Media Sector (Neutral)

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Media Sector (Neutral) Initiating Coverage Media Sector (Neutral) Samuel Research 15 Agustus 2017 Hello Audience, Good Day! Marlene Tanumihardja Sektor media di Indonesia masih memiliki potensi untuk berkembang +62 21 2854 8387 yang sangat besar, terutama didorong oleh (1) Ekspektasi membaiknya [email protected] ekonomi pada tahun 2018 (2) Kenaikan biaya A&P seiring dengan GDP Indonesia yang terus bertumbuh setiap tahunnya dan pertumbuhan Ad Spending untuk Pemilu 2019 (3). Besarnya jumlah populasi muda, (4). Preferensi untuk menonton TV daripada membaca. Hal tersebut kami Belanja iklan diprediksi meningkat lihat menjadi katalis positif yang berpotensi menyebabkan sektor ini seiring lebih baiknya keadaan menarik. Kami menginisiasi sektor media dengan rekomendasi BUY baik makroekonomi Indonesia tahun SCMA dan MNCN, serta memberikan rating Neutral untuk sektor ini. depan, jika dibandingkan dengan tahun ini dan Pemilu 2019. ‘Ample Room’ untuk pertumbuhan industri televisi. Kunci dari optimisme pertumbuhan sektor media adalah: 1). GDP Indonesia yang masih memiliki ruang pertumbuhan yang besar, didorong oleh jumlah populasi usia produktif Karakteristik dari industri pertelevisian yang besar, sementara rasio Belanja Iklan/GDP yang masih sangat rendah, dan sektor media adalah ‘High Barrier bahkan dibandingkan dengan beberapa negara lainnya, 2). Struktur negara for Entry Level (memerlukan modal Indonesia yang berbentuk kepulauan dengan jaringan infrastruktur (termasuk serta expertise yang tinggi), maka internet) yang masih terbatas menjadikan televisi tetap menjadi media favorit menguntungkan SCMA dan MNCN bagi pemasangan iklan, dibandingkan media lainnya seperti radio dan koran. sebagai pemain swasta yang paling matured di Indonesia. Pemilihan program juga menjadi kunci. Kunci dari sektor media adalah keberhasilan meraih audience share, yang sangat bergantung pada kejelian perusahaan dalam menentukan segmentasi pasar dan kemampuannya dalam memposisikan program – programnya pada jam yang strategis. Audience Audience Shares sangat dipengaruhi Shares sangat dipengaruhi oleh pengalokasian program – program terutama oleh kemampuan emiten dalam pengembangan dan pemilihan pada Prime Time. Agar mampu bersaing dan merebut Audience Shares yang program, di tengah ketatnya tinggi, para emiten sektor media harus mengeluarkan biaya program dan kompetisi. broadcasting yang lebih tinggi, agar dapat lebih kompetitif. Sampai saat ini, MNCN masih terbantu oleh RCTI yang masih menempati peringkat Audience Shares tertinggi, terutama didukung oleh Dunia Terbaik. Sementara itu, SCMA Kami menginisiasi sektor media turut ditopang oleh Indosiar dengan program – program sinetron India yang dengan memilih MNCN dan SCMA turut membawa kenaikan Audience Shares bagi Indosiar. Penayangan Liga masuk ke dalam coverage kami. Eropa juga kami lihat turut berpotensi mendongkrak Audience Shares SCTV. Rekomendasi dan Valuasi. Dalam sektor media, kami memilih SCMA dan Dengan pertimbangan beberapa MNCN yang masuk dalam coverage kami. Dengan valuasi yang di roll over ke resiko yang berpotensi menghambat ‘18F, kami memberikan rekomendasi BUY untuk MNCN dengan TP kinerja sektor media, kami Rp2,000/lembar saham, sementara SCMA dengan TP Rp2,800/lembar memberikan rating Neutral atas sektor saham. Besarnya potensi upside juga turut menjadikan SCMA mendapat ini. rekomendasi BUY. Namun, terdapat beberapa resiko investasi pada sektor ini, antara lain: 1). Kestabilan politik dan regulasi pemerintah, 2). Perbaikan ekonomi yang lebih rendah dari ekspektasi. Oleh karena itu, kami menginisiasi sektor media dengan rating Neutral. Ticker Rec. Market Cap Last Price Target Price Upside EPS BVS PE PBV Shares (Rp Bn) (Rp) (Rp) (%) 17E 18E 17E 18E 17E 18E 17E 18E MNCN BUY 22,092 1,570 2,000 27% 125 147 685 763 12.6 10.7 2.3 2.1 SCMA BUY 35,822 2,450 2,800 14% 114 126 276 316 21.5 19.4 8.9 7.7 www.samuel.co.id Page 1 of 47 Media Sector Industri Pertelevisian Indonesia Dimotori oleh Lima Grup Swasta Yang Bergerak Dalam Industri Pertelevisian Industri pertelevisian (sektor media) merupakan industri yang memiliki barrier to entry yang kuat, di mana hanya perusahaan dengan modal yang kuat dan pengalaman yang tinggi yang dapat bertahan. Karakter tersebut menjadikan pemain dalam industri pertelevisian Indonesia pada sektor swasta hanya diwarnai oleh grup – grup yang besar, antara lain sebagai berikut: 1. PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN), yang didirikan pada tahun 1997 dan kepemilikannya dipegang oleh PT Global Mediacom Tbk dan hingga saat ini memiliki 4 stasiun televisi tidak berbayar (FTA), yakni RCTI, MNC TV, Global TV (Entertainment) dan News& Sports (iNews TV), 21 Channel Pay-TV, serta bisnis media lainnya seperti media cetak (Koran Sindo) dan radio (Sindo Trijaya FM, RDI, Global Radio, dan V Radio). 2. PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), didirikan pada tanggal 29 Januari 1999 sebagai perusahaan induk yang bergerak dalam jasa pelayanan multimedia dan bisnis terkaitnya. Salah satu fokus utama bagi perusahaan adalah memperluas PT Surya Citra Televisi (SCTV), yang termasuk sebagai stasiun televisi terbesar di Indonesia (selain RCTI) sampai dengan saat ini. Pada tingkat nasional, SCMA memiliki dua anak usaha, yakni SCTV (PT Surya Citra Televisi), dan Indosiar (PT Indosiar Visual Mandiri) yang melayani dalam bidang jasa penyiaran. 3. PT Bakrie Global Ventura (Bakrie Global), merupakan Controlling Shareholder dari PT Visi Media Asia (VIVA), perusahaan terintegrasi pada sektor media dan pencipta konten, yang tidak hanya fokus pada hiburan saja (tvOne), tetapi juga olahraga dan gaya hidup melalui sistem siaran, online atau platform mobile. VIVA pertama kali didirikan sejak tahun 2007 dan terdapat tiga stasiun yang berada di bawah naungan bendera VIVA, yakni tvOne, ANTV dan Vivanews. 4. PT Trans Media Corporation (Trans Media), merupakan salah satu anak usaha dari CT Corp (didirikan oleh Chairul Tanjung) yang bergerak dalam bisnis media dan entertainmen. Pada mulanya, Trans Media didirikan sebagai penghubung antara stasiun televisi Trans TV dengan stasiun televisi yang baru saja diambil alih 55% kepemilikan sahamnya oleh CT Corp dari Kelompok Kompas Gramedia, yakni Trans7 (dahulu: TV7). Kini, PT Trans Media Corporation merupakan salah satu perusahaan swasta dalam sektor media yang terintegrasi di Indonesia, serta memiliki beberapa unit bisnis, termasuk: PT Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV), PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh (Trans7), PT Trans News Corpora (CNN Indonesia), PT Trans Business Corpora (CNBC Indonesia), PT Agranet Multicitra Siberkom (DetikCom), PT Detik TV Indonesia (Detik TV), Spotify Indonesia, PT Display Video Dailymotion (Dailymotion Indonesia), PT Transinema Pictures, dan PT Indonusa Telemedia (TransVision). 5. PT. Media Televisi Indonesia, pertama kali mendapatkan lisensi untuk penyiaran (untuk Metro TV) pada Oktober tahun 1999. PT Media Televisi Indonesia merupakan anak usaha dari Media Group yang didirikan oleh Surya Paloh yang sudah sangat berpengalaman dalam industri media lokal. Pada November 2000, Metro TV ‘On Air’ untuk pertama kalinya dan hanya menyiarkan selama 12 jam. Baru setelah tahun 2001, tepatnya pada bulan April, Metro TV melakukan penyiaran selama 24 jam dimulai. www.samuel.co.id Page 2 of 47 Media Sector Low Internet Penetration in Indonesia Dengan tingkat penetrasi internet di Indonesia yang masih rendah (50.4%), jika dibandingkan dengan negara – negara maju dan berkembang lainnya di kawasan Asia Pasifik, kami menilai Stasiun Televisi FTA (Free – to –Air) masih menjadi media unggulan, baik sebagai media hiburan bagi masyarakat dan bagi perusahaan – perusahaan untuk memasarkan produknya melalui iklan. Internet Penetration in Asia as of March 2017, by Countries 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% India Laos China Nepal Japan Macao Taiwan Bhutan Georgia Vietnam Armenia Thailand Pakistan Malaysia Maldives Myanmar Mongolia Sri Lanka Sri Tajikistan Indonesia Kyrgystan Cambodia Singapore Azerbaijan Afganistan Uzbekistan HongKong Phillippines Kazakhstan Bangladesh Timor Leste North KoreaNorth SouthKorea Turkmenistan Brunei Brunei Darussalam Source: Statista Free – to – Air (FTA) TV Station Market Share in Indonesia Others 3% Trans 12% MNCN VIVA 39% 17% SCMA 29% Source: Nielsen Prime – Time all Demography YTD March 2017 www.samuel.co.id Page 3 of 47 Media Sector The Most Accessible Media Platform N/A Menurut survey Kompas 1% Media, Televisi menduduki peringkat pertama media Print yang mudah diakses oleh 10% pemirsa, masih jauh di atas media cetak dan media sosial sekalipun. Social Media 14% News Portal Television 18% 57% Source: Kompas Media Survey, May 15th 2017 The Most Trusted Media Platform ... sekaligus merupakan media yang paling dipercaya oleh pemirsa jika dibandingkan dengan media – media lainnya, bahkan termasuk media sosial. Source: Kompas Media Survey, May 15th 2017 www.samuel.co.id Page 4 of 47 Media Sector Population (%) and Time Spent on Free – to – Air (FTA) TV Platform 30% 25% 5:20 4:53 4:58 4:37 20% 4:34 15% 27% % of Population Time Spent (Hr:M) 10% 19% 18% 17% 18% 5% 0% 5 - 14 15 - 24 25 - 34 35 - 49 > 50 years years years years years Source: Nielsen TV Household Penetration Rate in Asia Pacific Indonesia menempati posisi rata – rata penetrasi TV Berbayar terendah di antara negara Asia Pasifik lainnya. Rendahnya tingkat penetrasi tersebut menyebabkan potensi sektor media, terutama televisi berbasis FTA masih besar pada tahun – tahun mendatang. Source: Media Partners Asia, 2016 Menurut survey yang dilakukan oleh Nielsen pada bulan Maret 2017, Televisi masih
Recommended publications
  • Surya Citra Media Buy (SCMA IJ) (Upgrade)
    [Indonesia] Media Surya Citra Media Buy (SCMA IJ) (Upgrade) 3Q20 Earnings review: inline with better cost TP: IDR2,100 management; Vidio’s subscribers rising Upside: 39.1% Mirae Asset Sekuritas Indonesia Christine Natasya [email protected] 3Q20 net profit in line with SCMA’s 3Q20 bottom line reaches IDR312.7bn (-7.1%QoQ, -24.3%YoY) expectation due to a lot of cost SCMA booked a net profit of IDR312.7bn in 3Q20, declining by 7.1% QoQ and 24.3% YoY. savings Cumulatively in 9M20, bottom line hit IDR913.6bn, which we deem in line, at 76% run-rate against our FY20F estimate and 83% against the consensus’ FY20F expectation. GPM in 3Q20 rose by 7.2%p YoY to 53.2%, while NPM expanded by 9.2%YoY to 25.6% as the company has been doing a lot of cost savings during the pandemic by broadcasting re-runs of programs. SCMA will gradually increase programming costs along with increased revenue and maintain margins, which is well appreciated by the market in the midst of economic turmoil. Strong IVM revenue 3Q20 revenue reaches IDR1.2tr (-19%QoQ, -26.7%YoY) Meanwhile, revenue in 3Q20 declined by 19% QoQ and 26.7% YoY to IDR1.22tr. Cumulatively in 9M20, revenue came in at IDR3.5tr (-13.5% YoY), achieving 71% and 74% of our and the consensus’ FY20F forecast, respectively. SCTV achieved net revenue of IDR1.8tr for 9M20, a decrease of 25.2% YoY, while Indosiar Visual Mandiri (IVM) achieved net revenue of IDR1.4tr, an increase of 1.8%YoY.
    [Show full text]
  • Who Owns the Broadcasting Television Network Business in Indonesia?
    Network Intelligence Studies Volume VI, Issue 11 (1/2018) Rendra WIDYATAMA Károly Ihrig Doctoral School of Management and Business University of Debrecen, Hungary Communication Department University of Ahmad Dahlan, Indonesia Case WHO OWNS THE BROADCASTING Study TELEVISION NETWORK BUSINESS IN INDONESIA? Keywords Regulation, Parent TV Station, Private TV station, Business orientation, TV broadcasting network JEL Classification D22; L21; L51; L82 Abstract Broadcasting TV occupies a significant position in the community. Therefore, all the countries in the world give attention to TV broadcasting business. In Indonesia, the government requires TV stations to broadcast locally, except through networking. In this state, there are 763 private TV companies broadcasting free to air. Of these, some companies have many TV stations and build various broadcasting networks. In this article, the author reveals the substantial TV stations that control the market, based on literature studies. From the data analysis, there are 14 substantial free to network broadcast private TV broadcasters but owns by eight companies; these include the MNC Group, EMTEK, Viva Media Asia, CTCorp, Media Indonesia, Rajawali Corpora, and Indigo Multimedia. All TV stations are from Jakarta, which broadcasts in 22 to 32 Indonesian provinces. 11 Network Intelligence Studies Volume VI, Issue 11 (1/2018) METHODOLOGY INTRODUCTION The author uses the Broadcasting Act 32 of 2002 on In modern society, TV occupies a significant broadcasting and the Government Decree 50 of 2005 position. All shareholders have an interest in this on the implementation of free to air private TV as a medium. Governments have an interest in TV parameter of substantial TV network. According to because it has political effects (Sakr, 2012), while the regulation, the government requires local TV business people have an interest because they can stations to broadcast locally, except through the benefit from the TV business (Baumann and broadcasting network.
    [Show full text]
  • The Globalization of K-Pop: the Interplay of External and Internal Forces
    THE GLOBALIZATION OF K-POP: THE INTERPLAY OF EXTERNAL AND INTERNAL FORCES Master Thesis presented by Hiu Yan Kong Furtwangen University MBA WS14/16 Matriculation Number 249536 May, 2016 Sworn Statement I hereby solemnly declare on my oath that the work presented has been carried out by me alone without any form of illicit assistance. All sources used have been fully quoted. (Signature, Date) Abstract This thesis aims to provide a comprehensive and systematic analysis about the growing popularity of Korean pop music (K-pop) worldwide in recent years. On one hand, the international expansion of K-pop can be understood as a result of the strategic planning and business execution that are created and carried out by the entertainment agencies. On the other hand, external circumstances such as the rise of social media also create a wide array of opportunities for K-pop to broaden its global appeal. The research explores the ways how the interplay between external circumstances and organizational strategies has jointly contributed to the global circulation of K-pop. The research starts with providing a general descriptive overview of K-pop. Following that, quantitative methods are applied to measure and assess the international recognition and global spread of K-pop. Next, a systematic approach is used to identify and analyze factors and forces that have important influences and implications on K-pop’s globalization. The analysis is carried out based on three levels of business environment which are macro, operating, and internal level. PEST analysis is applied to identify critical macro-environmental factors including political, economic, socio-cultural, and technological.
    [Show full text]
  • BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media Memiliki Fungsi Dan Disfungsi Tersendiri Bagi Khalayaknya. Khalayak Secara Sadar
    BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media memiliki fungsi dan disfungsi tersendiri bagi khalayaknya. Khalayak secara sadar memilih media mana yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audiens yang luas dan heterogen. Istilah “media massa” memberikan gambaran mengenai alat komunikasi yang bekerja dalam berbagai skala terbatas hingga dapat mencapai dan melibatkan siapa saja dalam masyarakat dalam skala yang sangat luas. Istilah media massa mengacu kepada sejumlah media yang telah ada sejak puluhan tahun yang lalu dan tetap digunakan hingga saat ini seperti surat kabar, majalah, film, radio, televisi, dan internet (Morissan, 2013:479). Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas (Nurudin, 2007). Media massa televisi merupakan suatu sarana yang sangat efektif dalam mempengaruhi pola pikir manusia karena televisi merupakan sebuah media yang sudah tidak asing lagi. Hampir disetiap rumah ada televisi. Sehingga televisi sebagai media komunikasi memiliki kemampuan untuk mengakses publik hingga ke ruang pribadi. Televisi merupakan hasil produk teknologi tinggi (hi-tech) yang menyampaikan isi pesan dalam bentuk audiovisual gerak. Isi pesan audiovisual gerak memiliki kekuatan yang sangat tinggi untuk mempengaruhi mental, pola 1 pikir, dan tindak individu. Televisi adalah media audio visual yaitu sebuah media yang tidak hanya bisa didengar saja tetapi juga bisa dilihat gambarnya. Pesatnya perkembangan televisi di Indonesia membuat banyaknya stasiun televisi yang menyuguhkan acara-acara menghibur di kala santai. Belakangan ini sering kita jumpai di berbagai stasiun televisi banyak yang menyajikan tayangan talkshow, magazine show dan acara reality show yang disajikan dengan beragam tema dan tampilan.
    [Show full text]
  • RE-ENVISIONING MATERNAL and NEWBORN HEALTH in INDONESIA How the Private Sector and Civil Society Can Ignite Change Suggested Citation: Rajkotia, Y., J
    October 2016 RE-ENVISIONING MATERNAL AND NEWBORN HEALTH IN INDONESIA How the Private Sector and Civil Society Can Ignite Change Suggested citation: Rajkotia, Y., J. Gergen, I. Djurovic, S. Koseki, M. Coe, et al. 2016. Re-envisioning Maternal and Newborn Health in Indonesia: How the Private Sector and Civil Society Can Ignite Change. Washington, DC: Palladium, Health Policy Plus. ISBN: 978-1-59560-146-9 Health Policy Plus (HP+) is a five-year cooperative agreement funded by the U.S. Agency for International Development under Agreement No. AID-OAA-A-15-00051, beginning August 28, 2015. HP+ is implemented by Palladium, in collaboration with Avenir Health, Futures Group Global Outreach, Plan International USA, Population Reference Bureau, RTI International, the White Ribbon Alliance for Safe Motherhood (WRA), and ThinkWell. Re-envisioning Maternal and Newborn Health in Indonesia How the Private Sector and Civil Society Can Ignite Change OCTOBER 2016 This publication was prepared by Yogesh Rajkotia,1 Jessica Gergen, 1 Iva Djurovic, 1 Sayaka Koseki,2 Martha Coe,1 Kebba Jobarteh, 1 Carol Miller,2 and Sujata Rana2 of the Health P olicy Plus project. 1 ThinkWell, 2 Palladium The information provided in this document is not official U.S. Government information and does not necessarily represent the views or positions of the U.S. Agency for International Development. CONTENTS List of Figures and Tables ......................................................................................................... iv Acknowledgments .....................................................................................................................
    [Show full text]
  • Capital Market Reactions Towards Improvement in United States Bonds Yields
    www.ijbcnet.com International Journal of Business and Commerce Vol. 7, No.01: [22-34] (ISSN: 2225-2436) Capital Market Reactions Towards Improvement In United States Bonds Yields Wihelmina Dea Kosasih Universitas Ma Chung, Malang [email protected] Asri Rahayu Universitas Ma Chung, Malang [email protected] Tarsisius Renald Suganda Universitas Ma Chung, Malang [email protected] ABSTRACT The aimof this study is to analyze the market and trade movements toward the increase in United States bond yields.Event studyis used as methodologies in this study. 43 companies are used as the sample of the research. The indicators of market reaction used in this research are abnormal return and trading volume activity.The window period used in this study is 7 days.The study found that there are negative significant abnormal return at t+1period,which is in line with the signaling theory explaining that the event of the increase in United States bond yields is hoped to have the negative information content and also found no change in trading volume activity before and after the event.The result shows that Indonesian capital market gives the reaction toward the increase in United States bond yields, it indicates that the increase in United States bond yields has the information content but still considered as a bad news. Keywords: abnormal return, trading volume activity, increase in US bond yields, Indonesian capital market Published by Asian Society of Business and Commerce Research 22 www.ijbcnet.com International Journal of Business and Commerce Vol. 7, No.01: [22-34] (ISSN: 2225-2436) PRELIMINARY Capital market is a place where various parties sell stocks and bonds as additional funds or to strengthen the company's capital (Fahmi, 2015).
    [Show full text]
  • Idols and Celebrity in Japanese Media Culture, Edited by Patrick W
    Copyright material from www.palgraveconnect.com - licensed to Murdoch University - PalgraveConnect - 2013-08-20 - PalgraveConnect University - licensed to Murdoch www.palgraveconnect.com material from Copyright 10.1057/9781137283788 - Idols and Celebrity in Japanese Media Culture, Edited by Patrick W. Galbraith and Jason G. Karlin Idols and Celebrity in Japanese Media Culture Copyright material from www.palgraveconnect.com - licensed to Murdoch University - PalgraveConnect - 2013-08-20 - PalgraveConnect University - licensed to Murdoch www.palgraveconnect.com material from Copyright 10.1057/9781137283788 - Idols and Celebrity in Japanese Media Culture, Edited by Patrick W. Galbraith and Jason G. Karlin This page intentionally left blank Copyright material from www.palgraveconnect.com - licensed to Murdoch University - PalgraveConnect - 2013-08-20 - PalgraveConnect University - licensed to Murdoch www.palgraveconnect.com material from Copyright 10.1057/9781137283788 - Idols and Celebrity in Japanese Media Culture, Edited by Patrick W. Galbraith and Jason G. Karlin Idols and Celebrity in Japanese Media Culture Edited by Patrick W. Galbraith and Jason G. Karlin University of Tokyo, Japan Copyright material from www.palgraveconnect.com - licensed to Murdoch University - PalgraveConnect - 2013-08-20 - PalgraveConnect University - licensed to Murdoch www.palgraveconnect.com material from Copyright 10.1057/9781137283788 - Idols and Celebrity in Japanese Media Culture, Edited by Patrick W. Galbraith and Jason G. Karlin Introduction, selection
    [Show full text]
  • BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Surya Citra Media (SCM) 4.1.1 Profil Perusahaan PT. Surya Citra Media (
    BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Surya Citra Media (SCM) 4.1.1 Profil Perusahaan PT. Surya Citra Media (SCM) yang semula bernama PT. Cipta Aneka Selaras adalah perusahaan yang selalu berkembang dan berkonstribusi di industri media Indonesia sejak tahun 1999. Industri media menjadi salah satu industri yang berkembang sangat pesat di Indonesia sehingga tidak terlepas dari kehidupan masyarakat Indonesia. PT Surya Citra Media (SCM) berkomitmen untuk memberikan tayangan, program, konten, dan layanan di bidang media yang bermakna dan memperkaya hidup audiensi Indonesia. Di tahun 2013 PT Indosiar Karya Mandiri Tbk (IDKM) bergabung dengan SCM. Keduanya menjadi kesatuan dalam PT Elang Mahkota Teknologi Tbk sebagai perusahaan induknya. Melalui dua saluran TV nasional terbesar di Indonesia, yakni Surya Citra Televisi atau SCTV dan Indosiar Visual Mandiri atau Indosiar, SCM terus mengembangkan kerja keras dan kreativitas untuk menghadirkan tayangan yang menghibur serta informasi dapat mengedukasi dan tepercaya. Selain itu, SCM juga berusaha memperluas layanan dalam pembuatan konten berkualitas, jasa periklanan dan manajeen artis yang unggul, serta manajemen fasilitas siaran dan produksi film yang saling berkesinambungan untuk 46 memberikan hiburan dan tayangan bermanfaat serta untuk memajukan industri media di Indonesia. Sebagai perusahaan media massa, SCM yang didalamnya terdiri dari saluran televisi SCTV dan Indosiar, selain menyampaikan informasi dan memberikan hiburan, perusahaan juga berupaya turut menangani masalah sosial dan kemanusiaan yang terjadi di Indonesia. Hal ini merupakan wujud pertanggungjawaban sosial perusahaan. Tidak hanya itu tetapi juga menjadi jembatan dalam meningkatkan kepedulian masyarkat terhadap sesama yaitu melalui Yayasan Pundi Amal Peduli Kasih (YPP). 4.1.2 Visi dan Misi Visi Menjadi penyedia hiburan dan informasi terdepan bagi bangsa Indonesia.
    [Show full text]
  • Surya Citra Media Tbk (SCMA) Digital Segment As a Growth Driver
    Surya Citra Media Tbk (SCMA) Digital Segment as a Growth Driver SCMA managed to record a net profit of IDR 911 Bn in 9M20 (-8.1% yoy, +12.2% qoq), supported by recovery in ads spending and lower programming costs. While Free to Air TV remained the largest contributor in revenues, Online Digital segment had experienced an impressive growth with huge income potential in the future. Company Report | November 25, 2020 9M20 Profit Only Slightly Down. Until September 2020, SCMA was able to book revenue of IDR 3.5 Trillion (-13.5% yoy, +15.8% qoq). Recovery in advertisement spending has played a key factor for SCMA to achieve a relatively quick turnaround in its financial BUY performance. Moreover, the company also managed to reduce program and broadcasting Target Price (IDR) 1,800 costs by 22.4% yoy (IDR 1,560 Bn in 9M20 vs IDR 2,012 Bn in 9M19), which greatly Consensus Price (IDR) 1,695 helped its bottom line. Overall, SCMA’s net profit was down by only 8.1% yoy to IDR 911 TP to Consensus Price +6.2% Bn in 9M20, from IDR 991 Bn during the same period last year. We see that this result is a great achievement considering the many challenges that the economy has seen since the start vs. Last Price +17.6% of the Covid-19 pandemic. Shares data Still Depends on Free-to-Air TV. Advertising revenues from Free-to-Air broadcasting still Last Price (IDR) 1,530 contributed a significant portion of SCMA total income, with a 89.2% share (slightly down Price date as of 24 November 2020 52 wk range (Hi/Lo) 1,625 / 600 from 90.5% last year).
    [Show full text]
  • O. BAB 1 (Bab1.Pdf)
    A-PDF WORD TO PDF DEMO: Purchase from www.A-PDF.com to remove the watermark BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. PT. Rajawali Citra Televisi Indonesia PT. Rajawali Citra Televisi Indonesia atau yang lebih dikenal dengan nama RCTI didirikan pada tahun 1989 sebagai stasiun jaringan televisi swasta nasional pertama dengan target audience kelas menengah ke atas (ABC 5+). RCTI pertama kali mengudara secara terestrial pada tanggal 24 Agustus 1989 di Jakarta. RCTI yang terletak di Jalan Raya Perjuangan, Kebon Jeruk, Jakarta 11530 ini, menyajikan berbagai macam program berkualitas dan memiliki rating tinggi, yang terdiri dari program-program acara sinetron, berita, olahraga, reality show , musik, hiburan, beragam tayangan, acara anak-anak, serta film dokumenter sehingga membuat RCTI tumbuh dengan cepat menjadi agen perubahan dan pembaharu dalam dinamika sosial masyarakat Indonesia. Sampai akhir tahun 2010, RCTI memiliki 48 stasiun relai yang menjangkau sampai 473 kota besar dan kecil di Indonesia. RCTI masih menjadi pemimpin audience share televisi Indonesia dengan perolehan audience share sebesar 22,0%. Visi : “Media Utama Hiburan dan Informasi.” Misi : “Bersama Menyediakan Layanan Prima.” 1 Logo : Gambar 1.1. Logo RCTI Sumber : www.rcti.tv 1.1.2. PT. Surya Citra Televisi SCTV yang awalnya singkatan dari Surabaya Central Televisi, tanggal 24 Agustus 1990, siaran SCTV diterima secara terbatas untuk wilayah Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan. Pada tahun 1991, kepanjangan SCTV berubah menjadi Surya Citra Televisi. Pada tanggal 1 Januari 1993, SCTV resmi mengudara secara nasional ke seluruh Indonesia dan secara bertahap memindahkan basis operasi media siaran nasionalnya dari Surabaya ke Jakarta.
    [Show full text]
  • PT SURYA CITRA MEDIA Tbk
    PAPARAN PUBLIK PUBLIC EXPOSE PT SURYA CITRA MEDIA Tbk Jakarta, 25 Juni 2018 DEWAN KOMISARIS Komisaris Utama (President Raden Soeyono Commisioner) Wakil Komisaris Utama / Komisaris Suryani Zaini Independen (Vice President Commissioner / Independent Commissioner) Komisaris (Commissioner) Alvin W. Sariaatmadja Komisaris (Commissioner) Jay Geoffrey Wacher Komisaris Independen (Independent Glenn M. Surya Yusuf Commissioner) DIREKSI Direktur Utama (President Director) Sutanto Hartono Direktur (Director) Harsiwi Achmad Direktur (Director) Imam Sudjarwo Direktur (Director) Rusmiyati Djajaseputra Direktur Independen (Independent Mutia Nandika Director) AGENDA 1.Tinjauan Industri Media 2.Tinjauan Performa Perusahaan AGENDA 1 TINJAUAN INDUSTRI MEDIA (BIDANG USAHA SCM, PENETRASI MEDIA, BELANJA IKLAN MEDIA) TINJAUAN INDUSTRI MEDIA BIDANG USAHA TINJAUAN INDUSTRI MEDIA PENETRASI MEDIA DI INDONESIA (DALAM %) Sumber : Nielsen, 2017 TINJAUAN INDUSTRI MEDIA BELANJA IKLAN TV SECARA GROSS 2013 – 2018 (DALAM MILIAR RUPIAH) 107.624 97.635 Belanja iklan secara 79.167 nett diperkirakan flat 73.456 selama Jan-Mei 2018 67.714 64.664 58.411 47.868 48.438 43.351 41.663 ‐ +13% 48.438 39.224 42.961 JUN‐DEC 30.105 31.299 26.051 JAN‐MAY 2013 2014 2015 2016 2017 2018 *based on 11 TV Station : MNC(3), SCM (2), VIVA(2), TRANSCORP(2) METRO (1), TVRI (1) Sumber : Nielsen, 2018 AGENDA 2 TINJAUAN PERFORMA PERUSAHAAN (PROGRAM) TINJAUAN PERFORMA PERUSAHAAN PROGRAM : AUDIENCE SHARE PERFORMANCE ALL 5+, 11 CITIES, 16 TV STATIONS 01 JAN –24 MEI 2018 ALL TIME (02.00‐25.59) TV Average
    [Show full text]
  • Indonesia Strategy April: Managing Market Volatility
    Indonesia Strategy April: Managing market volatility Mirae Asset Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya, CFA, CFP, CMT [email protected] Emma A. Fauni [email protected] Rising US Treasury yields Market volatility amid rising US Treasury yields takes center stage The US Treasury yields surged as the market anticipates for a meaningful acceleration in the US’ inflation ahead. The market is concerned about the possibility of taper tantrum and possibility of the US’ tightening monetary policy that could trigger massive capital outflow from emerging markets. If there is a taper tantrum someday in the future, there should be lighter capital outflow pressure on Indonesia’s equity compared to 2013 taper tantrum, in our view. Optimism on Accelerated vaccination pace, with possible extension to completion of the first wave vaccination progress Up until April 6, the government managed to vaccinate 22% of total first-wave target (vs. 5.2% progress as of March 3) for the first injection. As the first wave is targeted to be done this month, the current progress seems far behind the target; thus, we expect the completion of this wave to be extended beyond April. Ramadan effects in 2021 Although homecoming is banned, retailers should benefit from Ramadan effect Unlike Ramadan in 2020 when the government allowed companies to install or not pay the holiday allowance (THR) in full amount to their employees due to the severe impact of COVID-19 on their financial performance, now the government requires companies to pay it in full amount in 2021. We think that although the government bans homecoming (mudik), the revenue of retailers should increase, given the positive effect of Ramadan month in 2021.
    [Show full text]