempunyai kelarutan yang kecil dalam air, Kenaikan konsentrasi gas SO setelah letusan namun dalam jumlah mol yang sama dengan 2 abu vulkanik gunung Marapi masih dalam gas lain (misal : CO , NO ), gas ini mampu 2 2 orde ppb (part per bilion), bukan merupakan menaikkan keasaman/menurunkan pH air pengaruh material letusan gunung Marapi, hujan secara signifikan dibandingkan dengan tetapi merupakan variabilitas harian. Dari gas lain tersebut(9). analisis tersebut dapat dikatakan letusan abu

Nilai rata-rata konsentrasi gas SO2 sebelum vulkanik Gunung Marapi tidak berpengaruh letusan abu vulkanik Gunung Marapi ( pada terhadap pengukuran gas SO2 di Stasiun 1 Juli 2011 sampai 2 Agustus 2011) sebesar Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang.

Gambar 3. Konsentrasi harian gas SO2 di SPAG Bukit Kototabang, kiri: sebelum (sebagai data referensi) dan kanan: setelah (sebagai data sampel), letusan abu vulkanik Gunung Marapi pada 3 Agustus 2011

41 Ecolab Vol. 7 No. 1 Januari 2013 : 1 - 48

Pengukuran Konsentrasi Partikel PM10 2011 (tanggal 3 sampai 10) dan pada akhir (Particulate Matter) bulan Juli 2011, kemungkinan besar adalah aktivitas antropogenik di sekitar stasiun Parameter partikel dalam hal ini adalah PM10 (partikel debu berukuran sampai 10 mikron). GAW Bukit Kototabang, kemungkinan besar Parameter ini penting untuk diamati karena adalah perambahan dan pembakaran hutan di partikel ini berpengaruh terhadap kesehatan sekitar stasiun, ditambah lagi dengan adanya manusia terutama pernafasan (berpotensi transport polutan hasil kebakaran hutan di untuk mengganggu pernapasan) dan dapat pulau Sumatera, khususnya di Jambi dan mengganggu jarak pandang (visibilitas) (7,10). Riau. Setelah letusan abu vulkanik gunung Selain itu partikel ini cenderung mempunyai Marapi (pada tanggal 2 sampai 10 agustus jarak tempuh yang jauh dari sumber awal 2011), konsentrasi PM10 rata-rata harian di polutannya. Letusan abu vulkanik gunung SPAG Bukit Kototabang sebesar 0.024 mg/m3 berapi sangat berpotensi mengeluarkan udara, dan mencapai maksimum tercapai pada 3 Agustus 2011sebesar 0.060 mg/m3 udara. partikel PM10 ini. Sebelum letusan abu vulkanik gunung Kecenderungan tinggi setelah letusan abu Marapi (pada 1 Juli sampai 2 Agustus 2011), vulkanik Gunung Marapi dan menurun konsentrasi PM10 rata-rata harian di SPAG sampai 7 Agustus 2011 dan menaik lagi Bukit Kototabang sebesar 0.029 mg/m3 sampai 11 Agustus 2011, bukan merupakan udara, dan mencapai konsentrasi maksimum akibat dari letusan abu vulkanik gunung sebesar 0.076 mg/m3 udara pada 29 Juli Marapi, tetapi merupakan variabilitas 2011. Menurut PP41/ 1999 mensyaratkan rata-rata harian konsentrasi PM10 akibat m 3 konsentrasi PM10 sebesar 0.120 g/m udara, aktivitas antropogenik di stasiun GAW dan konsentrasi PM10 rata-rata harian di Bukit Kototabang dan transport polutan SPAG Bukit Kototabang masih berada di akibat kebakaran hutan di pulau Sumatra. ambang batas yang dipersyaratkan. Tingginya Letusan abu vulkanik Gunung Marapi konsentrasi PM pada awal bulan Juli 10 ternyata tidak berpengaruh secara nyata

Gambar 3. Konsentrasi harian PM10 di SPAG Bukit Kototabang, kiri: sebelum (sebagai data referensi) dan kanan: setelah (sebagai data sampel), letusan abu vulkanik Gunung Marapi pada 3 Agustus 2011

42 Agusta Kurniawan. : Analisa Pengaruh Letusan Abu Vulkanik Gunung Marapi di Sumatera Barat ...

terhadap pengukuran partikel PM10 di dikurangi berat filter sebelum disampling Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit (awal). Berat SPM rata-rata sebelum letusan Kototabang, terlihat bahwa nilai rata-rata abu vulkanik gunung Marapi sebesar 0,048 gram, dengan nilai maksimum tercapai pada dan nilai maksimum konsentrasi harian PM10 setelah letusan abu vulkanik gunung Marapi 6 Juli 2011 sebesar 0,1100 gram. Ternyata terukur lebih rendah dibandingkan nilai rata- pola yang sama pada pengukuran partikel rata dan nilai maksimum konsentrasi harian PM10 teramati juga pada pengukuran SPM, pada 6 Juli 2011, pengukuran SPM mencapai PM10 sebelum letusan abu vulkanik gunung Marapi. puncak, hal itu bisa dijelaskan bahwa akibat aktivitas antropogenik di sekitar stasiun GAW Pengukuran Konsentrasi Partikel SPM Bukit Kototabang dan transport polutan akibat (Suspended Particulat Matter) kebakaran hutan di pulau Sumatra. Sedangkan Parameter partikel yang diukur adalah sebagai data sampel atau data SPM setelah Suspended Particulat Matter (SPM), letusan abu vulkanik gunung Marapi hanya merupakan partikel debu (aerosol) yang dapat diukur tiga kali yaitu 5, 7 dan 11 Agustus mengendap dan biasanya berukuran sampai 2011. Nilai rata-rata berat SPM setelah letusan 100 mikron. Partikel ini diamati karena debu abu vulkanik Gunung Marapi sebesar 0,0609 vulkanik mempunyai cenderung berukuran gram dan mencapai maksimum pada 17 besar dan mudah mengendap. Agustus 2011 sebesar 0,0821 gram. Walaupun Pengukuran sampel SPM dilakukan selama nilai rata-rata berat SPM setelah letusan abu 24 jam, dengan jadwal mingguan, dan sebagai vulkanik Gunung Marapi lebih tinggi daripada data sebelum letusan abu vulkanik gunung nilai rata-rata berat SPM sebelum letusan Marapi diukur dari 7 mei 2011 sampai 30 Juli Gunung Marapi, namun itu tidak menunjukkan 2011, namun ada beberapa tanggal dimana bahwa letusan abu vulkanik berpengaruh data tidak tersedia. Konsentrasi SPM dalam secara signifikan terhadap pengukuran SPM tulisan ini dinyatakan sebagai berat dalam di Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit gram. Berat SPM diperoleh dengan cara Kototabang. Nilai maksimum berat SPM mengurangi berat filter setelah disampling sebelum letusan abu vulkanik Gunung

Gambar 4. Konsentrasi SPM di SPAG Bukit Kototabang, kiri: sebelum (sebagai data referensi) dan kanan: setelah (sebagai data sampel), letusan abu vulkanik Gunung Marapi pada 3 Agustus 2011

43 Ecolab Vol. 7 No. 1 Januari 2013 : 1 - 48

Marapi (0,1100 gram) lebih tinggi daripada Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang nilai maksimum berat SPM setelah letusan terukur lebih kecil setelah letusan abu vulkanik abu vulkanik Gunung Marapi (0,0821 gram), dibandingkan sebelum letusan abu vulkanik letusan abu vulkanik mengeluarkan material Gunung Marapi pada 3 Agustus 2011. ke udara yang banyak, sehingga penurunan Citra satelit OMI juga mendukung data nilai maksimum berat SPM sebelum dikurangi pengamatan partikel dan gas di stasiun GAW sesudah letusan abu vulkanik, merupakan Bukit Kototabang, tidak teramati kenaikan bukti yang lebih masuk akal bahwa letusan abu yang signifikan akibat letusan abu vulkanik vulkanik Gunung Marapi tidak berpengaruh Gunung Marapi 3 Agustus 2011 terutama secara signifikan terdapat pengukuran SPM pada pengukuran konsentrasi gas SO di Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit 2 disebabkan karena material abu vulkanik Kototabang. bergerak menuju ke barat ke arah pantai Citra Satelit dari Instrumen OMI (Ozon Sumatera, bukan menuju ke arah timur ke Monitoring Instrument) pada Satelit Aura Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Penulis menggunakan citra satelit OMI untuk Kototabang (lihat panah pada gambar 4), dan pada hari berikutnya pada tanggal 4 Agustus melihat konsentrasi kolom SO2 di atas pulau Sumatera untuk dapat membantu menjelaskan 2011, kondisi kolom atmosfer sudah lebih bersih. fenomena konsentrasi gas (SO2) di stasiun

Gambar 4. Citra Satelit OMI menunjukkan kolom konsentrasi SO2 di pulau Sumatra kiri: saat terjadi letusan abu vulkanik Gunung Marapi pada 3 Agustus 2011, kanan pada 4 Agustus 2011 (11)

44 Agusta Kurniawan. : Analisa Pengaruh Letusan Abu Vulkanik Gunung Marapi di Sumatera Barat ...

Hysplit Volcanic Ash Model Bukit Kototabang terukur lebih rendah, Salah satu model berfungsi untuk atau mengapa letusan abu vulkanik Gunung memperkirakan arah letusan abu vulkanik Marapi tidak berpengaruh secara signifikan dan material gunung berapi adalah Hysplit terdapat pengukuran partikel dan gas di stasiun Volcanic Ash Model dari NOAA. Penulis Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang. menggunakan model ini untuk dapat lebih Penulis menjalankan model tersebut dengan menjelaskan mengapa konsentrasi partikel skenario Gunung Marapi di Sumatera Barat dan gas di stasiun Pemantau Atmosfer Global meletus selama 1 jam, dan terjadi pada 29 Agustus 2011.

Gambar 5. Hasil running Hysplit Volcanic Ash Model dari NOAA, dengan skenario Gunung Marapi meletus pada 29 Agustus 2011,selama 1 jam (12).

45 Ecolab Vol. 7 No. 1 Januari 2013 : 1 - 48

Hasil running model tersebut, menguatkan SIMPULAN lagi citra satelit OMI dari satelit AURA Berdasarkan data dan analisis di atas dapat bahwa material abu vulkanik gunung Marapi diambil kesimpulan, letusan abu vulkanik melayang terbang ke arah barat ke pantai Gunung Marapi pada 3 Agustus 2011 tidak

Padang, bukan ke arah Stasiun Pemantau mempengaruhi hasil pengukuran gas (SO2) Atmosfer Global Bukit Kototabang. dan partikel (PM10 dan SPM) di Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang, Hubungan antara Berbagai Parameter karena material abu vulkanik Gunung Marapi Walaupun jarak antara Gunung Marapi melayang terbang ke arah barat ke Pantai dengan SPAG Bukit Kototabang kurang Sumatra. dari 50 km, namun parameter-parameter pengukuran partikel dan gas tidak terlalu UCAPAN TERIMA KASIH terpengaruh. Nilai pengukuran gas SO dan 2 Penulis mengucapkan terima kasih kepada nilai pengukuran partikel PM dan SPM 10 rekan-rekan SPAG Bukit Kototabang yang yang diharapkan tinggi, karena material telah mengoperasikan dan menganalisa abu vulkanik akan banyak mengandung gas TSP terutama kepada Yosfi Andri ST dan SO dan partikel-partikel yang berukuran 2 Aulia Rinadi AHMg. Tak lupa penulis juga sampai 100 mikrometer seharusnya terbawa mengucapkan terima kasih kepada NASA terbang menuju ke SPAG Bukit Kototabang, (NASA Official: Nickolay A. Krotkov, Web ternyata tidak. Data-data fluktuatif nilai Content: Keith D. Evans (UMBC/JCET), pengukuran gas SO dan partikel (PM10 2 Simon Carn) dalam hal ini menyediakan dan SPM) merupakan variabilitas harian, Citra OMI pada Satelit Aura secara online dan banyak dipengaruhi oleh transport (http://so2.gsfc.nasa.gov/pix/daily/0811/ polutan dari daerah lain seperti kebakaran, sumatra_0811z.html) melalui internet. Penulis kegiatan antropogenik di sekitar SPAG Bukit juga mengucapkan terima kasih terhadap Kototabang, dan bukan akibat dari letusan NOAA yang menyediakan Model Hysplit abu vulkanik Gunung Marapi. Data Citra Volcanic Ashyang diakses online melalui Satelit OMI pada saat dan setelah letusan http://ready.arl.noaa.gov/READYVolcAsh. didukung dengan output dari Model Hysplit php. Volcanic Ash (dari NOAA) sangat sesuai dengan data observasi di Stasiun Pemantau DAFTAR PUSTAKA Atmosfer Global Bukit Kototabang. Arah dan (1) Agusta Kurniawan. 2010. Pengaruh lintasan abu vulkanik letusan abu vulkanik Letusan Gunung Sinabung Terhadap Gunung Marapi ke arah barat atau ke arah Pengukuran Deposisi Asam Di Bukit Pantai Sumatra, bukan ke arah timur (ke arah Kototabang. Megasains Volume I No.4 Desember 2010, hal:218-229. SPAG Bukit Kototabang), sehingga semua parameter pengukuran partikel dan gas di (2) Peta lokasi Stasiun Pemantau Atmosfer Global di dunia (skala SPAG Bukit Kototabang, terukur rendah. global) diperoleh dari http://gaw.

46 Agusta Kurniawan. : Analisa Pengaruh Letusan Abu Vulkanik Gunung Marapi di Sumatera Barat ...

empa.ch/gawsis/StationList.asp, (8) RTM Sutamihardja, Tati Murniawati. diakses 17 April 2012. 2008. Deposisi Asam (Acid (3) Foto letusan Gunung Marapi di deposition). Materi Training Deposisi Sumatera Barat diperoleh dari http:// Asam di Pusarpedal, 28 - 30 Oktober rafjitsu.blogspot.com/2011/08/ 2008. aktivitas-gunung-marapi-meningkat. (9) J. E. Andrews, P. Brimblecambe, html, diakses 16 April 2012. T. D. Jickells dan P. S. Liss.1996. (4) Informasi tentang Gunung Marapi An Introduction to Environmental diperoleh dari http://catros.wordpress. Chemistry, School of Environmental com/2007/05/11/gunung-marapi/, Sciences, University of East Anglia, diakses 16 April 2012. Blackwell Sciences, UK. (5) Informasi tentang Gunung Marapi (10) R. Miroslav dan B. N. Vladimir .1999. diperoleh dari http://id.wikipedia. Practical Environmental Analysis, org/wiki/Gunung_marapi, diakses 16 The Royal Society of Chemistry, April 2012. Cambridge. (6) Informasi tentang Gunung Marapi (11) Citra OMI dari Satelit Aura diperoleh diperoleh dari http://www.bnpb.go.id/ melalui http://so2.gsfc.nasa.gov/ , website/asp/berita_list.asp?id=636, diakses 8 Agustus 2011. diakses 17 April 2012. (12) Output Model Hysplit Volcanic Ash (7) Edison Kurniawan, Nuraliyanti, diperoleh dari NOAA melalui http:// Mizani Ahmad, dan Budi Setiawan. ready.arl.noaa.gov/READYVolcAsh. 2011. Karakteristik PM10 Di Wilayah php. Kemayoran.Megasains Volume 2 No.2 Juni 2011, hal:83-91.

47