GAMBARAN KEBIASAAN MAKAN, STATUS GIZI, DAN POLA PENYAKIT PADA PECANDU NARKOBA DI PANTI PAMARDI PUTRA INSYAF SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH

VETRA SARAH SITOMPUL NIM : 131000769

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018

Universitas Sumatera Utara GAMBARAN KEBIASAAN MAKAN, STATUS GIZI, DAN POLA PENYAKIT PADA PECANDU NARKOBA DI PANTI PAMARDI PUTRA INSYAF SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

OLEH

VETRA SARAH SITOMPUL NIM : 131000769

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018

Universitas Sumatera Utara Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan bahwa dengan ini skripsi saya yang berjudul

“GAMBARAN KEBIASAAN MAKAN, STATUS GIZI, DAN POLA

PENYAKIT PADA PECANDU NARKOBA DI PANTI PAMARDI PUTRA

INSYAF SUMATERA UTARA” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Oktober 2018

Vetra Sarah Sitompul

1 Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal : 4 Desember 2018

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes. Anggota : 1. Prof. Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si. 2. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph.D. 3. Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes.

Universitas Sumatera Utara Abstrak

Lembaga Sosial Putra Insyaf Pamardi adalah tempat rehabilitasi para pecandu narkoba di bawah naungan pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kebiasaan makan, status gizi dan pola penyakit pecandu narkoba di Pamardi Putra Insyaf Institusi Sosial. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 52 orang yang merupakan pecandu narkoba selama masa rehabilitasi 2 hingga 4 bulan. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan makan pecandu narkoba berdasarkan jenis makanan secara keseluruhan bervariasi, frekuensi makan dalam kategori selalu, konsumsi energi, karbohidrat dan lemak semua dalam waktu kurang kategori, sedangkan konsumsi protein secara keseluruhan dalam kategori sudah cukup. Status gizi pecandu narkoba yang menjalani rehabiltiasi di Putra Insyaf Pamardi Panti paling dominan dalam status gizi normal sebanyak 37 pecandu narkoba (71,15%). Jenis keluhan yang paling dominan diderita oleh pecandu narkoba di Putra Insyaf Pamardi Panti adalah batuk, demam, flu, pusing, sakit punggung dan nyeri lutut. Disarankan panti asuhan menyesuaikan menu makanan dengan ketentuan AKG setiap rentang usia responden untuk benar mengkonsumsi energi, protein, karbohidrat dan lemak. Manajemen keperawatan harus menyediakan ahli gizi khusus yang fungsinya untuk mengatur kebutuhan gizi pecandu narkoba di Lembaga Sosial Pamardi Putra Sumatera Utara.

Kata kunci: Kebiasaan, Status Gizi, Pola Penyakit

Universitas Sumatera Utara Abstract

Putra Insyaf Pamardi Social Institution is a place for rehabilitation of drug addicts under the auspices of the government. This study aims to describe the eating habits, nutritional status and disease patterns of drug addicts in Pamardi Putra Insyaf Social Institution.The sample in this study amounted to 52 people who were drug addicts during the rehabilitation period of 2 to 4 months. Analysis of the data used is descriptive analysis.The results showed that eating habits of drug addicts based on the type of food as a whole varied, the frequency of eating in the category always, the consumption of energy, carbohydrates and fat all in the less category, while the overall protein consumption in the category was sufficient. The nutritional status of drug addicts who underwent rehabiltiasi at Putra Insyaf Pamardi Panti was most dominant in normal nutritional status as many as 37 drug addicts (71.15%). The most dominant type of complaint suffered by drug addicts at Putra Insyaf Pamardi Panti is coughing, fever, flu, dizziness, back pain and knee pain.It is recommended that the orphanage adjust the food menu with the AKG provisions of each respondent's age range to properly consume energy, protein, carbohydrate and fat. Nursing management should provide special nutritionists whose function is to regulate the nutritional needs of drug addicts at the North Sumatra Pamardi Putra Social Institution.

Key words: Habits, Nutritional Status, Disease Pattern

Universitas Sumatera Utara Kata Pengantar

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Gambaran Kebiasaan Makan, Status Gizi, dan

Pola Penyakit pada Pecandu Narkoba di Panti Pamardi Putra Insyaf Sumatera

Utara” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat meraih gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si., selaku Ketua Departemen Gizi

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara dan selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan

masukan demi kesempurnaan tulisan ini.

4. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes., selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, perbaikan dan saran dalam penyempurnaan

skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara 5. Prof. Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II

yang telah memberikan bimbingan, perbaikan dan saran dalam

penyempurnaan skripsi ini.

6. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph.D., selaku Dosen Penguji I yang telah

memberikan masukan dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. Ernawati Nasution, S.K.M., M.Kes., selaku Dosen Penguji II yang telah

memberikan masukan dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

8. Marihot Oloan Samosir, S.T., selaku staf Departemen Gizi Kesehatan

Masyarakat yang telah meluangkan waktu ditengah kesibukannya untuk

membantu penulis dalam memberi infornasi apapun yang penulis

butuhkan.

9. Seluruh Dosen beserta Staf Pegawai di FKM USU yang telah

memberikan bekal ilmu dan bersedia memberikan kritik juga saran demi

kesempurnaan tulisan ini.

10. Bapak dan Ibu pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara yang telah banyak membantu dalam mengurus segala

administrasi,.

11. Teristimewa kepada keluarga tercinta, Ayahanda IP. Sitompul, SE. AK

dan Ibunda R. Br. Tobing, terima kasih yang tak terhingga atas doa,

semangat, kasih sayang, pengorbanan dan ketulusannya dalam

mendampingi penulis. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa

melimpahkan berkat kepada keduanya serta abang Johanes Sitompul,

Yohana Sitompul dan Theo Sitompul yang selalu mampu menjadi

Universitas Sumatera Utara tempat beristirahat dan melepas penat yang luar biasa hingga

penyelesaian skripsi.

12. Sahabat terbaik peneliti Ebana Jeremia Sitepu yang telah membuat saat-

saat yang biasa menjadi istimewa, yang selalu mendorong penulis untuk

maju, yang sudah bersedia mendengarkan keluh kesah penulis, yang

sudah bersedia untuk peduli, yang tidak bersikap menghakimi, yang

telah mempercayai penulis, yang telah sabar dan memaafkan saat

penulis menyakiti dan yang paling penting terima kasih karena tidak

pernah berpura-pura menjadi orang lain dihadapan penulis.

13. Sahabat – sahabat yang telah bersama sejak awal perkuliahan di FKM

USU, Erma Daulay, Ayu Azyari, Desi Fitrianti, Tiara Dianti, Ulfa

Damayanti Siregar, Rizka Annisa, Retdy Caroline, Rahmi Amelia Lubis,

yang telah membantu dan menyemangati penulis dalam penyelesaian

skripsi ini.

14. Teman-teman di Pengalaman Belajar Lapangan Desa Lubuk SabanTiara

Dianti, Sinta, Desi Fitrianti, serta teman-teman Latihan Kerja Peminatan

atas kebersamaannya dalam memberikan pengalaman yang berharga

bagi penulis dan berguna dalam penyelesaian skripsi ini.

15. Seluruh teman – teman peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat,

semangat kalian luar biasa dahsyatnya.

16. Semua pihak yang telah berjasa dan tak bisa disebutkan satu persatu atas

bantuan dan kerjasamanya dalam penyelesaian skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara Akhir kata, semoga Tuhan selalu melimpahkan rahmat dan kasihNya kepada kita dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk seluruh pihak.

Medan, 4 Desember 2018

Vetra Sarah Sitompul

Universitas Sumatera Utara Daftar Isi

Halaman

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi i Halaman Pengesahan ii Abstrak iv Abstract v Kata Pengantar vi Daftar Isi x Daftar Tabel xii Daftar Gambar xiv Daftar Lampiran xv Riwayat Hidup xvi

Pendahuluan 1 Latar Belakang 7 Perumusan Masalah 7 Tujuan Penelitian 7 Tujuan umum 7 Tujuan khusus 7 Manfaat Penelitian 8

Tinjauan Pustaka 9 Pecandu Narkoba 9 Status Gizi Pengguna Narkoba 12 Kebiasaan Makan 18 Pola Penyakit 19 Kerangka Konsep 20

Metode Penelitian 22 22 Jenis Penelitian 22 Lokasi dan Waktu Penelitian 22 Lokasi penelitian 22 Waktu penelitian 22 Populasi dan Sampel 22 Populasi 22 Sampel 22 Variabel dan Definisi Operasional 23 Metode Pengumpulan Data 23 Instrumen Penelitian 24 Metode Pengukuran 24 Metode Analisis Data 26

Universitas Sumatera Utara Hasil Penelitian 28 Gambaran Lokasi Penelitian 28 Karakteristik Pecandu Narkoba 29 Kebiasaan Makan Pecandu Narkoba 31 Status Gizi Pecandu Narkoba 42 Jenis Keluhan Pecandu Narkoba 44

Pembahasan 48 Karakteristik Pecandu Narkoba 50 Kebiasaan Makan Pecandu Narkoba 53 Status Gizi Pecandu Narkoba 54 Jenis Keluhan Pecandu Narkoba 56

Kesimpulan dan Saran 59 Kesimpulan 59 Saran 59

Daftar Pustaka 60 60 Lampiran

Universitas Sumatera Utara Daftar Tabel

No Judul Halaman

1. Angka Kecukupan Gizi Dewasa 15

2. Klasifikasi Status Gizi Menurut Orang Dewasa 17

3. Jenis Keluhan Pecandu Narkoba 19

4. Klasifikasi Status Gizi Menurut Orang Dewasa 26

5. Frekuensi Pecandu Berdasarkan Umur 29

6. Frekuensi Pecandu Berdasarkan Lama Rehabilitasi 30

7. Pecandu Berdasarkan Jenis Pemakaian 30

8. Pecandu Narkoba Berdasarkan Status Orang Tua 31

9. Menu Makanan Pecandu Narkoba Hari Senin 32

10. Menu Makanan Pecandu Narkoba Hari Selasa 33

1 1. Menu Makanan Pecandu Narkoba Hari Rabu 33

12. Menu Makanan Pecandu Narkoba Hari Kamis 34

13. Menu Makanan Pecandu Narkoba Hari Jumat 35

14. Menu Makanan Pecandu Narkoba Hari Sabtu 35

1 5. Menu Makanan Pecandu Narkoba Hari Minggu 36

16. Frekuensi Jenis Makanan Dalam 1 Minggu 37

17. Kandungan Gizi Pecandu Narkoba Dalam 1 Minggu 38

18. Rata-rata Asupan Gizi Pecandu Narkoba Berdasarkan Umur 39

19. Tabulasi Silang (Crosstab) Konsumsi Energi dengan Status Gizi 40

20. Tabulasi Silang (Crosstab) Konsumsi Protein dengan Status Gizi 40

Universitas Sumatera Utara 21. Tabulasi Silang (Crosstab) Konsumsi Karbohidrat dengan Status Gizi 41

22. Tabulasi Silang (Crosstab) Konsumsi Lemak dengan Status Gizi 42

23. Status Gizi Pecandu Narkoba 43

24. Tabulasi Silang (Crosstab) Status Gizi dengan Keluhan Penyakit 43

25. Jenis Keluhan Pecandu Narkoba 44

26. Tabulasi Silang Keluhan Penyakit dengan Konsumsi Energi 45

27. Tabulasi Silang Keluhan Penyakit dengan Konsumsi Karbohidrat 46

28. Tabulasi Silang Keluhan Penyakit dengan Konsumsi Protein 46

29. Tabulasi Silang Keluhan Penyakit dengan Konsumsi Lemak 47

Universitas Sumatera Utara Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Kerangka Konsep 21

Universitas Sumatera Utara Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Asupan Gizi Pencandu Narkoba 63

2 Master Data 70

3 Output 72

4 Dokumentasi 74

5 Surat Izin Penelitian 78

6 Surat Keterangan Selesai Penelitian 79

Universitas Sumatera Utara Riwayat Hidup

Penulis bernama Vetra Sarah Sitompul berumur 23 tahun, dilahirkan di

Medan pada tanggal 08 Februari 1995. Penulis beragama Kristen Protestan, anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Ingot Parlindungan Sitompul dan

Rebekka Br.Tobing. Alamat penulis berada di Jalan Menteng 7 Gg. Asahan No.5

Kecamatan Medan Denai Provinsi Sumatera Utara.

Pendidikan formal dimulai di Sekolah Dasar (SD) RK.Katolik Budi Luhur

Medan pada tahun 2001-2006, sekolah menengah pertama di Negeri 3 Medan pertumbukan tahun 2007-2009, Sekolah menengah atas di SMU Negeri 5 Medan pada tahun 2010-2012, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program

Studi S1 Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

Medan, Oktober 2018

Vetra Sarah Sitompul

Universitas Sumatera Utara Pendahuluan

Latar Belakang

Penyalahgunaan narkoba merupakan ancaman serius bagi masyarakat maupun pemerintah, oleh karena itu pihak pemerintah maupun lembaga sosial membentuk sebuah panti rehabilitasi khusus bagi pecandu narkoba. Tujuannya adalah untuk merehabilitasi pecandu narkoba sehingga pulih dan dapat dapat diterima kembali di tengah-tengah masyarakat. Berdasarkan data dari kantor PBB

PBB urusan narkoba dan kejahatan (United Nation Office on Drugs and Crime) pemakai narkotika di seluruh dunia sebanyak 247 juta orang pada tahun 2015.

Artinya, bahwa terdapat satu dari 20 orang yang berumur 15-64 tahun positif menggunakan narkoba. Peningkatan jumlah pecandu narkoba ini juga diikuti dengan peningkatan produksi jenis narkoba yang baru, yaitu sebanyak 354 jenis narkotika dan belum termasuk jenis yang terjangkau oleh hukum.

Ketergantungan narkotika adalah kondisi yang ditandai oleh dorongan untuk menggunakan narkotika secara terus-menerus dengan takaran yang meningkat agar menghasilkan efek yang sama dan apabila penggunaannya dikurangi atau dihentikan secara tiba-tiba, menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas (Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009). Bahaya pemakaian narkotika sangat besar pengaruhnya terhadap orang, masyarakat dan negara, sebab kalau terjadi pemakaian narkotika secara besar-besaran di masyarakat, maka bangsa kita akan menjadi bangsa yang rapuh.

Kebiasaan makan adalah cara dalam memilih makanan yang akan

Universitas Sumatera Utara membentuk pola perilaku makan. Oleh karena itu, ekspresi setiap individu dalam memilih makanan akan berbeda satu dengan yang lain. Kebiasaan makan adalah cara individu atau kelompok individu memilih pangan apa yang dikonsumsi sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologi dan sosial budaya.

Perubahan kebiasaan makan dapat disebabkan oleh faktor pendidikan gizi dan kesehatan serta aktivitas pemasaran atau distribusi pangan. Selain itu juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan seperti lingkungan budaya (cultural environmental), lingkungan alam (natural environmental) serta populasi.

Tidak dapat dipungkiri bahwa melalui kebiasaan makan dapat mempengaruhi asupan zat penting yang diperlukan oleh tubuh seperti protein, vitamin dan lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh Jayati (2014) menyatakan bahwa faktor kebiasaan makan berpengaruh sangat signifikan terhadap densitas asupan protein. Oleh karena itu, sangat penting bagi panti rehabilitasi untuk memperhatikan kebiasaan makan pecandu narkoba untuk menghindari permasalahan gizi yang dapat menghambat proses rehabilitasi para pecandu narkoba.

Permasahalan gizi yang dialami pengguna narkoba diakibatkan oleh penurunan nafsu makan selama masa pengaruh obat tersebut. Berdasarkan penelitian Sinaga (2016) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi pengguna narkoba dengan indeks massa tubuh (IMT). Hal ini menunjukkan bahwa pengguna narkoba sangat rentan dengan permasalahan kekurangan asupan gizi yang dapat disebabkan oleh hilangnya nafsu makan akibat pengaruh dari narkoba yang dikonsumsi. Oleh karena itu, dalam masa rehabilitasi sebaiknya status gizi para pengguna narkoba dapat diperhatikan dengan baik

Universitas Sumatera Utara sehingga proses rehabilitasi yang berlangsung dapat dilaksanakan dengan baik.

Pola penyakit adalah kemungkinan muculnya epidomologi penyakit yang disebabkan oleh faktor gaya hidup, lingkungan dan faktor genetik. Sehingga pola penyakit yang dihasilkan berbeda-beda untuk setiap orang, waktu dan tempat masing-masing (Wiley, 2014). Salah satu alasan mendasar pelarangan narkoba adalah karena efek negatif yang ditimbulkannya terhadap kesehatan. Tidak hanya penyakit yang memang langsung diakibatkan oleh pengkonsumsian narkoba, tetapi juga penyakit-penyakit susulan yang mematikan karena pengadministrasian narkoba dilakukan secara tidak layak, seperti HIV/AIDS, hepatitis dan bronckitis

Rendahnya asupan gizi yang dikonsumsi oleh pengguna narkoba dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit yang dapat menghambat proses rehabilitasi. Menurut Anggreni (2015) dampak fisik dari penyalahgunaan narkoba adalah adanya gangguan pada syaraf, jantung, pembuluh darah, sakit kepala, paru- paru, mual, muntah, HIV, gangguan pernafasan dan penyakit lainnya. Untuk memperlancar proses rehabilitasi, maka para petugas panti harus. memperhatikan pola penyakit pecandu narkoba dan kecukupan gizi yang dikonsumsi. Dengan demikian, para pecandu dapat terhindar dari berbagai penyakit yang diakibatkan oleh rendahnya asupan gizi.

Undang-Undang Narkotika Nomor 35 Tahun 2009 pasal 54 mewajibkan para pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan Narkotika untuk menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Pasal 55 mewajibkan mereka atau keluarganya untuk melaporkan diri kepada pusat kesehatan masyarakat

(puskesmas), rumah sakit, lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang

Universitas Sumatera Utara ditunjuk pemerintah guna mendapatkan perawatan melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Hal ini menunjukkan bahwa penanganan pecandu naroba belum sepenuhnya mendapat dukungan dari seluruh masyarakat seperti yang diwajibkan dalam peraturan di atas.

Di Indonesia, menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) pecandu narkoba pada tahun 2016 adalah 4-5 juta orang dan meningkat pada tahun 2017 menjadi

6,4 juta orang. Sedangkan pengguna narkoba yang direhabilitasi pada tahun 2017 adalah sebanyak 60 persen dari total pengguna narkoba yang ada di Indonesia.

Berdasarkan pengamatan BNN di lapangan, masih banyak terdapat keluarga yang merasa malu untuk melaporkan jika ditemukan adanya anggota keluarga yang mengalami keccanduan narkoba. Selain itu, ditemukan juga persepsi dari masyarakat yang menyatakan apabila diadukan, maka akan dimasukkan ke dalam penjara. Undang-undang telah menjamin wajib lapor bagi masyarakat yang mendapati keluarga atau orang yang dikenalnya sebagai pecandu untuk direhabilitasi.

Pada umumnya pengguna narkoba yang direhabilitasi rentan dengan permasalahan gizi. Masalah gizi yang dialami pasien pecandu narkoba disebabkan oleh penurunan nafsu makan selama masa pengaruh obat dan ketika pecandu mengalami gejala putus obat (withdrawal symptoms) yang berupa kecemasan, kegelisahan, depresi dan gejala psikis lainnya. Bagian penting dari mengobati kecanduan adalah untuk melengkapi gizi yang hilang melalui makanan dan suplemen.

Masa pemulihan pengguna narkoba sangat membutuhkan asupan gizi yang

Universitas Sumatera Utara optimal untuk menjaga stabilitas dan sistem kekebalan tubuh dengan baik.

Sehingga dengan pemasukan asupan gizi yang baik, maka pengguna narkoba dapat terhindar dari penyakit-penyakit yang dapat membahayakan diri pecandu narkoba tersebut. Penyakit yang kerap dialami pecandu narkoba adalah HIV

AIDS, Hepatitis B, C dan gangguan jiwa.

Panti Pamardi Putra Insyaf merupakan tempat rehabilitasi pecandu narkoba di bawah naungan pemerintah. Penelitian ini menggunakan pecandu narkoba sebagai responden penelitian sebanyak 52 pecandu narkoba dengan ketentuan pecandu narkoba yang memiliki masa rehabilitasi 2 sampai 4 bulan.

Panti Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara menerima para pecandu narkoba yang direhabilitasi seluruhnya laki-laki dan menjalani beberapa tahap sistem rehabilitasi yang meliputi tahap pendekatan awal melalui wawancara, bimbingan, religi, keterampilan, kesehatan, bimbingan lanjut dan bimbingan terminasi

(pemutusan pelayanan). Cara pemulihan pecandu narkoba di panti ini dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: pembentukan pemaksaan tingkah laku, pengendalian emosi, intelektual dan peningkatan keterampilan.

Tahap dari beberapa fase dengan pelaksanaan selama 9 bulan. Semakin tinggi fase yang diikuti maka semakin besar hak dan tanggung jawab pecandu.

Tahapan fase yang dilakukan yaitu fase pengenalan (introduction), yang merupakan fase awal perawatan utama yang bertujuan untuk memahami latar belakang pecandu. Fase younger member, pada tahap ini pecandu narkoba dan jika melanggar maka akan mendapatkan sangsi. Pada tahapan ini, pecandu narkoba boleh dikunjungi oleh orang tua atau keluarga selama satu kali sebulan.

Selanjutnya Fase Middle Peer, pada tahap ini pecandu sudah harus bertanggung

Universitas Sumatera Utara jawab pada sebagian pelaksanaan operasional panti atau lembaga, membimbing younger member dan pecandu yang masih dalam proses orientasi, menerima telepon tanpa pendamping, meninggalkan panti didampingi orang tua dan senior, secara bertahap dari mulai 4 jam hingga 12 jam. Fase Older Member, pada tahap ini bertanggung jawab pecandu semakin besar, karena ia harus memikirkan staf dan memikirkan seluruh operasional panti serta memiliki tanggung jawab pada pecandu yunior. Jika pecandu ini melakukan kesalahan, maka sanksi yang dikenakan padanya tanpa toleransi. Namun di sisi lainnya, residen pada tahap ini boleh meninggalkan panti selama 24 jam, dengan pendampingan keluarga dan senior.

Menu makanan yang diberikan kepada pecandu narkoba tersebut relatif sama. Para pecandu narkoba akan diberikan makan 3 kali sehari, yaitu pagi, siang dan malam. Namun pada jam 10.00 dan jam 16.00 para pecandu biasanya diberikan menu tambahan berupa susu, teh manis, agar-agat, ubi rambat, kacang hijau dan makanan sejenis lainnya. Menu makanan yang diberikan kepada pecandu di pagi hari biasanya antara teri, telur mata sapi, mihun dan ditambah dengan kerupuk ataupun timun. Untuk siang hari pilihan menu makanan yang diberikan kepada pecandu adalah ayam, ayam, ikan, ikan dencis ditambah dengan buah-buahan seperti semangka, pisang dan pepaya. Sedangkan untuk malam hari, pilihan menu makanan yang diberikan kepada pecandu adalah ikan, sambal hati, ikan lele ditambah dengan buah-buahan sperti pisang, semangka dan pepaya.

Berdasarkan uraian penjelasan di atas yang menjadi latar belakang

Universitas Sumatera Utara penelitian ini adalah kebiasaan makan yang buruk pada pecandu narkoba yang dapat menimbulkan permasalahan gizi. Permasalahan gizi yang dimaksud adalah penurunan nafsu makan dikarenakan oleh pemutusan obat narkotika yang sebelumnya dikonsumsi para pecandu. Akibat rendahnya asupan gizi yang diterima, maka hal ini dapat menimbulkan penyakit pada pecandu yang menghambat proses rehabilitasi, baik penyakit langsung maupun penyakit susulan mematikan yang membahayakan para pecandu narkoba.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran kebiasaan makan, status gizi dan pola penyakit pada pecandu narkoba di Panti Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara.

Tujuan

Tujuan umum. Untuk mengetahui kebiasaan makan, status gizi dan pola penyakit pada pecandu narkoba di Panti Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara.

Tujuan khusus. Tujuan khusus penelitian ini adalah :

1. Mengetahui karakteristik pecandu narkoba (umur, lama rehabilitasi, jenis

pemakaian, pendidikan, anak keberapa, berapa bersaudara dan status orangtua)

di Panti Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara.

2. Mengetahui kebiasaan makan yang diterapkan di Panti Pamardi Putra Insyaf

Sumatera Utara.

3. Mengetahui status gizi yang diterapkan di Panti Pamardi Putra Insyaf Sumatera

Utara.

Universitas Sumatera Utara 4. Mengetahui pola penyakit pada pecandu narkoba di Panti Pamardi Putra Insyaf

Sumatera Utara.

Manfaat Penelitian

1. Menambah informasi dan pengetahuan tentang bagaimana status gizi dan pola

penyakit pada pecandu narkoba di Panti Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara.

2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai saran/masukan bagi pengelolaan Panti

Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara sesuai dengan standar pelayanan yang

ditetapkan oleh Kementrian Sosial Republik Indonesia.

Universitas Sumatera Utara Tinjauan Pustaka

Pecandu Narkoba

Narkoba adalah bahan atau zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan atau psikologi seseorang (pikiran, perasaan dan prilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi. Narkotika berasal dari bahas

Yunani yang berarti membuat lumpuh atau mati rasa. Narkoba adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan, perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkoba diberi nama lain NAPZA kepanjangannya adalah

Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya atau jenis obat-obatandari tanaman ataupun bukan yang dapat menyebabkan efek ketergantungan terhadap seseorang yang mencobanya (Ichsan, 2014).

Pecandu Narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada Narkotika, baik secara fisik maupun psikis. Apabila kita melihat di dalam Surat Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 422/Menkes/SK/III/2010 tentang

Pedoman Penatalaksanaan Medik Gangguan Penggunaan Napza, memberikan gambaran bagaimana karakteristik / parameter seorang pecandu narkotika yaitu suka berbohong, tidak biasa membedakan dunia nyata dan khayal dan cenderung malas. Narkotika memiliki tiga sifat yang menyebabkan pemakai narkotikanarkotika tidakdapat lepas dari cengkeramannya yaitu daya adiksi

(ketagihan) yang sangat berat,daya toleran (penyesuaian) dan daya bitual

Universitas Sumatera Utara (kebiasaan) yang sangat tinggi.

Efek ketergantungan dan dampak terhadap status gizi. Kecanduan obat dan alkohol adalah penyakit kompleks. Menurut National National Institute on Drug Abuse (NIDA), kecanduan narkoba adalah penyakit otak kronis. Hal ini dianggap penyakit otak karena penelitian telah menunjukkan bahwa obat dan alkohol secara fisik mengubah struktur otak dan kerja otak. Secara khusus, obat- obatan dan alkohol mengubah bidang otak yang dapat mengakibatkan gangguan penilaian, kurangnya kontrol diri, ketidak mampuan untuk mengatur emosi dan kurangnya motivasi belajar. Kecanduan menyebabkan perubahan fisik maupun yangpsikologis.

Perubahan fisik sering dapat menyebabkan ketidakseimbangan biokimia berat (memperburuk kerentanan yang sudah ada), kekurangan gizi dan masalah pencernaan. Obat-obatan dan alkohol hanya sementara mengubah mood seseorang atau keadaan emosional. Efek tersebut, pecandu sering mencari lagi dosisjangka pendek. Selain itu, ketidakseimbangan biokimia, kecenderungan genetik, alergi makanan, pilihan diet yang buruk, tekanan tujuh psikologis atau mental, terkena racun dan tekanan sosial dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap kecanduan atau membuat lebih sulit bagi seseorang untuk tetap bersih dansadar.

Selain aspek-aspek psikologis dari kecanduan, program gizi fokus padaaspek fisik dari kecanduan. Mereka bekerja untuk memperbaiki ketidakseimbangan biokimia, memperbaiki kekurangan gizi, mengelola masalahpencernaan, memperbaiki dan menstabilkan tingkat energi, suasana hati, dan kejernihan mental, yang menyebabkan keberhasilan pemulihan. Masalah biokimia dan kesehatan dapat

Universitas Sumatera Utara dikurangi dengan mengubah kebiasaan makan dan pilihan makanan.

Rehabilitasi. Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang ditujukan pada pemakai narkoba yang sudah menjalani program kuratif.

Tujuannya agar pemakai tidak menggunakan kembali narkoba dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian narkoba (Maris, 2016).

Sedangkan menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 ada dua jenis rehabilitasi :

Rehabilitasi medis. Suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan narkotika.

Rehabilitasi sosial. Suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu, baik fisik, mental maupun sosial, agar bekas pecandu narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat.

Lembaga rehabilitasi yang baik dalam penanganan penyalahgunaan narkoba harus memenuhi syarat sebagai berikut:

Sarana dan prasarana. Gedung, akomodasi, kamar yang besih, makanan, minuman yang bergizi dan halal, ruang kelas, ruang rekreasi, ruang konsultasi individual maupun kelompok, ruang konsultasi keluarga, ruang ibadah, ruang olahraga, ruang ketrampilan dan lain sebagainya.

Keamanan.Agar tidak memungkinkan peredaran NAZA di dalam pusat rehabilitasi (termasuk rokok dan minuman keras).

Proses pelayanan dan rehabilitasi terpadu bagi penyalahguna narkotika baik rehabilitasi medis maupun rehabilitasi sosial, harus memenuhi sumber daya manusia yang memenuhi persyaratan kriteria karena untuk penanggulangan

Universitas Sumatera Utara penyalahguna narkotika bukan hal yang mudah, demikian diperlukan keterampilan dan keahlian yang khusus. Pelaksanaan terapi terhadap penyalahguna narkotika disesuaikan dengan permasalahan kelompok tingkat kecanduannya.

Status Gizi Pengguna Narkoba

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan dan penggunaan makanan. Makanan yang memenuhi gizi tubuh, umumnya membawa ke status gizi memuaskan. Sebaiknya jika kekurangan atau kelebihan zat gizi esensial dalam makanan untuk jangka waktu yang lama disebut gizi salah. Manifestasi gizi salah dapat berupa gizi kurang dan gizi lebih.

Problem gizi timbul bila terjadi ketidaksesuaian antara asupan dan kebutuhan tubuh akan zat gizi. PAGT merupakan proses penanganan problem gizi yang sistematis dan akan memberikan tingkat keberhasilan yang tinggi. PAGT dilaksanakan di semua fasilitas pelayanan kesehatan, seperti di rumah sakit (di rawat inap dan rawat jalan), klinik pelayanan konseling gizi, puskesmas dan di masyarakat (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).

Hasil penelitian Sinaga (2016) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi pengguna narkoba dengan indeks massa tubuh

(IMT). Penelitian ini memberikan gambaran bahwa untuk memperbaiki IMT pengguna narkoba, maka langkah yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki status gizi. Hasil penelitian yang dilakukan Ekawati (2009) menemukan bahwa28 subjek (58,3%) mempunyai status gizi normal, 2 subjek

(4,2%) mempunyai status gizi kurang, 8 subjek (16,7%) mempunyai status gizi

Universitas Sumatera Utara lebih (overweight), 9 subjek (18,8%) obesitas I dan satu subjek (2,1%) obesitas II.

Hasil analisis menggunakan program nutrisurvey diperoleh rata-rata asupan energi pengguna narkoba sebesar 2502,70 kkal dan asupan protein sebesar 66,70 gram.

Zat gizi diartikan sebagai zat kimia yang terdapat dalam makanan yang diperlukan manusia untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Sampai saat ini dikenal kurang lebih 45 jenis zat gizi dan sejak akhir tahun 1980an dikelompokan keadaan zat gizi makro yaitu zat gizi sumber energi berupa karbohidrat, lemak dan protein dan zat gizi mikro yaitu vitamin dan mineral.

Keadaan tubuh dikatakan pada tingkat gizi optimal, jika jaringan tubuh jenuh oleh semua zat gizi, maka disebut status gizi optimal. Kondisi ini memungkinkan tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan yang tinggi. Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi kesalahan gizi yang mencakup kelebihan dan kekurangan zat gizi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi adalah sebagai berikut:

Faktor langsung. Konsumsi makanan. Konsumsi makanan oleh masyarakat atau oleh keluarga bergantung pada jumlah dan jenis pangan yang dibeli, distribusi dalam keluarga dan kebiasaan makan secara perorangan. Hal ini tergantung pada pendapatan, agama, adat kebiasaan dan pendidikan masyarakat bersangkutan.

Infeksi. Antara status gizi kurang dan infeksi terdapat interaksi bolak- balik. Infeksi dapat menimbulkan gizi kurang melalui berbagai mekanismenya.

Universitas Sumatera Utara Yang penting adalah efek langsung dari infeksi sisitemik pada katabolisme jaringan.

Faktor tidak langsung. Kesediaan pangan ditingkat rumahtangga.Hal ini terkait dengan produksi dan distribusi bahan makanan dalam jumlah yang cukup mulai dari produsen sampai ke tingkat rumah tangga.

Tingkat pengetahuan. Sikap dan perilaku tentang gizi dan kesehatan.

Walaupun bahan makanan dapat disediakan oleh keluarga dan daya beli memadai, tetapi karena kekurangan pengetahuan ini bisa menyebabkan keluarga tidak menyediakan makanan beraneka ragam setiap hari bagi keluarganya. Pada gilirannya asupan gizi tidak sesuai kebutuhan.

Angka kecukupan gizi. Menurut Amelia (2014), Angka Kecukupan Gizi

(AKG) merupakan kecukupan rata-rata zat gizi sehari bagi hampir semua orang sehat (97,5%) menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh aktifitas fisik, genetik dan keadaan fisiologis untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.

AKG ini mencerminkan asupan rata-rata sehari yang dikonsumsi oleh populasi dan bukan merupakan perorangan/individu. Berbeda dengan kebutuhan gizi

( requirement), menggambarkan banyaknya zat gizi minimal yang diperlukan oleh masing-masing individu sehingga ada yang rendah dan tinggi yang dipengaruhi oleh faktor genetik. Kegunaan AKG yang dianjurkan yaitu untuk menilai kecukupan gizi yang telah dicapai melalui konsumsi makanan bagi penduduk, untuk perencanaan dalam pemberian makanan tambahan maupun perencanaan makanan institusi, untuk perencanaan penyediaan pangan tingkat regional maupun

Universitas Sumatera Utara nasional, acuan pendidikan gizi; dan acuan label pangan yang mencantumkan informasi nilai gizi. Secara umum, kebutuhan gizi bagi tenaga kerja lebih besar dibandingkan bukan tenaga kerja. Jumlah zat gizi yang dibutuhkan tenaga kerja sangat tergantung dari jumlah tenaga yang dikeluarkan untuk melakukan suatu jenis pekerjaan. Jumlah ini tergantung dari jumlah otot-otot yang ikut bekerja dan lamanya otot-otot tersebut harus bekerja.

Kecukupan zat gizi pekerja terutama dipengaruhi oleh usia, ukuran. tubuh, dan jenis kelamin. Faktor lain penentu kebutuhan gizi yaitu jenis pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan sehari-hari, kondisi fisiologis, keadaan khusus seperti pada pemulihan kesehatan serta keadaan lingkungan kerja. Faktor-faktor di atas harus menjadi dasar dalam perhitungan besarnya kecukupan zat gizi pekerja.

Berikut adalah kecukupan zat gizi per hari pekerja menurut umur dan jenis kelamin.

Tabel 1 Angka Kecukupan Gizi Dewasa Laki-laki Perempuan Zat Gizi 16-18 30-49 16-18 19-29 30-49 50-64 Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Energi (kkal) 2725 2625 2325 2250 1800 1900 Protein (gram) 62 65 65 56 50 57 Vitamin C (g) 90 90 90 75 75 75 Kalsium (mg) 1100 4700 1000 1100 1000 1000 Besi (mg) 13 13 13 26 26 12 Sumber: Kemenkes RI No. 1593/Menkes/SK/XI/2013

Penilaian status gizi. Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan cara pengukuran langsung yang meliputi antropometri, klinis, biokimia dan biofisika, sedangkan pengukuran dengan cara tidak langsung yaitu survey kosumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Penilaian status gizi dapat dilakukan

Universitas Sumatera Utara dengan berbagai cara antara lain:

Status gizi baik gizi optimal terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan tingkatan paling baik (Doddy, 2016).

Status gizi seseorang dikatakan baik bila terdapat keseimbangan dan keserasian antara perkembangan fisik dan mental, terdapat keterkaitan yang erat antara tingkat transportasi penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan keadaan gizi dengan konsumsi makanan.

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif. Oleh karena itu, mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang. Dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) akan diketahui apakah berat badan seseorang dinyatakan normal, kurus atau gemuk.

Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan.Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:

Berat Badan (Kg) IMT = Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)

Batas ambang Indeks Massa Tubuh (IMT) ditentukan dengan ketentuan

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, yang membedakan batas ambang

Universitas Sumatera Utara untuk laki-laki dan perempuan. Disebutkan bahwa batas ambang normal untuk laki-laki adalah: 20,1–25,0; dan untuk perempuan adalah : 18,7-23,8. Untuk kepentingan pemantauan dan tingkat defesiensi kalori ataupun tingkat kegemukan, lebih lanjut FAO/WHO menyarankan menggunakan satu batas ambang antara laki-laki dan perempuan. Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan ambang batas laki-laki untuk kategori kurus tingkat berat dan menggunakan ambang batas pada perempuan untuk kategorigemuk tingkat berat.

Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalam klinis dan hasil penelitian dibeberapa negara berkembang. Pada akhirnya diambil kesimpulan, batas ambang Indeks Massa Tubuh (IMT) untuk

Indonesia adalah sebagai berikut:

Tabel 2 Klasifikasi Status Gizi Menurut Orang Dewasa Kategori IMT Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 Kurus Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4 Normal 18,5 – 25,0 Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0 Gemuk Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0 Sumber: Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2016

Penyediaan makanan. Konsumsi pangan adalah informasi mengenai jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang pada suatu waktu tertentu menyatakan bahwa kualitas gizi seseorang akan lebih baik jika mengkonsumsi pangan yang beragam. Namun, hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktorseperti keadaan ekonomi, sosial, budaya, kesehatan serta perilaku dalam menyusun menu makanan sehari-hari.

Survey konsumsi pangan dimaksudkan untuk mengetahui dan menelusuri

Universitas Sumatera Utara konsumsi pangan baik dilihat dari jenis-jenis pangan, sumber-sumbernya maupun jumlah yang dikonsumsinya, termasuk bagaimana kebiasaan makanannya serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi pangan tersebut. Data survey pangan dapat menunjukkan cukup tidaknya konsumsi individu, keluarga dan kelompok tertentu suatu masyarakat atau penduduk bila dibandingkan dengan apa yang seharusnya dibutuhkan.

Kebiasaan Makanan

Kebiasaan makan adalah cara dalam memilih makanan yang akan membentuk pola perilaku makan. Oleh karena itu, ekspresi setiap individu dalam memilih makanan akan berbeda satu dengan yang lain. Kebiasaan makan adalah cara individu atau kelompok individu memilih pangan apa yang dikonsumsi sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologi dan sosial budaya.

Kebiasaan makan bukanlah bawaan sejak lahir tetapi merupakan hasil belajar.

Perubahan kebiasaan makan dapat disebabkan oleh faktor pendidikan gizi dan kesehatan serta aktivitas pemasaran atau distribusi pangan. Dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan seperti lingkungan budaya dan lingkungan alam serta populasi.

Kebiasaan makan dewasa dipengaruhi oleh banyak faktor. Pertumbuhan remaja, meningkatkan partisipasi dalam kehidupan sosial dan aktivitas remaja sehingga dapat menimbulkan berbagai dampak terhadap apa yang dikonsumsi oleh remaja tersebut. Dewasa mulai dapat membeli dan mempersiapkan makanan untuk mereka sendiri dan lebih suka makanan serba instan yang berasal dari luar rumah seperti fast food. Survey konsumsi makanan dilakukan untuk mengetahui

Universitas Sumatera Utara kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut.

Pola Penyakit

Pola penyakit adalah kemungkinan muculnya penyakit yang disebabkan oleh faktor gaya hidup, lingkungan dan genetik. Sehingga pola penyakit yang dihasilkan berbeda-beda untuk setiap orang, waktu dan tempat masing-masing

(John Wiley, 2014). Salah satu alasan mendasar pelarangan narkoba adalah karena efek negatif yang ditimbulkannya terhadap kesehatan. Tidak hanya penyakit yang memang langsung diakibatkan oleh pengkonsumsian narkoba, tetapi juga penyakit-penyakit susulan yang mematikan karena pengadministrasian narkoba dilakukan secara tidak layak, seperti HIV/AIDS, hepatitis dan bronkitis. Sebagai catatan, di AS lebih dari tiga puluh tiga persen kasus baru AIDS disebabkan oleh penggunaan jarum suntik antarsesama pengguna narkoba dan pasangan mereka.

Gangguan dan penyakit psikologis yang disebabkan oleh narkoba dipengaruhi oleh dua hal. Pertama, kondisi mental individu sebelum menjadi pengguna obat- obatan terlarang. Kedua, pengalaman yang dijalani individu sejak ia pertama kali mengonsumsi narkoba.

Tabel 3 Jenis Keluhan Pecandu Narkoba

Keluhan Terapi Lemas Sangobion Demam Paracetamol Nyeri uluh hati Omeprazole Mual,mencret Omeprazole Sakit kepala, sakit pinggang, pilek Asam Mefenamat

(bersambung)

Universitas Sumatera Utara Tabel 3 Jenis Keluhan Pecandu Narkoba

Keluhan Terapi Sakit pinggang Asam Mefenamat Demam, lemas Asam Mefenamat Keseleo Counterpain Sakit telinga Amoxicillin Maag Domperidone Ngilu dibetis Counterpain Pegal-pegal Counterpain Sesak Dexaharsen Gatal dikaki Salap Demam Paracetamol Sumber : Panti Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara 2018

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan jenis keluhan yang pernah dialami oleh pecandu narkoba, penelitian serta terapi yang diberikan oleh manajemen pihak panti. Berdasarkan hasil rekapitulasi data historis Panti Pamardi Putra

Insyaf Sumatera Utara diperoleh bahwa jenis keluhan yang paling sering dialami pecandu narkoba adalah batuk, demam, flu, pening, nyeri punggung dan nyeri lutut. Dengan demikian pihak panti melakukan penyediaan stok obat-obatan lebih dominan pada keluhan yang paling sering terjadi pada pecandu narkoba.

Kerangka Konsep

Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitianini digambarkan pada gambar 1 dibawah ini. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa kebiasaan makan pada pecandu narkoba memiliki keterkaitan dengan status gizi dan pola penyakit. Berdasarkan tinjauan teroritis pada bagian sebelumnya dapat dilihat bahwa salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan status gizi pecandu narkoba adalah dengan memperbaiki kebiasaan makan. Melalui kebiasaan makan, asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh para pecandu dapat

Universitas Sumatera Utara dikontrol dengan baik. Sehingga status gizi yang dihasilkan sesuai dan dapat mempercepat proses rehabilitasi pecandu narkoba.

Selanjutnya, dengan memperbaiki kebiasaan makan para pecandu narkoba juga dapat menghindari pecandu narkoba dari berbagai jenis keluhan yang dapat menghambat proses rehabilitasi pecandu narkoba tersebut. Kebiasaan makan yang buruk tentunya akan memicu datangnya berbagai keluhan bagi pecandu narkoba.

Oleh karena itu, para pecandu narkoba harus terhindar dari berbagai jenis keluhan untuk mempercepat proses rehabilitasi di Panti Parmadi Putra Insyaf Sumatera

Utara.

Kebiasaan makan yang baik dapat meningkatkan status gizi pecandu narkoba, sehingga dapat terhindar dari jenis keluhan yang mungkin akan menyerang tubuh para pecandu narkoba. Para pecandu narkoba yang memiliki status gizi yang baik akan lebih mampu memberikan perlawanan terhadap berbagai jenis keluhan yang akan datang dibandingkan dengan pecandu yang memiliki status gizi buruk. Oleh karena itu, semakin baik status gizi pecandu narkoba maka kemampuan tubuh pecandu narkoba juga akan semakin kuat untuk melawan berbagai jenis keluhan yang akan datang.

Status Gizi Kebiasaan Makan Pada Pecandu Narkoba

Pola Penyakit

Gambar 1. Kerangka konseptual penelitian

Universitas Sumatera Utara Metode Penelitian

Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah observasional yang terdiri dari survey dengan racangan cross sectional yang menggambarkan kebiasaan makan, status gizi dan pola penyakit pada pecandu narkoba di Panti Pamardi Putra Insyaf Sumatera

Utara.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian dilakukan di Panti Pamardi Putra Insyaf

Sumatera Utara yang beralamat di JL. Bedikari No. 37, Lau Bakeri, Deli Serdang,

Suka Rende, Kutalimbaru, Medan, Sumatera Utara. Lokasi ini ditentukan dengan alasan bahwa di Panti Sosial tersebut merupakan salah satu Panti Sosial yang dikelola pemerintah dan lokasi yang mudah dijangkau peneliti, sehingga memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data.

Waktu penelitian. Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2017 sampai dengan bulan November 2018.

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi pada penelitian ini adalah para pecandu narkoba yang menjalani masa rehabilitasi dari 2 sampai 4 bulan. Berdasarkan data dari Panti

Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara diketahui bahwa jumlah pecandu narkoba yang menjalani masa rehabilitasi 2 sampai 4 bulan adalah sebanyak 52 pecandu narkoba.

Sampel. Sampel adalah bagian dari jumlah sampel yang digunakan dalam

Universitas Sumatera Utara penelitian ini adalah sama dengan jumlah populasi yaitu sebanyak 52 pecandu narkoba. Penggunaan teknik total sampling ini digunakan karena jumlah populasi yang diamati terlalu sedikit dan biasanya di bawah dari 100.

Variabel dan Definisi Operasional

1. Kebiasaan makan adalah cara memilih makanan meliputi jenis makanan,

frekuensi penyajian makanan, asupan gizi pecandu narkoba di Panti Pamardi

Putra Insyaf Sumatera Utara. a) Jenis makanan adalah menu makanan yang diberikan oleh pihak panti untuk

pecandu narkoba dalam waktu seminggu. b) Frekuensi penyajian makanan adalah berapa kali seminggu berdasarkan

waktu makan setiap individu memproduksi jenis makanan. c) Asupan gizi adalah banyaknya energi, karbohidrat, protein dan lemak yang

dalam waktu sehari.

2. Pola penyakit adalah jenis keluhan yang pernah dialami pecandu narkoba pada

periode 9 bulan di Panti Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara.

3. Status gizi adalah keadaan fisik pecandu narkoba yang diukur dengan

antropometri dan ditentukan dengan indeks massa tubuh (IMT) berdasarkan

klasifikasi Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Metode Pengumpulan Data

Data primer. Data primer penelitian ini didapatkan melalui :

Data primer adalah data yang didapatkan langsung oleh peneliti tentang kebiasaan makan, status gizi dan identitas pecandu narkoba. Kebiasaan makan

Universitas Sumatera Utara dapat dilihat dari hasil wawancara kepada petugas panti di Panti Pamardi Putra

Insyaf Sumatera Utara. Frekuensi penyajian menu makanan dapat dilihat berdasarkan siklus menu makanan pecandu narkoba dalam seminggu di Panti

Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara. Sedangkan status gizi dapat dilihat dari pengukuran berat badan dan tinggi badan pecandu narkoba di Panti Pamardi Putra

Insyaf Sumatera Utara. Selanjutnya identitas pecandu narkoba yang yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah nama, jenis kelamin, usia, lama rehabilitasi, jenis pemakaian, pendidikan, anak keberapa, berapa bersaudara dan status orangtua.

Data sekunder. Data sekunder mencakup data gambaran umum di Panti

Pamardi Putra Insyaf, yang diperoleh secara langsung dari petugas di panti rehabilitasi tersebut. Selain itu, data yang diperoleh dari petugas panti rehabilitasi tersebut adalah data jenis keluhan pecandu narkoba yang telah dilakukan pemeriksaan pada periode sebelumnya.

Instrumen Penelitian

1. Microtoice

2. Timbangan digital

3. Timbangan makanan

Metode Pengukuran

Aspek pengukuran adalah melihat gambaran kebiasaan makan, status gizi dan pola penyakit pada pecandu narkoba di Panti Pamardi Putra Insyaf Sumatera

Utara.

Universitas Sumatera Utara Penilaian kebiasaan makan. Pengukuran kebiasaan makan dapat dilakukan dengan cara merekapitulasi data pengisian menu makanan pecandu narkoba dalam seminggu, kemudian dianalisa lebih lanjut dalam pembahasan penelitian ini. Aspek pengukuran yang digunakan untuk melihat kebiasaan makan adalah jenis makanan, frekuensi penyajian makanan dan asupan gizi. Sehingga berdasarkan data tersebut diperoleh observasional kebiasaan makan pecandu narkoba yang akan dianalisa lebih lanjut oleh peneliti.

Jenis makanan. Dapat dilihat pada penyediaan makanan berdasarkan observasional dan dapat dilihat berdasarkan siklus menu makanan pecandu narkoba dalam minggu melalui wawancara kepada pihak pengelola di Panti

Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara. Pemberian makan oleh pihak pengelola panti kepada pecandu narkoba adalah sebanyak 3 pemberian menu makanan yang dilakukan secara beragam.

Penyajian makanan. Siklus menu makanan pecandu nakoba dalam seminggu melalui wawancara kepada pihak pengelola di Panti Pamardi Putra

Insyaf Sumatera Utara

Perhitungan asupan gizi. Megukur jumlah kecukpan energi, protein, karbohidrat dan lemak yang diberikan setiap hari dalam seminggu berdasarkan kelompok umur pecandu narkoba di Panti Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara

Penilaian status gizi. Metode antropometri dengan mengukur berat badan dan tinggi badan berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT). Pengukuran tinggi dan berat badan dilakukan untuk pecandu narkoba yang memiliki umur di bawah 19

Universitas Sumatera Utara tahun dan pecandu narkoba dengan umur di atas 29 tahun. Untuk mengetahui nilai indeks massa tubuh (IMT), dapat dihitung dengan rumus berikut :

Berat Badan (Kg) IMT = Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)

Hasil pengukuran status gizi dikategorikan berdasarkan klasifikasi Indeks

Massa Tubuh menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Tabel 4 Klasifikasi Status Gizi Menurut Orang Dewasa Kategori IMT Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 Kurus Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4 Normal 18,5 – 25,0 Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0 Gemuk Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0 Sumber: Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2016

Pola penyakit. Pengumpulan data pecandu narkoba dilakukan dengan cara wawancara kepada petugas di panti rehabilitasi tersebut. Pengukuran jenis keluhan pecandu narkoba dilakukan dengan menggunakan data historis jenis keluhan setiap pecandu narkoba dari database di Panti Pamardi Putra Insyaf

Sumatera Utara untuk dianalisa lebih lanjut, sehingga diperoleh kesimpulan terkait dengan jenis keluhan pecandu narkoba. Selain itu, data jenis keluhan yang paling sering dialami pecandu narkoba adalah batuk, demam, flu, pening, nyeri punggung dan nyeri lutut.

Metode Analisa Data

Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional secara cross sectional. Metode penelitian observasional secara cross sectional digunakan untuk menjelaskan peristiwa atau suatu kejadian yang

Universitas Sumatera Utara terjadi pada saat sekarang dalam bentuk angka-angka yang bermakna. Penelitian ini merupakan penelitian yang mengobservasional tentang pola penyakit dan status gizi pecandu narkoba di Panti Pamardi Putra Insyaf. Analisa obeservasional dilakukan terhadap status gizi pecandu narkoba yang diukur melalui Indeks Massa

Tubuh (IMT). Pola penyakit dilakukan dengan cara melakukan wawancara kepada pihak panti rehabilitasi pada saat penelitian dilakukan. Kedua data tersebut kemudian dianalisa untuk mencari kesimpulan penelitian dan rekomendasi perbaikan yang dapat diberikan oleh peneliti.

Universitas Sumatera Utara Hasil Penelitian

Gambaran Lokasi Penelitian

Panti Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara terletak di Jalan Bedikari No.

37, Lau Bakeri, Deli Serdang, Suka Rende, Kutalimbaru, Medan, Sumatera

Utara.Panti Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara merupakan salah satu unit pelaksana teknis (UPT) dari Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban

PenyalahgunaanNapza, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, Kementerian

Sosial Republik Indonesia. Panti Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara memberikan pelayanan sosialmelalui program bimbingan fisik, mental, sosial dan pelatihan keterampilan kepadakorban penyalahgunaan napza.

Pihak pengelola di Panti Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara memberikan izin berkunjung kepada keluarga pecandu narkoba untuk mengunjungi salah salah satu keluarga yang menjadi pecandu narkoba di panti rehabilitasi tersebut. Pihak petugas panti rehabilitasi memberikan izin kepada keluarga untuk memperbolehkan membawamakanan kepada salah satu keluarga yang menjadi korban pecandu narkoba dipanti rehabilitasi tersebut. Di panti rehabiltasi tersebut, tidak dipungut biaya kepada keluargakorban pecandu narkoba. Petugas panti memberi izin kepada keluarga pecandu narkobauntuk dapat berkunjung dengan masa kunjungan 1x sebulan.

Para petugas gudang di Panti Pamardi Putra Insyaf Sumatera

Utaramelakukan pengelolahan bahan basah (lauk-pauk) dan kering (gula,guram, tepung, dll) dengan cara menghubungi orang ketiga (pemborong) untuk

Universitas Sumatera Utara melakukan pemesananbahan basah dan kering sesuai jumlah pecandu narkoba yang ada di panti rehabiltasi tesebut.Pemesanan bahan basah dilakukan perhari dan bahan kering dilakukan pemesanan 1x sebulan. Bahan basah dan bahan kering yang sudah dipesan oleh petugas dapur panti, kemudian pihak orang ketiga

(pemborong) mengantarkan barang tersebut kelokasi panti. Bahan basah dan kering diperiksa seadanya dan diterima oleh petugas dapur lalu barang tersebut disimpan di ruangan gudang. Petugas gudang di panti tersebut memberi sebagian barang basah dan kering kepada petugas dapur untuk diolah/dimasak sesuai menu harian di panti. Setelah makanan selesai dimasak, petugas dapur memanggil pecandu narkoba (Hod Kitchen) untuk membawa makanan ke ruangan makan pecandu narkoba dan pecandu narkoba (Hod Kitchen) menyediakan makanan dengan cara membagikan makanan tiap perposi ke pecandu narkoba lainnya.

Karakteristik pecandu narkoba berdasarkan umur.

Karakteristik pecandu narkoba berdasarkan umur dikelompokkan dalam

4kategori yang dapat dilihat pada tabel 5berikut ini :

Tabel 5. Frekuensi Pecandu Berdasarkan Umur Umur Jumlah % 16-23 21 40,38 24-30 13 25,00 31-37 10 19,23 38-44 8 15,38 Jumlah 52 100,00

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pecandu narkoba yang paling banyak berada pada rentang umur 16-23 tahun yaitu sebanyak 21 pecandu

Universitas Sumatera Utara narkoba atau 40,38%. Sedangkan pecandu narkoba yang paling sedikit berada padarentang umur 38-44 tahun sebanyak 8 pecandu narkoba atau 15,38%.

Sehinggadapat disimpulkan penyalahgunaan narkoba lebih dominan pada usia muda dibandingkan dengan usia dewasa.

Karakteristik pecandu narkoba berdasarkan lama rehabilitasi.

Karakteristik pecandu narkoba berdasarkan lama rehabilitasi dikelompokkan ke dalam 3 kategori yang dapat dilihat pada tabel 6 berikut :

Tabel 6. Frekuensi Pecandu Berdasarkan Lama Rehabilitasi Lama Rehabilitasi Jumlah % 2 bulan 21 40,38 3 bulan 25 48,08 4 bulan 6 11,54 Jumlah 52 100,00

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwapecandu narkoba yangpaling banyak yaitu dengan masa rehabilitasi 3 bulan sebanyak 25 pecandu narkoba atau

48,08%. Sedangkan pecandu narkoba yang paling sedikit berada padaumumnyamasa rehabilitasi 4 bulan sebanyak 6 pecandu narkoba atau11,54%.

Karakteristik pecandu narkoba berdasarkan jenis pemakaian.

Karakteristik pecandu narkoba berdasarkan jenis pemakaian narkoba dikelompokkan dalam 7 kategori yang dapat dilihat pada tabel 7 berikut :

Universitas Sumatera Utara Tabel 7. Pecandu Berdasarkan Jenis Pemakaian Jenis Pemakaian Narkoba Jumlah % Sabu 35 67,31 Lem 1 1,92 Ganja dan Sabu 6 11,54 Ekstasi dan Sabu 2 3,85 Sabu dan Lem 1 1,92 Ineks dan Sabu 2 3,85 Sabu, Ganja dan Ekstasi 2 3,85 Ganja 2 3,85 Sabu dan Miras 1 1,92 Jumlah 52 100,00

Berdasarkantabel di atas diketahui bahwa jenis pemakaian narkoba yang paling banyak digunakan pecandu narkoba adalah sabu yaitu sebanyak 35 pecandu narkoba atau 67,31%. Sedangkan pecandu narkoba dengan jenis pemakaian paling sedikit adalah sabu, lem serta sabu dan miras dengan jumlah sebanyak 1 pecandu narkobaatau 1,92%.

Karakterstik pecandu narkoba berdasarkan status orangtua.

Karakteristik pecandu berdasarkan status orang tua dikelompokkan dalam 2 kategori yang dapat dilihat pada tabel 8 berikut:

Tabel8. Pecandu Narkoba Berdasarkan Status Orang Tua Status Orangtua Jumlah % Tidak Bercerai 50 96,15 Bercerai 2 3,85 Jumlah 52 100,00

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa status orang tua pecandu narkoba paling banyak adalah tidak bercerai dengan jumlah sebanyak 50 pecandu

Universitas Sumatera Utara narkoba atau 96,15%. Sedangkan untuk status orang tua pecandu narkoba bercerai sebanyak 2 pecandu narkoba atau 3,85%. Hal ini menunjukkan bahwastatus perceraian orang tua tidak mempengaruhi pecandu narkoba melakukan penyalahgunaan narkoba.

Kebiasaan Makan Pecandu Narkoba

Kebiasaan makan merupakan meliputi jenis makanan, frekuensipenyajian makanan, asupan gizi di Panti Pamardi Putra InsyafSumatera Utara. Berdasarkan hasil wawancara kepadapihak pengelola di Panti PamardiPutra Insyaf

SumateraUtara.

Jenis makanan pecandu narkoba.

Jenis makanan dapat dilihat berdasarkan observasi pada penyajian makanan dengan mengetahui siklus menu makanan pecandu narkoba dalam seminggudan diperoleh dari petugas di Panti Pamardi Putra Insyaf Sumatera

Utara. Pemberian makan oleh pihak panti kepada pecandu narkoba sebanyak 3 kali dalam sehari. Pemberian menu makanan dilakukan secaraberagam.

Menu makanan pecandu narkoba.

Penyajian menu makanan pecandu narkoba dapat dilihat berdasarkan siklus menu makanan pecandu narkoba dalam seminggu di Panti Pamardi Putra

Inyaf Sumatera Utara. Menu makanan pecandu narkoba dalam seminggu dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Universitas Sumatera Utara Tabel 9. Menu Makanan Pecandu Narkoba Hari Senin Waktu Jenis Makanan Berat (gr)

08:00 WIB Nasi putih 100,0

Tumis kacang panjang 32.0

Sambal tempe dan 50,0 sambal teri

10:00 WIB Roti kering 17,0

12:00 WIB Nasi putih 100,0

Ikan dencis 29,0

Sayur asem 240,0

Sambal 55,0

Pisang 69,0

16:00 WIB ubi kayu 100,0

19:00 WIB Nasi putih 100,0

Nila goreng 100,0

Tumis kangkung 28,3

Sambal 55,0

Pepaya 18,3

Tabel 9 menunjukkan masing-masing jenis makanan yang dikonsumsi pecandu narkoba pada hari senin. Dapat dilihat bahwa setiap pecandu narkoba mengkonsumsi makananan berat dan makanan ringan yang disediakan oleh pihak panti tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 10. Menu Makanan Pecandu Narkoba Hari Selasa Waktu Jenis Makanan Berat (gr)

08:00 WIB Nasi putih 100,0

Kentang semur 38,0

Tempe goreng 50,0

Timun 86,0

Kerupuk 9,0

10:00 WIB Roti kering 17,0

12:00 WIB Nasi putih 100.0

Kari ayam 110.0

Tumis sawi manis 33,0

Sambal 55,0

Pepaya 18,3

16:00 WIB 100,0

19:00 WIB Nasi putih 100,0

Lele goreng 18,0

Sayur lodeh 50,0

Universitas Sumatera Utara Semangka 1,5

Tabel 10 menunjukkan masing-masing jenis makanan yang dikonsumsi pecandu narkoba pada hari selasa. Dapat dilihat bahwa setiap pecandu narkoba mengkonsumsi makananan berat dan makanan ringan yang disediakan oleh pihak panti tersebut.

Tabel 11. Menu Makanan Pecandu Narkoba Hari Rabu Waktu Jenis Makanan Berat (gr)

08:00 WIB Nasi putih 100,0

Sambal teri 33,3

Tempe goreng 50,0

10:00 WIB Roti kering 17,0

12:00 WIB Nasi putih 100,0

Tongkol asem padeh 8,0

Daun ubi tumbuk 100,00

Universitas Sumatera Utara Semangka 1,5

16:00 WIB Goreng pisang 28.,3

19:00 WIB Nasi putih 100,0

Ikan dencis goreng 29.0

Tumis sawi 33,0

Tauge 25,0

Sambal 55,0

Pisang 69.0

Tabel 11 menunjukkan masing-masing jenis makanan yang dikonsumsi pecandu narkoba pada hari rabu. Dapat dilihat bahwa setiap pecandu narkoba mengkonsumsi makananan berat dan makanan ringanyang disediakan oleh pihak panti tersebut.

Tabel 12. Menu Makanan Pecandu Narkoba Hari Kamis

Universitas Sumatera Utara Waktu Jenis Makanan Berat (gr)

08:00 WIB Nasi putih 100,0

Sambal telur 60.0

Kentang 38,0

Timun 86.0

Kerupuk 9,6

10:00 WIB Roti kering 17,0

12:00 WIB Nasi putih 100,0

Daging sapi 48,0

Daun ubi rebus 100.0

Sambal 55,0

Semangka 1,5

16:00 WIB Kolak ubi kayu 100,0

19:00 WIB Nasi putih 100,0

Ikan tongkol 8,0

Sambal 55,0

Rebus sawi pahit 33,0

Tabel 12 menunjukkan masing-masing jenis makanan yang dikonsumsi pecandu narkoba pada hari kamis. Dapat dilihat bahwa setiap pecandu narkoba mengkonsumsi makananan berat dan makanan ringan yang disediakan oleh pihak panti tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 13. Menu Makanan Pecandu Narkoba Hari Jumat Waktu Jenis Makanan Berat (gr)

08:00 WIB Nasi putih 100,0

Tempe goreng 50,0

Telur dadar 60,0

Timun 86,0

Kerupuk 9,0

10:00 WIB Roti kering 17,0

Susu 244,0

12:00 WIB Nasi putih 100,0

Semur ayam 100,0

Tumis bayam 12,3

Sambal 55,0

Pepaya 18.3

16:00 WIB Bubur kacang hijau 100,0

19:00 WIB Nasi putih 100,0

Sambal hati 100,0

Ampela tempe 100,0

Universitas Sumatera Utara Kentang 38,0

Tumis tauge 25,0

Pisang 69,0

Tabel 13 menunjukkan masing-masing jenis makanan yang dikonsumsi pecandu narkoba pada hari jumat. Dapat dilihat bahwa setiap pecandu narkoba mengkonsumsi makananan berat dan makanan ringanyang disediakan oleh pihak panti tersebut.

Tabel 14. Menu Makanan Pecandu Narkoba Hari Sabtu Waktu Jenis Makanan Berat (gr)

08:00 WIB Nasi putih 100,0

mie lidi gomak 101,0

Tahu goreng 3,0

Sambal 55,0

10:00 WIB Roti kering 17,0

Teh manis 192,0

12:00 WIB Nasi putih 100,0

Universitas Sumatera Utara Lele goreng 18,0

Capcai 100,0

Sambal 55,0

16:00 WIB 28,3

Ubi goreng 150.0

19:00 WIB Nasi putih 100,0

Kentang 38,0

Telur 60,0

Tumis kangkung 28,3

Semangka 1,5

Tabel 14 menunjukkan masing-masing jenis makanan yang dikonsumsi pecandu narkoba pada hari sabtu. Dapat dilihat bahwa setiap pecandu narkoba mengkonsumsi makananan berat dan makanan ringanyang disediakan oleh pihak panti tersebut.

Tabel 15. Menu Makanan Pecandu Narkoba Hari Minggu

Universitas Sumatera Utara Waktu Jenis Makanan Berat (gr)

08:00 WIB Nasi putih 100,0

Sambal tempe dan 50,0 sambal teri

10:00 WIB Roti kering 17,0

Teh manis 192,0

12:00 WIB Nasi putih 100,0

Ikan tongkol 8.0

Daun ubi tumbuk 100,0

Semangka 1,5

16:00 WIB Goreng ubi 150,0

19:00 WIB Nasi putih 100,0

Ikan dencis 29,0

Tumis sawi 33,0

Tauge 25,0

Sambal 55,0

Pisang 69,0

Tabel 15 menunjukkan masing-masing jenis makanan yang dikonsumsi pecandu narkoba pada hari minggu. Dapat dilihat bahwa setiap pecandu narkoba mengkonsumsi makananan berat dan makanan ringan yang disediakan oleh pihak panti tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 16. Frekuensi Jenis Makanan Dalam 1 Minggu Frekuensi Menu Makanan >1 x/hari >1 x/minggu 1 x/minggu Nasi  Lauk Sambal tempe  Ikan dencis  Nila goreng  Kentang Semur  Kari ayam  Lele goreng  Teri kacang  Ikan tongkol  Sambal telur  Daging sapi rendang  Telur dadar  Semur ayam  Sambal hati  Ampela tempe  Mie lidi gomak   Telur Balado

Roti   Bubur kacang hijau Sayur Kangkung   Sawi Manis  Sawi pahit  Daun ubi  Tauge  Bayam 

Universitas Sumatera Utara Capcai  Tumis kacang panjang  Buah  Pisang  Pepaya  Timun  Semangka Asupan gizi dapat dilihat berdasarkan siklus menu makanan yangdisajikan kepada pecandu narkoba.Perhitungan gizi dilakukan dengan cara mengukursetiap menu makanan yang diberikan oleh pihak panti kepada pecandu narkoba setiaphari dalam seminggu. Kuantitas gizi yang diberikan kepada setiap pecandunarkoba adalah relatifsama, dikarenakan porsi yang diberikan oleh pihak panti tidak berbedauntuk setiap pecandunarkoba. Berikut ini merupakan hasil pengukuran asupan gizi pecandunarkoba setiap hari dalam seminggu.

Tabel 17. KandunganGizi Pecandu Narkoba Dalam 1Minggu Energi Protein Karbohidrat Lemak Hari (kkal) (gr) (gr) (gr) Senin 1071,12 58,51 239,88 32,35 Selasa 1065,94 58,90 233,04 48,84 Rabu 877,90 52,55 204,02 20,58 Kamis 1106,87 58,03 230,94 52,44 Jum'at 1432,59 114,83 250,33 58,97 Sabtu 1177,77 44,00 275,29 41,85 Minggu 986,90 54,45 236,10 17,26 Rata-rata 1102,73 63,04 138,51 38,90

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata pecandunarkoba mengkonsumsi energi sebanyak 1102,73 kkal, protein sebanyak 63,04 gr,karbohidrat sebanyak 138,51 gr dan lemak sebanyak 38,90 gr. Jenis lauk yang

Universitas Sumatera Utara disediakanoleh pihak panti terdiri dari sambal tempe, , telur dadar, sop ayam, ayamgoreng, ikan dencis, ikan lele dan ikan tongkol. Jenis sayuran yang disediakan pantiadalah sawi manis, daub ubi, sup sayur, tumis dan sayur tauge.

Jenis buah-buahanyang diberikan kepada pecandu narkoba yaitu semangka, pisang dan pepaya.Porsi makanan yang diberikan oleh pegawai panti kepada setiap pecandu narkoba adalah relatif sama dan tidak bersisa.

Pengukuran kecukupan gizi meliputi energi, protein, karbohidrat danlemak. Perhitungan gizi dilakukan dengan cara mengukur setiap menu makananyang diberikan oleh pihak panti kepada pecandu narkoba setiap hari dalam seminggu.Porsi yang diberikan oleh petugas panti tidak berbeda untuk setiap pecandu narkoba lainnya. Untuk mengetahui kecukupan gizi yang diberikan oleh pihakpanti kepada pecandu narkoba, maka dilakukan perhitungan total gizi setiap haridalam seminggu dan dibandingkan dengan angka asupan gizi berdasarkan umur pecandu narkoba.

Tabel 18. Rata-rata Asupan Gizi Pecandu Narkoba Berdasarkan Umur Rata-rata Kecukupan Gizi Umur n Energi Protein Kabohidrat Lemak (%) (%) (%) (%) 16-18 8 41,23 95,50 64,81 43,70 19-29 26 40,46 101,68 63,60 42,74 30-49 18 42,00 96,98 60,53 53,28

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jumlah asupan gizi pecandu narkoba berdasarkan ketentuan Kementerian Kesehatan Indonesia tahun 2013.

Secara umum berada pada kategori tidak memenuhi standart Kementerian

Kesehatan Indonesia. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa asupan gizi yang

Universitas Sumatera Utara cukup hanyapada konsumsi protein untuk kelompok umur 19-29 tahun sebesar

101,68. Sedangkan untuk kelompok umur lainnya berada pada kategori tidak memenuhi standart. Oleh karena itu, sangat diperlukan ahli gizi yang memiliki kemampuan yang baikdalam menentukan pemberian menu makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizi pecandu narkoba di Panti Parmadi Putra Insyaf Sumatera

Utara. Hal ini bergunauntuk mempercepat dan memperlancar proses rehabilitasi sehingga prosespenyembuhan pecandu narkoba dapat dilakukan secepatnya.

Tabel 19 Tabulasi Silang (Crosstab) Konsumsi Energi dengan Status Gizi Konsumsi Energi Tidak Sesuai P- Sesuai AKG Total AKG Value N % N % Kurus 3 5.77% 2 3.85% 5 Status Normal 24 46.15% 13 25.00% 37 Gizi 0.167 Gemuk 7 13.46% 3 5.77% 10 Total 34 65.38% 18 34.62% 52

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden yang memiliki konsumsi energi tidak sesuai AKG berada pada kategori status gizi normal yaitu sebanyak 24 responden (46,15%). Responden yang memiliki konsumsi energi tidak sesuai AKG pada kategori gemuk sebanyak 7 responden (13,46%) dan kategori kurus 3 responden (5,77%). Sebagian besar responden yang memiliki konsumsi energi sesuai AKG berada pada kategori status gizi normal yaitu sebanyak 13 responden (25,00%). Responden yang memiliki konsumsi energi sesuai AKG pada kategori gemuk sebanyak 3 responden (5,77%) dan kategori kurus 2 responden (3,85%).Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara konsumsi energidengan status gizi responden (p=0,167).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 20 Tabulasi Silang (Crosstab) Konsumsi Protein dengan Status Gizi Konsumsi Protein Tidak Sesuai AKG Sesuai AKG P- Total N % N % Value Kurus 5 9.62% 0 0.00% 5 Status Normal 37 71.15% 0 0.00% 37 Gizi 0.000 Gemuk 10 19.23% 0 0.00% 10 Total 52 100.00% 0 0.00% 52

Hasil penelitian menunjukkan secara keseluruhan responden memiliki konsumsi protein tidak sesuai AKG. Sebagian besar responden yang memiliki konsumsi protein tidak sesuai AKG berada pada kategori status gizi normal yaitu sebanyak 37 responden (71,15%). Responden yang memiliki konsumsi protein tidak sesuai AKG pada kategori gemuk sebanyak 10 responden (19,23%) dan kategori kurus 5 responden (9,62%). Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan bermakna antara konsumsi proteindengan status gizi responden

(p=0,00).

Tabel 21 Tabulasi Silang (Crosstab) Konsumsi Karbohidrat dengan Status Gizi Konsumsi Karbohidrat Tidak Sesuai Sesuai AKG P- AKG Total Value N % N % Kurus 0 0.00% 5 9.62% 5 Status Norma 0 0.00% 37 71.15% 37 0.000 Gizi l Gemuk 0 0.00% 10 19.23% 10

Universitas Sumatera Utara Total 0 0.00% 52 100.00% 52

Hasil penelitian menunjukkan secara keseluruhan responden memiliki konsumsi karbohidrat sesuai AKG. Sebagian besar responden yang memiliki konsumsi karbohidrat sesuai AKG berada pada kategori status gizi normal yaitu sebanyak 37 responden (71,15%). Responden yang memiliki konsumsi karbohidrat sesuai AKG pada kategori gemuk sebanyak 10 responden (19,23%) dan kategori kurus 5 responden (9,62%). Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan bermakna antara konsumsi karbohidrat dengan status gizi responden

(p=0,00).

Tabel 22 Tabulasi Silang (Crosstab) Konsumsi Lemak dengan Status Gizi Konsumsi Lemak Tidak Sesuai Sesuai AKG P- AKG Total Value N % N % Kurus 3 5.77% 2 3.85% 5 Status Normal 24 46.15% 13 25.00% 37 Gizi 0.167 Gemuk 7 13.46% 3 5.77% 10 Total 34 65.38% 18 34.62% 52

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden yang memiliki konsumsi lemak tidak sesuai AKG berada pada kategori status gizi normal yaitu sebanyak 24 responden (46,15%). Responden yang memiliki konsumsi lemak tidak sesuai AKG pada kategori gemuk sebanyak 7 responden (13,46%) dan kategori kurus 3 responden (5,77%). Sebagian besar responden yang memiliki konsumsi lemak sesuai AKG berada pada kategori status gizi normal yaitu sebanyak 13 responden (25,00%). Responden yang memiliki konsumsi lemak sesuai AKG pada kategori gemuk sebanyak 3 responden (5,77%) dan kategori

Universitas Sumatera Utara kurus 2 responden (3,85%).Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara konsumsi lemak dengan status gizi responden (p=0,167).

Status Gizi Pecandu Narkoba

Status gizi merupakan keadaan fisik pecandu narkoba yang diukur dengan antropometri dan ditentukan dengan indeks massa tubuh (IMT) berdasarkan klasifikasi Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Berdasarkan hasil pengisian yang diperoleh dari pecandu narkoba diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 23 Status Gizi Pecandu Narkoba Kategori Kelompok Umur Jumlah % 16-18 2 0,3 Kurus 19-29 1 0,1 30-49 2 0,3 16-18 6 1,1 Normal 19-29 18 3,4 30-49 13 0,2 16-18 0 0 Gemuk 19-29 7 1,3 30-49 3 0,5 Jumlah 52 100,0

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa status gizi pecandu narkoba yang paling banyak adalah normal. Pada pecandunarkoba yang berstatus gizi normal pada umur 16-18 tahun sebanyak 6 pecandu narkoba (1,15%).Pada umur

19-29 tahun sebanyak 18 pecandu narkoba (3,46) dan pada umur30-49 tahun sebanyak 13 pecandu narkoba(0,25%). Status gizi kurang dengan badan kurus pada umr 16-18 tahun sebanyak 2 pecandu narkoba (0,38%). Pecandu narkoba

Universitas Sumatera Utara pada umur19-29 tahun terdapat hasil 1 pecandu narkoba (0,19%) dan pada umur

30-49 tahun, sebanyak 2 pecandu narkoba(0,38%), berada pada kategori kekurangan berat badan ringan. Sedangkan status gizi berlebih dengan badan gemuk pada umur 19-29 tahun sebanyak 7 pecandu narkoba (1,34%) dan pada umur 30-49 tahun sebanyak 3 pecandu narkoba (0,57).

Tabel 24 Tabulasi Silang (Crosstab) Status Gizi dengan Keluhan Penyakit Keluhan Penyakit Total Batuk Demam Flu Nyeri Pening Gemuk 0 4 0 3 3 10 Status Gizi Kurus 2 0 3 0 0 5 Normal 5 9 9 8 6 37 Total 7 13 12 11 9 52

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki keluhan penyakit demam yaitu sebanyak 13 responden. Responden yang memiliki keluhan demam paling banyak adalah responden dengan status gizi normal, yaitu sebanyak

9 responden. Pecandu narkoba dengan status gizi kurus memiliki keluhan paling banyak pada flu yaitu sebanyak 3 orang. Sedangkan responden yang memiliki status gizi gemuk memiliki keluhan paling banyak pada demam dan flu yaitu sebanyak 9 orang.

Jenis Keluhan Pecandu Narkoba

Jenis keluhan merupakan jenis keluhan yang pernah dialami oleh pecandu narkoba pada periode 9 bulan di Panti Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara yang diperoleh berdasarkan catatan kesehatan pegawai di panti direhabilitasi tersebut.Berdasarkan keterangan catatan kesehatan di Panti Pamardi Putra Insyaf

Universitas Sumatera Utara Sumatera Utara diperoleh bahwa jenis keluhan pecandu narkoba yang sering dialami pada pecandu narkoba adalah sebagai berikut :

Tabel 25 Jenis Keluhan Pecandu Narkoba Jenis Keluhan Pecandu Narkoba Jumlah % Batuk 7 13,46 Demam 13 25,00 Flu 12 23,08 Pening 9 17,31 Nyeri Punggung 8 51,38 Nyeri Lutut 3 05,76 Total 52 100,00

Berdasarkan keterangan catatan kesehatan di Panti Pamardi Putra Insyaf

Sumatera UtaraUtara diketahui bahwa terdapat 7 pecandu narkoba yang mengalami jenis keluhan batuk. Pecandu narkoba yang mengalami jenis keluhan demam sebanyak 13 pecandu narkoba. Pecandu narkoba yang mengalami jnis keluhan flusebanyak 12 pecandu narkoba. Pecandu narkoba yang mengalami jenis keluhan pening sebanyak 9 pecandu narkoba. Pecandu narkoba yang mengalami jenis keluhan pada nyeri punggung sebanyak 8 pecandu narkoba. Pecandu narkoba yang mengalami jenis keluhan nyeri lutut yaitu 3 pecandu narkoba.

Berdasarkan keterangan catatan kesehatan petugas di panti, keluhan yang dialami pecandu narkobabisa berubah-ubah. Namun, jenis keluhan yang paling sering dialami pecandunarkoba secara umum adalah jenis keluhan yang dipaparkan diatas.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 26 Tabulasi Silang Keluhan Penyakit dengan Konsumsi Energi Energi Tidak Total Sesuai AKG SesuaiAKG Batuk 4 3 7 Demam 5 8 13 Keluhan Penyakit Flu 2 10 12 Nyeri 5 6 11 Pening 2 7 9 Total 18 34 52

Hasil penelitian menunjukkan pecandu narkoba yang memiliki konsumsi energi sesuai AKG paling banyak memiliki keluhan demam sebanyak 5 pecandu narkoba. Sedangkan responden yang memiliki konsumsi energi tidak sesuai AKG memiliki jenis keluhan paling banyak pada flu yaitu sebanyak 10 pecandu narkoba

Tabel 27 Tabulasi Silang Keluhan Penyakit dengan Konsumsi Karbohidrat Karbohidrat Total Sesuai AKG Batuk 7 7 Demam 13 13 Keluhan Penyakit Flu 12 12 Nyeri 11 11 Pening 9 9 Total 52 52

Hasil penelitian menunjukkan responden secara keseluruhan memiliki konsumsi karbohidrat sesuai dengan AKG. Responden yang memiliki konsumsi

Universitas Sumatera Utara karbohidrat sesuai AKG memiliki jenis keluhan paling banyak pada demam yaitu sebanyak 13 pecandu narkoba.

Tabel 28 Tabulasi Silang Keluhan Penyakit dengan Konsumsi Protein Protein Total Tidak SesuaiAKG Batuk 7 7 Demam 13 13 Keluhan Penyakit Flu 12 12 Nyeri 11 11 Pening 9 9 Total 52 52

Hasil penelitian menunjukkan responden secara keseluruhan memiliki konsumsi protein tidak sesuai dengan AKG. Responden yang memiliki konsumsi protein tidak sesuai AKG memiliki jenis keluhan paling banyak pada demam yaitu sebanyak 13 responden.

Tabel 29 Tabulasi Silang Keluhan Penyakit dengan Konsumsi Lemak Lemak Tidak Total Sesuai AKG SesuaiAKG Batuk 4 3 7 Demam 5 8 13 Keluhan Penyakit Flu 2 10 12 Nyeri 5 6 11 Pening 2 7 9 Total 18 34 52

Hasil penelitian menunjukkan responden yang memiliki konsumsi lemak sesuai AKG paling banyak memiliki keluhan demam sebanyak 5 responden.

Universitas Sumatera Utara Sedangkan responden yang memiliki konsumsi lemak tidak sesuai AKG memiliki jenis keluhan paling banyak pada flu yaitu sebanyak 10 responden.

Universitas Sumatera Utara Pembahasan

Karakteristik Pecandu Narkoba

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan tentang distribusi pecandu narkoba berdasarkan usia (tabel 5), diketahui bahwa pecandu narkoba yang paling banyak berada pada rentang umur 16-23 tahun yaitu sebanyak 21 pecandu narkoba atau 40,38%. Sedangkan pecandu narkoba yang paling sedikit berada pada rentang umur 38-44 tahun sebanyak 8 pecandu narkoba atau 15,38%.

Sehingga dapat disimpulkan penyalahgunaan narkoba lebih dominan da usia muda dibandingkan dengan usia dewasa.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maharti (2015) menemukan bahwa usia remaja memiliki hubungan yang signifikan terhadap penyalahgunaan narkoba. Hasil yang diperoleh Maharti tersebut mendukung hasil penelitian ini, dimana dalam penelitian ini pecandu narkoba yang paling banyak adalah pada pecandu narkoba berusia paling muda dengan rentang 16-23 tahun sebanyak 21 pecandu narkoba atau 40,38%. Hal ini menunjukkan bahwa usia remaja rentan terhadap penyalahgunaan narkoba yang dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, teman sebaya dan faktor lainnya.

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maydiya (2017) yang menyatakan bahwa usia remaja rentan terhadap penyalahgunaan NAPZA karena tingkat emosi dan mental masih sangat labil sehingga mudah terpengaruh ke dalam perilaku menyimpang. Remaja memiliki kecenderungan ingin tahu sehingga akan mencari informasi mengenai NAPZA, dan memiliki potensi memakai narkoba misalnya dimulai dengan sekedar cobacoba. Rasa ingin tahu

Universitas Sumatera Utara terhadap narkotika dan psikotropika merupakan salah satu pendorong bagi seseorang untuk melakukan perbuatan yang menyimpang termasuk keingintahuan terhadap NAPZA.

Selanjutnya pada karakteristik pecandu narkoba lama rehabilitasi diperoleh bahwa pecandu narkoba yang paling banyak yaitu dengan masa rehabilitasi 3 bulan sebanyak 25 pecandu narkoba atau 48,08%. Sedangkan pecandu narkoba yang paling sedikit berada pada masa rehabilitasi 4 bulan sebanyak 6 pecandu narkoba atau 11,54%. Hasil ini menunjukkan pecandu narkoba yang digunakan dalam penelitian sudah memiliki masa rehabilitasi yang cukup untuk mengikuti sistem yang dijalankan oleh panti seperti kebiasaan makan, pemberian layanan kesehatan dan pelayanan lainnya.

Karakteristik pecandu narkoba berdasarkan jenis pemakaian diperoleh bahwa jenis pemakaian narkoba yang paling banyak digunakan pecandu narkoba adalah sabu yaitu sebanyak 35 pecandu narkoba atau 67,31%. Sedangkan pecandu narkoba dengan jenis pemakaian paling sedikit adalah sabu, lem serta sabu dan miras dengan jumalah sebanyak 1 pecandu narkoba atau 1,92%. Jenis narkoba berupa sabu merupakan salah satu jenis yang sangat popular di kalangan masyarakat dan pada remaja khususnya. Dengan akses yang lebih mudah menyebabkan jenis narkoba sabu dapat dikonsumsi oleh semua kalangan termasuk remaja. Hal ini sesuai dengan hasil survey yang dilakukan oleh Badan

Narkotika Nasional (2017) yang menemukan bahwa sabu paling banyak dikonsumsi di Provinsi Kalimantan Timur.

Berdasarkan karakteristik status orang tua ditemukan bahwa status orang

Universitas Sumatera Utara tua pecandu narkoba paling banyak adalah tidak bercerai dengan jumlah sebanyak 50 pecandu narkoba atau 96,15%. Sedangkan untuk status orang tua pecandu narkoba bercerai hanya sebanyak 2 pecandu narkoba atau 3,85%. Hal ini menunjukkan bahwa status perceraian orang tua tidak mempengaruhi pecandu narkoba melakukan penyalahgunaan narkoba. Akan tetapi, dengan aktivitas orang tua yang terlalu sibuk dan tidak memberikan perhatian yang salah kepada anak dapat menjadi pemicu anak salah dalam memilih pergaualan dan pada akhirnya terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkoba.

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Muchtar di dalam Agustin

(2014) menyatakan bahwa penyalahgunaan narkoba yang terjadi lebih banyak menimpa pecandu narkoba dengan keadaan financial yang cukup baik dan memiliki watak yang tidak frontal. Hal ini disebabkan karena peranan orang tua yang terlalu dominan dalam menentukan aktivitas yang harus dilakukan oleh anak agar menjadi anak yang dapat diharapkan hingga menyebabkan anak menjadi jenuh dengan kegiatannya.

Kebiasaan Makan Pecandu Narkoba

Aspek pengukuran yang digunakan untuk variabel kebiasaan makan adalah jenis makanan, frekuensi penyajian makanan, serta asupan gizi yang terdiri dari energi, protein, karbohidrat dan lemak. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa secara keseluruhan pecandu narkoba memiliki jenis makanan yang beragam, menunjukan bahwa dalam konsumsi makan utama terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk (hewani atau nabati), sayuran dan buah buahan. Hal ini dikarenakan menu makanan yang diberikan kepada setiap pecandu narkoba adalah

Universitas Sumatera Utara sama baik pada saat makan pagi, siang ataupun malam.

Berdasarkan hasil penelitian pada asupan gizi pecandu narkoba, ditemukan bahwa kuantitas energi, protein, karbohidrat dan lemak yang diberikan oleh pihak tidak sesuai dengan angka kecukupan gizi. Hal ini dibuktikan dengan membandingkan nilai konsumsi energi, protein, karbohidrat dan lemak.

Berdasarkan hasil penelitian pada asupan gizi pecandu narkoba, konsumsi protein yang diberikan kepada pecandu narkoba dalam kategori baik yaitu untuk kelompok umur 16-18 tahun, 19-29 tahun dan 30-49 tahun masing-masing adalah

95,5%, 101,68% dan 96,98%. Namun, berdasarkan hasil penelitian tersebut ditemukan juga bahwa konsumsi energi, karbohidrat dan lemak yang diberikan oleh pihak panti mengalami defisit (kekurangan). Tabel 10 menunjukkan bahwa persentase energi yang dikonsumsi untuk kelompok umur 16-18 tahun, 19-29 tahun dan 30-49 tahun masing-masing adalah 41,23%, 40,46% dan 42,00%, untuk tingkat kecukupan energinya sebagian besar berada pada kategori defisit tingkat berat. Hal ini dikarenakan jumlah ketersediaan makanan yang disediakan tidak sesuai dengan kebutuhan para pecandu narkoba. Selanjutnya persentase karbohidrat yang diberikan masing-masing adalah 64,81%, 63,60% dan 60,53%, sedangkan untuk konsumsi lemak adalah 43,70%, 42,74% dan 53,28% untuk tingkat kecukupan karbohidrat dan lemak sebagian besar berada pada kategori defisit tingkat berat. Hal ini dikarenakan tidak adanya makanan dengan kandungan lemak tinggi. Hasil tersebut tentunya masih dalam kategori kurang berdasarkan standar kecukupun gizi menurutKementerian Kesehatan Indonesia tahun 2013. Hal ini dikarenakan jumlah ketersediaan makanan yang disediakan

Universitas Sumatera Utara tidak sesuai dengan kebutuhan para pecandu narkoba. Berdasarkan hasil pengamatan terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab kurangnya asupan gizi pecandu narkoba. Sebaiknya pada pihak panti tersebut terdapat ahli gizi yang bertanggungjawab secara langsung terhadap kecukupan gizi pecandu narkoba.

Dengan demikian, kondisi kesehatan setiap pecandu narkoba diharapkan dapat dikontrol dengan baik dan proses rehabilitasi para pecandu narkoba berjalan dengan lancar.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa pemberian asupan gizi kepada pecandu narkoba belum terlaksanakan dengan baik. Penyesuaian menu makanan dan kebutuhan kecukupan gizi pecandu narkoba berdasarkan umur sangat diperlukan untuk mendukung kelancaran proses rehabilitasi. Untuk melakukan perbaikan tersebut disarankan bagi pihak panti untuk menetapkan pegawai ahli gizi yang dapat menyesuaikan menu makanan dengan kebutuhan gizi pecandu narkoba dengan tepat. Sehingga setiap kelompok umur para pecandu narkoba memperoleh menu makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizi masing-masing.Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Agustia (2014) ditemukan bahwa bagian penting dari mengobati kecanduan adalah untuk melengkapi gizi yang hilang melalui makanan dan suplemen.

Jenis makanan yang dikonsumsi oleh pecandu narkoba di Panti Pamardi

Putra Insyaf Sumatera Utara memiliki jenis yang tidak terlalu banyak yang dimiliki oleh panti tersebut. Frekuensi penyajian makanan yang diberikan oleh panti kepada pecandu narkoba adalah 3 kali sehari untuk menu makan utama yaitu pagi, siang dan malam. Berdasarkan hasil observasi melalui wawancara kepada

Universitas Sumatera Utara pihak pengelola di Panti Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara.

Selain dari makan utama sebanyak 3 kali sehari, manajemen panti juga menyediakan menu makanan pada waktu senggang pada pukul 10.00 WIB berupa roti kerring dan pada sore hari pada pukul 16.00 WIB berupa bubur kacang hijau, ubi rambat goring dan pisang goreng yang diberikan secara bergantian tiap harinya.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti ditemukan bahwa menu makanan yang disediakan setiap minggunya relatif sama. Dengan pemenuhan sumber gizi yang seadanya menyebabkan asupan gizi yang diterima oleh pecandu narkoba belum optimal. Sehingga diharapkan bantuan dari berbagai pihak yang bersangkutan untuk memberikan bantuan dengan tujuan pemenuhan gizi yang baik bagi pecandu narkoba. Dengan demikian, melalui pemenuhan gizi yang baik diharapkan akan mampu mempercepat proses rehabilitasi kepada pecandu narkoba dan dapat bergabung dengan masyarakat untuk melanjutkan interaksi sosial dengan baik.

Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang memiliki konsumsi energi tidak sesuai AKG berada pada kategori status gizi normal yaitu sebanyak 24 responden (46,15%). Sebagian besar responden yang memiliki konsumsi energi sesuai AKG berada pada kategori status gizi normal yaitu sebanyak 13 responden (25,00%). Hasil penelitian menunjukkan secara keseluruhan responden memiliki konsumsi protein tidak sesuai AKG. Sebagian besar responden yang memiliki konsumsi protein tidak sesuai AKG berada pada kategori status gizi normal yaitu sebanyak 37 responden (71,15%). Responden yang memiliki konsumsi protein tidak sesuai AKG pada kategori gemuk sebanyak

Universitas Sumatera Utara 10 responden (19,23%) dan kategori kurus 5 responden (9,62%).

Hasil penelitian menunjukkan secara keseluruhan responden memiliki konsumsi karbohidrat sesuai AKG. Sebagian besar responden yang memiliki konsumsi karbohidrat sesuai AKG berada pada kategori status gizi normal yaitu sebanyak 37 responden (71,15%). Responden yang memiliki konsumsi karbohidrat sesuai AKG pada kategori gemuk sebanyak 10 responden (19,23%) dan kategori kurus 5 responden (9,62%). Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden yang memiliki konsumsi lemak tidak sesuai AKG berada pada kategori status gizi normal yaitu sebanyak 24 responden (46,15%). Responden yang memiliki konsumsi lemak tidak sesuai AKG pada kategori gemuk sebanyak

7 responden (13,46%) dan kategori kurus 3 responden (5,77%). Sebagian besar responden yang memiliki konsumsi lemak sesuai AKG berada pada kategori status gizi normal yaitu sebanyak 13 responden (25,00%). Responden yang memiliki konsumsi lemak sesuai AKG pada kategori gemuk sebanyak 3 responden (5,77%) dan kategori kurus 2 responden (3,85%).

Status Gizi Pecandu Narkoba

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat dilihat bahwa status gizi pecandu yang paling banyak adalah normal. Pada pecandu narkoba yang berstatus gizi normal atau 71,15% pada umur 16-18 tahun sebanyak 6 pecandu narkoba. Pada umur 19-29 tahun sebanyak 18 pecandu narkoba dan pada umur 30-49 tahun sebanyak 13 pecandu narkoba. Status gizi kurang dengan badan kurus pada umr

16-18 tahun sebanyak 2 pecandu narkoba. Pecandu narkoba pada umur 19-29 tahun terdapat hasil 1 pecandu narkoba dan pada umur 30-49 tahun, sebanyak 2

Universitas Sumatera Utara pecandu narkoba sebanyak 5 pecandu atau 9,62% berada pada kekurangan berat badan ringan. Sedangkan status gizi berlebih dengan badan gemuk atau 19,24%, pada umur 19-29 tahun sebanyak 7 pecandu narkoba dan pada umur 30-49 tahun sebanyak 3 pecandu narkoba.

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 9 ditemukan bahwa terdapat pecandu narkoba yang memiliki status gizi gemuk, akan tetapi berdasarkan perhitungan asupan gizi mengalami kekurangan energi, karbohidrat dan lemak.

Hal ini dapat disebabkan berbagai faktor seperti kurangnya aktivitas fisik pecandu narkoba yang menyebabkan berat badan menjadi berlebih. Selain itu, dapat disebabkan oleh metabolisme yang lambat dan bertumpuknya hormon. Kombinasi tersebut dapat membuat berat badan bertambah. Hal ini dikarenakan para pecandu narkoba mengonsumsi makanan tinggi nutrisi tetapi rendah energi. Hal ini menyatakan bahwa kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor utama yang menyebabkan berat badan berlebih atau obesitas. Oleh karena itu, sebaiknya pihak panti dapat meningkatkan kegiatan atau aktivitas pecandu dalam sehari-hari, seperti olahraga pagi atau sore hari, gotong royong dan kegiatan positif lainnya.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa pecandu narkoba yang memiliki status gizi kurang dengan indikator badan yang kurus lebih kecil dibandingkan dengan status gizi berlebih dengan indikator badan gemuk. Hal ini menunjukkan bahwa pecandu narkoba bersedia untuk mengkonsumsi setiap menu makanan yang disajikan oleh pihak panti yang dibuktikan dengan kebiasaan makan yang banyak pada hasil penelitian sebelumnya. Meskipun menu makanan yang disajikan oleh pihak panti seadanya, pecandu narkoba tidak mengeluh dan tetap

Universitas Sumatera Utara mengkonsumsinya dengan baik.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki keluhan penyakit demam yaitu sebanyak 13 responden. Responden yang memiliki keluhan demam paling banyak adalah responden dengan status gizi normal, yaitu sebanyak

9 responden. Responden dengan status gizi kurus memiliki keluhan paling banyak pada flu yaitu sebanyak 3 orang. Sedangkan responden yang memiliki status gizi gemuk memiliki keluhan paling banyak pada demam dan flu yaitu sebanyak 9 orang.

Jenis Keluhan Pecandu Narkoba

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa jenis keluhan yang dialami oleh pecandu narkoba yaitu terdiri dari jenis keluhan yang dirasakan oleh pecandu narkoba, diagnosa dan terapi yang diberikan manajemen pihak panti. Berdasarkan hasil rekapitulasi data historis di Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara diperoleh bahwa jenis keluhan yang paling sering dialami pecandu narkoba adalah batuk, demam, flu, pening, nyeri punggung dan nyeri lutut. Dengan demikian pihak panti melakukan penyediaan stok obat-obatan, lebih dominan pada jenis keluhan pecandu narkoba yang sering dialami.

Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan keterangan catatan kesehatan pihak panti untuk jenis keluhan pecandu narkoba ditemukan bahwa terdapat 7 pecandu narkoba yang mengalami jenis keluhan batuk. Pecandu narkoba yang mengalami jenis keluhan demam sebanyak 13 pecandu narkoba. Pecandu narkoba yang mengalami jnis keluhan flu sebanyak 12 pecandu narkoba. Pecandu narkoba yang mengalami jenis keluhan pening sebanyak 9 pecandu narkoba. Pecandu

Universitas Sumatera Utara narkoba yang mengalami jenis keluhan pada nyeri punggung sebanyak 8 pecandu narkoba. Pecandu narkoba yang mengalami jenis keluhan nyeri lutut yaitu 3 pecandu narkoba.

Seperti yang telah dibahasa pada bagian sebelumnya bahwa dampak

NAPZA terhadap fisik pemakai NAPZA akan mengalami gangguan-gangguan fisik sebagai berikut berat badannya akan turun secara drastis, matanya akan terlihat cekung dan merah, muka pucat, bibir menjadi kehitam-hitaman, tangannya dipenuhi bintik-bintik merah, buang air besar dan kecil kurang lancar, sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas. Pemakai NAPZA akan mengalami perubahan emosi sebagai berikut sangat sensitif dan mudah bosan, jika ditegur atau dimarahi selanjutnya pemakai akan menunjukkan sikap membangkang, emosinya tidak stabil dan kehilangan nafsu makan.

Oleh sebab itu, sangat diperlukan bagi pihak manajemen panti agar dapat memberikan perhatian yang baik terhadap kebutuhan asupan gizi para pecandu narkoba. Hal ini bertujuan untuk menghindari pecandu narkoba terserang keluhan penyakit yang dapat menghambat proses rehabilitasi para pecandu narkoba di

Panti Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara.

Hasil penelitian menunjukkan responden yang memiliki konsumsi energi sesuai AKG paling banyak memiliki keluhan demam sebanyak 5 responden.

Sedangkan responden yang memiliki konsumsi energi tidak sesuai AKG memiliki jenis keluhan paling banyak pada flu yaitu sebanyak 10 responden. Hasil penelitian menunjukkan responden secara keseluruhan memiliki konsumsi karbohidrat sesuai dengan AKG. Responden yang memiliki konsumsi karbohidrat

Universitas Sumatera Utara sesuai AKG memiliki jenis keluhan paling banyak pada demam yaitu sebanyak 13 responden.

Hasil penelitian menunjukkan responden secara keseluruhan memiliki konsumsi protein tidak sesuai dengan AKG. Responden yang memiliki konsumsi protein tidak sesuai AKG memiliki jenis keluhan paling banyak pada demam yaitu sebanyak 13 responden. Hasil penelitian menunjukkan responden yang memiliki konsumsi lemak sesuai AKG paling banyak memiliki keluhan demam sebanyak 5 responden. Sedangkan responden yang memiliki konsumsi lemak tidak sesuai AKG memiliki jenis keluhan paling banyak pada flu yaitu sebanyak

10 responden.

Universitas Sumatera Utara Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

1. Kebiasaan makan pecandu narkoba berdasarkan jenis makanan secara

keseluruhan beragam, frekuensi makan kategori selalu, konsumsi energi,

karbohidrat dan lemak seluruhnya pada kategori kurang, sedangkan

konsumsi protein seluruhnya pada kategori cukup.

2. Status gizi pecandu narkoba yang menjalani rehabiltiasi di Panti Pamardi

Putra Insyaf paling dominan terdapat pada status gizi normal sebanyak 37

pecandu narkoba.

3. Jenis keluhan yang diderita pecandu narkoba di Panti Pamardi Putra Insyaf

adalah batuk, demam, flu, pening, nyeri punggung dan nyeri lutut.

Saran

1. Sebaiknya pihak panti memberikan menu makanan tambahan selain dari

menu makanan sebelumnya dengan ketentuan kecukupan masing-masing

rentang umur pecandu narkoba untuk memenuhi konsumsi energi, protein,

karbohidrat dan lemak dengan baik.

2. Sebaiknya manajemen panti memberikan perhatian terhadap makanan yang

tidak disukai ataupun makanan yang menyebabkan alergi kepada pecandu

narkoba agar tidak sering dimasukkan kedalam menu makanan atau dengan

mengganti menu lain yang tidak menyebabkan alergi bagi pecandu

narkoba tersebut.

3. Seharusnya manajemen panti menyediakan ahli gizi khusus yang berfungsi

Universitas Sumatera Utara untuk mengatur kebutuhan gizi pecandu narkoba di Panti Pamardi Putra

Insyaf Sumatera Utara.

4. Sebaiknya penyediaan obat-obatan bagi pecandu narkoba dilakukan setelah

dilakukan pendataan secara menyeluruh kepada setiap pecandu narkoba

sehingga setiap obat yang disediakan dapat dipergunakan dengan baik

sebelum batas kadaluarsa obat.

Universitas Sumatera Utara Daftar Pustaka

Agustina. (2015). Asupan zat gizi makro dan serat menurut status gizi anak usia 6-12 tahun (Skripsi). Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan. Alifia, U. (2008). Apa itu narkotika dan napza. Semarang : PT Bengawan Ilmu. Almatsier, S. (2002). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka. Baliwati, Y. F. (2004). Pengantar pangan dan gizi. Jakarta : Penebar Swadaya. Colondam, V. (2007). Raising drug-free children. Jakarta : Yayasan Cinta Mah Bangsa. Dadang, H. (2009). Penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA. Jakarta : Balai Penerbitan FKUI. Damayanti, S. (2002). Obesitas pada Anak. Prosiding simposium temu ilmiah akbar. Pusat Informasi dan Penerbitan bagian Ilmu Penyakit Dalam (FKUI). Jakarta. Dewa, N. (2002). Penilaian status gizi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hermawan, T. (2005). Sistem manajemen harzard analysis critical control points (HACCP). Jakarta: Bumi Aksara. Irianto, P. (2006). Panduan gizi lengkap keluarga dan olahragawan. Yogyakarta : Andi. Jazuli. (2007). Upaya menjaga diri dari bahaya narkoba. Semarang : PT Bengawan Ilmu. Karsono, E. (2004). Mengenal kecanduan narkoba dan minuman keras. : Yrama Widya. Khomsan, A. (2004). Pangan dan gizi untuk kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo. Kusmayadi, A., & Dadang. (2008). Cara memilih dan mengolah makanan untuk perbaikan gizi masyarakat. Jakarta: Asia Indonesia. Maharti, V. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penyalahgunaan narkoba pada remaja usia 15-19 tahun di Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang (Skripsi). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.

Universitas Sumatera Utara Maydia, N. (2017). Karakteristik pelajar penyalahguna napza dan jenis napza yang digunakan di Kota Surabaya (Skripsi). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Miller, C. (2010). Factors affecting blood pressure and Heart rate. Diakses :http://www.livestrong.com/article/196479-factors-affecting-bloodpressure- heart-rate/. Nasution. (2003). Metode research (penelitian ilmiah). Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Partodiharjo, S. (2006). Kenali narkoba dan musuhi penyalahgunaannya. Jakarta : Esensi. Rahayu, T. (2017). Hubungan asupan energi, karbohidrat dan lemak dengan status obesitas pada lansia di posyandu lansia wedra utama purwosari. (Skripsi). Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surkarta, Surakarta. Sasangka, H. (2003). Narkotika dan psikotropika dalam hukum pidana. Bandung : Mandar Maju.

Soeparman, H. (2000). Narkoba telah merubah rumah kami menjadi neraka. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional-Dirjen Dikti. Sudjana, N. (2004). Dasar-dasar proses belajar mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensido Offset. Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Suhardjo. (2002). Perencanaan pangan dan gizi. Jakarta : Bumi Aksara. Suhardjo. (2003). Berbagai cara pendidikan gizi. Jakarta : Bumi Aksara.

Supariasa, (2013). Penilaian status gizi (Edisi Revisi). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Tjay, H. & Kirana, R. (2007). Obat-obat penting khasiat, penggunaan dan efek- efek sampingnya. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1997 Tentang Narkotika Wirakusumah, S. (1999). Perencanaan menu anemia gizi besi. Jakarta : PT.Pustaka.

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Asupan Gizi Pecandu Narkoba

Hari Energi Protein Karbohidrat Lemak Jenis Makanan (kkal) (gr) (gr) (gr) Senin Nasi putih 130.0 4.2 44.1 0.4 Tumis kacang panjang 38.5 1.2 5.0 2.0

Sambal tempe 34.0 2.0 1.8 2.3

Nasi putih 130.0 4.2 44.1 0.4

Ikan dencis 20.2 4.3 0.0 0.2

Sayur asem 80.0 3.2 12.9 2.8

Pisang 52.5 0.7 13.4 0.2

Nasi putih 130.0 4.2 44.1 0.4

Nila goreng 128.0 26.2 0.0 2.7

Tumis kangkung 35.3 0.9 1.4 3.1

Pepaya 11.0 1.8 27.3 0.9

Roti kering 35.6 1.2 8.3 7.5

Teh manis 55.0 0.0 14.4 0.0

Kolak ubi kayu 163.0 2.0 20.4 8.8

Sambal 28.0 2.6 2.8 0.6

Jumlah 1071.1 58.5 239.9 32.3

Universitas Sumatera Utara Energi Protein Karbohidrat Lemak Hari Jenis Makanan (kkal) (gr) (gr) (gr) Selasa Nasi putih 130.0 4.2 44.1 0.4 Kentang semur 5.3 5.3 20.9 11.8

Tempe goreng 34.0 2.0 1.8 2.3

Timun 13.0 0.7 3.6 0.1

Kerupuk 45.0 0.7 5.5 2.3

Nasi putih 130.0 4.2 44.1 0.4

Kari ayam 160.0 14.8 6.1 8.6

Tumis sawi 11.0 0.9 2.1 0.2 manis Pepaya 11.0 0.9 13.7 0.2

Nasi putih 130.0 4.2 44.1 0.4

Lele goreng 48.6 3.5 1.7 2.9

Sayur lodeh 54.0 2.2 4.9 3.2

Semangka 0.4 0.0 0.1 0.0

Roti kering 35.6 1.2 8.3 7.5

Susu 122.0 8.0 11.5 4.9

Bubur kacang hijau 108 3.54 17.76 3.06 Sambal 28 2.6 2.8 0.6 Jumlah 1065.9 58.9 233.0 48.8

Universitas Sumatera Utara Energi Protein Karbohidrat Lemak Hari Jenis Makanan (kkal) (gr) (gr) (gr) Rabu Nasi putih 130.0 4.2 44.1 0.4 Sambal teri 56.7 11.1 0.0 1.0

Tempe goreng 34.0 2.0 1.8 2.3

Nasi putih 130.0 4.2 44.1 0.4

Tongkol asam 16.0 4.2 0.2 2.3 padeh Daun ubi 38.0 3.7 7.3 0.3

Semangka 0.4 0.0 0.1 0.0

Nasi putih 130.0 4.2 44.1 0.4

Ikan dencis 20.2 4.3 0.0 0.2

Tumis sawi manis 11.0 0.9 2.1 0.2

Tauge 72.5 9.0 11.7 1.2

Pisang 52.5 0.7 13.4 0.2

Roti kering 35.6 1.2 8.3 7.5

Teh manis 55.0 0.0 14.4 0.0

Goreng pisang 68.0 0.4 9.7 3.6

Sambal 28 2.6 2.8 0.6 Jumlah 877.9 52.5 204.0 20.6

Universitas Sumatera Utara Energi Protein Karbohidrat Lemak Hari Jenis Makanan (kkal) (gr) (gr) (gr) Kamis Nasi putih 130.0 4.2 44.1 0.4 Sambal telur 89.0 6.2 0.4 6.8

Kentang 5.3 5.3 20.9 11.8

Timun 13.0 0.7 3.6 0.1

Kerupuk 45.0 0.7 5.5 2.3

Nasi putih 130.0 4.2 44.1 0.4

Daging sapi 98.0 9.3 2.2 5.5 rendang Daun ubi 38.0 3.7 7.3 0.3

Semangka 0.4 0.0 0.1 0.0

Nasi putih 130.0 4.2 44.1 0.4

Ikan tongkol 16.0 4.2 0.2 2.3

Rebus sawi pahit 11.0 0.9 2.1 0.2

Pisang 52.5 0.7 13.4 0.2

Kolak ubi kayu 163.0 2.0 20.4 8.8

Roti kering 35.6 1.2 8.3 7.5

Susu 122 8.03 11.49 4.88 Sambal 28 2.6 2.8 0.6 Jumlah 1106.9 58.0 230.9 52.4

Universitas Sumatera Utara

Energi Protein Karbohidrat Lemak Hari Jenis Makanan (kkal) (gr) (gr) (gr) Jum'at Nasi putih 130.0 4.2 44.1 0.4 Tempe goreng 34.0 2.0 1.8 2.3

Telur dadar 89.0 6.2 0.4 6.8

Timun 13.0 0.7 3.6 0.1

Kerupuk 45.0 0.7 5.5 2.3

Nasi putih 130.0 4.2 44.1 0.4

Semur ayam 141.0 12.7 4.3 8.0

Tumis bayam 24.7 1.8 2.3 1.4

Pepaya 11.0 0.9 13.7 0.2

Nasi putih 130.0 4.2 44.1 0.4

Sambal hati 116.0 16.9 0.0 4.8

Ampela tempe 145.0 30.1 0.0 2.7

Kentang 5.3 5.3 20.9 11.8

Tauge 72.5 9.0 11.7 1.2

Pisang 52.5 0.7 13.4 0.2

Roti kering 35.6 1.19 8.33 7.48 Susu 122 8.03 11.49 4.88 Kacang hijau 108 3.54 17.76 3.06 Sambal 28 2.6 2.8 0.6 Jumlah 1432.6 114.8 250.31 59.0

Universitas Sumatera Utara Energi Protein Karbohidrat Lemak Hari Jenis Makanan (kkal) (gr) (gr) (gr) Sabtu Nasi putih 130.0 4.2 44.1 0.4 mie lidi gomak 159.0 4.8 26.7 2.2

Tahu goreng 35.0 2.2 1.4 2.6

Nasi putih 130.0 4.2 44.1 0.4

Ikan lele 48.6 3.5 1.7 2.9

Capcai 67.0 1.6 9.7 2.6

Pisang 52.5 0.7 13.4 0.2

Nasi putih 130.0 4.2 44.1 0.4

Kentang 5.3 5.3 20.9 11.8

Telur balado 89.0 6.2 0.4 6.8

Tumis kangkung 35.3 0.9 1.4 3.1

Semangka 0.4 0.0 0.1 0.0

Roti kering 35.6 1.2 8.3 7.5

Teh manis 55.0 0.0 14.4 0.0

Goreng ubi rambat 177.0 2.3 41.8 0.3

Sambal 28 2.6 2.8 0.6

Jumlah 1177.8 44.0 275.3 41.8

Universitas Sumatera Utara Energi Protein Karbohidrat Lemak Hari Jenis Makanan (kkal) (gr) (gr) (gr) Minggu Nasi putih 130.0 4.2 44.1 0.4 Sambal teri 56.7 11.1 0.0 1.0

Tempe goreng 34.0 2.0 1.8 2.3

Nasi putih 130.0 4.2 44.1 0.4

Ikan tongkol 16.0 4.2 0.2 2.3

Daun ubi 38.0 3.7 7.3 0.3

Semangka 0.4 0.0 0.1 0.0

Nasi putih 130.0 4.2 44.1 0.4

Ikan dencis 20.2 4.3 0.0 0.2

Tumis sawi manis 11.0 0.9 2.1 0.2

Tauge 72.5 9.0 11.7 1.2

Pisang 52.5 0.7 13.4 0.2

Roti kering 35.6 1.2 8.3 7.5

Teh manis 55.0 0.0 14.4 0.0

Goreng ubi rambat 177.0 2.3 41.8 0.3

Sambal 28 2.6 2.8 0.6 Jumlah 986.9 54.4 236.1 17.3

Universitas Sumatera Utara Lampiran 2. Master Data

Lama Status No Jenis Anak Jumlah Status No Nama Umur Rehab Orang BB TB IMT Sampel Pemakaian ke Bersaudara Gizi (Bln) Tua 1 Ronald Manutri 39 26 3 Sabu 4 7 T.Bercerai 52.4 166.3 18.95 Normal Immanuella 2 29 25 3 Sabu 2 2 T.Bercerai 77.9 161.7 29.79 Gemuk Chandra Shaputra 3 26 24 2 Sabu 1 5 T.Bercerai 63.3 170 21.90 Normal Saragih 4 Antonius 36 23 3 Sabu 5 6 T.Bercerai 57 173.5 18.94 Normal 5 Gery Jaya 29 22 2 Sabu 5 5 T.Bercerai 88.1 169 30.85 Gemuk

70 6 Dedy Irawan 32 21 3 Sabu 1 5 T.Bercerai 69.9 165.5 25.52 Gemuk 1

7 Tian 24 20 4 Lem 4 T.Bercerai 60.7 164.4 22.46 Normal Muhammad M Ekstasi dan 8 21 19 4 6 6 T.Bercerai 51.5 162 19.62 Normal Fauzi Sabu 9 Yuan 27 18 3 Sabu 1 2 Bercerai 67 174 22.13 Normal 10 M Zulfahmi 32 17 2 Sabu 1 3 T.Bercerai 46.6 163.5 17.43 Kurus Ganja dan 11 Roni 17 16 3 4 4 T.Bercerai 54 173.5 17.94 Kurus Sabu Shabu dan 12 Ari 23 14 3 6 6 T.Bercerai 53.2 158 21.31 Normal Lem Shabu dan 13 Rajak 44 13 3 3 5 T.Bercerai 57.8 155 24.06 Normal Miras 14 Dedy Ismail 34 12 2 Sabu 4 4 T.Bercerai 60.1 162 22.90 Normal Ganja dan 15 Pane Surbakti 19 11 2 1 4 T.Bercerai 69.3 174 22.89 Normal Sabu

1 Universitas Sumatera Utara Lama No Jenis Anak Jumlah Status Status No Nama Umur Rehab BB TB IMT Sampel Pemakaian ke Bersaudara Orang Tua Gizi (Bln) Shabu, Ganja 16 Boby R S 40 10 2 3 5 T.Bercerai 65.5 168 23.21 Normal dan Ekstasi 17 Isha 26 9 3 Sabu 7 10 T.Bercerai 65.2 168 23.10 Normal Ineks dan 18 Reihan 16 8 3 1 3 T.Bercerai 54.9 164.2 20.36 Normal Sabu Ineks dan Tidak 19 Irfan Maulana 19 7 3 2 3 51.1 167.4 18.24 Kurus Sabu Bercerai 20 Aldriansyah 29 6 2 Sabu 1 3 T.Bercerai 60.6 165.4 22.15 Normal 21 Fauzan Azmi 16 5 3 Sabu 5 6 T.Bercerai 47.1 157 19.11 Normal 22 Kisar 19 4 2 Sabu 1 1 Bercerai 67.8 168 24.02 Normal Halomoan 23 39 3 3 Sabu 1 5 T.Bercerai 52.7 156 21.66 Normal Situngkir Shabu, Ganja 24 Kamal 33 2 2 1 3 T.Bercerai 53.1 172 17.95 Kurus dan Ekstasi 25 Wira Yudha 21 1 4 Sabu 1 2 T.Bercerai 62.5 160 24.41 Normal 26 Daniel 26 15 2 Sabu 4 5 T.Bercerai 53.1 168 18.81 Normal 27 Jodi 16 52 2 Sabu 2 2 T.Bercerai 58.5 163 22.02 Normal 28 Aman Putra 23 51 3 Sabu 5 5 T.Bercerai 87 173 29.07 Gemuk Bokar 29 39 50 4 Ganja 1 8 T.Bercerai 62 169.5 21.58 Normal Pardomuan

Universitas Sumatera Utara Status No Lama Jenis Anak Jumlah Status No Nama Umur Orang BB TB IMT Sampel Rehab (Bln) Pemakaian ke Bersaudara Gizi Tua 30 Daud Indra 16 49 2 Sabu 2 2 T.Bercerai 60.6 162 23.09 Normal 31 Eri Syahputra 23 48 2 Sabu 2 3 T.Bercerai 47.2 165 17.34 Kurus 32 Elbi 19 47 2 Sabu 1 4 T.Bercerai 48.8 156 20.05 Normal Ganja dan 33 Abadi 40 46 4 1 T.Bercerai 59 164.5 21.80 Normal Sabu 34 Ade 17 45 2 Sabu 2 2 T.Bercerai 66.3 164 24.65 Normal Ekstasi dan 35 Ahmad Ifran 33 44 2 3 5 T.Bercerai 54.4 167 19.51 Normal Sabu 36 Rizky Andi 24 43 3 Sabu 3 3 T.Bercerai 57.6 161 22.22 Normal Ganja dan 37 Retno Afriyadi 18 42 3 1 1 T.Bercerai 57.9 165 21.27 Normal Sabu 38 Syafudin 25 41 2 Sabu 3 3 T.Bercerai 61.7 156 25.35 Gemuk 39 Eldi 23 40 2 Sabu 1 2 T.Bercerai 65.1 159 25.75 Gemuk 40 Anggi Siagian 24 39 3 Ganja 3 3 T.Bercerai 74.2 174.4 24.40 Normal 41 Asera Tarigan 38 38 2 Sabu 5 5 T.Bercerai 71.9 163.5 26.90 Gemuk 42 Muh Yusuf 33 29 3 Ganja , Sabu 2 7 T.Bercerai 59.9 155.5 24.77 Normal 43 Awaluddin 42 28 3 Sabu 4 11 T.Bercerai 53.5 159 21.16 Normal 44 Randy 18 27 3 Sabu 1 3 T.Bercerai 58 168.6 20.40 Normal

Universitas Sumatera Utara

Lama Status No Jenis Anak Jumlah Status No Nama Umur Rehab Orang BB TB IMT Sampel Pemakaian ke Bersaudara Gizi (Bln) Tua Tidak 45 Erwin Ginting 22 32 3 Sabu 3 3 65.8 162.3 24.98 Normal Bercerai Tidak 46 Rahmad Syah 29 31 3 Sabu 2 3 82.8 164.5 30.60 Gemuk Bercerai Anton Ganja dan Tidak 47 32 30 4 3 4 58.2 165 21.38 Normal Syhaputra Sabu Bercerai Yudha Tidak 48 23 37 2 Sabu 1 3 59 158 23.63 Normal Ramadhan Nst Bercerai Ifan Tidak 49 33 36 3 Sabu 4 4 54.7 166.8 19.66 Normal Andriansyah Bercerai Domu Tidak 50 34 35 2 Sabu 2 5 76.3 162.4 28.93 Gemuk Tampubolon Bercerai Tidak 51 BM Febri 27 34 3 Sabu 3 4 83 167.5 29.58 Gemuk Bercerai Tidak 52 Damang 19 33 3 Sabu 1 3 50.1 164 18.63 Normal Bercerai

Universitas Sumatera Utara Lampiran 3. Out Put

FREKUENSI

Umur Pecandu Narkoba

Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent

Valid 16-23 tahun 21 40.4 40.4 40.4

24-30 tahun 13 25.0 25.0 65.4

31-37 tahun 10 19.2 19.2 84.6

38-44 tahun 8 15.4 15.4 100.0

Total 52 100.0 100.0

Lama Rehabilitasi Pecandu Narkoba

Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent

Valid 2 bulan 21 40.4 40.4 40.4

3 bulan 25 48.1 48.1 88.5

4 bulan 6 11.5 11.5 100.0

Total 52 100.0 100.0

1 Universitas Sumatera Utara Jenis Pemakaian Pecandu Narkoba

Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent

Valid Sabu 35 67.3 67.3 67.3

Lem 1 1.9 1.9 69.2

Ganja dan Sabu 6 11.5 11.5 80.8

Ekstasi dan Sabu 2 3.8 3.8 84.6

Sabu dan Lem 1 1.9 1.9 86.5

Ineks dan Sabu 2 3.8 3.8 90.4

Sabu, Ganja dan 2 3.8 3.8 94.2 Ekstasi

Ganja 2 3.8 3.8 98.1

Sabu dan Miras 1 1.9 1.9 100.0

Total 52 100.0 100.0

Status Orang Tua Pecandu Orangtua

Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent

Valid Tidak Bercerai 50 96.2 96.2 96.2

Bercerai 2 3.8 3.8 100.0

Total 52 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 4. Dokumentasi

Gambar 2. Peneliti sedang melakukan pendataan identitas pecantu narkoba

Gambar 3. Peneliti sedang mengukur berat badan pencandu narkoba

Universitas Sumatera Utara

76

Gambar 4. Menu makanan pecandu narkoba.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

78 Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara