<<

Website: http://jurnaledukasikemenag.org EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan, 15(1), 2017, 73-89

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA BERKEARIFAN LOKAL DI TANAH ULAYAT BADUY

DEVELOPMENT OF RELIGIOUS STUDIES WITH LOCAL WISDOM IN BADUY CUSTOMARY LAND

Muhamad Murtadlo Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI Email: [email protected]

Naskah diterima 30 Januari 2017, direvisi 15 Februari 2017, disetujui 30 Maret 2017

Abstract Abstrak Every citizen is entitled to a decent and Setiap warga negara berhak memperoleh friendly education. The research questions are pendidikan yang layak dan ramah. Pertanyaan formulated to find a model of religious educationpenelitian dirumuskan untuk menemukan model pendidikan agama yang berkearifan lokal. with local wisdom. The study was conducted on the Kasus penelitian dilakukan pada masyarakat residents of Baduy Customary Land in Kampung penduduk di Tanah ulayat Baduy di Kampung Cicakal Girang, Kakes, Lebak Banten. The study Cicakal Girang, Kakes, Lebak Banten. Pendekatan was done by Participatory Research Action (PAR) kajian yang dilakukan dengan pendekatan approach. This study results in the conclusion that parcipatory Research Action (PAR). Penelitian ini the development of education service access in menghasilkan kesimpulan bahwa pengembangan Baduy People and certain tribes in Indonesia needs akses layanan pendidikan pada Suku Baduy a special approach and in its implementation needs dan suku-suku tertentu di Indonesia diperlukan to accommodate local cultures in the development pendekatan khusus; serta dalam pelaksanaannya of school culture. perlu mengakomodasi budaya lokal dalam pengembangan budaya sekolah. Keywords: Baduy tribe, education service, local Kata-kata kunci: Suku Baduy, layanan pendidikan, wisdom. kearifan lokal.

EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan AgamaVolume dan Keagamaan, 15, Nomor 1, p-ISSN:1693-6418, April 2017 | http://jurnaledukasikemenag.org e-ISSN: 2580-247X This is anThis open is accessan open article access under article CC-BY-SA under CC-BY-SA license license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) 73 MuHAMAD MuRTADLo

PENDAHULUAN beberapa aspek yang akhirnya memberi kesan negatif kepada akuisisi hasil kemajuan Pendidikan merupakan kebutuhan negara. 1 dasar (basic need) bagi setiap warga negara. UUD 1945 dalam bab XIII pasal 31 ayat Salah satu kelompok sosial yang 1 mengamanatkan bahwa setiap warga dipandang marginal saat ini adalah kelompok negara berhak memperoleh pendidikan atau etnis yang memang jauh dari menikmati pengajaran yang layak. Dalam UU Sisdiknas hasil atau dampak dari pembangunan yang No. 20 tahun 2003 pada bab IV pasal 5 ayat dijalankan oleh negara. Salah satu kelompok 1 disebutkan bahwa setiap warga negara etnis dimaksud adalah keberadaaan Suku berhak memperoleh pendidikan yang Baduy di Lebak Banten. Masyarakat Baduy bermutu. Uraian ini jelas memperlihatkan merupakan salah satu suku di Indonesia yang bahwa setiap warga negara dimanapun sampai sekarang masih mempertahankan mereka tinggal berhak memperoleh layanan nilai-nilai budaya dasar yang dimiliki dan pendidikan yang layak dan memadai, diyakininya, di tengah-tengah kemajuan terlepas mereka merupakan masyarakat peradaban di sekitarnya. Orang Baduy adalah perkotaan yang modern maupun masyarakat kelompok masyarakat adat Sunda di Desa dalam kategori marjinal yaitu masyarakat Kanekes, wilayah Kabupaten Lebak, Banten. tertinggal, di pinggiran bahkan masyarakat Sebutan “Baduy” merupakan sebutan yang di daerah terpencil. diberikan oleh orang luar kepada kelompok masyarakat tersebut. Berawal dari sebutan Amanat undang-undang tersebut dalam para peneliti Belanda yang agaknya kenyataan di lapangan belum terealisasi mempersamakan mereka dengan kelompok secara sempurna. Sampai saat ini masih Arab Badawi yang merupakan masyarakat banyak kelompok masyarakat yang belum yang berpindah-pindah (nomaden). memperoleh pelayanan pendidikan dengan Kemungkinan lain adalah karena adanya baik, seperti mereka yang tinggal di daerah Sungai Baduy dan Gunung Baduy yang ada di terpencil atau marginal. Kelompok marginal bagian utara dari wilayah tersebut. Mereka bisa diidentifikasi tidak saja berdasarkan sendiri lebih suka menyebut diri sebagai agama, tetapi juga berdasarkan etnik, gender, urang Kanekes atau “orang Kanekes” sesuai akses dan semacamnya. Marginalisasi dengan nama wilayah mereka, atau sebutan adalah fenomena ketidakseimbangan dalam yang mengacu kepada nama Kampung pemerolehan peluang dalam aspek ekonomi, mereka seperti Urang Cibeo.2 sosial dan pendidikan oleh sekumpulan masyarakat (Alcock 1993). Marginalisasi Dari latar belakang di atas, riset aksi bersumber daripada berbagai faktor yang yang dibiayai oleh Puslitbang Pendidikan saling berkait dan kompleks. Akibat dari agama dan keagamaan Kementerian Agama marginalisasi inilah, masyarakat tersebut menjadi miskin dan berada dalam keadaan 1 Alfitri, Buku Pembangunan Marginal eprints. serba naif. Masyarakat yang marginal ini unsri.ac.id/5265/1/ buku_pembangunan_ marginal. pdf .dikutip 10 September 2017 mendapat peluang yang terbatas akibat 2Ita Suryani. 2014. Menggali Keindahan Alam Dan daripada ketidakupayaan mereka dalam Kearifan Lokal Suku Baduy, Jurnal Musâwa, Vol. 13, No. 2, Desemer, h. 180-181.

EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan | http://jurnaledukasikemenag.org 74 This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA BERKEARIFAN LoKAL DI TANAH uLAYAT BADuY

RI tahun anggaran 2011-2012 mengambil wilayah pegunungan. Di sisi lain, di kalangan fokus pada Suku Baduy di Desa Cicakal suku Baduy masih ada penolakan terhadap Girang, Leuwidamar Lebak, Banten. Desa ini sistem pendidikan modern. Oleh karena berada di wilayah Baduy tepatnya di Tanah itu pengembangan model pendidikan yang Ulayat Baduy yang jauh dari kemodernan menyesuaikan konteks pada budaya suku dan kekuasaan. Kebijakan pengembangan ini perlu dilakukan, sebagai upaya untuk pendidikan semacam ini dilakukan sebagai mempermudah akses bagi masyarakat suku upaya untuk menjembatani adanya Baduy untuk memperoleh pendidikan yang deskriminasi dan ketidakseimbangan lebih baik. pemerataan kesempatan (memperoleh Pilihan pada Suku Baduy Desa Kanekes, layanan pendidikan). Leuwidamar, Lebak Banten ini didasarkan Pertanyaan penelitian dirumuskan pada beberapa pertimbangan sebagai bagaimana mengembangkan lembaga berikut: 1) perlunya akses pendidikan pendidikan Islam di daerah marginal diberikan kepada semua anak bangsa di dan mengembangkan pendidikan daerah-daerah terpencil seperti suku-suku bernuansa budaya lokal? Untuk menjawab terisolir dan daerah-daerah perbatasan permasalahan tersebut, penelitian ini negara; 2) Suku Baduy adalah salah satu suku menggunakan tehnik Participatory Action yang terisolir dan belum mendapatkan akses Research (PAR) atau riset aksi. Riset aksi pendidikan yang memadai karena lokasi dalam pandangan tradisional adalah suatu yang sulit dijangkau kendaraan; 3) Suku kerangka penelitian pemecahan masalah, Baduy mempunyai karakteristik budaya dimana terjadi kolaborasi antara peneliti tertentu yang membutuhkan pendekatan dengan client dalam mencapai tujuan (Kurt khusus untuk melakukan pendidikan kepada Lewin,1973 disitasi Sulaksana,2004). Sasaran warganya. yang dipilih dalam pengembangan lembaga Studi ini dilakukan selama dua tahun pendidikan Islam di daerah marginal dan yaitu 2011-2012. Penelitian ini dilakukan bernuansa budaya lokal, dipilih Suku Baduy dengan metode Participatory Action Research di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, (PAR), yaitu penelitian yang dilakukan kabupaten Lebak, Banten. di lapangan sekaligus melakukan usaha Riset aksi ini dianggap penting, pemberdayaan. Beberapa tahapan dilakukan mengingat anak-anak yang ada pada dalam penelitian ini antara lain studi masyarakat suku Baduy belum memiliki awal, pemberian stimulasi, pelaksanaan, akses yang mudah dijangkau untuk dapat monitoring, dan evaluasi. melanjutkan pendidikan setelah lulus MI Secara konseptual, pendidikan agama tidak terpenuhi. Ini disebabkan karena yang ada dalam judul di atas dimaksudkan wilayah ini merupakan wilayah terpencil sebagaimana tercantum dalam PP No. 55 dan belum memiliki lembaga pendidikan Tahun 2007. Disebutkan bahwa Pendidikan setingkat SLTP. Sementara lembaga agama adalah pendidikan yang memberikan pendidikan yang ada jaraknya sekitar 10 KM pengetahuan dan membentuk sikap, dan hanya dapat ditempuh dengan jalan kaki, kepribadian, dan keterampilan peserta didik karena kondisi alamnya yang merupakan dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang

Volume 15, Nomor 1, April 2017 | http://jurnaledukasikemenag.org This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) 75 MuHAMAD MuRTADLo

dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui tertentu bukanlah menjadi hambatan bahwa mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, orang bersangkutan tidak lebih berharga jenjang, dan jenis pendidikan. dari lainnya. Tapi dalam kenyataan, Selanjutnya dari bingkai konsep di mereka sampai saat ini masih banyak yang atas, maka mengingat bahwa suku Baduy belum memperoleh kesempatan, termasuk menganut keagamaan yang disebut kesempatan layanan pendidikan yang layak. Slam Sunda Wiwitan, Nasarudin Umar Ini terjadi karena adanya diskriminasi menyebutnya semacam islamnya versi kebijakan terutama oleh pemerintah Baduy,3 dikuatkan oleh kesimpulan Kesuma yang kurang memberi kesempatan pada dkk (2012) yang menyatakan ada kedekatan masyarakat tersebut untuk memperoleh ajaran Slam Sunda Wiwitan dengan ajaran layanan pendidikan sebagaimana tertentu dalam Islam,4 maka pendidikan masyarakat lainnya. agama di sini selanjutnya diarahkan pada Berkearifan lokal adalah sikap, pengembangan pendidikan agama Islam di pandangan dan kemampuan suatu Tanah Ulayat Baduy. Beberapa jenis lembaga komunitas di dalam mengelola lingkungan pendidikan yang banyak berkembang rohani dan jasmaninya yang memberikan dalam komunitas muslim di Indonesia kepada komunitas tertentu itu memiliki adalah pesantren, pendidikan diniyah daya tahan dan daya tumbuh di dalam dan pendidikan madrasah. Dalam konteks wilayah di mana komunitas itu berada. riset aksi ini, pengembangan pendidikan Dengan kata lain kearifan lokal adalah Islam yang dimaksud adalah pendidikan jawaban terhadap situasi geografis-politis- madrasah. Pilihan madrasah didasarkan historis dan situasional yang bersifat lokal.5 permintaan sebagian masyarakat di Tanah Adapun dalam konteks kearifan lokal, Ulayat Baduy di Cicakal Girang. maka usaha perwujudan pengembangan Kelompok masyarakat marginal, seperti akses pendidikan madrasah dicari bentuknya suku Baduy ini, seharusnya mendapat dalam gaya yang berkekhasan budaya lokal di prioritas sehingga mereka bisa mendapat Baduy, Lebak Banten. Pertanyaannya adalah akses yang terhadap sumber daya. apakah lembaga pendidikan madrasah Karena sesungguhnya mereka adalah bisa disamakan penyelenggaraaanya manusia yang memiliki hak yang sama dibandingkan dengan madrasah di lokasi dalam meraih kesempatan. Bahwa manusia lain?. Kalau ada itu bentuknya seperti dilahirkan dengan bahasa tertentu, dengan apa? Tulisan ini mencoba menelusuri jenis kelamin tertentu, di daerah tertentu, pasang surut inisiatif mendirikan lembaga dengan bahasa tertentu, bahkan agama pendidikan keagamaan dan bagaimana hubungannya dengan kondisi sosial budaya sekelompok masyarakat yang kita teliti. 3 Nasaruddin Umar. 2015. “Agama & Kepercayaan Lokal: Agama Slam Sunda Wiwitan” http://mozaik. inilah.com/read/detail/2199382/agama-slam- sunda-wiwitan#sthash.fVn9auIP.dpuf 4 Kesuma. 2009. Sobby, Arsyad. Fenomena 5 Permana. 2010. Eka Cecep. Kearifan Lokal Konversi Agama pada Komunitas Suku Baduy Banten Masyarakat Baduy Dalam Mitigasi Bencana. Wedatama (makalah). Widya Sastra. Jakarta. h. 1

EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan | http://jurnaledukasikemenag.org 76 This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA BERKEARIFAN LoKAL DI TANAH uLAYAT BADuY

Beberapa penelitian tentang oleh tetua adat; dan (d) pengaturan jadwal masyarakat di Tanah Ulayat Baduy ini belajar sering tidak tepat, karena adanya antara lain Ita Suryani yang menyatakan waktu-waktu adat. 8 bahwa nilai kearifan lokal dijunjung tinggi Posisi utama kajian ini adalah oleh suku Baduy. Masyarakat Baduy sangat melengkapi kajian-kajian yang sudah ada. menjaga keseimbangan dan keselarasan Bedanya terletak pada usaha perintisan dengan alam. mereka sangat menjunjung pendidikan formal di Tanah Ulayat baduy. tinggi ajaran tentang menjaga alam serta Usaha pengembangan akses pendidikan melestarikan. Selain itu, masyarakat yang pilihan jatuh ke pendidikan formal, Baduy tidak mengeksploitasi alam. Mereka justru datang dari sebagian masyarakat memanfaatkan alam seperlunya yang ada yang tinggal di Tanah Ulayat Baduy, yaitu di di alam dan disertai dengan pelestarian.6 dusun Cicakal Girang. Karena itu, mereka cenderung tidak menginginkan perubahan atau modernisasi Tahapan Riset Aksi kehidupan sosial budaya mereka. Penelitian Asnawati berjudul “Pelayanan Riset Aksi atau sering disebut Administrasi Kependudukan bagi Komunitas Participatory Action research (PAR) Adat Baduy.” Penelitian ini menyebutkan merupakan teknik untuk merangsang sudah ada pencatuman agama Slam Sunda partisipasi masyarakat peserta program Wiwitan dalam KTP yang ditandatangani dalam berbagai kegiatan, mulai dari tahap oleh Camat. Artinya kebijakan pemerintah analisa sosial, perencanaan, evaluasi, hingga 9 daerah pada saat itu telah mulai perluasan program. Mengikuti tahapan ini, mengakomodir keberadaan agama Slam narasi tulisan tentang riset aksi ini disusun Sunda Wiwitan dalam administrasi sipil.7 sesuai dengan tahapan tersebut. Penelitan lain oleh Fransisca Nur’aini Krisna berjudul Studi Kasus Layanan Mengenal Masyarakat dan Suku di Tanah Ulayat Baduy Pendidikan Nonformal Suku Baduy. Penelitian ini menemukan beberapa Langkah pertama riset aksi yang kami permasalahan dalam menyelenggaraan lakukan, sesuai dengan tahapan di atas pendidikan nonformal antara lain adalah analisis sosial, yakni mengenali Suku meliputi : (a) keterbatasan dana Baduy. Dari studi awal, pemukiman Suku untuk penyelenggaraan berbagai jenis Baduy terletak di Kabupaten Lebak dan pendidikan nonformal; (b) tingkat kehadiran menempati Tanah Ulayat di Desa Kanekes, warga belajar yang masih rendah; (c) Lebak, Banten. Jarak dari Jakarta ke lokasi penolakan kehadiran pendidikan nonformal ini kurang lebih160 Km ke arah barat daya.

6 Ita Suryani. 2014. Menggali Keindahan Alam Dan 8 Fransisca Nur’aini Krisna. 2014. Studi Kasus Kearifan Lokal Suku Baduy, Jurnal Musâwa, Vol. 13, No. Layanan Pendidikan Nonformal Suku Baduy. Jurnal 2, Desemer, h. 180-181. Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, No. 1. 7 Asnawati, Pelayanan Administrasi 9 Agus Afandi dkk. 2013. Modul Participatory Kependudukanbagi Komunitas Adat Baduy. Jurnal Action Research (PAR) (Surabaya: Lembaga Pengabdian Harmoni, Vol. 13, No. 1 Tahun 2014. Masyarakat (LPM), h.57-58

Volume 15, Nomor 1, April 2017 | http://jurnaledukasikemenag.org This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) 77 MuHAMAD MuRTADLo

Ciri-ciri umum yang bisa dikenali untuk pindah (nomaden). Kemungkinan lain mengetahui budaya orang Baduy antara adalah karena adanya Sungai Baduy dan lain mereka menjauhi budaya modern, tidak Gunung Baduy yang ada di bagian utara dari bersekolah, kemana-mana mereka jalan kaki. wilayah tersebut.10 Mereka sendiri lebih Hal ini didasari keyakinan bahwa mereka suka menyebut diri sebagai urang Kanekes adalah kelompok oarang yang berada di alam atau “orang Kanekes” sesuai dengan nama kedua setelah alam nirwana dan sebelum wilayah mereka, atau sebutan yang mengacu alam ketiga (dunia fakta saat ini). Karena kepada nama Kampung mereka seperti kepercayayan mereka ini mereka berusaha urang Cibeo.11 menyatu dengan alam dengan apa adanya Sejarah Suku Baduy, menurut berbagai tanpa sentuhan modernisasi dan tehnologi sumber terdapat berbagai versi: versi modern sama sekali. pertama, menyebutkan mereka berasal dari Wilayah Tanah Ulayat suku Baduy sisa-sisa pasukan dari Kerajaan Padjajaran/ di Kanekes secara geografis terletak Bogor. Konon pada sekitar abad ke XI dan pada koordinat 6°27’27” – 6°30’0” LS XII Kerajaan Pajajaran menguasai seluruh dan 108°3’9” – 106°4’55” BT (Permana, tanah Pasundan yakni dari Banten, Bogor, 2001). Mereka bermukim tepat di kaki Priangan sampai ke wilayah Cirebon, pegunungan Kendeng di desa Kanekes, pada waktu itu yang menjadi Raja adalah Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak- Prabu Bramaiya Maisatandraman dengan Rangkasbitung, Banten, berjarak sekitar gelar Prabu Siliwangi. Dengan masuknya 40 km dari kota Rangkasbitung. Wilayah ajaran Agama Islam sekitar abad ke XV yang merupakan bagian dari Pegunungan yang dibawa oleh para saudagar- dan Kendeng dengan ketinggian 300 – 600 m salah seorang dari Wali Songo dalam hal di atas permukaan laut (DPL) tersebut ini Sunan Gunung Jati dari Cirebon, mulai mempunyai topografi berbukit dan dari Pantai Utara sampai ke selatan daerah bergelombang dengan kemiringan tanah Banten, menyebabkan kekuasaan Raja rata-rata mencapai 45%, yang merupakan semakin terjepit dan rapuh dikarenakan tanah vulkanik (di bagian utara), tanah rakyatnya banyak yang memasuki agama endapan (di bagian tengah), dan tanah Islam. Akhirnya punggawa raja beserta para campuran (di bagian selatan). Suhu rata-rata pengikutnya yang masih setia meninggalkan 20 °C.Tiga desa utama orang Kanekes Dalam kerajaan dan masuk hutan belantara kearah adalah Cikeusik, Cikertawana, dan Cibeo. selatan dan mengikuti hulu sungai, mereka Suku Baduy merupakan suatu kelompok masyarakat Sunda, terletak di Kab. Lebak, 10 Nurhadi Rangkuti 1988a ‘Gelegak tradisi tua Banten. Sebutan “Baduy” merupakan tanah Kanekes’, dalam: Nurhadi Rangkuti (ed.), Orang sebutan yang diberikan oleh penduduk luar Baduy Dari Inti Jagat, Jakarta: Bentara Budaya.pp. 9—15. kepada kelompok masyarakat tersebut, 11 Garna, Y. 1993. Masyarakat Baduy di Banten, berawal dari sebutan para peneliti Belanda dalam Masyarakat Terasing di Indonesia, Editor: yang agaknya mempersamakan mereka Koentjaraningrat & Simorangkir, Seri Etnografi Indonesia No.4. Jakarta: Departemen Sosial dan dengan kelompok Arab Badawi yang Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan merupakan masyarakat yang berpindah- Sosial dengan Gramedia Pustaka Utama.

EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan | http://jurnaledukasikemenag.org 78 This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA BERKEARIFAN LoKAL DI TANAH uLAYAT BADuY

meninggalkan tempat asalnya dengan tekad Pucuk Umun bersama para ponggawa dan seperti yang diucapkan pada pantun upacara prajuritnya meninggalkan tahta memasuki Suku Baduy: hutan belantara dan menyelusuri sungai “ Jauh teu puguh nu dijugjug, leumpang Ciujung sampai ke Hulu sungai, maka tempat teu puguhnu diteang, malipir dina gawir, ini mereka sebut Lembur Singkur Mandala nyalindung dina gunung, mending keneh lara Singkah yang maksudnya tempat yang sunyi jeung wiring tibatan kudu ngayonan perang untuk meninggalkan perang dan akhirnya jeung paduduluran nu saturunan atawa tempat ini disebut GOA/ Panembahan Arca jeung baraya nu masih keneh sa wangatua.” Domas yang sangat dikeramatkan oleh Ujaran itu berarti: “jauh tidak menentu komunitas Baduy. Keturunan orang-orang yang tuju (Jugjug), berjalan tanpa ada inilah yang kemudian menetap di Kampung tujuan, berjalan ditepi tebing, berlindung Cikeusik (Baduy Dalam).13 Mereka dikenal dibalik gunung, lebih baik malu dan hina berwatak keras, acuh, sulit untuk diajak dari pada harus berperang dengan sanak bicara (hanya seperlunya), kuat berpegang saudara ataupun keluarga yang masih satu terhadap hukum Adat, tidak mudah turunan.”12 Keturunan ini yang sekarang menerima bantuan orang lain yang sifatnya bertempat tinggal di kampong Cibeo (Baduy pemberian, memakai baju putih (blacu) atau Dalam) dengan ciri-ciri: berbaju putih hasil dari tenunan serat daun Pelah, iket kepala jahitan tangan (baju sangsang), ikat kepala putih memakai sarung tenun biru tua (diatas putih, memakai sarung biru tua (tenunan lutut). sendiri) sampai di atas lutut, dan sipat Versi kedua, menyatakan bahwa mereka penampilannya jarang bicara (seperlunya) adalah penduduk asli daerah Baduy. Van tapir amah, kuat terhadap Hukum adat, Tricht, seorang dokter yang melakukan tidak mudah terpengaruh, berpendirian riset kesehatan tahun 1928, menyangkal kuat tapi bijaksana. pendapat komunitas Baduy berasal dari Senada dengan itu dikisahkan bahwa Kerajaan Sunda-Pajajaran. Menurutnya, mereka berasal dari Banten Girang/ Serang. mereka adalah penduduk asli di daerah Menurut cerita yang menjadi senopati di tersebut. Orang Baduy pun “menolak” jika Banten pada waktu itu adalah putra dari Prabu dikatakan bahwa mereka adalah orang- Siliwangi yang bernama Prabu Seda dengan orang pelarian Kerajaan Sunda-Pajajaran.14 gelar Prabu Pucuk Umun. Setelah Cirebon Versi ketiga, mereka berasal dari Suku dan sekitarnya dikuasai oleh Sunan Gunung Pangawinan (campuran). yang dimaksud Jati ia mengutus putranya yang bernama suku Pengawinan adalah dari percampuran Sultan Hasanudin bersama para prajuritnya suku-suku yang pada waktu itu ada yang untuk mengembangkan agama Islam di berasal dari daerah Sumedang, Priangan, wilayah Banten dan sekitarnya. Situasi di Banten terasa terancam, sehingga Prabu 13Adimiharjo Kusnaka. 2000. Hak Sosial Budaya Masyarakat Adat, Yogyakarta; Lapera Pustaka 12 Nurhadi Rangkuti 1988a ‘Gelegak tradisi tua Utama, h. 20. tanah Kanekes’, in: Nurhadi Rangkuti (ed.), Orang 14Baduy; Asal-usul dan Cara Mereka Hidup, lihat Baduy Dari Inti Jagat, Jakarta: Bentara Budaya.pp. http://www.wacana.co/2015/10/baduy akses 22 9—15. April 2017.

Volume 15, Nomor 1, April 2017 | http://jurnaledukasikemenag.org This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) 79 MuHAMAD MuRTADLo

Bogor, Cirebon juga dari Banten. Menurut Kampung Kopo I dan II, Kampung Sukamulya versi ini mereka terdiri dari orang-orang dan Kampung Sukatani desa Jalupangmulya yang melangggar adat sehingga oleh Prabu kecamatan Leuwidamar. Suku Baduy Siliwangi dan Prabu Pucuk Umun dibuang Panamping yang telah dimukimkan inilah ke suatu daerah tertentu. Golongan inipun yang kebanyakan adalah Muslim. Kelompok ikut terdesak oleh perkembangan agama ini telah memeluk agama Islam, bahkan ada Islam sehingga kabur terpencar kebeberapa yang sudah melaksanakan rukun Islam yang daerah perKampungan tapi ada juga yang ke 5 yaitu memunaikan ibadah Haji. kabur ke hutan belantara, sehingga ada yang Penelitian ini menemukan masyarakat tinggal di Guradog Kecamatan Maja, ada yang menempati Tanah Ulayat Baduy Desa yang terus menetap di kampong Cisungsang Kanekes terdiri dari 3 kelompok, yaitu: 1) Kecamatan Bayah, serta ada yang menetap Suku Baduy Dalam yaitu Suku Baduy yang di Kampung Sobang dan kampung Citujah berdomisili di Tiga Tangtu (Kepuunan) yakni kecamatan Muncang. Penduduk di tempat- Cibeo, Cikeusik dan Cikertawana; 2) Suku tempat tersebut hingga kini masih ada Baduy Panamping yaitu Suku Baduy yang kesamaan ciri khas tersendiri. Adapun bedomisili di luar Tangtu yang menempati sisanya sebagian lagi mereka terpencar 27 Kampung di desa Kanekes yang masih mengikuti/menyusuri sungai Ciberang, terikat oleh hukum adat dibawah pimpinan Ciujung dan sungai Cisimeut yang masing- Puuun (kepala adat); 3) Suku Baduy Muslim masing menuju ke hulu sungai, dan yaitu Suku Baduy yang telah dimukimkan akhirnya golongan inilah yang menetap dan telah mengikuti ajaran agama Islam di 27 perKampungan di Baduy Panamping dan prilakunya telah mulai mengikuti (Baduy Luar) desa Kanekes kecamatan masyarakat luar serta sudah tidak Leuwidamar kabupaten Lebak dengan ciri- sepenuhnya mengikuti hukum adat. cirinya; berpakaian serba hitam, ikat kepala Dari kajian awal juga diketahui bahwa biru tua, boleh bepergian dengan naik Suku Baduy mempunyai karakteristik kendaraan, berladang berpindah-pindah, budaya dan norma-norma sebagai berikut: menjadi buruh tani, mudah diajak berbicara 1) mereka berkeyakinan bahwa realitas ini 15 tapi masih tetap setia pada hukum adat. terbagi menjadi 3, yaitu alam nirwana, alam Di Suku Baduy Panamping pada tahun tengah, dan alam nampak saat ini. Suku 1978, pemerintah melaksanakan proyek Baduy meyakini mereka sedang berada PKMT (pemukiman kembali masyarakat di alam tengah. Karenanya mereka tidak terasing) yang lokasinya di Kampung boleh mengikuti gaya hidup sebagaimana Margaluyu dan Cipangembar desa kemajuan manusia modern saat ini; 2) Leuwidamar kecamatan Leuwidamar. Proyek implikasi dari keyakinan itu, mereka tidak ini terus dikembangkan oleh pemerintah di membolehkan warganya mengadaptasi hal-hal yang berbau modern seperti: 15Abdurrahman Misno Bambang Prawiro. 2016. sekolah, menonton TV, mendengar Radio, Reception Through Selection-Modification: Antropologi memanfaatkan HP bahkan bercocok tanam Hukum Islam di Indonesia. Yogyakarta; Deepublish, 2016, h. 126. secara modern, irigasi; 3) bagi siapa saja yang ingin hidup sebagaimana manusia modern

EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan | http://jurnaledukasikemenag.org 80 This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA BERKEARIFAN LoKAL DI TANAH uLAYAT BADuY

umumnya, maka dia harus meninggalkan yang paling mungkin untuk didekati untuk Suku Baduy dan keluar dari Tanah Ulayat pengembangan akses pendidikan. Maka Baduy di desa Kanekes. ketemulah sebuah titik dari Tanah Ulayat Berangkat dari keyakinan seperti itu, Baduy bernama Desa Cicakal Girang. maka pengembangan akses pendidikan, Mengapa dusun Cicakal Girang dipilih apalagi pendidikan formal yang ditawarkan menjadi lokasi riset aksi? Pemilihan dusun negara pada warganya menjadi tidak punya Cicakal Girang sebagai lokasi riset aksi peluang untuk masuk ke dalam kehidupan didasarkan fakta bahwa: 1) Cicakal Girang Suku Baduy. Akibat dari kenyataan ini banyak adalah dusun di Tanah Ulayat Baduy yang anak Suku Baduy yang tidak bisa membaca. relatif berubah dan berbeda dengan Suku Melihat fakta seperti itu, riset aksi ini terus Baduy secara umum: menerima perubahan, mencari celah yang memungkinkan adanya menerima pendidikan modern, penduduknya proses transformasi ilmu yang masuk ke mengaku muslim; 2) Perubahan sosial yang sebagian masyarakat yang tinggal di tanah terjadi di Cicakal Girang relatif kurang ulayah Baduy. terarah; 3) Di Tanah Ulayat Baduy, program Pilihan kemudian dijatuhkan ke dari luar yang mungkin masuk hanya di masyarakat Cicakal Girang. Wilayah ini masih dusun Cicakal Girang. termasuk Tanah Ulayat Baduy dan akses Lokasi Cicakal Girang ternyata sangat pendidikan mereka sangat terbatas. Lembaga jauh dari akses kendaraan roda empat. pendidikan yang ada di sana hanyalah Peneliti dan tim sempat dua kali mencoba lembaga sekolah 6 tahun. Kebetulan di sana mendekati sasaran. Baru kali yang kedua, ada Madrasah Masyarikul Huda. Masyarakat tim peneliti berhasil mencapai desa sasaran. di sini juga yang menghendaki peningkatan Itu karena dibantu naik ojek sejauh kurang akses pendidikan jenjang Sekolah Lanjutan lebih 5 Km. Sebagaimana telah disebutkan Tingkat Pertama (SLTP). bahwa ternyata di dalam komunitas Baduy yang tinggal di Tanah Ulayat Baduy terdapat Memetakan Kebutuhan dan sebuah lokasi yang dihuni Baduy Muslim Pengembangan Akses Pendidikan yang tinggal di dusun Cicakal Girang. Langkah kedua riset aksi ini adalah Berdasarkan survei awal ini, di wilayah merencanakan dan merumuskan model Baduy di Cicakal Girang ini adalah daerah pendekatan pengembangan akses paling mungkin untuk dikembangkan akses pendidikan pada Suku Baduy, Lebak, pendidikan. Selanjutnya, pilihan usaha Banten. Permasalahan pertama dihadapi pengembangan pendidikan lokal berbasis adalah keyakinan Suku Baduy. Suku budaya lokal ini kami putuskan di dusun Baduy mempunyai pandangan hidup yang Cicakal Girang. menolak apa saja yang berbau modernisasi. Masyarakat dusun Cicakal Girang, Mereka menolak lembaga pendidikan yang berbeda dengan dusun lain di wilayah Tanah dianggapnya merupakan agen modernisasi. Ulayat Baduy, umumnya adalah penganut Untuk itu, kegiatan ini menempuh sebuah Islam yang taat dan mau menerima pilihan bagian mana dari Suku Baduy ini perubahan. Hanya saja karena lokasi dusun

Volume 15, Nomor 1, April 2017 | http://jurnaledukasikemenag.org This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) 81 MuHAMAD MuRTADLo

Cicakal Girang ini jauh di pelosok, sehingga sayangnya sekolah lanjutan yang ada, warga masyarakat di dusun ini juga dalam lokasinya jauh. Para orang tua mempunyai kondisi serba terbatas. Pendidikan yang ada kesulitan pembiyaan bila harus bersekolah di daerah itu baru sebatas pendidikan dasar di tempat yang jauh. 6 tahun, yaitu dengan keberadaan Madrasah Setelah mengerucut pada kebutuhan Ibdtidaiyah Masyarikul Huda. Adapun pengembangan akses pendidikan berupa untuk melanjutkan pendidikan bagi lulusan pendidikan formal jenjang menengah madrasah tersebut, warga harus menempuh pertama (MTs/SMP), maka segera kami perjalanan sejauh 15 Km. Akibatnya banyak mendiskusikan berbagai kebutuhan dasar anak lulusan MI itu yang memilih tidak penyelenggaraan pendidikan formal melanjutkan pendidikan. Selama ini karena seperti kesulitan pengadaan guru, sistem tidak adanya sekolah lanjutan seperti MTS/ kurikulum, keterbatasan sarana dan sederajat, sebagian besar siswa yang lulus prasarana. Para tokoh lokal menyatakan MI tidak melanjutkan sekolah. Belum lagi, sanggup untuk mencari dan mengadakan alat transportasi menuju lokasi pendidikan kebutuhan yang diperlukan. Maka pada sangat minim ditambah dengan akses jalan forum itu pembicaraan difokuskan pada yang buruk dan berbukit-bukit. perintisan madrasah Tsanawiyah Cicakal Semula, kami datang tidak untuk Girang. menawarkan pengembangan pendidikan formal, namun lebih ingin memberikan Evaluasi Pengembangan Akses pendampingan pendidikan yang dapat pendidikan meningkatkan ketrampilan (Lifeskills) Memperhatikan kondisi sosial Cicakal masyarakat setempat. Kegiatan itu bisa Girang di mana sudah berdiri MI Masyarikul berupa pendidikan ketrampilan non Huda serta memperhatikan masukan formal. Kami menawarkan program seperti: dan saran masyarakat setempat yang pendidikan calistung (Membaca, Menulis menginginkan pelayanan pendidikan dan Berhitung), pendidikan lifeskills sebagai lanjutan setingkat SMP, maka tim penguatan tambahan bagi anak-anak usia peneliti Puslitbang Pendidikan Agama sekolah, pendidikan diniyah dan pendidikan dan Keagamaan, Balitbang dan Diklat formal. Setelah berdiskusi dengan pemuka Kementerian Agama pada tahun 2011 masyarakat setempat yang terdiri dari mendesain model penyelenggaraan pengurus RW, pengelola pendidikan dari Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Kampung lembaga yang ada, ketua pemuda dan Cicakal Girang, Desa Kanekes, Kecamatan tokoh agama setempat, ternyata mereka Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Propinsi lebih mengusulkan pembukaan pendidikan Banten. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka formal tingkat SLTP. Siswa MI Masyarikhul memenuhi amanat Undang-Undang Dasar Huda sebagian besar sesungguhnya sangat 1945 atas hak dasar semua warga negara berminat melanjutkan sekolah ke tingkat Indonesia terhadap pelayanan pendidikan. MTS/sederajat. Begitu pula dengan orang Selanjutnya setelah dua tahun riset tua murid, mereka rata-rata mengharapkan aksi pengembangan akses pendidikan anak-anaknya melanjutkan sekolah,

EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan | http://jurnaledukasikemenag.org 82 This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA BERKEARIFAN LoKAL DI TANAH uLAYAT BADuY

madrasah dilakukan di Cicakal Girang, maka Kurikulum Menggunakan Penguatan kurikulum reguler penyusunan dilakukanlah perenacanaa terhadap hal-hal sebagaimana kurikulum berikut: Bentuk, Pengelolaan, Kesiswaan, madrasah pada Mengembangkan umumnya KTSP (Kekhasan lokal) Pendidik, Pembelajaran, Kurikulum, dan Sarana Menggunakan balai Pembebasan tanah Sarana Prasarana. Beberapa pelaksanaan Prasarana singgah sebagai (Rintisan RKB) sekretariat Mencari Block Grand sekaligus catatan evaluasi pengembangan Menggunakan Gedung untuk pembngunan akses pendidikan di Cicakal Girang dapat MI sbg tempat belajar tempat belajar (masuk Siang) dijelaskan sebagai berikut: Bentuk. Rintisan pengembangan akses Pengelolaan. Untuk pengelolaan ini pendidikan akhirnya ditentukan dengan dipilihlah ketua tim lokal, yang nantinya mencoba merintis pendidikan formal jenjang sekaligus menjadi kepala Madrasah SLTP. Maka dipilihlah bentuk pendidikan Persiapan. Maka atas kesepakatan berbagai itu dalam aksi perintisan Madrasah pihak dipilihlah ibu Dewi sebagai ketua Tsanawiyah. Riset aksi ini dilakukan selama pengelola/kepala madrasah. dua tahun. Tahun pertama fokus pada usaha pembukaan lembaga pendidikan Kesiswaan. Untuk tahap pertama dimulai sebagaimana lembaga pendidikan pada dari semua lulusan MI yang ada, baik yang umumnya. Tahun kedua, dipakai untuk lulus tahun itu maupun tahun-tahun membangun kekhasan lembaga pendidikan sebelumnya ditawari untuk menjadi siswa tersebut yang dibangun berbasis budaya pertama. Karena kegiatan tahap pertama ini lokal. ada insentif dari tim peneliti bagi siswa baru berupa buku-buku dan tas sekolah, maka Tabel 1. Rencana Riset Aksi peminat tahap pertama ini cukup banyak. Pengembangan Pendidikan Agama Berbasis Budaya Lokal Bahkan calon siswa dari luar dusun pun ASPEK Rencana Realisasi berminat. Tercatat yang mendaftar 40 anak. Bentuk Pendirian Lembaga Dibuka Madrasah Pendidikan Formal Tsanawiyah (MTs) Pendidik. Untuk pendidik atau guru atau non formal lembaga pendidikan MTs ini maka Pengelolaan Terbentuk tim Proses belajar- direkrutlah tim pengelola yang terdiri dari pengelola/guru dan mengajar dimulai tenaga kependidikan Pengusulan izin guru-guru dari dusun Cicakal Girang dan Menyelenggarakan operasional proses belajar – direkrut dari guru di luar dusun. Maka mengajar di MTs terkumpullah 12 guru, empat dari dusun Kesiswaan Menarik siswa usia Penguatan kerjasama Cicakal Girang, dan 8 dari dusun luar. Dari MTs di dusun Cicakal dengan pesantren Girang yang ada di lokasi tim pengelola itu dipilih satu sebagai Kepala Menerima dari daerah sebagai asrama siswa sekitar madrasah, yaitu Ibu Dewi. Setelah tim Pendidik Rekruitmen guru dari Peningkatan pengelola terbentuk, segera diusahakan dusun setempat kompetensi pendidik izin operasional dari Kemenag kab Lebak Rekruitmen guru melalui pelibatan pendukung dari luar kegiatan pada forum- diproses. Namun karena ada ketentuan dusun forum pendidikan bahwa izin operasional bisa diberikan setelah Pembelajaran Masuk Siang hari Masuk siang suatu lembaga menyelenggarakan proses belajar-mengajar sekurang-kurangnya

Volume 15, Nomor 1, April 2017 | http://jurnaledukasikemenag.org This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) 83 MuHAMAD MuRTADLo

selama 2 tahun, maka didahulukan aktifitas yang awalnya menentang bentuk-bentuk pembelajaran terlebih dahulu. pendidikan formal akan membantu proses Pembelajaran. Karena belum adanya jalannya dan sosialisasi pendidikan; 2) ruang belajar secara khusus, maka untuk akomodasi nuansa lokal juga diperlukan sementara penyelenggaraan madrasah mengingat lokasi sasaran berada di tanah persiapan dilakukan pada siang hari dengan dengan karakteristik dan ketinggian tertentu menggunakan gedung Madrasah Ibtidaiyah sehingga dibutuhkan model arsitektur yang yang atas. Pelaksanaan dilakukan pada siang selaras dengan alam, dan sebisa mungkin hari. bangunan sekolah berbentuk bangunan Kurikulum. Untuk sementara Madrasah yang tahan gempa. ini menggunakan kurikulum yang telah Dalam rangka perumusan kekhasan digunakan oleh madrasah reguler pada karakteristik MTs Cicakal Girang ini, kami umumnya. Penguatan secara khusus merumuskan beberapa kekhasan itu pada: nantinya dilakukan dalam penyusunan a) Nama lembaga; b) sistem pembelajaran; kurikulum Tingkat satuan pendidikan (KTSP) c) penampilan fisik; d) muatan lokal dalam dan perumusan muatan lokal. Khusus dalam kurikulum. perumusan muatan lokal ini akan diarahkan Nama Lembaga, Kekhasan yang berhasil pada penguatan ciri khas budaya lokal. diputuskan bersama masyarakat lokal Sarana. Untuk tahap awal dalam madrasah ini adalah masalah nama penyelenggaraan digunakan fasilitas yang madrasah. Semula ada beberapa pilihan ada dan fasilitas yang dimiliki oleh Madrasah nama untuk MTs ini seperti nama yang Ibtidaiyah Masyarikul huda. Fasilitas sosial disamakan dengan madrasah ibtidaiyah yang dimiliki warga Cicakal Girang adalah yang telah ada yaitu MTs Masyarikul Huda; rumah singgah, yaitu sebuah rumah yang nama dikaitkan dengan nama dusun yaitu dibangun untuk transit dan tempat yang MTs Cicakal Girang; atau nama madrasah bisa digunakan untuk menginap bagi yang bernuansa istilah atau tradisi Baduy. siapapun pengunjung desa ini. Untuk Dari beberapa alternatif nama yang ada pengembangan pendidikan ini, rumah akhirnya dipilih opsi terakhir yaitu nama tersebut dimanfaatkan sementara untuk yang menggunakan istilah yang akrab kantor; sedangkan proses belajar-mengajar dalam nilai-nilai Baduy. Maka berdasarkan menggunakan fasilitas yang terdapat pada pertimbangan ini dipilihlah nama “MTs banguan Madrasah Ibtidaiyah yang ada. Alam Wiwitan.” Alam wiwitan adalah sebutan masyarakat Baduy yang meyakini Perluasan Program: Pengembangan bahwa suku Baduy merupakan penghuni Pendidikan Bernuansa Budaya Lokal alam kedua setelah alam nirwana. Mereka Sesuai dengan tujuan riset aksi ini, membagi alam ke dalam tiga kosmologi, tujuan kedua adalah mengembangkan yaitu alam pertama (nirwana), alam kedua pendidikan bernuansa budaya lokal. yang diyakini suku Baduy sebagai alam Gagasan ini dianggap penting mengingat: 1) mereka, dan alam ketiga, yaitu dunia akomodasi budaya lokal terhadap komunitas faktual yang dihuni orang kebanyakan ini.

EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan | http://jurnaledukasikemenag.org 84 This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA BERKEARIFAN LoKAL DI TANAH uLAYAT BADuY

Dengan menggunakan nama MTs Alam hingga tulisan ini dibuat, rencana seragam Wiwitan berarti lembaga pendidikan ini itu masih dalam pembahasan antara pihak telah mengakomodasi keyakinan khas suku pengelola madrasah dengan Jaro . Baduy. Penggunaan nama Alam Wiwitan bagi Menurut Jaro Daina penggunaan seragam madrasah dikandung maksud penjelasan khas Baduy apa tidak terlalu mencolok. bahwa madrasah adalah sumber utama bagi Jaro Daina bukan melarang, hanya memberi peserta didik mengenal dunia. pertimbangan bahwa penggunaan seragam Sistem Belajar, Sekolah Alam, khas batik Baduy terlalu ekpose. Karena Terinspirasi dengan kultur Suku Baduy pertimbangan itu, pimpinan madrasah yang sangat dekat dengan alam dalam masih menunda penggunaan seragam siswa menjaga keseimbangan alam sebagaimana dengan baju khas Baduy. adanya dan menghindari intervensi Penampilan fisik yang lain yang manusia yang bersifat merusak alam, maka diharapkan adalah bentuk bangunan digagaslah sistem belajar yang lebih banyak tempat pendidikan. Sesuai dengan tekstur mengandalkan alam sekitar. Dari sini muncul lokasi Cicakal Girang yang berada di atas konsep sekolah alam yang layak diterapkan pegunungan, maka diharapkan bangunan dalam pengembangan akses pendidikan yang dipilih adalah bangunan yang tahan ini. Hal itu dimulai dengan belajar di alam gempa, syukur bagai mengikuti gaya terbuka, sebagaimana sekarang dikenal arsitektur rumah panggung sebagaimana konsep sekolah alam. Terhadap ide ini, MTs yang telah dipilih masyarakat Baduy. Alam Wiwitan mencoba mengembangkan Kurikulum Muatan lokal, Madrasah ini konsep sekolah alam di Cicakal Girang. melayani tentu saja warga Baduy Muslim Dalam praktiknya, sistem pembelajaran Cicakal Girang, lembaga ini juga melayani yang dijalankan oleh MTs Alam Wiwitan kebutuhan pendidikan untuk anak-anak dari ini menggunakan dua model, yaitu sistem dusun Manpelem di kecamatan yang sama belajar di kelas; dan sistem belajar di alam. Hal yaitu Leuwidamar. Tidak saja kecamatan ini dilakukan dalam rangka mengantisipasi Leuwidamar, tetapi juga melayani dari kemungkinan cuaca seperti musim hujan kecamatan lain yaitu dusun Nanggeran, yang tidak memungkinkan belajar di alam Cibeunyur, Kalirejo, Kebon Sawo yang terbuka. Maka untuk keberlangsungan masuk wilayah kecamatan Bojong Manik. belajar secara reguler, maka pembelajaran Adapun alasan mereka menempuh dilakukan dengan menggunakan dua pendidikan di Cicakal Girang: 1) karena pendekatan tersebut. pertimbangan lokasi yang dekat dan dapat Penampilan Fisik. Penampilan fisik dijangkau dari rumah tinggal mereka; 2) yang akan digagas di MTs Alam Wiwitan alasan lain ada yang sekaligus memasukkan diupayakan selaras dengan budaya atau anak mereka ke pesantren yang ada di tradisi yang dimiliki Suku Baduy. Penampilan Cicakal Girang, yaitu pesantren Darul Huda. fisik yang diselaraskan meliputi dua hal, yaitu: 1) seragam sekolah; dan 2) bangunan madrasah. Sejak program ini diluncurkan

Volume 15, Nomor 1, April 2017 | http://jurnaledukasikemenag.org This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) 85 MuHAMAD MuRTADLo

Tabel 2. Pengembangan Kekhasan Lokal Mereka masih beranggapan bahwa tugas Di MTs Alam Wiwitan, Cicakal Girang utama anak adalah membantu orang tua. Kedua, keterbatasan fasilitas Kekhasan Indikator realisasi Nama Penggunaan istilah Madrasah ini kemudian pembelajaran. Mengingat daerahnya yang Lembaga yang selaras dengan diberi nama Madrasah serba terbatas seperti tidak ada listrik konteks sosial yang ada Alam Wiwitan, selaras dengan istilah Sunda yang memadai, maka pembelajaran sering Wiwitan). terganggu. Di saat hujan turun, banyak Model Pengembangan model Terlaksana (belum di pembelajaran belajar di alam terbuka dukung oleh saung- siswa yang tidak masuk kelas dan seringkali (sekolah alam) saung) kegiatan pembelajaran terpaksa dilakukan Penampilan Seragam anak Proses diskusi dengan fisik menggunakan baju Pemimpin Suku Baduy tanpa alat penerangan karena seringnya seragam dengan batik (jaro Daina) khas Baduy lampu mati. Para guru yang berdomisili di Seragam guru Pimpinan Madrasah luar Cicakal Girang harus bersusah payah menggunakan baju membiasakan datang ke lokasi dengan transportasi yang seragam dengan batik menggunakan busana khas Baduy khas tenunan Baduy terkendala karena licin. Akibatnya guru Bangunan gedung Belum terealisir sering terlambat. (tahan gempa dan rumah pangggung) atau Ketiga, kompetensi Guru. Keterbatasan saung-saung Kurikulum Pengembangan seni Terlaksana guru di daerah marginal seperti itu (muatan lokal) budaya khas Baduy: menyebabkan kegiatan pembelajaran ini seni . Pengembangan lifeskills Terlaksana dengan diasuh oleh guru-guru seadanya. Keahlian dengan membuat membuat gantungan guru masih terbatas mengingat kualifikasi kerajinan khas Baduy kunci dari tempurung Pengembangan sumber Belum terlaksana dan kompetensi guru hanya mengandalkan ajar berupa buku-buku tenaga guru yang ada. Rendahnya kopetensi cerita tentang nilai-nilai khas Baduy guru diperparah oleh beberapa hal seperti: belum efektifnya kegiatan supervisi untuk Hambatan dan Capaian Pengembangan bimbingan peningkatan kapasitas guru; Akses Pendidikan Guru-guru yang mengajar masih banyak yang berpendidikan tigkat SLTA; sementara Setelah riset aksi penyenggaraan itu ditemukan guru yang berpendidikan pendidikan formal di Cicakal Girang ini S-1 pun masih belum sesuai dengan mata berjalan satu tahun dan pembelajaran pelajaran yang diampu. Mereka juga berlangsung satu semester, maka mulai kebanyakan belum dilatih profesi keguruan ditemukan beberapa permasalahan dalam dan peningkatan kapasitas guru; Masih pengembangan akses pendidikan tersebut. banyak guru yang belum mempersiapkan Beberapa permasalahan itu antara lain: RPP untuk kegiatan pembelajaran. Guru Pertama, keaktifan siswa. Dari sisi masih mengajar seadanya dengan metode keaktifan siswa masih ditemukan banyak ceramah. siswa yang tidak masuk kelas karena mereka Keempat, Tempat Kegiatan Belajar masih diperintah orang tuanya untuk Mengajar (KBM). Sampai saat ini, MTs Alam membantu di ladang dan sawah. Sebagian Wiwitan belum memiliki gedung sendiri orang tua masih belum memahami penting yang memungkinkan kegiatan pembelajaran pendidikan reguler bagi anak mereka.

EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan | http://jurnaledukasikemenag.org 86 This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA BERKEARIFAN LoKAL DI TANAH uLAYAT BADuY

semakin kondusif. Kegiatan pembelajaran pembelajaran berbasis kelas. Karena cuaca masih menumpang di MI Masyarikul Huda. tertentu masih sering memaksa mereka Hal ini mengganggu jalannya pembelajaran untuk belajar di kelas. dan siswa pun belajar di siang hari. Penampilan fisik. Pakaian dengan batik Terhadap masalah-masalah yang khas Baduy belum sepenuhnya terlaksana muncul, tim riset aksi mengantisipasi karena ada anggapan penggunaan seragam dengan meyakinkan kepada pengelola lokal khas batik suku Baduy dipakai dalam bahwa itulah tantangan penyelenggaraan penyelenggaraan pendidikan formal. pendidikan di daerah khusus seperti Padahal selama ini, suku ini mempunyai Cicakal Girang. Tidak ada jalan lain paham menolak pendidikan formal. kecuali meyakinkan bahwa pendidikan Kurikulum Muatan Lokal. Kurikulum ini dilaksanakan untuk kemajuan wilayah muatan lokal ini direncanakan melalui itu dengan masalah yang memang harus kurikulum pengembangan seni budaya khas dihadapi, kecuali program itu dibatalkan. Baduy yaitu alat musik angklung. Di samping Terhadap beberapa hal yang bisa itu direncanakan pengembangan lifeskills ditingkatkan melalui pembinaan seperti dengan membuat kerajinan khas Baduy dan kemampuan guru menyusun Rencana Pengembangan sumber ajar berupa buku- Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), silabus, buku cerita tentang nilai-nilai positif khas dan lain-lain maka tim riset mengupayakan Baduy. Kegiatan ini belum terbilang sukses, pendampingan yang lebih intensif dengan walau sudah mulai dilakukan. meminta kepada Mapenda kemenag Kab. Lebak untuk melakukannya, termasuk PENUTUP kemungkinan memberikan dana tambahan untuk insentip guru. Dari hasil riset aksi pengembangan Sementara itu, terkait dengan layanan pendidikan agama pada masyarakat pengembangan pendidikan berbudaya Tanah Ulayat Suku Baduy (Cicakal Girang), lokal terkait dengan 4 (empat) hal yaitu dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: nama lembaga, pembelajaran sistem alam, pertama, pengembangan akses layanan penampilan fisik, kurikulum muatan lokal pendidikan pada suku-suku tertentu perlu dapat disampaikan bahwa permasalahan pendekatan khusus. Pada kasus suku Baduy di muncul pada selain nama lembaga. Lebak Banten, usaha pelayanan pendidikan mendapatkan resistensi (penolakan) Nama Lembaga. Pada lembaga keinginan tertentu terkait dengan keyakinan dan untuk menggunakan nama Alam Wiwitan pilihan budaya mereka yang menolak budaya nampaknya tidak ada masalah yang berarti. modernisasi; kedua, untuk tindak lanjut Nama itu sudah dipakai dalam surat- mewujudkan tujuan berbangsa, yaitu untuk menyurat lembaga pendidikan hasil riset mencerdaskan kehidupan bangsa maka riset aksi ini. aksi ini dikembangkan dalam konsep layanan Sistem pembelajaran, nampaknya sistem pendidikan agama berkearifan lokal; ketiga, ini hanya dijadikan opsi di luar pendidikan dalam rangka meningkatkan penerimaan reguler di kelas. Warna dominan masih tetap suku lokal terhadap layanan pendidikan

Volume 15, Nomor 1, April 2017 | http://jurnaledukasikemenag.org This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) 87 MuHAMAD MuRTADLo

agama, maka perlu dalam pelaksanaannya DAFTAR PUSTAKA dilakukan akomodasi budaya lokal dengan budaya sekolah. Afandi, Agus dkk. (2013): Modul Participatory Riset aksi ini, merekomendasikan Action Research (PAR) Surabaya, Lembaga bahwa: Pertama, dalam mengembangan Pengabdian Masyarakat (LPM), akses pendidikan di kelompok marginal atau Alcock, P. (1993): Understanding poverty. suku-suku tertentu perlu pendampingan London, Mac Millan Press Ltd. khusus oleh Kementerian Agama dalam Asnawati. (2014): Pelayanan Administrasi mewujudkan layanan pendidikan agama Kependudukan bagi Komunitas Adat berkearifan lokal. Kedua, dalam melakukan Baduy. Jurnal Harmoni, Vol. 13, No. 1 pendampingan, usaha tersebut perlu Garna, Y. (1993): Masyarakat Baduy di diperjelas dengan dihadirkanya pedoman Banten, dalam Masyarakat Terasing di dan desain layanan pendidikan agama Indonesia, Editor: Koentjaraningrat & berkearifan lokal (suku budaya tertentu). Simorangkir, Seri Etnografi Indonesia Ketiga, perlu dilakukan kajian lanjutan No.4. Jakarta: Departemen Sosial dan untuk pengembangan layanan pendidikan Dewan Nasional Indonesia untuk agama di daerah khusus dan marginal Kesejahteraan Sosial dengan Gramedia Pustaka Utama,. dalam rangka meningkatkan usaha negara mencerdasakan anak bangsa. [] Ita Suryani, (2014): Menggali Keindahan Alam Dan Kearifan Lokal Suku Baduy, Jurnal Musâwa, Vol. 13, No. 2, Desemer UCAPAN TERIMA KASIH Kesuma, Sobby, Arsyad. (2009): Fenomena Atas telah selesainya riset aksi dan Konversi Agama pada Komunitas Suku penulisan artikel ini, penulis merasa Baduy Banten (makalah), perlu mengucapkan terima kasih kepada Krisna, Fransisca Nur’aini. (2014): Studi Kepala puslitbang Pendidikan Agama dan Kasus Layanan Pendidikan Nonformal Keagamaan yang telah menugaskan kami Suku Baduy. Jurnal Pendidikan dan melakukan riset aksi di tanah ulayat Baduy. Kebudayaan, Vol. 20, No. 1. Terima kasih juga kami ucapkan atas Kusnaka, Adimiharjo. (2000): Hak Sosial Budaya kerjasama semua pihak yang terlibat dalam Masyarakat Adat, (Yogyakarta; Lapera pelaksanaan riset aksi pengembangan Pustaka Utama, pendidikan agama berkearifan local ini. Permana.Eka.Cecep. (2010): Kearifan Lokal Mereka itu adalah kepala RT Cicakal Masyarakat Baduy Dalam Mitigasi Bencana. Girang, Pengelola MI Cicakal Girang; Wedatama Widya Sastra, Jakarta . Kemenag Kabupaten Lebak, Banten; Dosen Prawiro,Abdurrahman Misno Bambang Pembimbing dari UIN Syarif Hidayatullah (2016): Reception Through Selection- Jakarta. [] Modification: Antropologi Hukum Islam di Indonesia, Yogyakarta, Deepublish,

EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan | http://jurnaledukasikemenag.org 88 This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA BERKEARIFAN LoKAL DI TANAH uLAYAT BADuY

Rangkuti, Nurhadi. (1988): ‘Gelegak tradisi tua William, S. (1986): Exclusion: The Hidden Face tanah Kanekes’, in: Nurhadi Rangkuti Of Poverty. Dalam Golding P (pnyt). (ed.), Orang Baduy dari inti jagat, Excluding the poor, him. 20-25. London, Jakarta, Bentara Budaya. CPAG. Sulaksana,U., (2004): Managemen Perubahan, Baduy; Asal-usul dan Cara Mereka Hidup, Cetakan I, Pustaka Pelajar Offset, lihat http://www.wacana.co/ 2015/10/ Yogyakarta. baduy akses 22 April 2017. Umar, Nasaruddin. (2015): “Agama & Kepercayaan Lokal: Agama Slam Sunda Wiwitan” lihat http://mozaik.inilah. com/read/detail/2199382/

Volume 15, Nomor 1, April 2017 | http://jurnaledukasikemenag.org This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) 89