O. BAB 1 (Bab1.Pdf)

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

O. BAB 1 (Bab1.Pdf) A-PDF WORD TO PDF DEMO: Purchase from www.A-PDF.com to remove the watermark BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. PT. Rajawali Citra Televisi Indonesia PT. Rajawali Citra Televisi Indonesia atau yang lebih dikenal dengan nama RCTI didirikan pada tahun 1989 sebagai stasiun jaringan televisi swasta nasional pertama dengan target audience kelas menengah ke atas (ABC 5+). RCTI pertama kali mengudara secara terestrial pada tanggal 24 Agustus 1989 di Jakarta. RCTI yang terletak di Jalan Raya Perjuangan, Kebon Jeruk, Jakarta 11530 ini, menyajikan berbagai macam program berkualitas dan memiliki rating tinggi, yang terdiri dari program-program acara sinetron, berita, olahraga, reality show , musik, hiburan, beragam tayangan, acara anak-anak, serta film dokumenter sehingga membuat RCTI tumbuh dengan cepat menjadi agen perubahan dan pembaharu dalam dinamika sosial masyarakat Indonesia. Sampai akhir tahun 2010, RCTI memiliki 48 stasiun relai yang menjangkau sampai 473 kota besar dan kecil di Indonesia. RCTI masih menjadi pemimpin audience share televisi Indonesia dengan perolehan audience share sebesar 22,0%. Visi : “Media Utama Hiburan dan Informasi.” Misi : “Bersama Menyediakan Layanan Prima.” 1 Logo : Gambar 1.1. Logo RCTI Sumber : www.rcti.tv 1.1.2. PT. Surya Citra Televisi SCTV yang awalnya singkatan dari Surabaya Central Televisi, tanggal 24 Agustus 1990, siaran SCTV diterima secara terbatas untuk wilayah Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan. Pada tahun 1991, kepanjangan SCTV berubah menjadi Surya Citra Televisi. Pada tanggal 1 Januari 1993, SCTV resmi mengudara secara nasional ke seluruh Indonesia dan secara bertahap memindahkan basis operasi media siaran nasionalnya dari Surabaya ke Jakarta. Pada tahun 1999, SCTV melakukan siarannya secara nasional dari Jakarta dan mengembangkan potensi multimedianya dengan meluncurkan situs http://www.liputan6.com , dan http://www.liputanbola.com . Selain itu, SCTV menangkap dan mengekspresikan dinamika masyarakat melalui berbagai program berita dan feature produksi divisi Pemberitaan seperti Liputan 6, Buser, dan sebagainya. SCTV yang terletak di SCTV Tower , Senayan City, Jalan Asia Afrika Lot 19, Jakarta 10270 ini, sebagai salah satu saluran siaran televisi terkemuka Free to Air (FTA), 99,9% sahamnya dimiliki oleh PT. Surya Citra Media, Tbk (SCM). Sampai akhir tahun 2010, SCTV mempertahankan posisinya dengan audience share tertinggi kedua sebesar 15,5%. 2 Visi : “Menjadi Penyedia Hiburan dan Informasi Terdepan Bagi Bangsa Indonesia.” Misi : “Kami berupaya setiap hari untuk menjadi pilihan pertama bagi bangsa Indonesia dalam penyedia konten berkualitas, untuk menghibur dan melaporkan.” Logo : Gambar 1.2. Logo SCTV Sumber : www.sctv.co.id 1.2. Latar Belakang Penelitian Industri televisi di Indonesia berkembang dengan sangat pesat. Dewasa ini, terdapat satu stasiun televisi pemerintah, yaitu TVRI dan 10 stasiun televisi swasta nasional yaitu RCTI, SCTV, TRANS7, Trans TV, MNCTV, Indosiar, Global TV, ANTV, TVOne, dan Metro TV. Maraknya stasiun televisi yang mengudara di Indonesia ini memacu setiap stasiun televisi untuk memproduksi beragam tayangan untuk menarik minat audience . Beragam tayangan masing-masing stasiun televisi mempunyai kualitas dan daya tarik tersendiri bagi para audience . Bagi stasiun televisi, faktor yang paling penting adalah audience , karena audience adalah konsumen stasiun televisi. Keberhasilan suatu stasiun televisi 3 sangat ditentukan oleh seberapa besar stasiun televisi yang bersangkutan mampu memperoleh audience-nya, sehingga audience share menjadi tolok ukur keberhasilan masing-masing stasiun televisi. Oleh karena itu, setiap stasiun televisi berlomba-lomba untuk mendapatkan audience share terbanyak. Berikut ini, data audience share 10 stasiun televisi swasta nasional di Indonesia selama 10 bulan terakhir pada tahun 2011 : Tabel 1.1. Audience Share All TV Station Periode Januari-Oktober 2011 Sumber : AGB Nielsen Media Research Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa SCTV dan RCTI bersaing untuk menduduki posisi tertinggi dengan perolehan audience share terbanyak setiap bulannya, namun setelah dihitung secara rata-rata, SCTV menduduki posisi tertinggi dengan perolehan audience share terbanyak, yang selanjutnya disusul oleh RCTI. Jenis pendapatan stasiun televisi terdiri dari rate card , blocking , commercial program , dan sponsorship . Stasiun televisi mengutamakan rate 4 card yang berupa tarif iklan sebagai pendapatan untuk menarik pemasang iklan, karena sebagian besar program yang ditayangkan oleh stasiun televisi bersifat on-air . Oleh karena itu iklan merupakan sumber pendapatan terbesar bagi stasiun televisi. Audience merupakan konsumen stasiun televisi. Dan masing-masing stasiun televisi mempunyai segmentasi audience yang berbeda-beda. Segmentasi audience ini biasanya disebut dengan Socio-Economic Status (SES) yang mengklasifikan audience berdasarkan kemampuan ekonomi ataupun status sosialnya. Berdasarkan tabel 1.1, dapat dilihat bahwa terjadi perbandingan ekstrim antara audience share RCTI, SCTV, Metro TV, dan TVOne. Perbandingan ekstrim tersebut disebabkan karena perbedaan SES dan jenis program yang ditayangkan masing-masing stasiun televisi. RCTI dengan SES ABC 5+ yang berari bahwa audience RCTI merupakan kategori kelas menengah ke atas dengan usia lima tahun ke atas, disesuaikan dengan program RCTI yang beragam mulai dari hiburan, berita, olahraga, maupun sinetron. SCTV dengan SES ABCD 15+ yang berarti bahwa audience SCTV berasal dari seluruh kategori status sosial, baik dari kelas menengah ke bawah maupun kelas menengah ke atas dengan usia 15 tahun ke atas, disesuaikan dengan program SCTV yang beragam mulai dari hiburan, berita, olahraga, maupun sinetron. TVOne dengan SES ABC 15+ yang berarti bahwa audience TVOne merupakan kategori kelas menengah ke atas dengan usia 15 tahun ke atas, disesuaikan dengan program TVOne yang terdiri dari berita, olahraga, current affair , dan dokumenter. Metro TV dengan SES AB 15+ yang berarti bahwa audience Metro TV merupakan kategori kelas menengah ke atas dengan usia 15 tahun ke atas, disesuaikan dengan progam Metro TV yang terdiri dari berita, talkshow, dan dokumenter. Oleh karena itu, keragaman program serta 5 SES RCTI dan SCTV yang lebih luas, menyebabkan terjadinya perbandingan ekstrim audience share antara RCTI, SCTV, TVOne, dan Metro TV. Untuk mengetahui berapa banyak audience yang diperoleh stasiun televisi, maka dilakukan riset penyiaran berupa rating , audience share , dan index . Dari ketiga riset penyiaran tersebut, audience share secara lebih rinci menghitung seberapa banyak televisi rumah tangga yang tersambung dengan program televisi. Oleh karena itu, pengelola stasiun televisi umumnya menggunakan audience share untuk menarik pemasang iklan, dikarenakan audience share memberikan informasi lebih riil mengenai posisi suatu stasiun televisi terhadap stasiun televisi lainnya. Dengan semakin banyak audience , maka semakin besar pula angka audience share sehingga menarik pemasang iklan untuk memasang iklannya di stasiun televisi. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui apakah audience share mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap rasio profitabilitas stasiun televisi. Untuk mengetahui hal tersebut, maka dilakukan analisis laporan keuangan berdasarkan rasio profitabilitas selama lima tahun terakhir (periode 2006- 2010). Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada. Profitabilitas perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Profitabilitas sangat penting untuk menguatkan kondisi perusahaan. Rasio profitabilitas yang akan digunakan terdiri dari Gross Profit Margin (GPM), Net Profit Margin (NPM), Return On Investment (ROI), dan Return On Equity (ROE). Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut, dengan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada RCTI dan SCTV dengan 6 judul “PENGARUH AUDIENCE SHARE TERHADAP RASIO PROFITABILITAS STASIUN TELEVISI PERIODE 2006-2010 (Studi di PT. Rajawali Citra Televisi Indonesia dan PT. Surya Citra Televisi)” . Penelitian ini menjadi penting karena persaingan stasiun televisi semakin ketat. Dan untuk mengetahui bagaimana posisi suatu stasiun televisi terhadap stasiun televisi lainnya ditentukan oleh audience share . 1.3. Perumusan Masalah 1. Bagaimana perkembangan audience share RCTI dan SCTV selama periode 2006-2010 ? 2. Bagaimana perkembangan GPM, NPM, ROI, ROE RCTI dan SCTV selama periode 2006-2010 ? 3. Bagaimana pengaruh audience share terhadap GPM, NPM, ROI, ROE RCTI dan SCTV selama periode 2006-2010 secara parsial ? 1.4. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui perkembangan audience share RCTI dan SCTV selama periode 2006-2010. 2. Untuk mengetahui perkembangan GPM, NPM, ROI, ROE RCTI dan SCTV selama periode 2006-2010. 3. Untuk mengetahui pengaruh audience share terhadap GPM, NPM, ROI, ROE RCTI dan SCTV selama periode 2006-2010 secara parsial. 1.5. Kegunaan Penelitian Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat berguna bagi beberapa pihak yang berkepentingan sebagai berikut : 7 1. Aspek Teoritis (Keilmuan) Dapat dijadikan wacana atau referensi bagi mahasiswa yang berminat mempelajari teori manajemen media penyiaran khususnya mengenai audience share jika dihubungkan dengan teori manajemen keuangan mengenai rasio profitabilitas perusahaan media penyiaran. 2. Aspek Praktis Sebagai bahan masukan dan pertimbangan kepada pihak manajemen RCTI dan SCTV dalam meningkatkan profitabilitas
Recommended publications
  • Surya Citra Media Buy (SCMA IJ) (Upgrade)
    [Indonesia] Media Surya Citra Media Buy (SCMA IJ) (Upgrade) 3Q20 Earnings review: inline with better cost TP: IDR2,100 management; Vidio’s subscribers rising Upside: 39.1% Mirae Asset Sekuritas Indonesia Christine Natasya [email protected] 3Q20 net profit in line with SCMA’s 3Q20 bottom line reaches IDR312.7bn (-7.1%QoQ, -24.3%YoY) expectation due to a lot of cost SCMA booked a net profit of IDR312.7bn in 3Q20, declining by 7.1% QoQ and 24.3% YoY. savings Cumulatively in 9M20, bottom line hit IDR913.6bn, which we deem in line, at 76% run-rate against our FY20F estimate and 83% against the consensus’ FY20F expectation. GPM in 3Q20 rose by 7.2%p YoY to 53.2%, while NPM expanded by 9.2%YoY to 25.6% as the company has been doing a lot of cost savings during the pandemic by broadcasting re-runs of programs. SCMA will gradually increase programming costs along with increased revenue and maintain margins, which is well appreciated by the market in the midst of economic turmoil. Strong IVM revenue 3Q20 revenue reaches IDR1.2tr (-19%QoQ, -26.7%YoY) Meanwhile, revenue in 3Q20 declined by 19% QoQ and 26.7% YoY to IDR1.22tr. Cumulatively in 9M20, revenue came in at IDR3.5tr (-13.5% YoY), achieving 71% and 74% of our and the consensus’ FY20F forecast, respectively. SCTV achieved net revenue of IDR1.8tr for 9M20, a decrease of 25.2% YoY, while Indosiar Visual Mandiri (IVM) achieved net revenue of IDR1.4tr, an increase of 1.8%YoY.
    [Show full text]
  • Who Owns the Broadcasting Television Network Business in Indonesia?
    Network Intelligence Studies Volume VI, Issue 11 (1/2018) Rendra WIDYATAMA Károly Ihrig Doctoral School of Management and Business University of Debrecen, Hungary Communication Department University of Ahmad Dahlan, Indonesia Case WHO OWNS THE BROADCASTING Study TELEVISION NETWORK BUSINESS IN INDONESIA? Keywords Regulation, Parent TV Station, Private TV station, Business orientation, TV broadcasting network JEL Classification D22; L21; L51; L82 Abstract Broadcasting TV occupies a significant position in the community. Therefore, all the countries in the world give attention to TV broadcasting business. In Indonesia, the government requires TV stations to broadcast locally, except through networking. In this state, there are 763 private TV companies broadcasting free to air. Of these, some companies have many TV stations and build various broadcasting networks. In this article, the author reveals the substantial TV stations that control the market, based on literature studies. From the data analysis, there are 14 substantial free to network broadcast private TV broadcasters but owns by eight companies; these include the MNC Group, EMTEK, Viva Media Asia, CTCorp, Media Indonesia, Rajawali Corpora, and Indigo Multimedia. All TV stations are from Jakarta, which broadcasts in 22 to 32 Indonesian provinces. 11 Network Intelligence Studies Volume VI, Issue 11 (1/2018) METHODOLOGY INTRODUCTION The author uses the Broadcasting Act 32 of 2002 on In modern society, TV occupies a significant broadcasting and the Government Decree 50 of 2005 position. All shareholders have an interest in this on the implementation of free to air private TV as a medium. Governments have an interest in TV parameter of substantial TV network. According to because it has political effects (Sakr, 2012), while the regulation, the government requires local TV business people have an interest because they can stations to broadcast locally, except through the benefit from the TV business (Baumann and broadcasting network.
    [Show full text]
  • RE-ENVISIONING MATERNAL and NEWBORN HEALTH in INDONESIA How the Private Sector and Civil Society Can Ignite Change Suggested Citation: Rajkotia, Y., J
    October 2016 RE-ENVISIONING MATERNAL AND NEWBORN HEALTH IN INDONESIA How the Private Sector and Civil Society Can Ignite Change Suggested citation: Rajkotia, Y., J. Gergen, I. Djurovic, S. Koseki, M. Coe, et al. 2016. Re-envisioning Maternal and Newborn Health in Indonesia: How the Private Sector and Civil Society Can Ignite Change. Washington, DC: Palladium, Health Policy Plus. ISBN: 978-1-59560-146-9 Health Policy Plus (HP+) is a five-year cooperative agreement funded by the U.S. Agency for International Development under Agreement No. AID-OAA-A-15-00051, beginning August 28, 2015. HP+ is implemented by Palladium, in collaboration with Avenir Health, Futures Group Global Outreach, Plan International USA, Population Reference Bureau, RTI International, the White Ribbon Alliance for Safe Motherhood (WRA), and ThinkWell. Re-envisioning Maternal and Newborn Health in Indonesia How the Private Sector and Civil Society Can Ignite Change OCTOBER 2016 This publication was prepared by Yogesh Rajkotia,1 Jessica Gergen, 1 Iva Djurovic, 1 Sayaka Koseki,2 Martha Coe,1 Kebba Jobarteh, 1 Carol Miller,2 and Sujata Rana2 of the Health P olicy Plus project. 1 ThinkWell, 2 Palladium The information provided in this document is not official U.S. Government information and does not necessarily represent the views or positions of the U.S. Agency for International Development. CONTENTS List of Figures and Tables ......................................................................................................... iv Acknowledgments .....................................................................................................................
    [Show full text]
  • Capital Market Reactions Towards Improvement in United States Bonds Yields
    www.ijbcnet.com International Journal of Business and Commerce Vol. 7, No.01: [22-34] (ISSN: 2225-2436) Capital Market Reactions Towards Improvement In United States Bonds Yields Wihelmina Dea Kosasih Universitas Ma Chung, Malang [email protected] Asri Rahayu Universitas Ma Chung, Malang [email protected] Tarsisius Renald Suganda Universitas Ma Chung, Malang [email protected] ABSTRACT The aimof this study is to analyze the market and trade movements toward the increase in United States bond yields.Event studyis used as methodologies in this study. 43 companies are used as the sample of the research. The indicators of market reaction used in this research are abnormal return and trading volume activity.The window period used in this study is 7 days.The study found that there are negative significant abnormal return at t+1period,which is in line with the signaling theory explaining that the event of the increase in United States bond yields is hoped to have the negative information content and also found no change in trading volume activity before and after the event.The result shows that Indonesian capital market gives the reaction toward the increase in United States bond yields, it indicates that the increase in United States bond yields has the information content but still considered as a bad news. Keywords: abnormal return, trading volume activity, increase in US bond yields, Indonesian capital market Published by Asian Society of Business and Commerce Research 22 www.ijbcnet.com International Journal of Business and Commerce Vol. 7, No.01: [22-34] (ISSN: 2225-2436) PRELIMINARY Capital market is a place where various parties sell stocks and bonds as additional funds or to strengthen the company's capital (Fahmi, 2015).
    [Show full text]
  • BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Surya Citra Media (SCM) 4.1.1 Profil Perusahaan PT. Surya Citra Media (
    BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Surya Citra Media (SCM) 4.1.1 Profil Perusahaan PT. Surya Citra Media (SCM) yang semula bernama PT. Cipta Aneka Selaras adalah perusahaan yang selalu berkembang dan berkonstribusi di industri media Indonesia sejak tahun 1999. Industri media menjadi salah satu industri yang berkembang sangat pesat di Indonesia sehingga tidak terlepas dari kehidupan masyarakat Indonesia. PT Surya Citra Media (SCM) berkomitmen untuk memberikan tayangan, program, konten, dan layanan di bidang media yang bermakna dan memperkaya hidup audiensi Indonesia. Di tahun 2013 PT Indosiar Karya Mandiri Tbk (IDKM) bergabung dengan SCM. Keduanya menjadi kesatuan dalam PT Elang Mahkota Teknologi Tbk sebagai perusahaan induknya. Melalui dua saluran TV nasional terbesar di Indonesia, yakni Surya Citra Televisi atau SCTV dan Indosiar Visual Mandiri atau Indosiar, SCM terus mengembangkan kerja keras dan kreativitas untuk menghadirkan tayangan yang menghibur serta informasi dapat mengedukasi dan tepercaya. Selain itu, SCM juga berusaha memperluas layanan dalam pembuatan konten berkualitas, jasa periklanan dan manajeen artis yang unggul, serta manajemen fasilitas siaran dan produksi film yang saling berkesinambungan untuk 46 memberikan hiburan dan tayangan bermanfaat serta untuk memajukan industri media di Indonesia. Sebagai perusahaan media massa, SCM yang didalamnya terdiri dari saluran televisi SCTV dan Indosiar, selain menyampaikan informasi dan memberikan hiburan, perusahaan juga berupaya turut menangani masalah sosial dan kemanusiaan yang terjadi di Indonesia. Hal ini merupakan wujud pertanggungjawaban sosial perusahaan. Tidak hanya itu tetapi juga menjadi jembatan dalam meningkatkan kepedulian masyarkat terhadap sesama yaitu melalui Yayasan Pundi Amal Peduli Kasih (YPP). 4.1.2 Visi dan Misi Visi Menjadi penyedia hiburan dan informasi terdepan bagi bangsa Indonesia.
    [Show full text]
  • Surya Citra Media Tbk (SCMA) Digital Segment As a Growth Driver
    Surya Citra Media Tbk (SCMA) Digital Segment as a Growth Driver SCMA managed to record a net profit of IDR 911 Bn in 9M20 (-8.1% yoy, +12.2% qoq), supported by recovery in ads spending and lower programming costs. While Free to Air TV remained the largest contributor in revenues, Online Digital segment had experienced an impressive growth with huge income potential in the future. Company Report | November 25, 2020 9M20 Profit Only Slightly Down. Until September 2020, SCMA was able to book revenue of IDR 3.5 Trillion (-13.5% yoy, +15.8% qoq). Recovery in advertisement spending has played a key factor for SCMA to achieve a relatively quick turnaround in its financial BUY performance. Moreover, the company also managed to reduce program and broadcasting Target Price (IDR) 1,800 costs by 22.4% yoy (IDR 1,560 Bn in 9M20 vs IDR 2,012 Bn in 9M19), which greatly Consensus Price (IDR) 1,695 helped its bottom line. Overall, SCMA’s net profit was down by only 8.1% yoy to IDR 911 TP to Consensus Price +6.2% Bn in 9M20, from IDR 991 Bn during the same period last year. We see that this result is a great achievement considering the many challenges that the economy has seen since the start vs. Last Price +17.6% of the Covid-19 pandemic. Shares data Still Depends on Free-to-Air TV. Advertising revenues from Free-to-Air broadcasting still Last Price (IDR) 1,530 contributed a significant portion of SCMA total income, with a 89.2% share (slightly down Price date as of 24 November 2020 52 wk range (Hi/Lo) 1,625 / 600 from 90.5% last year).
    [Show full text]
  • PT SURYA CITRA MEDIA Tbk
    PAPARAN PUBLIK PUBLIC EXPOSE PT SURYA CITRA MEDIA Tbk Jakarta, 25 Juni 2018 DEWAN KOMISARIS Komisaris Utama (President Raden Soeyono Commisioner) Wakil Komisaris Utama / Komisaris Suryani Zaini Independen (Vice President Commissioner / Independent Commissioner) Komisaris (Commissioner) Alvin W. Sariaatmadja Komisaris (Commissioner) Jay Geoffrey Wacher Komisaris Independen (Independent Glenn M. Surya Yusuf Commissioner) DIREKSI Direktur Utama (President Director) Sutanto Hartono Direktur (Director) Harsiwi Achmad Direktur (Director) Imam Sudjarwo Direktur (Director) Rusmiyati Djajaseputra Direktur Independen (Independent Mutia Nandika Director) AGENDA 1.Tinjauan Industri Media 2.Tinjauan Performa Perusahaan AGENDA 1 TINJAUAN INDUSTRI MEDIA (BIDANG USAHA SCM, PENETRASI MEDIA, BELANJA IKLAN MEDIA) TINJAUAN INDUSTRI MEDIA BIDANG USAHA TINJAUAN INDUSTRI MEDIA PENETRASI MEDIA DI INDONESIA (DALAM %) Sumber : Nielsen, 2017 TINJAUAN INDUSTRI MEDIA BELANJA IKLAN TV SECARA GROSS 2013 – 2018 (DALAM MILIAR RUPIAH) 107.624 97.635 Belanja iklan secara 79.167 nett diperkirakan flat 73.456 selama Jan-Mei 2018 67.714 64.664 58.411 47.868 48.438 43.351 41.663 ‐ +13% 48.438 39.224 42.961 JUN‐DEC 30.105 31.299 26.051 JAN‐MAY 2013 2014 2015 2016 2017 2018 *based on 11 TV Station : MNC(3), SCM (2), VIVA(2), TRANSCORP(2) METRO (1), TVRI (1) Sumber : Nielsen, 2018 AGENDA 2 TINJAUAN PERFORMA PERUSAHAAN (PROGRAM) TINJAUAN PERFORMA PERUSAHAAN PROGRAM : AUDIENCE SHARE PERFORMANCE ALL 5+, 11 CITIES, 16 TV STATIONS 01 JAN –24 MEI 2018 ALL TIME (02.00‐25.59) TV Average
    [Show full text]
  • Indonesia Strategy April: Managing Market Volatility
    Indonesia Strategy April: Managing market volatility Mirae Asset Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya, CFA, CFP, CMT [email protected] Emma A. Fauni [email protected] Rising US Treasury yields Market volatility amid rising US Treasury yields takes center stage The US Treasury yields surged as the market anticipates for a meaningful acceleration in the US’ inflation ahead. The market is concerned about the possibility of taper tantrum and possibility of the US’ tightening monetary policy that could trigger massive capital outflow from emerging markets. If there is a taper tantrum someday in the future, there should be lighter capital outflow pressure on Indonesia’s equity compared to 2013 taper tantrum, in our view. Optimism on Accelerated vaccination pace, with possible extension to completion of the first wave vaccination progress Up until April 6, the government managed to vaccinate 22% of total first-wave target (vs. 5.2% progress as of March 3) for the first injection. As the first wave is targeted to be done this month, the current progress seems far behind the target; thus, we expect the completion of this wave to be extended beyond April. Ramadan effects in 2021 Although homecoming is banned, retailers should benefit from Ramadan effect Unlike Ramadan in 2020 when the government allowed companies to install or not pay the holiday allowance (THR) in full amount to their employees due to the severe impact of COVID-19 on their financial performance, now the government requires companies to pay it in full amount in 2021. We think that although the government bans homecoming (mudik), the revenue of retailers should increase, given the positive effect of Ramadan month in 2021.
    [Show full text]
  • Who Owns the Broadcasting Television Network
    Network Intelligence Studies Volume VI, Issue 11 (1/2018) Rendra WIDYATAMA Károly Ihrig Doctoral School of Management and Business University of Debrecen, Hungary Communication Department University of Ahmad Dahlan, Indonesia Case WHO OWNS THE BROADCASTING Study TELEVISION NETWORK BUSINESS IN INDONESIA? Keywords Regulation, Parent TV Station, Private TV station, Business orientation, TV broadcasting network JEL Classification D22; L21; L51; L82 Abstract Broadcasting TV occupies a significant position in the community. Therefore, all the countries in the world give attention to TV broadcasting business. In Indonesia, the government requires TV stations to broadcast locally, except through networking. In this state, there are 763 private TV companies broadcasting free to air. Of these, some companies have many TV stations and build various broadcasting networks. In this article, the author reveals the substantial TV stations that control the market, based on literature studies. From the data analysis, there are 14 substantial free to network broadcast private TV broadcasters but owns by eight companies; these include the MNC Group, EMTEK, Viva Media Asia, CTCorp, Media Indonesia, Rajawali Corpora, and Indigo Multimedia. All TV stations are from Jakarta, which broadcasts in 22 to 32 Indonesian provinces. 7 Network Intelligence Studies Volume VI, Issue 11 (1/2018) METHODOLOGY INTRODUCTION The author uses the Broadcasting Act 32 of 2002 on In modern society, TV occupies a significant broadcasting and the Government Decree 50 of 2005 position. All shareholders have an interest in this on the implementation of free to air private TV as a medium. Governments have an interest in TV parameter of substantial TV network. According to because it has political effects (Sakr, 2012), while the regulation, the government requires local TV business people have an interest because they can stations to broadcast locally, except through the benefit from the TV business (Baumann and broadcasting network.
    [Show full text]
  • The Influence of Politicians on Television Content in Post
    Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 20, Issue 3, March 2017 Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Volume 20, Issue 3, March 2017 (204-220) ISSN 1410-4946 (Print), 2502-7883 (Online) The Infl uence of Politicians on Television Content in Post-Authoritarian Indonesia Morissan• Abstract The downfall of the last authoritarian ruler in May 1998 marked the beginning of the transition to democracy in Indonesia. Before 1998, the autocratic government fi rmly monitored media content for decades. With the current broadcast liberalization, Indonesian televisions can produce almost any kind of program contents. However, a question arises, who actually controls television content in the era of liberalization? How do political and economic factors infl uence television workers in shaping content? This empirical research intends to focus on the infl uence politicians have on television program content in four elections in post-authoritarian Indonesia. The research question is: how do politicians infl uence television workers in shaping their content? The question needs a qualitative descriptive answer from various sources, including interviews with around 100 television workers in the 10 largest TV stations, participant observations, documents, television reports, and other data sources. Research fi ndings reveal that the relationship between politicians and television intensifi ed ahead and during political campaigns. Most television stations had conducted a relatively fair and nonpartisan coverage of the 2004 and 2009 election, but unfair and partisan in the 1999 and 2014 elections. Keywords: politicians; television; elections; post-authoritarian; Indonesia. Abstrak Terjatuhnya rezim otoriter pada bulan Mei 1998 menandai dimulainya transisi menuju demokrasi di Indonesia. Sebelum tahun 1998, pemerintah otokratis memonitor konten media selama beberapa dekade.
    [Show full text]
  • Surya Citra Media (SCMA IJ) Neutral (From Buy)
    Indonesia Results Review 8 April 2021 Communications | Media Surya Citra Media (SCMA IJ) Neutral (from Buy) Downgrade On Valuations; D/G To Neutral Target Price (Return): IDR1,960 (9.5%) Price: IDR1,790 Market Cap: USD1,825m Avg Daily Turnover (IDR/USD) 24,027m/1.70m D/G NEUTRAL from Buy, IDR1,960 TP from IDR2,400, 9.5% upside and Analyst c.2% yield. Surya Citra Media posted decent 4Q20 results with 24% QoQ topline improvement to IDR1.5trn – signalling improving advertising spend Ghibran Al Imran (ad spend). Earnings fell QoQ on higher programming costs, coming in at +6221 5093 9842 IDR1.1trn in FY20. This was in line, at 97% of our and Street’s estimates. [email protected] However, valuation is no longer cheap at 20x PE, post share buybacks. Decent results, low 2021F visibility. Earnings fell QoQ but jumped YoY in 4Q20, as broadcasting and programming costs rose 63% QoQ on the resumption of content production after the halt in 2Q-3Q. Costs should normalise this year as SCMA catches up on its productions. Management has not provided any guidance on FY21, as advertising demand remains Share Performance (%) uncertain – especially with its biggest competitor, Media Nusantara Citra YTD 1m 3m 6m 12m (MNCN IJ, BUY, TP: IDR1,640) holding >50% of the audience share. SCMA Absolute (21.8) (0.8) (26.0) 51.7 110.6 will likely come up with new programmes to boost its share. Relative (22.8) 2.8 (24.1) 31.1 84.3 Vidio still on full throttle. SCMA’s digital segment grew 54% YoY to 52-wk Price low/high (IDR) 750 – 2,500 IDR556bn, contributing 22% to total net revenue.
    [Show full text]
  • 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perusahaan Yang Baik
    BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang memiliki kinerja yang baik, sebab hal tersebut mencerminkan kondisi perusahaan secara menyeluruh, apalagi dengan keberadaan industri-industri yang sudah maju dan berkembang dengan pesat. Dengan begitu banyaknya perusahaan besar tersebut tentunya sulit untuk menentukan perusahaan mana yang memiliki kinerja keuangan yang paling baik. Dewasa ini begitu banyak perusahaan yang berdiri dan menjalankan aktivitas operasinya, sehingga sulit untuk menentukan kinerja perusahaan mana yang benar-benar baik dan kira-kira prospeknya baik dimasa yang akan datang. Persaingan dalam dunia usaha saat ini sangatlah ketat dan juga semakin komplek, sehingga menimbulkan masalah-masalah yang harus di hadapi oleh perusahaan. Salah satu masalah yang ada adalah masalah persaingan antar perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Salah satu industri yang bersaing sangat ketat saat ini adalah layanan di bidang jasa informasi dan hiburan dalam bidang media televisi. Menurut John Logie Baird (1925) Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang digunakan untuk memancarkan dan menerima siaran gambar bergerak, baik itu yang monokrom ("hitam putih") maupun warna, biasanya dilengkapi oleh suara. "Televisi" juga dapat diartikan sebagai 1 2 kotak televisi, rangkaian televisi atau pancaran televisi. Kata "televisi" merupakan gabungan dari kata tele (τῆλε, "jauh") dari bahasa Yunani dan visio ("penglihatan") dari bahasa Latin. Sehingga televisi dapat diartikan sebagai telekomunikasi yang dapat dilihat dari jarak jauh. Kehadiran inovasi televisi cukup membuat semua orang terkagum kagum karena pada akhirnya televisi merupakan sebuah alat manifestasi imajinasi manusia lengkap dengan perangkat audio dan visual. Dengan keberadaan media televisi saat ini yang semakin berkembang seiring perkembangan teknologi yang lebih maju persaingan industri pertelevisian saat ini menjadi lebih ketat, begitu banyak perusahaan media televisi yang menawarkan layanannya kepada masyarakat.
    [Show full text]