Pengembangan Pendidikan Agama Berkearifan Lokal Di Tanah Ulayat Baduy Development of Religious Studies with Local Wisdom in Badu
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Website: http://jurnaledukasikemenag.org EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan, 15(1), 2017, 73-89 PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA BERKEARIFAN LOKAL DI TANAH ULAYAT BADUY DEVELOPMENT OF RELIGIOUS STUDIES WITH LOCAL WISDOM IN BADUY CUSTOMARY LAND Muhamad Murtadlo Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI Email: [email protected] Naskah diterima 30 Januari 2017, direvisi 15 Februari 2017, disetujui 30 Maret 2017 Abstract Abstrak Every citizen is entitled to a decent and Setiap warga negara berhak memperoleh friendly education. The research questions are pendidikan yang layak dan ramah. Pertanyaan formulated to find a model of religious educationpenelitian dirumuskan untuk menemukan model pendidikan agama yang berkearifan lokal. with local wisdom. The study was conducted on the Kasus penelitian dilakukan pada masyarakat residents of Baduy Customary Land in Kampung penduduk di Tanah Ulayat Baduy di Kampung Cicakal Girang, Kakes, Lebak Banten. The study Cicakal Girang, Kakes, Lebak Banten. Pendekatan was done by Participatory Research Action (PAR) kajian yang dilakukan dengan pendekatan approach. This study results in the conclusion that parcipatory Research Action (PAR). Penelitian ini the development of education service access in menghasilkan kesimpulan bahwa pengembangan Baduy People and certain tribes in Indonesia needs akses layanan pendidikan pada Suku Baduy a special approach and in its implementation needs dan suku-suku tertentu di Indonesia diperlukan to accommodate local cultures in the development pendekatan khusus; serta dalam pelaksanaannya of school culture. perlu mengakomodasi budaya lokal dalam pengembangan budaya sekolah. Keywords: Baduy tribe, education service, local Kata-kata kunci: Suku Baduy, layanan pendidikan, wisdom. kearifan lokal. EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan AgamaVolume dan Keagamaan, 15, Nomor 1, p-ISSN:1693-6418, April 2017 | http://jurnaledukasikemenag.org e-ISSN: 2580-247X This is anThis open is accessan open article access under article CC-BY-SA under CC-BY-SA license license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) 73 MUHAMAD MURTADLO PENDAHULUAN beberapa aspek yang akhirnya memberi kesan negatif kepada akuisisi hasil kemajuan Pendidikan merupakan kebutuhan negara. 1 dasar (basic need) bagi setiap warga negara. UUD 1945 dalam bab XIII pasal 31 ayat Salah satu kelompok sosial yang 1 mengamanatkan bahwa setiap warga dipandang marginal saat ini adalah kelompok negara berhak memperoleh pendidikan atau etnis yang memang jauh dari menikmati pengajaran yang layak. Dalam UU Sisdiknas hasil atau dampak dari pembangunan yang No. 20 tahun 2003 pada bab IV pasal 5 ayat dijalankan oleh negara. Salah satu kelompok 1 disebutkan bahwa setiap warga negara etnis dimaksud adalah keberadaaan Suku berhak memperoleh pendidikan yang Baduy di Lebak Banten. Masyarakat Baduy bermutu. Uraian ini jelas memperlihatkan merupakan salah satu suku di Indonesia yang bahwa setiap warga negara dimanapun sampai sekarang masih mempertahankan mereka tinggal berhak memperoleh layanan nilai-nilai budaya dasar yang dimiliki dan pendidikan yang layak dan memadai, diyakininya, di tengah-tengah kemajuan terlepas mereka merupakan masyarakat peradaban di sekitarnya. Orang Baduy adalah perkotaan yang modern maupun masyarakat kelompok masyarakat adat Sunda di Desa dalam kategori marjinal yaitu masyarakat Kanekes, wilayah Kabupaten Lebak, Banten. tertinggal, di pinggiran bahkan masyarakat Sebutan “Baduy” merupakan sebutan yang di daerah terpencil. diberikan oleh orang luar kepada kelompok masyarakat tersebut. Berawal dari sebutan Amanat undang-undang tersebut dalam para peneliti Belanda yang agaknya kenyataan di lapangan belum terealisasi mempersamakan mereka dengan kelompok secara sempurna. Sampai saat ini masih Arab Badawi yang merupakan masyarakat banyak kelompok masyarakat yang belum yang berpindah-pindah (nomaden). memperoleh pelayanan pendidikan dengan Kemungkinan lain adalah karena adanya baik, seperti mereka yang tinggal di daerah Sungai Baduy dan Gunung Baduy yang ada di terpencil atau marginal. Kelompok marginal bagian utara dari wilayah tersebut. Mereka bisa diidentifikasi tidak saja berdasarkan sendiri lebih suka menyebut diri sebagai agama, tetapi juga berdasarkan etnik, gender, urang Kanekes atau “orang Kanekes” sesuai akses dan semacamnya. Marginalisasi dengan nama wilayah mereka, atau sebutan adalah fenomena ketidakseimbangan dalam yang mengacu kepada nama Kampung pemerolehan peluang dalam aspek ekonomi, mereka seperti Urang Cibeo.2 sosial dan pendidikan oleh sekumpulan masyarakat (Alcock 1993). Marginalisasi Dari latar belakang di atas, riset aksi bersumber daripada berbagai faktor yang yang dibiayai oleh Puslitbang Pendidikan saling berkait dan kompleks. Akibat dari agama dan keagamaan Kementerian Agama marginalisasi inilah, masyarakat tersebut menjadi miskin dan berada dalam keadaan 1 Alfitri, Buku Pembangunan Marginal eprints. serba naif. Masyarakat yang marginal ini unsri.ac.id/5265/1/ buku_pembangunan_ marginal. pdf .dikutip 10 September 2017 mendapat peluang yang terbatas akibat 2Ita Suryani. 2014. Menggali Keindahan Alam Dan daripada ketidakupayaan mereka dalam Kearifan Lokal Suku Baduy, Jurnal Musâwa, Vol. 13, No. 2, Desemer, h. 180-181. EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan | http://jurnaledukasikemenag.org 74 This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA BERKEARIFAN LOKAL DI TANAH ULAYAT BADUY RI tahun anggaran 2011-2012 mengambil wilayah pegunungan. Di sisi lain, di kalangan fokus pada Suku Baduy di Desa Cicakal suku Baduy masih ada penolakan terhadap Girang, Leuwidamar Lebak, Banten. Desa ini sistem pendidikan modern. Oleh karena berada di wilayah Baduy tepatnya di Tanah itu pengembangan model pendidikan yang Ulayat Baduy yang jauh dari kemodernan menyesuaikan konteks pada budaya suku dan kekuasaan. Kebijakan pengembangan ini perlu dilakukan, sebagai upaya untuk pendidikan semacam ini dilakukan sebagai mempermudah akses bagi masyarakat suku upaya untuk menjembatani adanya Baduy untuk memperoleh pendidikan yang deskriminasi dan ketidakseimbangan lebih baik. pemerataan kesempatan (memperoleh Pilihan pada Suku Baduy Desa Kanekes, layanan pendidikan). Leuwidamar, Lebak Banten ini didasarkan Pertanyaan penelitian dirumuskan pada beberapa pertimbangan sebagai bagaimana mengembangkan lembaga berikut: 1) perlunya akses pendidikan pendidikan Islam di daerah marginal diberikan kepada semua anak bangsa di dan mengembangkan pendidikan daerah-daerah terpencil seperti suku-suku bernuansa budaya lokal? Untuk menjawab terisolir dan daerah-daerah perbatasan permasalahan tersebut, penelitian ini negara; 2) Suku Baduy adalah salah satu suku menggunakan tehnik Participatory Action yang terisolir dan belum mendapatkan akses Research (PAR) atau riset aksi. Riset aksi pendidikan yang memadai karena lokasi dalam pandangan tradisional adalah suatu yang sulit dijangkau kendaraan; 3) Suku kerangka penelitian pemecahan masalah, Baduy mempunyai karakteristik budaya dimana terjadi kolaborasi antara peneliti tertentu yang membutuhkan pendekatan dengan client dalam mencapai tujuan (Kurt khusus untuk melakukan pendidikan kepada Lewin,1973 disitasi Sulaksana,2004). Sasaran warganya. yang dipilih dalam pengembangan lembaga Studi ini dilakukan selama dua tahun pendidikan Islam di daerah marginal dan yaitu 2011-2012. Penelitian ini dilakukan bernuansa budaya lokal, dipilih Suku Baduy dengan metode Participatory Action Research di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, (PAR), yaitu penelitian yang dilakukan kabupaten Lebak, Banten. di lapangan sekaligus melakukan usaha Riset aksi ini dianggap penting, pemberdayaan. Beberapa tahapan dilakukan mengingat anak-anak yang ada pada dalam penelitian ini antara lain studi masyarakat suku Baduy belum memiliki awal, pemberian stimulasi, pelaksanaan, akses yang mudah dijangkau untuk dapat monitoring, dan evaluasi. melanjutkan pendidikan setelah lulus MI Secara konseptual, pendidikan agama tidak terpenuhi. Ini disebabkan karena yang ada dalam judul di atas dimaksudkan wilayah ini merupakan wilayah terpencil sebagaimana tercantum dalam PP No. 55 dan belum memiliki lembaga pendidikan Tahun 2007. Disebutkan bahwa Pendidikan setingkat SLTP. Sementara lembaga agama adalah pendidikan yang memberikan pendidikan yang ada jaraknya sekitar 10 KM pengetahuan dan membentuk sikap, dan hanya dapat ditempuh dengan jalan kaki, kepribadian, dan keterampilan peserta didik karena kondisi alamnya yang merupakan dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang Volume 15, Nomor 1, April 2017 | http://jurnaledukasikemenag.org This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) 75 MUHAMAD MURTADLO dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui tertentu bukanlah menjadi hambatan bahwa mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, orang bersangkutan tidak lebih berharga jenjang, dan jenis pendidikan. dari lainnya. Tapi dalam kenyataan, Selanjutnya dari bingkai konsep di mereka sampai saat ini masih banyak yang atas, maka mengingat bahwa suku Baduy belum memperoleh kesempatan, termasuk menganut keagamaan yang disebut kesempatan layanan pendidikan yang layak. Slam Sunda Wiwitan, Nasarudin Umar Ini terjadi karena adanya diskriminasi menyebutnya semacam islamnya versi kebijakan terutama oleh pemerintah Baduy,3 dikuatkan oleh kesimpulan Kesuma yang kurang memberi kesempatan pada dkk (2012)