SISTEM AKUAPONIK PRODUKSI IKAN NILA (Oreochromis Niloticus) BERKELANJUTAN DI LAHAN PEKARANGAN DENGAN PAKAN DUCKWEED (Lemnaceae)
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Prosiding Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan ISSN 2655-8947 SISTEM AKUAPONIK PRODUKSI IKAN NILA (Oreochromis Niloticus) BERKELANJUTAN DI LAHAN PEKARANGAN DENGAN PAKAN DUCKWEED (Lemnaceae) AQUAPONIC SYSTEM OF A SUSTAINABLE TILAPIA (Oreochromis Niloticus) PRODUCTION IN A BACKYARD FEED WITH DUCKWEED (Lemnaceae) Sulmin Gumiri Study Program of Aquatic Resources Management, Fishery Department - Faculty of Agriculture University of Palangka Raya, Kampus UPR Tunjung Nayo, Jalan Yos Sudarso Palangka Raya, 73111 e-Mail : [email protected] ABSTRAK Salah satu isu ketersediaan pangan akhir-akhir ini adalah semakin banyaknya jenis makanan yang terkontaminasi bahan berbahaya baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan kecenderungan orang untuk mengkonsumsi ikan organik. Sejak satu dekade terakhir kebutuhan dunia akan ikan organik mengalami pertumbuhan 25 % per tahun, sementara kontribusi budidaya ikan organik baru sebesar 0,01 % dari total produksi budidaya ikan dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan teknologi produksi ikan nila berkelanjutan yang hemat energi dan efisien di lahan sempit perkotaan dengan menganalisis tingkat efisiensi kegiatan budidaya ikan nila organik dengan pakan Duckweed pada sistem akuaponik di lahan sempit pekarangan perkotaan. Metode yang digunakan terdiri dari menghitung laju pertumbuhan Duckweed pada sistem akuaponik dan pengukuran laju pertumbuhan ikan nila pada komposisi pakan yang berbeda, serta melakukan analisis terhadap efisiensi budidaya ikan nila organik pada kolam terpal dengan pakan Duckweed. Hasil penelitian menunjukan bahwa pertumbuhan maksimum Duckweed terjadi pada hari ke sebelas sejak pertama penebaran sedangkan setelah 45 hari penebaran bobot ikan nila, baik yang diberi pakan campuran Duckweed dan pelet maupun hanya Duckweed saja ternyata lebih tinggi dari bobot ikan nila yang hanya diberi pakan pelet komersial. Kata Kunci : Ketahanan pangan , akuaponik, ikan nila, duckweed ABSTRACT, One of recent important issue on food security is the directly or indirectly increase of contaminated food with dangerous substances that lead to the tendency increase of people to consume organic fishes. Since last decade, annual world demand for organic fishes has increased 25%, while the contribution of cultivated organic fish is only 0.01% of the total world aquaculture fish production. This research aimed to develop a sustainable tilapia fish production technology with low cost energy and efficient in urban backyard, by analyzing the efficiency of tilapia aquaculture feed with Duckweed in an aquaponik system and then measuring the growth rate of tilapia fishes in different feed composition, and also analyzing the efficiency of organic tilapia farming in plastic pond feed with Duckweed. Results showed that maximum growth of Duckweed was achieved 11 days after its scattering on water, while after 45 days after their introduction, the body weight of tilapia fishes feed with either the mixture of commercial pellet with Duckweed or Duckweed only were higher that the body weight of tilapia fishes that were fed with commercial pellet only. Keywords : Food security, aquaponik, tilapia, duckweed PENDAHULUAN Penelitian ini dilakukan untuk mengatasi isu-isu ketahanan pangan khususnya ketersediaan sumberdaya ikan utamanya bagi masyarakat di Kota Palangka Raya. Dengan semakin berkurangnya ketersediaan lahan dan cenderung terus memburuknya kualitas air serta mahalnya harga pakan ikan komersial saat ini, maka diperlukan suatu inovasi teknologi untuk mencari alternatif sistem budidaya ikan FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 14 Prosiding Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan ISSN 2655-8947 di lahan sempit yang efisien dengan memanfaatkan mekanisme alam sebagai sumber energi utama penggeraknya. - Ikan nila Ikan nila (Oreochromis Niloticus) adalah ikan air tawar yang berasal dari Afrika (Nelson, 2008). Di alam, ikan nila mulai memijah sejak berumur 4 bulan dengan ukuran panjang badan sekitar 9,5 cm dan berat sekitar 15 gram (Susanto, 2002). Pembiakan terjadi sepanjang tahun tanpa adanya musim tertentu dengan interval waktu kematangan telur sekitar 2 bulan. Sebelum memijah, ikan jantan biasanya membentuk sarang berupa lubang di dasar perairan lunak. Sementara telur yang telah dibuahi biasanya akan dierami oleh induk betina di dalam mulutnya hingga menetas (mouth breeder). Karena mudah dipelihara di perairan tenang, kolam maupun reservoir (Susanto, 2002), ikan nila juga dapat beradaptasi dengan sangat baik di kolam budidaya bersirkulasi dan biasanya cukup tahan terhadap fluktuasi kualitas air khususnya kandungan oksigen terlarut, suhu, pH dan padatan terlarut (Diver, 2006). Meskipun demikian, jika dipelihara pada sistem akuaponik, maka kualitas air yang baik harus terus dipertahankan untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimal dan menjaga kesehatan ikan agar tidak terserang penyakit. Pada sistem akuaponik, parameter kualitas air yang paling penting untuk terus dijaga adalah suhu air, oksigen terlarut dan kandungan ammonia, sementara kandungan nitrat dan nitrit tidak terlalu berpengaruh kepada kesehatan ikan kecuali pada konsentrasi yang sangat tinggi hingga mencapai 300-400 mg/L (Connolly dan Trebic, 2010). Spade (2009) melaporkan bahwa pada sistem akuaponik, pertumbuhan terbaik ikan nila akan dicapai jika dilakukan pemberian pakan sebanyak 3 kali sehari dengan komposisi pakan yang setidaknya mengandung protein 32%. - Tumbuhan air Duckweed Tumbuhan air Duckweed atau biasa juga disebut mata lele dalam Bahasa Indonesia adalah jenis tumbuhan hijau yang hidup mengapung di permukaan air. Ciri-ciri morfologi dari tumbuhan yang termasuk ke dalam family Lemnaceae ini antara lain memiliki bentuk seperti daun pipih dengan ukuran beberapa centimeter saja. Ada dua jenis tumbuhan Duckweed, jenis pertama adalah yang memiliki satu atau lebih akar dan 2 kantong reproduksi lateral, sedangkan jenis lainnya adalah yang tidak memiliki akar dan hanya terdiri dari satu kantong reproduksi. Dalam kondisi yang cocok, tumbuhan ini dapat bereproduksi dengan sangat cepat dan dapat menutupi seluruh permukaan air (Sembiring, 2011). Tumbuhan Duckweed berkembang biak secara vegetatif. Satu individu dapat menghasilkan sampai sepuluh generasi hanya dalam beberapa minggu. Dalam waktu kurang dari dua hari, pada kondisi unsur hara, sinar matahari dan suhu yang ideal, tumbuhan ini dapat berkembang biak hingga dua kali lipat (Tayamen, 2011). Jika dipelihara secara efektif, produktivitas mata lele dapat mencapai 10-30 ton bobot kering per hektar yang mengandung 43% protein dan 5% lemak jenuh (Leng, dkk,. 1995). Produktivitasnya FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 15 Prosiding Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan ISSN 2655-8947 yang tinggi dan kaya nutrisi, telah menjadikan jenis tumbuhan air ini sebagai sumber pakan ternak dan ikan yang sangat potensial untuk dikembangkankan di kebun pekarangan. - Teknologi Akuaponik Akuaponik adalah suatu teknologi yang merupakan gabungan antara teknologi hidroponik dan budidaya ikan. Pada teknologi ini, air yang digunakan pada pemeliharaan ikan akan mengalami pengayaan unsur hara berupa senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen dan fosfor yang berasal dari kotoran ikan. Air ini kemudian disirkulasikan ke media tanam di mana unsur hara yang ada di dalamnya akan diserap oleh tanaman yang ditanam secara hidroponik (Connolly dan Trebic, 2010). Teknologi akuaponik merupakan salah satu alternatif solusi terhadap isu-isu dari kedua sistem baik budidaya ikan maupun budidaya tanaman secara hidroponik. Sistem budidaya ikan sering menghadapi kendala berupa pencemaran air akibat dari akumulasi limbah pakan dan limbah kotoran ikan, sedangkan sistem budidaya tanaman hidroponik juga dihadapkan kepada kendala mahalnya harga pupuk kimia sebagai unsur hara yang harus disediakan untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Ikan yang dipelihara di kolam akan mengeluarkan limbah buangan khususnya dalam bentuk nitrat dan amoniak melalui urin dan insangnya ke seluruh air di kolam. Semakin lama, senyawa-senyawa buangan beracun ini akan terakumulasi di air dan akan mempengaruhi kesehatan ikan. Di lain pihak senyawa buangan ikan ini dapat digunakan sebagai pupuk organik yang akan menyuburkan tanaman (Nelson, 2008). Karena itu, sistem akuaponik dikembangkan untuk mengatasi kedua isu tersebut di mana unsur hara berlebihan yang mencemari air media pemeliharaan ikan dapat disirkulasi sebagai pupuk ke media tanaman hidroponik untuk diserap oleh tanaman yang sekaligus berperan sebagai penyaring, dan air bersih hasil dari penyaringan tersebut kemudian dialirkan kembali ke kolam pemeliharaan ikan (Nelson, 2008). Dengan kata lain, pada teknologi akuaponik, limbah dari suatu sistem biologi akan menjadi unsur hara yang sangat diperlukan pada suatu sistem biologi lainnya (Diver, 2006). Karena itu, teknologi akuaponik saat ini dapat dianggap sebagai suatu teknologi ekstrim yang efisien sumberdaya dan merupakan metode berkelanjutan dalam memproduksi tanaman pada semua tingkatan usaha (Suits, 2010) yang benar-benar mendekati pola interaksi alami antara tanaman dan ikan di ekosistem perairan alami. Berbeda dengan sistem akuaponik yang sudah umum dikembangkan saat ini di mana tanaman yang dipelihara adalah tanaman jenis holtikultura seperti tomat, cabe dan berbagai jenis sayuran konsumsi lainnya, pada penelitian ini tanaman yang akan dibudidayakan secara hidroponik adalah tumbuhan air Duckweed yang sekaligus dapat dijadikan sebagai sumber pakan ikan nila. Temuan yang