Monopoli Kepemilikan Media & Lenyapnya Hak Publik
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Monopoli Kepemilikan Media & Lenyapnya Hak Publik Karman MONOPOLI KEPEMILIKAN MEDIA & LENYAPNYA HAK PUBLIK MONOPOLY IN MEDIA OWNERSHIP & THE LOST OF PUBLIC RIGHTS Karman Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI), Badan Penelitian dan Pengembangan SDM Kementerian Komunikasi & Informatika, Jakarta Indonesia, Jl. Pegangsaan Timur 19 B Jakarta Pusat. 10320. e-mail: [email protected]. Naskah diterima tanggal 20 Maret 2014, direvisi tanggal 28 Mei 2014, disetujui pada tanggal 9 Juni 2014 Abstract This article will discuss about how practice of monopoly conducted by media corporates and the effect to audience. I explain this matter by elaborating cases of the monopoly in America’s media and Indonesia one. Cases may change and be different between past time and now. However, the concept of monopoly and characteristics of the media as an economy or business institution are the same. Media tend to concentrate the ownership or monopoly in order to be dominant. The real goal of media are money or profitability and influence. Ideally, media must ensure the diversity of media ownership both structurally organizationally. Culturally, media must prioritize the plurality of content. Mass media should also be a public sphere. The lack of diversity of media owners can be a barrier to create plurality of media content. Accordingly, media is only a apparatus/tool for both media elites and political party elites, not for public interest. Media watchdogs (e.g., Indonesian Broadcasting Commission and The Indonesian Press Board) should be more critical in evaluating media content in order to be more oriented to public interest, not for vested interest. Keywords: Mass Media; Monopoly; Diversity of Ownership; Plurality of Content Abstrak Tulisan ini menjelaskan tentang bagaimana praktik monopoli yang dilakukan oleh perusahaan media. Saya menjelaskan masalah ini dengan memberikan kasus monopoli yang ada di Media Amerika dan di Indonesia. Kasus bisa berubah antara dulu dan sekarang. Namun, konsep monopoli dan karakteristik media sebagai institusi ekonomi dan bisnis - dulu dan sekarang - sama saja. Media cenderung melakukan pemusatan kepemilikan atau monopoli. Tujuannya adalah uang atau profit dan pengaruh media. Idealnya media - secara struktur organisasi - harus menjamin terciptanya keragaman kepemilikan (diversity of ownership). Secara kultur, media harus mengedepankan keragaman isi (plurality of content). Media juga harus menjadi ruang publik bagi masyarakat luas. Tidak adanya keragaman pemilik media bisa menjadi batu hambatan terjadinya pluralitas isi media sehingga media hanyalah alat untuk kepentingan elit media dan/ atau elit politik saja, bukan untuk kepentingan publik. Pemantau pers (misalnya Komisi Penyiaran Indonesia/ KPI dan Dewan Pers) diharapkan lebih kritis dalam menilai perilaku dan isi media sehingga isi media tersebut berorientasi kepada kepentingan umum, bukan kepentingan kelompok tertentu. Kata Kunci: Media Massa; Monopoli; Kepemilikan Media; Keragaman Isi. 69 Jurnal Masyarakat Telematika dan Informasi Vol. 5 No. 1 Juni 2014 Hal.: 69-84 PENDAHULUAN antara demokrasi dan peran media ini memang tidak diikat oleh aturan hukum sehingga Latar Belakang konsekuensinya tidak dapat ditegakkan. Media massa sebagai sebuah entitas yang Namun, bukan berarti ini adalah sebuah hidup dalam negara dan masyarakat tidak bisa pilihan. Sumber lain mengenai peran media lepas dari kewajiban hukum di mana media dalam kaitannya antara demokrasi dan media massa berada. Selain itu, ekspektasi budaya massa dapat merujuk teori sosial dan teori masyarakat terhadap bagaimana media massa politik, orientasi media terhadap masyarakat seharusnya juga tidak bisa diabaikan begitu baik nasional maupun internasional, serta saja oleh media. Terlebih Indonesia sebagai klaim-klaim profesionalisme yang menjadi negara yang plural/ bineka. Hal ini kemudian konvensi, serta aspirasi. Kedua, tuntutan menjadi gagasan sentral dalam Teori Normatif masyarakat kepada media secara keseluruhan (Normative Theory) yang akan dipaparkan berikut ini. yang diekspresikan baik melalui opini publik ataupun oleh publik sebagai khalayak Sebenarnya persoalan sumber kewajiban media tertentu. Dalam hal ini, pandangan normatif sudah cukup jelas, hanya kesulitannya tentang apa yang media seharusnya lakukan, adalah dalam sistem masyarakat bebas (free society) -antara lain- tidak memiliki kewajiban memiliki karakter yang lebih mengikat. Ini apapun untuk mencapai tujuan-tujuan positif menggambarkan fakta bahwa media terikat yang dijadikan acuan serta diterima secara oleh hubungan antara pasar dan klien (termasuk taken for granted. Media dalam masyarakat pengiklan). Klien ini biasanya memengaruhi bebas tidak dikendalikan oleh pemerintah dan perilaku media. Ada sumber pengaruh yang tidak dituntut untuk mengabdi bagi dan atas lain, yaitu variabel kekuasaan (negara/ nama kepentingan masyarakat luas. Padahal lembaga negara). Kondisi yang menentukan mereka sejatinya sama seperti anggota tingkat independensi media adalah pandangan masyarakat lainnya, atau organisasi dalam pemerintah. Pengaruh ini bersumber dari masyarakat yang -antara lain- dituntut untuk banyak kepentingan seperti kepentingan tidak melakukan sesuatu yang membahayakan ekonomi, politik, dan budaya yang dipengaruhi masyarakat (harm to society). Selain itu, media oleh media. Individu atau organisasi yang bebas memilih atau menghindari pelaksanaan berpengaruh bisa dipengaruhi oleh media. Oleh tujuan-tujuan positif. Media massa cenderung karena itu, mereka mengawasi media karena enggan berperan serta dalam masyarakat, baik memiliki kepentingan untuk melindungi diri dalam kapasitas sebagai bagian dari sistem mereka atau untuk memengaruhi media. Teori pemerintahan, kelompok kepentingan tertentu, Normatif dapat dipetakan dalam hal isu yang atau individu. Kendatipun demikian, lembaga muncul mengenai struktur media, perilaku media massa yang menaati aturan tidak tertulis atau kerja media. akan disegani dalam kenyataannya. Teori Normatif Media, mencakup tujuan-tujuan Secara struktur media massa dituntut yang dipilih secara internal dan tekanan- memenuhi standar-standar normatif yang dapat tekanan dari luar mengenai bagaimana media dirinci sebagai berikut.1 Pertama, kebebasan seharusnya bertindak (McQuail, 2010). 1 Penjelasan Teori Normatif ini dapat merujuk Di antara sumber normatif yang paling ke buku yang ditulis oleh McQuail, dalam bukunya yang mendasar, pertama, berangkat dari konteks berjudul1Penjelasan Mass Teori Communication Normatif ini dapatTheory merujuk 6th Edition. ke buku London: yang Sage Publication Ltd, 2010 Dalam bab 7 ia secara khusus sejarah yang membentuk lembaga media massa ditulis oleh McQuail, dalam bukunya yang berjudul Mass Communicationmembahas tentang Theory “Teori 6th Normatif Edition. MediaLondon: dan Sage Masyarakat Publication “ . itu sendiri. Dalam demokrasi, ini dikaitkan Ltd, 2010 Dalam bab 7 ia secara khusus membahas tentang dengan pembentukan opini publik. Keterkaitan “Teori Normatif Media dan Masyarakat”. 70 Monopoli Kepemilikan Media & Lenyapnya Hak Publik Karman media (media freedom) : media harus bebas dan kehidupan sosial kemasyarakatan. Media dari kontrol pemerintah yang berlebihan atau massa memberikan akses kepada semua kelompok kepentingan tertentu. Media bebas pihak untuk menyuarakan pendapatnya, serta dan independen dalam melaporkan berita dan memfasilitasi warga dalam kehidupan sosial- memenuhi kebutuhan khalayak. Kebebasan politik. terlihat dengan ketidakadaan sensor, lisensi, Keempat, memenuhi kewajiban atau hukuman atas publikasinya yang dianggap internasional. Media, selain sebagai institusi melanggar hukum (illegal, unlawful). nasional, ia juga menjadi anggota dari komunitas Kedua, pluralitas dan kepemilikan yang lebih luas, yaitu komunitas internasional. (plurality of ownership). Media seharusnya Oleh karena itu, isu-isu internasional bisa tidak didominasi kelompok kepentingan muncul seperti pemberitaan tentang negara tertentu. Warga bebas mengakses sebagai lain yang bisa saja memicu kebencian bahkan pengirim atau sebagai penerima media propaganda perang. Selain itu, sisi positifnya yang menggambarkan idee dan memenuhi adalah ada persoalan yang dapat diusung kepentingan dan kebutuhannya. Tipe media bersama seperti penanggulangan bencana, yang berbeda seharusnya dimiliki berbeda darurat, isu kesehatan, dan lingkungan. juga (misalnya cetak, dan penyiaran). Media massa juga harus menghindari Ketiga, perbedaan saluran dan bentuk agar jangan sampai mengabaikan atau tidak (diversity of channel and forms). Struktur menghormati hak individu. Media terkadang media seyogianya memiliki tipe media yang mengganggu hak individu walaupun hak berbeda dan saluran yang terpisah untuk individu tersebut dilindungi oleh hukum. Isu memaksimalkan kesempatan untuk memenuhi yang sering terjadi adalah pencemaran nama kebutuhan publik akan komunikasi. Keempat, baik (libel) atau fitnah, dan pencemaran perbedaan informasi, opini, dan budaya nama baik bahkan penodaan terhadap agama (diversity of information, opinion, and cultural tertentu (blasphemy). Isi media tidak boleh content). Media seharusnya menggambarkan membahayakan masyarakat dan individu. keanekaragaman masyarakat dalam hal daerah, Rasa takut acapkali ditimbulkan oleh publikasi politik, agama, etnik, budaya, dan sebagainya. media massa yang berlangsung dalam jangka Media seharusnya terbuka bagi gerakan baru waktu yang lama walaupun efek ini tidak dan idee baru dan memberikan akses cukup disengaja. Ini kemudian dikenal dengan bagi minoritas